← Rematik Sendi Rematik Gout → Rematik Jantung Posted by Rematik Rematik jantung adalah salah satu dari berbagai macam penyakit jantung yang ada. Penyakit rematik jantung (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease (RHD) ini adalah kondisi dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis katup mitral) yang disebabkan oleh demam rematik. Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemoliticus tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa menyebabkan demam rematik, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
← Rematik Sendi
Rematik Gout →
Rematik JantungPosted by Rematik
Rematik jantung adalah salah satu dari berbagai macam
penyakit jantung yang ada. Penyakit rematik jantung (PJR)
atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease
(RHD) ini adalah kondisi dimana terjadi kerusakan
permanen dari katup-katup jantung yang bisa berupa
penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral
(stenosis katup mitral) yang disebabkan oleh demam
rematik. Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses
perjalanan penyakit yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang
disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemoliticus tipe A (contoh:
Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa menyebabkan demam
rematik, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis
migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema
marginatum.
Pada beberapa pasien
yang mengalami demam rematik akut bisa terjadi kelainan katup
jantung lainnya yang bisa berakibat pada gangguan katup jantung,
gagal jantung (CHF), radang selaput jantung (perikarditis). Di
Amerika Serikat bahkan penyakit rematik jantungini masih
merupakan penyebab dari penyakit jantung yang disebut dengan
mitral stenosis (MS) dan juga penggantian katup jantung pada
pasien dewasa di sana.
Penyebab rematik jantun g ini diperkirakan adalah reaksi
autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam
reumatik. Infeksi streptococcus β hemolitikus grup A pada
tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik
demam reumatik serangan pertama maupun demam reumatik
serangan yang berulang. Penyakit ini berhubungan erat dengan
infeksi saluran nafas bagian atas oleh Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A berbeda dengan glomerulonefritis yang
berhubungan dengan infeksi streptococcus dikulit maupun
disaluran nafas, demam rematik agaknya tidak berhubungan
dengan infeksi streptococcus dikulit.
Faktor-faktor predisposisi terjadinya penyakit rematik jantung/
Rheumatic Heart Desease terdapat pada diri individu itu sendiri
dan juga faktor lingkungan.
1. Faktor genetik. Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang
tinggi. HLA terhadap demam rematik menunjukan hubungan
dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan antibodi
monoklonal dengan status reumatikus.
2. Umur. Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting
pada timbulnya demam reumatik / penyakit reumatik jantung.
Penyakit ini paling sering mengenai anak umur antara 5-15 tahun
dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada
anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak
berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini
dikatakan sesuai dengan insidens infeksi streptococcus pada anak
usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwa penderita
infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.
3. Keadaan gizi dan lain-lain. Keadaan gizi serta pola hidup dan
juga adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakah
merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.
4. Golongan etnik dan ras. Data di Amerika Utara menunjukkan
bahwa serangan pertama maupun ulang demam reumatik lebih
sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan orang
kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin
berbagai faktor lingkungan yang berbeda pada kedua golongan
tersebut ikut berperan atau bahkan merupakan sebab yang
sebenarnya.
5. Jenis kelamin. Demam reumatik sering didapatkan pada anak
wanita dibandingkan dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih
besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin, meskipun
manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu
jenis kelamin.
6. Reaksi autoimun. Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan
antara polisakarida bagian dinding sel streptokokus beta
hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini
mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik
fever.
Penyakit Jantung RematikSeptember 24th, 2013 by JantungSehatLeave a reply »
penyakit jantung rematik
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart
Disease (RHD) adalah salah satu bentuk penyakit yang paling serius dari penyakit jantung
masa kanak-kanak dan remaja. Penyakit jantung rematik disebabkan karena terjadi kerusakan
pada seluruh jantung dan selaput nya. Penyakit jantung rematik adalah komplikasi dari demam
rematik dan biasanya terjadi setelah serangan demam rematik. Insiden penyakit jantung rematik
telah sangat dikurangi dengan meluasnya penggunaan antibiotik yang efektif terhadap bakteri
streptokokus yang menyebabkan demam rematik.
Demam rematik adalah penyakit peradangan (inflamasi) yang dapat timbul sebagai komplikasi
dari infeksi pada tenggorokan (faringitis) yang tidak diobati atau tidak ditangani dengan baik.
Peradangan kemudian dapat terjadi pada sendi, jantung, otak dan kulit. Nah, jika peradangan
terjadi pada jantung inilah yang disebut dengan penyakit jantung rematik. Jika sampai terjadi
penyakit jantung rematik, akan terjadi cacat permanen pada jantung, terutama pada bagian
katup jantung, tetapi dapat juga pada otot jantung itu sendiri. Ini tidak dapat disembuhkan
dengan pemberian obat. Terutama jika yang terkena adalah bagian katup jantung, katup ini
tidak lagi membuka dan menutup dengan baik, sehingga dapat terjadi perubahan pada aliran
darah.
Demam rematik paling sering terjadi pada usia 5 sampai 15 tahun dan sangat jarang terjadi
pada usia di bawah 5 atau di atas 15 tahun, apalagi pada orang dewasa.
Gejala Penyakit Jantung Rematik
Penderita umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya sudah mengalami
gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah, bercak kemerahan di kulit yang berbatas,
gerakan tangan yang tak beraturan dan tak terkendali (korea), atau benjolan kecil-kecil dibawah
Wilkinson,Judith M dkk.2011.Diagnosis Keperawatan Edisi 9.Jakarta:ECG.
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Demam rematik adalah penyebab terpenting penyakit katup jantung yang didapat, baik pada
anak dewasa, terutama, di negara-negara berkembang. Di negara maju insiden penyakit jantung
reumtik mulai menurun, karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan lebih
sempurna.
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang
merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang
mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu
Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum
(Lawrence M. Tierney, 2002).
Pada umumnya seseorang yang menderita penyakit demam rematik akut kira-kira 2 minggu
sebelumnya telah menderita sakit tenggorokan. Penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa
demam rematik terjadi akibat reaksi imunologis antigen-antibodidari tubuh. Antibodi yang
melawan Streptococcus bersifat sebagai antigen. Organ-organ yang sering diserang
yaitu,jantung, sendi-sendi dan otak. Usia anak yang sering mengalami penyakit demam rematik
dan penyakit jantung reumatik adalah sekitar antara 6-15 tahun ( usia sekolah).
B.Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu mengerti dan memahami :
Definisi Penyakit Demam Rematik
Etiologi Demam Rematik
Mekanisme Tanda dan Gejala penyakit Demam Rematik
Pemeriksaan Diagnostik penyakit Demam Rematik
Penatalaksanaan Medis penyakit Demam Rematik
Pengkajian pada pasien penyakit Demam Rematik
Diagnosa Keperawatan penyakit Demam Rematik
Perencanaan dan Rasional Asuhan Keperawatan penyakit Demam Rematik
Discharge Planning untuk klien penyakit Demam Rematik
C.Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah :
STUDI KEPUSTAKAANYaitu dengan mempelajari berbagai sumber berupa buku-buku yang
membahas tentang penyakit dan asuhan keperawatan pada Demam Reumatik.
D.Identifikasi Masalah
1. Jelaskan definisi dari penyakit demam rematik.
2. Jelaskan etiologi dari penyakit demam rematik
3. Jelaskan faktor resikopenyakit demam rematik.
4. Jelaskan patofisiologipenyakit demam rematik.
5. Jelaskan Mekanisme Tanda dan Gejala padapenyakit demam rematik.
6. Jelaskan Pemeriksaan Diagnostik pada penyakit demam rematik
7. Jelaskan Penatalaksanaan Medis pada penyakit demam rematik
8. Tuliskan Pengkajian pasien dengan penyakit demam rematik
9. Tuliskan Diagnosa Keperawatan untuk penyakit demam rematik
10. Bagaimana Perencanaan dan Rasional Asuhan Keperawatan penyakit demam rematik
11. Apa Discharge Planning untuk klien penyakit demam rematik
KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul makalah yang kami buat yaitu “Penyakit Jantung Rematik”. Makalah ini khusus
membahas mengenai bagaimana itu demam rematik, selain itu juga membahas mengenai hal-hal
yang harus diperhatikan pada saat terserang bakteri yang dapat menyebabakan demam rematik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing tutorial Sistem Kardiovaskuler Ibu
Sethiana Dewi Ruben, S.Kep.Ns yang telah membimbing kami selama tutorial serta telah
menuntun dan mengarahkan kami dalam pembuatan makalah ini. Kami juga ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini ke depannya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya. AMIN.
Makassar, Juni 2013
Penulis,
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................
B. Tujuan Penulisan .....................................................................................................
C. Metode Penulisan ...................................................................................................
D. Identifikasi Masalah ...............................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Jantung Rematik....................................................................................
B. Etiologi ...................................................................................................................
C. Patofisiologi ............................................................................................................
D. Manifestasi Klinis ...................................................................................................
E. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................................
F. Penatalaksanaan Medis .........................................................................................
G. Pengkajian ..............................................................................................................
H. Diagnosa Keperawatan............................................................................................
I. Intervensi dan Rasional Asuhan Keperawatan........................................................
J. Discharge Planning..................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
MAKALAHSISTEM KARDIOVASKULAR
(DEMAM REMATIK/PENYAKIT JANTUNG REMATIK)
OLEH:
KELOMPOK 5
ALCHE JANRILYANI
ERSIKA JUVELINE
RENDIANITA SOMBOLAYUK
GRACE NATALIA MUNDI
VILI TELLY MEA
FEBRIANUS NDURU
BLANDINA KORIYESIN
FRANSISIKA A. RYANDI
WIHELMINA EDIMA SANGGUR
LAOTESA RAMMANG
YOHANES DARWIN DARUT
MARLYN NOYA
PROGRAM : S1 KEPERAWATAN
STIK STELLA MARISMAKASSAR2013
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RHEUMATIC HEART DISEASE (RHD)Posted by Ngurah Jaya Antara on0
A. DEFINISI
Penyakit jantung reumatik merupakan proses imun sistemik sebagai reaksi terhadap infeksi streptokokus hemolitikus di faring (Brunner & Suddarth, 2001).
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Koreaminor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum (Lawrence M. Tierney, 2002).
Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang berulang kali (Arif Mansjoer, 2002).
Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-β grup A (Sunoto Pratanu, 2000).
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik (DR).
B. ETIOLOGIDemam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat interaksi
individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Penyakit ini berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas oleh Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A berbeda dengan glomerulonefritis yang berhubungan dengan infeksi streptococcus di kulit maupun disaluran nafas, demam reumatik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi streptococcus dikulit.
Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada timbulnya demam reumatik dan penyakit jantung reumatik terdapat pada individunya sendiri serta pada keadaan lingkungan.
1. Faktor-faktor pada individu :a. Faktor genetic
Adanya antigen limfosit manusia (HLA) yang tinggi. HLA terhadap demam rematik menunjukkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan antibodimonoklonal dengan status reumatikus.
b. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jeniskelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satujenis kelamin.
c. Golongan etnik dan rasData di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan orang kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau bahkanmerupakan sebab yang sebenarnya.
d. UmurUmur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demamreumatik/penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan padaanak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atausetelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksistreptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwapenderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.
e. Keadaan gizi dan lain-lainKeadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakahmerupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.
f. Reaksi autoimunDari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding selstreptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
2. Faktor-faktor lingkungan :a. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisiuntuk terjadinya demam reumatik. Insidens demam reumatik di negara-negara yangsudah maju, jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan sosialekonomi yang buruk, sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah denganpenghuni padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera mengobatianak yang menderita sakit sangat kurang; pendapatan yang rendah sehingga biayauntuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan timbulnya demam reumatik.
b. Iklim dan geografiDemam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak didapatkandidaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan bahwadaerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang didugasemula. Didaerah yang letaknya agak tinggi agaknya insidens demam reumatik lebihtinggi daripada didataran rendah.
c. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.
C. EPIDEMOLOGIRHD terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus baru demam rematik didiagnosa
setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab, lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai.Sementara dinegara maju insiden penyakit ini mulai menurun karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah penderita yang dirawat.Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukup tinggi dan ini merupakan penyebab kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40 tahun
.D. PATHOFISIOLOGI
Demam reumatik adalah suatu hasil respon imunologi abnormal yang disebabkan oleh kelompok kuman A beta-hemolitic treptococcus yang menyerang pada pharynx.
Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 prodak ekstrasel yang terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S, hialuronidase, streptokinase, difosforidin nukleotidase, deoksiribonuklease serta streptococca erythrogenic toxin. Produk-produk tersebut merangsang timbulnya antibodi. Demam reumatik yang terjadi diduga akibat kepekaan tubuh yang berlebihan terhadap beberapa produk tersebut. Sensitivitas sel B antibodi memproduksi antistreptococcus yang membentuk imun kompleks. Reaksi silang imun komleks tersebut dengan sarcolema kardiak menimbulkan respon peradangan myocardial dan valvular. Peradangan biasanya terjadi pada katup mitral, yang mana akan menjadi skar dan kerusakan permanen. Demam rematik terjadi 2-6 minggu setelah tidak ada pengobatan atau pengobatan yang tidak tuntas karena infeksi saluran nafas atas oleh kelompok kuman A betahemolytic. Mungkin ada predisposisi genetik, dan ruangan yang sesak khususnya di ruang kelas atau tempat tinggal yang dapat meningkatkan risiko. Penyebab utama morbiditas dan mortalitas adalah fase akut dan kronik dengan karditis.
E. GEJALA KLINIS Gejala jantung yang muncul tergantung pada bagian jantung yang terkena. Katup mitral adalah yang sering terkena, menimbulkan gejala gagal jantung kiri: sesak napas dengan krekels dan wheezing pada paru. Beratnya gejala tergantung pada ukuran dan lokasi lesi.
Gejala sistemik yang terjadi akan sesuai dengan virulensi organisme yang menyerang. Bila ditemukan murmur pada seseorang yang menderita infeksi sistemik, maka harus dicurigai adanya infeksi endocarditis
Penderita umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya sudah mengalami gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah, bercak kemerahan di kulit yang berbatas, gerakan tangan yang tak beraturan dan tak terkendali (korea), atau benjolan kecil-kecil dibawah kulit. Selain itu tanda yang juga turut menyertainya adalah nyeri perut, kehilangan berat badan, cepat lelah dan tentu saja demam.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan laboratorium2. Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO, peningkatan laju endap
darah (LED),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan hemoglobin.3. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.4. Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi5. Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukan interval P-R memanjang.6. Hapusan tenggorokan :ditemukan streptococcus hemolitikus β grup A
G. PENATALAKSANAANPenderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan terpikir
tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) tanpa gejala tidak memerlukan terapi. Penderita dengan gejala gagal jantung yang ringan memerlukan terapi medik untuk mengatasi keluhannya. Penderita yang simtomatis memerlukan terapi surgikal atau intervensi invasif. Tetapi terapi surgikal dan intervensi ini masih terbatas tersedia serta memerlukan biaya yang relatif mahal dan memerlukan follow up jangka panjang.
KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEPERAWATANPADA PASIEN DENGAN RHEUMATIC HEART DISEASE (RHD)
A. PENGKAJIANPengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1. Identitas PasienPada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggungjawab.
2. Data Fokusa. Data Subjektif
Kelelahan, kelemahan, Nyeri abdomen, nafsu makan menurun, gelisah, mual, muntah, batuk, dyspnea, sakit pada dada, nyeri sendi, sesak nafas, sulit menelan, dan jantung berdebar-debar
b. Data ObjektifTakipnea( pernapasan cepat dan dangkal ), bunyi nafas adventisius (krekels dan mengi), Takikardia, disritmia, Friction rub, murmur, edema, penurunan TD, peningkatan suhu tubuh yang tidak terpola, Peningkatan Anti Streptolisin O ( ASTO), peningkatan laju endap darah ( LED)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah2. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agens penyebab cedera3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau imobilisasi4. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan.5. Penurunan cardiac output berhubungan perubahan kontraktilitas6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan berkurangnya substansi O2 menuju paru - paru
C. INTERVENSI1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntahTujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ketidakseimbangan nutrisi dapat teratasiKriteria Hasil :
a. Pasien mampu menghabiskan makanan yang telah disediakan.b. Pasien tidak mual dan muntah
Intervensi :a. Kaji faktor-faktor penyebab
Rasional:Penentuan faktor penyebab, akan menentukan intervensi/ tindakan selanjutnya
b. Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak muntah teruskanRasional :Menghindari mual dan muntah dan distensi perut yang berlebihan
c. Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukupRasional :Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga sehingga pasien termotivasi untuk mengkonsumsi makanan
d. Catat jumlah porsi yang dihabiskanRasional :Mengetahui jumlah asupan / pemenuhan nutrisi pasien
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agens penyebab cederaTujuan :
a. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri pada sendi berkurang atau hilang
Kriteria hasil :a. Pasien akan mempertahankan tingkat nyeri pada skala 3 atau kurang pada daerah sendib. Pasien memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamananc. Pasien akan melaporkan pola tidur yang baik.
Intervensi :a. Catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa
sakit nonverbal
Rasional :
Membantu dalam menentukan kebutuhan manjemen nyeri dan keefektifan dan keefektifan program
b. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
Rasional :
Pada penyakit berat/eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera
sendi
c. Berikan masase yang lembut
Rasional :
Meningkatkan relaksasi/mengurangi tegangan otot
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau imobilisasiTujuan :
a. Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan intoleransi aktivitas dapat teratasiKriteria hasil :
a. klien tidak mudah lelah
b. klien dapat melakukan aktivitas sesuai batas toleransiIntervensi :
a Catat respon kardiopulmonal terhadap aktifitas, catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pucat.
Rasional :
Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas,
dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen, juga
peningkatan kelelahan dan kelemahan.
b. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas
Rasional :
Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.
c. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien menggunakan
vasolidator, diuretik, penyekat beta.
Rasional :
Hipertensi ortostatik dapat terjadidengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan
(diuretik) atau pengaruh fungsi jantung
4. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan.Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kerusakan integritas kulit dapat teratasi Kriteria Hasil :
a. Mempertahanakan integritas kulit.Intervensi
a. Kaji tingkat kerusakan kulit
Rasional :
Memberikan pedoman untuk memberikan intervensi yang tepat
b. Berikan perawatan kulit sering, minimalkan dengan kelembaban/ ekskresi
Rasional :
Terlalu kering dan lembab merusak kulit dan mempercepat kerusakan
c. Ubah posisi sering di tempat tidur / kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif
Rasional :
Memperbaiki sirkulasi/ menurunkan waktu satu area yang mengganggu aliran darah
d. Berikan bantalan yang lembut pada badan
Rasional :
Mencegah penekanan pada eritema sehingga tidak meluas
e. Kolaborasi untuk pemberian obat
Rasional :
Mempercepat proses kesembuhan
5. Penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan kontraktilitasTujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pompa jantung berkurangKriteria Hasil :
a. Menunjukkan TTV yang normalb. Edema ekstermitas bawah berkurang
Intervensi :a. Observasi KU dan TTV
Rasional :Mengetahui keaadaan pasien agar dapat melakukan tindakan selanjutnya
b. Anjurkan pasien untuk berlatih berdiri dan berjalanRasional :agar edema pada ekstremitas bawah pasien berkurang
c. Kolaborasi dalam pemberian obatRasional :mempercepat proses penyembuhan
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan berkurangnya substansi O2 menuju paru – paruTujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ketidakefektifan pola nafas pasien dapat teratasiKriteria Hasil :
a. Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normalb. Bunyi nafas terdengar jelas.
Intervensi :a. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang terjadi.
Rasional :
Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita dapat mengetahui sejauh mana
perubahan kondisi pasien.
b. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat tidur ditinggikan
60 – 90 derajat.
Rasional :
Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal.
c. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien).
Rasional :
Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru.
d. Bantu dan ajarkan pasien untuk nafas dalam yang efektif
Rasional :
Memberikan rasa nyaman saat pasien menarik nafas
b. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan
Rasional :
Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah terjadinya sianosis akibat
hiponia
D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4).
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan
lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai
dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 1989).
Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien :
Dx 1 : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhiDx 2 : Nyeri dapat berkurang / hilangDx 3 : tidak terjadi intoleransi aktivitasDx 4 : Kerusakan integritas kulit dapat teratasiDx 5 : pompa jantung berkurangDx 6 : gangguan pola nafas dapat teratasi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran
EGC,;1995
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGCPrice, Sylvia A. Dkk.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. EGC,
JakartaSmeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddarth Edisi 8