-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
KATA PENGANTAR Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas
berkah dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir
Pekerjaan
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan
Konservasi
Perairan di Kabupaten Belitung.
Dalam Laporan ini kami mencoba menguraikan latar belakang,
dasar
pelaksanaan kegiatan ini, maksud tujuan dan sasaran, output yang
ingin
dicapai, melalui pendekatan dan metodologi, dengan meliputi
potensi
ancaman dan penataan zonasi serta diakhiri dengan arahan
rencana
pengelolaan yang meliputi rencana jangka panjang dan jangka
pendek.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu
dalam penyusunan Laporan ini.
Demikian Laporan ini kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi
semua pihak
yang berkepentingan dan membutuhkannya.
Bandung, Desember 2014
CV. Reswara Consultant
Laporan Akhir i
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir ii
Daftar Isi
Kata Pengantar i Daftar Isi ii Daftar Tabel iii Daftar Gambar
iv
I. PENDAHULUAN I 1 1. Latar Belakang I 1 2. Dasar Pelaksanaan I
2 3. Maksud , Tujuan dan Sasaran I 2 4. Keluaran (Ouput) I 4 5.
Ruang Lingkup I 4 1) Persiapan I 4
2) Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi I 4 3)
Pengumpulan Data dan Konsultasi Publik I 5
4) Menyusun rekomendasi pengelolaan kawasan sebagai
arahan pengelolaan KKP I 5 5) Pelaporan I 5 6) Pembahasan
Laporan I 6
II. ENDEKATAN DAN METODOLOGI
II 7
2.1 Pendekatan Studi II 7 2.2 Metode Pengumpulan dan Analisis
Data II 9 2.2.1 Analisis Geofisik Kawasan II - 9 2.2.2 Analisis
Ekologi Kawasan II - 10 2.2.3 Analisis Sosial Ekonomi dan Budaya II
- 15 2.2.4 Analisis Pemetaan II - 17 2.2.5 Analisis Pemetaan
Kawasan Konservasi II - 19
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir ii
2.2.6 Metode Konsultasi Publik (Focus Group Discussion) II -
19
II - 21
III. POTENSI DAN ANCAMAN
III 23
3.1 Kondisi Geografis III 23 3.1.1 Klimatologi III - 23 3.1.2
Topografi III - 24 3.1.3 Geomorfologi III - 24 3.2 Fisik dan
Lingkungan III 25 3.2.1 Bathimetri III - 25 3.2.2 Arus III - 26
3.2.3 Kualitas Air III - 26
3.3 Potensi Sumberdaya Wilayah Pesisir & Pulau-Pulau Kecil
Kabupaten Belitung III
28
3.3.1 Ekosistem Mangrove III - 29 3.3.2 Ekosistem Lamun III - 29
3.3.3 Ekosistem Terumbu Karang III - 31 3.3.4 Pulau-pulau Kecil III
- 33 3.3.5 Potensi Pariwisata Kabupaten Belitung III - 34 3.4
Ancaman terhadap Kawasan Konservasi Perairan Daerah III 41
IV. PENATAAN ZONASI IV 44
4.1 Dasar Seleksi Lokasi Kawasan Konservasi Perairan Daerah
(KKPD) Kabupaten Belitung
IV 44 4.2 Analisis Kriteria Bio ekologi, Fisik dan Lingkungan,
Sosial
Ekonomi
IV 49 4.2.1 Kondisi Ekosistem Terumbu Karang IV - 49 4.2.2
Analisis Kondisi Fisik Perairan IV - 60 4.2.3 Analisis Kondisi
Sosial dan Ekonomi IV - 61 4.3 Penetapan Zona Inti Kawasan
Konservasi Perairan Daerah
Gugus Kabupaten Belitung
IV 64
4.4 Penetapan Zona Perikanan Berkelanjutan di Kawasan Konservasi
Perairan Daerah Gugus Kabupaten Belitung
IV 67
4.5 Penetapan Zona Pemanfaatan di Kawasan Konservasi Perairan
Daerah Gugus Kabupaten Belitung
IV 70
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir ii
V. ARAHAN RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI V 74 5.1 Rencana Jangka
Panjang V 74 5.1.1 Visi V - 75 5.1.2 Misi V - 75 5.1.3 Tujuan dan
Sasaran V - 76 5.1.3.1 Tujuan V - 76 5.1.3.2 Sasaran V - 76 5.1.4
Strategi Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Wilayah Pesisir dan Laut V
- 77 5.2 Rencana Jangka Menegah V 78
VI. PENUTUP VI 84
--- DAFTAR PUSTAKA --- 85
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Draft Final iv
Daftar Gambar
NO Keterangan Hal.
2.1 Pendekatan Studi II - 9 2.2 Teknik manta tow II - 11 2.3
Kategori dan presentase tutupan karang hidup, karang mati,
karang lunak, pasir dan kerikil (english et.al 1997) II - 12
2.4 Kerangka analisis citra satelit II - 19 3.1 Sebaran Karang
Pulau Lengkuas Belitung (Sumber: Indra
Ambalika, 2012) III - 28
3.2 Ekosistem terumbu karang Pulau Kueel (Kiri) dan Slama
(Kanan) Kec. Selat Nasik Kabupaten Belitung (Tim Eksplorasi Terumbu
Karang UBB, 2010)
III - 29
3.3 Foto Keindahan underwater di Pantai Tanjung Tinggi di
tanjung bagian timur (foto : koleksi pribadi Indra Ambalika
Syari).
III - 32
3.4 Foto Keindahan Pantai Tanjung Kelayang dan ekosistem lamun
didalamnya (foto : koleksi pribadi Indra Ambalika Syari).
III - 34
3.5 Foto Keindahan Pantai Tanjung Binga (kiri) dan Pantai Bukit
Berahu (kanan). foto : koleksi pribadi Indra Ambalika Syari
III - 35
3.6 Pulau Babi yang berhadapan dengan perairan Desa Tanjung
Binga (kiri) dan Potensi Terumbu Karang Tanjung Binga (kanan).
Sumber : Tim Eksplorasi terumbu Karang UBB, 2010
III - 37
4.1 Foto Kondisi Batu Malang Gede dan Kecil (Kiri) dan Terumbu
Karang di tepi pulau (kanan) pada kedalaman 3 meter
IV - 54
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Draft Final iv
4.2 Foto Kondisi Pulau Peling (kiri) dan Terumbu Karang di tepi
pulau bagian tubir (kanan) dengan ketebalan karang hidup 20 - 55m
saja
IV - 57
4.3 Foto perbandingan kondisi terumbu karang di Pulau Salma pada
lokasi yang sama (bagian barat pulau) Tahun 2010 (atas) dan Tahun
2014 (bawah)
IV - 59
4.4 Peta Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten
Belitung (contoh1)
IV - 66
4.5 Peta Zonasi Perikanan Berkelanjutan Konservasi Perairan
Daerah Kabupaten Belitung (contoh.2)
IV - 69
4.6 Peta Zonasi Perikanan Berkelanjutan Konservasi Perairan
Daerah Kabupaten Belitung (contoh.3)
IV - 71
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
iii
Daftar Tabel
NO Keterangan Hal.
2.1 Daftar penggolongan bentuk pertumbuhan biota habitat dasar
terumbu karang dan kode yang digunakan
II - 14
2.2 Kriteria Persentase Penutupan Karang Hidup II - 15 2.3
Parameter dan Ukuran Penilaian Indikator Sosial dalam
Penentuan Kawasan Konservasi II - 16
2.4 Kriteria Penentuan Kawasan Konservasi perairan Daerah II -
20 3.1 Luasan mangrove per kecamatan di Kabupaten Belitung III - 24
3.2 Luasan Padang Lamun pada pulau-pulau di Kabupaten
Belitung III - 25
3.3 Jenis, tutupan, kedalaman,, tipe substrat dan tipe vegeatasi
lamun di Pulau Seliu
III - 26
3.4 Daya Tarik Wisata Pesisir Kabupaten Belitung III - 37 4.1
Hasil analisis data LIT ekosistem terumbu karang Pulau
Lengkuas IV - 50
4.2 Hasil analisis data LIT ekosistem terumbu karang Spot Batu
Malang Kecil
IV - 52
4.3 Hasil analisis data LIT ekosistem terumbu karang Spot Batu
Malang Gede
IV - 53
4.4 Hasil analisis data LIT ekosistem terumbu karang Pulau
Peling
IV - 55
4.5 Hasil analisis data LIT ekosistem terumbu karang Pulau
Salma
IV - 57
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
iii
4.6 Kondisi Parameter Populasi Karang IV - 60 4.7 Kriteria
Parameter Fisik Lingkungan IV - 61 4.8 Parameter dan Ukuran
Penilaian Indikator Sosial dalam
Penentuan Kawasan Konservasi IV - 62
4.9 Hasil Penentuan Kawasan Konservasi Berdasarkan Kriteria
Sosial
IV - 63
4.10 Hasil Analisis Ekologis, Ekonomi dan Lingkungan Calon
Kawasan Konservasi
IV - 64
5.1 Arahan Pengelolaan Kawasan Konservasi Pesisir dan Laut
Kota Bontang berdasarkan lokasi dan statusnya
V - 79
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir
Pendahuluan I-1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kawasan Konservasi Perairan adalah kawasan
perairan yang dilindungi, dikelola
dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya
ikan dan
lingkungannya secara berkelanjutan. Pengelolaan Kawasan
Konservasi Perairan
dilakukan berdasarkan Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi
Perairan yang
didalamnya memuat Zonasi Kawasan Konservasi Perairan.
Zonasi Kawasan Konseravasi Perairan berdasarkan Kepmen Kelautan
Perikanan
Nomor PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi
Kawasan
Konservasi Perairan terdiri atas: a. zona inti; b. zona
perikanan berkelanjutan; c.
zona pemanfaatan; dan d. zona lainnya. Setelah lembaga pengelola
kawasan
terbentuk dan berkekuatan hukum, upaya pengembangan kawasan
konservasi yang
selanjutnya perlu dilakukan adalah penyusunan dokumen rencana
pengelolaan dan
zonasi kawasan. Penyusunan dokumen ini merupakan tugas dari
pengelola kawasan
yang memuat pengaturan ruang batas di dalam kawasan dalam bentuk
zonasi. Di
Kabupaten Belitung telah ditetapkan Pencadangan Kawasan
Konservasi melalui SK
Bupati Nomor 188.45/156.A/KEP/DKP/2014 yang meliputi Pulau
Lengkuas, Pulau
Peling, Pulau Pelma, Pulau Selema dan laut sekitarnya dengan
luas 662.984 ha.
Penyusunan dokumen ini harus mengacu kepada Permen KP Nomor
PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan
Konservasi
Perairan.
BAB I
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir
Pendahuluan I-2
1.2. Dasar Pelaksanaan
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan
Konservasi
Perairan Kabupaten Belitung adalah:
1. UU No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang
Menengah Nasional (RPJMN).
2. UU No. 1 Tahun 2014 revisi dari UU No. 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil
3. Perpres No. 78 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Pulau-pulau
kecil terluar.
4. Perpres No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN Tahun 2010-2014
5. Inpres No. 1 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas
Pembangunan Nasional Tahun 2010.
6. Inpres No. 3 Tahun 2010 Tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan
Tahun 2010.
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 20/MEN/2008
Tentang
Pemanfaatan Pulau-pulau kecil terluar dan Perairan dan
Sekitarnya.
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.02/MEN/2009
tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan.
9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.30/MEN/2010 tentang
Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan.
10. SK Bupati Belitung Nomor 188.45/156.A/KEP/DKP/2014 Tentang
Penetapan
Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Belitung.
1.3. Maksud, Tujuan, dan Sasaran
a.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan arahan dalam
pemanfaatan
sumberdaya di wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi
Kepulauan Bangka
Belitung yang aktual, akurat, terpadu, terpercaya dan dapat
diterima oleh semua
pihak yang berkepentingan (stakeholders), sehingga dapat
dimanfaatkan
Maksud
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir
Pendahuluan I-3
sebagai acuan pembangunan sesuai dengan aspirasi semua pihak,
sehingga
nantinya dapat diambil kebijakan dalam pengelolaan dan
pengembangan
potensi daerah selanjutnya khususnya dalam bidang sumber daya
pesisir dan
pulau-pulau kecil.
b. Tujuan
Tujuan dalam Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi
Kawasan
Konservasi Perairan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah
sebagai berikut:
1. Tersedianya struktur zonasi pengelolaan pesisir dan
pulau-pulau kecil sebagai
pedoman dalam pembangunan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung baik oleh pemerintah, swasta
maupun
masyarakat;
2. Membagi zona-zona wilayah pesisir yang sesuai dengan
peruntukannya
dengan menempatkan kegiatan yang saling mendukung dan
memisahkan
kegiatan yang saling bertentangan .
3. Pengalokasian ruang dalam kawasan pemanfaatan umum,
kawasan
konservasi, kawasan strategis nasional tertentu dan alur
laut.
4. Penetapan pemanfaatan ruang laut.
5. Penetapan prioritas kawasan laut untuk tujuan konservasi,
social budaya,
ekonomi, transportasi laut, industri strategis serta pertahanan
keamanan.
c.
Sasaran penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan
Konservasi
Perairan Daerah (KPPD) ini adalah :
Sasaran
5. Menetapkan struktur ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil yang
terdiri dari penentuan pusat-pusat kegiatan di KPPD serta sistim
jaringan
aksesibilitas.
6. Menetapkan pola ruang di KPPD yang terdiri dari alokasi ruang
untuk
kegiatan-kegiatan yang memiliki keterkaitan terhadap
sumberdaya.
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir
Pendahuluan I-4
Penetapan pola ini meliputi wilayah perairan dan wilayah
daratannya,
sehingga tercipta keserasian dan kesinambungan pembangunan.
1.4. Keluaran (Output)
1. Tersusunnya dokumen final rencana pengelolaan dan zonasi
Kawasan
Konservasi Perairan/Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil sesuai
yang diamanatkan Permen KP Nomor PER.30/MEN/2010 tentang
Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan.
2. Dokumen final rencana pengelolaan dan zonasi kawasan
konservasi yang
memuat rencana pengelolaan jangka panjang, jangka menengah,
dan
tahunan kawasan konservasi dan koordinat-koordinat zonasi batas
di dalam
kawasan konservasi untuk KKPD Kabupaten Belitung meliputi Zona
Inti, Zona
Perikanan Berkelanjutan, Zona Pemanfaatan dan zona lainnya.
1.5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pekerjaan, yang berupa data-data yang dikumpulkan,
metodologi,
analisis dan arahan pemanfaatan sebagai berikut:
1) Persiapan
Kegiatan ini terdiri dari rapat dalam rangka persiapan dan
pembahasan yang
berhubungan dengan kegiatan, koordinasi dengan daerah dan
instansi terkait,
melakukan perjalan dinas dalam rangka pendampingan serta
melaporkan segala
kegiatan yang berhubungan dengan tahapan ini.
2) Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi
Pelaksanaan penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi dilakukan
sesuai
dengan prosedur dan kaidah yang diatur dalam Permen KP Nomor
PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi
Kawasan
Konservasi Perairan. Penyusunan dokumen ini dapat melibatkan
pihak ketiga
dengan catatan, muatan dan isi dokumen tetap menjadi tanggung
jawab
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir
Pendahuluan I-5
pengelola kawasan sebagai pemegang mandat penyusunan dokumen
rencana
pengelolaan dan zonasi.
3) Pengumpulan Data dan Konsultasi Publik
Kegiatan ini terdiri dari dua kegiatan yang dilakukan secara
bersamaan yaitu
pengumpulan data dan informasi dalam rangka penyusunan
rencana
pengelolaan dan zonasi kawasan konservasi perairan serta
konsultasi publik.
Kegiatan pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan tujuan
untuk
mengupdate data dan informasi hasil kegiatan identifikasi KKP
serta melakukan
pengumpulan data primer dan data sekunder dalam rangka
penyusunan
rencana pengelolaan dan zonasi kawasan konservasi.
Konsultasi publik merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk
menghimpun masukan/aspirasi dari stakeholder serta masyarakat di
dalam
maupun sekitar KKP dalam menyusun rencana pengelolaan serta
zonasi KKP.
Keluaran yang diharapkan pada konsultasi publik berupa rumusan
kesepakatan
diantara stakeholder terkait serta masyarakat terkait rencana
pengelolaan KKP
serta zonasi rinci KKP yang diantaranya terdiri dari zona inti
dan zona-zona
lainnya yang disepakati dalam KKP tersebut. Pelaksanaan
konsultasi publik
dengan peserta berasal dari instansi terkait, LSM, dan
masyarakat.
4) Menyusun rekomendasi pengelolaan kawasan sebagai arahan
pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan
5) Pelaporan
Laporan hasil kegiatan penyusunan dokumen rencana pengelolaan
dan
zonasi kawasan konservasi dibuat dalam bentuk laporan hasil
kegiatan.
Tahapan pelaporan terdiri dari:
a. Laporan Pendahuluan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar dijilid
langsung
b. Laporan Antara
c. Laporan Draft Akhir sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar dijilid
langsung
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir
Pendahuluan I-6
d. Laporan Akhir:
Laporan akhir sebagai hasil final dari seluruh rangkaian
pekerjaan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar. Bentuk laporan berupa
buku
berukuran A4 dengan sampul soft cover kertas glossy (warna
ditentukan kemudian), dengan judul dan pelaksanaan kegiatan
di
sisi laporan
Soft copy laporan pelaksanaan kegiatan (laporan akhir) berikut
dokumentasi pekerjaan kawasan konservasi perairan, yang berisi
kumpulan gambar selama proses pelaksanaan pekerjaan yang
dicopy dalam format jpeg beresolusi tinggi (tidak dikompres)
masing-masing dicopy ke dalam 5 (lima) buah flashdisk ukuran
4
GB
e. Executive Summary 10 (sepuluh) eksemplar
f. Album Peta Ukuran A3 sebanyak 8 (delapan) eksemplar
6) Pembahasan Laporan
Pembahasan dari setiap laporan akan dilaksanakan di Dinas
Kelautan dan
Perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (07) yang
melibatkan Pejabat
Eselon II, III, IV dan staf lingkup Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung (07).
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir II-7
PENDEKATAN DAN
METODOLOGI
2.1. Pendekatan studi
Proses-proses dari awal pembentukan sampai pengelolaan dari
suatu kawasan
konservasi, pada dasarnya mengikuti 10 langkah sebagai
berikut:
1) Survei lapang (REA, Resource and Ecological Assessment);
2) Analisis ancaman/peluang;
3) Seleksi dan rekomendasi;
4) Konsultasi masyarakat;
5) Penetapan & penataan batas;
6) Zonasi;
7) Rencana pengelolaan;
8) Badan pengelola;
9) Monitoring sukses/kegagalan;
10) Pengelolaan adaptif.
Proses pendekatan studi inventarisasi dan identifikasi
sumberdaya pesisir dan laut
untuk zonasi mengikuti tahapan sebagai berikut :
Tahap pertama; Melakukan pencarian dan pengumpulan data dan
informasi data sekunder atau desk study. Kegiatan ini dilakukan
untuk persiapan teknis
pelaksaaan survei. Dalam waktu yang bersamaan dilakukan
kegiatan
administrasi dan pengorganisasian personil dan peralatan.
Tahap kedua; Konsultasi dengan masyarakat instansi pemerintah
untuk mendapatkan gambaran umum tentang segala aspek tentang
wilayah pesisir
serta review data yang tersedia dan data yang dibutuhkan.
Berdasarkan
BAB II
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir II-8
hasil konsultasi, dapat ditetapkan keluaran dari pemetaan serta
informasi
apa saja yang akan disajikan.
Tahap Ketiga; adalah kegiatan survei potensi calon kawasan laut
daerah. Data dan informasi tersebut meliputi aspek ekosistem dan
sumberdayannya,
sosial ekonomi dan budaya, referensi dan rekomendasi daerah
serta
kebijakan yang berlaku. Dalam melakukan survei dipertimbangkan
pula
aturan/norma konservasi yang telah ada, aspirasi masyarakat
lokal, kebijakan
pemerintah (peraturan perundangan) dan masalah yang timbul
sebagai
dampak pengembangan sesuatu kawasan konservasi laut. Disamping
itu,
dilakukan juga survei nasional untuk memperoleh data
sekunder.
Tahap keempat adalah kegiatan konsultasi publik (public
hearing). Kegiatan tahap ini sangat penting karena akan sangat
terkait dengan konsep bottom-
up yang saat ini menjadi eforia dilakukan masyarakat.
Tahap kelima adalah tahap pekerjaan kantor yang mencakup
tabulasi dan sortasi data, analisis dan evaluasi data, analisisi
dan evaluasi pengembangan,
penulisan laporan dan rekomendasi dan pembahasan serta asistensi
dengan
pihak terkait dan khususnya pemberi pekerjaan.
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir II-9
Pengumpulan Data Sekunder
Konsultasi Terbatas
Pengumpulan Data Primer Konsultasi Publik
Isu dan Masalah Potensi Arahan KawasanTerumbu Karang Mangrove
Lamun dan Rumput LautKualitas Air dan
Oseanografi
Analisis Biofisik dan Lingkungan
Analisis Sosial dan Kelembagaan
Analisis Kalayakan Kawasan
Rekomendasi Peruntukan Kawasan
Konservasi
Analisis Spatial
Gambar 2.1 Pendekatan Studi
2.2 Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Dalam melakukan analisis kawasan yang potensial untuk kegiatan
konservasi ada
beberapa proses analisis yang perlu dilakukan yaitu analisis
sumberdaya bio-geofisik
kawasan, analisis kriteria kawasan konservasi, analisis sosial
masyarakat.
2.2.1. Analisis Geofisik Kawasan
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data geofisik mencakup data primer dan data
sekunder. Jenis data
yang akan dikumpulkan mencakup:
1. Iklim mengenai curah hujan, kelembaban relatif, suhu,
kecepatan dan arah
angin.
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir II-10
2. Keadaan pantai dan perairan mengenai lebar pantai, batuan
penyusun
pantai, keadaan batuan pasir beserta warnanya, kandungan lumpur,
abrasi
pantai dan tingkat pencemaran.
3. Topografi areal survei mengenai topografi daratan dan
perairan.
4. Oceanografi meliputi, pola arus , pola angin, pasang
surut,.
5. Fisik-kimia perairan meliputi, suhu, salinitas, pH, dan
DO
Pengumpulan data akan karakteristik fisik dan dinamika perairan
merupakan salah
satu informasi dasar (basic information) tentang kondisi
lingkungan perairan yang
sangat diperlukan dalam kegiatan yang memanfaatkan kawasan
perairan pantai
maupun dalam upaya pelestariannya. Dengan bekal pengetahuan yang
baik tentang
kondisi lingkungan perairan setempat, karakteristik fisik,
kimiawi, biologis, dan
geologis. Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengembangkan
wilayah perairan
dan pelestariannya mempunyai dasar pijakan keilmuan yang
kuat.
b. Analisa Data
Analisis geofisik kawasan diperlukan untuk melihat kondisi dan
perubahan
lingkungan geologi dan lingkungan fisik seperti klimatologi,
hidrologi, oseanografi,
dan topografi wilayah. Analisis yang akan dilakukan yaitu
analisis trend
(kecenderungan perubahan kondisi geo fisik lingkungan), analisis
descriptive dan
analisis kategorik. Analisis kategori diperlukan untuk melihat
perbandingan antara
parameter yang ada.
2.2.2. Analisis Ekologi Kawasan
Penilaian geofisik sumberdaya dan lingkungan diperlukan untuk
memastikan kondisi
ekosistem dan sumberdaya kawasan sesungguhnya. Sehingga dapat
diketahui
kondisi ekosistem dan lingkungan yang menunjang. Beberapa
penilaian kondisi
geofisik untuk sumberdaya mangrove, lamun dan rumput laut serta
terumbu
karang. Namun kondisi sumberdaya yang ditemui di lapangan
terutama pulau-pulau
kecil jarang ditemui ekosistem lamun dan mangrove, dan dominan
adalah ekosistem
terumbu karang.
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir II-11
a. Pengumpulan Data
1) Ekosistem Terumbu Karang
Pengambilan data karang dilakukan dengan metode, yaitu manta tow
dan line
intersept transect (LIT). Penggunaan kedua metode ini agar
didapatkan data yang
dapat mewakili kondisi pulau karena sebelumnya dilakukan
penilaian di seluruh area
terumbu karang yang ada di pulau yang dikaji.
a. Manta Tow
Metode manta tow dilakukan dengan cara menarik peneliti dengan
menggunakan
perahu selama dua menit dengan kecepatan tetap 3-5 km/jam atau
seperti orang
yang berjalan lambat. Apabila ada faktor lain yang menghambat
seperti arus yang
kencang, maka kecepatan perahu dapat ditambah sesuai dengan
tanda dari
pengamat yang berada di belakang perahu. Peneliti akan mengamati
beberapa
objek sepanjang daerah yang dilewati dan persentase penutupan
barang hidup
(karang keras dank rang lunak) dan karang mati.
Gambar 2.2 Teknik manta tow
Peralatan yang digunakan dalam metode manta tow ini adalah kaca
mata selam
(masker), snorkel, fin, perahu motor minimal 5 PK, papan manta
yang berukuran
panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tebal dua cm, tali yang panjang
20m dan
berdiameter satu cm, pelampung kecil, alat tulis bawah air, stop
watch dan GPS.
Data yang diamati dicatat pada tabel data dengan menggunakan
niali kategori atau
dengan nilai persentase bilangan bulat. Untuk tambahan informasi
yang menunjang
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir II-12
pengamatan, dapat pula memasukkan penutupan pasir, patahan
karang, objek lain
(Tridacna, Diadema dan Acanthaster) sebagai objek yang
diamati.
Gambar 2.3 Kategori dan presentase tutupan karang hidup, karang
mati, karang lunak, pasir dan kerikil (English et al., 1997)
b. Line Intersept Transect (LIT)
Metode yang umum digunakan didalam pengambilan data terumbu
karang adalah
Line Intercept Transect (LIT).Pemilihan stasiun pengamatan
kondisi terumbu karang
berdasarkan kriteria tertentu yang ada dilapangan dan hasil
manta tow. Kriteria
pemilihan stasiun (Manuputty et al., 2006 dalam Manuputty dan
Djuwariah, 2009)
antara lain:
1. Faktor keterwakilan, dimana sampling lokasi yang kita pantau
dapat mewakili
kondisi terumbu karang di daerah tertentu.
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir II-13
2. Faktor keamanan tanda-tanda yang dipasang pada garis transek,
sehingga
pemantauan dapat dilakukan pada lokasi yang sama pada saat
pemantauan
berikutnya.
3. Faktor keselamatan dan kenyamanan kerja saat pengambilan
data.
LIT digunakan untuk menentukan komunitas bentik sesil di terumbu
karang
berdasarkan bentuk pertumbuhan dalam satuan persen, dan mencatat
jumlah biota
bentik yang ada sepanjang garis transek.Komunitas dicirikan
dengan menggunakan
kategori bentuk pertumbuhan yang memberikan gambaran deskriptif
morfologi
komunitas karang (English et al., 1997).LIT digunakan juga untuk
memonitor kondisi
terumbu karang secara detail dengan meletakkan permanen
transek.Posisi geografi
masing-masing titik ditentukan dengan GPS.
Keuntungan menggunakan metode antara lain kategori bentuk
pertumbuhan
karang yang sederhana sehingga cukup memudahkan bagi pencatat
yang memiliki
pengetahuan yang terbatas didalam mengidentifikasi komunitas
bentik di terumbu
karang. Selain itu, LIT merupakan metode sampling yang efisien
dan sederhana
dengan perlengkapan yang mudah untuk memperoleh data persentase
tutupan
karang.LIT juga dapat memberikan informasi tentang pola spasial
komunitas bentik.
Jika LIT dilakukan secara berulang maka dapat memberikan
informasi perubahan
temporal dari kondisi terumbu karang (English et al., 1997).
Kelemahan metode LIT antara lain sulit untuk menstardarisasi
beberapa bentuk
pertumbuhan karang dan sangat tergantung dari kemampuan
pencatat.
Kemampuan yang terbatas yang hanya dapat memberikan informasi
persen tutupan
atau kelimpahan relatif, tidak dapat digunakan untuk mengamati
pertumbuhan,
rekrutmen atau kematian karang (English et al., 1997).
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir II-14
Tabel 2.1. Daftarpenggolongan bentuk pertumbuhan biota habitat
dasar terumbu
karang dan kode yang digunakan
Kelompok Kode Stony Coral (Karang Keras) Acropora
Branching ACB Digitate ACD Encrusting ACE Submassive ACS
Tabulate ACT
Non-Acropora Encrusting CE Branching CB Foliose CF Massive CM
Submassive CS Mushroom CMR Millepora CME Heliopora CHL
Dead Coral DC Dead Coral with algae DCA Other Fauna
Soft Coral SC Sponges SP Zoantids ZO Other OT
Algae Algae Assemblage AA Coralline Algae CA Halimeda HA Macro
Algae MA Turf Algae TA
Abiotik Sand S Rubble R Silt SI Water WA Rock RC
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir II-15
b. Analisis Data
a. Analisis Ekosistem Terumbu Karang
Analisis parameter yang digunakan untuk penentuan kondisi
terumbu karang adalah
persentase tutupan karang berdasarkan bentuk pertumbuhan
(lifeform) dengan
kriteria persentase tutupan karang menggunakan kategori yang
dikemukakan oleh
English et al. (1997).
Untuk menentukan prosentase komponen terumbu karang didasarkan
pada data
kemunculan komponen dari 100 data yang tercatat dalam 50 meter
menggunakan
transek garis segmen. Prosentase komponen terumbu karang
ditentukan oleh
frekuensi kemunculan setiap komponen melalui pendekatan:
dimana, K = komponen terumbu karang; F(K) = frekuensi kemunculan
komponen
terumbu karang; dan F(Tot) = frekuensi total komponen terumbu
karang.
Khusus untuk penentuan kondisi terumbu karang didasarkan pada
nilai prosentase
karang keras.Ada 4 (empat) kategori untuk menentukan kategori
kondisi terumbu
karang menurut Australian Institute of Marine Science.
Tabel 2.2. Kriteria Persentase Penutupan Karang Hidup
2.2.3 Analisis Sosial Ekonomi dan Budaya a. Pengumpulan Data
Analisis sosial ekonomi mencakup analisis potensi ekonomi wilayah
dari sumberdaya
disekitar kawasan konservasi, dan analisis manfaat dari
sumberdaya baik secara
langsung maupun tidak langsung.Analisis potensi ekonomi mencakup
manfaat
ekonomi dari sumberdaya di kawasan untuk menunjang aktivitas dan
usaha
Kategori Tutupan (%) Karang Hidup Rusak 0 - 24,9 Sedang 25-49,9
Bagus 50-74,9% Sangat Bagus 75-100%
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir II-16
masyarakat disekitar kawasan konservasi sehingga dapat menerima
keberadaan
kawasan konservasi.Tahapan selanjutnya adalah kemauan untuk
mengelola
kawasan konservasi berbasis masyarakat.
Sosial, budaya, dan ekonomi dapat mengidentifikasi masalah dan
potensi yang ada
di wilayah perencanaan. Pengambilan data dilakukan dengan teknik
komunikasi
antar personal melalui kuesioner terbuka dan pedoman wawancara.
Data primer
yang terkumpul kemudian dihitung prosentasenya berdasarkan
variasi pernyataan
responden.
b. Analisa Data Kriteria sosial dalam menentukan kawasan
konservasi laut daerah ditentukan
dengan menggunakan beberapa parameter penilaian, diantaranya
adalah (i) tingkat
pemanfaatan sumberdaya di sekitar calon kawasan, (ii) tingkat
kemudahan
aksesibilitas penduduk terdekat terhadap calon kawasan, (iii)
persepsi masyarakat
atas alternatif kawasan dan (iv) nilai manfaat ekonomi-ekologi
calon kawasan.
Tabel 2.3. Parameter dan Ukuran Penilaian Indikator Sosial dalam
Penentuan
Kawasan Konservasi
No Parameter Ukuran Keterangan
1 Tingkat pemanfaatan sumberdaya
Besaran pemanfaatan sumberdaya yang dilakukan penduduk di
sekitar calon kawasan
1 = sangat tinggi 2 = tinggi 3 = sedang 4 = kurang 5 = tidak
dimanfaatkan
2 Tingkat kemudahan aksesibilitas Proporsi jarak kawasan ke
pemukiman penduduk
, dimana adalah tingkat kemudahan aksesibilitas, adalah jarak
kawasan terhadap pemukiman terdekat, dan adalah jarak terjauh
kawasan terhadap pemukiman
3 Alternatif kawasan berbasis partisipasi masyarakat
Prioritas penduduk memberikan persetujuan terhadap calon
kawasan
dimana adalah alternatif kawasan berbasis
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir II-17
No Parameter Ukuran Keterangan partisipasi masyarakat, adalah
prioritas kawasan ke-i.
4 Tingkat manfaat ekonomi-ekologi
Besaran manfaat ekonomi-ekologi, seperti ikan, kayu bakar, obat,
daerah pemijahan, daerah asuhan dan mencari makan, perlindungan,
dsb.
1 = sangat tinggi 2 = tinggi 3 = sedang 4 = rendah 5 = sangat
rendah
Sumber: diolah dari berbagai sumber berdasarkan justifikasi
tenaga ahli, Oktober
2014.
2.2.4. Analisis Pemetaan
Data citra satelit yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Landsat 7 ETM+, karena
hanya untuk mengetahui keberadaan dan luasan dari
sumberdaya.Analisis citra
satelit menggunakan software ER Mapper 7.0. Data citra kemudian
dilakukan
dilakukan pemotongan, koreksi radiometrik, koreksi geometrik,
penajaman citra,
klasifikasi citra, editing dan reclass.
Penggabungan kelas dan perapian hasil klasifikasi dengan
digitation on screen.
Adapun kombinasi band yang digunakan pada saat penafsiran citra
satelit secara
manual/visual yaitu 4-5-3 dan 5-4-2 untuk kenampakan vegetasi,
3-2-1 (true color)
untuk kenampakan sebaran terumbu karang, pasir, sedimen dan
lamun dan 4-5-3
untuk mangrove dengan warna coklat tua. Hasil analisis citra
berupa luasan
ekosistem pesisir dan tutupan lahan.
Upaya mengurangi kesalahan dalam interpretasi dilakukan dengan
cara eliminasi.
Kunci eliminasi tersebut pada prinsipnya disusun agar
interpretasi berlanjut langkah
demi langkah dari yang umum ke yang khusus, dan kemudian
menyisihkan semua
kenampakan atau kondisi kecuali satu yang diidentifikasi.Kunci
eliminasi sering
tampil dalam bentuk kunci dua pilihan (dichotomous key) dimana
penafsir dapat
melakukan serangkaian pilihan antara dua alternatif dan
menghilangkan secara
langsung semuanya, kecuali satu jawaban yang mungkin (Lillesand
dan Kiefer 1990).
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir II-18
Pengkelasan sumberdaya perairan dangkal untuk ekosistem terumbu
karang dan
lamun setelah dilakukan klasifikasi band, digunakan juga
algoritma Lyzenga (1978)
(Arsjad et al. 2005b). Sedangkan untuk ekosistem mangrove
digunakan metode
NVDI (Normalized Difference Vegetation Index) dan dikelaskan
menggunakan
Unsupervised Classification sehingga nanti didapatkan
klasifikasi diantaranya kelas
rendah (tutupan < 40%), kerapatan sedang (tutupan 40-70 %)
dan kerapatan tinggi
(70%) (Arsjad et al. 2005a), formula umum transformasi NVDI
dapat dilihat pada
persamaan dibawah.Hasil analisis algoritma tersebut kemudian
diinterpretasikan
berdasarkan kelas warna dengan nilai kualitas hasil pada titik
pengamatan yang ada.
Hasil pengkelasan yang didapatkan kemudian menjadi basis data
poligon
sumberdaya. Poligon tersebut kemudian dibentuk dengan seed tool
yang terdapat
pada software GIS berdasarkan kualitas dan kuantitas yang
dibutuhkan. Analisis ini
terkelompok berdasarkan nilai algoritma yang dimiliki piksel
yang ada dengan
interval nilai 3 sampai 5. Metode ini memungkinkan untuk membuat
poligon dengan
nilai-nilai yang sama walaupun terdapat diluar titik pengamatan
lapang yang
dilakukan.
Secara ringkas proses pengolahan data citra satelit meliputi
citra inderaja dikoreksi
geometrik dan radiometrik, kombinasi band yang sesuai untuk
objek survei, atau
transformasi untuk ekstraksi (NDVI, Tassled Cap, Principal
Componen dan lain-lain).
Kemudian dilakukan klasifikasi spectral secara terselia
(supervice classification),
setelah itu regrouping (merging) kelas yang dianggap sama,
smooting (generalisasi
untuk poligon-poligon kecil) biasanya dengan majority filter,
terakhir dikonversi ke
vector (Raster to Vektor). Langkah selanjutnya dikonversi ke
file GIS, dan dilakukan
ke peta kerja.
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir II-19
Gambar 2.4. Kerangka analisis citra satelit
2.2.5. Analisis Penentuan Kawasan Konservasi
Pemilihan calon lokasi kawasan konservasi perairan daerah
ditentukan dengan
menggunakan teknik pengukuran skoring tertimbang yang didasarkan
pada tiga
kriteria penilaian, yaitu (i) kriteria ekologi, (ii) kriteria
kualitas lingkungan perairan,
dan (iii) kriteria sosial. Kriteria ekologi dalam konteks ini
meliputi beberapa
parameter, diantaranya (i) keberadaan ekosistem terumbu karang,
(ii) keberadaan
ekosistem padang lamun, (iii) keberadaan ekosistem mangrove,
(iv) keberadaan
sumberdaya ikan, dan (v) keberadaan biota lainnya. Kriteria
penentuan keberadaan
Citra Pengindaraan Jauh
Koreksi : 1. Radiometrik 2. Geometrik
Presisi
Interpretasi
Penajaman dan Filtering
Komposit
Klasifikasi Unsupervised
Training Area
Algoritma
Editing
Recalssification (Supervised -Classifcation)
GPS
Ground Control Point
Peta Rupa Bumi Indonesia
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir II-20
ini didekati dengan penilaian skor, dimana jika keberadaan
ekosistem diskor sama
dengan 5 bilamana di kawasan tersebut terdapat ekosistem
dimaksud, sedangkan
ketiadaannya diskor sama dengan 1. Selanjutnya skor ini akan
dikalikan dengan
kualitas ekologi dari masing-masing keberaaan ekosistem
tersebut.
Faktor fisik perairan yang menentukan untuk penetuan kawasan
konservasi
perairan dilihat dari aspek oseanografi. Kriteria dari kondisi
oseanografi perairan
terdiri dari: (i) arus; (ii) kecerahan; dan (ii) kedalaman
perairan. Adapun kriteria
sosial ditentukan dengan menggunakan empat parameter utama,
yaitu : (i) tingkat
pemanfaatan sumberdaya di sekitar calon kawasan, (ii) tingkat
kemudahan
aksesibilitas penduduk terdekat terhadap calon kawasan, (iii)
persepsi masyarakat
atas alternatif kawasan dan (iv) nilai manfaat ekonomi - ekologi
calon kawasan.
Selanjutnya, ketiga kriteria tersebut dikalikan satu sama
lainnya, hingga dapat
diperoleh prioritas lokasi yang direkomendasikan berdasarkan
nilai tertinggi dari
perkalian ketiga kriteria tersebut. Tabel 1.1 berikut ini
menunjukkan kriteria
penentuan Kawasan Konservasi Perairan Daerah.
Tabel 2.4 Kriteria Penentuan Kawasan Konservasi perairan
Daerah
No Lokasi/Calon
Kawasan
Kriteria Rekomendasi Kawasan
Ekologi Sosial Kualitas
Lingkungan Perairan
Total Kriteria Prioritas
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Kawasan ke-1 2 Kawasan ke-2 3
Kawasan ke-3 . .. . .. n Kawasan ke-n Keterangan : Total Kriteria
(6) = Ekologi (3) x Sosial (4) x Kualitas Lingkungan Perairan (5),
atau secara matematis dapat dinotasikan sebagai : dimana TC = total
criteria, E = kriteria ekologi, S = kriteria sosial dan K =
kriteria kualitas lingkungan.
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir II-21
Perumusan penentuan zonasi di lokasi calon Kawasan Konservasi
Perairan Daerah
Kabupaten Belitung akan mengacu kepada Peraturan Menteri
Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.30/Men/2010 tentang
Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan. Selain itu,
implementasi dari
penentuan kawasan konservasi perairan ini akan mengikuti pedoman
umum
(pedum) dari Kementerian Kelautan Dan Perikanan (KKP) Direktorat
Jenderal
Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil untuk penetapan
pemanfaatan kawasan
konservasi untuk budidaya perairan,pedum penelitian kawasan
konservasi perairan,
pedum pemanfaatan kawasan konservasi perairan untuk penangkapan
ikan dan
pedum pemanfaatan kawasan konservasi perairan untuk pariwisata
alam perairan.
2.2.6. Metode Konsultasi Publik (Focus Group Discussion)
Konsultasi publik merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk
menghimpun masukan/aspirasi dari stakeholder serta masyarakat di
dalam maupun
sekitar KKP dalam menyusun rencana pengelolaan serta zonasi
KKP.
a. Proses Pelaksanaan Konsultasi Publik (FGD)
1. Persiapan, terdiri dari Melakukan koordinasi dengan Dinas
Perikanan,
Kelautan dan pertanian, Melakukan identifikasi stakeholders yang
akan
terlibat dalam konsultasi publik, Menyusun jadwal acara kegiatan
konsultasi
publik.
2. Perkenalan dan pembagian kelompok menjadi 4 berdasarkan
wilayah yakni
perwakilan gugus kepulauan lengkuas, gugus kepulauan peling,
gugus
kepulauan seluma (salma), dan gugus kepulauan pelma.
3. Menjaring masukan dari para kelompok stakeholder dalam
menentukan
zonasi. Dalam sesi ini para stakeholder dibagikan peta cadangan
kawasan
konservasi perairan daerah, kemudian mereka diminta pendapatnya
untuk
menentukan zona inti berdasarkan hasil penjelasan dari hasil
analisis tenaga
ahli dalam penentuan zonasi
-
Satker: Pekerjaan: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir II-22
4. Identifikasi stakeholder yang berperan dalam pengelolaan
Konservasi.
Stakeholder atau Pemangku kepentingan adalah perorangan dan
kelompok
yang secara aktif terlibat dalam pengelolaan konservasi, atau
yang terkena
dampak, baik positif maupun negatif, dari hasil pelaksanaan
konservasi.
5. Mengidentifikasi Kegiatan/Program Eksisting Dilakukan Di
Kawasan
Konservasi. Dalam sesi ini dilakukan identifikasi kegiatan atau
program yang
sudah berjalan di masing-masing kawasan konservasi di Kota
Bontang yang
masyarakat ketahui.
6. Identifikasi Kegiatan/program yang diusulkan atau
diperbolehkan di
masing-masing zona. Pada sesi keenam ini adalah salah satu
bagian sangat
penting dalam merencanakan pengelolaan kawasan konservasi
perairan di
Kabupaten Belitung. Dalam sesi ini peserta konsultasi publik
diminta untuk
memberikan arahan kegiatan atau usulan program yang dapat
dilakukan
pada kawasan konservasi perairan sesuai dengan zonasi yang
sudah
ditetapkan.
7. Identifikasi harapan dan cita-cita ke depan untuk pengelolaan
kawasan
konservasi menurut masyarakat. Harapan atau cita-cita adalah
bentuk dasar
dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan
atau suatu
kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang. Sesi
akan
bermanfaat dalam menentukan visi kawasan konservasi perairan
daerah
kedepan.
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-23
POTENSI DAN ANCAMAN
3.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Belitung merupakan bagian dari wilayah Propinsi
Kepulauan Bangka
Belitung yang secara geografis dikelilingi oleh lautan dan
daratan. Dari sisi lautan, di
kellingi oleh Selat Gaspar bagian barat, Laut Cina Selatan
bagian utara dan Laut
Jawa bagian selatan. Dari sisi daratan sebenarnya Pulau Belitung
dikelilingi oleh
daratan yaitu berada ditengah-tengah antara Pulau Bangka,
Kamilantan dan Pulau
Jawa. Secara geografis, Kabupaten Belitung terletak antara
1070800 BT sampai
1075800 BT dan 023000 LS sampai 031500 LS. Kabupaten Belitung
secara
administratif memiliki luas wilayah 2.293,69 km2
3.1.1. Klimatologi
(BPS Kabupaten Belitung, 2013).
Peta wilayah administrasi Kabupaten Belitung dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
Kabupaten Belitung mempunya iklim tropis basah dan dengan
variasi curah hujan
bulanan pada tahun 2011 antara 0 502 mm. dengan jumlah hari
hujan 0 27 hari
setiap bulan. Sedangkan curah hujan tertinggi pada tahun 2011
terjadi pada bulan
November , yang mencapai 502 mm. data menyebutkan bahwa
distribusi hujan
tertinggi terjadi pada bulan desember, dan terendah pada bulan
juli. Suhu udara di
Kabupaten Belitung juga bervariasi, yaitu antara 25,5 o
C hingga 27,4 C, dengan
kelembaban udara 77 91% dan tekanan udara 1.007,2 1.010,1 mb
(BPS Kabupaten
Belitung, 2012).
BAB III
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-24
Gambar 3.1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Belitung
3.1.2. Topografi
Kemiringan lereng berhubungan langsung dengan topografi.
Topografi di pulau-
pulau kecil yang termasuk pulau dataran seperti contoh di
Kepulauan Seribu dan
juga di pulau-pulau kecil di Selat Gaspar, umumnya landai dengan
kemiringan 0-5%,
dengan ketinggian rata-rata 0-2 mdpl (Statistik TNKpS 2012).
Namun untuk Pulau di
Kecamatan Nasik juga terdapat topografi yang berbatu dan
berbukit- bukit, dengan
kemiringan 15-25 dpl.
3.1.3. Geomorfologi
Geomorfologi merupakan bentuk permukaan bumi dan objek lainnya
diantaranya
vegetasi dan juga pengaruh kegiatan manusia terhadap
lingkungannya. Berdasarkan
hasil pengamatan dilapangan, diketahui topografi di Pulau-pulau
kecil umumnya
berupa dataran dengan vegetasi mangrove, dan juga pantai dengan
pasir putih.
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-25
Namun pulau utama di Kecamatan Selat Nasik terdiri dari
bukit-bukit terjal dan
gunung-gunung
3.2. Fisik dan Lingkungan
3.2.1. Bathimetri
Tipe perairan Kabupaten Belitung terdiri atas laut, pantai, dan
perairan darat.
Perairan umumnya tidak terlalu dalam, berkisar antara 0 - 10 m.
sedangkan yang
agak jauh mencapai 10 - 30 m bahkan di beberapa tempat,
kedalaman 50 m baru di
jumpai pada jarak hingga 500 m dari garis pantai. Dasar laut
umumnya berpasir dan
berlumpur disertai batu karang (Gambar 3.2).
Gambar 3.2. Peta Bathimetri Kabupaten Belitung
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-26
3.2.2. Arus
Perairan laut Kabupaten Belitung merupakan tempat bertemunya
arus laut dari Laut
Cina Selatan dan Laut Jawa, sehingga banyak ditemukan plankton
yang merupakan
makanan ikan dan biota laut lainnya. Kumpulan pulau-pulau kecil
dengan gugusan
terumbu karang di sekitarnya merupakan potensi yang sangat besar
di bidang
perikanan dan kelautan terutama untuk kegiatan wisata laut
seperti wisata
pemancingan dan penyelaman.
Arus di Perairan Selat Gaspar dipengaruhi oleh kondisi pasang
surut, morfologi
perairan, arah dan kecepatan angin (Nontji 2002 dalam Radisho
2009). Pada saat
penelitian angin bertiup dari timur ke barat. Pergerakan arus
dari Laut Jawa ke
perairan ini didominasi arah arus ke barat namun pertemuan arus
dari Laut Cina
Selatan yang bergerak dari utara ke selatan menyebabkan arah
arus di perairan ini
bergerak kearah barat daya di lapisan permukaan (Radisho
2009).
3.2.3. Kualitas Air
Kualitas perairan suatu wilayah merupakan faktor yang perlu
diperhatikan karena
akan memperngaruhi kestabilan ekosistem yang ada disekitarnya.
Sedimentasi dan
limpasan air tawar saat ini merupakan salah satu sumber
degradasi terumbu karang
(Hodgson & Dixon, 1988; Dahl, 1985; Rogers, 1985; Chansang
dkk, 1981; Johanes,
1975). Penurunan kulaitas air di suatu kawasan akan ditandai,
antara lain dengan
terjadinya eutrofikasi atau meningkatnya jumlah nutrisi
disebabkan oleh polutan.
Selain itu, terjadi perpindahan fase ke komunitas yang di
dominansi oleh karang
kerang ke komunitas yang dominansi oleh alga (Edwards &
Gomez, 2008; Hughes,
1994; Done, 1992). Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh
Yayasan Terumbu
Karang Indonesia (TERANGI) tahun 2013 tentang Inventarisasi
Ekosistem Terumbu
Karang di Perairan Desa Tanjung Binga dan Desa Keciput Kabupaten
Belitung,
diperoleh kualitas air di sekitar perairan kepulauan lengkuas
sebagai berikut:
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-27
Kondisi suhu perairan Kabupaten Belitung pada saat dilakukan
pengamatan
cenderung tinggi, dengan kisaran antara 31,0
Suhu
oC hingga 32,0 oC dengan rata-rata
sebesar 31,2 oC. Suhu tertinggi ditemukan di Selatan Pulau
Pegadur, sedangkan suhu
terendah pada lokasi Selatan Pulau Lengkuas. Hasil pengukuran
salinitas pada lokasi
pengamatan di Kabupaten Belitung berkisar antara 31,00 hingga
32,00 dengan
rata-rata 31,25 . Selama pengamatan, salinitas ini tidak terlalu
bervariasi karena
setiap lokasi memiliki salinitas yang tidak berbeda jauh.
Nilai kecerahan selama pengamatan berkisar antara 8,00 m hingga
12,75 m dengan
rata-rata 9,75 m. Kecerahan terendah terdapat pada Utara Pulau
Kelayang sebesar
8,00 m dan untuk yang tertinggi terjadi di Utara Pulau Kepayang.
Kecerahan selama
pengamatan masih dalam kisaran yang normal, diatas standar mutu
air laut untuk
biota yaitu terumbu karang > 5. Kecerahan merupakan salah
satu parameter fisika
yang memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan karang.
Algae
zooxanthellae membantu proses fotosintesi dan mengontrol laju
pertumbuhan
zooxanthellae. Apabila intensitas cahaya yang masuk kurang ke
dalam perairan,
maka pertumbuhan karang akan sangat lambat dan tidak akan
terbentuk bangunan
kapur.
Kecerahan
Nilai pH yang di dapat selama pengamatan tidak terlalu
bervariasi berkisar antara
7,0 hingga 7,5 dengan rata-rata sebesar 7,4. Ini menunjukkan
setiap lokasi
pengamatan memiliki nilai pH yang tidak berbeda jauh. Secara
umum, kondisi
kualitas air cenderung tidak bervariasi. Berdasarkan dari hasil
pengamatan,
diketahui beberapa parameter kualitas air masih berada dalam
batas normal
berdasarkan Kepmen LH No 51/2004 tentang baku mutu Air Laut.
Faktor-faktor
lingkungan tersebut antara lain pH dan kecerahan. pH atau
derajat keasaman
pH
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-28
merupakan salah satu parameter kimia yang mempengaruhi
pertumbuhan karang.
Pengukuran pH selama masa penelitian masih di dalam kondisi
normal. Bila suatu
perairan laut mendapatkan gangguan maka ion bikarbonat dalam air
laut akan
membentuk suatu larutan penyangga yang mampu menetralisir
ion-ion yang masuk
sehingga derajat keasaman tetap stabil (Gibson dkk, 2005).
Salinitas merupakan parameter kimia yang mempunyai pengaruh yang
besar
terhadap pertumbuhan karang. Nilai salinitas rata-rata sebesar
31,25 menunjukkan
nilai yang cukup rendah, dibawah standar baku mutu (33-34).
Pengaruh salinitas
terhadap kehidupan binatang karang sangat bervariasi tergantung
pada kondisi
perairan laut setempat, bahkan bisa sampai kisaran dari 17,5 -
52,5 (Vaughan, 1919
dan Wells, 1932 dalam Supriharyono, 2000). Seringkali salinitas
di bawah minimum
dan diatas maksimum tersebut karang masih bisa hidup, seperti
tercatat di perairan
Pantai Bandengan, Jepara, Jawa Tengah salinitas nol permil (0 )
untuk beberapa
jam pada waktu air surut yang menerima limpahan air tawar sungai
(Supriharyono,
2000). Jika dibandingkan dengan data salinitas di perairan
Belitung Barat pada
Oktober 2005 berkisar antara 32,62 - 33,32 dengan rata-rata
33,04 . Nilai
tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan di perairan
Belitung Barat bulan Juni
2005 (31,37 ) (BAPPEDA Propinsi Bangka-Belitung dan P2O-LIPI
Tanjungpandan,
2005). Rendahnya nilai salinitas ini dapat terjadi karena
aktifitas di daratan sehingga
debit air tawar yang masuk ke laut cukup tinggi.
Salinitas
3.3. Potensi Sumberdaya Wilayah Pesisir & Pulau-Pulau Kecil
Kabupaten Belitung
Kawasan pesisir Kabupaten Belitung kaya akan sumber daya alam.
Hal ini ditandai
dengan keberadaan ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang
hampir di
seluruh pesisir wilayah Kabupaten Belitung. Untuk Ekosistem
terumbu karang
sendiri, Kabupaten Belitung memiliki luasan mencapai 14.750 Ha.
Luasan ini
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-29
merupakan 49,73% dari total luasan terumbu karang yang dimiliki
oleh Propinsi
Kepulauan Bangka Belitung (BIG, 2012).
3.3.1. Ekosistem Mangrove
Data dari Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung tahun 2011
luasan mangrove di Kabupaten Belitung mencapai 5.139,372 ha.
Luasan mangrove
tersebut termasuk kategori baik. Secara umum kondisi dan sebaran
mangrove di
Kabupaten Bangka disajikan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Luasan mangrove per kecamatan di Kabupaten
Belitung
Kecamatan Kondisi Baik Sedang Rusak Luas Total Badau - - - -
Tanjungpandan - - - - Selat Nasik 5.139,372 - - - Sijuk Membalong -
- - - Kab Belitung 5.139,372 5.139,372
Sumber: DKP Prov Kepulauan Babel 2011
3.3.2. Ekosistem Lamun
Kabupaten Belitung memiliki luasan lamun yang terbesar di
Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Luas daerah yang ditumbuhi lamun di kabupaten
ini adalah
sebesar 3.657,15 ha. Ekosistem lamun di kabupaten ini tersebar
pada berbagai
pulau. Widodo (2004) dalam Aldino, A (2006) menemukan lamun pada
11 pulau di
bagian barat Pulau Belitung, yaitu di P. Mendanau, P. Batu
Dinding, P. Langir, P.
Tanjung Kulit, P. Sebongkok, P. Sebongkok, P. Tikus, P.
Sikindang, P. Nado, P. Ru, P.
Keringan, dan P. Mendulu. Kiswara dkk (2003) lamun juga di
temukan di P. Seliau, P.
Tapok dan Tg Kluang.
Kiswara dkk (2003) dalam Aldino, A (2006) meneliti ekosistem
lamun di Lokasi-
lokasi tempat dijumpai padang lamun di daerah Pulau Belitung
adalah Tanjung
Kluang (03o4030 LS dan 108o1020 BT), Pulau Seliu (03o1430 LS dan
107o3215
BT), Pulau Mendulu (03o0220 LS dan 107o3000 BT), dan Pulau Tapok
(03o0930
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-30
LS dan 108o
Tabel 3.2. Luasan Padang Lamun pada pulau-pulau di Kabupaten
Belitung
1310 BT). Jenis-jenis lamun yang terdapat di wilayah ini adalah
Enhalus
acoroides, Cymodocea rotundata, C. Serrulata, Halodule
pinifolia, Hd. Uninervis,
Halophila ovalis, Halophila spinulosa, Syringodium isoetifolium,
dan Thalassia
hemprichii. Luas tutupan lamun berupa kelompok-kelompok kecil
sampai 10%. Tipe
substrat tempat tumbuh lamun berupa substrat lumpur, pasir
halus, dan puing
karang. Kedalaman tempat tumbuh lamun adalah antara 0,1-1,6 m.
Lamun yang
tumbuh di perairan Belitung umumnya membentuk vegetasi
campuran.
No Nama Pulau Luas P. Lamun (Ha) 1 P. Mendanau 76,029 2 P.
Kembung 0,000 3 P. Batu Dinding 39,119 4 P. Langir 2,506 5 P.
Tanjung Kulit 7,467 6 P. Sebongkok 1,109 7 P. Tikus 0,241 8 P.
Sikindang 5,248 9 P. Nado 45,545 10 P. Ru 50,449 11 P. Keringan
80,252 12 P. Mendulu 60,271
Sumber: Widodo (2004) dalam Aldino, A (2006)
Ekosistem lamun terluas terdapat di Pulau Keringan, yaitu seluas
80,252 Ha. Di
sekitar Pulau Kembung tidak dijumpai ekosistem lamun. Ekosistem
lamun yang
memiliki persentase tutupan tertinggi terdapat di Pulau Tikus
dan Pulau Ru.
Tabel 3.3. Jenis, tutupan, kedalaman, tipe substrat dan tipe
vegetasi lamun di P.
Seliu
No Spesies Luas Tutupan (%) Kedalaman
(m) Tipe
Substrat Vegetasi Tunggal
Vegetasi Campuran
1 E. acroides >10 0,3-1,5 L, PL - + 2 C. rotundata 5 0,1-0,6
PH - + 3 C. serrulata >10 0,2-1,2 PH - + 4 Hd. pinifolia >10
0,1-0,5 L, PH - + 5 Hd. uninervis >10 0,4-0,8 PH,PK - +
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-31
6 Ho. ovalis P 0,3-0,6 PH - + 7 Ho. spinulosa 5 0,5-0,8 PH - + 8
S. isoetifolium >10 0,4-1,2 PH, PK - + 9 T. Hemprichii 5 0,2-1,5
L, PL, PH - +
Sumber: Kiswara dkk (2003) dalam Aldino, A (2006) Keterangan:
P=Pactches; L=Lumpur; PK=Pasir Kasar; PL=Pasir Lumpur, PH=Pasir
Halus
3.3.3. Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang di bagian barat tersebar mulai dari
Kepulauan Lengkuas
Kecamatan Sijuk, Kepulauan Seliu Kecamatan Membalong Kabupaten
Belitung,
Kecamatan Selat Nasik dengan pulau utama adalah Pulau Mendanau
dan hingga ke
Pulau Selemar (Salma) yang berbatasan langsung dengan Kecamatan
Pongok
Kabupaten Bangka Selatan. Kondisi terumbu karang di kawasan ini
menjadi tulang
punggung bagi nelayan lokal karena sebagai habitat penting dari
hasil tangkapan
utama yaitu berbagai jenis ikan karang ekonomis penting hingga
ikan yang
berasosiasi dengan ekosistem terumbu karang. Pulau Salma
berdekatan dengan
Pulau Kueel dimana kedua pulau ini memiliki kondisi terumbu
karang yang masih
alami (Gambar 3.2)
Gambar 3.3 Sebaran Karang Pulau Lengkuas Belitung (Sumber :
Indra Ambalika, 2012)
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-32
Bagian selatan Pulau Belitung kondisi terumbu karang lebih
menyebar dan dengan
spot-spot yang lebih kecil diantara gosong-gosong karang.
Kawasan selatan daerah
ini terkenal dengan pantainya yang landai dengan karang tepi
sepanjang tubir mulai
dari Tanjung Ugo hingga darah Tanjung Rising Pulau Kampak
Kecamatan
Membalong. Terumbu karang di daerah Kecamatan Dendang Kabupaten
Belitung
Timur tersebar mulai dari kawasan teluk yang berhadapan dengan
Pulau Kampak
membalong hingga ke daerah Tanjung Klumpang. Namun tutupan
terumbu karang
di Kecamatan Dendang lebih tipis dan sedikit jika dibandingkan
dengan di kawasan
perairan Kecamtan Membalong bagian selatan.
Gambar 3.4. Ekosistem terumbu karang Pulau Kueel (kiri) dan
Salma (kanan) Kec. Selat Nasik Kabupaten Belitung (Tim Eksplorasi
Terumbu Karang UBB, 2010).
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-33
Gambar 3.5. Peta Sebaran Ekosistem Mangrove, Lamun dan Terumbu
Karang di
Perairan Kabupaten Belitung
3.3.4. Pulau-pulau Kecil
Pulau-pulau kecil yang termasuk dalam wilayah administrasi
Kabupaten Belitung
berjumlah 98 buah dengan luas total 22.023,02 ha. Seluruh pulau
tersebut menyebar
pada lima kecamatan yang ada dengan perincian; Kecamatan
Membalong 24 pulau,
Tanjungpandan 6 pulau, Sijuk 32 pulau, Badau 11 pulau, dan Selat
Nasik 25 pulau.
Pulau Mendanau merupakan pulau yang paling besar di antara
pulau-pulau yang ada
diikuti oleh Pulau Seliu, Pulau Nadu, dan Pulau Batu Dinding.
Pulau terbesar (Pulau.
Mendanau) berukuran luas 12.097,18 ha berada di Kecamatan Selat
Nasik,
sedangkan pulau yang terkecil luasnya hanya mencapai 0,30 ha
yaitu Pulau Genting
Kecil di Kecamatan Membalong. Pulau terjauh berjarak 47.368 m
dari Pulau Belitung
yaitu Pulau Selemar di Kecamatan Selat Nasik. Dari seluruh pulau
tersebut, 11 pulau
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-34
diantaranya berpenghuni yaitu: Pulau Mendanau, Seliu, Gersik,
Rengit,
Kalimambang, Sumedang, Kuil, Kalangbau, Ru, Sebongkok, dan Pulau
Buntar.
3.3.5. Potensi Pariwisata Kabupaten Belitung
Kabupaten Belitung yang beribukota di Tanjung pandan merupakan
gerbang
utama ke Pulau Belitung. Daya tarik wisata di Kabupaten Belitung
merupakan
wisata pantai dan sejarah Belitung. Pariwisata Kabupaten
Belitung yang terkenal
diantaranya, pantai Tanjung Kelayang yang indah, berbatu, dengan
air yang sangat
jernih, pantai Tanjung Tinggi dan Pantai Tanjung Pendam. Pulau
Lengkuas yang
memiliki mercusuar yang cukup tinggi dan mengandung nilai
sejarah yang tinggi
juga menjadi daya tarik wisata bagi Kabupaten Belitung. Museum
Pemda Kabupaten
Belitung di Kota Tanjung pandan menyimpan benda-benda bersejarah
peninggalan
kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di Pulau Belitung
merupakan potensi wisata
sejarah bagi Kabupaten Belitung. Selain wisata pantai dan
sejarah, Belitung juga
kaya akan wisata budaya pesisir. Pantai Tanjung Binga dengan
budaya nelayan
yang kental, ditambah lagi dengan keberadaan Suku Laut dan Suku
Sawang
menambah kekayaan budaya nelayan Pulau Belitung. Upacara Maras
Taun dan
Buang Jong yang rutin diselenggarakan pada saat musim angin
barat untuk
memohon keselamatan dan hasil ikan yang melimpah menjadi daya
tarik budaya
khas Pulau Belitung.
Dari tahun ke tahun jumlah wisatawan mancanegara maupun
wisatawan nusantara
yang berkunjung ke Kabupaten Belitung terus mengalami
peningkatan. Pada tahun
2012 sendiri jumlah wisatawan yang mengunjungi Kabupaten
Belitung mencapai
111.613 wisatawan (BPS Kabupaten Belitung, 2013). Pantai Tanjung
Tinggi, Bukit
Berahu, Pantai Tanjung Pendam, Museum Tanjungpandan, dan
Pemandian Tirta
Merundang merupakan daya tarik wisata yang menjadi unggulan
Kabupaten
Belitung. Gambaran mengenai lima daya tarik wisata unggulan
tersebut dapat
dilihat di bawah ini :
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-35
a. Pantai Tanjung Tinggi
Pantai Tanjung Tinggi berada di Desa Tanjung Tinggi Kecamatan
Tanjung pandan.
Pantai ini berjarak kurang lebih 31 km dari Kota Tanjungpandan
dan tidak jauh dari
Pantai Tanjung Kelayang yang berjarak hanya 4 km saja. Pantai
ini dapat dijangkau
dengan mudah dan didukung dengan kondisi jalan yang memadai.
Pantai Tanjung
Tinggi memiliki ciri khas yaitu batu-batu granitnya yang besar
di tepi pantainya dan
menambah keindahan pantai ini. Pantai ini juga berpasir putih
meskipun kurang
halus, dan memiliki lebar pantai yang lumayan luas ditambah
dengan pepohonan
yang ada di tepi pantai yang menjadikan pantai ini teduh.
Kegiatan yang dapat
dilakukan wisatawan di Pantai Tanjung Tinggi antara lain
berenang, bermain di
pantai, menikmati pemandangan, dan memancing. Sayang kegiatan
wisatawan ini
agak terganggu dengan keadaan pantai yang agak kotor.
Pantai tanjung tinggi sangat potensial dijadikan sebagai lokasi
rekreasi pantai dan
snorkeling. Jika kita baru melihat kondisi underwater di Pantai
Tanjung Tinggi, kita
akan disambut oleh ratusan hingga ribuan ikan Atherinomorus sp.
yang
berkelompok membentuk formasi yang artistik (schooling). Setelah
itu kita akan
menjumpai lapisan lamun yang didominasi oleh jenis Cymadocea,
ditemukan pula
jenis Thalassia dan jenis lamun Halophilla namun jumlahnya
sangat sedikit.
Selanjutnya kita akan melihat lapisan makroalga yang didominasi
oleh Padina dan
Sargasum. Kadang dijumpai pula jenis makroalga Tubinaria tapi
jumlahnya sangat
sedikit. Semakin kearah tengah dan perairan lebih dalam, kita
baru menjumpai
karang massif kemudian baru diikuti oleh jenis terumbu karang
lainnya.
Kondisi terumbu karangnya lumayan cantik dan menyenangkan untuk
dijadikan
sebagai lokasi snorkeling. Sayangnya karang yang cukup luas dan
memanjang ke
bagian utara mengikuti kontur tanjung ini berdasarkan hasil
pengamatan langsung
ke lapangan pada Agustus 2014 oleh Tim Eksplorasi terumbu Karang
Universitas
Bangka Belitung menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karangnya
sepi dengan
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-36
jenis ikan-ikan karang. Hal ini ternyata ikan karang sering
ditangkap oleh masyarakat
untuk kemudian dijual kepada wisatawan.
Gambar 3.6. Foto Keindahan underwater di Pantai Tanjung Tinggi
di tanjung bagian timur (foto : koleksi pribadi Indra Ambalika
Syari).
b. Pantai Tanjung Kelayang Desa Keciput
Pantai Tanjung Kelayang adalah pantai berpasir putih yang luas
dan panjang, air
yang biru jernih hingga menembus dasar dan bebatuan granit yang
berukuran
raksasa. Pantai ini berjarak sekitar 27 Km dari Tanjung Pandan
ibukota Kabupaten
Belitung. Pantai Tanjung Kelayang memang eksotis. Pantas saja
pantai ini sering
menjadi lokasi sail internasional dan nasional. Pantai ini telah
tertata dengan baik,
terdapat rumah makan, cottage dan tempat-tempat duduk bagi
pengunjung yang
datang ke pantai ini. Saat memandang pantai, terdapat pulau yang
jaraknya cukup
dekat yang sangat eksotis. Selain itu tampak diantara lautan
yang luas, menyembul
batu-batu granit berukuran raksasa. Diantaranya ada yang disebut
Pulau Batu
Garuda karena ada batu yang bentuknya seperti kepala burung
Garuda. Konon
ceritanya, nama kelayang diambil dari nama burung yang banyak
terdapat di
pantai ini. Selain itu, tampak pula Pulau Lengkuas dengan ciri
khasnya terdapat
mercusuar. Dari sudut tanjung pantai ini tampak jelas pula Pulau
Kepayang dan
Pulau Pegadur.
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-37
Bila dilakukan penyusuran dari pantai hingga pulau, yang tersaji
adalah hamparan
lamun (seagrass beds) yang didominasi oleh jenis Enhalus
acoroides, Halodule dan
Cymadocea. Setelah mencapai pulau, tersaji hamparan makroalga
yang cukup luas.
Makroalga ini didominasi oleh jenis Sargassum dan Padina.
Hamparan alga yang luas
ini hampir sama dengan yang terdapat di Pantai Tanjung Tinggi
yang memang
lokasinya tidak terlalu jauh dengan Pantai Tanjung Kelayang.
Setelah cukup jauh
berenang dan melewati pulau barulah ditemukan hamparan terumbu
karang yang
sangat indah dan cukup sehat. Tak heran saat pengamatan pada 17
Oktober 2014
ditemukan Penyu dewasa yang berenang di Pantai ini.
Gambar 3.7. Foto Keindahan Pantai Tanjung Kelayang dan ekosistem
lamun didalamnya (foto : koleksi pribadi Indra Ambalika Syari).
c. Pantai Bukit Berahu
Pantai Bukit Berahu terletak di Desa Tanjung Binga, 20 km ke
arah utara dari Kota
Tanjung pandan. Pantai yang berpasir putih ini memiliki
pemandangan yang indah
ke arah laut lepas, dimana terdapat batu-batuan besar di tengah
laut dan terdapat
semacam pulau kecil berupa kumpulan batu karang dan pepohonan.
Di sekitar
pantainya tumbuh pula pepohonan yang dapat digunakan oleh para
pengunjung
untuk berteduh.
Pantai ini telah dikembangkan dengan cukup baik. Terdapat
restoran, kolam renang
dan cottage di pantai ini. Dari restoran yang cukup tinggi kita
dapat melihat view
pantai Desa Tanjung Binga yang mempesona. Terdapat dua pulau
yang terlihat
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-38
dengan perahu-perahu dan bagan perahu milik nelayan. Pantai di
kawasan ini
dangkal sehingga cukup aman untuk berenang dan terdapat pula
ekosistem
terumbu karang.
Gambar 3.8. Foto Keindahan Pantai Tanjung Binga (kiri) dan
Pantai Bukit Berahu (kanan). foto : koleksi pribadi Indra Ambalika
Syari.
Selain potensi pantai-pantai yang mempesona, potensi pulau-pulau
kecil didaerah
gugus pulau lengkuas pun sangat besar untuk dikembangkan.
Sebagai contoh untuk
wisata konservasi penyu yang telah dikembangkan di Pulau
Lengkuas oleh penjaga
pulau tersebut secara mandiri dimana setiap tukik dihargai Rp
30.000,- sedangkan di
Pulau Kepayang telah dikembangkan program adopsi tukik dengan
harga Rp
50.000,- oleh LSM Kelompok Peduli Lingkungan Belitung (KPLB).
Selain itu di Pulau
Kepayang pun sudah dibuka tempat makan dan paket wisata bahari
oleh lembaga
ini. Di Pulau Burung sudah dikembangkan budidaya perikanan laut
yaitu
pembesaran ikan kerapu.
d. Pantai Tanjung Pendam
Pantai Tanjung Pendam terletak di Kota Tanjung pandan, tidak
jauh dari Museum
Pemda Tk. II Belitung. Di pantai ini wi-satawan dapat me-nikmati
suasana sunset
yang indah di sore hari, dan pemandangan yang indah ke laut
lepas. Keindahan
pantai ini didukung oleh keindahan gedung-gedung peninggalan
jaman kolonial
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-39
Belanda di daerah belakang pantainya sehingga wisatawan merasa
berada di
sebuah kota tua. Selain itu, karena lokasinya terletak di pusat
kota ,objek wisata ini
cukup banyak pengunjungnya terutama pada hari-hari libur.
Biasanya para
pengunjung yang datang tidak hanya untuk menikmati sunset saja,
tetapi
kebanyakan pengunjung yang mayoritas anak muda, datang ke pantai
ini hanya
untuk bersantai saja.
Pantai Tanjung Pendam sudah memiliki beberapa sarana penunjang
seperti kios-kios
makanan, shelter, bangku-bangku, dan toilet yang membuat
pengunjung menjadi
lebih betah untuk tinggal. Tapi sayang, luas pantainya sempit
dan pantai ini tidak
bisa digunakan untuk berenang oleh wisatawan. Hal ini
dikarenakan adanya pasir
hisap di sekitar tepi pantai yang konon dikarenakan bekas galian
timah di pantai ini,
dan telah banyak memakan korban.
e. Kawasan Wisata Budaya Pesisir Tanjung Binga
Daya tarik wisata unggulan Kawasan Wisata Budaya Pesisir-Tanjung
Binga adalah
Pantai Tanjung Binga dengan budaya pesisir yang kental dan
keberadaan Suku Laut
dan Suku Sawang, serta Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung
Tinggi, dan Pulau
Lengkuas dengan mercusuar peninggalan Belanda. Kawasan Wisata
Budaya Pesisir
juga kaya akan tradisi upacara adat laut, seperti Maras Taun dan
Buang Jong.
Kekayaan wisata budaya Belitung dapat dilihat juga pada Museum
Tanjungpandan
yang menyimpan benda-benda bersejarah peninggalan kerajaan yang
pernah
berdiri di Pulau Belitung.
Kawasan Wisata Budaya Pesisir-Tanjung Binga memiliki potensi
pasar wisatawan
nasional yang cukup besar, terutama dari Pulau Jawa, karena
lokasi geografis yang
relatif dekat dan aksesibilitas yang semakin mudah. Kondisi
jalan menuju kawasan
wisata ini juga sangat baik, namun beberapa rute jalan menuju
objek-objek wisata
tertentu masih dalam kondisi yang kurang baik. Ketersediaan
fasilitas penunjang
wisata yang cukup lengkap, ditunjang keberadaan Bandara HAS
Hanandjoeddin dan
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-40
Pelabuhan Tanjungpandan akan memacu perkembangan pariwisata di
kawasan
wisata unggulan ini. Gambaran daya tarik wisata unggulan kawasan
wisata budaya
pesisir Tanjung Binga dapat dilihat pada Gambar 2.3
Gambar 3.9. Pulau Babi yang berhadapan dengan perairan Desa
Tanjung Binga (kiri)
dan Potensi Terumbu Karang Tanjung Binga (kanan). Sumber : Tim
Eksplorasi terumbu Karang UBB, 2010
Kegiatan pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam
menunjang
perekonomian Kabupaten Belitung. Setidaknya 15,63% Produk
Domestik Regional
Bruto Kabupaten Belitung berasal dari sektor ini. Ada 25 lokasi
kawasan pariwisata
yang tersebar di seluruh wilayah pantai dan pesisir. Lokasi
tersebut memiliki pantai
yang indah dan berpasir putih (BPS Kabupaten Belitung, 2013).
Keindahan tersebut
bertambah dengan adanya gugusan terumbu karang yang mengelilingi
hampir di
semua pulau - pulau kecil yang ada. Daya tarik wisata pesisir
yang dimiliki Kabupaten
Belitung dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.4. Daya Tarik Wisata Pesisir Kabupaten Belitung
No Daya Tarik Wisata Jenis Lokasi
1. Pantai Tanjung Pendam Wisata alam (pantai) Tanjungpandan
2. Pantai Tanjung Tinggi Wisata alam (pantai) Kecamatan
Sijuk
3. Pantai Tanjung Kelayang Wisata alam (pantai) Kecamatan
Sijuk
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-41
4. Pantai Tanjung Binga Wisata alam (pantai) Kecamatan Sijuk
5. Pantai Mabai Wisata alam (pantai) Kecamatan Sijuk
6. Pantai Pendaunan Indah Wisata alam (pantai) Kecamatan
Sijuk
7. Pantai Penyairan Wisata alam (pantai) Kecamatan Sijuk
8. Pantai Secupak Wisata alam (pantai) Kecamatan Sijuk
9. Bukit Berahu Wisata alam (pantai) Desa Tanjung Binga,
Sijuk
10. Pantai Penyabong Wisata alam (pantai) Kecamatan
Membalong
11. Pantai Tanjung Rusa Wisata alam (pantai) Desa Tanjung Rusa,
Membalong
12. Pantai Teluk Gembira Wisata alam (pantai) Kecamatan
Membalong
13. Pantai Tanjung Kiras Wisata alam (pantai) Kecamatan
Membalong
14. Pantai Mentigi Wisata alam (pantai) Kecamatan Membalong
15. Pulau Seliu Wisata alam Kecamatan Membalong 16. Pulau Batu
Dinding Wisata alam Kecamatan Selat Nasik
17. Mercusuar Tanjung Lancur Wisata sejarah Kecamatan Selat
Nasik
18. Mercusuar Pulau Lengkuas Wisata sejarah Pulau Lengkuas
Sumber: Dinas Perhubungan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung,
2004. Direktori Pariwisata Kepulauan Bangka Belitung, 2004.
Dinas Pendidikan, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Bangka
Selatan,
2005.
3.4. Ancaman terhadap Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Sumber daya pesisir yang telah memberikan manfaat ekologi maupun
ekonomi saat
ini terancam mengalami degradasi. Hingga saat ini masih
ditemukan kegiatan
pemanfaatan sumber daya yang tidak memperhatikan kelestarian
ekosistem pesisir
tersebut. Penambangan timah lepas pantai diindikasikan sebagai
penyebab utama
-
Satker : Pekerjaan : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penyusunan Dokumen Rencana Pengelolaan Kepulauan Bangka Belitung
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Tahun Anggaran 2014 di
Kabupaten Belitung
Laporan Akhir III-42
kerusakan ekosistem terumbu karang di Pulau Bangka (BIG, 2012).
Hal ini
dikarenakan belum adanya rencana pengelolaan kawasan pesisir dan
laut secara
terpadu. Rendahnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya
keberadaan
ekosistem pesisir memperparah kondisi tersebut. Apabila hal ini
terus berlanjut
maka hilangnya sumber penghidupan khususnya bagi masyarakat
pesisir dapat
terjadi. Di Pulau Belitung ancaman terhadap Kawasan Konservasi
Perairan Daerah
yang telah ditetapkan dapat diformulasikan antara lain :
A. Ancaman di Bidang Sosial, Ekonomi, dan Budaya :
1. Rendahnya Pendidikan Sumberdaya Manusia di Wilayah