Top Banner
Hilmy Bakar RenaisanS IndonesiA Menggagas Gerakan Kebangkitan Pasca Reformasi Di Indonesia Sebuah Refleksi Spiritual Aktivis Muslim Pasca Bencana Tsunami Di Aceh 1
416

RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Jun 10, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Hilmy Bakar

RenaisanSIndonesiA Menggagas Gerakan Kebangkitan

Pasca Reformasi Di Indonesia

Sebuah Refleksi Spiritual Aktivis Muslim Pasca Bencana Tsunami Di Aceh

1

Page 2: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

PENGANTAR PENULISAlhamdulillahi Rabb al-Alamin, segala puja puji hanyalah milik Allah,

Rabb yang Menguasai seluruh alam raya. Shalawat dan salam kehadirat Rasulullah Muhammad SAW, Nabi besar terakhir yang telah memimpin perjuangan agung pembebasan umat manusia, memimpin dan mengarahkannya menuju tatanan yang penuh dengan keadilan, kemakmuran dan kedamaian. Demikian pula semoga keselamatan dan kesejahteraan senantiasa terlimpahkan kepada keluarga dan para shahabat serta pengikutnya hingga hari akhir kelak, amin...

Setelah lebih 60 tahun kemerdekaannya, kini bangsa Indonesia benar-benar berada di persimpangan jalan yang sangat kritis, bahkan kalau tidak berlebihan dapat dikatakan sedang melaju kencang menuju jurang kehancuran. Bagaimana tidak, peristiwa-peristiwa yang terjadi belakangan ini telah menimbulkan kecemasan dan ketakutan, baik di kalangan para pemimpin, ulama, ustadz, cendikiawan, politisi, pengusaha, mahasiswa dan lainnya. Bangsa besar yang dibangun dengan tetesan darah dan pengorbanan tiada taranya oleh para pahlawan agung sejak berabad silam sedang digrogoti dan dicabik-cabik oleh anak bangsa sendiri dengan berbagai penyakit sosial yang amat kronis, terutama korupsi yang sudah merajalela ke semua tingkatan. Bangsa yang terkenal keramah tamahannya sejak dahulu kala kini telah berubah bagai bangsa bar-bar yang saling membunuh sesamanya akibat perkara sepele. Pembunuhan demi pembunuhan dan pembantaian terjadi bukan hanya disebabkan oleh masalah SARA (suku, agama dan ras) saja, namun kini sesama satu agama dan satu sukupun saling membunuh akibat kefanatikan kepada pemimpin dan golongan politiknya. Beberapa provinsi dan daerah menginginkan kemerdekaan dan lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia akibat keserakahan para opurtunis dan hipokrit yang mementingkan diri dan golongannya. Egoisme para elit politik telah menambah runyamnya permasalahan bangsa ini yang pada ujungnya telah menimbulkan konflik horizontal di tengah-tengah masyarakat. Hadirnya provokator dari kaum tersingkir dan terpinggirkan, terutama golongan anarkhis yang menghalalkan segala cara telah mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Demikian pula kehadiran agen-agen kekuatan asing yang mencampuri urusan dalam negeri serta tekanan-tekanan negara maju, baik dalam bidang ekonomi, politik, keamanan dan budaya menambah permasalahan bangsa yang kian hari kian ringkih dan terpuruk. Kini bangsa Indonesia benar-benar berada di persimpangan jalan yang dapat menghilangkan eksistensinya dari muka bumi.

Gerakan reformasi yang dimotori para mahasiswa dengan tujuan mulia serta telah berhasil menumbangkan rezim korup Soeharto, kini telah menimbulkan dilema baru bagi bangsa Indonesia. Gerakan yang bercita-cita mewujudkan sebuah tatanan Indonesia baru yang lebih adil dan makmur

2

Page 3: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

serta demokratis, pada akhirnya menimbulkan keadaan sebaliknya dengan berkembangnya sebuah tatanan masyarakat yang kelewat bebas, tidak mengindahkan hukum, bahkan lebih jauh telah mengakibatkan munculnya gerakan-gerakan sparatis yang ingin memisahkan diri dari negara Indonesia dengan alasan kebebasan dan demokrasi. Demikian pula gerakan reformasi telah melakhirkan pemerintahan yang dianggap sah atas nama rakyat, namun penuh dengan kotraversi, kekaburan, kegamangan, rivalitas serta diwarnai konflik demi konflik antar elit penguasa yang menambah keruh keadaan bangsa ini. Keadaan ini telah menimbulkan kekecewaan para penggerak reformasi, terutama para mahasiswa yang kembali turun ke jalan untuk meluruskan keadaan dan kembali memperjuangkan tuntutan reformasi. Mereka menganggap gerakan reformasi telah menyimpang dari jalurnya dan perlu diluruskan kembali. Gerakan reformasi kembali menggulung rezim kontraversial Abdurrahman Wahid yang telah terkena sindrome diktator.

Gerakan reformasi sekali lagi mengantarkan Megawati, salah seorang yang dikatakan menjadi penggerak reformasi, menjadi Presiden RI menggantikan Gus Dur yang dianggap tidak mampu menjalankan amanah reformasi. Megawati menjadi tumpuan dan harapan rakyat, termasuk yang menolaknya terdahulu seperti Amien Rais dan kelompok Islam. Pemerintahannya diharapkan dapat mengantarkan Indonesia baru yang adil, makmur, aman damai serta sejahtera sebagaimana diamantkan dalam UUD 45 dan GBHN. Namun pada kenyataannya, setelah menjadi Presiden, Megawati yang pendiam dan tertutup tidak dapat berbuat banyak untuk merubah keadaan bangsa dan negara yang semakin kusut dan semrawut ini, bahkan para pengkritiknya, seperti dari kalangan INDEMO yang dimotori Hariman Siregar dan Adnan Buyung menganggapnya tidak memiliki hati nurani dan kepekaan terhadap penderitaan rakyat. Lebih jauh model kepemimpinannya yang gamang dan berfihak kepada konglomerat hitam telah menimbulkan permasalah-permasalahan baru yang semakin kompleks dan rumit. Bersamaan dengan itu, pemerintah disibukkan dengan bencana alam yang memecah konsentarsi dan fokusnya, seperti banjir di Jakarta dan beberapa daerah lainnya yang menimbulkan penderitaan baru dan kekecewaan. Semua ini seakan menegaskan timbulnya malapetaka demi malapetaka bagi bangsa Indonesia yang selama ini memang penuh dengan malapetaka.

Bangsa Indonesia menaruh harapan besar kepada Megawati agar dapat memimpin bangsa besar ini menuju Indonesia baru yang dicita-citakan. Megawati memang telah menyelesaikan beberapa agenda bangsa, tapi terlalu banyak permasalahan bangsa yang tidak tertangani bahkan terkesan gamang. Sehingga Amien Rais, yang mendukung pengangkatannya sebagai Presiden, mulai mengkritiknya, bahkan menyatakan telah terjadi pembusukan terstruktur dalam kabinet Megawati. Akhirnya Megawatipun mengalami nasib seperti para pendahulunya yang dihujat dan disalahkan. Mahasiswa dan beberapa komponen bergerak meluruskan kembali arah

3

Page 4: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

reformasi karena Mega dianggap tidak becus dan tidak serius mengemban amanah reformasi. Apalagi sikap suaminya, Taufik Kiemas, yang terkesan dominan dan ikut mengintervensi tugas-tugas Presiden menambah kompleknya permasalahan. Tidak diragukan bahwa gaya kepemimpinan Megawati yang tertutup dan tidak memperhatikan kehendak kaum reformis telah menjatuhkan citranya dan dapat dikalahkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Pemilihan Umum Presiden secara langsung yang pertama kali diterapkan di Indonesia.

Walaupun pada awalnya mendapat penolakan yang kuat dari kelompok nasionalis reformis, Islam moderat dan fundamentalis, serta beberapa Ulama dan Habaib, tapi akhirnya SBY memenangkan pemilihan umum karena tidak ada pilihan lain, karena sistem demokrasi yang diterapkan mengharuskan adanya pemenang. Untuk sementara bangsa Indonesia boleh bersuka ria, karena telah berhasil melaksanakan pesta demokrasi secara aman dan sukses menempatkan Presiden baru yang dipilih langsung oleh rakyat, bukan oleh wakil-wakil mereka di MPR sebagaimana sistem terdahulu. Namun kenyataannya, setelah 100 hari, pemerintahan SBY tidak mampu memberikan sebuah kebijakan dasar yang strategis kepada bangsa Indonesia untuk keluar dari krisis multi dimensi yang sedang melandanya. Bahkan kebijakan SBY untuk menaikkan harga BBM telah menjatuhkan citranya, dianggap telah menghianati janji-janjinya ketika berkampanye dahulu. Kenaikan Jusuf Kalla sebagai Ketua Umum Golkar, partai pemenang pemilu jelas menambah sulitnya kedudukan SBY, karena di DPR dia hanya didukung oleh kelompok minoritas. Akhirnya bencana demi bencana yang tengah menimpa Indonesia, dari Nabire Papua, Alor NTT dan terakhir bencana dahsyat tsunami Aceh telah mempertanyakan kredibilitas kepemimpinan SBY yang ternyata tidak dapat memberikan perubahan mendasar kepada bangsa Idonesia, sekaligus mengantarkannya menuju sebuah bangsa maju, berharkat dan berdaulat sebagaimana dicita-citakan. Akankah SBY dapat bertahan? Waktulah yang menjawab.

Jika gerakan reformasi yang diharapkan dapat mengubah keadaan bangsa Indonesia, tapi ternyata tidak mampu lagi menyelamatkan bangsa yang sedang melaju menuju jurang kehancuran bahkan kini gerakan reformasi telah dianggap mati muda (prematur), sebagaimana dikemukakan berbagai kalangan, maka akankah bangsa ini dibiarkan terombang-ambing menuju jurang kehancuran? Kemudian akankah bangsa Indonesia menjadi bangsa yang adil dan makmur jika SBY turun dan digantikan misalnya dengan Amien Rais, Hidayat Nurwahid atau selainnya ? Akankah penderitaan dan kepedihan bangsa ini akan berakhir jika hanya berganti pimpinan, siapapun orangnya? Akankah bangsa ini kembali memperoleh keagungan dan kejayaannya hanya dengan mengganti presiden X dengan presiden Y saja?

Tentu permasalahannya tidak semudah itu. Karena krisis multi dimensi yang dialami bangsa ini bukan hanya akibat kegagalan dan kelemahan presiden atau pemimpinnya semata. Karena hakikatnya

4

Page 5: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

permasalahan fundamental bangsa ini atau lebih jauh krisis multi dimensi yang diderita bangsa Indonesia pada saat ini adalah akumulasi dari krisis demi krisis dan kegagalan demi kegagalan masa lalu, baik masa orde lama, orde baru maupun orde sesudahnya. Itulah sebabnya tidak mengherankan jika Megawati dahulu menganggap pemerintahan yang dipimpinnya sebagai pemerintahan keranjang sampah, tempat bermuaranya segala bentuk kelemahan, kejahatan, penyimpangan dan kesalahan masa lalu.

Siapapun yang memimpin bangsa ini, baik negarawan, hartawan, cendikiawan atau agamawan sekalipun, pasti akan mengalami kegagalan demi kegagalan sebagaimana yang telah disaksikan bangsa Indonesia. Sejarah perjalanan bangsa ini yang dipimpin Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati ataupun SBY telah membuktikannya. Dan tidak diragukan lagi setelah 60 tahun bangsa ini tegak, cita-cita Indonesia yang adil makmur belum pernah terjadi, bahkan dari waktu ke waktu kezaliman dan kesengsaraan semakin merajalela, rakyat miskin bertambah banyak, pengangguran semakin tinggi, jurang kemakmuran semakin melebar, persatuan dan kesatuan bangsa makin terancam, bahkan di era reformasi dan keterbukaan ini keadaannya semakin menjadi-jadi. KKN yang ditentang dan diberantas gerakan reformasi, semakin tumbuh subur, terutama di BUMN sebagai lahan basah koruptor untuk mencari dana politik. Bahkan tindakan pejabat pada era reformasi jauh lebih kejam dari pejabat korup terdahulu di jaman Soeharto. Jika dahulu pejabat menjadikan BUMN sebagai sapi perahan, dimana sapinya dipelihara agar tetap sehat dan dapat diperah, namun tindakan pejabat sekarang lebih gila, mereka menjul sapi perahannya, sehingga tidak ada lagi tersisa untuk kepentingan umum. Para pejabat pemerintah, baik di pusat ataupun daerah berlomba-lomba melakukan tindakan terkutuk korupsi, seperti yang menimpa sebagian besar anggota DPRD ataupun pejabat Gubernur dan Bupati, bahkan kini korupsi mereka lakukan secara berkelompok seperti yang terjadi pada anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang menghebohkan masyarakat. Para elit negara benar-benar sudah kehilangan hati nurani terhadap penderitaan rakyatnya, mereka asyik menikmati berbagai fasilitas mewah negara di tengah kesengsaraan dan kemiskinan.

Jika dalam waktu dekat ini tidak ada perubahan fundamental yang merespon permasalahan bangsa Indonesia, maka sudah dapat dipastikan bahwa bangsa ini akan meluncur pasti menuju jurang kehancurannya. Pertanyaan utama yang segera dijawab, kenapa semua ini bisa terjadi? Apa inti permasalahan yang dihadapi bangsa ini sehingga mengantarkannya seperti keadaan sekarang ini ? Lingkaran setan persoalan bangsa ini harus diurai satu persatu.

Memahami Inti Permasalahan , Mencari Jalan KeluarSetelah berakhirnya era Habibie, tepatnya sejak awal tahun 2000an

penulis menjauhkan diri (uzlah) dari segala hiruk pikuknya dunia politik, setelah terakhir menjadi Bendahara Umum Partai Daulat Rakyat (PDR) dan

5

Page 6: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

ikut dicalonkan sebagai anggota DPR/MPR mewakili NTB. Dengan kemampuan dan pengetahuan yang ada, disertai dengan upaya penjernihan hati, perasaan dan fikiran, penulis berupaya melihat dan mengganalisis apa sebenarnya yang terjadi pada bangsa tercinta ini. Mencoba memahami keadaan dan realitas bangsa yang sedang gonjang ganjing tidak menentu, terutama di zaman pemerintahan Gus Dur yang penuh dengan kontraversi dengan kebijakan-kebijakannya yang menambah permasalahan bangsa di tengah-tengah keterpurukannya. Penulis benar-benar mengambil posisi di luar arena permainan dan sebagai penonton aktif, sekaligus memikirkan dan merenungkan dalam-dalam nasib bangsa ini. Pasti ada yang salah pada bangsa ini sehingga tertimpa musibah demi musibah tanpa akhir. Seorang ustadz senior penulis yang kharismatis menganggap kenaikan Gus Dur dan Megawati menjadi Presiden adalah puncak musibah dari segala musibah pada bangsa ini. Kejadian demi kejadian yang menimpa wakil-wakil rakyat terhormat di DPR/MPR benar-benar menjadi tontonan menarik sebuah episode drama politik yang sangat tragis pada bangsa besar ini. Demikian pula kenaikan Megawati menggantikan Gus Dur, menambah kecemasan penulis terhadap keadaan dan masa depan bangsa ini. Kenaikan Megawati yang ditolak keras oleh kalangan Ulama dan Cendekiawan Islam akhirnya benar-benar meyakinkan penulis bahwa bangsa ini sedang menghadapi masalah serius, benar-benar ada yang salah, jika tidak diluruskan secepatnya, maka pasti bangsa ini akan meluncur menuju jurang kehancuran dan perpecahan, dan tidak mustahil eksistensi Indonesia hanya tinggal dalam kenangan masa lalu. Dan permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia tentunya bukan sekedar permasalahan ekonomi, politik, kepemimpinan, manajemen dan sejenisnya, tapi pasti masalah yang sangat fundamental bagi bangsa Indonesia.

Keadaan ini menambah kepedihan dan kegelisahan batin penulis, yang menurut para psikolog sedang mengalami krisis separoh baya menjelang usia 40 tahun. Bagaimana tidak, keadaan yang gonjang ganjing ini pasti berakibat buruk pada rakyat jelata yang sudah penuh dengan beban penderitaan. Mereka berharap para pemimpin yang didukunngnya mati-matian dapat menyelesaikan permasalahan mereka sekaligus mengeluarkan mereka dari kemiskinan, keterbelakangan dan ketertindasan yang telah mereka alami dari masa ke masa. Namun kenyataannya, para pemimpin dengan segelintir pengikutnya yang fanatik justru mengobarkan kebencian dan menyulut peperangan di antara mereka, yang sama-sama satu agama, sama-sama berjuang mengatasnamakan agama, sebagaimana yang dilakukan pengikut fanatik Gus Dur di Jawa Timur yang menyerang sarana sosial dan pendidikan yang di kelola warga Muhammadiyah disebabkan karena Amien Rais dianggap sebagai dalang pelengseran Gus Dur. Pada saat yang sama pembantaian demi pembantaian terhadap kaum muslimin terjadi di Ambon dan Maluku yang digerakkan oleh kelompok separatis RMS yang berlinduk dibalik fanatisme agama tertentu. Pembunuhan terencana dan terstruktur ini rupanya sudah dipersiapkan lama dengan pengorganisasian matang serta

6

Page 7: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

memanfaatkan kondisi politik yang sedang gonjang ganjing. Itulah sebabnya tidak mengherankan pemuda Muslim gagah berani seperti Jaafar Thalib dan lainnya tampil kehadapan membela saudaranya yang dibantai, sementara pemerintah hanya sibuk dengan permasalahan intrik politik yang mereka hadapi. Pada saat yang sama ada sekelompok orang yang ingin membawa perang di Maluku menjadi perang agama yang sudah pasti akan mengobarkan perang saudara di Indonesia.

Kegelisahan dan kepedihan batin ini telah mendorong penulis untuk menyendiri, menyibukkan diri dengan kebiasan lama yang hampir 5 tahun terakhir terbengkalai, membaca dan menulis. Pada saat-saat kegelisahan ini, penulis berhasil merampungkan beberapa buah buku, lebih kurang 12 buku yang membahas berbagai permasalahan, terutama dalam bidang pemikiran dan gerakan Islam. Diantaranya adalah buku yang cukup laris dan kontraversial Panduan Jihad Untuk Aktivis Gerakan Islam, diterbitkan oleh Gema Insani Pres (2001) dan Membangun Kembali Sistem Pendidikan Kaum Muslimin oleh Azzahra Univ. Pres (2002). Namun kegelisahan penulis terus berlanjut di tengah-tengah drama tragis yang dibintangi kaum opurtunis yang mempertaruhkan masa depan bangsa Indonesia, bangsa muslim terbesar di dunia. Bisa saja penulis lari dari kenyataan ini, hidup menyendiri, tidak perduli dengan nasib bangsa Indonesia, ataupun pergi mernatau kembali ke luar negeri sebagaimana yang dilakukan sebagian teman-teman yang idialis. Namun hati kecil penulis tidak dapat menerima 'pelarian tanggung jawab ini", jangan sampai penulis seperti Nabi Ayub yang mesti ditelan ikan paus untuk kembali kepada kaumnya. Toh pelarian tidak akan membebaskan penulis dari tanggungjawab kepada umat, dan apa jawaban penulis jika kelak Allah SWT mempertanyakan tanggungjawab sosial penulis terhadap masa depan bangsa Indonesia? Sementara Rasulullah telah memperingatkan dengan keras, "barangsiapa yang tidak memperhatikan kepentingan kaum muslimin, maka dia bukanlah tergolong dari umat Muhammad saw". Penulis tidak mungkin lari dari tanggungjawab ini, masalah bangsa Indonesia adalah masalah kaum Muslimin, karena mereka mayoritas.

Kegelisahan dan rasa tanggung jawab menjadi dorongan utama penulis untuk mencari jawaban pasti terhadap permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia. Hampir semua waktu, tenaga dan kemampuan penulis curahkan untuk mendapatkan jawaban masalah ini, sampai banyak masalah pribadi dan keluarga yang terbengkalai. Penulis berharap dengan pencarian ini adalah sekaligus menjadi semacam sarana pencerahan spiritual yang seharusnya dilakukan oleh mereka yang akan menginjak usia 40 tahun, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ibrahim as, Yusuf as, Musa as sampai kepada Muhammad saw yang menjadi model dalam menggerakkan perubahan sosial dalam membangun masyarakatnya sebagaimana dicontohkan al-Qur'an.

Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis telah mengaduk-aduk perpustakaan pribadi, mencari referensi serta membaca literatur-literatur

7

Page 8: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

klasik dan modern, baik tentang Islam, filsafat, pemikiran kontemporer politik, ekonomi, gerakan sosial sampai manajemen dan psikologi. Penulis sibuk mengunjungi toko buku ternama sampai pasar loak buku dibilangan Pasar Senen, untuk mendapatkan buku-buku yang dapat dijadikan referensi, dan di pojokan TIM penulis mendapatkan buku-buku lama karangan Soekarno dan beberapa buku-buku referensi wajib kaum sosialis. Di samping itu penulis bersama beberapa rekan yang sepandangan berkelana dari satu ulama ke ulama lain, habib satu ke habib lain, cendekiawan satu ke yang lain, sampai menemui para pejuang, aktivis dan mujahid yang tidak terhitung banyaknya dari Aceh, Medan, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB sampai Malaysia, Thailand, Singapura, Sulu, Moro dan sekitarnya. Bersamaan itu, penulis juga aktiv berdialog dengan beberapa ulama-ulama Timur Tengah dan cendekiawan non muslim dari Australia, Canada, Amerika dan negara-negara Eropa.

Yang paling menggembirakan dan mengobati hati, penulis dapat kembali bersama-sama dengan ustadz yang telah membimbing penulis sejak usia belasan tahun lalu dan sedang menghadapi cobaan, ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang penulis kenal sejak tahun 80an. Sejak penangkapan beliau akhir 2002 di Solo dengan tuduhan mendalangi bom Bali, yang kemudian ditempatkan di Rumah Sakit Polisi Kramat Jati, dipindahkan ke Rumah Tahanan Salemba dan terakhir di Cipinang, penulis selalu berkunjung dan mendiskusikan beberapa permasalahan kepada beliau. Di tengah-tengah masa luang, kami selalu mendikusikan permasalahan bangsa dan perjuangan Islam. Fikiran-fikiran jernih beliau, keistiqomahan serta keberanian menentang kezaliman, telah memberikan inspirasi kepada penulis. Bahkan kami memiliki pandangan yang sama terhadap permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia.

Pada awal 2003an, bersama dengan beberapa aktivis Islam, penulis mencoba untuk mempertemukan berbagai aliran pemikiran para ulama, habaib dan aktivis gerakan Islam dalam sebuah forum yang dinamakan Mudzakarah Ulama dan Habaib Nasional yang berlangsung sebulan sekali yang diselenggarakan di Jakarta, Medan, Solo, Yogya, Bandung, Kebumen, Surabaya, Bogor dan lainnya. Musyawarah rutin yang sudah berjalan lebih 20 kali ini telah banyak memberikan inspirasi kepada penulis, terutama dalam memahami permasalahan yang dihadapi umat Islam dari sudut pandang para aktivis Islam sendiri. Tema-tema yang didiskusikanpun banyak yang menyoroti permasalahan kontemporer bangsa Indonesia dan merekomendasikan beberapa solusi kepada pemerintah.

Di tengah kesibukan itu, penulis menjadi konsultan pengembangan pendidikan di LP3I Group yang dikelola pemuda-pemuda Islam yang visioner. Untuk tetap menjaga interaksi sosial, penulis juga aktiv pada beberapa kegiatan, seperti menjadi tenaga Litbang Universitas Azzahra, Wakil Ketua Pimpinan Pusat Al-Irsyad dan Ketua DPP. Front Pembela Islam (FPI). Untuk lebih berkonsentrasi dan fokus pada kegiatan yang dilakukan, sejak awal 2004 penulis memilih tinggal jauh dari keramaian di sebuah vila di pinggiran

8

Page 9: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Bogor, memboyong semua buku dan literatur yang diperlukan sambil mulai menulis hasil pengamatan dan perenungan selama ini dan diniatkan sebagai hadiah kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 60 tahun (1945-2005).

Puncak pencarian mulai penulis dapatkan ketika memimpin lebih dari 1000 relawan kemanusian pasca bencana tsunami di Banda Aceh dan sekitarnya dibawah bendera FPI dan Hilal Merah (Red Crescent). Sebagaimana terbelalaknya dunia pada bencana dahsyat yang melanda Aceh dan sekitarnya pada 26 Desember 2004 lalu, penulispun merasakan hal yang sama, bahkan mungkin lebih dari yang dirasakan orang lain, karena penulis melihatnya lebih dalam melalui pendekatan spiritual. Penulis merasakan penderitaan bangsa Indonesia terakumulasi pada puing-puing kehancuran kota Banda Aceh, tumpukan ribuan mayat yang tidak di kenal, derita para pengungsi yang tak tertangguhkan, jerit tangis anak-anak kekurangan makanan dan segala bentuk nestapa yang belum pernah penulis saksikan sebelumnya. Apalagi penulis memimpin relawan yang dikenal dengan pasukan "pemburu mayat", yang sehari-harinya bersinggungan dengan ratusan mayat yang keadaannya tidak sempurna bahkan sudah membusuk di antara himpitan puing-puing bangunan, tidak terurus semestinya akibat kurangnya tenaga dan peralatan evakuasi yang tidak memadai. Benar-benar dahsyat, membangunkan bulu roma, mengguncang jiwa, dan timbul pertanyaan, kenapa bencana ini terjadi ? Kenapa justru di sebuah tempat yang disakralkan bangsa Indonesia, yang dijuluki sebagai "Serambi Mekah"?

Bencana yang menimpa Aceh mungkin saja bukan anti klimaks dari "peringatan-peringatan Tuhan" sebelumnya yang selama ini dipandang remeh oleh bangsa Indonesia, sebagaimana banyak difahami para pemimpin Indonesia. Tapi bisa jadi bencana Aceh adalah sebuah peringatan keras yang baru dimulai dan akan diikuti oleh bencana-bencana yang jauh lebih dahsyat lagi. Bencana demi bencana dahsyat akan datang kembali sebagai peringatan keras kepada bangsa yang tidak mau menggunakan akal sehat dan hati nuraninya, sebagaimana turunnya kehancuran dan azab yang telah menimpa bangsa-bangsa sebelumnya seperti kaum Ad dan Tsamud seperti digambarkan al-Qur'an. Jika Banda Aceh yang terkenal relijius dan dijuluki sebagai Serambi Makkahpun dapat diluluhlantakkan dalam waktu sekejap mata oleh gelombng dahsyat tsunami, bagaimana halnya dengan kota metropolitan Jakarta yang penuh dengan kemaksiatan, kekufuran, kefasikan dan dihuni oleh manusia-manusia bejat dan korup?

Setelah hampir dua bulan melaksanakan tugas kemanusiaan di Aceh sejak hari kedua tsunami, penulis menghubungi beberapa teman-teman dekat untuk membentuk sebuah kelompok diskusi kecil, yang kami sepakati bernama "diskusi reboan", karena diadakan setiap rabo malam. Diskusi ini diikuti oleh kelompok aktivis, intelektual, pengusaha dan profesional lintas sektoral berusia rata-rata antara 35 sampai 40an, yang ingin mencari jawaban terhadap apa yang tengah menimpa bangsa ini. Bertempat di LP3I Kramat Senen, para peserta yang berjumlah 10 sampai 15 ini bertukar fikiran sesuai dengan sudut pandang dan pengalaman masing-masing. Dengan

9

Page 10: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dipandu Syahrial Yusuf, Preskom LP3I, sebagai koordinator, para peserta sangat berminat dan antusias menilai permasalahan yang tengah dihadapi bangsa Indonesia. Setelah beberapa kali pertemuan, kami sepakati tema diskusi hanya difokuskan pada masalah-masalah kontemporer bangsa dan beberapa solusi yang ditawarkan. Forum diskusi yang sederhana dan cair ini menambah wawasan dan keyakinan penulis terhadap apa yang tengah dihadapi bangsa Indonsia saat ini. Masukan-masukan dari forum diskusi menjadi salah satu referensi.

Lima tahun perjalanan pencarian jawaban yang sekaligus merupakan "wisata spiritual" ini, banyak sekali catatan-catatan yang penulis dapatkan untuk kebaikan pribadi maupun bangsa di masa depan. Pengetahuan demi pengetahuan, kesadaran demi kesadaran, pengalaman demi pengalaman, pahit getirnya perasaan, suka dukanya perjalanan, asam manisnya pujian dan cercaan, dan semuanya yang penulis alami akan menjadi bahan petimbangan dalam penyusunan buku ini, yang akhirnya mendatangkan kesimpulan penulis tentang permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini serta solusi yang coba ditawarkan.

Setelah melaui berbagai bentuk perjalanan dengan liku-likunya, penulis melihat beberapa persamaan yang dialami bangsa Indonesia dengan yang penulis alami. Sepertinya masalah demi masalah, keruwetan demi keruwetan, krisis demi krisis yang dialami bangsa Indonesia tergambar satu demi satu pada diri penulis. Dimulai dari krisis ekonomi, memasuki krisis interpersonal, krisis keyakinan, ketidakjelasan arah dan tujuan, yang berujung pada lingkaran demi lingkaran setan yang tidak mampu dihurai dan mengantarkan pada krisis multi dimenasi seperti peribadi yang hidup namun tidak merasakan kehidupan, hidup yang tidak punya arah dan tujuan sehingga terombang ambing tidak menentu arah. Semua potensi habis terkuras untuk menyelesaikan masalah-masalah kecil, sementara masalah-masalah besar dan fundamental tidak terselesaikan yang justru menimbulkan permasalahan demi permasalahan baru yang menambah ruwetnya hidup dan kehidupan.

Ketika mengalami titik jenuh yang maksimal, tidak ada tempat kembali, kecuali kepada Sang Penguasa Tunggal yang senantiasa membuka pintu untuk hamba-hamba yang tersesat. Ketika bersimpah sujud kepada-Nyalah, baru tersadar, bahwa selama ini semua krisis berawal dari jauhnya seorang makhluk dari Penciptanya yang sangat dibutuhkannya. Selama ini kebanyakan manusia mencari tuhan-tuhan yang tidak mampu memberikan apa-apa kemaslahatan, apalagi kebahagian pada dirinya. Tuhan-tuhan yang telah diciptakannya sendiri berupa materi-materi yang dibanggakan dan dipuja-pujanya, baik berupa pangkat, jabatan, gelar akademis, pergaulan elit sampai harta benda, wanita dan anak-anak. Krisis kepercayaan yang telah mengantarkan manusia kepada krisis yang menghilangkan makna kehidupannya sebagai makhluk yang diciptakan Allah untuk menciptakan kebahagian, keamanan ataupun kemakmuran sejati di muka bumi. Krisis

10

Page 11: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

yang dinamakan Danah Zohar dalam bukunya SQ: Spiritual Intellegence - The Ultimate Intellegence dengan Krisis Spiritual.

Kesimpulan Sementara Permasalahan Bangsa IndonesiaBanyak kalangan yang menganggap permasalahan utama bangsa ini

terletak pada masalah politik dan "kekuasaan", kemudian mereka memberikan solusi pentingnya sebuah reformasi politik yang menjamin kebebasan politik kepada masyarakat dengan kelengkapan infrastukturnya, sehingga terciptalah sebuah masyarakat yang mereka juluki sebagai masyarakat demokratis, yang kekuasaannya ditentukan oleh rakyat demi kesejahteraan rakyat. Apakah setelah terciptanya sebuah sistem politik yang demokratis, bangsa ini dapat berubah? Kenyataannya semakin dilaksanakan program-program yang dinamakan reformasi politik, justru penderitaan rakyat semakin menjadi-jadi, karena sang penguasa dapat mengambil kebijakan atas nama rakyat, walaupun merugikan rakyat itu sendiri, sebagaimana yang terjadi dalam kasus kenaikan BBM baru-baru ini. Reformasi politik telah melakhirkan budaya baru "premanisme politik" dikalangan para politisi yang memang sudah memiliki tabiat buruk untuk berlomba-lomba mengejar jabatan demi memuaskan nafsu syahwat kekuasaannya yang senantiasa membara dan bergejolak. Syahwat yang membawa kepada persaingan tidak sehat, penuh intrik dan tipu daya , yang akhirnya menimbulkan perpecahan demi perpecahan, konflik demi konflik bahkan pembunuhan demi pembunuhan di antara masyarakat akibat fanatisme golongan dan provokasi pemimpin mereka. Reformasi politik yang kebablasan telah menumbuhsuburkan budaya "machivelis" yang menghalalkan segala cara untuk mencapai ambisi kekuasaannya, yang telah menyuburkan budaya "money politic", yang tidak lain adalah budaya bejat korupsi yang telah menimpa semua lini, termasuk para anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dikatakan sebagai penyelenggara "reformasi politik".

Demikian pula mereka yang beranggapan bahwa masalah utama bangsa ini adalah masalah ekonomi, yang kemudian memberikan berbagai bentuk solusi reformasi ekonomi, seperti sistem ekonomi pasar, ekonomi terkendali, ekonomi kerakyatan dan lain-lainnya, atau seperti yang diajukan tim ekonominya Wakil Presiden Jusuf Kalla. Namun kenyataannya, implemetsi di lapangan jauh berbeda, bahkan yang pasti, penguasa tetap menerapkan ekonomi yang berpihak kepada para pemilik modal. Hal ini ditandai dengan mudahnya para kapitalis korup mendapatkan sumber dana murah dari bank pemerintah sehingga terjadi korupsi sebagaimana yang terjadi pada kasus pemberian kredit bermasalah Bank Mandiri yang merugikan negara dan melibatkan para petinggi negara yang berlatar belakang pengusaha. Sementara rakyat jelata tetap terpinggirkan akibat susahnya mendapatkan akses dana murah untuk mengembangkan usaha. Pengembangan ekonomi mikro pro rakyat yang didengungkan pemerintah hanya sebatas slogan pelipur lara bagi rakyat miskin yang terpinggirkan. Pada saat yang sama

11

Page 12: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

telah tumbuh kroni-kroni ekonomi baru yang menciptakan kelompok-kelompok baru konglomerat yang memiliki hubungan dengan penguasa, menggantikan pemain lama yang memiliki tujuan yang jelas, menguasai akses pendanaan yang seluas-luasnya. Itulah sebabnya para petinggi negara berlomba-lomba menempatkan orang-orang kepercayaannya pada posisi-posisi strategis, terutama di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang selama ini telah menjadi sapi perahan para penguasa. Reformasi ekonomi akhirnya tidak lain kecuali berarti bergantinya para pemain lama dengan pemain baru dengan budaya dan kebiasaan yang sama, menjadi mesin uang bagi kepentingan politik dan kekuasaan para rezim yang mengatasnamakan rakyat untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Terlalu banyak analisis dan kosep penyelesaian yang diajukan terhadap permasalahan yang dihadapi bangsa ini oleh para pemimpin dan intelektual kita. Namun sejauh ini mereka tidak berhasil mengurai lingkaran setan yang melilit bangsa Indonesia, mereka tidak berhasil melihat perasalahan utama dan paling fundamental dari penyakit bangsa ini sehingga mereka hanya memberikan solusi-solusi yang hanya menambah kebingungan demi kebingungan di tengah-tengah kebingungan yang sudah ada. Mereka seperti seorang dokter yang kebingungan melihat penyakit pasiennya yang sudah sangat kronis, ketika sang pasien mengeluh sakit kepala, sang dokter memberi obat sakit kepala, ketika badannya nyeri diberikan obat nyeri, ketika pasien batuk hanya diberikan obat batuk. Padahal sakit kepala, nyeri dan batuk adalah efek samping dari penyakit utama yang jauh lebih parah, yang mungkin pasien sudah terkena kanker akut. Sama halnya dengan pemimpin dan intelektual kita yang memberikan 'solusi-solusi' ringan kepada bangsa Indonesia melalui pendekatan ekonomi, politik, sosial, pendidikan, moral, pembangunan dan sejenisnya. Padahal bangsa Indonesia membutuhkan sebuah penyelesaian yang besar, menyeluruh, terbukti keampuhannya dan yang paling penting dapat mengantarkannya menuju cita-cita agung bangsa Indonesia, sebuah masyarakat adil makmur dibawah keridhoaan dan ampunan Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Besar, karena mayoritas bangsa mengakui dan meyakini keberadaan Tuhan Sang Pencipta.

Sebelumnya telah banyak para pemimpin dan intelektual, baik dari dalam ataupun luar negeri, yang menganalisis permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia. Sejak zaman Soekarno dahulu, telah tampil negarawan-negarawan kritis yang membicarakan permasalahan bangsa, diantaranya adalah tokoh-tokoh Masyumi seperti M. Natsir, M. Roem, Kasman Singodimejo, Syarifuddin Harahap, Saefuddin Anshori, Hamka dan lainnya. Karena kejujuran dan keberanian mengungkapkan kebenaran serta meluruskan penyimpangan rezim Soekarno yang akan menyelewengkan Pancasila dan memaksakan faham NASAKOM (Nasionalisme, Agama dan Komonisme) kepada bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim, mereka ditangkap, disiksa dan dipenjarakan sementara partainya dibubarkan secara paksa. Di zaman pemerintahan Soeharto, terutama ketika memaksakan

12

Page 13: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Pancasila sebagai Azas Tunggal, tampillah pemimpin-pemimpin umat baik dari kalangan senior yang disebut terdahulu ataupun yang lebih muda seperti Abdullah Sungkar, Sakhirul Alim, Abu Bakar Ba'aayir, Husein Al-Habsyi, A.Qadir Djaelani, AM. Fatwa, Toni Ardy dan lainnya. Para pemimpin muslim ini merasa berkewajiban menyelamatkan aqidah umat dari kemusyrikan dan kekafiran jika Pancasila dijadikan sebagai satu-satunya idiologi, falsafah, way of live dan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.

Pada era reformasipun telah tampil beberapa pemimpin Islam yang menyambung perjuangan pendahulunya untuk melihat permasalahan bangsa Indonesia secara jernih, seperti yang sering disampaikan tokoh-tokoh gerakan Islam yang mengusung tema penegakan Syari'at Islam seperti dari Hizbut Tahrir, Majelis Mujahidin, Front Pembela Islam, Ikhwanul Muslimin dan lain-lainnya. Terakhir Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang telah mengelar Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) kedua juga mengambil kesimpulan yang sama tentang pentingnya kembali kepada ajaran Islam dalam penyelesaian masalah bangsa, terutama penegakan syari'at Islam. Berbeda dengan organisasi Islam besar seperti Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama yang menganggap permasalahan bangsa disekitar korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Namun sejauh pengamatan penulis, belum ada diantara mereka yang secara terbuka dan terus terang serta gamblang yang menyatakan sumber utama permasalahan bangsa Indonesia sehingga mengantarkannya ke kondisi seperti saat ini. Apakah strategi perjuangan yang menghendaki agar perkara sensitif ini tidak terangkat kepermukaan dengan pertimbangan tertentu yang menyangkut masa depan atau memang mereka tidak memiliki pemahaman seperti itu. Karena selama ini perjuangan gerakan Islam terfokuskan pada penegakan Syari'at, Khilafah, Amar Ma'ruf Nahi Mungkar, penolakan terhadap sistem Sekuler dan tema-tema sejenisnya. Belum ada yang secara spesifik menyinggung peranan idiologi/dasar negara dan hubungannya kemunduran bangsa Indonesia.

Menurut perenungan dan temuan penulis, sebagaimana yang akan diterangkan dalam buku ini, bahwa krisis multi dimensi yang tengah menerpa bangsa Indonesia saat ini, bermula dari sebuah krisis spiritual bangsa Indonesia. Krisis spiritual bangsa tidak lain akibat dari krisis spiritual yang dialami pribadi-pribadi bangsa Indonesia. Ketika seseorang mengalami krisis spiritual, mereka akan menyimpang dari kebenaran dan kebaikan yang diajarkan agama ataupun tradisi dan budaya bangsa. Ketika mereka yang menderita krisis spiritual mendapat amanah sebagai pemimpin mereka berlaku aniaya terhadap rakyat, menzalimin, menekan, memaksa bahkan bersekongkol dengan manusia-manusia bejad untuk mengeksploitasi potensi bangsa, sehingga bangsa yang dipimpinnya menderita lakhir bathin. Ketika memegang jabatan mereka korupsi, ketika mendapat kesempatan berusaha mereka curang dan menjadi benebar kerusakan. Ketika ada kesempatan untuk melakukan tindakan kriminal, mereka melakukannya, menjadi preman, penipu, pemeras, pencuri dan sejenisnya. Masyarakat yang mengalami krisis

13

Page 14: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

spiritual akan menjadikan tindakan-tindakan buruk sebagai tradisinya, berbuat kemungkaran, maksiat, prostitusi, perjudian dan menyebarkan budaya hedonisme yang hanya menurutkan syahwat dan hawa nafsu rendahan. Dan tidak diragukan inilah yang tengah terjadi di tengah-tengah masyarakat kita, masyarakat yang secara spiritual sedang sakit, sedang mengalami krisis spiritual.

Itulah sebabnya di Indonesia yang mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Esa ini, masyarakatnya melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari ajaran Tuhan, karena mereka tidak merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan, yang akan mengawasi, mencatat dan membalas tindakan mereka, baik di dunia ataupun kehidupan setelahnya. Masyarakat yang tidak merasakan kehadiran Tuhannya dalam kehidupan adalah masyarakat yang sakit, sakit secara spiritual. Jika sebagian besar masyarakat sudah terkena krisis spiritual, maka tidak diragukan lagi, bahwa bangsa itu secara keseluruhan akan terkena krisis-krisis yang lainnya. Krisis spiritual akan menimbulkan berbagai krisis baru seperti kangker yang akan menyerang anggota tubuh lainnya dengan ganas. Sebagai contoh, seorang politisi yang mengalami krisis spiritual akan melakukan tindakan-tindakan menyimpang, seperti korupsi, menyalahgunakan jabatan ataupun membuat kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat. Tindakan politisi ini akan berdampak buruk kepada rakyat, seperti habisnya uang negara, hilangnya kesempatan pengusaha kecil untuk bersaing dan meningkatnya pengangguran, yang menimbulkan kriminalitas, semakin banyaknya prostitusi, kecemburuan sosial, keputusasaan masyarakat dan berbagai bentuk krisis sosial lainnya. Karena masyarakat sedang mengalami krisis spiritual, maka akan mudah terprovokasi untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak masuk akal ataupun perbuatan-perbuatan nekad yang akan merugikan kepentingan bangsa dan negara. Jika krisis sosial sudah terjadi, maka akan menimbulkan krisis-krisis lainnya, seperti krisis ekonomi, krisis moral, krisis SDM, krisis kepemimpinan dan berujung pada krisis multi dimensi sebagaimana yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.

Setelah lebih 60 tahun Indonesia merdeka maka adalah sangat wajar, sebagaimana seorang dokter yang ingin mengobati pasien, untuk mencari sebab-sebab utama yang telah menjadikan bangsa Indonesia seperti keadaan sekarang yang mencemaskan semua fihak. Apakah benar masalah terbesar, dari masalah-masalah besar lainnya, yang tengah menerpa bangsa Indonesia adalah krisis spiritual? Kenapa bangsa Indonesia mengalami krisis spiritual yang akut saat ini? Apakah yang menyebabkan bangsa Idonesia mengalami krisis spiritual yang telah melakhirkan krisis-krisis lainnya? Dan ketika menganalisis sumber dari sumber permasalahan, apakah itu masalah politik, ekonomi, moral, pendidikan dan lainnya, maka pasti analisis tersebut akan bermuara pada sumber dari segala sumber pengambilan bangsa yang dikenal dengan idiologi, falsafah, way of live bangsa dan negara Indonesia, yaitu Pancasila dan UUD 45. Apakah krisis spiritual ini ada hubungannya dengan pelaksanaan dasar negara Indonesia yang diterapka selama ini?

14

Page 15: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Dengan segala kelemahannya, buku yang mungkin tidak dapat dikategorikan sebagai buku ilmiah ini, atau lebih tepatnya refleksi pemikiran pribadi penulis yang berdasarkan pengamatan dan perenungan, ingin mengungkapkan secara jernih krisis multi dimensi yang dihadapi bangsa Indonesia dan sebab musabab serta akibat yang ditimbulkannya agar menjadi bahan renungan mereka yang mencita-citakan tegaknya Indonesia Baru yang adil dan makmur. Secara lebih khusus, segala keterbatasannya buku ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara dasar negara Indonesia Pancasila dan UUD 45 yang telah diterapkan selama hampir 60 tahun dengan krisis demi krisis yang dimulai dengan krisis spiritual dan berujung pada krisis multi dimensi yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Setelah diketahui sumber utama permasalahan, penulis sebagai aktivis yang mempercayai Islam sebagai obat terbaik segala penyakit umat manusia, mencoba memberikan sebuah alternatif penyelesaian krisis multi dimensi melalui pendekatan-pendekatan Islami yang berdasarkan kepada al-Qur'an, al-Sunnah dan tradisi peradaban kaum muslimin.

Dengan segala kelebihan dan kekurangnnya, buku ini hendaklah dibaca dengan fikiran yang jernih, jauh dari prasangka dan praduga. Bahkan bila perlu dibaca dengan pendekatan spiritual yang penuh keikhlasan, ketundukan dan penyerahan diri kepada Allah. Jika pembaca merasa ragu-ragu dengan kandungan buku ini, atau ada kesulitan dalam memahaminya, diharapkan pembaca berhenti sejenak, berkonsentrasi dan segera meminta petunjuk kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa dengan memuji-Nya serta memberikan sholawat kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya dan kepada sekalian utusan Allah. Karena buku ini memang ditulis dengan pendekatan spiritual, bukan dengan cara konvensional yang tidak mungkin diceritakan semuanya. Jadi alangkah baiknya jika buku ini dibaca dengan pendekatan kecerdasan spiritual yang tidak semata-mata mengedepankan kecerdasan intelektual yang bersandar kepada logika.

Demikian pula buku ini hendaknya dipandang sebagai sebuah sumbangan pemikiran kepada bangsa Indonesia dan sebagai salah satu gagasan alternatif yang perlu didiskusikan oleh seluruh komponen bangsa secara adil dan jika memungkinkan diterapkan sebagai solusi menghadapi krisis multi dimensi dan bukannya dijadikan sebagai ajaran yang dimusuhi. Karena semua bertujuan untuk kebaikan bangsa dan negara yang dicintai ini, dan bukan bertujuan untuk memenangkan dan mengutamakan satu kelompok saja. Apalagi sejak kemerdekaan, atau sudah lebih 60 tahun sistem berbangsa dan bernegara diterapkan, namun belum berhasil mengantarkan bangsa menuju cita-cita luhurnya kecuali menempatkannya kepada suatu krisis yang kita saksikan saat ini.

Bagian pertama buku ini mengulas tentang latar belakang permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia. Bagian kedua menyoroti gerakan reformasi yang digerakkan mahasiswa yang telah menumbangkan Soeharto, namun di tengah perjalanan mengalami kemunduran, bahkan ada yang menganggapnya sebagai mati muda beserta beberapa alternatif yang

15

Page 16: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

diajukan oleh anak-anak bangsa setelah reformasi mengalami kegagalan, seperti revolusi, dekonstruksi atau hanya bertahan seperti saat ini. Bagian ketiga mencoba untuk melihat secara mendasar dan mendalam tentang krisis multi dimensi yang dihadapi bangsa, kemudian menganalisis sumber-sumber permasalahan yang dihadapi dan mencari akar permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia serta coba mengajukan beberapa alternatif terbaik. Bagian keempat memaparkan pengalaman pribadi penulis selama menjadi relawan kemanusian di NAD dan beberapa dampak yang ditimbulkannya. Bagian kelima membahas tentang Islam sebagai sebuah sistem masa depan yang akan menjadi alternatif sistem dunia di tengah-tengah kehancuran dan kegagalan sistem-sistem besar dunia. Bagian keenam membahas tentang kebangkitan generasi baru Islam di Indonesia. Bagian ketujuh membahas tentang solusi Islami terhadap permasalahan bangsa serta gerakan alternatif yang dapat menyelamatkan dan menyelesaikan krisis multi dimensi yang dihadapi bangsa Indonesia melalui gerakan renaisans. Bagian kedelapan membahas tentang manhaj renaisans Islami. Bagian kesembilan membahas ciri khas generasi yang akan menggerakkan renaisans. Bagian kesepuluh membahas paradigma renaisan Islam di Indonesia. Bagian kesebelas membahas tentang membangun Indonesia baru melalui gerakan renaisans. Bagian keduabelas membahas masalah agenda-agenda renaisans di Indonesia. Bagian ketigabelas kesimpulan dan penutup.

Mudah-mudahan buku ini dapat memberikan kontribusi bagi bangsa Indonesia yang mengharapkan tegaknya Indonesia baru yang lebih adil dan makmur serta menjadi amal sholih penulis di hadapan Allah SWT. Jika perkara yang dibahas dalam buku ini benar adanya, maka tidak lain datangnya dari Allah Yang Maha Benar dan jika salah tidak lain akibat kebodohan dan kealpaan penulis semata yang mudah-mudahan mendapat ampunan dan petunjuk-Nya. amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

1 Muharram 1426 HHamba Allah yang lemahHilmy Bakar

BAB I P E N D A H U L U A N

“Setiap generasi mempunyai hak untuk memilih bagi dirinya sendiri bentuk pemerintahan yang mereka yakini paling mampu

meningkatkan kebahagian mereka…. Setiap generasi memiliki semua hak dan kekuasaan yang pernah dimiliki oleh para pendahulunya dan boleh merombak hukum dan

lembaga-lembaga sehingga sesuai bagi diri mereka sendiri”

16

Page 17: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Thomas Jefferson.Bangsa Indonesia Dan Keagungan Sejarahnya

Bangsa Indonesia adalah salah satu rumpun bangsa terbesar di antara bangsa-bangsa besar dunia yang senantiasa menjadi perhatian sejak berabad-abad, baik bagi para pedagang, pengembang peradaban maupun kaum kolonialis dan imprialis. Kebesaran bangsa Indonesia terletak pada keadaan alamnya yang sangat subur dan berada di kawasan tropis yang kaya raya dengan hasil alam, disamping memiliki kebudayaan dan peradaban maju yang didukung oleh kerajaan-kerajaan besar yang diakui eksistensinya seperti Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Singosari, Kerajaan Demak, Kerajaan Mataram dan lainnya. Kerajaan Majapahit, yang dianggap menjadi cikal bakal bangsa Indonesia memiliki kekuasaan yang sangat luas, terbentang dari kepulauan Hawai sampai di Afrika selatan, yang menjadikannya sebagai salah satu Kerajaan terkuat dan terbesar di dunia berkat kegigihan Maha Patih Gadjahmada. Letaknya yang sangat strategis telah menjadikan Indonesia sebagai jalur lintas budaya dan peradaban dunia yang peninggalannya masih utuh sampai saat ini, baik lintas budaya dari Timur Tengah, Cina, India dan Eropa. Bukti-bukti terkini menyatakan bahwa bangsa Indonesia telah berhubungan dengan bangsa Mesir Kuno sejak lebih 4000 tahun lalu, ini dibuktikan dengan ditemukannya kapur barus dan kayu manis yang hanya ada di Sumatra, sebagai salah satu bahan pengawet mummi raja-raja Mesir kuno.

Sikap terbuka masyarakat Indonesia telah menjadikannya sebagai masyarakat yang dapat menerima dengan mudah peradaban-peradaban baru yang akan dijadikan sebagai dasar dalam membangun tata masyarakat yang maju. Hal ini dibuktikan dengan mudahnya masyarakat Indonesia menerima peradaban-peradaban besar dunia, baik yang berasal dari Cina, India, maupun Arab dan sekaligus memeluk agama yang diajarkan, seperti Hindu, Budha, Tao maupun Islam yang menjadi salah satu komponen penting tradisi bangsa Indonesia. Masyarakat Indonesia yang memiliki hubungan luas dengan bangsa-bangsa besar telah menjadikannya sebagai sebuah masyarakat yang dinamis dan kreatif serta berbudaya tinggi, dibuktikan dengan kemampuannya membangun peradaban-peradaban besar, salah satunya adalah candi Borobudur yang merupakan salah satu keajaiban dunia. Dengan semangat ajaran agama-agama besar, seperti Islam, agama mayoritas yang rasional, universal dan sempurna, menjadikan bangsa Indonesia sebagai salah satu bagian dari pelopor perkembangan peradaban baru Islam yang berpusat di Bagdad yang telah merubah corak dan tradisi bangsa Indonesia yang paganis, animis, feodalis, menjadi sebuah bangsa yang rasional, maju dan mencintai peradaban.

Sebelum penjajah Barat menguasai Indonesia, bangsa Indonesia merupakah salah satu identitas budaya dan peradaban yang diakui eksistensinya oleh dunia. Peninggalan sejarah seperti arsitektur kuno, maupun manuskrip yang bernilai tinggi seumpama Negara Kertagama adalah bukti keunggulam peradaban bangsa Indonesia namun kehadiran penjajah

17

Page 18: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Barat telah menghancurkan budaya, peradaban dan tradisi yang telah dibangun, terutama dengan melemahkan dan mengadu domba sentra-sentra kekuatan Islam di Jawa sehingga mudah dipecah belah dan dikuasai sebagai strategi licik kaum imprialis. Maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kaum Imprialis dengan segala keserakahan, kesombongan dan misi terselubungnyalah yang telah memporakporandakan peradaban dan tradisi yang telah berurat berakar dengan tatanan masyarakatnya yang khas, menjadi sebuah masyarakat yang tertindas, terbelakang serta terkoyak-koyak dalam klas-klas, klas penindas yang diwakili perjajah dan antek-anteknya dan klas tertindas yang diwakili kaum pribumi dan para penentangnya. Perjuangan-perjuangan herois putra-putra terbaik bangsa seperti Pangeran Dipenogoro, Imam Bonjol, Sultan Hassanuddin, Teuku Umar, Pattimura dan lainnya dalam menentang penjajah telah memberikan kontribusi tersendiri terhadap jiwa bangsa Indonesia yang anti terhadap segala bentuk penjajahan ataupun penindasan bagaimanapun bentuk dan namanya.

Kebesaran sejarah dan tradisi bangsa Indonesia yang 90 % beragama Islam selalu mengundang optimisme para pemimpin dunia Islam yang mencita-citakan kebangkitan Islam. Diantara mereka adalah Malek ben Nabi, salah seorang pemikir besar Islam dari Aljazair, setelah mengadakan penelitian dan perjalanan panjang ke berbagai pelosok dunia Islam menyatakan dengan sadar, “setelah berakhirnya perang dunia kedua, pusat peradaban dunia Islam akan berpindah dari Mekah, Bagdad ataupun Mesir ke Jakarta”. Pernyataan Malek ben Nabi ini diperkuat oleh para pemikir Islam kontemporer seperti Fazlur Rahman dan demikian pula seorang Futuris Barat, Alvin Toffler meramalkan hal yang sama. Dalam buku Ummah Melayu Kuasa Baru Dunia Abad 21 yang diterbitkan di Malaysia, penulis menganalisis pendapat ini dan meyimpulkan dengan segala potensi yang dimiliki, tidak mustahil Muslim Asia Tenggara yang berporos di Indonesia akan menjadi penggerak kekuatan baru dunia Islam menggantikan peranan dunia Arab. Pendapat ini mendapat dukungan luas para pemikir Islam di Malaysia seperti Prof. Mohammad Kamal Hasan, Prof. Wan Moh. Noor Wan Daud, Prof. Siddiq Fadhil, Prof. Siddik Baba dan lainnya. Potensi-potensi yang dimiliki bangsa Indonesia, yang merupakan kaum muslimin terbesar di dunia, telah dijadikan sebagai sandaran harapan dunia Islam yang akan menyongsong kebangitan kembali Islam di masa depan sebagai kekuatan baru yang akan menegakkan tata dunia yang adil, makmur, aman dan damai yang mencerminkan doktrin Islam rahmat bagi sekalian alam..

Setiap bangsa di dunia didirikan dengan tujuan-tujuan luhur yang menyertainya, demikian pula dengan bangsa Indonesia yang didirikan dengan tujuan mengantarkan komponen masyarakatnya menuju sebuah tata masyarakat yang berketuhanan, menjadi manusia adil dan beradab, bersatu, bermusyarah dan mendapatkan keadilan sosial sebagaimana yang tercantum dalam mukaddimah Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Tujuan luhur ini didasari atas kesadaran para pendiri bangsa akan dinamika

18

Page 19: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

sejarah bangsa Indonesia yang penuh dengan tradisi dan warisan berharga yang dijadikan sebagai dasar dalam membangun sebuah bangsa Indonesia yang merdeka, maju, adil makmur serta memiliki kekuatan spiritual yang kukuh. Walaupun dipenuhi dengan perdebatan-perdebatan dari berbagai komponen anak bangsa, akhirnya dengan sikap toleransi, Indonesia merdeka tegak atas dasar Pancasila dan UUD 45. Diharapkan dengan dasar berbangsa dan bernegara yang kompromistis ini, bangsa Indonesia dapat menjadi sebuah bangsa yang besar, maju dan berperadaban yang mampu mengangkat harkat dan martabat rakyatnya.

Dalam perjalanannya mencapai cita-cita luhur tersebut, bangsa Indonesia dihadapkan dengan berbagai tantangan dan rintangan, baik dari dalam maupun luar. Dari luar bangsa Indonesia menghadapi para agresor Imprialis Barat yang ingin menjajah kembali bangsa Indonesia yang telah menyatakan kemerdekaannya sehingga terjadi perang-perang heroik yang akhirnya dapat mempertahankan eksisitensi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demikian pula bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan adat (SARA) yang berbeda satu dengan lainnya, seringkali dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan internal yang menjadi hambatan serius dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa. Sepanjang sejarahnya sejak kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mengalami konflik-konflik yang bernuansa SARA seperti pertentangan antar suku dan agama, dan sampai sekarang tetap menjadi pemicu kerusuhan yang serius dan sekaligus dijadikan alasan beberapa provinsi untuk merdeka dan mendirikan negara sendiri sebagaimana yang terjadi di Jawa Barat, Aceh, Kepulauan Riau, Makkassar, Ambon dan Papua. Keadaan ini diperburuk oleh sistem pemerintahan yang menyimpang, baik demokrasi terpimpin Soekarno atau demokrasi-militer Soeharto, yang telah menghambat bangsa Indonesia menuju cita-citanya luhurnya membangun masyarakat yang adil makmur dan meninggalkan trauma-trauma besar seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, pengangguran dan krisis-krisis lainnya.

Setelah lebih 60 tahun merdeka, setelah mengalami 5 kali pergantian penguasa, kini bangsa Indonesia dihadapkan kepada permasalahan yang sangat kompleks dan dramatis. Hampir semua komponen anak bangsa, baik kalangan ulama, intelektual, profesional, mahasiswa sampai para jendral, kini menyaksikan sendiri keadaan bangsanya dengan penuh rasa takut, cemas, khawatir bahkan frustasi. Bagaimana tidak, bangsa besar yang terdiri dari ribuan pulau, ratusan suku dan dengan jumlah penduduk no 4 terbesar di dunia yang dibangun dengan susuh payah penuh pengorbanan besar para pahlawan, kini seakan sedang diambang kehancuran dan perpecahan setelah lebih 60 tahun merdeka. Ironisnya, di saat-saat bangsa-bangsa lainnya sedang menikmati hasil pembangunan dan modernisasi yang dilakukan terdahulu, namun kini bangsa Indonesia terjabak dalam problem-problem fundamental seperti kemiskinan, pengangguran, kebodohan, ketidakadilan dan lainnya yang tak kunjung berakhir, yang pada akhirnya menambah penderitaan demi penderitaan rakyat. Para pemimpin bangsa, ulama, politisi,

19

Page 20: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

cendekiawan, ekonom dan para pakar lainnya seperti sudah tidak mampu dan kehabisan daya dalam menyelesaikan krisis demi krisis yang sedang di alami bangsanya, sehingga mereka hanya menjadi pengkritik-pengkritik reaksioner kepada pemerintah berkuasa tanpa memberikan sebuah solusi pemecahan terhadap permasalahan yang dihadapi. Sepanjang sejarahnya, baru kali inilah bangsa Indonesia mengalami keadaan yang sedemikian parah dan kompleksnya, yang memerlukan penanganan serius dari mereka yang ikhlas, bertanggungjawab, memiliki kredibilitas dan akuntibilitas serta dipercaya rakyat.

Tidak diragukan bahwa krisis multi dimensi bangsa Indonesia yang dialaminya saat ini tidak lain akibat dari akumulasi krisis demi krisis yang dialaminya sejak zaman pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru selama lebih 50 tahun terakhir. Kebijakan-kebijakan pemerintah terdahulu selama 50 tahun yang mengambil bentuk pemerintahan demokrasi terpimpin model Orde Lama ataupun demokrasi diktator-militer model Orde Baru telah melakhirkan tata masyarakat bangsa Indonesia yang rapuh dan lemah secara fundamental, baik kekuatan sosial, budaya, politik maupun ekonominya. Pemerintahan terdahulu, terutama pemerintahan rezim Soeharto yang menerapkan kebijakan diktator birokrasi ala feodalisme Jawa kuno telah memporak porandakan tatanan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang tunduk menyerah kalah kepada kekuatan struktur pemerintahan yang sangat dominan yang telah menjadikan mereka tidak lebih sebagai masyarakat klas budak yang tidak berdaya. Masyarakat yang tunduk patuh kepada apapun kebijakan yang dikehendaki pemerintah tanpa kritik apalagi perlawanan akibat dikebirinya lembaga-lembaga masyarakat. Sistem politik direkayasa sedemikian rupa dengan dibentuknya partai-partai yang pada hakikatnya partai yang mendukung kebijakan para penguasa, sebagai sistem demokrasi feodalis. Setiap kritik dihadapkan dengan pembungkaman dan setiap perlawanan dihadapkan dengan laras senjata yang telah menimbulkan peristiwa berdarah seperti Tanjung Priok maupun Lampung. Dilain fihak rezim penguasa telah menyuburkan berkembangnya kelompok-kelompok konglomerat yang berafiliasi dengan orang-orang di lingkaran kekuasaan yang telah meruntuhkan sistem perekonomian bangsa sekaligus mengantarkan Indonesia menuju kebangkrutan yang mewariskan hutang luar negeri yang sangat besar jumlahnya kepada rakyat. Teror, penculikan, penganiayaan, ketidakadilan bahkan pembunuhan menjadi hal yang lumrah dan cara efektif dalam mempertahankan kekuasaan. Akhirnya bangsa Indonesia terjebak dalam lingkaran setan dan mengalami krisis demi krisis yang mengancam eksistensinya.

Keadaan bangsa yang tengah dilanda krisis multi dimensi ini mendapat perhatian kalangan kampus, baik para dosen maupun mahasiswa, yang berani menjadi garda terdepan dalam mengkritik kepemimpinan Soeharto yang sudah melampaui batas. Keberanian mereka yang disimbolkan oleh monuver politik Amien Rais, digelarnya wacana-wacana intelektual dan gerakan demontrasi mahasiswa yang meminta Soeharto mundur telah

20

Page 21: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

melakhirkan gerakan reformasi yang mendapat dukungan berbagai komponen bangsa Indonesia yang sudah muak dengan kebijakan-kebijakan sumbang rezim Orde Baru. Gerakan reformasi seperti gumpalan salju yang semakin hari membesar dan mendapat dukungan masyarakat luas, yang pada akhirnya menimbulkan kerusuhan, penangkapan, penculikan dan pembunuhan para aktivis. Gerakan reformasi akhirnya berhasil memaksa presiden Soeharto turun dari tahtanya setelah lebih 32 tahun berkuasa dengan segala bentuk krisis yang diwariskannya.

Bom Waktu Rezim Orde BaruPada hari kamis tanggal 21 Mei 1998 Soeharto menyatakan diri

berhenti sebagai Presiden Republik Indonesia setelah lebih 32 tahun berkuasa dengan segala prestasi pembangunan maupun kezaliman dan kejahatannya terhadap bangsa Indonesia. Tumbangnya Soeharto beserta rezim Orde Baru tidak lain berkat kegigihan dan pengorbanan besar para pejuang reformasi yang terdiri dari berbagai komponen anak bangsa, baik dari unsur ulama, intelektual, mahasiswa, profesional dan lainnya, yang memaksa Soeharto mundur dengan berbagai bentuk gerakan dan demo sejak beberapa tahun lalu. Rezim diktator yang ditopang oleh berbagai unsur kekuatan, baik kekuatan politik di MPR/DPR, kekuatan militer, kekuatan sosial-ekonomi, kekuatan massa pendukung dan lainnya, akhirnya tumbang dengan tragis. Para tiran dan diktator akan jatuh tersungkur jika sudah tiba saatnya, tidak peduli bagaimanapun besarnya kekuatan dan kekuasaan yang dimilikinya jika kejahatan dan kezaliman yang dilakukannya terhadap rakyat lemah telah melampau batas. Demikian pula dengan Soeharto yang telah mencengkram bangsa Indonesia dengan kekuasaan diktator-otoriternya, toh akhirnya tumbang jua berkat perjuangan para kaum tertindas yang menggerakkan reformasi menuntut hak-hak mereka sebagai pemilik sah bangsa.

Gerakan reformasi yang telah menumbangkan Soeharto hakikatnya bukan hanya sebuah gerakan sporadis para mahasiswa dekade 98an saja, namun gerakan reformasi ini adalah gerakan simultan kelanjutan dari estafet perjuangan yang simultan putra-putra terbaik bangsa Indonesia sejak Soeharto menjadi Presiden dan melakukan kezaliman demi kezaliman terhadap rakyat yang memberikannya amanah. Gerakan ini dimulai dengan gerakan-gerakan politik kaum modernis maupun fundamentalis Muslim yang disingkirkan Soeharto dalam arena politik praktis yang diikuti dengan gerakan-gerakan yang sifatnya kultural, sosial maupun gerakan sporadis radikal. Sepanjang sejarah pemerintahan Soeharto, kelompok-kelompok Muslim radikal tampil dengan gagah perkasa silih berganti menentang secara terbuka dan konfrontatif segala bentuk kezaliman dan kekezaman rezim terhadap bangsa Indonesia yang telah menimbulkan gerakan yang dinamakan pemerintah dengan berbagai merek seperti Gerakan Komando Jihad, Teror Warman, Kasus Imron, sampai Kasus Tanjung Priok dan Tragedi Lampung. Demikian pula kelompok modernis Muslim telah berjuang dari

21

Page 22: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dalam sistem menentang kebijakan anti Islam rezim Soeharto dengan pendekatannya yang bersifat politis-akomodatif dan kultural yang puncaknya telah melakhirkan ICMI yang menjadi salah satu kekuatan penentu dalam penumbangan Soeharto. Perjuangan para reformis yang tampil silih berganti dari berbagai aliran ideologi dengan segala suka dan dukanya maupun dengan segala bentuk tantangan dan pengorbanan yang diderita akhirnya membuahkan hasil dengan maraknya tuntutan agar Soeharto lengser dari kursi Presiden sebagaimana yang dikenal dengan refomasi mei yang telah mengakhiri kekuasaan rezim Orde Baru.

Banyak analisis yang menyatakan sebab-sebab tumbangnya rezim Soeharto, baik akibat krisis ekonomi sampai krisis sosial-politik ataupun penghianatan orang kepercayaannya atau ada yang menyatakannya karena terlalu dekat dengan kelompok Islam (ICMI) dan lainnya. Namun satu hal yang tidak dapat dinafikan bahwa sebab utama Soeharto tumbang adalah akibat terlalu lamanya berkuasa dan melakukan kezaliman terhadap bangsa Indonesia yang telah menindas, mengeksploitasi, menangkap, memenjarakan bahkan membunuh mereka yang menghendaki kebebasan, keterbukaan dan keadilan. Para diktator sejak dahulu kala, jika sudah melampaui batas kezalimannya, maka tinggal menunggu waktu kejatuhannya yang pasti akan menghinadinakannya seperti yang menimpa Soeharto saat ini. Orang yang dahulunya paling kuat dan paling berkuasa serta disanjung-sanjung setinggi langit dan amat ditakuti siapapun di republik ini kini menjadi bulan-bulanan rakyatnya sendiri, bahkan akibat perbuatannya yang terlalu zalim dan biadab kini Soeharto menanggung penderitaan luar biasa. Dia mendapatkan dirinya sebagai tahanan rakyat yang tidak dapat bebas bepergian, karena takut akan dicelakai orang yang pernah dizaliminya. Pengadilan terhadap kejahatan Soeharto beserta kroni-kroninya tetap menjadi tuntutan para reformis dan harus tetap dijalankan agar tidak terulang lagi kejahatan pemerintah terhadap rakyat yang dipimpinnya.

Kesalahan Soeharto memang terlalu banyak dan terlalu besar jika dirinci satu persatu terhadap bangsa Indonesia. Terlepas dari prestasi pembangunan yang dilakukannya, Soeharto pada hakikatnya bertanggung jawab mengantarkan bangsa Indonesia kepada lembah kehancuran. Kebijakan-kebijakannya telah menjadikan bangsa Indonesia yang mayoritas muslim ini mendapat azab dan bencana yang tak kunjung selesai, bahkan telah mewariskan permasalahan yang sangat kompleks dan mengerikan yang pada akhirnya akan menghilangkan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Rezim Soeharto telah meninggalkan hutang yang luar biasa besarnya kepada bangsa Indonesia, sementara hutang tersebut hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang dekatnya. Demikian pula rezim ini telah mewariskan sistem kapitalisme-kronisme yang telah menghisap sumber daya alam Indonesia secara semena-mena, memberikan kesempatan dan fasilitas kepada para penghianat bangsa untuk mengeksplotasinya dan yang pada akhirnya membawa kabur hartanya ke luar negeri. Menjadikan Pancasila

22

Page 23: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

sebagai satu-satunya idiologi yang menimbulkan berbagai krisis sosial dan keyakinan. Yang lebih mengerikan rezim Soehato telah membangun sistem politik yang diktator-militeris yang telah membungkam kebebasan dan keterbukaan serta menangkap para aktivitis yang memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Dengan kebijakan-kebijakannya, akhirnya tidak diragukan bahwa rezim Seoharto yang berkuasa lebih 32 tahun telah mengantarkan bangsa Indonesia menuju jurang perpecahan dan kehancuran serta kemurkaan Sang Pencipta. Dan kejatuhan Soeharto adalah sebuah keniscayaan sejarah yang senantiasa akan berulang kepada para tiran.

Apakah rakyat Indonesia akan memaafkan dan melupakan kesalahan Soeharto, setelah apa yang dilakukannya terhadap bangsa Indonesia dan khususnya kaum Muslimin? Itu adalah hak mereka, jika mereka memberikan maaf kepadanya, bahkan dia berkali-kali meminta maaf pada bangsa Indonesia agar memahami dan melupakan kesalahan yang dilakukannya. Sebagai seorang muslim, memang Islam diajarkan untuk memberi maaf kepada orang yang melakukan kesalahan, selama kesalahan itu bersifat individual, menyangkut hubungan seorang dengan seorang. Namun bagaimana halnya dengan kesalahan yang dilakukan Soeharto terhadap bangsa Indonesia yang kolektif, dan bahkan telah menimbulkan dampak luar biasa terhadap bangsa Indonesia, terutama hutang-hutang yang dipinjam atas nama negara, namun dikorupsinya dan diberikan kepada segelintir kroni-kroninya. Demikian pula dengan kebijakannya yang telah memberikan konsesi sumber daya alam, sumber daya ekonomi kepada para penghianat bangsa yang telah meminjam dana luar negeri atas nama rakyat, menghimpun dana masyarakatdan membawanya kabur ke luar negeri. Maka sebagai seorang Pemimpin dan Penguasa, Soeharto harus mempertanggungjawabkan kebijakannya kepada bangsa Indonesia, dia harus diadili oleh pengadilan yang independen, jika memang dia terbukti bersalah harus dihukum.

Namun upaya-upaya yang dilakukan masyarakat untuk membawa kasus Soeharto ke pengadilan tidak pernah berhasil dari sejak pemerintahan Habibie sampai saat ini. Sebagai mantan Presiden yang memiliki kekuasaan mutlak, tentu Soeharto memiliki jaringan kuat yang tidak mudah dikalahkan, apalagi pengadilannya akan melibatkan orang banyak, sebanyak pejabat-pejabat korup semasa Orde Baru, sepanjang 32 tahun. Pada saat ini, Soeharto boleh saja menghindar dari pengadilan dunia, tapi ingat, ada pengadilan Yang Maha Adil kelak, yang akan membuka semua kedok dan tidak mampu diinterfensi oleh kekuatan apapun dan siapapun, yaitu Pengadilan Allah yang keadilan padanya tidak ada keraguan sedikitpun. Jika memang Soeharto tidak mau diadili di dunia, membersihkan kesalahannya di dunia, maka berarti dia sudah siap untuk menghadapi dakwaan di Mahkamah Allah SWT. Karena seorang Muslim yang tidak mau perkaranya di gelar di dunia, berarti dia akan membawanya kepada pengadilan akhirat yang azabnya maha dahsyat.

23

Page 24: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Ada sebagian yang menganggap Soeharto tidak perlu dipermasalahkan lagi karena dia telah bertobat, dan orang yang bertobat akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT. Namun permasalahannya apakah pertobatan Soeharto pasti diterima Allah? Itulah pertanyaan yang harus dijawab. Menurut ajaran Islam, pertobatan seseorang akan dapat diterima Allah SWT, apabila dia telah tobat nasuha, artinya tobat yang betul-betul menyesali semua dosa yang telah dilakukannya selama ini, kemudian dia berusahauntuk ishlah, yaitu membangun amal soleh di atas dosa-dosa masa lalunya. Dan Allah SWT adalah Maha Pengampun dan akan mengampuni semua kesalahan hamba-hamba-Nya, sebesar apapun kesalahan itu. Namun dosa yang dilakukan Soeharto bukan hanya dosa kepada Allah saja, namun yang terbesar adalah dosa-dosanya kepada bangsa Indonesia yang telah mengakibatkan kehancuran bangsa, kerusakan generasi muda, hilangnya hak-hak rakyat sampai kepada pembunuhan-pembunuhan sadis terhadap ulama dan umat Islam. Apakah semua bangsa Indonesia, terutama yang telah disakitinya memaafkannya, apakah semua harta benda milik bangsa yang dikorupsinya telah dikembalikan kepada mereka yang berhak, dan apakah keluarga orang-orang yang dibunuhnya memaafkannya?

Sebelum semua itu dilakukan, maka mustahil Soeharto akan mendapat pengampunan Allah SWT, sebelum dosa-dosa yang dilakukannya kepada bangsanya dimaafkan oleh mereka yang dianiaya. Muhammad Rasulullah saw, manusia teragung sepanjang zaman, yang paling berkorban, yang tidak pernah menyakiti dan menzalimi orang, pemimpin dan hakim yang paling adil, yang akhlaqnya tiada bandingnya, dan segala keutamaan dan keagungan yang tidak dapat diperinci, apakah yang beliau lakukan ketika menjelang ajalnya? Manusia agung ini, dengan penuh kerendahan meminta keikhlasan dan kemaafan dari pengikut dan rakyat yang dipimpinnya, padahal tidak ada satu kesalahanpun yang diperbuatnya, tidak ada satu senpun uang rakyat yang dimakannya, tidak ada satu rakyatpun yang dizaliminya, tidak ada seorangpun yang dilukainya. Namun karena sadar akan Mahkamah Allah Yang Maha Adil, Muhammad saw meminta keridhoaan dan kemaafan di dunia, agar semua kesalahan selesai di dunia.

Jika Soeharto ingin selamat di akhirat, dia harus mencontohi apa yang dilakukan manusia agung seperti Rasulullah saw. Soeharto akan bersedia dan rela diadili di dunia, mengembalikan semua harta rakyat yang didapatnya dan keluarganya secara zalim, meminta maaf kepada orang atau keluarga orang-orang yang pernah disakitinya, baik secara langsung atau tidak, meminta maaf secara terbuka kepada bangsa Indonesia dan generasi mudanya atas kebijakannya yang telah menyengsarakan. Kemudian Soeharto bertobat dan beramal sholeh sebanyak-banyaknya agar Allah SWT meridhoi dan mengampuninya, sebagaimana yang dilakukan oleh para shohabat yang bertobat dan menjadi pejuang utama Islam seperti Khalid bin Walid. Soeharto masih punya kekuatan dan kesempatan untuk mengantarkan bangsa Indonesia menjadi lebih baik, sebagai amal sholehnya sebelum menghadap yang Maha Adil sebagai muslim yang khusnul khotimah.

24

Page 25: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Dilemma Pemerintahan Transisi Habibie Bersamaan dengan kejatuhan Soeharto, Habibie sebagai Wakil

Presiden langsung dilantik menjadi Presiden sesuai dengan UUD 45 pasal 8, walaupun penuh dengan kontraversi. Habibie sendiri adalah seorang demokrat muslim yang mendapat dukungan luas dari kalangan Islam dan dengan ketulusan serta kecerdasannya diharapkan mampu mengatasi permasalahan komplek yang dihadapi bangsa Indonesia pasca pemerintahan Soeharto. Dengan kekuasaan yang diberikan Habibie telah membentuk “Kabinet Reformasi Pembangunan” yang juga dianggotai oleh beberapa komponen gerakan reformasi dan para menteri mantan Orde Baru. Habibiepun diberi tugas sebagai “Pemerintahan Transisi” yang akan mengantarkan kepada pemilu yang jujur dan adil.

Habibie menjalankan tugasnya dengan berbagai bentuk dilema dan hambatan, diantaranya yang terbesar adalah kesan dirinya sebagai murid kesayangan Soeharto, yang dapat diartikan bahwa pemerintahan yang dipimpinnya sebagai kelanjutan dari pemerintahan Orde Baru Soeharto sebagaimana dituduhkan lawan-lawan politiknya. Walaupun Habibie telah mengangkat beberapa tokoh anti Soeharto seperti Adi Sasono, yang juga anti konglomerat, menjalankan ekonomi kerakyatan yang berfihak kepada rakyat, menegakkan sendi-sendi demokratisasi, menyelesaikan beberapa undang-undang dan peraturan pemerintah,, termasuk menghapuskan azas tunggal Pancasila serta diberikannya peluang sebebas-bebasnya kepada pers namun pemerintahannya tetap menimbulkan kecurigaan dan antipati lawan-lawan politiknya.

Pemerintahan Habibie yang berusia kurang 1½ tahun telah mengantarkan dan memberikan kebebasan kepada bangsa Indonesia untuk menyampaikan aspirasinya menurut keyakinannya masing-masing. Demoktratisasi, kebebasan dan keterbukaan yang digerakkan pemerintahan Habibie telah berhasil menumbuhkan dinamika sosial politik bangsa Indonesia yang beku selama ini dengan munculnya berbagai bentuk partai politik dengan idiologinya masing-masing sebagai simbol kebebasan dan demokratisasi. Dan tidak diragukan lagi prestasi terbesar pemerintahan Habibie, disamping prestasi-prestasi lainnya seperti menstabilkan nilai rupiah, program ekonomi kerakyatan, kebebasan media, restrukturisasi ABRI dan lainnya, adalah keberhasilannya mengadakan pemilu yang jujur dan adil yang telah membentuk MPR/DPR legitimet yang mewakili aspirasi bangsa Indonesia. Demikian pula sikap gentelmen Habibie yang mengundurkan diri dari pencalonan sebagai Presiden akibat ditolaknya pertanggungjawabannya dipuji sebagai sikap ksatria seorang demokrat sejati. Namun kegagalan terbesar Habibie adalah ketidakberaniannya menghukum kejahatan Soeharto yang menjadi tuntutan reformasi, menghukum para pelanggar HAM, pemberantasan KKN dan pemulihan ekonomi secara makro dan beberapa kasus yang melibatkan ABRI maupun konglomerat lainnya.

25

Page 26: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Walaupun pemerintahan Habibie hanya berusia pendek dengan segala kekurangannya, namun harus diakui telah memberikan sumbangan terbaik dalam meletakkan fondasi bagi terbentuknya sebuah negara-bangsa modern yang demokratis. Karena dukungan infrastruktur aparat birokrasi yang lemah akibat terlalu lamanya mereka hidup dalam birokrasi Orde Baru yang korup, menjadikan pemerintahan Habibie gagap dalam melaksanakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa sebagaimana dicita-citakan gerakan reformasi. Demikian pula, sebagaimana dikatakan Nurcholis Madjid, kepanikan orang-orang Habibie terhadap kekuatan politik baru koalisi PDI-P dan PKB mendorong mereka melakukan “politik uang” untuk mempertahankan kekuasaan yang kemudian menimbulkan kasus Bank Bali yang kontraversial. Disamping itu kegigihan musuh-musuh politik Habibie yang berhasil mencitrakannya sebagai murid dan anak rezim Soeharto menjadikan pemerintahannya terpojok sebagai pemerintahan transisi yang belum mendapat mandat dari reformasi. Setidaknya, dalam waktu singkat Habibie telah menunjukkan beberapa hal positif yang patut dicontohi oleh para pemimpin negara sesudahnya, terutama keterbukaannya dan keinginannya menegakkan demokrasi secara konsekwen. Habibie mundur sebagai seorang ksatria politik yang akan dihormati oleh kawan ataupun lawannya.

Pemerintahan Kontraversial Gus Dur Ketegangan kubu Habibie dan Megawati dalam memperebutkan kursi

Presiden RI, akhirnya dimenangkan oleh tokoh alternatif Abdurrahman Wahid, tokoh dan deklarator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang dimiliki warga Nahdatul Ulama (NU). Abdurrahman Wahid yang terpilih sebagai Presiden atas dukungan Poros Tengah yang digalang Amien Rais diharapkan mampu mengantarkan bangsa Indonesia menuju tata Indonesia Baru yang dicita-citakan bangsa Indonesia, sebagai sebuah bangsa yang berharkat, bermartabat, maju dan berperadaban. Namun pada kenyataannya, Gus Dur adalah sosok kontraversial yang senantiasa menyulut polemik dan pertentangan dikalangan elit politik dan rakyatnya. Sebagai salah seorang tokoh neo-modernis Islam, ternyata sosok Gus Dur dianggap terlalu sering menyudutkan umat Islam yang mayoritas dan memihak kepentingan minoritas sebagaimana yang dilakukannya selama ini. Kontraversi demi kontraversi yang menimpa pemerintahan Gus Dur, terutama pemecatan Hamzah Haz (PPP), Yusuf Kalla (GOLKAR) dan Laksamana Sukardi (PDI-P), kasus Bulog, kasus Brunei, penanganan konflik-konflik SARA, penanganan pemulihan ekonomi yang tidak jelas, kegemarannya keliling dunia, mengeluarkan pernyataan-pernyataan kontravesial sampai tuduhan KKN dan penyimpangan moral dan lainnya telah mengurangkan kredibilitasnya sebagai pemimpin negara yang dihormati. Demikian pula dimata kelompok Islam non NU, kredibilitas Gus Dur telah mengundang reaksi keras dengan bermunculannya gerakan-gerakan radikal Islam yang menentang kekuasaannya.

26

Page 27: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Walaupun karakter kontraversial Gus Dur telah membuat geram anggota MPR/DPR, namun pada ST MPR Gus Dur diberi kesempatan untuk membuktikan keseriusannya memimpin RI. Namun sekali lagi Gus Dur menimbulkan kontraversi dengan mengangkat beberapa mentri yang bermasalah dan dipertanyakan kredibilitasnya. Gus Dur tetaplah Gus Dur yang penuh dengan kontraversial. Dan setelah lebih setahun pemerintahannya, ternyata Indonesia belum bangkit dari krisis multi dimensi yang menerpanya, bahkan fakta menyatakan konflik demi konflik, baik dikalangan elit dan awam semakin marak, Indonesia terancam bahaya disintegrasi, para penjahat ekonomi dan politik tetap bebas gentayangan, bahkan diberikan fasilitas lagi untuk mengulangi kerakusannya mengeksploitasi sumber daya Indonesia, keadaan sosial semakin memprihatinkan dengan meningkatnya pengangguran, kasus amoral, peningkatan kejahatan dan sejenisnya. Kebijakan-kebijakan tidak jelas dan tidak tearah pemerintahan Gus Dur tidak diragukan akan menambah penderitaan demi penderitaan yang telah menimpa masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah muslim. Semakin lama Gus Dur dipertahankan menjadi Presiden, maka akan semakin menambah parah dan kompleks permasalahan serta krisis multi dimensi yang dihadapi bangsa Indonesia. Seperti dikatakan Adi Sasono, bahwa Gus Dur bukanlah tipe pemimpin yang tepat untuk bangsa Indonesia saat ini. Karakter Gus Dus yang plin plan, cuekan serta konsisten dalam ketidakkonsistenan akan mengantarkan bangsa ini menuju krisis multi dimensi yang lebih besar dan lebih berbahaya lagi.

Gur Dur adalah sosok pemimpin yang terlalu percaya diri, sikap inilah yang telah mendorongnya mengeluarkan dekrit presiden untuk membubarkan MPR sebagai lembaga tertinggi negara akibat desakan-desakan yang diterimanya, terutama untuk mengundurkan diri sebagai Presiden. Dan pada akhirnya kenekadan ini telah menumbangkan dirinya sendiri. Gus Dur yang diharapkan sebagai pemimpin yang akan menciptakan Indonesia Baru tumbang dengan tragis, terakhir dia muncul di pelataran Istana Negara hanya dengan celana pendek, melambai-lambaikan tangan kepada segelintir pendukung sosialisnya, sementara pengikutnya yang selama ini berkoar untuk membelanya sampai titik darah penghabisan seperti hilang ditelan bumi. Dengan semangat yang menggebu dan penuh antusiasme, MPR yang disimbolkan Amien Rais mengetukkan palu mengangkat Megawati sebagai Presiden baru Republik Indonesia. Amein yang selama ini getol menolak Mega, kini dengan dalih demi keselamatan bangsa dan sebagai ijtihad terakhirnya memberanikan diri mendukung Megawati sebagai Presiden menggantikan Abdurrahman Wahid.

Kegamangan Pemerintahan MegawatiMegawati, anak proklamator dan presiden pertama RI Soekarno adalah

tokoh yang terpilih diatas dukungan kelompok nasionalis, kaum abangan dan kristen yang bergabung dalam PDI-P, sementara ada penolakan kuat dari

27

Page 28: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kalangan Islam. Pengangkatan Megawati sebagai Presiden atas dukungan minoritas ini menjadikannya lemah secara politik apalagi dia tidak memiliki kharisma kepemimpinan sebagaimana bapaknya, sementara kepribadiannya agak pendiam dan tertutup, PDI-P hanya menguasai 35 % suara di DPR. Tanpa dukungan dari kalangan Golkar, PPP dan Reformasi, Megawati akan mengalami kesulitan. Kesulitan ini kelihatan ketika ia menyusun kabinet gotong royang yang bertele-tele akibat tekanan para pendukungnya dan besarnya politik kepentingan partai politik pendukungnya. Akhirnya sebagaimana diperkirakan pemerintahan Megawati terjebak dalam kegamangan demi kegamangan yang tidak menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia yang tengah mengalami krisis multi dimensi. Pemerintahan sepertinya berdiam diri dengan penderitaan yang dihadapi rakyat, bahkan harga BBM mengalami kenaikan yang diikuti dengan naiknya harga barang dan kebutuhan pokok lainnya. Pemerintah sudah dianggap kehilangan “sense of crysis”, bahkan para mentri sibuk mempersiapkan dana partainya masing-masing dengan menggalang KKN baru. Lebih jauh Amien Rais yang selama ini bersabar dan menunggu kebijakan Megawati, seperti hilang kesabaran dan menyatakan telah terjadi pembusukan terstuktur pada pemerintahan Megawati.

Mendapat kritikan demi kritikan, Megawati kemudian menantang para pengkritiknya agar mengajukan sebuah konsep untuk menyelesaikan krisis multi dimensi bangsa Indonesia saat ini. Namun sejauh ini, para pengkritiknya, terutama dari kalangan nasionalis seperti INDEMO misalnya belum memberikan konsep jelas, dan yakin permasalahan bangsa akan selesai dengan tumbangnya Megawati. Demikian pula dari kalangan Islam sendiri, selain menuntut ditegakkan Syari’at Islam, belum mengajukan konsep real tentang perbaikan bangsa dan negara. Tuntutan demi tuntutan serta kritikan yang ditujukan pada pemerintahan Megawati akhirnya menambah permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia. Namun sejauh ini, Megawati dengan gaya khasnya tetap diam dan gamang dalam menyelesaikan permasalahan bangsa, dimana hal ini jelas akan menimbulkan permasalahan baru yang lebih serius sebagaimana yang kelihatan, seperti naiknya harga BBM dan kebutuhan pokok lainnya. Bahkan keadaan ini dapat dimanfaatkan oleh kekuatan lama yang ingin berkuasa kembali terutama dari kalangan militer dengan alasan sipil tidak mampu menyelesaikan krisis multi dimensi bangsa.

Jika pemerintahan Megawati tidak mengambil langkah-langkah yang strategis dan fundamental dalam menyelesaikan krisis multi dimensi bangsa Indonesia, maka dia tidak akan dapat bertahan lama. Apalagi kharismanya mulai dipertanyakan, terutama ketika negara-negara luar, bahkan negara kecil seperti Singapura, berani menuduh Indonesia sebagai gudang teroris yang dianggap sebagai pelecehan terhadap kedaulatan dan martabat bangsa Indonesia. Demikian pula kelemahannya dalam mengadili para pelaku KKN, pelanggaran HAM dan lainnya telah menimbulkan frustasi para penggerak reformasi. Hal ini berarti Megawati telah mengecewakan banyak fihak, yang

28

Page 29: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

berarti bertambah banyaknya musuh politik yang harus dihadapi. Apalagi ketika kasus penangkapan Akbar Tanjung, GOLKAR mulai mengancam pemerintahan Mega yang mulai lemah dn kehilangan dukungan rakyat.

Di tengah kegamangannya, pemerintahan Megawati telah berhasil membangun infrastruktur demokrasi yang diharapkan mampu membangun tata indonesia baru yang di cita-citakan. Pemerintahan Megawati telah menyelesaikan Undang-Undang Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden yang dipilih rakyat secara langsung serta berhasil membentuk lembaga yang akan menjadi panitia pemilihan umum, Komisi Pemilihan Umum (KPU) dari kalangan independen non partisan. Namun demikian, akibat diberikannya keleluasaan yang besar kepada Kepolisian RI, telah menjadikan lembaga ini sebagai badan "super body" yang dapat menangkap siapa saja yang dicurigai, telah menimbulkan kekecewaan kepada umat Islam yang selalu dikambing hitamkan sebagai teroris. Kelemahan pemerintahan Megawati telah dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk mendiskreditkan dan menangkap para ulama yang dituduh sebagai biang teroris, seperti yang menimpa Ustazd Abu Bakar Ba'asyir.

Demikian pula kebijakan ekonomi yang tidak jelas telah dimanfaatkan oleh agen-agen konglomerat hitam untuk membebaskan mereka dari kewajibannya terhadap negara, bahkan kebijakan Menteri BUMN, Laksamana Sukardi yang seenaknya mengobral perusahaan-perusahaan milik negara dengan harga murah kepada pihak asing, seperti kasus penjualan Indosat kepada Singapura, telah menimbulkan ketidakpuasaan masyarakat. Karena jelas ada indikasi KKN yang merugikan negara, sekaligus memberikan kesempatan kepada pihak asing untuk mengontrol aset vital negara, seperti telekomunikasi. Tindakan suami Megawati, Taufik Kiemas, yang berlebih-lebihan, baik dalam mengembangkan bisnis keluarganya ataupun intervensinya kepada kebijakan politik negara, telah menambah sederetan kekecewaan rakyat kepada pemerintahan Megawati, yang selalu menganggap dingin kritikan kepadanya.

Karena kelemahan dan ketidakmampuan pemerintahannya menyelesaikan masalah bangsa yang tengah diterpa krisis multi dimensi ini, kemudian Megawati mulai mencari-cari kambing hitam atas kelemahannya sendiri. Dengan menuding kesalahan pemerintahan sebelumnya yang telah membuat berbagai kebijakan yang salah, kemudian dengan lantangnya Megawati mengatakan bahwa pemerintahannya saat ini seperti keranjang sampah, tempat bermuaranya segala kesalahan masa lalu. Namun jika Megawati sadar atas masalaha ini, kebijakan apakah yang telah dilakukannya untuk merubah citra keranjang sampah pemerintahannya. Ternyata Megawatipun melakukan hal-hal yang sama sebagaimana para pemerintah korup sebelumnya, bagaimana pemerintahannya menjual aset-aset strategis bangsa dan mengkorupsinya. Tindakannya menjual ini lebih jahat dari kebijakan Soeharto terdahulu.

Kegagalan demi kegagalan yang dilakukan pemerintahan Megawati telah membuat frustasi para pendukungnya, termasuk Amien Rais yang

29

Page 30: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

mendukungnya. Dengan lantang Amien menyatakan bahwa telah terjadi pembusukan terstruktur pada pemerintahan Megawati sehingga melemahkan kinerjanya. Namun orang-orang seperti Amien tetap bersabar, tidak ingin tergesa-gesa menjatuhkan Megawati di tengah jalan yang akan membawa preseden buruk kepada sistem pemerintahan bangsa Indonesia. Para penggerak reformasi dan demokrasi tetap bersabar untuk menggulingkan Megawati pada pemilihan langsung Presiden yang akan di adakan pada pertengahan 2003. Pemerintahan Megawati bertambah lemah karena para anggota kabinetnya sibuk mempersiapkan kemenangan partainya masing-masing dalam pemilihan umum yang akan diselenggarakan. Dan puncak kegagalan Megawati mulai terlihat ketika partai yang dipimpinnya, PDI-P, tidak lagi menjadi pemenang pemilu, karena suaranya dibawah Golkar, hal ini menjadi indikasi menurunnya populitas dan dukungan terhadap Megawati. Wong cilik yang menjadi pendukung setianya kini berpindah dukungan kepada tokoh baru yang dianggap memiliki citra baru, Susilo Bambang Yudhoyono dengan Partai Demokratnya yang mendapat suara diluar dugaan. Akhirnya memang Megawati , walaupun telah mengambil tokoh NU Hasyim Muzadi sebagai wakilnya, dapat dikalahkan oleh pasangan SBY dan Jusuf Kalla.

Pemerintahan SBY Diantara Bayang Jusuf Kalla dan Bencana AlamTampilnya pasangan SBY dan Jusuf Kalla dalam pemilihan presiden

yang didukung oleh Partai Demokrat dan Partai Bulan Bintang memberikan alternatif pilihan kepada bangsa Indonesia, terutama bagi kaum abangan dan nasionalis. Karena calon-calon yang ada dianggap sebagai generasi tua, terutama Wiranto, Hamzah Haz ataupun Megawati yang tah dianggap gagal. Sementara sosok Amien Rais, sang penggerak reformasi yang vokal, blak-blakan dan terkadang arogan telah menimbulkan ketakutan pada masyarakat abangan, tradisisonal ataupun wong cilik. Kehadiran SBY yang lembut, memikat bahkan hansom, telah memberikan nilai lebih kepada citranya, terutama kepada kaum ibu-ibu muda yang menggambarkannya sebagai presiden yang macho. Sosok SBY memang menjadi idaman bagi bangsa Indonesia yang sedang semrawut dan tidak tertata ini. Namun SBY ditolak oleh kalangan Islam modernis ataupun fundametalis, terutama karena disekelilingnya penuh dengan tokoh-tokoh non Islam yang tidak jelas warnannya. Itulah sebabnya Mudzakarah Ulama dan Habaib, menolak SBY dan juga Megawati sebagai Presiden Indonesia.

Tim sukses SBY yang smart, didukung oleh kekuatan finansial Kalla dengan jaringan bisnisnya, serta bantuan-bantuan khusus yang tidak jelas, telah berhasil mengantarkan SBY sebagai pemenang dalam Pemilihan Umum Presiden secara langsung, walaupun banyak yang menyuarakan golput ataupun independen. Sementara umat Islam dihadapkan pada dua pilihan, apakah Megawati atau SBY, yang akhirnya banyak memberikan dukungan kepada SBY. Demikian pula kemenangan SBY didukung oleh banyaknya fihak yang kecewa terhadap kinerja pemerintahan Megawati, sementara sebagaian

30

Page 31: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

besar rakyat, terutama kalangan klas menengah profesional menghendaki perubahan, yang artinya mau tidak mau mereka akan memberikan dukungan kepada SBY. Kemenangan SBY disambut baik oleh pendukung fanatknya, terutama Amerika dan sekutunya yang dari awal memang menghendaki SBY sebagai Presiden Indonesia, demikian pula pasar memberikan respon yang positif, termasuk beberapa tokoh politik yang mendukung demokratisasi di Indonesia.

Terpilihnya SBY sebagai Presiden Indonesia atas dukungan langsung rakyat telah memberikan harapan baru kepada bangsa Indonesia yang hampir putus asa dengan masalah demi masalah yang menimpanya. Hambatan pertama yang dihadapi SBY adalah kurangnya dukungan terhadap pemerintahannya di DPR/MPR, karena Partai Demokrat, partai pendukunya hanya memiiki kursi minoritas. Dan kenyataannya DPR yang dikuasai partai-partai besar seperti Golkar, PDI-P, PKB, PPP, PAN ataupun PKS seperti menjadi ganjalan pertama buat SBY dalam menjalankan pemerintahan selanjutnya. Banyak kebijakannya yang terhambat, bahkan ditentang DPR, seperti dalam kasus pengangkatan Ryamizard sebagai Panglima TNI yang didukung DPR ataupun kasus penolakan terhadap kenaikan harga BBM yang diusulkan pemerintah SBY dan menimbulkan kericuhan di DPR. Demikian pula SBY telah membuat kesalahan fatal dengan mengangkat beberapa tokoh partai menjadi anggota kabinetnya, yang justru melemahkan dukungan kepadanya, seperti kasus pemecatan Alwi dan Saifullah dari kepengurusan PKB, yang akhirnya menambah lemahnya dukungan partai terhadap pemerintahan SBY. Kelemahan SBY ini terus dimanfaatkan oleh lawan-lawan politiknya untuk membuat manuver-manuver politik yang tidak mustahil akan melengserkan SBY sebagai Presiden sebelum habis masa jabatannya.

Kenaikan Jusuf Kalla sebagai ketua umum Partai Golkar, partai terbesar dan pemenang pemilu, telah menimbulkan masalah tersendiri bagi SBY. Kalla tentu tidak seperti dahulu yang pencalonannya sebagai Wapres mendampingi SBY tidak direstui Golkar, tapi kini Kalla adalah orang nomor satu di partai terbesar yang memiliki infrastruktur kuat di masyarakat serta berpengalaman panjang dalam arena politik tanah air. Demikian pula Kalla adalah konglomerat yang memiliki jaringan bisnis sangat luas dan berpengaruh. Keadaan Kalla yang dijuluki sebagai "super man" ini telah membuat risih SBY dalam mengambil kebijakan tanpa melibatkan Kalla. Itulah sebabnya masyarakat melihat adanya persaingan tersembunyi antara Presiden SBY dengan Wapres Kalla sebagaimana yang seringkali dilansir media. Keadaan ini sangat transparan dalam penanganan bencana tsunami yang melibatkan kompetisi orang-orang SBY dan Kalla.

Program 100 hari pemerintahan SBY yang dicanangkannya ternyata tidak mampu merumuskan kebijakan dan strategi unggul serta menyeluruh dalam menyelesaikan permasalahan fundamental bangsa Indonesia. Bahkan dengan beraninya ia mengambil kebijakan yang kontraversial dan tidak populer, menaikkan BBM tanpa persetujuan DPR, kebijakan bahaya yang ditunda-tunda pendahulunya. Citra SBY di mata masyarakat semakin

31

Page 32: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

terpuruk, sehingga dengan lantangnya dia mengatakan tidak perduli dengan citranya dan tetap menaikkan BBM yang semakin menyengsarakan masyarakat luas, yang diikuti dengan kenaikan harga-harga barang, yang pasti akan menambah angka kemiskinan. Sumber daya dan kemampuan Pemerintah SBY yang sudah lemah ini akhirnya bertambah lemah dengan datangnya bencana alam demi bencana alam yang menimpa tanah air. Bencana alam, atau lebih tepat "peringatan Tuhan" telah dikirim kepada bangsa Indonesia, berupa bencana gempa yang telah menimpa Papua, NTT dan terakhir tentu bencana dahsyat gempa dan tsunami di Aceh dan Sumut yang menimbulkan nestapa mendalam. Belum usai penderitaan di Aceh, pemerintahan SBY disibukkan lagi dengan terjadinya tanah longsor di Bandung Jawa Barat, dan terakhir Kepulauan Nias kembali digoncang gempa dahsyat berkekuatan 8,9 pada skala rechter yang telah menewaskan ratusan jiwa dan menimbulkan kerugian besar.

Sepertinya SBY tidak dibiarkan tenang dalam memimpin bangsa Indonesia menuju cita-cita mulia sebagai bangsa yang berharkat dan berdaulat. Ada apa sebenarnya dengan pemerintahan SBY, kenapa di zaman pemerintahannya bangsa Indonesia tertimpa musibah yang bertubi-tubi, bahkan bencana demi bencana datang silih berganti. Jika dibandingkan dengen pemerintahan sebelumnya, dari zaman Soekarno sampai sekarang, maka pada zaman pemerintahan SBY-lah terjadi bencana-bencana terdahsyat yang membelalakkan, seperti apa yang terjadi di Aceh misalnya. Bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh adalah bercana terdahsyat sejak 200 tahun lalu, dan bencana ini datang ketika SBY menjadi Presiden, apa hubungan antara bencana dahsyat Aceh dengan SBY.

Bahwa sesungguhnya, apapun bencana yang menimpa manusia, pada hakikatnya adalah datangnya dari Allah SWT, telah ditentukan oleh-Nya sebagaimana dinyatakan al-Qur'an : "Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah" (al-Hadid : 22)

Bencana yang datang kepada manusia merupakan azab dan peringatan yang diberikan Allah kepada mereka, sebagaimana diterangkan al-Qur'an : "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Allah) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? (al-A'raf : 96-98)

Demikian pula al-Qur'an menjelaskan bahwa apabila Allah SWT hendak mengazab suatu bangsa, maka orang-orang mutrafin dan fasiqin akan diangkat menjadi penguasa sehingga knkebodohannya dan kejahiliyahannya mereka akan membuat kerusakan, terutama menolak perintah-perintah

32

Page 33: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Allah, sebagaimana dinyatakan: "Bilamana Kami hendak membinasakan sebuah negeri, Kami angkat orang-orang yang suka berbuat kerusakan menjadi pemimpin, lalu mereka berbuat durhaka di dalam negerinya sehingga negeri tersebut berhak mendapat azab, lalu Kami hancurkan negeri tersebut sehancur-hancurnya". (al-Isra’ : 16)

Dengan demikian jelaslah, bahwa apa yang sedang terjadi di tanah air tercinta, terutama datangnya bencana alam dahsyat yang bertubi-tubi adalah merupakan peringatan keras dari Sang Maha Pencipta, ada sesuatu yang salah dalam bangsa ini yang perlu disadari dan segera diluruskan. Seakan-akan Allah telah memberi isyarat kepada bangsa Indonesia, pesan yang mendalam, khususnya dalam peristiwa bencana yang menimpa Aceh yang di kenal dengan julukan "Serambi Mekah", wahai bangsa Indonesia yang mayoritas mengaku Islam, sadarlah kalian sebelum datang lagi azab-Ku yang maha dahsyat, jika Serambi Mekahpun dapat dihancurkan sedemikian rupa, maka apalagi tempat-tempat lain.

Demikian pula, bencana-bencana dahsyat dan terdahyat yang terjadi silih berganti seakan-akan memberikan isyarat ketidakridhoan Sang Penguasa alam atas kepemimpinan SBY walaupun dia dipilih langsung oleh rakyat. Itulah sebabnya ketika penulis sedang membantu masyarakat Aceh dalam relawan kemanusiaan, banyak masyarakat Aceh yang berkesimpulan bahwa bangsa ini sedang diazab oleh Allah. Dan tentunya orang yang paling bertanggung jawab terhadap penyimpangan bangsa ini adalah Presiden. Dihadapan Allah, pemimpin adalah orang yang pertama sekali akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah kelak tentang apa-apa yang telah dilakukannya. Jika peringatan demi peringatan yang telah diberikan Allah dengan jelas dan terang-terangan ini tidak juga menyadari bangsa Indonesia akan kesalahannya, maka tidak diragukan Allah akan menghancurkan bangsa Indonesia sehancur-hancurnya, sampai mereka mau kembali kepada ajaran-Nya.

Permasalahan demi permasalahan, baik dari internal ataupun eksternal pemerintahannya, yang semakin hari semakin kompleks yang tengah dihadapi pemerintahan SBY saat ini akan semakin melemahkan pemerintahannya di masa depan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa anggota kabinetnya yang dianggap tidak profesional dan sibuk dengan permasalahan yang dihadapinya sehingga tidak dapat berkonsentrasi menjalankan tugasnya sebagai anggota kabinet membantu Presiden. Jika tidak ada perubahan fundamental dan menyeluruh dalam pemerintahan SBY, terutama sistem kontrol, manajemen, pendelegasian kekuasaan, wewenang, pemberantasan korupsi, penegakan supermasi hukum, sampai pada kebijakan mikro dan makro yang pro pada kepentingan rakyat luas, dan yang paling penting komitmennya melanjutkan agenda-agenda reformasi, maka tidak diragukan bahwa ke depan pemerintahan SBY akan bertambah lemah dan masyarakat akan hilang kepercayaan padanya. Akankah SBY berakhir seperti Gus Dur yang diturunkan di tengah jalan? Waktulah yang membuktikannya kalak.

33

Page 34: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Kebangkitan Generasi Baru IslamBersamaan dengan terjadinya konflik dan krisis multi dimensi bangsa

Indonesia, kini telah lakhir generasi baru Islam yang melihat permasalahan bangsa bukan hanya permasalahan ekonomi, politik dan kepemimpinan semata. Tetapi menurut mereka permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia jauh lebih kompleks, fundamental dan krusial yang memerlukan sebuah perombakan total dan revolusioner dalam tatanan berbangsa dan bernegara. Mereka yang pada umumnya terdiri dari kalangan terpelajar, cendekiawan muda, profesional dan mewakili kalangan klas menengah muslim telah hadir dengan lantangnya menyerukan perubahan mendasar pada bangsa Indonesia, terutama dalam perombakan Undang-Undang Dasar 1945. Merekalah kelompok yang dengan tegas menyerukan diterapkannya kembali Piagam Jakarta pada UUD 45, yang dilambangkan dalam kekuatan politik di PPP, PBB, PKS serta gerakan-gerakan Islam seperti FPI, Laskar Jihad, Persaudaraan Pekerja Muslim, Majlis Mujahidin, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, Gerakan Pemuda Islam, Hizbullah, Al-Irsyad Al-Islamiyah dan lainnya. Bahkan mereka sepertinya berani bertentangan arus dengan pendapat Ormas Islam besar seperti Muhammadiyah dan NU yang tetap ingin mempertahankan dasar negara seperti saat ini.

Dalam pandangan kalangan Generasi baru Islam ini, kenaikan Gus Dur ataupun Megawati terdahulu sebagai Presiden Indonesia dianggap sebagai rangkaian azab dan kemurkaan Allah terhadap bangsa Indonesia yang telah menyingkirkan Islam dengan semena-mena sejak kemerdekaan, sebagaimana dinyatakan al-Qur’an : Bilamana Kami hendak membinasakan sebuah negeri, Kami angkat orang-orang yang suka berbuat kerusakan menjadi pemimpin, lalu mereka berbuat durhaka di dalam negerinya sehingga negeri tersebut berhak mendapat azab, lalu Kami hancurkan negeri tersebut sehancur-hancurnya. (al-Isra’ : 16)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda : Bila Allah Azza wa jalla murka kepada suatu kaum, maka kaum itu akan ditimpa azab. Harga barang-barang menjadi mahal, kemakmurannya menjadi surut, perdagangannya tidak mendapat untung, hujan sangat jarang turun, sungai-sungainya tidak mengalir dan penguasanya adalah orang-orang yang rusak akhlaknya. (HR. Dailami dan Ibn Najjar dari Ali ra)

Apa yang dikemukakan dalam ayat dan hadits di atas telah menjadi kenyataan pada bangsa Indonesia, dari awal kemerdekaan sampai saat ini. Kehancuran demi kehancuran akan dialami bangsa Indonesia jika Allah masih tetap mengazabnya. Itulah sebabnya, untuk menghidari azab demi azab yang akan datang silih berganti, komponen bangsa Indonesia perlu berfikir kembali, kenapa bangsa kita yang memiliki sejarah panjang dengan segala kegemilangannya menjadi bangsa yang terbelakang terus menerus, bangsa yang tertindas dari waktu ke waktu dan bangsa yang senantiasa diekploitasi silih berganti oleh para penjajah dan imprialis. Kenapa bangsa ini dapat

34

Page 35: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dipimpin oleh manusia-manusia korup yang mementingkan diri dan kelompoknya serta mengorbankan kepentingan mayoritas rakyat jelata. Kenapa para penghianat, koruptor dan eksploitator bangsa ini masih bebas bergentayangan menghisap dan menipu rakyat dengan bertopengkan pembangunan, pertumbuhan dan sejenisnya yang selalu menyengsarakan rakyat. Kenapa rakyat, pemilik sah republik ini selalu dizalimi, disingkirkan dengan semena-mena dan ditelantarkan hidupnya serta selalu harus mengalah mengikuti kemauan penguasa yang disogok para konglomerat penghianat. Kenapa agama mayoritas bangsa ini, Islam, selalu dituding sebagai biang kerok kerusuhan, teror, pemberontakan dan sejenisnya tanpa diberi kesempatan membuktikan keunggulan dan keagungannya dalam membangun masyarakat maju yang adil dan makmur. Apakah keadaan bangsa ini akan dibiarkan bergerak menuju jurang kehancuran dan diantara puing-puing kehancuran itu dibangun kembali tata bangsa yang ideal.

Gerakan generasi baru Islam ini terus membesar dan mulai mendapat sambutan dari rakyat yang telah melihat kesungguhan dan keikhlasan mereka dalam berjuang yang hanya mengharapkan keridhoaan Allah semata. Konflik diantara elit politik yang haus kekuasaan telah menambah suburnya gerakan generasi baru Islam ini yang memang kehadirannya didambakan rakyat. Ketegasan dan keberanian mereka menyatakan dan membela kebenaran telah mendatangkan simpati, dan mereka hanya akan tampil dan hadir ketika rakyat membutuhkan mereka tanpa mengharapkan imbalan dan balasan sebagaimana kaum politisi yang haus kekuasaan. Di medan konflik mereka hadir sebagai pendamai, di medan kesengsaraan dan penderitaan mereka tampil sebagai pembatu dan penyelamat, di medan kemaksiatan mereka tampil sebagai penegak kebenaran yang gagah berani. Mereka tampil mengalahkan ambisi dan kerakusan para politis yang senantiasa mengejar kepentingan duniawiyah bersama embel-embelnya, sementara generasi ini hanya mencari keutamaan dan keridhaan Tuhan mereka. Pembinaan dan pendidikan yang diterimanya berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya serta pelajaran para pejuang Islam terdahulu dan kini dibawah asuhan para mursyid dan murobbi yang ikhlas telah menjadikan generasi ini sebagai generasi yang tabah menghadapi tantangan dan rintangan perjuangan. Bahkan sebagian mereka telah dipenjara dan disingkirkan rezim terdahulu yang menganggapnya musuh laten. Inilah generasi harapan rakyat dan masa depan Indonesia yang akan menyelamatkan dan mengantarkan Indonesia menuju Indonesia Baru yang adil dan makmur. Jika mereka diberi kesempatan memimpin bangsa dan negara, mereka akan mengelolanya sebagaimana yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, membangun tatanan yang dipenuhi dengan keadilan, kedamaian dan kemakmuran sebagaimana yang telah dicontohkan generasi Islam terdahulu.

Statemen Permasalahan, Metodelogi Dan Tujuan

35

Page 36: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Bangsa Indonesia saat ini, dengan warisan-warisan permasalahan panjang yang dialaminya, baik semasa pemerintahan rezim Orde Lama dan Orde Baru, tidak diragukan sedang mengalami masa kritis, masa paling kritis dari sejarahnya sejak kemerdekaan, yang dapat meghilangkan eksisitensinya sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Indonesia saat ini benar-benar berada dalam persimpangan jalan yang akan menentukan keadaannya di masa depan. Bangsa Indonesia, dengan pengalaman-pengalaman yang ada harus mengambil keputusan terhadap masa depan tanah airnya, apakah sistem dan tatanannya dalam berbangsa dan bernegara seperti sekarang dapat dipertahankan ataukah akan mengambil sistem dan tatanan lain yang diharapkan mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia dari keterpurukannya saat ini.

Apa sebenarnya yang terjadi dibalik semua peristiwa yang menimpa bangsa ini ? Apakah gerakan reformasi telah merhasil mengantarkan bangsa Indonesia keluar dari krisis yang dihadapinya ? Ataukah sebaliknya reformasi telah menambah kesengsaraan dan penderitaan bangsa ini ? Apakah perlu dipikirkan kembali langkah-langkah yang lebih strategis dalam menyelesaikan permasalahan yang didapi bangsa Indonesia ? Jika ia, darimanakah mesti dimulai, apakah akan mengikuti pola gerakan tambal sulam yang selama ini telah menambah penderitaan rakyat atau perlu dipikirkan jalan lain yang lebih fundamental sesuai permasalahan yang dihadapi ?

Buku ini dengan segala keterbatasannya ingin menganalisa dan sekaligus mengungkapkan permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia serta bagaimana menanggulanginya dengan menggunakan pendekatan ajaran Islam sebagai agama mayoritas bangsa Indonesia. Data dan fakta yang ada, diklassifikasikan, kemudian dianalisa berdasarkan topik-topik permasalahannya serta diberikan solusi menurut ajaran-ajaran Islam yang beradarkan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah serta pendapat para ulama dan cendekiawan Muslim. Walaupun sudah banyak buku-buku yang membahas masalah yang akan dikemukakan, namun sejauh ini penulis belum menemukan sebuah pembahasaan yang memberikan solusi kepada akar permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia secara fundamental. Karena selama ini kebanyakan pembahasan diarahkan bukan kepada masalah paling fundamental dari bangsa Indonesia sebagaimana yang ingin dibahas dalam buku ini. Dengan demikian tidak diragukan lagi pentingnya pembahasan masalah ini agar menjadi panduan, minimal referensi bagi mereka yang tulus menghendaki perbaikan dan perubahan fundamental terhadap bangsa Indonesia. Buku ini bertujuan untuk memberikan konstribusi pemikiran kepada bangsa Indonesia sebagai sumbangsih anak bangsa yang merasa bertanggung jawab terhadap eksisitensi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tengah berada dipersimpangan jalan. Diharapkan dengan hadirnya tulisan ini akan merangsang para cendekiawan untuk mengungkapkan permasalahan yang dikemukakan secara terperinci sesuai dengan keperluan bangsa Indonesia.

36

Page 37: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

BAB IIREFORMASI PREMATUR

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah menyelesaikan urusanmu,

maka kerjakanlah urusan yang lain dengan serius,Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap

Alam Nasyrah : 5-8

37

Page 38: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Reformasi secara harfiah dapat diartikan sebagai pembaruan, membangun kembali, menghidupkan kembali dan dalam bahasa Arab biasanya digunakan istilah tajdid. Reformasi secara konvensional diterapkan pada proses pembaruan, terutama pembaruan dalam pemikiran untuk menggantikan pemikiran terdahulu yang sudah ketinggalan zaman. Demikian juga, istilah reformasi dapat digunakan sebagai upaya menghidupkan kembali ajaran-ajaran mulia yang telah diselewengkan. Reformasi, secara politis seringkali diartikan sebagai sebuah upaya terorganisir dan konstitusional untuk menggantikan pemerintah yang berkuasa karena dianggap tidak mampu lagi mengemban amanat rakyat dalam menjalankan kewajibannya mengantarkan bangsanya menuju cita-cita yang telah direncanakan. Reformasi sebagai sebuah cara perjuangan meluruskan ataupun mengganti tatanan pemerintahan, dianggap lebih dinamis dibandingkan evolusi yang memerlukan waktu dan tahapan panjang namun lebih lunak jika dibandingkan dengan revolusi yang menghendaki perubahan drastis dan radikal. Jika revolusi diandaikan dengan meruntuhkan bangunan sampai ke fondasinya dan diatas reruntuhan tersebut dibangun kembali sebuah bangunan yang dikehendaki, maka reformasi lebih merupakan sebuah upaya untuk memperbaharui, merenovasi bangunan agar sesuai dengan tata yang telah ditetapkan dalam master plan.

Gerakan reformasi senantiasa menaruh harapan optimis para pendukungnya dan terutama rakyat awam dalam memperbaiki bangsa dan negaranya. Itulah sebabnya, para penggerak reformasi selalu berjuang dengan penuh antusias sementara masyarakat akan memberikan dukungan, baik secara tersembunyi ataupun terang-terangan, kepada gerakan reformasi yang mereka harapkan dapat merubah keadaan bangsa dan negaranya. Gerakan reformasi sangat populer di negara-negara Eropa yang telah menepkan sistem pemerintahan modern. Di Asia Tenggara, gerakan reformasi dalam artiannya yang lebih khusus mengambil berbagai bentuk gerakan, seperti gerakan massa (people power) di Filipina, gerakan mundur dengan hormat seperti yang terjadi di Singapura, ataupun gerakan reformasi di Malaysia yang tetap mempertahankan cara pemilu dalam merubah tatanan pemerintahan dan menolak cara-cara radikal seperti demontrasi maupun pengerahan masa yang akan memakan korban. Itulah sebabnya gerakan reformasi terasa lambat di Malaysia dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya.

38

Page 39: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Demikian pula halnya dengan gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia mengambil bentuknya sendiri sesuai dengan keadaannya. Untuk mengevaluasi sejauh mana gerakan reformasi merubah keadaan bangsa Indonesia yang ditimpa krisis multidimensional, maka perlu diketahui pengertian reformasi yang dikehendaki bangsa Indonesia, karakteristiknya, tujuannya dan beberapa hal penting yang berhubungan dengannya. Pertanyaan mendasar yang perlu mendapat jawaban adalah sejauh mana keberhasilan gerakan reformasi yang dicanangkan beberapa tahun lalu setelah berhasil menumbangkan rezim Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun. Apalagi kini reformasi mulai dikritik justru oleh para penggeraknya sendiri seperti yang dicerminkan oleh kekecewaan para mahasiswa, cendekiawan, aktivis dan para pemimpin politik seperti Amien Rais, baik di zaman pemerintahan Gus Dur, Megawati maupun SBY saat ini. Bahkan banyak kalangan menyatakan bahwa kini reformasi telah mati muda, dan diperlukan upaya-upaya baru yang lebih dinamis, radikal dan terfokus, sebagaimana dinyatakah Syahrir, Adanan Buyung maupun Hariman dari INDEMO.

Reformasi di Indonesia, Karakteristik dan TujuannyaSecara khusus reformasi bagi bangsa Indonesia dapat diartikan

sebagai sebuah gerakan yang bertujuan untuk menggantikan sistem pemerintahan rezim Orde Baru Soeharto yang telah jauh menyimpang dari cita-cita bangsa Indonesia dengan pemerintahan baru yang mampu mengemban amanah UUD 45. Para penggerak reformasi menganggap, rezim Soeharto dengan segala dukungan dan kekuatan yang dimilikinya telah melakhirkan sistem pemerintahan yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45 sebagai dasar berbangsa dan bernegara di Indonesia. Penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan rezim Soeharto telah mengantarkan bangsa Indonesia menuju krisis multi dimensi yang telah meningkatkan kemiskinan dan penderitaan rakyat, bahkan dapat menghilangkan eksisitensi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perlawanan demi perlawanan telah dilakukan terhadap rezim Soeharto sejak dianggap menyimpang dari amanah yang diberikan rakyat, baik melalui wacana intelektual, demontrasi maupun gerakan radikal, yang telah dilakukan putra-putra terbaik bangsa Indonesia yang bertanggung jawab terhadap keadaan bangsa dan negaranya. Penangkapan, teror, penculikan bahkan pembunuhan yang dilakukan rezim Soeharto terhadap lawan-lawan politiknya, tidak pernah mematahkan semangat para pejuang menegakkan kebenaran dan keadilan membela rakyatnya, bahkan perjuangan suci ini telah melakhirkan tunas-tunas baru yang lebih berani, konsekwen dan memiliki idealisme, terutama di kalangan mahasiswa yang selama ini dikebiri secara sistimatis oleh rezim Orde Baru. Dengan perjuangan panjangnya yang telah memakan korban demi korban, akhirnya gerakan reformasi yang digerakkan oleh para ulama, cendekiawan dan mahasiwa mendapat sambutan luas masyarakat yang sudah muak dan benci dengan perilaku rezim Orde Baru.

39

Page 40: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Selanjutnya gerakan reformasi semakin menggema dan mulai memunculkan tokoh-tokoh sentral, baik dari kalangan ulama, cendekiawan, politisi, tokoh LSM dan lainnya. Amien Rais yang dikenal sebagai tokoh modernis Islam, Ketua Umum Muhammadiyah dan Ketua Dewan Pakar ICMI dengan lantang menentang beberapa kebijakan rezim Soeharto sekaligus memintanya untuk memberikan kesempatan kepada putra terbaik bangsa Indonesia yang lain untuk memimpin bangsa Indonesia. Monuver-monuver politik Amien telah membangkitkan keberanian para pemimpin bangsa lainnya untuk meminta Soeharto lengser dari kedudukannya setelah lebih 30 tahun berkuasa. Gerakan-gerakan reformasi yang semakin intensif, terutama akhir 97-an dan awal 98-an, terutama di kampus-kampus utama yang digerakkan para mahasiswa, telah melakhirkan kerusuhan demi kerusahan yang menambah tidak menentunya kondisi Indonesia, dan puncaknya terjadi peristiwa kerusuhan 13 mei 98 yang ditindaklanjuti dengan pengepungan Gedung MPR/DPR yang telah memaksa Ketua MPR/DPR Harmoko merekomendasikan mundurnya Soeharto. Gerakan reformasi mendapatkan momennya ketika berhasil menumbangkan rezim Orde Baru Soeharto dan menaikkan pemerintahan Habibie yang dianggap sebagai pemerintahan transisi.

Jika diperhatikan dengan seksama karakteristik gerakan reformasi di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa gerakan ini bukan sebuah gerakan terorganisir (organize movement) yang didukung oleh seperangkat gerakan dengan struktur dan sistem yang jelas sebagaimana sebuah oragnisasi karena tidak jelas siapa sebenarnya pemimpin utama gerakan reformasi, landasan, pola sistem, struktur gerakannyapun tidak jelas. Gerakan ini adalah sebuah gerakan tak terorganisasi (unorganize movement) yang digerakkan oleh kesadaran bersama sebagian komponen anak bangsa yang ingin menciptakan sebuah tata pemerintahan yang tetap berada dilandasannya. Karena kezaliman rezim sudah sampai pada puncak ektrimnya yang telah menimbulkan frustasi massa, maka siapapun yang menggerakkan massa menentang rezim akan mendapat sambutan dan dukungan luas dari masyarakat yang menunggu perubahan. Itulah sebabnya ketika kalangan kampus melontarkan gagasan gerakan reformasi, walaupun tanpa sebuah gerakan yang terorganisir, mendapat sambutan dan menjadi gerakan massa yang mampu memaksa lengsernya presiden Soeharto. Disinilah letak keunikan gerakan reformasi di Indonesia, walaupun dengan sebuah gerakan yang tidak terorganisir, namun mampu menumbangkan sebuah rezim yang terorganisir dan didukung berbagai elemen kekuatan. Sebagaiamana dikatakan sebagian ulama, jika bukan karena kasih sayang Allah Yang Maha Esa, tidak mungkin sebuah gerakan seperti gerakan reformasi dapat menumbangkan seorang Seoharto. Namun sekali lagi bangsa Indonesia yang mayoritas muslim diberikan rahmat agar dapat memperbaiki kesalahan mereka di masa depan.

Tujuan gerakan reformasi masih terlalu umum, bahkan terkesan tidak memiliki arah yang jelas kecuali menjatuhkan Soeharto yang dianggap

40

Page 41: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

sumber malapetaka bangsa Indonesia. Namun secara khusus tujuan-tujuan umum gerakan reformasi dapat diketahui dari slogan-slogan populer yang senantiasa dituntut mahasiswa, sebagaimana tercermin dalam enam visi reformasi yang dicanangkan para mahasiswa yaitu amandemen UUD 45, penghapusan dwifungsi ABRI, supremasi hukum, otonomi daerah, pemberantasan KKN, dan membangun budaya demokrasi yang sehat. Diharapkan dengan enam visi yang dikemukakan akan terbentuk sebuah pemerintahan yang sehat dan berwibawa serta mampu mengantarkan masyarakat bangsa Indonesia menuju Indonesia baru yang penuh dengan keadilan, kemakmuran, kedamaian dan keamanan sebagai tujuan utama umat manusia.

Gerakan reformasi kini telah mengalami pergantian 4 kali penguasa, Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY, namun sejauh ini belum kelihatan tanda-tanda perbaikan fundamental pada kehidupan masyarakat bangsa Indonesia, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, keamanan dan lainnya. Ada kekhawatiran elit-elit politik seperti Amien Rais misalnya, di bawah pemerintahan Megawati misalnya, Indonesia sedang meluncur kembali seperti pada rezim-rezim tiranis dan diktator sebelumnya. Kekhawatiran ini disebabkan terutama oleh ketertutupan Megawati yang terkesan lamban menangani permasalahan, tidak mau menerima pendapat orang lain dan kurang fokus terhadap masalah fundamental bangsa. Sikap seperti ini akan menimbulkan feodalisme baru yang menghambat proses demoktratisasi yang sedang berjalan. Demikian pula kebijakan-kebijakan pemerintahan SBY yang kontraversial seperti akan mengulangi kelakuan sumbang para diktator sebelumnya, seperti lambatnya penanganan atas pelanggaran HAM yang dilakukan militer, pembelaan yang berlebihan terhadap konglomerat hitam dan belum tertanganinya gerakan sparatis di Aceh dan Papua, yang akan membahayakan agenda reformasi. Ketergantungan pemerintah pada hutang luar negeri semakin menambah krisis ekonomi yang dihadapi. Akhirnya dapat disimpulkan, siapapun yang berkuasa dengan sistem yang lemah, rancu dan kabur seperti yang ada saat ini, pasti akan menjadikannya seperti rezim-rezim terdahulu, sebagaimana kelakuan pemerintah yang mulai meniru kelakuan-kelakuan sumbang pendahulunya, tidak mau mendengar nasihat elit politik bahkan MPR/DPR serta memperalat kekuasaan untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya seperti yang telihat dalam kasus perpanjangan hutang para konglomerat hitam dan penjualan aset BPPN yang dilakukan pemerintahan Megawati.

Walaupun pemerintahan SBY telah mengangkat Abdurrahman Saleh sebagai Jaksa Agung yang diharapkan mampu menegakkan supermasi hukum dan dapat menghukum para pelaku kejahatan, terutama para koruptor tanpa pandang bulu. Tapi sejauh ini, Jaksa Agung belum dapat memperlihatkan kinerjanya, karena apalah artinya seorang Abdurrahman Saleh jika tidak didukung oleh aparat yang sevisi dengannya. Itulah sebabnya tidak mengherankan ketika DPR menyebutnya sebagai "Ustadz di kampung maling" yang memanaskan suasana politik. Pemerintahan SBY sendiri seperti

41

Page 42: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

menutup mata dengan tuntutan reformasi terdahulu yang meminta agar Soeharto diadili, seakan-akan kasus ini terlupakan begitu saja, dan bagaimana mungkin dapat menyeret para pelaku korupsi jika akar masalah dan biangnya tidak diselesaikan. Demikian pula Pemerintahan SBY dengan lobi-lobi intensifnya dan monuvernya yang lihai telah berhasil menjinakkan para tokoh gerakan reformasi, baik secara halus maupun strategis, dengan menjanjikan berbagai iming-iming yang dapat melemahkan semangat tekan mereka sebagaimana yang telah menimpa tokoh-tokoh muda reformis yang vokal.

Sementara gerakan reformasi yang diharapkan sebagai gerakan penekan sekaligus pengontrol arah reformasi, ternyata berjalan lambat dan tidak terarah serta para penggeraknya seperti sudah kehabisan tenaga geraknya akibat permainan panjang para elit politik yang memperebutkan kekuasaan. Kemunculan pemain-pemain lama yang mendompleng gerakan reformasi dalam politik dan ekonomi, yang selama ini dikenal sebagai penjahat dan penghianat menambah keyakinan akan mulai menyimpangnya gerakan reformasi dari tujuan awalnya yang bercita-cita membangun tata Indonesia Baru menjadi Indonesia yang mempertahankan status quo. Tokoh-tokoh sentral reformasi, terutama para mahasiswa, yang berjuang dan berkorban seperti hilang dari peredaran dan mulai kalah gaungnya dengan gerakan-gerakan tandingan yang menuntut perubahan politik sesaat atau gerakan-gerakan sporadis yang dibayar kepentingan politik tertentu. Akhirnya dengan kerancuan dan kemadekan yang dialaminya, gerakan reformasi yang dilaungkan dengan cita-cita agung dan mulia tidak ubahnya seperti sebuah gerakan tambal sulam yang berputar-putar dalam lingkaran setan tanpa mengetahui agenda mana yang harus diprioritaskan. Bahkan kini gerakan reformasi kadangkala diartikan sebagai gerakan reaksioner yang sudah kehilangan energi dan daya tekan, sebuah gerakan tidak beraturan yang akan mengkritik dan menghantam apapun secara membabi buta, tanpa memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi dan kelemahan kontrol penggeraknya. Yang pada akhirnya akan menguntungkan para penjahat dan penghianat yang mempertahankan status quo dengan mengatasnamakan gerakan reformasi.

Jika Republik Indonesia diibaratkan sebagai sebuah rumah tua yang penuh dengan tambalan, maka gerakan reformasi yang dilakukan selama ini sebatas menambal sulam kembali rumah tua yang sudah rapuh. Blue print yang dibuat 60 tahun lalu untuk membangun rumah bangsa Indonesia sudah ketinggalan zaman dan sudah tidak sesuai dengan tuntutan serta tantangan baru yang dihadapi. Gerakan reformasi yang tidak begitu jelas agendanya sebagaimana dikemukakan sebagian komponen bangsa Indonesia pada hakikat sama dengan gerakan tambal sulam yang tidak menyentuh inti permasalahan yang dihadapi masyarakat bangsa Indonesia. Permasalahan bangsa ini bukan hanya terletak pada kekurangan pasal-pasal dalam UUD 45, karena dominannya militer, berleluasanya KKN, pemerintahan yang tidak bersih dan sejenisnya. Apakah dengan mengadili Soeharto dan para

42

Page 43: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

pelanggar HAM lainnya bangsa Indonesia akan segera keluar dari krisis multi dimensi yang menimpanya ? Apakah dengan mengamandemen sebagian isi UUD 45 kita akan segera menyelesaikan permasalahan bangsa ini. Apakah dengan memberikan supremisi hukum manusia buatan kolonial akan menjadikan bangsa ini semakin beradab ? Tidak mungkin, karena semua itu bukan permasalahan utama bangsa Indonesia, semua yang dikemukakan dan menjadi tuntutan reformasi adalah akibat daripada permasalahan utama bangsa ini, permasalahannya terletak pada kegagalan fundamental sistem bangsa Indonesia yang telah melakhirkan berbagai akibat yang dirasakan saat ini.

Gerakan reformasi yang dilakukan saat ini, pada hakikatnya gerakan tambal sulam yang masih diragukan kemampaunnya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan utama bangsa Indonesia, tapi gerakan ini hanya akan mengantarkan bangsa ini menuju terbentuknya sebuah tirani baru yang akan mengulangi kelakuan biadab para tirani sebelumnya. Selama sistem permainan dalam berbangsa dan bernegara yang dipergunakan masih dalam bentuknya yang rancu, kabur dan dangkal, maka selama itu pula kemungkinan munculnya tiran baru yang mempermaiankan penafsirannya demi kekuasaannya. Pergantian dari penguasa satu kepada penguasa lainnya, baik sejak Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY atau siapapun setelahnya, tidak akan merubah keadaan fundamental bangsa Indonesia yang penuh krisis dan dilemma, karena siapapun penguasa yang memerintah selama sistem permaian dan landasannya tidak dirombak, maka akan mengulangi kegagalan demi kegagalan penguasa terdahulu yang tumbuh jadi tirani dan menganiaya rakyatnya sendiri.

Gerakan reformasi yang dilakukan selama ini seperti perbuatan mengobati penyakit kanker dengan obat sakit kepala. Penyakit kanker tidak mungkin dapat diobati dengan obat sakit kepala yang merupakan akibat sampingan dari penyakit utama. Bangsa Indonesia saat ini tengah mengalami sakratul maut akibat penyakit kronis yang dideritanya bertahun-tahun. Penyakit ini tidak dapat diobati dengan obat-obat murahan, apalagi hanya dengan menangisinya ataupun berteriak-teriak sekuat tenaga. Penyembuhan penyakitnya hanya dengan mengobatinya melalui kepakaran para team dokter teruji yang akan memberikan obat mujarab serta atas kasih sayang Allah semata. Maka untuk menyelesaikan permasalahan bangsa Indonesia tidak cukup dengan gerakan reformasi dengan agenda-agendanya yang semakin pudar kekuatannya akibat kerancuan tujuannya dan kelemahan pelaksananya.

Dengan perkembangan terakhir, tidak diragukan bahwa gerakan reformasi yang telah menumbangkan rezim Soeharto dan menaikkan rezim-rezim baru, beberapa tahun lagi akan kehilangan arahnya dan akan ditinggalkan masyarakat yang sudah muak dengan janji-janji kosong. Apalagi masyarakat telah terlanjur percaya bahwa Gus Dur ataupun Megawati yang kenaikannya jadi presiden RI karena dicalonkan oleh tokoh sentral reformasi Amien Rais adalah cerminan dari pemerintahan reformasi yang senantiasa

43

Page 44: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

diteriakkan mahasiswa, namun pada kenyataannya kedua pemerintahan tersebut dengan tindakan-tindakan kontraversialnya telah mulai mengulangi perilaku para rezim terdahulu yang penuh KKN dan berpihak pada para konglomerat dengan mengorbankan kepentingan rakyat. Contoh terdekat adalah pemerintah dengan semena-mena menaikkan BBM yang menambah kesengsaraan rakyat sementara pada saat yang sama membebaskan hutang para penjarah dan penghianat ekonomi, bahkan mereka diberi suntikan dana untuk mengulangi kebiadabannya terhadap bangsa Indonesia. Dengan konsesi tertentu, sepertinya Gus Dur ataupun Mega membela para penjarah milik rakyat, seperti yang dilakukannya terhadap Sinivasan, Proyogo dan Syamsul Nursalim yang akan ditunda penuntutan hukumannya karena dianggap memberikan kontribusi besar pada negara dan bangsa. Kekalahan Amien Rais dalam pemilihan umum Presiden secara langsung oleh rakyat, jelas memberikan tanda bahwa rakyat tidak perduli dan tidak percaya lagi dengan gerakan reformasi.

Akhirnya gerakan reformasi yang menjanjikan seribu harapan terperangkap pada lingkaran setan dan dipermainkan para pelakunya sendiri demi kepentingan politik sesaat. Reformasi di mata rakyat kecil identik dengan demontrasi hura-hura yang menambah penderitaan dan kesengsaraan bangsa akibat ketidakberdayaan para penggeraknya menekan kelakuan sumbang penguasa. Untuk itu, gerakan reformasi harus diikuti dengan gerakan yang lebih besar dan menyeluruh yang akan merombak seluruh tatanan masyarakat Indonesia, mencabut seluruh akar permasalahan bangsa, dan menggantikan sistem usang dengan sistem yang lebih unggul dan sesuai dengan mayoritas bangsa Indonesia yang muslim.

Reformasi Prematur ?Beberapa waktu setelah berhasilnya gerakan reformasi melengserkan

Soeharto, salah seorang reformis muda Al Chaidar dalam bukunya Reformasi Prematur, Jawaban Islam Terhadap Reformasi Total, dengan hujjah-hujjahnya yang menyakinkan menganalisa gerakan reformasi diawal kejayaannya menumbangkan Soeharto sebagai sebuah gerakan yang belum memiliki arah yang jelas, sehingga menjuluki gerakan reformasi di Indonesia sebagai Reformasi prematur. Istilah reformasi prematur yang digunakan Al Chaidar, terlepas dari pro dan kontra, adalah istilah yang tepat bagi gerakan reformasi di Indonesia. Karena gerakan reformasi yang dilancarkan tidak menyentuh problem-problem fundamental yang dialami bangsa Indonesia. Gerakan reformasi hanya mengagendakan penyelesaian-penyelesaian sesaat yang tidak berkelanjutan dan dapat mengembalikan tata pemerintahan seperti sebelumnya akibat tidak berubahnya sistem permaian (role of game) yang dipergunakan bangsa Indonesia. Kelemahan sistem akan dipergunakan oleh para tiran untuk membangun sebuah pemerintahan absolut yang otoriter dan diktator, yang terlambang dalam kultus individu ataupun birokrasi diktator. Itulah sebabnya Al Chaidar menawarkan Islam sebagai idiologi bangsa Indonesia menggantikan Idiologi Pancasila yang menjadi sumber

44

Page 45: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

permasalahan bangsa Indonesia saat ini. Dengan menjadikan Islam, agama mayoritas bangsa Indonesia, sebagai dasar berbangsa dan bernegara, Indonesia akan memperoleh rahmat Allah menjadi negara adil makmur sebagaimana dijanjikan al-Qur’an.

Salah seorang pemimpin aktivis mahasiswa Islam dari KAMMI (Komite Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) yang menjadi komponen terpenting dalam gerakan reformasi, Fahri Hamzah dalam tulisannya di Republika, 23 Agustus 2000, yang berjudul Reformasi Babak Kedua, dengan tegas menyatakan kekecewaannya terhadap gerakan reformasi yang sudah tidak menentu arahnya. Fahri, salah seorang yang mewakili aktivis pemimpin mahasiswa yang menjadi komponen terpenting dalam gerakan reformasi yang telah menumbangkan Soeharto, adalah salah satu komponen anak bangsa yang memahami benar gerakan reformasi dengan segala tujuannya yang diperjuangkannya selama ini. Menurutnya gerakan reformasi yang telah mengantarkan Gus Dur sebagai presiden telah kehilangan arahnya saat ini, dan untuk meluruskan keadaan dia mengusulkan agar diadakan reformasi babak kedua yang akan mengembalikan gerakan reformasi pada relnya semula. Kekecewaan mahasiswa kini terulang lagi para pemerintahan Megawati, itulah sebabnya pada tanggal 7 Maret 2002 para Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Indonesia di Unair Surabaya kembali mendeklarasikan gerakan reformasi, karena saat ini reformasi sudah kehilangan arah tujuan.

Amien Rais, Ketua MPR yang dinobatkan menjadi tokoh gerakan reformasi yang terkenal vokal sejak jauh hari sebelum lengsernya Soeharto telah mulai menyatakan kekecewaan terhadap pemerintah Megawati yang telah menyimpang dari agenda gerakan reformasi. Bahkan dengan lantangnya mengatakan telah terjadi pembusukan pada pemerintahan Megawati, terutama bidang ekonomi. Kritik-kritiknya yang semakin tajam dan mengancam menandakan kekecewaannya yang luar biasa terhadap kinerja pemerintah yang mulai tidak jelas arahnya dan senantiasa menimbulkan kontraversi demi kontraversi yang membingungkan. Adalah wajar sikap Amien yang keras dan tegas terhadap Megawati, karena semua mengetahui bahwa Amien adalah orang yang peling bertanggung jawab terhadap kenaikannya. Bahkan kini Amien telah mulai menjalin aliensi dengan Gus Dur yang dijatuhkannya untuk menentang Megawati yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Demikian pula penangkapan Akbar Tanjung, Ketua DPR yang diisukan atas perintah Megawati, telah menambah barisan yang menentang kepemimpinan Megawati. Kritik-kritik tajam dari gerakan Islam, seperti yang dilontarkan Abu Bakar Ba’asyir Amirul Mujahidin, Habib Rizieq Syihab ketua Front Pembela Islam, Eggi Sudjana ketua Persaudaraan Pekerja Muslim, Jaafar Umar Thalib, Imam Laskar Jihad dan lainnya yang menganggap pemerintahan Megawati tidak peduli dengan kepentingan kaum Muslimin merupakan penentangan terhadap pemerintahannya yang tidak jalan sesuai dengan cita-cita ajaran Islam dan reformasi. Demikian pula gerakan-gerakan demontrasi yang didukung mahasiswa Forkot, Jarkot maupun PRD

45

Page 46: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

membuktikan kekecewaan mereka terhadap kemandekan gerakan reformasi, terutama dalam mengadili Soeharto dan para pelanggar HAM lainnya.

Pemerintahan SBY-pun kini sepertinya mengulang kembali kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan pemerintah sebelumnya, yang paling terkini adalah kebijakan pemerintah untuk menaikkan BBM telah menimbulkan protes terhadap pemerintah. Pada masa yang sangat sulit ini, kenaikan BBM berarti akan menambah kesengsaraan masyarakat luas yang pasti akan diikuti dengan naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok. Demikian pula pengangkatan beberapa petinggi militer dalam kedudukan strategis dianggap sebagai langkah SBY untuk mengakomodasi kepentingan Orde Baru, sebagaimana dinyatakan Imparsial. Sementara reformasi di kalangan ABRI sendiri terkesan lambat, karena reformasi bagi ABRI, terutama tuntutan penghapusan dwi-fungsinya memang telah menghilangkan fasilitas utama mereka dalam kehidupan sosial-politik ekonomi di Indonesia. Ada kelompok yang tidak menginginkan ABRI dihilangkan statusnya sebagai pengendali kehidupan sosial-politik dan keamanan sebagaimana doktrin dwifungsi yang ditentang gerakan reformasi. Demikian pula para jendral yang terlibat pelanggaran HAM tidak mau memenuhi panggilan Pengadilan Ad-Hok yang bentuk KOMNAS HAM dan Pemerintah, sementara pemerintah tidak memberikan keputusan yang tegas dalam masalah ini. Hal ini dapat diartikan bahwa pemerintah tidak mampu memandang berat masalah ini, padahal menjadi tuntutan utama reformasi.

Gerakan gerakan sparatis yang menuntut kemerdekaan seperti yang terjadi di Aceh, Kepulauan Riau, Makassar, Maluku dan Papua jelas menandakan kekecewaan mereka terhadap pemerintah yang tidak memperhatikan tuntutan mereka. Gerakan-gerakan sparatis yang semakin gencar dan tidak ditangani serius oleh pemerintah dapat mengantarkan bangsa Indonesia menuju perpecahan. Bahkan pemerintah dianggap kurang tegas dalam menindak kelompok minoritas sparatis yang menginginkan kemerdekaan seperti di Maluku yang dimotori RMS misalnya, sementara jika menyangkut kepentingan kaum muslimin, seperti kasus GAM di Aceh ataupun pengangkapan mereka yang dituduh sebagai teroris, seperti yang tengah menimpa ustadz Abu Bakar Baasyir, sepertinya pemerintah terlalu bersemangat untuk menindaknya, yang pada akhirnya telah menimbulkan pelanggaran HAM.

Setelah kenaikan SBY sebagai Presiden, belum kelihatan tanda-tanda akan keluarnya bangsa Indonesia dari penderitaan dan kemiskinan, bahkan yang pasti kelihatan adalah kehidupan masyarakat awam yang sudah mengalami kesusahan semakin susah dengan naiknya BBM yang pada akhirnya akan menimbulkan krisis-krisis baru. Pengangguran semakin meningkat, yang membawa meningkatnya kasus kriminal dan kemaksiatan yang ditandai semakin maraknya prostitusi. Bahkan kasus-kasus bunuh diri semakin meningkat akibat ketidakmampuan masyarakat bawah menyelesaikan masalah fundamental yang mereka hadapi. Bencana demi

46

Page 47: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

bencana dahsyat yang datang seakan telah mengabsahkan penolakan terhadap kepemimpinan SBY yang tidak direstui oleh Pemilik alam ini.

Maka dengan demikian, gerakan reformasi yang diharapkan mampu memperbaiki nasib bangsa Indonesia ternyata menambah runyamnya permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia, dengan menaikkan pemerintahan yang tidak mampu menyelesaikan krisis multi dimensi bangsa Indonesia. Akhirnya tidak diragukan lagi bahwa gerakan yang telah menelan korban dan pengorbanan ini mengalami kemandekan demi kemandekan yang akhirnya akan menciptakan pemerintahan diktator-otoriter seperti rezim-rezim sebelumnya jika segera tidak diantisipasi. Akhirnya memang dapat disimpulkan, sebagaimana diramalkan Al Chaidar bahwa reformasi di Indonesia adalah reformasi prematur yang belum siap menghadapi tantangan-tantangan yang akan dihadapinya sehingga tidak mampu menekan pemerintah agar kembali pada rel reformasi. Lebih jauh, siapapun yang memimpin bangsa Indonesia, Indonesia tetap akan menghadapi dilema seperti saat ini selama sistem yang lemah dan kabur dalam menata bangsa Indonesia masih dipertahankan.

Beberapa Indikasi Prematurnya ReformasiMungkin masih ada yang meragukan tentang prematurnya reformasi

di Indonesia dengan alasan gerakan reformasi masih terlalu dini untuk dinilai keberhasilannya. Namun bagaimanapun, sebuah gerakan yang menyangkut kepentingan bangsa dan negara harus senantiasa dikoreksi dan dievalusi dari masa ke masa agar tetap konsisten pada tujuannya semula. Apalagi kini gerakan reformasi yang telah diamanatkan kepada pemerintah melalui anggota MPR/DPR telah mengalami kritik demi kritik justru dari para pendukungnya sendiri, terutama terhadap Gus Dur dan Megawati yang sama-sama memperjuangkan reformasi di Indonesia, namun kedua tokoh tersebut telah mengantarkan reformasi menuju kematian. Ada beberapa indikasi yang dapat dijadikan barometer terhadap pernyataan prematurnya reformasi di Indonesia. Diantaranya adalah :

1. Perselisihan & Perpecahan Diantara PenggeraknyaPerselisihan dan perpecahan telah menerpa tokoh-tokoh penggerak

reformasi, sebagaimana yang kita saksikan ketika terjadi perselisihan antara Amien Rais, Gus Dur dan Megawati yang sama-sama dikatakan sebagai penggerak dan tokoh reformasi. Perpecahan yang akhirnya menambah serunya perpecahan-perpecahan di kalangan elit bangsa Indonesia, dimana perpecahan ini telah diikuti oleh perpecahan masyarakat bawah yang fanatik pada pemimpinnya masing-masing, seperti mengamuknya para pengikut Megawati di Bali karena kalah dengan Gus Dur, atau mengamuknya pengikut Gus Dur di Jawa Timur akibat dilengserkannya Gus Dur dari kursi Presiden.

47

Page 48: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Perpecahan dan perselisihan ini dapat dibaca sebagai ketidaksiapan gerakan reformasi mengantarkan bangsa Indonesia menuju cita-cita Indonesia baru dan dapat dianggap sebagai salah satu indikasi prematurnya gerakan ini. Demikian pula terpecahnya tokoh reformasi menjadi kubu Amien yang menjadi oposisi dan kubu Mega yang mendukung kebijakan pemerintah, dan diantara mereka ada kelompok yang tidak memihak keduanya.

Amien Rais adalah salah seorang tokoh sentral reformasi yang berani secara lantang dan terbuka menyerang kebijakan-kebijakan zalim rezim Soeharto dan menjadi simbol perlawanan gerakan reformasi di Indonesia bersama dengan para mahasiswa dan aktivis lainnya. Dengan predikat yang disandangnya, Amien semacam menjadi simbol gerakan reformasi di Indonesia dan namanya bertambah melambung ketika dengan tegas menolak duduk dijajaran kabinet Habibie dan membentuk Partai Amanat Nasional (PAN). Setelah pemilu 99, ternyata partai pimpinan Amien hanya menperoleh suara yang kecil diantara peserta pemilu yang dimenangi oleh PDI-P. Ditengah-tengah pertarungan seru kubu Mega dan kubu Habibie yang masing-masing ngotot memperjuangkan calonnya menjadi presiden, sekali lagi Amien membuat monuver dengan membentuk poros tengah dan menjagokan Gus Dur sebagai Presiden. Ketika Habibie mengundurkan diri dalam pencalonan, dengan dukungan yang diperolehnya, baik dari fraksi Golkar, fraksi PPP dan fraksi Reformasi, terakhir fraksi PKB memberikan dukungannya, akhirnya Amien benar-benar dapat mengantarkan jagonya, Gus Dur menjadi Presiden RI keempat. Rakyat awam hanya dapat menyimpulkan Amien Rais adalah tokoh sentral reformasi, maka pemerintahan Gus Dur yang didukungnya sudah pasti bagian dari gerakan reformasi. Demikian pula ketika Amien menjatuhkan Gus Dur dan digantikan dengan Megawati atas restu Amien, yang dapat dibaca orang awam bahwa pemerintahan Megawati adalah kelanjutan dari pemerintahan kaum reformis.

Dalam perjalanannya setelah Amien mendukung Gus Dur sebagai Presiden, ternyata Gus Dur adalah Gus Dur yang memiliki karakter tersendiri, yang susah diajak bermusyawarah sehingga menimbulkan kekecewaan Amien Rais. Amien sendiri merasa sangat bertanggungjawab terhadap tindakan-tindakan sumbang Gus Dur yang didukungnya sehingga dia menjadi orang terdepan yang akan mengkritik penyimpangan Gus Dur. Kritik Amien yang kadangkala terlalu keras, misalnya dengan mengancam akan diadakan Sidang Istimewa, menimbulkan perlawanan Gus Dur yang menganggap benar tindakan-tindakannya. Akhirnya perselisihan demi perselisihan tidak dapat dihindari antara Amien dan Gus Dur yang sama-sama simbol gerakan reformasi. Dengan kata lainnya, diantara tokoh-tokoh sentral reformasi sendiri belum terjadi kesepakatan tentang arah tujuan reformasi sehingga mereka berjalan sendiri-sendiri yang pada akhirnya menimbulkan perpecahan yang pada akhirnya akan menambah penderitaan rakyat saja. Perselisihan ini akhirnya telah menjatuhkan Gus Dur dan mengantarkan Mega sebagai Presiden. Namun rupanya Megawatipun tidak dapat memuaskan keinginan para reformis seperti Amien, sehingga Amien mulai mengkritik dan

48

Page 49: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

meneriaki pemerintahan Mega yang dianggap tidak memiliki kepekaan terhadap krisis yang sedang menimpa bangsa disamping ketidakjelasannya dalam menyelesaikan perbaikan ekonomi. Ketegangan antara Amien dan Mega bertambah ketika Amien mulai menjalin koalisi dengan Gus Dur yang selama ini menjadi seteru Mega, karena dukungannya atas PKB-Matori. Perselisihan dan perseteruan antara para penggerak sentral reformasi ini akan terus terjadi, terutama disebabkan oleh ego mereka yang menganggap diri dan kelompoknyalah yang paling benar, dan merasa dirinyalah yang mampu menyelesaikan permasalahan bangsa ini. Belum lagi unsur-unsur kepentingan duniawiyah yang senantiasa menggiurkan, yang telah mendorong munculnya KKN.

Jika gerakan reformasi bukan gerakan yang prematur akibat pertentangan para penggeraknya yang memiliki perbedaan latar belakang, visi, misi dan ambisi, tentu gerakan ini akan menjadi sebuah gerakan dinamis yang dapat mengantarkan bangsa menuju cita-citanya. Namun karena dari awal gerakan reformasi adalah gerakan yang prematur akibat menyimpan perbedaan-perbedaan para tokoh sentralnya yang masing-masing memiliki cita-cita politik sendiri yang menunggu waktu muncul kepermukaan seperti yang terjadi saat ini antara Gus Dur, Amien, Mega dan yang lainnya.

2. Kerapuhan Mental dan Egoisme Para Tokoh ReformasiTidak ada satu kelompok bangsapun yang ragu tentang ketokohan Amien

Rais, Gus Dur, Megawati dalam gerakan reformasi yang menggulingkan rezim Soeharto. Mereka semua dapat dikatakan sebagai tokoh sentral gerakan reformasi yang sepak terjangnya diketahui umum dalam melaksanakan agenda reformasi. Namun permasalahannya, ketika mereka telah mendapatkan kekuasaan, mereka lupa dengan amanah para reformis untuk menegakkan keadilan dan kemakmuran bagi bangsa. Hal ini terjadi tidak lain akibat kerapuhan mental para pemimpin yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan golongannya saja.

Seperti Gus Dur misalnya, tidak ada yang meragukan ketokohannya dalam masyarakat, karena dia adalah ketua umum Nahdatul Ulama yang beranggotakan lebih 30 juta orang, demikian pula dia adalah tokoh neo-modernis Islam sebagaimana dijuluki Greg Burton. Sikap kontraversial Gus Dur yang selalu mengambil jalan bersebrangan dengan tokoh-tokoh Islam, misalnya menolak pendirian ICMI, dan membela kepentingan minoritas, dianggap sebagai salah satu keistimewaannya yang sedang membangun sikap demokrasi. Namun ketika Gus Dur menjadi presiden pilihan kaum reformis yang mencita-citakan terbentuknya tata Indonesia baru, ternyata Gus Dur mengecewakan banyak orang dengan tindakan-tindakan dan perkataannya yang kontraversial. Pada awalnya banyak tokoh-tokoh reformasi seperti Nurcholis Madjid yang meminta kesabaran bangsa Indonesia dan memberikan kesempatan Gus Dur merubah gaya

49

Page 50: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kepemimpinannya yang dianggap otoriter dan tidak mau mendengarkan nasehat. Rupanya Gus Dur tetaplah Gus Dur yang tetap merasa yakin dengan tindakannya yang kontraversial, bahkan sebagian cendekiawan menuduhnya sebagai “gendheng”. Sikap inilah yang akhirnya menjatuhkan dirinya sendiri secara tragis.

Demikian pula halnya dengan Megawati, ketika telah menjadi presiden dan memiliki wewenang untuk mengendalikan republik ini menuju kemajuan, apa yang telah dilakukannya untuk bangsa dan negaranya. Memang diakui tidak mudah menjadi pemimpin ditengah-tengah badai krisis yang menimpa bangsa, namun setidaknya Mega melihatkan keprihatinannya terhadap apa yang telah menimpa bangsanya dengan tindakan-tindakan yang menyejukkan. Tapi malah banyak berdiam dan menutup diri sehingga terasa jauh dari masyarakat yang sangat membutuhkannya. Bahkan ada yang menilai Megawati mulai menghambur-hamburkan dana rakyat untuk kepentingan pribadinya, disamping tumbuh suburnya KKN yang dilakukan oleh orang-orang disekelilingnya, terutama peranan suaminya Taufik Kiemas yang sangat aktif mengembangkan jaringan bisnisnya bersama konco-konconya. Apakah kursi presiden begitu manis dan mempesona sehingga siapapun yang mendudukinya akan menjadi lupa daratan, tidak perduli apakah mereka seorang cendekiawan, kiayi apalagi seorang yang memang senang pada kehidupan yang glomour akan terjebak dalam lingkaran setan yang akan menghambur-hamburkan kekayaan negara milik rakyat.

Kerapuhan mentalitas dan egoisme para pemimpin reformasi ini akan membawa dampak buruk pada gerakan reformasi di masa depan. Seperti apa yang mulai terlihat sekarang, para pemimpinnya sibuk untuk menjatuhkan dan menaikkan pemimpin baru, rakyat tetap pada keadaannya, menderita akibat ketidakpastian politik dan ekonomi.

3. Lemahnya Daya Kontrol dan Daya Tekan Terhadap Kebijakan Penguasa

Setelah gerakan reformasi berhasil menumbangkan rezim Soeharto dan menaikkan rezim Habibie, Gus Dur, dan Mega, reformasi yang digerakkan oleh mahasiswa seakan tenggelam dan kehilangan suara. Pemerintah sendiri sepertinya tidak memperhatikan tuntutan-tuntutan mahasiswa yang memiliki gerakan reformasi dengan tetap melakukan tindakan-tindakan kontraversial yang bertentangan dengan visi reformasi. Jika MPR/DPR sebagai lembaga tertinggi negara yang menjadi perwakilan resmi rakyatpun dapat dilecehkan sedemikian rupa oleh Gus Dur ketika berkuasa, apalagi gerakan mahasiswa. Apalagi kini tidak ada seorangpun dan satu kelompokpun yang dapat mengklaim dirinya sebagai pemilik sejati gerakan reformasi, karena mereka semua, termasuk Gus Dur, Megawati dan lainnya merasa memiliki gerakan reformasi. Keadaan ini menambah ketidakjelasan gerakan reformasi. Sementara mahasiswa tidak dapat turun demontrasi ke jalan setiap hari yang akan menambah penderitaan rakyat,

50

Page 51: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

tapi pada sisi lain mereka menghadapi dilemma pemerintahan yang menyimpang perlu diluruskan kembali.

Lemahnya daya tekan dan daya kontrol gerakan reformasi terhadap pemerintah akan membahayakan kelangsungan reformasi dan agendanya di masa depan. Masalah yang perlu dipertanyakan kenapa gerakan reformasi mengalami masalah seperti ini dan tidak menakutkan pemerintah ?, Jawabannya jelas akibat ketidaksiapan gerakan reformasi dalam membangun gerakan penekan yang tangguh dan diperhitungkan oleh penguasa. Jika dibentuk sebuah dewan pengawal reformasi yang memiliki kewenangan jelas seperti kewenangan pengawal revolusi di Iran mungkin gerakan reformasi tetap akan menjadi gerakan yang diperhitungkan dan ditakuti penguasa.

4. Lemahnya DPR Terhadap PemerintahDewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang merupakan perwakilan resmi

rakyat Indonesia sepertinya tidak memiliki taring di depan pemerintah. Padahal DPR adalah lembaga tertinggi negara yang dapat menegur bahkan mengusulkan pemecatan presiden, namun kenyataannya DPR seringkali dilangkahi dan tidak ada tindakan nyata dari DPR kecuali teguran dan ancaman seperti yang terjadi di zamannya Gus Dur. Kelemahan DPR terhadap Gus Dur sangat nyata kelihatan ketika dengan enteng Gus Dur menantangnya untuk menggelar sidang istimewa ataupun melangkahinya dalam beberapa kasus, seperti kasus KPKPN ataupun penggantian Kaporli dan beberapa kasus lainnya.

Lemahnya kedudukan DPR terhadap pemerintah mulai dipertanyakan masyarakat luas yang mulai curiga adanya permainan janji maupun uang dibalik semua peristiwa yang melemahkan kredebilitas anggota DPR. Atau DPR terlalu banyak agenda yang harus diselesaikan sehingga banyak perkara yang tidak dapat ditangani dengan cepat dan tuntas, sementara pemerintah dengan tindakan dan perkataannya yang kontraversial terus membuat masalah-masalah baru yang membingungkan, atau bahkan membuat frustasi anggota Dewan. Atau boleh jadi lemahnya DPR disebabkan oleh perpecahan dikalangan mereka sendiri yang membawa aspirasi dan kepentingan partainya masing-masing. Sementara di DPR tidak ada kekuatan besar tunggal (singgle majority) yang memiliki kekuatan tunggal yang dapat mengambil kebijakan tanpa melalui lobbi fraksi lainnya, hal ini mengakibatkan terpecahnya suara menjadi kekuatan-kekuatan kecil yang menguntungkan kedudukan pemerintah. PDI-P yang meraih 35 % suarapun gagal mengantarkan kandidatnya menjadi presiden, apalagi partai-partai kecil lainnya yang memiliki visi dan misi yang berbeda akan sulit untuk bersatu.

Lemahnya kedudukan DPR di depan pemerintahan seperti yang terjadi pada masa pemerintahan Gus Dur terdahulu dan dalam pemerintahan Mega, ataupun kini pada pemerintahan SBY akan membahayakan agenda reformasi yang telah digariskan visinya. DPR adalah lambang kedaulatan rakyat Indonesia sebagai wakil mereka yang diharapkan memperjuangkan aspirasi

51

Page 52: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dan tuntutan mereka. Gerakan reformasi yang diharapkan dapat membentuk DPR yang kuat, akibat belum siapnya rakyat dalam menentukan wakil-wakil mereka yang dapat memperjuangkan aspirasinya, akhirnya terpilih wakil-wakil yang masih terikat dengan permaian lama sementara para tokoh-tokoh muda yang ambisius sangat rentan dengan janji-janji ataupun sogokan. Lemahnya kedudukan DPR terhadap pemerintah menandakan belum siapnya infrastruktur gerakan reformasi dalam menata lembaga-lembaga yang akan dijadikan sebagai sarana dalam membangun tatanan Indonesia baru yang dicita-citakan.

Diantara sebab lemahnya DPR dihadapan pemerintah juga akibat kuatnya kontrol Partai terhadap para anggotanya di Dewan. Bahkan ada partai yang dengan terang-terangan membuat pernyataan sikap tertulis agar anggota dewan mengikuti garis kebijakan partai dan bukan mengikuti hati nuraninya dengan alasan mereka dipilih karena partai, bukan karena pribadinya. Anggota dewan yang menyimpang dari kebijakan partai akan mendapat teguran, bahkan ancaman recall dari partainya. Jika partainya yang menjadi penguasa, maka jelas apapun kebijakan pemerintah akan mendapat dukungan dari anggota dewan, walaupun hal itu bertentangan dengan keinginan dan hati nuraninya. Keadaan seperti ini jelas akan menimbulkan kekecewaan para anggota dewan yang memiliki hati nurani seperti yang dialami Sophan Sofyan (PDI-I) yang harus melepaskan keanggotaannya akibat hati nuraninya tidak dapat menerima kenyataan ini. Keadaan seperti ini jelas akan menjadikan posisi DPR maupun MPR lemah dihadapan Pemerintah berkuasa, karena dengan mudahnya pemerintah dapat menekan anggota dewan melalui partainya dengan berbagai ancaman dan bujukan yang melemahkan mereka.

Demikian pula ketika DPR telah memutuskan pengangkatan Ryamizard sebagai Panglima TNI atas usulan Presiden Megawati, namun karena adanya penolakan dari Pemerintah SBY, pengangkatan itu dianggap batal, walaupun undang-undang membolehkan dan mengesahkannya. Kelemahan DPR dihadapan pemerintah kelihatan sangat kentara ketika penolakannya terhadap kenaikan BBM dipandang remeh oleh Pemerintahan SBY yang tetap menaikkan harga BBM, walaupun mendapat penentangan keras di mayoritas anggota Dewan.

5. Tidak Ada Kelompok Oposisi Yang KuatDalam negara demokrasi modern, kelompok oposisi menjadi penting

peranannya karena dapat menjadi kelompok yang mengontrol dan mengimbangi kebijakan-kebijakan pemerintah. Saat ini, di DPR sendiri tidak ada kalangan yang mengklaim dirinya sebagai kelompok oposisi terhadap pemerintah, bahkan jika ada masih sebatas keinginan yang masih malu-malu dan ragu-ragu. Amien Rais dengan poros tengahnya yang lantang mengkritik pemerintahpun menolak menjadi oposisi, yang menurutnya dapat menjatuhkan pemerintah. Amien memilih sebagai pengkritik aktif sementara tetap dalam lingkaran kekuasaan. Sementara kalangan yang mengklaim diri

52

Page 53: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

sebagai kelompok oposisi berada di luar DPR dalam bentuk LSM dengan berbagai nama. Salah satu ciri keberhasilan gerakan reformasi adalah kemampuannya menumbuhkan kalangan oposisi yang menjadi kekuatan tandingan pemerintah secara konstitusional, baik di DPR maupun lembaga-lembaga lain yang memiliki daya tekan kuat dan diperhitungkan oleh pemerintah sehingga ada kelompok pengontrol yang aktif.

Peranan kelompok oposisi, terutama dilingkungan lembaga tertinggi negara seperti DPR sangat diperlukan untuk menumbuhkan dinamika kontrol bagi pemerintah. Jika DPR hanya menjadi ajang legemitasi pemerintah semata, maka tujuan reformasi telah gagal karena sistem kembali seperti sebelumnya di zaman rezim Seoharto yang menjadikan MPR/DPR sebagai lembaga yang akan melegalisasikan kebijakan pemerintah. Ketidakadaannya kelompok oposisi yang kuat, akan menguntungkan pemerintah dan dapat mengarahkannya kepada tindakan-tindakan penyelewengan. Kurang berhasilnya gerakan reformasi menumbuh suburkan sebuah kelompok oposisi yang kuat dan diperhitungkan serta dapat menekan kebijakan pemerintah dapat diartikan sebagai kurang berhasilnya gerakan reformasi.

6. Kegagalan Pemerintah “Reformasi” menyelesaikan Masalah Fundamental Bangsa

Diakui atau tidak, pemerintah yang berkuasa saat ini adalah pemerintah yang kenaikannya akibat dari gerakan reformasi yang telah menumbangkan rezim Soeharto, yang berhasil mengadakan pemilu jurdil dan memilih wakil rakyat di DPR/MPR dan memilih Gus Dur dan Mega menjadi presiden yang kemudian membetuk kabinet yang berkuasa. Demikian pula Gus Dur atau Mega naik atas dukungan para reformis yang dipimpin Amien Rais, maka tidak salah jika masyarakat awam menganggap pemerintahan Gus Dur atau Mega adalah identik dengan “pemerintahan reformasi” yang didambakan gerakan reformasi. Walau bagaimanapun, pemerintahan Gus Dur dan Mega adalah produk gerakan reformasi, dan akhirnya pemerintah saat ini adalah identik dengan reformasi walaupun akhir-akhir ini ada upaya untuk menafikan hubungan antara gerakan reformasi dengan pemerintah akibat penyimpangan-penyimpangan yang dilakukannya sebagaimana telah disuarakan para mahasiswa yang mulai turun ke jalan.

Setelah lebih setengah tahun Megawati menjadi pemimpin bangsa Indonesia, banyak fihak menganggap pemerintahannya gagal menyelesaikan permasalahan-permasalahan fundamental yang dihadapi bangsa Indonesia. Pemerintah seperti berputar-putar pada lingkaran setan pemsalahan demi permasalahan yang datang silih berganti yang menimbulkan kejenuhan Megawati sehingga menyatakan pemerintahannya sebagai keranjang sampah. Bahkan pemerintah yang diharapkan dapat mengantarkan bangsa Indonesia menuju cita-citanya, pada kenyataannya justru menimbulkan masalah-masalah baru di atas masalah lama yang semakin rumit dan membingungkan. Akibat kegagalannya ini banyak kalangan yang menghendaki agar Mega mundur dari jabatan presiden sebagaimana

53

Page 54: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dikemukakan penggerak INDEMO dan memberikan kesempatan kepada putra bangsa terbaik yang mampu menyelesaikan permasalahan bangsa yang semakin rumit.

Kegagalan pemerintahan Gus Dur ataupun Mega yang nota bene adalah pemerintahan reformasi yang dapat diartikan sebagai kegagalan gerakan reformasi menempatkan salah seorang tokoh sentralnya sebagai contoh sebuah pemerintahan terbaik dalam sejarah bangsa Indonesia, sementara tokoh-tokoh lainnya tidak dapat berbuat banyak kecuali hanya meneriaki dan terus meneriaki kelakuan Gus Dur yang kontraversial atau Megawati yang memasuki area tindakan yang memalukan dan mencemaskan. Kekalahan Amien Rais dalam pemilihan presiden lalu menguatkan lagi bahwa gerakan reformasi tidak mendapat sambutan dari masyarakat, dan para tokohnya tidak mampu mengantarkan bangsa keluar dari krisis yang dideritanya. Demikian pula halnya terhadap pemerintahan SBY yang kemenangannya tidak diragukan akibat proses reformasi sistem pemilihan presiden, yang dapat pula dikatakan sebagai pemerintah produk reformasi.

Sejak tumbangnya Soeharto, bangsa Indonesia sepertinya tidak pernah lepas dari permasalahan demi permasalahan yang tidak diketahui bagaimana penyelesaian terbaiknya. Pemerintah sepertinya sudah kehabisan ide untuk mengatasi permasalahan yang semakin menumpuk, baik masalah politik, ekonomi, sosial, keamanan dan lainnya. Ekonomi semakin terpuruk, politik semakin memanas, harga-harga semakin melambung, bencana alam meningkat, pengangguran dan PHK bertambah banyak. Gerakan sparatis semakin kuat dan menjamur, walaupun pemerintah Mega telah mengatasinya dengan berbagai cara seperti pembunuhan para pemimpinnya, seperti pembunuhan Komandan AGAM Tengku Abdullah Syafei atau Pemimpin Papua Theys Eluwey. Demikian pula kerusahan di Maluku dan Ambon serta Poso tetap membara walaupun telah diadakan perjanjian damai sejenisnya. Semua permasalahan yang ada menimbulkan permasalahan baru yang semakin rumit dan membingungkan, namun sejauh ini pemerintah belum mampu mengatasinya dan memberikan prioritas. Sepertinya semua menemui jalan buntu, yang pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa gerakan reformasi telah memulai kegagalannya.

7. Munculnya Penghianat dan Bandit Masa LaluDalam masa pemerintahan SBY saat ini, yang dimulai sejak era Gus

Dur dan Megawati, telah mulai bermunculan para pemain lama yang mendukung rezim lama baik dalam politik maupun ekonomi yang mendompleng pada gerakan reformasi. Bahkan sebagian mereka mendapat perlindungan dan fasilitas dari pemerintahan Gus Dur, seperti kasus Sofyan Wanandi yang pada masa Soeharto dan Habibie termasuk salah seorang yang dicekal pemerintah, namun pada masa pemerintahan Gus Dur dia

54

Page 55: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

diangkat sebagai ketua Dewan Pengembangan Usaha Nasional yang memiliki status sebagai penasihat presiden. Demikian pula pemerintah telah memberikan keringanan kepada para konglomerat hitam yang telah ikut andil dalam membangkrutkan negara dan terbukti melakukan pelanggaran namun diberikan keistimewaan agar penuntutan terhadap mereka diundurkan dengan alasan memiliki peran dalam ekspor seperti kasus Sinivasan, Proyogo dan Nursalim. Proses strukturisasi yang tidak transparan terhadap perusahaan yang masuk di BPPN telah menimbulkan kecurigaan masyarakat tentang adanya permainan kotor yang membebankan rakyat.

Kemunculan pemain-pemain lama ini dikhawatiri akan mengembalikan cara-cara lama yang penuh unsur KKN sebagaimana terlihat tanda-tandanya belakangan ini. Munculnya kembali pemain-pemain lama dan mulai mendapat kedudukan dan posisi dalam pemerintahan ataupun dunia bisnis tidak diragukan akan menghambat proses reformasi yang menghendaki tampilnya pemain-pemain baru yang bersih, memiliki kredibilitas dan profesional dalam bidangnya masing-masing. Sementara pemerintahan SBY belum mampu membersihkan para penjahat dan koruptor yang telah menyengsarakan bangsa. Bahkan kini ada yang kembali dan disambut bagai pahlawan penyelamat ekonomi bangsa. Tindakan yang kurang tegas dari pemerintah telah menjadikan mereka berani kembali bermain dan akan mengulangi cara-cara lama yang akan menyengsarakan bangsa sebagaimana yang telah mereka perbuat dahulu.

8. Reformasi Memunculkan Pemerintahan Feodalis Karakter Gus Dur yang mau menang sendiri dan tidak memperhatikan

nasihat orang lain telah menjurus kepada sistem pemerintahan yang diktator-otoriter dan feodalis. Karakter Gus Dur, sebagaimana yang dikemukakan Nurcholis Madjid, jika tidak dikoreksi dan dibiarkan dapat menjadi sistem sebagaimana yang telah dilakukan rezim Soeharto. Demikian pula latar belakang Gus Dur dari lingkungan pesantren yang kiyai centris dapat menumbuhkan feodalisme yang mengkultuskan individu dan menganggap benar segala tindakannya. Sementara gerakan reformasi sejauh ini belum berhasil merubah karakter Gus Dur yang memang demikian adanya. Seorang pemimpin bangsa, apalagi mewakili kelompok reformis sudah sepatutnya menjunjung tinggi nilai-nilai keterbukaan dan asas musyawarah jika benar-benar ingin menciptakan suasana demokrasi sebagaimana cita-cita gerakan reformasi. Anggapan sebagian orang, terutama para pendukung Gus Dur, yang menyatakannya sebagai wali, murod, murabbi, guru, manusia suci dan sejenisnya, yang pada intinya adalah kultus individu dapat mendorongnya untuk menciptakan pemerintahan yang diktator-otoriter. Karena dengan gelaran-gelaran yang diberikan pengikutnya Gus Dur dapat bertindak semena-mena tanpa ada yang berani menegurnya, dan senantiasa menganggap dirinya benar, yang merupakan ciri khas pemimpin dikatotor-otoriter. Latar belakang Gus Dur yang memang demikian adanya dapat menumbuhkan pemerintahan yang

55

Page 56: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

tidak sehat dan menyimpang dari rel reformasi yang pada akhirnya membunuh gerakan reformasi itu sendiri.

Demikian pula halnya dengan pemerintahan Megawati yang terkesan elit dan feodal, yang jauh dari masyarakatnya karena ketertutupannya, kurang berkomunikasi dengan masyarakat yang tengah mengalami penderitaan. Sifat diamnya Mega seringkali salah ditafsirkan, memang adakalanya diam adalah emas, namun sebagai seorang pemimpin bangsa, Megawati tidak boleh berdiam diri dan jauh dari rakyatnya. Jika diam dan tertutup disebabkan oleh raga ego, maka hal inilah yang akan menimbulkan feodalisme sebagaimana yang dipraktekkan para raja dan diktator. Demikian pula birokrasi yang ada disekeliling Mega telah menjadikannya sebagai kelompok elit baru yang dapat mengarah pada feodalisme, seperti beberapa langkah suaminya, Taufik Kiemas yang diartikan sebagai keinginannya menguasai lahan bisnis.

Sementara pemerintahan SBY belum mampu menunjukkan citra pemerintahannya sebagai pemerintahan yang pro kepada kepentingan rakyat, pemeritah yang berfihak kepada rakyat banyak dalam kebijakannya. Bahkan praktek-praktek KKN yang melibatkan segelintir elit tetap tumbuh berkembang, sehingga pembangunan hanya dapat dinikmati oleh mereka-mereka yang dekat dengan penguasa, sementara rakyat hanya menerima akibat buruk kebijakan pemerintah seperti kenaikan BBM dan pertumbuhan ekonomi yang rendah. Persaingan kurang sehat diantara para elit pemerintah, terutama dalam penempatan orang-orang dekat mereka telah menambah kebobrokan pemerintah yang dianggap sudah tidak profesional, bahkan terkesan pemerintahan hanya milik segelintir elit yang berkuasa.

9. Masyarakat Yang Semakin Kecewa dan MenderitaReformasi terjadi karena masyarakat telah kecewa dengan segala

kelakuan sumbang penguasa Orde Baru yang menimbulkan penderitaan, kezaliman dan kesengsaraan. Dengan menaruh harapan besar pada gerakan reformasi, masyarakat dengan segala dayanya mendukung agar keadaan berubah dan kehidupan berjalan normal sesuai dengan cita-cita Indonesia merdeka yang berdaulat dan bermartabat. Itulah sebabnya gerakan reformasi bercita-cita merubah keadaan yang penuh dengan penderitaan menjadi keadaan yang adil dan makmur sebagai cita-cita utama bangsa Indonesia. Para penggerak reformasi, termasuk Gus Dur, Megawati dan Amien Rais dalam menggerakkan reformasi terdahulu selalu melaungkan slogan perubahan demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Maka indikasi keberhasilan reformasi dapat diukur sejauh mana keberhasilannya dalam merubah keadaan masyarakat yang mengalami penderitaan selama ini. Kenaikan Gus Dur sebagai presiden mendapat sambutan hangat masyarakat luas yang memahami latar belakang Gus Dur yang selalu membela kepentingan rakyat, namun setelah menjadi presiden rupanya Gus Dur berubah dan malah membela kepentingan para konglomerat dan membiarkan rakyatnya melarat. Demikian pula halnya dengan Megawati

56

Page 57: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

yang mulai menimbulkan kekecewaan demi kekecewaan masyarakat akibat ketidaktanggapannya dalam menyelesaikan masalah bangsa.

Tindakan-tindakan kontraversial Gus Dur yang berakhir dengan kejatuhannya, ataupun kebijakan pemerintahan Megawati yang mendapat perlawanan dari kubu reformis pimpinan Amien Rais menambah bingung masyarakat yang sudah penuh dengan penderitaan dan kekecewaan. Gerakan reformasi yang diharapkannya mampu memperbaiki keadaan mereka yang menderita, justru menimbukan kekecewaan demi kekecewaan hari demi hari dengan semakin susahnya kehidupan, naiknya harga barang dan meningkatnya kriminalitas. Rakyat hanya memperhatikan dengan aneh pertengkaran para elit politik di tengah nestapa rakyatnya. Pemerintah yang naik atas dukungan rakyat ternyata sama kelakuannya dengan pemerintah terdahulu yang membela kepentingan para konglomerat dan orang-orang dekatnya. Program pemberdayaan rakyat hanya sebatas slogan-slogan kosong yang menjadi retorika politik yang menipu rakyat. Akhirnya rakyat hanya menunggu perubahan yang belum pasti arahnya, bahkan semakin menambah kebingungan dan penderitaan mereka. Keadaan seperti ini telah menimbulkan keputusasaan masyarakat yang sangat membahayakan gerakan reformasi di masa depan. Jika rakyat sendiri sudah mulai menentang reformasi yang dianggapnya semakin menyusahkan, maka jelas akan pendek mereka akan berkata siapapun yang memerintah yang penting senang, dan keadaan ini akan membangkitkan kekuatan-kekuatan lama yang sedang menunggu momen untuk bangkit kembali. Kekecewaan rakyat atas gerakan reformasi mungkin dapat diwakilkan dengan sedikitnya dukungan kepada Amien Rais dan kekalahan Megawati pada pemilihan umum yang dilaksanakan secara langsung oleh rakyat. Rakyat sendiri akhirnya yang menolak tokoh-tokoh reformasi.

10. Semakin Meluasnya Krisis Multi DimensiKrisis demi krisis yang menerpa bangsa Indonesia kini telah menjadi

krisis multi dimensi yang mengerikan. Akumulasi krisis demi krisis yang diwariskan para rezim terdahulu menumpuk dan menimbulkan lingkaran setan yang tidak mudah diselesaikan. Kelemahan pemerintah menangani krisis yang timbul akhirnya melakhirkan krisis-krisis baru yang semakin kompleks. Krisis moneter telah menimbulkan krisis akhlak dengan menjamurkan tempat-tempat maksiat yang merusak kepribadian bangsa. Kegagalan pemerintah mengatasi pengangguran telah menambah frustasi masyarakat yang ditandai dengan merebaknya keganasan-keganasan sosial seperti main hakim sendiri terhadap pelaku kejahatan. Kelemahan penegakan hukum telah menimbulkan pelanggaran-pelanggaran baru dan menjamurnya kriminalitas yang menghantui masyarakat. Lemahnya kontrol pemerintah dan ketidaktertiban admistrasi digunakan para koruptor untuk mencuri harta negara. Akhirnya krisis yang ada telah beranak pinak melakhirkan krisis-krisis baru yang sangat mengerikan dan mengancam keberadaan negara kesatuan RI.

57

Page 58: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Mungkin ada yang berpendapat bahwa semua yang dikemukakan diatas bukan merupakan indikasi dari prematurnya gerakan reformasi, namun akibat dari sistem pemerintahan yang menyimpang. Pendapat ini mungkin benar adanya, namun pada hakikatnya kegagalan dan penyimpangan pemerintah adalah akibat dari kelemahan gerakan reformasi menciptakan infrastruktur gerakan yang akan menopang keberhasilan perjuangannya, baik infrastruktur dalam pemerintahan maupun lembaga-lembaga non pemerintah yang aktif dan memiliki kekuatan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap menyimpang. Untuk menelaah lebih jauh beberapa kelemahan gerakan reformasi, dibawah ini akan dikemukakan beberapa faktor utama yang telah menjadikan gerakan reformasi sebagai gerakan yang prematur.

Kenapa Reformasi PrematurMemang sangat disayangkan, sebuah gerakan yang menjadi tumpuan

harapan bangsa Indonesia merubah kehidupannya dan telah mengorbankan putra-putra bangsa Indonesia akhirnya gagal di tengah jalan. Bahkan pengamat ekonomi kondang Syahrir dengan tegas menyatakan bahwa reformasi mati muda dibawah pemerintahan Gus Dur. Demikian pula mahasiswa telah menganggap reformasi gagal dalam pemerintahan Megawati, sebagaimana yang dikemukakan tokoh-tokoh INDEMO. Sementara dalam pemerintahan SBY gerakan reformasi semakin memudar, tidak jelas lagi arahnya, para penggeraknya seperti kehabisan tenaga, apalagi tokoh sentralnya seperti Amien terkalahkan oleh salah seorang yang menjadi pendukung Orde Baru.

Adalah sangat disesalkan, sebuah gerakan yang memberikan pengharapan kepada bangsa Indonesia harus mati justru ditengah-tengah tokoh yang membidani kelakhiran dan memperjuangkannya. Kenapa reformasi yang telah berhasil melengserkan presiden Soeharto yang terkenal kuat dan didukung segala fasilitas, namun gagal ditengah jalan ? Ada beberapa perkara yang menjadikan reformasi di Indonesia sebagai gerakan yang prematur, diantaranya adalah ; 1. Ketidaksiapan Para Penggeraknya

Gerakan reformasi di Indonesia yang berhasil melengserkan Soeharto jika boleh dikatakan adalah sebuah gerakan setengah hati ataupun setengah matang, dan jika diibaratkan kelakhiran, maka kelakhirannya adalah prematur. Karena gerakan ini lakhir dari kegagalan-kegagalan gerakan serupa sebelumnya yang selalu dimenangkan oleh Soeharto, baik dalam peristiwa Malari ataupun yang lainnya. Para penggerak reformasi harus berfikir seribu kali menentang kekuatan Soeharto yang terkenal sadisnya dalam membungkam musuh-musuh politiknya. Jika ada kekuatan yang menentangnya, Soeharto akan menanggapinya dengan penangkapan-penangkapan sampai kepada pembunuhan-pembunuhan sadis seperti yang terjadi di Tanjung Priok, Lampung dan lainnya. Sementara tokoh-tokoh vokal

58

Page 59: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

akan dimasukkan kepenjara seperti kasus Dr. Sri Bintang Pamungkas yang mendirikan Partai Uni Demokrasi Indonesia (PUDI). Tekanan-tekanan dahsyat Soeharto yang didukung mutlak oleh ABRI dan kekuatan politik seperti Golkar membuat orang ciut sebelum bergerak menentangnya dan menjadikan para penentangnya tidak dapat menyusun kekuatan besar yang berbentuk sebuah pergerakan yang terorganisir rapi dengan program, sistem dan strukturnya.

Gerakan reformasi pada awalnya hanya mengambil bentuknya sebagai gerakan-gerakan individual seperti gerakan moral yang dilakukan Amien Rais yang lantang menyuarakan perlunya suksesi kepemimpinan nasional. Muhammadiyah sendiri menolak pembahasan tentang suksesi kepemimpinan nasional pada muktamarnya yang diajukan Amien, sementara Amien atas perintah Soeharto dinonaktifkan sebagai Ketua Dewan Pakar ICMI. Gerakan individual ini akhirnya mendapat simpati dan dukungan kampus sebagai lembaga independen yang memiliki kewajiban utama memperbaiki penyelewengan pemimpinnya.

Setelah pemilu 1997 dan dimenangkan kembali secara mutlak oleh Golkar, para penentang rezim Soeharto mencari alternatif lain yang lebih lunak dengan mendekati Habibie agar siap diangkat menjadi wakil presiden. Walaupun mendapat tekanan-tekanan masyarakat, sidang umum MPR tetap memilih Soeharto sebagai presiden dan Habibie sebagai wakilnya. Kabinet yang dibentuk Soeharto tidak mampu membendung kekecewaan para penggerak reformasi yang semakin aktif dan mendapat dukungan luas masyarakat. Pada saat bersamaan terjadi krisis moneter yang menjatuhkan nilai rupiah dan melambungkan harga-harga barang yang menimbulkan berbagai krisis sosial-politik yang akhirnya menimbulkan ketegangan-ketegangan, baik dikalangan elit politik maupun masyarakat. Sementara mahasiswa, walaupun dengan tekanan dari aparat keamanan tetap menggelar aksi-aksi demo yang menuntut Soeharto turun. Pada masa ini gerakan reformasi terfokus kepada satu isu utama, bagaimana menurunkan Soehato yang dianggap sebagai musuh bersama para penggerak reformasi yang didukung berbagai kalangan. Dari hari ke hari gerakan reformasi menggelinding bagaikan bola salju yang mendapat dukungan dari berbagai kalangan masyarakat yang pada akhirnya menimbulkan kerusuhan-kerusuhan anarkhis. Pengepungan gedung MPR/DPR oleh mahasiswa telah memaksa MPR/DPR memberikan rekomendasi agar Soeharto mundur dari jabatannya sebagai presiden. Akhirnya pada tanggal 21 mei 1998 Soeharto menyatakan berhenti sebagai presiden yang dianggap sebagai keberhasilan besar gerakan reformasi.

Kejatuhan Soeharto bukan akhir dari gerakan reformasi, tapi awal dari sebuah gerakan panjang yang memerlukan keseriusan dan keteguhan. Setelah menumbangkan Soeharto, mahasiswa merasa puas dan kembali ke aktivitasnya semula sebagai pencari ilmu dan memberikan kesempatan kepada Habibie dengan “Kabinet Reformasi Pembangunan”nya melaksanakan tuntutan reformasi. Namun lambat laun, gerakan reformasi sepertinya meredup, terutama akibat mulai terpecahnya para pendukungnya

59

Page 60: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

menjadi beberapa friksi politik yang telah melakhirkan partai politik. Amien Rais membentuk Partai Amanat Nasional (PAN), Gus Dur membentuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Megawati membesarkan PDI-P, Yusril membentuk Partai Bulan Bintang (PBB), para aktivis mahasiswa Islam membentuk Partai Keadilan (PK), Adi Sasono mendukung berdirinya Partai Daulat Rakyat (PDR), Deliar Nor membentuk Partai Umat Islam (PUI) dan lainnya. Dengan terbentuknya partai politik ini, tokoh-tokoh gerakan reformasi telah terpecah menjadi berbagai aliran pemikiran dan idiologi, yang dapat diartikan sebagai mulai mengkristalnya tokoh-tokoh gerakan reformasi yang dari awal memang belum jelas dalam mengagendakan gerakan dan sistemnya.

Dari kenyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa gerakan reformasi berhasil menumbangkan Soeharto akibat masyarakat dan para pemimpinnya menganggap Soeharto sebagai musuh bersama reformasi yang harus diturunkan akibat kezalimannya terhadap bangsa Indonesia. Populernya kata-kata reformasi sendiri akibat dijadikan sebagai lambang dalam menumbangkan Soeharto, tapi bukan karena kehebatan yang terkandung dalam reformasi itu sendiri. Andaikan kata jihad digunakan dalam menumbangkan Soeharto, maka kata jihad akan sangat populer sebagaimana populernya reformasi saat ini. Kata-kata reformasi sendiri sebenarnya populer dikalangan Muhammadiyah yang dikategorikan sebagai gerakan kaum reformis Islam yang membedakannya dengan kaum tradisionalis dan konservatif. Akibat bentuk gerakannya yang tidak terorganisir dengan rapi, para penggerak reformasi sendiri terpecah menjadi beberapa kubu setelah Soeharto tumbang akibat kelemahan para penggagasnya dalam membentuk sebuah organisasi gerakan serta belum menyiapkan program-program terpadu yang akan menjadi program utama reformasi selain menjatuhkan Soeharto. Ketidaksiapan ini dapat dibaca dari banyaknya tokoh yang mengklaim dirinya sebagai tokoh reformasi dan menganggap reformasi adalah jasa perjuangannya, yang pada akhirnya akan melemahkan gerakan reformasi sendiri.

Amien Rais yang dikatakan sebagai tokoh sentral reformasi pernah mencoba mengumpulkan para tokoh reformis dan membentuk Majelis Amanah Rakyat, yang merupakan koalisi para tokoh dari berbagai aliran dan organisasi, namun akhirnya tetap mengalami perpecahan karena masing-masing tokoh memiliki kepentingan dan ambisi masing-masing setelah Soeharto mundur. Sampai saat ini, tidak ada seorang tokohpun yang berani mengklaim dirinya sebagai pemimpin reformasi Indonesia dan terang-terangan mengklaim gerakan reformasi sebagai miliknya. Ini terjadi karena reformasi adalah akumulasi dari gerakan-gerakan yang tidak dapat diklaim oleh seorang tokoh dan satu kelompok manapun. Hal ini dapat diartikan sebagai reformasi adalah gerakan bersama atau memang gerakan yang tidak bertuan, dalam artian tidak memiliki dan dimiliki siapapun, seperti Amien Rais misalnya yang dapat mengklaim Muhammadiyah sebagai miliknya karena Amien adalah Ketuanya, ataupun Gus Dur yang dapat menglaim NU sebagai miliknya. Namun reformasi milik siapa ? Dari sini dapat kita katakan

60

Page 61: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

bahwa reformasi sebagai sebuah gerakan terjadi secara alami dan berjalan sesuai tuntutan bersama bangsa Indonesia. Itulah sebabnya tidak ada pemimpin reformasi ataupun kader reformasi sebagaimana kader-kader ormas ataupun orpol yang memiliki identitas tersendiri.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa kegagalan atau kematian gerakan reformasi disebabkan ketidaksiapan para penggeraknya dalam mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang timbul seperti yang terjadi saat ini. Hal ini terjadi karena reformasi sendiri lakhir secara spontanitas dari kesadaran dan tuntutan masyarakat luas yang menghendaki perubahan dan bukan sebuah rekayasa yang dipersiapkan kehadirannya sebagaimana sebuah ormas ataupun orpol. Ketidaksiapan para penggerak reformasi telah menguntungkan kelompok-kelompok status quo yang ingin berkuasa kembali dan mendompleng gerakan reformasi dan juga menguntungkan rezim pemerintah yang mengatasnamakan reformasi namun bertindak untuk kelompoknya sendiri.

2. Kelemahan Konsep GerakannyaSayyidina Ali ra telah berkata : Kebenaran yang tidak memiliki sistem rapi

akan dikalahkan kebathilan yang memiliki sistem yang rapi. Pernyataan ini mengisyaratkan pentingnya sebuah sistem dalam pergerakan, apapun bentuknya. Jika pergerakan disiapkan sistemnya sebaik mungkin maka akan dapat mengalahkan gerakan lawannya yang tidak memiliki sistem, walaupun yang diperjuangkannya adalah hal yang salah. Itulah sebabnya gerakan yang akan mencapai kesuksesan adalah gerakan yang mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem gerakannya, baik menyangkut organisasi, struktur, perencenaan, kontrol, program dan lainnya. Jika sebuah gerakan mengabaikan sistemnya, maka gerakan itu akan mengalami kekalahan demi kekalahan.

Hal inilah yang terjadi pada gerakan reformasi di Indonesia. Walaupun pada awalnya gerakan ini telah menumbangkan Soeharto, namun penumbangan Soeharto bukan tujuan utama reformasi bangsa Indonesia. Tujuan utama perjuangan reformasi adalah menciptakan masyarakat yang adil makmur penuh persaudaraan dan persatuan, namun sebelum sampai pada tujuannya, gerakan reformasi telah mengalami kegagalan sebagaimana diindikasikan oleh beberap pakar. Dan kegagalan ini tidak lain akibat kelemahan konsep gerakan reformasi itu sendiri yang tidak mempu mempersiapkan sistem dalam pergerakannya. Gerakan reformasi selama ini seperti sebuah gerakan spontanitas, yang jika tujuan sudah tercapai bubar dan pulang ke asal dan kandangnya masing-masing. Bagaimana mungkin gerakan besar yang memiliki cita-cita agung ini dapat berhasil mencapai tujuannya jika hanya dilakukan secara spontanitas dan tidak terstruktur dalam sebuah sistem organisasi. Pesta perkawinan yang sederhana saja memerlukan panitia atau sistem dalam pelaksanaannya agar dapat tercapai tujuan diselenggarakannya.

61

Page 62: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Akibat lemahnya konsep gerakan reformasi ini telah menguntungkan pemerintah berkuasa dan juga para pembela status quo serta bandit dan penghianat yang seharusnya tetap dikontrol oleh gerakan reformasi. Tapi karena gerakan reformasi sendiri sudah tidak ada bentuknya, sehingga mereka berleluasa melakukan perbuatan-perbuatan sumbang yang merugikan rakyat sebagaimana mereka lakukan sebelum reformasi. Demikian pula penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan Gus Dur setelah menjadi presiden tidak terlepas dari lemahnya gerakan reformasi yang tidak mampu menekan atau memaksanya agar tunduk patuh kepada amanah reformasi. Sementara MPR/DPR tidak dapat diharapkan terlalu jauh akibat berbagai kepentingan diantara anggotanya yang menambah lemahnya kedudukannya dihadapan pemerintah.

Seharusnya ketika gerakan reformasi mulai dikobarkan para tokohnya berkumpul dan menyepakati terbentuknya sebuah dewan reformasi seperti dewan revolusi Iran, yang terdiri dari wakil-wakil komponen reformis. Dewan ini memiliki kewenangan dan kekuasaan menjaga agenda-agenda reformasi. Jika terjadi penyimpangan, baik oleh MPR/DPR ataupun pemerintah dan lembaga tinggi negara lainnya, dewan reformasi dapat menekannya dan melursukannya. Namun karena dewan reformasi atau lembaga sejenisnya tidak ada, akhirnya setelah Soeharto tumbang dan dibentuknya berbagai parpol, gerakan reformasi tidak memiliki kekuatan lagi dan tidak dapat diklaim oleh pihak manapun.

3. Kelemahan Agenda Serta KontrolnyaKarena gerakan reformasi adalah gerakan yang spontanitas dan tidak

berbentuk organisasi yang rapi, akhirnya dalam perjalanannya tidak memiliki agenda-agenda yang jelas dan menyentuh permasalahan fundamental yang akan merubah rakyat secara fundamental. Enam visi reformasi yang dituntut para mahasiswa masih terlalu umum dan belum dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia yang semakin mengkhawatirkan keadaannya. Demikian pula kontrol terhadap pelaksanaan agenda reformasi sangat lemah, bahkan siapa yang bertanggungjawab terhadapnyapun belum jelas. Sementara mereka yang menjadi tokoh reformasi mulai menghianati cita-cita agungnya akibat bujuk rayuan kenikmatan duniawi yang disodorkan para penyogok, penjahat, bandit dan koruptor yang senantiasa mengelilingi pemerintah. Agenda-agenda yang dituntut para mahasiswa ternyata hanyut tenggelam ditengah hiruk pikuknya “para reformis” dalam membagi harta rampasan ataupun jabatan empuk peninggalan rezim terdahulu.

Kelemahan ini tidak lain akibat ketidaksiapan gerakan reformasi dalam membangun sebuah konsep penyelesaian yang totalitas diantara tekanan-tekanan brutal rezim Orde Baru, sehingga agenda utama dan terutama gerakan reformasi terfokus pada melengserkan Soeharto dari kekuasaannya, dan belum mempersiapkan agenda-agenda yang lebih fundamental. Konsep negara federal yang dikemukakan Amien Rais justru menjadi bumerang buat

62

Page 63: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

PAN yang memperoleh suara kecil dalam pemilu lalu. Demikian pula keadaan rakyat yang masih feodal hanya memilih partai berdasarkan kultus individu yang membawa kemenangan PDI-P dan PKB dan bukannya program-program yang ditawarkannya. Keadaan ini menambah ketidakjelasan nasib agenda reformasi yang dituntut mahasiswa yang mengklaim sebagai pemilik sah gerakan reformasi.

Idealnya gerakan reformasi sudah memiliki agenda-agenda strategis, selain daripada melengserkan Soeharto. Namun akibat ketiadaan sistem dan struktur dalam gerakannya menjadikan reformasi sebagai sebuah gerakan tanpa agenda yang jelas setelah menumbangkan Soeharto. Padahal permasalahan yang dihadapi masyarakat bukan hanya masalah Soeharto, tapi ada yang lebih fundamental dari itu yang akan menciptakan Soeharto-Soeharto baru seperti yang sudah ditunjukkan Gus Dur ataupun Megawati. Sebuah gerakan harus mampu menyelesaikan permasalahan utama bangsa Indonesia dan menjadikannya sebagai agenda utama.

4. Keputusasaan Elit Politik, Cendekiawan dan AktivisMelihat keadaan yang semakin tidak menentu arahnya dan susah

diperbaiki, baik dalam bidang politik, sosial dan ekonomi, terutama setelah Gus Dur mengambil alih kepemimpinan bangsa dan digantikan Megawati, telah menimbulkan kekecewaan dan rasa frustasi dikalangan elit politik, cendekiawan, profesional dan para aktivis lainnya. Kekecewaan ini dapat dilihat dari seringnya mereka melontarkan kritikan terhadap kinerja pemerintah yang telah menyimpang dari reformasi dengan agenda-agendanya. Keputusasaan ini dipicu terutama oleh tindakan-tindakan kontraversial Gus Dur ataupun para pembatu Megawati yang disinyalir melakukan prosos pembusukan sebagaimana dikatakan Amien Rais, yang semaunya tanpa mengikutkan para pakar dan mau mendengar nasihat dan pendapat orang lain, termasuk orang-orang yang telah berjasa besar dalam mengantarkannya sebagai presiden RI. Sebagaimana dikatakan Salahudin Wahid, karena terlalu lama didewakan di NU telah menjadikan Gus Dur sebagai orang yang tidak bisa mendengarkan pendapat orang lain dan senantiasa merasa benar dengan pendapat dan tindakannya sendiri. Sementara Megawati karena hidup sebagai anak seorang Presiden kharismatik dan ancaman musuhnya, menjadikannya tertutup dan feodal, penuh dengan protokoler sehingga tidak diketahui dengan jelas apa maunya.

Kekecewaan mereka telah diapresiasikan dalam berbagai bentuk, dari kritik-kritik positif seperti yang dilontarkan Nurcholis Madjid sampai kepada usaha-usaha serius menurunkan presiden yang sudah tidak bisa diperbaiki seperti yang dilakukan Adnan Buyung Cs dengan INDEMO, dan kritik tajam Amien Rais yang merasa paling bertanggung jawab terhadap naiknya Mega. Pakar-pakar ekonomi seperti Syahrir telah sepakat menyatakan reformasi mati di bawah pemerintahan Gus Dur dan belum bangkit lagi pada pemerintahan Mega karena tindakan-tindakannya yang mulai mengikuti langkah-langkah KKN rezim terdahulu secara terang-terangan. Demikian pula

63

Page 64: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

para aktivis reformasi dari kalangan pemuda dan mahasiswa kini bangkit kembali mempertanyakan komitmen Megawati terhadap agenda reformasi dengan menggelar diskusi, dialog, seminar dan sejenisnya sampai kepada demo-demo. Kalangan fundamentalis Islampun yang selama ini menjadi penonton aktif, kini telah bangkit mempersiapkan agenda jangka panjang dengan mengadakan serangkaian konsolidasi dan penyegaran kembali langkah-langkah perjuangan melalui konfrensi dan tabligh akbar.

Diantara mereka, saking kecewa dan frustasinya tidak mampu berbuat apa-apa kecuali hanya menyaksikan bangsa dan negaranya dengan penuh kecemasan, karena mereka sudah hilang kepercayaan sama sekali pada tokoh-tokoh reformasi dan para elit politik yang dianggapnya memiliki agenda masing-masing yang ujungnya adalah perebutan kekuasaan yang mengatasnamakan perjuangan membela rakyat. Walaupun ada sebagaian yang menyatakan mereka adalah orang-orang yang kalah mental dalam memperjuangkan aspirasinya, namun boleh jadi mereka adalah kelompok yang sangat berhati-hati, kelompok yang tidak mau menambah runyamnya permasalahan yang dihadapi bangsa dan negaranya. Sikap berdiam diri adalah sikap terbaik yang mereka dapat lakukan ketimbang melontarkan pernyataan-pernyataan yang akan menambah penderitaan rakyat yang mengharapkan segera terselesaikannya masalah yang dihadapi. Bagaimanapun sikap berdiam diri terhadap penghianatan reformasi akan menguntungkan musuh-musuh reformasi yang sudah bangkit kembali dan sekaligus merugikan gerakan reformasi yang kehilangan pendukung setianya. Tapi tidak diragukan, jika keadaan benar-benar telah menghendakinya, mereka pasti akan bangkit menyelamatkan bangsanya, selama mereka masih memiliki kewarasan dan rasa tanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya. Semoga sikap ini adalah upaya keluar dari lingkaran konflik untuk menyusun barisan alternatif terbaik.

Keputusasaan ini boleh juga bersumber dari kebingungan dan ketidakmampuan mereka dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi bangsanya akibat keterbatasan wewenang dan pengetahuannya. Permasalah bangsa Indonesia yang sedemikian kompleknya ini telah membingungkan para elit dalam menangani penyelesaian-penyelesaian masalah yang dihadapi. Prioritas utama manakah yang harus didahului dari segala prioritas, sementara semua permasalahan memiliki hubung kait satu dengan lainnya. Memperbaiki kinerja perekonomian terkait dengan kinerja pemerintahan yang berhubungan langsung dengan keadaan keamanan dan juga perilaku pemerintah. Apakah perbaikan ekonomi harus diselesaikan dengan mengganti para team ekuin, atau harus mengganti presiden yang dituduh sebagai biang permasalahan. Apakah dengan digantikannya Mega dengan presiden lain akan memperbaiki kinerja pemerintah atau sebaliknya akan menimbulkan kerusuhan akibat mengamuknya pembela dan pengikut Mega sebagaimana yang terjadi di Bali.

Sementara para pakar berbeda pendapat dalam menentukan skala prioritas yang dijalankan, sementara Megawati dan pembantunya terus

64

Page 65: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

menciptakan kontraversi-kontraversi baru yang mengguncang stabilitas politik dan ekonomi negara seperti kasus perseteruan antara Ketua Papenas Kwik dengan Ketua BPPN Ary Suta. Demikian pula halnya yang terjadi dalam pemerintahan SBY, skala prioritas belum terfokus sehingga arah pmerintahan tidak jelas, sementara terjadinya friksi-friksi di kalangan elit-elit dengan kepentingannya sendiri-sendiri. Kenaikan Jusuf Kalla sebagai Ketua Umum Partai Golkar tentu akan merubah arah kebijakan pemerintah sesuai dengan karakter Golkar sebagai pewaris status quo. Keadaan ini semakin membuat frustasi mereka yang bersungguh-sungguh ingin melakukan perbaikan terhadap bangsanya, namun tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Semakin banyak kalangan elit yang apatis dan frustasi akan membahayakan nasib negara dan bangsa Indonesia, karena dapat dibayangkan, jika para elitpun sudah frustasi, maka apa yang dirasakan rakyat awam tentu lebih dari sekedar frustasi.

Kekecewaan dan frustasi juga akan menghalangi orang untuk berfikir sehat dan jernih, namun mendorong perilaku-perilaku emosional dan reasioner berlebihan yang kadangkala melampaui akal sehat. Keadaan itulah yang menimpa sebagaian besar para elit bangsa Indonesia saat ini yang tidak tahan dan tidak sabar dengan kelakuan sumbang pemerintah yang dianggap telah menghianati agenda reformasi. Jika rasa kecewa dan frustasi tidak segera diatasi dengan sikap positif yang penuh kebijakan dan kesabaran, akan menumbuhkan perilaku tergesa-gesa yang pasti akan merugikan bangsa dan negara. Sikap tergesa-gesa menjatuhkan kepemimpinan nasional tanpa mempersiapkan dengan matang calon penggantinya yang lebih baik dan asal comot, yang penting Mega mundur dulu, tidak mustahil akan mengantarkan bangsa Indonesia menuju jurang kehancuran yang lebih parah lagi, misalnya dengan bangkitnya kembali antek-antek Orde Baru yang anti reformasi di politik praktis.

5. Ketidakpedulian Masyarakat

Masyarakat adalah bagian terpenting dari komponen gerakan reformasi, karena tanpa dukungan masyarakat, gerakan reformasi tidak mengkin dapat menumbangkan Soeharto yang memiliki kekuatan. Setelah masyarakat, yang dinyatakan dalam demontrasi-demontrasi dukungan terhadap tuntutan para penggerak reformasi dan dengan dukungan para wakil rakyatlah, reformasi mencapai tujuannya merubah tatanan pemerintah. Setiap gerakan apapun nama dan bentuknya akan mengalami kegagalan jika masyarakat tidak mendukungnya sebagaimana yang terjadi pada peristiwa pemberontakan G-30 S. PKI yang ingin menggulingkan pemerintahan yang sah dengan mengadakan kudeta. Walaupun gerakan ini mendapat dukungan elit politik dan militer, namun karena masyarakat menolaknya, maka gerakan ini megalami kegagalan dan masyarakat pula yang mengakhiri pergerakannya dengan pembantaian-pembantaian para kadernya. Dengan demikian, gerakan akan mendapat tempatnya apabila masyarakat awam menerimanya,

65

Page 66: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

namun jika masyarakat mulai tidak peduli dengan gerakan yang diserukan, berarti gerakan tersebut tinggal menunggu ajalnya.

Keadaan rakyat yang bertambah menderita akhir-akhir ini menjadikan mereka kecewa terhadap gerakan reformasi yang disimbolkan oleh kepemimpinan Gus Dur dan Megawati. Karena menurut mereka yang awam, keadaan justru bertambah susah dan penuh ketidakpastian serta ketakutan setelah terjadinya reformasi. Perdagangan menjadi susah, daya beli masyarakat menurun, pendapatan berkurang disisi lain harga-harga semakin menggila. Mereka seakan tidak perduli siapapun yang menjadi pemimpin bangsa yang penting mereka dapat hidup, dapat berusaha dan menjalankan aktivitasnya. Ironisnya sudah ada diantara mereka yang menyalahkan gerakan reformasi sebagai biang kerok krisis yang menimpa bangsa Indonesia dan beranggapan hidup dibawah rezim Soeharto lebih aman dan lebih mudah daripada sekarang di bawah pemerintah reformasi. Kesusahan demi kesusahan yang dialami masyarakat akan menimbulkan kekecewaan dan keputusasaan mereka, sehingga tidak memperdulikan apapun yang terjadi, yang penting mereka dapat bertahan hidup. Keadaan ini akan sangat merugikan gerakan reformasi yang sepatutnya mendapat dukungan masyarakat luas. Jika ini terjadi maka kekuatan-kekuatan lama akan muncul kembali sebagai antitesa gerakan reformasi yang dianggap telah gagal. Kemenangan SBY dalam pemilihan umum lalu telah menguatkan pendapat tersebut.

Karakter masyarakat Indonesia yang mudah memaafkan dan cepat melupakan kesalahan boleh saja dijadikan kesempatan oleh kekuatan lama untuk bangkit kembali dengan berbagai bentuk gerakan yang seakan-akan membela nasib dan kepentingan rakyat. Di satu sisi masyarakat sendiri dengan kekecewaan dan penderitaan yang dialaminya bisa saja dengan mudah menerima ajakan-ajakan asalkan kehidupan mereka membaik dan keadaan pulih lagi. Jika hal ini terjadi, maka jelas reformasi akan kehilangan dukungan dari masyarakat dan akan menghilangkan eksistensinya. Ketidakpedulian masyarakat awam terhadap gerakan reformasi disebabkan pula oleh kelakuan orang-orang yang mengatasnamakan reformasi namun kelakuannya tidak ada bedanya dengan rezim terdahulu yang digantikannya. Untuk mengembalikan citra reformasi yang sudah dirusak oleh para tokohnya yang mementingkan pribadi dan kelompoknya, diperlukan usaha-usaha serius para tokoh reformis sejati bangkit kembali menyuarakan perubahan dan perombakan. Dengan demikian diharapkan kepedulian dan kepercayaan masyarakat terhadap gerakan perubahan akan kembali serta mendukungnya.

6. Kelemahan SistemKeinginan kuat mahasiswa untuk mengamandemen UUD 45 sebagaimana

dikemukakan dalam visi reformasinya mengisyaratkan bahwa sistem dalam berbangsa dan bernegara di Indonesia mulai dipertanyakan dan dianggap perlu mengalami penyempurnaan. Selama ini tatanan sistem masyarakat di

66

Page 67: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Indonesia mengalami kelemahan dan kerancuan sehingga memberikan kewenangan yang sangat besar pada lembaga eksekutif. Itulah sebabnya pemerintah dapat berkembang menjadi rezim diktator-otoriter akibat kelemahan sistem. Demikian pula kelemahan ini telah dimainkan dengan pandai oleh pemerintah sehingga mereka dapat melanggengkan kekuasaannya sepanjang yang diinginkannya, yang pada akhirnya menimbulkan penyimpangan-penyimpangan sebagaimana yang telah dialami rezim terdahulu yang memiliki kekuasaan mutlak tanpa batas, bahkan mampu mendikte lembaga tertinggi negara seperti MPR/DPR. Dan kelemahan ini pulalah yang mulai dimainkan oleh pemerintah sehingga mencemaskan tokoh-tokoh reformasi.

Kelemahan sistem tatanan masyarakat bangsa Indonesia tidak lain karena diciptakan 60 tahun lalu oleh para pendiri bangsa dengan tergesa-gesa dan penuh kompromi dari berbagai fihak. Ketergesa-gesaan itu akibat dari keinginan bangsa Indonesia merdeka secepatnya, sebagaimana dinyatakan Soekarno, nanti setelah merdeka dan setelah diadakannya pemilihan umum barulah dasar berbangsa dan bernegara akan dibahas kembali sesuai dengan perimbangan suara dalam Konstituante. Namun dalam konstituante terjadi perdebatan panjang yang harus diakhiri dengan kompromi-kompromi akibat tidak adanya suara mayoritas yang dapat menentukan suara dan akhirnya pembahasan mengalami kebuntuan. Kebuntuan ini ditanggapi pemerintah dengan dikeluarkannya dektrit presiden yang menyatakan kembali kepada UUD 45, dan sejak saat itu bangsa Indonesia menjadikannya sebagai dasar berbangsa dan bernegara.

Kelemahan inilah yang hendak diperbaiki oleh gerakan reformasi dengan agendanya mengamandemen UUD 45. Namun setelah reformasi dan terbentuknya MPR yang mewakili aspirasi bangsa Indonesia, amandemen UUD 45 mengalami hambatan-hambatan politis seperti yang terjadi pada konstituante terdahulu. Pada sidang tahunan MPR 2000 yang dijadwalkan membahas amandemen UUD 45 mengalami kebuntuan yang akhirnya menelantarkan agenda besar ini yang menimbulkan kekecewaan masyarakat, terutama masyarakat Islam yang menuntut diamandemennya Pasal 29 dengan memasukkan kembali 7 kata yang dicoret : dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.

Selama sistem berbangsa dan bernegara, yang sekarang berbentuk UUD 45 tidak dirubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan bangsa Indonesia, maka pemerintah yang berkuasa masih memiliki kesempatan untuk mengulangi perilaku-perilaku rezim sebelumnya yang memiliki kekuasaan besar dan memudahkannya melakukan penyimpangan-penyimpangan. Gerakan reformasi akan mati dengan sendirinya apabila amandemen terhadap UUD 45 mengalami hambatan, karena selama sistem permainan tidak diubah dan disempurnakan, maka pemerintah akan tetap memiliki kekuasaan besar yang akan mendorongnya berlaku sewenang-wenang.

67

Page 68: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

7. Kelicikan Para OpurtunisSepanjang sejarah pergerakan, apapun nama dan bentuknya pasti

terdapat sebuah kelompok yang memiliki kepentingan tersendiri namun mendompleng pada gerakan yang ada, kelompok ini biasanya dinamakan sebagai kelompok opurtunis. Di zaman Rasulullah terkenal kelompok opurtunis yang pura-pura masuk Islam dan berjuang membela kepentingan Islam, namun pada hakikatnya mereka bertujuan menghancurkannya, merekalah yang dinyatakan sebagi kaum munafikin di bawah pimpinan Abdullah bin Ubay al-Salul. Biasanya kaum opurtunis memiliki ciri khas, tidak memiliki idealisme, komitmen dan mencari keselamatan dan kemenangan pribadi semata tanpa mempertimbangkan kepentingan kelompoknya yang banyak. Kelompok inilah yang biasanya akan merusak gerakan-gerakan suci dengan kepura-puraannya.

Dalam gerakan reformasi dapat dilihat dengan jelas kelompok ini, yang ketika Soeharto berkuasa mereka mendukungnya, mengambil fasilitas dan menjarah harta rakyat dengan semena-mena. Namun ketika gerakan reformasi sudah hampir mencapai kemenangan, mereka berlomba-lomba menyatakan dukungan terhadap reformasi dan menghianati orang yang telah memberikan jasa dan membesarkannya. Bahkan diantara mereka ada yang menjadi tokoh-tokoh reformasi untuk menyelamatkan diri dari tuntutan atas kejahatannya. Dan kelompok opurtunis selalu akan mendukung penguasa siapapun orangnya, asalkan tidak mengganggu kepentingannya, lebih jauh mereka selalu berusaha menyogok para penguasa dan lingkaran terdekatnya agar mendapatkan fasilitas pemerintah yang dikehendakinya.

Kehadiran kaum opurtunis ini telah membahayakan program gerakan reformasi, bahkan mereka dengan sekuat tenaga berusaha mengacaukan agenda reformasi dengan berbagai taktik dan strategi. Karena bagi mereka reformasi adalah hukuman atau hilangnya fasilitas utama yang telah dinikmati selama ini. Mereka beramai-ramai mendatangi penguasa baru meminta berbagai bentuk keringanan, dan penangguhan terhadap hukuman dan pembayaran hutangnya. Bahkan diantara mereka ada yang dengan sengaja menghilangkan bukti-bukti kejahatan masa lalu dengan membakar dan berusaha memusnahkan data-data kejahatan mereka. Kelicikan-kelicikan kaum opurtunis ini perlu senantiasa diperhatikan, karena sangat membahayakan agenda reformasi di masa depan.

Kelicikan para opurtunis ini sendiri telah menodai gerakan reformasi, karena masyarakat akan menilai, bukankah mereka yang mendukung dengan kerasnya rezim terdahulu, namun kini mereka pula yang mengecamnya, yang dapat menghilankan kepercayaan masyarakat terhadap gerakan suci reformasi. Dengan kekuatan dana dan jaringan yang dimilikinya, kelompok ini mampu bangkit dan mulai menguasai pos-pos strategis, baik dalam politik maupun ekonomi. Dengan uang hasil kejahatannya di masa lalu, mereka dapat membeli siapa saja yang diinginkannya dan sekaligus merubah citra buruknya menjadi pahlawan melalui media masa yang dikuasainya. Ketika para penggerak reformasi

68

Page 69: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kehabisan tenaga menyuarakan tuntutannya, maka tampillah kelompok ini dengan dananya dan menjadi pahlawan reformasi yang menggantikan peranan para pejuang reformasi sejati yang sudah tersingkirkan akibat kelemahan dan kekuarangan mereka. Akhirnya masyarakat menilai ternyata reformasi adalah sama artinya dengan gerakan mengganti rezim lama yang korup dengan rezim baru yang juga korup dengan dukungan orang-orang opurtunis yang sama. Jelas hal ini akan merugikan citara reformasi dan mengurangkan dukungan masyarakat.

8. Bangkitnya Kekuatan Lama Gerakan reformasi yang menuntut dihukumnya pelaku kejahatan dan

pelanggaran pada pemerintah terdahulu telah menimbulkan rasa takut para pendukung rezim terdahulu, terutama kalangan militer yang menjadi tonggak utama pemerintahan rezim Soeharto dan pada masa reformasi paling banyak dihujat dan disalahkan. Ketakutan ini telah mendorong mereka mencari upaya-upaya penyelamatan terhadap hukuman yang akan ditimpakan kepada mereka, salah satunya dengan menggalang kembali kekuatan baru atau mendapatkan dukungan dari penguasa yang dapat mereka kendalikan. Dengan fasilitas yang mereka miliki dan dengan dukungan dana besar, apalagi jika kekuatan ini melibatkan mantan presiden Soeharto, akan menjadi kekuatan baru yang menakutkan siapa saja. Karena mereka memiliki pasukan besar, menguasai persenjataan dan memiliki dana berlimpah, namun mereka belum tampil saat ini akibat kecurigaan masyrakat terhadap mereka masih besar. Namun ketika mereka telah berhasil meyakinkan masyarakat di tengah-tengah kegagalan reformasi, maka mereka akan kembali lagi mengambil kekuasaan dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat.

Penolakan terhadap reformasi militer oleh sipil ataupun kalangan militer sendiri seperti Agus Wirahadi Kusumah dan Saurip Kadi yang menginginkan reformasi besar-besaran di jajaran TNI justru ditanggapi negatif oleh para koleganya yang tetap konservatif. Hal ini dapat pula diartikan sebagai keinginan para jendral untuk mempertahankan sistem lama yang telah memberikan banyak fasilitas dan keutamaan kepada mereka. Jika memang hal ini terjadi, maka tidak diragukan bahwa kekuatan lama yang didukung oleh kekuatan militer dan pelaku bisnis KKN akan bangkit kembali dengan bentuknya yang lain, namun memiliki kesamaan tujuan dengan rezim sebelumnya. Dan jika kekuatan lama muncul kembali, hal ini berarti berakhirnya gerakan reformasi di Indonesia.

Kekuatiran munculnya kekuatan lama ini sangat beralasan jika diperhatikan keadaan politik yang terus berubah, terutama ketika Wakil Presiden Jusuf Kalla berhasil mengambil alih kepemimpinan Golkar. Boleh jadi kekuatan lama akan mengambil kesempatan dengan memancing di air keruh untuk naik kembali memegang kendali kekuasaan. Simpati masyarakat akan terus menurun akibat ketegangan antara Amien-Gus Dur-Akbar dengan Mega yang menjadi simbol reformasi, yang menimbulkan gejolak demi gejolak

69

Page 70: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

yang semakin meresahkan masyarakat. Gejolak akan menimbulkan ketegangan demi ketegangan yang akhirnya akan membawa dampak kepada stabilitas ekonomi dengan naiknya barang-barang, sementara pemerintah tidak memperhatikannya dan sibuk dengan pertentangan politik dan perebutan kekuasaan. Dalam keadaan seperti ini, siapapun yang memberikan jalan keluar terbaik akan mendapat dukungan masyarakat daripada hidup diantara konflik yang tidak ada kepastian berakhirnya lebih baik hidup dibawah rezim diktator yang menjanjikan keadilan dan kemakmuran. Masalah inilah yang difahami oleh SBY, sehingga dia berhasil menang sebagai kelompok alternatif.

Kekhawatiran ini juga beralasan jika dilihat beberapa kasus terakhir yang ingin mengadu domba komponen bangsa Indonesia dengan perbedaan yang bernuansa SARA, seperti yang terjadi di Maluku dan Ambon misalnya. Kerusuhan dan peperangan yang terjadi tidak terlepas dari para provokator yang ingin menimbulkan ketegangan dan kekerasan di tengah-tengah masyarakat. Tindakan-tindakan biadab ini dengan jelas menyatakan ketidaksukaannya terhadap pemerintah yang berkuasa yang dipilih secara demokratis oleh rakyat. Demikian pula tindakan ini jelas bertujuan untuk menghambat proses penegakan hukum terhadap para pelanggar yang menyangkut kesatuan dan kelompok yang besar dan masih memiliki kekuatan dan dana. Pengangkatan beberapa tokoh militer juga dibaca sebagai mulai bangkitnya kekuatan lama yang selama ini dianggap mendukung kebijakan rezim sebelumnya. Walaupun pengangkatan ini mendapat kritikan dari para pakar dan mahasiswa, terutama karena keterlibatan mereka dalam kasus pelanggaran yang belum dituntaskan Komnas-HAM.

9. Tantangan Dari Gerakan Kotra ReformasiGerakan reformasi, disamping memiliki para pejuang dan pembela sejati,

pasti memiliki lawan-lawan yang anti dengan agendanya. Lawan ini boleh jadi dari kalangan yang dirugikan oleh agenda reformasi atau boleh juga berupa gerakan yang tidak setuju dengan cara reformasi yang dianggapnya tidak menyelesaikan masalah. Gerakan ini dapat diistilahkan dengan gerakan kontra reformasi, yaitu gerakan yang menolak reformasi dengan berbagai alasan dan sebab-sebab tertentu. Tantangan demi tantangan yang dihadapkan kepada gerakan reformasi dengan agenda-agendanya yang terus menerus boleh jadi akan menguatkannya atau sebaliknya justru akan menghilangkan eksistensinya. Tidak selamanya gerakan kontra reformasi bersifat negatip, namun boleh menjadi positip apabila dijadikan sebagai wahana untuk mengaca diri sejauh mana keberhasilan gerakannya selama ini.

Munculnya gerakan-gerakan kontra reformasi yang mulai marak belakangan ini, disamping akibat ketakutan musuh-musuhnya yang terancam, boleh jadi timbul akibat kekecewaan terhadap gerakan reformasi

70

Page 71: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

itu sendiri yang dianggap telah gagal dalam menjalankan misi dan visinya. Ataupun boleh jadi karena alasan-alasan idiologis yang lebih fundamental, seperti yang ditunjukkan oleh kalangan fundamentalis Islam yang menganggap gerakan reformasi tidak menyentuh masalah fundamental yang dihadapi bangsa Indonesia, yaitu kegagalan idiologi Pancasila dan UUD 45 sebagai dasar negara Indonesia selama 60 tahun dan mengantarkan bangsa Indonesia seperti saat ini.

Kritik-kritik yang dilontarkan kepada gerakan reformasi dapat melemahkan gerakan itu sendiri, apalagi gerakan ini tidak memiliki landasan filosofis yang kukuh serta didukung oleh tokoh-tokoh yang mumpuni. Perpecahan diantara tokoh-tokoh sentralnya pasca gerakan reformasi menambah keyakinan akan lemahnya gerakan reformasi itu sendiri. Dengan keadaannya yang lemah, baik karena kelemahan konsep dan sistemnya ataupun akibat perbuatan para pendukungnya, menjadikan gerakan reformasi sangat rentan dan mudah dimatikan sebagaimana telah disinyalir banyak fihak. Apalagi jika dihadapkan dengan gerakan-gerakan alternatif yang mulai marak dan mendapat dukungan masyarakat saat ini, baik yang berbasiskan idiologi Islam maupun idiologi-idiologi lainnya. Semakin gencar tantangan terhadap reformasi yang sudah lemah, semakin meyakinkan orang akan berakhirnya gerakan ini.

10. Tuhan Belum Mengizinkan Kemenangan ReformasiSebagai bangsa Indonesia yang meyakini keberadaan Tuhan Yang Maha

Esa, maka bangsa Indonesia tidak dapat melepaskan diri dari kehendak-Nya. Karena Dia adalah Maha Kuasa untuk berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan-Nya. Tiada seorangpun yang dapat mencegah Perbuatan-Nya jika Dia ingin melakukan sesuatu, karena seluruh kekuasaan berada pada-Nya. Dialah Maha Penguasa dari seluruh penguasa-penguasa di muka bumi, yang akan memberikan kekuasaan dan kemenangan kepada yang dikehendaki-Nya dan sekaligus mencabut kekuasaan dan kemenangan dari siapapun yang dikehendaki-Nya.

Sebagai seorang beriman, reformasi adalah bagian dari taqdir dan kehendak Allah yang berjalan sesuai dengan ikhtiar yang dilakukan manusia. Tanpa kekuasaan dan keperkasaan Allah, Tuhan Yang Maha Esa, maka Soeharto tidak akan tumbang, namun karena Allah menghendaki ketumbangannya, maka tumbanglah dia, adapun sarana penumbangannya adalah gerakan reformasi yang digerakkan bangsa Indonesia. Selanjutnya jika gerakan reformasi belum mencapai tujuannya, jelas juga karena belum diizinkan oleh Allah Yang Maha Mengetahui segala urusan. Demikian pula kenapa Allah memberikan kekuasaan kepada hambanya Abdurrahman Wahid yang dianggap nyeleneh ataupun Megawati yang ditentang kelompok Islam karena wanita, hanya Dialah yang mengetahui segala hikmah yang tersembunyi, sekali lagi manusia hanya bisa berikhtiar dan berjuang sesuai dengan petunjuknya.

71

Page 72: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Hal ini bukan berarti kita hanya berdiam diri menunggu segala keputusan Allah, namun manusia wajib berikhtiar semaksimal kemampuannya, karena Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu sendiri merubah nasibnya. Dengan kata lainnya kemenangan dan pertolongan akan datang apabila perjuangan telah dikobarkan dan bukan dalam kerangka teori saja. Perjuangan inilah yang akan dinilai Allah dan bukan berhasil dan tidaknya perjuangan tersebut. Jasa para pahlawan yang gugur dalam gerakan reformasi senantiasa akan dibalas Allah sesuai dengan kadar keikhlasannya, sementara jika perjuangan reformasi belum mendapatkan kemenangan bukan berarti pahala pejuangnya tertahan. Maka jika Allah belum memberikan kemenangan kepada gerakan reformasi, maka perlu dikaji lagi, apakah sebabnya sehingga Allah belum memberikannya, apakah diperlukan pejuang yang ikhlas ataupun langkah baru dalam pelaksanaannya ?

Merubah Arah ReformasiJika gerakan reformasi yang diharapkan dan didukung seluruh

komponen bangsa tidak mampu lagi menyelesaikan krisis multi dimensi bangsa Indonesia, apakah bangsa ini akan dibiarkan terkatung-katung dalam ketidakpastian tanpa tindakan-tindakan strategis yang akan menyelamatkannya. Apakah gerakan reformasi yang mulai diragukan keampuhannya akan dibiarkan bergerak tidak menentu sehingga bangsa ini menemui kehancurannya. Bahkan jika para pakar, politisi, cendekiawan dan masyarakat luas sudah menganggap reformasi mati muda, apakah bangsa Indonesia akan membiarkan rezim penguasa berbuat semaunya tanpa tindakan dan gerakan alternatif yang merubah keadaan. Membiarkan rakyat menderita, membiarkan para penjahat dan koruptor berleluasa, membiarkan kehancuran bangsa dan jenis-jenis keacuhan lainnya adalah tindakan penghianatan terhadap para pahlawan yang telah mengorbankan nyawa mereka untuk tegaknya sebuah tatanan masyarakat bangsa Indonesia. Bahkan lebih jauh adalah tindakan yang telah melanggar amanah Sang Pencipta yang menghendaki tegaknya keadilan, kemakmuran dan keamanan di muka bumi. Kehancuran bangsa ini tidak boleh dibiarkan karena menyelamatkannya adalah tuntutan kemanusian sekaligus perintah Allah Yang Maha Esa.

Menyikapi masalah ini, banyak konsep yang diajukan oleh putra-putra terbaik bangsa, baik yang mengambil sikap radikal, kompromis ataupun evolusioner. Mereka yang mengambil pendekatan kekirian berkeinginan menerapkan konsep-konsep kiri yang telah dirumuskan para pemimpinnya seperti Marx, Lenin, Guevara dan lainnya yang ingin menggerakkan revolusi sosial menciptakan masyarakat sosialis sama rata sama rasa, seperti yang senantiasa diperjuangkan PRD dan aliansinya ataupun kelompok lainnya. Mereka yang dari kanan, khususnya dari kalangan fundamentalis Islam senantiasa menyerukan gerakan jihad menegakkan hukum-hukum Allah di semua lini kehidupan masyarakat. Diantara mereka ada dari kalangan nasionalis dan moderat Islam yang ingin tetap mempertahankan keadaan

72

Page 73: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

seperti saat ini, dan mereka hanya ingin memperbaharui komitmen bersama yang telah disepakati. Mereka yang di DPR diwakili oleh fraksi yang mewakili PAN, PKS telah berhasil membuat kesepakatan terdahulu dalam amandemen UUD 45 dengan kelompok nasionalis seperti fraksi Golkar dan fraksi Kebangkitan Bangsa. Kelompok ini mendapat dukungan luas terutama dari kalangan ormas Islam terbesar.

Apapun bentuk dan nama konsep yang diajukan, permasalahannya, bangsa Indonesia tidak ingin kembali terjebak dalam krisis-krisis baru yang lebih kronis akibat bereksperimen menerapkan sistem yang belum tentu membawa kebaikan bagi bangsa dan negara. Disamping itu penyelesaian apapun yang dikemukakan, tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bukannya negara yang terpecah belah dan lemah. Karena seluruh komponen bangsa menghendaki sebuah bangsa yang kuat, bermartabat dan maju. Dengan terpecah belahnya bangsa menjadi negara-negara kecil pasti akan mengakibatkan lemahnya bangsa Indonesia yang telah memiliki berbagai sumber daya alam dan manusia. Kuatnya Cina, Jepang ataupun Amerika saat ini karena mereka memiliki jumlah penduduk yang besar dan wilayah yang luas serta didukung oleh kemajuan teknologi yang mendatangkan devisa. Itulah sebabnya Malaysia yang berpenduduk 20 juta ingin menambah penduduknya menjadi 70 juta agar menjadi sebuah negara indusrtri yang maju.

Untuk mengatasi krisis multi dimensi bangsa yang menimbulkan berbagai kekecewaan dan kebingungan serta keputusasaan masyarakat ini, memang tidak dapat diselesaikan hanya sekedar dengan wacana dan teori, apalagi hanya dengan mengadakan demo-demo, seminar, konfrensi dan sejenisnya. Jika diandaikan keadaan bangsa Indonesia saat ini, adalah ibarat seorang yang menderita penyakit parah akibat kecelakaan berat, dalam keadaan koma sementara ditubuhnya terdapat berbagai bentuk penyakit dengan berbagai komplikasinya. Untuk menyembuhkan si penderita, tidak cukup hanya dengan berteriak-teriak mendiskusikan segala bentuk kemungkinan teori penyembuhan yang berlarut-larut, atau hanya dengan menangisinya, kemudian berdoa pasrah tanpa usaha maksimal, yang tentu tidak akan dapat menyembuhkan penyakit si penderita. Namun si penderita membutuhkan tim dokter spesialis berpengalaman yang akan memberikan obat terbaik dengan sistematikanya. Demikian pula halnya dengan bangsa Indonesia saat ini, dibutuhkan sekelompok putra terbaik yang tulus ikhlas berbuat untuk kebaikan semata tanpa mengharap balasan duniawi serta berpengalaman dan berpengatahuan dalam menyembuhkan penyakit masyarakat. Mereka berhimpun dalam sebuah tim ahli yang mengorbankan kepentingan pribadi dan kelompoknya, kemudian mereka mencari alternatif terbaik, memberikan obat mujarab yang tepat, terpercaya dan terbukti keampuhannya kepada bangsa ini dengan sistematikanya, fase demi fase yang memerlukan waktu sampai bangsa sembuh dari krisis demi krisis yang dialaminya perlahan-lahan namun pasti. Jadi bangsa Indonesia saat ini membutuhkan tim tenaga ahli yang berpengalaman dan memiliki

73

Page 74: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

seperangkat sistem yang telah teruji keunggulannya dalam membangun masyarakat utama, bukan hanya para kritikus ataupun analis yang hanya pandai mengeluarkan berbagai bentuk teori yang belum teruji keunggulannya.

Mungkin ada yang berpendapat, sebagaimana yang dinyatakan para pendukung reformasi, bahwa gerakan reformasi masih bisa diselamatkan dan diluruskan kembali. Pernyataan ini mungkin benar adanya, apalagi kenyataannya memang masih ada komponen yang ingin tetap menggerakkan reformasi dan mereka beranggapan gerakan ini belum menemui kegagalan total. Permasalahannya, kini kalimat reformasi sendiri sudah mengalami pembusukan dan penyimpangan yang dilakukan oleh para bandit dan penjahat masa lalu yang tampil sebagai tokoh reformasi, mengalahkan para reformis sendiri. Sementara kalimat reformasi bagi masyarakat awam tidak lebih daripada sekedar gerakan yang menyusahkan hidup mereka, karena sebelum reformasi mereka mengganggap kehidupannya berjalan lancar dan relatif lebih mudah dibandingkan dengan sekarang. Dan pada realitasnya memang setelah reformasi berhasil, ternyata kehidupan seperti bertambah kacau balau, pertentangan elit politik semakin tajam, kelompok dan golongan saling menghujat dan memerangi, harga semakin melambung, ekonomi semakin terpuruk, pengangguran meningkat drastis, masyarakat miskin bertambah banyak, bencara alam semakin kerap terjadi, para teroris dan penjahat bergentayangan. Alhasil kehidupan bertambah tidak menentu yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan.

Maka tidak diragukan lagi, jika gerakan reformasi yang dimotori para mahasiswa, cendekiawan dan aktivis yang berhasil menumbangkan rezim Soeharto, mulai terhuyung-huyung tak menentu dan kehabisan tenaga, lambat tak terarah, menemui kebuntuan demi kebuntuan dan menuju kegagalan bahkan dianggap telah mati muda sebagaimana diterangkan terdahulu, maka bangsa Indonesia harus bangkit kembali mempersiapkan sebuah gerakan yang lebih dinamis, radikal dan konstan. Mereka harus merancang sebuah gerakan yang akan memberikan jawaban tuntas terhadap permasalahan krisis multi dimensi yang dihadapi bangsanya. Sebuah gerakan yang mampu mencabut seluruh akar permasalahan dan sekaligus memberikan solusi terbaik. Maka tidak diragukan lagi bahwa bangsa Indonesia saat ini memerlukan sebuah gerakan, yang senantiasa menjadi hantu mengerikan para tiran, gerakan revolusioner, gerakan perombakan radikal dan terarah. Sebuah gerakan pasti yang dapat mencabut permasalahan bangsa sampai ke akar-akarnya, seperti seorang dokter yang mengoperasi bagian-bagian tubuh yang penuh dengan kanker, membersihkan akar-akarnya sehingga tidak ada satu bagiannyapun yang tertinggal. Hanya dengan gerakan seperti inilah bangsa Indonesia akan keluar dari segala penyakit kronis yang menimpanya. Karena bagaimanapun bangsa ini tidak boleh bubar dan terpecah belah, namun harus tegak berdiri menjadi sebuah bangsa yang berdaulat, bermartabat, berperadaban dan memiliki sistem terunggul sebagai bangsa percontohan di masa depan.

74

Page 75: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Solusinya Revolusi ?Diantara kelompok yang menyakini telah gagalnya reformasi,

menganggap hanya satu jalan menuju perbaikan, dan hanya satu-satunya, yaitu revolusi !!! Itulah sebabnya para mahasiswa, terutama yang dianggap berfaham kiri, senantiasa melaungkan kalimat ini dengan penuh antusias dan keyakinan. Mereka beranggapan hanya dengan revolusilah bangsa Indonesia dapat keluar dari krisis yang berkepanjangan ini. Namun permasalahannya, mampukah revolusi menyelesaikan krisis multi dimensi bangsa Indonesia saat ini, dan model revolusi yang manakah yang dikehendaki dan sesuai dengan watak, sejarah, dinamika dan kepercayaan mayoritas bangsa Indonesia. Itulah sebabnya makna revolusi perlu difahami bersama akar filsafat yang menyertainya.

Jika terdengar kata revolusi maka yang terbayang adalah sekumpulan gerakan massa yang beringas, melakukan tindakan-tindakan anarkhis, pembantaian dan pembunuhan serta menghancurkan infrastruktur negara. Itulah sebabnya ketika Habibie baru pulang dan bergabung dengan rezim Orde Baru, Soeharto menasihatinya : Kamu boleh buat apa saja, asal jangan revolusi. Memang gerakan revolusi selalu menakutkan para tiran yang ingin melanggengkan kekuasaannya dan para antek-anteknya yang menikmati fasilitas negara. Namun revolusi selalu mendapat tempat dan sambutan hangat masyarakat luas yang tertindas dan diabaikan para penguasa. Ketika pemimpin bangsa Indonesia seperti Soekarno menyerukan revolusi menentang penjajah, maka masyarakat yang tertindas bangkit memberi dukungan kepadanya untuk mengadakan perlawanan dan berjuang dengan gagah perkasa mengusir para penindas dan perampok yang telah menguras alam Indonesia. Gerakan revolusi fisik telah mengantarkan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan dan mempertahankannya dari agresi imprialis. Tanpa gerakan revolusi yang herois yang dipimpin para revolusioner bangsa, maka Indonesia tetap akan terjajah dan menjadi bangsa terbelakang. Revolusi telah merubah Indonesia.

Para pendukung gerakan revolusi beranggapan bahwa revolusi adalah gerakan suci para manusia agung sepanjang sejarah peradaban manusia yang berjuang tak kenal lelah merubah tatanan masyarakatnya secara radikal dan mendapat tantangan demi tantangan dalam mencapai tujuannya. Di dalam sejarah, telah tampil manusia-manusia revolusioner yang tampil untuk merevolusi tatanan masyarakatnya yang korup, diskriminatif, paganis, eksploitatif dan tiranis. Di dalam sejarah peradaban Barat telah tercatat manusia-manusia agung yang memperjuangkan perombakan total masyarakat mereka. Sejarah telah mencatat revolusi Prancis (1789) yang telah merombak tatanan masyarakat feodal menjadi masyarakat demokratis modern yang bersemboyankan “kebebasan, persamaan dan persaudaraan” yang telah melakhirkan ideologi-ideologi modern yang mendaulatkan rakyat sebagai penguasa dan pemiliki pemerintahan. Revolusi Prancis yang digerakkan oleh para revolusioner telah menggerakkan dan memberikan

75

Page 76: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

inspirasi lakhirnya revolusi-revolusi besar dunia di Eropa yang telah merubah wajah dan peradaban Barat yang dikenal dengan revolusi 1848 dan merembet sampai ke benua Amerika yang juga menyerukan revolusi Amerika yang menuntut kemerdekaannya dari cengkraman Kerajaan Inggris Raya. Demikian pula revolusi Rusia (1917) yang telah melakhirkan masyarakat sosialis-marxis di atas keruntuhan tatanan masyarakat feodal. Revolusi sosial-politik Barat telah melakhirkan apa yang dikenal dengan “revolusi industri” yang telah mendorong Barat menjadi imprialis yang menjajah bangsa-bangsa lain. Demikian pula revolusi telah melakhirkan tokoh-tokoh legendaris yang berjuang atas nama kebebasan, persamaan dan persaudaraan, diantara mereka yang terkenal adalah Che Guevara, seorang Argentina yang berjuang dan berkorban di luar tanah airnya demi kebebasan Kuba bersama Fidel Castro dan revolusioner-revolusioner agung lainnya yang senantiasa menjadi inspirasi para penegak keadilan dan persaudaraan.

Revolusi adalah bagian dari peradaban manusia yang mau tidak mau harus diterima sebagai bagian dari kehidupan manusia, sebagaimana penerimaan manusia terhadap hakikat kehidupannya. Revolusi adalah cara sekaligus seni dalam menegakkan keadilan, kebebasan, persaudaraan, keamanan dan kemakmuran, sebagaimana cara-cara lainnya yang telah dipilih manusia sesuai dengan kemampuan dan kepercayaannya. Cara membuat sesuatu sangat menentukan hasil yang akan diperoleh, sebuah tatanan yang dibangun dengan cara serius tentu berbeda dengan tatanan masyarakat yang dibangun dengan cara sambil lalu. Cara revolusi dipilih setelah cara-cara selainnya mengalami kebuntuan, kebekuan dan tidak mendatangkan hasil maksimal. Revolusi berbeda dengan cara-cara akomodatif dan kompromis lainnya, dan inilah yang menjadikan cara revolusi berbeda dengan lainnya, bahwa revolusi adalah gerakan konfrontatif non kompromistis terhadap tatanan masyarakat korup.

Menurut mereka yang beraliran kiri radikal, revolusi adalah jawaban terhadap kebuntuan dan kemandekan perubahan fundamental yang telah gagal digerakkan oleh para reformis. Gerakan reformasi telah menemui tugas akhirnya dengan menumbangkan rezim Soeharto dan mengantarkan rezim baru atas nama reformasi. Dan kini tugas kaum revolusioner mengambil alih peranan dan meneruskan tugasnya dengan gerakan-gerakan yang lebih menyentuh ke akar permasalahan, mencabut sumber utama permasalahan bangsa, mengobati penyakit-penyakit kronis bangsa dengan operasi-operasi besar membuang elemen-elemen penyakit sampai ke akar-akarnya dan menyusun kembali menjadi sebuah tatanan yang ideal. Tugas besar dan berat ini hanya dapat dilakukan dengan sebuah gerakan revolusi yang digerakkan oleh kaum tercerahkan, mereka yang bertanggungjawab terhadap kelanjutan bangsa dan memiliki kemampuan menyusun kembali tatanan sesuai dengan tugas dan peranannya masing-masing.

Dikalangan para fundamentalis Islam, ada juga kelompok yang mendukung gerakan revolusi ini. Gerakan revolusi mereka samakan seperti tampilnya nabi-revolusioner Ibrahim as yang menentang penguasa paganis

76

Page 77: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Namrud, Musa as yang menetang tirani Fir’aun dan antek-anteknya, Isa as yang menentang imprialis Romawi dan Muhammad saw yang menentang dominasi berjouis-kapitalis Musyrikin Makkah. Kesemua mereka, para nabi agung ini adalah para revolusioner yang berjuang untuk merombak tatanan masyarakatnya yang menyimpang dari kehendak Sang Pencipta yang menghendaki terbentuknya masyarakat ideal yang berjalan sesuai dengan kehendak-Nya, sebuah masyarakat Tauhid, masyarakat yang menjadikan Allah Sang Pencipta sebagai sumber segala kehidupan, menyemai persamaan dan persaudaraan dan menegakkan keadilan, kedamaian serta kemakmuran. Penentangan dan perjuangan mereka telah menyulut pertentangan dan bahkan peperangan demi peperangan yang menjadi konsekwensi logis sebuah gerakan revolusioner dan sekaligus menjadi jalan tegaknya kebenaran dan keadilan sebagai tujuan akhir perjuangan para nabi revolusioner. Perjuangan dan pengorbanan agung mereka selalu menjadi inspirasi bagi para pengikutnya dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.

Demikian pula dalam sejarah pergerakan kaum muslimin telah tampil para revolusioner yang menentang tiran penguasa yang korup. Terutama diantara mereka adalah Husein bin Ali ra, cucu kesayangan Rasulullah, yang tampil menentang kezaliman dan kebiadaban rezim Yazid bin Muawiyah yang telah mengantarkannya sebagai syuhada di Karbala. Gerakan revolusi Imam Husein inilah yang kemudian menjadi inspirasi gerakan revolusi Islam di Iran (1979) pimpinan Imam Khomaeny yang telah menumbangkan rezim diktator feodal Syah Pahlevi yang didukung kekuatan ekonomi dan militer serta negara-negara adi daya. Demikian pula telah tampil pemimpin-pemimpin Islam revolusioner yang telah menentang imprialis Barat yang menjajah dunia Islam seperti Sayyid an-Nursi, Omar Mokhtar di Timur Tengah dan di Indonesia tercatat nama Pangeran Diponegora dan Imam Bonjol. Kebangkitan Islam telah melakhirkan para revolusioner seperti Jamaluddin al-Afghany, HOS Cokroaminoto dan yang lebih yunior seperti Imam Hasan al-Banna dan Sayyid Qutb di Mesir ataupun SM. Katosoewirjo yang rela mengorbankan dirinya sebagai syahid dalam memperjuangkan gerakannya menegakkan tatanan masyarakat yang berdasarkan kebenaran dan keadilan.

Namun permasalahannya, apakah revolusi sesuai dengan jiwa, dinamika, budaya, tradisi dan kepercayaan bangsa Indonesia ? Sebagaimana diketahui bahwa revolusi sebagai sebuah metode membangun tatanan masyarakat lakhir dari sebuah peradaban Barat sekuler dengan segala implikasinya, terutama faham Komonisme-Sosialisme yang bercita-cita membangun masyarakat sama rasa sama rata. Pada kenyataannya metode revolusi telah menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuannya, apalagi faham ini sendiri lakhir dari sebuah filsafat yang mengeyampingkan ajaran moral dan agama. Beberapa kali revolusi di coba kepada bangsa Indonesia, terutama digerakkan oleh kader-kader komonis, namun mengalami kegagalan demi kegagalan akibat bertentangan dengan tradisi dan kepercayaan bangsa Indonesia. Apalagi bangsa Indonesia adalah mayoritas Muslim, sementara Islam sendiri memiliki cara tersendiri dalam membangun

77

Page 78: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

tatanan masyarakat yang mengutamakan aspek agama, moral, kejujuran, keadilan dan kebenaran. Menyamakan gerakan revolusi dengan gerakan perubahan yang dilakukan Muhammad Rasulullah dan para shahabatnya adalah sebuah kesalahan besar. Tidak mungkin gerakan manusia agung seperti Rasulullah disamakan dengan gerakan manusia-manusia rendah seperti kaum Marxis dan Sosialis yang atheis tak bermoral. Mungkin ada beberapa persamaan dalam model gerakannnya yang herois, pantang menyerah, berdedikasi, radikal dan lainnya, namun tetap saja kedua gerakan ini berbeda secara substansial, karena gerakan Islam mendapat bimbingan dari wahyu Allah Sang Pencipta, sementara gerakan revolusi adalah produk pemikiran manusia-manusia sekuler yang anti Tuhan dan moral.

Walaupun ada pihak yang mendukung gerakan revolusi sebagai ganti gerakan reformasi yang gagal di tengah jalan, namun gerakan ini tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Bahkan jika gerakan revolusi dilaksanakan kepada bangsa Indonesia seperti konsep dasarnya, maka jelas akan menimbulkan berbagai bentuk krisis baru yang menambah parahnya bangsa Indonesia. Akan terjadi perpecahan bangsa, bahkan pertumpahan darah besar-besaran sebagaimana kasus pembantaian PKI, karena gerakan ini pasti akan mendapat perlawanan dari kelompok mayoritas muslim yang tetap setia kepada agamanya. Dan dalam sejarahnya, kelompok muslim selalu memenangkan pertarungannya baik dalam mengusir penjajah ataupun membantai kaum revolusioner PKI. Seorang dokter tidak sama dengan seorang tukang jagal, walaupun mereka sama-sama memotong dan mengiris daging. Dokter memotong dengan penuh perhitungan untuk diperbaiki kembali, namun tukang jagal memotong hanya untuk membunuh. Membiarkan gerakan revolusi hidup dan digerakkan oleh manusia-manusia atheis tak bermoral dan beragama di tengah-tengah bangsa Indonesia sama artinya dengan membiarkan tukang jagal yang akan membunuh dan mengakhiri riwayat bangsa Indonesia.

Dengan demikian, maka jelaslah bahwa gerakan revolusi yang dilaung-laungkan oleh para pendukungnya saat ini tidak sesuai dengan keadaan dan keperluan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia saat ini membutuhkan sebuah metode yang terunggul dan terbukti telah mampu melakhirkan masyarakat unggul yang penuh dengan kedamaian, kesejahteraan, keadilan, kemajuan dan kemakmuran. Maka untuk itu perlu dicari sebuah alternatif lain yang lebih sesuai dengan tradisi dan kepercayaan bangsa Indonesia, bukannya revolusi yang diserukan manusia-manusia tidak bermoral dan beragama.

Atau Dekonstruksi ?Dikalangan aktivis, khususnya generasi muda yang progresif namun

menolak teori revolusi, kini mengajukan salah satu metode yang mereka anggap dapat menyelesaikan permasalahan bangsa, yaitu dekonstruksi. Kata dekonstruksi memang sangat populer dikalangan para cendekiawan, terutama yang bersentuhan dengan Post-Modernisme (posmo). Dekonstruksi biasanya diartikan sebagai usaha untuk menghancurleburkan tatanan yang

78

Page 79: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

sudah ada, bagian demi bagiannya, kemudian di atas kehancuran itu dibangun kembali tatanan baru. Seperti sebuah rumah yang sudah tua dan compang-camping, jika tidak dapat direhabilitasi, maka cara yang paling baik tentu dengan merobohkan rumah lama dan membangun rumah baru di atas tanahnya. Memang selama ini teori dekonstruksi dianggap ampuh untuk menyelesaikan permasalahan yang tidak ada jalan keluarnya dan tidak berujung pangkal. Beberapa perusahaan multinasional seperti General Motor (GM) di Amerika sukses memperbaiki kinerja perusahaannya dengan mengadakan dekonstruksi manajemen, menghancurkan tatanan manajemen lama sampai ke tingkat lini yang paling bawah, kemudian disusun kembali manajemen baru yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan tantangan ke depan. Langkah ini diambil akibat tidak mampunya manajemen lama meningkatkan kinerja perusahaan yang sudah di ambang kebangkrutan.

Menurut pada pendukung gerakan ini, dekonstruksi bagi Indonesia, berarti menghancurkan semua tatanan berbangsa dan bernegara yang sudah mapan saat ini, baik sistem, sub-sistem, undang-undang, hukum, struktur pemerintahan dan lainnya karena sudah dianggap tidak mampu mengantarkan bangsa menggapai tujuannya. Republik Indonesia sudah seperti rumah tua yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakatnya, sementara tidak mungkin lagi direnovasi. Gerakan-gerakan rehabilitasi dan renovasi seperti gerakan reformasi yang dijalankan selama ini ternyata menambah kusutnya permasalahan yang sudah ada, sementara jalan keluar tidak ada. Dengan demikian RI harus dianggap sudah bangkrut seperti sebuah perusahaan yang tidak dapat lagi memenuhi kewajibannya kepada para pemegang sahamnya. Republik Indonsia dengan seperangkat sistem dan strukturnya harus dibubarkan dan lenyap dari persada ini, kemudian diatasnya dibangun kembali sebuah bangsa baru dengan sistem dan tatanan baru, entah namanya Indonesia Baru atau apa.

Dari segi teori, sepintas kelihatannya dekonstruksi mungkin dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bangsa ini, terutama mereka yang optimis. Bahkan mereka beranggapan dekontruksi adalah jalan yang terbaik bagi bangsa saat ini yang sedang mengalami berbagai permasalahan yang kusut dan dalam lingkaran setan ini. Dengan menghilangkan eksistensi Indonesia, berarti hilanglah semua permasalahan yang menyertainya, ibarat orang mati, maka hilanglah semua penyakit yang dideritanya. Dengan tidak adanya lagi Indonesia mereka beranggapan hilangkah bangsa yang penuh konflik ini, hilanglah hutang luar negeri yang mencekik, hilanglah berbagai bentuk problematika bangsa yang tidak tahu ujung pangkalnya, hilanglah semua tatanan yang menimbulkan konflik selama ini, hilanglah sistem yang menimbulkan kerancuan dan kesesatan, hilanglah struktur penguasa yang menzalimi dan menindas masyarakat, hilanglah partai-partai yang menjadi tirani kelompok elit, hilanglah manusia-manusia jahat, koruptor, bajingan tengik dan lainnya. Semua hilang lenyap dengan lenyapnya Indonesia, seperti lenyapnya seketika berbagai penyakit kronis dari orang mati.

79

Page 80: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Namun permasalahannya, jika Republik Indonesia sudah dibubarkan, sudah dihancurkan, mampukah bangsa ini membangun kembali bangsa baru yang benar-benar sesuai dengan kehendak mereka. Karena untuk membangun sebuah bangsa baru dengan sistem, tatanan, struktur dan manusia baru bukanlah perkara mudah, semudah membangun rumah baru diatas reruntuhan rumah lama, atau membangun struktur manajemen baru di atas domisionernya manajemen lama. Karena membangun bangsa baru di atas bangsa lama yang penuh dengan problematika adalah sebuah resiko yang maha besar, tingkat kesulitan yang dahsyat, apalagi kenyataannya saat ini bangsa Indonesia sedang dilanda sakit parah dengan berbagai penyakit kronis yang menyertainya seperti perpecahan, kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, ketertindasan dan sejenisnya yang akan menjadi penghalang besar dalam proses dekontruksi yang diinginkan. Jika sebagian ingin meruntuhkan dan kelompok lainnya ingin mempertahankan atau memisahkan diri sama sekali, maka yang akan terjadi adalah pertumpahan darah, perang saudara yang akan menghancurkan seluruh infrastruktur masyarakat seperti yang terjadi di bekas negara Yugoslavia, dimana tetangga akrab dapat menjadi musuh yang menakutkan. Belum lagi masalah ini akan berhadapan dengan kekuatan-kekuatan solid seperti ABRI-POLRI yang hidup matinya untuk mempertahankan eksistensi RI.

Realitasnya di muka bumi ini belum ada sebuah bangsa modernpun yang berhasil membangun bangsanya kembali dengan teori dekonstruksi yang dikenalkan penganut Post-Modernisme ini. Sementara teori inipun masih diperdebatkan keabsahannya, karena lakhir dari kebingungan, anti kemapanan dan pemberontakan kaum posmo yang hanya ingin meluluh lanttakkan bagian demi bagian tatanan mapan sebagai anti tesa Modernisme yang membelenggu dan menyesatkan, sementara belum memiliki konsep jelas tentang penataan sesudahnya. Mendekonstruksi sebuah bangsa tidaklah semudah mendekonstruksi bangunan yang tidak menyangkut keinginan banyak manusia, banyak pendapat, banyak kehendak, banyak nafsu, banyak ide dan lainnya.

Bagi orang yang pesimis, proses dekonstruksi Indonesia sama artinya dengan keputusan sumbang seorang dokter yang sudah putus asa dengan penyakit yang diderita pasiennya. Saking bingung dan putus asanya, dia beranggapan hanya dengan menyuntik mati pasien inilah jalan terbaik untuk mengakhiri penderitaannya. Memang benar semua penyakit hilang, bersamaan dengan kematiannya. Namun untuk menghidupkan sesuatu yang sudah mati tentu lebih susah daripada menyembuhkan penyakit orang yang masih hidup. Dengan demikian, gerakan yang akan mendekonstruksi Indonesia sangat berbahaya bagi bangsa Indonesia, dan jauh lebih berbahaya dari gerakan PKI yang telah menghancurkan Indonesia. Karena tidak ada jaminan setelah bubarnya Indonesia sebagai negara dan bangsa yang telah menyatukan suku-suku dan agama, menyatukan begitu banyak kepentingan, akan dapat dibangun kembali sebuah bangsa baru. Kenyataannya, bubarnya sebuah negara-bangsa akan melakhirkan negara

80

Page 81: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

suku-negara suku yang kecil dan lemah seperti yang telah menimpa Yugoslavia ataupun Uni Soviet. Bahkan lebih jauh strategi pendekonstruksian bangsa ini dapat dicurigai sebagai salah satu upaya kekuatan asing untuk menghancurkan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang besar dan memiliki 220 juta penduduk, negara no 4 terbesar di dunia, dan negara Muslim terbesar di dunia.

Jadi dengan demikian jelaslah bahwa teori dekonstruksi bangsa yang diajukan para pendukungnya untuk membangun kembali bangsa Indonesia yang kuat, berdaulat dan bermartabat, adalah sangat lemah, khayal dan tidak sesuai dengan realitas bangsa Indonesia sebenarnya. Bahkan dengan cara seperti ini Indonesia akan terkubur selamanya dan akan terpecah belah menjadi negara-negara suku kecil yang tidak berdaya. Cara seperti tidak akan pernah mengantarkan bangsa kepada perbaikan, tetapi akan lebih cepat mengantarkannya menuju kehancuran total, sebagai mana suntikan mati sang dokter yang sudah kehabisan akal untuk menyembuhkan pasiennya !!!.

Mempertahankan Cara Penyelesaian Saat Ini? Jadi jika cara-cara progresif dan dinamis, baik reformasi, revolusi ataupun dekonstruksi tidak akan dapat menyelesaikan permasalahan bangsa ini, lalu cara apakah yang akan dipilih. Apakah bangsa ini harus tetap mempertahankan cara-cara penyelesaian konservatif yang dijalankan para pemimpinnya saat ini, sebagaimana yang diajukan dan dijalankan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono? Sementara kita menyaksikan dengan penuh ketakutan dan kecemasan, apa yang dilaksanakan pemerintah saat ini belum kelihatan tanda-tanda perbaikannya, bahkan tidak jelas platformnya. Yang pasti kelihatan adalah keadaan politik yang semakin memanas akibat adanya persaingan pengaruh SBY dengan Wapres Jusuf Kalla sebagaimana disinyalir banyak pihak. Bahkan tokoh-tokoh politik dengan lantang menyatakan SBY adalah Susilo Bawahan Yusuf akibat kuatnya pengaruh Jusuf Kalla terhadap SBY. Sementara pemberantasan KKN, penegakan hukum dan HAM yang tidak menentu, masyarakat yang semakin susah dengan kenaikan BBM, investor yang tidak kunjung datang, keamanan yang belum pulih benar, yang akhirnya menyulitkan pemerintah untuk mengatasi krisis moneter yang berlarut-larut. Pada saat yang sama dunia telah menobatkan bangsa ini sebagai negara paling terkorup di Asia !!!. Akhirnya semua ini akan mempertegas bahwa bahwa pada saat ini bangsa Indonesia benar-benar berada di ujung jurang kehancuran dan kebangkrutan sebagaimana disinyalir banyak pemimpin dan intelektual kita seperti Hariman Siregar, Adnan Buyung sampai Syafie Maarif dan lainnya.

Dengan bertambah suram dan tidak menentunya keadaan bangsa saat ini, maka hal ini menjadi bukti nyata bahwa pemerintahan SBY-JK belum berhasil menemukan formula tepat untuk mengatasi krisis multi dimensi yang diderita bangsa. Konsep penyelesaian yang diajukan dan dijalankan selama ini, yang semuanya masih dalam koridor tekanan dan kebijakan IMF,

81

Page 82: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

adalah konsep penyelesaian yang rancu, tidak mengena dan yang terpenting sangat asing bagi bangsa Indonesia. Sementara dunia sangat faham bahwa IMF, World Bank dan institusi sejenisnya adalah Imprialis dan Kolonialis baru yang hanya hanya menjajah, memeras dan menghisap bangsa yang bekerjasama dengannya, itulah sebabnya Malaysia menendang IMF dan konco-konconya yang hanya semakin menyusahkan. Maka jika kebijakan-kebijakan seperti ini, kebijakan-kebijakan yang gamang, tidak jelas dan menyesatkan serta jauh dari tradisi bangsa terus dijalankan, maka tidak diragukan Indonesia akan menuju kebangkrutan total.

Dengan keadaannya seperti ini, pemerintah sudah saatnya mencari penyelesaian yang realistis sesuai dengan kebutuhan dan tradisi bangsanya yang kaya dengan berbagai bentuk peradaban dan budaya. Dan sudah waktunya lepas dari pemikiran-pemikiran sekuler budaya Barat yang dibawa oleh Imprialis dan Kolonialis baru seperti IMF, World Bank dan para konsultan asing yang senantiasa menambah runyamnya permasalahan yang dihadapi bangsa. Semua konsep mereka yang berakar pada tradisi sekuler masyarakat Barat tidak akan pernah mendatangkan manfaat kepada bangsa Indonesia yang memiliki tradisi dan kebudayaan sendiri. Maka konsep penyelesaian yang diajukan pemerintah saat ini yang masih mengacu pada konsep penyelesaian sekuler Barat, harus di buang jauh-jauh apapun nama dan bentuknya.

Mencari Metode AlternatifNamun demikian bagaimanapun keadaannya bangsa ini harus

diselamatkan dari kehancurannya, permasalahannya harus diselesaikan, penyakitnya perlu diobati dengan cara-cara yang sesuai dengan realitas dan tradisi bangsa Indonesia. Untuk menyelamatkan bangsa dan negara diperlukan sebuah gerakan dinamis, terarah dan konstan, namun bukan gerakan revolusi yang diserukan manusia tak beragama dan bermoral rendah, ataupun gerakan dekonstruksi yang dilakukan manusia-manusia bingung dan panik, ataupun gerakan reformasi yang tunduk kepada kekuatan asing, tapi gerakan ini adalah gerakan perubahan dan perombakan mendasar dan radikal pada elemen-elemen paling fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Gerakan perubahan dan perombakan mendasar pada masalah-masalah utama yang telah menjadikan bangsa dan negara terpuruk ke dalam lembah keterbelakangan.

Maka sebelum mencari bentuk dan model gerakan, perlu diketahui terlebih dahulu permasalah utama yang dihadapi bangsa Indonesia. Apakah permasalahan fundamental bangsa ini terletak pada para pemimpinnya, sehingga pemimpinnya perlu ditumbangkan. Ataukah permasalahan bangsa ini terletak pada manusia-manusia bangsa Indonesia, sehingga perlu diganti dengan manusia-manusia lainnya. Ataukah permasalahan utamanya terletak pada sistemnya sehingga sistemnya perlu diganti. Sama halnya, dengan seorang dokter, sebelum mengambil langkah pengobatan, tentu perlu diketahui terlebih dahulu sumber utama penyakit si penderita dengan

82

Page 83: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

berbagai tes di laboratorium. Setelah diketahui dengan pasti penyakitnya, baru dicari cara terbaik pengobatannya, apakah hanya dengan di suntik saja atau memerlukan operasi. Setelah itu perlu dirawat sehingga sehat dan dapat hidup normal seperti sediakala. Demikian pula halnya dengan bangsa Indonesia, setelah diketahui dengan pasti sumber utama segala permasalahannya, dicari penyelesaiannya, merawatnya tahap demi tahap sampai bangsa bangkit normal dan membangun sebagai bangsa yang berdaulat, bermartabat dan maju yang akan menciptakan keadilan, keamanan dan kemakmuran kepada semua penduduknya tanpa pandang bulu.

BAB III MEMAHAMI AKAR KRISIS INDONESIA

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apapun, niscaya akan mendapat balasannya,Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apapun, niscaya akan mendapat balasannya.

Al-Zalzalah : 7-8

Sejak memproklamirkan kemerdekaannya pada tahun 1945, bangsa Indonesia belum pernah menjadi sebuah bangsa besar yang maju, berdaulat, bermartabat dan dapat menciptakan keadilan dan kemakmuran kepada seluruh komponen masyarakatnya dalam arti sebenarnya sebagaimana di cita-citakannya. Silih bergantinya rezim penguasa dengan berbagai bentuk kebijakannya tidak pernah mendorong ataupun mendekatkan bangsa Indonesia kepada cita-cita luhurnya. Bahkan para penguasa yang diberikan amanah rakyat untuk memimpin mereka selama ini telah memberikan kontribusi besar dalam menimbulkan krisis demi krisis yang berkepanjangan, baik secara langsung maupun tidak dengan kebijakan yang dijalankannya. Padahal Indonesia adalah bangsa yang besar, memiliki kekayaan alam yang luar biasa banyaknya, memiliki lautan terbentang luas, alam yang subur, bahkan telah berhasil melakhirkan para konglomerat dunia. Namun ironisnya, semua itu tidak dapat mendorong bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dan maju.

83

Page 84: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Sehubungan dengan keadaan bangsa Indonesia, Prof. Gunawan menulis : Sejak jatuhnya Soeharto pada 1998, perekonomian Indonesia semakin hancur. Pada APBN 2001 terlihat bahwa defisit anggaran sebesar Rp.53 triliun dan hutang jatuh tempo sebesar 200 milyar USD (2.000 triliun rupiah). Hal ini baru dapat lunas dalam tempo 125 tahun (2 generasi) (2.000 triliun/16 triliun pertahun). Daya saing Indonesia terletak pada urutan ke 103, 1 score di atas Vietnam (104)...... Demikian pula terjadi pada perusahaan-perusahaan nasional yang menyebabkan pengangguran mencapai lebih dari 30 juta orang. Impor beras sebesar 2 juta ton/tahun (no.1 di dunia), 1 juta ton kedelai, 1 juta ton jagung dan 4,5 juta ton gandum. Sampai hari ini rata-rata income per-capita penduduk Indonesia sebesar U$ 2 perhari atau +U$ 600 per tahun, jadi termasuk salah satu negara termiskin di dunia (masih jauh dibandingkan standar PBB untuk negara miskin yaitu < U$ 760 per tahun). Sementara HRD juga sangat terpuruk dimana HDI hanya pada urutan 109, satu skor di atas Vietnam 110, sedangkan Jepang no. 4, Singapura no.22, Brunei 25, Malaysia 56, Thailand 67 dan Filipina 77. ...... Tiga tahun kedepan anggaran keuangan masih defisit dan masih memerlukan pinzaman rata-rata U$ 3,4 milyar per tahunnya. Untuk tahun 2004, defisit APBN mencapai Rp. 31,82 triliun ditambah dana rekonstruksi Aceh lebih dari Rp. 10 triliun akibat tsunami. Data menunjukkan utang luar negeri Indonesia belum banyak mengalami perubahan, yaitu tahun 1998 sebesar U$ 140 milyar, tahun 2000 sebesar U$ 144 milyar, tahun 2001 sebesar U$ 125 milyar, tahun 2002 sebesar U$ 131 dan tahun 2003 sebesar U$ 132,9 miliar. (Perubahan Menuju Indonesia Baru, Syahrial Yusuf dkk)

Pemerintahan yang dipimpin SBY-JK, yang pemilihannya dilakukan secara langsung oleh rakyatpun belum mampu mengubah keadaan yang sudah demikian parahnya ini. Walaupun SBY-JK telah mencanangkan program 100 hari pemerintahannya, namun sejauh ini tetap tidak dapat memberikan solusi jenius dan strategis kepada bangsa Indonesia agar dapat keluar dari krisis multi dimensi. Bahkan pemerintahan SBY-JK mendapat pekerjaan tambahan yang maha berat dengan terjadinya bencana-bencana dahsyat seperti tsunami dan gempa di Aceh dan Sumut yang memecah konsentrasi dan sumber daya pemerintahannya. Kelemahan dan ketidaksiapan SBY-JK beserta jajarannya dalam menangani bencana, terutama tsunami di Aceh, telah meyakinkan masyarakat akan ketidakmampuan pemerintahannya yang belum solid, terutama pergesekan antara pendukung SBY dengan pendukung JK yang dilapangan kelihatan sekali berkompetisi menguasai jabatan-jabatan strategis, terutama setelah JK berhasil menjadi Ketua Umum Partai Golkar. Keadaan ini menambah lemahnya birokrasi pemerintah, yang pasti akan menimbulkan dampak buruk pada manajemen pemerintahan. Puncak kelemahan pemerintahan SBY-JK benar-benar terlihat ketika dengan semena-mena menaikkan harga BBM tanpa persetujuan DPR, yang akibatnya rakyat bertambah menderita dengan melambungnya harga-harga, terutama harga kebutuhan pokok masyarakat. Kenaikan BBM pasti akan menambah jumlah rakyat miskin, yang artinya cita-cita pemerintahan SBY-JK untuk

84

Page 85: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

mensejahterakan rakyatnya, sebagaimana menjadi janjinya ketika berkampanye dahulu, telah mengalami kegagalan.

Maka tidak diragukan, kondisi Indonesia para era pemerintahan SBY-JK saat ini sama saja dengan pemerintahan para pendahulunya, bangsa yang memiliki tingkat kemiskinan besar, pengangguran tinggi, pelayanan kesehatan terendah, tingkat kematian yang tinggi, keterbelakangan pendidikan, hutang luar negeri yang besar, sementara pendapatan dalam negeri yang rendah. Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, tingkat perekonomian Indonesia, yang dilihat dari pendapatan kotor perkapita adalah yang terendah di antara negara-negara Asean. Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, dengan Malaysia misalnya, Indonesia masih jauh terbelakang dalam semua hal, padahal sebelumnya Malaysia banyak meminta bantuan Indonesia dalam pengembangan SDM-nya terdahulu. Sementara dalam bidang SDM, Indonesia ketinggalan satu generasi dengan Malaysia yang telah menempatkan bangsanya sebagai salah satu negara industri baru. Krisis moneter yang menimpa Indonesia di era Soeharto telah membawa dampak luar biasa terhadap kehidupan masyarakat, namun ironisnya tidak mampu diselesaikan oleh pemerintahan sesudahnya, sementara keadaan ini diperkeruh dengan suasana politik yang senantiasa bergejolak dan panas serta kondisi keamanan yang belum stabil, dimana semua ini menjadi alasan utama untuk hengkangnya para investor asing yang menambah suramnya perekonomian Indonesia.

Apakah penyebab keterbelakangan ini karena pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia yang dihormati dunia seperti Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati ataupun SBY tidak memiliki kemampuan untuk mengantarkan bangsa Indonesia menuju cita-citanya. Padahal mereka dianggap putra-putra terbaik yang dipilih sah MPR ataupun langsung oleh rakyat untuk menjadi pengemudi bangsa menuju tujuannya dan mereka didukung oleh pembantu-pembantu terbaik dari kalangan bangsa. Apakah karena bangsa Indonesia kekurangan dana untuk membangun teknologi dan peradaban, namun kenyataannya Indonesia adalah negara besar yang kaya raya dengan sumber daya alam, bahkan telah mengantarkan beberapa konglomerat menjadi orang terkaya di dunia. Jika permasalahannya terletak pada SDM bangsa Indonesia, kenapa SDM kita terbelakang, padahal bangsa ini memiliki lembaga pendidikan dan perguruan tinggi yang banyak dan modern disamping itu bangsa Indonesia memiliki putra-putra terbaik yang memiliki kemampuan memimpin bangsa dengan berbagai spesialisasi pengetahuannya. Jika permasalahannya pada karakter masyarakat, bukankah sebelumnya bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa besar yang memiliki peradaban dan kebudayaan yang mengagumkan dunia, terkenal sebagai pedagang-pedagang ulung yang telah membangun kerajaan-kerajaan besar yang disegani sebelum kemerdekaan. Dari segi kemampuan, bangsa Indonesia tidak kalah dengan bangsa-bangsa lainnya, hal ini dibuktikan dengan kemampuan mereka menjadi mahasiswa terbaik di pusat-pusat pendidikan dunia, baik di Eropa, Amerika, Jepang ataupun Timur Tengah. Dari

85

Page 86: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

segi potensi, bangsa Indonesia memiliki semua prasyarat dan potensi yang dimiliki bangsa-bangsa lain untuk menggapai masyarakat maju.

Tapi kenapa bangsa Indonesia menjadi seperti saat ini, bangsa yang tidak memiliki kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Kecerdasan para pemimpin dan cendekiawan terbaik bangsa seakan tumpul tidak mampu memberikan solusi terhadap krisis yang dihadapi, bahkan solusi yang dikemukakan diantaranya justru menambah permasalahan-permasalahan baru yang semakin kompleks. Reformasi bidang politik terdahulu misalnya yang memberi kebebasan untuk mendirikan partai politik telah menimbulkan permasalahan baru pada bangsa Indonesia dengan terpecah belahnya masyarakat menjadi berbagai golongan yang fanatik dengan partainya masing-masing. Bahkan persaingan politik di tingkat elit telah memunculkan konflik horizontal di kalangan masyarakat bawah, seperti kasus perkelahian antara pengikut PPP dengan PKB yang notabene adalah Muslim dan sama-sama NU, ataupun pengrusakan fasilitas sosial dan pendidikan milik Muhammadiyah di Jawa Timur oleh pengikut fanatik Gus Dur karena Amien Rais dianggap bertanggung jawab melengserkan Gus Dur. Reformasi sistem pemerintahan dengan diterapkannya otonomi daerah telah melakhirkan gerakan-gerakan sparatis yang ingin memisahkan diri dari NKRI, atau munculnya raja-raja kecil yang sok berkuasa atas nama putra daerah dan berhak melakukan kejahatan korupsi sebagaimana yang terjadi pada beberapa Bupati ataupun anggota DPRD yang akhirnya menjadi terdakwa. Reformasi sistem pendidikan nasional yang menerapkan sistem de-sentralisasi, otonomi dan berbasis kompetensi telah melambungkan biaya pendidikan, sehingga hanya yang mampu membayar biaya pendidikan saja yang akan memperoleh pendidikan, sementara negara-negara maju dan berkembang lainnya memberikan pendidikan gratis kepada masyarakatnya.

Sementara gerakan reformasi yang telah melengserkan Soeharto dan diharapkan mampu merubah keadaan serta dapat mengantarkan bangsa menuju Indonesia Baru yang adil makmur, semakin redup gaungnya, bahkan kandas di tengah jalan dengan berbagai permasalahan yang dihadapinya sebagaimana dikemukakan terdahulu. Pemerintahan SBY-JK yang dipilih secara langsung oleh rakyatpun belum mampu memberikan solusi strategis bagaimana menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bangsa, bahkan pemerintah saat ini seakan-akan sedang berjalan pasti menuju seperti model pemerintahan para pendahulunya yang oleh Amien Rais terdahulu disebut sebagai bergundalisme , sistem pemerintahan yang didukung oleh kroni-kroni di kalangan mereka. Para politisi sepertinya sudah kehilangan akal sehat dan hati nurani sehingga yang menjadi tujuan utama mereka adalah semata-mata mengejar kekuasaan, meraih kedudukan dengan cara apapun, bahkan dengan melanggar moral dan etika sekalipun. Korupsi sudah menjalar ke mana-mana, termasuk lembaga terhormat Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang seharusnya memberikan contoh dalam proses demokratisasi di Indonesia. Bagaimana mungkin rakyat akan percaya dengan kredibilitas pemerintah jika para penyelenggaranya terlibat perbuatan biadab yang merugikan bangsa dan

86

Page 87: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

negara, sementara mereka adalah orang-orang cerdik pandai bangsa ini yang sebagiannya adalah para pendidik yang bergelar Profesor ataupun Doktor.

Terhadap tuntutan penegakan hukum yang diperjuangkan gerakan reformasi, kelihatannya pemerintahan SBY-JK belum terlalu serius untuk menanganinya, terutama terhadap pengadilan mantan presiden RI Soeharto. Bahkan pemerintah telah menawarkan pengampunan terhadap Soeharto sebelum pengadilan memutuskan apakah dia bersalah ataupun tidak. Masyarakat akan melihat pemerintah tidak serius dalam menangani masalah ini, bahkan terkesan takut kepada Soeharto yang memang masih memiliki kekuatan. Demikian pula terhadap beberapa pelanggaran HAM, baik kasus Tanjung Priok, Semanggi sampai penindakan terhadap konglomerat hitam dan lainnya belum dapat ditangani dengan serius, sehingga mengecewakan para penggerak reformasi, terutama mahasiswa, yang ditandai dengan kembali turunnya mereka berdemonstrasi dalam memperingati tujuh tahun lengsernya Soeharto pada 21 Mei 2005 lalu. Sementara terhadap ustadz Abu Bakar Ba'asyir sepertinya pemerintah kelewat tegas dan mencari-cari alasan untuk tetap menahannya tanpa alasan yang kuat, kecuali atas tekanan pemerintah AS sebagaimana dinyatakan banyak fihak. Ketidaktegasan pemerintahan SBY-JK dalam menegakkan supremasi hukum dan pilih kasihnya dalam mengadili seseorang akan memperburuk citranya dihadapan rakyat, dan tentu hal ini akan menjadikan alasan bagi Allah SWT untuk menurunkan azab yang lebih dahsyat dari tsunami yang menghancurkan Aceh.

Di kalangan kaum muslimin sendiri, yang menjadi mayoritas dan pilar bangsa Indonesia, terjadi berbagai bentuk krisis dan penyakit yang menambah lemahnya bangsa Indonesia, terutama perpecahan dan ketidakkompakan mereka dalam memandang permasalahan bangsa. Pertikaian yang tak kunjung akhir antara Gus Dur dengan Para Kiyai sepuh NU, baik dalam masalah Organisasi NU ataupun PKB telah memberikan citra kurang baik kepada tokoh-tokoh gerakan alim ulama tersebut, terutama pernyataan-pernyataan Gus Dur atau para pengikutnya yang dianggap kurang pantas (tidak akhlaqul karimah). Demikian pula kasus-kasus terorisme yang didakwakan kepada beberapa tokoh Islam telah memberikan citra buruk kepada kaum muslimin, padahal yang didakwakan tidak mengerti pasti tuduhan kepadanya, kecuali sebuah rekayasa dan skandal negara-negara Barat yang bermaksud memperburuk citra Islam. Akibat isu terorisme yang berlebihan, para investor enggan datang dan ironisnya masyarakat mulai antipati pada pesantren yang merupakan pendidikan alternatif. Apa sebenarnya yang terjadi dengan bangsa ini, sehingga penyakit yang dideritanya sedemikian parah, permasalahan yang menerpanya sangat kompleks seperti tidak berujung pangkal. Ke arah manapun pandangan ditujukan, maka di sana akan ditemukan ketidakberesan, penyakit-penyakit membahayakan yang akan mengakhiri riwayat bangsa Indonesia.

Dimana sebenarnya letak permasalahan utama dan fundamental bangsa Indonesia sehingga mengalami nasib tragis seperti dalam lingkaran setan yang tak berujung pangkal dan menimbulkan keputusasaan,

87

Page 88: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kekecewaan, kemarahan dan keteracuhan. Kenapa bangsa Indonesia tidak bisa menyelesaikan permasalahannya dengan cepat dan bererak maju seperti bangsa Malaysia atau Singapura misalnya, atau seperti bangsa Korea, Jepang dan lainnya. Jika alasannya jumlah penduduk terlalu besar, kenapa kita tidak bisa seperti Cina yang dapat maju dengan jumlah penduduk lebih satu milyar. Dari masa ke masa bangsa Indonesia sepertinya tetap berkutat dengan permasalahan fundamental seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, ketidakadilan, dan sejenisnya yang tak kunjung teratasi dari satu rezim ke rezim selanjutnya, yang pada akhirnya bangsa ini seperti diam di tempat sebagai bangsa berkembang, atau bahkan terbelakang yang di masa depan akan tergilas arus globalisasi yang tak terbendungkan.

Permasalahan Fundamental Bangsa Indonesia : Sebuah Analisis Islami

Untuk mengetahui dan memahami problematika yang dihadapi bangsa Indonesia, telah banyak dikemukakan berbagai bentuk analisis, teori dan penyelesaiannya, baik oleh para cendekiawan, politisi, ekonom, ulama sampai kepada konsultan asing yang dibayar mahal. Pasca gerakan reformasi, pemerintahan Habibie dengan kebijakannya tumbang, digantikan dengan pemerintahan Gus Dur dengan strategi yang dijalankannya sampai dijatuhkan gerakan reformasi yang mengangkatnya, kemudian digantikan Megawati dengan konsep yang diajukannya, dan akhirnya SBY-JK terpilih secara langsung oleh rakyat yang mengajukan konsep penyelesaian, namun sejauh ini belum ada kelihatan tanda-tanda perbaikan terhadap bangsa ini. Terapi-terapi yang diberikan selama ini, baik dari putra bangsa ataupun konsultan luar, baik dari IMF, World Bank dan lainnya belum menampakkan hasil yang maksimal dalam mengatasi problematika yang dihadapi bangsa. Melihat ketidakpastian ini, maka konsep dan metode apakah yang paling tepat dan terpercaya yang dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan bangsa ini, dan sekaligus dapat memberikan jalan keluar terbaik.

Berbagai bentuk analisis dan metode telah diajukan oleh para putra terbaik bangsa, baik yang mengambil pendekatan nasionalis, kekirian, sekuler, gabungan dan lainnya. Ada yang menganalisis dari sudut pandang ekonomi, sosial, politik, pendidikan sampai kepada pertahanan dan keamanan. Yang pasti bahwa krisis yang menerpa bangsa Indonesia saat ini telah menjadi krisis multi dimensi sebagaimana telah menjadi kesepakatan semua fihak, yang memerlukan penanganan secara menyeluruh dan terpadu. Sebagai salah satu alternatif, maka sesuatu yang wajar jika problematika yang dihadapi bangsa Indonesia dianalisis dari sudut pandang Islam, karena 90 % penduduk Indonesia menganut agama ini disamping Islam adalah ajaran keselamatan yang diturunkan untuk seluruh umat manusia sebagai rahmat dan kasih saying Allah Sang Pencipta. Diharapkan dengan pendekatan yang Islami akan diketahui masalah fundamental bangsa ini yang sebenarnya dan bagaimana jalan keluarnya.

88

Page 89: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Mengambil filsafat Qur’ani, masyarakat dan tatanannya diumpamakan seperti sebuah pohon (QS 48:29). Pohon yang baik adalah pohon yang terhunjam akarnya ke tanah, memiliki batang yang kuat dengan ranting-rantingnya yang banyak, memiliki daun lebat dan menghasilkan buah yang manis dan senantiasa menyenangkan para penanamnya (QS 14:24-25). Sebaliknya pohon yang buruk adalah pohon yang tidak berakar, batangnya lemah, tidak berbuah dan menyusahkan penanamnya (QS 14: 26). Setiap pohon, yang baik maupun yang buruk memiliki jenis spesies dengan rumpunnya masing-masing. Pohon yang baik seperti pohon mangga, durian, kedondong, rambutan dan sejenisnya yang menjadi kesukaan para petani untuk menanamnya karena berbuah setiap tahunnya, adapun pohon yang buruk seperti pohon beringin yang lebat, seram, akarnya di atas batang, memiliki buah yang busuk dan menyeramkan yang melihatnya.

Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, manis dan enak rasanya, demikian pula masyarakat yang baik akan menghasilkan pribadi-pribadi unggul yang membangun peradaban dan menjadi mercusuar umat manusia dengan segala keutamaan yang mereka miliki. Di dalam al-Qur’an dan sejarah kemanusian telah mencatat kehadiran sekumpulan masyarakat utama dan unggul yang dipimpin Nabi Muhammad saw dengan segala keutamannya. Mereka adalah generasi terbaik umat manusia yang kehidupannya penuh dengan keagungan, cita-citanya hanya menegakkan kebenaran, keadilan dan kedamaian, sehingga pantas mereka dijuluki sebagai masyarakat terunggul (khairo ummah) oleh Sang Pencipta. Masyarakat unggul ini tidak hadir dengan sendirinya, namun melalui sebuah proses pendidikan dan pembinaan terus menerus oleh seorang Guru Agung, Muhammad Rasulullah saw, menggunakan sebuah sistem tertinggi dan terunggul yang sempurna yaitu sistem ISLAM. Dengan demikian tidak diragukan bahwa masyarakat unggul dan utama hanya dapat lakhir dari sebuah sistem yang unggul dan utama pula. Namun sebaliknya masyarakat yang rusak akan menghasilkan pribadi-pribadi yang rusak dan jahat, yang akan saling memerangi dan menghancurkan sesamanya. Dan pasti kerusakan dan kejahatan masyarakat bersumber dari kerusakan sistem yang diterapkan, karena sistem inilah yang akan menjadikan pribadi dan masyarakat menjadi baik atau buruk. Itulah sebabnya Allah, Sang Pencipta Yang Maha Agung lagi Maha Besar, setelah menciptakan manusia, tidak dibiarkannya manusia hidup tanpa aturan, sistem atau petunjuk, namun Dia Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang senantiasa menurunkan petunjuk-Nya, sistem-Nya, aturan-Nya kepada semua umat manusia melalui perantaraan para Nabi dan Rasul-Nya. Sejak zaman Nabi Adam as sampai Ibrahim as, Musa as, Isa as dan Nabi dan Rasul terakhir, Muhammad saw.

Jadi jelaslah bahwa masyarakat utama dan unggul hanya dapat lakhir dari sebuah sistem yang unggul dan utama pula, sebagaimana proses kelakhiran masyarakat utama yang dipimpin Muhammad saw di Madinah. Sebelumnya mereka adalah masyarakat jahiliyah, yaitu masyarakat yang terbelakang, tertinggal, terpecah belah, menyembah tuhan-tuhan palsu dan

89

Page 90: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

takluk kepada kekuatan besar Romawi. Mereka mempunyai para pepimpin dan cendekiawan dengan pemikiran dan teorinya, namun kenyataannya mereka tidak dapat berbuat apa-apa untuk memajukan masyarakatnya, sampailah Allah Yang Maha Besar menurunkan Nabi dan Rasul-Nya, Muhammad saw yang membawa ajaran Islam dari Sang Pencipta dengan seperangkat sistemnya, baik dalam keyakinan, moral, peribadatan, hubungan sosial, hukum, ekonomi dan tatanan masyarakat, serta seperangkat sistem lainnya. Dengan sistem Islam inilah kemudian masyarakat jahiliyah Arab bangkit dengan tahapan-tahapannya yang unik menjadi masyarakat baru yang berpegang teguh kepada sistem Islam yang akhirnya sejarah mencatat mereka sebagai masyarakat utama yang menjadi mercusuar peradaban manusia. Jadi masyarakat utama ini terbentuk bukan oleh sebuah sistem yang diciptakan sendiri untuk masyarakat mereka, namun sistem itu sudah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka berupa wahyu Allah dalam al-Qur’an dan sabda Nabi Muhammad dalam al-Sunnah, dan mereka tinggal melaksanakannya. Dan masyarakat utama ini melaksanakan sistem Allah dan Rasul-Nya sebagaimana seorang prajurit setia yang melaksanakan perintah dari jendral tertinggi mereka dengan penuh kepatuhan, ketundukan dan ketaatan. Sikap inilah yang mengantarkan mereka sebagai masyarakat utama yang dikagumi dunia, dan berbeda dengan masyarakat yang menyatakan dirinya Muslim saat ini, namun dalam kehidupan meninggalkan sistem dari Allah dan Rasul-Nya dan menerapkan sistem hidup yang bertentangan dengan sistem Islam yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya, yang pada akhirnya mengantarkan mereka kepada keterbelakanagan dan ketertinggalan seperti saat ini.

Demikian pula halnya dengan masyarakat yang tumbuh dalam dunia modern saat ini, dimana sistem hidupnya direkayasa oleh para pemikir dan cendekiawan mereka, dengan segala keterbatasan pengetahuannya sebagai manusia, kemudian mereka menamakan sistem mereka dengan berbagai nama, seperti Sosialisme, Komonisme, Marxisme, Kapitalisme, Liberalisme, Nasionalisme, Nazisme, dan lainnya. Dimana semua sistem ini lakhir dari akar yang sama, yaitu sekulerisme, faham yang menolak keberadaan dan peranan Tuhan dalam kehidupan manusia akibat kelakuan sumbang para pemuka Kristen di Barat. Dengan sistem inilah kemudian masyarakat Barat bangkit sehingga jadi masyarakat modern yang mengagumkan, terutama pengetahuan dan teknologinya seperti yang kita saksikan saat ini. Akibat kemajuan tersebut ataupun penjajahan dan imprialisme, kemudian sistem hidup ini di ekspor ke dunia terbelakang. Kemudian para pemimpin dan cendekiawan mereka, meniru kelakuan manusia Barat dengan menciptakan sistem-sistem yang beraneka ragam bentuk dan namanya. Sistem ini telah melakhirkan masyarakat yang penuh dengan konflik dan dilemma sebagaimana yang kita saksikan pada masyarakat Barat saat ini. Masyarakat manusia, namun perilaku mereka tidak ubahnya seperti binatang yang mengagungkan rasio, memperturutkan hawa nafsu dan mengeksploitasi kehendak rendah manusia sesat. Manusia yang berlomba-lomba menciptakan

90

Page 91: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

pengetahuan dan teknologi untuk menurutkan kehendak jahat nafsunya, akhirnya teknologi yang diciptakan menjadi alat penghancur kehidupan manusia dan lingkungannya. Dengan alasan kemanusian, demokratisasi dan sejenisnya mereka dapat membunuh dan memerangi sebuah masyarakat dan dengan ringannya memusnahkan peradaban manusia sebagaimana yang dilakukan Amerika dan sekutu-sekutunya di Afghanistan maupun Iraq. Sistem yang diciptakan para pemimpin dan cendekiawan Barat kemudian diterapkan dan ditiru dunia, dan kini telah melakhirkan sekumpulan manusia yang justru membahayakan kehidupan mereka dan lingkungannya. Sistem yang buruk pasti akan melakhirkan masyarakat yang buruk pula. Sistem yang rancu akan melakhirkan masyarakat rancu yang tidak memiliki arah dan tujuan hidup kecuali untuk menurutkan hawa nafsu yang rendah dan hina seperti binatang.

Mungkin ada yang menolak anggapan bahwa rusaknya masyarakat akibat dari kegagalan dan kerancuan sistem sebagimana dikemukakan di atas, dan mereka beranggapan bahwa semua kerusakan masyarakat bersumber dari manusia itu sendiri. Memang pendapat ini benar adanya, bahwa sumber kerusakan di muka bumi ini sebenarnya manusia, sebagaimana al-Qur’anpun telah menyatakannya : Telah nyata kerusakan di daratan dan di lautan akibat perbuatan manusia. Memang benar, manusialah yang menjadi biang kerok kerusakan di seluruh sektor kehidupan saat ini, karena tidak mungkin binatang, alam, pohon, hutan, laut dan lainnya menjadi sumber kerusakan jika tidak didahului oleh perbuatan manusia. Manusia yang menebang hutan semena-mena, kemudian timbul banjir dan tanah longsor yang menimbulkan kerusakan. Nah kini permasalahannya, kenapa manusia menjadi sumber kerusakan di muka bumi ? Bukankah manusia lakhir tidak mengetahui apa-apa, baik dan buruk, benar salah diketahuinya dari lingkungan sekitarnya, dari pendidikan yang diterimanya, dari pengetahuan yang dipelajarinya, dari keadaan masyarakat yang mengelilinginya, dengan kata lainnya dari sistem yang mengatur kehidupannya. Jika manusia lakhir, tumbuh dan besar dalam sebuah lingkungan sistem yang benar maka tentu dia akan menjadi manusia yang benar, dan sebaliknya jika dalam lingkungan sistem yang buruk dan rancu pasti dia akan menjadi manusia rancu dan jahat. Kemudian manusia-manusia ini bersatu membentuk masyarakat sesuai dengan sistem yang dianutnya yang akan menentukan baik dan buruknya mereka kemudian.

Masyarakat Muslim yang terbiasa dengan sistem hidup Islami di negaranya pasti akan mempengaruhi kelakuannya, demikian pula masyarakat Barat sekuler akan dipengaruhi oleh sistem yang dianutnya. Masyarakat Muslim akan menganggap hina orang yang berciuman dan berbuat mesum dan kelakuan sejenisnya di tengah keramaian, namun hal itu biasa di Barat. Walaupun sama-sama manusia dan masyarakat, tentu berbeda antara masyarakat Muslim dan Barat akibat perbedaan sistem yang mereka terapkan dalam menata kehidupan mereka. Orang Barat yang hidup dalam sistem Islami akan berkelakuan seperti Muslim dan bukannya berkelakuan ala Barat, walaupun mereka orang Barat, karena sistem mengharuskannya demikian.

91

Page 92: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Demikian pula manusia jahat yang hidup dalam sebuah sistem yang baik, akan menjadi manusia baik akibat batasan, tekanan, ancaman ataupun hukuman dari sistem tersebut yang akan memaksanya menjadi baik. Dengan demikian sistem hiduplah yang berpengaruh besar pada proses baik dan buruknya manusia dan masyarakat. Jika sebuah sistem baik, maka pasti akan melakhirkan masyarakat baik.

Maka jika mengambil perumpamaan filsafat Qur’ani di atas yang mengumpamakan sebuah masyarakat dengan sebuah pohon, maka pohon jenis apakah bangsa Indonesia saat ini ? Dari spesies dan rumpun manakah tatanan masyarakatnya ? Apakah jenis tatanan masyarakat sosialis, masyarakat kapitalis, masyarakat Islam atau apa ? Karena hal ini sangat penting untuk mengetahui inti permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia, terutama untuk mengetahui kerancuan-kerancuan yang mungkin ada, yang akan menimbulkan kesesatan dan kebingungan para penganutnya. Dengan diketahuinya jenis tatanan masyarakat Indonesia, maka akan mudah pula diketahui obat mujarab yang dibutuhkan masyarakatnya. Adalah penting mengetahui tatanan masyarakat Indonesia karena sejak beberapa abad lalu telah berkembang berbagai bentuk sistem dan ideologi yang membangun tatanan nilai dan masyarakat sebagaimana dinyatakan terdahulu. Maka ada istilah masyarakat dengan negara Sosialisme-Komonisme di Uni Soviet, masyarakat dan negara Kapitalisme di Amerika, masyarakat dan negara Islam di Pakistan, Iran dan lainnya dengan sistemnya masing-masing. Apakah masyarakat Indonesia memiliki hubungan dengan tatanan-tatanan tersebut.

Jika diteliti lebih jauh bentuk sistem yang diterapkan bangsa Indonesia sejak kemerdekaannya, sistemnya adalah sebuah sistem masyarakat yang dicangkokkan dari berbagai bentuk sistem nilai, sebagian sosialisme, kapitalisme, Islam, Kristen, Hindu dan lainnya dicampur adukkan menjadi sistem majemuk yang dengannya dibangun sebuah idiologi bersama (collective ideology) sebagai landasan dasar bangsa Indonesia bernama Pancasila dan UUD 45. Dengan dasar idiologi inilah kemudian dikembangkan sebuah sistem dengan sub-sistemnya masing-masing dalam kehidupan masyarakat. Maka lakhirlah istilah seperti masyarakat Pancasila, ekonomi Pancasila, politik Pancasila, moral Pancasila, hukum Pancasila dan seterusnya. Sebagaimana dikatakan Soekarno, M. Yamin dan para penggali Pancasila bahwa Pancasila adalah sebuah idiologi kolektif hasil kompromi dari berbagai aliran idiologi, agama dan kepercayaan yang diciptakan bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai aliran agama dan kepercayaan.

Jika diumpamakan sebuah pohon sebagaimana diisyaratkan al-Qur’an, maka jelaslah bahwa tatanan masyarakat bangsa Indonesia adalah seperti pohon cangkokan dari berbagai jenis pohon, sehingga tidak jelas jenis dan namanya. Dikatakan pohon mangga, bukan, karena batangnnya pohon belimbing, dikatakan belimbing bukan karena daunnya jambu, dikatakan pohon jambu bukan, karena buahnya kedondong dan seterusnya. Karena kekacauan dalam proses pencangkokan inilah akhirnya pohon yang diharapkan tumbuh subur dan menghasilkan buah yang manis, menjadi pohon

92

Page 93: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

aneh yang tidak jelas bentuk spesiesnya dan tidak pernah mendatangkan manfaat kepada penanamnya. Inilah yang terjadi pada bangsa Indonesia, akibat kegagalan para pendiri bangsa dalam merumuskan sistem terunggul yang akan diterapkan pada tatanan masyarakat dan bangsa Indonesia yang dikehendaki bersama menjadikan mereka mengambil kompromi-kompromi dari berbagai bentuk sistem yang ada pada bangsa Indonesia. Mencangkok sistem sosialisme, nasionalisme, marhaenisme, Islam, Kristen dan lainnya kemudian dicampur aduk menjadi sebuah sistem bersama bernama Pancasila. Pancasila dikatakan Sosialisme bukan, karena mengandung ajararan Kapitalisme, dikatakan Sekulerisme juga bukan karena mengakui keberadaan agama-agama, dikatakan agama juga bukan karena diciptakan manusia, dikatakan feodalisme bukan karena mengandung konsep demokrasi. Setiap aliran pemikiran dapat dengan sesukanya menafsirkan Pancasila sesuai keinginannya dan alirannya, sebagaimana Soekarno dan Soeharto yang menafsirkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 sesuai dengan keinginannya untuk melanggengkan kekuasaannya.

Jika dilihat sejarah perumusannya, Pancasila dan UUD 45 sendiri diciptakan dengan tergesa-gesa akibat keadaan darurat yang mengharuskan adanya dasar negara bagi Indonesia yang akan memproklamasikan kemerdekaannya. Sebagaimana disepakati para pendiri bangsa bahwa Pancasila adalah dasar negara sementara Indonesia merdeka dan nanti jika sudah merdeka akan dibahas lagi dengan lebih terinci dalam badan konstituante yang terbentuk dari hasil pemilihan umum, sebagaimana yang dikatakan Soekarno. Namun sehari setelah kemerdekaan, Pancasila dalam rumusan 22 juni 1945 yang dikenal dengan Piagam Jakarta, diganti dengan semena-mena tanpa melibatkan orang-orang yang berkepentingan, dan ironisnya justru yang dihapuskan adalah bagian terpenting bagi bangsa Indonesia yang mayoritas muslim, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya. Dari pandangan ajaran Islam, penghapusan 7 kata inilah yang menjadi sumber bencana bagi bangsa Indonesia selanjutnya, yaitu akibat telah menghianati Allah dan juga kaum muslimin sebagai kelompok mayoritas. Di dalam al-Qur’an, orang yang menghianati perjanjian yang telah dibuatnya dengan Allah dan kaum muslimin akan dibalas dengan kehinaan di dunia dan di akhirat (3:112). Maka tidak mengherankan apabila bangsa Indonesia, terutama pasca reformasi, mendapat azab silih berganti dan terakhir dengan datangnya bencana tsunami di Aceh yang sepatutnya menjadi penyadar akan kesalahan dan kealpaan bangsa Indonesia yang telah menghianati Allah SWT.

Kegagalan para pendiri bangsa dalam merumuskan sistem terbaik bagi negara Indonesia merdeka yang berpenduduk mayoritas muslim inilah yang telah menjadi sumber segala malapetaka yang telah menimpa bangsa Indonesia dari masa ke masa. Mereka lebih condong mengambil jalan nekad bereksperimen dengan mengembangkan sebuah sistem bersama bernama Pancasila daripada mengadopsi sebuah sistem mapan yang terbukti dalam sejarah peradaban dunia, baik berbentuk sosialisme-komonisme, kapitalisme

93

Page 94: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

ataupun Islam. Dan sejarah membuktikan bahwa dasar negara yang mereka kembangkan dengan berbagai modifikasi, setelah 60 tahun dianut bangsa Indonesia akhirnya menimbulkan berbagai bentuk krisis, bahkan telah menuju kepada krisis multi dimensi yang mengerikan. Maka tidak diragukan bahwa apa yang terjadi pada bangsa Indonesia saat ini, menjadi bangsa yang statis, tertindas, terbelakang, penuh dilemma, konflik dan lainnya akibat kesalahan mereka dalam menerapkan sistem sebagai dasar berbangsa dan bernegara. Karena mencangkokkan berbagai bentuk sistem dan ideologi sebagai dasar dalam membangun bangsa inilah yang telah menjadikan bangsa Indonesia tidak jelas bentuknya sebagaimana kaburnya Pancasila. Kekaburan sistem Pancasila inilah yang dimanfaatkan para rezim untuk melanggengkan kekuasaannya dan menghancurkan lawan-lawan politiknya sebagaimana dilakukan Soekarno dan Soeharto. Di zaman Soekarno Pancasila ditafsirkan dengan berbagai penafsiran semaunya, dari demokrasi terpimpin sampai Nasakom, dan siapapun yang menentangnya berarti menentang Pancasila dan anti revolusi sebagaimana yang telah dilakukannya terhadap tokoh-tokoh Islam dari Masyumi. Di zaman Soeharto Pancasila ditafsirkan dengan berbagai bentuk pula, dan puncaknya penerapan asas tunggal Pancasila yang telah mengkebiri umat Islam yang mayoritas.

Dan akhirnya tidak diragukan bahwa sistem Pancasila telah melakhirkan masyarakat Pancasila Indonesia yang penuh tregedi, majemuk, bersuku-suku berbangsa-bangsa, namun penuh dengan konflik, ketegangan, permusuhan bahkan peperangan sebagaimana yang terjadi di Maluku, Ambon, Sambas, Kupang dan Mataram. Masyarakat yang dengan mudahnya saling memerangi, bahkan seagama karena berlainan suku. Demikian pula telah tumbuh dari masyarakat ini sekumpulan generasi, para pemuda dan pelajar yang suka tawuran, remaja yang mengumbar hawa nafsu dengan kehidupan bebasnya, memamerkan aurat, mengeksploitasi syahwat yang menjadi biang kerok kerusakan dan kebobrokan moral, yang menjadi lahan subur tumbuhnya para pemakai narkoba dan miras. Kehamilan pranikah bertambah banyak, kasus aborsi, prostitusi dan penjualan manusia meningkat drastis mengikuti peningkatan kasus-kasus kriminal yang sadis. Para konglomerat jahat tidak sungkan berkoalisi dengan para pejabat korup untuk menjarah harta negara akibat lemahnya sistem pemerintahan, dan para politisi, cendikiawan bahkan ustadz dan ulama dibeli oleh makelar kekuasaan untuk berbohong atas nama rakyat dan agama. Keadaan ini telah menambah kemurkaan Tuhan atas perilaku masyarakat yang semakin jauh dari jalan kebenaran sehingga bencana alam datang mengejutkan dan mencengangkan. Akhirnya negara bertambah semrawut, marat marit dengan masyarakat yang tidak menentu, ekonomi yang lesu, hutang yang menumpuk-numpuk, para politisi yang bermusuhan dan saling menghujat serta menjatuhkan, pemimpin yang kebingungan. Ketika semua terkuak kepermukaan, barulah para pemimpin tersentak, mencari sebab musabab yang mereka tidak ketahui ujung pangkalnya, yang hanya bisa menyalahkan satu dan lainnya, yang menganggap semua ini akibat limbah dari sampah permasalahan para

94

Page 95: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

pendahulunya, dan pemerintahannya saat ini adalah seperti keranjang sampah sebagaimana dikemukakan Megawati.

Mungkin ada yang berpendapat bahwa krisis multi dimensi yang diderita bangsa saat ini bukan karena kegagalan sistem Pancasila sebagaimana diyakini para pembelanya dari kalangan nasionalis dan sebagian kaum Muslimin, tapi hal ini terjadi akibat penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para penganutnya, terutama para pemimpinnya. Kemudian mereka berhujah dengan mengambil contoh seperti keadaaan kaum Muslimin yang terbelakang saat ini bukan disebabkan oleh ajaran Islam yang agung, tetapi oleh penyimpangan para pengikutnya dari ajaran Islam. Karena menurut mereka, sebagaimana Islam, sistem Pancasila mengandung ajaran yang baik dan dapat dijadikan sebagai panduan dalam membangun masyarakat majemuk Indonesia asal dijalankan dengan konsekwen.

Memang diakui bahwa Pancasila memiliki ajaran yang baik dan dapat diajdikan panduan dalam membangun masyarakat Indonesia. Namun permasalahannya jika hanya menggunakan Pancasila saja dalam membangun bangsa, jelas tidak akan mungkin dapat mengantarkan bangsa Indonesia menuju cita-cita luhurnya. Hal ini disebabkan terutama oleh kedangkalan dan kekurangan ajaran Pancasila itu sendiri yang tidak memiliki perangkat ajaran yang utuh dan sempurna dalam membangun sebuah tatanan mansyarakat ideal. Pancasila hanya terdiri dari lima ajaran yang sangat umum, tidak memiliki perangkat sosial, moral, hukum, ekonomi dan sub-sistem lainnya. Itulah sebabnya sistem Pancasila telah mengadopsi hukum kolonial belanda, ekonomi kapitalis, pendidikan sekuler dan lainnya yang telah membentuk masyarakat yang penuh dengan kerancuan dan ketimpangan. Bagi umat Islam sendiri, Pancasila tanpa Syari'at Islam seperti yang dipraktekkan sejak 18 agustus 1945 sampai saat ini, tidak akan memiliki arti apapun jika dibandingkan dengan keluasan dan kesempurnaan ajaran Islam. Maka jelaslah bahwa kerancuan dan kesesatan yang terjadi selama ini karena bangsa Indonesia telah melaksanakan dan mengamalkan Pancasila yang sangat dangkal ajarannya, karena ketidaklengkapan ajaran-ajarannya. Apalagi Pancasila hanyalah produk pemikiran manusia yang terbatas dan menjadi semacam kumpulan sistem duniawi yang belum terbukti keunggulannya. Hal ini jelas berbeda dengan Islam yang telah memiliki kelengkapan dan kesempurnaan ajaran karena diturunkan Allah Yang Maha Mengetahui, dan Islam telah membuktikan telah mampu melakhirkan masyarakat utama di Madinah di bawah pimpinan Muhammad Rasulullah. Keterbelakangan umat Islam saat ini jelas karena mereka tidak mengamalkan Islam secara konsekwen sebagaimana dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Bukankah Pancasila telah diterapkan dan dipaksakan kepada bangsa Indonesia, terutama di zaman pemerintahan Soeharto selama 32 tahun dengan berbagai cara dan penerapan, namun hasilnya seperti yang kita saksikan saat ini adalah tumbuh dan berkembangnya sebuah masyarakat yang penuh dengan krisis multi dimensi.

95

Page 96: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Inilah Permasalahan Fundamental Bangsa Indonesia Jadi yang dianggap permasalahan utama dan besar bangsa Indonesia

saat ini seperti KKN, pelanggaran HAM, diktatorisme-militerisme, keterpurukan ekonomi, krisis sosial dan sejenisnya pada hakikatnya adalah produk dari kerancuan dan kegagalan sistem hidup yang diterapkan bangsa Indonesia. Karena sistem bagi sebuah bangsa adalah jalan dan tujuan yang harus ditempuh dalam mencapai cita-cita, bagaimana mungkin sebuah bangsa yang memiliki kekaburan jalan dan tujuan akan mencapai cita-citanya, karena bangsa yang tidak memiliki jalan dan tujuan tidak akan pernah sampai kemanapun, karena hanya akan berkutat pada masalah-masalah yang tidak dapat difahami landasan dasarnya sebagaimana yang dialami bangsa Indonesia. Disaat menghadapi bencana mereka meminta pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa, namun dalam menjalankan aktivitas kehidupannya mereka berpaling dari ajaran-ajaran Tuhannya dengan menerapkan sistem ekonomi kapitalis-sekuler, hukum kafir warisan penjajah dan lainnya. Bangsa Indonesia seperti banci menyatakan identitas dasar negara mereka, walaupun mereka menyatakan sebagai negara yang beragama, namun menerima kapitalisme setengah-setengah dan menerapkan sosialisme setengah-setengah, sehingga menimbulkan kerancuan demi kerancuan dalam sistem pembangunannya. Kerancuan inilah yang telah menimbulkan berbagai bentuk ekperimen demi eksperimen yang menambah keterbelakangan masyarakat Indonesia yang sudah mengalami dilema.

Jika sebuah bangsa memiliki sistem yang unggul, maka mereka akan dapat membangun bangsanya menjadi bangsa yang kuat dan maju. Kemajuan Amerika dan negara-negara Eropa karena mereka secara jelas dan konsekwen menyatakan diri sebagai negara Kapitalis dan sekuler dan dengan landasan sistem inilah mereka membangun peradaban dan kemajuan material lainnya. Dengan landasan dasar negara yang jelas serta dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya inilah, bangsa-bangsa besar maju sesuai dengan cita-cita yang dicanangkannya. Permasalahannya kenapa bangsa Indonesia yang mencangkok bagian-bagian tertentu berbagai bentuk sistem besar dunia dan dinamakan dengan Pancasila mengalami keterbelakangan demi keterbelakangan, bukankah para penggalinya yang terdiri dari wakil-wakil Islam, sosialis, kapitalis, marxis, nasionalis dan lainnya mengharapkan idiologi ini menjadi sumber kemajuan bangsa Indonesia. Namun realitasnya setelah 60 tahun sistem Pancasila menjadi dasar negara dan idiologi bangsa Indonesia, Pancasila tidak mampu mengantarkan bangsa ini menuju kejayaan sebagaimana dicita-citakan para pendirinya, bahkan Pancasila telah melakhirkan para tiran diktator seperti Soekarno dan Soeharto dan kini muncul tiran baru ala Habibie yang serba salah, Gus Dur yang penuh kontraversi, Megawati yang senantiasa gamang dalam keputusannya ataupun SBY yang penuh kebimbangan dan keraguan. Para tiran ini dapat bertindak sesuai dengan keinginannya menafsirkan kekaburan sistem Pancasila. Penafsiran inilah yang dijadikan sebagai dasar untuk melanggengkan kekuasaannya, mengekploitasi sumber daya alam semaunya, berkomplot

96

Page 97: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dengan para berjouis kapitalis dan para konglomerat jahat dan menzalimi para penegak keadilan. Andaikan bangsa Indonesia memiliki sebuah sistem yang jelas dan mapan seperti bangsa-bangsa maju lainnya, maka tidak ada jalan bagi para tiran berbuat semaunya, karena kita telah memiliki aturan permainan yang jelas.

Di sisi lain bangsa Indonesia adalah mayoritas muslim berjumlah lebih 90 %, yang berarti memeluk agama Islam. Permasalahannya Pancasila sejak menjadi dasar negara RI, terutama setelah dihapuskannya 7 kata dalam Piagam Jakarta, telah menimbulkan berbagai konflik dan dilemma keyakinan kepada mereka yang konsisten memeluk agama Islam. Kenapa hal ini dapat terjadi? Karena Islam adalah agama yang totalitas dan menuntut pemeluknya menjalankan ajaran agamanya secara total, bukan setengah-setengah (Islam Kaffah). Jika mereka menjalankan agamanya setengah-setengah atau mencampur adukkannya dengan idiologi manusiawi, maka jelas mereka akan dicap sebagai murtad dan akan mengalami kehinaan dan keterbelakangan sebagaimana dinyatakan al-Qur’an :

Sesungguhnya orang-orang yang kafir pada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan hendak membedakan antara Allah dan Rasul dengan mengatakan: kami beriman sebagian dan kami tidak beriman pada sebagian yang lain, serta mereka hendak mengambil jalan tengah antara iman dan kafir itu, mereka itulah orang yang kafir sebenar-benarnya. (al-Nisa : 150-151)

Apakah kamu beriman kepada sebagian isi al-Kitab dan ingkar terhadap sebagiannya yang lain ? Tiadalah balasan bagi orang-orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. (al-Baqarah : 85)

Dijadikannya Pancasila yang merupakan kumpulan berbagai jenis idiologi menjadi dasar berbangsa dan bernegara bagi kaum muslimin Indonesia telah menimbulkan dilemma pada mereka dan sekaligus kemurkaan Allah. Hal inilah yang telah mendorong para ulama dan pemimpin Islam seperti M. Natsir, Buya Hamka sampai generasi sesudahnya seperti Ustadz Abdullah Sungkar, Abdul Qadir Djaelani dan lainnya menentang Pancasila sebagai dasar berbangsa dan bernegara karena dari sisi aqidah dapat menjadikan seorang muslim sebagai murtad dan musyrik sebagaimana dinyatakan ayat di atas. Sebagaimana dikatakan oleh M. Natsir : “Pancasila sebagai filsafat negara itu bagi kami adalah kabur dan tak bisa berkata apa-apa kepada jiwa Umat Islam yang sudah mempunyai dan sudah memiliki satu idiologi yang tegas, terang, dan lengkap, dan hidup dalam kalbu rakyat Indonesia sebagai tuntutan hidup dan sumber kekuatan lakhir dan bathin, yakni Islam. Dari idiologi Islam ke Pancasila bagi Umat Islam adalah ibarat melompat dari bumi tempat berpijak ke ruang hampa, Vacuum, tak berhawa”.1

1 Tentang Dasar Negara Republik Indonesia Dalam Konstituante, Jilid I, Bandung: Tanpa Nama Penerbit, 1958, h. 129

97

Page 98: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Sementara Islam sendiri memiliki sistem hidup yang sempurna dan terbukti telah mengantarkan bangsa Arab yang jahil dan terbelakang menjadi masyarakat madani, generasi mercusuar peradaban dunia. Kenapa mesti menjadikan Pancasila yang belum terbukti keunggulannya dan meninggalkan Islam yang diakui seluruh dunia. Penerimaan sebagaian mereka selama ini terhadap Pancasila lebih merupakan sebuah toleransi yang dipaksakan oleh para penguasa yang mengancam mereka dengan berbagai bentuk kekezaman, baik di zaman Soekarno maupun Soeharto. Namun dengan kegagalan Pancasila mengantarkan bangsa Indonesia saat ini, kaum Muslimin akan berfikir kembali untuk memberikan kesempatan lagi sebagaimana yang dilakukan para pendahulu mereka sejak 60 tahun dahulu. Kegagalan cukup sekali dan hanya menimpa satu generasi saja dan jangan sampai diulang-ulangi, karena seorang muslim dilarang terperosok dua kali pada lubang yang sama. Pancasila telah mendatangkan penderitaan kepada bangsa Indonesia dan menjadikan sebab kaum muslimin mendapat kemurkaan Allah yang telah menjadikan mereka terhina dan tertindas di dunia dan akan mendapat azab di akhirat kelak.

Maka tidak dapat diragukan lagi bahwa kerusakan bangsa dan negara tidak lain bersumber dari kerusakan sistem yang diterapkan. Demikian pula halnya dengan kerusakan masyarakat Indonesia yang mayoritas mengaku muslim tapi menentang ajaran Tuhan, berpecah belah, saling memerangi, membunuh, melakukan maksiat, kriminal, KKN, dan lainnya tidak lain bersumber dari sistem yang diterapkan kepadanya sejak kemerdekaan, yaitu sistem Pancasila. Anak-anak yang dididik dengan moral Pancasila telah tumbuh berkembang sebagai manusia yang tidak mementingkan agama atau tidak beragama sama sekali, karena menganggap semua agama baik dan benar, mereka dengan mudahnya melakukan pelanggaran–pelanggaran akhlak, perkelahian sesamanya dan melakukan kejahatan dan kebejatan moral lainnya dan mereka akhirnya tumbuh menjadi generasi yang mementingkan kehidupan sesaat dan hedonistik, masyarakat yang mengumbar kejahatan hawa nafsu seperti yang kita saksikan dengan nyata di tengah masyarakat Indonesia saat ini. Jika hukum Tuhan yang tegas diterapkan, seperti Syariat Islam misalnya, maka tidak akan terjadi seperti itu, karena orang akan berfikir seribu kali untuk melakukan kemaksiatan dan kejahatan akibat ketegasan hukum Tuhan yang senantiasa mengutamakan pencegahan dari pada pengobatan penyakit masyarakat. Demikian pula Syariat Islam telah terbukti mampu melakhirkan manusia-manusia unggul yang membangun peradaban baru dunia dalam tempo waktu hanya 23 tahun, sementara Pancasila dengan perangkat sistemnya selama 60 tahun lebih tidak mampu membangun bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kuat dan maju, tapi sebaliknya, setelah diterapkan, justru sistem ini telah melakhirkan masyarakat yang penuh dengan tragedi, konflik dan dilema sebagaimana kita saksikan saat ini.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama dan fundamental yang dihadapi bangsa Indonesia yang mayoritas

98

Page 99: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

muslim adalah kekaburan dasar berbangsa dan bernegara mereka selama ini. Sistem Pancasila yang telah disepakati sebagai dasar berbangsa dan bernegara rakyat Indonesia setelah 60 tahun diterapkan ternyata tidak mampu menyelesaikan berbagai bentuk tantangan dan tuntutan masyarakat. Ketidakmampuan Pancasila ini bersumber dari kekaburan, kerancuan, kebingungan, kemandekan dan kedangkalan doktrin-doktrin yang terkandung di dalam ajarannya. Karena dikembangkan dari toleransi yang dipaksakan, akhirnya Pancasila menjadi dasar berbangsa dan bernegara yang semu, sebatas simbol dan slogan-slogan kosong belaka yang dijadikan alat penguasa untuk menekan lawan-lawan politiknya. Adapun KKN, pelanggaran HAM, kediktatoran penguasa, krisis ekonomi, krisis politik, krisis sdm, krisis pendidikan, krisis multi dimensi dan sejenisnya yang tengah menimpa bangsa Indonesia saat ini tidak lain merupakan akibat sampingan dari kegagalan sistem berbangsa dan bernegara Pancasila dalam menjalankan misinya membimbing dan memimpin bangsa menuju cita-cita agung dan luhurnya. Demikian pula amandemen UUD 45 yang dilakukan MPR terdahulu sama sekali tidak merubah substansi dari sistem berbangsa dan bernegara, karena Pancasila dan UUD 45 tetap seperti pohon cangkokan yang tidak jelas jenis spisiesnya. Bangsa Indonesia ibarat sebuah pohon cangkokan yang berbatang aneh, penuh penyakit, tidak berbuah dan mengganggu tanaman lainnya, akibat kesalahan dalam sistem pencangkokannya terdahulu. Untuk menyelamatkan maka tidak ada cara yang paling tepat kecuali dengan mencabut pohon itu sampai ke akar-akarnya dan digantikan dengan pohon yang jelas jenis spesiesnya. Pohon yang sudah rusak dari akar sampai daunnya tidak mungkin dapat dipertahankan, demikian pula dengan sistem cangkokan Pancasila tidak dapat dipertahankan dan harus diganti dengan sistem yang lebih mapan dan sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia.

Meluruskan Kembali Pancasiladan UUD 45Seorang negarawan besar Muslim Indonesia, pemimpin Majelis Syura

Muslimin Indonesia (MASYUMI), mantan Perdana Menteri pertama RI, yang dikatakan oleh Endang Saifudin Anshari sebagai tokoh Nasionalis Islami, Bapak Muhammad Natsir, yang hidup dan kehidupannya dihabiskan untuk pengabdian kepada Islam, umatnya dan bangsa Indonesia, yang pemikirannya menjadi mercusuar generasi sesudahnya, dalam sebuah persidangan Konstituante, dengan lantang dan tegasnya berkata:

“Pancasila sebagai filsafat negara itu bagi kami adalah kabur dan tak bisa berkata apa-apa kepada jiwa Umat Islam yang sudah mempunyai dan sudah memiliki satu idiologi yang tegas, terang, dan lengkap, dan hidup dalam kalbu rakyat Indonesia sebagai tuntutan hidup dan sumber kekuatan lakhir dan bathin, yakni Islam. Dari idiologi Islam ke Pancasila bagi Umat Islam adalah

99

Page 100: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

ibarat melompat dari bumi tempat berpijak ke ruang hampa, Vacuum, tak berhawa”.2

Berbeda halnya dengan tokoh-tokoh Islam atau politisi muslim di era reformasi, seperti Amien Rais, Nurcholis Madjid, Syafi'e Ma'arif, Hasyim Muzadi ataupun Abdurrahman Wahid yang tabu membahas kembali dasar negara Pancasila dan UUD 45 dan membandingkannya dengan ketinggian ajaran Islam. Bahkan mereka menjadi garda yang menolak dimasukkannya kembali konsep Piagam Jakarta yang mengandung pelaksanaan syari'at Islam bagi pemeluknya sebagaimana diputuskan para pendiri bangsa terdahulu. Di antara mereka ada yang melontarkan kata-kata yang tidak pernah difikirkan generasi sebelumnya, "jika syari'at dilaksanakan, maka bukannya persatuan Indonesia yang akan terjadi, tetapi persatean (kata-kata sangat biadab untuk perpecahan). Menurut mereka setelah diamandemen pada tahun 2000 lalu melalui sidang MPR, rumusan terakhir inilah yang dianggap terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia saat ini, sesuai dengan perkembangan dan dinamika masyarakatnya.

Setelah 5 tahun UUD 45 diamandemen, apakah rumusan terbaru ini sudah memberi dampak perubahan bangsa Indonesia, ataukah dapat mengantarkannya menuju cita-cita agung Indonesia baru yang adil dan makmur? Kenyataannya, amandemen UUD 45 setengah hati ini telah menimbulkan masalah-masalah baru yang menambah rumitnya permasalahan bangsa Indonesia. Setelah diamandemenpun, UUD 45 secara konstan telah memperburuk keadaan bangsa, menjadikannya sebagai bangsa yang jauh mundur kebelakang dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, tingkat pengangguran yang tinggi, tingkat SDM terendah, daya beli masyarakat yang sangat rendah, pertumbuhan ekonomi yang rendah, ironisnya tetap menyandang sebagai negara terkorup di dunia. Saking sudah merajalelanya korupsi, para cendik pandai yang berprofesi sebagai pendidikpun telah terlibat korupsi sebagaimana yang terjadi di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Sebelumnya di zaman pemerintahan Soeharto, Pancasila sebagai dasar negara sangat disakralkan, bahkan hampir-hampir dijadikan sebagai agama bangsa Indonesia yang tidak dapat diganggu gugat. Puncaknya setelah Pancasila dijadikan sebagai azas tunggal, sebagai satu-satunya dasar hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di Indonesia. Dijadikannya Pancasila sebagai azas tunggal dengan tujuan agar terciptanya stabilitas keamanan, terutama dalam bidang politik, sehingga tidak ada lagi komponen bangsa Indonesia yang menganut dan memperjuangkan idiologi selain dari Pancasila. Apakah setelah Pancasila dijadikan sebagai satu-satunya azas berbangsa dan bernegara di Indonesia, kemudian bangsa Indonesia bangkit menjadi bangsa yang maju, minimal seperti negara jiran Malaysia misalnya? Ternyata fakta menyatakan berbeda. Setelah diterapkannya azas tunggal

2 Tentang Dasar Negara Republik Indonesia Dalam Konstituante, Jilid I, Bandung: Tanpa Nama Penerbit, 1958, h. 129

100

Page 101: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Pancasila, keadaan bangsa Indonesia tidak menentu arah. Dengan semena-mena kemudian Soeharto menafsirkan Pancasila menurut kemauannya, mengarahkannya menuju faham kejawen yang diyakininya, membangun demokrasi sesuai dengan keinginannya untuk tetap mempertahankan kekuasaannya. Sementara ABRI yang seharusnya menjadi pengayom rakyat telah dijadikan sebagai alat untuk menindas dan mengintimidasi. Kekuatan-kekuatan politik, termasuk partai politik dikebiri sehingga kehilangan identitas, yang pada akhirnya menjadikan DPR/MPR hanya sebuah lembaga yang akan melegalkan apapun keinginan pemerintah. Ternyata pemerintahan Soeharto telah meninggalkan masalah besar kepada bangsa Indonesia, baik hutang luar negeri yang hampir mencapai Rp. 2.000 trilyun, sistem pemerintahan yang penuh KKN, sistem perekonomian yang sangat rapuh dan berbagai bentuk permasalahan yang telah membawa bangsa Indonesia pada krisis multi dimensi.

Pada akhirnya orang akan bertanya, dimana letak keunggulan dan kesaktian Pancasila yang selalu diagung-agungkan oleh para pembelanya. Bahkan untuk mengenang keagungan Pancasila, bangsa Indonesia memperingati hari kelakhiran dan kesaktian Pancasila untuk mengenang keteguhan Pancasila dalam menghadapi benturan-benturan dengan idiologi selainnya. Kemanakah keagungan dan kesaktian Pancasila ketika bangsa Indonesia dililit krisis multi dimensi seperti saat ini? Apakah konsep-konsep yang telah dirumuskan dalam Pancasila mampu menyelesaikan krisis multi dimensi bangsa Indonesia ? Apa konsep Pancasila tentang pengentasan kemiskinan dan pengangguran ? Apa konsep Pancasila tentang keadilan dan kemakmuran ? Apa konsep Pancasila tentang pembangunan SDM dan pengembangan Masyarakat utama? Apa konsep Pancasila tentang persatuan dan kesatuan bangsa, tentang toleransi, tentang masyarakat majemuk dan seterusnya ? Apakah Pancasila mampu mengobati penyakit bangsa yang semakin kronis ini ? Tentang korupsi misalnya, apa konsep penyelesaian Pancasila jika ia dikatakan sebagai falsafah, idiologi dan way of life bangsa Indonesia?

Sejak dirumuskan oleh para pendiri bangsa (founding father) yang mewakili semua elemen bangsa Indonesia dalam BPUPKI, dasar negara Pancasila sudah menimbulkan permasalahan bagi bangsa Indonesia, karena tidak didukung secara penuh oleh komponen bangsa Indonesia, terutama kelompok mayoritas umat Islam yang memperjuangkan Islam sebagai dasar negara dan berbangsa. Namun karena mengalami kebuntuan demi kebuntuan yang memanaskan suasana persidangan waktu itu, akhirnya diputuskan untuk membentuk sebuah panitia perumus dasar negara yang beranggotakan sembilan orang yang dipimpin Soekarno. Panitia sembilan dianggap dapat mewakili aspirasi bangsa Indonesia, karena terdiri dari kelompok Islam, kelompok nasionalis, kelompok sosialis dan kelompok Kristen. Setelah terjadi perdebatan panjang, maka panitia berhasil merumuskan dasar negara Indonesia merdeka pada tanggal 22 Juni 1945 yang dikenal dengan Piagam Jakarta. Bagi perwakilan umat Islam, Piagam Jakarta dianggap sebagai

101

Page 102: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kompromi yang paling mungkin dicapai pada saat-saat darurat, karena bangsa Indonesia akan segera memproklamasikan bangsa Indonesia yang merdeka. Bagi umat Islam bangsa Indonesia, Pancasila yang dirumuskan panitia sembilan adalah jalan tengah yang dapat diambil sesuai dengan kaidah-kaidah ajaran Islam karena dalam sila pertama berbunyi: Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya. Dicantumkannya penerapan syari'at Islam dalam Pancasila, artinya umat Islam dapat menjadikan Islam sebabagai asas dalam berbangsa dan bernegara sebagaimana yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.

Dengan dasar negara yang berlandaskan syari'at Islam inilah kemudian bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Bahkan dengan tegas di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia adalah atas rahmat Allah SWT. Tidak diragukan bahwa bangsa Indonesia yang terjajah selama lebih 350 tahun mendapatkan kemerdekaannya karena rahmat dan bantuan Allah SWT semata, dan bantuan Allah SWT datang kepada bangsa Indonesia pada saat itu tidak lain karena keridhoan-Nya kepada bangsa Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan dari para penjajah yang telah mengeksploitasinya. Dan keridhoaan Allah kepada bangsa Indonesia datang karena mereka telah sepakat untuk menjadikan syari'at-Nya sebagai dasar berbangsa dan bernegara. Dengan kata lainnya, bahwa syari'at Islamlah yang telah mengantarkan kemerdekaan bangsa Indonesia, karena tanpa syari'at Islam tidak mungkin bangsa Indonesia akan mendapat rahmat Allah, dan tanpa rahmat-Nya, tidak mungkin bangsa Indonesia akan memperoleh kemerdekaannya.

Kemerdekaan yang penuh berkah dan rahmat telah diperoleh bangsa Indonesia, setelah berabad-abad menjadi bangsa budak dan bangsa terjajah. Kemerdekaan yang dilandasi oleh sebuah dasar negara yang dirahmati dan diridhoi Allah SWT dan mendapat dukungan mayoritas bangsa Indonesia yang muslim. Dasar negara Pancasila yang perumusannya melibatkan cerdik pandai bangsa, kelapangan hati pemimpin-pemimpin bangsa, toleransi tinggi kelompok mayoritas dan yang terpenting telah memberikan jalan kepada tegaknya ajaran Allah Sang Pencipta melalui sistem nilai Islam yang berlandaskan syari'at kepada bangsa Indonesia yang mayoritas. Dengan demikian, Pancasila atau Piagam Jakarta yang telah mengantarkan kemerdekaan bangsa Indonesia adalah sebuah agriment, sebuah perjanjian antara bangsa Indonesia dengan kelompok mayoritas muslim sekaligus dengan Allah SWT Sang Maha Pencipta. Maka setiap perjanjian harus ditepati dan siapapun yang menyalahi perjanjian dengan sengaja, ataupun merubahnya secara sepihak, maka mereka adalah penghianat, dalam hal Pancasila, maka mereka telah menghianati bangsa Indonesia, kelompok mayoritas muslim dan sekaligus menghianati Allah dan Rasul-Nya.

Ironisnya pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, dasar negara Pancasila rumusan panitia sembilan, yang dikenal dengan Piagam Jakarta dirubah

102

Page 103: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

secara substansi dan sepihak tanpa melibatkan para perumusnya, BPUPKI ataupun pemimpin-pemimpin Islam. Kalimat sakral dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluknya dihapuskan dan diganti dengan Yang Maha Esa. Penghapusan ini akibat adanya desakan dari perwakilan rakyat Kristen Indonesia Timur yang tidak mau bergabung dengan Indonesia apabila dasar negara dicantumkan syari'at Islam. Padahal salah satu anggota Panitia Sembilan, A. Maramis, adalah mewakili kelompok Kristen. Beberapa perwakilan Kristen yang dipimpin Wakil Presiden M. Hatta menghadap Presiden Soekarno, meminta agar merestui penghapusan tersebut, dan tanpa melibatkan tokoh-tokoh Islam, terutama tim perumus, penerapan syari'at Islam yang selama ini diperjuangkan tokoh-tokoh Islam menjadi tidak memiliki landasan hukum. Kemudian rumusan Pancasila tanpa syari'at Islam inilah yang diterapkan pemerintah Soekarno, Soeharto dan pemerintah sampai saat ini.

Implikasi Penghapusan 7 Kata Dalam Pancasila : Sebuah Analisis Islami

Setelah penghapusan 7 kata dalam Piagam Jakarta pada tanggal 18 Agustus 1945, umat Islam bangsa Indonesia sangat perlu memahami dan mengetahui apakah Pancasila dengan segala rumusan dan ajaran-ajarannya masih seperti yang dimaksudkan oleh para pendiri bangsa Indonesia atau tidak. Terutama apakah ajaran dasar negara Pancasila, terutama sesudah diamandemen pada tahun 2000 lalu oleh MPR sudah sesuai dengan aspirasi dan kehendak pelaksanaan syari'at Islam yang tercantum dalam Piagam Jakarta yang telah menjadi kesepakatan bersama para pendiri bangsa Indonesia yang telah berjuang mati-matian merumuskan dasar negara, terutama para wakil umat Islam bangsa Indonesia. Penerimaan rumusan Piagam Jakarta oleh para pemimpin Islam di BPUPKI dan umat Islam bangsa Indonesia pada saat itu tentunya tidak dapat dilepaskan dari tercantumnya 7 kata tersebut sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Karena dari sudut pandangan ajaran Islam, dengan dicantumkannya pelaksanaan syari'at Islam dalam dasar negara Indonesia, maka umat Islam bangsa Indonesia telah memiliki landasan hukum yang kuat untuk menjalankan ajaran-ajaran agamanya secara totalitas dan menyeluruh sebagaimana diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Penerapan syari'at Islam sendiri dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara adalah intipati ajaran kemasyarakan Islam, sekaligus sebagai sarana dalam mencapai tujuan-tujuan Islam dalam membangun sebuah masyarakat yang adil dan makmur, dibawah rahmat dan keridhoaan Allah SWT sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 45.

Bagi umat Islam penghapusan 7 kata itu maknanya tidak lain daripada penghapusan kandungan syari'at Islam dari Pancasila, yang penghapusan itu telah menjadikan Pancasila sebagai sebuah idiologi yang netral, tidak berfihak kepada syari'at, tidak pula sekuler. Namun demikian, masih banyak dikalangan umat Islam yang menganggap penghapusan 7 kata tersebut sebagai hal yang wajar dan pantas, bahkan tidak bertentangan dengan ajaran

103

Page 104: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Islam. Itulah sebabnya diperlukan sebuah analisis tentang implikasi penghapusan syari'at terhadap Pancasila berdasarkan ajaran Islam, terutama al-Qur'an dan Sunnah, termasuk setelah diamandemen tahun 2000 lalu. Hal ini penting artinya, terutama bagi umat Islam bangsa Indonesia, agar mereka jangan terperosok melanggar ajaran agamanya akibat ketidaktahuannya.

Dalam pandangan Islam, untuk menyatakan suatu perkara apakah halal atau haram, haq atau batil, benar ataupun salah harus dianalisis berdasarkan sumber-sumber utama ajaran Islam yang telah disepakati, terutama al-Qur'an dan al-Sunnah, karena inilah dasar obyektif bagi mereka yang telah mengikuti Islam untuk menyatakan kesalahan dan kebenaran suatu konsepsi. Al-Qur’an diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw adalah untuk membedakan antara yang haq (benar) dan yang bathil (salah). Sebagaimana disebutkan Allah dalam firman-Nya :

Bulan ramadhan, bulan yang dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan Furqon (pembeda antara yang haq dan yang bathil). (Al Baqarah : 185) Seorang yang telah menyatakan dirinya sebagai seorang Muslim, wajib tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak diizinkan sama sekali untuk mencampur adukan antara yang haq dengan yang bathil. Allah berfirman :

Janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu sedang kamu mengetahui. (Al-Baqarah : 42) Seorang Muslim harus mengakui secara mutlaq, bahwa kebenaran itu datangnya hanya dari sisi Allah Yang Maha Perkasa saja dan tidak ragu-ragu dalam hal ini. Allah berfirman :

Kebenaran itu adalah dari Robbmu sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu. (Al-Baqarah : 147)

Untuk memberi penghormatan kepada kemerdekaan ciptaan dan sekaligus menguji keyakinan hamba-Nya, Allah SWT telah memberikan kebebasan untuk memilih jalan yang dikehendaki manusia, apakah ia memilih golongan iman atau golongan kafir. Kedua golongan ini tidak pernah bertemu selamanya, karena berbeda awal dan tujuannya, Allah berfirman :

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) dien (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang salah. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thoghut, dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Allah pelindung orang-orang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah syaiton, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka itulah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal didalamnya. (Al Baqarah : 256-257)

104

Page 105: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah golongan syaiton. Ketahuilah bahwa golongan syaiton itulah golongan yang merugi. (Al Mujadilah : 19)

Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara ataupun keluarga mereka……….. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa golongan Allah itulah golongan yang beruntung. (Al Mujadilah :22)

Setelah memperhatikan ketiga ayat diatas, dapatlah kita simpulkan bahwa di dunia ini ada dua golongan yang tidak pernah bersatu selamanya, yaitu golongan Allah dan golongan Syaiton. Di dalam kitabnya yang mashur, salah seorang ulama terkemuka Ibn Thaimiyah membagi umat manusia menjadi Auliya’ Allah dan Auliya’ Syaithan (Al-Farq Baina Auliya Allah wa Auliya al-Syaithon).

Golongan Allah yang disebut sebagai orang-orang beriman, berwali hanya kepada Allah semata, menyerahkan semua hidup dan matinya untuk Dia, mentaati semua perintah-Nya dengan tulus dan ikhlas. Bentuk sistemnya adalah tunggal, yaitu Islam dengan segala aspeknya yang telah sempurna, bersumber pada wahyu Illahi yaitu Al-Qur’an dan sunah Rasulullah. Sistem yang dianut kelompok iman ini bersifat universal dan mutlak kebenarannya, sesuai dengan segala perkembangan zaman dan waktu, tidak pernah menjadi perubahan-perubahan mendasar dalam ajarannya, karena ajaran Islam ini sesuai dengan fitrah dan kebutuhan manusia dulu dan sekarang, ini akan melakhirkan suatu keseimbangan, kebaikan didunia ini. Tujuan akhir dari golongan ini adalah ridho Allah dengan mendapatkan Jannah (surga) dengan segala macam kenikmatannya, itulah janji Allah kepada hamba-Nya yang taat dan patuh kepada-Nya.

Sedangkan golongan Syaiton atau yang disebut sebagai kafir adalah sebaliknya, ia berwali kepada Thoghut (syaiton) yang terdiri dari jin dan manusia, ia taat dan patuh kepada semua yang diperintahkannya, tidak terkecuali perintah itu salah atau benar, ia mengharapkan sesuatu darinya, padahal thoghut ini tidak mempunyai kekuatan sedikitpun untuk berbuat mudharat dan manfaat kepada manusia, tanpa seizin Allah Yang Maha Perkasa. Bentuk sistemnya beraneka ragam, terutama yang telah memisahkan peranan Tuhan dalam kehidupan dunia dengan nama bermacam-macam isme-isme. Dasar sistem-sistem ini adalah ro’yu/filsafat-filsafat hasil berfikir orang-orang yang ingkar kepada Allah yang berasal dari Barat maupun dari Timur, semua fikiran yang dihasilkannya adalah jahiliyah, karena tidak berdasarkan pada wahyu dan petunjuk Illahi, diotak atik oleh akal yang sangat terbatas kemampuannya, sistem ini tidak konstan, selalu berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan zaman (relatif). Teori yang didukung hari ini mungkin besok akan dijungkir balikkan oleh pendukungnya sendiri, kebenarannya masih diragukan dikalangan penganut-penganutnya. Karena berdasarkan persangkaan semata, sistem ini mengakibatkan kerusakan

105

Page 106: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dimuka bumi ini, satu sistem dengan sistem yang lainnya saling serang menyerang dengan ganasnya. Tujuan akhir dari golongan ini adalah An-nar (neraka), inilah ancaman Allah kepada golongan yang ingkar kepada perintah-perintah-Nya, dan selalu mengikuti hawa nafsunya yang rendah.

Berdasarkan beberapa ayat di atas, maka dapat dibuat sebuah bagan/sket yang akan menjelaskan kedudukan sebuah idiologi berdasarkan al-Qur'an beserta garis yang membedakannya (garis al-furqon) :

Al-Qur’an al-Karim Golongan Beriman Golongan kafir.

Walinya hanya Allah SWT Walinya Thoghut/Syaiton terdiri dari jin dan manusia.

Sistemnya tunggal : Islam Sistemnya banyak : Kapitalisme,

Komunisme,Marxisme, Liberalisme Nasionalisme, dsb.

Bersumber pada Wahyu Bersumber pada Ro’yu, filsafat-

Al-Quran dan Al-Sunnah filsafat jahiliyah Barat & Timur.

Bersifat Universal dan Mutlaq Bersifat lokal dan relatif.

Melakhirkan masyarakat Islam, Melakhirkan masyarakat yang membagun alam jahiliyah merusak &berbuat keji(Masyarakat Ma’ruf) (Masyarakat

Mungkar)

106

Page 107: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Tujuan akhirnya Jannah (surga) Tujuan akhirnya Annar (neraka)

GARIS AL-FURQON (PEMBEDA ANTARA HAQ DGN BATHIL)

Setelah melihat bagan di atas, sesuai dengan pandangan ayat-ayat al-Qur'an yang telah memberikan batas pembeda antara yang haq dengan yang bathil, antara yang benar dengan yang salah, antara Islam dan kafir. Maka sebagai penganut Islam, umat Islam bangsa Indonesia diperintahkan untuk menjadikan ajaran Islam sebagai barometer mereka dalam menilai segala sesuatu, termasuk Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia.

Sehubungan dengan kedudukan Pancasila dalam Islam, banyak terjadi perbedaan pendapat dikalangan kaum Muslimin. Ketika rumusan Piagam Jakarta telah disepakati, para pemimpin umat Islam bangsa Indonesia dapat menyetujui hampir secara aklamasi rumusan yang mengandung pelaksanaan syri'at Islam. Namun ketika pelaksanaan syari'at Islam dihapuskan dari Pancasila, maka terjadi perbedan yang tajam, bahkan tokoh-tokoh Masyumi tegas-tegas menolak Pancasila yang tidak mengandung pelaksanaan syari'at Islam sehingga mereka gencar memperjuangkan masuknya kembali pelaksanaan syari'at Islam secara konstitusional di parlemen sampai akhirnya Soekarno mengeluarkan dekrit yang menggunakan Pancasila tanpa syari'at Islam dan menimbulkan ketidakpuasan dan perlawanan tokoh-tokoh Masyumi sampai mereka rela di penjara sekalipun dan membubarkan partainya. Demikian pula ketidakpuasan timbul dari tokoh-tokoh Islam yang telah mendorong mereka untuk memproklamasikan Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 7 Agustus 1949 yang memperjuangkan berdirinya Negara Islam yang dipimpin SM. Kartosoewirjo yang diikuti oleh TGK. Daud Beureuh dari Aceh dan Kahar Mudzakkar dari Sulawesi. Sementara Soeharto tetap memberlakukan dasar negara yang telah didekritkan Soekarno, bahkan dia lebih berani dengan gagasannya menjadikan Pancasila sebagai azas tunggal di Indonesia, yang pada pmerintahan Habibie dihapuskan. Sementara MPR di era reformasi telah berhasil mengamandemen UUD 45, dan umat Islam tidak berhasil mengembalikan pelaksanaan syari'at Islam sebagaimana Piagam Jakarta.

Tidak berhasilnya syari'at Islam masuk dalam Pancasila dan UUD 45 tidak lain disebabkan masih adanya perbedaan persepsi di kalangan umat Islam sendiri. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa Pancasila adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Islam karena ajaran-ajarannya mencerminkan ajaran Islam. Pendapat ini utamanya dianut oleh kalangan neo-modernis Islam seperti Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid, Amien Rais dan lainnya yang menyamakan Pancasila dengan Piagam Madinah. Namun disatu fihak ada yang menyatakan bahwa Pancasila tanpa kandungan syari'at Islam yang dijadikan sebagai dasar berbangsa dan bernegara di Indonesia

107

Page 108: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

bertentangan dengan ajaran Islam sehingga tidak dapat diterima kaum Muslimin. Bahkan Pancasila telah menimbulkan krisis keyakinan dan dapat menghantarkan kepada perbuatan syirik dan murtad sebagaimana dikemukakan kalangan penegak syari'at Islam yang dijuluki fundamentalis Islam. Maka bertolak dari kontraversi di atas, diperlukan sebuah analisis yang jujur dan adil tentang Pancasila menurut ajaran Islam, baik landasan filsafatnya maupun materi-materi yang terkandung serta pelaksanaanya di Indonesia merdeka.

Hakikat Pancasila Tanpa Syari'at IslamDasar negara Pancasila yang dirumuskan oleh panitia sembilan yang

dikenal dengan Piagam Jakarta yang sila pertamanya menyatakan Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluknya tentu sangat berbeda dengan rumusan Pancasila seperti sekarang tidak mencantumkan syari'at Islam. Bahkan perbedaan ini sangat substansial dan fundamental bagi Islam. Rumusan Piagam Jakarta telah memberikan peluang seluas-luasnya kepada umat Islam bangsa Indonesia untuk menjalankan syari'atnya dalam seluruh lapangan kehidupan, baik hukum, ekonomi, politik, budaya, pendidikan, moral dan lainnya. Dengan kata lainnya, umat Islam dijamin secara undang-undang untuk menerapkan syari'at Islam atau seluruh ajaran Islam dalam aspek berbangsa dan bernegara. Sementara penghapusan tujuh kata itu berarti dihapuskannya kesempatan umat Islam untuk menjalankan ajaran agamanya secara utuh, sebagaimana yang terjadi saat ini. Umat Islam tidak dapat menjalankan hukum-hukum Islam, tapi harus mengikuti hukum positip KUHP peninggalan penjajah Belanda, tidak dapat menerapkan sistem pendidikan Islam secara total, karena negara menganut sistem pendidikan sekuler, pendidikan agama hanya diberikan ala kadarnya saja. Sistem ekonomi negara menggunakan sistem perekonomian kapitalis yang bertentangan dengan Islam dan telah melakhirkan jurang kemiskinan kepada bangsa Indonesia.

Lebih jauh penghapusan tujuh kata dalam Pancasila pada hakikatnya telah merubah status Pancasila yang berdasarkan syari'at menjadi Pancasila yang tidak berdasarkan syari'at, seperti binatang yang disembelih dengan nama Allah dan binatang yang tidak disembelih dengan nama Allah. Jika Piagam Jakarta mengandung nilai-nilai keislaman yang totalitas, maka Pancasila tanpa syari'at sama seperti menanggalkan nilai-nilai keislaman yang menjadi ruhnya. Maka tidak mengherankan seorang negarawan muslim yang sangat moderat seperti M.Natsir menyatakan bahwa Pancasila tanpa Islam adalah tidak ada apa-apanya sama sekali jika dibandingkan dengan ajaran Islam. Dan akhirnya tidak diragukan penghapusan 7 kata dalam Pancasila sama artinya dengan seorang yang menghapuskan kolom agama Islam pada kartu tanda penduduknya, yang artinya dia rela menanggalkan Islam dari identitas dirinya, yang dalam Islam dikenal dengan murtad. Dengan penghapusan 7 kata, berarti Pancasila telah kehilangan makna Islam, telah

108

Page 109: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kehilangan semangat Islam, telah kehilangan identitas keislamannya yang selama ini menjadi ruhnya, dan penghapusan 7 kata tersebut sama maknanya dengan menjadikan Pancasila sebagai murtad, kembali menjadi sebuah dasar negara yang tidak berlandaskan ajaran Islam.

Demikian pula penghapusan 7 kata dalam Piagam Jakarta membawa beberapa dampak kepada bangsa Indonesia, diantaranya : Pertama, bahwa siapapun yang terlibat dalam penghapusan 7 kata tersebut, tidak diragukan telah menghianati kesepakatan/ agriment bangsa Indonesia yang telah dipercayakan wakil-wakil bangsa kepada ke sembilan anggota perumus yang telah melakhirkan Piagam Jakarta. Mereka tidak menghormati jerih payah para wakil bangsa Indonesia dari seluruh komponen bangsa yang menghabiskan daya upaya mati-matian untuk merumuskan sebuah dasar negara terbaik bagi bangsa Indonesia sesuai dengan semangat kebangsaan, persatuan dan toleransi. Apalagi diketahui kemudian, sebagaimana dinyatakan Faisal Baasyir dalam otobiagrafinya, bahwa penghapusan 7 kata dilakukan dengan tipu muslihat yang sangat licik. Konon pemuda-pemuda Kristen berpakaian ala Laksamana Jepang dan menemui Wakil Presiden Hatta untuk menyampaikan keberatan terhadap 7 kata dan mengancam akan memisahkan diri dari Indonesia. Ternyata dikemudian hari, pemuda-pemuda inilah yang menjadi biang pemberontak-sparatis RMS, walaupun 7 kata telah dihapuskan dari Pancasila.

Kedua, penghapusan 7 kata dalam Piagam Jakarta telah menghianati dan merugikan umat Islam bangsa Indonesia yang mayoritas. Karena dengan penghapusan ketujuh kata tersebut, umat Islam bangsa Indonesia tidak dapat menjalankan ajaran-ajaran agamanya secara total sebagaimana yang diperintahkan syari'at yang diturunkan Allah dan Rasul-Nya. Akibatnya umat Islam bangsa Indonesia mendapat kerugian dunia dan akhirat, di dunia kehidupannya terhina dan terbelakang karena tidak menjalankan perintah agamanya yang sempurna dan unggul, sementara di akhirat kelak akan di azab Allah karena meninggalkan perintahnya.

Ketiga, penghapusan 7 kata tersebut sama artinya dengan menghianati dan mempermain-mainkan Allah SWT yang telah menurunkan syari'atnya kepada kaum muslimin. Seakan-akan bangsa Indonesia mencantumkan penerapan syari'at Allah agar Allah SWT ridho dan menurunkan rahmat-Nya, sehingga Allah membantunya untuk lepas dari penjajahan. Namun sehari setelah mendapat kemerdekaannya, bangsa Indonesia bersepakat untuk mencampakkan syari'at Allah yang telah mengantarkannya menuju gerbang kemerdekaan, sehari setelah mereka merdeka. Hal ini sama dengan seorang pemuda yang melamar anak gadis muslim, diapun rela masuk Islam untuk mendapatkan gadis kesayangannya, namun setelah aqad nikah selesai dan pemuda tersebut telah mendapatkan gadis idamannya, diapun mencampakkan Islam dari identitasnya. Maka tentu seluruh keluarga dan masyarakat akan melaknat tindakan biadab pemuda jahannam yang mempermainkan syari'at Allah ini. Maka demikian pula halnya dengan bangsa Indonesia yang telah mencampakkan syari'at Allah sehari setelah mendapat

109

Page 110: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kemerdekaannya, seluruh pengikut, hamba dan tentara Allah di alam raya ini akan melaknat bangsa Indonesia yang telah mempermain-mainkan syari'at Allah yang sempurna.

Sebuah bangsa yang telah menghianati perjanjiannya, baik perjanjian yang dibuat sesama manusia ataupun perjanjian yang mereka buat dengan Allah SWT, maka tidak ada balasan kepada mereka, kecuali seperti balasan yang ditimpakan kepada Bani Israil, yaitu senantiasa mendapatkan kemurkaan dari Allah SWT sebagaimana digambarkan dengan terang dan jelas dalam al-Qur'an surat Ali Imron : ayat 81-87;

Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, "Manakala Aku memberikan kitab dan hikmah kepadamu lalu datang kepada kamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada kamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya. Allah berfirman, "Apakah kamu setuju dan menerima perjanjian dengan-Ku atas yang demikian itu?". Mereka menjawab, "Kami setuju." Allah berfirman, "Kalau begitu bersaksilah kamu (para nabi) dan Aku menjadi saksi bersama kamu".

Maka barangsiapa berpaling setelah itu, maka mereka itulah orang yang fasik.

Maka mengapa mereka mencari agama (dien) yang lain selain (dien) Allah, padahal apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan.

Katakanlah (Muhammad), "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya kami berserah diri (Muslimin)."

Dan barangsiapa mencari agama (dien) selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.

Bagaimana Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kafir setelah mereka beriman, serta mengakui bahwa Rasul (Muhammad) itu benar-benar (Rasul), dan bukti-bukti yang jelas telah sampai kepada mereka? Allah tidak memberi petunjuk kepada orang zalim.

Mereka itu, balasannya ialah ditimpa laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya,

Mereka kekal di dalamnya, tidak akan diringankan azabnya, dan mereka tidak diberi penangguhan, (Ali Imron : 81-87)

Itulah sebabnya bangsa ini, sejak merdeka sampai saat ini selalu mendapat kemurkaan dari Allah, karena tetap mempertahankan dasar negara yang telah menghianati Allah dan Rasul-Nya. Selama bangsa Indonesia tidak mau meluruskan penghianatannya kepada Allah dan rasul-Nya serta kepada mayoritas umat Islam bangsa Indonesia, maka selama itu pula kemurkaan dan laknat Allah akan menyertainya. Dan apabila Allah telah murka kepada sebuah bangsa, maka bangsa itu tidak akan pernah mencapai kejayaan dan kemajuan, persis seperti yang dialami bangsa Indonesia. Seokarno jatuh terhina, demikian pula Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati dan seterusnya.

110

Page 111: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Siapapun yang memimpin Indonesia, baik dia seorang negarawan ataupun agamawan pasti akan mendapat kesusahan dalam pekerjaannya. Karena bangsa yang telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya senantiasa akan mendapat malapetaka, sebagaiama yang telah ditimpakan kepada bangsa-bangsa terdahulu yang telah berkhianat. Selama perkara ini tidak diluruskan kembali, maka bangsa Indonesia tidak akan pernah mencapai cita-cita agungnya, walaupun memiliki sumber daya alam yang melimpah, walaupun memiliki cerdik pandai yang bertaburan, walaupun memiliki banyak ulama dan pemimpin. Karena bangsa yang tidak mendapat keridhoan Allah, tidak akan pernah menggapai kesuksesan sebagaimana yang telah menimpa Bani Isroil di zaman Nabi Musa akibat penghianatannya kepada Allah dan Nabinya.

Mungkin ada yang menolak anggapan bahwa keterbelakangan, keterpurukan serta kemunduran bangsa Indonesia tidak ada hubungannya dengan penegakan syari'at Islam. Sebagai contoh misalnya, bangsa Amerika ataupun Jepang, China, Korea dapat maju tanpa syari'at Islam. Demikian pula dengan negara jiran Malaysia, dapat maju hanya dengan menerapkan Rukun Negara dan menjadikan Islam sebagai agama resmi saja tanpa menerapkan syari'at Islam.

Memang benar, kemajuan bangsa Amerika, China, Jepang, Korea ataupun lainnya tidak ada hubungannya dengan penerapan syari'at, karena para pendiri bangsa mereka tidak pernah memperdulikan dan tidak mengenal syari'at Islam, sehingga sejak dari awal mereka telah merumuskan dasar negara yang sekuler, yang tidak ada hubungannya dengan agama. Mereka merumuskan dasar negara sekuler, dengan dasar negara inilah mereka merdeka, dengan dasar sekulerismelah merekamembangun bangsanya menjadi maju sebagaimana yang kita saksikan. Demikian pula dengan Malaysia, para pendiri bangsanya telah sepakat untuk menetapkan Rukun Negara sebagai dasar negaranya, dengan dasar negara itulah mereka merdeka, dengan dasar negara itulah mereka membangun negaranya sehingga mendapatkan kemajuan seperti saat ini. Mereka tidak pernah bermain-main dengan syari'at Allah, mereka tidak pernah membahasnya sebagai dasar negaranya.

Lain halnya dengan bangsa Indonesia. Para pendiri bangsa kita, baik Soekarno sendiri telah berani bermain-main dengan syari'at yang penegakannya diperintahkan Allah. Buktinya panitia sembilan telah mengakomodasi penerapan syari'at Allah pada dasar negara Indonesia, para pemimpin bangsa di BPUPKI ataupun PPKI tidak mempersoalkan rumusan Piagam Jakarta yang mencantumkan penegakan syari'at Islam di Indonesia. Kemudian dengan dasar negara yang menjamin penerapan syari'at inilah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, bahkan mencantumkan dalam pembukaannya yang menyatakan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia adalah rahmat dari Allah SWT semata, bukan karena jasa orang perorang. Namun sehari setelah kemerdekaan, dasar negara yang telah disepakati para pemimpin bangsa, dirumuskan para pakar serta mengantarkan Indonesia menuju kemerdekaan, diganti secara zalim, tidak

111

Page 112: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

melibatkan perumusnya, bahkan pergantian itu hanya ulah segelintir anak-anak Kristen ingusan yang menjual nama Indonesia Timur, yang pada belakang hari menjadi penghianat bangsa juga. Maka apakah balasan yang lebih layak bagi sebuah bangsa yang telah menghianati Allah dan rasul-Nya serta menghianati perjanjian bangsanya sendiri, kecuali kehinaan mereka dan para pengikutnya sampai mereka kembali kepada perjanjian awalnya. Syari'at Allah tidak dapat dijadikan senda gurauan dan main-mainan, diterima seluruhnya ataupun ditolak seluruhnya.

Akan lain halnya jika para pendiri bangsa dahulu misalnya sepakat untuk mencampakkan syari'at Islam dari awal, tidak diusulkan sebagai landasan Indonesia merdeka, tidak memasukkannya sebagai dasar negara, tidak diputuskan dalam perdebatan panjang Panitia Sembilan. Demikian pula ketika memproklamasikan kemerdekaan tidak menggunakan dasar negara yang berdasarkan kepada syari'at, sebagaimana bangsa Malaysia, Amerika, Jepang ataupun Korea. Maka mungkin akan lain nasib bangsa Indonesia, karena sejak awal tidak menghubungkan dasar negaranya dengan syari'at Allah. Tapi kenyataannya berbeda, para pendiri bangsa sudah sepakat untuk meletakkan syari'at Islam sebagai dasar negara, termasuk Soekarno sendiri, tapi setelah memperoleh kemerdekaan, dengan semena-mena dan licik penuh tipu daya, syari'at Allah yang agung dan sempurna ini dicampakkan begitu saja di tengah jalan, seperti kata pepatah habis manis sepah dibuang. Setelah syari'at Islam mengantarkan kemerdekaan bangsa Indonesia, maka syari'atnya dibuang, dicampakkan karena tidak diperlukan lagi. Maka tidak mengherankan jika sang pemilik syari'at murka pada kelakuan bangsa Indonesia yang mempermain-mainkan-Nya dan syari'at-Nya. Itulah sebabnya sejak saat itu bangsa Indonesia tidak pernah lepas dari bencana demi bencana, azab demi azab yang telah menjadikannya sebagai bangsa terbelakang dan termiskin, sementara alamnya kaya raya. Bagai kata pepatah, ayam mati di lumbung padi. Di zaman Soekarno bangsa Indonesia dihadapkan dengan berbagai masalah internal yang menguras sumber dayanya, sehingga menjadi bangsa miskin. Demikian pula di zaman Soeharto, bahkan sampai saat ini, bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa terbelakang dan termiskin.

Jika bangsa Indonesia dan para pemimpinnya terlalu susah mengingat peristiwa masa lalu yang tenggat waktunya sudah 60 tahun, maka mungkin peristiwa yang terjadi baru-baru ini akan dapat memahamkan dan menyadarkan kekhilafan mereka. Sebagaimana diketahui umum bahwa pada tanggal 26 Desember 2004, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) telah dilanda gempa terbesar, terakhir dicatat berkekuatan 9,3 pada skala rechter dan menimbulkan gelombang tsunami yang telah menewaskan hampir 200 ribu jiwa, pengungsi lebih 1 juta jiwa, kerugian material dianggarkan lebih dari Rp. 50 trilyun dan bencana ini meluluhlantakkan kota yang dijuluki sebagai "Serambi Makkah". Penderitaan masyarakat Aceh bertambah berat, diatas segala penderitaan yang mereka alami. Kemudian semua bertanya, kenapa

112

Page 113: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

bencana dahsyat ini menimpa Aceh yang tekenal tentang keislaman masyarakatnya ?

Bagi mereka yang melihat segala sesuatu berdasarkan syari'at, pasti akan mendapat jawaban pasti. Bahwa gempa dan gelombang tsunami yang terjadi di NAD adalah atas kehendak Allah SWT, sebagaimana diuraikan panjang lebar oleh Dr. Abdurrahman al-Baghdadi dalam bukunya Tsunami Tanda Kekuasaan Allah. Selamatnya beberapa masjid dan anak-anak, wanita dan orang cacatdari amukan tsunami menjadi bukti nyata dan tanda bahwa Allah SWT menunjukkan kekuasaan-Nya dan berhak memilih mana-mana tempat maupun orang yang diselamatkan-Nya. Karena kalau sekedar mengikuti akal dan ilmu pengetahuan manusia, tidak mungkin masjid-masjid yang berada di ujung pantai selamat, sementara bangunan-bangunan beton yang lebih kuat hancur tersapu tsunami. Sebagai orang yang beriman, kita yakin bahwa semua yang terjadi di alama raya atas kehendak Allah semata, kemudian kenapa Allah SWT menurunkan bencana di masyarakat Aceh yang taat, di kota Serambi Makkah bukannya di masyarakat metropolis Jakarta yang bergelimang dengan kemaksiatan misalnya?

Ada beberapa analisis dan jawaban atas pertanyaan tersebut. Ada yang mengkaitkannya dengan kejadian alam yang tidak dapat dihindarkan, sehingga menimpa siapa saja, karena mereka beranggapan tidak ada hubungan antara bencana tsunami di Aceh dengan azab Allah SWT. Namun demikian, sebagai manusia yang percaya adanya Tuhan, bangsa Indonesia harus melihat semua kejadian menurut pandangan agama sebagaimana dijelaskan terdahulu. Karena semua kejadian yang menimpa umat manusia di muka bumi ini tidak dapat dilepaskan dari hukum sebab akibat, jika manusia berbuat kebaikan pasti akan dibalas dengan kebaikan pula, demikian pula halnya apabila manusia berbuat kejahatan dan melanggar ajaran-ajaran Tuhannya, maka sudah sepatutnya mereka mendapat bencana sebagai azab atau peringatan bagi mereka agar kembali sadar.

"Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah" (al-Hadid : 22)

"Bilamana Kami hendak membinasakan sebuah negeri, Kami angkat orang-orang yang suka berbuat kerusakan menjadi pemimpin, lalu mereka berbuat durhaka di dalam negerinya sehingga negeri tersebut berhak mendapat azab, lalu Kami hancurkan negeri tersebut sehancur-hancurnya". (al-Isra’ : 16)

Masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) telah mendapat karunia besar Allah SWT jika dibandingkan dengan saudara-saudara mereka bangsa Indonesia yang lain, karena berkat rahmat dan bantuan-Nyalah mereka diberikan kebebasan oleh negara untuk menjalankan syari'at Islam sesuai dengan tuntutan tokoh-tokoh Aceh. Jika dibelahan bumi Indonesia yang lainnya, umat Islam harus berjuang mati-matian, bahkan ada yang terbunuh dan terpenjara untuk mendapatkan pengakuan negara dalam menjalankan

113

Page 114: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

syari'at Islam. Namun ketika DPR telah mengesahkan Undang-Undang yang membebaskan masyarakat Aceh untuk menerapkan syari'at Islam di NAD sebagaimana yang mereka dituntut, apa yang terjadi? Bagi mereka yang pernah mengunjungi Aceh sampai ke pelosok-pelosok pasti akan mendapat jawaban. Penulis sendiri memang tidak asing dengan Aceh dan masyarakatnya, terutama setelah diberlakukannya UU NAD. Ternyata keadaannya sangat berbeda, keinginan menegakkan syari'at hanya keinginan beberapa gelintir tokoh masyarakatnya, untuk sekedar menjaga dan membedakan tradisi masa lalu Aceh, sementara masyarakat bawah tidak memahami apa yang dikehendaki pemimpinnya. Bahkan ada yang menganggap penerapan syari'at hanya sebatas slogan dan bergaining politik atau sejenisnya. Kenyataannya infrastruktur masyarakat dan pemerintah tidak siap dengan penerapan syari'at Islam secara kaffah, pada saat yang sama terjadi perpecahan di kalangan elit Aceh sendiri dalam membangun masyarakat, terutama dalam menghadapi GAM. Watak masyarakat Aceh masa kini sangat jauh berbeda dengan watak nenek moyang mereka terdahulu yang terkenal keagungannya, keberaniannya, kekonsistenannya, keistiqomahannya, pengorbanannya sehingga bangsa Indonesia layak menjulukinya sebagai Serambi Makkah ataupun daerah modal republik. Akibat derasnya de-Acehisasi, de-Islamisasi ataupun tindakan-tindakan represif aparat keamanan yang berlebihan dengan alasan pembangunan dan program nasionalisasi, generasi muda Aceh menjadi masyarakat yang kehilangan jati diri, hipokrit, tidak konsisten dan meninggalkan tradisi nenek moyang mereka, mengikuti tradisi baru yang bertentangan dengan tradisinya sendiri.

Setelah melalui masa-masa sulit yang panjang, terutama setelah diterapkannya Daerah Operasi Militer (DOM), syari'at Allah bagi masyarakat Aceh, khususnya generasi muda mereka tidak lebih bagai simbol identitas keacehan saja. Seperti jilbab yang dipakai wanita hanya untuk mencegah aparat Dinas Syari'at menangkap mereka, bukan karena perintah Allah. Keadaan umum masyarakat tidak jauh beda dengan masyarakat umum di daerah-daerah Indonesia lainnya. Sementara para pemimpin dan cerdik pandainya banyak yang meninggalkan Aceh untuk menghindari tekanan-tekanan politik maupun ekonomi, sementara yang tetap bertahan, sepertinya ketakutan menyampaikan kebenaran syari'at karena takut dituduh sebagai pendukung sparatis. Sementara kelompok yang mengaku sebagai pejuang kebenaran dan kebebasan tidak ubahnya seperti gerombolon kriminal dan penjahat yang memeras rakyatnya sendiri. Bagaimana mungkin masyarakatnya dikatakan konsisten menegakkan syari'at, namun pemimpin-pemimpinnya banyak yang korup, seperti Gubernurnya yang menjadi terpidana akibat korupsi?

Syari'at Allah tidak dapat dijadikan mainan politik atau sekedar untuk menjadi semacam alat penekan dan sejenisnya, karena syari'at adalah sesuatu yang mulia dan agung. Maka tidak mengherankan jika Sang Pemilik syari'at murka dan pasukannyapun menyapu bersih NAD agar menjadi

114

Page 115: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

peringatan kepada bangsa Indonesia. Sebagaimana dinyatakan di dalam al-Qur'an :

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Allah) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? (al-A'raf : 96-98)

Apakah bencana gempa dan tsunami yang telah menimpa negeri syari'at Islam Nanggoe Aceh Darussalam belum cukup menjadi peringatan keras kepada bangsa Indonesia ? Apakah mesti Allah Yang Maha Perkasa, pemilik syari'at ini harus menurunkan lagi bencana yang lebih dahsyat dari bencana yang terjadi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 lalu, baru bangsa Indonesia mau sadar akan kesalahan dan kelalaiannya selama ini? Apakah setelah mengalami penderitaan, azab, siksaan dan kehancuran bertubi-tubi baru bangsa ini mau kembali kepada Tuhannya? Jika demikian keadaannya, maka segala urusan di alam ini hanyalah milik Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa.

Pancasila Tanpa Syari'at : Sebuah Analisis Islami Bagi umat Islam bangsa Indonesia tidak ada perbedaan pendapat bahwa

rumusan Pancasila yang mencantumkan pelaksanaan syari'at Islam bagi pemeluknya adalah sesuai dengan tuntutan ajaran Islam. Namun perbedaan terjadi ketika pelaksanaan syari'at Islam dihapuskan. Maka berangkat dari paradigma terdahulu, terutama uraian dan sket yang telah dijelaskan, dimanakah kedudukan Pancasila, apakah dikelompok iman ataukah dikelompok kafir ? Dan untuk menyatakan benar dan salahnya Pancasila, diperlukan sebuah analisis mendalam tidak cukup hanya dari satu segi saja, melainkan harus dari beberapa segi, diantaranya adalah :1. Segi Historis (Kronologis)2. Segi Yuridis3. Segi Materil4. Segi Fungsional.

1. Segi Historis (Kronologis) Sejarah, salah satu bukti autentik yang tidak bisa dikelabui oleh siapapun, karena ia merupakan peristiwa yang telah tejadi pada masa lalu yang dicatat oleh para ahli. Sementara waktu sejarah boleh ditutup-tutupi, namun suatu saat pasti akan terlihat mana yang benar dan mana yang salah.

Pada permulaan pembentukan Pancasila tersebutlah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang bertugas untuk mengkoordinir kemerdekaan Indonesia yang dibuat oleh pemerintah

115

Page 116: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Jepang dengan ketuanya DR. Radjiman. Disana dibahas dasar negara Indonesia merdeka, apakah negara berdasarkan Islam, Komunisme, nasionalisme, atau lainnya untuk tidak menyulitkan dibentuklah tim yang disebut panitia sembilan bertugas untuk merumuskan dasar negara. Saat itu terkenallah Abi Kusno Cokrosuyoso cs dari kelompok Islam dan Soekarno cs dari kelompok Nasionalis serta A.Maramis dari kelompok kristen. Terjadilah adu argumentasi yang cukup tegang, terutama dari pihak Islam dengan pihak Nasionalis yang hendak menjadikan Idiologinya masing-masing sebagai dasar negara.3

Setelah bersidang beberapa lama, panitia sembilan telah berhasil merumuskan dasar negara sementara Indonesia dan pada tanggal 22 juni 1945 BPUPKI mengesahkannya dengan nama Piagam Jakarta yang mencantumkan kewajiban bagi umat Islam untuk menjalankan syariatnya. Berkat kepandaian Soekarno berargumentasi, pihak Islam menerima rumusan Piagam Jakarta yang dikatakan sebagai dasar negara sementara, sambil memberikan catatan : Nanti setelah merdeka akan dibahas lagi dalam Konstituante. Pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan, dengan alasan tekanan dari kelompok Kristen di Indonesia Timur, Piagam Jakarta diganti dengan dihapuskannya 7 kata yang mewajiban menjalankan syariat Islam. Dengan kesabaran sekali lagi, kaum muslimin memberikan toleransi demi keutuhan dan kemerdekaan bangsa Indonesia yang baru berumur sehari. Setelah merdeka dan diadakan pemilihan umum yang bebas pada tahun 1955, dan terbentuknya konstituante yang membahas kembali dasar negara, namun secara sepihak kelompok Nasionalis yang diwakili Soekarno membubarkan Konstituante ketika dasar negara yang sesuai dengan Islam hampir disepakati dan diganti dengan Pancasila dan UUD 45. 4

Setelah melihatnya jalan terbentuknya Pancasila, dapat kita ambil suatu kesimpulan, bahwa diterimanya Pancasila sebagai dasar negara oleh wakil-wakil Islam karena keterpaksaan (daruri), hanya untuk sementara waktu saja, yang penting Indonesia merdeka dari cengkraman penjajah kafir berkat kelihaian kelompok Nasionalis dengan semua janji-janji muluknya. Mereka (wakil-wakil Islam) lebih kecewa lagi setelah tujuh kata dalam Pancasila yang berbunyi : “dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluknya”dihapuskan, maka sesuai pasal yang berbau Islampun dihapuskan, seperti Presiden beragama Islam dan lain sebagainya, dengan demikian hilanglah warna Islam dalam Pancasila dan berbeda dengan Piagam Jakarta yang telah disepakati kelompok Islam dalam BPUPKI.

Karena pelaksanaan syari'at yang terkandung dalam Piagam Jakarta sudah dibatalkan secara sepihak oleh kalangan nasionalis, maka secara otomatis semua perjanjian yang terkandung batal demi hukum. Penghianatan dari kelompok Nasionalis sekuler belum berakhir sampai disana, dengan angkuh dan sombongnya Soekarno mencela dan mencaci dasar Islam, yang

3 Lihat Moh. Yamin, Naskah Persiapan UUD 1945, jilid I.4 Lihat lebih mendetil : Endang Syaifuddin Anshary, Piagam Jakarta, Bandung, Pustaka Salman

116

Page 117: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

katanya kolot, tidak sesuai dengan negara modern, hal ini disampaikannya ketika mengadakan kunjungan ke daerah, sehingga saat itu Soekarno mendapat kritikan dari para Ulama.5

Seorang muslim diperbolehkan mengadakan suatu konsensus dengan kaum non muslim apabila perjanjian itu tidak bertentangan dengan firman Allah dan ajaran Rasul-Nya, dan tidak menimbulkan kemudhorotan bagi masyarakat Islam, jika sebaliknya maka diperintahkan untuk memutuskan perjanjian itu bahkan diperintahkan untuk memerangi mereka beserta pemimpin-pemimpinnya, sebagaimana Allah berfirman :

Jika mereka merusak janjinya setelah mereka berjanji dan mereka mencerca dienmu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu. (at Taubah :12)

Dalam pembentukan Pancasila, disana terdapat wakil-wakil dari Islam yang membawakan missi Islam dan wakil-wakil Nasionalis yang membawakan missinya juga. Mereka bersama-sama berkumpul untuk meciptakan suatu COLLECTIVE IDIOLOGI (Idiologi bersama) bagi bangsa Indonesia.

Apakah diizinkan dalam Islam, seorang Islam dan non Islam membuat suatu Idiologi bersama dengan meninggalkan konsepsi yang telah ditetapkan Islam, meninggalkan hukum Islam, ekonomi Islam dan pendidikan Islam. Meninggalkan sistem Islam Kaffah, menggantikannya dengan sistem non Islam, seperti hukum warisan Belanda, ekonomi ala Kapitalis, pendidikan sekuler memisahkan dinul Islam dengan negara dan lain sebagainya. Bagaimana menurut Islam, dapatkah dibenarkan cara-cara seperti ini (mengadakan kompromi dengan meninggalkan konsep Islam yang ada).Allah berfirman :

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara Allah dan Rasul-rasul-Nya dengan mengatakan : “Kami beriman kepada yang sebagian dan kafir kepada yang sebagian, serta bermaksud mengambil jalan (lain) diantara yang demikian (iman dan kafir), merekalah orang-orang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu siksaan yang menghinakan (An Nisa : 150-151).

Apakah kamu beriman kepada sebagian isi al-Kitab dan ingkar terhadap sebagiannya yang lain ? Tiadalah balasan bagi orang-orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. (al-Baqarah : 85)

Dalam konsepsi Islam tidak ada istilah yang membolehkan seorang kafir (ingkar) kepada yang sebagaian dan iman (percaya) pada sebagian, kalau sudah berikrar sebagai muslim, maka konsukuensinya harus menjalankan semua perintah yang telah diperintahkan Allah dengan tanpa reserve, ikrar kepada yang sebagian berarti ikrar yang secara keseluruhan,

5 ibid

117

Page 118: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Islam adalah suatu sistem kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Maka cara-cara yang ditempuh oleh wakil-wakil Islam dalam pembentukan Pancasila tidak diperkenankan sama sekali oleh Islam, hal ini karena menerima kompromi dan meninggalkan konsep-konsep Islam yang ada. Akibat kompromi inilah kemudian orang-orang yang anti Islam membuat tipu muslihat dan makar terhadap umat Islam sejak awal kemerdekaan sampai saat ini hingga umat Islam menjadi kelompok yang terpinggirkan.

Jelaslah sudah, dari segi historis (kronologis) ini Pancasila tidak dapat diterima sama sekali oleh kaum Muslimin di Indonesia, karena sepanjang sejarahnya, sejak pertama kali dibentuk sudah ada niat jahat terhadap umat Islam. Kejahatan pertama adalah penghapusan tujuh kata yang mengandung intipati kehidupan Islami, kejahatan kedua ketika Soekarno secara sepihak mengembalikan Pancasila dan UUD 45 sebagai dasar negara dengan dektritnya yang akhirnya menjadikan Soekarno sebagai tiran. Kejahatan selanjutnya di zaman pemerintahan Soeharto dilarang membicarakan dasar negara, Pancasila disakralkan dan siapapun yang mengutakatiknya akan dicap sebagai subversi. Puncaknya Pancasila dijadikan sebagai Asas Tunggal yang mengatur seluruh sistem hidup bernegara dan berbangsa yang telah menimbulkan krisis serius dikalangan generasi muda Islam yang telah menyeret mereka meniru kehidupan hedonis sekuler. Sampai kapankah umat Islam yang memiliki keagungan dan kebesaran serta kesempurnaan agama dapat ditipu dan dikhianati terus menerus. Sudah berabad-abad, sejak sebelum kemerdekaan umat Islam mengalami penderitaan dan kesengsaraan serta kehinaan di Indonesia akibat sistem hidup sekuler yang selalu ditotelirnya.

2. Segi Yuridis Pancasila adalah salah satu konsensus bersama antara umat Islam dengan lainnya di Indonesia, satu sama lainnya harus konsukuen, menepatinya dan tidak boleh dilanggar. Pada zaman Rasulullah hal ini ada contohnya, seperti Piagam Madinah (Deklarasi Madinah) ataupun Perjanjian Hudaibiyah (perjanjian Rasulullah dengan kaum kafir di Makkah). Inilah yang dijadikan argumen oleh umat Islam yang mendukung Pancasila tanpa penerapan syari'at Islam di Indonesia.

Apakah dapat disamakan Pancasila dengan Piagam Madinah? Marilah kita analisis menurut ajaran Islam.

Al-Qur’an al-Karim telah memberikan statement pada ummat Islam tentang syarat-syarat perjanjian dalam Islam harus memenuhi kriteria dibawah ini : (surat At Taubah ayat 1-15).

1. Perjanjian tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan sunah Rasulullah.

2. Perjanjian punya jangka waktu, kapan berlaku dan berakhir.3. Kedua belah pihak yang berjanji harus menepati semua isi perjanjian

dengan konsukuen.

118

Page 119: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

4. Tidak menimbulkan kemudhorotan bagi keduanya.5. Perjanjian batal jika salah satu yang berjanji menyeleweng (tidak

menepati janjinya).6. Yang mengadakan perjanjian dengan umat Islam tidak boleh

memihak pada musuh Islam lainnya.7. Jika salah satu menyalahi perjanjian, harus diperangi.

Marilah kita analisis poin-poin diatas dengan Pancasila yang dikatakan sebagai perjanjian.

1. Materi-materi dalam Pancasila banyak sekali bertentangan dengan prinsip- prinsip Islam. Terutama setelah pelaksanaan syari'at Islam dihapuskan. (Pembahasan akan lebih sempurna pada analisis dari segi materil).

2. Perjanjian Pancasila tidak mempunyai jangka waktu berakhirnya, bahkan dipertahankan sedemikian rupa oleh para pengawal setia Pancasila, yang mau mengganti Pancasila dicap subversi diancam hukum mati.6

3. Penyelewengan-penyelewengan sangat banyak dilakukan oleh pihak nasionalis, dari penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta yang baru disepakati, disusupi Idiologi komunis pada zaman Soekarno (Nasakom), dibubarkannya konstituante ketika Masyumi memegang kendali politik dan akan membahas dasar Islam yang hampir tercipta dibantu oleh Militer,7 merubah sistem demokrasi Pancasila menjadi demokrasi terpimpin dibawah kekuasaan Diktator Soekarno,8 akan membubarkan partai Islam yang ada,9 menjadikan ABRI sebagai tulang punggung pembela Pancasila dengan Sapta Marganya,10 dalam pemerintahan orde baru, fungsi Pancasila jauh telah menyimpang dari relnya semula dengan adanya Pancasila sebagai Azas Tunggal,11 dan masih banyak lagi penyelewengan yang dilakukan pihak Nasionalis/penguasa terhadap ummat Islam.12

4. Pancasila menimbulkan banyak mudhorat bagi umat Islam, karena tidak dapat menjalankan Islam secara total (Islam Kaffah) (Al Baqarah : 208), Islam Kaffah adalah penerapan sistem Islam disegala bidang, Ipoleksosbudhankam yang berlandaskan pada Islam. Dengan tidak menggunakan sistem Islam ini, ummat Islam

6 Lihat UU Anti Subversi no 11/PNPS/19637 Lihat, AH. Nasution, Kepemimpinan di Negara-negara berkembang, halaman 1718 SU. Bayasut, Alam Fikiran dan Jejak Langkah Prawoto Mangunsasmito, Surabaya, Dokumenta, hal.2219 Yusuf Abdullah Puar, M.Natsir 70 Tahun, Pustaka Antara, halaman 95-97. Lihat juga : Moh. Hatta, Demokrasi Kita,

Pustaka Antara, halaman 1710 TB. Simatupang, Menelaah Kembali Peranan TNI, Prisma 11 halaman 2011 M. Natsir, Indonesia di Persimpangan Jalan, Terbitan sendiri12 Lihat : AM. Fatwa, Nasib Umat Islam dan Rakyat Indonesia di Bawah Orde Baru dan Pos-pos Soeharto.

119

Page 120: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

menderita kerugian besar, sebab semua amalannya adalah sia-sia dihadapan Allah.

5. Karena pihak Nasionalis menyeleweng, maka ummat Islam harus memutuskan perjanjian itu, tidak terikat lagi dengannya, umat Islam harus menggantikannya (Pancasila) dengan sistem Islam yang mengantarkan rahmat bagi alam.

6. Ternyata pihak-pihak Nasionalis (penguasa orde baru) dengan hebatnya membantu musuh-musuh Islam, terutama kelompok militan kristen yang sejak awal kemerdekaan telah bercita-cita memisahkan diri dari NKRI seperti kelompok sparatis RMS ataupun kelompok kristen yang telah mendukung lepasnya Timor Timur yang kini menjadi negara merdeka Serambi Roma. Dengan jabatannya, para pejabat negara membantu misionaris untuk mengkristenkan umat Islam yang masih awam dipelosok-pelosok desa, dengan memberikan bantuan ekonomi lalu mengajak masuk keagama kristen. Hal ini tidak pernah digubris oleh penguasa karena ada hubungan dengan negeri-negeri kristen di Barat. Di era Soeharto telah diangkat mentri-mentri dan pejabat ditempat-tempat yang strategis untuk memojokan Islam, jumlah mentri tidak sesuai dengan penduduk kristen yang minoritas dinegeri ini. Dengan wewenangnya, pejabat-pejabat kristen selalu memojokan umat Islam dengan alasan sebagai fundamentalis dan radikal yang akan mendirikan negara Islam seperti Panglima ABRI Beni Murdani misalnya.

7. Pengikut-pengikut dan pendukung harus diperangi oleh umat Islam, Allah sangat menghina orang-orang yang tak mau memerangi orang yang memutuskan perjanjian, (At Taubah : 13).

Pancasila dan Piagam MadinahSetelah Rasulullah Saw tiba di Madinah ketika berhijrah dari Makkah,

pertama kali yang dilakukannya setelah mengkoordinir kekuatan Islam di Madinah adalah mengadakan perjanjian dengan suku-suku Yahudi maupun Nashrani yang tinggal di Madinah, hal inilah yang dipakai argumentasi oleh kelompok pendukung Pancasila dari kalangan umat Islam di Indonesia.

Kalau kita tela’ah lebih jauh isi perjanjian itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :

1. Umat Islam dan lainnya berjanji untuk hidup rukun dan damai (koeksistensi)

2. Jika terjadi perselisihan diantara kedua golongan yang berjanji, maka yang akan mrnjadi hakim adalah Rasulullah.

3. Pemegang pimpinan tertinggi berada pada ummat Islam dibawah pimpinan Rasulullah.

4. Saling tolong menolong jika ada yang menyerbu Madinah.5. Jika ada yang berkhianat, maka harus diusir dan diperangi.6. Pihak yang berjanji tidak boleh membantu musuh golongan lain.

120

Page 121: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

7. Dan seterusnya.

Perjanjian Madinah adalah salah satu perjanjian gemilang yang berakhir dengan kemenangan mutlaq berada pada pihak Islam, terbukti dengan pengusiran suku-suku Yahudi dari Madinah akibat penghianatan mereka kepada kaum Muslimin.13

Bagaimana dengan Pancasila, samakah dengan Piagam Madinah?Piagam Madinah adalah perjanjian umat Islam dengan kaum kafir,

dimana yang memegang kekuasaan tertinggi berada pada umat Islam, dalam artian umat Islam bebas menjalankan semua ajaran agamanya, baik dalam bidang hukum, undang-undang, ekonomi, pendidikan, politik, militer, budaya dan lainnya. Namun bagaimana dengan Pancasila, sangat bertentangan, karena ummat Islam bukan pengendali (pengontrol), tapi yang dikendalikan oleh pihak Nasionalis penguasa, sehingga umat Islam tidak bebas menjalankan semua ajarannya, lebih menyedihkan lagi melihat situasi pada masa ORBA dibawah pimpinan Soeharto dimana fungsi Islam tidak lebih hanya sebagai stempel untuk mengelabui umat Islam dan masih dipertahankan oleh rezim-rezim sesudahnya.

Dalam Piagam Madinah tercantum pasal yang berisi pemegang perjanjian tidak boleh membantu musuh masing-masing, tapi bagaimana dengan pengikut Pancasila?, dizaman Orla mereka membantu Komunis yang hendak menghancurkan Islam dengan menangkap tokoh-tokoh Masyumi, sedangkan di zaman Orba mereka membantu Kristen dan kelompok-kelompok anti Islam, bahkan Pemerintahan Orba sendiri adalah pemerintah yang anti Islam dan membela musuh-musuh Islam. Bahkan mereka yang akan menegakkan syari’at Islam yang telah diputuskan dalam BPUPKI dalam Piagam Jakarta yang menjiwai Pancasila di cap sebagai penghianat dan pemberontak.

Menurut Piagam Madinah, kalau musuh Islam telah membantu golongan lain yang juga musuh Islam, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, sudah sewajarnyalah mereka diperangi dan diusir dari bumi Indonesia, sebagaimana pengusiran terhadap suku-suku Yahudi di Madinah ketika melanggar Piagam Madinah untuk membantu musuh Islam.

Perjanjian Hudaibiyah dan PancasilaPerjanjian Hudaibiyah adalah perjanjian antara Rasulullah Saw dengan

kafir Quraisy. Perjanjian ini adalah perjanjian antara dua negara yang sama-sama berdaulat, Madinah dibawah pimpinan Muhammad Rasulullah dan Makkah dibawah pimpinan Abu Sofyan cs. Kaum Muslimin dinegara Madinah bebas menjalankan segala ajaran Islam dengan tidak ada gangguan sedikitpun dari pihak musuh, memiliki tentara yang siap membela dan

13 H.Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Tinta Mas, halaman 221-225

121

Page 122: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

mempertahankan negara Madinah dari serangan musuh dibawah Panglima gagah perkasa Muhammad Rasulullah.14

Adanya perjanjian ini disebabkan karena kafir Quraisy tidak sanggup lagi menahan serangan tentara Islam yang gagah perkasa lagi berani untuk menyatakan kekalahan mereka, kafir Quraisy dengan utusannya Suhail bin Amr mengadakan perjanjian dengan Rasulullah yang isinya antara lain :

1. Tidak mengangkat senjata selama 10 tahun.2. Saling membela kepentingan bersama.3. Orang Madinah yang ke Makkah tidak boleh kembali lagi ke

Madinah, sedangkan orang Makkah yang ke Madinah boleh kembali ke Mekkah lagi.

4. Orang-orang Arab lainnya bebas bersekutu dengan Rasulullah.5. Dan seterusnya.Sepintas kelihatannya memang merugikan Islam, ternyata dengan

adanya perjanjian ini, ummat Islam Madinah dapat melaksanakan da’wah Islammiyah dengan bebas dan leluasa di Makkah dan negeri-negeri sekitarnya, inilah kemenangan besar bagi ummat Islam saat itu, Allah mengabadikannya dalam surat Al Fath.15

Bagaimana dengan Pancasila?Pancasila bukan perjanjian antara dua negara, tapi masyarakat dalam

satu negara. Penandatanganan Pancasila bukan pemimpin yang diakui oleh ummat Islam, sebagaimana kedudukan Rasulullah saat perjanjian Hudaibiyah. Setelah adanya perjanjian Pancasila, umat Islam Indonesia tidak bebas menjalankan da’wah Islamiyah, penangkapan-penangkapan dari dulu hingga sekarang masih dijalankan oleh pihak Nasionalis yang berkuasa terhadap ulama-ulama Islam yang konsukuen terhadap Al-Qur’an dan sunnah, seperti M. Natsir, Kasman, M. Roem, KH Isa Anshori, M. Natsir, HAMKA dan lainnya pada masa orde lama (Soekarno), pada masa orde baru sekarang ini penangkapan lebih hebat, Mubaliq-mubaliq yang berani memberi peringatan kepada pemerintah akan ditangkap, diteror bahkan tidak diizinkan mengadakan ceramah lagi, seperti A Qadir Djailani, Toni Ardhi, Abdullah Sungkar, AM Fatwa, Syarifuddin Parawiranegara dan lainnya. Sedangkan pada waktu itu terjadinya perjanjian Hudaibiyah, umat Islam di Madinah lancar mengadakan aktifitas da’wah Islamiyah, tanpa ada yang berani menghalanginya.

Umat Islam di Indonesia, tidak memiliki tentara dan panglima yang siap membela eksistensi Islam, sebagaimana ummat Islam di Madinah. Pancasila adalah perjanjian ummat Islam dengan lainnya dalam hal dasar (Idiologi) negara Indonesia merdeka, sedangkan Hudaibiyah adalah perjanjian keamanan bersama.

Setelah kita menganalisis perbandingan antara perjanjian Hudaibiyah dengan Pancasila terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat menyolok,

14 Lihat : A. Hasjmy, Nabi Muhammad Sebagai Panglima Perang, Jakarta, Mutiara.15 H. Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Tintamas, halaman 441-444

122

Page 123: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

maka Pancasila tidak dapat disamakan sama sekali dengan perjanjian Hudaibiyah yang telah dilakukan Rasulullah, seandainya ada yang mengatakan sama, jelas ia bohong belaka.

Secara Yuridis, Pancasila tidak dapat diterima sama sekali oleh pihak Islam, karena jelas sangat bertentangan dengan konsepsi-konsepsi dalam Al-Qur’an maupun dalam sunnah Rasulullah. Umat Islam yang konsekwen pada Al-Qur’an dan Sunnah, tidak sepatutnya mencari alasan yang bertentangan untuk mempertahankan Pancasila yang telah melecehkan syari'at Islam, apalagi hal ini menyangkut Sunnah Rasulullah Saw, barang siapa berdusta, mencari-cari alasan, atas nama Rasulullah, maka bersiaplah menghadapi keganasan neraka kelak. Rasulullah Saw bersabda : Barang siapa yang berdusta atas namaku (sunnahku) maka bersiap-siaplah untuk mendapatkan tempat duduk dineraka'.

3. Segi MaterilPancasila yang dikatakan sebagai Idiologi bangsa Indonesia adalah

bersumber pada filsafat-filsafat barat maupun filsafat-filsafat timur. M. Yamin berkata tentang ini : “Pancasila sebagai hasil penggalian Bung Karno ini sesuai pula dengan pandangan tinjauan hidup Neo Hegalian”.16

Serta perhatikan pidato Bung Karno dihadapan BPUPKI, antara lain mengatakan, inspirasi-inspirasi tentang Pancasila ia peroleh dari pemikir-pemikir Sosialis Cina.17

Jadi kandungan Pancasila adalah sebagian besar diambil dari filsafat-filsafat Barat maupun filsafat-filsafat timur (sosialis komunis) serta dimasukkan beberapa ajaran Islam, kemudian jadilah ia sebagai COLLECTIVE IDIOLOGI (Idiologi bersama) bagi bangsa Indonesia.18

Itulah sebabnya, seorang muslim perlu menganalisis secara mendalam kandungan Pancasila, apakah bertentangan atau tidak dengan Islam, agar aqidah umat Islam tidak tercampur baur yang mengakibatkannya musyrik kepada Allah SWT.

Sebagaimana kita ketahui Pancasila terdiri dari lima sila yaitu :1. Ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Kemanusian yang adil dan beradab.3. Persatuan Indonesia.4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan.5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sila 1 : Ketuhanan Yang Maha Esa.

16 M. Yamin, Naskah Persiapan UUD 1945, jilid I17 Soekarno, 7 Bahan Pokok Indoktrinisasi, DPA RI (Orla).18 Roeslan Abdul Ghani, Resapkan dan Amalkan Pancasila.

123

Page 124: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Konsep ketuhanan dalam Pancasila tidak jelas maknanya, karena ditafsirkan menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam ragam agama dan kepercayaannya itu. Penafsiran Ketuhanan Yang Maha Esa menurut Islam sangat berbeda dengan penafsiran menurut Kristen ataupun lainnya. Dalam Pancasila terdapat banyak Tuhan, yaitu Tuhannya orang-orang Islam, Tuhannya orang Kristen, Tuhannya orang Hindu, Tuhannya orang Budha dan lainnya, jadi Tuhan-Tuhan manusia Indonesia berkumpul dalam Pancasila sebagai wadah tunggal, sebagai Collective Idiologi (aqidah bersama).

Bagaimana konsep Ketuhanan dalam Islam, samakah dengan Pancasila?

Sehubungan dengan konsep Ketuhanan dalam Islam, beberapa ayat di bawah ini menegaskan dengan terang benderang makna dari Keesaan Tuhan dalam Islam.Allah, tidak ada Illah (Tuhan) melainkan hanya Dia. (Al Baqarah : 255)Katakanlah : Dialah Allah, Yang Maha Esa (Tunggal). (Al Ikhlas : 1)Sebagaimana tercantum dalam surat Al Baqarah ayat 255, missi Islam adalah untuk menegakkan kalimah LA ILAHA ILLA ALLAH, tidak ada Illah (Tuhan) kecuali hanya Allah saja. Jadi konsepsi dalam Islam hanya ada satu Illah (Tuhan) saja, yaitu Allah, selainnya hanya non sent. Tidak ada Tuhan Yesus, tidak ada Sang Yhang Whidi, tidak ada Tao, tidak ada tuhan-tuhan lainnya, yang ada hanya Allah SWT.

Bagaimana konsep Pancasila dengan Islam tentang Tuhan ini, sama atau tidak?.

Pancasila mengakui adanya Tuhan-tuhan selain Allah, hal ini terbukti dengan dibiarkannya berkembang pesat ajaran-ajaran yang telah memusyrikkan Allah, bahkan dilindungi dan diberi tempat dengan alasan toleransi beragama. Apakah dengan alasan toleransi beragama, umat Islam dapat menerima sebuah konsep yang tidak jelas maknanya seperti yang terkandung dalam Pancasila pertama, yang menafsirkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai ajaran yang memperkenankan adanya kemusyrikan, penyekutuan Allah sedangkan Islam melarangnya (Musyrik/Kafir). Allah berfirman :Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan : Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (Illah) selain dari Tuhan (Allah) Yang Esa (Tunggal). (Al Maidah : 73)

Ketuhanan Yang Maha Esa dalam konsep Pancasila tidak jelas maknanya, karena dapat ditafsirkan sesuai dengan keinginan semua orang. Orang Islam akan menafsirkannya dengan Tauhid, sementara orang Kristen akan menafsirkannya dengan Trinitas, orang Hindu akan menafsirkannya dengan Dewa Syang Yang Widhi, orang Kejawen akan menafsirkannya dengan kepercayaan nenek moyang mereka dan setiap orang berhak untuk menafsirkan ajaran ketuhanan dalam Pancasila. Penafsiran yang kabur dan tidak jelas ini tentu tidak dapat diterima oleh kepercayaan Islam yang telah memiliki konsep tentang Ketuhanan yang sudah baku dan final, dimana

124

Page 125: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

konsep Ketuhanan ini berbeda dengan yang diyakini orang Kristen, Hindu dan lainnya. Memaksakan konsep Ketuhanan Pancasila yang kabur dan tidak jelas kepada konsep Ketuhanan Islam yang terang benderang, sama halnya dengan perbuatan menutup matahari dengan telapak tangan, sebuah penipuan dan amalan yang sangat dimurkai Allah SWT.

Jika konsep ketuhanan Pancasila sama dengan konsep Ketuhanan dalam Islam, tentulah agama Kristen yang menyatakan adanya Tuhan-Tuhan selain Allah tidak akan mendapat tempat di Indonesia, karena menurut Islam ajaran ini jelas-jelas memusyrikkan (menyekutukan) Allah dengan sesuatu selainnya. Islam sama sekali tidak mentolerir adanya tuhan-tuhan, apapun bentuknya yang disandingkan dengan Allah SWT Yang Maha Tunggal, inilah intipati dari ajaran Islam yang dikenal dengan Tauhid. Jadi disini jelaslah bertentangan konsep Islam dengan Pancasila. Akibat adanya kesatuan Tuhan dalam Pancasila dianggapnya semua agama adalah baik dan benar, inilah kemusyrikan yang nyata, jelas-jelas melanggar konsep Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman : Sesungguhnya Dien yang paling diridhoi disisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran : 19). Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Islam adalah tinggi, tiada yang lebih tinggi lagi dari padanya. (Al Hadist)

Jadi jelaslah sila pertama dari Pancasila ini sangat bertentangan dengan Islam, karena dapat membuat seorang muslim menjadi musyrik kepada Allah. Itulah sebabnya para pemimpin umat Islam terdahulu menerima konsep "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluknya". Ketuhanan yang berlandaskan syari'at Islam adalah jelas dan terang benderang maknanya, yaitu sebuah konsep Ketuhanan yang Tunggal sebagaimana dikehendaki syari'at Islam, Ketuhanan yang jelas tidak akan menerima konsep ketuhanan selainnya yang akan mengantarkan kepada kemusyrikan.

Sila ke 2 : Kemanusian yang adil dan beradab.Dalam kontek Pancasila, sesuatu perbuatan dianggap adil dan beradab

apabila sesuai dengan sifat manusiawi (kemanusian). “Jadi kemanusian yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan

perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap alam dan hewan”.19

Jelaslah menurut Pancasila, segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kodrat manusiawi berdasarkan nafsu dan ro'yu tidak dapat diterima dan dibenarkan sama sekali, padahal manusia yang tidak dilandasi dengan keimanan yang kuat maka cenderung mengikuti hawa nafsu dan pemikiran yang sesat, Rasulullah saw menegaskan, tidak beriman seseorang sebelum hawa nafsunya mengikuti apa yang dibawa Rasulullah.

19 IKIP, Pengertian Pancasila atas Dasar UUD 1945 dan Ketetapan-Ketetapan MPR, Laboratorium Pancasila IKIP Malang

125

Page 126: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Dalam Pancasila banyak hal-hal yang mengikuti hawa nafsu manusia bukan yang diturunkan Allah, misalnya :- Hukum potong tangan bagi pencuri dan rajam bagi penzina adalah tidak

manusiawi, jadi hal ini tidak dapat diterima oleh Pancasila, sedangkan hal ini adalah wahyu Allah yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim, jika ia tidak melaksanakannya maka ia telah KAFIR (Al Maidah 44).Dalam kontek Pancasila penzina adalah orang yang mempunyai suami dan istri lalu melakukan hubungan dengan orang lain, dikatakan berzina apabila mendapat tuntutan dari salah satunya, sedangkan muda mudi yang berhubungan tidak dianggap berzina, asalkan suka sama suka, tidak dihukum sama sekali. Sedangkan menurut Islam mereka adalah penzina semua yang harus dihukum. Bertolak belakang betul konsep adil dan beradab menurut Islam dan Pancasila.

- Presiden sebagai kepala negara dan pemegang kekuasaan tertinggi negara dapat membebaskan seseorang dari tuntutan hukuman (hak Grasi, Rehabilitasi dsbnya), ini adalah adil menurut harkat kemanusiaan, sedangkan menurut Islam siapapun tidak berhak membebaskan seseorang dari hukuman yang telah ditentukan, walau Nabi sekalipun, sebab ini adalah hak tunggal yang hanya dimiliki oleh Allah saja.

- Ekonomi Pancasila ala Kapitalis, hak perorangan, yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin, tanpa mempunyai kewajiban sedikitpun untuk mengeluarkan hartanya, yang dalam Islam dikenal dengan Zakat, inikah kemanusian yang adil? Karena tidak dilandasi oleh syari'at Islam, maa jelas sila kedua ini sangat

bertentangan dengan konsep Islam, karena sifat manusia tidaklah terlepas dengan nafsu yang selalu condong kearah maksiat, itulah sebabnya Islam tidak mengizinkan seseorang untuk mengikuti harkat kemanusiaan yang berdasarkan pada hawa nafsu belaka, seorang manusia harus tunduk dibawah kehenda wahyu yang diturunkan Allah. Allah berfirman :Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum diantara mereka ialah ucapan : “Kami mendengar dan kami patuh”. Mereka itulah orang-orang yang beruntung. (An Nuur : 51)Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mu’min dan tidak pula bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa menduharkai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah ia telah sesat, sesat yang nyata. (Al Ahzab : 36)

Sila ke 3 : Persatuan Indonesia.Pancasila menyebutkan, seorang warga negara Indonesia harus bersatu

padu dalam segala hal, mengutamakan kepentingan negara dan bangsa dari pada kepentingan pribadi ataupun golongan (termasuk kepentingan agama sekalipun).

126

Page 127: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Bolehkah umat Islam bersatu padu dengan orang-orang kafir dalam segala hal?Allah berfirman :Muhammad itu utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir dan lemah lembut sesama Muslim. (Al Fath :29)Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu wali (mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran diatas keimanan. (At Taubah : 23)Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara ataupun keluarga mereka. (Al Mujadilah : 22) Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan munafik itu dan bersikap keraslah terhadap mereka. (At Taubah : 73)

Jihad, Mazhab Hanafi mengartikannya :Lughoh : Menggunakan sesuatu secara maksimal baik berupa perkataan maupun perbuatan.Syareah : Membunuh orang-orang kafir, memancung kepala mereka, mengambil harta mereka dan meruntuhkan rumah-rumah berhala (ibadah) mereka guna menegakkan Islam.20

Lihat al-Qur’an: Al Maidah : 54, An Nisa : 144, Ali Imran : 28, Al Maidah : 51 dan 57.

Dengan tegas dan jelas Allah SWT melarang kaum muslimin untuk bersatu dengan orang-orang kafir, apabila dalam menjalankan ibadah kepada Allah, Islam tidak mengenal toleransi beragama (beribadah bersama-sama), umat Islam hanya diperintahkan bersatu, hanya berdasarkan taqwa kepada Allah, yaitu dengan sesama muslim bukan sama orang kafir yang membenci Islam.

Pancasila dapat menimbulkan sifat Nasionalisme, dan demikianlah tujuan Pancasila.

“Dengan Persatuan Indonesia harus pula dikembangkan semangat cinta tanah air dan bangsa (Nasionalisme) serta semangat pengabdian dan pengorbanan kepada tanah air dan bangsa (Patriotisme), yang hakekatnya bersumber pada kesadaran senasib dan seperjuangan dalam menghadapi tantangan hidup”.21

Dengan tegas dan jelas dikatakan Pancasila bertujuan untuk menciptakan sikap Nasionalisme ini dapat menimbulkan kebanggaan raas, merasa lebih tinggi dan baik dari bangsa lain, serta memandang rendah mereka, Islam memandang mulia dan tidaknya seseorang bukan tergantung dari raas, melainkan taqwanya kepada Allah semata.

20 Hasan Al-Banna, Risalah Jihad, Kuala Lumpur, IIFSO, halaman 2921 IKIP, Pengertian Pancasila…. Lihat juga Darji Darmodiharjo, Pancasila Suatu Orientasi Singkat.

127

Page 128: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Islam diturunkan untuk menghapuskan Nasionalisme dan mempersatukan ummat manusia seluruh dunia dibawah naungan Al-Qur’an dan Sunnah. Allah berfirman : Dan tidaklah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. (Al Anbiya : 107)Ingatlah ketika Robbmu berfirman kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah dimuka bumi. (Al Baqarah : 30)

Khalifah adalah sistem pemerintahan dalam Islam, manusia sebagai wakil Allah untuk menjalankan semua yang diturunkan-Nya, semua peraturan-peraturan dan perundang-undangan tidak boleh keluar/menyimpang dari wahyu Allah, daerah kekuasaannya meliputi seluruh Alam ini.22

Sayyid Quthub mengatakan: Masyarakat Islam ialah suatu masyarakat yang Universal, yakni tidak Rasial, tidak nasional dan tidak pula terbatas didalam lingkungan batas-batas geografis. Dia terbuka untuk seluruh anak manusia tanpa memandang jenis, warna kulit atau bahasa, bahkan juga tidak memandang agama dan keyakinan atau Aqidah.23

Menyerukan sikap Nasionalime adalah hal yang dilarang dalam Islam, Rasulullah bersabda: Bukan tergolong ummatku yang menyerukan Ashobiyyah, bukan tergolong ummatku yang berperang atas dasar Ashobiyyah, bukan tergolong ummatku yang mati atas dasar ashobiyyah. (HR Abu Dawud)24

Selanjutnya Sayyid Quthub berkata : Sebagai tindak lanjut dari penghapusan dinding-dinding raas, bahasa dan warna kulit, maka Islam meniadakan pula batas geografi antara berbagai bangsa, yang menciptakan perasaan Nasional sempit dan yang menjadi sumber bagi persaingan sengit antara nation-nation yang berbeda –beda. Persaingan inilah yang melakhirkan sistem penjajahan yang intipatinya ialah eksploitasi bangsa atas bangsa, jenis atas jenis dan tanah air atas tanah air.

Persatuan Indonesia ini juga akan melakhirkn sikap patriotisme, mengabdi dan rela mengorbankan diri demi untuk kepentingan negara dan bangsa. Inilah perbuatan musrik yang dianjurkan Pancasila. Seorang Muslim diperintahkan beribadah (mengabdi) dan berkorban semata-mata karena Allah saja. Allah berfirman : Katakanlah : “Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Roob Semesta Alam, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku”. (Al An’am : 162-163)

Sa’id Hawa mengatakan, salah satu yang mengakibatkan batalnya syahadat adalah terlalu cinta pada tanah air, berjuang karenanya semata.25

Persatuan yang tidak dilandaskan pada syari'at Islam, apapun nama dan bentuknya pasti akan menimbulkan kesengsaraan, khususnya bagi umat Islam yang telah memiliki konsep persatuan (ukhuwwah Islamiyyah) yang

22 Abul A’la Maududi, Khilafah dan Kerajaan, Mizan, halaman 64-6723 Sayyid Qutb, Masyarakat Islam, Ma’arif, halaman 7224 Ashobiyah artinya terlalu fanatik golongan, suku dan kebangsaan (nasionalisme) atau chauvinisme.25 Said Hawwa, Jundullah, Bab Noda hitam yang membatalkan syahadat, diterjemah Majalah al-Muslimun Bangil

128

Page 129: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

melampaui batas keturunan, darah dan suku serta bangsa. Persatuan yang dianjurkan Pancasila adalah persatuan yang semu, persatuan yang tidak jelas ikatannya, persatuan yang mudah diputuskan oleh kepentingan-kepentingan duniawi, seperti yang dilakukan kelompok sparatis yang ingin keluar dari NKRI karena merasa minoritas. Persatuan semu ini telah beberapa kali menghianati umat Islam yang mayoritas atas nama persatuan umat Islam ditanggalkan kewajibannya untuk menegakkan syari'at Allah yang telah diwajibkan kepada mereka. Atas nama persatuan generasi muda Islam dirusak aqidah dan keyakinannya, yang menyatakan semua agama adalah baik dan benar, sehingga mereka bebas untuk menganut agama apapun dan dapat menikah dengan oarang yang beragama apapun. Atas nama persatuan inilah ajaran-ajaran Islam yang terang benderang dalam semua lapisan kehidupan dicampakkan, diganti dengan ajaran-ajaran sekuler, ajaran-ajaran kafir dalam hukum, ekonomi, pendidikan, sosial dan lainnya. Maka persatuan apakah namanya, jika hanya untuk menggiring umat Islam menuju kesesatan, menuju kemurkaan Allah, menuju neraka jahannam.

Jadi tidak diragukan bahwa konsep persatuan, yang lebih mengutamakan kesatuan dan persatuan daripada syari'at dan ajaran Allah, adalah ajaran yang telah mengantarkan umat Islam menuju kerugian di dunia dan di akhirat akan mendapat siksaan akibat mereka telah mengutamakan ajaran-ajaran yang bertentangan dengan Islam. Umat Islam diperbolehkan membangun persatuan selama tidak bertentangan dengan syari'at Islam, terutama yang mengatur urusan dunia mereka dan bukannya urusan agama yang sudah diatur dengan jelas.

Sila ke 4 : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.

Pancasila menyebutkan, seluruh rakyat Indonesia harus tunduk dan patuh kepada semua peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh dewan perwakilan yang berdasarkan pada ratio sehat. Jadi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan berarti, bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya memakai sistem perwakilan sedang putusan-putusan harus berdasarkan kepentingan rakyat, yang diambil melalui musyawarah yang dipimpin oleh ratio yang sehat serta dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab.26

Dalam sistem Pancasila, pemegang kekuasaan tertinggi adalah rakyat yang diatur/diwakilkan melalui perwakilan (MPR/DPR). Hal ini sangat bertentangan dengan sistem dalam Islam, ketaatan harus hanya kepada Allah semata dan wajib mengikuti undang-undang-Nya serta haram meninggalkan peraturan ini dan mengikuti undang-undang buatan manusia-manusia lainnya. Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya dan Ulil Amri diantara kamu. (An Nisa : 59)

26 IKIP, Pengertian Pancasila..

129

Page 130: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Sesungguhnya wali (pemimpin) kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat seraya mereka tunduk (kepada Allah). (Al Maidah : 55)Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Robbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. (Al A’raf : 3)Kemudian kami jadikan kamu berada diatas syariat (peraturan) dari urusan dien itu, maka ikutilah syari'at itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (Al Jasiah : 18 )

Pemimpin tertinggi umat Islam adalah Allah, Rasul-Nya kemudian orang-orang yang beriman yang tunduk dan patuh kepada wahyu yang diturunkan Allah, bukan orang yang mengikuti ratio sehat (filsafat) yang tak terlepas dengan kemauan nafsu. Seorang Muslim harus tunduk dan patuh hanya kepada perintah Allah dan Rasul-Nya, diperkenankan taat kepada manusia asalkan ia beriman dan tidak mengajak kepada maksiat terhadap Allah. Rasulullah bersabda : Tidak ada taat pada mahluk yang mengajak maksiat pada Allah (Al Hadist).

Konsep demokrasi dalam Pancasila bersumber dari kebiasaan nenek moyang bangsa Indonesia, yang animisme, Hindu maupun Budha.

“Demokrasi Pancasila demokrasi yang telah dipraktekkan oleh bangsa Indonesia sejak dahulu kala (oleh nenek moyang) dan masih dijumpai sampai sekarang.27

Demokrasi Pancasila berdasarkan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat yang dilaksanakan sepenuhnya oleh dewan perwakilan. Sistem demokrasi Pancasila ini terlihat dalam MPR maupun DPR yang terdiri dari beberapa golongan agama dan kepercayaan, ada wakil Islam, Kristen, Hindu, Budha, Komunis, Kejawen dan lain sebagainya, menjadi satu dalam MPR/DPR yang membuat peraturan-peraturan maupun hukum. Sedangkan Islam menghendaki Syuro (Ali Imran : 159) yang terdiri hanya dari wakil Islam, Islam yang taat saja, bukan dari berbagai golongan.

Dan Ali telah berkata : Aku telah bertanya kepada Rasulullah : sekiranya terjadi sesuatu sepeninggalmu yang tidak kami dapati hukumnya dalam Al-Qur’an atau tidak kami dengar sesuatu darimu mengenainya, apakah kira-kira yang kalian lakukan? Rasulullah berkata : Kumpulkanlah para ahli ibadat yang bijaksana diantara umatku dan musyawaratkanlah urusanmu itu diantara kamu, dan janganlah membuat keputusan dengan satu pendapat saja.28

Demikianlah sistem demokrasi dalam Islam, semua keputusan yang diambil tidak boleh sama sekali bertentangan dengan Al-Qur’an maupun Sunnah.

Demokrasi Pancasila, MPR/DPR, banyak menelurkan keputusan-keputusan yang bertentangan dengan Islam, seperti UU tentang perkawinan

27 Prof. Dr. Hazairin, Demokrasi Pancasila, Jakarta, Prapanca

28 Abul A’la Maududi, Khilafah dan Kerajaan, halaman 100

130

Page 131: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

di zaman Soeharto ataupun penolakan terhadap masuknya kembali syari'at Islam amamdemen UUD 45 dalam sidang MPR era reformasi dan lainnya. Seorang muslim tidak diizinkan sama sekali menjadi anggota parlemen yang selalu memojokan Islam. Allah berfirman : Dan sesungguhnya Allah telah menurunkan kepada kamu didalam Al-Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, maka janganlah kamu duduk beserta mereka sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain, karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang Munafik dan orang-orang kafir dalam Neraka. (An Nisa : 140)

Demikianlah ketentuan Islam, ini adalah salah satu sistem politik dalam Islam, politik non cooperatif. Apalagi kalau kita melihat MPR/DPR sekarang di Indonesia ini khususnya zaman Orde Baru, wakil-wakil Islam hanya mencari kursi saja, tidak membawakan aspirasi politik umat Islam sama sekali, padahal ketika berkampaye selalu menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an, namun setelah menarik simpati ummat Islam, dan dipilih, mereka lupa sama sekali dengan ayat Allah yang dibacakannya. MPR/DPR sekarang tidak lebih sebagai parlemen / Majelis untuk memojokan umat Islam, kaki tangan penguasa. Demikian pula halnya dalam era reformasi saat ini, setelah wakil-wakil Islam duduk di MPR, apakah mereka memperjuangkan kembali tegaknya syari'at Islam ? Bahkan banyak dikalangan umat Islam yang tidak yakin dengan keberhasilan perjuangan lewat parlemen yang penuh dengan intrik dan tipu daya, karena kebenaran dan kesucian hanya dapat ditegakkan dengan cara-cara yang benar dan suci pula.

Jadi jelaslah sudah, konsep Demokrasi/Musyawarah menurut Pancasila dan Islam adalah bertentangan secara filosofis maupun prakteknya. Sistem syuro Islam bersumber pada wahyu Allah Yang Maha sempurna, sedangkan demokrasi Pancasila bersumber dari filsafat, hasil pemikiran otak manusia yang lemah, apalagi digali dari sumber-sumber kafir Barat, Prancis dan Jerman ditambah lagi dengan sumber-sumber Indonesia kuno yang animisme.

Sila ke 5 : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Sila kelima dari Pancasila ini pada hakekatnya adalah manifestasi

daripada rasa Nasionalisme, yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam. (lihat pembahasan sila ke III). Karena tidak berlandaskan kepada syari'at Islam, maka konsep keadilan sosial yang dimaksudkan disini lebih kepada pemikiran-pemikiran sosialis yang ingin menciptakan masyarakat adil makmur sama rata sama rasa sebagaimana diidamkan Soekarno yang meniru konsep sosialisme masyarakat Cina sebagaimana diterangkan terdahulu.

Konsep keadilan sosial dalam Islam sangat berbeda dengan konsep dalam Pancasila. Konsep keadilan sosial dalam Islam sepenuhnya bersumber dari rasa Taqwa kepada Allah semata, semua bentuk keadilan sosial tidak boleh menyimpang dari konsep Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, tujuan keadilan dalam Islam untuk menciptakan kebahagian bagi seluruh ummat

131

Page 132: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

manusia didunia ini, tidak terbatas pada teritorial suatu daerah ataupun bangsa saja.

Sedangkan konsep keadilan sosial dalam Pancasila bersumber dari sifat-sifat manusiawi, segala sesuatu dipandang baik dan buruk diukur dengan karsa dan rasa manusia, bukan pada wahyu yang diturunkan Allah. Seperti perzinaan (pelacuran) hal ini diizinkan oleh manusia Pancasila (terbukti dengan dilokallisasikannya komplek-komplek WTS oleh Pemerintah, bahkan dijadikan sebagai sumber devisa), demi untuk tersalurnya kebutuhan nafsu manusia, hal ini dipandang sebagai kebutuhan pokok manusia. Sedangkan hukum potong tangan bagi pencuri, rajam bagi penzina, poligami dan lainnya ditinggalkan dengan naluri kemanusiaan (biadab).

Keadilan sosial dalam Pancasila terbatas untuk rakyat yang berdomisili di Indonesia, diprioritaskan terutama untuk bangsa Indonesia, walaupun orang itu kafir. Sedangkan Islam selalu memberikan perioritas pertama pada pemeluknya walau dimanapun tempatnya, Islam tidak terbatas pada teritorial. Jelaslah pertentangan sila kelima ini dengan Islam, perbedaannya dari tujuan maupun awalnya, Islam menghendaki terciptanya keadilan sosial bagi seluruh dunia, sedangkan Pancasila terbatas pada wilayah Indonesia.

Setelah kita menganalisis isi (kandungan) Pancasila secara menyeluruh, kesimpulan terakhir yang kita peroleh adalah: Semua kandungan Pancasila adalah bertentangan dengan Islam. Pertentangan ini tidak lain akibat dicabutnya syari'at Islam dari Pancasila yang akhirnya menjadikan kandungan Pancasila menjadi ajaran yang netral, bebas nilai, bebas keyakinan dan bahkan bebas dari agama. Dengan tercabutnya syari'at dari Pancasila, maka semua kandungan Pancasila dapat ditafsirkan menurut apa yang dikehendaki semua orang. Orang Islam dapat menafsirkan menurut Islam, demikian pula orang Kristen, Hindu, sekuler, atheis dan lainnya dapat menafsirkan menurut pemahamannya masing-masing. Maka jika sebuah tata nilai atau idiologi dapat ditafsirkan menurut kehendak penafsirnya, maka jelas ajarannya sangat kabur dan samara. Maka tidak mengherankan apabila ada yang menyatakan bahwa kesaktian Pancasila akibat keaburan ajarannya. Maka jelas Islam tidak dapat menerima sebuah konsep tata nilai atau idiologi yang kabur, karena Islam sendiri sudah memiliki sistem yang jelas, sempurna dan terang benderang. Itulah sebabnya membandingkan Islam dengan Pancasila sama artinya dengan membandingkan Matahari dengan lilin, atau sebagaimana dinyatakan negarawan Muslim Indonesia terkemuka, M. Natsir :

“Pancasila sebagai filsafat negara itu bagi kami adalah kabur dan tak bisa berkata apa-apa kepada jiwa Umat Islam yang sudah mempunyai dan sudah memiliki satu idiologi yang tegas, terang, dan lengkap, dan hidup dalam kalbu rakyat Indonesia sebagai tuntutan hidup dan sumber kekuatan lakhir dan bathin, yakni Islam. Dari idiologi Islam ke Pancasila bagi Umat Islam adalah

132

Page 133: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

ibarat melompat dari bumi tempat berpijak ke ruang hampa, Vacuum, tak berhawa”.29

Pancasila tanpa terkandung syari'at Islam adalah sebuah ajaran yang gelap, vacum dan lebih jauh adalah sistem jahili yang akan mengantarkan umat Islam bangsa Indonesia menuju kejahiliyaah, menuju kesesatan setelah mereka mendapat petunjuk Islam. Maka adalah sangat mengherankan jika ada ulama dan cendekiawan muslim, dengan alasan apapun meninggalkan konsep agama mereka yang terang benderang dan mengambil konsep yang samar. Dan sejarah telah membuktikan bahwa kesamaran Pancasila sebagai dasar berbangsa dan bernegara telah mengantarkan Indonesia menuju kemunduran dan kesesatan yang berujuang pada krisis multi dimensi seperti saat ini. Karena bangsa Indonesia berjalan dengan tidak memiliki petunjuk yang jelas dan terang benderang, maka akhirnya mereka tersesat dalam kegelapan yang menyengsarakan masyarakatnya. Setelah 60 tahun diterapkan sebagai dasar berbangsa dan bernegara di masyarakat yang mayoritas muslim, Pancasila memang tidak dapat berkata apa-apa seperti yang diramalkan M. Natsir 45 tahun lalu. Pancasila yang telah mencampakkan syari'at Islam ternyata tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang menimpa bangsa Indonesia, bahkan dari waktu ke waktu, akibat ketidak jelasan ajarannya, yang dapat ditafsirkan menurut kemauan penguasa, Pancasila mengantarkan bangsa Indonesia menuju jurang krisis multi dimensi.

4. Segi Fungsional Pada awal terbentuknya Pancasila, disepakati fungsi dari Pancasila

adalah sebagai dasar negara Indonesia merdeka, atau istilah Soekarno WELTANSCHAUUNG.30

Akhir-akhir ini fungsi Pancasila telah jauh menyimpang dari rel semula, apalagi setelah disusupi oleh kepercayaan-kepercayaan mistik jawa kuno (kejawen). Fungsi Pancasila pada masa orde lama dengan masa orde baru jauh berbeda, dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Pancasila dapat diubah-ubah sesuai kemauan penguasa, hal ini terbukti baik dalam pemerintahan Soekarno maupun Soeharto. Untuk membuktikan penyimpangan-penyimpangan ini, maka kita perlu mengadakan suatu kajian.Fungsi Pancasila zaman orde baru an :

1. Sebagai Azas Tunggal dalam bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.

2. Sebagai Falsafah, Idiologi dan Pandangan Hidup (Way of Life).3. Sebagai sumber dari segala sumber hukum.4. Sebagai ukuran baik dan buruknya perbuatan seseorang

(moral/etika).5. Dan seterusnya.

29 Tentang Dasar Negara Republik Indonesia Dalam Konstituante, Jilid I, Bandung: Tanpa Nama Penerbit, 1958, h. 12930 Soekarno, Lakhirnya Pancasila, 7 Bahan Pokok Indoktrinisasi, DPA RI.

133

Page 134: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

1. Sebagai Azas Tunggal.Dijadikannya Pancasila sebagai azas tunggal bagai rakyat Indonesia,

berarti semua langkah dan geraknya harus sesuai dengan Pancasila, baik itu kehidupan berpolitik, bermasyarakat (pergaulan), berekonomi, berpendidikan dan lainnya, bahkan dalam tata cara menjalankan ajaran agamanya sedikitpun tidak boleh bertentangan dengan Pancasila, Pancasila menjadi satu-satunya pengatur. Termasuk yang mengatur mana ajaran agama yang boleh diterapkan dan tidak boleh dilaksanakan. Menjadikan Pancasila sebagai azas tunggal, tidak lain bermakna bahwa Pancasila telah menjadi kordinasi bagi agama-agama yang ada di Indonesia, artinya kedudukan Pancasila lebih tinggi dari agama-agama, termasuk Islam. Itulah sebabnya semua ormas dan orpol diwajibkan berazaskan Pancasila agar hanya memperjuangkan Pancasila dan bukan selainnya.

Sementara Islam adalah Dien yang supra lengkap, ia mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, dari tata cara hidup sebagai individu sampai tata cara hidup bermasyarakat, kalau Pancasila dijadikan Azas Tunggal, lalu Islam sebagai apa? Apakah hanya sebagai stempel saja, ataukah hanya sebagai teori-teori Idial tanpa adanya suatu pengamalan? Dengan dijadikannya Pancasila sebagai Azas Tunggal, maka ia telah menyingkirkan Islam dari Indonesia, menggantikan semua fungsi-fungsinya. Umat Islam tidak bisa menjalankan hukumnya, ekonominya, pendidikannya, politiknya dan lainnya yang sesuai dengan Islam, berarti ini adalah suatu kekalahhan total buat ummat Islam Indonesia, karena selalu mendapatkan julukan fasik, zholim, kafir danlain sebagainya dari Allah, disebabkan ia tidak menjalankan syareah yang diturunkan Allah, (QS, Al Maa-Idah : 44, 45, 47), dan seluruh amalannya adalah sia-sia dihadapan Allah.

Dijadikannya Pancasila sebagai Azas Tunggal, hal ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip dalam Aqidah Islam, dalam Islam semua aktivitas seorang muslim adalah semata-mata berdasarkan Allah (keridhoan-Nya, Dia telah mengatur, memberikan Syari'at, peraturan-peraturan dalam kehidupan ini). Allah berfirman : Katakanlah : “Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, Hidupku dan Matiku hanyalah untuk Allah semata, Robb semesta Alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah) (Al An’am : 162-163).

Kalau ada orang Muslim, mengerjakan sesuatu bukan karena Allah semata, maka ia telah syirik, menyekutukan Allah. Karena ketika ia shalat selalu mengucapkan seluruh aspek kehidupannya hanya untuk Allah, namun dilain waktu, ia berbuat bukan semata-mata karena Allah. Demikian juga halnya, jika seorang Muslim melakukan suatu pekerjaan semata-mata berdasarkan Pancasila bukan karena Allah, maka ia dikatagorikan telah Musyrik kepada Allah.

Dijadikannya Pancasila sebagai satu-satunya azas oleh penguasa Orde Baru sungguh sangat bertentangan dengan maksud diciptakan Pancasila itu

134

Page 135: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

sendiri. Soekarno melarang salah satu kekuatan Orpol ataupun Ormas untuk berazaskan Pancasila, karena ia mengatakan selanjutnya Pancasila milik kita bersama, PNI yang beraliran Nasionalis / memperjuangkan tegaknya Pancasila tetap berdasarkan / berazaskan Marhaen bukan pada Pancasila.31

Jelaslah, dijadikannya Pancasila sebagai satu-satunya azas oleh penguasa Orde Baru dibawah rezim Soeharto adalah sangat bertentangan, baik dengan Islam sebagai Dien yang supra lengkap maupun dengan maksud diciptakannya Pancasila. Bahkan setelah diterapkan, ternyata azas tunggal menjadi alat rezim orde baru untuk menindas dan menzalimi umat Islam, yang pada akhirnya menimbulkan berbagai bentuk krisis akibat kemurkaan Allah SWT. Itulah sebabnya, azas tunggal Pancasila dicabut MPR.

2. Sebagai falsafah, Idiologi dan Pandangan Hidup (Way of Live).Pancasila sebagai Falsafah, Idiologi dan Pandangan Hidup (Way of Live)

bangsa Indonesia, berarti semua langkah dan dasar perbuatan orang-orang Indonesia harus sesuai dengan Pancasila. Kedudukan Pancasila yang demikian ini dapat menempatkan dirinya sebagai agama baru dalam masyarakat Indonesia, karena agama sendiri adalah sesuatu yang mengatur kehidupan manusia, bahkan Pancasila mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari semua agama di Indonesia.

Seorang muslim, harus mengakui tanpa adanya keraguan sedikitpun, bahwa Islam adalah Dien mereka satu-satunya, dan inilah yang paling benar. Allah berfirman :Sesungguhnya Dien (yang diridhoi) disisi Allah hanyalah Islam (Ali Imran : 19).Barang siapa mencari Dien selain dari Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (dien itu) dari padanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi (Ali Imran : 85).Maka apakah mereka mencari Dien yang lain dari Dien Allah, padahal kepada-Nyalah menyerahkan diri segala apa yang dilangit dan dibumi, baik secara suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan (Ali Imran : 83).Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Dien (Allah), tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah Dien yang lurus, tetapi manusia kebanyakan tidak tahu (Ar Rum : 30).

Maududi berkata tentang dien ini : Dien dapat diartikan sebagai : hukum, undang-undang, peraturan, batas-batas ajaran, syareah dan jalan fikiran, Idiologi atau teori dan praktek yang mengikat hidup manusia (Way of Live).Selanjutnya ia berkata : Dienullah (Islam) mencakup semua peraturan hidup yang sempurna dan multi komplek, baik dari aspek I’tikad, Syari'at, Akhlaq, Muamalah maupun aspek kehidupan lainnya.32

31 Lihat, Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, Panitia, jilid I.32 Maududi, Ketuhanan, Ibadah dan Agama, Surabaya, Bina Ilmu, halaman 109-111

135

Page 136: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Jadi Dien (Falsafah, Idiologi danPandangan Hidup) yang benar adalah hanya Islam, lainnya adalah bathil. Dienul Islam adalah merupakan suatu sistem menyeluruh yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, Dienul Islam adalah Dien yangdatangnya dari Allah sebagai aturan dalam kehidupan manusia dibumi ini, seorang yang telah menyatakan dirinya sebagai seorang Muslim sudah seharusnyalah tidak mencari dien (Falsafah, Idiologi, dan Pandangan Hidup) diluar Islam, karena hanya Islamlah satu-satunya dien yang dapat menyelamatkan kehidupan ummat manusia dipermukaan bumi ini. Adapun jika seorang muslim mencari Dien selain dari Islam, maka ia tidak berhak lagi disebut sebagai Muslim.

Pancasila adalah kecil dan tak ada artinya jika dibandingkan dengan Islam sebagai Dien, karena Islam telah mengatur segala aspek kehidupan manusia, sedangkan Pancasila non sent. Cendikiawan terkemuka didunia ini tidak pernah mengatakan Pancasila adalah Falsafah apalagi Pandangan Hidup (Way of Live), karena ketidak jelasan ajaran yang dibawakannya, bermakna kosong, mereka hanya mengakui Islam, Marxisme, Materialisme, Komonisme, Liberalisme beserta aliran-alirannya. Sebagai Idiologi, Falsafah, maupun Pandangan Hidup.33

Seorang Muslim di Indonesia, sudah seharusnyalah tidak mengakui Pancasila yang kerdil dan bermakna kosong itu sebagai Falsafah, Idiologi maupun Pandangan Hidup baginya, tapi harus meyakini,Islamlah satu-satunya yang benar. Islam telah membuktikan hal ini, hampir 15 abad diturunkan namun ia tetap sesuai dengan zaman dan tempat maupun didunia ini, tidak pernah mengalami perubahan sejak diturunkannya hingga kini, tidak seperti lainnya, selalu mengalami perubahan-perubahan. Itulah ketinggian Islam yang fitri.34

3. Sebagai Sumber dari Segala sumber Hukum.Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia,

berarti seluruh hukum dan perundang-undangan di Indonesia tidak boleh menyimpang dari Pancasila, semua hukum dan perundang-undangan harus digali bersumber pada Pancasila.

Dengan adanya fungsi Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, ini berarti seseorang dapat membuat hukum selain dari hukum yang telah ditetapkan oleh Allah, menurut Islam ini adalah syirik, kerena satu-satunya yang berhak membuat hukum hanyalah Allah semata. Allah berfirman : Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah (Al a’raf : 54). Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah, Dia menerangkan yang

33 Lihat : Ali Syari’aty, Kritik Islam atas Marxisme, Bandung, Mizan34 Murtadha Muttahari, Manusia dan Agama, Bandung Mizan

136

Page 137: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

sebsnarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik (Al An’am : 57). Keputusan (hukum) itu kecuali hanya milik Allah (Yusuf : 40).

Sumber dari segala sumber hukum menurut Islam adalah Allah semata, Dialah yang berhak menciptakan dan mengambil keputusan tentang sesuatu hukum, selainnya tidak berhak sama sekali. Allah memerintahkan kepada mereka yang mengakui dirinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya agar memutuskan semua perkara dengan hukum yang telah diturunkan Allah, jika mereka tidak berhukum dengan yang diturunkan Allah, maka jelas ia kafir, zholim dan fasik. Allah berfirman :Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka (Al Maidah : 49).Dan segala yang kamu perselisihkan, maka serahkanlah keputusan hukumnya kepada Allah (Asy Syura : 10).Barang siapa yang tidak memutuskan (menghukum) menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir, zolim, fasik (Al Maidah : 44, 45, 47).

Segala sumber dari segala sumber hukum dipermukaan bumi ini hanya wahyu yang diturunkan Allah, inilah konsepsi Islam, seseorang diperbolehkan membuat hukum, keputusan dan peraturan apabila tidak menyimpang dari hukum yang telah ditetapkan Allah namun jika berdasarkan pada ratio dan nafsu belaka jelas hal ini tidak dapat diterima sama sekali oleh Islam.

Menyatakan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum adalah Musyrik, benar-benar musrik yang nyata, jika seorang Muslim Indonesia mengakuinya, janganlah sebut dirinya lagi sebagai orang Islam lagi, karena jika ia menyatakannya dengan penuh kesadaran dan pengetahuan, maka jelas akan mengeluarkannya dari aqidah Islam.

4. Sebagai Moral / Etika, ukuran baik dan buruknya perbuatan.Pancasila dipandang sebagai ukuran suatu perbuatan, apakah

perbuatan itu baik atau buruk, dikenal dengan Pendidikan Moral Pancasila (PMP), dalam Islam dikenal dengan Akhlak. Dalam PMP sudah tersusun mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, seperti mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan golongan (agama) ini dianggap baik, sedangkan membela kepentingan agama (jihad), dianggap buruk (ekstrim),dan masih banyak lagi contoh-contoh yang betolak belakang dengan Islam.

Dengan adanya fungsi Pancasila sebagai pembeda, berarti ia sudah menyabot tugas Islam pada ummatnya. Ukuran baik dan buruk menurut Pancasila adalah tergantung dengan (berdasarkan pada) akal manusia (ratio), karena pada hakekatnya Pancasila adalah merupakan perenungan jiwa yang sangat dalam.35

35 Soeharto, Pancasila Menurut Presiden Soeharto, Yayasan Proklamasi

137

Page 138: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Sedangkan Islam mengukur sesuatu perbuatan, baik dan buruknya berdasarkan pada wahyu Allah, Al-Qur’an dan Sunah. Allah berfirman :

Bulan ramadhan, bulan yang dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan furqon (pembeda antara yang haq dengan yang bathil/baik dan buruk) (Al Baqarah : 185).Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqon (Al- Qur’an) kepada Hambanya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (Al Furqon : 1).Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (Al Baqarah : 2).Al- Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini (al Jaatsiyah : 20).Suatu ketika Aisah ra ditanyakan tentang Akhlaq Rasulullah, maka ia mejawab : Akhlaq Rasulullah adalah Al-Qur’an (Al Hadist).

Al-Qur’an diturunkan sebagai pembeda antara perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk, dan contoh Akhlaq/Moral yang paling baik adalah pribadi Nabi Muhammad saw yang didasarkan pada wahyu Allah ini. Allah berfirman : Dan sesungguhnya Kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti (berakhlaq) yang agung (Al Qalam : 4).Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Al Ahzab : 21).

Konsep Islam tentang akhlaq ini sepenuhnya bersumber pada Al-Qur’an dan Sunah, sedangkan moral Pancasila bersumber dari hawa nafsu yang selalu condong kepada keburukan/maksiat. Allah berfirman :Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Robbku (Yusuf : 53).

Akhir-akhir ini banyak terjadi kerusakan moral pada bangsa Indonesia akibat Pendidikan Moral Pancasila yang merusak, Moral Pancasila mengajak manusia Indonesia menjadi binatang. Pendidikan Moral Pancasila telah merusak dan mengajak umat Islam Indonesia untuk musyrik kepada Allah, dengan ajaran-ajaran sesatnya, menyatakan semua agama baik dan benar, beribadah bersama-sama (toleransi beragama) dan lainnya.

Banyaknya kerusakan moral pada bangsa Indonesia akibat Moral Pancasila yang hanya menggunakan sangsi hukum (pengadilan) bagi pelanggarnya, sedangkan hukum yang digunakan dapat diputar balikan, dikasih uang habis perkara (KUHP), di Indonesia ini seseorang takut melaksanakan perbuatan tercela (jelek) karena terdorong oleh rasa takut pada hukum dunia saja, sedangkan Islam hukum dunia dan akherat kelak, itulah perbedaan menyolok pada kedua sistem diatas, Islam dan Pancasila.

Setelah kita menganalisis Pancasila secara panjang lebar dari berbagai aspek dari segi Historis, Yuridis, Materil dan Fungsinya, menurut pandangan ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya, maka

138

Page 139: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kesimpulan akhir yang diperoleh adalah : PANCASILA BERTENTANGAN DENGAN ISLAM, BAIK SECARA TEORITIS MAUPUN PELAKSNAAN SEPANJANG SEJARAHNYA.

Pertentangan ini terutama disebabkan karena Pancasila telah mencampakkan syari'at Islam dari kandungannya, demikian pula kandungan dan penafsirannya adalah kumpulan dari berbagai ajaran, baik dari Islam, agama-agama, filsafat, doktrin, isme-isme dan sejenisnya yang dijadikan sebagai idiologi kompromistis yang diharamkan Islam. Karena Islam adalah ajaran supra lengkap, yang tidak perlu mendapat tambahan dari sistem selainnya dalam membangun pengikutnya sebagai masyarakat utama. Pancasila sendiri diterima wakil-wakil Islam dengan pertimbangan sementara dan sangat terburu-buru dengan berprasangka baik. Namun dalam perjalanannya setelah beberapa puluh tahun terbentuknya Pancasila, ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya telah mengakibatkan kerugian dan penderitaan umat Islam yang menjadi mayoritas bangsa Indonesia.

Seorang yang mengaku dirinya Islam dan beriman, belum tentu dianggap Islam maupun beriman seratus persen sebelum menjalankan/mengamalkan ajaran Islam secara kaffah, secara keseluruhan. Pengikut dan pendukung Pancasila yang telah menafikan penerapan syari'at Islam dalam ajarannya, apalagi menerimanya sebagai ideologi, falsafah, way of life, maka ia telah ingkar dengan ajaran Islam. Maka dengan demikian seorang yang telah bersyahadat, menyatakan dirinya Muslim, di Indonesia ini tidak sewajarnyalah ia mengikuti dan mendukung sistem Pancasila ini yang jelas bertentangan dengan Islam dan terbukti telah mengantarkan bangsa menuju krisis multi dimensi yang menghancurkan sendi sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan demikian, seorang Muslim Indonesia yang memahami dan menyadari ajaran agamanya wajib mengatakan Pancasila adalah sistem yang harus diganti dengan sistem Islam, sistem yang jauh lebih baik dan sempurna dari sistem manapun didunia ini, dari dulu hingga sekarang dan sampai hari qiayamat. Hanya Islamlah yang akan menghantarkan bangsa Indonesia menuju bangsa yang adil, makmur dan penuh kedamaian. Dan bagi mereka yang bukan Islam, hanya Islamlah yang dapat menjaga kehormatan dan keamanan mereka, karena Islam adalah rahmat untuk seluruh alam. Jika Pancasila belum dapat diganti sepenuhnya dengan sistem Islam, maka umat Islam wajib memperjuangkan kembalinya pelaksanaan syari'at Islam seperti di Piagam Jakarta.

Mencari Alternatif TerbaikDikalangan cendekiawan dan pemimpin bangsa Indonesia saat ini, ada

yang tidak begitu yakin Pancasila dan perangkat sistem yang menyertainya menjadi sumber dari krisis multidimensional bangsa Indonesia. Bahkan

139

Page 140: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

mereka dengan segala daya upaya ingin mempertahankan Pancasila dengan berbagai alasan, diantaranya adalah karena sistem ini kesepakatan bersama bangsa Indonesia sehingga tidak dapat dirubah, bahkan mereka yang berkeinginan merubahnya dapat dituduh sebagai subversi dan teroris. Mereka yang beranggapan seperti ini sebenarnya lari dari hakikat sejarah terbentuknya Pancasila itu sendiri. Jika para perumusnyapun terdahulu dapat mengganti dan merubah Pancasila yang sudah disepakati rumusannya dengan menghapuskan 7 kata dalam Piagam Jakarta, maka tentu generasi sesudahnya dapat pula menggantinya, karena para pendiri bangsa mengajarkan bahwa penggantian Pancasila bukan hal yang sakral dan berdosa melakukannya, itulah sebabnya para perumusnya sendiri telah mengganti rumusannya. Yang berdosa besar adalah mengganti hukum-hukum Allah yang sudah pasti keberadaannya.

Dengan keadaan seperti saat ini, ketika bangsa Indonesia, terutama di zaman pemerintahan rezim Soeharto, telah menerapkan Pancasila secara konsekwen ternyata telah mendatangkan bencana besar, maka siapa yang dapat menolak bahwa bencana itu bersumber dari sistem yang diterapkan. Karena dengan sistem yang tidak jelas, manusia dapat mempermainkannya dan dijadikan sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaannya. Jika bangsa memiliki seperangkat sistem yang unggul dan sempurna, maka tidak akan muncul manusia-manusia jahat dan bejat yang telah menghancurkan bangsa ini dengan perilaku sumbangnya. Karena bangsa ini tidak memiliki sistemlah kemudian bermunculan manusia-manusia jahat yang menggunakan kelemahan sistem Pancasila untuk menguras dan menjarah kekayaan negara, menjadi koruptor, penghianat bangsa dan dictator dengan mengatasnamakan sistem. Itulah sebabnya, jika seluruh komponen bangsa ingin keluar dari krisis multi dimensi yang dihadapi, mereka harus berani mengambil tindakan radikal dengan membuang jauh-jauh sistem Pancasila yang selama ini diterapkan dengan segala perangkatnya yang terbukti telah gagal.

Jadi untuk menyelesaikan problematika bangsa Indonesia yang multi kompleks ini, tidak ada jalan kecuali dengan mencabut sistem dengan seluruh tatanan masyarakatnya yang sudah rancu dan busuk akibat kegagalan mendasar pada landasan berbangsa dan bernegara mereka. Sistem Pancasila yang diterapkan selama ini, yang penuh kerancuan dan telah menimbulkan krisis multi dimensi kepada bangsa Indonesia perlu dicabut sampai ke akar-akarnya, membuang semua sub sistem-sub sistemnya dan diganti dengan sistem yang sesuai dengan keyakinan mayoritas bangsa Indonesia yang terbukti dalam pentas sejarah telah berhasil membangun masyarakat unggul yang diakui dunia. Dengan sistem yang terbukti keunggulannya inilah kemudian dibangun generasi baru yang berpegang teguh kepadanya dalam membangun Indonesia baru yang adil dan makmur. Dengan demikian, bangsa Indonesia, terutama kelompok mayoritas muslim perlu mencari sistem pengganti Pancasila yang sesuai dengan ajaran dan keyakinan mereka. Dalam masalah ini, maka ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan, diantaranya :

140

Page 141: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Pertama, bangsa Indonesia membuang sistem Pancasila secara total, karena inilah yang menjadi biang kerok kerusakan dan digantikan dengan sistem lainnya. Dengan pengalaman-pengalaman sejarah kemanusiaan selama ini, dikenal beberapa bentuk sistem sosial, diantaranya Sosialisme-Komonisme yang dianut masyarakat Rusia, Kapitalisme-Liberalisme yang dianut masyarakat Barat dan sistem Islam yang mulai dijadikan altenatif di negara-negara berkembang. Yang jelas bangsa Indonesia telah menolak Sosialisme-Komonisme dengan segala atributnya, karena terbukti telah melakhirkan manusia-manusia ganas seperti yang dilakukan PKI, dan ternyata sistem ini telah menghancurkan Rusia. Maka alternatifnya tinggal Kapitalisme atau Islam. Kapitalisme memang telah mengantarkan masyarakat Barat menjadi bangsa yang maju pengetahuan, teknologi dan peradabannya, namun pada saat yang sama telah melakhirkan masyarakat yang penuh dengan krisis akibat faham sekulerisme yang memisahkan peranan agama dalam kehidupan manusia. Tentu bangsa Indonesia tidak akan mengulangi kegagalan masyarakat Barat dengan menerapkan Kapitalisme. Maka sebagai bangsa mayoritas Islam, tidak ada pilihan lain kecuali bangsa ini menjadikan Islam sebagai sistem dalam membangun masyarakatnya, karena hanya Islamlah yang mampu mengantarkan mereka menuju cita-cita luhur. Apalagi Islam memang diturunkan sebagai rahmat untuk seluruh umat manusia, tidak memandang ras, suku dan agama mereka. Dengan Islam mereka akan mendapatkan kebahagian dan kesejahteraan, karena sejarah telah membuktikannya.

Kedua, jika alternatif pertama belum memungkinkan dilaksanakan dengan berbagai pertimbangan, maka bangsa Indonesia dapat kembali kepada konsensus awal pembentukan negara Indonesia, yaitu dengan menerapkan kembali Piagam Jakarta yang memberikan kebebasan kepada kaum muslimin untuk melaksanakan ajaran agamanya sesuai dengan Syari'at Islam. Dengan demikian sistem Pancasila tidak akan menimbulkan kerancuan pada kaum muslimin sebagaimana yang dideritanya selama ini. Dan penghapusan 7 kata dalam Piagam Jakarta telah menghilangkan ruh Pancasila sehingga menjadi sistem yang rancu dan kabur selama ini. Dengan dikembalikannya 7 kata tersebut, diharapkan kemurkaan Allah akan hilang dan digantikan dengan rahmat dan pertolongan.

Ketiga, jika kedua alternatif tersebut dianggap tidak memungkinkan akibat kebebalan dan kesesatan bangsa Indonesia yang tidak dapat mengambil pelajaran, maka biarkanlah mereka tetap menggunakan sistem Pancasila sebagai dasar berbangsa dan bernegara sebagaimana mereka menerapkannya selama ini. Jikalau demikian halnya, bangsa ini telah membiarkan dirinya masuk ke dalam jurang kehancuran dan kemusnahan dengan segala krisis yang akan menimpanya. Jika mereka senang dan bahagia dengan penderitaan dan kesengsaraan yang telah dialaminya selama 60 tahun dengan kelakuan sumbang para penguasa, maka biarkanlah mereka tetap dalam kebahagian dan kesenangannya. Biarkanlah mereka hidup dalam kesengsaraan dan kesesatannya, menghancurkan generasinya,

141

Page 142: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

menghancurkan alam yang kaya dan indah ini. Biarkanlah mereka sampai hidup dalam penderitaan dan kesesatan sebagaimana yang dialaminya saat ini sampai datang bencana dan azab dari Tuhan yang telah murka dengan kelakuan mereka yang tidak sadar diri sebagaiamana yang telah dijanjikan di dalam al-Qur’an : Bilamana Kami hendak menghancur binasakan sebuah negeri, Kami angkat orang-orang yang berbuat kerusakan menjadi pemimpin, lalu mereka berbuat durhaka di dalam negerinya sehingga negeri tersebut berhak mendapat azab, lalu Kami hancurkan negeri tersebut sehancur-hancurnya. (al-Isro’ : 16). Maka biarkanlah Indonesia hancur binasa hanya menjadi kenangan masa lalu bagi generasi sesudahnya sebagaimana bangsa Ad, Tsamud dan lainnya yang menjadi dongeng dan legenda.

Kegagalan gerakan reformasi dalam menyelesaikan krisis multi dimensi bangsa Indonesia saat ini tidak lain karena gerakan reformasi tidak menyentuh permasalahan yang paling fundamental dari seluruh permasalahan yang ada, yaitu kegagalan dan kerancuan sistem Pancasila sebagaimana diterangkan terdahulu. Itulah sebabnya gerakan reformasi akan menjadi gerakan tambal sulam, gerakan retorika diantara jatuh bangunnya para penguasa korup, ibarat mengobati penyakit kanker dengan obat sakit kepala, mungkin sakitnya akan hilang, tapi hanya untuk sementara, dan akan sakit kembali sampai penyakit utamanya disembuhkan. Jika gerakan reformasi tidak merubah arah perjuangannya secara total, maka reformasi akan hanya menjadi lelucon yang menjadi mainan dan tertawaan para tiran, koruptor, penjahat dan manusia bejad lainnya. Maka agenda reformasi yang hanya menuntut amandemen UUD 45 perlu diperluas lagi fokusnya, bukan hanya mengamandemen pasal-pasal yang umum, namun yang terpenting adalah memberikan kembali ruh kepada UUD yang sudah kehilangan maknanya selama ini. Jika gerakan reformasi ingin dipertahankan dan mendapat dukungan kembali, minimal 7 kata dalam Piagam Jakarta harus dikembalikan lagi ke dalam Pembukaan dan batang tubuh UUD 45. Dengan demikian diharapkan akan membuka tabir kegelapan yang telah meliputi bangsa.

Untuk itulah diperlukan sebuah gerakan perubahan kembali, tapi bukan seperti gerakan reformasi terdahulu yang melengserkan Soeharto dan menggantikannya dengan rezim-rezim baru atas nama reformasi yang hanya menambah kesusahan dan penderitaan rakyat. Bangsa Indonesia memerlukan sebuah gerakan perubahan yang lebih substansial dan memiliki daya rubah yang besar dan menyeluruh, sebuah gerakan yang benar-benar merombak tatanan berbangsa dan bernegara dari akarnya, dari sumber utama permasalahannya. Di mulai dari gerakan meluruskan penghianatan bangsa Indonesia terhadap perjanjiannya dengan Allah dan Rasul-Nya, dengan kelompok mayoritas bangsa Indonesia dan para pendiri Republik Indonesia, yaitu memperjuangkan amandeman UUD 45 secara substansial, terutama mengembalikan 7 kata yang telah mengantarkan kemerdekaan pada bangsa Indonesia. Dilanjutkan dengan gerakan-gerakan strategis dan terencana yang akan mengantarkan bangsa Indonesia keluar dari semua permasalahan yang menjeratnya dan bangkit menjadi sebuah bangsa yang adil, makmur dan

142

Page 143: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

berperadaban serta yang terpenting mendapat keridhoan dan pertolongan Allah SWT. Gerakan ini adalah kelanjutan dari gerakan reformasi terdahulu, namun diorganisir secara profesional, melibatkan semua komponen terutama mereka yang ikhlas untuk kebenaran dan kebaikan, dalam sebuah tim yang solid dengan program yang terarah dan konstan, memfokuskan programnya pada penyelesaian masalah bangsa secara fundamental dan idiologis. Bangsa Indonesia memerlukan sebuah gerakan total, sebagaimana seorang pasien kritis yang memerlukan tim dokter spesialis yang akan menyembuhkan penyakit utamanya, bukan efek samping dari penyakitnya. Gerakan apakah yang sesuai dengan bangsa Indonesia yang mayoritsas muslim?

143

Page 144: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

BAB IVPESAN ALLAH DARI SERAMBI MEKAHCatatan Seorang Relawan Kemanusiaan Dari Serambi Mekah Pasca Tsunami

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi, tetapi mereka mendustakan

(ayat-ayat Allah) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di

malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami pada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik

ketika mereka sedang bermain? (al-A'raf : 96-98)

Wanita separuh baya itu sedang berjuang melawan maut, dari raut wajahnya terpancar keletihan, ketakutan dan kepanikan mendalam. Di sepanjang jalan yang dilaluinya ia berteriak-teriak meminta pertolongan, menyeru penuh harap dengan suaranya yang sudah parau. Namun yang dimintai pertolongan juga sedang mengalami keadaan serupa, seluruh kota dilanda kepanikan luar biasa. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, dia terus berjuang, tidak mengalah, berlari dan berlari sekencang-kencangnya sambil meneriakkan kebesaran Allah, "Allahu Akbar, Allahu Akbar" serunya. Sementara langhahnya tersendat-sendat, karena kedua tangannya menenteng anak-anak kecil, beberapa lagi bergelayutan memegang ujung dasternya. Langkahnya paniknya diikuti beberapa gadis tanggung yang juga ketakutan, hanya mengikuti langkah wanita di depannya. Mereka berlari, dan terus berlari menyelamatkan diri dari terjangan gelombang air hitam pekat yang penuh dengan berbagai material, melaju 200 km/jam melibas apapun yang didepannya tanpa ampun. Akhirnya rombongan wanita ini berhasil menyelamatkan diri di depan Raya Masjid Baiturrahman, sementara yang lain, jumlahnya ratusan ribu lagi meninggal hanyut tergulung dahsyatnya terjangan gelombang tsunami yang melanda Kota Banda Aceh, Serambi Mekah. Sebuah stasiun TV nasional menyiarkan rekaman perjuangan hidup wanita dan rombongannya ini berulang-ulang.

Di tempat lain, di pinggiran pantai Ulee Lhee, kepanikan lebih dahsyat lagi. Setelah terjadi gempa besar, sekumpulan pemuda, diantaranya bernama Udin yang penulis temui di Ulee Lhee 4 hari setelah kejadian, berteriak mengigatkan akan adanya gelombang pasang sambil berlari-lari. Dengan sekuat tenaga ia berlari dan berteriak "ada gelombang besar air laut" berkali-kali sambil menyuruh orang-orang menyelamatkan diri. Dari arah laut, terdengar suara menderu-deru bak kapal perang dengan kecepatan tinggi, datang gelombang raksasa setinggi 20 meteran menerjang apa saja yang ada di depannya. Melihat keadaan ini, beberapa orang, termasuk Udin berlarian ke arah masjid Baiturrahim, yang persis berada di bibir pantai Ulee Lhee. Dari lantai dua masjid mereka menyaksikan dahsyatnya gelombang tsunami yang

144

Page 145: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

meluluh lantakkan Banda Aceh. "Rumah-rumah disapu bersih, seperti dibouldozer, tercabut sampai ke pondasi-pondasinya" kenangnya. Gelombang dahsyat tsunami telah meratakan bangunan sepanjang hampir 5 kilometer dari batas pantai, namun Masjid Baiturrahim selamat dari terjangan gelombang. Dia menyaksikan ribuan manusia terapung-apung dibawa arus, tak berdaya menahan hantaman gelombang yang bergulung-gulung menyapu. "Ngeri, pak, ngeri sekali" katanya dengan bibir bergetar.

Amin, bukan nama sebenarnya, nelayan yang selamat di pantai berdekatan komplek makam Syiah Kuala, menceritakan peristiwa yang di alaminya dengan meneteskan air mata. "Pagi itu", ungkapnya, "saya sedang beristirahat di rumah, karena malam sebelumnya melaut". Tiba-tiba terjadi ledakan dahsyat yang diikuti dengan gempa besar cerita Amin. Dia terbangun, lari ke luar rumah, membawa anak dan istrinya. "Saya lihat ke pantai, terjadi air pasang beberapa kilo meter, namun tidak lama setelah itu datang gelombang raksasa setinggi 4 atau 5 kali pohon kelapa. Dengan menenteng anak dan istinya, Amin berlari sekuat tenaga, namun baru sekitar 100 meter, gelombang telah menerjangnya. Anak dan istrinya lepas dari genggamannya, dia berusaha berjuang melawan dahsyatnya gelombang, sampai tidak sadarkan diri. "Ketika bangun, saya sudah berada sekitar 6 kilometer dari rumah saya" katanya sambil menahan napas, anak dan istrinya tidak ditemukan. "Alhamdulillah saya selamat, tapi saya sudah tidak punya apa-apa lagi" katanya lirih sambil menunjukkan luka-luka disekujur tubuhnya.

Lain halnya dengan cerita ayah Amin, yang juga selamat. Dengan muka sedu sedan, diapun mulai berbicara."Sebenarnya saya terlalu sedih untuk menceritakan peristiwa ini", katanya di samping makam Syiah Kuala yang saya temui setelah 5 hari kejadian. "Itu bekas tapak rumah saya, yang ada pohon kelapanya", ia menunjuk sebidang tanah kosong di pinggir pantai. "Saya takut dibilang provokator kalau saya ceritakan kejadian ini" katanya. Penulis terus membujuknya agar ia bersedia membagi pengalamannya agar menjadi pelajaran kita yang hidup. Dengan terbata-bata ia memulai ceritanya. "Pagi itu, sekitar jam enam pagi saya pergi ke kota untuk menjual ikan, jadi bapak tidak mengalami peristiwa gelombang tsunami." Dengan mata berbinar-binar, sambil mengingat-ingat kejadian yang menimpanya. "Malam sebelum kejadian, bertepatan dengan malam minggu, ada beberapa anggota Brimob yang lagi piket di Pos Polisi di situ". Sambil penunjuk pondasi sebuah bangunan berdekatan dengan komplek makam Syah Kuala. "Mereka, anggota BKO Brimob itu, menggelar acara dengan bernyanyi-nyanyi dan berjoget". Di tengah acara datang penunggu makam yang memperingatkan mereka jangan berbuat maksiat di dekat komplek makam. "Namun seperti biasa, mereka mengacuhkan peringatan itu, bahkan mereka mengancam dengan todongan senjata". Orang tua itupun berlalu, sambil mengatakan "Kalau terjadi apa-apa, saya tidak bertanggung jawab", dia masuk komplek dan sholat di surau komplek makam Syiah Kuala. Maka paginyapun terjadi bencana ini. "Pak,....." katanya dengan menahan kesedihan yang mendalam, sambil meneteskan air mata, ia berujar lirih "Bangsa ini sedang di azab karena telah berlaku zalim,

145

Page 146: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

tapi saya belum faham, kenapa terjadinya di Aceh". Ketidakfahaman inilah yang menyeliuti masyarakat Aceh.

@@@@@@

Minggu pagi, 26 Desember 2004 masyarakat di sekitar Banda Aceh panik luar biasa, suasana mencekam, diliputi ketakutan luar biasa. Suara teriakan sahut menyahut, permintaan tolong sahut bersahutan, anak-anak menangis ketakutan, ibu-ibu sibuk menyelamatkan anaknya, para bapak sibuk menyelamatkan harta bendanya. Masyarakat lari berhamburan, berlindung di tempat yang tinggi, memanjat pohon kelapa, mengambil apa adanya untuk menyelamatkan diri dari bencana dahsyat gelombang tsunami. Hampir semua saluran tv nasional dan internasional memberitakan bencana dahsyat ini.

Hari itu, masyarakat di sekitar Banda Aceh sibuk melakukan aktivitas rutin di hari libur mereka seperti hari-hari minggu sebelumnya. Ada yang sibuk mempersiapkan perdagangan di pasar, membuka restoran dan warung kopi yang khas, bersenam ria, menikmati keindahan pantai, ngobrol di pinggir jalan sambil sarapan atau bermalas-malasan di rumah menikmati hari libur natal dan tahun baru. Hari minggu adalah hari libur di Aceh, walaupun provinsi ini telah menyatakan pemberlakuan syari'at Islam, namun tetap mengikuti hari-hari libur nasional, tidak seperti negara-negara Islam yang menetapkan hari jum'at sebagai hari libur.

Beberapa tahun terakhir ini, kegiatan masyarakat Aceh, khususnya di kota-kota besar seperti Banda Aceh berjalan seperti biasa. "Walaupun diberlakukan keadaan Darurat Militer atau Sipil di sini, namun keadaan tetap seperti ini" kata Hasri, teman yang mengantarkan saya mengelilingi Banda Aceh dan sekitanya di awal tahun 91an. Pertengahan 94an saya berkunjung kemabali dengan Adi Sasono bersama rekannya Alatas yang sempat mengelilingi Aceh sampai batas ujung barat Indonesia, di Sabang, pulau Weh. Terakhir awal 2003 saya datang dengan membawa misi Hilal Merah ke Aceh, keadaan tetap berjalan seperti dahulu. Berbagai kesibukan masyarakat Aceh yang khas tidak berubah sejak beberapa tahun terakhir, walaupun macam-macam status yang diberikan Jakarta kepada Aceh, ya masyarakat Aceh tetap saja menikmati kehidupannya seperti sedia kala.

Namun berbeda halnya, hari minggu 26 Desember 2004. Ketika jarum jam menunjukkan angka pukul 08.20an, tiba-tiba terjadi gempa berkekuatan di atas 9 pada skala rechter yang membuat kepanikan luar biasa, masyarakat yang tadinya asik dengan aktivitasnya, tiba-tiba panik berhamburan, berteriak histeris dan berusaha menyelamatkan diri dari dahsyatnya goncangan gempa bumi yang mengayun-ayun kota ke kiri kanan, atas bawah, sampai-sampai tidak ada yang sanggup berdiri akibat besarnya goncangan,

Gempa besar yang terjadi telah memaksa orang-orang berhamburan lari ke luar rumah, berkerumun di pinggir jalan, di halaman dan tempat lapang agar tidak tertimpa bangunan yang roboh. Gempa besar telah meruntuhkan bangunan-bangunan bertingkat, masjid, rumah-rumah, toko dan

146

Page 147: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

meretakkan sebagiannya. Masyarakat Banda Aceh dan sekitarnya panik luar biasa, bertanya-tanya, apakah yang terjadi? Bahkan sebagian dari mereka berseru "kiamat telah tiba", "kiamat", "kiamat" sebagaimana yang digambarkan dalam al-Qur'an yang menjadi bacaan wajib masyarakat Aceh dari buaian ibunda sampai ke liang lahat.

Setelah goncangan dahsyat gempa berhenti, di tengah-tengah kepanikan masyarakat yang belum sadar diri, orang-orang di pinggir laut melihat air surut sejauh beberapa kilometer. Namun dengan tiba-tiba, berselang 10-15 menit, air laut yang surut, kembali pasang dengan gelombang setinggi 18-24 meter, dengan kekuatan lebih 200 km/jam menyapu bersih apapun yang didepannya. Masyarakat yang lagi panik di rumah dan dipinggir jalan tersapu gelombang tsunami yang dinyatakan sebagai gelombang tsunami terdahsyat sejak 200 tahun lalu.

Untuk provinsi Nanggroe Aceh Darussalam saja tercatat korban meninggal lebih dari 160 ribu jiwa, dinyatakan hilang lebih dari 120 ribu jiwa, yang menjadi pengungsi lebih dari 500 ribu jiwa dan kerugian material diperkirakan lebih dari 5 milyard USD. Kota Banda Aceh yang indah permai dengan segala peninggalan sejarahnya luluh lantak tersapu gelombang tsunami sepanjang 5 kilometer dari laut, menyisakan puing-puing reruntuhan yang mengerikan. Karena dahsyatnya bencana ini, dunia menyatakannya sebagai bencana kemanusiaan terbesar yang penangangannya melibatkan dunia internasional yang dikordinasikan dengan lembaga-lembaga Persatuan Bangsa-Bangsa.

Banyak orang bertanya, khususnya masyarakat Aceh yang selamat dari bencana, kenapa Allah Yang Maha Perkasa memberi ujian maha dahsyat kepada oran Aceh yang terkenal tradisi keislamannya sejak zaman dahulu? Bahkan Aceh di kenal sebagai "Serambi Mekah" yang menandakan kealiman dan keteguhan masyarakatnya pada ajaran Islam. Mereka seakan terheran-heran dan tidak dapat mempercayai kenyataan yang telah terjadi. Bukankah di dalam keyakinan masyarakat Aceh yang Islami, hanya orang-orang durhaka saja yang akan mendapat azab maha dahsyat ini. Nah, permasalahannya, apakah memang sudah sepantasnyalah masyarakat Aceh mendapat azab ini karena kedurhakaan mereka yang melampaui batas, melampaui kelakuan saudara-saudara mereka di Jakarta misalnya, masyarakat yang penuh dengan kemaksiatan, hedonis, bahkan diliputi dengan kefasikan dan kekufuran yang amat pekat.

"Tidak ada yang menyangka akan terjadi bencana dahsyat ini, pak" kata seorang relawan asal Aceh bernama Ramli berulang-ulang dengan logat Acehnya yang kental, terkadang diikuti dengan tetesan air matanya. "Menurut bapak, ada apa ini ?" tanyanya terus menerus dengan muka yang sedu sedan seakan coba memahami hakikat kejadian yang baru dialami masyarakatnya. Kegundahan Ramli mewakili kegundahan hati masyarakat seluruh dunia, terutama bangsa Indonesia yang berbondong-bondong membantu saudaranya.

147

Page 148: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

@@@@@@@@

Saya pertama kali datang ke Aceh pada tahun 1991 bersama beberapa aktivis Islam dari Malaysia untuk mengadakan survey dan pemetaan dakwah serta meneliti perbandingan kebangkitan Islam antara Aceh dengan kota-kota besar Kedah malaysia dan Fatani, selatan Thailand. Pada saat itu Aceh dalam keadaan Daerah Operasi Militer (DOM). Pada saat itu saya melihat masyarakat umumnya hidup dalam keadaan susah, tertekan dan penuh kecurigaan kepada orang luar. Rezim Soeharto menerapkan politik yang sangat menekan masyarakat, sehingga timbul ketidakpuasan yang meluas yang berujung dengan lakhirnya beberapa kelompok sparatis yang ingin memerdekakan diri dari NKRI. Pemberontakan ini lebih karena kezaliman pemerintah pusat kepada Aceh yang selama perjuangan kemerdekaan dikenal sebagai daerah modal bagi perjuangan kemerdekaan. Apalagi secara historis, masyarakat Aceh adalah masyarakat yang menjunjung tinggi agama dan harga diri, pantang menyerah melawan kebathilan sehingga pemerintah kolonial tidak berhasil menjajah Aceh, kecuali hanya beberapa tahun saja akibat perlawanan yang gagah perkasa.

Pemberontakan dan perlawanan masyarakat Aceh, baik secara terang-terangan maupun tersembunyi, merupakan respon mereka terhadap penindasan dan ketidakadilan kebijakan pemerintah pusat kepada Aceh yang telah dipaksakan penerapannya yang berlindung dibalik slogan pembangunan dan modernisasi. Padahal apa yang terjadi adalah sebuah proses terstuktur yang akan mencabut akar tradisi masyarakat Aceh, menggantikan tradisi Aceh yang Islami dengan tradisi sekuler yang asing bagi masyarakat Aceh. Jadi tidak diragukan pergolakan-pergolakan yang terjadi selama ini karena Aceh akan dipisahkan dari akar tradisinya dan akan dipaksa mengikuti tradisi lain.

Masuknya aparat keamanan selama diberlakukannya DOM dan tibanya pendatang dari daerah lain telah mempengaruhi perubahan sosial di Aceh. Bahkan sebagian dari kebiasaan-kebiasaan luar dipaksakan kepada masyarakat Aceh. Sebagai contoh misalnya, di sebuah pantai dekat Ulee Lhee orang-orang tua melarang anak-anak muda berkhalwat atau berpesta pora sampai maghrib atau malam. Namun masuknya aparat keamanan yang memaksakan kemauannya dengan todongan senjata telah merubah tradisi mulia tersebut. Dengan berbagai bentuk pemaksaan aparat keamanan telah berperan besar dalam merubah kebiasaan masyarakat Aceh, terutama generasi muda yang digiring untuk mengikuti tradisi yang asing. Masyarakat Aceh yang agamis, mulai terkikis dari akar tradisisnya. Mereka mulai mengikuti cara-cara hidup yang bertentangan dengan tradisi dan leluhur masyarakat Aceh yang dinamis.

Semakin lama, semakin jauh masyarakat Aceh dari akar tradisinya. Kedatangan aparat keamanan dalam jumlah yang besar untuk menjalankan operasi pemberantasan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tentu membawa dampak yang besar bagi masyarakat, terutama generasi mudanya. Apalagi

148

Page 149: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

adanya kebiasaan buruk aparat yang sok jagoan dan sok kuasa yang menekan dan mendiskreditkan masyarakat, terutama generasi muda yang menjadikan masyarakat Aceh menjadi masyarakat yang minder, tertekan, bahkan ketakutan, terutama kepada aparat yang ditugaskan negara untuk menjaga mereka. Tekanan-tekanan yang diberikan aparat dilain pihak telah menumbuhkan semangat kebencian dan perlawanan, yang akhirnya kelompok ini bergabung dengan GAM. Ketakutan masyarakat bertambah meluas, ketika aparat selalu mengaitkan seseorang yang tidak disenanginya sebagai anggota GAM. Keadaan ini benar-benar telah menjadikan masyarakat Aceh dalam keadaan tertekan, social stess.

Tentang situasi Aceh digambarkan dengan tepat oleh intelektual muda Aceh, Apridar dalam bukunya Tsunami Aceh, Azab atau Bencana. Dia menulis :

Aceh adalah Serambi Mekah yang semenjak berlakunya DOM (Daerah Operasi Militer) 1989-1998 berubah menjadi Serambi Maksiat. Banyak pihak sudah khawatir dengan maraknya maksiat di Aceh ini. Peringatan yang lebih dini sudah ditunjukkan oleh Teungku Bantaqiah nun jauh di Aceh Barat dan Aceh Selatan sana. Ia, dengan Gerakan Jubah Putihnya pada tahun 1986, telah mengingatkan para pejabat dan aparat di Aceh untuk berhenti berbuat maksiat di Serambi Mekah. Namun, peringatan ulama ahlus-Stughur ini dijawab dengan penghadangan bergaya militeristik. Ia malah dianggap sebagai "krikil dalam sepatu NKRI" yang mengganggu stabilitas dan kedamaian. Sejarah gerakan anti maksiat di Aceh kemudian berhenti sejenak. Beberapa tahun kemudian, turunlah mahasiswa yang terusik nuraninya ke jalan-jalan di Banda Aceh. Mahasiswapun menggelar demo di Kampus Darussalam, Banda Aceh, dengan poster-poster yang tajam, keras dan kasar atas maksiat yang melaju dengan pongahnya di sepanjang pesisir pantai Aceh. Maksiat yang tadinya sudah diberi ruang gerak yang leluasa di hotel-hotel mewah Aceh, kini malah menggurita ke berbagai wilayah, khususnya sepanjang pantai. Para Mahasiswa menantang berdialog dengan Komandan Korem 012 Teuku Umar, Kolonel CZI Syarifuddin Tippe. Tantangan yang sama juga menyerang Sekda Aceh Besar Drs. H. Baswedan Yunus. Namun semua aparat dan pejabat terdiam seakan ada setan besar yang tak mampu dihadapi. ( hal : xi)

@@@@@@

Minggu sore, 26 Desember 2004, ketika mengendarai mobil sendirian dari Tanjung Priok ke arah Bogor, seorang teman mengirim sms ke saya. Isinya "Aceh dilanda gempa berkekuatan besar yang diikuti gelombang tsunami, apa artinya ini ustadz?. Saya tidak tau apa yang terjadi sebenarnya karena pada hari ada pekerjaan serius di lapangan yang harus ditangani dengan seluruh kemampuan. Pertanyaan itupun saya teruskan ke beberapa orang, termasuk ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang ditahan di penjara Cipinang. Dengan segera beliau menjawab, "tanda-tanda akhir zaman, perbanyaklah

149

Page 150: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

mengingat Allah dan kuatkan beribadah kepadaNya". Jawaban ustadz Ba'asyirpun saya teruskan ke teman tadi. Sampai saat itu saya belum sadar, apa yang tengah terjadi di Banda Aceh.

Sesampai di vila peristirahatan saya di pinggiran Bogor, setelah istirahat sejenak, saya buka saluran favorit saya, Metro TV dan langsung terperanjat menyaksikan apa yang terjadi di Banda Aceh. Beberapa saat kemudian saya menghubungi Habib Rizieq, Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) dan sekjennya Farid Poniman. Apa yang mesti dilakukan untuk membantu masyarakat Aceh. Saya meyakinkan mereka agar FPI mengambil peran besar dalam bencana di Aceh sebagai salah satu program pembentukan citra yang telah dicanangkan dalam musyawarah nasional pertama Desember tahun lalu. Sebagai Ketua Eksternal FPI dan sekaligus Direktur lembaga kemanusiaan Hilal Merah, saya terus memantau keadaan dan menghubungi beberapa teman-teman gerakan Islam lainnya. Diputuskan untuk membuka posko nasional FPI di Medan agar mudah berkordinasi dengan Banda Aceh dan saya ditugaskan memimpin disana, tapi penerbangan menuju Medan dan Banda Aceh sudah penuh semua.

Setelah hilir mudik mencari angkutan, selasa pagi, 28 Desember, seorang rekan relawan menawarkan penerbangan ke Medan. Tanpa fikir dua kali saya terima. Jam 11 siang saya sudah di Bandara Halim yang hiruk pikuk dengan pemberangkatan relawan ke Aceh dari berbagai organisasi sosial kemasyarakatan. Di Halim saya bertemu dengan Menpora, Adyaksa Dault dan berbincang tentang persiapan keberangkatan relawan ke Aceh. Setelah di landa kepanikan dan ketidak pastian, akhirnya saya dapat pesawat yang dicarter Kementerian BUMN untuk relawan yang akan ke Aceh dan transit di Medan. Tanpa membawa bekal apa-apa, saya fikir nanti akan dipersiapkan Posko Medan, akhirnya saya naik pesawat pada jam 20 malam, yang ternyata tidak transit di Medan, tapi langsung ke Banda Aceh. Segalanya saya serahkan kepada Allah yang akan menentukan perjalanan ini, dan saya yakin bahwa ini adalah jihad fi sabilillah.

Setelah transit 30 menit di Pakan Baru, pesawat Pelita Air yang kami tumpangi bersama rombongan relawan Kem.BUMN, terbang kembali langsung menuju bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh. Saat transit saya sempatkan membeli makanan ala kadarnya untuk menopang kehidupan di Banda Aceh, karena saya dengar telah terjadi kekuarangn makanan dan kelaparan yang meluas. Pesawat yang kami tumpangi mendarat setelah beberapa kali berputar-putar di udara karena penuhnya lalu lintas penerbangan. Menjelang tengah malam, kami selamat mendarat, dan langsung menyaksikn kesibukan dan kepanikan yang luar biasa di bandara yang dipenuhi dengan relawan dan pengungsi yang ingin meninggalkan Banda Aceh. Tengah malam itu juga saya langsung ke Kota Banda Aceh menumpang pikc up butut relawan dari MER-C. Sepanjang jalan tercium bau anyir mayat, setelah 40 menit perjalanan dengan mobil yang penuh barang dan kami sampai di pos MER-C di tengah Kota Banda Aceh.

150

Page 151: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Setiba di Banda Aceh, kami singgah di pos relawan MER-C. Setelah istirahat sejenak dan mendapat informasi terkini dari rekan yang sudah tiba duluan, saya dengan beberapa rekan tim medis memutuskan untuk melihat-lihat keadaan kota Banda Aceh, terutama menemui pihak-pihak terkait yang dipusatkan di Pendopo Gubernuran. Di tengah malam yang gelap gulita, di antara reruntuhan bangunan yang sesekali masih di guncang gempa, dengan bantuan penerangan senter, rombongan kami tersesat jalan, tidak sampai di pendopo, tapi malah menyebrangi sungai yang penuh dengan mayat bergelimpangan. Setelah berjalan sekitar 20 menit, kami sampai di RS Kesdam yang penuh dengan pasien. Di sepanjang koridor, saya saksikan ratusan pasien yang tidak terawat, penuh dengan luka, sebagiannya teriak-teriak dan beberapa diantaranya sudah mendekati ajal. Ironisnya, dalam keadaan seperti ini, tidak ada satupun dokter ataupun perawat yang menangani pasien, kami kebingungan, dan akhirnya rekan-rekan dokter menjalankan tugas mereka membantu pasien. Malam itulah pertama dalam hidup saya menyaksikan begitu banyak manusia yang menderita namun tidak tertangani, dan saya menyaksikan diantara mereka yang wafat.. Innalillahi wa Innailaihirojiun, sesungguhnya semua datang dari Allah dan akan kembali pulang kepada-Nya pula.

Menjelang subuh, rombongan kami berjalan menuju Pendopo melalui pekatnya kegelapan malam. Seakan kami tengah berjalan di sebuah kota mati, yang tanpa penerangan, penuh timbunan kayu dan berbagai material sisa-sisa bencana. Setelah beberapa menit berjalan, kami melalui masjid raya Baiturrahman, masjid kebanggaanku selama ini, yang selalu saya singgahi jika ke Banda Aceh. Keadaannya gelap gulita, dihalamannya penuh dengan sisa-sisa reruntuhan, dan saya dengar mayat-mayat masih banyak yang tersisa di halamannya. Ketika berada di depan masjid Baiturrahman, terjadi gempa besar yang menggoncang kami, terdengar suara bangunan-bangunan yang beradu dan orang-orang yang lari berhamburan ke jalan-jalan, yang menambah suasana kengerian. Rombongan kami tiba di pendopo Gubernuran NAD menjelang subuh, semua terlelap tidur, sehingga tidak ada yang menemui kami. Tidak ada orang yang dapat kami ajak bicara dan menanyakan suasana terakhir.

Setelah istirahat sejenak, kami solat subuh di Pendopo, yang ternyata penuh dengan pejabat, relawan, wartawan dan pengungsi. Tidak banyak info yang kami dapatkan, kecuali mengetahui secara garis besar apa yang terjadi. Kami juga ingin memastikan keadaan, karena beredar isu-isu akan terjadi tsunami susulan yang meresahkan masyarakat. Menjelang terbit matahari rombongan kembali ke posko MER-C.

@@@@@@@@@@@

Pagi, 29 Desember, setelah mandi ala kadarnya dan sarapan, saya keluar dengan mengenakan topi dan rompi Front Pembela Islam (FPI) untuk memastikan apa yang terjadi. Dengan berjalan kaki, tempat pertama yang

151

Page 152: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

saya kunjungi adalah masjid raya Baiturrahman yang berada di pusat kota Banda Aceh. Pagi itu keadaan masih lenggang, sepi, tidak terlihat keramaian sebagaimana keadaan sebelum-sebelumnya yang penuh sesak. Biasanya disekeliling masjid penuh dengan warung kopi tempat masyarakat Aceh memulai kehidupannya, sarapan sambil ngobrol. Di halaman masjid saya menemui beberapa perwira tentara sedang mengatur pasukannya yang menyingkirkan tumpukan material dari halaman masjid. Saya langsung menuju masjid dan masuk ke dalam, tanpa memperhatikan keadaan sekeliling. Begitu sampai di tengah-tengah masjid, baru saya sadar, saya berada ditengah-tengah sisa-sisa darah dan potongan-potongan kulit mayat yang mulai membusuk. Masya Allah...., seakan isi perut saya akan keluar, karena tidak tahan baunya. Dengan penahan napas dan muntah, saya berlari keluar masjid untuk mencari udara segar. Di tengah kegalauan hati, saya pandang sekeliling, tidak ada kata-kata yang mampu terucapkan, kecuali hanya menyeru, "Maha Suci dan Maha Besar Allah dengan segala Kekuasaan-Nya".

Pagi itu di halaman masjid saya bertemu dengan KSAD, Jendral Ryamizard Ryachudu dan Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid. Saya menghampiri mereka yang dikelilingi beberapa orang jendral, di antaranya Pangdam Iskandar Muda, Mayjen Endang Suwarya. Saya informasikan kepada KSAD, Front Pembela Islam akan mengirimkan ratusan relawan dari seluruh Indonesia dan meminta agar dapat dibantu memberikan fasilitas. Pak Ryamizard berjanji akan membantu dan menitipkan kepada Pangdam. Demikian pula kepada Ketua MPR, Pak Hidayat, saya memohon bantuan doa agar diberi kekuatan dan kemudahan, yang dianggunggukannya sambil memesan agar saya menjaga kesehatan selama berada di Aceh. Dengan Pak Hidayat, saya kenal lama, terutama ketika beliau ikut menjadi pembanding ketika peluncuran buku saya "Panduan Jihad Untuk Aktivis Islam" di Jakarta pada pertengahan 2001.

Setelah berkeliling melihat suasana kota yang porak poranda, saya kembali ke pos relawan MER-C untuk meminjam telpon. Saya menelpon Habib Rizieq dan Farid Poniman agar segera dikordinasikan pengiriman relawan dan bantuan kemanusiaan ke Banda Aceh. Yang paling penting saya pesankan agar segera mengirim relawan yang dapat membantu evakuasi mayat yang masih berserakan dan tidak terurus dengan selayaknya sebagaimana diajarkan Islam. Jika mampu para relawan diharapkan dapat membawa perlengkapan sendiri, terutama makanan agar tidak memberatkan masyarakat yang sudah tertimpa musibah.

Untuk sementara, saya putuskan membuka posko di Masjid Baturrahman dengan tenda pleton ABRI yang kami dapatkan dari Pangdam dan Kodim Banda Aceh. Posko yang kami dirikan di depan masjid raya Baiturrahman dijadikan untuk posko bersama dengan gerakan Islam lainnya, seperti Hizbut Tahrir, PII, GPI dan lainnya. Kami bersama-sama dengan aktivis gerakan Islam saling bantu membantu untuk melancarkan tugas-tugas kemanusiaan, sesuai dengan kemampuan yang kami miliki. Disamping itu,

152

Page 153: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

saya mencoba untuk mekrut relawan lokal dari pemuda-pemuda Aceh yang diberi imbalan ala kadarnya untuk membantu mengerjakan kegiatan kami, terutama untuk membantu membersihkan masjid, mengevakuasi mayat dan membuka dapur umum. Namun kebanyakan pemuda-pemuda Aceh dalam keadaan trauma, sehingga mereka takut mendekati mayat yang sudah mulai membusuk. Alhamdulillah, relawan bantuan kami datang dari Medan sekitar seratus orang dengan membawa logistik. Pada awalnya masalah utama yang kami hadapi adalah tidak adanya air bersih di sekitar masjid dan udara yang sangat pengap yang bisa membahayakan kesehatan relawan. Setelah mencari tempat yang sesuai, posko relawan FPI dan Hilal Merah saya pindahkan ke Taman Makam Pahlawan Banda Aceh dengan pertimbangan keamanan dan kesehatan.

Setelah posko Taman Makam Pahlawan berfungsi, banyak masyarakat yang datang meminta bantuan, terutama untuk mengevakuasi mayat keluarga mereka disamping untuk membantu pendistribusian makanan bai pengungsi. Sejak saat itu, posko ini di kenal dengan Posko Pemburu Mayat. Bersamaan dengan itu, para relawan sudah mulai berdatangan dengan bertahap, yang jumlah seluruhnya lebih dari 1000 orang. Untuk memudahkan pengkordinasian, saya membentuk Badan Logistik yang bertugas untuk mempersiapkan segala kebutuhan logistik relawan yang dipimpin oleh Dendam Prama Pandu. Alhamdulillah, relawan yang saya pimpin dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik, walaupun penuh dengan suka dan duka yang tidak mungkin dilupakan. Sejak penemuan jenazah Sayyid Hussaini, Ka Humas Polda NAD oleh tim relawan kami, masyarakat dan pemerintah mulai memberikan bantuan dan perhatian kepada relawan kami yang penuh dengan kekurangan. Bantuan dari Menko Kesra Alwi Shihab dan Pang Ops. Mayjen Bambang Dharmono telah banyak memberikan kemudahan untuk aktivitas relawan kami.

Semakin banyak relawan kami yang datang secara bergelombang via laut dan udara, maka semakin banyak pula aktivitas yang dapat dilakukan, disamping mengevakuasi mayat, relawan kami juga mengadakan pengobatan keliling, membersihkan masjid, mendistribusikan bantuan ke pengungsi, membuat pompa air dan lainnya. Pemerintah memberikan bantuan 10 truk dan 1 mobil kijang untuk memudahkan kegiatan relawan kami.

@@@@@@@@

Ketika memimpin tim relawan untuk mengevakuasi mayat-mayat yang berada direruntuhan bangunan, saya benar-benar merasakan kekerdilan diri sebagai seorang manusia dihadapan alam, apalagi dihadapan Yang Maha Penciptanya. Saya, manusia siapa saja, apakah pejabat, jendral, pengusaha dan lainnya tidak ada artinya, bahkan tidak punya kekuatan apalagi kekuasaan untuk mencegah terjadinya bencana maha dahsyat ini. Memangnya siapa manusia yang merasa dirinya sombong dan sok jagoan yang berani menentang dan menantang Sang Maha Kuasa dengan Kemaha

153

Page 154: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Digdayaan-Nya. "Ya Allah Yang Maha Kuasa, kami memang benar-benar kerdil, kecil, tidak ada artinya sama sekali dihadapan-Mu Yang Maha Agung. Jika Engkau menghendaki, tiada siapapun yang dapat mencegah-Nya, Engkau Maha Perkasa lagi Maha Kuat. Ketika Engkau berikan peringatan kepada hamba-Mu di Serambi Mekah ini, maka tidak ada seorangpun yang mampu mencegahnya, walaupun dia seorang Presiden sekalipun. Maha Suci Engkau Ya Allah, Tuhanku dan Tuhannya seru sekalian alam, ampunilah kami, saudara-saudara kami yang telah Engkau ambil ke sisi-Mu. Ya Allah, hanya inilah yang mampu ucapkan dihadapan Keagungan-Mu".

Setiap saya kerja di reruntuhan bangunan untuk mencari saudara-saudara saya yang wafat tertimbun, pasti air mata saya tidak pernah berhenti menenes, terkadang saya tidak kuasa menahan pilu dan kesedihan yang mendalam melihat keadaan saudara-saudara saya yang wafat dan tidak terurus. Terkadang saya membayangkan, bagaimana seandainya kalau saya yang tertimpa musibah ini, saya tidak dikenal lagi oleh keluarga, tidak tau dimana kuburan saya, tidak ada yang menziarahi, dan bahkan tiada yang mengurus jenazah saya sebagaimana yang telah diperintahkan ajaran Islam. Ya Allah, hatiku senantiasa bergetar, takut kepada Allah jika ditimpakan musibah yang tak tertanggungkan ini. Di saat-saat istirahat mengevakuasi mayat, saya selalu menasihatkan kepada diri dan rekan-rekan saya agar selalu mengambil pelajaran pada apa yang mereka lihat. Peringatan yang paling manjur adalah selalu mengingat mati dan kematian. Mudah-mudahan banyaknya kematian yang kami saksikan akan selalu menjadi pengingat kepada kami, siapakah kami, kemanakah kami akan pergi, dan yang paling penting, kami pasti akan mati menyusul saudara-saudara kami, dan kami masih memiliki kesempatan untuk memilih cara mati yang mulia dan tinggi, syahid di jalan Allah kelak. Insya Allah.

Kadang kala saya memandang sejauh pandangan mata, menyaksikan sebuah keadaan mengerikan yang dipenuhi dengan reruntuhan kota Banda Aceh, dan kadangkala saya tidak percaya bahwa diri saya saat ini tengah berada di reruntuhan sebuah kota yang masyarakatnya terkenal dengan tradisi keislamannya. Ribuan mayat yang kami evakuasi dengan berbagai posisi dan keadaan yang belum pernah saya saksikan seumur hidup. Coba bayangkan, di sungai Pasar Ikan Peunayong, puluhan ribu mayat terapung-apung, ratusan kilo meter bersama tumpukan sampah. Terkadang kami menemukan mayat yang keadaan sangat memprihatinkan, namun terkadang kami menemukan mayat yang masih utuh setelah berminggu-minggu terlantar. Terkadang kami menemukan mayat yang telanjang bulat, tidak menyisakan selembar benangpun, kebanyakannya wanita, namun kami juga menemukan mayat yang masih utuh memakai jibab dan purdahnya, mayatnya utuh. Saya sendiri terlalu susah untuk membayangkannya, apalagi menceritakannya dengan tepat.

Di tengah-tengah kebingungan saya, terkadang bertanya dalam hati, kenapa bangunan masjid banyak yang selamat, sementara bangunan beton yang jauh lebih kuat luluh lantak? Apakah ini sebuah kebetulan sebagaimana

154

Page 155: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

teman-teman relawan bule saya berkeyakinan, atau memang ada kekuatan yang menghendaki agar masjid selamat? Sebagai seorang yang beriman, saya yakin seyakin yakinnya bahwa apapun yang terjadi di muka bumi ini pasti atas kehendak Allah, termasuk apa yang menimpa Aceh. Bahkan Allah Yang Maha Kuasa telah mengirimkan pesan lewat masjid-masjid, yang disebut sebagai rumah Allah, yang telah diselamatkan-Nya sebagai pelajaran untuk orang-orang yang berakal. Karena seandainya masjid-masjid itu tidak diselamatkan Allah SWT, tentu ada alasan bagi orang-orang sekuler untuk mengatakan bahwa bencana ini hanyalah kejadian alam, tidak ada hubungannya dengan Tuhan Pencipta. Namun dengan selamatnya masjid, seperti masjid Baturrahim di bibir pantai Ulee Lhee, maka tidak ada yang bisa menafikan akan adanya Kekuasaan Allah yang menyelamatkan rumah-Nya, sementara bangunan-bangunan kokoh lainnya hancur berantakan.

Terlalu banyak hikmah yang saya dapatkan selama memimpin tim relawan yang total jumlahnya lebih seribu. Dengan mengucapkan syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT, ucapan terima kasih kepada rekan-rekan relawan FPI, Hilal Merah, pemerintah pusat dan daerah, TNI dan masyarakat serta siapapun yang telah membantu perjuangan kami. Semoga Allah senantiasa membalasnya dengan yang setimpal dan kita mendapat hikmah yang besar dari kejadian yang telah menimpa saudara-saudara kita di Aceh. Bahwa bencana yang telah menimpa Aceh dan sekitarnya bukan hanya sebuah bencana alam biasa, namun bencana dahsyat ini adalah sebuah pesan, sebuah peringatan dari Sang Penguasa Alam kepada umat manusia, terutama bangsa Indonesia. Jika Serambi Mekah saja diberikan bencana dahsyat, maka tidak mustahil akan datang lagi bencana yang lebih dahsyat dan lebih besar jika bangsa ini tidak mau mengambil pelajaran dan menerima pesan dan peringatan yang disampaikan.

@@@@@@@@@@@@@

Beberapa hari setelah ketibaan saya di Banda Aceh, ketika sedang sibuk membangun tenda pleton untuk posko kemanusiaan kami di halaman Masjid Baiturrahman, datang seorang yang belum saya kenal. Dari penampilannya, saya memastikan dia seorang ulama atau ustadz, karena memakai jubah lengkap dengan sorbannya serta berjenggot lebat. Setelah memberikan salam, beliau menanyakan kepada relawan kami, siapa pimpinan rombongan. Salah seorang relawan menunjuk ke arah saya yang sedang sibuk membenahi kelengkapan logistik para relawan. Ustadz Habibullah, sebut saja begitu namanya, kemudian menghampiri saya, sambil mengucapkan salam, kami berpelukan erat, erat sekali seperti teman yang sudah lama saling kenal. Kami tidak bisa mengucapkan apa-apa, karena sama-sama terharu, dan saya dapat merasakan kepedihan dan kesedihan ustadz. Saya mempersilahkan beliau masuk ke tenda kami untuk menghormati dan memenuhi keperluan atau hajatnya.

155

Page 156: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Beliau menceritakan pengalamannya ketika terjadi bencana panjang lebar, keadaan masyarakatnya pada saat itu, terutama di sekitar tempat tinggalnya. "Ana tinggal tidak jauh dari sini" katanya dengan logat Acehnya yang kental. Ketika kejadian, beliau sedang dalam perjalanan menuju tokonya di belakang komplek masjid Baiturrahman. "Saya dengar tim yang ustadz pimpin akan mengevakuasi mayat" tanyanya, yang saya jawab dengan anggukan seraya minta pertolongan beliau untuk dapat membantu, dan beliau menyanggupinya dan juga akan meminta beberapa anggota jama'ahnya untuk ikut membantu relawan kami.

Sambil menunggu sarapan kami berbincang-bincang tentang masalah kejadian yang menimpa Aceh. Sejenak beliau berhenti bicara, sambil mengambil napas panjang dan dalam, dengan mata sinar mata yang menunjukkan kegetiran, beliau berkata dengan nada rendah memecah keheningan kami. "Menurut ana...." katanya, "memang sudah sepantasnyalah Allah SWT menurunkan azab ini kepada masyarakat Aceh....". Saya terkejut bukan kepalang. Kata-kata ustadz yang sudah 25 tahun menjadi da'i dan muballigh ini benar-benar membelalakkan mata saya, saya tidak pernah menyangka beliau akan berkata seperti itu. Dengan ragu-ragu saya menanyakan kembali, apakah benar kata-kata yang baru saya dengar atau memang saya salah dengar atau memang hanya presepsi saya yang salah. Namun ternyata tidak, dengan penuh keyakinan beliau mengulang kata-katanya "masyarakat Serambi Mekah ini memang sudah selayaknya mendapat Tsunami ini ustadz" sambil dengan jelas dan fasihnya beliau membacakan ayat-ayat al-Qur'an yang dijadikannya sebagai dasar dalam mengambil kesimpulan. Sayapun tidak dapat berkata apa-apa, sambil merunduk saya mendengar ayat al-Qur'an yang dibacanya.

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Allah) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami pada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? (al-A'raf : 96-98)

...Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang Rasul. Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada para pemuka di negeri itu supaya mentaati Allah, tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnyalah berlaku ketentuan Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. Dan berapa banyak kaum setelah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya (al-Isro: 15-17)

Maka masing-masing Kami siksa disebabkan oleh dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu dan ada di antara mereka yang ditimpa suara keras yang menggelegar, dan di antara

156

Page 157: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak menzalimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri. (al-Ankabut : 40)

"Coba ustadz renungkan..." lanjutnya, "kami masyarakat Aceh terkenal dengan keistiqomahan kami menegakkan ajaran Islam, sampai-sampai bangsa Indonesia menyebutnya sebagai Serambi Mekah". Katanya sambil memandang tajam ke arah saya. "Masa masyarakat Serambi Mekah tidak ada bedanya dengan masyarakat serambi Amerika seperti Jakarta? Bahkan kadang-kadang pemimpin dan ulama kami disini sudah banyak yang menyimpang dan mungkin munafik, mereka hanya berlomba untuk mencari jabatan dan kepentingan dunia, tidak menjalankan kewajibannya memimpin dan menasihati, tidak memikirkan rakyatnya yang menderita". Saya hanya mendengarkan kata-katanya dengan penuh perhatian. "Ustadz bisa lihat kelakuan anak muda Aceh sekarang, terutama di pinggir pantai sana. Mereka telah melanggar syari'at, berbuat maksiat, tidak lagi mendengar nasihat orang tua-tua, pergaulan mereka bebas, jilbab hanya dipakai untuk menghindari razia petugas bukan dari dalam hatinya". Sambil menikmati sarapan pagi mie instan dan teh panas bersama beberapa relawan, ustadz menambahkan keherananya, "masa pemimpin Serambi Mekah seperti Gubernur Puteh terlibat korupsi, ini apa namanya?" dengan suara meninggi. "Nah, kalau pemimpin-pemimpinnya saja telah melakukan tindakan biadab dan melanggar perintah Allah, maka pasti Allah akan memberikan azab kepada masyarakat, apalagi masyarakat tidak mencegah kemungkaran yang dilakukan pemimpinnya, lebih menyedihkan lagi jika ulama sudah ketakutan menyampaikan kebenaran" lanjutnya dengan menyitir beberapa hadits dengan fasih.

Pagi itu kami mengakhiri pertemuan dengan kesepakatan untuk membantu ustadz mengevakuasi mayat beberapa sanak keluarganya yang masih belum terurus di sekitar toko-toko di samping komplek masjid Baiturrahman, berdekatan dengan pasar Banda Aceh. Ketika akan berpisah, sambil berpelukan, ustadz berpesan kepada saya, "tolong sampaikan kepada pemimpin-pemimpin negeri ini, terutama Presiden, agar mereka dapat mengambil pelajaran dari peristiwa dahsyat ini", sambil membaca ayat al-Qur'an, beliau berkata "Allah tidak akan menjadikan apapun sia-sia di muka bumi ini, pasti ada pelajarannya, pasti ada pesan yang tersirat dan tersurat yang harus difahami", saya hanya mampu menganggukkan kepala.

Ada penyesalan mendalam yang ditunjukkan ustadz yang alim ini, terutama kepada pemerintah pusat yang dianggapnya lambat dalam menyelesaikan bencana dahsyat ini. Beliau beranggapan pemerintah belum memiliki sistem terpadu dalam menyelesaikan bencana yang maha dahsyat ini, mungkin ini dapat difahami karena memang bangsa Indonesia baru kali ini sejak kemerdekaan mendapat bencana besar seperti ini. Namun yang paling menyedihkan adalah sikap para pemimpin di Jakarta yang tidak mau mengambil pelajaran dari peristiwa yang menimpa masyarakat Aceh. "Apakah azab ini hanya untuk kami masyarakat Aceh saja ?" tanyanya dengan suara

157

Page 158: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dalam, dan dijawabnya sendiri "tentu tidak, ini adalah azab untuk seluruh bangsa Indonesia" tegasnya. "Jika kami yang dianggap alim dan istiqomah saja dapat di azab dengan dahsyat, maka jangan mengira bahwa azab yang lebih dahsyat tidak akan menimpa kota-kota lain di Indonesia". Ibaratnya seperti jika sang bapak sudah marah sama anak kesayangannya, maka anak-anak yang lain jangan merasa aman dari murkanya. "Demikian pula dengan bangsa Indonesia, jika Serambi Mekah saja dihancurkan, maka tidak mustahil kota-kota yang lebih kotor dan masyarakatnya lebih rusak akan dihancurkan" tegasnya. Di akhir pembicaraan beliau menyimpulkan agar bangsa Indonesia dapat mengintrospeksi kesalahannya dan segera bertobat nasuha dan melakukan amalan sholeh.

Sejak pertemuan dengan ustadz yang saya anggap jujur dan ikhlas itu, saya terus memikirkan apa yang dikatakannya, terutama tentang keniscayaan azab Allah yang diturunkan kepada masyarakat Serambi Mekah. Kata-katanya selalu terngiang-ngiang, terutama ayat-ayat yang dibacanya dengan penuh keyakinan. Di tengah-tengah kehancuran kota Banda Aceh yang tak terbayangkan, terutama ketika mengevakuasi mayat, saya selalu teringat dengan kata-kata ustadz yang kharismatis itu, kemudian merenung, apakah memang benar azab yang maha dahsyat ini sepantasnya ditimpakan kepada Aceh, ataukah memang ini sebuah bencana alam yang tidak pandang bulu, yang akan menimpa siapa saja di antara umat manusia, tidak pandang agama dan kepercayaannya. Terkadang masalah ini saya diskusikan dengan beberapa intelektual muda Aceh ataupun para aktivis Islam dan birokrat, pengusaha ataupun masyarakat umum. Memang seperti ada sebuah kesepakatan tentang ketidakfahaman mereka, terutama kenapa Aceh dilanda bencana, tapi mereka memang mengakui bahwa telah terjadi perubahan fundamental dalam tradisi dan kebiasaan masyarakat Aceh. Generasi muda sudah meninggalkan tradisi agung nenek moyang mereka, sementara para cerdik pandai memilih keluar Aceh, dan yang berani melakukan pemberontakan atas nama penindasan. Namun kami sepakat, ada pesan dan pelajaran yang mesti di ambil dari bencana kemanusian terdahsyat pada abad ini.

Terlalu banyak hikmah dan pelajaran yang saya dapatkan dari kehancuran kota Banda Aceh akibat bencana gempa dan tsunami. Hari demi hari, selama 40 hari di Aceh menjadi relawan kemanusiaan, saya mendapat banyak hal, terutama yang berkaitan dengan peningkatan spiritual. Saya dapat bergaul dan memahami kerja relawan kemanusian dari berbagai negara yang membantu saudara-saudara kita dengan keikhlasan, namun tidak kurang juga ada yang ingin mengambil kesempatan dengan bencana ini. Itulah sebabnya tidak henti-hentinya kami dari gerakan Islam menyerukan agar para relawan tetap bekerja dalam koridor kemanusiaan saja dan tidak mengedepankan misi terselubung yang akan menambah permasalahan yang dihadapi masyarakat Aceh yang sudah penuh dengan penderitaan. Intinya keikhlasan, kesungguhan dan keberanian yang ditunjukkan tim relawan kami telah menjadikan mereka sangat dekat dengan masyarakat Aceh. Sampai saat

158

Page 159: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

ini kami tetap membina hubungan dengan masyarakat Aceh melalui program pembangunan masyarakat ataupun infrastruktur.

@@@@@@@@@@@@@

Setelah lebih 40 hari di Banda Aceh, saya kembali ke Jakarta. Sejak tiba di Bandara Soekarno Hatta, saya melihat keadaan yang sangat kontras dengan apa yang saya lihat di Aceh. Jakarta, kota metropolis tidak pernah berubah dengan kesibukan dan keangkuhan serta kegemerlapannya. Terus terang, hati saya masih trauma dengan keadaan yang menimpa saudara-saudara yang ada di Aceh, sehingga terkadang terbawa-bawa dalam prilaku keseharian. Kesedihan dan kepiluan masih terasa di relung hati ini, sementara masyarakat ibukota tetap dengan kegiatan yang mereka lakukan. Kepulangan saya ke Jakarta dimaksudkan untuk mencari kemungkinan program bantuan kemanusian untuk masyarakat Aceh, namun memang tidak mudah meyakinkan manusia-manusia modern tentang kebaikan dan pertolongan. Bersama-sama dengan beberapa orang teman, diantaranya Dr. Shechan Shahab, Dr. M. Firdaus, Farid Poniman, Muzakir Rido, Erman Kardila dan lainnya, kami sepakat untuk membesarkan Hilal Merah yang memang sejak dari awal dideklarasikan di Medan pada tahun 2003 ditujukan untuk membantu saudara-saudara di Aceh.

Namun demikian, ada misi utama yang perlu saya sampaikan kepada bangsa Indonesia, sebagaima yang diharapkan oleh masyarakat Aceh, bahwa musibah yang mereka alami, bukan saja sekedar peringatan untuk mereka saja, tapi untuk bangsa Indonesia seluruhnya. Pesan dan pelajaran berharga yang harus disampaikan kepada bangsa Indonesia yang tengah menghadapi krisis multi dimensi, yang telah meluluhlantakkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pesan-pesan yang jelas dan terang benderang dari Sang Pencipta alam yang ditujukan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia. Pesan yang disampaikan dengan harga yang sangat mahal, namun sayangnya tidak disadari dan tidak difahami oleh para pemimpin bangsa ini sehingga mereka masih asyik mengejar jabatan dan saling rebutan kedudukan yang menambah sengsaranya umat ini. Saya ingat janji saya kepada ustadz yang menemui saya di halaman masjid raya Baiturrahman, saya akan menulis hikmah dan pesan tsunami kepada bangsa Indonesia, khususnya para pemimpin mereka.

Karena kesibukan-kesibukan yang tidak dapat dihindarkan, maka amanah untuk menulis pesan Allah SWT dari peristiwa tsunami Aceh tersebut belum sempat saya penuhi, sehingga selalu mengganggu fikiran. Sampai akhirnya saya menemukan dua buah buku yang memang sesuai dengan keinginan masyarakat Aceh. Satu ditulis oleh ulama aktivis yang saya kenal keistiqomahannya, Dr. Abdurrahman Al-Baghdady berjudul Tsunami Tanda Kekuasaan Allah dan satu lagi ditulis oleh putra Aceh Apridar berjudul Tsunami Aceh, Azab atau Bencana?. Alhamdulillah, saya menjadi lega, ternyata kedua penulis telah menjelaskan dengan sangat bagus tentang

159

Page 160: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

bencana tsunami yang dikaitkan dengan peringatan Allah SWT. Kedua penulis berkeyakinan bahwa bencana tsunami yang terjadi di Aceh adalah semata-mata atas kehendak Allah Yang Maha Pengatur, bukan sekedar kejadian alam biasa sebagaimana difahami orang sekuler. Demikian pula mereka dapat meyakinkan dengan dalil-dalil yang pasti bahwa tsunami merupakan peringatan dari Allah yang mesti diperhatikan. Namun sayang untuk yag kedua ini, tidak mendapat tanggapan yang sepatutnya dari bangsa Indonesia, khususnya para pemimpin mereka.

Menurut Dr. Abdurrahman Al-Baghdady, bencana gempa dan tsunami yang melanda Aceh dapat dilihat dari dua sudut. Dari sudut pandangan orang-orang beriman, maka bencana itu merupakan ujian atas keimanan, sementara bagi orang-orang yang kafir, jelas merupakan azab atas kedurhakaan mereka. Sehubungan dengan itu, beliau menulis:

Salah besar jika ada orang yang berpendapat bahwa korban gempa dan tsunami yang baru saja terjadi adalah menimpa mereka orang-orang yang berdosa yang layak untuk dibinasakan. Ini adalah satu kesimpulan serampangan. Dan kesimpulan dengan serampangan adalah satu kebodohan.

Setiap orang mati sesuai dengan niat dan amalannya masing-masing yang hal ini disebutkan sebagaimana dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi dalam kitab Syu'abul Imaan dari Aisyah ra, "Bahwasanya Allah jika menurunkan murka-Nya kepada kaum yang mengingkari-Nya, maka Dia mematikan terlebih dahulu orang-orang yang sholih dari mereka. Mereka lalu dibinasakan sebab sudah matinya orang-orang shalih tersebut, kemudian mereka dibangkitkan kembali sesuai dengan niat dan perbuatan mereka."

Dan inilah yang menimpa penduduk pesisir Asia Tenggara, yang mana ini adalah ujian karena sebagian mereka adalah orang-orang mukminin. Allah berfirman :

Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengansedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Innaa lillahi wa inna ilahi raaji'un". Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (al-Baqarah : 155-157).

Gempa merupakan siksaan bagi mereka yang berdosa sebagaimana dalam firman Allah:

Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Huud : 102)

Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji." (al-Ra'du : 31)

Gempa ini juga mengingatkan orang-orang yang tidak memperdulikan keadaan (kebaikan/keburukan) masyarakat sekitarnya, tidak peduli dengan

160

Page 161: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dakwah islamiyah, karena mengira kebaikan dirinya dapat dijadikan alasan dihadapan Allah untuk mengajak baik kepada orang lain, dan mereka mengira bahwa kebaikannya itu dapat menyelamatkannya dari siksa dunia dan akhirat. Gempa tersebut mengingatkan manusia akan firman Allah :

Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zhalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan. (Huud : 117).

Gempa ini menunjukkan kepada mereka bahwa kerusakan yang mereka sebabkan dapat menenggelamkan perahu masyrkat, mengancam keamanan mereka, padahal jika siksa diturunkan, maka yang akan menerimanya adalah mereka semuanya bersama-sama dan tidak ada yang diperkecualikan. Allah berfirman :

Dan peliharalah dirimu daripada siksa yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya". (al-Anfaal : 25). ( demikianlah komentar Dr. al-Baghdady, hal : 193-199)

Pendapat ini diperkuat dan dipertegas oleh Apridar putra Aceh yang mengetahui keadaan masyarakatnya karena hidup dalam lingkungannya sebagai aktivis. Dia menulis :

Dalam kamus Islam, setiap kaum tidak mungkin akan menerima "hukuman Tuhan" apabila sebagian atau keseluruhan kaum tersebut tidak "melampaui batas". Tetapi, apabila sebagian atau keseluruhan kaum tersebut bersikap melampaui batas, eksesnya yang niscaya adalah sebuah "hukuman Tuhan" yang bisa berbentuk bermacam-macam, gempa bumi, gelombang tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor, meteor jatuh, kekeringan, kelangkaan pangan, dan lain sebagainya. Kasus gempa dan tsunami Aceh, dalam persfektif ini, juga menyiratkan bukti-bukti tersebut. Yayasan Daulat Remaja NAD, dalam laporannya mensinyalir bahwa menjamurnya pekerja seks komersial (PSK) di NAD merupakan benang merah dengan merajalelanya korupsi dalam pemerintahan daerah NAD. Yayasan tersebut menyebut banyak pejabat daerah NAD menjadi pelanggan para PSK yang tersebar di berbagai wilayah berjulukan Serambi Mekah tersebut, padahal di NAD sudah berlaku syariat Islam. Hal inilah yang mengakibatkan semakin merajalelanya kemaksiatan di bumi rencong itu. Laporan Serambi Indonesia yang menyebutkan Kuala Simpang telah menjadi lahan subur kemaksiatan juga menguatkan bahwa Aceh pra-tsunami telah kotor dengan berbagai penyimpangan yang sebelumnya tidak pernah ada. ( hal 150).

Kedua penulis yang berbeda latar belakang dan tempat tinggal ini memandang bahwa peristiwa bencana yang telah menimpa Aceh dan sekitarnya, yang telah menimbulkan korban besar dan kerugian tak terkira ini mengandung banyak pelajaran khususnya kepada bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia yang tengah dilanda krisis multi dimensi saat ini diharapkan mempu mengambil pelajaran dari semua peristiwa yang menimpanya, baik peristiwa-peristiwa sebelumnya yang telah mengantarkan bangsa dan negara seperti keadaannya saat ini, ataupun peristiwa bencana gempa dan tsunami yang

161

Page 162: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

terjadi di Aceh dan sekitarnya. Sebagaimana kebanyakan masyarakat lainnya, ternyata kedua penulis ini juga merasa kecewa dengan tindakan pemerintah yang dianggap tidak sistematik dan lambat dalam mengambil langkah-langkah strategis penyelesaian bencana. Bahkan tidak ada pernyataan resmi dari pemerintah yang menyatakan perlunya bangsa Indonesia mengintrospeksi keadaan mereka kenapa sampai ditimpa ujian dan bencana yang bertubi-tubi, yang terus sambung menyambung tiada kunjung berakhir, sepertinya mereka sama sekali tidak menangkap pesan-pesan dari peristiwa ini.

@@@@@@@@@@@@

Setelah kembali ke Jakarta, saya mengajak beberapa orang teman dekat, khususnya dari kalangan cendekiawan dan profesional muda untuk mendiskusikan beberapa permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia. Kelompok diskusi ini kami namakan dengan kelompok "diskusi reboan", yang diadakan setiap hari rabu habis maghrib dan dilaksanakan dua kali seminggu bertempat di LP3I Kramat. Diskusi yang dipandu Syahrial Yusuf, pemilik LP3I Group, biasanya dihadiri oleh beberapa teman-teman aktivis mahasiswa, mantan aktivis HMI seperti Muzakir Rido (mantan Sekjen HMI), cendekiawan muda Dr. M. Firdaus (lulusan Universiti Malaya), Farid Poniman (trainer KUBIK), Heri Rahmadi (bos Bambu Dua Group) dan beberapa teman-teman lainnya. Setelah beberapa kali berdiskusi, yang lebih merupakan sebuah curhat kalangan cendekia dan profesional muda, kami menyimpulkan ada sesuatu yang salah dan tidak benar pada bangsa ini, sehingga ditimpa krisis demi krisis yang telah menimbulkan krisis multi dimensi. Dan ternyata bukan hanya krisis multi dimensi saja yang menimpa bangsa ini, tapi bencana demi bencana yang dahsyat datang silih berganti, dari gempa di Nabire, Alor sampai tsunami di Banda Aceh dan terakhir gempa di Kepulauan Nias. Dengan segala keterbatasan yang kami miliki, sebagai kelompok menengah bangsa Indonesia merasa bertanggung jawab untuk memberikan sesuatu kepada bangsa dan tanah air. Kami membagi tugas masing-masing, dan biasanya saya diserahkan untuk menganalisis permasalahan bangsa dari sudut pandang Islam, bidang yang sangat saya minati.

Dorongan teman-teman dan juga beberapa peristiwa yang saya alami di Banda Aceh terdahulu telah menimbulkan sesuatu yang agak aneh pada diri saya. Tiba-tiba saya merasa asing dengan diri sendiri, tujuan hidup, jalan yang harus ditempuh, sampai masalah-masalah krisis hubungan dengan keluarga. Apakah kesedihan yang mendalam terhadap apa yang tengah ditimpa bangsa Indonesia, menjadikan saya seperti saat ini, menjadi manusia yang asing dengan kehidupannya sendiri. Terkadang saya tidak tahu mesti berbuat apa, kecuali hanya membaca buku, berjalan-jalan keliling Jakarta, Bogor, Depok dan sekitarnya atau berkumpul dengan teman-teman lama membicarakan masa lalu sambil merencanakan sesuatu yang baru. Tapi semua itu membuat saya semakin gelisah dan resah, yang menambah

162

Page 163: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

buruknya hubungan saya dengan orang-orang terdekat saya, baik di organisasi maupun pribadi. Dan saya merasa ada krisis yang tengah menimpa diri saya setelah pulang dari Aceh, apa yang Danah Zohar, dalam buku SQ : Spiritual Intelligence - The Ultimate Intelligence, menamakannya dengan krisis spiritual, krisis manusia yang kehilangan makna dalam hidupnya.

Biasanya dalam menghadapi masa-masa sulit, saya akan kembali kepada kebiasaan lama yang sudah saya praktekkan sejak berumur belasan tahun dulu, ketika menjadi aktivis di Yogja, menjalani sebuah pendekatan spiritual yang biasa dikenal dengan pembersihan jiwa atau orang biasanya menyebut dengan nyufi. Tradisi ini adalah kebiasaan yang dilakukan oleh para Nabi dan para pengikutnya, termasuk yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw dan para shohabatnya, yang dalam bahasa tasaufnya dikenal dengan tahannus atau uzlah. Pada tradisi klasik, uzlah biasanya dilakukan dengan meninggalkan semua kehidupan dunia dan mengasingkan diri dari masyarakat, namun pemikir Islam kontemporer dari Mesir, Sayyid Qutb, memberikan sebuah model baru dalam beruzlah, yaitu uzlah su'uriyyah, artinya uzlah yang tidak meninggalkan kegiatan dan interaksi dengan masyarakat namun tetap melakoni uzlah melalui uzlah pemikiran. Dan uzlah ala Qutb inilah yang saya lakoni, dengan mengambil tempat yang berdekatan dengan Masjid dan Islamic Centre milik Habib Abdurrahman Al-Habsyi yang dikenal dengan Habib Kwitang. Saya bisa berkonsentrasi beribadah di masjid dan berdekatan dengan kantor saya di komplek Senen Jakarta Pusat.

Dalam proses uzlah ini, banyak hal yang saya dapatkan, terutama untuk pencerahan diri dan sekaligus pensucian jiwa serta penjernihan fikiran. Saya mencoba masuk ke dalam diri, memahami hakikat, jati diri, potensi, pengalaman hidup, keinginan, cita-cita, realitas kehidupan masa kini dan yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia. Uzlah ini juga diperkuat dengan ibadah-ibadah sunnah serta memahami bacaan-bacaan dari beberapa kitab klasik karangan Ibn Thaimiyah, Ibn Qoyyim, Al-Ghazali, Ibn Qudamah, Ibn Atha'illah, Abdul Qadir Jaelani, al-Qurthubi sampai karangan Said Hawa, Yusuf Qordhowi, Mohammad Al-Ghazali, A'id al-Qorni, Danah Zohar, Daniel Golemen, Ary Ginanjar dan lainnya. Disamping untuk diri sendiri, saya juga merenungkan apa yang tengah dihadapi bangsa Indonesia. Banyak kejadian spiritual yang mungkin tidak dapat diceritakan, namun intinya saya dapat memahami sekelumit dari makna hidup dan kehidupan yang mesti dilalui oleh manusia, baik sebagai dalam urusan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Saya berencana, semoga Allah SWT memperkenankannya, untuk menulis pengalaman-pengalaman spiritual yang saya alami sejak beberapa tahun lalu agar dapat bermanfaat untuk agama, bangsa dan negara, insya Allah.

Khusus untuk bangsa Indonesia yang akan memperingati kemerdekaannya yang ke 60 pada 17 Agustus 2005, saya merasa berkewajiban untuk memberikan sumbangsih sebagai anak bangsa dengan membuat sebuah tulisan dan menyampaikan pesan yang telah diamanahkan

163

Page 164: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

beberapa orang teman, terutama masyarakat Aceh dan beberapa ulama dan ustadz yang saya jumpai di Banda Aceh ketika menjadi relawan kemanusiaan.

Setelah mengakhiri masa uzlah fase pertama selama 40 hari, saya mulai mendapat gambaran dan keyakinan tentang apa yang dihadapi bangsa Indonesia. Bahwa krisis multi dimensi ataupun bencana-bencana dahsyat yang menimpanya, bukanlah sebuah kebetulan, tapi sebuah keniscayaan yang mesti diterima bangsa Indonesia akibat perbuatan mereka, baik secara bersama-sama, sekelompok orang, kalangan elit atau pemimpinnya yang tidak dicegah oleh sekelompok orang lainnya. Bahwa bangsa Indonesia ditimpa musibah, baik berupa krisis multi dimensi yang tidak bisa diselesaikan oleh para cerdik pandai dan pemerintah, perilaku korup sebagian pejabat, kerusakan moral generasi muda sampai pada bencana demi bencana dahsyat yang datang silih berganti, tidak lain karena bangsa ini secara fundamental telah mendapat laknat dari Allah, malaikat, manusia dan seluruh alam raya.

Dalilnya adalah ayat-ayat dibawah ini (surat Ali Imron : 81-91), yang ketika saya baca dan renungkan, seperti baru saja saya fahami maknanya, dan saya kutipkan dari terjemahan al-Qur'an oleh Departemen Agama RI.

Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, "Manakala Aku memberikan kitab dan hikmah kepadamu lalu datang kepada kamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada kamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya. Allah berfirman, "Apakah kamu setuju dan menerima perjanjian dengan-Ku atas yang demikian itu?". Mereka menjawab, "Kami setuju." Allah berfirman, "Kalau begitu bersaksilah kamu (para nabi) dan Aku menjadi saksi bersama kamu".

Maka barangsiapa berpaling setelah itu, maka mereka itulah orang yang fasik.

Maka mengapa mereka mencari agama (dien) yang lain selain (dien) Allah, padahal apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan.

Katakanlah (Muhammad), "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya kami berserah diri (Muslimin)."

Dan barangsiapa mencari agama (dien) selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.

Bagaimana Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kafir setelah mereka beriman, serta mengakui bahwa Rasul (Muhammad) itu benar-benar (Rasul), dan bukti-bukti yang jelas telah sampai kepada mereka? Allah tidak memberi petunjuk kepada orang zalim.

Mereka itu, balasannya ialah ditimpa laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya,

Mereka kekal di dalamnya, tidak akan diringankan azabnya, dan mereka tidak diberi penangguhan,

164

Page 165: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Kecuali orang-orang yang bertobat setelah itu, dan melakukan perbaikan, maka sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Sungguh, orang-orang yang kafir setelah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, tidak akan diterima tobatnya dan mereka itulah orang-orang yang sesat.

Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, tidak akan diterima (tebusannya) dari seseorang di antara mereka sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong.

Apakah ayat-ayat al-Qur'an, firman Allah SWT Yang Maha Mutlak Kebenarannya ini masih perlu ditafsirkan lagi, atau memang sudah jelas dan terang maknanya? Saya sendiri perlu merenungi dan membacanya berulang-ulang secara teliti dan mendalam, serta berusaha mencari pemahaman dari beberapa ahli tafsir Islam, baik yang klasik dan modern. Dan saya berkesimpulan inilah pesan Allah yang terang benderang kepada bangsa Indonesia saat ini dan sekaligus diberikan jalan keluar dari krisis multi dimensi yang menerpanya saat ini.

Ayat ke 81 membicarakan tentang perjanjian antara Allah Sang Pencipta dengan manusia, para utusannya yaitu para Nabi dan Rasul, bahwa semua mereka harus bersungguh-sungguh beriman kepada apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad dan menolongnya dalam menegakkan ajarannya. (lihat catatan kaki oleh Departemen Agama). Perjanjian para nabi ini mengikat juga terhadap para pengikutnya dan umat-umatnya.

Pada ayat 82, dijelaskan, siapapun mereka, apakah itu para nabi, umatnya, pejabat, ulama, pengusaha, negarawan, pengusaha dan lain-lainnya yang berpaling atau mengingkari janji yang telah mereka sepakati, maka mereka adalah orang yang fasik, orang yang telah berkhianat kepada Allah SWT.

Dari kedua ayat ini jelaslah, bahwa sebuah bangsa yang telah mengadakan perjanjian, apalagi perjanjian itu menyangkut masalah agama, masalah risalah Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad, mereka wajib menepati perjanjian dan tidak boleh berkhianat. Demikianlah pula bangsa Indonesia, pada tanggal 22 Juni 1945 telah mengadakan perjanjian dengan Allah dan kaum muslimin, bahwa mereka akan menjadikan Islam sebagai dasar berbangsa dan bernegara di Indonesia yang mayoritas muslim, dengan menjadikan syari'at Islam sebagai dasar negara, sebagamana tercantum dalam sila pertama Pancasila : Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluknya. Dengan dasar negara inilah bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Tapi ironisnya pada besok harinya, tanggal 18, setelah memperoleh kemerdekaan, bangsa Indonesia telah berkhianat kepada Allah dengan mencampakkan syari'atnya. Maka berdasarkan ayat ke 82, jelaslah bahwa bangsa Indonesia telah

165

Page 166: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

berkhianat kepada Allah dan termasuk bangsa yang fasik. (Lihat bab sebelumnya : Meluruskan Pancasila)

Pada ayat yang ke 83, Allah bertanya kepada manusia, kepada bangsa Indonesia, mengapa mencari dien selain dari dien Allah. Tentang pengertian dien lihat sebelumnya oleh Abul A'la Maudidi yang mengartikannya sebagai falsafah, way of live, idiologi dan sejenisnya. Seakan-akan Allah berkata kepada bangsa Indonesia yang mayoritas muslim: "Mengapa kamu mencari idiologi, falsafah, way of live, hukum, dllnya selain dari yang diturunkan Allah kepadamu? Apakah yang Allah berikan kepadamu tidak cukup? Padahal seluruh alam ini tunduk sepenuhnya pada aturan-aturan yang Allah turunkan kepadanya, baik secara terpaksa maupun sukarela. Tapi wahai bangsa Indonesia, setelah kamu diberi kebebasan apakah yang kamu terapkan dalam kehidupanmu, dien dari Allah atau dien dari selain-Nya?

Ayat ke 84 menegaskan bahwa Nabi Muhammad adalah manusia yang peling beriman kepada Allah dan ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul-Nya, sebuah dien yang sejak awal dinamakan dengan al-Islam, yang dianut oleh mereka yang telah berserah diri (muslimin) dari generasi pertama Adam as dahulu sampai kepada Ibrahim as dan seterusnya sampai al-Islam yang terlengkap dan sempurna yang diturunkan Allah kepada Muhammad saw. Apakah bangsa Indonesia yang mayoritas mengaku muslim, masih ragu dengan hakikat kesempurnaan ajaran Islam sehingga mereka mau mencari ajaran selainnya?

Dijawab pada ayat 85, wahai bangsa Indonesia yang mayoritas muslim, siapa saja diantara kamu yang mencari dan menerapkan ajaran selain dari Islam, maka tidak akan diterima, karena sesungguhnya ajaran yang diridhoi dan diterima di sisi-Nya hanyalah Islam, dan barangsiapa yang memilih selain Islam mereka akan mendapat kerugian dunia akhirat. Lihatlah bangsa-bangsa yang tidak menjadikan Islam sebagai ajarannya, mereka ditimpa kerugian dan di akhirat mereka akan disiksa.

Sebagaimana yang telah terjadi pada bangsa Indonesia yang mayoritas muslim saat ini, mereka mengaku beragama Islam, mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, namun anehnya mereka tidak menjadikan ajaran dan syari'at Islam sebagai dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejak kemerdekaan 60 tahun lalu, bangsa Indonesia yang telah mencampakkan syari'at Islam dari dasar negaranya tidak pernah mendapat keberuntungan, selalu mendapat kerugian, menjadi bangsa terbelakang, bangsa termiskin, padahal sumber daya alam mereka melimpah ruah. Kerugian terbesar kepada bangsa adalah hadirnya pemimpin dan elit yang tidak bermoral yang mengeksploitasi dan mengkorupsi milik negara dan rakyat untuk kepentingan pribadi dan golongannya. Demikianlah akhirnya bangsa Indonesia menjadi bangsa terbelakang yang membuat malu siapapun yang mengaku sebagai bangsa Indonesia. Dan puncaknya adalah krisis multi dimensi yang diikuti dengan bencana-bencana yang menambah kerugian dan kesengsaraan bangsa Indonesia, ini baru di dunia, bagaimana halnya dengan di akhirat nanti?

166

Page 167: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Kemudian setelah ditimpa krisis multi dimensi dan bencana dahsyat, rame-rame bangsa Indonesia, terutama para ulama dan pemimpinnya meminta petunjuk kepada Allah agar diselamatkan dan dikeluarkan dari segala bencana yang tak tertanggungkan ini. Kita saksikan dari Presiden, politisi, ulama dan lainnya mengadakan berbagai acara di masjid-masjid agar mendapat petunjuk Allah. Tapi apakah mereka mendapatkannya? Ternyata tidak, kenapa?

Karena Allah tidak akan pernah memberi petunjuk kepada bangsa yang kafir setelah mereka beriman sebagaimana dinyatakan ayat 86. Allah tidak akan menolong bangsa yang telah bersepakat untuk menjadikan syari'atnya sebagai dasar negara, tapi setelah mendapat kemerdekaan mereka mencampakkan syari'at-Nya dan menggunakan sistem-sistem kafir sekuler dalam mengatur masyarakat. Sementara pada saat yang sama mereka tetap mengatakan sebagai muslim, meyakini nabi Muhammad sebagai rasul dengan memperingati hari maulidnya di istana negara, namun mereka mengingkari apa-apa yang dibawa oleh nabi Muhammad saw berupa syari'at Islam yang terang benderang dan lebih condong kepada sistem sekuler dan sistem yang tidak jelas dan mengikuti hawa nafsu. Merekalah orang-orang yang zalim, dan Allah tidak akan pernah memberi petunjuk kepada orang yang zalim.

Bangsa yang telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya, yang mengutamakan kekafiran dari keimanan, yang telah mencampakkan syari'at Islam, yang zalim, maka mereka itu tidak lain balasannya adalah ditimpa laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Ketika laknat telah diputuskan, maka bangsa tersebut akan mendapat azab yang bertubi-tubi, mereka kekal dalam azabnya selamanya, dan mereka tidak akan pernah diberi penangguhan, baik di dunia maupun akhirat sebagaimana disebutkan ayat 87 dan 88. Maka itulah sebabanya, tidak mengherankan apabila bangsa Indonesia sejak mendapatkan kemerdekaannya 60 tahun lalu senantiasa ditimpa azab demi azab yang tak tertangguhkan. Azab terbesar adalah diberikan pemimpin-pemimpin yang telah menghancurkan bangsanya sendiri seperti Soekarno dan Soeharto yang pada akhirnya mengantarkan bangsa Indonesia menuju lembah krisis multi dimensi yang tidak berkesudahan. Demikian pula, ketika bangsa Indonesia tengah mencari solusi untuk mengatasi penderitaan mereka yang tak tertangguhkan, datanglah bencana demi bencana yang menambah hancurnya masyarakat, dan kekafiran sistem berbangsa dan bernegara telah melakhirkan koruptor-koruptor bejat yang memakan uang negara yang menambah penderitaan dan keterbelakangan masyarakat. Semua azab ini tidak akan pernah berakhir, dan pasti tidak akan pernah berakhir, karena bangsa ini telah mendapat laknat dari Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya akibat mereka kufur setelah beriman, akibat mereka mencampakkan sistem Islam dan syari'at-Nya setelah mereka menyepakatinya dan mengantarkan Indonesia menuju kemerdekaan.

Penderitaan dan kesengsaraan bangsa Indonesia masih dapat di akhiri dengan syarat yang telah ditentukan oleh Sang Pemberi laknat, yaitu mereka harus bertobat dan melakukan perbaikan sebagaimana dinyatakan ayat 89.

167

Page 168: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Dalam hal ini, bangsa Indonesia harus bertobat seluruhnya. Makna tobat sebagaimana diterangkan para ulama adalah kembali ke pangkal jalan, kembali kepada keimanan setelah bergelut dengan kekafiran. Maka tobat bangsa Indonesia maknanya adalah kembali kepada perjanjian awal sebagaimana yang telah mereka putuskan sebelum mendapat kemerdekaannya, yaitu dengan menerapkan kembali syari'at Allah yang telah mereka campakkan dan gantikan dengan sistem kafir. Bangsa Indonesia harus mengembalikan syari'at Islam sebagai dasar berbangsa dan bernegara sebagaimana yang termaktub dalam sila pertama rumusan Piagam Jakarta. Dengan syari'at Islam yang agung dan sempurna inilah kemudian bangsa Indonesia yang mayoritas muslim mengadakan perbaikan dan membangun peradaban baru yang akan mengantarkannya sebagai bangsa maju, sebagaimana Islam telah mengantarkan bangsa Arab yang terbelakang dahulu menjadi bangsa yang besar, bahkan menjadi penyambung peradaban klasik dengan modern. (Lihat bab selanjutnya tentang Islam).

Namun setelah diberi peringatan, bangsa Indonesia tetap mau mempertahankan kekafiran dasar negaranya setelah mereka menerapkan syari'at-Nya, bahkan peringatan-peringatan yang telah diberikan kepadanya menambah kekafirannya dengan berbagai bentuk alasan yang dicari-cari, maka mereka tidak akan pernah diterima tobatnya lagi sebagaimana dimaksudkan ayat ke 90. Mereka itulah orang-orang yang sesat dalam kesesatannya, mereka akan tetap dilaknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya, dan dengan demikian mereka akan terus menerus mendapatkan azab yang semakin hari akan semakin dahsyat sebagai balasan atas kekufuran mereka. Bagi Allah Yang Maha Perkasa adalah sangat mudah untuk menimpakan azab kepada manusia-manusia yang ingkar kepada ajarannya. Jika Dia telah mengazab suatu bangsa, maka tidak ada satu kekuatanpun yang akan dapat mencegah dan menolongnya. Mereka akan terus menerus di azab sampai di hari kemudian kelak dan tidak ada seorangpun yang dapat menebus azabnya, walaupun mereka memiliki kekayaan berlimpah ataupun kekuatan besar sebagaimana disebutkan ayat ke 91.

Maka setelah pesan yang terang benderang ini, apakah bangsa Indonesia mau sadar dan bertobat kembali kepada Allah atau mereka akan tetap mempertahankan kekufurannya? Kekufuran bangsa Indonesia terhadap ajaran-ajaran Allah, tidak akan mengurangi sedikitpun Kekuasaan dan Kebesaran Allah atas alam raya ini. Bangsa Indonesia hanya diminta sadar dan memahami pesan-pesan yang diturunkan-Nya melalui ayat-ayat-Nya di dalam al-Qur'an, ataupun pesan-pesan tersirat yang dikirimkan melalui segala bentuk bencana yang ditimpakan kepada mereka. Apakah pesan Allah SWT melalui bencana tsunami di Aceh yang dinyatakan sebagai bencana kemanusian terbesar dan terdahsyat abad ini tidak menggerakkan bangsa Indonesia untuk berfikir tentang hidup dan kehidupannya. Apakah bencana tsunami di Aceh yang pesannya amat jelas dan terang benderang belum mampu membuka cakrawala berfikir bangsa Indonesia, sehingga diperlukan

168

Page 169: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

lagi berbagai bentuk bencana yang lebih dahsyat lagi yang menghancurkan ibukota Jakarta atau menenggelamkan pulau Jawa misalnya?

Apakah semua yang terjadi pada bangsa Indonesia sejak 60 tahun lalu belum cukup sebagai peringatan atas kelalaian mereka yang jauh dari ajaran Allah? Kekufuran mereka yang telah mencampakkan syari'at Allah dengan berbagai alasan? Kalau demikian adanya, maka janganlah heran jika bangsa indonesia tetap ditimpa segala bentuk musibah dan azab, karena memang mereka tetap berada dalam laknat Allah akibat penghianatan mereka kepada ajaran-ajaran-Nya, dan mereka tidak mau bertobat, kembali kepada jalan yang diperintahkan-Nya. Mereka tidak mau memahami pesan-pesan yang dikirimkan Allah melalui alam ini. Maka tidak mengherankan jika orang-orang seperti ustadz Habibullah yang menyatakan "sudah sepantasnyalah bangsa ini mendapat azab-Nya".

BAB : VISLAM : SISTEM MASA DEPAN

Islam adalah sistem menyeluruh yang mencakup seluruh segi kehidupan.Maka ia negara dan tanah air, pemerintah dan umat, moral dan kekuatan,

kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu pengetahuan dan hukum, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah,

pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah akidah yang murni dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih.

Hasan Al-Banna (Pendiri Ikhwanul Muslimin)

Kenapa Islam DimusuhiPada masa ini tidak ada satupun agama di dunia yang diserang

sedemikian hebatnya dengan berbagai cara, secara halus maupun kasar, baik secara sembunyi maupun terang-terangan kecuali Islam. Agama ini telah dimusuhi oleh orang-orang yang mengaku berperadaban ataupun tidak, baik orang Barat maupun orang Timur, baik Komunis, Sosialis maupun Kapitalis, apalagi yang Zionis. Bahkan tidak kurang orang yang mengaku

169

Page 170: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dirinya Muslimpun menyerang Islam secara terbuka dan merendah-rendahkan ajarannya dengan berbagai dalih pembaruan agama. Koran dan majalah serta buku-buku yang ilmiah ataupun populer telah menyerang Islam dengan terbuka, mencitrakannya sebagai sumber ajaran teroris, radikal, ekstrim, fundamentalis, ortodoks dan berbagai istilah buruk lainnya. Islam diidentikannya dengan agama kaum primitif dan bar-bar padang pasir yang ketinggalan zaman. Dan tidak kurang pula tampil orang-orang seperti Salman Rushdi yang merendahkan Islam dengan cara yang tidak rasional dan tidak ilmiah.36 Dan kini para intelektual Barat secara terbuka telah menyatakan Islam adalah ancaman terbesar bagi peradaban Barat, seperti yang dikemukakan Huntington,37 Marvin Centron dan Thomas O’Toole.38 Golongan ini seakan-akan menghendaki agar seluruh dunia mengikuti pikirannya untuk membenci dan memusuhi Islam dengan segala propaganda yang dilakukannya secara sistematis.

Permasalahannya, kenapa mereka sangat membenci dan memusuhi Islam dan sangat menghendaki lenyapnya agama ini dari muka bumi. Apakah karena agama ini mengajarkan kekacauan yang mengancam keamanan dan kedamaian dunia sebagaimana yang mereka tuduh? Apakah karena agama ini telah melakhirkan manusia-manusia teroris yang merusak dan mengacau dunia? Apakah karena agama ini menolak segala bentuk kemajuan dunia hari ini, ataukah ada sebab-sebab lainnya sehingga agama ini harus dimusuhi dan dihilangkan dari dunia ini.

Ada beberapa sebab utama, kenapa Islam dimusuhi, diantaranya :

- Keadaan Umat yang tidak mencerminkan ajaran Islam Ada sebagian orang yang membenci dan memusuhi Islam disebabkan

karena keadaan Umat masa ini yang dilanda segala bentuk krisis dan tragedi, kemiskinan, kebodohan, perpecahan dan lainnya akibat penyimpangan mereka dari Islam. Mereka kemudian beranggapan segala bentuk krisis dan tragedi itu disebabkan oleh ajaran Islam. Sebagaimana mereka menilai segala bentuk kerusakan masyarakat, di Barat misalnya, adalah karena pegangan hidup mereka, bukan disebabkan oleh faktor manusianya.

Masyarakat Barat misalnya, mereka membenci dan memusuhi Islam karena mereka melihat keadaan Umat Islam yang menurut pandangan mereka sebagai masyarakat yang eksklusif, jumud, reaksioner, fundamentalis, ekstrim, radikal dan sejenisnya. Disamping itu pemberitaan-pemberitaan mengenai Umat Islam adalah disekitar kuburukan dan kekezamannya yang sengaja diangkat agen-agen berita yang disponsori Zionis. Opini ini diperkuat lagi dengan kejadian-kejadian terorisme terhadap

36 Salman Rushdi, The Satanic Verses. (London Penguin Books, 1986)37 Samual P. Huntington, The Clash of Civilizations and The Remaking of World Order, (New York,

Simon & Schuster, 1996)38 Marvin Centron & Thomas O’Toole, Ecounters with The Future : a Forecast of Life into The 21.st

Century. New York, 1991.

170

Page 171: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

masyarakat Barat yang celakanya kebanyakan dilakukan oleh kaum Muslimin militan dari Timur Tengah. Katakanlah beberapa kejadian pembajakan pesawat, pengeboman, penculikan, perampokan dan lainnya yang dilakukan gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam. Peperangan-peperangan diantara sesama kaum Muslimin yang tak kunjung berakhir menambah kecurigaan terhadap Islam yang dituduh sebagai ajaran penganjur kekerasan dan kebencian. Demikian pula perbuatan-perbuatan sumbang yang dilakukan oleh bangsawan-bangsawan Arab menambah buruknya citra Islam. Akhirnya masyarakat Baratpun beranggapan semua itu adalah disebabkan oleh ajaran Islam, tanpa melihat lebih jauh, bahwa yang melakukan penyimpangan itu adalah sebagian kecil dari Umat Islam. Kemudian opini dari masyarakat Barat ini disebar luaskan kepada masyarat dunia melalui media massa seperti koran, majalah, televisi, buku-buku ilmiah dan lainnya.

Disamping itu para cendikiawan Barat mengadakan penyelidikan ilmiah yang didasarkan atas opini mereka terhadap Islam yang buruk. Akhirnya merekapun dengan beraninya membuat tesis, bahwa Islam adalah sumber segala tragedi dan krisis Umat Islam, terutama disebabkan oleh perbedaan dan pertentangan mazhab yang senantiasa menimbulkan perdebatan dan perpecahan bahkan peperangan, seperti yang terjadi di Timur Tengah ataupun anak benua India misalnya. Secara jujur perlu diakui bahwa keadaan Umat Islam diseluruh dunia masa ini adalah keadaan umat yang terburuk jika dibandingkan dengan ummat lainnya sebagaimana yang selalu dikemukakan para cendikiawan Muslim sendiri.39 Namun sebagaimana dinyatakan mereka bahwa segala bentuk krisis dan tragedi yang menimpa ummat dewasa ini bukan disebabkan oleh ajaran Islam, tapi semata-mata disebabkan oleh penganutnya yang tidak mengamalkan ajaran Islam ataupun telah menyelewengkannya. Maka dengan demikian kebencian dan permusuhan orang pada Islam disebabkan kelakuan penganutnya adalah tidak mendasar sama sekali. Seharusnya orang-orang yang menyimpang itulah yang dibenci dan musuhi, bukannya ajaran Islam yang suci dan agung.

- Salah faham terhadap ajaran IslamMasih banyak orang yang salah dalam memahami ajaran Islam yang

asli, ini disebabkan karena mereka tidak memahami ajaran Islam dari sumber aslinya, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Tetapi mereka memahaminya melalui hasil pengkajian para orientalis Barat ataupun cendikiawan Islam yang tidak memahami Islam dengan sebenarnya.40 Memang perlu diakui banyak para orientalis yang jujur dengan metode ilmiah obyektif yang mereka terapkan dalam penelitiannya terhadap Islam, namun tidak kurang

39 Masalah ini banyak mendapat sorotan para intelektual Islam, lihat misalnya : Prof. Ismail Faruqi dalam Islamization of Knowledge, Dr. Yusuf al-Qardhawi dalam Aina al-Khalal, Prof. Muhammad Qutb dalam Jahiliya al-Qorn al-Isyrien, Prof. Said Hawwa dalam Durus fi al-Amal al-Islami. Prof. Fazlur Rahman dalam Islam and Modernity, Prof. Sayyid Hossein Nashr dalam Islam and The Plight of Modern Man, Ziauddin Sardar dalam The Future of Muslim Civilization, dan lain-lainnya.

40 Muhammad Qutb, al-Subhat haula al-Islam, Beirut : Dar Fiqr, 1972

171

Page 172: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

pula diantara mereka yang bermaksud jahat untuk mengelirukan dan menyelewengkan makna ajaran Islam. Kelompok terakhir ini dengan terang-terangan bertujuan untuk menghancurkan Islam, membuat keragu-raguan terhadap ajaran Islam dengan memakai penyelidikan ilmiah sebagai topengnya. Terutama yang selalu menjadi sasaran mereka adalah sumber kedua ajaran Islam, Sunnah Nabi saw yang dikatakannya sebagai buatan Ulama Islam terkemudian, sebagaimana yang dikemukakan orientalis Barat seperti Ignuz Golziher, Durkheim, dan lainnya. Orang-orang seperti merekalah yang menjadi rujukan utama peneliti-peneliti Islam, termasuk para cendikiawan Muslim sendiri. Dari murid-murid merekalah lakhirnya penentang-penentang Islam yang mengingkari ajaran Islam, seperti golongan ingkarrussunnah misalnya. Kebencian Barat terhadap Islam juga tidak dapat dipisahkan dari sejarah masa lalu, yaitu peperangan panjang antara kaum Muslimin dan Barat Kristen pada abad pertengahan lalu yang dikenal sebagai Perang Salib. Cendikiawan Barat yang fanatik senantiasa akan mengobarkan luka lama ini, terutama dengan menjelek-jelekkan Islam sebagai agama penindas. Kebencian mereka pada Islam inilah yang mendasari penyelidikan mereka terhadap ajaran Islam dan akhirnya merekapun memberikan tesis salah dengan menganggap Islam sebagai agama peperangan dan penindasan. Agama yang senantiasa menimbulkan kekacauan dan teror sebagaimana kejadian-kejadian yang menimpa Barat.

Kesalah fahaman terhadap ajaran Islam ini juga dapat timbul akibat kelemahan cendikiawan Islam sendiri yang salah memahami ajaran Islam sebagaimana dikehendaki Allah dan Rasul-Nya sehingga dapat menimbulkan kesalah fahaman. Diantaranya disebabkan sikap inferior (rendah diri) terhadap sistem hidup ataupun idiologi-idiologi dunia, kemudian membuat persamaan antara Islam dengan sistem dan idiologi tersebut. Lakhirlah istilah “Sosialisme Islam”, “Liberalisme Islam”, “Kapitalisme Islam”, “Demokrasi Islam”, “Humanisme Islam” dan istilah-istilah yang sama sekali asing bagi ajaran Islam. Maka orangpun memahami bahwa Islam adalah identik dengan sistem dan idiologi ciptaan manusia itu. Disamping itu ada pula cendikiawan Islam yang belum memiliki kelayakan untuk menerangkan ajaran Islam disebabkan pengetahuannya yang dangkal, namun karena mereka tokoh masyarakat atau pemimpin politik yang disegani, merekapun mengeluarkan pandangan-pandangan yang dikatakan dari ajaran Islam, namun jauh daripada ajaran Islam disebabkan kejahilannya terhadap Islam. Kemudian pemahamannya yang keliru ini menjadi pegangan yang senantiasa akan mengelirukan banyak orang. Dan sebagiannya akan menimbulkan kebencian masyarakat dunia disebabkan ajarannya yang ekstrim dan radikal, tidak mengenal toleransi terhadap manusia lainnya. Umumnya ini terjadi kepada cendikiawan Islam yang sudah mengalami kekalahan dalam berinteraksi dengan masyarakat jahiliyah disekelilingnya, kemudian mengambil jalan konfrontasi ekstrim dengan masyarakatnya sebagai alternatif. Demikian pula ada sebagian cendikiawan Islam yang terburu-buru menjawab tuduhan-tuduhan mengenai ajaran Islam, karena terburu-buru inilah kemudian ia

172

Page 173: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

tergelincir menuju penyimpangan dan penyelewengan. Misalnya ada sebagian cendikiawan Muslim yang terpengaruh pikiran Barat yang menyatakan Islam mengajarkan persamaan status antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana masyarakat Barat. Maka tampilah intelektual Muslim yang terburu-buru ini menjawab dengan suara yang lantang, bahwa Islam mengajarkan drajat wanita adalah dibawah laki-laki, kemudian dia mengutip ayat-ayat Al-Qur’an serta memberikan gambaran tentang masyarakat Islam dengan kehidupan wanitanya yang terbelakang dan tidak berpendidikan. Sebagaimana difahami kebanyakan Ulama ortodoks yang konservatif dan anti kemajuan. Dengan jawabannya yang emosional dan terburu-buru itu, seakan-akan Islam mengajarkan wanita adalah dibawah drajat laki-laki, tidak diberi pendidikan, terkurung, dijadikan sebagai pemuas nafsu dengan poligami dan seterusnya. Padahal Islam tidak mengajarkan sebagaimana yang difahaminya itu ataupun yang dikemukakan cendikiawan Islam yang bingung ini, karena Islam telah menempatkan kaum wanitanya pada tempatnya tersendiri yang akan mengangkat kehormatan mereka. Dan masih banyak lagi contoh kesalah fahaman yang menjadikan orang anti pada Islam.

Kesalahan dalam memahami hakikat ajaran Islam ini, seharusnya tidak menjadi penyebab Islam dibenci dan dimusuhi. Orang-orang yang salah faham ini sepatutnya menyadari akan kesahannya dan mau mengadakan penyelidikan yang lebih ilmiah dan jujur, memahami dari sumbernya yang asli dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Maka kehadiran orang-orang yang ikhlas dan jujur dalam mengkaji Islam sangatlah diperlukan untuk meluruskan kesalah fahaman ini. - Pengingkaran terhadap ajaran Islam

Adapula orang yang membenci dan memusuhi Islam karena keingkarannya terhadap ajaran-ajaran Islam. Mereka menolak semua ajaran Islam dan memusuhinya. Orang-orang seperti ini memang sudah disebutkan Al-Qur’an :

“Sesungguhnya orang-orang yang ingkar itu sama sahaja atas mereka, engkau beri peringatan ataupun tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan percaya. Allah telah menutup hati-hati mereka dan pendengaran mereka dan atas pengelihatan mereka dengan tutupan. Dan bagi mereka adalah azab yang besar” (Al-Baqarah : 7-8).“Dan orang-orang Yahudi dan Nashoro’ tidak akan suka kepadamu sehingga engkau mengikuti ajaran mereka” (Al-Baqarah : 120). Orang-orang seperti ini memang sudah ada penyakit dalam hati

mereka, walau apapun usaha yang dilakukan untuk meyakinkan mereka, mereka tetap akan membenci dan memusuhi Islam. Bahkan mereka akan berusaha untuk melenyapkan Islam dari muka bumi dengan segala taktik dan strategi.

173

Page 174: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

- Propaganda musuh-musuh IslamAda pula orang yang membenci dan memusuhi Islam akibat dari

propaganda musuh-musuh Islam yang telah berusaha dengan segala cara untuk menjelek-jelekkan imeg Islam. Kononnya Islam digambarkan sebagai agama teroris, radikal, fundamentalis, ortodoks, dan sejenisnya. Karena gencarnya propaganda jahat ini, maka banyak orang yang terpengaruh untuk membenci dan memusuhi Islam tanpa penyelidikan. Hal ini biasanya menimpa masyarakat awam dan orang-orang yang terlalu cepat mengambil kesimpulan.

Realitas ini banyak terjadi khususnya didunia Barat, akibat dari penggambaran salah yang dilakukan para intelektual yang memusuhi Islam. Tambah pula Barat telah memiliki sejarah hitam dengan Islam ketika terjadinya peperangan beberapa abad silam yang telah berjaya mengislamkan sebagian Eropa. - Kecemburuan terhadap Islam dan Umat

Musuh-musuh Islam memahami benar potensi yang dimiliki Islam dan ummatnya, baik berupa kekayaan alam, keluasan wilayah ataupun sumber manusia yang besar. Demikian pula Islam adalah panduan hidup terbaik yang telah terbukti keunggulannya. Kesemua ini mendatangkan kecemburuan pada musuh-musuh Islam, sehingga mereka membuat segala bentuk tipu daya untuk melenyapkan Islam dari muka bumi, agar mereka dan ajaran mereka tidak tersaingi oleh kehebatan Islam dan Ummatnya. Meluruskan Kesalahfahaman Terhadap Islam - Tentang Kegagalan Islam

Benarkah Islam telah gagal sebagai sistem kehidupan karena tidak berhasil mengantarkan penganutnya masa ini menjadi masyarakat ideal? Dimanakah letak kegagalan Islam, apakah karena kelemahan sistemnya atau karena kegagalan orang-orang Islam menerapkan ajaran agamanya sehingga mengalami krisis dan tragedi seperti yang digambarkan terdahulu. Persoalan ini dapat diandaikan dengan sebuah mobil dan orang yang mengendarainya. Kegagalan sebuah perjalanan ditentukan oleh dua sebab, sebab pertama adalah karena kelemahan mobil dan sebab yang kedua adalah akibat sopirnya. Jika mobil itu tidak dapat mengantarkan penumpangnya ketujuannya, maka perlu diselidiki, kegagalan itu akibat mobil atau sopir yang mengendarainya. Walaupun mobil itu Mercedes Benz yang sudah diakui keunggulannya misalnya, namun jika sopirnya tidak berpengalaman ataupun lalai dalam mengendarai sehingga terjadi kecelakaan, apakah mobilnya yang salah atau sopirnya? Maka jawabannya jelas karena kesalahan sopirnya.

Demikian pula halnya dengan Islam, jika Islam hari ini tidak berhasil menghantarkan pengikutnya menuju cita-citanya, maka yang salah Islam atau pengikutnya? Maka perlu diadakan penyelidikan, kegagalan kaum Muslimin menjadi Ummat terbaik saat ini akibat kegagalan Islam atau akibat

174

Page 175: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kegagalan kaum Muslimin sendiri. Krisis dan tragedi dahsyat yang telah menimpa kaum Muslimin masa ini, sebagaimana dikemukakan Syaikh Ameer Syakib Arselan,41 bukan karena kelemahan sistem Islam, tetapi hal ini disebabkan karena kaum Muslimin telah meninggalkan ajaran Islam dan menggantikannya dengan sistem-sistem manusiawi dari Barat maupun Timur. Walaupun mereka tetap menyatakan dirinya sebagai Muslim, namun tingkah laku mereka jauh menyimpang dari ajaran agama Islam. Jadi timbulnya krisis berkepanjangan pada kaum Muslimin masa kini bukan disebabkan oleh kelemahan sistem Islam, namun jelas disebabkan oleh kaum Muslimin sendiri yang telah menyeleweng dari ajaran agama Islam.42 Kaum Muslimin ditimpa kemerosotan, kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan, kehinaan, dan seribu satu tragedi lainnya jelas karena mereka telah meninggalkan ajaran Islam sebagaimana yang telah dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Mereka hanya menyatakan dirinya sebagai Islam, namun perbuatannya bertentangan dengan ajaran Islam. Atau mereka hanya menerapkan Islam yang sesuai dengan kepentingan hawa nafsu rendah mereka dan menolak sebagian yang lain, tidak menerapkannya secara total dalam kehidupan mereka. Bahkan ada diantara mereka yang dengan terang-terangan melanggar ketentuan Allah dan Rasul-Nya secara terbuka.

Realitas ini tampak sangat jelas pada bangsa-bangsa yang menyatakan dirinya Muslim namun jauh dari Islam. Baik kehidupan sosial, masyarakat maupun pemerintahannya. Dalam hal ini dapat diambil contoh seperti negara-negara Arab misalnya.43

Sudah menjadi rahasia umum bagaimana keadaan moral bangsa-bangsa Arab, terutama mereka yang terkena “bom minyak”. Mereka menjadi bangsa yang berfoya-foya penuh dengan maksiat dan skandal. Amir-amir, Bangsawan, dan orang kaya mereka adalah langganan tetap pusat-pusat maksiat dunia. Mereka menghambur-hamburkan uang dengan penuh keborosan, karena sistem pemerintahan ala Raja Diktator memungkinkan mereka berbuat demikian, seakan-akan seluruh harta kekayaan bumi Allah diArab adalah milik mereka dan kaum kerabatnya. Demikian pula dengan generasi mudanya sudah hanyut jauh bersama arus Sekulerisasi dan Westernisasi yang bertopengkan Modernisasi. Bangsa ini digiring secara sistematis untuk menjauhi dan memusuhi Islam oleh kuasa-kuasa besar dunia kaki tangan Zionis atau Salibiah Internasional. Ulama dan intelektual blilyan mereka terpaksa lari akibat kekezaman dan kediktatoran

41 Syekh Ameer Syakieb Arselan, Limadza Taakhkhor al-Muslimun wa limadza Taqaddam ghairuhum ?, Beirut : Mansyurat al-Maktabah, 1950)

42 Lihat misalnya : Dr. Yusuf al-Qardhawy, Aina al-Khalal,. Qatar, 1987. Prof. Muhammad Qutb, al-Jahiliyya al-Qorn al-Isyrien, dan juga Hal Nahnu Muslimun ?. Prof. Ismail R. Faruqi, Islamization of Knewledge, op.cit. hlm. 5. Prof. Said Hawwa, Durus fi al-Amal al-Islamy. Op.cit.

43 Lihat misalnya : Ali E Hilali Dessouki (ed). Islamic Resurgence in The Arab World, New York : Yale Univ. Press, 1988. James Piscatori (ed). Islamic Fundamentalism and The Gulf Crisis. Chicago : The American Academy of Art and Science, 1991). Luqman Harun, Potret Dunia Islam, Jakarta : Pustaka Panjimas, 1985. Richard F. Nyrop (ed). Saudy Arabia : a Country Study, NY: Foregn Area Studies : The American Univ, 1985. Sandra Mackey, Saudis, inside Desert Kingdom, New York : Penguin, 1990.

175

Page 176: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

pemerintahan Sekuler yang berlindung diketiak Barat. Mereka benar-benar telah melanggar ajaran-ajaran Islam, baik dalam sistem sosial, politik ataupun hukum. Namun anehnya mereka tetap bersikeras menyatakan dirinya sebagai Muslim, bahkan mengklaim diri sebagai Muslim taat yang patut dicontoh. Maka dalam hal ini perlu dipisahkan antara ajaran Islam yang asli dengan penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan orang Islam. Ajaran Islam tidak dapat dinilai dari pengalaman orang Islam yang menyeleweng, sebagaimana dinilainya idiologi-idiologi lain dari pengalaman penganutnya.

Islam adalah ajaran sempurna yang diturunkan Allah SWT kepada manusia melalui nabi Muhammad Saw. Ia adalah sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan ummat manusia, dari masalah-masalah individu sehingga masalah masyarakat dan negara. Islam adalah way of live yang tertinggi dan tersempurna, ajaran yang akan menghantarkan penganutnya menuju kemenangan sejati didunia dan diakhirat kelak.44

Maka dengan demikian, kegagalan kaum Muslimin masa kini bukan disebabkan oleh kelemahan sistem Islam, namun disebabkan karena kaum Muslimin telah meninggalkan ajaran Islam.

- Tentang Pengertian al-Dien al-Islam Banyak kalangan yang keliru memahami konsep al-Dien al-Islam, baik

mereka itu Muslim ataupun non Muslim. Kesalahan dalam memahami konsep ini akan berakibat fatal, terutama dalam proses penerapan Islam sebagai sistem kehidupan. Diantara mereka ada yang beranggapan Islam adalah sebatas agama yang mengajarkan peribadatan ritual belaka sebagaimana kebanyakan agama-agama dunia masa kini. Menurut mereka, untuk menjadi seorang Muslim yang soleh, cukup hanya dengan menjalankan peribadatan ritual seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan ditambah dengan amalan etika yang baik. Dengan pemahaman seperti ini, kemudian mereka mengambil sistem hidup selain Islam untuk mengatur kehidupan dunianya, baik dari Barat atapun Timur. Maka munculah orang yang menyatakan dirinya Muslim, namun dalam berekonomi menggunakan sistem kapitalisme, dalam politik memperjuangkan Demokrasi-Liberal, berhukum kepala hukum kolonial Barat, menjadikan sistem sosialnya ala Barat Sekuler dan seterusnya. Realitas ini tampak hampir pada seluruh bagian Dunia Islam, tidak terkecuali Saudi Arabia yang mengklaim berundang-undangkan Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

Kesalahan fahaman kaum Muslimin dalam memahami makna Al-Dien Al-Islam akan menghantarkan mereka pada keterbelakangan dalam semua aspek kehidupan duniawi, sebagaimana yang terjadi pada masa ini. Tidakada satu bangsa Muslimpun yang berani tampil dengan identitas Islam dan

44 Untuk masalah ini lihat misalnya : Prof. Said Hawwa, al-Islam, Beirut : Dar al-Fiqr, 1979. Dr. Yusuf al-Qardhawy, al-Hall al-Islam, Qatar : Jami’ah al-Islamiyah Qatar, 1986. Hamudah Abdalaty, Islam in Focus, Kuwait : IIFSO, 1978. Abu Urwah, Sistem-sistem Islam, KL: Pustaka Salam, 1989.

176

Page 177: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

keagungan ajarannya, bahkan mereka merasa rendah diri jika mengatakan dirinya Muslim. Karena memang tidak ada satupun keagungan Dunia Islam yang dapat dibanggakan kepada dunia modern. Dalam hal sains-tehnologi, kaum Muslimin masih menjadi budak konsumsi para kapitalis Barat yang menjual segala bentuk kemajuannya dengan harga tinggi disertai persyaratan yang tidak adil, seperti menghubungkannya dengan HAM ataupun menerapkan Demokrasi-Liberal ala Barat. Dan akhirnya kaum Muslimin tetap bergelimang dalam keterbelakangannya dalam semua aspek kehidupan. Kesalah fahaman ini bahkan berdampak lebih jauh, ada sebagian kaum Muslimin yang menentang keras segala bentuk kemajuan sains-tehnologi yang diidentikannya dengan Baratisasi ataupun sekulerisasi. Mereka masih menolak mengajarkan ilmu pengetahuan modern seperti matematika, fisika, kimia, biologi dan sejenisnya kepada kader-kader Islam dengan alasan ilmu tersebut adalah ilmu duniawi yang tidak wajib dituntut dan tidak akan menghantarkan kebahagian akhirat. Itulah sebabnya generasi Islam terpecah menjadi aliran agama yang diwakili oleh lulusan sistem pendidikan tradisional Islam seperti pondok pesantren dan aliran umum lulusan dari lembaga pendidikan yang dikelola pemerintah. Akhirnya muncullah cendikiawan Islam tradisional yang memahami Islam sebatas peribadatan keakhirat dan cendikiawan Islam yang menguasai ilmu-ilmu umum. Dan ironisnya kadangkala terjadi pergesekan pemikiran diantara kedua aliran ini, yang justru menambah lemahnya kaum Muslimin. Kesalah fahaman jalannya. Akibat yang paling kentara dengan pemahaman salah ini adalah kaum dalam memahami konsep Al-Dien Al-Islam ini telah membawa dampak sangat negatif bagi perkembangan dan kemajuan kaum Muslimin. Karena dengan pemahaman yang salah ini, kaum Muslimin telah memisahkan Islam dari kehidupan dunia nyata, sedangkan Islam adalah agama yang diturunkan untuk mengatur kehidupan manusia didunia ini dan menjanjikan kebahagian akhirat bagi mereka yang mengikuti Muslimin telah menyerahkan kehidupan politik ataupun ekonominya kepada orang lain, karena mereka beranggapan masalah ini adalah urusan dunia yang tidak berkaitan dengan Islam. Dan tidak diragukan lagi, bahwa kemunduran dan keterbelakangan kaum Muslimin masa ini akibat dari kesalahan mereka memahami konsep Al-Dien Al-Islam sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya.

Seorang pemikir ulung Islam dari Pakistan, Abu al-Ala al-Maududy,45

membahas pengertian Al-Dien secara terperinci. Menurut Maududy, Al-Dien (menggunakan al) ditujukan hanya untuk penggunaan Islam, sementara tanpa al- digunakan untuk selain Islam, sebagaimana yang disebutkan Al-Qur’an :

“Sesungguhnya Al-Dien yang diridhoi disisi Allah hanyalah Islam”(Ali Imran:19)

45 Abu A’la al-Maududy, al-Mustalahat al-Arba’at fi al-Qur’an : al-Ilah, al-Robb, al-Ibadat, al-Dien. Kaherat : 1975. Khususnya bagian keempat.

177

Page 178: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

“Dan barang siapa yang mengambil selain Islam sebagai Dien-nya, maka ia tidak akan diterima,dan diakhirat mereka termasuk orang-orang yang rugi” (Ali Imran:83). Selanjutnya, Maududy menjelaskan, pengertian Dien adalah seluruh

sistem yang mengatur kehidupan manusia, baik sistem politik, ekonomi, etika, peribadatan, sosial, budaya, hukum, perundang-undangan, filsafat, idiologi, way of live dan lain-lainnya. Dalam konsep Islam ada dua Dien, Al-Dien Al-Islam dan Dien Al-Ghoir Al-Islam (Dien selain Islam) sebagaimana yang dimaksudkan ayat diatas.

Dengan demikian, Al-Dien Al-Islam adalah seluruh sistem kehidupan yang diajarkan Islam yang terdiri dari sistem Aqidah (keyakinan), sistem Ibadah (ritual), sistem Akhlaq (etika) dan sistem Muamalat (kemasyarakatan). Sistem Aqidah adalah sistem yang mengatur segala bentuk yang menyangkut kepercayaan kepada Allah dan perkara-perkara tang menyertainya. Sistem Ibadah adalah sistem yang mengatur segala bentuk ritus penyembahan dan pengabdian manusia kepada Allah dan tata caranya, seperti sholat, puasa, zakat, haji dan lain-lainnya. Sistem Akhlaq adalah sistem yang mengatur etika perhubungan manusia, baik kepada Allah ataupun sesama mahluknya. Sedangkan sistem Muamalat adalah segala bentuk sistem yang mengatur hubungan kehidupan manusia dimuka bumi, seperti sistem hukum, perundang-undangan, sosial, ekonomi, politik, budaya, pertahanan dan lainnya.46

Prof Said Hawa47 menggambarkan Al-Dien Al-Islam seumpama rumah. Rumah terdiri dari pondasi, bangunan dan atap. Pondasi Islam (arkan al-Islam) adalah rukun Iman yang enam dan rukun Islam yang lima, sedangkan bangunan Islam (bina al-Islam) adalah sistem kemasyarakatan, seperti sistem politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, sains tehnologi dan lainnya sedangkan atap (muayyadat al-Islam) adalah amar ma’ruf nahi mungkar dan jihad fi sabilillah. Sebuah rumah dikatakan sempurna apabila memiliki tiga bagian tersebut, pondasi, bangunan dan atap, jika kurang salah satunya maka ia tidak dapat disebut rumah. Demikian pula halnya, dikatakan al-Dien al-Islam apabila seluruh konsep yang terkandung dalam ajaran Islam menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, pemisahan antara Ketunggalan dan Kekuasaan Allah dalam sistem kemasyarakatan, baik ekonomi maupun politik, sama halnya dengan pemisahan pondasi rumah dengan bangunannya. Anak kecilpun akan mentertawakan jika pondasi disebut rumah, sama halnya jika hanya menjalankan rukun Iman dan rukun Islam saja, kemudian mengklaim sebagai telah melaksanakan ajaran al-Dien al-Islam.

Dalam bidang ekonomi misalnya, sistem ekonomi Islam tidak bediri sendiri sebagai sistem yang terpisah dengan keseluruhan sistem Islam,

46 Untuk masalah ini lihat misalnya : Prof. Said Hawwa, al-Islam, op.cit. Dr. Yusuf al-Qardhawy, al-Hall al-Islam, op.cit. Fazlur Rahman, Islam, Lahore : 1973. Hamudah Abdalaty, Islam in Focus. Op.cit. Abu Urwah, Sistem-sistem Islam, op.cit.

47 Prof. Said Hawwa, al-Islam, op.cit. khususnya muqaddimah.

178

Page 179: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

sebagaimana sistem ekonomi Sekuler yang terpisah dari agama dan etika. Dalam konsep ekonomi Kapitalisme, modal adalah milik para pemodal sedangkan menurut Marxisme modal adalah milik bersama masyarakat. Sedangkan menurut ekonomi Islam, modal pada hakikatnya adalah milik Allah Sang Pemilik Alam Raya yang diamanahkn kepada sipemodal dan akan digunakan untuk kemakmuran masyarakatnya. Pemodal dalam menjalankan aktivitas ekonominya tidak terlepas dari kehendak pemilik (aspek Aqidah), melakukan aktivitas yang halal (aspek Ibadah), tidak boleh berlaku curang, merugikan orang lain dan etika jelek lainnya (aspek Akhlaq), dan diwajibkan mengeluarkan sebagian dari keuntungannya untuk orang-orang yang memerlukannya (aspek Muamalat) akhirnya kelak ia akan diminta pertanggung jawabannya diakhitat, jika ia menjalankan amanah mendapat balasan kebaikan dan jika berkhianat akan mendapat siksaan. Jadi konsep ekonomi Islam tidak terbatas hanya mengatur mekanisme pasar dalam rangka mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya tanpa memperhatikan aspek Ketuhanan dan etika sebagaimana sistem ekonomi Kapitalisme, namun sistem ekonomi Islam langsung berkaitan dengan kebahagian seseorang dalam hidup sesudah mati yang berkaitan dengan Aqidah.48

Demikian pula dalam sistem politik, jika menurut teori politik Demokrasi-Liberal, kekuasaan ditangan rakyat. Jika rakyat menghendaki putih, maka putihlah sebuah negara, dan jika mereka menghendaki hitam, maka jadilah hitam. Demikian pula dalam sistem ini yang menentukan adalah suara mayoritas, jika suara mayoritas menghendaki seseorang menjadi pimpinan, maka jadilah ia pimpinan, walaupun ia tidak memiliki kelayakan sebagai seorang pemimpin, sebagaimana yang terjadi pada Ronald Regent sang bintang film koboi yang menjadi President Amerika Serikat ataupun Yukio Aoshima, badut lawak gaek yang menjadi gubernur Tokyo. Namun dalam kontek politik Islam, kekuasaan tirtinggi adalah ditangan Allah sebagai penguasa alam, manusia adalah wakil (Kholifah) yang akan melaksanakan segala ketentuan dan peraturan yang ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Hitam dan putihnya sesuatu ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya, baik menyangkut undang-undang, hukum dan kriteria pemilihan pemimpin, yang dalam Islam dikenal dengan istilah syuro. Para anggota Majelis syuro adalah wakil rakyat yang dipilih oleh rakyat sebagai wakilnya dalam mengukur masalah yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat. Para anggota syuro tidak dapat memutuskan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian anggota syuro adalah pemegang amanah rakyat sekaligus pemegang amanah Allah dan Rasul-Nya. Kemenangan bukan ditentukan oleh suara mayoritas, tetapi oleh kebenaran ajaran agama Islam, walaupun seluruh rakyat menghendaki sesuatu undang-undang, namun jika undang-undang itu bertentangan dengan ajaran agama Allah dan Rasul-Nya, maka secara otomatis batallah undang-undang

48 Untuk masalah ini lihat misalnya : Afzalur Rahman, Economic Doctrines of Islam, London, LMS Publ. 1990.

179

Page 180: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

tersebut. Disinilah perbedaan menyolok antara konsep demokrasi Barat dengan sistem Islam yang menghendaki integrasi diantara ajarannya.49

Dengan demikian jelaslah bahwa konsep al-Dien al-Islam adalah satu kesatuan sistem kehidupan yang menyeluruh dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Sistem sosialnya adalah berkaitan erat dengan sistem Ketuhanan dan Peribadatan, demikian pula halnya dengan sistem politik, ekonomi, pendidikan, dan lainnya. Satu ajaran dengan ajarannya saling berkaitan, seumpama tubuh. Dipisahkan satu bagian akan menimbulkan ketimpangan pada sistemnya, sebagaimana dipisahkannya salah satu anggota tubuh. Tangan misalnya, jika dipisahkan dari tubuh, maka jelas tidak akan berfungsi sama sekali, sama halnya jika diterapkannya sistem ekonomi Islam saja, tanpa menerapkan keseluruhannya sistem Islam akan menimbulkan kepincangan, karena ekonomi Islam, ataupun sistem kemasyarakatan Islam akan berjalan baik apabila diterapkan pada masyarakat yang telah menganut ajaran Islam secara menyeluruh, terutama sistem Aqidahnya. Kegagalan kaum Muslimin masa ini karena mereka terburu-buru ingin menerapkan sistem kemasyarakatan Islam, seperti sistem politik ataupun sistem ekonomi, sementara sistem Aqidah dan Ibadah belum tertanam dengan baiknya. Perbuatan seperti ini samalah seperti orang yang membangun rumah, sementara tidak membuat pondasi. Rumah tanpa pondasi pasti akan hancur dalam waktu singkat, seperti cepatnya hancur sistem masyarakat yang tidak berlandaskan Aqidah dan Ibadah.

Islam adalah ajaran yang lengkap dan sempurna, sehingga tidak memerlukan tambahan-tambahan dari sistem lainnya. Penambahan sistem Islam dengan sistem lainnya, bukan akan menambah kesempurnaan Islam, tapi justru akan menghilangkan semangat Ketuhanan yang terkandung dalam ajaran Islam. Jika Islam dicampur dengan sistem ekonomi ala Kapitalisme atau Sosilisme sebagaimana yang dilakukan sebagian besar kaum Muslimin masa ini, maka jelas akan menghasilkan masyarakat terbelakang sebagaimana kaum Muslimin masa ini. Ajaran Islam yang dilandaskan Ketunggalan Allah tidak mungkin dicampur dengan ajaran yang menolak keberadaan Tuhan. Itulah sebabnya dengan tegas Islam memberlakukan doktrin : Terima Islam seluruhnya, atau tolak seluruhnya. Tentu dengan memperhatikan tahapan demi tahapan yang diperlukan dalam penerapan Islam.

Mungkin ada yang mempertanyakan, jika al-Dien al-Islam dikatakan sebagai ajaran sempurna, kenapa tidak dibahas dalam ajarannya segala sesuatu persoalan kehidupan secara mendetil. Ini dibuktikan al-Qur’an ataupun Al-Sunnah, sumber utama ajaran Islam hanya mengandung beberapa sisi kehidupan manusia secara global ? Disinilah letak keunikan sistem Islam yang diturunkan Yang Maha Mengetahui. Islam sebagai sistem yang diturunkan untuk seluruh ummat manusia, sejak diturunkannya hingga akhir zaman, tidak membicarakan persoalan kehidupan manusia secara

49 Untuk masalah ini lihat misalnya : Abul A’la al-Maududi, al-Khilafat wa al-Mulk, Kuwait : Dar Qalam, 1978

180

Page 181: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

mendetil, karena jika itu dilakukan berarti diperlukan beribu-ribu kitab ajaran yang akan membingungkan manusia. Namun Allah Yang Maha Mengetahui menurunkan sebuah Kitab yang mengandung ajaran sempurna. Kesempurnaan disini bukan berarti didalamnya terdapat undang-undang jalan raya, macam-macam jenis transaksi ekonomi ataupun tentang sains tehnologi. Namun al-Qur’an yang dijabarkan dalam Al-Sunnah memberikan petunjuk secara garis besar tentang segala sesuatu kehidupan manusia, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, budaya, sains tehnologi dan lainnya yang bersifat universal dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Karena didalam al-Qur’an dan al-Sunnah terdapat panduan-panduan umum yang berlaku sepanjang zaman. Disinilah secara garis besar dan membiarkannya manusia menjabarkannya menurut tingkat pengetahuan dan peradabannya, kebebasan berfikir dan mengembangkan inilah yang menjadi sumber keabadian Islam. Sehingga sistem Islam mampu mengikuti arus kemajuan peradaban manusia sampai kapanpun.

Dan yang terpenting difahami dalam metodelogi sistem Islam adalah sistem yang pada hakikatnya akan mencetak manusia-manusia utama (khair al-Ummah) dalam membangun kehidupan. Disinilah letak keunggulan Islam. Sistem Islam dengan tahapan demi tahapan ajarannya bermaksud melakhirkan manusia unggul, dan dari manusia-manusia unggul inilah akan lakhir peradaban agung, sebagaimana telah lakhir diawal kebangkitan dan zaman kegemilangan Islam terdahulu. Dari sistem Islam yang sempurna inilah telah lakhir manusia-manusia agung yang menjadi pemuka peradaban dunia sampai sekarang.

Jadi dengan demikian jelaslah bahwa al-Dien al-Islam adalah ajaran sempurna yang mengatur kehidupan manusia dan tidak dapat dipisah-pisahkan satu bagian ajarannya dengan bagian yang lain. Pemisahan bagian dengan bagiannya yang lain akan menghilangkan keutamaan dan kesempurnaan sistemnya. Demikian pula sistem Islam tidak memerlukan tambahan-tambahan dalam sistemnya, terutama dari sistem-sistem hidup yang berakar pada filsafat Sekulerisme ataupun Materialisme. Sistem Islam adalah sistem yang mandiri dalam kesempurnaannya. - Tentang Kaum Muslimin

Orang-orang non Muslim, khususnya di Barat yang masih memelihara dendam Perang Salib, beranggapan dan memberi gambaran yang sangat keliru tentang sosok kaum Muslimin. Mereka menggambarkan kaum Muslimin adalah sosok manusia biadab yang menolak segala bentuk kemajuan dunia dengan sikapnya yang sangat fundamentalis mempertahankan pendapatnya, sehingga siapapun yang tidak sefaham dengannya akan dianggap musuh dan akan membantainya tanpa toleransi. Bahkan sosok kaum Muslimin dimata mereka adalah identik dengan kaum teroris, kaum radikal-ekstrimis yang menghancurkan segala bentuk kemajuan dunia disamping bangsa yang gemar menyulut peperangan, bahkan sesama mereka. Dan celakanya opini ini dikuatkan oleh realitas kaum Muslimin, khususnya yang berada di Timur

181

Page 182: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Tengah yang selalu menjadi dalang terorisme dan peperangan. Namun permasalahannya, apakah seluruh kaum Muslimin di dunia ini berprilaku seperti para teroris itu, sehingga seluruh kaum Muslimin diidentikan dengan teroris. Padahal realitanya, yang berprilaku teroris adalah sebagian kecil dari kaum Muslimin yang diam-diam menyimpan keagungan peradaban. Jika kelompok kecil ini dijadikan dasar untuk mengklaim kaum Muslimin, maka dapat pula dikatakan bahwa semua masyarakat Barat yang mengaku berperadaban adalah teroris, rasialis, korup, penderita AIDS dan sejenisnya, karena memang ada bagian kecil dari masyarakat Barat yang demikian keadaanya. Tentu klaim semacam ini sangat tidak adil bagi masyarakat Barat seluruhnya, sebagaimana tidak adilnya tuduhan kepada kaum Muslimin.

Jika diperhatikan secara teliti keadaan kaum Muslimin di Dunia ini, maka jelas akan tergambar realitas sebenarnya keadaan kaum Muslimin. Coba kita perhatikan nasib kaum Muslimin dinegara-negara minoritas Muslim, pada umumnya mereka dinafikan hak-haknya secara politik, bahkan dipinggirkan dan dibantai. Bagaimana nasib kaum Muslimin di India yang dibantai kaum militan Hindu, bagaimana nasib kaum Muslimin Moro di Filifina selatan yang diperangi dan dibantai, bagaimana nasib kaum Muslimin di Bosnia, ataupun nasib kaum Muslimin pada masyarakat yang menganggap dirinya beradab seperti Eropa atau Amerika. Namun hal ini sangat kontradiktif jika dibandingkan dengan keadaan non Muslim dinegara-negara mayoritas Muslim. Dalam hal ini Indonesia adalah contoh nyata. Walaupun orang Kristen yang hanya berjumlah kurang dari 7 % tapi menduduki jabatan mentri-mentri kunci yang mengatur negara. Namun mayoritas kaum Muslimin di Indonesia menerima keadaan itu dengan lapang dada, yang mana hal ini tidak akan pernah terjadi dinegara minoritas Muslim manapun didunia ini. Pernahkah misalnya di Inggris ataupun Amerika terjadi mentri keuangan atau pertahanannya dari orang Islam? Jawabannya selama berdirinya negara-negara yang mengaku bapak demokrasi ini, belum pernah satupun mentrinya dari kalangan minoritas Muslim, namun hal ini terjadi dinegara mayoritas Muslim Indonesia, mentri keuangan dan pertahanan/panglima militer adalah dari kaum minoritas Kristen. Di Malaysia, non-Muslim dapat menduduki jabatan mentri, padahal Malaysia adalah negara yang menjadikan Islam sebagai agama resmi.

Kaum Muslimin yang dianggap tidak beradab ini justru telah melakhirkan tokoh-tokoh dunia yang dikagumi, terutama dalam bidang sains dan tehnologi. Sebagai contoh mantan Presiden RI ke 3, Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie misalnya. Habibie adalah seorang Muslimin yang taat, bahkan memimpin organisasi para Intelektual Muslim se-Indonesia (ICMI) dan mengetuai Forum Dunia Islam untuk Pembangunan Sains Teknologi dan Sumber Daya Manusia (IFTIHAR). Namun reputasinya didunia Internasional tidak ada satupun orang dapat menapikannya. Pada tahun 1994 Habibie mendapat penghargaan tertinggi Persatuan Bangsa-Bangsa untuk pengembangan ilmu kedirgantaraan yang selama ini belum pernah diterima oleh perorangan sejak berdirinya PBB. Habibie pula yang dikatakan sebagai

182

Page 183: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

penyebab kejatuhan industri pesawat FOKKER milik Belanda, akibat kemajuan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang dipimpinnya. Habibie sebagai seorang Muslim yang taat mampu menjadi penggerak dan simbol kemajuan bangsa Indonesia yang multi ras dan agama. Demikian pula masih banyak putra-putra terbaik Islam yang memberikan sumbangan pada kemajuan dunia, diantaranya penyandang NOBEL untuk fisika, Abdus Salam dari Pakistan ataupun Dr. Abdurrahman Hilmy dari Mesir dan masih banyak lagi. Mentri keuangan yang dijuluki bekas PM Inggris Margareth Teacher sebagai mentri keungan terbaik abad ini, Anwar Ibrahim dari Malaysia, seorang pemimpin Islam yang brilyan dan sangat toleran pada penganut agama lainnya. Bahkan Anwar dijuluki sebagai tokoh pencerahan Asia (Asia Renaissance) yang senantiasa melakukan dialog antar peradaban dan sangat terbuka dengan kemajuan, sehingga menjadi cermin Muslim Kosmopolit. Presiden PBB, Razali Ismail, adalah seorang Muslim yang tetap menjaga tradisi keislamannya.

Demikian pula, masyarakat Islam, khususnya dikawasan Asia Tenggara adalah masyarakat yang amat ramah dan toleran, penuh persahabatan dengan bangsa-bangsa lain. Bukannya seperti para teroris yang digambarkan. Itulah sebabnya kawasan ini menjadi pusat wisata masyarakat Barat yang merindukan kedamaian. Memang diakui, ada sebagian dunia Islam terjadi peperangan dan teror. Namun jika diteliti dengan seksama, siapakah penyulut dari aksi peperangan dan teror itu. Di Palestina misalnya, para pendatang Yahudi merampas tanah kaum Muslimin dengan alasan, Palestina adalah tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka. Aksi perampasan ini berlanjut menggunakan senjata bahkan mendapat bantuan Bapak Demokrasi dan Hak Asasi Amerika. Secara jujur, apakah tindakan yang dapat kita lakukan andaikan rumah yang kita huni turun menurun dirampas orang dengan alasan janji Tuhan. Siapapun didunia ini mewakili akal waras akan melawan mati-matian mempertahankan haknya. Jika si kuat malah membantu perampas, maka tidak ada cara lain kecuali melemahkan kekuatan si kuat, agar hak menjadi miliknya. Rasional inilah yang ditempuh kaum Muslimin Palestina, baik di Palestina sendiri ataupun diluar, demi mempertahankan diri dari perampok yang dibela Amerika. Maka tidak mengherankan jika mereka menggalang aksi terorisme untuk menarik perhatian dunia yang sudah dikuasai oleh agen-agen Yahudi Internasional. Kaum Muslimin di Palestina seakan-akan dipaksa untuk berperang dan melakukan aksi teror demi mempertahankan tanah airnya yang dirampas. Demikian pula halnya yang terjadi pada kaum Muslimin di Afghanistan, Kashmir, Bosnia, Chechnya, Moro, Arakan dan lainnya. Mereka dipaksa oleh keadaan yang diciptakan oleh mereka yang mengatakan dirinya sebagai masyarakat beradab dan demokratis, namun senantiasa bersikap tidak adil terhadap kaum Muslimin.

Jadi adalah tidak adil sama sekali, jika kaum Muslimin yang terkenal toleran, ramah, penuh persahabatan, memiliki putra-putra terbaik yang menyumbang pada kemajuan dunia dianggap sebagai kaum yang tidak

183

Page 184: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

berperadaban, radikal, teroris, dan sejenisnya. Memang diakui kaum Muslimin masih jauh tertinggal jika dibandingkan kaum lainnya, namun mereka kini telah mempersiapkan diri untuk bangkit membangun dunia kembali, sebagaimana bangkitnya generasi mereka terdahulu membangun dunia dan memberikan sumbangan yang tak ternilai pada peradaban ummat manusia.

Islam : Sistem Masa DepanSejarah telah membuktikan, Islam dengan ajarannya yang sempurna

telah berhasil membangun sebuah masyarakat dengan peradabannya yang menjulang tinggi pada masa lalu. Islam telah menjadikan bangsa Arab yang terbelakang, terpecah belah dan tertindas menjadi bangsa besar, sebagai super power yang telah menumbangkan dua super power masa itu, Romawi dan Parsi. Islam telah merubah manusia-mnusia jahiliyah penyembah berhala menjadi manusia-manusia yang bertauhid dan berperadaban, menjadi pemimpin-pemimpin besar dunia yang dikagumi hingga hari ini. Islam telah berhasil melakhirkan generasi terpilih sepanjang sejarah kemanusian. Generasi-generasi yang menegakan keadilan dan kedamaian sejati serta mengahancurkan segala bentuk kezaliman. Generasi yang telah memberikan rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana yang telah ditugaskan Allah SWT kepada mereka sebagai Kholifah (wakil)-Nya yang telah memenej alam sesuai dengan kehendak-Nya.50

Jika dahulu Islam dapat melakhirkan generasi-generasi agung yang berperadaban serta menguasai dan memenej dunia dengan penuh kegemilangan, maka tidak mustahil Islam sekali lagi akan melakhirkan generasi agung berperadaban pada abad ini yang akan menjadi pemimpin dunia. Karena sumber rujukan dan pengambilan yang telah melakhirkan generasi terdahulu, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, tetap tersimpan hingga kini. Sumber utama inilah yang akan mencetak generasi baru pemimpin dunia.51

Apalagi secara konsepsional sistem Islam adalah sistem terunggul daripada seluruh sistem dunia masa kini. Sistem lebih unggul daripada Sekulerisme, lebih unggul daripada Kapitalisme-Liberalisme, lebih unggul daripada Sosialisme-Komonisme, lebih unggul daripada Nazisme-Fascisme, lebih unggul daripada Humanisme, lebih unggul daripada Nasionalisme lebih unggul daripada semua cabang pemikiran Modernisme ataupun Post-

50

? Lihat misalnya : Thabary, Tarikh Umam wa al-Mulk, Beirut : Dar Fiqr, 1979. Abul Hasan an-Nadwy, Madza Khasira al-Alam bi inhithoth al-Muslimun ?. op.cit. Abul A’la al-Maududi, al-Khilafah wa al-Mulk, op.cit. Khalid Muhammad Khalid, Rijal Haula al-Rasul, Beirut : Dar Fiqr, 1975. Muhammad al-Ghazaly, Fiqh al-Sirah, Beirut : Dar Fiqr, 1978. Yusuf al-Khandahlawy, Hayat al-Shahabah, Lucnow : Dar Ulum, 1980. Syed Ameer Ali, The Spirit of Islam, London : Chiristopher, 1955. R.A. Nicholson, Literary History of the Arab. Chambridge : Cambridge Univ. Press,1930.

51 Lebih detil lihat : Hilmy Bakar Almascaty, Generasi Penyelamat Ummah, Kuala Lumpur : Berita Publ., 1995.

184

Page 185: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Modernisme, Islam lebih unggul daripada seluruh sistem danagama-agama dunia.52

Dalam dunia modern ini, konsep-konsep Islam tetap relevan dan akan menjadi jalan keluar dari segala bentuk krisis dan problema yang dihadapi dunia. Islam sekali lagi akan membuktikan keunggulan konsepnya dari seluruh sistem hidup diabad modern ini. Konsepsi Islam tidak akan pernah lapuk dimakan waktu, karena ia diturunkan untuk seluruh ummat manusia hingga akhir zaman.53

Keunggulan Ajaran IslamAda beberapa keunggulan dan kelebihan Islam sebagai sistem hidup

jika dibandingkan dengan sistem-sistem dunia lainnya, sehingga Islam paling layak menjadi satu-satunya sistem alternatif dunia dimasa depan. Diantara keunggulan itu adalah :

- Islam adalah sistem universalIslam adalah sistem hidup yang universal, yaitu sistem hidup yang bersifat global dan mendunia. Ia diturunkan untuk seluruh ummat manusia hingga akihir zaman. Sebagaimana ditegaskan Al-Qur’an :“Dan tidaklah Kami utus kamu kecuali untuk seluruh ummat manusia”.“Dan tidaklah Kami utus kamu kecuali sebagai rahmat untuk seluruh alam”. (Al-Anbiya : 107)

Itulah sebabnya Islam akan senantiasa mampu mengikuti arus perkembangan zaman dari waktu ke waktu, tidak seperti sistem hidup lainnya yang lapuk dimakan zaman karena tidak bersifat universal. Ini terbukti walaupun sudah 15 abad diajarkan, namun sistem Islam masih tetap relevan dengan dunia modern, bahkan ia dapat mengatasi semua sistem hidup yang diciptakan sesudahnya.

52 Untuk masalah ini secara mendetil lihat misalnya : Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, Kuala Lumpur : ABIM, 1974. Abul A’la al-Maududi, Capitalism, Socialism and Islam. Kuwait : Islamic Books Publ., 1987. M. Mirza Hussain, Islam and Socialism, a Critical Analisis of Capitalism, Fascism and Nazims as Contrasted with the Qur’an Conception of a New World Order, Lahore : SM, 1974. Maxime Radinson, Islam and Capitalism, Paris : Penguin Books, 1980. Ali Shari’ati, Marxism and Other Western Fallacies, Trans by R. Campbell. Berkeley : Mizan Press, 1980. Mustafa Mahmoud, Marxism and Islam, trans. By MM. Enany, Kaherah : Cairo Univ. 1990. Khalifa Abdul Hakim, Islam and Communism. Lahore : Siddiq Printer, 1976. David Westerwind, From Socialism to Islam, Uppsala : The Scandinavia Inst. Of African Studies, 1982. HOS Cokroaminoto, Islam and Socialism, Kuala Lumpur : Iqrak, 1988. Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology. New Delhi : Sterling Publ, 1990. Ahmad Abdul Ghaffar Affar, Humanisme in Islam. Trans. By Albin Michel, Indiana : The American Trust Publ,. 1979. Maryam Jameelah, Islam and Modernism. Lahore : Muhd Yusuf Khan, 4th. Edt. 1977. Dr. Ali Muhd. Nagvi, Islam wa al-Qaumiyah, Tehran : 1404. Muhammad Asad, Islam at the Cross Road, Spain : Dar al-Andalaus : 14th. Edt. 1404 H. Akbar S. Ahmad, Postmodernism and Islam, London : Routledge, 1992.

53 Lihat misalnya : Syed Abdul Wahab Bukhory, Islam and Modern Challenges. Madras : Dar al-Tasneef, 1966. GW. Choudury, Islam and the Contemporary World, London : Indus Thames Publ, 1990. Ahmad al-Shahi dan Denis Mac Eoin, Islam in Modern World, New York : St. Martin’s Press, 1983. John J. Donohue, and John L. esposito (ed), Islam in Transition, Muslim Perspective, New York : Oxford Univ. Press, 1982. Ilse Lilhtenstadter, Islam and Modern Age, An Analysis and Appraisal, New York: Bookman Associates. 2nd. Edt. 1960.

185

Page 186: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

- Islam adalah sistem yang fitriIslam adalah sistem kehidupan yang fitri, yaitu sistem kehidupan yang

sesuai dengan kehendak dan keperluan hati nurani manusia yang menginginkan terwujutnya keadilan, kebahagiaan dan kedamaian sejati. Sebagaimana ditegaskan Al-Qur’an :

“Maka hadapkanlah dirimu dengan lurus kepada agama itu, yaitu fitrah Allah adalah sesuai dengan fitrah manusia, dan janganlah ada penukaran terhadap ciptaan Allah, ialah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Al-Rum : 30)Jika diselidiki secara jujur, maka jelaslah ajaran-ajaran Islam sangat

sesuai dengan tuntutan hati nurani manusia, karena ia adalah ajaran yang senantiasa mengajak menuju kebaikan, keamanan, keadilan dan kebahagian sejati. Realitas ini tidak dapat dinafikan, kecuali oleh orang-orang ada penyakit dalam hatinya dan menolak kebenaran.

- Islam adalah sistem totalitasIslam adalah sistem hidup yang totalitas, yaitu sistem hidup yang

sempurna, mengajarkan segala bentuk sistem kehidupan yang akan mengantarkan manusia menuju kebahagian dan kesemppurnaan hidup. Sistem hidup yang memiliki ajaran moral-spiritual, etika, keyakinan, kerohiman dan sekaligus memiliki ajaran sosial, budaya, politik, ekonomi, pendidikan, sains tehnologi, filsafat, militer dan lain-lainnya.54

- Islam adalah sistem unityIslam adalah sistem hidup yang unity, yaitu sistem hidup yang tidak

memisah-misahkan antara satu ajarannya dengan ajaran lainnya. Keseluruhan ajarannya adalah satu kesatuan, dari awal hinggalah akhirnya. Al-Qur’an sangat mencela orang-orang yang memisah-misahkan ajarannya :

Dan jangalah kamu menjadi orang-orang yang menyekutukan, yaitu daripada orang-orang yang memisah-misahkan agama mereka sehingga jadilah mereka beberapa golongan yang tiap-tiap golongan merasa bangga dengan pandangan mereka, (Al-Rum : 31-32)

Islam tidak pernah memisahkan antara dunia dengan akhirat, karena kedua-duanya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Demikian pula Islam tidak memisah-misahkan sistem ekonomi, politik, pendidikan, sosial, sains tehnologi, dan lain-lainnya dengan ajaran moral spiritualnya. Islam memerintahkan agar penganutnya memasuki Islam secara unity, menerima keseluruhan ajarannya, sebagaimana yang diterangkan Al-Qur’an:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah mengikuti langkah-langkah Syaitan, karena sesungguhnya Syaitan adalah musuh kamu yang nyata”. (Al-Baqarah : 208)

54 Lihat : Prof. Said Hawwa, al-Islam, op.cit. Dr. Yusuf al-Qardhawi, op.cit.

186

Page 187: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

- Islam berasal dari Pencipta alam Islam adalah sistem hidup yang diajarkan oleh Pencipta Yang Maha

Mengetahui tentang seluruh alam, Yang Maha Mutlak kebenarannya, yaitu Allah SWT kepada manusia melalui perantaraan Rasulullah Saw. Sebagaimana disebutkan Al-Qur’an :

“Dialah (Allah) yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan sistem kehidupan al-Haq agar memenangkannya diatas semua sistem kehidupan lainnya, walaupun tidak disukai orang-orang musrik”. (Ash-Shoff : 9)

Karena diajarkan oleh Yang Maha Mengetahui, maka Islam akan terhindar dari segala bentuk kesalahan dan kelemahan. Ia tidak akan menjadi seperti sistem-sistem dunia lainnya yang mengalami kegagalan akibat diasaskan oleh manusia yang serba lemah.

- Sumber ajaran Islam jelasIslam adalah sistem hidup yang memiliki sumber pengambilan yang

dapat dipertanggung jawabkan keaslian dan kesempurnaannya, yaitu Al-Qur’an dan dijelaskan oleh Sunnah Rasulullah Saw. Al-Qur’an sendiri menentang, siapakah yang mampu menandinginya walaupun seayat saja :

“Dan jika kamu ragu-ragu terhadap apa yang Kami telah turunkan kepada hamba Kami (Al-Qur’an), maka cobalah kamu buat satu surat yang serupa dengannya, dan ajaklah penolong-penolong kamu selain daripada Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar. Dan apabila kamu tidak dapat membuatnya, dan pasti kamu tidak dapat membuatnya, maka takutlah kamu dengan Neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir”.

Keaslian dan kehebatan Al-Qur’an inipun diakui oleh intelektual Barat. Filosof dan sastrawan besar Jerman, Goethe menulis tentang al-Qur’an :

“Bagaimana juga saya membaca Al-Qur’an itu, pertama ia menggerakkan saya pada setiap masa, dengan kesegaran dan dengan cepat menganjurkan pendirian hati serta keheranan, yang akhirnya ia mendorong saya kepada pengetahuan agama. Al-Qur’an itu mempunyai susunan kata-kata yang molek dan indah, isi dan tujuannya mengandung suatu pedoman bahagia. Dia adalah memberi ingatan dan menakutkan selamanya, dan seterusnya ia adalah kemulian Yang Maha Tinggi. Demikianlah, Al-Qur’an akan berjalan terus dan bekerja sepanjang masa dengan pengaruh yang amat kuat serta gagah dan teguh”.55

Maka dengan demikian, jelaslah bahwa al-Qur’an, sumber pengambilan utama ajaran Islam adalah yang terbaik dan dapat dipertanggung jawabkan

55

? Goethe, Hughe’s Dictionary of Islam, dikutip dari : O. Hashem, Kekaguman Dunia Terhadap Islam. Bandung : Pustaka Salman, 1985.

187

Page 188: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

keasliannya. Tidak ada alasan apapun untuk menolaknya, karena ia adalah wahyu Allah yang suci dan terpelihara dari segala jenis penipuan.56

- Islam memiliki contoh teladan Islam adalah sistem kehidupan yang memiliki contoh nyata ajarannya,

yaitu masyarakat yang telah dibina oleh Rasulullah diMadinah yang diwahyukan Allah. Masyarakat yang susunannya sangat indah, dibawah pimpinan dan bimbingan Muhammad Rasulullah. Setiap aspek kehidupannya adalah contoh tauladan manusia sepanjang masa. Jika seorang pemimpin ingin melihat contoh, maka Rasulullah Saw, Abu Bakar ra, Umar ra,Uthman ra, dan Ali ra adalah contoh terbaik. Jika seorang perniaga dan hartawan ingin mencari tauladan, maka Abdurahman bin Auf ra adalah figurnya. Demikian pula jika panglima perang mencari contoh, maka contohnya adalah Khalid bin Walid ra. Jika wanita menghendaki contoh tauladan maka Aisyah ra, Fatimah ra, adalah contohnya. Islam telah memiliki contoh masyarakat ideal yang akan diciptakannya, berbeda dengan sistem dunia lainnya yang tidak memiliki contoh baik secara pribadi, keluarga dan masyarakat. Islam dengan ajarannya telah terbukti keunggulannya, sehingga dapat melakhirkan ummat yang memiliki kekuasaan luas dan menguasai peradaban dunia. Islam telah menciptakan dunia baru yang berlandaskan pada ajarannya yang sempurna. Tidak ada satu sistem duniapun yang mampu menyamai keunggulan sistem Islam, sejarah telah dan akan membuktikannya. Kegagalan sistem Sosialisme-Komonisme menghantarkan penganut-penganutnya menuju model masyarakat yang dicita-citakan karena sistem ini belum terbukti lagi keunggulannya melakhirkan masyarakat ideal, dan tidak pernah terwujud sebelumnya masyarakat yang dicita-citakannya, hingga tidak ada contoh nyata bagaimana bentuk masyarakat Sosialisme-Komonisme yang dikehendaki. Demikian pula dengan sistem hidup lainnya, semua belum terbukti keunggulannya menciptakan masyarakat ideal yang dapat menegakan keadilan dan kedamaian sebagaimana masyarakat Islam.

- Islam tidak rasialisIslam adalah sistem hidup yang tidak membeda-bedakan tingkatan

manusia satu dengan lainnya. Manusia adalah sama, dijadikan dari tanah, tidak ada yang lebih utama ataupun tinggi drajatnya. Tidak ada kelebihan kulit putih daripada kulit hitam, tidak ada perbedan kelas, baik kelas buruh ataupun pemodal, tidak kelas bangsawan yang harus dihormati secara berlebih-lebihan oleh masyarakat awwam. Keutamaan dan kemulian seseorang dipandang adalah berdasarkan pada ketaqwaannya kepada Allah semata, sebagaimana yang disebutkan Al-Qur'an :

56 Lebih terinci lihat misalnya : Dr. Subhi Shaleh, Mabahits fi ‘ulum al-Qur’an, Beirut : Dar Ilm li al-Maliyin, tt. Syaikh Muhammad Ali al-Shabuni, al-Tibyan fi ‘ulum al-Qur’an, Damsyik : Maktabah al-Ghazaly, Thabaah Tsalist, 1981. Dr. M. Ali al-Hasan, al-Manar fi ‘ulum al-Qur’an, Amman : Matbaah al-Syuruq, 1983. Dr. Shabir Thayyimah, Hazha al-Qur’an, Bairut : Dar al-Jiil, 1989. Syaikh Muhammad Rasyid Ridho, al-wahy al-Muhammady, Bairut : Dar al-Fiqr, 1968.

188

Page 189: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami telah jadikan kamu beberapa bangsa dan suku, supaya kamu berkenal-kenalan, sesungguhnya semulia-mulia kamu disisi Allah ialah yang paling bertaqwa diantara kamu”.(Al-Hujurat : 13)

Dengan dihilangkannya kasta-kasta manusia ini, Islam bermaksud akan menghantarkan dunia menuju keadilan dan kedamaian sejati, sehingga tidak ada satu ras ataupun satu golongan manusia agar dapat mengeksploitasi manusia lainnya dengan alasan yang satu memiliki drajat yang tinggi daripada lainnya. Dengan demikian pertentangan kelas yang selama ini menghantui dunia akan hilang dengan sendirinya, karena Islam menganggap semua manusia adalah sama drajatnya disisi Tuhannya.

- Islam Tegak Atas KeadilanIslam adalah sistem hidup yang ditegakkan atas dasar keadilan

sesama manusia, mengutamakan persaudaraan dan kebaikan. Bukannya seperti sistem dunia lainnya yang menganjurkan pertentangan dan perkelahian yang didasari pada kebencian. Ataupun tidak sama dengan sistem yang mengeksploitasi pekerja untuk mendapat keuntungan sebesar-besarnya sebagaimana diamalkan kaum Kapitalis. Namun Islam adalah sistem yang senantiasa mengajarkan kebajikan umum, dengan sistem ekonominya yang khas. Pengikutnya dianjurkan untuk mendapatkan dan memiliki harta sebanyak kemampuannya, namun dalam hartanya itu terdapat hak Allah dan hak masyarakat yang harus ditunaikan.57

- Islam mampu menghadapi tantangan zamanIslam adalah sistem hidup yang akan dapat menyelesaikan segala

bentuk krisis dan tragedi yang diderita dunia masa ini dengan pendekatannya yang khas. Islam akan menyelesaikan problematika masyarakat modern dengan menyelesaikannya dari inti permasalahannya yang dihadapi sehingga tidak akan timbul lagi permasalahan baru diatas permasalahan lama. Islam mengetahui benar dimanakah sumber segala bentuk permasalahan yang dihadapi dunia dan menyelesaikannya secara tuntas. Islam akan menyelesaikan krisis dunia hari ini dengan menyelesaikan manusianya terlebih dahalu, karena semua krisis pada hakikatnya bersumber dari manusia. Jika manusia sudah menjadi baik, maka tentu dunia ini akan menjadi baik pula. Manusia ini terlebih dahulu dididik dan dipimpin Islam dengan pendekatannya yang unik, sehingga menjadi manusia sempurna, secara jasmani maupun rohani.58

57 Lebih detil lihat : Sayyid Qutb, Al-Adalah al-Ijtimaiyyah, Beirut : Dar Fiqr, 1976. 58 Lebih detil lihat ; Prof. Muhammad Qutb, Islam and The Crisis of Modern World, Leicester : The Islamic

Foundations, 1979. Prof. Sayyed Hussaein Nashr, Islam and The Plight of Modern Man. London : Longman, 1975.

189

Page 190: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

- Islam tidak memisahkan agama & pengetahuan Islam adalah sistem hidup yang mempertentangkan antara sains-

tehnologi dengan ajarannya. Bahkan Islam mendukung segala bentuk aktivitas penyelidikan ilmiah dan pengembangan sains-tehnologi untuk memudahkan manusia dalam menjalankan aktivitasnya sebagai hamba dan wakil Allah dimuka bumi. Sejarah membuktikan Islam telah melakhirkan para saintis dan tehnolog Muslim yang menjadi guru bagi pengembangan pengetahuan dan peradaban Barat dan hasil karya mereka masih menjadi referensi sampai hari ini.

- Islam adalah ajaran yang dinamis

Islam adalah sistem kehidupan yang dinamis dalam menanggapi segala bentuk perubahan dan perkembangan dunia, tidak seperti agama-agama lainnya ditinggalkan pengikutnya karena tidak mampu mengikuti perkembangan zaman. Kedinamisan Islam ini disebabkan karena ajarannya yang universal dan datang daripada Allah SWT Yang Maha Mengetahui serta diturunkan sebagai panduan hidup manusia hingga keakhir zaman. Itulah sebabnya ajaran Islam senantiasa akan tetap relevan sepanjang zaman, tetap dinamik mengikuti perkembangan dunia yang semakin canggih dan kompleks ini.

Maka dengan demikian Islam akan menjadi satu-satunya alternatif sistem dunia masa depan yang akan menyelesaikan segala bentuk krisis dan tragedi masyarakat modern. Hanya Islamlah yang akan mampu menjawab krisis dan problem masyarakat modern hari ini dan membimbing mereka menuju kehidupan masyarakat ideal, yaitu masyarakat yang menjiwai semangat masyarakat yang pernah dibina Rasulullah 15 abad silam namun mampu berintegrasi dengan dunia moden dengan segala kecanggihan sains-tehnologinya.59

Janji-janji Allah dan Rasul-Nya tentang Kemenangan Islam dan Umatnya

Islam adalah ajaran yang diturunkan Sang Pencipta alam untuk menyelamatkan seluruh umat manusia sebagai pelengkap dan penutup agama langit sebelumnya. Sebagai agama penyelamat manusia yang terunggul dan tersempurna, Islam mendapat garansi kemenangan dari Allah yang telah menurunkannya dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan-Nya kepada para pendukung dan pengikut setianya. Allah SWT telahpun menegaskan didalam Al-Qur’an tentang kemenangan Islam, sebagaimana difirmankan-Nya :

59 Lihat : Prof. Sayyed Hussaein Nashr, Islam and The Plight, op.cit.

190

Page 191: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan ad-Dien al-Haq (ajaran kebenaran) agar memenangkannya diatas segala dien (ajaran). Walaupun orang-orang yang musrik tidak menyukainya”. (Al-Shoff : 9)“Sesungguhnya dien yang diridhoi disisi Allah hanyalah Islam”. (Ali Imran : 19)“Dan barang siapa yang mengambil selain Islam sebagai dien-nya, maka ia tidak akan diterima, diakhirat mereka termasuk orang-orang yang merugi”. (Ali Imran : 83)Sebagaimana dijelaskan terdahulu, Dien bermakna seluruh sistem

kehidupan manusia, dan Islam adalah satu-satunya al-Dien yang akan mendapat kemenangan, dan sejarah telah membuktikannya. Walaupun Islam pada awalnya didukung oleh bangsa yang terbelakang dan primitif, namun berkat ajaranya, Islam telah mengangkat martabat mereka menjadi bangsa yang maju dan besar sebagai mercusuar peradaban dunia. Dan Islam pasti akan mendapat kemenangan sebagaimana ummat terdahulu, asalkan mereka menerapkan kembali dalam kehidupannya metode yang telah mengantarkan kemenangan dan kejayaan ummat terdahulu.

Demikian pula banyak hadits Rasulullah yang menyatakan Umat Islam akan kembali gemilang sekali lagi diakhir zaman untuk menguasai kepemimpinan peradaban dunia, diantaranya :Bahwasanya Rasulullah Saw telah bersabda :

“Tegaklah pada kamu masa Kenabian sampai beberapa lama yang dikehendaki Allah, maka terjadilah ia, kemudian diangkat. Kemudian tegaklah selepas itu pada kamu masa Kholifah atas manhaj Kenabian, maka terjadilah ia kepadamu beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian ia diangkat. Kemudia terjadilah padamu masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan adhudhan), maka terjadilah ia beberapa masa yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Kemudian tegaklah selepas itu Kerajaan rusak (Mulkan Jabbariyyan) terjadilah ia beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Selepas itu tegaklah padamu Kholifah atas manhaj Kenabian yang mengamalkan Sunnah Rasul dikalangan manusia. Islam akan tersebar luas dimuka bumi yang diridhoi oleh penghuni langit dan bumi. Langit tidak akan meninggalkan setetespun air hujan, kecuali ia mencurahkannya. Dan bumi tidak akan meninggalkan tanaman dan barokahnya kecuali ia akan mengeluarkannya”.60

60 Hadits ini diriwayatkan dari Abu Ubaidullah al-Jarrah dan diriwayatkan oleh Imam Tabrany. Diriwayatkan pula oleh Khuzaifah al-Yaman oleh Imam Ahmad (4/273) dalam Musnadnya. Telah berkata al-Hatamy dalam Majmu’ al-Zawaid, (5/179), diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Bazzar, dan Tabrany dalam al-Ausath menyatakan perawinya adalah thiqah. Dan al-Hafidz al-Iraqi berkata :’ini adalah hadits Shohih’. Sebagaimana dinukil dari Muhammad Nasiruddin al-Bany dalam Salsilah al-Hadits al-Shahih. (Damsyik : al-Maktab al-Islamy tt, hal. 9.

191

Page 192: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Hadist diatas diperkuat oleh beberapa hadists, diantaranya:

Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi Saw yang bersabda : “Jika tidak tinggal dari dunia hanya sehari sahaja niscaya allah

memanjangkan hari itu hingga bangkit padanya seorang lelaki dari keturunanku atau dari kaum keluargaku, yang namanya menyerupai namaku dan nama bapaknya menyerupai nama bapakku, ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran sebagaimana bumi dipenuhi kezaliman dan kekezaman”.

Dalam riwayat Tirmizi disebutkan :“Dunia tidak akan berakhir sehingga bangsa Arab dipimpin oleh seorang laki-laki dari kelurgaku yang namanya menyerupai namaku”.61

Dari Jabir katanya : Rasulullah Saw telah bersabda :“Akan hadir pada hari akhir Ummatku seorang kholifah yang membahagiakan harta dan tidak menghitung-hitungnya”.62

Dari Abu Said al-Khudri dari Rasulullah Saw yang bersabda :“Akan hadir diakhir ummatKu al-Mahdi yang disirami oleh Allah dengan hujan, bumi mengeluarkan tumbuhan, harta diberikan kepada yang sihat, binatang ternakan membiak, ummat Islam menjadi agung dan mulia, ia hidup selama tujuh atau delapan kali haji.63

Menurut keterangan beberapa hadits diatas, dapatlah disimpulkan bahwa akan lakhir dimasa yang akan datang seorang pemimpin besar Islam dari keturunan Rasulullah yang bernama Muhammad bin Abdullah bergelar sebagai Imam al-Mahdi al-Muntazar yang akan menegakkan Islam dan menjadikannya sebagai satu-satunya jalan keluar bagi problem dan krisis yang dihadapi masyarakat dunia. Dia akan membawa kegemilangan Islam dan ummat sekali lagi seperti dizaman Rasulullah dan para sahabat terdahulu. Dialah Kholifah yang akan menegakkan keadilan dan kemakmuran, yang akan membagi-bagikan harta tanpa menghitungnya. Seluruh manusia akan merasa keadilan dan kemakmuran yang dibawanya.

Walaupun ada yang menolak hadits-hadits al-Mahdi ini, seperti Ibn Khaldun misalnya, namun banyak imam-imam dan ulama-ulama besar yang

61 Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no 4282) dalam Sunan bab al-Mahdi, dan al-Tirmidzi berkata : Hadits ini adalah Hasan Shohih. Dan Ibn Thaymiyah telah menshohihkannya dalam Minhaj al-Sunnah al-Nabawiyyah (4/211) dan dihasankan isnadnya oleh al-Bany dalam “Takhrij Ahadits al-Miskah”.

62 Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shoheh (no.2913) bab al-Fitan dan Imam Ahmad dalam Musnad (no. 3/37, 318,333).

63 Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak (no. 4/577,558). Berkata al-Bany : Sanadnya Soheh dan perawinya tsiqoh”.. Dikutip dari Salsilah al-Hadits al-Shohihah, op.cit hal. 117.

192

Page 193: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

membenarkannya, karena hadists-hadists tentang al-Mahdi adalah hadists mutawattir. Diantara yang mensohehkan dan menghasankan hadists-hadists al-Mahdi yaitu : al-Imam Abu Dawud, al-Imam Tirmizi, al-Hafidz Abu Ja’far al-Aqili, al-Imam al-Hasan bin Ali bin Khilaf Abu Muhammad al-Barbahary, al-Imam Abu al-Hasan Ahmad bin Ja’far al-Munady, al-Imam Ibnu Hibban, al-Hafidz Abu al-Hasan Muhammad bin al-Husain al-A’bari as-Sajzy, al-Imam Abu Sulaiman al-Khotoby, al-Imam Baihaqi, al-Qodhi Abu Bakar bin al-Arbi, al-Qodhi Iyad, al-Imam as-Suhaily, al-Imam Abu Faraj al-Jauzy, al-Imam Ibnu Athir, al-Imam Qurthubi, al-Imam Ibn Thaimiyah, al-Imam al-Hafidz adz-Dzahby, al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah, al-Hafidz Ibn Kathir, al-Hafidz Ibnu Hajar al-asqolany, al-Hafidz Suyuthy, al-Allamah Ibn Hajar al-Haithami, al-Allamah al-Barzanji, Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab, al-Allamah al-Qodhi as-Saukani dan lain-lainnya.64

Ulama dari kalangan Wahibi yang terkenal kehati-hatiannya dalam memelihara ajaran salafpun mengikuti tentang akan hadirnya al-Mahdi, sebagaimana dinyatakan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baaz, Mufti Saudi Arabia yang berkata :

“Adapun pengingkaran terhadap al-Mahdi al-Muntazar dengan segala yang berkaitan dengannya sebagaimana yang difahami sebagian orang masa ini, maka pengingkaran itu adalah perkataan yang bathil. Karena sesungguhnya hadists-hadists tentang keluarnya (al-Mahdi) diakhir zaman, dan ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran untuk menggantikan kerusakan, adalah hadists-hadists yang mutawattir dan sangat banyak serta diakui sebagaimana telah disyahkan oleh kebanyakan Ulama, diantaranya Abul Hasan al-Aburi as-Sajastani daripada Ulama kurun keempat, al-Allamah as-safarany, al-Allamah Syaukany dan lain-lainnya. Dan hal ini seakan-akan telah ijma (sepakat) dari ahli ilmu…”.65

Maka dengan demikian, jelaslah bahwa Islam telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya akan mendapat kemenangan dan kejayaan sekali lagi dimasa depan untuk membuktikan kebenaran ajarannya. Namun kemenangan ini tidak akan datang dengan sendirinya, karena bertentangan dengan akal sehat dan semangat agama Islam sendiri. Infrastruktur kemenangan dan kejayaan ini harus dipersiapkan dengan matang dan sistematis oleh para pemimpin dan cendikiawan Islam sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya terdahulu. Generasi Islam pertama telah mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kemenangan mereka melalui perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa seriusnya. Karena janji Allah dan Rasul-Nya adalah janji yang bersyarat, dan

64 Muhammad bin Ahmad bin Ismail, al-Mahdi Haqiqoh la Khurafah, Kaherah : al-Maktabah al-Tarbiyat al-Islamiyah, 1990. Hal. 59-62.

65 Dikutip dari Jaridah Ukadz, 18 Muharram 1400.

193

Page 194: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kemengan akan diperoleh apabila Ummat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Pemahaman sebagian umat yang menunggu al-Mahdi dengan perbuatan statis adalah bertentangan dengan ajaran Islam yang memerintahkan pengikutnya untuk berjuang dengan seluruh daya upaya mereka. Kedatangan al-Mahdi sebagai pemimpin Ummat dimasa depan harus disambut dengan persiapan-persiapan matang, terutama infrastruktur masyarakat, terutama pemahaman dan pengalaman mereka pada Islam harus sudah sesuai dengan kehendak ajaran Islam. Maka hal ini adalah tugas para pemimpin dan intelektual Islam untuk mengarahkan dan membimbing Umat agar sesuai dengan ajaran yang dikehendaki Islam.

Kebangkitan Islam Demikian pula halnya, di akhir abad 20 ini kaum Muslimin diseluruh

penjuru dunia mulai sadar dan bangun menuju era kebangkitan Islam. Akhir abad ini adalah abad kebangkitan Islam dan Umatnya diseluruh aspek kehidupan setelah beberapa abad tertidur pulas dibawah buaian Imprialis Barat yang meracuni mereka dengan segala sistem hidup yang akhirnya menghilangkan identitas mereka sebagai Umat terbaik. Kebangkitan kembali Umat untuk mewarisi kegemilangan peradaban yang telah dibangun generasi mereka terdahulu yang berlandaskan spirit Islam sehingga mengantarkan mereka sebagai cendikiawan-cendikiawan ulung dan briliyan. Kebangkitan kembali untuk menghidupkan sunnah Rasulullah dan pelanjut-pelanjut setianya yang telah berhasil gilang gemilang memimpin dunia dengan penuh keadilan dan menyelamatkannya dari kehancuran dan kezaliman penguasa-penguasa diktator. Kebangkitan kembali untuk mendaulatkan Islam diatas segala sistem kehidupan manusiawi dan sebagai satu-satunya jalan hidup yang dapat menyelesaikan krisis masyarakat modern. Kebangkitan kembali Ummat menjadi Super Power yang akan menggantikan penguasa-penguasa dunia masa kini yang telah mengalami kegagalan.

Gelombang kebangkitan Islam ini terus maju, tidak ada kekuatanpun yang dapat menghalanginya. Kaum Muslimin mulai sadar, hanya Islamlah yangakan dapat membawa mereka menuju kejayaan dunia akhirat. Pemimpin-pemimpin Islam dari kalangan Ulama dan cendikiawan tampil membina Ummat dengan penuh gairah melalui gerakan dan visi masing-masing. Jama’ah, gerakan dan organisasi Islam tumbuh subur walaupun terpaksa melalui banyak tantangan, rintangan, dan tentangan, terutama kezaliman rezim-rezimdiktator yang tidak menghendaki Islam. Generasi muda mulai mendekati Islam, mereka sangat bangga menjadikan Islam sebagai al-Dien al-hayah (pandangan hidup) mereka. Para cendikiawan Muslim dengan penuh kesungguhan mengislamisasikan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk mencapai kegemilangan Islam dibidangnya masing-masing. Demikian pula para pakar tehnologi Muslim telah menciptakan penemuan-penemuan baru yang diakui keunggulannya oleh dunia. Al-hasil seluruh Ummat diakhir abad ini seakan-akan bangkit secara menyeluruh

194

Page 195: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

untuk menguasai kepemimpinan peradaban dunia dalam segala aspek kehidupan.66

Kebangkitan ini lebih semarak lagi apabila pejuang-pejuang Muslim dengan gerakannya mulai menampakan hasil yang menakjubkan. Dimulai dengan keberhasilan Ayatullah Khomaeni di Iran menumbangkan rezim diktator Syah Reza Pahlevi dengan dukungan kekuatan massa yang dikenal dengan “revolusi Islam” dan berhasil mendirikan Republik Islam Iran yang sangat ditakuti Barat. Selanjutnya keberhasilan gerakan-gerakan Islam di Timur Tengah seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir bangkit kembali membina masyarakat dan sangat berpengaruh dalam politik, dan di Jordania berhasil menguasai parlemen. Dr. Hasan Turabi dengan gerakannya berhasil mengislamisasikan Sudan, yang membuahkan berdirinya Republik Islam Sudan. Kemenangan spektakuler Front Keselamatan Islam (FIS) di Algeria walaupun dizalimi mendapat dukungan rakyat. Kaum pembaharu di Saudi Arabia semakin berpengaruh sesudah perang Teluk dan mengancam sistem monarchi dinasti Saud. Islamic Trend Movements di Tunisia semakin populer dan berpengaruh. Albania yang komunis menjadi anggota Organisasi Konfrensi Islam (OIC). Mujahidin Afghanistan yang lemah persenjataan dan kekuatan material berhasil menumbangkan Super Power Uni Soviet yang komunis, dan membawa kebangkrutannya. Bangkitnya republik-republik Islam dibekas Uni Soviet yang spektakuler. Islam di Eropa dan Amerika mulai berkembang. Gerakan-gerakan Islam di Nusantara berhasil mewarnai masyarakat dengan Islam, didirikannya institusi intelektual Muslim seperti ISTAC (International Institute of Islamic Thought and Civilization), IIU (Intenational Islamic University), IKIM (Institut Kefahaman Islam Malaisia), ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia) dan lain-lainnya agar kaum cendikiawan Muslim lebih tersistematis dan terkoordinasi dalam mengislamisasikan masyarakat dan negara.

Kebangkitan kembali Islam adalah Sunnatullah yang mesti berlaku, kemenangan dan kekalahan senantiasa akan digilirkan antara satu bangsa dengan bangsa lainnya. Masa kemenangan dan kejayaan bangsa Barat sudah berakhir dan akan digantikan oleh bangsa Timur Muslim yang mulai menghayati identitas mereka dengan mengamalkan ajaran Islam dan membuang segala bentuk faham-faham sekulerlisme dan materialisme dari Barat. Disaat bangsa Barat mengalami kemerosotan dan kemunduran sosial ekonomi, bangsa Timur Muslim bangkit dengan dinamisnya. Semua ini adalah petanda awal dari kemenangan besar Islam yang akan didukung kebangkitannya oleh bangsa Timur Muslim. Realitas ini ditgaskan lagi dengan mulai runtuhnya negara-negara adi daya satu persatu. Dimulai dengan

66 Lihat misalnya : Abdul Hadi Bu Thalib, ISESCO and The Islamic Revival, Rabat : ISESCO, 1985. Yvanne Yazbeek Haddad and John Esposito, The Contemporary Islamic Revival, New York : Greenwood Press, 1991. John L. Esposito, Voices of Resurgent Islam, New York : Oxford Univ. Press, 1983. Ali E. Hillali Dessouki (ed). Islamic Resurgence in the Arab World, New York : Preager, 1982. Dr. Chandra Muzaffar, Islamic Resurgence in Malaysia, Petaling Jaya : Penerbit Pajar Bhakti, 1987. Dr. Amien Rais (ed), Islam in Indonesia, Jakarta : Rajawali, 1986. VS. Naipul, Among The Believers (An Islamic Journey),. New York : Vintage Books, 1981.

195

Page 196: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

runtuhnya Super Power Uni Soviet, mulai goncangnya Eropa, Amerika, Jepang dan lain-lainnya. Setelah bangsa-bangsa maju ini mengalami puncak kemajuan sains tehnologi, ekonomi, dan kemajuan material lainnya, karena tidak memiliki dasar moral spiritual yang kokoh dalam pembangunan negara dan bangsa, masyarakatnya mengalami krisis dan dilema yang tidak kunjung berakhir. Krisis dan dilema yang akan membawa mereka menuju jurang kehancuran. Semua penemuan material yang menjulang tinggi itu akan menghancurkan mereka sendiri. Sebagai contoh nyata, walaupun Amerika telah menemukan teori-teori mengagumkan dalam sains sosial yang senantiasa menjadi rujukan pakar-pakar dunia, termasuk kaum Muslimin, namun America sendiri tidak mampu menyelesaikan krisis sosial antara kulit putih dengan kulit hitam yang senantiasa menimbulkan kerusuhan-kerusuhan dahsyat yang melumpuhkan negara. Penyakit-penyakit sosial menyebar dengan ganasnya tak terkawal lagi. Akhirnya sistem sosial yang begitu indah dalam teori yang mereka ciptakan tak pernah wujud di America. Sistem sosial sudah hancur, institusi keluarga yang merupakan tiang negara sudah punah, kriminalitas semakin meningkat, penyelewengan-penyelewengan berleluasa, sains dan tehnologi menjadi alat perusak akibat tidak dikawal kekuatan moral spiritual yang lurus dan akhirnya Amerikapun menuju jurang kehancuran mengikuti sahabat karibnya Uni Soviet dengan segala krisis yang dihadapinya.

Demikian pula halnya dengan negara-negara besar lainnya, semua sedang berlomba mendaki puncak gunung material sementara fondasi spiritual mereka sangat rapuh, maka ketika berada dipuncaknya mereka akan terjerumus menuju lembah kebinasaan. Mereka saling berlomba, saling menipu, saling memeras dan mengancam serta saling memusnahkan satu dengan lainnya. Negara-negara adi daya yang secara material sangat mengagumkan itu pada hakikatnya sedang berlomba menggali kuburan mereka sendiri dengan sains dan tehnologi canggih mereka yang tidak dikawal dengan kekuatan spiritual. Mereka pasti akan hancur, sebagaimana hancurnya Uni Soviet dengan sistem Sosialisme-Komunismenya. Kehancuran mereka disebabkan sisrem kehidupan yang diterapkannya setelah menemui kegagalan akibat landasan filsafatnya yang sangat rapuh.

Realitas-realitas ini membuktikan Islam akan tampil sekali lagi dengan keunggulannya untuk menyelesaikan segala problem dan krisis ummat manusia dengan pendekatan khasnya. Islam akan mengantarkan bangsa yang menganutnya dengan sempurna menjadi pemimpin baru peradaban dunia dimasa depan. Bangsa Muslim baru ini akan tampil dengan keunggulan Islam untuk menyelesaikan segala krisis dan problem masyarakat modern. Islam sekali lagi akan membuktikan keunggulannya dengan melakhirkan masyarakat terbaik yang memiliki kekuatan spiritual dan kekuatan material, masyarakat yang menjiwai semangat para generasi Rasulullah terdahulu namun menguasai sains-tehnologi modern.

Islam Versus Barat Pasca Peristiwa 11 September 2001

196

Page 197: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Bersamaan dengan didegungkannya kebangkitan Islam kembali oleh kaum muslimin di seluruh penjuru dunia, Barat yang diwakili oleh Amerika, Inggris, Australia dan negara-negara sekutu Barat lainnya telah merancang sebuah pertempuran terpadu antara Barat dan Islam terutama setelah berakhirnya perang dingin yang telah mengantarkan tumbangnya Uni Soviet. Kekalahan pengikut Sosialisme-Komonisme telah memberikan keyakinan kepada Barat akan keunggulan peradaban mereka sebagaimana digambarkan Francis Fukuyama dalam bukunya The End of History and The Last Man. Namun diluar dugaan, setelah tumbangnya Negara Tirai Besi, telah bangkit negara-negara muslim yang berhubungan erat dengan Cina dan mendapat bantuan pengembangan teknologi persenjataan. Dan Islam adalah kekuatan yang tidak pernah padam, sehingga tetap menjadi ancaman peradaban-peradaban paganis ataupun penerusnya seperti peradaban Barat. Itulah sebabnya akan terjadi benturan (clash) antara Islam dengan Barat baik dalam militer, politik, ekonomi, pemikiran, pengetahuan sampai peradaban, yang oleh Huntington disebut sebagai Clash of Civilization atau yang didistilahkan oleh Prof. Naquib al-Attas dengan Permanent Confrontation (konfrontasi permanen) dalam bukunya yang terkenal Islam and Secularism.

Sebagai seorang muslim, benturan demi benturan yang telah merambah ke semua lini kehidupan manusia adalah sebuah keniscayaan yang harus diterima sebagai kenyataan kehidupan, sebagaimana nyatanya kehidupan itu sendiri. Karena benturan demi benturan dalam segala bentuk dan dimensinya antar umat manusia telah menghiasi perjalanan sejarah dunia sejak awal keberadaannya yang didalam al-Qur'an disebutkan sebagai pertarungan al-Haq dengan al-Bathil, antara pengikut Allah (Hizbulllah) dengan tentara Thaghut (pengikut Iblis). Pertarungan yang diwakili oleh para Nabi dan Rasul melawan para tiran. musyrikin dan paganis, antara Ibrahim dengan Namrud, Musa dengan Fir'aun, Thalut dengan Jalut, Isa dengan Tiranis Romawi, Muhammad saw dengan bangsawan Kafir-Musyrik Mekah. Demikian pula benturan demi benturan telah terjadi antara pengikut Muhammad saw yang menyerukan jalan lurus para nabi, baik Nuh, Ibrahim, Ishaq, Musa sampai Isa dengan para pengikut para penyimpang dengan berbagai atribut dan namanya dalam panggung sejarah, sejak dari era Madinah, Baghdad, Cordova hingga saat ini. Keadaan ini digambarkan dengan indahnya oleh al-Qur'an :

Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi

197

Page 198: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus. (al-Baqarah : 213)

Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar kepada Thaghut, dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. (al-Baqarah : 256-257)

Katakanlah (Muhammad), "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya kami berserah diri". (Ali Imron : 84)

Sungguh, Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan engkau tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka.

Dan orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engka mengikuti millat (tata cara) mereka. Katakanlah "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang sebenarnya". Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, maka tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah. (al-Baqarah : 119-120).

Memanasnya benturan antara Islam dan Barat saat ini, terutama setelah berakhirnya perang dingin antara Amerika dengan Uni Soviet, tidak lain disebabkan oleh perjalanan sejarah masing-masing peradaban dan yang melatarbelakanginya. Sebagaimana disebutkan Prof. Naquib dalam Islam and Secularism, bahwa peradaban Barat yang kini mengalami puncaknya di Amerika adalah peradaban yang telah tumbuh dari peleburan sejarah, kebudayaan, falsafah, nilai dan aspirasi Yunani dan Romawi kuno yang dicampur dengan ajaran Yahudi dan Kristen yang kemudian dekembangkan lebih lanjut oleh rakyat Latin, Jermia, Keltik dan Nordik. Sementara sejarah telah mencatat kecemburuan-kecemburuan Yahudi terhadap Nabi Muhammad dan pengikutnya sejak di Mekah maupun Madinah, yang akhirnya mereka dapat diusir dari semenanjung Arabia akibat penghianatannya. Sejak awal kebangkitan Islam, Yahudi dan Nashrani telah menaruh kebencian pada Islam.

198

Page 199: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Kenapa mereka menaruh dendam yang mendalam pada Islam dan umatnya sehingga sejak awal kebangkitan Islam mereka merusaha untuk mengakhiri keberadannya?, Bukankah Islam sendiri adalah kelanjutan daripada agama-agama mereka? Apakah yang mendorong mereka untuk bersekongkol dari awal untuk meredam kebangkitan Islam bahkan mengobarkan peperangan demi peperangan sejak zaman Muhammad saw, para shahabat, Salahuddin al-Ayyubi, Muhammad al-Fatih, zaman kolonialisme dan imprialisme sampai saat ini? Kenapa pemerintah Amerika Serikat, terutama dibawah GW. Bush sangat berambisi untuk menyerang dan menguasai dunia Arab, yang dimulai dari penguasaan Afghanistan, Iraq dan selanjutnya berencana menyerang Suriah ataupun Iran yang dianggapnya tidak koperatif? Kenapa pula para cendekiawan Barat tidak jemu-jemunya mengadakan penelitian terhadap Islam dan umatnya, namun kemudian memberikan penilaian yang merugikan Islam, baik sejak zamannya Ignuz Goldziher, Sounck Horgeunge sampai Bernard Lewis dan Samuel P. Huntington dan para orientalis Barat lainnya?.

Jawaban paling tepat atas pertanyaan ini adalah jawaban yang diberikan seorang cendekiawan terkemuka Islam yang sangat memahami latar belakang kebudayaan dan peradaban Barat, Prof. Naquib al-Attas. Beliau menulis:

"Islamlah agama yang mula-mula mendakwahkan peranannya sebagai agama yang bersifat menyeluruh bagi anutan segenap masyarakat insani; agama yang merupakan fitrah atau mengandung bawaan asal sifat insani; yang mula-mula menda'wa bagi membetul dan melengkapkan agama-agama lampau, khususnya agama Yahudi dan Kristian; yang mula-mula menggugat dan melabrak dasar-dasar akidah agama Kristian. Kemudian gugatan serta labrakan batin terhadap agama Kristian itu disusuli segera dengan cabaran zakhir yang merupakan perkobaran Islam, dalam masa sejarah yang sesingkat lebih kurang lima puluh tahun sahaja, laksana api yang merebak menjalar keluar dari tanah Arab ke Mesir; ke Afrika Utara; ke Spanyol; ke Iraq; ke Syiria; ke Farsi; ke India dan China sehingga sampai juga ke Kepulauan Melayu-Indonesia ini!

Dalam masa hampir dua ratus tahun sesudah Hijratu'l-Nabiy saw, maka jajahan dan kawasan Islam itu luasnya lebih jauh besar dari jajahan dan kawasan agama dan imperaturia manapun dalam dunia, dan melingkungi kawasan-kawasan Eropa Barat dan Timur termasuk negeri Turki. Orang-orang Islamlah yang pertama mena'lukkan orang Barat; yang pertama memainkan peranan besar dalam menyanjung tinggi pelita ilmu pengetahuan ke Eropa dan dengan demikian menerangi suasana gelap gulita yang menyelubingi dunia Barat dewasa itu; yang pertama melangsungkan pembicaraan akliah menerusi ilmu kalam dengan para failusuf dan ahli teologi agama Kristian Barat.

199

Page 200: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Pukulan zakhir batin yang mahahebat yang telah dikenakan oleh Islam kepada agama Kristian dan Kebudayaan Barat itu tentulah terasa oleh hati sanubarinya bagai sebatan cemeti yang terlalu amat pedih menggeleparkan, hingga lalu memaksa meragut keluar dari dalam kunhi jiwanya satu laungan mahadahsyat yang ngilunya masih dirasai olehnya kini!Shahdan, maka sesungguhnya tiada hairan bagi kita jikalau agama Kristian Barat dan orang Barat yang menjelmakan Kebudayaan Barat itu, dalam serangbalasnya terhadap agama dan orang Islam, akan senantiasa menganggap Islam sebagai bandingnya, sebagai tandingnya, sebagai taranya dan seterunya yang tunggal dalam usaha mereka untuk mencapai kedaulatan duniawi. Dan kita pun tahu bahawa tiadalah dapat Islam itu bertolak-ansur dalam menghadapi serangan Kebudayaan Barat, justru sehingga Kebudayaan Barat itu tentulah menganggap Islam sebagai seterunya yang mutlak; dan kesejahteraannya hanya akan dapat terjamin dengan kemenangannya dalam pertandingan mati-matian dengan Islam, sebab selagi Islam belum dapat ditewaskan olehnya maka akan terus ada tanding dan seteru yang tiada akan berganjak daripada mencabar dan menggugat kedaulatan serta faham dasar-dasar hidup yang dida'yahkan olehnya itu." (Risalah untuk Kaum Muslimin,KL:ISTAC, 2001, hal 16)

Tidak diragukan bahwa sejak awal kemunculannya Islam telah menjadi ajaran Ilahi yang menggugat sendi-sendi kebatilan yang ada pada agama Yahudi maupun Nashrani, bahkan dengan tegas al-Qur'an menyebutkan konfrontasi Islam dengan kedua agama yang menyimpang tersebut yang dibuktikan dengan sejarah peperangan demi peperangan yang berakhir dengan kekalahan dan ketundukan mereka kepada kaum muslimin. Dendam kesumat kedua agama langit yang telah dirubah oleh pengikut-pengikutnya ini telah menjelma pada peradaban Barat, sehingga kaum muslimin selalu mendapat serangan-serangan hebat dari waktu ke waktu, dari zamannya Usama bin Zaid ra sampai kepada zamannya Usama bin Laden, dan benturan ataupun konfontasi ini adalah bersifat kekal abadi, kecuali salah satunya, Islam yang menyerah kalah kepada Barat, atau sebaliknya, sehingga tercipa tata dunia baru yang berdasarkan Islam atau sekulerisme. Itulah sebabnya tidak mengherankan ketika presiden AS, G.W. Bush langsung menyerukan "perang Salib" untuk memerangi apa yang dia namakan sebagai teroris yang konon didalangi pemimpin-pemimpin Islam seperti Usama bin Laden pasca penyerangan WTC pada 11 September 2001.

Jika dahulu mereka memerangi kaum muslimin dengan semboyan "Gold, Glory and Gospel", maka sekarang mereka menyerang dengan isu "melawan terorisme" sebagaimana yang digambarkan dalam pidato Bush di depan Kongres AS pada 20 September 2001: "Setiap bangsa di semua

200

Page 201: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kawasan kini harus memutuskan: Apakah Anda bersama kami, atau Anda bersama teroris. Sejak hari ini, bangsa manapun yang masih menampung atau mendukung terorisme akan diperlakukan oleh Amerika Serikat sebagai rezim musuh."

Walapun para budak peradaban Barat, baik Yahudi, Nashrani, kaum sekuler Barat dan para sekutunya telah melancarkan serangan-serangan mematikan terhadap Islam dan kaum Muslimin dari berbagai lini dan dimensi kehidupan yang tidak pernah dilakukan terhadap agama dan bangsa lainnya, namun Islam dan kaum muslimin tetap eksis di muka. Kenapa hal ini dapat terjadi? Karena Islam adalah agama kemenangan sebagaimana sebutan al-Qur'an:

Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan segala propaganda mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipunorang-orang kafir membencinya.

Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan al-dien yang benar, untuk memenangkannya di atas segala dien-dien selainnya, meskipun orang-orang musyrik membencinya. (as-Saff : 8-9)

Walaupun Islam dan umatnya diserang sejak dari awal kebangkitannya di Makah, Madinah, Baghdad, Mesir, Cordova sampai Turki oleh kekuatan-keuatan paganis yang beraliansi dengan Yahudi, Kristen bersama kaum sekuler yang mengatasnamakan Kekaisaran Romawi, aliensi Kerajaan-kerajaan Kristen Eropa, kaum Imprialisme Barat sampai negara super power modern seperti Amerika dan sekutunya saat ini, namun Islam dan umatnya tetap eksis, bahkan menjadi musuh yang sangat menakutkan bagi orang Barat dan peradabannya sebagaimana yang dikatakan Huntington dalam The Clash of Civilizations yang kontraversial itu. Walaupun negeri-negeri muslim ditaklukkan oleh Barat, namun kemenangan Islam beralih menuju dataran spritual yang terus mengalir dari satu generasi ke generasi sesudanya sebagaimana yang dialami muslim di Bosnia, Albania dan negara-negara bekas Uni Soviet yang tiba-tiba muncul sebagai negeri Islam.

Dari masa ke masa telah bangkit para pembela Islam yang mengumandangkan kalimat Allah sejak zaman Muhammad saw, dilanjutkan oleh para shohabatnya yang menguasai emperium besar Islam, yang dikembangkan oleh dinasti-dinasti Islam sampai berhasil membangun sebuah peradaban baru yang telah menjadi jembatan peradaban modern yang puncaknya pada abad ke 3-7 Hijriah. Telah tampil dipanggung sejarah pahlawan-pahlawan agung Islam yang membela Islam seperti Muhammad al-Fatih yang membebaskan Konstantinopel, Shalahuddin al-Ayubi yang membebaskan Yerusalem sampai Hasan al-Banna, Omar Mokhtar dan lainnya yang menentang kaum imperialis kafir. Dan di zaman ini telah tampil pemuda-pemuda yang berani menentang dominasi Amerika dan sekutunya dengan caranya yang berani dan militan, diantaranya yang terkemuka adalah Molla Mohammad Omar dari Afghanistan dan Usama bin Laden yang dikatakan sebagai memiliki jaringan perjuangan internasional al-Qaeda.

201

Page 202: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Demikian pula telah tampil para cendekiawan muslim silih berganti yang mempertahankan eksistensi Islam, sejak zaman Imam Malik, Imam Syafie, zaman al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Rusyd, zaman Imam Ghazali sampai Ibn Thaimiyyah, Ibn Qoyyim dan Ibn Wahab. Di era kolonial telah tampil Jamaluddin al-Afghani, Abduh sampai Sayyid Quthb, Abul A'la al-Maududi, Mohammad Iqbal maupun al-Nadwy. Di era modern telah tampil para cendekiawan yang mampu membongkar keburukan peradaban Barat, diantaranya seperti Ali Shari'aty, Muhammad Naquib al-Attas, Ismail Faruqi, Muhammad Quthb, Yusuf al-Qordhawi dan lainnya yang tak terhingga banyaknya.

Apakah setelah para budak peradaban Barat beserta antek-anteknya melancarkan serangan dan peperangan yang bertubi-tubi terhadap Islam dan umatnya, kemudian mereka berhasil? Ternyata fakta mengatakan lain. Sebagaimana yang diungkap dalam data-data dalam bukunya Huntington, The Clash of Civilizations, bahwa persentase umat Islam bertambah terus jumlahnya sejak dari awal kebangkitannya, tidak pernah mengalami penurunan. Jumlah masjid dan lembaga pendidikan Islam, baik di dunia Islam ataupun negara-negara Barat terus bertambah. Dan fakta yang tidak dapat dinafikan bahwa jumlah muslim yang menunaikan ibadah haji terus meningkat drastis yang membuat kewalahan pemerintah Saudi. Dan yang paling terkini, banyak para klas menengah yang mulai tertarik pada Islam, sebagaimana menjamurnya program-program pelatihan SDM yang berbasiskan Islam seperti yang terjadi di Indonesia misalnya.

Fakta yang lebih dramatis, setelah pemerintah Amerika dan sekutunya melancarkan kebijakan perang terhadap terorisme yang ditujukan kepada muslimin yang istiqomah pasca 11 September, justru berbondong-bondong kaum muda, terutama mahasiswa dan cendekiawan muda yang mempelajari Islam dan menjadikan al-Qur'an, sumber utama ajaran Islam sebagai bahan bacaan yang terlaris di Amerika. Demikian pula telah tampil para cendekiawan Barat yang melihat fakta dengan kewarasan akal dan hati nurani mereka yang membela Islam dan kaum muslimin dan membongkar persekongkolan Yahudi-Kristen yang menjalankan kebijakan tidak adil terhadap kaum muslimin, terutama dalam menilai standar ganda kebijakan Amerika. Di antara mereka yang terkemuka seperti Noam Chomsky, seorang Profesor Linguistik pada MIT yang menulis buku terkenal "9-11" ataupun John L. Esposito. Pendapat mereka banyak diiukuti oleh gerakan-gerakan LSM yang umumnya bertentangan dengan kebijakan globalisasi yang dicanangkan neo-lib.

Peristiwa 11 September yang telah menimbulkan ketakutan pada masyarakat Barat terhadap apa yang disebut terosris muslim, telah dijadikan momen oleh gerakan-gerakan konspirasi Yahudi-Krinten (Judeo-Cristian) yang bersembunyi di balik peradaban Barat, baik kekuatan militer, ekonomi, diplomasi dan lainnya, untuk menyerang Islam dan kaum muslimin secara besar-besaran, yang dimulai dengan penaklukan Afghanistan, Iraq dan selanjutnya Suriah, Iran dan lainnya. Karena memang tujuan utama gerakan

202

Page 203: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

konspirasi ini adalah melanjutkan misi nenek moyang mereka untuk melenyapkan Islam dan umatnya yang telah dengan telak berhasil menggugat sendi-sendi kebathilan ajaran mereka. Pertarungan ini adalah pertarungan untuk mempertahankan eksistensi sebuah benturan yang tidak akan pernah berakhir, sampai salah satu dari kedua kekuatan, Islam atau Barat memenangkan pertarungan yang bersifat permanen, menyeluruh dan mengglobal. Dan Islam yang mampu bertahan selama 15 abad dari segala bentuk serangan pasti akan tampil sebagai pemenang atas semua pertarungan dien-dien yang ada, sebagaimana disebutkan Sayyid Quthb dalam bukunya al-Mustaqbal li hadza ad-dien, masa depan untuk agama ini (Islam), menguraikan al-Qur'an:

Sesungguhnya dien yang diridhoi di sisi Allah hanya Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (Ali Imron : 19)

BAB VIKEBANGKITAN GENERASI BARU ISLAM

Dinamika kebangkitan dan pembaruan pemikiran Islam selalu menarik untuk dikaji, baik oleh kalangan cendekiawan Muslim sendiri maupun para

203

Page 204: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

cendekiawan non Muslim seperti para Orientalis Barat misalnya.67 Bagi kalangan Muslim sendiri, ketertarikan ini lebih merupakan sebuah tututan agama untuk mengetahui warisan tradisi generasi terdahulu yang dapat dijadikan tauladan dalam kehidupan modern ataupun lebih jauh sebagai fundamen dalam membangun peradaban baru dunia yang berdasarkan nilai-nilai Islam. Sejak bergemanya kebangkitan kembali Islam beberapa dasawarsa lalu, para cendekiawan muslim sangat antusias untuk mengkaji warisan teradisi generasi terdahulu, terutama produk-produk pemikiran mereka yang telah mengalami persentuhan dengan pemikiran luar Islam dan perkembangannya. Mereka berkeyakinan bahwa untuk bangkit kembali dari keterbelakangan dan kekalahan masa kini mereka harus memahami warisan peradaban generasi Islam terdahulu yang merupakan mata rantai peradaban yang akan menyambung kembali peradaban yang telah lepas dari tangan kaum muslimin. Itulah sebabnya, pengkajian terhadap pemikiran kaum muslimin, perkembangan dan pembaruannya selalu menjadi perhatian besar mereka yang menghendaki kebangkitan kembali Islam dari generasi ke generasi.68

Sejak dikumandangkannya gerakan Pan-Islamisme oleh Jamaluddin al-Afghany, atau lebih awal oleh Muhammad bin Abdul Wahhab atau Ibn Thaimiyyah, para cendekiawan muslim telah merumuskan berbagai bentuk metodelogi pemikiran, yang pada intinya bertujuan untuk membangkitkan kembali peranan kaum muslimin sebagai kaum yang berperadaban dan lebih jauh bercita-cita membangun sebuah peradaban baru yang merupakan perpaduan antara warisan tradisi Islam dengan peradaban modern Barat.69

Adalah sangat menarik untuk mengkaji perkembangan pembaruan pemikiran yang telah dilakukan para cendekiwan muslim, sebagaimana yang telah dilakukan Fazlur Rahman.70 Terlepas dari kontraversi yang digunakan dalam mengistilahkan priode-priode pembaruan pemikiran Islam seperti istilah modernisme ataupun fundamentalisme yang tidak dikenal dalam perbendaharan bahasa masyarakat muslim, namun Rahman telah memberikan pedoman dasar yang bermanfaat untuk mengkaji pembaruan

67 Para orientalis Barat sangat aktif mengadakan penelitian terhadap perkembangan Islam dan kaum Muslimin, baik bertujun ilmiah ataupun memburukkan citranya. Masalah ini lihat misalnya : Edward W. Said, Orientalism, (London : Routledge and Kegan Paul, 1978). Lihat jug karyanya : Covering Islam, (New York : Pantheon, 1981), Culture and Imperialism (New York : Vintage, 1994)

68 Masalah ini lihat misalnya : Dr. Abd. Al-Hamid Abu Sulayman, Azmah al-‘Aql al-Muslim, (Virginia : IIIT, 1991). Lihat juga bukunya Al-Minhajiyah al-Islamiyah wa al-‘Ulumi al-Suluhiyat wa al-Tarbawiyat, (Virginia, IIIT, 1991).

69 Masalah ini lihat misalnya : Dr. Mukhsin Abdul Hamid, Jamal al-Din al-Afghani, al-Musalih al-Muftara alayh.(Mesir: tt). Ahmad Amin, Zuama al-Ishlah fi al-Asr al-Hadits, (Kaherah : Muassasah al-Khanji : tt). Abbas Mahmud al-Aqqad, Muhammad Abduh, (Kaherah : Maktabah Misr :tt). Abd. Halim al-Jundi, al-Imam Muhammad Abduh (al-Kaherah : Dar al-Maarif, tt). Dr. Muhammad al-Bahiy, Al-Fikr al-Islamy al-Hadits wa Silatuhu bi’l Isti’mary al-Gharby, cet.8. (Kaherah : Maktabah Wahb, 1975). Dr. Syaukat Ali, Master of Muslim Thought. Vol.I. (Lahore : Aziz Publ., 1983). Mohd. Kamil Hj. Abd. Majid, Tokoh-tokoh Pemikir Islam. Jilid I. (Kuala Lumpur : ABIM, 1993).

70 Fazlur Rahman, Islam and Modernity, An Intellectual Transformation. (Minneapolis : Bibliotheca Islamica, 1979.

204

Page 205: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

pemikiran Islam serta metodeloginya, terutama oleh para generasi mendatang yang lebih terdidik dan kritis.

Mengkaji pembaruan pemikiran Islam di Indonesia adalah sangat penting. Disamping jumlah penduduk Muslim di Indonesia adalah yang terbesar diantara dunia Islam, sejarah pembaruan pemikiran Islam sangat dinamis yang dipelopori oleh para ulama dan cendekiawan yang mendapat pendidikan Islam tradisional maupun Barat sekuler.71 Bahkan, menurut Malik ben Nabi, Fazlur Rahman yang diperkuat Alvin Toffler, kebangkitan pemikiran Islam boleh jadi akan dimulai dari Indonesia dan sekitarnya dengan beberapa alasan rasional.72 Selama ini, para cendekiawan muslim di Indonesia dan generasi mudanya sangat aktif merespon segala perkembangan pembaruan pemikiran yang menjadikan mereka sebagai pelaku-pelaku utama mata rantai pembaruan pemikiran dunia Islam. Namun karena lemahnya publikasi, terutama dalam bahasa Arab dan Inggris, mengakibatkan kurang tersebarnya pemikiran brilyan mereka ke dunia internasional. Inilah yang menyebabkan tokoh-tokoh besar pembaru Islam seperti HOS. Cokroaminoto, Ahmad Dahlan, Ahmad Surkaty, A.Hassan, HAKA, Hasyim Asy’ary, M. Natsir dan lainnya kurang dikenal dunia, seperti terkenalnya Abduh, Iqbal atau generasi sesudahnya seperti Hasan al-Banna, Sayyid Qutb, Maududi, Nadwy, Syari’aty dan lainnya. Demikian pula halnya dengan generasi pembaru sesudahnya kurang mendapat perhatian dunia, kecuali beberapa diantaranya seperti Nurcholish ataupun Abdurrahman Wahid yang dijuluki sebagai pelopor neo-Modernisme Islam di Indonesia.

Mengkaji pembaruan pemikiran terkini di Indonesia adalah merupakan tuntutan yang mesti dilakukan dengan beberapa pertimbangan utama seperti dinyatakan di atas. Selain berkembang pesatnya aliran pemikiran neo-Modernisme Islam yang telah dikaji oleh Greg Barton,73 mengikuti periodeisasi Fazlur Rahman, telah berkembang pula aliran pemikiran terkini 71 Diantara kajian-kajian utama tentang pembaharuan pemikiran di Indonesia, misalnya : Harry J. Benda,

The Crescent and the Rising Sun : The Indonesian Islam under the Japanese Occupation 1942-1945. W.van Hoeve Ltd. (The Haque dan Bandung : 1958). Deliar Noer, The Rise and Development of the Modernist : Muslim Movement in Indonesia : During the Dutch Colonial Period, 1990-1942. (Kuala Lumpur : Oxford Univ. Press, 1978). James Peacock, Muslim Puritans, Reformist Psychology in Southeast Asian Islam, (Berkeley : Univ. California Press, 1978). Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises Over the Banyan Tree, (Yogyakarta : UGM Press, 1983). Ken Ward, The Foundation of the Partai Muslimin Indonesia, (Ithaca : Cornell Modern Ind. Project, 1970). B.J. Boland, The Stuggle of Islam in Modern Indonesia, (The Haque : Martinus Nijhoff, 1971). Taufik Abdullah, School And Politics : The Kaum Muda Movement in West Sumatera 1921-1927. Ph.D. Thesis, Cornell Univ, 1971. Alfian, Islamic Modernism, In Indonesian Politics : The Muhammadiyah Movements During The Dutch Colonial Period 1912-1942. Ph.D. Thesis Univ. of Wisconsin, 1968. Howard M. Federspiel, The Persatuan Islam : Islamic Reform In Twentieth Century Indonesia, Ph.D, Thesis, Mc.Gill University, 1966. Mohd. Kamal Hassan, Muslim Intelectual Responses to “New Order” Modrnisation in Indonesia, (Kuala Lumpur : DBP, 1982). Greg Barton, The Emergence of Neo-Modernism : A Progressive, Liberal Movement of Islamic Thought in Indonesia. Terj. (Jakarta : Paramadina, 1999). Yusril Ihza Mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam, (Jakarta : Paramadina, 1999). Alwi Shihab, The Muhammadiyah Movement and Its Contraversy with Cristian Mission in Indonesia. Membendung Arus : Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, (Bandung : Mizan, 1998)

72 Lihat : Hilmy Bakar Almascaty, Ummah Melayu Kuasa Baru Dunia Abad 21, (Kuala Lumpur : Berita Publishing, 1993)

73 Greg Barton, The Emergence of Neo-Modernism.., op.cit.

205

Page 206: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

sebagai respon terhadap pembaruan-pembaruan pemikiran terdahulu yang diistilahkannya sebagai neo-Fundamentalisme Islam yang lakhir dari akar pemikiran fundamentalisme Islam terdahulu.74 Uniknya, neo-Fundamentalisme Islam berkembang pesat dan mulai tampil secara terbuka setelah tumbangnya Soeharto dan melakhirkan gerakan reformasi dengan berdirinya ormas ataupun orpol yang berazaskan Islam yang sebelumnya dikenal berafiliasi dengan gerakan fundamentalis Islam dari dalam dan luar negeri. Sebagai konsekwensi logis keterbukaan dan demokratisasi yang digulirkan pemerintahan Habibie, akhirnya gerakan reformasi sendiri telah memberikan peluang bangkitnya idiologi kiri radikal yang berakar pada gerakan Marxisme, Sosialisme dan Komonisme ataupun gerakan-gerakan radikal revolusioner lainnya yang kini mendapat sambutan luas dikalangan generasi muda yang mayoritasnya muslim. Ini juga menjadi salah satu penyebab tampilnya gerakan neo-Fundamentalisme Islam yang terkenal radikal dan militan dalam sejarah gerakannya sebagai kekuatan penyeimbang. Karena sejarah pergerakan kaum kiri, termasuk di Indonesia, disamping anti Tuhan dan anti agama, penuh dengan kebohongan, kekejian dan pertumpahan darah, yang mengorbankan kaum muslimin. Maka hanya gerakan sejenis yang mampu membendung gerakannya, gerakan neo-fundamentalisme Islam.75

Neo-Fundamentalisme Islam Dan Pembaruan Pemikiran di Dunia Islam

Fazlur Rahman76 membagi pembaruan pemikiran di dunia Islam menjadi beberapa fase, diawali dengan fase revivalisme pramodernis, fase modernisme klasik, fase noe revivalisme dan neo-Modernisme. Gerakan revivalisme pramodernis berakar pada seruan pembaruan yang dianjurkan Muhammad bin Abdul Wahhab yang muncul pada abad 18 dan 19 yang menyerukan agar kembali kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Gerakan modernisme klasik adalah kelanjutan dari gerakan terdahulu yang lebih memfokuskan pada pengembangan konsep ijtihad dan keinginan untuk mengadopsi peradaban Barat. Diantara tokohnya adalah Jamaluddin al-Afghoni dan Muhammad Abduh. Dan selanjutnya gerakan ini melakhirkan para modernis yang berinterksi dengan peradaban Barat. Gerakan neo revivalisme yang mengoreksi pemikiran sebelumnya dengan lebih menekankan pemikirannya pada konsep ketotalan ajaran Islam sebagai sistem hidup dan berkeinginan keras mengaplikasikan Islam dalam sistem kenegaraan dan kemasyarakatan. Gerakan ini muncul pada pertengahan

74 Fazlur Rahman, “Roots of Islamic Neo-Fundamentalism”, dalam Philip H. Stoddard, et,al.,eds., Change and the Muslim World, (Syracuse, NY.: Syracuse Univ. Press, 1981).

75 Al Chaidar, Reformasi Prematur, Jawaban Islam Terhadap Reformasi Total,(Jakarta : Darul Falah, 1999). Lihat juga bukunya yang lain, Pemilu 1999, Pertarungan Ideologis Partai-partai Islam Versus Partai-partai Sekuler, (Jakarta : Darul Falah, 1999)

76 Fazlur Rahman, “Islam : Challenges and Opportunities” dalam Alford T. Welch dan Pierre Cachia (ed)., Islam : Past Influence and Present Challenge, (Edinburgh : Edinburgh Univ. Press, 1979), halaman 315-330.

206

Page 207: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

abad 20, diantara tokohnya adalah Iqbal, Maududi, Hasan al-Banna, Sayyid Qutb dan lainnya. Biasanya kelompok ini dikenal pula dengan istilah fundamentalis Islam.

Gerakan Neo-Modernisme diidentikkan dengan gerakan pembaruan pemikiran yang dilakukan oleh mereka yang memiliki pemahaman terhadap sumber-sumber klasik Islam namun mampu berinteraksi dengan kemodernan dan mengembangkan model pemikiran Islam yang memiliki ciri khasnya. Di Indonesia, menurut Greg Barton dalam The Emergence of Neo-Modernism : A Progressive, Liberal Movement of Islamic Thought in Indonesia, telah lakhir kelompok neo-Modernis ini diwakili oleh figur seperti Nurcholis Madjid, Abdurrahman Wahid, Djohan Effendi dan Ahmad Wahib. Mereka adalah kelompok tradisionalis yang telah mengalami proses pembaruan pemikiran dan dapat memanfaatkan perbendaharaan peradaban Barat modern, sementara memiliki akar tradisi yang kuat, termasuk penguasaannya yang luas terhadap sumber-sumber peradaban Islam klasik yang tidak dimiliki oleh kaum modernis.77

Sementara Neo-Fundamentalisme Islam yang berkembang di dunia Islam saat ini menurut Fazlur Rahman dalam Roots of Islamic Neo-Fundamentalism78 lakhir atas respon dari ketidakpuasaan sebagian generasi Islam, khususnya mereka yang telah mengecap “pendidikan modern” Barat terhadap kegagalan kaum modernis. Menurut Rahman, kegagalan terbesar kaum modernis adalah ketidakmampuan mereka dalam mengembangkan metodologi pemikiran untuk merespon perkembangan zaman sesuai dengan ajaran Islam. Bahkan lebih jauh terkesan sangat longgar dalam melaksanakan dan menerapkan ajaran Islam dan lebih meniru pemikiran dan gaya hidup Barat yang sekuleristis dan liberal sehingga terkesan sebagai agen penjajah dalam membaratkan kaum Muslimin dengan program modernisasi mereka yang dituduh identik dengan westernisasi. Modernisasi dan program sejenisnya yang dikembangkan telah melakhirkan kebingungan dan kerancuan pada generasi Islam, yang akhirnya menimbulkan kegelisan, ketidakpsatian, keputusasaan dan lebih jauh dapat menghantarkan menuju kefasikan, kemunafikan dan bahkan kekufuran. Akhirnya segala produk modernisme Islam, baik dalam bidang pemikiran, pendidikan, politik, ekonomi dan lainnya ternyata tidak mampu, atau lebih tepat telah gagal mengantarkan kaum Muslimin menuju kebangkitan kembali sebagaimana yang di cita-citakan.79

Sejauh ini, para penggagas Neo-Modernisme Islam sendiri belum mampu menunjukkan jalan yang terang dalam mengantisipasi perubahan dunia modern yang semakin menggila, terutama dalam membangun

77 Greg Barton, The Emergence of Neo-Modernism, op.cit.78 Fazlur Rahman, “Roots of Islamic Neo-Fundamentalism”. Dalam Philip H. Stoddard. (ed). Change

and the Muslim World, (Syracuse, NY : Syracuse Univ. Press, 1981), halaman 27-28. Lihat juga tulisannya : “Islam : Legacy and Contemporary Challenge,”. Dalam Cyriac K. Pullapilly, Islam in the Contemporary World. (Indiana : Cross Road Books, 1980), halaman 412.

79 Fazlur Rahman, ibid

207

Page 208: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

metodelogi pemikiran yang nyata untuk mengangkat keterbelakangan kaum Muslimin dalam segala bidang. Realitasnya mereka masih berputar-putar dari teori ke teori dan belum membakukan pemikirannya sebagai sebuah metodelogi yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya dan terbukti dapat bermanfaat bagi kebangkitan Islam dan umatnya dengan membangun masyarakat madani dengan peradabannya yang berdasarkan Islam. Fazlur Rahman80 sendiri, sebagai penggagas Neo-Modernisme Islam hanya memberikan ciri khas gerakan ini dan belum sempat menuntaskan dasar-dasar teori pemikiran yang akan dikembangkannya.81 Apalagi akan menerapkannya sebagai eksperimen dalam sebuah lembaga pendidikan dan kader cendikiawan sebagaimana yang dilakukan Faruqi82 atau Naquib al-Attas83 misalnya. Bahkan beliau lebih terkesan sebagai seorang kritikus ulung yang senantiasa mengkritik metodelogi pemikiran rekan-rekannya, baik Maududi yang fundamentalis ataupun Faruqi yang mengambil konsep Islamisasi Pengetahuan. Walaupun kelompok Neo-Modernis mengklaim diri menguasai warisan tradisi Islam dan pemikiran modern yang akan diintegralkan sehingga mampu melakhirkan produk pemikiran Islam terkini yang mampu memberikan solusi dan merespon perkembangan dunia modern, namun tetap masih disangsikan, apakah pemikiran-pemikiran abad pertengahan yang penuh dengan dinamika pelaku sejarah dan yang terpenting sebagai produk pemikiran manusia yang terbatas, akan mampu menjadi fondasi pemikiran masa depan. Dengan kata lainnya, apakah produk pemikiran yang mengawinkan pemikiran tradisional Islam abad pertengahan dengan pemikiran Barat modern ini akan mampu melakhirkan bentuk pemikiran yang ideal atau justru akan menambah kerancuan demi kerancuan generasi Islam yang sudah rancu.84 Belum lagi jika dilihat pribadi-pribadi yang mengklaim diri sebagai tokoh-tokoh Neo-Modernisme Islam yang selalu membingungkan dengan pemikiran-pemikiran yang kontraversi ataupun

80 Lihat misalnya karya beliau : Islam and Modernity..dan Major Themes of the Qur’an (Chicago : Bibliotheca Islamica, 1980).

81 Lihat, Ahmad Syafii Maarif, Membumikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, cet.3. 1995). Halaman 4,44-45-64.

82 Ismail R. Faruqi adalah cendikiawan muslim yang mempelopori konsep Islamization of Knowledge dan mendirikan sebuah lembaga pemikiran yang sangat berpengaruh, International Institute of Islamic Thought (IIIT) yang telah menerbitkan berbagai literatur pengetahuan yang berdasarkan Islam. Diantara karya monumentalnya adalah Islamization of Knowledge : General Principles and Workplan. yang menjadi acuan dalam mengislamisasikan pengetahuan non Islami. Pemikirannya diterapkan dalam beberapa universitas Islam, termasuk di dunia Arab, Pakistan dan Malaysia.

83 Syed Muhammad Naquib al-Attas, adalah penyandang Ghazaly Chair di Malaysia, yang merupakan cendikiawan muslim terkemuka, memiliki lembaga kajian International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) yang berpusat di Malaysia yang menjadi laboratorium pengembangan pemikiran Islam dan lembaga kederisasri cendikiawan muda. Dengan pendekatannya yang konperhensif, SMN telah meletakkan metodologi yang unik dalam pengembangan pemikiran Islam. Diantara karya monumental beliau adalah :Plolegomena To The Metaphysics of Islam.

84 Tentang keraguan-raguan ini dapat dilihat dari pemikiran beberapa tokoh besar cendikiawan muslim seperti Iqbal, Sayyid Qutb, Ali Syari’aty dan Mohammad Arkoun yang memperdebatkannya. Lihat :Robert D. Lee, Overcoming Tradition and Modernity : the Search for Islamic Authenticity, ( NY : Westview Press, 1997). Robert N.Bellah, “Islamic Tradition and Problem of Modernization”, dalam Robert N. Bellah, Beyond Belief (New York : Harper and Row, 1976).

208

Page 209: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

tidak memiliki konsistensi akibat terlalu kompromis dan terlalu liberalnya mereka dalam melaksanakan dan memahami Islam. Kontraversi Nurcholish sebagai seorang cendekiawan85 dan Abdurrrahman Wahid sebagai seorang politisi adalah contoh terdekat di Indonesia.86

Kerancuan demi kerancuan dan ketidakpastian yang menambah krisis dan dilemma pada generasi Islam yang hidup dalam dunia yang sekuler, materialis dan individualistik telah mendorong mereka untuk mencari jalan pintas penyelamatan diri kepada tradisi spiritualitas Islam yang dicontohkan Nabi dan para Shohabat. Mereka berkeyakinan hanya dengan kembali mengamalkan dan menerapkan al-Qur’an dan al-Sunnah serta manhaj Nabawi dalam kehidupan nyata sajalah mereka dapat terlepas dari krisis dan dilemma yang berkepanjangan ini.87 Realitasnya pengamalan-pengamalan ajaran pokok Islam yang ketat ditambah dengan amalan-amalan sunnah seperti solat malam, puasa sunat ataupun tadarrus Qur’an serta zikir telah menghasilkan pengalaman-pengalaman spitual tersendiri dan sekaligus menjadi kekuatan dalam menghadapi kehidupan modern yang penuh tantangan.88 Pada akhirnya pengalaman-pengalaman spiritual ini telah menumbuhkan semangat tegar dalam melaksanakan ajaran agama, namun pada saat yang sama mereka tetap dapat mengadakan interaksi dengan peradaban modern dan produknya. Bahkan ketegaran dalam melaksanakan Islam dapat menjadi semacam filter dalam mengambil perbendaharaan dunia modern, karena al-Qur’an mengajarkan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah akan diberikan garis pembeda (furqoon) dalam kehidupannya, yang oleh sebagian orang dikenal sebagai al-firasat al-mukmin (insting Ilahi). Mereka yang memiliki bentuk pemikiran seperti ini, biasanya secara akademik dijuluki sebagai kelompok fundamentalis Islam89 dan dalam bentuknya yang lebih mapan dan matang dijuluki sebagai Neo-Fundamentalisme Islam.

85 Tentang kontraversi Nurcholish, lihat misalnya, HM. Rasjidi, Koreksi terhadap Drs. Nurcholish Madjid tentang Sekulerisasi, (Jakarta : Bulan Bintang, 1972).

86 Tentang kontraversi Gus Dur sebagai President RI yang mendapat tanggapan dari DPR/MPR RI dengan beberapa kebijakannya yang membingungkan, bahkan membahayakan persatuan NKRI.

87 Lihat misalnya : Muhammad Qutb, Jahiliyah al-Qorn al-Ishrien, (Qakhirah : Maktabah Wahbah, 1964). Islam and The Crisis of Modern World, (Leicester : The Islamic Foundation, 1979). Al-Insan bayna al-Maddiyah wa al-Islam, (Misr : Isa al-Bab al-Halibi, tt). Sayyid Qutb, Maalim fi al-Thariq,dan Basic Principles of Islamic World View, (Berkeley : IRIS, 1993). Sayyed Hossein Nashr, Islam and The Plight Modern Man, (London : Longman, 1975). Lihat juga The Encounter of Man and Nature, The Spiritual Crisis of Modern Man, (London : Longman, 1968)

88 Di dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan masalah ini, dianataranya ayat yang menyatakan : Dan orang-orang yang beriman akan tentram hatinya jika mengingat Allah, dan hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram.

89 Lihat : antara lain, Rifyal Ka’bah, Islam dan Fundamentalisme, (Jakarta : Panji Masyarakat, 1981). Riffat Hasan, “The Burgeoning of Islamic Fundamentalism” dalam Norman Cohen (ed). The Fundamentalist Phenomenon, (Michigan : Erdman Publisher, 1990). Yusril Ihza, “Fundamentalisme Sebagai Ekspresi Sikap Keberagamaan”, Makalah diskusi Yayasan Wakaf Paramadina, Jakarta, Juni 1992. Hrair Dekmejian, Islam in Revolution : Fundamentalism in the Arab.(Syracus : Syracus Univ. Press, 1985. Jalaluddin Rakhmat, Fundamentalisme Islam : Mitos dan Realitas”, Prisma Ekstra, Jakarta, Maret 1984, halaman 78-88.

209

Page 210: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Pengertian dan Ciri Khas Neo-Fundamentalisme IslamSebagaimana istilah-istilah lainnya, seperti fundamentalisme ataupun

modernisme misalnya, istilah neo-fundamentalisme sendiri tidak dikenal dalam perbendaharaan bahasa masyarakat Islam. Istilah-istilah seperti ini dimunculkan oleh kalangan akademisi Barat dalam kontek sejarah keagamaan dalam masyarakat mereka. Kemudian istilah-istilah ini dipergunakan oleh sarjana-sarjana Orientalis dan pakar ilmu sosial dan kemanusian Barat untuk membedakan kecendrungan-kecendrungan pemikiran yang hampir sama dengan apa yang dijumpai dalam agama Kristen di dalam masyarakat yang memeluk agama lain. Hal serupa mereka terapkan pada kaum Muslimin, sehingga lakhirlah istilah fundamentalisme Islam, modernisme Islam, Neo-Modernisme Islam atau Neo-Fundamentalisme Islam.90

Istilah-istilah seperti ini memang sering menimbulkan polemik bahkan kontraversi yang berkepanjangan di dunia Islam. Dan kadangkala istilah tersebut acapkali digunakan secara tidak seimbang, jauh dari sikap netral dan penuh dengan kecurigaan. Biasanya hal ini terjadi pada penggagas ataupun pendukung aliran-aliran pemikiran ini, dimana mereka dengan penuh kecurigaan ataupun kebencian saling menvonis dengan perkataan yang diluar batas-batas ukhuwah Islamiyah dan adab perbedaan pendapat yang diajarkan Islam.91 Sebagai penggerak pembaruan pemikiran yang mengatasnamakan Islam, tidak sewajarnya mereka saling menuduh dengan istilah-istilah yang tidak dikenal dalam akhlak Islamiyah dan perilaku agung Rasulullah. Terkadang mereka lebih mengedepankan paradigma pemikiran Barat yang netral dan sekuler dalam mengemukakan wacana intelektual dengan saudara seimannya yang sama-sama menghendaki kebangkitan dan kejayaan Islam, namun berbeda dalam manhaj. Dengan istilah-istilah kontraversial dan lakhir di luar koridor Islam ini, musuh-musuh Islam telah berhasil memecah belah para cendekiawan muslim yang tidak lain akan menambah keterbelakangan mereka.

Istilah Neo-Fundamentalisme Islam sendiri yang diberikan kepada kelompok kaum muslimin yang berpegang teguh kepada tradisi Rasulullah dan Salaf al-Shalih dengan penafsiran apa adanya ini, mungkin akan menolak istilah yang diberikan kepada mereka, sebagimana penolakan generasi Islam yang dijuluki fundamentalis Islam terdahulu. Mereka lebih selamat jika menamakan dirinya sebagai al-salafiyah, Islam Kaffah, atau Islami saja.92

Namun sebagai istilah “akademik” yang sudah baku dalam pengkajian pembaharuan pemikiran Islam, penulis, tetap dengan penuh kehati-hatian, akan menggunakan istilah Neo-Fundamentalisme Islam sebagai sebuah

90 Yusril Ihza, Modernisme dan Fundamentalism, op.cit. halaman 5-6.91 Tentang abad berbeda pendapat dalam Islam lihat, Taha Jabir al-‘Awani, Adab al-Ikhtilaf fi al-Islam, (Virginia : IIIT, 1987) 92 Dr. Muhammad Imarah, Al-Ushuliyah Baina al-Gharbi wa al-Islam, (Kairo : Dar al-Syuruq, 1998)

210

Page 211: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

wacana pembaruan pemikiran yang sulit dicari persamaan istilahnya dalam bahasa Indonesia. Penggunaan istilah ini bukan dimaksudkan sebagai upaya legalisasi hakikat sebuah pemikiran yang dilontarkan dari luar Islam, namun untuk lebih mempermudah pembahasan sesuai dengan jalan pikir para pengkritik aliran pemikiran ini.

Dari beberapa literatur, baik dari kalangan mereka ataupun lainnya, dapat dikenali beberapa ciri khas dari gerakan Neo-Fundamentalisme Islam ini yang pada intinya masih mempertahankan pemikiran fundamentalisme Islam terdahulu.93 Diantaranya adalah mereka memiliki keterikatan emosional yang sangat kuat pada Islam dan sangat menginginkan Islam diperkuat untuk menghadapi Barat. Mereka menghendaki penerapan Islam Kaffah (totalitas) dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang berarti ditegakkannya syari’at dan hukum Islam dalam sebuah negara Islam (dar al-Islam) yang berdasarkan pada al-Qur’an dan al-Sunnah yang pada akhirnya akan membentuk sebuah Khilafah Islamiyah. Dalam praktek keseharian, mereka sangat ketat dalam menjalankan ajaran Islam, baik yang wajib ataupun sunnah, penekanan pada pembinaan pribadi dan keluarga Muslim (usroh) yang merupakan inti dari sebuah jama’ah Islamiyah sebagai wadah perjuangan menegakkan Islam dengan struktur kepemimpinan (Imamah) sebagaimana yang diajarkan Rasul saw dengan metode yang dikenal sebagai manhaj Nabawi. Sikap mereka non kompromis dengan kejahiliyahan, baik dari Barat atau Timur, namun bukan berarti menolak segala bentuk yang berbau Barat atau kemodernan, karena mereka berkeyakinan bahwa ada produk peradaban modern yang bermanfaat untuk kemajuan Islam, namun diperlukan metode khusus dalam penerapannya yang akan dilakukan jika sudah tegak sekumpulan masyarakat yang terbina atas dasar aqidah Islam, seperti penerapan pengetahuan yang bermanfaat ataupun teknologi. Dalam perjuangan mereka biasanya sangat revolusioner, radikal dan militan dalam artian yang positif, karena mencontoh perjuangan Rasulullah yang telah berjihad menegakkan kekuasaan Islam dengan perjuangan bersenjata sehingga hanya Islam yang berkuasa dan tidak didekte oleh kekuatan manapun. Dengan sistem pembinaan (tarbiyah) yang teratur dan tersistematik secara berjama’ah, mereka telah melakhirkan

93 Lihat misalnya karya-karya agung para penggagasnya, seperti karya Hasan al-Banna, Majmu’ al-Rasail, Tafsir al-Fatihah, Ushul al-Ishrien, Sayyid Qutb dalam Fi Dzilal al-Qur’an, Maalim fi al-Thariq, al-Islam wa Mushkilat al-Hadarat, al-Mustaqbal li haza al-Dienm , Muhammad Qutb dalam Jahiliya Qorn al-Ishrien, al-Subhat haula al-Islam, al-Thaqofah Islamiyah, Manhaj al-Tarbiyah al-Islamiyat, Hal Nahnu Muslimun ?, al-Shahwah Islamiyah, Abul A’la al-Maududi dalam Khilafat wa al-Mulk,, al-Islam wa al-Jahiliyah, al-Hukumat al-Islamiyah, al-Islam al-yaum, Jihad in Islam, The Islamic Law and Constitution, Nizam al-Hayat fi al-Islam, Capitalism, Socialism and Islam, Abul Hasan al-Nadwy dalam Mazha Khasiro al-Alam bi inhithot al-Muslimun, Mustafa Mashur dalam Dakwah Fardhiah, Said Hawwa dalam al-Islam, Allah, al-Rasul, Jundullah Tsaqofat wa Akhlaq, Asas fi Tafsir, Yusuf Qardhawy dalam al-Hall al-Islam, al-Iman wa al-Hayat, Al-Khoshooish al-Ammah li al-Islam, Aina al-Khalal, Al-Sahwah Islamiyah Baina al-Juhul wa Tatharruf, Malamih al-Mujtama’ al-Muslim Alladzi Nashhaduhu, Hady al-Islam Fatawi Muashirah, Maryam Jameelah dalam Islam and Modern Man, Islam in Theory and Practice, Islam and Modernism, Ayatullah Qomaeny, dan lainya yang tersebar dalam ratusan buah buku yang kaya dengan dimensi pemikirannya masing-masing. Disamping itu lihat pula karya para peneliti lainnya, seperti Fazlur Rahman, Roger Geraudy, dan lainnya.

211

Page 212: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

pribadi-pribadi yang tegar dan pantang menyerah dalam perjuangan, bahkan mereka sanggup dipenjara ataupun dibunuh dalam mempertahankan prisnsip perjuangannya. Mereka memiliki karakteristik yang sungguh sangat mengesankan : heroik, kesungguhan, keikhlasan, kesedian berkorban, dedikasi, dan sifat-sifat lain dari yang umumnya terdapat pada gerakan militan dan revolusioner dari ideologi manapun juga.

Jika ditelusuri akar pemikiran Neo-Fundamentalisme ini, tidak lain bersumber dari pemikiran neo-Revivalisme atau fundamentalisme yang telah dikembangakan oleh generasi terdahulu seperti Hasan al-Banna, Sayyid Qutb, Abul A’la al-Maududi dan lainnya.94 Berbeda dengan pendahulunya yang non kompromis serta apatis terhadap Barat dan segala sesuatu yang berbau Barat, kelompok Neo-Fundamentalis dapat menerima dengan kritis dan penuh kehati-hatian serta menyaringnya menurut kaedah-kaedah ajaran Islam. Bila terjadi pertentangan dengan ajaran Islam, mereka akan lebih mengambil jalan selamat dengan mengutamakan sumber-sumber utama ajaran Islam berupa al-Qur’an dan al-Sunnah. Demikian pula mereka telah mengembangkan metodelogi pemikiran yang khas dalam merespon perkembangan dunia modern dengan segala produknya sebagai pengembangan manhaj nabawi/manhaj Qur’any yang dikemukakan pendahulunya. Karena sebagiannya lakhir dari sistem pendidikan modern Barat, mereka memilih wacana intelektual dalam membangun peradaban Islam namun tetap menerima gerakan-gerakan radikal-revolusioner sebagai sebuah alternatif perjuangan sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah dan para shohabat dan salaf al-shalih. Mereka mendirikan partai untuk merespon demokratisasi dan liberalisasi, namun pada saat yang sama mereka memiliki jama’ah Islamiyah dengan struktur dan kepemimpinan yang berbeda dengan partai. Dengan kata lainnya Neo-Fundentalisme Islam lakhir dari kematangan dan kemapanan pemikiran fundamentalisme Islam terdahulu yang telah mengalami pembaruan demi pembaruan dengan segala dinamika yang dialaminya.

Salah seorang tokoh Neo-Modernisme Islam Indonesia, Nurcholish Madjid dalam Cita-cita Politik Islam Era Reformasi menyatakan: “Jelas sekali bahwa “Neo-fundamentalisme” bukanlah masa depan Islam dimanapun, termasuk di Indonesia. Disebabkan oleh tendensi mereka untuk memberi penghargaan yang wajar pada warisan intelektual klasik, kaum “neo-fundamentalis” akan semakin mengalami pemiskinan intelektual. Alternatif-alternatif mereka sangat terbatas, dan konsep-konsep mereka yang secara intelektual miskin itu tak bakal mampu menopang tuntutan-tuntutan zaman yang semakin meningkat”.95

Tesis yang dikemukakan Nurcholish terlalu terburu-buru akibat sikap phobianya terhadap beberapa gerakan kelompok fundamentalis Islam terdahulu yang belum mengalami pematangan konsepsi dan pemikiran, baik 94

? Fazlur Rahman, “Roots of Islamic Neo-Fundamentalism”, ibid95 Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi,(Jakarta : Paramadina, 1999), halaman 37

212

Page 213: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

di Mesir, Pakistan ataupun Indonesia. Nurcholish sendiri rancu ketika memberikan difinisi fundamentalisme Islam dengan Neo-Fundamentalisme Islam yang ingin dikritiknya, apakah menurutnya fundamentalisme sama artinya dengan Neo-Fundamentalisme ? Kadangkala ia menuduh kelemahan ataupun penyimpangan Neo-Fundamentalis dengan dasar argumen kelemahan atau penyimpangan yang dilakukan kelompok fundamentalis terdahulu. Adalah sama tidak adilnya menimpakan kegagalan kelompok modernis kepada kelompok Neo-Modernis yang sedang mengembangkan dan ingin membuktikan keunggulan pemikirannya saat ini.

Memberikan penghargaan yang wajar kepada warisan intelektual klasik terutama sumber ajaran Islam-al-Qur’an dan al-Sunnah serta perilaku shababat dan salaf al-shalih tidak akan memiskinkan intelektualitas seseorang sebagaimana dituduhkannya, tapi sebaliknya, persentuhan dengan nilai-nilai Ilahiyah yang terkandung dalam al-Qur’an akan menjadikan seseorang sebagai manusia unggul yang paripurna, baik dalam spiritualitas ataupun intelektualitas. Karena semangat Ilahiyah al-Qur’an dengan segala kemukjizatannya, yang mengandung perbendaharaan pengetahuan Ilahiyah akan mendorong dan merangsang para pembaca dan pengamalnya untuk mencapai titik kesempurnaan, baik dalam spiritualitas dan intelektualitas. Dengan rangkaian ayat-ayat yang tersusun indah dan dengan gaya pendekatan yang khas, para pengamal al-Qur’an pasti akan menemukan dirinya dalam keunggulan. Bila intelektualitas diartikan sebagai penemuan ide-ide baru yang jenius, cemerlang, segar dan bermanfaat, maka tidak diragukan lagi bahwa di al-Qur’anlah tempatnya, karena kitab ini diturunkan kepada seluruh manusia untuk menyelesaikan permasalahan umat manusia sepanjang zaman. Dan tidak diragukan lagi bahwa al-Qur’an akan membimbing pengikutnya mencapai kekayaan khazanah intelektualitas yang akan bermanfaat untuk seluruh alam. Namun jika intelektualitas hanya diartikan sebatas menghafal teks-teks, tori-teori atau produk pemikiran manusiawi lainnya dan mengadonnya menjadi bentuk pemikiran baru, maka bukan di al-Qur’an tempatnya apalagi produk pemikiran tersebut membingungkan para pengikutnya.96

Al-Qur’an suci diperuntukkan bagi mereka yang mencari petunjuk kehidupan dalam menggapai kesempurnaan hidup, baik di dunia dan di akhirat. Sepanjang pembicaraannya, dengan berbagai bentuk pendekatannya, al-Qur’an bertujuan untuk membimbing manusia menuju keunggulan dan kesempurnaan, dengan syarat al-Qur’an dilaksanakan dalam kehidupan nyata, dan bukan hanya menjadi teori-teori beku yang didiskusikan saja. Dengan kata lainnya, al-Qur’an mempunyai misi untuk mencetak manusia-manusia unggul seperti Rasulullah dan Para Shahabat yang tidak hanya mampu menghadapi tantangan zaman tapi mampu memimpin dan mengarahkan zaman dengan segala perbendaharaan materinya kapan dan dimanapun, karena al-Qur’an diturunkan untuk

96 Lebih jauh lihat : Sayyid Qutb, Maalim fi al-Thariq dan Fi al-Tarikh… Fikrah wa Manhaj

213

Page 214: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

manusia sepanjang zaman. Dengan demikian al-Qur’an dengan segala kemukjizatan Ilahiyah yang terkandung didalamnya senantiasa akan memperkaya khazanah intelektualitas sekaligus semangat spiritualisme pengikutnya sehingga mereka menjadi manusia-manusia unggul dalam arti sebenarnya.97

Kesalahan terbesar kaum modernis ataupun Neo-Modernis adalah anggapan mereka terhadap al-Qur’an yang hanya sebatas sebagai perbendaharaan intelektual yang dengannya dianalisa segala produk pradaban modern sebagaimana pendekatan para filosof generasi Islam pertengahan. Dan bukannya sebagai pedoman harian yang harus diterapkan dalam kehidupan nyata agar dapat membimbing dan memimpin manusia menuju kesempurnaan sebagaimana yang difahami Rasulullah dan para Shahabatnya. Jika al-Qur’an hanya sebatas perbendaharaan intelektual saja, kenapa mesti diturunkan secara berangsur-angsur dan dalam tempo waktu selama 23 tahun ? Bukankah al-Qur’an dapat saja diturunkan Allah dalam sedetik kemudian diperintahkan agar cerdik pandai Islam mentelaahnya, mendiskusikannya, membandingkannya sebagai khazanah intelektual ? Namun hakikatnya, Allah Yang Maha Mengetahui ternyata menurunkan al-Qur’an bukan hanya sebatas sebagai perbendaharaan dan khazanah intelektual semata, namun al-Qur’an diturunkan tahap demi tahap dalam waktu 23 tahun agar tertanam pada generasi Islam, agar mereka menjadi al-Qur’an hidup yang berjalan. Dan al-Qur’an hidup yang berjalan inilah yang akan menghadapi tantangan zaman dengan segala perbendaharaan pengetahuan Ilahiyah didiperolehnya. Dan metode (manhaj) inilah yang telah berhasil mengangkat kegemilangan kaum Muslimin yang sebelumnya terkenal sebagai kaum yang terbelakang dan jahili dan sekaligus menghantarkan mereka sebagai pemuka-pemuka peradaban dunia, yang menghubungkan dan mengembangkan peradaban baru yang berdasarkan Islam.

Pendekatan intelektulisme an-sich yang dilakukan kaum modernis ataupun neo-Modernis dalam memahami al-Qur’an, mungkin dapat mengantarkan mereka sebagai pemikir-pemikir ulung dengan teori-teori brilyannya. Namun sesungguhnya, maksud utama diturunkannya al-Qur’an adalah agar terbentuknya pribadi dan masyarakat Islami tempat bersemainya ajaran-ajaran mulia yang dikandung al-Qur’an. Disinilah letak persimpangan pemahaman kedua aliran ini. Apalah artinya jika seorang cendekiawan berhasil merumuskan teori-teori brilyan yang mengalahkan kebesaran teori-teori peradaban modern, namun mereka tidak mampu mengaplikasikan teorinya kepada masyarakatnya yang sedang terbelakang, terkalahkan dan mengalami krisis dan dilemma. Al-Qur’an diturunkan Sang Pencipta dengan bahasa dan pendekatannya yang mudah agar dapat dimenegrti semua orang, dengan pengertian tersebut langsung diamalkan dan dengan pengamalan setahap demi setahap inilah kemudian terciptanya

97 ibid

214

Page 215: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

masyarakat madani tempat bersemainya nilai-nilai al-Qur’an dan sekaligus tempat tumbuh dan berkembangnya cikal bakal peradaban paripurna yang berdasarkan nilai Ilahiyah sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah dan para Shahabat yang telah membangun masyarakat madani. Namun jika kita mengambil jalan selainnya, selain yang telah diajarkan al-Qur’an dan manhajnya, mungkinkah kita akan sampai kepada tujuan terbentuknya masyarakat madani yang diridhai Allah atau hanya berputar-putar dari teori satu ke teori lainnya, dari satu konsep ke konsep lainnya dan ironisnya akan menambah kebingungan dan kerancuan ummah yang tengah berada dalam keterbelakangnnya.

Manhaj Qur’ani yang telah ditempuh Rasulullah dan para Shahabat yang diridhoi dalam membangun peradaban baru dunia telah berhasil menbangun masyarakat madani dengan produk peradabannya yang menjadi mata rantai peradaban dunia. Manhaj Qur’ani memulai pembangunan peradaban masyarakatnya dari dataran keyakinan (aqidah) dan bukannya dari dataran intelektual. Ketika Rasulullah menyeru mereka kepada masyarakat madani, Rasulullah membersihkan jiwa mereka, mengajarkan mereka wahyu berupa al-Qur’an dan al-Sunnah dan tidak mengajarkan kepada mereka segala bentuk filsafat ataupun pemikiran lainnya. Bahkan pada tahap-tahap awal, Rasulullah telah melarang Umar membaca Taurat dengan ucapan, Wahai Umar, sekiranya Musa masih hidup dia pasti akan mengikutiku” (HR. Abu Ya’la). Dengan tujuan agar masyarakat ini benar-benar memiliki fondasi yang kukuh yang berdasarkan wahyu Ilahi semata, sebelum menerima perbendaharaan dunia lainnya. Apakah manhaj selainnya akan mampu mengembalikan

Jika Neo-Fundamentalisme Islam dikatakan sebagai kelompok yang lakhir dari akar pemikiran fundamentalisme Islam terdahulu, maka kini telah lakhir pemikir-pemikir Neo-Fundamentalisme yang kecendikiawanannya diakui dunia, seperti Yusuf al-Qordhowy misalnya. Qordhawy adalah seorang cendikiawan Muslim yang tidak diragukan lagi integritas keilmuannya, terutama ilmu keislamannya, baik bidang tafsir, fiqh dan filsafat. Beliau lakhir dan berkembang dari akar pemikiran gerakan Ikhwan al-Muslimun yang didirikan Hasan al-Banna. Namun dengan landasan pemikirannya yang “fundamentalis”, Qordhowy mampu menterjemahkan dan mengaktualisasikan ajaran-ajaran Islam dari sumber utamanya al-Qur’an dan al-Sunnah. Bahkan dengan tegas Qardhowi menyatakan kebingungannya menyelesaikan permasalahan pemikiran ketika dikembalikan kepada tradisi intelektual Islam klasik abad pertengahan sebagaimana yang ditempuh Neo-Modernis, pemikiran yang penuh dengan pendapat temporer, dan Qordhowy hanya menemukan jawaban pasti dan terang ketika kembali kepada sumber aslinya, yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah. Hal ini bukan berarti Qardhowy tidak menerima warisan intelektual tradisional, bahkan kenyataannya Qordhawy sangat memahami warisan tradisi ini dan menjadikannya sebagai referensi, namun beliau hanya menemukan jawaban pasti dalam menjawab tantangan zaman ketika langsung berhadapan dengan sumber asal. Dengan keluasan

215

Page 216: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

pengetahuannya, Qardhowy telah membahas permasalahan masyarakat Islam kontemporer, dari masalah fiqh, aqidah, tasawuf, gerakan, ekonomi, politik, pendidikan, menejemen, peradaban hingga masalah pemikiran Barat dan problema kontemporer masyarakat Islam yang dinilainya berdasarkan Islam yang menjadi perhatian para cendikiawan internasional.

Persentuhan dan keterlibatan hidup sehari-hari Qordhowy dengan dunia modern tidak menghilangkan semangatnya sebagai seorang “fundamentalis” sejati yang merujuk segala permasalahan dengan dasar al-Qur’an dan al-Sunnah. Bahkan lebih jauh dengan menjadikan Wahyu Allah sebagai referensi dan sumber pengambilan utama, Qordhawy mendapat jawaban pasti tentang hakikat kehidupan manusia dan segala permasalahannya, termasuk perkembangan pemikirannya. Demikian pula Qardhawy dengan terbuka berani mengkoreksi sekaligus memberikan solusi pada perjalanan gerakan Islam sebelumnya, yang dikenal sebagai fundamentalis Islam. Hakikatnya, para cendikiawan yang besar dan berkembang dalam arus pemikiran fundamentalisme seperti Qardhawy dan lainnya sebenarnya telah meletakkan dasar-dasar metodelogi pemikiran bagi terbentuknya sebuah gerakan pemikiran yang baru, yang jika dapat, sebagaimana diistilahkan Fazlur Rahman sebagai “Neo-Fundamentalisme Islam”. Karya-karya brilyan Qordhowy menjadi rujukan utama generasi Islam yang mendambakan solusi pemikiran, bahkan di Indonesia pemikiran Qordhowy lebih dikenal luas, khususnya dikalangan mahasiswa dibandingkan pemikiran Fazlur Rahman sebagai bapak Neo-Modernis Islam. Pemikiran-pemikiran brilyan Qordhawy memang kurang tersebar, khususnya di arena pemikiran dunia Barat karena ditulis dalam bahasa Arab dan mungkin ada tendensi lain untuk mencegah berkembangnya faham ini di dunia Barat yang terkenal anti Fundamentalisme Islam yang selalu diidentikkannya dengan segerombolan manusia tetoris, radikal dan haus darah.

Di Asia Tenggara sendiri secara tidak langsung kehadiran neo-fundamentalisme Islam sudah mulai kelihatan sejak beberapa dekade lalu. Di Malaysia misalnya, akar gerakan ini umumnya dari mantan pengurus Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) yang menginspirasikan bentuk perjuangannya pada Ikhwan al-Muslimun, bahkan beberapa rujukannya adalah buku-buku karangan pemimpin Ikhwan. Dalam beberapa bentuk latihan dan pembinaannya, ABIM mengadopsi langsung sistem yang diterapkan Ikhwan dengan beberapa modifikasi sesuai dengan keadaan Malaysia, dan menerapkan istilah Ikhwan seperti istilah zikir al-Ma’tsurat, usroh, amal jam’i, bai’ah, imamah, dar al-Islam, khilafat dan lainnya. Secara tidak langsung ABIM sebagai organisasi kader telah memicu lakhirnya kelompok fundamentalisme Islam di Malaysia, diantaranya seperti Ustaz Fadhel Noor, mantan Presiden Partai Islam SeMalaysia (PAS), partai fundamentalis yang bertujuan mendirikan negara Islam adalah mantan Wakil

216

Page 217: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Presiden ABIM. Demikian pula Ustaz Ash’aari Muhammad, Amir Jama’ah Dar al-Arqam mantan pengurus ABIM.98

Bahkan salah seorang mantan tokoh sentral ABIM yang kharismatik, Anwar Ibrahim, dari beberapa pemikirannya dapat digolongkan sebagai kelompok fundamentalis Islam.99 Bahkan dia sendiri tidak pernah menolak dirinya sebagai seorang yang condong kepada pemikiran fundamentalis Islam. Namun difinisi fundamentalisme menurut Anwar adalah keteguhan seseorang berpegang pada akar tradisinya, bagi seorang Muslim adalah kepada Islam, dan Islam tidak dapat dikorbankan demi kepentingan duniawiyah. Dari latar belakangnya pembinaannya dalam dunia fundamentalisme Islam, adalah sangat sukar melepaskan fundamentalisme Islam dalam diri Anwar. Bahkan sebelum aktif dalam UMNO, Anwar adalah pendukung setia, walaupun bukan sebagai anggota dan pengurus, perjuangan Partai Islam Malaysia (PAS) yang mencita-citakan tegaknya negara Islam di Malaysia. Apakah idiologi fundamentalisme Islam dalam diri Anwar yang sudah berurat berakar dapat pupus dengan mudah setelah tertanam sekian lama. Bahkan bukti menyatakan lain, walaupun Anwar sudah menjadi salah seorang pemimpin UMNO, partai Melayu nasionalis, dia tetap mengadakan hubungan dan membangun pergerakan dengan rekan-rekan seperjuangannya di ABIM dulu ataupun dengan tokoh-tokoh pemikir Islam seperti Yusuf al-Qardhowy dan lainnya. Demikian pula secara pemikiran ataupun pengamalan, keterikatan Anwar secara emosional sangat kuat pada Islam, walaupun dibahasakannya dengan istilah baru, demikian pula istri dan anak-anak perempuan Anwar menggunakan jilbab, sikap anti KKN dan keberaniannya menyatakan kebenaran walau apapun resikonya serta kualitas pribadinya sebagai seorang politis yang bersih, kehidupan keluarganya yang bersahaja, yang ini semua merupakan ciri khas fundamentalisme Islam yang tertanam dalam dirinya sejak lama. Namun dengan kematangannya dalam mengembangkan pemikirannya, mungkinkan Anwar sedang menjadi seorang Neo-Fundamentalis Islam dalam bentuknya sendiri ? Dalam bukunya The Asian Renaissance100 Anwar menawarkan bentuk dialog peradaban yang akan membuka wawasan masing-masing bangsa. Disamping mengembangkan wacana-wacana peradaban baru berdasarkan Islam, Anwar bersama rekan-rekannya telah mendirikan sebuah Universitas Islam yang menjadi sebuah laboratorium dalam pengembangan pemikiran Islam di masa depan. Dan nilai-nilai Islam yang dikembangkan Anwar dalam penegakan pemerintahan yang bersih, sebagai manifestasi ajaran Islam telah menghantarkannya ke penjara.

98

? Lihat, Zaenah Anwar, Islamic Revivalism in Malaysia,(Petaling Jaya : Pelanduk, 1987). Siddiq Fadhil, Koleksi Ucapan Dasar Muktamar Sanawi ABIM, (Kuala Lumpur : Dewan Pustaka Islam, 1982).

99 Lihat karya beliau : Islam- Penyelesaian Kepada Masalah Masyarakat Majemuk,(Kuala Lumpur : ABIM, tt.). dan Menangani Perubahan, (Kuala Lumpur : Berita Publ, 1990).

100 Anwar Ibrahim, The Asia Renaissance, (Singapore : Time Books Publ, 1997)

217

Page 218: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Demikian pula halnya, apa yang dikemukakan Nurcholish bertolak belakang dengan realita yang terjadi di dunia Islam. Dalam dunia politik misalnya, Yusril Ihza Mahendra dalam Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam menyimpulkan desertasinya: “Dalam beberapa dekade terakhir, posisi politik partai Islam modernis dan fundamentalis telah banyak mengalami perubahan. Sebagian partai Islam modernis-seperti Masyumi di Indonesia, Liga Muslim di Pakistan dan Partai Istiqlal di Aljazair- mulai tersingkir dari panggung kekuasaan. Masyumi bahkan telah dibubarkan pada tahun 1960. Sementara partai Islam fundamentalis (yang sebagian dinyatakan neo-fundementalis oleh Fazlur Rahman)- dan juga kelompok-kelompok bukan partai-tampak mulai menguat dan bahkan tampil memegang kekuasaan. Gejala ini tampak di Aljazair, Iran, Afghanistan, Pakistan di bawah Jendral Zia ul-Haque, dan dalam ruang lingkup yang lebih kecil adalah kasus berkuasanya Partai Islam PAS di Negeri Kelantan, Malaysia.”101

Perkembangan terakhir di Malaysia yang merupakan ladang persemaian pemikiran Islam yang progresif di Asia Tenggara, pada pemilu 1999 Partai Islam PAS yang terkenal sangat fundamentalis dengan cita-cita menegakkkan negara Islam dan melaksanakan hudud (hukum Islam) memenangkan pemilu secara telak di Kelantan dan Trengganu, dan berhasil menaikkan jumlah kursinya lebih 100 % di Parlemen pusat. Dari segi persentase, 70 % orang Melayu memilih PAS dan aliansinya dan hanya 30 % memilih UMNO yang merupakan partai kaum Modernis Malaysia.102 Rakyat Malaysia, terutama kaum terdidiknya telah muak dengan janji-janji palsu para penyeru “penerapan nilai-nilai Islam” yang realitasnya sangat diktator, tidak bermoral dan berani menentang hukum Allah dengan alasan duniawiyah. Berbeda dengan kaum fundamentalis yang senantiasa menunjukkan citra Islami dalam perbuatan dan tingkah laku, konsisten dengan ucapan dan perbuatannya, memiliki akhlaq yang mulia sehingga menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat Islam.103

Demikian pula halnya di dunia Islam lainnya. Karena kemuakan masyarakat Islam dengan kepalsuan dan janji-janji kosong kaum utopis yang menjanjikan modernisasi, yang berkolaborasi dengan kapitalis internasional mengeksploitasi Islam demi kepentingan duniawiyah, disamping kebobrokan mental dan kemaksiatan yang dilakukannya, menjadikan masyarakat simpati dengan perjuangan dan jalan berfikir neo-fundamentalis Islam yang lebih menjanjikan. Ketertarikan kepada kelompok ini karena telah berhasil membuktikan diri, mereka dapat menjadi rahmat bagi seluruh alam. Kenapa misalnya masyarakat Cina non Muslim di Malaysia mendukung perjuangan Partai Islam Malaysia yang memperjuangkan tegaknya negara Islam ? Tidak lain karena mereka dapat membuktikan bahwa Islam adalah rahmat bagi

101 Yusril Ihza, Modernisme dan Fundamentalisme.., op.cit. halaman 314102 Kamarudin Jaffar, Pilihanraya 1999 dan Masa Depan Politik Malaysia,(Kuala Lumpur : IKDAS, 2000)103 ibid, halaman 50-62

218

Page 219: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

semua orang, dan dapat memberikan keadilan kepada masyarakat non muslim dengan tidak mengorbankan kepentingan agama.104 Tidak seperti kelompok nasionalis Melayu UMNO yang sangat rasialis dan tidak adil terhadap penganut agama lain.105 Sikap-sikap dan akhlaq Islami yang merupakan nilai-nilai universal, seperti jujur, amanah, setiakawan, konsisten, toleran, bertanggungjawab, sederhana, dedikasi tinggi, dan perilaku mulia semacamnya akan menjadi daya tarik kelompok neo-Fundamentalis Islam di masa depan, disamping tentunya kekayaan spiritual dan intelektual mereka yang Islamis.106 Neo-Fundamentalisme Islam di Indonesia

Para peneliti, baik dari kalangan muslim dan lainnya belum banyak yang tertarik untuk mengkaji dan mengidentifikasi gerakan pemikiran Neo-Fundamentalisme Islam di Indonesia. Ini dibuktikan dengan kurangnya literatur atau sumber-sumber informasi lainnya yang membahas masalah ini.107 Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yang utama adalah sulitnya mengidentifikasi siapa sebenarnya tokoh-tokoh Neo-Fundamentalis yang tampil dengan gagasan cemerlangnya, dalam gerakannya selama ini mereka lebih mengambil bentuk sebagai sebuah gerakan bawah tanah akibat tekanan dahsyat dari regime orde lama ataupun orde baru yang anti dengan fundamentalisme Islam. Lain halnya dengan gerakan Neo-Modernis yang tampil secara terbuka dan dapat bekerjasama dengan pemerintah, sehingga mudah untuk mengidentifikasi tokoh-tokoh maupun pembaharuan pemikiran yang dilakukannya di Indonesia Namun demikian, cara mudah dan aman yang dapat ditempuh untuk mengenal gerakan ini, baik tokoh dan pembaharuan pemikiran yang dikembangkannya di Indonesia, dapat dilakukan misalnya dengan menelusuri gerakan para pendahulu mereka, fundemantalis Islam yang banyak diteliti, baik yang berakar pada gerakan fundamentalisme Islam dari luar Indonesia seperti Ikhwan al-Muslimun Mesir, Jema’at Islamy Pakistan, Hizb al-Tahrir, Salafi dan lainnya ataupun yang berakar dari Indonesia sendiri seperti Darul Islam yang telah memproklamirkan Negara Islam Indonesia pada 7 Agustus 1949 di Jawa Barat. Dengan data-data inilah, akan diidentifikasi siapa Neo-Fundamentalis Islam di Indonesia.

Gerakan fundamentalisme Islam atau apa yang diistilahkan Fazlur Rahman dengan neo-Revivalisme di Indonesia adalah respon terhadap gerakan-gerakan pemikiran sebelumnya yang telah disemai oleh gerakan kaum muda yang baru pulang dari Timur Tengah. Tokoh-tokoh kaum muda 104 Kamarudin Jaffar, Memperingati Yusuf Rawa, (Kuala Lumpur : IKDAS, 2000)105 Lihat : SH. Alatas, Reformasi Anwar, Konspirasi Mahathir, (Kuala Lumpur : Pustaka, 1999)106 Tentang akhlaq ini lihat : Dr. Said Hawa, Jundullah, Tsaqafah wa Akhlaq, (Beirut : Dar Fiqr, 1974)107 Dari hasil penelitian sementara yang dilakukan, para peneliti belum memfokuskan penelitiannya

pada gerakan neo-Fundamentalis Islam karena kesulitan mencari data-data yang diperlukan dan sulitnya mengidentifikasikan gerakan sejenis. Penelitian selama ini banyak dilakukan terhadap gerakan-gerakan fundamentalis Islam, seperti Darul Islam (DI/NII) baik di Jabar, Aceh, Sulawesi dan lainnya termasuk gerakan-gerakan fundamentalis Islam di zaman Orde Baru.

219

Page 220: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

yang lebih dikenal sebagai pembaharu Islam diantaranya seperti HOS. Cokroaminoto yang telah mendirikan Syarikat Islam (SI) yang menjadi organisasi kader bagi kaum modernis Islam selanjutnya,108 Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah sebagai lembaga modernis Islam yang bergerak dalam pendidikan dan sosial dan lain-lainnya.109 Namun dalam perjalanannya, sebagaimana dikatakan Rahman, bahwa kaum modernis Islam, termasuk di Indonesia, telah gagal meletakkan dasar-dasar metodelogi pemikiran disamping terlalu kompromisnya mereka dengan Barat, baik dalam artian politik maupun pemikiran. Sehingga mereka kadangkala dituduh sebagai agen-agen kolonialis yang ingin membaratkan kaum muslimin, sebagaimana tuduhan kaum tradisionalis terhadap mereka. Kegagalan modernis Islam ini, terutama menjelang kemerdekaan Indonesia telah mendorong tampilnya tokoh-tokoh Islam yang secara politik menghendaki berdirinya Negara Islam di Indonesia dan tidak ada kompromi dalam penegakkannya dan bersebrangan dengan kelompok modernis yang merestui berdirinya negara Pancasila Indonesia.110 Diantara tokoh fundamentalis Islam terkemuka masa ini adalah SM. Kartosoewirjo.111

Mungkin ada yang menolak SM. Katosoewirjo sebagai tokoh fundamentalis Islam terkemuka di Indonesia. Namun Yusril Ihza dalam desertasinya Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam dengan jelas menyatakan: “Sesuai dengan pandangan dasar modernismenya, Masyumi menegaskan bahwa cita-cita itu (melaksanakan Islam dalam urusan

108 Tentang perjuangan HOS. Cokroaminoto dan pemikirannya, lihat misalnya : Amelz, HOS. Cokroaminoto : Hidup dan Perjuangannya. (Jakrta : Bulan Bintang, 1952). MM. Amin, Saham HOS. Cokroaminoto dalam Kebangunan Islam dan Nasionalisme di Indonesia. (Yogyakarta : Nur Cahaya, 1980). AT. Jaylani, The Syarikat Islam Movement : Its Contribution to Indonesian Nationalism, MA. Thesis, IIS, Montreal : Mc.Gill University, 1959. Deliar Noer, The Modernist Muslim Movement in Indonesia : 1900-1942, (Singapore : Oxford Univ. Press, 1973)

109 Mengenai perjuangan KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah, lihat : Alfian, Muhammadiyah : The Political Behaviour of a Muslim Modernist Organization Under the Dutch Colonialism, (Yogyakarta : Gajah Mada Press, 1969). Solichin Salam, Muhammadiyah dan Kebangunan Islam di Indonesia, (Jakarta : NV. Mega, 1965). Mitsuo Nakamura, The Cresent Arises over the Banyan Tree : A Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town, (Ithaca YN : Cornell Univ. Press, 1976). Mustafa Kamal Pasha, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam (Yogyakarta : Penerbit Persatuan, 1975). Yusuf Abdullah Puar, Perjuangan dan Pengabdian Muhammadiyah, (Jakarta : Pustaka Antara, 1989). HAMKA, KH.A. Dahlan, (Jakarta : Sinar Pujangga, 1952). Yusron Asrofie, KH. Ahmad Dahlan, Pemikiran dan

Kepemimpinannya, (Yogyakarta : Yogyakarta Offset, 1983).110 Masalah ini lihat misalnya : Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, (Jakarta :

Gema Insani Press, 1997). Yusril Ihza, Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam, (Jakarta : Paramadina,1999). Robert Van Niel, The Emergence of the Modern Indonesia Elite, (The Haque : WV. Hoeve, 1960)

111 Tentang sejarah hidup dan perjuangan SM.Kartosuwirjo, lihat misalnya : Holk H. Dengel, Darul Islam dan Kartosuwirjo, (terj). (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1996). B.J. Boland, The Strunggle of Islam in Modern Indonesia, (The Haque : Martinus Nijhoff, 1971). C. Van Dijk, Darul Islam : Sebuah Pemberontakan (terj), (Jakarta : Pustaka Grafiti Utama, 1989, halaman 11-31. Hiroko Harikoshi, “The Darul Islam Movement in West Java (1948-1962) : An Experience in Historical Process”, dalam Indonesia, vol 20, halaman 62-64.. Pinardi, Sekarmadji Marijan Kartosoewirjo (Jakarta : Aryaguna, 1964). CAO. Nieuwenhuije, Aspect of Islam in Post Colonial Indonesia, (The Haque & Bandung : W.Van Hoeve, 1958). Amak Sjarifudin, Kisah Kartosuwirjo dan Menjerahnya (Surabaya : Grip, 1965). Al Chaidar, Pengantar Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia SM. Kartosoewirjo.( Jakarta : Darul Falah, cet.2, Safar 1420 H).

220

Page 221: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kenegaraan) akan dicapai melalui cara-cara yang “sah dan demokratis”, serta “mengikuti hukum yang berlaku di dalam negara Republik Indonesia”. Tetapi sikap moderat dan demokratis ini ditentang oleh kelompok yang lebih cendrung ke arah fundamentalisme di dalam partai, seperti ditunjukkan oleh Kartosuwirjo. Tokoh yang di zaman revolusi itu juga menjadi salah seorang anggota Pimpinan Partai Masyumi, dengan alasan-alasannya sendiri memilih keluar meninggalkan Masyumi untuk membangun gerakannya sendiri, yaitu “Darul Islam”. Kartosoewirjo kemudian memproklamasikan “Negara Islam Indonesia” di Jawa Barat.112

Membandingkan para penggagas fundamentalisme Islam terkemuka adalah sesuatu yang sangat menarik, karena dari beberapa sisi mereka memiliki kesamaan. Misalnya Hasan al-Banna pendiri Ikhwan al-Muslimun di Mesir,113 Abul A’la al-Maududi pendiri Jame’at Islami di Pakistan114 dan SM. Katosoewirjo pendiri Darul Islam di Indonesia. Mereka bertiga memiliki ciri khas yang hampir sama. Mereka sama-sama dilakhirkan di awal abad keduapuluh, sejak muda sebagai aktivis Islam yang revolusioner, hidup ditengah-tengah derasnya arus sekulerisasi dan Baratisasi Imprialis kafir serta pergumulan sengit antara kelompok modernis, baik sebagai nasionalis Islami atau sekuler, Kartosoewirjo dan Maududi berprofesi sama sebagai wartawan dan penulis, al-Banna dan Kartosoewirjo sama-sama syahid mempertahankan perjuangannya di hadapan penguasa nasionalis kafir. Mereka membangun jama’ah Islamiyah yang non kompromistis dengan kolonialis Barat dan agen-agennya, perjuangannya mendapat dukungan luas para ulama dan cendekiawan muslim, mereka sama-sama menulis konsep tentang hijrah dan jihad fi sabilillah dengan dasar pendekatan dan tujuan yang sama. Diantara mereka, Kartosoewiryolah yang memproklamirkan Negara Islam yang dicita-citakannya dan turun langsung berjihad menggunakan senjata melawan Tentara Republik. Namun pemikiran-pemikiran Kartosoewirjo kurang dikenal dunia Islam sebagaimana al-Banna dan al-Maududi, disamping akibat perjuangan bersenjata yang menguras daya dari hutan ke hutan, kurangnya penerus perjuangannya yang mumpuni

112 Yusril Ihza, Modernisme dan Fundamentalisme, halaman 84-85113 Tentang riwayat Hasan al-Banna lihat misalnya : Al-Syaikh al-Ghazaly, (dalam M.Syalabi),Hasan al-

Banna, Imam wa Qaid, (Kaherah : Dar al-Nasyr, tt). Dr. Rif’at al-Said, Hasan al-Banna Muassis Harakat al-Ikhwan al-Muslimun,(Beirut : Dar al-Tali’ah, 1986). Jabir Rizq, Al-Imam al-Syahid Hasan al-Banna, (al-Manshurat : Dar al-Wafa, 1987). Dr. Shuakat Ali, Master of Muslim Thought, vol. II.(Lahore : Islamic Publ, 1983), halaman 514-638). Anwar Jundi, Hasan al-Banna, al-Roiyat al-Imam wa al-Mujaddid al-Syahid, (Beirut : Dar Qalam, 1978). MN. Shaikh, Memoirs of Hasan al-Banna Shaheed,(Karachi : Int’ Islamic Publ, 1981). Richard P. Mitchel, The Society of The Muslim Brother (London : Oxford Univ. Press, 1959). Umar Tilmisany, al-Mulham al-Mauhub : Hasan al-Banna (Syabra : Dar al-Nashr, tt).

114 Lihat misalnya : Prof. Masud ul Hasan, Sayyid Abul A’la Maududy and His Thought, vol. I & II, (Lahore : Islamic publ, 1984). Abdurrahman Abd, Maulana Maududi Face to Death Sentence. (Lahore : Islamic Publ., 1969). Miasbah ul Islam Faruki, Introducing Maududi, (Lahore : n.p.,1966). Maryam Jameelah, Who Is Mawdoodi ? The Great Mujaddid of Modern Age, (Lahore : Islamic Publication, 1972). A.K. Brohi, “Maulana Maududi : The Man, The Scholar, The Reformer”, dalam Kurshid Ahmad dan Zaffar Ishaq Anshary (eds), Islamic Perpective. (Leicester : The Islamic Foundation, 1979) halaman 289-312.

221

Page 222: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dalam mengaktualisasikan pemikirannya. Disamping perlakuan kejam pemerintah terhadap perjuangan Darul Islam, baik di masa Orla dan Orba.115

Selain SM. Kartosoewirjo, ada beberapa tokoh sentral Darul Islam yang mempengaruhi perjalanan sejarah gerakan ini, yang terutama seperti Tengku Muhammad Daud Beureuh, ulama besar kharismatis dari Aceh,116 Abdul Kahhar Muzakkar, tentara pejuang dari Sulawesi,117 Ibnu Hajar dari Kalimantan, disamping beberapa tokoh ulama dari Jawa Barat.118 Pada umumnya ulama-ulama Tradisionalis Jawa Barat menerima dengan terbuka ide-ide Kartosoewirjo dengan konsep hijrah dan pendirian Negara Islam Indonesia, walaupun dia sendiri adalah keturunan Jawa. Ini tidak lepas dari pengalaman politik Karosoewirjo sebagai salah seorang wakil ketua pengurus pusat Partai Syarikat Islam Indonesia yang sangat berpengaruh sebelum kemerdekaan. Disamping pengaruh bapak mertunya, seorang ulama Tradisionalis yang terkenal di Malangbong, Jabar.

Perjuangan Kartosoewirjo dengan Darul Islam mendapat sambutan luas masyarakat, baik di Jawa maupun luar Jawa tidak lain disebabkan oleh kerinduan masyarakat Indonesia akan berdirinya sebuah negara adil makmur yang berdasarkan ajaran Islam sebagaimana diperjuangkankan HOS. Cokroaminoto terdahulu. Demikian pula kondisi Republik Indonesia yang baru diproklamirkan mendapat serangan-serangan dari Belanda dan sekutunya yang ingin menjajah kembali Indonesia. Serangan-serangan ini nyaris menghilangkan eksistensi RI dengan perjanjian-perjanjian sepihak yang dipaksakan Belanda. Kondisi ini telah dijadikan momentum Kartosoewirjo untuk memproklamirkan Negara Islam Indonesia yang telah diyakini dan diperjuangkannya sejak muda.119

Sebagaimana difahami kaum fundamentalis Islam lainnya, perjuangan bersenjata Kartosoewirjo bersama para pengikutnya dalam menegakkan dan mempertahankan eksistensi Negara Islam Indonesia merupakan manifestasi jihad fi sabilillah seorang muslim dalam menegakkan kedaulatan dan kekuasaan Allah di atas bumi. Itulah sebabnya perjuangan heroik para pejuang fi sabilillah NII/TII dapat bertahan lama meskipun tanpa bantuan dan dukungan diplomatik dari negara-negara luar. Semangat yang didasarkan atas keyakinan akan balasan syurga bagi mereka yang syahid mempertahankan Islam ini senantiasa menjadi penyulut perjuangan para pengikut dan penerus perjuangan Kartosoewirjo yang tampil silih berganti, baik di zaman Soekarno, Soeharto dan sekarang.

115 Tentang perlakuan pengikut Kartosuwirjo lihat : Al Chaidar, Pengantar pemikiran Politik…, op.cit. khususnya Bab X.

116 Lihat misalnya : Moh. Nur El-Ibrahimy, Teungku Muhammad Daud Beureueh : Peranannya dalam Pergolakan di Aceh, (Jakarta : Gunung Agung, 1982). Dada Meuraxa, Peristiwa Berdarah di Atjeh, (Medan : Pustaka Sedar, 1956).

117 Lihat : Andaya Leonard, Arung Palakka and Kahar Muzakkar : A Study of the Hero Figure in Bugis-Makassar Society, B.S. Harvey, Tradition, Islam and Rebellion : South Sulawesi 1905-1965.

118 Lihat : Al Chaidar, op.cit. khususnya babVII.119 Lihat : Karl D. Jackson, Kewibawaan Tradisional, Islam dari Pemberontakan : Kasus Darul Islam Jawa

Barat, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1989).

222

Page 223: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Menurut sebagian cendikiawan Islam, khususnya dari kalangan fundamentalis, seperti Maududi120 dan Sayyid Qutb,121 berpendapat bahwa perjungan menegakkan kekuasaan Allah dalam bentuk berdirinya sebuah negara Islam atau pemerintahan Islam yang berdasarkan al-Qur’an dan al-Sunnah adalah bentuk perjuangan tertinggi dalam Islam. Karena perjuangan Rasulullah saw dengan segala suka dukanya, baik perjuangan dengan dakwah, harta sampai bersenjata, dianggap telah sempurna ketika telah tegakkan pemerintahan Islam di Madinah dengan segala perangkatnya. Dengan kata lainnya bahwa perjuangan panjang Rasulullah telah sempurna dengan berhasilnya beliau menegakkan Negara Madinah, ini membawa pengertian bahwa menegakkan negara ataupun pemerintahan Islam yang mendaulatkan kekuasaan Allah adalah setinggi-tinggi jihad di jalan Allah. Penegakkan kekuasaan Allah inilah intipati dan tujuan akhir jihad sebenarnya.122

Tekanan-tekanan dahsyat dan diluar batas kemanusiaan regime Orla maupun orba terhadap perjuangan penerus SM. Kartosoewirjo telah menjadikan Darul Islam sebagai gerakan bawah tanah yang sangat tertutup. Setiap gerakan untuk menegakkan negara Islam selalu dihubungkan dengan Darul Islam, baik yang direkayasa oleh pemerintah nasionalis ataupun gerakan mujahidin lainnya, yang akhirnya menjadikan perkembangan gerakan Darul Islam menjadi semakin terjepit. Namun dengan bergabungnya beberapa tokoh Islam, baik dari kalangan ulama, muballigh, cendikiawan, mahasiswa dan lainnya disekitar tahun tujuh puluhan dan delapan puluhan telah menjadikan Darul Islam sebagai salah satu alternatif jama’ah Islam. Tekanan-tekanan pemerintah Soeharto, terutama ketika Pangab dipegang LB. Moerdani yang mengambil kebijakan keras terhadap Islam, gerakan Darul Islam justru medapat momennya. Gerakannya semakin meluas bahkan telah menjalin hubungan kerjasama dengan gerakan-gerakan Islam di luar negeri, baik di Mesir, Saudi Arabia, Pakistan, Afghanistan, Malaysia maupun di Eropa dan Amerika.123

Persentuhan tokoh-tokoh muda Darul Islam124 dengan pemikiran gerakan Islam fundamentalis internasional telah mematangkan ide-ide yang selama ini dikembangkan generasi terdahulu. Demikian pula telah terjadi reorientasi pemikiran dalam pergerakan Darul Islam, yang menjadikannya sebagai salah satu aliansi para pejuang yang bercita-cita menegakkan khilafah Islamiyah di dunia. Dan dapat dipastikan dari cikal bakal gerakan

120 Lihat karya beliau, Khilafat wa al-Mulk, Islamic Law and Constitution, Jihad in Islam.121 Lihat karya beliau, Maalim fi al-Thariq, Social Justice in Islam, Hadza al-Dien, Islam and Universal

Peace.122 Pengertian jihad, lihat : Syaikh Dzafir al-Qashimy, Al-Jihad wa al-Huquq al-Dauliyah al-Ammah fi al-

Islam, (Beirut : Dar Ilm, 1986) 123 Al Chaidar, op.cit.khususnya bab X124 Walaupun terpecah berjadi beberapa paksi gerakan, namun tokoh-tokoh muda Darul Islam yang

mengenyam pendidikan tinggi, secara formal dan informal di luar negeri, baik di Timur Tengah, Barat ataupun Pakistan dan Malaysia menjadikan mereka dekat secara pemikiran, terutama ide-ide tentang pengembangan pemikiran para pendahulu mereka.

223

Page 224: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Darul Islam ini muncul generasi muda, dengan kadar pemahaman keislaman yang lebih luas, persentuhannya dengan dunia modern, disamping pendidikannya yang tinggi, yang menjadi pelopor kebangkitan, sebagaimana paradigma Fazlur Rahman, Neo-Fundamentalisme Islam di Indonesia. Mereka tampil dengan gerakan pemikirannya yang khas, berakar pada tradisi fundamentalisme, memiliki keterikatan emosional yang sangat kuat pada Islam, memahami sejarah pembaruan pemikiran Islam dan metodologinya namun mampu merespon tuntutan zaman dengan intelektualitas yang dimilikinya. Mereka lakhir dari semangat perjuangan Darul Islam dan secara bersamaan mereka mendapat pendidikan umum Barat ataupun tradisional, bahkan diantaranya adalah para otodidak-otodidak jenius yang menolak pendidikan resmi, namun mereka hadir dan tampil di tengah-tengah hingar bingarnya gerakan reformasi dengan berbagai bentuk dan nama. Namun mereka dapat dikenal dari tujuannya yang hendak menegakkan kekuasaan dan syari’at Allah di bumi Indonesia secara konsekwen sebagaimana diproklamirkan pada Konggres Mujahidin I di Yogyakarta pada 5-7 Agustus 2000 yang telah melakhirkan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang dipimpin oleh Ustadz Abu Bakar Ba'asyir dengan julukan Amirul Mujahidin.

Disamping berakar dari gerakan Darul Islam, Neo-Fundamentalis Islam di Indonesia lakhir dari kaderisasi beberapa gerakan Islam dalam negeri lainnya seperti Jama’ah Muslimin (Hizbullah) yang didirikan Wali al-Fattah125, Islam Jama’ah dan beberapa kelompok lainnya. Sedangkan yang berakar pada gerakan Islam luar negeri, umumnya memiliki keterkaitan dengan beberapa gerakan Islam seperti Ikhwan al-Muslimun, Hizbut Tahrir, Salafi, Jama’ah Tabligh, Gerakan Mujahidin Internasional, al-Arqam, dan lainnya. Gerakan ini pada umumnya mulai menampakkan aktivitasnya di antara akhir tahun 70an dan awal 80an. Umumnya pelopor gerakan ini adalah mantan para mahasiwa yang sekolah ke luar negeri, baik di Timur Tengah ataupun Barat dan berinteraksi dengan gerakan Islam dan pemikirannya yang kemudian kembali ke Indonesia dan mengembangkan pemikirannya. Gerakan mereka umumnya diawali dengan penyebaran pemikiran melalui buku-buku, majalah, brosur dan lainnya, kemudian diikuti dengan pengkajian intensif keislaman dengan berbagai nama seperti Latihan Mujahid Dakwah (LMD), Pengkajian Risalah Tauhid (PRT), Pengkajian Nilai Dasar Islam (PNDI) dan lainnya dan diteruskan dengan pengajian rutin berupa usroh dan halaqah. Pada akhirnya gerakan ini membangun jaringan dengan struktur kepemimpinannya yang khas, dan sangat populer di kalangan universitas, terutama universitas umum, seperti di ITB, IPB, UI, UGM dan lainnya. Dari pengajian-pengajian ini kemudian berkembang Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang menjadi jaringan aktivis mahasiswa Islam non organisasi. Dari gerakan inilah kemudian lakhir beberapa gerakan mahasiswa Islam, yang menonjol seperti KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) yang menjadi tulang punggung reformasi dikalangan mahasiswa.

125 Wali al-Fattah, Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah, Bogor : Al-Amanah, Cet.2, 1995.

224

Page 225: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Kader-kader organisasi Islam seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terutama HMI-MPO, Pelajar Islam Indonesia (PII), Gerakan Pemuda Islam (GPI), Dewan Dakwah Islamiyah (DDII), hatta Muhammadiyah, Persatuan Islam (PERSIS) dan Al-Irsyad yang modernis sekalipun telah menjadi tempat tumbuhnya aliran pemikiran ini. Para anggota ormas Islam yang terlibat dengan pemikiran ini biasanya adalah mereka yang berinteraksi secara konsisten dengan pemikiran-pemikiran fundamentalis Islam, baik melalui buku, literatur ataupun interaksi langsung dengan para tokoh gerakannya yang umumnya memiliki kharisma dan daya tarik tersendiri, terutama kezuhudannya dalam memandang dunia dan keberaniannya menyampaikan kebenaran Islam tanpa kompromi. Sejauh ini diantara beberapa ormas Islam, Pelajar Islam Indonesia, yang sempat bergerak secara illegal karena menolak asas tunggal Pancasila secara terbuka, adalah tempat persemaian yang subur aliran pemikiran ini karena sistem kaderisasinya yang radikal dan non-komprimistis terhadap rezim Orba dan mampu melakhirkan kader-kadernya yang militan dan fundamentalis.

Disamping para aktivis gerakan dan organisasi Islam yang menjadi pelopor gerakan neo-fundamentalisme Islam di Indonesia, terdapat pula di antara mereka pribadi-pribadi seperti tokoh-tokoh Alim Ulama, cendekiawan Muslim, Ustadz, Da’i maupun kalangan profesional dan artis. Umumnya mereka bergerak secara individual dengan mengembangkan wacana-wacana pemikiran sesuai dengan bidang dan spesialisasi masing-masing, baik di bidang ekonomi, pendidikan, hukum, politik, budaya dan lainnya. Ciri khas mereka sama dengan para penganut neo-fundamentalisme Islam lainnya dan sangat kuat terikat dengan tradisi maupun simbol-simbol keislaman. Bahkan dikalangan mereka ada mantan artis yang glomour, dan menjadi sangat fundamentalis dalam berpakaian, bergaya maupun bertingkah laku. Diantara mereka yang dapat dikategorikan antara lain seperti Prof. Deliar Noor (cendekiawan), Dr. Imaduddin Abdul Rachim (cendekiawan), Abdul Qadir Djaelani (da’i), Sakhirul Alim (cendekiawan), Mawardi Noor (ulama), AM. Fatwa (aktivis), Habib Husein Al-Habsyi (da’i), Toto Tasmara (profesional), Gito Rolies (artis), beberapa pemimpin majlis taklim dan pesantren.

Gerakan reformasi yang menumbangkan Soeharto telah mengantarkan Habibie, seorang demokrat Muslim, tampil memimpin Indonesia. Kebijakan demokratisasi dan leberalisasi yang dicanangkan pemerintahan Habibie telah memberikan kekebasan tumbuh dan berkembangnya berbagai bentuk gerakan idiologi, baik yang kiri ataupun kanan sebagai konsekwensi logis sebuah kebebasan dan keterbukaan. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh para fundamentalis Islam yang selama ini mengambil sikap oposisi terhadap pemerintah untuk membangun gerakan Islam, baik yang berbentuk organisasi masa, partai sampai gerakan Islam radikal. Namun sejauh ini, terutama partai-partai Islam walaupun mereka secara terbuka telah menggunakan azas Islam, namun belum menyatakan tujuannya untuk menegakkan kakuasaan dan hukum Allah dalam bentuk pemerintahan Islam

225

Page 226: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

ataupun negara Islam, sebagaimana ciri khas kelompok Islam fundamentalis.126

Pasca reformasi, dengan beberapa uji coba, gerakan Neo-Fundamentalis Islam sudah mulai mewarnai peta pemikiran dan gerakan di Indonesia. Demikian pula dengan tampilnya Abdurrahman Wahid sebagai Presiden yang notabene mewakili gerakan Neo-Modernis Islam, yang dinilai sering menimbulkan kontraversi bahkan dianggap merugikan kepentingan Islam, sebagai kelompok penekan maka gerakan Neo-Fundamentalis Islam mulai menampilkan diri, baik melaui wacana intelektual ataupun gerakan masa sampai gerakan jihad. Lebih jauh mereka telah mulai memainkan peranan sebagai sentral pergerakan di Indonesia yang mulai diperhitungkan peranan dan keberadaannya. Diantara bentuk gerakannya yang menonjol adalah aksi-aksi demo yang menuntut amar makruf nahi mungkar ataupun diberlakukannya syariat Islam oleh berbagai organisasi seperti Persaudaraan Pekerja Muslim (PPMI) pimpinan Eggi Sudjana, Front Pembela Islam (FPI) pimpinan Habib Rizieq Syihab, Laskar Jihad pimpinan Ja’far Umar Thalib, Front Hizbullah, Majelis Mujahidin (MMI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Forum Bersama Umat Islam dan lainnya. Kekecewaan masyarakat Islam pada pemerintah Gus Dur ataupun Megawati dan beberapa lembaga tertinggi negara seperti MPR/DPR akan mempersubur dan memperbanyak pengikut gerakan ini.127

Demikian pula keberanian wakil-wakil PPP dan PBB yang mengusulkan diamandemennya pasal 29 UUD 45 dengan mengembalikan perkataan: dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, merupakan indikasi nyata keberadaan Neo-Fundamentalis Islam dalam MPR/DPR. Dimana hal ini tidak pernah terjadi sejak Soekarno mendekritkan Pancasila menjadi dasar negara pada tahun 1957 sampai tahun 2000, karena dianggap masalah yang sangat tabu, bahkan di zaman Orde Baru digolongkan sebagai tindakan subversi. Walaupun mendapat tentangan dari tokoh-tokoh Neo-Modernis seperni Nurcholish Madjid, Syafi’e Maarif dkk maupun kalangan kalangan tradisionalis NU yang telah mengganggap final masalah ini, tidak mengendurkan semangat mereka dalam memperjuangkan diberlakukannya syari’at Islam di Indonesia. Penegakan syariat Islam mendapat dukungan partai dakwah kaum muda muslim Partai Keadilan (PK), walaupun secara diplomatis mereka mengajukan "Piagam Madinah".

Bersamaan dengan bangkitnya gerakan Neo-Fundamentalisme Islam, kini ideologi negara Pancasila yang selama ini dianggap keramat, diagungkan dan tidak boleh dipersoalkan, mulai dipertanyakan kembali keabsahan dan kebenaran teori yang terkandung di dalam ajarannya. Bahkan kalangan fundamentalis Islam yang selama ini menentang dengan konsisten dasar negara Pancasila yang sekuler dan kabur sejak zaman sebelum

126 Lihat : Al Chaidar, Reformasi Prematur Jawaban Islam terhadap Reformasi Total, (Jakarta : Darul Falah, 1999)

127 Lihat : Sebuah Ancaman Dari “Kanan Jalan”, Tabloid Adil, No.51 Tahun ke 68. 21 Sep. 2000

226

Page 227: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kemerdekaan, kini secara terbuka menganggap Pancasila sebagai sumber dari krisis multidimensional yang telah melanda bangsa Indonesia saat ini. Karena kekaburan maknanya yang dapat ditafsirkan bermacam-macam, Pancasila mengantarkan generasi kepada kebingungan dan kesesatan yang akhirnya melakhirkan generasi-generasi yang dangkal pemahaman dan pengamalan agamanya, generasi hedonis dan materialis yang hanya mengejar kesenangan duniawiyah belaka. Pendidikan moral Pancasila yang dipaksakan pengajarannya ternyata telah melakhirkan generasi rusak moralnya, yang akhirnya menjadi pelopor KKN dan segala bentuk kemaksiatan. Sistem pembangunan dan pelesi ekonomi Pancasila telah mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa pengutang terbesar dan sumber daya alamnya digadaikan kepada asing. Persatuan yang diserukan Pancasila ternyata tidak mampu menyatukan bangsa Indonesia dengan semboyan “bhinneka tunggal ika”, namun justru melakhirkan perpecahan, bahkan peperangan demi peperangan. Ideologi Pancasila yang dianut bangsa Indonesia telah mengantarkan bangsa ini menuju jurang kehancurannya, walaupun sudah 60 tahun diterapkan sebagai sistem berbangsa dan bernegara. Maka tidak mengherankan jika kaum muslimin yang sadar dan mayoritas menghendaki agar Islam dengan syariatnya yang universal dan sempurna dijadikan sebagai dasar negara di Indonesia sebagaimana yang dituntut generasi muda Islam.

Masa Depan Neo-Fundamentalisme Islam Di Indonesia Kebangkitan Neo-Fundamentalisme Islam di Indonesia merupakan

salah satu phenomena kebangkitan Islam di dunia. Bersamaan dengan gagalnya teori modernisasi Islam yang diserukan para penganjurnya yang melakhirkan kegersangan pemikiran, atau lebih jauh kedangkalan keyakinan dan dilemma kejiwaan serta krsis identitas telah mendorong generasi Islam terpelajar mencari pemahaman alternatif dalam mengapresiasikan keislaman mereka. Keberhasilan revolusi Islam Iran yang telah menumbangkan rezim sekuler Pahlevi telah membangkitkan semangat generasi terdidik Islam untuk memahami ajaran-ajaran fundamental Islam, yang ternyata doktrin-doktrin ajaran Islam yang dianut salaf al-soleh generasi shahabat mampu diketengahkan sebagai alternatif dalam dunia modern. Dan yang terpenting ajaran Islam yang diterapkan secara ketat telah melakhirkan kekuatan rohani yang dapat dijadikan sebagai benteng dalam menghadapi arus penyesatan Barat dengan berbagai seruan sekulerisme, hedonisme dan liberalisme kehidupan. Kegagalan masyarakat Barat dalam menciptakan masyarakat utama yang idam-idamkannya, akibat kesesatan sistem hidupnya, telah mendorong generasi Islam yang berinteraksi dengannya untuk mencari sesuatu yang dapat menyelamatkan keyakinan dan tradisi mereka. Kemuakan generasi Islam terhadap kepalsuan mereka yang menyerukan persamaan, kebebasan dan kedamaian telah mengantarkan mereka menuju pemahaman Islam yang lebih fundamental. Akibat kezaliman demi kezaliman masyarakat Barat yang arogan, telah melakhirkan simpati masyarakat luas

227

Page 228: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

pada pergerakan orang-orang ikhlas dan soleh yang menyerukan penerapan ajaran Islam dalam kehidupan. Itulah sebabnya terjadi revolusi Islam di Iran, kemenangan Partai Ikhwan di Mesir dan Yordania, kemenangan Front Keselamatan Islam di Algeria, kemenangan Partai Refah atau Keadilan Nasional di Turki, kemenangan Partai Islam Malaysia di Kelantan dan Trengganu.

Kegagalan kaum modernis ataupun neo-modernis Islam di Indonesia dalam menciptakan masyarakat utama, masyarakat yang adil, makmur, aman, dan lebih jauh memberikan pembelaan sewajarnya terhadap kelompok mayoritas Islam akan melakhirkan kekecewaan demi kekecewaan para generasi muda Islam. Kekecewaan ini akan menumbuhkan semangat solidaritas dikalangan mereka dan menggerakkan upaya-upaya nyata dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi bangsanya. Kekecewaan masal inilah yang menjadi pendorong utama yang akan melakhirkan sikap pemberontakan radikal terhadap tatanan yang menyimpang dan tak kunjung memberikan solusi nyata. Keberhasilan dan kemenangan kaum fundamentalis Islam Afghanistan, Taleeban, dalam mengalahkan faksi-faksi besar mujahidin lainnya tidak lain akibat kekecewaan masal masyarakat Islam Afghanistan yang telah mengalami penderitaan panjang terhadap para mujahidin terdahulu yang saling berebut kekuasaan di antara mereka dan membiarkan masyarakat dalam penderitaannya tanpa solusi. Maka ketika Taleeban, para pelajar dan pemuda radikal, tampil memberontak dan memerangi semua faksi mujahidin yang dianggapnya korup dan menyimpang, dengan serta merta masyarakat Afghanistan mendukung mereka, dan para mujahidin yang ikhlas berjuang bersama mereka.

Kegagalan Amien Rais dan Abdurrahman Wahid, sebagai simbol tokoh Neo-Modernisme Islam Indonesia, dalam mengantarkan bangsa Indonesia keluar dari krisis multi dimensi ini, tidak diragukan akan menumbuh suburkan pergerakan kaum Neo-Fundamentalis Islam yang telah mendapat perhatian dan simpati masyarakat. Demikian pula perpecahan demi perpecahan di kalangan elit politik akan menyulut kekecewaan demi kekecewaan masyarakat yang sudah penuh dengan penderitaan. Perilaku sumbang para elit politik, cendikiawan yang melacurkan pengetahuannya dan meluasnya praktek KKN serta tidak terselesaikannya kasus pelanggaran HAM maupun peperangan di Aceh, Maluku dan Ambon telah memicu ketidak percayaan masyarakat pada pemerintah yang telah dipilihnya dalam pemilu.

Kekecewaan masal dan ketidakpercayaan masyarakat ini tidak diragukan akan memicu lakhirnya sebuah gerakan alternatif, sebagai gerakan penyelamatan umum terhadap bangsa dan negara yang dilanda ketidakpastian. Umumnya yang dapat memberikan solusi pada masyarakat, menurut teori sosial, hanya dua gerakan, gerakan kiri radikal atau gerakan kanan radikal, yang kedua-duanya sudah mulai tampil di pentas politik Indonesia. Mereka yang umumnya adalah alumni perguruan tinggi dalam dan luar negeri, dengan tingkat kefahaman akan gerakan yang mendalam, dengan semangat militansi dan dedikasi tinggi dengan gerakan dan

228

Page 229: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

aktivitasnya seakan berpacu mengambil simpati rakyat. Namun di arena gerakan massa ataupun gerakan politik, kelompok kiri jauh ketinggalan dengan kelompok kanan yang mendapat simpati masyarakat, terutama gerakan simpati kaum muda muslim profesional seperti Hizbut Tahrir yang gerakannya dapat memikat masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim.

Demikian pula dengan kenaikan perolehan suara Partai Keadilan, yang menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada pemilu 2003 lalu jelas memberikan indikasi bahwa generasi muda Islam yang istiqomah, bersih dan mengedepankan ahlaqul karimah akan mendapat dukungan besar masyarakat dan sangat diharapkan kehadirannya untuk menggantikan peranan elit politik sekuler yang penuh dengan intrik dan perilaku bejad korupsi. Namun kelompok tarbiah ini perlu diuji ketahannya terhadap tarikan dunia kekuasaan yang sangat memikat, diharapkan dengan program tarbiah yang diberikan kepada kadernya, PKS akan menjadi sebuah partai politik yang benar-benar Islami dan memperjuangkan cita-cita Islam di Indonesia.

Gerakan Neo-Fundamentalis Islam, sebagai pengejewantahan dari gerakan kanan radikal memiliki peluang besar sebagai alternatif penyelesaian terhadap krsisi multi dimensi yang dihadapi bangsa Indonesia. Karena bangsa Indonesia adalah mayoritas muslim, religious dan anti pada paham kekiri-kirian yang selalu diidentikkan dengan komonisme yang anti Tuhan dan anti agama. Penampilan para pelopor gerakan Neo-Fundamentalis Islam yang ramah, zuhud, ikhlas namun konsisten akan menjadi daya tarik masyarakat terhadap alternatif yang ditawarkannya. Hal ini berbeda dengan tawaran kiri yang menginginkan pertentangan kelas dan revolusi brutal.

Tidak diragukan gerakan neo-fundamentalisme Islam, dengan keteguhan doktrinnya dan kekonsistenan para pelopornya akan menjadikan gerakan ini sebagai gerakan alternatif bagi bangsa Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Masyarakat akan memberikan kesempatan kepadanya untuk membuktikan keunggulan ajaran yang diserukannya, sebagaimana di dunia Islam lainnya. Namun demikian perjuangan tidaklah semudah yang dibayangkan, karena musuh-musuh Islam tetap akan membuat makar untuk menghancurkan eksisitensi Islam dan para pemimpinnya sebagaimana yang tengah direkayasa di Indonesia yang menggambarkan adanya sekelompok teroris yang doyan membunuh dengan bom, yang bernama Jamaah Islamiyah (JI). Pencitraan buruk terhadap Islam dan gerakan Islam serta tokohnya akan memperkuat posisi Islam di masa depan, karena ujian/fitnah bagi aktivis Islam sama maknanya dengan penempaan dan pemurnian sebagai berlian. Yang tidak tahan dengan fitnah akan mundur dengan sendirinya dari gerakan dan akan memberikan kempatan kepada mereka yang bermental baja untuk meneruskan perjuangan suci para pendahulu yang telah menemui syahid, baik Hasan al-Banna, Sayyid Qutb ataupun SM. Kartosuwirjo.

Para penggerak Neo-Fundamentalis Islam sangat yakin dengan kemenangan mereka, baik kemenangan di dunia dengan tegaknya tata dunia

229

Page 230: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Islami maupun di akherat dengan diganjarnya mereka dengan syurga yang penuh dengan kenikmatan sebagaimana dijanjikan Allah dalam al-Qur’an :

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal soleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang tetap kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (al-Nur : 55)

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. Itulah janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah ? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (al-Taubah : 111)

Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan dien (agama, sistem hidup) yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala dien, meskipun orang-orang kafir benci. (al-Shaff : 9).

BAB VIIRENAISANS ISLAMI UNTUK INDONESIA(MENGGAGAS GERAKAN KEBANGKITAN ISLAM)

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sebuah bangsa Sebelum mereka merubah keadaan diri mereka sendiri.

QS Al-Ra’d : 11

Sebagaimana telah dinyatakan pada bab-bab sebelumnya, bahwa pada saat ini gerakan reformasi di Indonesia telah mengalami kemandekan serta kemunduran, bahkan mulai kehilangan arah dan diragukan keampuhannya dalam menyelesaikan problematika bangsa Indonesia. Gerakan reformasi dengan segala kelebihan dan kekurangannya telah mati muda akibat ketidaksiapannya menghadapi benturan-benturan yang sangat

230

Page 231: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kompleks dengan berbagai bentuk krisis yang sudah menjadi krisis super multi dimensi. Bahkan ada yang beranggapan bahwa gerakan reformasi yang salah arah, tidak terkendali (kebablasan) dan asal-asalan telah ikut andil dalam memperparah keadaan bangsa sebagaimana dinyatakan tokoh-tokoh orba yang berusaha bangkit kembali dan mencari pembenaran atas tindakannya di masa lalu. Demkian juga halnya, gerakan reformasi di era pemerintahan SBY semakin melemah dan kehilangan gaungnya, terutama setelah tokoh penggerak reformasi, Amien Rais dikalahkan secara telak melalui pemilihan umum yang diadakan secara langsung. Hal ini dapat diartikan bahwa bangsa Indonesia lebih memilih pemimpin militer yang dilakhirkan dan dibesarkan orde baru, ketimbang memilih tokoh reformasi. Bangsa Indonesia telah menentukan pilihannya, dan pilihan kepada SBY-JK itulah yang menggambarkan keadaan dan kemauan bangsa dan menolak program-program kaum reformis yang dianggapnya tidak akan mengantarkan kemakmuran dan kesejahteraan.

Jika gerakan reformasi tidak mampu merubah dan memperbaiki keadaan, maka untuk menyelamatkan Indonesia dari kehancuran total akibat krisis multi dimensi yang dideritanya saat ini, yang semakin hari semakin mengkhawatirkan semua komponen bangsa, dibutuhkan sebuah gerakan alternatif yang lebih dinamis, konstan, terstruktur dan revolusioner. Sebuah gerakan perombakan total dan perubahan radikal sebagai kelanjutan dari gerakan reformasi yang sedang berlangsung saat ini. Gerakan ini akan menjadi titik ekstrim gerakan reformasi yang menyerukan perubahan-perubahan atau lebih tepat perombakan-perombakan fundamental dan radikal pada tatanan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Karena perubahan-perubahan parsial yang diterapkan para pemimpin bangsa saat ini, baik dalam bentuk gerakan-gerakan reformasi atau sejenisnya sudah tidak mampu lagi menyelesaikan permasalahan kronis ataupun memberikan solusi strategis terhadap krisis multi dimensi yang dihadapi bangsa Indonesia. Diperlukan sebuah gerakan baru dengan daya perubahan besar dan menyeluruh agar bangsa Indonesia yang besar, luas, kaya raya, penuh tradisi, budaya dan peradaban tidak tumbang dan terpecah belah menjadi bangsa-bangsa kecil. Tindakan-tindakan strategis, terencana dan berkesinambungan harus dijalankan, terutama untuk mengatasi dan menyelesaikan krisis-krisis yang tengah diderita bangsa Indonesia dengan tahapan-tahapannya, seperti tindakan tim dokter spesialis yang mengobati pasien yang menderita berbagai penyakit dengan komplikasi yang dideritanya.

Untuk memastikan keberhasilannya, gerakan perubahan pasca reformasi yang dirancang untuk bangsa Indonesia harus mengingat beberapa masalah fundamental, diantaranya adalah:

Pertama, bangsa Indonesia adalah bangsa yang tumbuh dan berkembang dari dinamika sejarahnya yang panjang dan tidak dapat disamakan dengan bangsa-bangsa lainnya, karena setiap bangsa tumbuh dan berkembang menurut dinamika sejarahnya sendiri-sendiri. Gerakan

231

Page 232: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

perubahan bagi bangsa Indonesia tidak harus sama persis dengan berbagai bentuk perubahan-perubahan ataupun revolusi-revolusi yang diserukan bangsa-bangsa lainnya. Sebuah model perubahan di Eropa atau Amerika latin mungkin tepat bagi mereka dan berhasil membangun tatanan masyarakat baru, namun tidak tepat diterapkan di Indonesia, sebagaimana yang dialami kaum Komonis-Marxis yang gagal menggerakkan revolusi sejenis akibat mendapat tentangan dahsyat dari mayoritas masyarakat muslim. Nilai-nilai universal perubahan radikal, seperti semangat heroisme dan pengorbanan serta perjuangan tak kenal lelah inilah yang harus diserap dan disesuaikan dengan latar belakang sejarah, tradisi, pergerakan, jatuh atau bangunnya peradaban bangsa.

Kedua, bangsa Indonesia sedang melakukan gerakan reformasi yang menuntut perbaikan-perbaikan dalam tatanan masyarakat yang selama ini dianggap menyimpang sementara diperlukan gerakan perubahan yang lebih dinamis dan konstan sebagai kelanjutannya. Dengan demikian, produk-produk reformasi yang bernilai positif dapat dipertahankan dan dijadikan sebagai asas dalam membangun tata Indonesia baru. Misalnya tuntutan penghapusan dwifungsi ABRI, supremasi hukum, otonomi daerah, amandemen UUD 45 dan lainnya dapat dikembangkan lebih jauh sesuai dengan tuntutan masyarakat pasca reformasi.

Ketiga, dasar negara Pancasila dan UUD 45, termasuk hasil amandemen tahun 2000, sebagai landasan utama sistem tatanan berbangsa dan bernegara masyarakat Indonesia yang telah diterapkan selama 60 tahun lebih ternyata menimbulkan berbagai bentuk krisis, baik krisis idiologi, krisis moral, krisis ekonomi, sampai pada krisis agama dan sosial sebagaimana diterangkan terdahulu. Lebih jauh, krisis demi krisis ini telah mengantarkan bangsa Indonesia menuju krisis multi dimensi yang dapat mengantarkannya menuju kehancuran total dan hilangnya eksistensi NKRI. Pancasila dan UUD 45 yang multi tafsir, rancu, dangkal dan kabur telah menjadi penyebab utama krisis idiologi yang membawa kegamangan demi kegamangan bangsa Indonesia dalam meraih cita-citany menjadi bangsa yang besar dan maju, terutama kelompok mayoritas muslim yang telah memiliki Islam sebagai sumber kekuatan idiologi dan falsafah hidup sebagaimana dinyatakan para bapak bangsa yang diwakili M.Natsir (lihat bab Meluruskan Pancasila). Untuk itu Pancasila dan UUD 45 dengan segala keterbatasannya, yang digali para pendiri bangsa dan termasuk yang sudah diamandemen pada tahun 2000, perlu diganti secara totalitas dengan sebuah sistem yang sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia terkini, minimal diadakan perombakan-perombakan fundamental. Jangan sampai penderitaan bangsa selama 60 tahun tetap dipertahankan dan akan diwariskan kepada generasi mendatang. Usaha-usaha untuk meluruskan kembali Pancasila dengan memasukkan 7 kata dalam Piagam Jakarta dapat dijadikan batu loncatan dalam membangun idiologi negara berdasarkan keyakinan kelompok mayoritas bangsa Indonesia yang beragama Islam.

232

Page 233: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Keempat, Indonesia adalah negara mayoritas Islam, tidak kurang dari 90 % bangsa Indonesia adalah muslim, walaupun tidak seluruhnya sebagai muslim yang taat. Namun realitas ini mengharuskan semua tindakan sosial-politik tidak boleh bertentangan secara langsung dengan ajaran Islam. Demikian pula halnya, perubahan-perubahan radikal yang mengatasnamakan idiologi yang bertentangan dengan Islam akan mendapat tantangan dan perlawanan dari mayoritas rakyat. Maka sebuah perubahan yang akan digerakkan seyogyanya sebuah perubahan yang tidak bertentangan dengan Islam, bahkan bila perlu dikemukakan sebuah konsep perubahan yang berdasarkan ajaran Islam sebagai tuntutan mayoritas bangsa.

Kelima, Pasca gerakan reformasi telah tumbuh subur berbagai bentuk pergerakan revolusioner yang mengaitkan diri dengan berbagai bentuk idiologi. Adalah sangat bijaksana jika diadakan semacam forum dialog dalam menentukan agenda-agenda perubahan agar tidak terjadi benturan-benturan yang akan menghambat gerakan perubahan bangsa Indonesia. Jika memungkinkan diadakan gerakan sinergi diantara berbagai kelompok pergerakan yang bertujuan membangun tatanan Indonesia baru.

Melihat beberapa fenomena di atas, maka perubahan yang paling tepat dijalankan di Indonesia adalah perubahan yang dapat diterima oleh seluruh komponen bangsa Indonesia, gerakan perubahan yang mengutamakan kedamaian, keselamatan dan jauh dari cara-cara anarkhis. Demikian pula perubahan ini harus dijalankan oleh mereka yang benar-benar memiliki konsep yang telah terbukti keunggulannya dalam membangun masyarakat utama sebagaimana dicita-citakan bangsa Indonesia.

Sejak beberapa dekade terdahulu, sebelum ataupun sesudah kemerdekaan, putra-putra terbaik bangsa telah mengemukakan berbagai konsep perubahan yang terbaik untuk bangsanya. Sebelum kemerdekaan HOS. Cokroaminoto telah menggagas apa yang beliau sebut sebagai "Sosialisme Islam", Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah membawa "Islam Kaum Muda", Semaun, Tan Malaka Cs telah mengemukakan konsep Marxisme-Komonisme, Soekarno mengajukan Marhainisme, SM. Kartosoewirjo mengajukan "Negara Islam". Keadaan yang mendesak karena akan segera diproklamasikan Indonesia merdeka, para pendiri bangsa akhirnya sepakat menyusun sebuah dasar negara sementara yang bernama Pancasila, sebagai sebuah idiologi kolektif bangsa Indonesia yang dapat ditafsirkan menurut kepercayaan dan keyakinan masing-masing. Demikian pula setelah kemerdekaan tampil M. Natsir cs yang menginginkan Islam sebagai dasar negara Indonesia yang berhadapan langsung dengan kelompok Soekarno yang disebut Endang Saifuddin Anshori sebagai Nasionalis-Sekuler, yang didukung kekuatan Komonis yang kemudian beraliansi menjadi Nasakom (Nasionalisme, Agama dan Komonisme). Kenaikan Soeharto telah memaksa bangsa Indonesia untuk kembali kepada Pancasila yang kemudian ditafsirkannya menurut kepentingan kekuasaannya dengan memaksakan azas tunggal Pancasila yang telah membelenggu para pemimpin Islam yang memperjuangkan Islam. Di era inilah lakhir generasi

233

Page 234: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Islam seperti Nurcholis Madjid cs yang menyerukan Sekulerisme-Islam, sebuah aliran yang mengedepankan pluralisme Islam dan kebinekaan bangsa Indonesia dengan meninggalan penerapan Islam dalam tatanan berbangsa dan bernegara. Aliran ini mendapat dukungan rezim penguasa, karena sesuai dengan kepentingan politiknya, bahkan ada yang menganggapnya sebagai antek penguasa yang mengatasnamakan Islam. Setelah 60 tahun bergelut dengan Pancasila dan berbagai bentuk sistem serta penafsirannya, kini bangsa Indonesia menemui dirinya telah terjebak dalam krisis multi dimensi yang terus menggrogoti kesatuan dan persatuannya.

Sebagai salah satu komponen mayoritas bangsa Indonesia yang menyakini Islam sebagai ajaran yang akan memberikan rahmat kepada seluruh umat manusia, maka sudah sepantasnyalah setelah lebih 60 tahun diberi kesempatanan untuk mengemukakan sebuah konsep perubahan sosial berdasarkan dan berakar pada ajaran Islam. Konsep perubahan yang berdasarkan ajaran Islam pasti dapat diterima oleh bangsa Indonesia dan sangat sesuai untuknya dengan beberapa alasan utama seperti mayoritas bangsa Indonesia adalah Islam dan Islam sendiri dalam sejarah bangsa Indonesia telah mendorong lakhirnya gerakan-gerakan revolusioner yang mengusir penjajah Barat. Disamping itu, pada saat ini sedang terjadi kebangkitan Islam yang sangat dinamis, yang akan menjadikan ajaran Islam sebagai solusi dari krisis multi dimensi yang dihadapi bangsa dan digerakkan oleh putra-putra terbaik yang telah memahami kesempurnaan ajaran Islam serta kepalsuan idiologi manusiawi yang telah menimbulkan malapetaka, baik di Barat maupun di Timur. Kebangkitan itu ditandai jelas dengan semakin berkembangnya ajaran-jaran Islam ke lini kehidupan bangsa Indonesia, baik dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan, hukum, birokrasi, organisasi dan lainnya. Maraknya masyarakat perkotaan yang mengikuti berbagai program spiritualisme Islam yang dikemas dalam kegiatan-kegiatan yang diikuti eksekutif adalah bukti adanya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya mengikuti ajaran Islam. Islam sudah mulai mendapat tempatnya kembali di bumi Indonesia akibat dari kegagalan sistem-sistem manusia yang sekuleristik, materialistik dan hedonistik.

Konsep Gerakan Perubahan Sosial Dalam Tradisi IslamSelama ini masih banyak orang yang ragu atas kemampuan Islam

dalam mengantisipasi keadaan dunia modern. Umumnya pertanyaan yang dilontarkan apakah Islam yang diturunkan 15 abad silam di tengah padang pasir Arabia kepada masyarakat pra-feodal, masih mampu memberikan solusi kepada dunia modern yang penuh dengan krisis dan dilemma. Apakah ajaran Islam masih relevan dengan dunia yang tengah mengalami lonjokan-lonjakan dahsyat pengetahuan dan teknologi, yang pada akhirnya mempertanyakan apakah Islam mampu membentuk sebuah tatanan dalam tatanan dominan yang bersumber dari peradaban Barat yang telah mengglobal. Karena pada kenyataannya, sejak beberapa abad lalu dunia Islam telah mengalami penjajahan-penjajahan yang mengakibatkan

234

Page 235: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

hilangnya tradisi masyarakat Islam yang telah dibangun bertahun-tahun, bahkan lebih jauh telah merubah tatanan masyarakat dan sistemnya menjadi pola masyarakat Barat yang dengan setia menerapkan produk pengetahuan dan teknologi Barat.

Sejauh ini para cendekiawan muslim terkemukapun masih berbeda pendapat tentang kedudukan ajaran Islam di tengah derasnya modernisasi, yang akibatnya telah membingungkan atau lebih jauh mematahkan semangat masyarakat awamnya dan mengantarkan mereka pada krisis dan dilemma yang menambah keterbelakangan dan kebodohan mereka. Di satu sisi ada yang menyerukan modernisasi tanpa batas, yang menerima apapun yang disodorkan Barat dengan alasan sederhana, jika mau maju seperti Barat, maka kaum muslimin harus seperti Barat sebagaimana yang di anut Mustafa Kemal Attaturk yang telah mengantarkan masyrakat Islam Turki menjadi masyarakat muslim yang sekuler. Di sisi lain ada sekelompok yang mempertahankan apa adanya ajaran-ajaran Islam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah yang membuat mereka secara otomatis bertentangan dengan dunia modern, bahkan sekaligus menutup diri dengan alasan terlalu banyak permasalahan yang ditimbulkan oleh modernisasi yang diserukan Barat. Diantara kedua kutub ektrim ini terdapat sekelompok cendekiawan yang mencari jalan tengah, bagaimana dapat menerima pengetahuan dan peradaban Barat dengan sempurna tanpa harus mengorbankan tradisi dan keyakinan kaum muslimin. Kelompok terakhir dengan giatnya telah mencari pertautan antara Islam dengan peradaban modern yang dikembangkan Barat yang sebagiannya memang berakar pada peradaban Islam.

Penelitian-penelitian cendekiwan ini telah mendorong pertautan pengetahuan modern dengan Islam, yang pada tahapan selanjutnya diharapankan melakhirkan sebuah peradaban baru Islam yang berdasarkan kemajuan peradaban modern dan keunggulan ajaran Islam. Pertautan ini telah melakhirkan berbagai cabang pengetahuan baru, terutama dalam pengetahuan sosial, ekonomi, politik dan lainnya. Teori-teori sosial modern dikembangkan dan dikorelasikan sedemikian rupa dengan tradisi Islam oleh para cendekiawan muda muslim yang memahami akar peradaban Islam maupun Barat, dan melakhirkan sebuah teori-teori baru, yang oleh Prof. Syed Naquib Alattas disebut dengan De-Westernization of Knowledge atau yang dipopulerkan Prof. Ismail Faruqi dengan Islamization of Knowledge. Banyak diantara para cendekiawan muslim yang telah berhasil merumuskan teori-teori pengetahuan Islam berdasarkan kaedah tadi seperti yang dilakukan salah seorang cendekiawan muslim terkemuka seperti Aly Shari’aty dari Iran misalnya. Dengan pengetahuannya yang mendalam tentang ajaran Islam dan pengetahuan Barat yang diperolehnya di Prancis, khususnya dalam bidang sosiologi, Shari’aty telah membangun fondasi sosiologi Islam yang bertujuan membentuk sebuah tatanan masyarakat muslim dengan metode perubahan sosialnya. Dalam perjalanannya, Shari’aty menemukan pertautan antara konsep perubahan sosial yang dikembangkan Barat dengan konsep yang dikemukakan Islam, diantaranya adalah konsep revolusi yang menjadi bagian

235

Page 236: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dari perubahan sosial yang paling populer di Barat. Dengan pengetahuannya, Shari’aty telah berhasil mengembangkan konsep perubahan sosial menurut ajaran Islam, bahkan dengan pendekatan melalui tradisi Syi'ah masyarakatnya, Shari’aty telah membangun sebuah model baru perubahan yang lakhir dari metodelogi pengetahuan Barat yang berintegrasi dengan ajaran Islam dan tradisi masyarakatnya.

Sebelumnya pada awal kurun 20an, telah tampil para penggagas gerakan Islam yang berpengaruh dan terus mengembangkan gerakannya sampai saat ini. Bahkan gerakan-gerakan Islam yang progresif dan dinamis ini telah menjadi benteng kaum muslimin dalam menghadapi gempuran-gempuran dahsyat Sekulerisasi yang sebarkan penjajah Barat untuk menghilangkan eksistensi Islam di muka bumi. Namun keikhlasan dan keberanian para pemimpin gerakan telah membangkitkan kesadaran masyarakat untuk menolak kolonialisme dan imprialisme dalam segala bentuknya, walaupun akhirnya mereka menjadi martir atas perjuangan sucinya. Dan tidak diragukan bahwa mereka telah berhasil mengembangkan sebuah konsep perubahan sosial yang terorganisir sehingga mampu bertahan menjadi penggerak perubahan pada masyarakat Islam dan berkembang sampai saat ini, minimal menjadi sumber inspirasi atas gerakan-gerakan yang lakhir kemudian. Di antaranya adalah Hasan Al-Banna yang telah mendirikan gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir, Abul A'la Al-Maududi yang mendirikan Jama'at Islami, Ulama-lama di anak benua India yang mendiriakan Jama'ah Tabligh, Syekh Nabhani dari Palestina yang memproklamasikan gerakan Hizbut Tahrir dan gerakan-gerakan Islam yang lakhir sesudahnya.

Di antara gerakan Islam kontemporer, yang dianggap mampu bertahan menghadapi tantangan dan rintangan serta berhasil mengembangkan gerakan dan pemikirannya sampai saat ini, termasuk di Asia Tenggara, adalah Ikhwanul Muslimin yang didirikan pada tahun 1924. Keberhasilan Ikhwanul Muslimin mengembangkan gerakan dan pengaruhnya tidak lain karena keberhasilannya mengembangkan kader-kader yang mampu menafsirkan, menjabarkan bahkan mengembangkan ide-ide cemerlang para pendirinya. Demikian pula keberhasilan ini didukung oleh kemampuan para pemimpin ikhwan untuk menggunakan potensi yang ada dalam mengembangkan gerakannya, terutama memanfaatkan institusi pendidikan Islam tertua di Mesir, Universitas Al-Azhar, tempat belajarnya calon-calon cendekiawan muslim dari seluruh dunia. Kematangan masyarakat Mesir dalam mencerna perubahan sosial yang digerakkan oleh para pemimpin Ikhwan telah mendorong perkembangan pemikiran ataupun gerakan yang dicanangkan Al-Banna. Para kader yang terdiri dari intelektual dan ulama yang istiqomah dan berdedikasi tinggi dalam mendidik dan memimpin masyarakat telah menjadikan gerakan Ikhwan tersebar ke seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, gerakan Ikhwan yang mulai berkembang pesat di awal kurun 70an yang dikenal dengan gerakan Tarbiah, kini telah melakhirkan sebuah partai yang berbasiskan pada dakwah dan kader, Partai

236

Page 237: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Keadilan Sejahtera (PKS) yang digerakkan oleh aktivis-aktivis muda dan memiliki lebih 50 wakil di DPR, serta berhasil menempatkan salah seorang kadernya, Dr. M. Hidayat Nur Wahid, sebagai Ketua MPR. Sebagaimana cita-cita agung Syekh Al-Banna, diharapkan gerakan-gerakan serupa menjadi motor dalam perubahan sosial masyarakat Indonesia menuju sebuah tatanan yang adil makmur dibawah naungan keridhoan Allah SWT.

Pada hakikatnya, konsep perubahan sosial dalam Islam, walaupun dengan namanya yang berbeda adalah bagian daripada ajaran Islam dalam menegakkan agama. Hal ini dapat dilihat dari ajaran-ajaran Islam yang menyerukan jihad dan amar ma’ruf nahi mungkar kepada para penyimpang dan penindas. Bahkan perjuangan suci Rasulullah dan para shahabatnya dalam menegakkan eksistensi Islam adalah sebuah gerakan perubahan yang telah merombak wajah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat Islam yang tegak atas dasar persamaan, persaudaraan, kebebasan dan keadilan yang menjadi dambaan umat manusia. Demikian pula al-Qur’an telah menceritakan dengan memikat bagaimana perjuangan para nabi agung seperti Nuh as, Ibrahim as, Musa as, Isa as dan lainnya dalam membangun masyarakat baru yang berlandaskan pada ajaran-ajaran suci, yang tidak disangsikan jika diterjemahkan dalam konteknya dapat dikategorikan sebagai gerakan perubahan dan pembebasan kaum tertindas dari para penindasnya seperti di Barat yang mereka kenal dengan reformasi, revolusi dan sejenisnya.

Dalam dunia modern, istilah perubahan sosial Islam (Islamic Social Chance) seperti revolusi Islam misalnya mulai populer dan mendapat perhatian dunia setelah tercetusnya revolusi yang membawa bendera Islam di Iran dibawah pimpinan Khomaeny yang menggulingkan kekuasaan Shah Reza Pahlevy di tahun 1979. Perjuangan panjang masyarakat muslim Iran yang digerakkan para ulama dan cendekiawan yang telah berhasil memformulasikan tradisi pengorbanan dan perjuangan Imam Husien dan metode perubahan sosial modern dalam membangun tatanan baru dan meruntuhkan tatanan lama yang menindas telah membangkitkan kesadaran dan semangat rakyat Iran untuk memberontak dan memperjuangkan kebebasan mereka. Perjuangan panjang yang tak kenal lelah dari generasi ke generasi telah melakhirkan sebuah perubahan radikal yang mengguncang peradaban Barat yang tidak pernah menyangka bahwa Islam memiliki daya gerak terhadap perubahan masyarakat sebagaimana difahaminya. Revolusi Islam Iran telah memberikan pelajaran penting kepada peradaban Barat bahwa Islam adalah agama yang dapat menggerakkan kesadaran kolektif masyarakat tertindas dan sekaligus memberikan inspirasi kepada kaum muslimin bahwa Islam dapat menjawab tantangan dunia modern. Namun demikian konsep perubahan sosial dalam Islam tidak dapat diidentikkan dengan berbagai gerakan perubahan di Barat, seperti revolusi-revolusi yang telah terjadi di dunia Barat misalnya. Karena revolusi adalah produk pemikiran dan peradaban yang berkembang dalam sebuah tatanan masyarakat Barat yang sekuler, masyarakat yang menolak peranan Tuhan

237

Page 238: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dan agama dalam kehidupan sosial mereka, sementara Islam sangat menekankan hubungan antara manusia dengan Tuhan dan agamanya dalam setiap perilakunya. Dalam setiap gerakannya seorang Muslim dituntut untuk senantiasa mengedepankan nilai-nilai agamanya dalam menjalankan aktivitas kehidupannya, baik dalam sosial, ekonomi, politik dan lainnya, karena Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, yang akan mengantarkannya menuju kesempurnaan hidup.

Itulah sebabnya, ada sebagian cendekiawan Islam yang menolak istilah-istilah yang lakhir dari masyarakat Barat seperti revolusi ini, walaupun mengandung unsur kesamaan dalam proses gerakannya dengan yang diajarkan Islam, namun secara filosofis bertentangan. Setiap gerakan dan tindakan dalam Islam harus bersih dari semua unsur-unsur duniawiyah, baik untuk mendapatkan harta, jabatan, keharuman nama, bintang dan sejenisnya. Gerakan dalam Islam hanya dapat diterima apabila disandarkan dengan tujuan hanya untuk mendapatkan keridhaan dari Allah dan menegakkan kalimat-Nya di muka bumi. Tentu hal ini bertentangan dengan konsep revolusi sekuler yang bertujuan untuk mendapatkan nilai-nilai duniawiyah, karena telah melepaskan agama dari gerakannya. Sementara di dalam Islam sendiri banyak istilah-istilah yang dikemukakan al-Qur’an dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Di dalam al-Qur’an terdapat konsep-konsep yang berhubungan dengan perubahan, diantaranya adalah konsep taghyir, yang dinyatakan al-Qur’an : Sesungguhnya Allah tidak akan men-taghyir apa-apa yang ada pada sebuah bangsa, sampailah mereka men-taghyir apa-apa yang ada pada diri mereka. (QS. 13 : 11). Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa Rasulullah saw telah bersabda : Barangsiapa diantara kamu yang melihat kerusakan, maka hendaklah ia men-taghyir dengan tangannya, jika ia mampu, atau dengan ucapannya jika ia mampu atau dengan hatinya.

Di dalam terminologi bahasa Arab, kata taghyir (ghoyyaro-yughoyyiru-taghyiran) dapat diartikan sebagai perubahan atau perombakan. Di dalam al-Qur’an dan al-Hadits sebagaimana dinyatakan di atas, kata taghyir dihubungkan dengan perubahan-perubahan yang berkaitan dengan perubahan karakter, sifat, keadaan, perilaku, status dan sejenisnya, baik menyangkut pribadi dan masyarakat. Namun dalam hal ini perubahan yang dikehendaki bukan hanya perubahan fisik dan materi semata, karena kata ma pada ayat di atas mengandung pengertian yang luas dan dalam, baik menyangkut karakter, moral, ekonomi, idiologi perilaku bahkan keadaan kejiwaan, baik emosional, intelektual, spiritual dan lainnya. Perubahan dalam Islam menghendaki perubahan yang totalitas (kaffah) dan didasarkan kepada sebuah tujuan mulia, yaitu untuk mendapatkan keridhaan-Nya dan menegakkan kalimat-Nya di muka bumi. Tentu hal ini berbeda dengan konsep revolusi atau gerakan perubahan apapun yang datangnya dari masyarakat sekuler Barat.

Dengan demikian jelaslah, bahwa gerakan reformasi ataupun revolusi berbeda dengan gerakan taghyir yang dikemukakan Islam, walaupun sama-

238

Page 239: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

sama menghendaki terjadinya perubahan dan perombakan dalam masyarakat dan tatanannya secara radikal, fundamental dan konstan, namun semuanya berbeda, baik landasan filosafi, paradigma, metode, maupun tujuan akhirnya. Gerakan perubahan yang dilakukan Muhammad Rasulullah dan para shahabatnya telah memberikan gambaran jelas akan hal ini. Mereka mengadakan perubahan bukan semata-mata untuk menumbangkan rezim dan para tiran semata, namun mereka menggerakkan perubahan untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi dengan cara-cara yang sangat mulia dan agung. Sementara gerakan revolusi yang dilakukan masyarakat Barat penuh dengan intrik dan bertujuan menjatuhkan tiran dan menggantinya dengan tiran baru kaum elit partai yang mengatasnamakan kaum tertindas dan mengenyampingkan moral dalam gerakannya.

Jika sangat terpaksa harus mengadopsi sebuah peristilihan Barat, terutama karena keterbatasan kosa kata yang sesuai, maka istilah gerakan perubahan yang dikehendaki masyarakat Islam kontemporer yang mungkin lebih mendekati dengan padanan kata yang dimaksudkan adalah renaisans (renaissance) yang biasanya di artikan dengan re-vival, kebangkitan kembali. Istilah renaisans sendiri sangat populer di kalangan masyarakat Barat, namun memiliki perbedaan konotasi dengan reformasi atau revolusi yang lebih berbau para gerakan politik dan kekuasaan. Renaisans sendiri digunakan masyarakat Barat untuk menandakan era kebangkitan kembali peradaban masyarakat Barat sebagaimana disebutkan RS. Lopez dalam "Still another Renaissance?", The American Historical Review (h.2) "Jika renaisans difahami dalam pengertiannya yang asli sebagai kebangkitan kembali (revival), kelakhiran baru, atau memang konsepsi yang baru, tampaknya tidak ada periode dalam sejarah Eropa yang dapat disebut masa renaisans lebih dari abad X". Karena pada kurun inilah masyarakat Eropa mengalami sebuah kebangkitan kembali dalam semua sisi kehidupan, yang dimulai dengan renaisans dalam bidang teologi, idiologi, intelektual, spiritual yang terus menjalan sampai pada dataran pengetahuan, teknologi dan seni, yang pada akhirnya telah melakhirkan peradaban Barat modern sekuler seperti yang kita kenal saat ini.

Renaisans Italia, sebagaimana yang ditulis Jacob Burckhardt dalam Die Kultur der Renaissance in Italien, telah menampakkan sebuah proses kelakhiran kembali pengetahuan, kebudayaan, dan gaya klasik. Itulah sebabnya, istilah "renaisans" telah diperluas pengertiannya hingga mencakup pelbagai kebangkitan dan periode budaya restorasi klasik. Renaisans Barat (seperti Carolingian, Ottonian, abad ke -12, Bizantium) telah berkembang dalam pengertian yang telah diperluas tersebut. Ada tanda-tanda yang sangat jelas bahwa fenomena serupa juga ditemukan pada lingkungan budaya peradaban Islam, yang pada abad ke-10 M menikmati kelakhiran kembali warisan klasik dan kebangkitan kembali kebudayaan pada umumnya.

Istilah renaisans juga telah digunakan oleh para intelektual Barat untuk menjelaskan fenomena kebangkitan kembali intelektualisme Islam dalam

239

Page 240: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

peranannya mengembangkan peradaban modern, diantaranya seperti yang dikemukakan Adam Mez dalam Die Renaissance des Islam, yang telah menjelaskan proses gerakan kebangkitan kembali Islam yang mengalami puncak kegemilangannya pada abad ke 10-12 M. Menurut HR. Gibb, dalam "An Interpetation of Islamic History, Studies on Civilization of Islam, renaisans Islam adalah kegiatan-kegiatan kultural dan intelektual berkembang dalam atmosfer kemakmuran material dan keberagaman dalam keagamaan, serta pencapaian-pencapaiannya yang kreatif memiliki karakter personal (pribadi) dan individual. Sementara E. Panafsky dalam Renaissance and Renascences in Western Art, (h.5) menyatakan bahwa istilah Arab modern untuk "renaisans" adalah nahdha, yang berarti "kelakhiran, kebangkitan".

Joel L. Kraemer dalam Humanism in the Renaissance of Islam, ketika mengkritik pandangan DS. Margoliouth, menyatkan bahwa dalam tradisi Barat istilah "renaisans" berarti menemukan kembali sesuatu yang hilang, tetapi institusi-institusi yang diperbincangkan Mez dalam tradisi Islam lebih merupakan sesuatu yang betul-betul baru ketimbang "ditemukan" kembali. Jadi, ungkapan "renaisans Islam" sesungguhnya layak untuk diperdebatkan dan hal ini akan membawa kita pada suatu pengertian tentang proses kultural yang dialami peradaban Islam pada abad ke-10 M.

Ketika membandingkan antara renaisans dalam peradaban Barat dan Islam, Kreamer menyatakan dalam perbagai variasinya, secara umum Renaisans Barat telah memunculkan kesadaran bahwa zaman baru telah datang-kerap kali difahami sebagai jalan kembali ke masa lalu yang gemilang- dan kata revival (kebangkitan kembali), renovation (perbaikan), dan rebirth (kelakhiran kembali) dipergunakan untuk mengungkapkan kesan tersebut. Sedangkan dalam lingkungan Islam, perkataan renovasi (perbaikan) dipergunakan untuk pembaruan keagamaan (religious revivication) dan sepanjang yang saya ketahui, kami tidak menemukan istilah dalam pengertian semacam ini dalam konteks renaisans kebudayaan yang menjadi fokus perhatian kami. Akan tetapi kekosongan dalam istilah ini tidak serta merta membuktikan bahwa fenomena tersebut tidak ada. Istilah "renaisans" sendiri, sepanjang kata ini dipergunakan untuk "periode renaisans", pertama kali digunakan secara populer pada abad ke -19 M.

Dalam Renaisans Italia, usaha-usaha persiapan telah dilakukan untuk menghidupkan kembali warisan budaya zaman klasik. Begitu pula halnya yang dilakukan para elite kebudayaan pada masa Renaisans Islam yang berjuang secara sadar untuk mengembalikan warisan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani kuno. Para filosof Islam percaya bahwa mereka telah memperbarui sebuah warisan yang bersifat kuno sekaligus asli untuk wilayah mereka. Sebab, menurut legenda tertentu yang sering diadopsi oleh para filosof, para filosof Yunani kuno mengambil kebijaksanaan (wisdom) mereka dari Timur Dekat. Empedokles, umpamanya, dikatakan telah belajar kepada Luqman yang Bijak (Lukman Al-Hakim) di Syro-Palestina, pada masa nabi Daud; Pythagoras dilaporkan pernah belajar fisika dan metafisika kepada

240

Page 241: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

murid-murid Sulaiman di Mesir, dan belajar geometri dari orang-orang Mesir. Para filosof tersebut membawa kebijaksanaan yang mereka serap dari dunia Timur ke Yunani. Studi filsafat Yunani kuno, dengan demikian, lebih merupakan sebuah renovasi (perbaikan) ketimbang inovasi (penemuan).

Renaisans Islam yang rentang waktunya sangat panjang dapat dikatakan telah berlangsung dari abad ke-3H/9M sampai abad ke-4H/10M. Periode ini, yang menurut istilah SD. Goitein disebut sebagai puncak "Intermediate Civilization of Islam", menyaksikan munculnya kelas menengah yang makmur dan berpengaruh, yang memiliki keinginan kuat dan fasilitas yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan dan status sosial, yang memberikan kontribusi dalam pengembangan dan penyebaran kebudayaan kuno. Masyarakat urban, dengan seluruh permasalahannya yang akut-suplai makanan yang kurang, penyakit, ketidakadilan, dan perselisihan- telah menyediakan wadah yang diperlukan bagi usaha-usaha kreatif dan pembebasan diri dari pola-pola dan batasan-batasan tradisional. Mobilitas fisik para saudagar dan sarjana bergandengan tangan dengan mobilitas sosial: individu-individu yang gigih menghancurkan struktur kelas tradisional yang didasarkan pada garis keturunan; pengetahuan, kecerdasan dan bakan dikedepankan sebagai faktor penentu peranan dan status sosial. Selama masa ini, para penguasa dan pejabat negara merupakan patron yang menaruh minat besar terhadap pengetahuan, memanjakan para filosof, ilmuawan, dan sastrawan di istana mereka yang megah......... Masyarakat Islam, menurut G. Levi della Vida, "lebih kosmopolitan daripada masyarakat Yunani dan Romawi yang pernah ada". Puncaknya dicapai pada paruh kedua abad ke-10 di bawah pemerintahan Dinasti Buwaihiyyah di Bagdad dan Iran bagian barat, yang lebih tercerahkan dan toleran. ..... Tidak dapat disangkal bahwa masa Buwaihiyyah merupakan puncak kejayaan periode ini yang dijuluki Adam Mez sebagai "Renaisans Islam", dan hingga batas-batas tertentu bisa dianggap sebagai keunggulan kebudayaan Islam Abad Pertengahan. (lihat bab pendahuluan, Kraemer).

Itulah sebabnya, ketika membicarakan kebangkitan kembali Asia, salah seorang pemimpin Islam terkemuka dari Malaysia, Anwar Ibrahim menggunakan istilah renaisans Asia dalam bukunya yang terkenal Asia Renaissance. Sebagaimana para pemimpin bangsa-bangsa besar dunia, Anwar mengidamkan sebuah kebangkitan kembali Asia sebagai salah satu pusat peradaban, budaya, pengetahuan dan bahkan pusat ekonomi dan politik. Dalam pandangannya, Renaisans Asia adalah merupakan sebuah proses kebangkitan kembali bangsa-bangsa Asia menjadi sebuah entitas yang berpengaruh, bahkan memiliki daya tekan terhadap kekuatan Barat yang sangat dominan, mencengkram bahkan terkadanga memaksakan kehendaknya kepada bangsa-bangsa yang merdeka dan berdaulat. Dengan potensi yang dimilikinya, bangsa-bangsa Asia akan bangkit menjadi kekuatan penyeimbang baru, bahkan mungkin akan menjadi sentra kekuatan baru baik dalam pengembangan peradaban, pengetahuan dan kebudayaan. Untuk memulai sebuah renaisans Asia, Anwar telah menawarkan sebuah dialog

241

Page 242: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

peradaban antara elemen-elemen peradaban Asia, baik yang berdasarkan Islam, Konfucius, Budha dan lainnya.

Dengan demikian, maka jelaslah perbedaan antara gerakan-gerakan perubahan sosial yang diserukan masyarakat Barat dengan tradisi Islam. Jika perubahan sosial yang dikehendaki masyarakat Barat hanyalah sebatas perubahan-perubahan parsial, namun perubahan dalam tradisi Islam menghendaki adanya perubahan yang lebih fundamental. Hal ini dapat dilihat dari seruan yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw kepada para pengikutnya, yang bukan hanya menyerukan sebuah gerakan sosial berdasarkan ekonomi, keturunan, pertarungan klas, militer , intelektualisme ataupun sejenisnya. Tapi perubahan yang diserukan Nabi Muhammad dimulai dari perubahan individual, pemurniaan kepercayaan, pembersihan jiwa dan hati, pengenalan terhadap hakikat diri sebagai manusia yang diciptakan sebagai khalifah di muka bumi. Gerakan Rasulullah dimulai dari pencerahan rohani, pencerahan jiwa, pencerahan spiritual yang kemudian dilanjutkan dengan pencerahan intelektual, yang berujung pada pencerahan sosial, pencerahan yang telah mentransformasikan nilai-nilai keagungan wahyu Allah kepada kehidupan pribadi dan kehidupan sosial. Itulah sebabnya, masyarakat yang dibina Rasulullah selama 23 tahun dijuluki sebagai "umat terbaik yang dikeluarkan dari sekumpulan manusia", sekumpulan manusia-manusia agung yang telah meletakkan fondasi besar untuk pembangunan sebuah peradaban besar umat manusia. Padahal sebelumnya mereka adalah sekumpulan suku-suku kecil yang terpecah belah, hidup dalam keterbelakangan dan kebodohan serta dibawah kekuasaan Romawi dan Parsi. Mereka bangkit bersama Islam menjadi sebuah umat yang menegakkan keadilan dan menjadi mercusuar peradaban.

Maka demikian pula halnya, jika sebuah bangsa yang telah menjadikan Islam sebagai kepercayaannya, maka hanya cara-cara Islamlah yang akan dapat mengantarkannya kepada kejayaan dan kegemilangan. Bukan dengan cara-cara yang asing dan tidak dikenal Islam. Pelajaran berharga harus diambil dari pemimpin bangsa muslim Turki yang telah menerapkan sekulerisme secara radikal pada tatanan masyarakatnya dengan harapan mendapat kemajuan sebagaimana yang dicapai masyarakat Eropa. Namun kenyataannya, setelah hampir 90 tahun melakukan sekulerisasi dan westernisasi dalam semua lini kehidupannya, bangsa Turki tidak pernah mendapatkan kemajuan yang diidamkannya sebagaimana bangsa-bangsa Eropa. Bahkan bangsa Turki hanya menjadi bangsa muslim terbelakang yang dipertanyakan keislamannya, pada saat yang sama tidak pula menjadi bangsa maju. Sampai saat ini, walaupun idiologi sekulerisme diterapkan, bangsa Turki yang kehilangan identitasnya tidak diperkenankan bergabung dalam persekutuan masyarakat Eropa (EU).

Karakteristik Gerakan Renaisans IslamiKarakteristik gerakan renaisans dalam Islam sangat berbeda dengan

gerakan-gerakan sejenis yang dilakukan masyarakat Barat. Hakikat gerakan

242

Page 243: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

ini dapat diketahui dengan menelusuri kembali karakteristik gerakan perubahan yang telah digerakkan generasi Islam pertama beserta metode yang telah diterapkannya dahulu yang telah melakhirkan gerakan perubahan Islam pertama. Mengetahui dan memahami hakikat perubahan Islam gelombang pertama adalah mutlak bagi mereka yang akan menggerakkan kembali perubahan Islam dengan segala karakteristiknya. Menyusun kembali kerangka gerakan perubahan Islam pertama yang telah diterapkan Rasulullah kemudian mengaplikasikannya pada gerakan perubahan Islam di tengah-tengah timbunan peradaban modern, sehingga terwujudlah sebuah dunia baru yang modern dan canggih namun penuh dengan nilai-nilai universal ajaran Islam, sebagai tujuan utama dari gerakan perubahan Islam masa kini.

Gerakan renaisans yang dipimpin Rasulullah, bukan hanya memperkenalkan kembali warisan intelektual ataupun spiritual para utusan Allah sebelumnya, tetapi telah berhasil meluluhlantakkan tatanan masyarakat jahiliyah, menghancurkan sistemnya, memerangi para pendukung dan pemimpinnya, menguasai wilayahnya serta mengusir mereka yang tidak mendukung perubahan dan perombakan total gerakan agung kemanusiaan ini. Di atas tatanan sistem jahiliyah yang pagan dan korup, Rasulullah membangun sistem Islam yang berdasarkan wahyu dari Allah SWT. Sistem yang mengutamaan penyembahan terhadap Allah Yang Maha Tunggal Penguasa alam, menyebarkan persaudaraan, persamaan, keadilan, kemakmuran dan kedamaian sejati yang merupakan ciri khas masyarakat utama. Perjuangan heroik Rasulullah dengan para pengikut setianya, para intelektual, saudagar dan klas menengah tercerahkan, yang diikuti oleh sebagaian besar masyarakat klas bawah dan budak dalam menentang para pemimpin dan bangsawan musyrikin Quraisy adalah perjuangan suci para orang-orang tertindas (al-Mustad’afin) melawan para penguasa tiran yang ingin mempertahankan kekuasaannya yang korup dan paganis. Pengorbanan mereka yang agung semata-mata hanya mengharapkan ridho Allah dan mendapatkan syurga yang dijanjikan-Nya, dan bukan semata-mata untuk merebut kekuasaan, yang akan menggantikan tiran lama dengan tiran baru yang hanya menindas rakyat dengan slogan persamaan. Rasulullah dan para shahabatnya berjuang bukan semata-mata memperjuangkan persamaan klas, namun lebih jauh mereka memperjuangkan tegaknya sistem Ilahiyah yang akan menciptakan tatanan masyarakat utama yang penuh dengan kebebasan, persaudaraan, persamaan dan sejenisnya yang berdasarkan pada nilai-nilai agung dan mulia ajaran Islam. Itulah sebabnya mereka berani mengorbankan segala yang dimilikinya untuk menegakkan tatanan masyarakat utama ini, karena perjuangan mereka akan dibalas dengan syurga, sebagai puncak kemenangan seluruh perjuangan kemanusiaan. Syurga di dunia bermakna tertegaknya masyarakat yang adil dan makmur serta aman damai, dan syurga di akhirat adalah pembalasan paripurna dengan kenikmatan yang tiada bandingan dan tidak terbayangkan. Dengan

243

Page 244: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

pendekatannya yang khas, Rasulullah telah menyerukan gerakan perubahan total, dan dalam waktu singkat selama 23 tahun, generasi Islam telah berhasil mencapai tujuan utama perjuangannya dengan tegaknya sebuah masyarakat utama yang dipenuhi nilai-nilai keagungan dan berdasarkan ajaran Islam di kota Madinah dan sekitarnya. Kemudian masyarakat utama ini berkembang menjadi sebuah kekuatan baru yang pada akhirnya berhasil membangun peradaban baru dunia yang diakui keberadaannya sampai saat ini.

Gerakan renaisans yang digerakkan Muhammad Rasulullah, bukan hanya sebuah gerakan pencerahan yang parsial-parsial, namun sebuah gerakan renaisans dalam arti yang sesungguhnya, sebuah gerakan renaisans yang menyeleruh, pencerahan yang membangkitkan spiritualitas, intelektualitas bahkan kekuatan fisik bangsa Arab untuk memimpin peradaban dunia dalam semua bidang kehidupan. Mereka memiliki ketinggian spiritualitas tertinggi, membangun kecerdasan intelektualitas yang tiada tandingannya, sehingga mampu mengalahkan filosof manapun dengan kebijaksanaan yang dimilikinya, dan pada saat yang sama mereka dapat menyamai kekuatan tentara-tentara Romawi yang dikalahkannya pada medan-medan pertempuran yang tidak seimbang. Gerakan renaisans yang digerakkan Muhammad Rasulullah dan para shahabatnya adalah sebuah gerakan membangkitkan kembali ajaran-ajaran agung dan mulia para nabi dan utusan Allah terdahulu dengan segala kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya. Ajaran dan peninggalan hikmah serta peradaban yang diberikan Allah kepada Nabi Adam as, Nuh as, Ibrahim as, Musa as dan Isa as serta para nabi dan utusan-Nya. Perbendaraan ajaran Allah dan hikmah kemanusian teragung yang bermuara pada al-Qur'an dan al-Sunnah yang menjadi pegangan utama Islam.

Itulah sebabnya, renaisans Islam dalam arti yang sebenarnya, seperti gerakan yang diserukan Muhammad Rasulullah berbeda dengan renaisans-renaisans yang terjadi pada bangsa dan peradaban manapun di seluruh permukaan bumi ini. Karena renaisans yang diserukan Muhammad saw adalah puncak keagungan dari segala bentuk renaisans yang ada, sebuah gerakan renaisans teragung dan tersempurna yang pernah dilakukan oleh umat manusia sepanjang sejarah keberadaannya di muka bumi. Karena renaisans ini telah melakhirkan kebangkitan terbesar kemanusiaan yang pertama dan terakhir, yang melakhirkan sedemikian banyaknya generasi-generasi agung dengan pencapaian tertinggi dalam bidangnya masing-masing, yang menjadi tonggak dan mercusuar peradaban baru yang mempertemukan peradaban langit dan peradaban bumi, dengan tatanan masyarakat dan kepemimpinannya yang khas. Ke arah manapun pandangan diarahkan, keagungan dan kebesaran masyarakat Islam binaan Rasulullah ini akan terpantul dengan jelasnya. Renaisans Islam pertama ini tidak akan pernah tertandingi, walaupun digerakkan oleh kaum muslimin sekalipun,

244

Page 245: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

namun mereka dapat menjadikannya sebagai parameter sebuah renaisans. Keagungan renaisans ini karena dipandu langsung oleh Allah Sang Maha Pencipta, yang berkenan mengatur makhluknya secara langsung dalam kehidupan seharian mereka melalui wahyu-wahyu yang diterima Nabi Muhammad dan disampaikan kepada masyarakatnya.

Muhammad Rasulullah saw memulai gerakan pencerahannya dari dirinya sendiri, sebelum menyerukannya kepada masyarakatnya. Itulah sebabnya beliau benar-benar menjadi pemimpin sejati yang keagungan kepribadiannya tiada tandingannya. Sang Pencipta benar-benar mempersiapkan dan mensucikan jiwa raganya agar menjadi manusia unggul, yang keunggulannya mengalahkan manusia-manusia besar lainnya. Jajarkanlah manusia besar lainnya dihadapan Muhmmad saw, baik dia seorang filosof, negarawan, ahli hikmah, rohaniawan, panglima perang dan lainnya, maka semua manusia besar itu tidak ada artinya sama sekali dihadapan kebesaran dan keagungan Rasulullah saw, seorang pemimpin sekaligus rohaniawan suci, negarawan ulung, filosof agung, panglima perang terbesar dan sekaligus seorang suami dan ayah yang sangat santun serta penyayang, yang kehidupannya sangat sederhana, walaupun beliau mampu membangun istana termegah di muka bumi. Beliau adalah seorang konglomerat sukses yang sangat dermawan dan ringan tangan membantu orang yang kesusahan, seorang yang sangat halus perasaannya, namun tetap menjadi manusia paling tegas dan tegar dalam menegakkan kebenaran yang dibawanya. Jika sebuah gerakan memiliki seorang pemimpin agung seperti Muhmmad saw, maka dapat dibayangkan bagaimana dahsyat gerakan perubahan yang dibawanya. Itulah sebabnya, gerakan perubahan yang diserukannya menjadi gerakan pamungkas dari semua gerakan perubahan yang diserukan umat manusia sepanjang sejarah, baik di Barat maupun di Timur.

Gerakan perubahan sosial yang jika dicari padanannya dalam al-Qur'an, maka akan ditemukan kosa kata dalam bahasa Arab yang biasanya disebutkan sebagai taghyir (perubahan). Taghyir sendiri dapat diartikan sebagai sebuah perubahan menyeluruh, baik yang menyangkut individu maupun masyarakat, perubahan secara intelektual ataupun spritual, perubahan idiologis maupun tatanan masyarakat dan lainnya. Taghyir sendiri menjadi komponen penting sebuah gerakan renaisans dan memiliki perbedaan dengan segala bentuk reformasi atau revolusi yang dikemukakan ataupun yang dilakukan oleh manusia, baik di Barat maupun di Timur. Pada hakikatnya, taghyir adalah sebuah gerakan perubahan sosial yang memulai gerakan perubahannya dari perubahan individu dan segala sesuatu yang berkaitan dengan individu, perubahan perasaan, emosi, hati, spiritual, karakter, kebiasaan, cita-cita, tujuan dan lainnya. Dari perubahan individu yang tercerahkan dan mengajak individu lainnya inilah diharapkan akan melakhirkan sebuah masyarakat utama.

245

Page 246: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Gerakan renaisans Islami bukan hanya sebuah perjuangan klas, bukan perjuangan sekelompok proletar terhadap kaum berjuis, ataupun bukan perjuangan para revolusiner yang mendambakan kekuasaan atas nama kaum tertindas, bukan perjuangan para buruh yang menginginkan kehidupan sama rata sama rasa ataupun bukan perjuangan para pejuang suatu isme yang akan menggantikan dengan isme lainnya. Gerakan ini tidak identik dengan semua bentuk revolusi di muka bumi ini, karena gerakan renaisans Islam memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan segala bentuk gerakan perubahan, apapun bentuk dan namanya. Gerakan perubahan dalam Islam bukan hanya perjuangan radikal yang memiliki cita-cita pendek dan dangkal yang akan menggantikan satu sistem yang satu dengan sistem lainnya yang sama-sama menindas, ataupun hanya menggantikan penguasa tiran dengan penguasa tiran bentuk lainnya, menggantikan tatanan masyarakat dengan tatanan masyarakat lainnya yang belum terbukti keunggulannya. Namun gerakan ini adalah gerakan perombakan agung yang menyandarkan seluruh keagungannya pada keagungan cita-cita ajaran Islam yang tinggi lagi mulia.

Sebagaimana gerakan perubahan lainnya, renaisans Islam adalah sebuah gerakan dinamis yang akan meluluhlantakkan, mencabut sampai keakar-akarnya, seluruh sistem dalam tatanan masyarakat dan menggantikannya dengan tatanan baru dalam tempo waktu sesingkat-singkatnya dengan cara radikal, ekstrim dan sejenisnya sesuai dengan yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya. Gerakan perubahan dan perombakan yang dikumandangkan Muhammad Rasulullah telah meluluhlantakkan tatanan masyarakat jahiliyah di semenanjung Arab dalam tempo waktu kenabiannya, masyarakat musyrikin jahiliyah dicabut seluruh akar-akar sistemnya dan digantikan dengan tatanan masyarakat Islam yang berbeda dengan masyarakat sebelumnya. Dan seluruh gerakan ini dilakukan dalam tempo waktu singkat, sepanjang 23 tahun perjuangan, sejak Rasulullah menyerukan perjuangannya sehingga tertegak masyarakat utama di Madinah. Rasulullah telah menegakkan gerakan perubahannya dengan cara memberikan seruan dakwah, peringatan, merekrut pengikut setia, sampai cara peperangan demi peperangan yang telah mengorbankan para pengikutnya. Dan setiap perubahan memang menghendaki pengorbanan, dan pengorbanan inilah yang akan ditukar dengan kebahagian, baik di dunia dengan tertegaknya masyarakat yang penuh keadilan, kemakmuran dan kedamaian ataupun kesenangan tiada tertandingkan di akhirat kelak sebagaimana dijanjikan al-Qur’an: Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. Itulah telah menjadi janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah ?. Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. ( al-Taubah : 111 )

246

Page 247: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Pengumandangan kalimat “la ilaha illalah Muhammad Rasulullah”, tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, pada hakikatnya adalah seruan radikal yang akan mencabut segala bentuk tatanan dominan masyarakat jahiliyah dan menggantikannya dengan tatanan masyarakat Islami. Kalimat ini bermakna pembebasan dan pemerdekaan umat manusia terhadap segala bentuk belenggu dominasi sesama makhluknya, baik dominasi itu dilakukan oleh seorang raja, penguasa tiran, bangsawan ataupun pemuka agama ataupun ajaran-ajaran sesat kaum filosof dan idiolog. Kalimat ini menghendaki pengesaan Allah yang bermakna seluruh manusia adalah sama di sisi Tuhan, tidak ada kelebihan satu ras dengan lainnya, tidak ada keutamaan satu bangsa dengan bangsa lainnya, semua manusia berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah. Semua manusia berasal dari tanah sehingga mereka memiliki kesamaan kedudukan dihadapan Tuhannya. Penguasa dan para bangsawan adalah sama kedudukannya dengan para budak dan pekerjanya di sisi Allah Yang Maha Kuasa. Gerakan perombakan keyakinan yang sekaligus perubahan sosial inilah yang ditentang mati-matian oleh masyarakat jahiliyah, terutama para pemimpin dan bangsawannya yang telah mendapat hak-hak keistimewaan secara turun temurun. Namun akhirnya sejarah mencatat bahwa kemenangan berada difihak Rasulullah yang telah menyerukan kebenaran, keadilan dan persamaan serta persaudaraan, walaupun pada awalnya hanya didukung oleh kalangan masyarakat awam dan beberapa bangsawan yang tercerahkan.

Pada hakikatnya seorang nabi, termasuk Nabi besar Muhammad saw dalam gerakannya memadukan dua peranan sekaligus dalam misinya, yaitu peran sebagai seorang nabi yang menerima wahyu dari Allah, yang mendapat bimbingan kebenaran Ilahiyah, yang dengannya akan membimbing umat manusia menuju kebeneraran sejati dan peran seorang pemimpin pergerakan dalam masyarakatnya yang akan mengadakan perubahan-perubahan tatanan sosial secara radikal revolusioner dan mentransfor-masikannya ke dalam sebuah model, pola perilaku, pemikiran, emosi, peradaban, moral yang sesuai dengan kebenaran wahyu yang diterimanya. Para Nabi as tidak hanya disibukkan dengan mengemukakan ajaran-ajaran agung dan mulia kepada para pengikut setianya sebagaimana para filosof agung ditempat-tempat suci mereka yang jauh dari masyarakat, namun pada saat yang sama mereka memimpin pergerakan perjuangan dalam menegakkan keyakinannya, berinteraksi langsung dengan masyarakat jahili dan para pemimpinnya, bahkan mereka langsung memimpin pertarungan bahkan pertempuran bersenjata sebagai panglima besar yang gagah perkasa. Maka dengan demikian seorang Muslim akan bertindak sebagai seorang filosof yang mengembangkan nilai-nilai agung sekaligus sebagai penggerak perubahan sosial dan panglima perang dalam menjalankan aksi perubahan sosialnya.

Perubahan Islami (taghyir) sebagaimana ajaran Islam lainnya adalah ajaran Yang Maha Mengetahui dan Maha Perkasa serta Pencipta alam raya,

247

Page 248: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

sehingga gerakan ini bersifat Ilahiyah yang mutlak kebenarannya dengan segala konsep dan metode yang menyertainya. Keilahiyahan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw terpancar dalam ajaran gerakan perubahan Islam yang penuh kesucian dan keagungan yang membedakannya dengan segala bentuk revolusi manusiawi yang penuh pertentangan, intrik, penyelewengan, haus kekuasaan, kekerasan dan sejenisnya. Demikian pula gerakan perubahan dalam Islam adalah seperti gerakan agung yang telah digerakkan oleh para Nabi agung yang telah menumbangkan penguasa-penguasa tiran-diktator terdahulu seperti gerakan Nabi Ibrahim as yang telah menentang Raja Namrud, Nabi Musa as yang telah menumbangkan Fir’aun, ataupun Nabi Isa as yang menentang dominasi Imperialis Romawi yang serakah. Semua gerakan perubahan yang digerakkan para Nabi ini memiliki karakteristik yang sama, yaitu karakteristik keilahiyahannya, gerakan perubahan yang menyeru kepada Penyembahan terhadap Allah Yang Maha Tunggal dan membangun masyarakat dengan tatanannya. Sebagaimana disebutkan al-Qur’an :

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) “sembahlah Allah saja dan jauhilah Thaghut. ( al-Nahl : 36).

Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya “bahwasanya tidak ada Ilah (Tuhan) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu akan Aku.(al-Anbiya : 25)

Katakanlah : “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Robbku pada jalan yang lurus, yaitu dien yang benar, dien Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Katakanlah :”Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Robb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah. Katakanlah :”Apakah aku akan mencari Robb selain Allah, padahal Dia adalah Robb bagi segala sesuatu. (al-An’am : 161-164)

Tujuan utama gerakan perubahan dalam Islam adalah sama dengan gerakan perubahan yang telah diserukan oleh para Nabi, yaitu menjadikan umat manusia sebagai penyembah Allah Yang Maha Tunggal dan menjauhi Thaghut. Thaghut dalam pengertian luasnya dapat diartikan sebagai segala bentuk sesembahan selain dari Allah, seperti Tuhan-tuhan berhala, dewa, dukun, raja zalim, pemimpin tiran dan sejenisnya. Seruan perubahan sosial dalam Islam pada hakikatnya adalah pembebasan manusia secara paripurna terhadap segala bentuk dominasi Thaghut, sehingga manusia menjadi makhluk yang bebas merdeka dan hanya menyerahkan kemerdekaannya kepada kekuasaan Yang Maha Mutlak saja, yaitu Allah Pencipta alam raya ini, dan bukannya menyerahkannya kepada raja zalim, pemimpin tirani-diktator, kaum berjouis, para dukun dan pemimpin agama dan sejenisnya yang akan membelenggu kemerdekaan dan kebebasan mereka. Hanya dengan menyerahkan kemerdekaan dan kebebasan kepada Yang Maha Mutlaklah

248

Page 249: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

manusia akan mendapatkan kemerdekaan dan kebebasan sejatinya. Gerakan perubahan Islam dengan pendekatannya yang khas telah menyerukan kemerdekaan dan kebebasan ini kepada masyarakat Makkah sehingga pemimpinnya, Muhammad Rasulullah berhadapan dengan para penguasa dan bangsawannya yang tetap ingin mempertahankan dominasinya terhadap masyarakat awam. Pada akhirnya kemenangan tetap pada pihak yang benar, pihak yang menyerukan keadilan, kebebasan, persaudaraan dan keamanan. Sebagaimana yang digambarkan al-Qur’an terhadap kemenangan perjuangan Musa as yang mengalahkan Fir’aun dan bangsawannya yang telah mengeksploitasi mereka;

Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, membunuh anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi bumi dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu.(al-Qoshosh : 3-6)

Gerakan perubahan yang dilakukan orang-orang yang tertindas akan selalu mendapatkan kemenangan terhadap para penindas, karena Yang Maha Kuat selalu akan membela mereka yang memperjuangkan hak-haknya. Sejarah telah membuktikannya, gerakan perubahan yang dipimpin Nabi Ibrahim as akhirnya dapat mengalahkan kedurjanaan Raja Namrud, demikian pula Nabi Musa akhirnya mengalahkan keangkuhan Fir’aun dan Nabi Muhammad saw mengalahkan kecongkakan para pemimpin dan bangsawan Musyrikin dan Kafirin di Makkah. Dan ketentuan ini akan terus terjadi di mana dan kapanpun sampai bumi ini menghembuskan nafas terakhirnya kelak. Demikian pula gerakan perubahan dalam Islam adalah gerakan yang akan mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai khalifah (wakil) Allah di muka bumi, gerakan yang akan menempatkan manusia pada posisi dan maksud diciptakannya di atas bumi. Semua manusia adalah khalifah Allah di muka bumi, di sisi Tuhannya mereka sama kedudukannya, tidak ada keutamaan seorang yang berbangsa Arab dengan seorang yang berbangsa Afrika, tidak ada keutamaan seorang yang keturunan raja dan bangsawan dengan seorang yang berketurunan hamba dan pekerja. Semua manusia sederajad disisi Tuhannya, dan yang membedakannya adalah kedekatan mereka dengan Tuhannya. Sebagaimana dinyatakan al-Qur’an :

Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengetahui tentangmu. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling

249

Page 250: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (al-Hujurat : 13)

Itulah sebabnya Islam akan memerangi segala bentuk penindasan manusia terhadap manusia lainnya, bagaimana bentuk dan namanya. Karena penindasan dan dominasi manusia atas manusia lainnya adalah bertentangan dengan tujuan diciptakannya manusia di muka bumi. Hal ini juga berarti bahwa gerakan perubahan dalam Islam adalah gerakan perubahan untuk seluruh umat manusia, karena Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dengan ajarannya yang agung dan mulia Islam akan menggerakkan sebuah perubahan total kemanusian yang akan menciptakan sebuah tatanan sosial yang tegas atas dasar Iman kepada Allah Yang Tunggal, persaudaraan, persamaan, keadilan dan nilai-nilai luhur lainnya;

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang yang ingkar, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhoan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang ingkar. (al-Fath : 29).

Gerakan perubahan Islam adalah sebuah misi suci dan agung, itulah sebabnya hanya dapat digerakkan oleh mereka yang memiliki kebersihan jiwa, kecerahan intelektual dan memiliki keberanian super. Karena gerakan perubahan, bagaimanapun bentuknya memerlukan manusia-manusia unggul untuk menggerakkannya, sebagaimana keagungan para Nabi dan Rasul yang telah berhasil gilang gemilang menggerakkan perubahan Ilahiyah dan menumbangkan para tirani serta mengubah tatanan mereka. Apalagi gerakan perubahan dalam Islam adalah gerakan yang memiliki keterkaitan dengan Allah dan hari pembalasan kelak yang merupakan amanah kemanusiaan yang akan dipertanggungjawabkan. Dan gerakan ini hanya dapat diemban oleh mereka yang telah mengikhlaskan perjuangannya semata-mata karena Allah, dan bukannya diembel-embeli oleh keinginan-keinginan rendah duniawi yang akan menggantikan kekuasaan para tirani dengan mengatasnamakan perjuangan rakyat, ataupun para pemburu harta yang akan menggantikan kedudukan para berjouis dengan mengatasnamakan para rakyat tertindas.

Mereka yang akan menggerakkan perubahan dalam Islam dituntut untuk merombak diri mereka sendiri terlebih dahulu sebelum tampil ke gelanggang perjuangan sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah saw. Sebelum beliau tampil menyerukan perjuangan sucinya, Rasulullah mempersiapkan diri untuk menjadi seorang pemimpin besar, dan setelah beliau siap, Allahpun mewahyukan ajaran-ajaran mulia yang akan

250

Page 251: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

membentuk beliau sebagai seorang pemimpin perubahan. Maka gerakan perubahan dalam Islam dimulai dengan perombakan kejiwaan para pelakunya masing-masing, membersihkan jiwa dan pemikiran dari berbagai bentuk kesyirikan dan kekafiran sehingga didapatkan jiwa dan fikiran yang bersih. Kebersihan jiwa bermakna mereka adalah orang yang berjuang semata-mata mengharapkan ridha Allah semata, memiliki ketergantungan dan hubungan yang kuat dengan-Nya. Hidup dan matinya disandarkan sepenuhnya kepada Tuhan seru sekalian alam.

Dalam melakukan gerakan perubahan pada masyarakatnya, para Nabi dan Rasul memiliki tingkatan-tingkatan dalam pelaksanaannya sebagaimana yang diajarkan Tuhan-Nya kepada mereka, sebagaimana dinyatakan al-Qur’an :

Sebagaimana telah Kami turunkan Rasul kepadamu, yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu, mensucikan kamu, mengajarkan kepada kamu al-Kitab dan al-Hikmah dan mengajarkan apa-apa yang belum kamu ketahui. (al-Baqarah : 151)

Berdasarkan pada ayat di atas, maka proses perubahan yang diajarkan al-Qur’an memiliki sistematika :- Membacakan ayat-ayat Allah (Proses Tabligh)- Mensucikan (Proses Tazkiyah)- Mengajarkan tentang al-Qur’an dan al-Hikmah (Proses Taklim) - Mengajarkan mereka apa-apa yang belum mereka ketahui (Proses Ta’dib)Jadi dalam melaksanakan gerakan perubahan pada masyarakatnya, para Nabi dan Rasul telah melaksanakan melalui tingkatan-tingkatan, yaitu tabligh, tazkiyah, taklim dan ta’dib.

- Proses TablighProses tabligh adalah proses menyerukan kepada manusia agar mau

mengikuti ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya dengan berbagai cara dan kaidah berdasarkan ayat-ayat Allah dan sabda Nabi. Para Nabi dan Rasul senantiasa memulai gerakannya dengan menyeru kepada masyarakat agar mau mengikuti ajarannya sebagaimana yang telah diwahyukan Allah kepadanya. Ayat-ayat Allah adalah yang termaktub dalam kitab-Nya di al-Qur’an ataupun ayat-ayat Allah yang banyak terdapat dalam seluruh phenomena kehidupan manusia, bahkan dalam diri manusia itu sendiri. Demikian pula halnya dengan gerakan taghyir harus dimulai dengan seruan kepada masyarakat agar mau mengikuti gerakan perubahan yang akan dijalankan. Masyarakat harus mengetahui visi, misi, karakteristik, tujuan, hakekat dari gerakan perubahan yang akan dijalankan dan diharapkan dengan demikian mereka akan menjadi salah satu pendukungnya, sebagaimana masuk Islamnya para pengikut Rasulullah yang kemudian menjadi para pembela Islam. Proses penyeruan ini harus dilakukan dengan cara-cara yang agung dan mulia, tidak seperti gerakan-gerakan lainnya yang mengutamakan janji-janji duniawi, karena gerakan ini adalah gerakan yang

251

Page 252: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

agung dan mulia, untuk menegakkan sebuah keagungan dan kemulian dan hanya dapat dilakukan tentu oleh orang-orang yang memiliki watak yang agung dan mulia.

- Proses TazkiyahSetelah sebagian masyarakat yang diseru mau mengikuti gerakan

perubahan, maka proses selanjutnya adalah proses tazkiyah, yaitu mereka disucikan dari segala bentuk unsur-unsur negatif yang akan mengganggu perjuangan mereka. Para Nabi dan Rasul adalah sebaik-baik manusia yang telah diajarkan bagaimana mensucikan manusia dari segala bentuk kejahatan, baik kemusyrikan, kekafiran, kemunafikan, kejahatan, dan sejenisnya. Pensucian hati, jiwa dan fikiran dari segala bentuk nilai-nilai kejahiliyahan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang akan diperjuangkannya. Sebuah misi yang suci hanya terletak di tempat yang suci pula, seperti nilai-nilai keagungan Islam yang suci hanya dapat bersemayang di dalam jiwa-jiwa yang suci pula. Itulah sebabnya sebelum mereka menerima nilai-nilai suci perjuangan mereka harus melalui tahapan pensucian dan pembersihan dari segala bentuk kekotoran dan kejahatan. Di dalam Islam, proses pensucian jiwa dan fikiran melalui sarana-sarana yang telah ditetapkan, baik berupa solat, puasa, zakat, haji, shodakah, zikir, jihad dan lainnya yang kesemuanya akan membersihkan jiwa dan fikiran.

- Proses TaklimSetelah para pengikut dan kader gerakan Islam melakukan

pembersihan, baik hati, jiwa, fikiran dan fisiknya sesuai dengan ukuran yang telah digariskan Allah dan Rasul-Nya, maka mereka telah siap menerima ajaran-ajaran agung dan mulia yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Hati dan jiwa yang telah bersih dengan mudah akan menerima ajaran-ajaran mulia yang akan merubah tatanan masyarakat. Demikian pula manusia-manusia bersih dengan mudah akan dapat melaksanakan ajaran-ajaran yang diberikan kepadanya, mengamalkan pengetahuan yang telah diperolehnya sebagai landasan utama dalam membangun manusia dan masyarakat unggul. Proses taklim lebih merupakan sebuah penanaman nilai-nilai keyakinan kepada Sang Pencipta dan keagungan ajaran-Nya yang dibawakan oleh Nabi besar-Nya. Al-Qur’an dan al-Hikmah akan mengantarkan manusia kepada kesempurnaan hidup, kesempurnaan spiritualitas dan keyakinan sebagai modal utama manusia dalam membangun peradaban baru.

- Proses Ta’dibProses ta’dib adalah proses mulai berdirinya sebuah tatanan

masyarakat dengan sistem dan nilai-nilai agung yang terkandung di dalamnya. Setelah masyarakat memiliki kesiapan mental spiritual dalam mengembangkan sebuah peradaban, maka para pemimpin perubahan akan mengarahkannnya membangun sebuah peradaban baru berdasarkan pada

252

Page 253: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya. Hal inilah yang telah dilakukan para Nabi dan Rasul, setelah mereka memiliki sekumpulan masyarakat yang bersih jiwa raganya, memahami pesan-pesan agamanya, maka dikembangkan sebuah peradaban baru yang akan membangun dunia baru yang telah berhasil menjadi penghubung peradaban klasik dengan peradaban modern.

Demikianlah konsep yang senantiasa dibawa oleh para Nabi dan Rasul dalam membangun sebuah tatanan baru dalam masyarakatnya dan hal inilah yang harus dilakukan oleh mereka yang akan merubah masyarakatnya sepanjang masa. Maka konsep ini dapat pula diterapkan kepada masyarakat manapun yang akan membangun sebuah tatanan mansyarakat baru yang berdasarkan kepada keridhoaan Allah. Dalam proses penegakan masyarakat utama ini, akan terjadi pergesekan-pergesekan dengan kekuatan-kekuatan yang anti, bahkan peperangan demi peperangan sebagaimana yang telah dialami para Nabi dan Rasul yang berjuang membebaskan dan membangun masyarakatnya, dan hal ini akan menjadi salah satu sarana yang akan menguatkan terbentuknya masyarakat utama.

253

Page 254: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

BAB VIIMANHAJ RENAISANS ISLAM..... tiap-tiap umat telah Kami jadikan baginya syari’at dan manhaj.......

( QS, al-Maidah : 48 )

Para pemimpin dan cendekiawan Muslim, di antara mereka seperti Sayyid Jamaluddin al-Afghany, Muhammad Abduh dan para murid serta penerus perjuangan mereka sejak ahir abad 18 lalu telah berupaya membebaskan umat Islam dari belenggu penjajahan Barat, keterbelakangan dan kemunduran mereka dengan merumuskan metode-metode perjuangan menurut jalan pemikiran mereka masing-masing yang telah melahirkan gerakan Pan-Islamisme. Metode perjuangan yang mereka terapkan berhasil menyadarkan para pemimpin umat dari mimpi panjang dan keterbelakangannya serta menggerakkan mereka bangkit melawan penjajahan, baik melalui perjuangan diplomasi politik sampai perjuangan gerilya militer. Gerakan mereka yang sambung menyambung telah menghasilkan perjuangan-perjuangan menuntut kemerdekaan negeri-negeri Islam dari cengkraman jahat penjajah Barat.128

Generasi sesudah mereka tampil dengan konsep dan metode perjuangan yang lebih menyeluruh dan terpadu, diantaranya adalah Imam Hasan Al-Banna129 yang telah mendirikan jama’ah al-Ikhwan al-Muslimin di Mesir. Gerakan al-Ikhwan dengan model kepemimpinannya sangat mempengaruhi perjalanan sejarah dunia Islam kerena telah merumuskan konsep perjuangan Islam di dunia modern serta mampu melahirkan kader-kader brilyan yang disegani dan ditakuti musuh-musuh Islam. Hasan al-Bana adalah pelopor bagi pengembangan konsep gerakan Islam modern yang total (kaffah) dan konsep ini berkembang menjadi model gerakan Islam modern yang sangat efektif menghadapi infiltrasi pemikiran hedonistik-sekuler Barat. Itulah sebabnya gerakan Ikhwan berkembang ke seluruh dunia Islam walaupun di Mesir sendiri mendapat pukulan dahsyat dari rezim Faruk yang

128 Masalah ini lihat misalnya : Dr. Mukhsin Abdul Hamid, Jamal al-Din al-Afghani, al-Musalih al-Muftara alayh. (Mesir : tt). Ahmad Amin, Zuama al-Ishlah fi al-Asr al-Hadits (Kaherah : Muassasah al-Khanji, tt). Abbas Mahmud al-Aqqad, Muhammad Abduh,(Kaherah : Maktabah Misr,tt). Abd. al-Halim al-Jundi, al-Imam Muhammad Abduh (al-Kaherah:Dar al-Maarif,tt). Ahmad Amin, Muhammad Abduh, (Kaherah:Muassasah al-Khanji, 1960). Dr. Muhammad al-Bahiy, al-Fikr al-Islamy al-Hadits wa Silatuhu bi’l Isti’mary al-Gharby,cet.8. (Kaherah : Maktabah Wahb, 1975). Dr. Syaukat Ali, Master of Muslim Though. vol. I. (Lahore : Aziz Publ, 1983). Mohd. Kamil Hj. Abdul Majid, Tokoh-tokoh Pemikir Islam.jilid 1. (Kuala Lumpur : ABIM, 1993)

129 Tentang sejarah hidup Imam Hasan al-Banna lihat misalnya : al-Syaikh al-Ghazaly, (dalam M. Syalabi), Hasan al-Banna : Imam wa Qaid,(Kaherah: Dar al-Nasyr,tt). Dr. Rif’at al-Sa’id, Hasan al-Banna Muassis Harakat al-Ikhwan al-Muslimun.(Beirut : Dar al-Tali’ah, 1986). Jabir Rizq, al-Imam al-Syahid Hasan al-Banna, (al-Mansurat : Dar al-Wafa, 1987). Dr. Shaukat Ali, Master of Muslim Thought, vol.II.(Lahore : Islamic Publ, 1983). hlm.514-638. Anwar Jundi, Hasan al-Banna, al-Roiyat al-Imam wa al-Mujaddid al-Syahid,(Beirut : Daar Qalam, 1978). MN. Shaikh, Memoirs of Hasan al-Banna Shaheed, (Karachi : Int’ Islamic Publ., 1981). Richard. P.Mitchel, The Society of The Muslim Brother,(London : Oxford Univ. Press, 1959). Abdul Muta’al al-Jabary, Limadza Ightayala al-Imam al-Syahid Hasan al-Banna, (Cairo : Dar al-I’tisom, 1978). Muhsin Muhammad, Man Qatala Hasan al-Banna, (Kaherah : Dar al-Syarq, 1987). Salah Syadi, al-Syahidan (al-Manshurat : Dar al-Wafa’, 1988). Umar al-Tilmisany, al-Mulham al-Mauhub : Hasan al-Banna, (Syabra : Dar al-Nasr, tt).

254

Page 255: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

bertindak sebagai agen Barat.130 Bersamaan dengan itu tampil pula gerakan-gerakan Islam serupa seperti Syarekat Islam pimpinan HOS. Cokroaminoto di Indonesia131 dan lain-lainnya.

Pasca kemerdekaan dunia Islam, telah tampil pula para pemimpin dan cendekiawan umat dengan penuh semangat menggunakan berbagai bentuk metode perjuangan agar Islam bangkit kembali menjadi pemimpin peradaban dunia. Mereka bangkit melawan rezim-rezim nasionalis sekuler yang ingin melanjutkan dominasi sistem kolonialis Barat sekuler dalam kehidupan masyarakat Muslim. Mereka telah membentuk berbagai gerakan dan organisasi, baik dalam bidang politik, pendidikan, sosial maupun ekonomi yang sangat ditakuti musuh-musuh Islam. Perjuangan mereka telah melahirkan generasi-generasi baru Muslim yang berpegang teguh kepada akar keislamannya, namun tetap berinteraksi dengan dunia modern yang didominasi sistem Barat. Diantara mereka yang terutama adalah Abul A’la al-Maududi di Pakistan,132 Abul Hasan Aly An-Nadwy di India, Sayyid Qutb di Mesir yang dijuluki sebagai bapak fundamentalis Islam kontemporer dan lainnya.

Meneruskan perjuangan para pendahulu mereka, para cendekiawan Muslim kontemporerpun tampil dengan berbagai bentuk konsep dan teori yang bertujuan mengangkat martabat umat dari kemundurannya. Umumnya mereka adalah para generasi Islam yang mendapat pendidikan model Barat dan mengetahui kelemahan-kelemahannya serta menyadari pentingnya Islam sebagai sistem hidup, yang terutama diantara mereka adalah Ismail R. Faruqi,133 Fazlur Rahman,134 Syed Naquib al-Attas,135 Yusuf al-Qardhawy136 dan lainnya. Diantara mereka ada yang mendirikan lembaga kajian, institut, akademi sampai universitas yang mendidik ribuan calon-calon cendekiawan muda Muslim di seluruh dunia dengan metodenya yang mengintegrasikan metode Islam dengan Barat.

130 Tentang gerakan al-Ikhwan al-Muslimin, lihat : Syaikh Said Hawwa, Madkhal ila da’wah Ikhwan al-Muslimin, (Amman : Dar al-Arqam,tt). Omar Tilmisani, Apa yang aku Pelajari dari Ikhwanul Muslimin, (Shah Alam : Umat, 1990). Dr. Hasan Ismail Hudhaibi, Duat la Qudhat, (Cairo : Dar al-Thabaat wa al-Nasr al-Islamy, 1977). Kamil al-Syarif, Ikhwan al-Muslimun fi Harbi Palistin, (Zarqo’ : Maktabah al-Manar, 1984). Dr. Abdul Halim Mahmud, Wasaail al-Tarbiyyat inda al-Ikhwan al-Muslimun, (Qahirah : Dar al-Wafa’, tt). Ishaq Musa Hussaini, The Muslim Brethen, (Beirut: Khayat’s College Book Coop, 1956). Richard P. Mitchel, The Society of The Muslim Brother, (London : Oxford Univ. Press, 1959). Mahmood Abd al-Halim, Ikhwan al-Muslimun, ahdats Tsanaat Tarikh, (Iskandaria : Dar al-Dakwah, tt). Husain Muh. Ali Jabir, Thariq ila Jama’at al-Muslimun, (al-Manshurat : Dar al-Wafa’, 1987) khususnya bab III. Asaf Husain, IslamicMovement in Egypt, Pakistan and Iran, (Islamabad : Manshell Publ, 1983). Husain M. Ahmad Hamudah, Asrar Harakat al-Dubbat al-Ahrar wa al-Ikhwan al-Muslimun, (Kaherah : al-Zahra li al-A’lam al-Arabiy, 1987).

131 Lihat misalnya : Deliar Noer, The Modernis Movement in Indonesia, 1900-1945 (Singapura / Kuala Lumpur : Oxford Univ. Press, 1973). BJ. Bolland, The Struggle of Islam in Modern Indonesia, (The Hague : Martinus Nijhoff, 1971). Cornelis Van Dick, Darul Islam Sebuah Pemberontakan, (Jakarta : Grafiti Press, 1983)

132 Lihat misalnya : Prof. Masud ul Hasan, Sayyid Abul A’la Maududy and His Thought, vol. I & II, (Lahore : Islamic Publ. 1984). Prof. Ghulam Azam, A Guide to The Islamic Movement, (Dacca : Azam Publ, 1968). Asaf Husain, Islamic Movement in Egypt, Pakistan and Iran, op.cit. Husain M. Ali Jabir, Thariq ila Jama’at al-Muslimun, op.cit.

133 Ismail R. Faruqi, Islamization of Knowledge, General Principles and Workplan, (Virginia : IIIT, 1982).134 Fazlur Rahman, Islam and Modernity, Transformation of an Intellectual Tradition, (Chicago : The Univ. Press,

1982)135 Syed Muhammad Naquib al-Attas, The Concept of Education in Islam, (Kuala Lumpur : ABIM, 1980).136 Yusuf al-Qardhawy, Islamic Education and Hasan al-Banna, (Calcutta : Hilal Publ, 1983).

255

Page 256: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Di lain fihak telah tampil pula para pemimpin dan aktivis Islam yang membimbing dan membina umat melalui organisasi/jama’ah, baik yang bergerak dalam bidang sosial ataupun politik yang bertujuan menegakkan kemulian umat dan Islam. Para aktivisnya bergerak siang malam tanpa mengenal lelah menyeru umat agar mengikuti petunjuk Islam melalui dakwah, ceramah, diskusi, majlis taklim dan sejenisnya. Di lembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional seperti pondok pesantren, para ulama dan ustadz telah mengajarkan ilmu-ilmu Islam klasik kepada para muridnya yang berjumlah ratusan ribuan. Para murid dididik dengan ilmu-ilmu keagamaan agar mereka memiliki bekal dalam membimbing masyarakat menuju kemenangan. Demikian pula halnya para juru dakwah dan muballigh tampil silih berganti mengumandangkan seruan kepada umat agar mengikuti petunjuk Islam dengan pendekatan dan gayanya masing-masing. Mereka semua telah berupaya dengan sungguh-sungguh, penuh pengorbanan dan keiklasan semata-mata bertujuan untuk berbuat yang terbaik bagi kepentingan umat, dan semoga Allah Yang Maha Bijaksana akan membalas perjuangan suci mereka dan menempatkan mereka di tempat yang paling baik di sisi-Nya sebagai balasan perjuangan suci mereka.

Namun permasalahan besar yang dihadapi umat pada masa ini, ditengah-tengah kegairahan menyambut apa yang mereka namakan dengan kebangkitan Islam, realitasnya keadaan kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia dewasa ini sangat memprihatinkan, sebagaimana digambarkan para cendekiawan Muslim. Kaum Muslimin berada pada anak tangga terbawah dari kemajuan peradaban bangsa-bangsa modern, sehingga mereka hanya menjadi konsumen dari produk Barat, baik dalam pengetahuan, teknologi, sistem, pemikiran, dan lainnya. Mereka senantiasa menjadi obyek musuh-musuh yang berusaha menghilangkan eksistensinya di muka bumi, tanpa mampu memberi perlawanan yang berarti. Citra kaum Muslimin dihadapan dunia sangat buruk, mereka digambarkan sebagai kaum fundamentalis, fanatik, ektrimis ataupun teroris, umat yang senantiasa menyulut peperangan demi peperangan. Perpecahan demi perpecahan yang terjadi dikalangan umat telah menimbulkan sikap apatis dan frustasi generasi muda Islam. Seakan-akan seluruh dunia menganggap Islam adalah sumber segala malapetaka yang telah menimpa kaum Muslimin dewasa ini. Ahirnya kaum Muslimin menjumpai diri mereka sebagai umat yang terkebelakang dan termundur dalam segala hal.137

Sejauh ini kita belum berani menyatakan bahwa perjuangan suci para pemuka-pemuka umat telah mengalami kegagalan. Tapi dengan keadaan yang dihadapi umat sekarang ini, pasti akan timbul seribu satu pertanyaan yang mempersoalkan metode-metode perjuangan yang telah diterapkan. Apakah metode yang diterapkan selama ini sesuai dengan metode yang

137 Masalah ini lihat misalnya : Dr. Mukhsin Abdul Hamid, Ainal Khalal, terj. Farid U. ( Jakarta : Media Dakwah, 1987) hlm. 10-11. Syaikh Said Hawwa, Durus fi al-Amal al-Islamy, terj. al-Muslimun, (Bangil : al-Muslimun, 1987) hlm. 1. Ismail R. Faruqi, Islamization of Knowledge, op.cit. hlm. 1. Muhammad Qutb, Jahiliyya al-Qorn al-Isyrien, (Kaherah : Maktabah Wahb, 1964).

256

Page 257: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dikehendaki Islam, atau memang metode mereka perlu dipertanyakan kesohihannya sehingga belum mampu mengantarkan Islam menuju kebangkitan kembali? Atau ada sesuatu yang mesti diluruskan dalam perjuangan yang mereka jalankan selama ini? Apakah pengorbanan dan perjuangan ikhlas para pejuang Islam yang bersungguh-sungguh, baik dari kalangan cendekiawan, aktivis, ulama, ustadz, muballigh dan lainnya, yang telah mengeluarkan seluruh daya kemampuan mereka tidak dapat membangkitkan umat secara menyeluruh dan menyelesaikan problematika mereka? Kenapa perjuangan suci mereka seakan tidak mampu menyelesaikan krisis yang telah melanda umat? Kenapa perjuangan suci mereka belum mampu mengantarkan umat menuju kemenangan sebagaimana generasi Islam pertama? Dimana letak kekeliruan mereka sehingga teori dan konsep yang mereka kemukakan tidak berhasil melahirkan generasi yang mereka idam-idamkan? Apakah benar kegagalan itu bersumber dari metode yang mereka terapkan? Jika hendak membangun kembali metode yang dapat membangkitkan umat, dari manakah kita mulai, dari mana sumber pengambilannya, bagaimana rumusannya dan terpenting bagaimana penerapannya pada umat masa kini? dan seribu satu pertanyaan mendasar yang perlu dijelaskan dengan tuntas agar umat terhindar dari kebingungan. Pertanyaaan-pertanyaan seperti ini memerlukan jawaban tuntas agar Islam dan umatnya dapat bangkit dari keterbelakangan dan keterpurukannyanya saat ini.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, pertama-tama para pemuka umat harus bersikap jujur dan ikhlas dalam penilaiannya semata-mata karena menginginkan yang terbaik bagi umat dan bukan karena kepentingan pribadi egoistik yang ingin mempertahankan pendapat dan pemikiran mereka. Karena banyak di antara para pemuka umat yang bertengkar dan saling memojokkan karena ingin mempertahankan pendapatnya semata, bahkan lebih jauh masalah ini dapat menyeret mereka kepada kancah saling memfitnah yang pasti akan menimbulkan perpecahan sebagaimana yang mulai kelihatan tanda-tandanya belakangan ini. Masing-masing mereka merasa bangga dengan metode yang dikemukakannya, namun kenyataannya mereka belum menunjukkan hasil yang gemilang, namun akibat penyakit egoistik mereka, ahirnya terjadi perpecahan yang mengakibatkan umat bertambah bingung dalam kebingungannya dan bertambah terbelekang dalam keterbelakangnnya. Itulah sebabnya diperlukan sikap jujur dan ikhlas yang akan mendatangkan rahmat dan pertolongan Allah, yang sudah banyak dilupakan oleh para pemuka umat akibat metode pendidikan Barat yang terlalu mengutamakan rasional. Dengan sikap jujur dan ikhlas inilah perlu dipertanyakan kenapa metode perjuangan yang diterapkan oleh para pemuka umat terdahulu kurang mampu mengantarkan umat menuju kebangkitan dan kemengangan yang dicita-citakan, lebih jauh mengapa metode perjuangan itu mengalami kegagalan demi kegagalan jika memang disepakati telah mengalami kegagalan. Atau kenapa metode perjuangan itu sangat lambat dalam

257

Page 258: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

membangkitkan umat dari keterbelakangannya, sementara sejarah membuktikan bahwa Rasulullah dan para sahabatnya memerlukan waktu 23 tahun saja dalam merubah wajah dunia dan kurang 30 tahun menguasai 2/3 dunia. Pedoman yang digunakan Rasulullah dan para sahabatnya dalam membangun peradaban baru dunia berupa al-Qur’an dan Sunnah tetap berada di tangan umat hari ini, namun kenapa umat tidak mampu seperti mereka, dimana letak kekeliruannya? Kenapa perjuangan suci para pemuka umat belum juga mengantarkan Islam pada sebuah titik balik kebangkitan yang biasa dikenal dengan renaisans, titik balik untuk bangkit kembali menjadi umat terbaik?

Memahami Rumus Renaisans IslamKebangkitan Islam, baik dalam skala yang kecil maupun besar,

memiliki rumus sederhana sebagai tolak ukur untuk dapat memahaminya, termasuk dalam memahami renaisans Islam. Di bawah ini dikemukakan rumus renaisans sebagai berikut :

R = (Mm) + tRI = (ImxIm) + ItRI = (Mm)+ t) I

R = Renaisans , I = Islam, M = Manusia, m = Manhaj, t = Waktu

Renaisans (R) akan terjadi apabila sudah tampil sekumpulan manusia-manusia berpotensi (M) yang memimpin sekumpulan masyarakatnya, yang dididik dan dikembangkan, baik aspek spiritualitas, intelektualitas, karakter, skill, fisik dan semua potensi kemanusiaannya dengan sebuah metodologi (m) yang paling tepat dan sesuai dengan kondisi kejiwaan, cita-cita, tingkat pemahaman, dinamika peradaban sebuah masyarakat, dan mereka tampil pada waktu (t) yang tepat, maka masyarakat tersebut akan mengalami sebuah kebangkitan. Keadaan ini dapat disaksikan pada proses renaisans di Barat misalnya. Sebagaimana dinyatakan Prof. Naquib al-Attas dalam Islam and Secularism, renaisans Barat sangat dipengaruhi oleh Islam, terutama setelah terjadinya perang Salib yang membawa interaksi cendekiawan Barat dengan peradaban Islam yang kemudian melahirkan manusia-manusia berkualitas yang mencita-cita kebangkitan masyarakat mereka, terutama para cerdik pandainya yang berkeinginan untuk mengadakan perubahan-perubahan. Kebangiktan yang diinsfirasikan oleh kemajuan peradaban Islam yang telah berhasil mengintegrasikan peradaban-peradaban klasik paganis dari Yunani, Romawi, Parsia, Mesopetomia, India, dan lainnya dengan ajaran-ajaran unggul Islam, yang didukung oleh kemajuan perekonomian dan politiknya. Namun para cendekiawan Barat yang alergi dengan agama Kristen, tidak menghendaki sebuah kebangkitan berdasarkan Kristen yang

258

Page 259: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

menurut mereka sangat dokmatis dan irrasional. Maka mereka mencari metode (manhaj) tersendiri yang bernama Sekulerisme. Dengan menerapkan metodologi sekulerisme, para pelopor renaisans Barat memisahkan peradaban mereka dari pengaruh dokmatis Kristen, sekaligus membersihkan pengaruh-pengaruh Islam pada peradaban klasik, sehingga peradaban sekuler Barat mendasarkan renaisansnya kepada peradaban-peradaban klasik paganis sebelum diislamisasikan oleh cendekiawan Islam. Renaisans Barat, terutama Eropa mendapat waktu (t) yang sangat tepat untuk bangkit sebagai sebuah entitas peradaban baru akibat mulai runtuhnya dinasti-dinasti Islam akibat perpecahan dan peperangan sesama mereka yang mempengaruhi redupnya peradaban Islam. Lahirlah sebuah peradaban Barat yang berlandaskan sekulerisme dan mendominasi hingga kini.

Demikian pula halnya dengan Renaisans Islam (RI) atau Kebangkitan kembali Islam yang terjadi di awal kebangkitannya yang dipimpin Rasulullah saw ataupun kebangkitan-kebangkitan setelahnya, yang pada puncaknya pada abad 9 sampai 12 M. Kebangkitan Islam yang dipimpin Rasulullah terdahulu dapat dikatakan sebagai sebuah renaisans atau revival, karena pada hakikatnya ajaran yang dibawa Rasulullah adalah membangkitkan kembali ajaran-ajaran yang telah dibawa oleh para nabi dan rasul sebelumnya, baik Nuh, Ibrahim, Musa ataupun Isa yang berintikan ajaran pentauhidan Allah, penyembahan kepada-Nya dan cara-cara (syari'at) dalam penyembahan tersebut. Kebangkitan kembali yang digerakkan Rasulullah adalah pamungkas dari gerakan-gerakan yang sebelumnya dilakukan oleh para utusan Allah, sehingga risalah yang diturunkan kepada Muhammad saw adalah ajaran pamungkas dan tersempurna, karena tidak akan ada nabi dan rasul yang akan diutus sesudahnya. Berdasarkan Risalah Islam terahir yang diturunkan kepada Muhammad saw inilah kemudian generasi-generasi Islam pertama yang diikuti oleh generasi sesudahnya sampai puncaknya pada abad ke 7 Hijriah, yang membangun sebuah peradaban baru dunia yang telah menjadi jembatan penghubung antara peradaban klasik paganis dengan peradaban modern.

Gerakan renaisans Islam terbesar, terjadi pada masa kebangkitan awal Islam yang dipimpin Muhammad Rasulullah, yang telah berhasil membangun sebuah masyarakat berperadaban tinggi yang dikenal dengan "masyarakat Madinah" dengan peradabannya. Peradaban Masyarakat Madinah menjadi tolak ukur dan fondasi pembangunan peradaban-peradaban Islam selanjutnya. Peradaban Madinah adalah protipe peradaban yang dikehendaki Allah pada manusia, karena pada waktu itu wahyu Allah Sang Pencipta, baik berupa al-Qur'an ataupun sunnah, terlibat langsung dalam pembentukan masyarakat dan peradabannya. Bahkan banyak sekali ayat-ayat al-Qur'an yang diturunkan sesuai dengan keadaan masyarakat, baik yang memerintahkannya, melarang, mencegah, mengkoreksi ataupun memberi arahan dan ancaman. Sebagaimana dikatakan Sayyid Qutb, telah terjadi interaksi antara langit dan bumi, antara Sang Maha Pencipta dengan ciptaan

259

Page 260: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dalam membangun sebuah peradaban tinggi, yang akan menjadi fondasi dalam pembangunan peradaban selanjutnya sampai ahir kehidupan manusia.

Maka renaisans Islam (RI) atau kebangkitan kembali Islam hanya dapat diraih apabila telah wujud sekumpulan manusia-manusia berpotensi (M) yang telah dididik dalam ajaran Islam (I) seperti generasi Islam pertama yang dibina Rasulullah, kemudian diterapkan metode/manhaj (m) Islami dalam seluruh aspek gerakannya yang berdasarkan kepada al-Qur’an dan Sunnah Rasul dan puncak kejayaannya ditentukan oleh waktu (t) (periodeisasi) kebangkitan yang telah ditetapkan oleh Allah di dalam al-Qur’an dan al-Sunnah.

Demikian pula nilai kebangkitan dan kemenangan Islam ditentukan sepenuhnya oleh sejauh mana penerapan metode, keterlibatan manusia dan ketentuan waktu. Semakin unggul metode yang diterapkan dan semakin unggul manusia yang terlibat dan sesuai dengan waktunya, maka akan terjadi kebangkitan dan kemenangan Islam yang luar biasa.

Rumus di atas pada hakikatnya berdasarkan pada sebuah hadits yang sangat populer dikalangan umat, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Khuzaifah al-Yaman, yang berkata bahwasanya Rasulullah telah bersabda :

Tegaklah pada kamu zaman Nubuwwah (Kenabian) sampai beberapa masa yang dikehendaki Allah, maka terjadilah ia, kemudian diangkat. Kemudian tegaklah sesudah itu pada kamu zaman Khalifah atas Manhaj Nubuwwah (metode Kenabian), maka terjadilah ia padamu beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Kemudian tegaklah pada kamu Kerajaan yang menggigit (feodal) maka terjadilah ia padamu beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Kemudian tegaklah sesudah itu Kerajaan sesat/cacat, terjadilah beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Kemudian setelah itu tegaklah padamu Khalifah atas Manhaj Nubuwwah (metode Kenabian) yang mengamalkan sunnah Rasul di kalangan manusia. Islam akan tersebar luas di muka bumi yang diridhai oleh penghuni langit dan bumi....... (HR, Ahmad dan Tabrani)

Hadits di atas dengan gamblang menyatakan tentang syarat-syarat sebuah kebangkitan dan kemenangan Islam yang meliputi manusia-manusia unggul yaitu Nabi dan Khalifah, metode (manhaj) yaitu Manhaj Nubuwwat dan priodeisasi sejarah Islam dengan masa-masanya. Kebangkitan Islam pertama di zaman Rasulullah saw. Kebangkitan Islam terjadi apabila Allah SWT menurunkan ajaran Islam yang bersifat abadi berupa wahyu kepada utusan-Nya, Muhammad Rasulullah, disamping ajaran ini, Allah telah menurunkan metode (manhaj) dalam mengaplikasikan ajaran Islam kepada masyarakat Makkah pada waktu itu. Rasulullah mengajarkan dan mengembangkan Islam dengan metode (manhaj) sehingga lahirlah manusia-manusia unggul yang menjadi pendukung gerakan kebangkitan Islam dan pada itu adalah waktunya tepat, yaitu waktu yang telah dijanjikan Allah kepada Nabi-Nabi terdahulu tentang akan terjadinya kebangkitan yang

260

Page 261: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

akan dipimpin oleh seorang Rasul Allah. Itulah sebabnya, untuk mengawali gerakan kebangkitan kembali Islam masalah pertama harus difahami adalah mengetahui karekteristik manusia-manusia unggul yang dikehendaki Islam, metode/manhaj yang telah mengantarkan generasi Islam terdahulu dalam mencapai kegemilangan, serta waktu atau priodeisasi yang telah digariskan Allah terhadap Islam.

Mungkin banyak yang masih keliru dalam memahami priodeisasi kebangkitan Islam yang dimaksudkan hadits di atas maka hal ini perlu dijelaskan agar tidak menimbulkan salah faham. Priodeisasi kebangkitan dan kemunduran Islam dimulai dengan bangkitnya Rasulullah saw sebagai Nabi dan Rasul terahir, masa ini dinyatakan sebagai masa Nubuwwat (Kenabian). Setelah Rasulullah wafat, beliau digantikan oleh para Kholifah yang mendapat petunjuk dan menegagakkan manhaj (metode) Nubuwwat. Setelah berahirnya masa pemerintahan Sayyidina Ali sebagai Khalifah terahir sebagaimana disepakati mayoritas umat, masuklah masa pemerintahan dengan sistem Kerajaan feodalis Muslim yang menerapkan sistem monarkhi absolut yang dipimpin oleh Muawiyah bin Abi Sofyan dan diteruskan oleh keturunannya. Sistem pemerintahan kerajaan feodalis Muslim ini berlangsung terus sambung menyambung dengan pergantian dinasti demi dinasti sampai berahirnya sistem ini di Turki yang diberi lebel Khilifah Islamiyah. Sesudah itu tegaklah sistem pemerintahan sesat (mulk al-Jabariyyan) yang mengadopsi sistem penjajah sekuler yang memisahkan peranan agama dalam kehidupan duniawi, baik yang berbentuk sosialisme-komonisme, demokrasi liberal ataupun percampuran diantara keduanya yang menolak peranan wahyu dalam sistem pemerintahannya. Ciri khas pemerintahan ini sangat memberikan kekuasaan mutlak kepada rakyat dan apabila rakyat mayoritas menghendaki kerusakan dan kemusyrikan, maka akan tegak kerusakan dan kemusyrikan di tengah-tengah masyarakat. Setelah dunia dipenuhi oleh kezaliman dan kesesatan akibat ditegakkanya sistem hidup sekuler akan tegak kembali sistem pemerintahan Islam terahir dibawah pimpinan seorang Khalifah adil dan bijaksana yang menegakkan Manhaj Nubuwwat. dan akan mengantarkan dunia ini menuju keadilan dan kemakmuran sejati selama yang diizinkan Allah.

Jadi untuk menilai sejauh mana keabsahan teori yang dikemukakan para pemuka umat, dapat dinilai dari produk manusia-manusia unggul yang dihasilkan gerakannya, kemudian sejauh mana kesahihan metode/manhaj mereka dengan manhaj Nubuwwat dan apakah waktunya tepat dengan yang dijanjikan Allah SWT bagi sebuah kebangkitan Islam. Pada hakikatnya, kebangkitan Islam, kehadiran manusia-manusia unggul, manhaj dan masa kegemilangan Islam adalah diantara perkara-perkara yang telah ditetapkan Allah untuk menguji sejauh mana amal kebajikan hamba-hamba-Nya dalam menghadapi realitas kehidupannya. Apakah dengan kemenangan Islam lalu mereka menjadi lalai dan lupa diri atau apakah dengan kemunduran dan kekalahan Islam mereka akan menjadi putus asa.

261

Page 262: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Secara jujur dan ikhlas harus diakui bahwa kurang maksimalnya keberhasilan para pemuka umat terdahulu dalam membina dan membangun kegemilangan Islam disebabkan oleh kerancuan mereka dalam memahami esensi kebangkitan Islam. Kebangkitan yang harus ditopang oleh generasi-generasi Muslim unggul yang lahir dari sistem pendidikan dan pembinaan ajaran Islam dengan karakteristik khasnya, kemudian pada mereka ditegakkan metode (manhaj) Islam yang akan diterapkan dalam kehidupan nyata masyarakat, baik aspek spiritual ataupun intelektualnya. Dan terahir masalah waktu yang akan menentukan keberhasilan dan kegemilangan kebangkitan kembali Islam. Jika sudah terdapat generasi Muslim unggul dan diterapkan manhaj Islami, namun apabila waktu tidak mendukung, maka kebangkitan dan kemenangan akan terjadi sesaat saja dan tidak mampu membangun dan memimpin peradaban dunia sebagaimana dilakukan generasi Islam pertama.

Dalam hal ini, kasus Ikhwan al-Muslimun di Mesir adalah contoh yang terbaik. Hasan al-Banna dengan kepemimpinannya yang kharismatis telah menggabungkan metode Islami dengan jeniusnya serta didukung oleh pengikut-pengikut setia sehingga mampu membuat gerakan yang besar dan ditakuti musuh-musuhnya. Beliau mampu mengkombinasikan antara keilmuan Al-Azhar dengan gerakan Pan-Islamisme al-Afghany sehingga menghantarkan Ikhwan menjadi gerakan yang melahirkan generasi unggul pada dunia modern. Namun faktor waktu yang dijanjikan tidak berfihak pada gerakan ini, sehingga dengan mudah dapat dipatahkan musuh Islam. Walaupun mungkin ada yang berpendapat bahwa kegagalan Ikhwan akibat kelemahan sistem pembinaan atau organisasinya. Namun pembunuhan Hasan al-Banna, pemimpin utama gerakan yang masih berusia kurang dari 40 tahun adalah jawaban dari keragu-raguan ini. Jika Allah mengizinkan Imam al-Syahid Hasan al-Banna hidup lebih lama, karena Nabi Muhammadpun diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun, maka dunia Islam pasti akan berwajah lain. Namun demikianlah taqdir Allah, generasi Muslim terunggul abad ini harus meninggalkan perjuangan sucinya dengan kematian suci pula. Setelah syahidnya Hasan al-Banna belum ada yang mampu menggantikan kedudukan beliau dalam membina generasi Muslim unggul dan mengaplikasikan metodenya dalam masyarakat modern. Pemimpin-pemimpin penggantinya hanya mampu membangun gerakan-gerakan lokal atau sempalan yang tidak dapat merubah keadaan masyarakat secara maksimal ataupun hanya menjadi gerakan-gerakan intelektual yang hanya menyebarkan pengetahuan dan pemikiran tanpa membangun gerakan jama’ah sebagaimana dilakukan Imam Hasan al-Banna.

Demikian pula halnya dengan para pemuka umat yang lainnya. Kurang maksimal keberhasilannya dalam mencetak generasi-generasi Islam yang unggul ataupun dalam menerapkan manhaj sebagaimana yang dikehendaki Islam sehingga mereka tidak pernah sampai pada kebangkitan Islam sebenarnya. Apalagi jika mereka coba-coba mengadopsi metode-metode lain yang diciptakan diluar sistem Islam dalam membina generasi Muslim, maka

262

Page 263: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kebangkitan Islam pasti akan semakin jauh dan umat bertambah terbelakang, Karena metode-metode selain metode Islami tidak mungkin akan melahirkan generasi agung sebagaimana generasi Islam pertama, kecuali hanya melahirkan generasi-generasi bingung yang tidak mengetahui arah tujuannya sebagaimana keadaan generasi Muslim produk sistem pendidikan sekuler masa ini. Bahkan metode Barat sekuler yang diterapkan pada sistem pendidikan kaum Muslimin telah menjerumuskan mereka menjadi generasi yang bernama Islam namun pemikiran dan tingkah lakunya tidak berbeda dengan orang sekuler yang memisahkan agamanya dari kehidupan dunia.

Untuk mencapai kebangkitan dan kemenangan Islam yang sempurna sebagaimana dijanjikan Allah, perlu dibangun dan dikembangkan sebuah model gerakan Islam yang menjadi penyempurna dari gerakan-gerakan Islam terdahulu dan yang akan menerapkan metode/manhaj sebagaimana yang dikehendaki Islam. Gerakan Islam yang akan menerapkan kembali metode yang telah diterapkan Rasulullah dalam mendidik dan membina generasi-generasi agung terdahulu. Karena hanya metode inilah yang akan mengantarkan umat menuju kegemilangan kembali sebagai pemimpin peradaban dunia di masa depan sebagimana dijanjikan dalam hadits yang telah dikemukakan terdahulu.

Hal terpenting yang harus dilakukan saat ini adalah mengetahui dan memahami hakikat metode/manhaj yang telah diterapkan Rasulullah dan para khalifahnya, kemudian menerapkannya dalam kehidupan masyarakat masa kini, sehinngga terbentuklah masyarakat ideal yang akan menegakkan keadilan dan kemakmuran sejati sebagimana generasi Islam terdahulu dibawah pimpinan Rasulullah dan para Khalifah yang mendapat petunjuk.

Maka tidak diragukan lagi bahwa menerapkan kembali manhaj (metode) yang telah diterapkan Rasulullah dan para khalifahnya adalah satu-satunnya jalan menuju kebangkitan dan kemenangan yang dijanjikan, kemenangan yang akan menghantarkan kaum Muslimin menjadi pemuka-pemuka peradaban dunia sebagaimana generasi Islam pertama terdahulu.

Pengertian Manhaj NubuwwatTidak diragukan lagi bahwa kurang maksimalnya keberhasilan gerakan

Islam dewasa ini dalam mengarahkan umat menuju kebangkitan dan membangun kembali peradaban mereka bersumber dari kesalahfahaman mereka dalam memahi hakikat ajaran Islam. Dan kesalahfahaman ini tidak lain bersumber dari kerancuan sebagian mereka dalam memahami metode/manhaj yang dikehendaki Islam. Akibat kerancuan ini, mereka telah mengadopsi berbagai bentuk metode, baik dari Barat ataupun Timur yang digunakan untuk menjelaskan dan memahami ajaran Islam dengan tujuan agar umat bangkit dari keterbelakangannya. Namun realitasnya, walaupun para cendekiawan yang rancu ini telah menghabiskan waktu beberapa kurun, namun belum mendatangkan hasil yang memuaskan yang ditandai dengan

263

Page 264: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

lahirnya generasi-generasi Islam yang unggul dan ulung. Itulah sebabnya, untuk membangkitkan umat kembali, para cendekiawan Muslim harus menoleh ke belakang, mengkaji lagi sejarah kegemilangan Islam dan mengenal pasti perkara-perkara yang telah menjadikan generasi Islam terdahulu sebagai generasi terbaik.

Imam Malik RA telah menyatakan : Umat ini tidak akan bangkit kembali, kecuali dengan cara kebangkitannya terdahulu. Pendapat Imam besar Islam ini adalah merupakan hasil pemikiran beliau yang mendalam berkat keluasan ilmu yang dimilikinya. Umat yang terbelakang dewasa ini, tidak mungkin akan bangkit, kecuali dengan metode/manhaj yang telah ditempuh umat terdahulu yang telah membawa kegemilangan. Maka dengan demikian, jelaslah kunci kemenangan terdapat pada generasi Islam pertama.

Kunci untuk memahami metode Islam yang akan mengantarkan umat menuju kemuliaan dan keagungan adalah memahami metode yang diterapkan generasi Islam pertama. Metode/manhaj yang diterapkan generasi Islam terahulu yang telah mengantarkan mereka menuju kegemilangan dan juga yang akan mengantarkan generasi Islam sesudahnya menuju kegemilangan, sebagaimana diterangkan hadits terdahulu, adalah manhaj Nubuwwat. Maka dengan pengertian hadits di atas serta pendapat Imam Malik RA, jika para pemimpin Islam ingin mengangkat kembali harkat dan martabat umat dari kehinaan dan keterbelakangannya masa ini, tidak ada jalan lain kecuali dengan menegakkan kembali manhaj/metode yang telah dijalankan oleh Rasulullah dan Para Sahabatnya terdahulu yang telah menghantarkan mereka menuju kegemilangan dan kemenangan. Manhaj Nubuwwat (metode Kenabiaan) harus difahami kembali dengan benar, kemudian dilaksanakan dalam kehidupan sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Dengan memahami karekteristiknya dengan pasti, kemudian mengaplikasikannya bagian demi bagiannya pada kehidupan masyarakat Islam masa kini, sebagaimana Rasulullah mengaplikasikannya kepada masyarakatnnya dahulu.

Kegagalan dalam memahami makna dan hakikat manhaj Nubuwwat dalam kehidupan akan membawa dampak yang sangat buruk kepada umat. Karena mereka menganggap Islam tidak memiliki metode dalam menerapkan ajarannya sehingga mereka leluasa mengadopsi metode-metode selainnya yang justru akan mengakibatkan hilangnya nilai-nilai Ilahiyah yang terkandung dalam ajaran Islam akibat campur tangan manusia. Sebagaimana yang terjadi pada umat masa ini, akibat campur tangan mereka yang terlalu jauh dalam metode untuk memahami dan mengamalkan Islam, ahirnya Islam menjadi ajaran statis yang hanya dipelajari sebagai pengetahun belaka, bukan sebagai amalan yang diterapkan dalam kehidupan nyata sebagaimana yang telah dilakukan generasi Islam pertama.

Manhaj Islam dengan syare’at Islam adalah dua perkara yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan lainnya, karena keduanya adalah satu kesatuan yang saling berhubungkait dan saling menyempurnakan. Jika

264

Page 265: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

syari’at Islam diumpamakan seperti sebuah bangunan rumah yang indah dan megah, maka manhaj Islam adalah tata cara (master plan) dalam membangun rumah tersebut. Rumah tidak akan mungkin berdiri dengan megahnya tanpa dijelaskan dan dirincikan bagaimana cara mendirikannya dengan sempurna sesuai dengan petunjuk sang pemilik rumah. Bagaimanapun hebatnya seorang tukang pembuat rumah, tidak mungkin dapat membangun rumah yang indah dan megah tanpa mengetahui master plan rumah tersebut dengan segala rinciannya. Dari mana mulai membangunnya, kemudian tahap demi tahapannya, modelnya, arsitekturnya dan segala detil rumah tersebut yang rumit. Para tukang bangunan pasti akan kebingungan setengah mati jika membangun rumah/gedung tanpa master plan yang dikehendaki oleh pemilikinya. Bangunan rumah saja memerlukan petunjuk pelaksanaan (master plan) dalam membangunnya, apalagi syari’at Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, dari jiwanya yang tersembunyi, fisiknya, pemikirannya, hubungannya dengan sesama makhluk dan dengan Penciptanya serta segala kekomplekan manusia dengan kehidupannya di muka bumi ini. Itulah sebabnya Allah Yang Maha Mengetahui sebagai Pencipta manusia dengan Kasih Sayang-Nya yang tidak terhingga telah menurunkan petunjuk pelaksanaan (master plan) kepada Rasulullah dalam membangun syari’at Islam agar manusia tidak kebingungan dan tersesat dalam membangunnya. Petunjuk pelaksanaan dalam merealisasikan syari’at Islam inilah yang dikenal dengan manhaj Islam atau manhaj Nubuwwat.

Maka dengan demikian, tidak diragukan lagi bahwa memahami manhaj Islam adalah sama pentingnya dengan memahami syari’at Islam. Dengan demikian, menegakkan manhaj Islam adalah sama pentingnya dengan menegakkan syari’at Islam dalam kehidupan. Jika seorang Muslim tidak memahami dan tidak menegakkan syari’at Islam dikatakan sebagai seorang yang ingkar, maka demikian halnya jika mereka tidak menegakkan manhaj Islam dalam kehidupannya. Itulah sebabnya, menegakkan manhaj Islam adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pengamalan ajaran Islam secara total. Apalagi manhaj Islam adalah kunci dalam menegakkan syari’at Islam, tanpa memahami manhaj Islam dengan baik dan betul, tidak mungkin ditegakkan syari’at Islam dengan sempurna. Menegakkan syari’at Islam adalah wajib hukumnya, dan para ulama tidak berbeda pendapat dalam hal ini, maka menegakkan manhaj Islam sebagai syarat mutlak tertegaknya syari’at Islam adalah wajib pula hukumnya sebagimana disebutkan kaidah fiqh : Sesuatu yang wajib tidak tertegak kecuali dengannya, maka ia menjadi wajib pula.

Pengertian Manhaj Sesungguhnya Allah Maha pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia yang telah diciptakan-Nya dan telah diberikan kepadanya amanah sebagai khalifah (wakil) yang akan mengelola alam sesuai dengan kehendak-Nya. Untuk menyempurnakan kasih sayang-Nya, Allah SWT telah

265

Page 266: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

menurunkan kepada manusia pedoman hidup yang akan membimbingnnya menuju keselamatan dan kemenangan. Pedoman hidup itu berbentuk syari’at dan manhaj, sebagaimana disebutkan al-Qur’an :..... tiap-tiap umat telah Kami jadikan baginya syari’at dan manhaj.......

( QS, al-Maidah : 48)Syari’at adalah undang-undang dan peraturan yang diturunkan Allah

SWT untuk mengatur kehidupan umat manusia agar tercipta keamanan, kedamaian dan keadilan di muka bumi, yang meliputi hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan seluruh makhluk di alam raya ini. Sementara manhaj adalah tatacara atau metode dalam melaksanakan syari’at tersebut di dalam kehidupan nyata secara sistematis sesuai dengan tahapan-tahapannya.

Para Nabi terdahulu, baik Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS, Isa AS dan lainnya masing-masing di utus Allah dengan membawa syari’at dan manhaj yang sesuai dengan keadaan dan tingkatan masyarakat mereka. Syari’at mereka adalah sama, yaitu untuk menegakkan Tauhid, keesaan Allah SWT dalam segala aspek kehidupan dan menjauhi thoghut, tuhan-tuhan selain dari Allah SWT.138 Namun manhaj mereka berbeda, yaitu pelaksanaan syari’at dalah kehidupan nyata mereka adalah berbeda menurut keadaan dan tingkatan masyarakat yang dibimbingnnya. Maka manhaj yang turun kepada para Nabi dalam rangka menegakkan tauhid ini juga berbeda. Sebagai contoh, Nabi Ibrahim AS membawa tugas menegakkan tauhid, demikian pula halnya dengan Nabi terahir, Muhammad SAW, namun manhaj (tatacara) mereka melaksanakan tauhid ini berbeda. Nabi Ibrahim AS tidak membawa perintah solat lima waktu, puasa di bulan ramadhan dan lain-lain perintah Allah sebagaimana diperintahkan kepada Nabi Muhammad, yang mana hal ini merupakan manhaj (cara) mencapai syari’at mentauhidkan Allah SWT.

Para Nabi dan Rasul silih berganti diutus Allah dengan membawa syari’at dan manhaj yang akan membimbing umat manusia menuju kehidupan ideal dibawah pancaran keridhaan Allah. Apabila manusia menyimpang dan melupakan syari’at dan manhaj para Nabi terdahulu, Allah SWT dengan kasih sayang-Nya senantiasa mengutus kembali Nabi dan Rasul dengan membawa syari’at dan manhajnya yang meluruskan, menggantikan atau menyempurnakan syari’at dan manhaj terdahulu. Karena syari’at dan manhaj yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah yang terahir, maka ia harus sempurna, menyeluruh, universal dan tidak ketinggalan zaman

138 Masalah ini diterangkan beberapa ayat, diantaranya;Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan) “sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut” (QS. al-Nahl : 36)Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, “bahwasanya tidak ada Ilah (Tuhan) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. (QS. al-Anbiya’:25).Katakanlah :”Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Robbku pada jalan yang lurus, yaitu dien yang benar, dien Ibrahim yang lurus: dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Katakanlah :”Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya: dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah. Katakanlah :”Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah, padahal Dia adalah Rabb bagi segala sesuatu”. (QS. al-An’am : 161-4).

266

Page 267: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

sampai ahir zaman. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dengan segala Kesempurnaan-Nya, itulah sebabnya Dia menurunkan al-Dien al-Islam yang mengandung ajaran sempurna dan lengkap dan membahas seluruh aspek kehidupan manusia menurut tingkat pemikiran dan pengetahuannya sampai ahir zaman. Tidak ada satu aspekpun kehidupan manusia yang terabaikan, syari’at dan manhajnya tidak akan ketinggalan zaman, walaupun zaman datang silih berganti, karena ajarannya diturunkan dalam bentuk global dan mengandung pokok-pokok kehidupan manusia yang terpenting.

Dengan syari’at dan manhaj inilah Rasulullah membimbing bangsa Arab Jahiliyah yang terpecah belah dan terbelakang dengan penuh ketekunan dengan tahapan-tahapan pembinaannya yang khas. Kemudian sejarah membuktikan, bagaimana bangsa Arab Jahiliyah itu tumbuh dan berkembang menjadi bangsa besar dan utama serta kuat, memiliki wilayah kekuasaan yang luas, menumbangkan penjajahan dan kezaliman super power Romawi dan Persia dan menegakkan keadilan dan kemakmuran di seluruh wilayah kekuasaannya. Semua keagungan dan keutamaan bangsa Arab itu adalah berkat syari’at dan manhaj yang diturunklan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Demikian pula sejarah telah membuktikan, generasi-generasi setelah mereka, walaupun tetap memelihara dan menjalankan syari’at Allah, namun lalai melaksanakan sepenuhnya manhaj yang menyertai syari’at Islam. Pada saat inilah awal kemunduran kaum Muslimin, yaitu pada saat mereka mengganti manhaj Islam dengan manhaj/metode selainnya dalam memahami dan mengamalkan al-Dien al-Islam, baik yang bercorak filsafat, sufi, kalam ataupun fiqh. Akibatnya telah lahir generasi-generasi yang berbeda dengan watak dan karakteristik generasi Islam pertama. Walaupun mereka dapat menghasilkan perbendaharaan pengetahuan yang menjulang tinggi, namun mereka tidak dapat menyamai kesempurnaan generasi terdahulu yang dibina atas manhaj Nubuwwah, metode yang diterapkan Rasulullah. Keadaan menjadi lebih buruk apabila pintu ijtihad dinyatakan tertutup, karena Ijtihad merupakan salah satu cara dinamis manhaj Islam yang akan mempertahankan keuniversalannya sampai ahir zaman.

Setiap penyimpangan atau campur tangan manusia di dalam manhaj ini, bukannya menambah keunggulannya, namun semakin menghancurkannya, menghilangkan keutamaan-keutamaan Ilahiyah yang terkandung didalamnya yang telah disusun dengan amat sempurna oleh Maha Pencipta Alam. Itulah sebabnya Islam melarang sejak awal penambahan-penambahan semacam ini yang dikenal dengan bid’ah, bahkan Rasulullah menyatakan bahwa setiap bid’ah adalah sesat dan setiap yang sesat dimasukkan ke dalam neraka (HR. Bukhari Muslim). Ini jelas karena syari’at dan manhaj yang ada di dalam al-Dien al-Islam telah sempurna; tidak memerlukan tambahan-tambahan ataupun perubahan-perubahan. Setiap keputusan yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya di dalam syari’at dan manhaj adalah mutlak, tidak dapat diubah, ditambah dan diganti, karena ini di luar kemampuan dan pengetahuan manusia, sebagaimana ditegaskan Allah dan Rasul-Nya :

267

Page 268: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Sesungguhnya tidak ada perkataan lain yang diucapkan orang-orang Mukmin jika diseru agar mentaati Allah dan Rasul-Nya dalam berhukum di antara mereka, kecuali perkataan :”Kami mendengar dan kami mentaatinya”.(QS, al-Nur : 51)Dan tidaklah patut bagi laki-laki Mukmin dan perempuan-perempuan Mukmin, jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu keputusan untuk memilih selainnya dari urusan tersebut, dan barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS, al-Ahzab : 36)

Tidaklah beriman salah seorang diantara kamu sehingga dia mengikuti apa-apa yang aku bawa padanya. (HR. Tirmizi)

Berpegang teguh kepada syari’at dan manhaj merupakan realisasi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya yang seringkali ditegaskan al-Qur’an dan al-Hadits. Penyelewengan dari syari’at dan manhaj yang diajarkan Islam adalah sama artinya dengan tidak mentaati Allah dan Rasul-Nya. Ini berarti penentangan terhadap Allah dan Rasul-Nya yang pasti akan mengakibatkan kecelakaan dan kehinaan bagi siapa yang melakukannya.

Sejak generasi terdahulu sampai masa ini, sejak kaum Muslimin meninggalkan manhaj Islam yang unik dan sempurna dalam melaksanakan syari’at Islam, mereka belum pernah mengalami kecemerlangan sebagaimana generasi awal, kecuali sekelompok kecil yang belum mampu merombak wajah dunia. Padahal al-Qur’an dan al-Sunnah, sumber utama syari’at dan manhaj yang digunakan generasi Muslim terdahulu masih tetap utuh di tangan kaum Muslimin sampai hari ini. Namun mengapa mereka menjadi ummat yang terbelakang, yang terbodoh, termiskin, teraniaya dan terendah kualitas SDM-nya diantara seluruh bangsa-bangsa dunia ? Mengapa mereka tidak mampu menjadi seperti generasi-generasi Islam pertama yang merupakan ummat terbaik, termaju, tercemerlang dan paling berkualitas serta menjadi mercusuar peradaban dunia ?

Jawabannya jelas, semua ini terjadi akibat terlalu banyak penyimpangan dan campur tangan manusia di dalam manhaj Islam yang telah diturunkan Allah SWT. Mereka telah mengubah, memisah-misahkan serta mengembangkan manhaj Islam yang sempurna menjadi manhaj ala fiqh, manhaj ala filsafat, manhaj ala kalam dan manhaj ala sufi. Mereka telah membangun manhaj-manhaj baru yang dikatakannya sebagai pengembangan manhaj Islam, namun pada hakikatnya mereka telah mengadopsi manhaj selain manhaj Islami kemudian mengawinkannya dengan manhaj Ilahiyah yang ahirnya melahirkan manhaj baru yang kadangkala tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai manhaj Islam. Manhaj Ilahiyah yang suci dan sempurna dicampur aduk dengan manhaj rekaan manusia yang serba lemah dan kurang. Manhaj Islam yang

268

Page 269: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

diterapkan Rasulullah dikawinkan dengan manhaj filsafat Yunani, manhaj kerahiban Nashrani, manhaj akliyah Israiliyat dan manhaj-manhaj manusiawi lainnya, sehingga manhaj Islam hilang terkubur di antara tumpukan manhaj-manhaj manusiawi tersebut yang ahirnya menjadikannya sebagai manhaj statis yang tertinggal di dalam teori-teori pengetahuan, baik dalam ilmu Kalam, ilmu Tauhid, ilmu Filsafat, ilmu fiqh, ilmu tasawwuf dan lainnya. Sejak itu tidak pernah lahir generasi-generasi Islam yang merombak tatanan dunia sebagaimana generasi Islam pertama akibat ditinggalkannya manhaj Islam dalam menegakkan syari’at Islam yang hakikatnya bertujuan untuk melahirkan ummat terbaik.

Perkataan Manhaj sendiri berasal dari pangkal kata bahasa Arab yang digunakan oleh Islam dengan pengertian yang lebih khusus daripada pengertian-pengertian umum yang difahami masyarakat Arab pra Islam, sebagaimana perkataan sholat, zakat, jihad, hajj dan sejenisnya. Jadi untuk memahami pengertiannya secara tepat, harus dicari akar katanya dari sumber-sumber ajaran Islam, seperti al-Qur’an, al-Hadits dan gramatika bahasa Arab.

Manhaj di al-Qur’anAl-Qur’an menyebut perkataan manhaj dalam surat al-Maidah ayat

48;139

Dan Kami turunkan al-Kitab (al-Qur’an) kepadamu dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab terdahulu, sebagai penimbang atas kitab-kiab itu. Maka berilah hukum kepada mereka menurut hukum yang telah diturunkan Allah kepadamu. Janganlah kamu mengikuti kemauan mereka yang menyeleweng dari kebenaran yang ada padamu. Tiap-tiap ummat telah kami jadikan padanya syariat dan manhaj. Jikalau Allah menghendaki, maka Dia dapat menjadikan kamu satu ummat saja, tetapi Dia mau menguji kamu tentang apa yang telah diberikan-Nya....... (QS. al-Maidah : 48)

Umumnya para Mufassirin seperti Ibnu Abbas140, Thabari141, Qurthubi142, al-Qashimi143, al-

139 al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, juz VI. (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm. 129-130 140 Ibnu Abbas, Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas, (Teheran : Intatsorot Istiqlal, tt) hlm. 95141 Thabari, Tafsir al-Thabari, Jil. 10 (Kaherah : Dar al-Maarif, tt) hlm. 384142 Qurthubi, al-Jami’ al_Ahkam al-Qur’an, juz. 5 (Beirut : Dar Ihya’ al-Turats al-Arbi, 1965) hlm. 211.143 Jamaluddin al-Qashimi, Mahasin al-Ta’wil,juz 6. (Beirut : Dar Ihya’ al-Kutub al-Arbi,1958) hlm.2017

269

Page 270: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Radzi144, Ibnu Katsir145, al-Naisaburi,146 al-Alusyi147, Jalalayn148, Khazin149, al-Baghawi150, al-Syaukani151, al-Nasafi152, al-Wahidi153, al-Qushairi154, al-Baidhawi155, al-Zamakhsari156, al-Mudzkari157, Ibn Abi Hayyan158, Thantawi Jauhari159, al-Thaba’-taba’i160, al-Sabzawari161, Jawad al-Mughniyah162, al-Shabuni163, al-Maraghi164, Abduh165, Sayyid Qutb166, Said Hawwa167 dan lainnya mengartikan manhaj sebagai thariqan wadhihan (jalan yang terang benderang) atau sabilan (jalan).

Di antara mereka ada pula yang menukilkan pendapat bahwa manhaj satu makna dengan syari’at, di mana manhaj berfungsi sebagai penguat (taukid) dari kata syari’at yang mendahuluinya, sebagaimana dinukilkan al-Alusyi dan Khazin.168 al-Thabari menyebutkan bahwa ada perbedaan di antara para Mufassirin dalam mengartikan li kulli min kum (pada tiap-tiap kamu). Ada yang mengartikan kum (kamu) dengan arti seluruh umat manusia dari zaman dahulu telah diturunkan kepada mereka syari’at dan manhaj, namun ada yang mengartikannya sebagai ummat Nabi Muhammad saja.169

Namun dalam hal ini, sebagaimana dikemukakan Khazin, jika dilihat konteks ayatnya secara menyeluruh, maka jelaslah ayat tersebut membahas tentang ummat terdahulu dengan disebut-kannya kitab-kitab terdahulu mereka dan juga kalimat “dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia

144 al-Radzi, al-Tafsir al-Kabir, juz III,(Beirut : Dar Fiqr, 1878) hlm. 412-413145 Ibnu Katsir,Tafsir al-Qur’an al-Adzim. juz II. (Kaherah: Dar al-Khairat, 1988) hlm.63146 al-Naisaburi, Gharaib al-Qur’an wa Raghaib al-Furqan, (Hulfa : M.Nashir al-Halbi, 1962) hlm. 107-108.147 al-Alusyi al-Bagdadi, Ruh al-Ma’ani, juz V-VI (Beirut : Dar Ihya’ al-Turats al-Arbi, Thaba’ah Rabi’ah, 1985) hlm.153148 al-Jalalayn, Tafsir Jalalayn, (Beirut : Dar Fiqr, 1981) hlm.102.149 Khazin (Ibrahim al-Bagdadi), Tafsir al-Khazin, juz II (Beirut : Dar Fiqr, 1979) hlm.61150 al-Baghawi, Tafsir al-Baghawi, juz II, (Beirut : Dar Fiqr, 1979) hlm.61151 al-Syaukani, Fath al-Qadir, jil.II (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm.48152 al-Nasafi, Tafsir al-Nasafi, jil.I (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm.286153 al-Wahidi, Marah labid Tafsit al-Nawawi, jil.I (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm.207154 al-Qushairi, Lataif al-Isyarah, Tafsir Shauf Kamil li al-Qur’an al-Karim, jil.I (Mesir : Markaz Tahqiq al-Turats,

Thabaah Tsaniyah, 1981) hlm.429.155 al-Baidhawi, Tafsir Baidhawi, (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm.152.156 al-Zamakhsari, al-Khasysyaf, jil I, (Beirut : Dar al-Ma’rifah, tt) hlm.618157 al-Mudzkari, Tafsir al-Mudzkari, jil.III, (Pakistan : Masjid Ruud, 1982)hlm.123158 Ibn Abi Hayyan, Tafsir al-Bahr al-Muhith, juz III (Beirut : Dar Fiqr, Thaba’ah Tsaniyah, 1988) hlm.102159 Thanthawi Jauhari, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim, juz II (Teheran : Intasyarat Aatab, Thaba’ah Tsaniyah, 1350 H)

hlm.190160 al-Thaba’thaba’i, al-Mizan, jil V,(Beirut : Muassasah al-A’lami, Thaba’ah Tsaniyah, 1974) hlm.351161 al-Sabzawari, al-Jadid fi Tafsir al-Qur’an al-Majid, juz III (Beirut : Dar al-Ta’aruf li al-Batba’ah, 1982)hlm.476162 Jawad al-Mughniyah, al-Tafsir al-Kasysyaf, jil III (Beirut : Dar Ilm li al-Maliyin, thaba’ah tsaditsah, 1980) hlm.67163 al-Shabuni, Shafwat al-Tafasir, jil.I (Beirut : Dar al-Qur’an al-Karim,tt) hlm.346164 al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, juz. VI (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm.129-130165 Abduh, M, Tafsir al-Qur’an al-Karim, Asyakir bi Tafsir al-Manar, juz.VI, (Beirut : Dar Ma’rifah, tt) hlm.312-313166 Sayyid Qutb, Fi Zilal al-Qur’an, juz II. (Jeddah : Dar Ilm li al-Thaba’ah, Thaba’ah al-Tsaniyah asyarah, 1987)

hlm.901-902167 Said Hawa, al-Asas fi al-Tafsir, juz.III, (Kaherah : Dar Salam, 1985)hlm.1397.168 al-Alusyi,op.cit. hlm.153. Khazin, op.cit,hlm.61169 al-Thabari, op.cit. hlm.384.

270

Page 271: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dapat menjadikan kamu satu ummat saja”. Maka yang lebih kuat pendapat yang mengartikan kum sebagai seluruh ummat manusia sebagaimana difahami jumhur Mufassirin.170

Di antara para Mufassirin, pendapat yang dinukilkan Khazin berkaitan erat dengan pembahasan di sini, yaitu ketika beliau memberikan penjelasan lebih lanjut perbedaan antara syari’at dan manhaj dalam menyanggah mereka yang berpendapat keduanya memiliki persamaan makna sama. Khazin menukilkan :

Dan telah berkata yang terahir, di antara keduanya (syari’at dan manhaj) jauh berbeda, yaitu sesungguhnya syari’at adalah apa yang diperintahkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya, sedangkan manhaj jalan terang dalam merealisasikan syari’at tersebut.171

Demikian pula pendapat al-Radzi dan al-Maraghi.172

Menurut pendapat terahir ini, maka jelaslah maksud perkataan manhaj pada ayat di atas menunjukkan pengertian kepada manhaj dalam merealisasikan syari’at yang diturunkan Allah SWT. Pengertian ini diperkuat pula dengan pendapat beberapa Mufassirin yang disebutkan terdahulu yang mengartikan manhaj sebagai jalan terang benderang (thariqon wadhihan) dalam merealisasikan syari’at. Maka dengan demikian beberapa pendapat para Mufassirin ini dapat dihubungkaitkan dan saling menguatkan dengan kesimpulan bahwa pengertian manhaj adalah thariq/sabil (jalan/tatacara/kaedah/metode) dalam merealisasikan syari’at Allah.

Manhaj di Hadits RasulullahAda beberapa hadits Rasulullah SAW yang menggunakan perkataan

manhaj ini. Diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan dari Khuzaifah al-Yaman, yang berkata bahwa Rasulullah telah bersabda :

Tegaklah pada kamu zaman Nubuwwah (Kenabian) sampai beberapa masa yang dikehendaki Allah, maka terjadilah ia, kemudian diangkat. Kemudian tegaklah sesudah itu pada kamu zaman Khalifah atas Manhaj Nubuwwat, maka terjadilah ia padamu beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian di angkat. Kemudian tegaklah pada kamu Kerajaan feodal yang menggigit maka terjadilah ia padamu beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Kemudian tegaklah sesudah itu kerajaan sesat yang menyimpang, terjadilah ia beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Kemudian setelah itu tegaklah padamu Khalifah atas Manhaj Nubuwwat yang mengamalkan sunnah Rasul di kalangan manusia. Islam akan tersebar luas di muka bumi yang diridhai oleh penghuni langit dan bumi.......

170 lihat, Khazin, op.cit, hlm.61. al-Radzi, op.cit. hlm.412-413. al-Maraghi, op.cit. hlm.129-130. 171 Khazin,op.cit. hlm.61172 al-Radzi, op.cit. hlm. 413. al-Maraghi, op.cit. hlm.130.

271

Page 272: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

(HR, Ahmad dan Tabrani)

Manhaj Nubuwwat di dalam hadits ini diartikan sebagai cara-cara yang ditempuh oleh Rasulullah SAW dalam melaksanakan seluruh aspek ajaran Islam, baik dari segi sosial, ekonomi, politik dan lainnya. Hal ini sama dengan pengertian hadits :

Kemudian datanglah setelahmu seorang lelaki yang berjalan di atas manhajmu.

(HR, Ahmad)Maka dengan demikian, perkataan manhaj dalam hadits-hadits yang

digunakan oleh Rasulullah SAW mengandung pengertian sebagai jalan, cara, metode, jejak dan sejenisnya.

Manhaj Menurut Bahasa ArabIbnu Manzhur dalam Lisan al-Arab menukilkan :Manhaj berasal dari pangkal kata “nahjun” yang diartikan sebagai “thariq bayyinun wadhihun” (jalan yang jelas terang benderang). Jama’nya “nahjaatun wa nuhujun wa nuhu-jun. “Thariqun nahjatun” atau “sabilun manhajun” sama artinya “wadhihuhu” (meneranginya). Manhaj dengan Minhaj adalah sama artinya “wadhaha wastabaana wa syara nahjan wadhihan bayyinan (dijelaskan, diterangi, diterangi dengan jelas). Dan al-Manhaj/al-Minhaj artinya “al-Thariqan al-wadhihan” (jalan yang terang benderang/ tata cara yang jelas).173

Demikian pula halnya para ahli bahasa Arab lainnya mengartikan manhaj sebagai thariqan wadhihan (jalan yang terang. Di antara mereka adalah Imam al-Radzi174, Fairuzzabadi175, Ibnu Faris176, al-Jauhari 177, Farid Wajdi178, dan lain-lainnya179.

Sementara Abd. al-Fattah Hadhar mengartikan manhaj sebagai : Seni penyusunan yang bernas (sahih) untuk merumuskan susunan pemikiran-pemikiran yang bijaksana.180

Menurut beberapa penjelasan terdahulu, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian manhaj menurut al-Qur’an, al-Hadits ataupun

173 Ibn. Manzhur, Lisan al-Arab, juz II (Beirut : Dar Shadr, tt) hlm.383.174 Imam al-Radzi, Mukhtasar al-Shihah, (Beirut : Dar Fiqr, 1981) hlm.881175 Fairuzzabadi, al-Qamus al-Muhith,jil. I (Beirut : Dar Fiqr, 1978) hlm.210176 Ibnu Faris, Mu’jam Muqayis al-Lughah, tahqiq Abd. al-Salam Harun, (Beirut : Dar Fiqr, tt)177 Ismail al-Jauhari, al-Shihah, Taj al-Lughah wa Shihah al-Arabiyah, (Mesir : Dar al-Kitab, tt) hlm.346178 Farid Wajdi, Dairah Maarif al-Qur’an Isyruun, (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm. 380179 lihat misalnya : S. Ahmad Ridha, Mu’jam Matan al-Lughah, jil V, (Beirut : Dar Fiqr, 1960) hlm.557. Dr. Ibrahim

Anis, al-Mu’jam al-Washith, juz II, (Mesir : Idarah Ihya’ al-Turats al-Islami, tt) hlm.957.180 Abd. al-Fattah Hadhar, Azimah al-Bahs althami fi al-Alim al-Arbi. (Riyadh : Ma’had al-Idarah al-Ammah, 1981)

hlm.12

272

Page 273: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

bahasa Arab adalah mengandung maksud sebagai tata cara, kaedah, jalan dalam merealisasikan sesuatu.

Pengertian Manhaj NubuwwatPerkataan Nubuwwat sendiri dalam bahasa Arab secara global

mengandung pengertian sebagai kenabian, dalam kontek hadits di atas dan untuk selanjutnya berarti sebagai kenabian yang diberikan kepada Muhammad Rasulullah. Maka dengan demikian manhaj Nubuwwat mengandung pengertian sebagai jalan/cara/tatacara/ metode yang telah diterapkan oleh Rasulullah ataupun para shahabat dalam merealisasikan syari’at Islam dalam kehidupan mereka, baik pada pribadi, keluarga, masyarakat, pemerintahan, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pertahanan dan lainnya. Manhaj ini sendiri telah ditetapkan dan diajarkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad melalui urutan-urutan wahyu yang diterimanya, berawal dari wahyu yang turun di gua Hira’ sampai wahyu terahir yang turun ketika perjalanan pulang Rasulullah dari menunaikan haji terakahir (haji wada’). Dengan demikian manhaj Nubuwwat adalah manhaj Ilahi yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad bersamaan dengan diturunkannya syari’at Islam ke muka bumi. Sebagaimana para Nabi terdahulu yang membawa syari’at dari Allah senantiasa diturunkan bersamanya manhaj sebagai pedoman dan petunjuk dalam melaksanakan syari’at bagi para pengikutnya sebagimana dinyatakan al-Qur’an:

.......sesungguhnya pada tiap-tiap ummat telah Kami jadikan padanya syari’at dan manhaj...... (al-Maidah : 48)Syari’at Islam yang bersumber dari wahyu mengandung ajaran-ajaran

sempurna, membahas seluruh aspek kehidupan manusia, dari masalah-masalah pribadi sampai kemasyarakatan dengan teori-teori suci yang dibawakannya secara global, karena kekomplekannya inilah mutlak diperlukan pedoman nyata dalam pelaksanaannya. Dapat dibayangkan, bagaimana jadinya jika Allah hanya menurunkan syari’at saja tanpa pedoman pelaksanaannya, dari mana mengawali pengamalan ajarannya yang sangat komplek itu yang pasti akan membingungkan para pengikutnya karena tidak mengetahui susunan sistematikanya. Maka pedoman pelaksanaan syari’at Islam inilah yang dimaksudkan dengan manhaj Islam yang didalam hadits terdahulu disebut sebagai manhaj Nubuwwat yang mengandung pengertian sama.

Manhaj Nubuwwat adalah pedoman yang diturunkan Allah kepada Rasulullah untuk menjelaskan dari mana harus mengawali penerapan ajaran-ajaran Islam yang luas dan kompleks, tingkatan-tingkatan pelaksanaannya, sistematikanya, susunannya, bagian-bagiannya, awalnya hingga ahirnya dan masalah-masalah lainnya yang menyangkut realisasi syari’at Islam di muka bumi. Karena al-Qur’an, sumber utama syari’at Islam diturunkan Allah sebagaimana pendapat jumhur ulama, secara utuh 30 juz dari sidrat al-Muntaha ke sama’ al-Dunya (langit dunia), dan dari sinilah turun berangsur-angsur ke bumi sesuai kondisi dan keperluan pengikut-pengiku Islam yang

273

Page 274: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dididik Rasulullah pada masa itu. Syari’at Islam tidak diturunkan secara sekaligus kepada Rasulullah dan para pengikutnya, tetapi bagian demi bagian dengan maksud yang jelas dan terang agar syari’at tersebut dapat dilaksanakan secara tahap demi tahap sehingga terwujud keseluruhannya dalam kehidupan.

Allah Maha Mengetahui, jika syari’at Islam diturunkan langsung seluruhnya secara sempurna, tidak mungkin masyarakat dapat menerapkannya sekaligus dalam satu waktu dan serta merta dalam kehidupannya. Karena syari’at Islam yang agung ini memang memerlukan waktu panjang untuk merealisasikannya dalam kehidupan nyata sebagimana Rasulullahpun memerlukan waktu 23 tahun untuk menyempurnakan penerapannya pada para pengikutnya. Jika syari’at Islam diturunkan sekaligus. mereka pasti akan mengalami kebingungan demi kebingungan, sebagaimana bingungnya masyarakat Islam dewasa ini yang telah mendapatkan syari’at Islam sudah sempurna, namun tidak mengetahui bagaimana harus mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata sehingga mereka mencoba-coba untuk membuat berbagai bentuk metode aplikasi sendiri yang ahirnya menambah kebingungan dan keterbelakangan mereka akibat kegagalan demi kegagalan dalam menerapkan ajaran Islam. Rasulullah dan para shahabat berhasil menjadi manusia-manusia unggul yang mencapai kemenangan karena telah dibimbing Allah dalam merealisasikan ajaran Islam dengan manhaj yang diturunkan menyertai syari’at. Untuk mencegah kebingungan dan kesesatan pengikutnya inilah, syari’at Islam turun secara beransur-ansur dengan bagian-bagian materinya yang merupakan manhaj Islam:

Dan al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan beransur-ansur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (al-Isra’ : 106)

Berkatalah orang-orang yang kafir :”Mengapa al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja ?”. demikianlah supaya Kami memperkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya bagian demi bagian. (al-Furqan : 32)

Maka dengan demikian jelaslah bahwa manhaj Nubuwwat adalah

pedoman yang terang benderang dalam mewujudkan syari’at dari alam teori/konsepsi menuju alam nyata pada kehidupan umat manusia. Atas perintah Allah, metode/manhaj inilah yang telah diterapkan Rasulullah dan para shahabat dalam menegakkan syari’at Islam dalam diri, keluarga, masyarakat dan segala aspek kehidupan mereka sehingga menghantarkan mereka menjadi manusia-manusia unggul yang telah membangun peradaban baru dunia yang berdasarkan pada keagungan ajaran Islam. Mereka memahami benar cara menerapkan syari’at Islam ke alam nyata kehidupan mereka, dari mana mengawalinya dengan tingkat-tingkat, bagian-bagian dan sistematika materinya sehingga menjadi pribadi-pribadi yang tertegak

274

Page 275: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

padanya ajaran Islam. Jika diandaikan syari’at seperti sebuah bangunan, maka Rasulullah benar-benar memahami master plan bagunan tersebut, benar-benar mengetahui bagaimana cara mewujudkannya dalam kenyataan sehingga menjadi sebuah bangunan yang indah dan megah. Rasulullah telah membangun bangunan Islam dengan indah dan megahnya pada pribadi-pribadi para pengikutnya sesuai dengan petunjuk Sang Pemilik bangunan Islam, sehingga mereka mendapat julukan sebagai ummat terbaik sepanjang zaman. Rasulullah dan para shahabat tidak pernah berpaling dari manhaj yang telah digariskan Allah, tidak pernah timbul keinginan mereka untuk mengadopsi metode-metode yang lain, karena mereka yakin seyakinnya bahwa metode yang mereka terapkan adalah metode terbaik yang diajarkan oleh Sang Pencipta manusia. Metode siapakah yang lebih baik daripada metode yang telah ditetapkan Sang Pencipta Yang Maha Mengetahui kepada ciptaan-Nya ?

Dengan binaan metode ini, para pengikut Rasulullah bagaikan prajurit-prajurit yang amat taat kepada jendralnya, melaksanakan dengan penuh ketundukan apapun juga yang diperintahkan kepada mereka. Mereka tidak akan meminta tambahan perintah sebelum perintah terdahulu mereka amalkan dalam kehidupan. Mereka sangat yakin bahwa syari’at dengan metodenya yang diberikan Allah kepada mereka dalam metode terbaik dan tersempurna serta terunggul, karena diturunkan dari Yang Maha Mutlak Pengetahuan-Nya. Mereka merasa bangga karena Allah berkenan berhubungan langsung dengan mereka melalui wahyu yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan tidak ada kemuliaan tertinggi bagi mereka yang melebihi karunia ini. Sang Pencipta alam raya berkenan berhubungan dengan mereka lalu mengajarkan hal-hal terbaik demi kebaikan dan kesempurnaan mereka. Allah telah berkenan mengatur mereka secara langsung dengan manhaj-Nya yang telah mengantarkan mereka sebagai generasi-generasi agung.

Namun berbeda halnya dengan generasi-generasi sesudah mereka yang melalaikan manhaj Nubuwwat yang unik ini. Walaupun syari’at Islam beserta sumber utamanya, al-Qur’an dan al-Sunnah, yang diturunkan kepada generasi terdahulu masih tetap utuh di tangan mereka, namun mereka tidak dapat mencapai taraf keagungan sebagaimana generasi terdahulu. Bahkan sejarah membuktikan mereka adalah generasi yang menyimpang dari jalan generasi para pendahulu mereka. Mereka menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi dan keluarganya, menindas penegak-penegak keadilan sejati karena kepentingan duniawi bahkan membunuh sebagian shahabat yang telah membela Rasulullah dan keluarganya. Dan mereka telah melakukan berbagai bentuk penyimpangan yang tidak pernah dikenal generasi Islam terdahulu. Hal ini tejadi karena mereka tidak menerapkan syari’at Islam menurut manhajnya sebagaimana Rasulullah dan para shahabat yang telah mengikuti semua tingkatannya dengan cemerlang. Generasi ini telah mengadopsi metode-metode asing ke dalam Islam yang akan menghasilkan generasi-generasi yang kualitasnya jauh dibawah standar

275

Page 276: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Islam yang menghendaki generasi-generasi unggul yang berjiwa khalifafatullah dan hamba Allah. Mereka telah memperlakukan Islam sebagai obyek pengetahuan yang diulas panjang lebar dengan perincian-perinciannya yang rumit seperti model pembahasan ala filsafat, sehingga menghasilkan pemahaman asing terhadap metode Islam yang pada ahirnya akan menghasilkan generasi-generasi yang asing pula pada pemahaman Islam. Keadaan ini telah menimpa generasi Islam pasca shahabat yang ahirnya mendatangkan kemunduran bagi kaum Muslimin. Itulah sebabnya, manhaj Islam harus tetap diterapkan agar menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan syari’at Islam. Memisahkan keduanya sama artinya dengan memisahkan bangunan dengan master plan yang sangat diperlukan dalam pembangunan sebuah bangunan. Syari’at Islam hanya dapat ditegakkan dengan manhaj yang diturunkan bersamanya, bukan dengan manhaj selainnya. Aplikasi Manhaj Nubuwwat Di Zaman Rasulullah saw

Seluruh aspek kehidupan Nabi Muhammad saw, baik perbuatannya, keputusannya, diamnya, marahnya, kasihnya, pemikirannya dan lainnya tidak terlepas dari wahyu Allah yang diturunkan kepadanya. Jika beliau tersalah dalam satu perkara, maka wahyu akan turun kepadanya yang akan meluruskan kesalahannya. Beliau benar-benar terkontrol dalam lingkungan wahyu Allah, sebagaimana ditegaskan al-Qur’an :

Dan tiadalah perkataannya itu dari kehendaknya sendiri, melainkan wahyu Allah yang diwahyukan kepadanya. (QS al-Najm : 2)

Demikian pula masyarakat yang dibina Rasulullah saw tidak terlepas dari kontrol wahyu Allah. Segala tindak tanduk masyarakat senantiasa mendapat sorotan Allah SWT. Jika terjadi penyimpangan-penyimpangan maka wahyu akan turun untuk meluruskannya, mengajarkan pada mereka nilai-nilai idial sebuah masyarakat utama. Perhatian besar yang diberikan Allah kepada masyarakat saat itu tidak lain karena masyarakat ini hendak dijadikan masyarakat percontohan sepanjang masa, yang akan ditauladani oleh manusia sampai hari penghabisan kelak. Itulah sebabnya masyarakat ini harus benar-benar menggambarkan kehendak Allah SWT, menggambarkan sebuah masyarakat idial yang berdasarkan pada wahyu Allah dan Rasulullah dan masyarakatnya benar-benar berhasil dalam menerapkan kehendak-kehendak Allah kepada diri mereka sehingga dijuluki sebagai umat terbaik.

Zaman Rasulullah adalah sebaik-baik zaman, zaman yang diberkahi dan dirahmati, karena pada zaman ini telah terjadi hubungan langsung antara langit tertinggi dengan bumi, antara Pencipta alam raya dengan ciptaan, antara Allah Yang Maha Tinggi dengan manusia. Pada zaman ini, dan untuk yang terahir kalinya, Allah SWT berkenan berhubungan langsung dengan makhluknya, manusia di bumi melalui perantaraan wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad. Seakan-akan Allah berbicara langsung

276

Page 277: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kepada manusia tentang kehidupan mereka, menjelaskan panduan yang akan mengatur kehidupan mereka, memerintahkan yang terbaik dan mencegah yang buruk bagi mereka, menyelesaikan problematika ataupun perselisihan diantara mereka dan lain-lain masalah yang menyangkut kehidupan mereka di muka bumi ini.

Masa 23 tahun, masa turunnya wahyu Allah kepada Nabi Muhammad adalah masa percontohan sepanjang masa. Masa yang telah melahirkan manusia-manusia agung, generasi-generasi terbaik umat manusia yang dilahirkan untuk memberikan teladan kepada seluruh umat manusia sampai hari penghabisan kelak, sebagaimana ditegaskan al-Qur’an :Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk seluruh umat manusia. (Ali

Imron : 110)Dengan kesempurnaan pengetahuan-Nya, pada masa ini Allah

berkenan mengatur langsung kehidupan manusia, membimbing mereka menuju kemenangan dan kejayaan, melalui perantaraan wahyu-Nya yang disampaikan Jibril AS kepada utusan-Nya, Nabi Muhammad saw.Menurunkan peraturan-peraturan hidup yang nyata dan langsung diamalkan masyarakat. Allah langsung berkomonikasi dengan mereka. Segala permasalahan mereka, mereka langsung mengadukannya kepada Allah, dan Allah berkenan menjawab serte menyelesaikan permasalahan-permasalahan mereka melalui wahyu kepada utusan-Nya. Jika mereka menghadapi permasalahan yang tidak dapat diselesaikan, maka merekapun menengadahkan muka ke langit, mengadu kepada Allah agar diselesaikan permasalahan mereka. Al-Qur’an telah menggambarkannya ketika kaum Muslimin memohon agar kiblat di masjid al-Aqsho Yerusalem dipindahkan ke Masjid al-Haram di Makkah, kemudian Allah menjawab dengan firmannya :

Sesungguhnya Kami telah melihat engkau menengadahkan mukamu ke langit, lalu Kami hadapkan mukamu ke arah Kiblat yang engkau sukai. (QS. al-Baqarah: 144)181

Demikian pula ketika seorang wanita bernama Khaulah binti Tsa’labah yang telah didzihar oleh suaminya Aus bin Tsamit. Ia mengadukan halnya kepada Rasulullah, namun Rasulullah belum mendapat hukumnya dari Allah. Maka iapun mengadukannya langsung kepada Allah, dan Allahpun berkenan menjawab pengaduan wanita malang tersebut dengan mewahyukan kepada Nabi dengan firman-Nya :

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan seorang wanita yang membantah engkau perihal suaminya dan mengadukan halnya kepada Allah. Allah mendengar soal jawab antara keduanya. (QS. al-Mujadilah : 1)182

Dan masih banyak ayat-ayat serupa yang menjawab persoalan masyarakat yang timbul saat itu, sehingga masyarakat benar-benar merasa 181 Suyuthi, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul,(Mesir : Dar al-Tahrir,tt) Jil. I hlm. 33. Lihat juga, Naisabury, Asbab al-

Nuzul,(Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1986) hlm. 23182 Suyuthi,op.cit, II/324, Naisabury,op.cit, hlm.231

277

Page 278: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

terkontrol wahyu, mereka merasa benar-benar berhubungan langsung dengan Allah yang telah berkenan mengatur kehidupan mereka secara langsung. Dan Nabi Muhammadpun jika mendapat pertanyaan tentang suatu permasalahan masyarakat, beliau tidak menjawabnya terburu-buru, sebelum datang wahyu kepadanya yang menerangkan permasalahan itu. Setelah turun wahyu kepada beliau, barulah menyampaikannya kepada masyarakat. Jika wahyu tidak turun maka beliaupun memutuskan menurut pendapatnya, namun tetap di bawah kontrol wahyu. Jika pendapat Nabi tersalah, maka akan turun wahyu yang akan mengoreksi pendapatnya, seperti kasus ketika beliau mengharamkan madu untuk dirinya demi menyenangkan istri-istri beliau, maka turunlah ayat :

Wahai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah telah halalkan bagimu karena kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu ?. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. al-Tahrim : 1)183

Ataupun kasus ketika Rasulullah memutuskan untuk menerima tebusan dari tawanan perang Badr, beliau ditegur Allah :

Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki ahirat. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS, al-Anfal : 67)184

Demikian pula halnya, Allah SWT melalui wahyu-Nya kepada Nabi seringkali mengomentari kejadian-kejadian yang timbul di masyarakat masa itu. Apakah membenarkan suatu kejadian, mengkoreksinya ataupun membuat peraturan-peraturan baru. Sebagai contoh adalah kasus perkawinan Zaid bin Haritsah, anak angkat Rasulullah dengan Zainab al-Zahsy, Allah SWT mengomentarinya :

Dan ingatlah ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu juga telah memberi nikmat kepadanya :”Tahanlah terus istrimu dan bertaqwalah kepada Allah”. sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengahiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang-orang mukmin untuk mengawini istri-istri anak angkat mereka, apabila anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya dari istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi. ( QS. al-Ahzab : 37)185

183 Suyuthi,op.cit. II/345, Naisabury,op.cit. hlm.274184 Suyuthi,op.cit. I/160, Naisabury, op.cit. hlm. 136-137185 Suyuthi,op.cit. II/261.

278

Page 279: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Ataupun kasus wanita-wanita beriman dari Makkah yang berhijrah ke Madinah, Allah berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu wanita-wanita beriman, maka hendaklah kamu uji keimanan mereka, Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka benar-benar beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tidak halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tidak halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. dan Allah maha Mengetahui dan maha Bijaksana.(QS,al-Mumtahanah : 10)186

Dan masih banyak lagi kasus-kasus sejenis, di mana Allah mengomentari dan memberikan pelajaran kepada masyarakat saat itu tentang yang terbaik bagi mereka. Karena dekatnya hubungan antara langit dan bumi pada masa itu, masyarakat Islam sangat berhati-hati dalam melaksanakan kehidupan mereka karena takut mendapat teguran langsung dari Allah yang akan diabadikan kisahnya di dalam al-Qur’an dan dampaknya mereka berlomba-lomba melakukan kebajikan agar mendapat tempat disisi Allah.

Dari beberapa kenyataan di atas, maka jelaslah bahwa pada masa ini sumber segala tingkah laku masyarakat hanya bersumber dari wahyu Allah semata yang disampaikan Jibril kepada Nabi Muhammad saw. Segala bentuk pemikiran, amalan, peraturan dan lainnya bersumber langsung dari Allah SWT. Jika masyarakat berbuat sesuai kehendak Allah, akan turun wahyu yang membenarkannya atau akan didiamkan berjalan apa adanya. Namun jika bertentangan dengan kehendak Allah, akan turun wahyu mengenainya yang akan meluruskannya. Seakan-akan seluruh aspek kehidupan manusia di zaman ini tidak terlepas sedikitpun dari wahyu Allah, dan Allahpun senantiasa menyeru masyarakat agar mengikuti wahyu yang diturunkan-Nya, sebagaimana ditegaskan al-Qur’an:

Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pimpinan-pimpinan selain-Nya. (QS, al-A’raf : 3)

Demikian pula halnya ketika Rasulullah melihat Umar bin Khattab memegang lembaran Taurat, beliau bersabda :

186 Suyuthi, op.cit,II/333. Naisabury,op.cit. hlm.241

279

Page 280: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

”Demi Allah, seandainya Nabi Musa hidup dikalangan kamu sekarang, ia mesti mengikuti apa yang aku bawa” (HR. al-Hafidz Abu Ya’la dari Jabir).

Aplikasi Manhaj Nubuwwah Masa KiniDari beberapa penjelesan di atas, maka tidak diragukan bagi seorang

Muslim agar mereka menerapkan Manhaj Nubuwwah dalam seluruh aspek kehidupan mereka kapan dan dimanapun, karena hanya jalan ini yang dapat menghantarkan mereka menuju kemenangan, baik dunia maupun ahirat kelak. Bahkan lebih jauh penerapan Manhaj Nubuwwah (metode Nabawi) adalah perintah agama yang wajib dilaksanakan, sebagaimana wajibnya menjalankan syari’at Islam, karena ayat yang membicarakan masalah manhaj (metode) ini bersamaan dengan syari’at.

Bagi mereka yang mengganggap dirinya kaum modern atau yang sudah terbius oleh pemikiran sesat Barat, pasti akan menolak pendapat ini dengan alasan mana mungkin metode yang diturunkan untuk masyarakat terbelakang, masyarakat onta jahili lima belas abad lalu dapat diaplikasikan di tengah-tengah dunia modern, abad informasi yang telah mengalami kemajuan pengetahuan dan teknologi ini. Karena mereka beranggapan bahwa metode yang dibawa al-Qur’an hanya sesuai untuk sekumpulan masyarat Badui terbelakang seperti zaman Rasulullah dan tidak mungkin mampu menjawab tantangan zaman yang serba komplek ini.

Pemikiran-pemikiran sesat seperti ini perlu diluruskan. Bahwa al-Qur’an dengan perbendaharaan Ilahiyah yang terkandung di dalamnya, baik syari’at, manhaj, peradaban, moral, qishah, hukum dan lainnya diturunkan Allah, Sang Pencipta Manusia, Yang Maha Mengetahui dengan pasti segala karakteristik manusia yang diciptakan-Nya, baik dahulu, sekarang dan yang akan datang. Sementara manusia, sepanjang sejarahnya adalah sama karakteristiknya, manusia yang dianugrahi hati, nafsu dan aqal, yang berbeda adalah pengetahuan dan peradabana serta produk keduanya, tergantung dari kemajuan yang diperolehnya. Maka yang dibentuk al-Qur’an adalah karakteristik manusia, agar mereka menjadi manusia-manusia unggul, sepanjang masa, baik dahulu, sekarang dan akan datang, unggul dalam spiritualitas maupun intelektualitasnya. Manusia-manusia unggul inilah, yang dengan pengetahuan yang diperolehnya akan membangun peradaban baru dunia berdasarkan ajaran Islam.

Maka dengan demikian, al-Qur’an bukan hanya sebuah khazanah intelektual belaka, namun al-Qur’an dengan manhajnya menghendaki para pemeluknya agar melaksanakan, mengamalkan al-Qur’an dalam kehidupannya sehari-hari sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah dan Para Shohabat, sehingga mereka menjadi al-Qur’an yang hidup dan berjalan. Jadi al-Qur’an bukan hanya menjadi bahan bacaan ataupun diskusi saja, namun lebih jauh dari itu, al-Qur’an menjadi pengamalan sehari-hari.

280

Page 281: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Dengan mengamalkan al-Qur’an sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya, maka tidak diragukan lagi akan terbentuk manusia unggul, dan manusia unggul ini akan membentuk keluarga unggul yang ahirnya akan menjadi masyarakat unggul yang melaksanakan al-Qur’an.

Manhaj Nubuwwah yang telah diterapkan Rasulullah dalam membangun masyarakat Islam pertama dapat diterapkan dimana dan kapanpun. Karena al-Qur’an diturunkan Allah dengan bahasa yang mudah agar dapat dimengerti oleh manusia dan dapat dilaksanakan. Demikian pula kandungan ajarannya dengan tahapan-tahapannya diatur sedemikian mudahnya agar dapat meresap dalam diri manusia. Pada hakikatnya, sebagaimana ditegaskan al-Qur’an sendiri bahwa ia diturunkan dengan ringan dan mudah agar dapat dilaksanakan pengikutnya. Yang menjadikannya susah dan rumit adalah ketika dibahas, diterjemahkan, ditafsirkan dan sejenisnya dengan berbagai pendekatan peradaban manusia, sebagaimana yang dilakukan para cendekiawan muslim abad pertengahan. Bahkan ahirnya maksud utama al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang mudah, terlupakan akibat keasyikan membahas kandungan khazanah peradaban di dalamnya. Padahal yang utama adalah bagaimana agar al-Qur’an menjadi pedoman hidup lebih dahulu, setelah berurat berakar dalam diri seseorang, maka secara otomatis al-Qur’an dengan perbendaharaan Ilahiyahnya akan memberikan khazanah intelektualitas kepada para pengamalnya sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Dengan hidupnya al-Qur’an dalam diri seseorang, maka ia akan menjadi penggerak utama yang akan mengarahkannya menjadi manusia unggul dalam arti sebenarnya. Karena al-Qur’an dengan seluruh doktrinya sangat anti dengan keterbelakangan, kebodohon, ketertinggalan dan sejenisnya. Bahkan lebih jauh doktrin al-Qur’an memerintahkan pengikutnya agar menguasai dan menakluki alam raya, dan manusia tidak mungkin sebagai penakluk tanpa adanya “sulthon” atau power, baik berupa pengetahuan, teknologi dan produk peradaban lainnya. Generasi Islam awal adalah contoh terbaik masalah ini. Dengan semangat yang diberikan al-Qur’an, mereka menjadi manusia-manusia agung yang menjadi mata rantai peradaban dunia.

Namun masalahnya, bagaimana cara mengaplikasikan manhaj ini ditengah kebingungan dan kerancuan kaum muslimin masa ini dengan berbagai bentuk produk pemikiran mereka dengan segala pendekatannya ? Akankah kaum muslimin membentuk masyarakat terasing yang menjauhkan diri dengan peradaban modern lalu kemudian menerapkan al-Qur’an sehingga terbentuklah masyarakat Qur’ani sebagaimana yang telah dilakukan sebagaian jama’ah Islam ? Apakah cara-cara seperti ini efektif dalam membangkitkan kaum muslimin yang bercita-cita sebagai pemimpin peradaban baru dunia ? Bukankan beberapa eksperimen yang dilakukan gerakan Islam yang memisahkan diri dengan dunia modern dan produknya mendatangkan banyak mudharat bagi mereka ? Dan beberapa pertanyaan-pertanyaan kunci lainnya yang senantiasa diajukan mereka yang apatis dengan pendapat ini.

281

Page 282: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Rasulullah, dengan manhaj Qur’ani yang dibawanya, tetap berinteraksi dengan masyarakat jahili Makkah, bahkan mereka dijadikan sebagai kelompok sasaran dakwah dan penerapan al-Qur’an. Dalam manhaj ini, harus dimulai dengan sekelompok muslim yang sadar, yang menggantikan peranan Rasulullah sebagai penterjemah al-Qur’an dalam dunia mereka. Kelompok ini, sebagaimana Rasulullah, membina diri dengan ajaran-ajaran mulia al-Qur’an dengan kata lainnya menjadikan diri mereka sebagai al-Qur’an yang hidup dan berjalan, kemudian tidak meninggalkan masyarakat jahili, namun berinteraksi dengannya, membuktikan diri bahwa semangat al-Qur’an dengan perbendaharaan Ilahiyahnya mampu merubah manusia yang jahil menjadi manusia unggul. Pribadi-pribadi contoh inilah yang terus diperbanyak jumlahnya agar mereka dapat menjadi kelompok baru yang menentukan.

Dengan berkembangnya teknologi informasi, semangat Qur’ani ini dapat disebarkan dengan mudah ke seluruh penjuru dunia, misalnya menggunakan teknologi internet dan sejenisnya. Maka dengan demikian, difinisi masyarakat bukan hanya terbatas dalam sebuah lingkungan tempat saja sebagaimana difahami selama ini, namun dengan perkembangan teknologi yang memudahkan interaksi mereka kapanpun, masyarakat Qur’ani yang bercita-cita menegakkan ajaran-ajaran universal Qur’ani dapat berada di mana saja dibelahan bumi ini, tanpa harus berkumpul dalam sebuah lingkungan. Namun yang terpenting mereka memiliki kesamaan pemahaman, cita-cita dan tujuan sebagai masyarakat Qur’ani.

Pribadi-pribadi pelopor ini dibina berdasarkan materi-materi al-Qur’an, sesuai dengan tingkat pemahaman dan keimanannya, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah. Penanaman aqidah dan keimanan dan pelaksanaan ibadah adalah yang utama. Adapun keinginan mereka untuk mengislamisasikan pengetahuan dan teknologi dapat dilaksanakan setelah mereka benar-benar yakin dengan kadar keislaman mereka sendiri. Yang perlu dipertegas disini, bahwa manhaj Nabawi menuntut pengamalan seseorang terhadap nilai-nilai al-Qur’an dan bukan hanya pengetahuannya saja. Apalah artinya mengetahui ajaran Islam dengan seluruh detilnya yang rumit, namun tidak diamalkan sebagai petunjuk hidup, seperti yang dilakukan para orientalis Barat yang hanya meneliti Islam hanya sebagai sebuah khazanah intelektual belaka.

Dengan diterapkan ajaran-ajaran al-Qur’an yang mudah tersebut dalam kehidupan nyata sesuai dengan susunannya, maka tidak diragukan lagi akan lahir generasi Qur’ani yang akan menjadi pelopor kebangkitan Islam sebagaimana yang dicita-cita kaum muslimin. Dan hanya dengan manhaj inilah Islam dan pengikutnya dapap bangkit kembali sebagaimana telah dibuktikan Rasulullah dan para shahabatnya, dan bukan dengan cara-cara selainnya, apapun bentuk dan namanya, yang ahirnya akan senantiasa menimbulkan kerancuan demi kerancuan pada generasi Islam yang sudah terbelakang ini. Hanya manhaj Nabawi yang terkandung dalam al-Qur’an saja

282

Page 283: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

yang dapat melahirkan manusia agung yang akan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam.

BAB VIIIParadigma Gerakan Renaisans Islami

Untuk Indonesia

Gerakan Renaisans Islam yang sebenarnya atau gerakan perubahan dan perombakan total berdasarkan nilai-nilai keagungan ajaran Islam yang senantiasa mengutamakan keadilan, kedamaian, persamaan, kemakmuran dan keselamatan adalah gerakan yang sangat sesuai untuk menyembuhkan krisis multi dimensi yang dihadapi bangsa Indonesia. Karena gerakan ini bukan semata-mata gerakan tambal sulam seperti gerakan reformasi ataupun gerakan sporadis ektrim seperti gerakan revolusi yang menyulut dendam dan permusuhan. Gerakan ini adalah sebuah gerakan tatolitas dengan pendekatan yang sesuai dengan fitrah dan kebutuhan umat manusia yang telah diajarkan Sang Pencipta kepada para utusan-Nya, yang dipenuhi dengan nilai-nilai keagungan moral yang bertujuan memberikan rahmat dan kasih sayang kepada seluruh umat manusia, tanpa membedakan ras, suku dan golongan mereka. Gerakan renaisans Islam adalah gerakan penyembuhan total, terencana, memiliki tahapan-tahapan dan tujuan yang jelas, sebagaimana terang dan jelasnya ajaran Islam. Gerakan yang menuntut para penggeraknya untuk mencerahkan dan merubah dirinya terlebih dahulu, baik dalam kesucian jiwa, kebeningan fikiran, kebersihan cita-cita dan tujuan serta kelurusan jalan hidupnya sebelum merubah masyarakatnya. Demikian pula gerakan ini bukan hanya sebuah gerakan yang akan menumbangkan seorang tiran dan menggantikannya dengan tiran baru, namun pada hakikatnya gerakan ini adalah gerakan yang bertujuan untuk membentuk manusia-manusia unggul yang memiliki kesempurnaan intelektualitas, ketinggian moralitas dan keagungan spiritualitas sebagaimana yang digambarkan para generasi shahabat yang dibina Muhammad Rasulullah. Diatas keagungan pribadi-pribadi inilah kemudian dibangun sebuah tatanan masyarakat utama yang menegakkan ajaran-ajaran Tuhannya. Gerakan renaisans adalah gerakan yang merombak seluruh kehidupan manusia, baik keyakinannya, moralnya, karakternya, budayanya, orientasinya, idiologinya, tata kehidupannya, kebiasaannya, ekonominya dan seluruh sisi kehiduapan lainnya. Itulah sebabnya gerakan ini sangat sesuai untuk bangsa Indonesia yang terpuruk dengan berbagai krisis yang dideritanya saat ini. Gerakan renaisans Islam yang sebenarnya dengan

283

Page 284: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

segala keutamaan dan kesempurnaannya akan menjadi terapi yang ampuh dan tepat bagi kebangkitan Indonesia menuju Indonesia Baru yang dicita-citakan.

Setelah mencermati karakteristik gerakan perubahan dalam Islam yang dicontohkan Rasulullah saw dalam membangun sebuah masyarakat baru dengan peradabannya dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, maka dapat disusun sebuah paradigma dan pokok-pokok pikiran yang akan menjadi landasan dalam menyusun sebuah gerakan perubahan atau gerakan renaisans, gerakan kebangkitan kembali yang berdasarkan Islam namun berhubungan dengan dinamika sejarah bangsa Indonesia. Diantara kerangka dasar dan pokok-pokok pikiran tersebut haruslah mencerminkan kenyataan seperti di bawah ini.

Gerakan Renaisans Indonesia adalah Kelanjutan Dari Pergerakan Islam Indonesia

Gerakan Renaisans di Indonesia adalah kelanjutan dari pergerakan dan perjuangan panjang para pendakwah, penyeru dan pejuang Islam, mujahidin, yang telah berupaya menegakkan ajaran Islam dengan segala daya kemampuan mereka sejak Islam pertama kali masuk ke Indonesia sampai saat ini. Gerakan Islami ini bukan sebuah pergerakan yang berdiri sendiri dan muncul secara tiba-tiba, namun sebuah kelanjutan estafet perjuangan panjang para pejuang Islam yang memiliki akar sejarah pada bangsa Indonesia. Gerakan perubahan ini bukan sebuah cangkokan dari berbagai bentuk perubahan ataupun revolusi, baik yang berada di Barat maupun di Timur, namun gerakan perubahan ini lahir dari dinamika sejarah dan pergerakan bangsa Indonesia yang kaya tradisi dan budaya, bangsa yang besar dan memiliki peradaban agung. Gerakan perubahan ini adalah puncak perjuangan para penyeru dan pembela Islam yang akan menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh komponen bangsa Indonesia, sebagaimana tujuan Islam di turunkan di atas bumi oleh Allah Yang Maha Esa sebagaimana telah diperjuangkan generasi demi generasi dengan segala suka dan dukanya. Gerakan renaisans ini adalah sebuah rangkuman dari perjuangan panjang para pejuang Islam bangsa Indonesia yang telah mengorbankan segala-galanya untuk tegaknya Islam.

Dengan demikian gerakan renaisans di Indonesia adalah sebuah perubahan yang berakar kuat pada perjuangan para mujahidin di jalan Allah, yaitu para mujahidin awal yang telah membawa masuk Islam ke bumi Nusantara sekitar awal abad pertama hijriah atau sekitar abad 7 masehi dan dilanjutkan dengan pergerakan Wali Songo yang menegakkan pemerintahan Islam ala Indonesia dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa mayoritas muslim. Gerakan kebangkitan kembali ini adalah warisan semangat para pejuang revolusioner Islam yang telah mempertahankan tanah air dan mengusir penjajah kafir Barat seperti Pangeran Dipenogoro, Imam Bonjol, Sultan Hasanuddin, Teuku Umar, Tjut Nyak Dien dan lainnya. Demikian pula gerakan ini adalah cerminan dari perjuangan agung para

284

Page 285: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

pembela Islam di zaman Indonesia modern seperti HOS. Cokroaminoto, KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy’ary, Syekh Ahmad Surkaty, Agus Salim, M. Natsir, SM. Kartosuwirjo, M. Roem, A. Hassan dan mereka yang telah berjuang menjadikan Islam sebagai dasar berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dan gerakan ini adalah akumulasi dan kesimpulan dari perjuangan panjang kalangan modernis, fundamentalis, neo-modernis dan neo-fundamentalis Islam yang telah merumuskan perjuangan Islam dengan segala suka dukanya selama dalam pemerintahan rezim Soeharto. Ahirnya gerakan renaisans ini adalah kelanjutan dari gerakan reformasi yang telah memberi arah baru bangsa Indonesia.

Gerakan Renaisans Indonesia adalah Perombakan Peradaban Bangsa Indonesia

Gerakan perubahan yang akan digerakkan bukan seperti gerakan revolusi yang akan mengantarkan bangsa Indonesia menuju bangsa hancur porak poranda yang penuh dengan konflik dan peperangan serta pertentangan antar klas. Namun gerakan ini adalah gerakan perombakan yang akan mendorong, merespon, membimbing dan mengantarkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang maju dan beradab dengan dengan pencapaian-pencapain maksimal, baik dalam pengetahuan, teknologi, peradaban, ekonomi, politik, pendidikan, budaya dan sebagainya. Itulah sebabnya gerakan renaisans akan menggerakkan beberapa jenis perombakan dan pembangunan kembali untuk kebangkitan/kelahiran kembali (reconstruction and renavation for revival/rebirth), dalam bidang sosial-politik, pemikiran, moral, pengetahuan-teknologi, industri, budaya, ekonomi, pendidikan, peradaban dan perombakan-perombakan dalam bidang lainnya dengan agenda-agenda yang menyertainya. Namun perombakan besar ini mau tidak mau harus dimulai dengan menggerakkan perombakan sistem yang mendasari tatanan masyarakat bangsa Indonesia. Sistem dalam tatanan masyarakat yang selama ini menjadi biang kerok kemandekan bangsa Indonesia perlu dirombak dan diganti dengan sistem yang sesuai dengan corak, sejarah, tradisi dan kepribadian bangsa Indonesia yang mayoritas muslim.

Gerakan Perubahan Yang Mengutamakan Keselamatan, Keamanan dan Kedamaian

Gerakan Renaisans Indonesia adalah sebuah gerakan perubahan yang menganjurkan dan mengutamakan keselamatan dan kedamaian sebagaimana ciri khas dan karakteristik ajaran Islam yang senantiasa menuntut pemeluknya memberikan rahmat keselamatan dan kedamaian pada seluruh umat manusia tanpa membedakan mereka. Namun dalam kenyataannya, tidak semua manusia bertoleransi dan mau menerima kebenaran yang dibawakan kepadanya, sebagaimana ditunjukkan oleh sikap

285

Page 286: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

tiran diktator Namrud, Fir’aun dan para bangsawan berjouis Makkah yang menetang keras bahkan melakukan perlawanan terhadap para nabi dan pengikutnya yang mengajak mereka menuju kebenaran dan keselamatan. Maka jika hal ini terjadi, gerakan renaisans akan mengambil sikap sebagaimana sikap para nabi-perubah yang dengan bimbingan wahyu Allah memerintahkan mereka menghadapi kesombongan dan kesesatan. Para penentang ini harus disadarkan dengan hujjah-hujjah yang nyata dengan dialog-dialog yang tulus ikhlas, memberikan peringatan dan ancaman serta diminta jangan menghalang-halangi perjuangan suci pembebasan ini. Jika mereka telah diberi peringatan, diajak bermusyawarah dengan baik, namun tetap keras kepala dan menolak bahkan memerangi gerakan penyelamatan dan pembebasan ini, maka sikap yang akan diambil oleh gerakan kaum perubah adalah sikap yang telah diajarkan Allah Sang Pencipta alam kepada nabi agung-Nya, Muhammad saw sebagaimana disebutkan al-Qur’an :

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (al-Baqarah : 216).

Berperang, menumpahkan darah, mencelakakan, membuat cacat, memusnahkan peradaban bahkan membunuh manusia adalah sesuatu yang mengerikan dan dibenci oleh hati nurani manusia. Hati kecil tidak akan menerima sebuah upaya pembunuhan dan pemusnahan peradaban, sementara gerakan perubahan bertujuan untuk menghidupkan dan membangun peradaban sebagaimana dinyatakan Albert Camus dalam karya agungnya The Rebel (Pemberontak). Namun disinilah, Allah Yang Maha Mengetahui sangat memahami karakteristik manusia yang diciptakan-Nya. Nurani tidak menyukai peperangan dan pembunuhan, namun jika dilihat hikmahnya, bahwa boleh jadi untuk menuju kehidupan dan perkembangan peradaban diperlukan sebuah peperangan dan pembunuhan sebagai jalan yang harus ditempuh, sebagaimana dikatakan al-Qur’an : “bahwa pada pembunuhan itu ada kehidupan”. Kematian bagi seorang tiran, diktator, eksploitator yang jumlahnya kecil adalah kehidupan bagi kaum tertindas yang jumlahnya besar dan mayoritas. Kenapa hati nurani mesti menolak memerangi dan pembunuhan segelintir penguasa tiran dan antek-anteknya untuk menghidupkan mayoritas rakyat yang tertindas, jika peperangan dan pembunuhan sebagai jalan satu-satu menuju pembebasan.

Mengomentari ayat ini, salah seorang pejuang Islam yang syahid menegakkan keyakinannya, Sayyid Qutb dalam tafsirnya fi dhilal al-Qur’an menulis : Berperang di jalan Allah merupakan suatu kefardhuan yang sangat berat, tetapi ia merupakan suatu kefardhuan yang wajib ditunaikan. Wajib ditunaikan, karena di dalamnya terdapat kebaikan yang banyak bagi setiap muslim, kaum muslimin, semua manusia, kebenaran, kebaikan dan kesalehan.

286

Page 287: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Gerakan Perubahan Yang Menolak Cara-cara Anakhis dan Menghalalkan Segala Cara

Gerakan Renaisans Islam yang agung dan mulia sudah sepatutnya menolak segala bentuk cara-cara perjuangan yang anarkhis, kotor, teror, intrik, menghalalkan segala cara, menimbulkan kekacauan dan kerugian masyarakat dan cara-cara yang bertentangan dengan nilai-nilai agung ajaran Islam. Karena gerakan perubahan ini adalah pergerakan agung yang dilandasi oleh nilai-nilai perjuangan agung, yang digerakkan oleh semangat keagungan dan kesuciam tujuan. Cara-cara perjuangan yang akan digunakan adalah cara-cara yang tetap berpegang pada garis koridor yang telah diajarkan Islam yang senantiasa mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi dan kelompok, mengedepankan moral dan menjauhkan pertentangan yang tidak perlu. Jikapun diperlukan pertentangan dan pergolakan massa dalam mencapai tujuan, tetap dalam koridor ajaran Islam. Bahkan jika dikehendaki perang dalam menempuh perubahan, maka perang itu adalah sebuah perang suci yang berlandaskan doktrin jihad fi sabilillah yang akan menjamin keselamatan manusia dan mendapat imbalan syurga bagi pelakunya. Dengan demikian perubahan ini mengadopsi cara-cara yang sesuai dengan ajaran Islam yang senantiasa mengedepankan kemulian dan keagungan. Gerakan perubahan yang menerima cara-cara bersemangat kaum revolusioner ataupun ketangkasan ilmiayah rasional para intelektual sebagaimana menerima perang gerilya para tentara profesional. Gerakan yang menerima seruan-seruan mulia penuh kasih sayang para kaum moralis sebagaimana menerima cara-cara radikal kaum demontran pemberontak. Cara dalam menegakkan perubahan adalah seluas jangkauan kehidupan manusia, selama berada dalam batas-batas ajaran Islam.

Gerakan Perubahan Yang Memahami Keadaan dan Tingkat Masyarakat Indonesia

Hakikat masyarakat bangsa Indonesia, jika dihubungkan dengan sejarah pergerakan perubahan yang telah dilakukan Rasulullah, bukanlah sebuah masyarakat jahiliyah 100 % sebagaimana yang dihadapi gerakan perubahan Islam di Makkah. Mengklaim masyarakat Indonesia sebagai sebuah masyarakat jahiliyah 100% akan menimbukan implikasi sosiologis yang akan menafikan jasa para pejuang terdahulu. Karena masyarakat bangsa Indonesia hari ini, berbeda secara struktur sosiologis dengan masyarakat Makkah di mana Rasulullah memulai gerakannya yang berhadapan dengan tatanan masyarakat yang secara aqidah kepercayaan adalah masyarakat musyrikin yang dengan penuh pengetahuan dan kesadaran menyembah tuhan-tuhan nyata, berbentuk patung berhala, selain daripada Allah Yang Esa. Itulah sebabnya ketika Rasulullah menyerukan “la ilaha illallah”, sebuah gerakan perubahan radikal yang akan menafikan dan membuang semua tuhan-tuhan sesembahan mereka dan menggantikannya dengan aqidah tauhid yanga hanya mengesakan Allah saja, kaum musyrikin

287

Page 288: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

bangkit berontak menentang gerakan Muhammad Rasulullah dan memeranginya dengan segala cara.

Masyarakat bangsa Indonesia saat ini adalah kelanjutan sebuah tatanan masyarakat yang telah mengakui keagungan Islam sebagai agamanya dan menyatakan kepercayaan kepada Tuhan Yang Esa sebagaimana yang diajarkan Islam, namun mereka belum memahami secara benar dan mendalam hakekat “la ilaha illallah” yang senantiasa mereka proklamirkan dengan segala implikasi logisnya akibat kebodohan mereka ataupun kepicikan pengetahuan para penyeru Islam. Kebodohan inilah yang akhirnya mengantarkan mereka kepada prilaku-prilaku yang dapat mengakibatkan tergelincir kepada perbuatan syirik dan murtad secara tidak sadar. Lebih jauh keadaan ini membawa implikasi yang telah meredupkan bahkan menghilangkan jiwa tauhid yang senantiasa menjadi sistem penggerak utama dalam tatanan masyarakat muslim yang akan membebaskan mereka dari segala bentuk belenggu serta mendorong mereka untuk berkarya dan berprestasi. Tercabutnya jiwa tauhid dalam masyarakat berarti terbelenggunya masyarakat dalam kejumudan dan kebodohan sebagai masyarakat statis yang tidak berdaya dan tidak mampu berkereasi lagi serta menimbulkan berbagai dilema dan krisis. Sehingga struktur dan citra masyarakat ini, walaupun menamakan diri sebagai masyarakat muslim, sangat mendekati tipe masyarakat jahili yang digambarkan Islam. Keadaan ini telah membingungkan sebagian penyeru Islam dalam mengklassifikasikan bangsa Indonesia, apakah masyarakat jahili yang harus diperangi atau masyarakat madani yang perlu dibela.

Melihat kenyataan sejarah dan struktur sosiologis masyarakat bangsa Indonesia dari segi Islam, maka keseluruhan tatanan masyarakat Indonesia dapat dikategorikan sebagai sebuah masyarakat yang berada dalam persimpangan antara masyarakat jahili dan masyarakat madani yang sedang mengalami kerancuan dan kebingungan. Tidak dapat sepenuhnya dikatakan masyarakat jahili dan juga tidak sepenuhnya dapat dikatakan masyarakat madani. Kerancuan dan kebingungan dalam lapangan teologis maupun sosiologis telah menjadikan bangsa Indonesia mengalami kemadekan dan kejumudan dalam berfikir, bertingkah laku ataupun mengembangkan kereasi-kreasi agung yang dapat dibanggakan. Pemahaman-pemahaman keliru dalam mengartikan ajaran-ajaran kunci Islam, baik dalam bidang teologi, syari’at, muamalat, akhlak dan lainnya telah menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa muslim yang jumud, sebagaimana dikemukakan Jamaluddin al-Afghani : “Umat Islam lemah karena kebenaran Islam telah dirusak oleh gelombang kesalahan yang bertubi-tubi”. Demikian pula pemaksaan para tiran dalam menerapkan Pancasila dan UUD 45 terhadap kaum muslimin menjadikan mereka sebagai masyarakat yang bertambah jauh dari citra tauhid yang dikehendaki Islam dan menimbulkan krisis dan dilema yang berkepanjangan.

Keadaan masyarakat ini dikemukakan Alwi Sihab dalam desertasinya Membendung Arus yang menulis : Hampir 90 persen penduduk Indonesia

288

Page 289: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

mengaku beragama Islam. Tetapi, pelaksanaan ajaran-ajaran Islam oleh mereka jelas tampak bertingkat-tingkat, sangat bervariasi dari satu kelompok ke kelompok lain atau dari satu wilayah ke wilayah lain. Ada yang menerima dan menjalankan secara taat prasyarat mutlak yang dituntut dalam keimanan Islam dan ada pula mereka yang, sementara terus menegaskan diri sebagai penganut Islam, tidak menjalankan praktik-praktik keislaman sepenuhnya. Pada satu sisi, terdapat mereka yang berusaha, jika memungkinkan, membangun masyarakat mereka sejalan dengan citra Islam yang paling ekstrem dan mendirikan negara Islam; sedangkan pada sisi lain terdapat kelompok yang msih sangat tertarik kepada kebudayaan-kebudayaan masa lalu, dan tidak lebih dari sekedar kaum Muslim nominal.

Menggerakkan sebuah perubahan dalam masyarakat Islam yang jumud dan dalam persimpangan jalan, sebagaimana di alami bangsa Indonesia tidak mesti sama persis seperti yang dilakukan Rasulullah terhadap masyarakat jahiliyah Makkah, karena kedua masyarakat ini, baik struktur sosial-politik ataupun pemahaman teologisnya berbeda satu dengan lainnya. Masyarakat jahiliyah Makkah masa itu adalah masyarakat yang secara totalitas dan mayoritas dalam kekafiran dan kemusyrikan yang menolak ajaran tauhid, sementara masyarakat bangsa Indonesia adalah masyarakat yang sedang mengalami kerancuan dan kebingungan serta diantara mereka masih terdapat para ulama, intelektual dan orang-orang ikhlas, istiqamah yang menjalankan ajaran Islam sesuai kemampuannya. Memvonis masyarakat bangsa Indonesia sebagai masyarakat jahili dikwatirkan akan mengarah pada pengkafiran mereka. Untuk itu perlu dikembangkan sebuah konsep pemikiran yang berlandaskan nila-nilai ajaran Islam yang dicontohkan Rasulullah dan para shahabatnya yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat bangsa Indonesia. Namun konsep ini tidak boleh merupakan sebuah jiplakan dari konsep-konsep pemikir Islam yang telah menemui kegagalan dan kemandekan akibat ketidaksesuaiannya dengan dinamika sejarah dan tradisi bangsa Indonesia. Dalam keadaan seperti ini, gerakan renaisans Islam berarti gerakan yang akan meluruskan kembali (taslim), menghidupkan kembali (tajdid), memperbaiki kembali (islah) serta membangun kembali (ijtihad) masyarakat yang sudah ada dengan mencabut unsur-unsur jahiliyah dan digantikan dengan Islam.

Perubahan Yang Menggerakkan PembaruanGerakan renaisans ini adalah gerakan pembaruan dalam artinya yang

luas, sebuah gerakan yang mewarisi gerakan-gerakan pembaruan sebelumnya yang kumandangkan para pembaru di Indonesia sejak zaman “harimau nan salapan” pimpinan Haji Miskin, HOS. Cokroaminoto, KH. Ahmad Dahlan, Syekh Ahmad Surkaty sampai zamannya Nurcholis Madjid yang telah menghasilkan pemikiran-pemikiran cemerlang untuk pembangunan bangsanya. Namun gerakan ini tidak hanya menjadi gerakan yang menerima apa adanya segala pemikiran yang dikemukakan terdahulu sebelum diadakan dekonstruksi yang akan menilai relevansinya dengan keadaan

289

Page 290: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

masyarakat bangsa Indonesia saat ini. Demikian pula gerakan ini adalah gerakan yang akan menjadi wadah mata rantai dalam mempelajari, menganalisis, mengkritik dan mengembangkan pemikiran-pemikiran cemerlang dari gerakan pembaruan pemikiran Islam, baik yang dilakukan oleh kelompok tradisionalis, modernis, fundamentalis, neo-modernis, neo-fundamentalis, post-modernis, post-fundamentalis dan lainnya.

Gerakan Perubahan Yang Melahirkan Gerakan Kesadaran Kolektif Bangsa Indonesia

Gerakan Renaisans Indonesia diharapkan akan melahirkan sebuah gerakan alternatif bagi masyarakat bangsa Indonesia, namun tidak mengulangi kesalahan-kesalahan gerakan terdahulu yang telah menumbuhkan semangat fanatisme kelompok pada pengikutnya. Fanatisme dalam artiannya yang positif harus ditumbuh kembangkankan, namun fanatisme pada Islam dan bukannya pada kelompok ataupun figurnya. Gerakan massa yang akan mentranformasikan “kesadaran individual” yang sedang berkembang pesat di tengah-tengah pergumulan masyarakat menjadi “kesadaran kolektif” yang akan mampu menggerakkan perubahan total. Sebuah gerakan perubahan modern yang menitikberatkan pada kekuatan jaringan kordinasi dan kerjasama seperti sebuah oraganisasi dinamis dalam sistem internet, dimana setiap gerakan yang sudah ada diberikan tumbuh berkembang sesuai dengan identitasnya dan tujuannya masing-masing, namun pada saat bersaman menjadi sebuah gerakan bersama yang dinamis dengan keutamaannya masing-masing bergerak menuju tujuan pembangunan masyarakat Indonesia Baru. Sebuah gerakan perubahan dinamis yang mengambil unsur-unsur positif dan nilai-nilai utama gerakan-gerakan Islam terdahulu, baik gerakan Syarikat Islam, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Masyumi, Darul Islam, Persatuan Islam, Al-Irsyad, Gerakan Ahlul Bayt para Habaib dan lainnya, dikombinasikan dengan gerakan moral aktif gerakan-gerakan sufi dan tariqat mu’tabar serta gerakan-gerakan revolusioner seperti Ikhwan al-Muslimun, Hizb al-Tahrir, Salafi, Jama’ah Tabligh, maupun Mujahidin. Dengan demikian gerakan ini akan menjadi sebuah gerakan dinamis yang berakar pada gerakan tradisional yang memelihara warisan Islam, gerakan pembaruan pemikiran kontemporer, gerakan profesional modern, gerakan moralis ala sufi, gerakan radikal revolusioner sampai kepada gerakan gerilya dan tentara profesional kaum mujahidin.

Gerakan perubahan yang akan dapat mengantarkan bangsa Indonesia menuju tata baru hanya sebuah gerakan yang berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam dan lahir dari dinamika sejarah bangsa Indonesia. Setiap gerakan perubahan, apapun bentuk dan namanya, selain daripada gerakan yang berdasarkan Islam dan tradisi Indonesia tidak mungkin akan berkembang dan mencapai tujuannya. Revolusi Prancis hanya sesuai dengan kondisi masyarakat Prancis, revolusi Kuba hanya sesuai untuk masyarakat Kuba, demikian pula revolusi Islam Iran hanya hanya sesuai dengan kondisi

290

Page 291: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

masyarakat Islam Iran yang memiliki dinamika sejarah dan tradisi yang berbeda dengan bangsa Indonesia. Setiap upaya yang memaksakan sebuah perubahan yang asing bagi bangsa Indonesia, baik nilai-nilai maupun tradisinya, akan mengalami kegagalan dan akan menambah penderitaan rakyat yang penuh dengan penderitaan, dan menambah kebingungan di atas kebingungan mereka. Untuk itu, dalam upaya mencapai tujuan terbentuknya sebuah gerakan perubahan yang akan mengantarkan masyarakat bangsa Indonesia menuju cita-cita Indonesia baru, perlu dikembangkan sebuah agenda umum gerakan perubahan sebagai petunjuk dalam pelaksanaannya secara terperinci sesuai dengan keperluan-keperluan mendesak saat ini.

BAB IXMembangun Indonesia Baru Melalui

Renaisans

Indonesia baru seperti apakah yang bangsa ini inginkan. Apakah Indonesia baru seperti negara-negara maju, seperti Amerika, Eropa, Jepang, China dan lainnya ? Ataukah mereka memiliki konsep tentang Indonesia baru yang dikehendakinya. Putra-putra terbaik bangsa Indonesia telah mengajukan berbagai bentuk dan model Indonesia baru yang diinginkannya,

291

Page 292: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

sesuai dengan pandangan dan ideologi yang dianutnya. Bukan tujuan tulisan ini untuk membahas secara panjang lebar model Indonesia baru yang dikehendaki oleh mereka. Namun tujuan utama tulisan ini adalah angin menyampaikan salah satu bentuk dan model Indonesia baru, yaitu Indonesia baru yang kuat, maju, berharkat, bermartabat, adil makmur berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam yang sempurna.

Agama mayoritas bangsa Indonesia, Islam dengan kesempurnaan dan keagungan ajarannya, sebagaimana yang tercermin dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, akan mengantarkan bangsa Indonesia menuju Indonesia baru sebagai masyarakat utama yang kuat dan bermartabat, yang dipenuhi oleh barokah dan kasih sayang Tuhan. Sebagaimana Islam telah mengantarkan keagungan masyarakat jahiliyah padang pasir Arab yang terbelakang dan tertindas, sekali lagi pasti Islam akan mengantarkan bangsa Indonesia menuju keagungannya. Masyarakat Indonesia baru yang penuh dengan keadilan, kemakmuran, persaudaraan, keamanan, kedamaianan, kejujuran dan keridhoaan Tuhan semesta alam sebagaimana yang tercermin dalam masyarakat utama yang dibina Muhammad Rasulullah di Madinah. Masyarakat utama dan unggul dalam arti sebenarnya. Karena Islam adalah agama mayoritas bangsa Indonesia, maka sudah sewajarnya Indonesia baru yang dicita-citakan adalah masyarakat utama yang berdasarkan kepada ajaran Islam yang akan memberikan rahmat kepada seluruh umat manusia.

Cita-cita Indonesia baru sebagai masyarakat yang plural, majemuk dan sejenisnya, yang selama ini diperjuangkan kaum nasionalis dan para pengikutnya adalah utopia belaka, karena terbukti dalam perjalanannya telah merugikan kelompok mayoritas bangsa Indonesia yang Muslim. Dengan alasan pluralisme, kaum muslimin yang mayoritas harus rela meninggalkan ajaran agamanya akibat menjaga kepentingan kelompok minoritas dengan alasan toleransi. Namun jika kaum muslimin minoritas, di Filipina atau Thailand misalnya, mereka tidak diberikan hak-haknya, sebagaimana bangsa Indonesia mayoritas muslim memberikan haknya kepada kelompok minoritas. Penipuan-penipuan yang tejadi sejak kemerdekaan bangsa ini perlu diakhiri, terutama dalam menafikan hak-hak mayoritas seluruh komponen bangsa, termasuk kaum Muslimin yang mayoritas. Seluruh komponen anak bangsa diberikan kebebasan untuk melaksanakan ajaran agamanya sesuai dengan keyakinannya, termasuk dalam menjalankan syari’at Islam dalam artian yang luas, baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, budaya dan hukum. Bahkan kini telah saatnya kaum Muslimin untuk memperjuangkan tegaknya Indonesia Baru yang berdasarkan kepada ajaran Islam, karena Indonesia lama yang berdasarkan nasionalisme dan pluralisme sempit telah menghancurkan identitas kaum Muslimin, yang menjadikan mereka lemah dan terbelakang. Dimana hal ini berarti lemah dan terbelakangnya bangsa Indonesia. Maka setelah lebih 60 tahun dalam ketidak pastian, maka kini saatnya kaum Muslimin bangsa Indonesia bangkit membangun Indonesia baru yang berdasarkan ajaran Islam, karena mereka adalah kelompok mayoritas bangsa

292

Page 293: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

ini. Merekalah yang paling berhak memimpin dan mengarahkan bangsa ini sesuai dengan keyakinannya dan juga sesuai dengan demokrasi yang diserukan kelompok nasionalis. Adapun bagi kelompok minoritas non Muslim, kemerdekaaan mereka pasti akan terjamin sebagaimana tujuan diturunkannya Islam sebagai penyelamat umat manusia. Dengan tertegaknya masyarakat utama Indonesia baru yang berdasarkan ajaran Islam, semua komponen anak bangsa akan terlindungi, sebagaimana terlindunginya kelompok non muslim pada pemerintahan Islam terdahulu. Kaum Muslimin bukanlah seperti kaum Salibis Kristen di Spanyol, yang ketika mereka berkuasa kemudian membantai orang-orang yang tidak sama keyakinan dan kepercayaannya.

Dengan Islam, Indonesia baru akan kuat dalam bidang ekonomi, karena Islam telah memiliki konsep ekonomi yang keunggulannya telah diakui dunia saat ini. Karena sistem ekonomi yang berangkat dari konsep keadilan. Demikian pula dengan konsep pengembangan pendidikan yang paripurna, yang tidak memisahkan antara akal dan hati, antara ilmu dengan agama, akan mampu melahirkan manusia-manusia unggul yang akan memenangkan konpetisi persaingan global. Para pemimpin, politisi, usahawan, cendikiawan akan menjadi mercusuar moral, karena Islam mengutamakan moral dan melarang keras dengan hukuman berat pelaku amoral tanpa pandang bulu. Dengan konsep persatuan yang diserukannya, Islam akan menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kuat, bangsa yang dinamis mengembangkan dan membangun peradaban baru dunia. Dan yang terpenting, dengan Islam bangsa Indonesia senantiasa akan mendapat bimbingan dan pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa. Jika Allah Yang Maha Kuat dan Maha Perkasa telah menolong bangsa ini, adakah kekuatan selainnya yang akan mampu mengalahkan dan menandinginya? Maka tidak diragukan lagi, jika bangsa Indonesia mau keluar dari krisis multi dimensi yang dideritanya dan membangun Indonesia baru, jalannya hanya dengan Islam dan bukan selainnya.

Bagaimanakah caranya agar bangsa Indonesia bangkit menjadi bangsa yang besar, maju, berharkat, berdaulat dan bermartabat dengan ajaran Islam ?

Jika para Nabi dan Rasul yang di utus Allah terdahulu diturunkan kembali untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini sekaligus mengantarkan mereka menuju Indonesia baru yang Islami, maju, berdaulat, berharkat dan bermartabat, tindakan apakah yang akan mereka lakukan? Apakah pertama kali mereka akan membentuk partai politik Islam untuk merebut kekuasaan dan setelah mendapatkan kekuasaan baru mereka menegakkan ajarannya dan menyelesaikan permasalahan bangsa dengannya? Apakah mereka akan mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta sehingga mereka menjadi konglomerat, dan dengan statusnya tersebut mereka menyelesaikan permasalahan bangsa? Atau mereka menghimpun pengikut sebanyak-banyaknya, kemudian mereka turun ke jalan untuk berdemontrasi menuntut perubahan? Ataukah mereka

293

Page 294: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

mengadakan seminar, dialog, konfrensi dan sejenisnya untuk membicarakan pertmasalahan bangsa? Ataukah mereka akan menempuh jalan lain sebagaimana yang diajarkan Allah kepada mereka.

Di dalam al-Qur’an banyak sekali mencatat sejarah perubahan sosial yang membentuk masyarakat utama, diantaranya adalah pembentukan masyarakat utama yang dipimpin oleh Thalut, sebagaimana dinyatakan al-Qur’an :

Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka :”Angkatlah untuk kami seorang pemimpin supaya kami dapat berperang di jalan Allah”. Nabi mereka menjawab: “Mungkin kalian tidak akan berperang jika telah diwajibkan”. Mereka menjawab: ”Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?”. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa orang saja diantara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim. Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi pemimpinmu”. Mereka menjawab: ”Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang banyak?”. Nabi mereka berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi pemimpinmu dan menganugrahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”. Allah memberikan kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas Pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi pemimpin, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan Harun; tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman. Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: ”Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sebuah sungai. Maka siapa diantara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk dengan tangannya, maka ia adalah pengikutku.” Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang diantara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyebrangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya”. Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang shabar.” Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, merekapun berdoa: “Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” Mereka mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya pemerintahan dan hikmah (setelah Thalut) dan

294

Page 295: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak keganasan sebahagian manusia dengan sebahagian lainnya, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia atas semesta alam. (al-Baqarah : 246-251) Sengaja penulis cuplikkan ayat-ayat al-Qur’an yang dengan indahnya menggambarkan perjuangan sebuah bangsa yang berusaha keluar dari kemelutnya sebagaimana yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Kebingungan dan kegelisahan para putra terbaik bangsa Israil waktu itu diluahkannya kepada Nabinya, Nabi Samuel sebagai penasihat spiritual bangsa yang terpercaya. Nabinyapun tidak dapat berbuat banyak kecuali bermunajat dan bermohon kepada Allah agar diberi petunjuk memimpin bani Israil keluar dari penderitaan yang menimpanya selama ini. Akhirnya permohonan mereka dikabulkan dengan dipilihnya oleh Allah Sang Penguasa Teringgi, seorang terbaik dari kalangan bangsanya, Thalut sebagai pemimpin pergerakan bangsa Israil yang akan mengadakan perubahan dalam masyarakatnya. Thalut diangkat menjadi pemimpin gerakan karena dia memiliki pengetahuan (ilm) dan kemampuan mengoperasinalkan gerakan sebagaimana yang dibutuhkan masyarakatnya. Dia memiliki kebersihan hati, kebeningan pemikiran dan kemampuan dan kecerdasan intelektual tinggi walaupun dia seorang yang berlatar belakang petani. Namun kaum konglomerat, bangsawan dan elit menolak kepemimpinannya dengan alasan Thalut tidak memiliki harta, pengikut, pengaruh dan lainnya karena dia dari kalangan masyarakat pinggiran. Beberapa orang pengikut setia Nabinya, tetap konsisten dengan perintah-Nya dan mengangkat Thalut menjadi pemimpin yang akan membebaskan mereka dengan keyakinan bahwa berapa banyak kelompok kecil dapat mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah. Nabi Samuel dan Thalut membimbing dan mengarahkan pengikutnya menjadi kelompok kecil orang-orang beriman dan beramal sholeh, membangun sebuah gerakan perubahan, walaupun mendapat tentangan dari kelompok mayoritas bangsanya. Demikianlah kelompok kecil ini mendapat ujian demi ujian berupa sungai atau harta duniawi, yang menambah kecil jumlah mereka namun memiliki keyakinan yang tinggi. Dalam perjuangannya akhirnya Thalut memenangkan perjuangan menegakkan kebenaran dan membebaskan bani Israil dari ketertindasan, yang diwariskan kepada generasi sesudahnya Daud. Generasi Daud membangun kembali bangsa Israil menjadi bangsa yang besar, adil dan makmur, dan puncak kejayaannya berada di pemerintahan Nabi Sulaiman yang mencerminkan masyarakat utama.

Demikianlah al-Qur’an menggambarkan ciri khas perjuangan menegakkan masyarakat utama yang dilakukan oleh semua Nabi dan Rasul-Nya, baik Nuh, Ibrahim, Musa dan para pembawa kebenaran dari Tuhan semesta alam. Semua mereka adalah putra-putra terbaik bangsanya yang menyadari keterbelakangan, kesesatan dan ketertindasan serta memiliki dorongan dan keinginan yang kuat untuk mengeluarkan mereka dari segala bentuk permasalahan yang dihadapinya. Dengan bimbingan wahyu Allah

295

Page 296: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

mereka bangkit menyeru bangsanya untuk kembali kepada jalan Allah, menegakkan kalimat-Nya, berjuang di jalan-Nya untuk mencari keridhoaannya sehingga tegak sebuah tatanan masyarakat yang adil makmur dibawah naungan keridhoan Sang Pencipta.

Hal ini pulalah yang dilakukan oleh Muhammad Rasulullah yang diutus untuk seluruh umat manusia dengan ajaran Islam yang dibawanya. Tuhan Semesta alam memilihnya menjadi utusan, karena dia adalah putra terbaik bangsanya, kemudian Allah memberikannya kesadaran, membersihkan jiwa, mengajarkan pengetahuan yang dibutuhkan olehnya. Gerakan perubahan dalam Islam dimulai dari pemilihan tokoh-tokoh penggeraknya, sebagaimana tampilnya Ibrahim, Musa, Thalut dan Muhammad saw yang tampil dengan kesadaran, kebersihan jiwa, pengetahuan dan keberanian serta ketekunan dalam memimpin gerakannya. Seorang pemimpin bukan hanya seorang yang memberikan perintah dan arahan saja, namun pada saat yang sama dia dituntut untuk menjadi figur suri teladan, guru, pemimpin, pengayom, pelindung, sahabat, penasihat, sekaligus sebagai panglima perang yang tegas. Itulah sebabnya seorang pemimpin pergerakan dalam Islam adalah orang yang terbaik keturunannya, yang tertinggi akhlaknya, yang terpercaya kejujurannya, yang terbersih kepribadiannya, yang tertinggi pengetahuannya, yang terberani menghadapi resiko, yang tertabah menahan godaan dan cobaan sebagaimana yang dicerminkan oleh Muhammad Rasulullah.

Setelah sang pemimpin siap dengan kematangan pribadi dan pengetahuannya, dia akan tampil menyerukan gerakan perubahannya kepada orang terdekatnya, sebagaimana Muhammad Rasulullah menyeru istrinya, sepupunya, kaum kerabatnya, sahabat dekatnya dan lainnya agar bersedia mengikuti gerakannya dan menjadi pengikut setia perjuangannya. Sang pemimpin membina pengikutnya, mendidik mereka dengan tujuan-tujuan agung yang akan dilalui, membersihkan jiwa mereka, memberikan pengetahuan yang akan memimpin mereka menuju kepada kesempurnaan dan keutamaan pribadi. Dari kelompok pertama ini lahirlah generasi pertama yang akan menjadi tonggak dan tulang punggung perjuangan. Sang pemimpin dengan para pengikut utamanya mulai menyebarkan ajarannya, mengajak masyarakat mengikuti ajarannya secara terbuka, dan pada saat inilah kemudian tantangan demi tantangan akan menimpa gerakan, terutama dari kalangan kelompok elit yang merasa dirugikan. Muhammad Rasulullah dengan para pengikut setianya menghadapi tantangan demi tantangan yang ditimpakan kepadanya dengan penuh kesabaran dan ketabahan, karena mereka sangat memahami tantangan dalam gerakan adalah sarana ampuh untuk memperkuat dan memperbesar gerakan, disamping sebagai sarana untuk menguji ketangguhan pengikut setia yang menyertai gerakan. Itulah sebabnya, tantangan, penganiayaan, pembunuhan dan pengusiran yang dilakukan para elit Makkah tidak menyurutkan sedikitpun tekad para pejuang yang membela kebenaran Islam ini. Demikian pula tawaran kompromi yang diajukan para elit kafir Makkah untuk mengangkatnya menjadi pemimpin

296

Page 297: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

ataupun memberikannya kekayaan material ditolak oleh Muhammad Rasulullah, walaupun pada zahirnya akan menguntungkan pergerakannya. Kebersamaan, kasih sayang, persaudaraan, saling membantu dan sifat-sifat mulia yang lahir dari keagungan ajaran Islam telah menumbuhkan semangat solidaritas dikalangan pengikut gerakan, apalagi pemimpinnya adalah seutama-utama manusia yang memiliki semangat pengorbanan tiada tandingannya. Kemudian kelompok ini menjadi besar, terutama setelah mereka berhijrah ke Madinah, dan siapa berinteraksi secara terbuka dengan masyarakat jahiliyah yang selama ini menentang keberadaannya. Tercetuslah pepeperangan demi peperangan yang menambah kuatnya gerakan yang dipimpin Rasulullah. Kemenangan demi kemenangan telah menambah keyakinan mereka akan kebenaran perjuangannya.

Kunci keberhasilan gerakan Islam sebagai ciri khas gerakan Rasulullah adalah disebabkan gerakan ini memulai perjuangannya dengan mencetak manusia-manusia unggul, bukan sekadar menyampaikan dan menyebarkan teori-teori khayalan pemikiran sebagaimana faham dan doktrin lainnya. Manusia-manusia unggul ini dibina dan dididik serta dibersihkan hati nuraninya dengan tahapan-tahapannya sebagaimana yang digariskan Allah melalui wahyu menjadi sekumpulan masyarakat dengan segala keutamaan yang menyertainya. Itulah sebabnya mereka dikatakan sebagai al-Qur’an yang berjalan dan hidup, yaitu tempat bersemainya teori dan ajaran agung al-Qur’an, manusia-manusia yang melaksanakan dengan penuh ketaatan segala perintah dan menjauhi segala larangan yang terkandung dalam al-Qur’an. Berbeda dengan generasi sesudahnya yang hanya menjadikan al-Qur’an dan ajaran Islam hanya sebagai perbendaharaan pengetahuan untuk dibahas dan dianalisa, sementara mereka jauh dari ajarannya. Demikian pula yang terjadi dengan para cendekiawan kita yang tidak pernah berhasil membentuk manusia unggul karena hanya menjadikan al-Qur’an sebagai perbendaharaan pengetahuan semata, dan tidak menerapkan dalam kehidupan nyata, sehingga al-Qur’an nuzul kepada manusia dalam arti yang sebenarnya. Manusia-manusia unggul yang dididik dengan semangat al-Qur’an inilah yang akan mampu menyelesaikan problematika masyarakat sekaligus menghantarkannya menuju dunia baru yang penuh dengan barokah dan maghfirah dari Tuhan.

Inilah hakikat gerakan perubahan Islami yang dicontohkan para utusan Tuhan yang telah berhasil membangun masyarakat utama. Dan gerakan inilah yang sepatutnya dicontoh oleh mereka yang akan mengadakan perubahan di manapun, termasuk dalam mengatasi krisis multi dimensi yang menimpa bangsa Indonesia saat ini. Gerakan ini sekaligus menjadi penyembuhan terhadap krisis dan sarana untuk mengantarkannya menjadi Indonesia baru yang penuh dengan kemajuan, keadilan, kedamaian dan ampunan serta keridhoaan Tuhan. Gerakan ini telah berhasil mengantarkan masyarakat jahiliyah Arab menjadi masyarakat utama yang membangun peradaban baru dan menegakkan keadilan.

297

Page 298: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Jadi untuk memulai gerakan renaisans, gerakan kebangkitan kembali pada bangsa Indonesia, pertama-tama harus bangkit sekelompok orang yang memiliki kesadaran tentang pentingnya sebuah gerakan pencerahan dan perubahan pada bangsanya. Perubahan ini dilakukan karena bangsanya tengah menghadapi krisis multi dimensi akibat kebijakan-kebijakan yang salah dan keliru dari generasi para pendahulunya, baik dalam sistem ataupun implementasi kebijakannya. Kemudian kelompok ini berkeyakinan bulat bahwa perubahan ini hanya dapat dicapai dengan menggunakan ajaran Islam semata, bukan dengan selainnya, mengingat kondisi masyarakatnya yang mayoritas Muslim dan hanya Islamlah yang dapat menyelesaikan problematika bangsa ini yang penuh dengan kejahiliyahan. Kelompok ini, oleh Syari’ati dijuluki sebagai Raushan Fiqr, sementara Sayyid Qutb menyebutnya dengan Generasi Qur’ani, dan dalam kontek al-Qur’an disebut sebagai Ulul Albab.

Raushan fiqr, Generasi Qur’ani atau Ulul Albab adalah sekumpulan orang-orang tercerahkan yang memahami hakikat Islam sebagaimana dikehendaki Allah dan Rasul-Nya, beriman kepada ajaran-ajaran agamanya dengan keimanan yang sebenarnya, melaksanakan perintah agamanya dan menjauhi larangannya, menjadikan agamanya sebagai panduan dalam menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapi, memiliki kesadaran untuk mentransformasikan nilai-nilai agung ajaran Islam kepada masyarakatnya dalam sebuah gerakan sosial yang teratur dengan tujuan menciptakan masyarakat utama. Kelompok ini akan menjadi katalis antara ketinggian dan kesempurnaan ajaran Islam dengan realitas masyarakat dengan dinamika sejarahnya. Mereka akan menterjemahkan nilai-nilai universal ajaran Islam menjadi sebuah gerakan dinamis perubahan sosial sesuai dengan kebutuhan dan dinamika sejarah bangsanya yang akan mengantarkannya menjadi masyarakat yang maju dan utama.

Namun mereka bukanlah sekumpulan filosof atau cendekiawan yang hanya pandai mengemukakan teori-teori dari sangkar emas intelektual tapi jauh dari masyarakatnya, atau seperti para analis dan kritikus yang hanya pandai menyalahkan tanpa memberikan solusi. Mereka hidup ditengah-tengah suka dan duka masyarakatnya, mereka dapat merasakan kepahitan dan kegetiran yang dirasakan masyarakatnya yang menderita. Mereka adalah kelompok yang telah bertekad menukar kesenangan duniawiyah dengan segala atributnya dengan kesenangan akhirat dengan segala kenikmatannya, sebagaimana yang dilakukan Musa as yang telah meninggalkan kemewahan istana raja dan menjadi pengembala kemudian menggerakkan masyarakatnya yang ditindas tiran Fir’aun.

Boleh jadi kelompok ini bukan dari kalangan kaum penguasa, konglomerat, politisi, cendekiawan dan kelompok elit lainnya, namun dari kalangan terpinggirkan seperti buruh, petani dan kaum mustadafin lainnya seperti Thalut yang dipilih Allah. Dan mereka bukan pula dari kalangan yang mengklaim diri sebagai pejuang dan sejenisnya, namun pada kesempatannya mereka menjual perjuangannya untuk kepentingan duniawi yang rendah dan

298

Page 299: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dapat mengorbankan semangat gerakannya. Namun boleh jadi mereka adalah kelompok yang tidak pernah diperhitungkan keberadaannya, karena mereka beruzlah mempersiapkan diri, membersihkan diri dan berupaya memahami keberadaan masyarakatnya dari ketinggian sebagaimana yang dilakukan Muhammad menjelang diangkat sebagai Rasulullah. Atau mereka menyingkir dari hingar bingarnya arus keduniaan yang menyesatkan, penuh perangkap kesesatan dan mendekatkan diri kepada Penciptanya agar mendapatkan kejernihan dalam menyelesaikan permasalahan bangsanya. Yang jelas kesemua mereka memiliki ciri khas, kelompok ini merasa sangat bertanggung jawab terhadap nasib bangsanya dan mereka berupaya mencari jalan terbaik dengan tujuan untuk mendapatkan keridhoan Tuhannya dan bukan dengan maksud untuk mendapat jabatan atau kesenangan duniawiyah lainnya. Niat mereka tulus ikhlas untuk kebenaran semata sebagaimana yang diajarkan Tuhan mereka. Jika saatnya tampil, mereka pasti akan tampil mengesankan bagaikan panglima yang dinantikan untuk menghalau musuh.

Kelompok ini memang tidak hadir dengan sendirinya, namun melalui proses baik secara langsung melalui pembinaan yang terus menerus yang menumbuhkan kesadaran pribadi ataupun atas kehendak Allah yang memilihnya sebagai pemimpin bangsanya. Kesadaran yang paling utama adalah kesadaran mereka terhadap perlunya diri mereka membersihkan fikiran, jiwa maupun fisiknya dari segala bentuk kejahiliyahan yang memperbudak dan menyesatkan. Hal inilah yang telah dilakukan oleh semua pemimpin pergerakan yang membawa bendera kebenaran dari Tuhan Pencipta alam, baik oleh Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad serta para pemimpin yang mengikuti ajarannya. Para penggerak perubahan harus mampu merubah dirinya terlebih dahulu sebelum merubah lingkungannya, pribadinya adalah miniatur cita-cita perjuangannya. Tidak mungkin seorang yang kotor fikirannya, kotor jiwanya akan mampu menerima kebenaran dari Yang Maha Suci, karena ajaran yang suci hanya akan diserap oleh fikiran dan hati yang suci pula.

Itulah sebabnya pensucian (tazkiyah) adalah proses mutlak yang diperlukan oleh para penggerak kebenaran dan telah menjadi keniscayaan sebelum mereka dapat mengambil perbendaharan al-Qur’an dan al-Hikmah. Seluruh rangkaian ajaran Islam, baik berupa solat, zakat, puasa, haji, amar makruf nahi mungkar, jihad, dakwah, tarbiyah, sedekah, senyum dan lainnya adalah proses pensucian yang akan mengantarkan mereka menuju kesempurnaan hidup sebagai manusia paripurna. Maka tidak mungkin orang yang tidak mengamalkan ajaran Islam sebagaimana diperintahkan akan mendapat kejernihan jiwa dan fikiran yang akan menangkap hikmah dan pelajaran dari ajaran yang Maha Suci, apalagi akan merasakan keagungan dan keunggulan ajaran Allah. Ajaran yang suci hanya bersemayam di dalam kesucian, dan tidak mungkin berada pada fikiran dan jiwa yang kotor sebagaimana yang senantiasa didakwakan para penyeru kepalsuan yang mengatasnamakan ajaran Islam. Para penggerak perubahan Islam sejati hanya lahir dari proses pemahaman dan pengamalan Islam sebagaimana

299

Page 300: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

yang dikehendaki Allah dan rasul-Nya dan bukannya dari rekayasa pemikiran sesat yang mengatasnamakan ajaran Islam yang diserukan oleh manusia-manusia bingung dan dimurkai Tuhan.

Dalam kontek Renaisans Indonesia, kelompok yang akan membawa perubahan ini akan lahir dari pembinaan dan pendidikan yang telah dilakukan oleh para pemimpin umat, dai dan para pejuang yang ikhlas, yang telah mengorbankan kepentingan dunianya untuk perjuangan Islam. Bahkan mereka telah siap menjadi tumbal perjuangan Islam, rela dipenjara oleh penguasa yang bersebrangan faham dengannya dan mereka rela menempuh syahid untuk menyuburkan perjuangan ini dengan darah-darah suci mereka. Demikian pula kelompok ini akan lahir dari kalangan generasi yang berhati nurani, waras namun kebingungan dan terus mencari kepastian hidup, lalu menyerahkan urusannya kepada Sang Pencipta dan mereka mendapat petunjuk Allah Yang Maha Pengasih. Mereka adalah kelompok manusia yang dipilih Allah dengan hidayah Islam, yang ikhlas beramal, berbuat dan berjuang karena mengharapkan ridho-Nya, mereka telah menukar kehidupan dunianya dengan perjuangan di jalan-Nya. Mereka hadir dari berbagai lapisan masyarakat, tampil dengan keyakinan dan pengetahuannya untuk membela kebenaran yang diserukan Islam. Diantara mereka ada yang dijuluki sebagai teroris, biang kerusuhan dan sejenisnya akibat komitmen mereka yang sangat kuat membela Islam dan saudara seimannya. Setelah reformasi, mereka tampil dengan berbagai bentuk dan simbol yang menuntut perubahan mendasar pada bangsa, menggantikan sistem berbangsa dan bernegara dengan Islam.

Peranan kelompok ini mulai terasa ditengah masyarakat yang menghendaki ditegakkannya kebenaran Islam dalam berbagai kegiatan. Namun mereka bukanlah dari golongan yang mengatasnamakan Islam dan menjual perjuangannya untuk kepentingan dunia, apalagi untuk memuaskan keserakahan para rezim penguasa. Ciri khas kelompok ini adalah pemahamannya yang benar terhadap ajaran Islam, pengamalannya yang kuat terhadap ajaran Islam, kesadarannya yang tinggi terhadap perjuangan Islam, keyakinannya yang kokoh terhadap kemampuan Islam menyelesaikan permasalahan bangsa Indonesia, keberaniannya yang luar biasa dalam menegakkan kebenaran dan memerangi kebathilan. Karakteristik inilah yang menghantarkan mereka menuju kesucian jiwa dan kejernihan berfikir untuk menyelesaikan permasalahan bangsanya dengan keagungan dan kesempurnaan ajaran Islam. Walaupun mereka saat ini berada dalam berbagai wadah, namun kebenaran Islam akan memimpin mereka menjadi pemimpin-pemimpin gerakan perubahan yang akan mengantarkan bangsa menuju cita-cita Indonesia baru yang berdasarkan ajaran Islam. Jika sudah saatnya, mereka akan tampil dengan gagah perkasa dan mencengangkan semua orang. Dengan pengetahuan dan keyakinan yang ada padanya, kelompok ini telah mulai memberikan solusi kepada bangsanya, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, hukum dan lainnya yang berdasarkan ajaran Islam. Mereka telah menjalani kerjasama dengan rekan-rekannya di luar

300

Page 301: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

negeri dalam mengembangkan solusi-solusi Islami yang tengah menjadi trend dunia akibat kegagalan sistem Kapitalisme global yang imprialistis.

Para penggerak perubahan ini harus memahami hakikat perjuangan Islam yang menghendaki tahapan-tahapan dalam menegakkan sistem Islam, dan gerakan ini bukan dimulai dengan membuat berbagai bentuk teori-teori yang membingungkan seperti yang dilakukan oleh mereka yang menyebut dirinya sebagai cendekiawan muslim saat ini. Tapi gerakan ini dimulai dengan membentuk manusia-manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhannya, membina generasi yang mengamalkan ajaran Islam, yang menuzulkan al-Qur’an pada dirinya sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah dan para shahabatnya terdahulu. Rasulullah tidak sibuk menciptakan berbagai teori-teori atau sibuk menanggapi perkembangan teori dunia saat ini, bahkan para binaannya dilarang mengambil sumber selain dari yang diajarkannya, namun beliau saw sibuk menanamkan nilai-nilai al-Qur’an dalam pengikutnya sehingga mereka dijuluki sebagai al-Qur’an yang berjalan, al-Qur’an yang hidup, karena al-Qur’an telah menyatu dengan diri mereka, mengamalkannya dalam kehidupan. Jika telah terbentuk manusia-manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, maka mereka dengan rahmat dan pertolongan Allah akan menyelesaikan permasalahan dunia. Kebingungan para cendikiawan muslim saat ini akibat mereka terlalu asyik dengan menciptakan berbagai bentuk teori, menyanggah teori, dan dari teori ke teori yang pada akhirnya akan menimbulkan kesesatan pemikiran. Sementara generasi Islam terdahulu berhasil mengembangkan berbagai bentuk teori duniawi karena mereka telah memiliki landasan yang kuat berupa warisan keislaman generasi Islam sebelum mereka.

Maka hal inilah yang seharusnya dilakukan oleh bangsa Indonesia dalam menghadapi krisis multi dimensi ini dan sekaligus menghantarkannya menuju Indonesia baru. Bangsa ini harus mencetak dan melahirkan sebanyak-banyaknya manusia-manusia beriman dan bertaqwa dalam arti yang sebenarnya sebagaimana dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Manusia-manusia unggul inilah yang akan menyelesaikan permasalahan bangsa dan sekaligus menghantarkannya menuju Indonesia baru sebagaimana dicita-citakan. Para penggerak perubahan di Indonesia harus menyadari hakikat ini, mereka menyeru manusia ke jalan Allah, membersihkan jiwa dan fikiran mereka, mengajarkan mereka al-Qur’an dan al-Hikmah dan mengajarkan mereka pengetahuan yang dibutuhkan sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Inilah yang telah dilakukan oleh para perubah masyarakat dari zaman Nuh, Ibrahim, Musa sampai kepada Nabi Muhammad saw. Dan jalan ini pulalah yang akan mengantarkan bangsa Indonesia keluar dari krisis multidimensional yang menimpanya saat ini. Manusia-manusia beriman dan bertaqwa ini ibarat team dokter yang akan memberikan terapi kepada pasiennya. Para penggerak perubahan dengan para pengikut setianya akan membentuk sekumpulan masyarakat yang konsisten menerapkan ajaran Islam, membangun sebuah jama’ah Islam yang aktif berinteraksi dengan masyarakat sekelilingnya, memberikan solusi-solusi terbaik berdasarkan

301

Page 302: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

keimanan dan ketaqwaan, menegakkan yang makruf dan mencegah kemungkaran, menyerukan masyarakat agar menegakkan hak-hak Allah, bahkan jika para pembela tirani menghalangi tujuan suci mereka, maka benturan dan peperangan pasti tidak akan terelakkan sebagaimana yang telah menjadi sunnah para penggerak perubahan terdahulu. Benturan-benturan dengan masyarakat yang menolak misi perjuangannya akan menjadi penyubur gerakan perubahan di masa depan.

Gerakan perubahan yang dipimpin para putra terbaik bangsa bersama dengan pengikut setianya ini akan merancang dengan teliti program-program strategis berdasarkan pemahaman keislaman dan dinamika sejarah bangsa mereka. Mereka akan memulai gerakannya dengan merombak keyakinan masyarakatnya yang penuh dengan kejahiliyahan, menjadi masyarakat tauhid yang hanya mendahulukan Allah dan Rasul-Nya dalam tindakannya. Merombak pemikiran dan tatanan jahiliyah yang telah membelenggu dan memperbudak mereka sehingga menjadi masyarakat yang statis, terbelakang dan dizalimi. Merombak segala bentuk perilaku dan karakter jahiliyah yang telah menghinakan dan menjatuhkan martabat hidup mereka seperti binatang. Merombak semua unsur-unsur kejahiliyahan, semua yang bertentangan dengan Islam, menjadikan mereka sebuah masyarakat baru, masyarakat yang tunduk dan patuh kepada ajaran Allah dan rasul-Nya.

Jadi dengan demikian jelaslah sudah bahwa gerakan renaisans Islam di Indonesia memerlukan tampilnya para pelopor dan kadernya yang akan membuktikan keunggulan ajaran Islam. Mereka diberi kesempatan untuk tumbuh berkembang menyampaikan solusi-solusi terbaik, membina generasi baru yang beriman dan bertaqwa sebagai jalan menuju terbentuknya Indonesia baru yang dicita-citakan. Namun permasalahannya, dimanakah bangsa Indonesia harus menemukan generasi-generasi yang akan memimpin gerakan renaisans yang akan mengeluarkannya dari krisis multi dimensi dan mengarahkannya menuju kebangkitan. Apakah generasi ini berada di lembaga-lembaga pendidikan Indonesia yang kini tengah dipertanyakan kualitasnya? Apakah mereka berada di lembaga-lembaga pemerintahan yang dipertanyakan keefektifannya, dan dinayatakan sebagai sarang koruptor? Apakah mereka berada di tengah-tengah partai politik yang banyak dikecam masyarakat karena janji-janji palsunya dan menimbulkan konflik? Apakah mereka di perusahan-perusahan besar yang tengah mengalami masalah? Apakah mereka berada di organisasi-organisasi Islam yang sedemikian banyaknya dan terpecah satu dengan lainnya? Ataukah mereka makhluk asing yang tidak jelas rimbanya, sehingga tidak mungkin ditemukan dalam masyarakat karena masih disimpan sebagai "satria paningit" yang akan menjadi "ratu adil"?

Kemana generasi pelopor kebangkitan ini mesti dicari agar secepatnya kepemimpinan diserahkan kepada mereka dan mengarahkan bangsa Indonesia keluar dari permasalahan yang menerpanya. Masyarakat sudah tidak tahan menunggu perubahan bangsa Indonesia, mereka menanti siang malam perubahan demi perubahan yang dijanjikan satu rezim dan rezim

302

Page 303: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

lainnya. Tapi silih bergantinya rezim tidak mendatangkan perubahan pada mereka, masyarakat tetap menderita dalam penderitaannya, tetap sengsara dalam kemiskinannya, tetap terpinggirkan dan tersisihkan dengan masalah yang tidak mampu lagi mereka hadapi. Apakah memang generasi pelopor yang akan menggerakkan perubahan sudah hadir di tengah-tengah masyarakatnya, namun masyarakat tidak merasakan kehadirannya karena mereka hanya memberikan janji-janji ataupun angan-angan dalam retorika-retorika yang membuai masyarakat tanpa memberikan apa-apa arti perubahan, karena mereka tidak mampu mengurai benang kusut lingkaran setan yang telah membelit bangsa Indonesia akibat krisis multi dimensi yang dideritanya?

Ataukah memang generasi ini belum saatnya tampil, karena sangkakala perjuangan belum menyeru kepada perjuangan suci mereka. Apakah benar generasi ini sudah ada dan tinggal menunggu komando untuk tampil membebaskan dan membangkitkan bangsa Indonesia dari belenggu yang menimpanya? Apakah bangsa Indonesia perlu menunggu sampai keadaannya benar-benar berada pada anak tangga terbawah dari starata penderitaan dan kejahiliyahan, barulah generasi ini akan hadir membangkitkan kembali mereka, sebagaimana yang terjadi pada masyarakat Makkah sebelum kehadiran Muhammad Rasulullah? Jika demikian adanya, maka bangsa Indonesia akan menunggu dalam ketidak pastian, sampai kapan? Bukankah di antara sekelompok bangsa Indonesia terdapat kaum yang dinyatakan Allah sebagai sebaik-baik umat yang dikeluarkan dari manusia dan kepada mereka telah diturunkan panduan hidup berupa al-Qur'an dan al-Sunnah. Apakah sekelompok manusia ini tidak mampu memberikan solusi kepada bangsa Indonesia dan mengantarkannya kepada kebangkitan kembali? Sementara Sang Maha Pencipta telah memberikan ultimatum: "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu bangsa, sampai bangsa itu sendiri mau merubah keadaan mereka sendiri". (13:11).

Perubahan akan terjadi apabila bangsa Indonesia bersepakat untuk merubah diri mereka sendiri, para generasi berjuang untuk merubah diri sehingga menjadi generasi-generasi unggul yang mempelopori perubahan. Namun apakah perubahan ini akan terjadi secara alami? Biasanya perubahan secara alami terjadi apabila sudah terjadi kerusakan yang sangat akut pada seluruh lini masyarakat. Apakah bangsa Indonesia akan menunggu sampai keadaannya benar-benar parah, baru mengharapkan datangnya perubahan. Di sisi lain, perubahan dapat digerakkan dan disiasati, sebagaimana pemuka-pemuka Bani Israil yang datang kepada Nabinya untuk meminta saran dan petunjuk agar bangsa mereka dapat keluar dari keterpurukan, sehingga Allah memilih Thalut, seorang petani yang berkualitas memimpin perjuangan kebangkitan Bani Israil. Kenyataannya, para pemuka yang meminta saran perubahan itulah yang menolak kepemimpinan yang telah dipilihkan untuk mereka dengan alasan-alasan duniawiyah.

303

Page 304: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Apakah tidak sepatutnya bangsa Indonesia, khususnya umat Islam yang menjadi kelompok mayoritas meminta nasihat kepada para pemimpin dan ulama mereka yang ikhlas, memohon doa restu mereka agar Allah SWT segera berkenan menampilkan generasi-generasi penyelamat umat ini. Semoga generasi yang didambakan kehadirannya ini dapat tampil segera kehadapan untuk membangkitkan kembali bangsa Indonesia yang tengah menunggu dengan penderitaan dan kesengsaraan yang dihadapinya.

Sebenarnya secara tidak langsung, di dalam al-Qur'an banyak ayat-ayat yang membahas tentang generasi pelopor kebangkitan ini, terutama ciri khas dan karakter mereka. Seorang pemimpin pergerakan Islam terkemuka dari Mesir, Sayyid Qutb dalam buku monumentalnya, Ma'alim fi al-Thariq, telah memberikan ciri khas generasi yang akan membawa perubahan dan kebangkitan. Diantara cirinya adalah:

1. Menjadikan al-Qur'an Sebagai Panduan HidupGenerasi pelopor kebangkitan Islam pertama yang dibina Rasulullah

s.a.w., hanya mau mengambil dari satu sumber saja sebagai rujukan dalam segala aspek kehidupan mereka, yaitu al-Qur'an. Sunnah Rasulullah adalah sebagian dari sumber utama itu. Sekiranya mereka menghadapi suatu masalah, mereka akan segera kembali kepada al-Qur'an. Mereka akan merujuk kepada al-Qur'an terlebih dahulu untuk segala urusan sebelum merujuk kepada sumber-sumber lain. Mereka tidak akan terburu-buru mengerjakan sesuatu sebelum alQur'an memerintahkannya dan mereka akan segera meninggalkan suatu urusan jika al-Qur'an melarangnya.

Generasi ini menolak segala bentuk sumber selain al-Qur'an, walaupun pada saat itu telah wujud ajaran-ajaran nabi sebelumnya ataupun filsafat-filsafat Yunani yang tetap dijadikan rujukan sampai hari ini. Mereka tidak mau sumber-sumber utama pengambilan selain al-Qur'an yang akan mewarnai kehidupan dan menguasai fikiran mereka, hatta kitab-kitab terdahulu yang dibawa para nabi. Itulah sebabnya Rasulullah s.a.w. menegur Umar ibn Khattab ketika mengetahuinya membaca lembaran Taurat dan bersabda dengan tegasnya: "Demi Allah, seandainya Musa a.s. masih hidup di antaramu, maka niscaya dia pasti akan mengikuti ajaranku." (HR. Abu Yala).

Rasulullah s.a.w. sebagai pembina utama memang sengaja membatasi sumber pengambilan masyarakat utama ini hanya kepada al-Qur'an saja, agar mereka tetap bersih dari pencemaran pemikiran dan pefahaman di luar al-Qur'an. Rasulullah s.a.w. mengetahui sekiranya al-Qur'an dicampuadukkan dengan berbagai filsafat manusiawi saat itu, maka umat binaannya akan mengalami kemunduran dan tidak akan mencapai sasaran yang telah ditetapkan al-Qur'an.

Demikianlah kenyataannya, generasi yang dibina Rasulullah s.a.w. yang dibangun hanya berpandukan konsepsi yang diajarkan al-Qur'an se-mata-mata telah menjadi masyarakat agung sepanjang masa dengan segala keutamaan mereka. Sebaliknya masyarakat sesudah mereka; yaitu ketika

304

Page 305: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

masyarakat ini mencampuradukkan al-Qur'an dengan filsafat-filsafat manusiawi lainnya, pada saat itulah masyarakat ini mengalami kemunduran yang sangat drastis. Mereka telah kehilangan ruh al-Qur'an yang akan menjadikan mereka manusia utama akibat bercampurnya al-Qur'an dengan filsafat dan produk pemikiran manusiawi yang penuh dengan kekurangan dan tragedi.

Rasulullah s.a.w. membatasi sumber utama pengambilan masyarakat binaannya hanya kepada al-Qur'an saja, karena masyarakat ini pada mulanya dikehendaki memiliki fondasi yang kokoh dalam mengembangkan sebuah bentuk masyarakat ideal sepanjang masa. Fondasi yang kokoh itu hanya dapat diperoleh dari al-Qur'an saja, dan tidak mungkin diperoleh dari sumber-sumber selainnya karena melibatkan masalah keimanan, akidah dan keyakinan manusia kepada Allah s.w.t., hari pembalasan, syurga, neraka dan segala hal yang ghaib, yang tidak mungkin mampu disingkap kekuatan manusia, bagaimanapun jeniusnya. Oleh sebab itu, perlu ada penjelasan langsung dari Yang Maha Mengetahui dan Maha Pencipta alam raya ini. Hanya Sang Maha Penciptalah yang mampu menjelaskan segala permasalahan ini kepada manusia agar mereka benar-benar yakin. Atas dasar keyakinan inilah, kemudian mereka membangun peradaban dunia sebagai Khalifah, wakil Allah di atas bumi. Penjelasan masalah keyakinan ini tidak mungkin mampu diuraikan dengan tepat oleh filosuf-filosuf terkemuka, walaupun mereka telah berusaha dengan segala kemampuan yang ada pada mereka, karena manusia tetaplah manusia yang diciptakan dengan segala kekurangan.

Sekiranya Rasulullah s.a.w. berkeinginan untuk mencampurkan sumber pengambilan masyarakat binaannya dengan sumber filsafat manusiawi yang ada, tentu beliau telah melakukannya karena produk filsafat pada masa itu tersebar luas dan menguasai peradaban dunia. Namun sejarah membuktikan Rasulullah s.a.w. tidak berhuat seperti itu, bahkan beliau menolak segala bentuk sumber pengambilan selain al-Qur'an, hatta kitab Taurat yang ditu-runkan kepada Musa a.s. Dengan ruh dan metode al-Qur'anlah Rasulullah s.a.w. membimbing masyarakat Islam terdahulu sehingga mereka menjadi masyarakat utama yang terlepas dari segala bentuk kesesatan dan krisis yang telah menimpa masyarakat jahiliyah sebagaimana dijelaskan Allah di dalam firman-Nya:

Dialah yang telah membangkitkan di kalangan masyarakat ummi seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat-Nya, membersihkan mereka dan mengajarkan mereka Al-Kitab (al-Qur'an) dan Hikmah, dan padahal mereka sebelum itu dalam kesesatan yang nyata. (Q62:2)

Masyarakat ini menjadikan al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber rujukan utama karena mereka sangat yakin kepada al-Qur'an. Mereka sangat yakin al-Qur'an akan dapat menyelesaikan segala problematika dan krisis

305

Page 306: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

yang mereka hadapi. Sikap inilah yang telah menjadikan mereka sebagai masyarakat utama sepanjang masa.

2. Menerapka al-Qur'an Dalam Kehidupan NyataGenerasi al-Qur'an yang dibina Rasulullah s.a.w. menerima al-Qur'an,

membaca al-Qur'an, mempelajari al-Qur'an dan memahami al-Qur'an semata-mata untuk diamalkan, untuk diterapkan di dalam kehidupan nyata mereka sehingga mereka menjadi 'al-Qur'an hidup'. Setelah masyarakat ini menerima ayat-ayat al-Qur'an dari Rasulullah s.a.w., mereka langsung mengamalkannya tanpa mempertanyakan aspek-aspek filosofisnya yang rumit. Ayat-ayat yang diturunkan kepada masyarakat ini adalah ayat-ayat amali yang praktis, yang dapat langsung diterapkan di dalam kehidupan nyata mereka, bukannya teori-teori rumit yang membingungkan mereka. Itulah sebabnya seluruh lapisan masyarakat mudah sekali memahaminya dan mudah melaksanakannya di dalam kehidupan nyata mereka. Generasi ini menerima al-Qur'an ibarat seorang perajurit yang menerima perintah harian dari panglima tertingginya. Perintah-perintah harian itu harus segera dilak-sanakan di dalam kehidupan. Mereka menerima al-Qur'an untuk menjalankan perintah Allah, Maha Penguasa Tertinggi, tentang segala aspek kehidupan untuk dirinya, keluarganya, masyarakatnya dan seluruh umat manusia. Mereka akan melaksanakan segera apa saja yang diperintahkan tanpa menangguhkannya ataupun meminta tambahan perintah-perintah baru yang akan memberatkan mereka. Mereka menerima ayat-ayat Allah yang disampaikan Rasulullah s.a.w. dengan penuh perhatian dan kesungguhan, kemudian mereka menghafalnya dan selanjutnya mempraktekkannya di dalam kehidupan nyata. Jika mereka tidak memahaminya, maka Rasulullah s.a.w. akan menjelaskan maksudnya, agar mereka dapat melaksanakannya dengan mudah.

Itulah sebabnya, Allah Yang Maha Mengetahui menurunkan al-Qur'an bagian demi bagian, ayat demi ayat menurut keperluan pembinaan masyarakat waktu itu, sebagaimana dijelaskan al-Qur'an.

Dan al-Qur'an itu Kami turunkan sebagian demi sebagian, supaya engkau bacakan kepada manusia dengan beransur-ansur dan Kami turunkan terus-menerus. (Q17:106)

Dan orang-orang yang kafir itu berkata: Mengapa al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya dengan sekaligus? Demikianlah (Kami turunkan berangsur-angsur) karena dengannya itu Kami hendak meneguhkan hatimu, dan kami bacakan ia dengan berangsur-angsur.(Q25:32)

Ayat demi ayat diturunkan kepada masyarakat melalui utusan Allah, Nabi Muhammad s.a.w. agar masyarakat mengamalkannya sampai ayat itu terlambang kehidupan nyata. Mereka tidak akan meminta tambahan ayat-ayat kepada Rasulullah s.a.w. selain dari apa yang diberikan kepada

306

Page 307: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

mereka, karena mereka mengetahui ayat-ayat yang diturunkan kepada mereka adalah pembinaan yang telah disusun dan dirancang turunnya dengan sangat teliti sesuai menurut keperluan mereka.

Allah yang Maha Mengetahui menurunkan ayat-ayat al-Qur'an menurut keadaan pertumbuhan masyarakat yang dibina Rasulullah s.a.w. Satu atau beberapa ayat diturunkan pada suatu peristiwa, keadaan ataupun kejadian tertentu untuk menceritakan kepada manusia tentang apa yang mereka kerjakan demi kebaikan mereka dunia akhirat. Ayat-ayat al-Qur'an menggambarkan keadaan hati mereka, ataupun kejadian-kejadian yang sedang dialami dan menggariskan untuk mereka cara bekerja dalam keadaan tersebut ataupun membetulkan kesalahan pemikiran dan tindakan mereka, menghubungkan mereka dalam semua perkara dengan Allah s.w.t. Al-Qur'an telah menghubungkan hamba dengan Tuhannya secara langsung, mereka berinteraksi.

Generasi ini menerima al-Qur'an bukan hanya sekedar untuk tujuan menambah khazanah pengetahuan ataupun untuk memperluas wawasan mereka saja. Bukan pula sekedar untuk menikmati keindahan bacaan dan sastaranya yang sangat memukau. Demikian pula tidak ada di antara mereka yang mempelajari al-Qur'an untuk menambah perbendaharaan ilmunya dengan segala pembahasannya yang terperinci, sehingga mereka terkenal sebagai pakar ilmu al-Qur'an. Bukan semua itu tujuan para Sahabat mene-rima al-Qur'an!

Mereka menerima al-Qur'an dan mempelajarinya semata-mata untuk diamalkan dan dipraktekkan dalam kehidupan nyata mereka. Itu yang terutama. Namun karena mereka menerima al-Qur'an untuk diamalkan, maka al-Qur'an memberikan mereka khazanah pengetahuan, wawasan intelektual, petunjuk hidup, kisah-kisah teladan, kesenangan, keindahan, kemukzijatan, kekuatan spiritualitas bahkan memberikan segala jawaban terhadap pernasalahan yang mereka hadapi. Karena mereka telah menjadi 'al-Qur'an hidup', segala perbendaharaan al-Qur'an mereka dapatkan, sehingga mengantarkan mereka menjadi masyarakat agung sebagaimana yang ditulis sejarah kemanusiaan.

3. Menggantikan Kejahiliyahan Dengan IslamGenerasi pelopor kebangkitan yang dibina Rasulullah s.a.w. setelah

menerima Islam sebagai panduan hidup, secara otomatis mereka menolak dan meninggalkan segala bentuk kejahiliyahan yang lahir maupun batin. Mereka sangat takut kembali kepada kejahiliyahan sebagaimana takutnya mereka dicampakkan ke dalam api yang berkobar. Setelah masuk Islam, mereka mencampakkan semua tuhan palsu jahiliyah, kepemimpinan jahiliyah, teori-teori pemikiran jahiliyah, hubungan ashobiah jahiliyah, per-gaulan jahiliyah dan segala yang berbau jahiliyah. Mereka merombak seluruh sistem kehidupan mereka menurut kehendak Allah s.w.t. dan Rasul-Nya.

Jahiliyah bukanlah suatu zaman sebelum kedatangan Islam sebagaimana difahami kebanyakan orang. Bahkan mereka mendakwa bahwa sekarang

307

Page 308: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

tidak ada lagi kejahiliyahan yang mereka artikan sebatas kebodohan. Masyarakat sebelum kedatangan Islam dikatakan sebagai masyarakat jahiliyah bukan karena mereka bodoh dan tidak memiliki peradaban. Bahkan mereka telah memiliki peradaban yang menjulang tinggi yang masih dijadikan rujukan sampai hari ini.

Jahiliyah hakikatnya adalah faham hidup yang tidak bercorak Islam, yang bertentangan dengan ajaran Islam. Masyarakat sebelum kedatangan Islam dikatakan jahiliyah karena mereka tidak menjadikan Islam sebagai panduan hidup mereka. Jadi seseorang yang menganut ideologi selain dari Islam, walaupun dia mengaku Muslim, maka tetap dikatakan sebagai orang jahiliyah. Orang yang mengamalkan teori-teori pemikiran yang bukan bersumber dari Islam dapat juga orang jahiliyah.

Segala bentuk akar kejahiliyahan inilah yang dicabut Rasulullah s.a.w. dari masyarakat yang dibinanya. Beliau mengawalinya dengan mencabut akar kejahiliyahan tertinggi yaitu menghilangkan tuhan-tuhan jahiliyah, dan menggantikannya dengan La ilaha illallah, tiada Tuhan kecuali Allah. Rasu-lullah s.a.w. berjuang siang malam membersihkan segala bentuk kejahiliyahan pada masyarakat binaannya sehingga benar-benar menjadi masyarakat Islam ideal. Kehidupan masyarakat Islam terdahulu benar-benar bebas dari segala bentuk penyakit kejahiliyahan sehingga mereka mampu menjadi masyarakat utama yang mernimpin dunia. Demikian pula masyarakat Qur'ani yang dibina Rasulullah s.a.w. tidak pernah mencampurkan antara Islam dan kejahiliyahan dengan mengambil Islam sehagian dan sebagiannya lagi jahiliyah. Allah s.w.t. dengan tegas melarang pencampur adukan ini sebagaimana firman-Nya:Dan janganlah kamu campurkan antara yang hak (Islam) dengan yang batil (jahiliyah), karena kamu pasti akan menyembunyikan yang hak padahal kamu mengetahui.(Q2:42)

Pencampuran antara Islam dengan jahiliyah akan menghancurkan kesucian ajaran Islam serta menghilangkan keutamaan dan kesempurnaan yang terkandung di dalamnya karena Islam adalah sistern hidup yang telah dijamin kesempurnaannya dan tidak memerlukan tambahan-tambahan dari sistern selainnya. Orang yang beranggapan Islam akan kuat dengan sistem jahiliyah, pada hakikatnya telah menghancurkan Islam, menghilangkan ruh yang akan menggerakkan manusia sebagai makhluk sempurna. Mencampurkan sistem jahiliyah ke dalam sistem Islam sama artinya dengan memasukkan racun ke dalam susu. Bergunakah susu yang sudah dicemari racun? Itulah sebabnya masyarakat Qur'ani yang dibina Rasulullah s.a.w. menolak keras segala bentuk kehidupan jahiliyah yang datang dari landasan filsafat selain Islam. Bagi mereka, Islam adalah sistem kehidupan sempurna yang akan membawa manusia menuju kebahagiaan sejati. Menerima kejahiliyahan bersama Islam adalah sama halnya dengan mencampakkan diri ke dalam jurang kebinasaan.

308

Page 309: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

4. Membentuk Kelompok dan Masyarakat Islam IdealRasulullah s.a.w bersama masyarakat yang dibinanya membentuk

sekumpulan masyarakat tersendiri yang berbeda cirinya dengan masyarakat jahiliyah pada masa itu. Mereka membentuk sekumpulan masyarakat yang menegakkan ajaran Allah dan Rasul-Nya dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Lingkungan masyarakat mereka bebas dari segala pengaruh masyarakat jahiliyah, dan memiliki sistem kehidupan tersendiri, sistem politik tersendiri, ekonomi tersendiri, pendidikan tersendiri, sosial tersendiri sehingga memiliki kepemimpinan tersendiri yang menjadikan Allah s.w.t. sebagai pemimpin tertingginya. Masyarakat ini tidak menggantungkan sedikitpun keperluan mereka kepada masyarakat jahiliyah, sehingga mereka menjadi merdeka sepenuhnya dari ancaman dan tekanan masyarakat jahiliyah yang mengitari mereka.

Masyarakat Islami yang diwujudkan Rasulullah s.a.w. tidak lahir dengan sendirinya. Bahkan kelahiran mereka di bawah bimbingan Rasulullah s.a.w. dengan proses pembinaannya yang sangat mengagumkan. Pembinaan masyarakat yang dipraktikkan masyarakat Qur'ani terdahulu ini dimulai dari pembentukan pribadi Qur'ani (Syakhsiyah Qur'aniyah) yang memahami dengan benar pesan-pesan al-Qur'an dan melaksanakannya dalam kehidupan nyata. Menegakkan ajaran al-Qur'an dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Rasulullah s.a.w. dengan penuh ketekunan membina individu-individu jahiliyah, mengeluarkan mereka dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam berpedoman wahyu yang diterimanya dari Allah s.w.t. Kumpulan individu ini kemudian melahirkan keluarga-keluarga Muslim yang merealisasikan ajaran al-Qur'an dalam kehidupan mereka. Kumpulan keluarga inilah yang akan menjadi masyarakat yang memiliki sistem hidup, tersendiri sebagaimana yang dikehendaki Allah s.w.t. dan Rasul-Nya, berbeda dengan sistem hidup masyarakat jahiliyah.

Proses pembinaan masyarakat Qur'ani ini digambarkan dengan indahnya oleh Allah s.w.t. di dalam al-Qur'an:"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka; kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan Injil, yaitu seperti sebuah pohon yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan pohon itu kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tana-man itu menyenangkan hati penanampenanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kofir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang salih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.(Q48:29)

309

Page 310: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Masyarakat Islam yang dibina Rasulullah s.a.w. diibaratkan sebagai sebuah pohon yang amat rindang, yang dapat menaungi orang yang berteduh di bawahnya. Namun tentu pohon itu tidak langsung besar dan rindang, pasti mengalami proses pertumbuhan secara alamiyah, dari benih sampai menjadi pohon besar. Demikian pula dengan masyarakat Qur'ani, tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi dibina bersusah payah dengan penuh ketekunan oleh Rasulullah s.a.w. berpandukan wahyu yang diterimanya dari Allah s.w.t.

Masyarakat yang telah dibentuk al-Qur'an ini bukanlah masyarakat statis yang memisahkan diri dari segala bentuk kehidupan dunia. Masyarakat ini tidak tinggal di gunung dan hutan belantara yang terpencil tanpa menghiraukan sama sekali perubahan dunia. Sebaliknya masyarakat ini adalah masyarakat dinamis yang berhubungan langsung dengan dunia jahiliyah dan berinteraksi dengannya. Mereka memberi contoh nyata kepada masyarakat jahiliyah tentang sistem kehidupan terbaik yang harus diterapkan untuk menuju kebahagiaan sejati. Mereka memberi rumusan-rumusan tepat untuk mengobati dan menyelesaikan segala krisis dan problematika yang telah menimpa masyarakat jahiliyah.

Itulah sebabnya, masyarakat yang dibentuk al-Qur'an terdahulu adalah masyarakat idial yang dapat dijadikan contoh sepanjang zaman. Mereka hidup di bawah naungan peraturan-peraturan sempurna yang datang dari Allah, Pencipta Alam, yang Maha Mengetahui segala seluk-beluk manusia. Masyarakat ini lebih mengutamakan kebenaran dan keadilan, dan tidak membeda-bedakan manusia dalam melaksanakan undang-undang. Penguasa dan rakyat adalah sama di sisi undang-undang; semuanya takluk dibawahnya. Keutamaan dan kemuliaan seseorang hanya diukur melalui tingkat ketakwaannya kepada Allah s.w.t. Masyarakat ini tidak membeda-bedakan ras dan suku, sehingga dapat menghimpun berbagai ras dan suku menjadi sebuah kekuatan yang maha dahsyat.

Masyarakat idial ini tidak membataskan kewarganegaraannya atas dasar batasan sempit geografi wilayah atau pun ashabiah sempit sebuah bangsa, namun ditentukan oleh akidah mereka. Siapapun yang mengaku beriman kepada Allah s.w.t. dan Rasul-Nya, maka secara otomatis menjadi sebagian dari masyarakat Islam, walaupun mereka datang dari ujung dunia yang lain. Masyarakat yang dibina atas dasar keimanan dan ketakwaan inilah yang telah berhasil mengeluarkan bangsa Arab dari kejahiliyahan dan keterbelakangan peradaban menjadi pemimpin-pemimpin agung dunia yang disegani dan ditakuti. Mereka menjadi mercu suar peradaban dunia, karena anggota masyarakatnya adalah pencinta-pencinta ilmu pengetahuan yang pengaruhnya wujud sampai hari ini. Masyarakat idial yang telah dibina al-Qur'an inilah masyarakat pilihan sepanjang zaman yang menjadi contoh umat manusia dan dijuluki sebagai khoiro Ummah, umat terbaik, oleh Allah Pencipta alam di dalam al-Qur'an.

Demikianlah ciri khas generasi penggerak kebangkitan kembali yang ditunggu-tunggu bangsa Indonesia, yang kehadirannya pasti akan tiba, yang

310

Page 311: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

waktu tampilnya hanya Allah saja yang mengetahuinya. Namun demikian, setelah era reformasi yang memberikan kebebasan, tanda-tanda kehadiran generasi ini sudah semakin jelas dengan aktivitas dan perjuangan mereka. Semoga generasi ini mendapat pertolongan dan diberi kesempatan oleh Allah untuk membangkitkan kembali bangsa Indonesia yang sangat mengharapkan kehadiran mereka akibat kegagalan para pemimpin yang tetap ngotot mempertahankan sistem hidup sekuler dan membawa bencana dunia akhirat.

Agenda Utama Renaisans Indonesia : Renaisans IdiologiGerakan Renaisans Indonesia minimal dapat diartikan sebagai sebuah

gerakan yang bertujuan untuk membangkitkan kembali (revival), melahirkan kembali (rebirth), membangun kembali (reconstruction), dan memperbaiki kembali (renovation). Gerakan Renaisans berarti sebuah gerakan bangsa Indonesia untuk bangkit kembali (revival) menjadi sebuah bangsa besar, bangsa yang memiliki peradaban dan budaya, bangsa yang menjamin kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya, bangsa yang memiliki harkat dan martabat sebagai sebuah bangsa yang merdeka. Gerakan renaisans juga berarti sebuah gerakan untuk melahirkan kembali (rebirth) menjadi sebuah bangsa yang memiliki keagungan, sebagaiama agungnya nenek moyang bangsa Indonesia yang memiliki peradaban canggih pada zamannya, yang telah mampu membangun salah satu keajaiban dunia, memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas terbentang dari kepulauan Hawaii sampai Madagaskar, sebuah bangsa yang memberikan dorongan kepada kemajuan dan kemanan masyarakat sekelilingnya. Gerakan renaisans juga berarti gerakan untuk membangun kembali (reconstruction) kegemilangan-kegemilangan yang telah dicapai bangsa Indonesia, membangun kembali tradisis-tradisi agung yang telah mendorong pencapaian maksimal bangsa Indonesia dalam semua bidang kehidupan, baik pengetahuan, teknologi, sastra dan budaya yang begitu banyak dan beragamnya. Gerakan renaisans juga berarti gerakan untuk memperbaiki dan membenahi kembali (renovation) bangsa Indonesia dari penyimpangan-penyimpangan yang telah menghambat kemajuan dan kebesaran yang terjadi selama ini, terutama penyimpangan demi penyimpangan yang dilakukan oleh rezim penguasa yang telah mengeksploitasi potensi bangsa untuk kepentingan pribadi dan golongannya, sehingga membunuh karakter bangsa Indonesia. Demikian pula, bangsa Indonesia dengan gerakan renaisans dibersihkan dari virus-virus yang telah membunuh segala potensi dan sumber daya yang dimiliki, baik virus-virus idiologi yang asing dan bertentangan dengan tradisi dan akar masyarakat Indonesia, maupun sistem-sitem sekuler yang menganjurkan kehidupan materialistik dan hedonistik.

Karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang mayoritas Islam, maka pendekatan renaisans Islam adalah pendekatan yang paling tepat untuk mentransformasikan kembali bangsa Indonesia dengan segala potensi dan keutamaan yang dimilikinya. Karena Islam dengan keagungan dan

311

Page 312: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kesempurnaan ajarannya telah membuktikan diri mampu membangkitkan kembali sebuah kaum yang terbelakang di padang pasir menjadi sebuah umat yang besar, memiliki wilayah kekuasaan yang luas, dan yang terpenting mampu mendorong lahirnya perkembangan peradaban, pengetahuan dan budaya. Jika sekumpulan suku terbelakang di semenanjung Arabia dapat digerakkan Islam menjadi umat yang besar, maka apalagi bangsa Indonesia dengan segala potensi dan keutamaan yang dimilikinya pasti akan menjadi bangsa yang besar dan maju bersama Islam. Sejarah telah mencatat, bangsa-bangsa muslim yang mencampakkan Islam dari sistem bermasyarakat dan bernegaranya dan menggantikannya dengan sistem sekuler, tidak akan pernah mendapatkan kemajuan sebagaimana bangsa-bangsa sekuler di Eropa. Percobaan bangsa Turki muslim yang telah memcampakkan Islam dan menggantikannya dengan sistem sekuler dapat menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam bangsa Indonesia. Setelah lebih dari 90 tahun bangsa muslim Turki menerapkan sistem sekuler, apa yang mereka dapatkan selama itu? Mereka tetap menjadi negara terbelakang dengan meninggalkan masyarakat muslim yang terasing dari tradisi dan budayanya. Demikian pula halnya dengan bangsa Indonesia, setelah 60 tahun merdeka atas dasar sistem Pancasila yang condong kepada nasionalisme, apakah yang diperoleh umat Islam bangsa Indonesia? Krisis multi dimensi, hutang yang melebihi 2000 trilyun, indeks SDM terendah di Asia, pendidikan tidak bermutu, pengangguran yang tinggi, tingkat kemiskinan yang besar, perkapita terendah diantara negara-negara Asean, tingkat keamanan yang rendah. Namun pada saat yang sama bangsa Indonesia dicap sebagai negara paling korup di dunia, saking korupnya bangsa ini, para pemimpin dan pendidik bergelar Prof atau Doktor yang seharusnya memberikan contoh kepada masyarakat, justru terlibat korupsi sebagaimana yang tengah menimpa para anggota KPU. Kemanapun pandangan diarahkan akan menimbulkan kekecewaan, maka kata kata Taufik Ismail: "Aku malu jadi bangsa Indonesia."

RenaisansIdiologiBangsa Indonesia perlu mempelajari secara seksama, apakah idiologi

bangsa Indonesia yang diterapkan selama ini telah mengantarkannya menuju cita-cita luhurnya sebagai bangsa yang besar dan maju. Jika ternyata memang idiologi bangsa yang diterapkan sejak kemerdekaan memiliki kelemahan-kelemahan, maka kelemahan itu perlu segera disempurnakan. Renaisans idiologi berarti membangkitkan kembali idiologi bangsa Indonesia yang telah mengantarkannya pada kejayaan. Langkah yang dapat dilakukan adalah:

1. Mengadakan pengkajian ulang terhadap idiologi dan dasar berbangsa dan bernegara yang diterapkan selama 60 tahun secara konprehensif, melalui pendekatan ilmiah dan dengan metode terbaik, apakah masih sesuai dengan sistuasi dan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Apakah keadaan bangsa Indonesia yang mayoritas muslim, telah memahami

312

Page 313: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

dan menerima dengan benar sistem idiologi bangsa Indonesia. Termasuk meneliti hubungannya dengan krisis multi dimensi pada saat ini, apakah idiologi negara memiliki peranan yang mengantarkan bangsa Indonesia seperti saat ini. Apakah idiologi negara memiliki konsep dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia dan mengantarkannya keluar dari krisis multi dimesi. Hasil-hasil kajian dan temuan perlu disampaiakan secara jujur dan adil, sehingga bangsa Indonesia faham dan mengerti permasalahan utama yang mereka hadapi.

2. Memaparkan dengan jelas dan terang perjalanan sejarah idiologi bangsa Indonesia dari masa ke masa, sejak pertama kali berdirinya bngsa Indonesia, di zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Budha, kesultanan Islam, zaman kolonial Belanda, zaman kebangkitan nasional sampai kemerdekaan. Bangsa Indonesia perlu mengetahui idiologi yang telah diterapkan pada sistem bermasyarakat dan bernegra sejak beberapa kurun lalu. Semua idiologi, falsafah, way of life, agama, sistem dan sejenisnya dianalisis perannya masing-masing pada kebangkitan peradaban bangsa Indonesia. Diantara semua idiologi itu, idiologi manakah yang paling berpengaruh terhadap kebangkitan bangsa Indonesia masa lalu.

3. Karena Islam telah menjadi agama mayoritas bangsa Indonesia saat ini, maka secara otomatis harus diadakan pengkajian kemungkinan Islam menjadi alternatif idiologi dan sistem berbangsa dan bernegara. Jika agama mayoritas bangsa Indonesia diterapkan sebagai idiologi bangsa Indonesia, apakah akan membawa kebangkitan pada bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dan maju, atau sebaliknya menjadi bangsa yang terpecah belah. Apa keunggulan dan kelemahan Islam jika dijadikan sebagai dasar berbangsa dan bernegara di Indonesia, dan apakah Islam mampu memberikan jawaban tuntas terhadap permasalahan komplek yang dihadapi bangsa Indonesia. Kajian-kajian harus dilakukan dengan sikap terbuka dan jauh dari prasangka ataupun permusuhan.

4. Karena Islam telah dianut kelompok mayoritas bangsa Indonesia, maka sudah seyogyanya jika bangsa Indonesia memberikan kesempatan kepada kelompok mayoritas untuk membuktikan kebenaran dan kesempurnaan ajarannya. Karena jika kelompok mayoritas mengalami permasalahan, terutama permasalahan idiologis, maka akan membawa bencana kepada bangsa Indonesia seluruhnya. Keterpurukan bangsa Indonesia saat ini, tidak lain karena disebabkan keterpurukan mayoritas bangsa Indonesia yang muslim. Keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan, pengangguran yang terbesar adalah diderita kaum muslimin yang tengah mengalami krisis idiologi, yang ujungnya mengantarkan mereka pada krisis moral, krisis ekonomi dan seterusnya. Dengan demikian perlu diadakan program meyakinkan semua komponen bangsa akan pentingnya menjadikan

313

Page 314: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Islam yang dianut mayoritas bangsa Indonesia sebagai sistem berbangsa dan bernegara serta memberikan jaminan kebebasan beragama yang akan diberikan kepada kelompok minoritas. Jika disuatu daerah mayoritas non Islam, maka masyarakat diberikan hak untuk menentukan sistem kehidupan sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

5. Peringatan demi peringatan telah diberikan kepada bangsa Indonesia, baik bencana sosial, bencana ekonomi sampai kepada bencana alam seperti gempa dan tsunami yang terjadi di NAD yang membelalakkan mata dunia. Tidak diragukan bahwa semua ini merupakan peringatan sekaligus azab Sang Pencipta yang ditimpakan kepada kaum yang menyimpang. Maka seluruh komponen bangsa Indonesia mengadakan semacam ritual "tobat nasional" yang dipimpin langsung oleh Presiden dan seluruh kabinet serta birokrasi. Menyatakan penyesalan yang mendalam karena telah melalaikan dan mencampakkan ajaran-ajaran Allah SWT dari bangsa Indonesia, terutama penghapusan 7 kata dalam Piagam Jakarta.

6. Pemerintah atupun gerakan Islam memprakarsai sebuah pertemuan akbar,yang lebih besar dari Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) yang dimotori MUI lalu. Mengumpulkan seluruh pemimpin, tokoh, cendekiawan, ulama, habaib dan seluruh elemen umat Islam bangsa Indonesia, menindaklanjuti rekomenadsi KUII tentang pentingnya penerapan syari'at Islam sebagai solusi krisis multi dimensi. Pada pertemuan akbar ini yang dibicarakan isu tunggal: Idiologi bangsa Indonesia yang akan menjamin kebangkitannya kembali. Apakah idiologi Islam disepakati sebagai idiologi yang akan menyelamatkan bangsa Indonesia dari krisis multi dimensi, apa hukum menegakkan idiologi Islam dan hukum yang menentagnya. Para pemimpin umat diharapkan dapat memberikan keputusan dan fatwa yang dapat memberikan tekanan kepada pemerintah untuk menindaklanjutinya.

7. Setelah acara tobat nasional dan musyawarah akbar umat Islam, seyogyanya pemerintah mengundang seluruh komponen bangsa Indonesia untuk mengadakan semacam "Musyawarah Nasional Bangsa Indonesia" yang agenda utamanya membahas rekomendasi dan keputusan umat Islam untuk menjadikan Islam sebagai idiologi bangsa Indonesia yang mayoritas. Seluruh komponen bangsa Indonesia segera kembali kepada ajaran-ajaran yang telah diperintahkan Allah. Dengan keyakinan mendalam memberikan kesempatan kepada ajaran-ajaran Allah untuk mengatur dan mengurus masyarakat yang mayoritas beragama Islam dan mempercayai keunggulan Islam dalam mengatur bangsa dan negara.

8. Menjadikan Islam, agama mayoritas bangsa Indonesia menjadi idiologi dan sistem dalam tatanan berbangsa dan bernegara. Jika belum memungkinkan, maka bangsa Indonesia harus mengamandemen Pancasila kembali dan menerapkan Piagam Jakarta yang merupakan

314

Page 315: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kesepakatan bersama bangsa Indonesia. Pada saat yang sama seluruh komponen bangsa diberikan kebebasan untuk menerapkan keyakinannya, mempelajarinya secara benar dan mengembangkannya sehingga kebenaran sejati, dengan rahmat dan karunia-Nya akan ditampakkan Allah kepada bangsa Indonesia.

9. Segala bentuk informasi, berita, ajaran dan atau sejenisnya yang bertentangan dengan semangat Islam, yang mengandung unsur-unsur syirik, kekufuran, kemaksiatan, bid'ah, khurafat ataupun yang dapat melemahkan semangat bangsa Indonesia menuju kebangkitan dilarang. Seluruh media diarahkan untuk mendukung kebangkitan kembali bangsa dan mencegah hal-hal yang meruntuhkannya. Dengan demikian utuk sementara waktu, dengan alasan darurat, acra-acara yang bertentangan dengan idiologi dan dasar negara dilarang sampai masyarakat dapat memahaminya dengan benar.

10.Para pejabat, birokrat dan seluruh aparat negara, dikehendaki untuk mengadakan semacam reedukasi, pendidikan ulang, yang akan menjadikan mereka sebagai pelopor pergerakan. Mereka diharapkan dapat memahami keutaman-keutaman agama yang mereka anut dan percayai. Bagi pemeluk-pemeluk Islam pendidikan aqidah dan peningkatan spiritualitas akan diberi keutamaan. Pelatihan-pelatihan SDM seperti yang dikembangkan Aa Gym, Ary Ginanjar, Arifin Ilham dan lainnya dapat dikembangkan dan dijadikan sebagai alternatif pendidikan kembali. Diharapkan dengan pendidikan dan pelatihan kembali ini akan lahir birokrat dan aparat yang benar-benar profesional, bekerja ikhlas karena Allah, mengutamakan moralitas berdasarkan ketinggian spiritualitas, yang dalam kehidupan sehari-hari dapat bersih dari unsur perilaku merusak, terutama korupsi.

315

Page 316: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

PENUTUPSetelah memperingati kemerdekaannya lebih dari 60 tahun, kini

Republik Indonesia yang dibangun dengan tetesan darah dan keringat para pahlawan agung sedang berada dipersimpangan jalan, sedang meluncur menuju jurang kehancuran yang akan menghilangkan eksistensinya dari muka bumi. Sejak kemerdekaannya, baru sekaranglah terjadi akumulasi penderitaan yang mengerikan, atau apa yang diistilahkan sebagai terjadinya krisis multidimensional. Krisis terjadi dalam semua lapangan kehidupan berbangsa dan bernegara, merambat pasti ke seluruh bagian kehidupan seperti merebaknya kanker ganas yang tidak mungkin di obati. Para pemimpin, cendekiawan dan putra terbaik bangsa yang memiliki hati nurani sepertinya sudah putus asa menyaksikan keadaan bangsa dan negaranya yang terombang ambing tidak menentu. Bencana alam terjadi di mana-mana, baik gempa bumi, tanah longsor, banjir dan sejenisnya yang membawa kelaparan dan wabah penyakit. Bersamaan dengan itu terjadi krisis ekonomi yang menimbulkan berbagai dampak dalam kehidupan sosial masyarakat dengan meningkat drastisnya kemiskinan, semakin tingginya tingkat pengangguran serta meluasnya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK). Sementara investor asing yang diharapkan menggerakkan roda perekonomian bangsa mulai hengkang satu persatu akibat ketakutan dan ketidak jelasan hukum. Di fihak lain badan-badan donor yang selama ini membantu Indonesia seperti IMF, World Bank, ADB dan lainnya mulai menahan bantuan mereka dengan berbagai pertimbangan yang menambah buruknya keadaan. Harga rupiah semakin merosot terhadap dolar yang berarti meningkatnya harga barang yang sudah pasti menambah penderitaan

316

Page 317: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

masyarakat. Keadaan ini menumbuh suburkan penyimpangan moral dengan maraknya tempat maksiat yang menjajakan kebutuhan nafsu, yang pada akhirnya akan menghancurkan moral bangsa. Bangsa Indonesia yang selama ini dikenal sebagai bangsa yang ramah dan toleran, kini menjadi bangsa yang sadis dan beringas serta anarkhis, mereka sanggup saling bunuh membunuh karena masalah sepele, bahkan perkelahian bukan hanya disebabkan masalah SARA, namun satu agamapun dapat saling membunuh akibat kefanatikan mereka pada golongan, partai dan pemimpin mereka. Demikian pula keadaan politik menambah runyamnya permasalahan bangsa yang sekarat ini, pertikaian antar elit politik telah merambah menjadi konflik horizontal yang menimbulkan kekacauan dan perilaku anarkhis lainnya. Daerah-daerah yang memiliki sumber daya alam kini mulai menuntut kemerdekaan dan kelompok sparatis semakin mendapat dukungan masyarakat yang fanatik kepada pemimpinnya. Yang lebih memprihatinkan, disaat bangsa ini membutuhkan seorang pemimpin besar untuk menyelesaikan krisis multidimensional bangsa ini, ternyata MPR/DPR memilih Gus Dur seorang budayawan kontraversial atau Megawati yang pendiam menjadi presiden yang akan menentukan kelangsungan bangsa ini. Kehadiran Gus Dur dan Megawati seakan menambah lengkap penderitaan, krisis dan malapetaka yang sedang menimpa bangsa Indonesia. Terbukti selama kepemimpinannya Gus Dur selalu menimbulkan kontraversi yang menambah runyamnya permasalahan bangsa ini. Keadaan inilah yang mendorong Amien Rais dan pasukan Poros Tengahnya, yang telah mengantarkan Gus Dur sebagai presiden, berjuang menurunkan Gus Dur yang akhrnya menimbulkan konflik-konflik baru yang mengerikan. Ternyata kenaikan Megawatipun belum dapat menyelesaikan permasalah fundamental bangsa. Dalam suasana seperti ini, kelompok radikal kiri mulai mengambil kesempatan dengan mengobarkan semangat kebencian dan menebar benih permusuhan dengan harapan negara dan bangsa ini hancur berkeping-keping. Akhirnya, ke manapun pandangan diarahkan, kengerian, kekecewaan dan putus asa pasti menghantui mereka yang menyaksikan drama tragis bangsa Indonesia saat ini.

Gerakan reformasi yang dimotori para mahasiswa ternyata tidak mampu lagi meluruskan keadaan yang semakin tidak menentu ini. Disamping akibat kelemahan gerakan mereka yang semakin membuat apatis rakyat, kini demo-demo mahasiswa yang dahulu efektif, bahkan mampu menjatuhkan regime Soeharto, di jawab dengan demo yang lebih besar dari pendukung fanatik pemerintahan Gus Dur atau Megawati. Bahkan mereka siap membunuh dan dibunuh karena mempertahankan Gus Dur yang dianggap sebagai Wali suci yang tidak memiliki kesalahan. Keganasan dan keberutalan pengikut elit politik berkuasa telah menciutkan nyali sebagaian penggerak reformasi, melemahkan semangat mereka yang pada akhirnya memang akan benar-benar mematikan gerakan reformasi sebagaimana disinyalir banyak fihak. Dengan keadaan yang semakin tidak menentu ini, maka tidak diragukan lagi bahwa gerakan reformasi telah menemui

317

Page 318: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kegagalan. Reformasi telah mati muda sementara regime penguasa sudah mulai terkena penyakit sidrome para diktator yang akan mempertahankan kekuasaannya dengan cara apapun yang pasti akan menambah pastinya kehancuran bangsa dan negara tercinta ini.

Akankah bangsa ini dibiarkan hancur berantakan menjadi negara-negara kecil dan lemah yang akan menyulut peperangan demi peperangan ? Akankah bangsa yang memiliki warisan peradaban agung, kekuatan spiritualitas dan sumber daya alam yang besar ini dibiarkan meluncur tanpa arah menjadi bangsa terbelang dan primitif ? Akankah bangsa dan negara ini akan dibiarkan hancur berantakan dibawah kepemimpinan mereka yang tidak mampu mengatasi permasalahannya ? Akankah bumi Indonesia yang dianugrahi Tuhan dengan kekayaan alam yang merimpah ruah ini akan dijadikan ajang perang saudara yang akan menghancurkan seluruh potensinya ? Akankah Indonesia akan menjadi seperti Bosnia, Chechnia atapun Libanon ?

Tentu setiap anak bangsa yang berfikiran waras dan bertanggung jawab menghendaki agar Indonesia tetap eksis dan menjadi bangsa yang besar dan maju sebagaimana bangsa-bangsa besar lainnya. Namun permasalahannya bagaimanakah caranya agar bangsa ini bangkit kembali dari segala bentuk krisis yang dialaminya. Apakah hanya dengan menukar satu presiden dengan peresiden lainnya bangsa ini akan mampu menjadi bangsa besar yang dicita-citakan. Ternyata permasalahan bangsa Indonesia bukan hanya terletak pada kepemimpinannya. Siapapun yang memimpin bangsa ini pasti akan mengalami seperti yang telah dialami oleh Soekarno, Soeharto, Habibie dan juga Gus Dur, Megawati maupun SBY, karena mereka masih dalam sistem permainan yang sama. Maka untuk menyelesaikan permasalahan bangsa ini, hal pertama yang perlu difikirkan adalah sistem dalam berbangsa dan bernegara. Apakah sistem berbangsa dan bernegara yang diterapkan selama ini sudah sesuai dengan koridor bangsa Indonesia, atau lebih jauh apakah sudah sesuai dengan kehendak Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Maka tidak diragukan lagi bahwa krisis multidimensional yang tengah dialami bangsa Indonesia saat ini adalah akumulasi dari kegagalan dan kelemahan sistem berbangsa dan bernegara. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 yang dijadikan sebagai dasar berbangsa dan bernegara masyarakat Indonesia saat ini mengandung terlalu banyak kelemahan, kekaburan dan kegamangan sehingga menimbulkan kebingungan demi kebingungan yang berujung pada penyimpangan demi penyimpangan penguasa. Ketika zaman Soekarno Pancasila dan UUD ditafsirkan sesuai dengan kehendaknya, demikian pula di zaman pemerintahan Soeharto yang pada akhirnya menimbulkan krisis multidimensional saat ini. Bahkan lebih jauh, Pancasila yang menjadi dasar berbangsa dan bernegara saat ini adalah penghianatan perjanjian terhadap Allah SWT, Tuhan Seru Sekalian alam dan kelompok mayoritas bangsa Indonesia. Ketika bangsa ini merdeka pada tanggal 17 agustus 1945 mereka menyatakan berdasarkan pada “Ketuhanan dengan

318

Page 319: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluknya”, namun sehari kemudian pada tanggal 18 agustus 1945, walaupun dengan alasan apapun, mereka telah mengiananati Allah SWT dan kelompok mayoritas dengan menghapuskan 7 kalimat sakral itu dari Pancasila dan UUD 45. Dengan hilangnya 7 kalimat tersebut dari Pancasila dan UUD 45, maka secara otomatis Pancalisa dan UUD 45 yang tadinya mendapat ridho Allah, menjadi idiologi yang dimurkai Allah, ibarat seorang yang masuk Islam kemudian kembali kafir setelah keislamannya. Kafir setelah beriman adalah sangat dimurkai, lebih dimurkai dan dilaknat dari kafir yang tetap pada kekafirannya. Itulah sebabnya Allah memerintahkan membunuh orang yang murtad kembali kepada kekafiran. Dasar negara yang telah menghianati Allah SWT dan kelompok mayoritas inilah menjadi biang kerok dari seluruh krisis multidensional bangsa Indonesia. Selama Pancasila dan UUD 45 tetap pada kekafirannya, tidak mengembalikan 7 kata sakral itu, maka selama itu pula bangsa Indonesia akan ditimpa malapetaka demi malapeta yang tak kunjung berakhir sampai mereka hancur sehancur hancurnya sebagaimana dijanjikan Allah dalam al-Qur’an :“Dan apabila Kami hendak menghancurkan sebuah bangsa dan negara, maka Allah akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang melampaui batas (al-Muthrafin), kemudian mereka membuat kerusakan demi kerusakan sehingga menjadikan sebab terjadinya ketentuan dan kebenaran janji Allah untuk mengazab mereka, maka Kami akan menghancurkan mereka sehancur-hancurnya. (Al-Isro : 26)

Jadi jika bangsa Indonesia ingin keluar dari krisis multidimensional ini, maka Pancasila dan UUD 45 yang menjadi landasan berbangsa dan bernegara harus dikembalikan kepada tempatnya, yaitu sesuai dengan kesepakatan awal para pendiri bangsa ini yang telah memutuskan Indonesia berdasarkan “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluknya”. Selama Pancasila dan UUD 45 tetap sebagaimana yang dijalankan Soekarno dan Soeharto, maka Indonesia akan tertimpa malapetaka sebagaimana di zaman kedua regime tersebut, dan kini keadaan serupa telah menimpa pemerintah saat ini. Naik turunnya presiden, siapapun orangnya tidak akan mungkin dapat merubah keadaan bangsa Indonesia sampai perjanjian antara Allah dan bangsa Indonesia dikembalikan sebagaimana pada awalnya dengan mencanumkan kembali hak-hak Allah yang telah dikhianati dan Allah berkenan memaafkan kesalahan bangsa ini serta menolong mereka dari krisis yang menimpanya.

Apa yang terjadi belakangan ini adalah peringatan dari Allah kepada bangsa Indonesia, jika peringatan demi peringatan ini tidak diindahkan, maka Allah SWT akan mendatangkan azab-Nya yang sangat pedih kepada bangsa Indonesia. Karena bangsa Indonesia secara hukum telah melakukan perjanjian dengan Allah SWT ketika akan mendapatkan kemerdekaan. Dan bangsa Indonesia mendapatkan kemerdekaannya ketika mencantumkan kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluknya”. Namun sehari setelah merdeka mereka menghianati

319

Page 320: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

perjanjiannya dengan Allah Sang Penguasa alam. Maka tugas generasi masa kinilah untuk meluruskan kembali perjanjian ini agar Allah SWT meridhoi dan membantu mereka keluar dari segala bentuk krisis yang tengah menimpa mereka.

Syari’at Islam bagi bangsa Indonesia adalah intipati bangsa ini sendiri. Syari’at Islam bukanlah perkara asing bagi bangsa ini, bahkan jauh sebelum masuknya kaum imprialis dan kolonialis kuffar, bangsa Indonesia telah menjadikan syari’at Islam sebagai bagian dari kehidupan mereka yang telah mengantarkan kejayaan demi kejayaan bangsa Indonesia di dunia Internasional. Demikian pula bangsa Indonesia adalah mayoritas muslim, yang berarti mereka berkewajiban menjalankan syari’at mereka sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT. Demikian pula syari’at Islam tidaklah identik dengan hukum rimba dan hukum sadis Arab badui sebagaimana digambarkan musuh-musuhnya. Karena syari’at Islam adalah sebuah jalan lurus yang akan mengantarkan umat manusia menuju kebahagian sejati di dunia dan akhirat yang senantiasa menegakkan keadilan, kedamaian dan kemakmuran sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah, para shahabat dan penerus perjuangan mereka. Dalam sejarah kemanusian, dunia telah mencatat bagaimana agungnya orang-orang Islam yang menegakkan syari’at mereka sebagaimana diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Jadi tidak ada alasan apapun yang dapat menghalangi penerapan syari’at Islam dengan keagungan ajarannya di Indonesia yang mayoritas muslim. Bahkan dalam dunia modern saat syari’at Islam terbukti telah memberikan keadilan dan kedamaian seperti yang terjadi di Sudan ataupun negeri Kelantan Malaysia.

Jika Islam beserta syari’atnya yang agung dan mulia tegak pada bangsa Indonesia, maka Allah senantiasa akan melimpahkan rahmat dan barokahnya, sebagaimana yang telah dijanjikannya di dalam al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Wallahu a’lam

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Hilmy Bakar, bukanlah apa-apa dan bukan siapa-siapa. Dia bukanlah seorang politisi apalagi negarawan, bukan pula seorang cendekiawan atau ustadz apalagi ahli agama. Hilmy hanyalah manusia lemah dan hina yang dengan segala kekurangannya dari kecil bercita-cita menjadi hamba Allah yang menegakkan Risalah Islamiyah, mengikuti jejak abahnya, Bakar Hasan Almascaty, seorang pejuang Islam kader dan aktivis Masyumi dan Syarikat Islam. Itulah sebabnya sejak muda sudah aktiv di Remaja Masjid, Pelajar Islam Indonesia (PII), Pemuda Muhammadiyah, sampai Forum Intelektual Muda Islam Asia Tenggara dan terakhir menjadi ketua dan fungsionaris di beberapa organisasi Islam seperti Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI), DPP-Front Pembela Islam (FPI) dan Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-

320

Page 321: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Islamiyyah. Minatnya utamanya pada pengembangan pemikiran dan peradaban Islam, khususnya bidang kajian Gerakan Islam Kontemporer dan Spiritualisme Islam. Dikarunia Allah SWT bakat menulis dan telah melahirkan beberapa buku, diantaranya seperti : Kebathilan Pancasila Pada Era Orde Baru, 1984,Yogyakarta. Ummah Melayu : Kuasa Baru Dunia Abad 21, 1994, Berita Publishing Kuala Lumpur. Generasi Penyelamat Ummah, 1995, Berita Publishing Malaysia. Panduan Jihad Untuk Aktivis Gerakan Islam, 2001, GIP Jakarta. Membangun Kembali Sistem Pendidikan Kaum Muslimin, 2002,Azzahra Univ. Jakarta. Sejak muda sudah menulis artikel berbagai topik perkembangan Islam, diantaranya di media Indonesia : Kiblat, Al-Muslimun, Panji Masyarakat, Republika dan lainnya, di media Malaysia : Ad-Dakwah, Risalah, Utusan Melayu, Berita Harian dan lainnya. Aktivitas dan pemikirannya telah membuat tertarik majalah internasional Asiaweek,, pada edisi Oktober 2001 meletakkan Hilmy pada sampul depannya.

Lahir di Mataram, NTB, pada 01 Agustus 1966. Hidup dan berkembang dalam lingkungan santri dan mendapat pengetahuan al-Qur’an pertama kali dari ustadz-ustadz yang ikhlas dalam pengajian-pengajian di Surau dan Madrasah Muhammadiyah di Cakranegara Lombok, NTB. Memahami Islam dan pergerakannya pertama kali dari bimbingan almarhum abahnya yang juga seorang ustadz, aktivis dan pemimpin Muhammadiyah di NTB, sekaligus menanamkannya kebiasaan membaca sehingga tumbuh menjadi pencinta buku sekaligus kutu buku. Sejak di tingkat sekolah menengah pertama sudah dikenalkan abahnya dengan karya-karya M.Natsir, Hamka, HOS. Cokroaminoto, Wahid Hasyim, Soekarno, Tan Malaka sampai karya Muhammad Abduh, Sayyid Qutb, Boisard dan lainya yang tersedia di perpustakaan pribadi keluarga. Diskusi-diskusi yang sangat demokratis dan liberal. dengan kakaknya Nur Ainy Almascaty, kala itu seorang mahasiswa IAIN Malang dan aktivis HMI, telah membuka cakrawala pemikiran keislamannya, terutama arus pemikiran yang sedang dikembangkan para tokoh-tokoh Neo-modernis seperti Nurcholis Madjid, A. Wahib Wahab dkk..

Sejak tahun 80-an di Yogjakarta, sambil sekolah di MAN I, sangat intens mendalami seluk beluk pemikiran Islam dengan membaca buku-buku para cendekiawan Islam, berdiskusi dengan mahasiswa, menghadiri seminar, berdialog dengan tokoh-tokoh Islam seperti AR. Fakhrudin, Kuntowijoyo, Amien Rais, Syahirul Alim, Tolchah Mansyur, Syafii Maarif, Emha Ainun Najib dan lainnya. Pada saat bersamaan menempa diri sebagai aktivis gerakan Islam, mulai dari Pelajar Islam Indonesia (PII), Pengkajian Nilai Dasar Islam (PNDI) dan Remaja Masjid (BKPMI). Disebabkan rajin membaca, menelaah buku-buku keislaman dan menghadiri kelompok diskusi (usroh) pada usia 15 tahun sudah menjadi instruktur dan pembina (murobbi) dalam Pengkajian Risalah Tauhid (PRT) yang mendidik mahasiswa dari masjid ke masjid, kampus ke kampus, baik di UGM, IKIP-IAIN Yogja sampai beberapa masjid dan perguruan tinggi di Mataram, Singaraja, Surabaya, Malang, Semarang, Solo, Purwokerta dan Jakarta. Di samping menjadi penceramah pada seminar, dialog maupun forum-forum sejenis. Akibat aliran pemikiran yang dianggap

321

Page 322: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

fundamentalis serta aktivitas yang istiqomah pada ajaran Islam, sering berurusan dengan pihak yang berwajib dan menjadi sasaran penangkapan rezim Orde Baru dengan tuduhan terlibat gerakan Ektrim Kanan ataupun Darul Islam (DI). Kegemaran mendalami pemikiran Islam yang seharusnya dipelajari di perguruan tinggi, telah menimbulkan kebosanannya pada pelajaran Madrasah Aliyah yang mengulang-ulang, dangkal dan tidak sesuai dengan minatnya pada dataran filosofis ajaran Islam. Untuk memenuhi gejolak intelektual yang membara membuatnya mengambil keputusan keluar MAN dan mendalami Islam ke beberapa pesantren di Jawa Tengah seperti Ponpes Al-Mukmin Ngruki Solo dan lainnya, serta mendatangi beberapa ustadz untuk belajar Islam intensif, terutama tafsir al-Qur'an dan bahasa Arab sambil memberikan ceramah dan pembinaan mahasiswa.

Pada awal 1985, akibat tekanan rezim Orde Baru, mendorongnya hijrah ke Malaysia bersama-sama dengan beberapa aktivis Islam seperti Ust. Abdullah Sungkar, Ust. Abu Bakar Ba'asyir dan beberapa tokoh Islam yang dilibatkan dengan kasus Tanjung Priok. Selama di Malaysia memperdalam pemikiran Islam kontemporer melalui buku-buku dan diskusi sambil belajar pada Ma'had Ittiba As-Sunnah (Islamic College) Negeri Sembilan asuhan Ust. Hasyim Abdul Ghani, terutama pendalaman tafsir al-Qur'an, bahasa Arab dan kajian kitab-kitab klasik Islam (kitab kuning).. Disamping aktif bersilaturrahmi dan mengadakan dialog dengan tokoh-tokoh pergerakan Islam dari Partai Islam Se-Malaysia (PAS), Jama'ah Tabligh, Darul Arqom, Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) serta gerakan-gerakan mujahidin dari Timur Tengah, Afghanistan, Selatan Thailand (POLO), Filipina (MNLF/MILF), Aceh, Sumatra, Jawa Barat, Sulawesi dan lainnya yang membuka wawasannya tentang pentingnya makna jihad fi sabilillah dalam dunia internasional.

Sekembali dari Malaysia tahun 1987, pulang kampung ke Mataram NTB, aktif di Muhammadiyah, menjadi da’i, wartawan dan pembina mahasiswa, disamping menjadi Ketua Umum Yayasan Islam An-Nur dan mendirikan Pondok Pesantren Mahasiswa di Mataram dan Ponpes anak-anak di Labuhan Haji NTB. Di tengah-tengah kesibukan sebagai aktivis Islam tetap aktiv memperdalam kitab-kitab klasik Islam dan bahasa Arab di beberapa Pondok Pesantren Tradisional di Lombok. Berguru kepada beberapa Tuan Guru (panggilam untuk ulama sepuh di Lombok) seperti TGH.Umar, TGH. Mustafa Umar (Gunung Sari), TGH. Sofwan Hakim (Kediri), TGH. Muharrar dan beberapa ulama memperdalam kitab-kitab klasik dalam bidang bahasa Arab tingkat edvant, tafsir, fiqh dan tasawwuf. Pada saat yang sama memperdalam pemikiran kontemporer Islam di forum-forum diskusi bersama beberapa dosen di Universitas Mataram (UNRAM), IAIN dan Universitas Muhammadiyah seperti Dr. Ahmad Rivai, Drs.A.Karim Sahidu, Aziz Bages, MSc, Drs. Hilman Makmun, Ust. Abdurrahman (Ketua Persis NTB), Ust. Abdul Ghani (Sepuh Muhammadiyah) dan beberapa aktivis intelektual Muhammadiyah dibawah asuhan Ust. A. Rahim Sariun dan KH. Habib Adnan dari MUI Bali. Walaupun tinggal di NTB namun tetap membina hubungan dengan pergerakan Islam di Jawa, terutama dengan jaringan gerakan Islam di

322

Page 323: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Jakarta, Jawa Barat, Yogja, Solo dan Malang. Bahkan tetap secara rutin mengadakan perjalanan ke Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur sampai ke Kelantan dan Patani di Selatan Thailand.

Setelah tidak mampu membendung gejolak minatnya memperdalam pemikiran Islam yang tidak diperolehnya di Indonesia, pada tahun 1991 kembali lagi ke Malaysia untuk lebih menajamkan dan memperdalam pemahaman Islam kontemporer di beberapa institusi pemikiran Islam. Disebabkan masalah administrasi di Universiti Islam Antarabangsa, membuatnya tidak dapat melanjutkan studi di Master Pemikiran Islam, akhirnya memaksa dan mendorongnya untuk belajar secara otodidak memperdalam bidang yang diminati dengan memanfaatkan panduan kurikulum, perpustakaan, kuliah-kuliah khusus serta forum-forum diskusi mahasiswa dengan bimbingan beberapa Profesor sambil memperdalam bahasa Inggris dan Arab. Perpustakaan kampus UIA yang lengkap dan modern seperti rumah keduanya dan tempat untuk memperdalam minatnya dalam mengembangkan studi pemikiran Islam secara bebas dan dibantu beberapa mahasiswa senior pasca sarjana. Keadaan ini memudahkannya untuk berinteraksi secara bebas dengan tokoh-tokoh Islam dunia seperti Prof. Naquib Alattas, Dr. Yusuf Qordhowy, Prof. Anis Ahmad, Prof.Kamal Hassan, Prof. Siddiq Fadhil, termasuk dengan para pemimpin-pemimpin gerakan Islam dunia. Pada saat yang sama membuat kajian tentang kebangkitan Islam di Asia Tenggara dan memperdalam beberapa gerakan Islam seperti ABIM, PAS, ARQAM, TABLIGH, JIM dan gerakan-gerakan Islam di Selatan Thailand lainnya yang diterbitkan dalam buku yang menghebohkan Malaysia dengan judul Ummah Melayu Kuasa Baru Dunia Abad ke 21. Karena terkenalnya buku ini, mendapat tawaran kuliah pada tingkat pasca sarjana di ISTAC dan pada jurusan Studi Islam di Universitas Malaya (UM) yang mengkaji masalah Jihad dan aplikasinya pada ABIM dibawah bimbingan Prof. Kamil Abdul Madjid. Penelitian terakhir telah diterbitkan dengan judul Panduan Jihad Untuk Aktivis Gerakan Islam.

Untuk meningkatkan profesionalismenya, dari tahun 1992-an mengambil beberapa jenis pelatihan, kursus dan studi dalam jurusan pengembangan bisnis dan SDM dari setingkat diploma sampai terakhir tingkat MBA di Institut Tun Abdul Razak-Universiti Kebangsaan Malaysia. Di sela-sela kesibukan bekerja dan belajar, tetap aktif dalam perhimpunan pelajar Indonesia di Malaysia, Persatuan Pelajar Islam Asia Tenggara (PEPIAT), menjadi pendiri dan wakil Koordinator Forum Intelektual Muda Muslim Asia Tenggara (FIMMAT) dan Anggota Majlis Usahawan Serantau (MUS). Sempat menjadi dosen dan kordinator pada Institut Perguruan Safa (Malaysia) dan penceramah serta pembicara pada seminar-konfrensi tingkat nasional, regional di Kuala Lumpur, Pulau Pinang, Perak, Kelantan, Pattani, Yala (Thailand) , Jakarta, Aceh, Mataram dan lainnya.. Sejak tahun 1994 sampai 1996 bekerja sebagai eksekutif di beberapa perusahaan multinasional yang berpusat di Malaysia, seperti Safa Corporation, Mekar Idaman Group dan Glomac Berhad Group.

323

Page 324: RENAISANS INDONESIA : MENGGAGAS KEBANGKITAN PASCA REFORMASI

Sejak tahun 1997 merasa kembali pulang ke Indonesia dan bermukim di Jakarta dan menjadi Direktur di beberapa buah perusahaan nasional yang bergerak dalam bidang investasi, properti, perkebunan, infrastuktur dllnya. Aktif di Muhammadiyah sebagai salah seorang Ketua Pengusaha Muda Muhammadiyah, anggota ICMI dan Penasihat beberapa Yayasan Pendidikan Islam dan ikut mengembangkan Universitas Islam Azzahra.di Jakarta. Tahun 1999 terpilih menjadi Bendahara Umum Partai Daulat Rakyat (PDR) dan dicalonkan sebagai anggota DPR/MPR. Membangun group bisnis dan menjabat Presiden Bina Cendekia Madani Group sambil menyelesaikan studi pasca sarjana di Institute of Management Studies, Institut Pengembangan Wiraswasta, Jakarta. Di samping aktif menjadi Ketua Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI), Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyah dan sebagai konsultan pengembangan SDM dan pendidikan.

Setelah 5 tahun bergelut dalam dunia bisnis, sejak awal tahun 2000 kembali kepada minat lama yang terbengkalai, pengkajian pemikiran Islam kontemporer dan aktif kembali dalam gerakan Islam. Dengan bekal pengalaman yang ada dan referensi buku-buku, kembali memformulasikan pemikiran-pemikiran keislaman, terutama merangkai kembali pemahaman yang telah lama terbengkalai. Mengadakan sejumlah perjalanan kembali, terutama ke Malaysia dan bertemu dengan tokoh-tokoh intelektual, berdiskusi dengan banyak fihak, baik mahasiswa, pemimpin gerakan Islam, profesional dan berbagai kalangan untuk mengetahui perkembangan pemikiran Islam dan gerakan Islam serta mengejar ketertinggalan akibat kesibukan selama ini.Untuk lebih memusatkan konsentrasi, kembali mengambil kuliah jurusan bahasa Arab di LIPIA Jakarta.

Buku yang ditulis an : Ummah Melayu Kuasa Baru Dunia Abad 21, diterbitkan Berita Publishing Malaysia, 1994. Generasi Penyelamat Ummah, Berita Publishing Malaysia, 1995. Panduan Jihad Untuk Aktivis Gerakan Islam, GIP, 2001, Membangun Kembali Sistem Pendidikan Kaum Muslimin, Univ. Islam Azzahra, 2001. Disamping menulis artikel dibeberapa media masa Indonesia seperti Kiblat, Panjimas, Media Dakwah, Al-Muslimun, Republika, dan Malaysia seperti Berita Harian, Risalah (ABIM), Ad-Dakwah dan lainnya.

Sejak tahun 2006, atau tepatnya hari ultahnya yang ke 40, Hilmy hijrah total ke Aceh dan belajar pada Universitas Kehidupan Aceh (UKA). Dan pada tahun 2009 ini rencananya akan mengambil studi di ATMA-UKM Malaysia.

324