Top Banner
i RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG DAN PELANGGANNYA (Studi Kasus di Dusun Jubug Desa Tonoboyo Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang) SKRIPSI Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Elva Falasefa NIM 3401412168 PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017
43

RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

Dec 09, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

i

RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG DAN PELANGGANNYA

(Studi Kasus di Dusun Jubug Desa Tonoboyo Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang)

SKRIPSI

Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Elva Falasefa

NIM 3401412168

PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

ii

Page 3: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

iii

Page 4: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

iv

Page 5: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

� Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu,

bersenang-senang kemudian (anonim).

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap alhamdulillah dan segala kerendahan hati, skripsi ini

penulis persembahkan kepada:

� Teruntuk Bapak (Widodo) dan Ibu (Nur Hayati) yang selalu bangga

dengan anak-anaknya, serta ketiga saudara saya yang selalu memberikan

dukungan terbaiknya.

� Teruntuk sahabat-sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

� Seluruh dosen Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, UNNES

Page 6: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat, karunia, dan berkah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Relasi Sosial antara Pedagang

Jamu Gendhong dan Pelanggannya (Studi Kasus Di Dusun Jubug, Desa

Tonoboyo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang)” di dalam penulisan

skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Fatur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberi banyak penghargaan kepada penulis.

2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang selalu

memberikan motivasi untuk terus meningkatkan kualitas diri.

3. Kuncoro Bayu Prasetyo, S. Ant,. M. A. Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi

dan Antropologi yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

4. Nugroho Trisnu Brata, S.Sos, M.Hum Dosen Pembimbing I yang selalu

memberikan bimbingan dan saran membangun dalam menyelesaikan skripsi

ini.

5. Antari Ayuning Arsi, S.Sos, M.Si Dosen Pembimbing II yang banyak

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Jurusan Sosiologi dan Antropologi yang telah memberikan

ilmu selama di bangku kuliah.

Page 7: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

vii

7. Kepala Dusun Jubug yang sudah memberi perijinan penelitian bagi penulis.

8. Pedagang, pelanggan jamu gendhong, dan masyarakat Jubug yang berkenan

menjadi obyek penelitian yang bersedia memberikan data penelitian

9. Orang tua saya Bapak Widodo dan Ibu Nur Hayati, atas do’a, dukungan

terbaik serta kasih sayang terdalam.

10. Rekan-rekan guru SDIT Ihsanul Fikri atas dukungannya dalam menyelesaikan

skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita tawakal, memohon hidayah dan

Inayah-Nya. Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, Januari 2017

Penyusun

Page 8: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

viii

SARI

Falasefa, Elva. 2017. “Relasi Sosial antara Pedagang Jamu Gendhong dan Pelanggannya (Studi Kasus di Dusun Jubug, Desa Tonoboyo Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang). Skripsi. Jurusan Sosiologi dan Antropologi.

Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Nugroho Trisnu Brata,

S.Sos., M.Hum. Antari Ayuning Arsi, S.Sos., M.Si. 98 hal.

Kata Kunci: Jamu Gendhong, Pedagang, Pelanggan, Relasi Sosial Dari bermacam-macam cara pedagang jamu menjajakkan dagangannya

mulai dari yang digendhong hingga menggunakan sepeda motor, cara yang paling

banyak dilakukan masyarakat Jubug adalah dengan cara digendhong atau disebut

jamu gendhong. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui strategi pedagang

jamu gendhong dalam menemukan pelanggan dan (2) memahami relasi sosial

antara pedagang jamu gendhong dan pelanggannya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Lokasi penelitian

ini adalah di Dusun Jubug, Desa Tonoboyo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten

Magelang dengan subjek penelitian yaitu pedagang jamu gendhong. Teknik

Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Uji validitas data menggunakan triangulasi data. Sedangkan teknik

analisis data yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi /

menarik kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pedagang jamu gendhong harus

memiliki strategi-strategi dalam menemukan dan mempertahankan pelanggannya

mengingat persaingan dengan pedagang di pasar dan jamu instan yang sudah

banyak beredar dan mudah didapatkan. Strategi yang dilakukan adalah

menetapkan area dagang yang belum ditempati pedagang lain, menjaga

kealamian, kekentalan dan rasa, memisahkan peralatan yang digunakan untuk

memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima

pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

pelanggannya menjadi seperti hubungan kekeluargaan. Hal ini sejalan dengan

teori Sairin dkk mengenai teori ekonomi personal. Prinsip dagang orang Jawa

yaitu tuno sathak bathi sanak juga menjadi salah satu prinsip yang dipegang

pedagang jamu gendhong untuk tetap berjualan jamu meskipun terkadang

memiliki sedikit kerugian, namun tetap dapat menambah saudara.

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1) Bagi pedagang jamu

gendhong, sebaiknya mencatat hutang-piutang yang dilakukan dengan

pelanggannya. 2) Bagi Kepala Dusun Jubug, sebaiknya mengadakan regenerasi

jamu gendhong untuk mencegah kepunahan jamu gendhong. 3) Bagi Dinas

Kesehatan Kabupaten Magelang, sebaiknya diadakan sosialisasi mengenai

manfaat jamu dan cara pengolahan jamu yang tepat bagi warga Dusun Jubug

untuk melengkapi pengetahuan kearifan lokal yang dipahami tentang jamu agar

menjadi pengetahuan yang lebih utuh. Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang

kiranya juga perlu bekerjasama dengan BPOM untuk melakukan pendampingan

pengolahan jamu bagi pedagang jamu di Dusun Jubug agar lebih tepat dan

higienis, juga agar manfaat jamu tetap terjaga.

Page 9: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... iii

PERNYATAAN .................................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v

PRAKATA ............................................................................................................ vi

SARI .................................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN DAN TABEL ......................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6

E. Penegasan Istilah ......................................................................................... 7

F. Sistematika Skripsi .................................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ............................... 12

A. Kajian Pustaka ........................................................................................... 12

B. Landasan Teori .......................................................................................... 18

C. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 25

A. Dasar Penelitian ......................................................................................... 25

B. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 26

C. Fokus Penelitian ........................................................................................ 26

Page 10: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

x

D. Sumber Data Penelitian ............................................................................. 26

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 29

1) Observasi ............................................................................................. 29

2) Wawancara ........................................................................................... 31

3) Dokumentasi ....................................................................................... 33

4) Metode Validitas Data ......................................................................... 34

5) Teknik Analisis Data ........................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 40

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 40

1) Kondisi Fisik Lingkungan Dusun Jubug ............................................. 40

2) Kondisi Sosial Dusun Jubug ................................................................ 45

3) Kondisi Ekonomi Dusun Jubug .......................................................... 46

4) Fenomena Umum Dusun Jubug sebagai Dusun Jamu ......................... 48

B. Profil Informan .......................................................................................... 50

C. Strategi Pedagang Jamu Gendhong dalam Memperoleh Pelanggan ......... 58

D. Relasi Sosial antara Pedagang Jamu Gendhong dan Pelanggannya .......... 70

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 79

A. Simpulan .................................................................................................... 79

B. Saran .......................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 82

Page 11: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

xi

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Bagan 1. Kerangka Berfikir ................................................................................... 23

Tabel 1. Informan ................................................................................................... 28

Tabel 2. Wilayah Dagang Dan Pengolahan ........................................................... 63

Page 12: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Selendang dan Bakul yang Digunakan Pedagang Jamu gendhong ........ 4

Gambar 2. Gotong Royong Memperbaiki Jalan .................................................... 40

Gambar 3. Rumah Salah Satu Warga Dusun Jubug ............................................... 41

Gambar 4. Pedagang Jamu Gendhong ................................................................... 54

Gambar 5. Interaksi Pedagang Jamu Gendhong dan Pelanggan ............................ 75

Page 13: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ......................................................................... 84

Lampiran 2. Pedoman Observasi .......................................................................... 85

Lampiran 3. Pedoman Wawancara untuk Kepala Dusun Jubg ............................. 86

Lampiran 4. Pedoman Wawancara untuk Pedagang Jamu Gendhong .................. 88

Lampiran 5. Pedoman Wawancara untuk Pelanggan Jamu Gendhong ................. 92

Lampiran 6. Identitas Informan ............................................................................. 94

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian .......................................................................... 97

Lampiran 8. Surat Selesai Penelitian .................................................................... 98

Page 14: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Modernisasi dewasa ini telah membawa pengaruh besar terhadap

negara-negara di dunia termasuk Indonesia, di mana modernisasi sangat erat

hubungannya dengan sebuah perkembangan masyarakat. Modernisasi sering

disamakan dengan indutrialisasi dan pertumbuhan ekonomi, sebaliknya kini

tradisi disamakan dengan ketinggalan zaman dan keterbelakangan.

Modernisasi yang berkembang di Indonesia ini salah satunya adalah tentang

obat-obatan. Saat ini banyak sekali obat-obatan baik tradisional maupun

modern yang mudah didapatkan oleh masyarakat. Disebut modern karena

pengolahannya sudah menggunakan peralatan canggih, dikemas sedemikian

rupa, dapat dikonsumsi kapan saja sebelum tanggal kadaluarsa yang sudah

diperhitungkan oleh perusahaan, dan adapula yang ditambahkan dengan

bahan-bahan kimia, bukan bahan-bahan dari tumbuh-tumbuhan.

Indonesia juga memiliki tradisi mengenai obat-obatan, tradisi obat-

obatan di Indonesia ini disebut dengan jamu. Jamu diwariskan oleh generasi

terdahulu kepada generasi setelahnya. Menurut Suharmiati (2003:3) jamu

adalah obat tradisional yang didasarkan pada pengalaman secara turun-

temurun, baik secara lisan maupun secara tertulis. Resep yang digunakan tidak

secara khusus dipelajari, tetapi hanya berdasarkan pengetahuan dan

keterampilan yang diwariskan nenek moyang.

Page 15: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

2

Sehubungan dengan modernisasi, kini banyak pabrik-pabrik besar

yang mengolah jamu dan menjadikannya jamu instan yang mudah didapatkan

dan dikonsumsi masyarakat. Sehingga secara tidak sadar, jamu-jamu instan

tersebut menggeser keberadaan jamu tradisional yang diolah secara manual.

Meski begitu, masih ada beberapa dusun di Kabupaten Magelang yang masih

tetap melestarikan keberadaan jamu tradisional di tengah modernisasi yang

sedang terjadi, seperti di Kecamatan Tempuran dan Kecamatan Bandongan.

Masih banyak masyarakat dari salah satu dusun dari Kecamatan Tempuran

yang menekuni pekerjaan sebagai penjual jamu tradisional, begitupun pada

salah satu dusun dalam Kecamatan Bandongan, tepatnya di Dusun Jubug.

Dalam harian Viva, juga dinyatakan ada sebuah desa di daerah

Sukoharjo yang sebagian besar masyarakatnya menekuni pekerjaan sebagai

pedagang jamu gendhong. Mulyadi, salah satu pemilik Kampung Jamu Nguter

mengatakan bahwa kemajuan industri jamu di Desa Nguter memang tak lepas

dari sejarah panjang yang melingkupinya. Tercatat dari 16 desa yang ada,

masing-masing desa terdapat 50-100 orang penjual jamu gendhong. Mulyadi

menyatakan,

"Khusus Desa Nguter terdapat lebih dari 1.000 orang yang berjualan jamu gendong" (http://life.viva.co.id/news/read/).

Ternyata meskipun perkembangan zaman sudah pesat, jamu tradisional masih

tetap dilestarikan oleh masyarakat.

Banyak cara yang digunakan pedagang untuk menjual jamunya. Ada

yang berdagang menggunakan sepeda motor, sepeda onthel, ada yang

berkeliling dengan memikul jamunya, adapula yang menjual jamu dengan cara

Page 16: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

3

digendhong, begitupun yang dilakukan oleh pedagang jamu dari Jubug. Tidak

hanya perempuan saja yang menjual jamu, adapula laki-laki yang menekuni

pekerjaan sebagai penjual jamu, Laki-laki menjual jamu menggunakan sepeda

motor atau dipikul. Para penjual perempuan ada yang menjajakan jamunya

dengan cara digendhong dan berjalan mengelilingi kampung-kampung, ada

yang menjualnya dengan menggunakan sepeda motor sebagaimana penjual

laki-laki, adapula yang menggunakan sepeda onthel. Cara berdagang yang

paling banyak dilakukan masyarakat Jubug adalah dengan cara digendhong.

Pedagang jamu gendhong biasanya menggunakan pakaian adat Jawa yaitu

kebaya lengkap dengan jarit dan kenditnya. Jarit adalah kain batik panjang

(http://kbbi.web.id/jarit/), jarit biasa digunakan sebagai pakaian bawahan

seperti rok dengan cara dililitkan dan dikencangkan dengan menggunakan

kendit. Kendit adalah ikat pinggang dari kain (http://kbbi.web.id). Berbeda

dengan penjual yang menggunakan sepeda motor, baik pedagang laki-laki

maupun perempuan, tidak menggunakan pakaian adat melainkan hanya

berpakaian biasa asal sopan.

Pedagang jamu gendhong membawa jamu yang diletakkan di bakul

dengan cara digendhong dengan menggunakan selendang. Menurut Riswan

(2002:6) the word “gendhong” itself means to bring something on the back.

Maksudnya adalah membawa barang dengan cara diletakkan di punggung atau

dipinggang. Menggendhong sesuatu biasanya juga digunakan suatu alat yaitu

lendang atau selendang. Selendang menurut Riswan (2002:6) adalah long

wide shawl. Selendang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kain

Page 17: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

4

panjang yang digunakan untuk menggendhong jamu dengan bakul sebagai

wadah jamu-jamunya. Bakul adalah wadah atau tempat terbuat dari anyaman

bambu atau rotan dengan mulut berbentuk lingkaran, sedangkan bagian

bawahnya berbentuk segi empat yang ukurannya lebih kecil daripada ukuran

bagian mulutnya.

Gambar 1. Selendang dan bakul yang digunakan pedagang jamu gendhong

Masyarakat mengonsumsi jamu gendhong karena percaya pada

khasiatnya yang alami. Jamu juga tidak mengandung bahan kimia tambahan,

karena jamu yang sudah dicampur dengan bahan kimia tidak lagi disebut

jamu. Namun, resep jamu pada masa kini bukan hanya berasal dari

pengetahuan dan keterampilan yang diwariskan oleh nenek moyang saja tetapi

juga berasal dari banyaknya informasi yang dapat dijangkau luas dan mudah

oleh seluruh masyarakat.

Bersaing dengan jamu-jamu modern yang banyak tersebar dan mudah

didapatkan oleh masyarakat, mengharuskan pedagang jamu gendhong

Page 18: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

5

memiliki strategi-strategi dalam berdagang agar jamu yang dijualnya tetap

disukai oleh masyarakat. Strategi-strategi berdagang jamu gendhong

dilakukan pedagang untuk mencari pelanggan sebanyak-banyaknya. Demi

kelestarian hasil yang maksimal, pedagang jamu gendhong harus menjaga

hubungan dengan para pelanggannya. Oleh karena itu, peneliti melakukan

penelitian yang berjudul: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU

GENDHONG DAN PELANGGANNYA (Studi Kasus di Dusun Jubug,

Desa Tonoboyo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang).

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti dapat

menarik permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi pedagang jamu gendhong dalam memperoleh

pelanggan?

2. Bagaimana relasi sosial antara pedagang jamu gendhong dan

pelanggannya?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas dan dalam rangka penelitian ini,

maka terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai, di antaranya:

1. Mengetahui strategi pedagang jamu gendhong dalam memperoleh

pelanggan.

2. Memahami relasi sosial antara pedagang jamu gendhong dan

pelanggannya.

Page 19: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

6

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian mengenai relasi sosial antara pedagang jamu gendhong dan

pelanggannya ini diharapkan dapat memberi manfaat di antaranya:

1. Manfaat secara Teoritis

a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang sosiologi dan

antropologi khususnya pada persoalan sosiologi ekonomi.

b. Sebagai sumber referensi dalam penelitian lain yang sejenis sehingga

diharapkan dapat memperoleh gambaran terlebih dahulu mengenai

penelitian yang berkaitan dengan relasi sosial antara pedagang jamu

gendhong dan pelanggannya.

c. Sebagai bahan referensi mengajar dalam materi interaksi sosial dan

materi penelitian sosial.

2. Manfaat secara Praktis

a. Mengetahui relasi sosial antara pedagang jamu gendhong dan

pelanggannya.

b. Memberikan informasi kepada masyarakat akan adanya fenomena

relasi sosial antara pedagang jamu gendhong dan pelanggannya.

c. Memberi bahan masukan pembuat kebijakan untuk melestarikan jamu

gendhong.

Page 20: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

7

E. Penegasan Istilah

Istilah yang perlu ditegaskan untuk menghindari penafsiran yang berbeda

serta mewujudkan kesatuan pandangan dan pengertian yang berhubungan

dengan judul penelitian adalah sebagai berikut:

1. Relasi Sosial

Relasi sosial atau hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi

(rangkaian tingkah laku) yang sistematik antara dua orang atau lebih.

Hubungan adalah ikatan yang didasarkan atas kepercayaan, dimana

kepercayaan bukan sesuatu yang telah ada sebelumnya, melainkan sesuatu

yang harus dikerjakan, di mana kerja yang dimaksud adalah proses timbal

balik keterbukaan diri (Giddens, 2005:124). Hubungan antar sesama dalam

istilah sosiologi disebut relasi atau relation. Relasi sosial adalah hubungan

timbal balik antara individu satu dengan individu lain yang saling

memengaruhi. Suatu relasi atau hubungan sosial akan ada jika tiap-tiap

orang dapat meramalkan secara tepat tindakan yang akan datang dari pihak

lain terhadap dirinya. Dikatakan sistematik karena secara teratur dan

berulang kali dengan pola yang sama (Ramadhan dalam Hidayat, 2015:7).

Relasi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan sosial

antara pedagang jamu gendhong dari Dusun Jubug dan pelanggannya.

2. Pedagang

Menurut H.M.N. Purwosutjipto, pedagang adalah mereka yang

melakukan perbuatan perniagaan sebagai pekerjaannya sehari-hari (dalam

Arista, 2013:11). Adapun definisi lain mengenai pedagang menurut

Page 21: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

8

Damsar (2002:95) bahwa pedagang adalah orang atau institusi yang

memperjualbelikan produk atau barang kepada konsumen baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pedagang memiliki tujuan utama yaitu

mencari keuntungan dari hasil dagangannya. Pedagang yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah pedagang jamu gendhong dari dusun Jubug

yang sudah berdagang jamu gendhong minimal 10 tahun.

3. Jamu Gendhong

Menurut Harmanto dan Subroto jamu adalah obat tradisional

Indonesia yang dibuat dari tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,

sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara

turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman. Tidak berbeda jauh dengan definisi menurut Visser (1989:86)

bahwa jamu is the local name for a traditional medicine or roborant, wich

consist of a mixture herbs.

Riswan (2002:6) menjelaskan bahwa the word ''gendhong" itself

means to bring something on the back of a body. In case of jamu

gendhong, the fresh jamu is put inside each bottle in bamboo or rattan

basket. And they use a long wide shawl called "selendang'' for bringing

the basket on the back. Therefore, the jamu is called jamu gendhong. The

seller is usually a woman, not man and originated from Java. We call

recognize 5 kinds of jamu which usually are through jamu gcndhong.

Those are as follows:

1.''Jamu beras kencur"

Page 22: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

9

2."Jamu cabe puyang"

3."Jamu kunir asem''

4."Jamu paitan"

5.”Jamu galian”

Sedangkan, menurut Suharmiati (2003:3) jamu gendhong adalah

obat tradisional yang didasarkan pada pengalaman secara turun temurun,

baik secara lisan maupun secara tertulis. Resep yang digunakan tidak

secara khusus dipelajari, tetapi hanya berdasarkan pengetahuan dan

keterampilan yang diwariskan nenek moyang.

Terkait dengan penelitian ini, jamu gendhong yang dimaksud

adalah jamu yang dijual oleh pedagang jamu dengan cara digendhong oleh

pedagang yang berasal dari Dusun Jubug.

4. Pelanggan

Menurut Damsar (2002:94) pelanggan yaitu mereka yang datang

ke lokasi pasar dengan maksud membeli sesuatu barang atau jasa dan

punya tujuan yang pasti ke (di) mana ia akan membeli. Seseorang yang

menjadi pembeli tetap dari seorang penjual tidak terjadi secara kebetulan,

tetapi melalui proses interaksi sosial. Atau dalam istilah lain disebut

klientisasi. Klientisasi adalah kecenderungan yang menandai pasar melalui

berulangnya pembelian barang dan jasa tertentu dan kemudian ditetapkan

sebagai hubungan dengan pedagang tertentu, sehingga lebih mengarah ke

hubungan kenal secara pribadi yang informal (Batuael, 2014:3).

Page 23: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

10

Pelanggan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang

membeli jamu gendhong secara terus menerus pada seorang pedagang

jamu gendhong dari Dusun Jubug yang sudah berlangganan sekurang-

kurangnya selama 5 tahun.

F. Sistematika Skripsi

Tujuan digunakan sistematika skripsi ini adalah untuk memudahkan

penulis dalam menyusun laporan yang sistematis, sehingga diperoleh deskripsi

yang jelas dan mendetail mengenai skripsi. Penulisan skripsi terdiri atas tiga

bagian yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Adapun perinciannya

adalah sebagai berikut:

Bagian awal skripsi terdiri atas halaman judul, persetujuan dosen

pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan, motto, persembahan, prakata,

sari, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, dan daftar lampiran.

Bagian inti skripsi dibagi menjadi lima bagian yaitu:

BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika

skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI yang terdiri atas

uraian tentang konsep-konsep serta teori-teori yang berisi referensi tema yang

diangkat.

BAB III METODE PENELITIAN berisi dasar penelitian, lokasi penelitian,

fokus penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, validitas

data, dan metode analisis data.

Page 24: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN berisi uraian relasi sosial antara

pedagang jamu gendhong dari Dusun Jubug dan pelanggannya.

BAB V PENUTUP berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan

saran-saran.

Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 25: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. KAJIAN PUSTAKA

Berbagai penelitian telah dilakukan sebelumnya berkaitan dengan relasi

sosial antara pedagang jamu gendhong dan pelanggannya. Dalam penulisan

skripsi ini, peneliti mengambil kajian pustaka dari beberapa jurnal sebagai

bahan referensi.

Penelitian pertama oleh Firmansyah, Edward, dan Zulkifli (2014:69-

80) yang berjudul Model Peningkatan Daya Saing Penjual Jamu Gendhong

sebagai Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Penelitian ini dilakukan

di Kota Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peluang,

ancaman, dan kekuatan serta kelemahan model peningkatan daya saing

penjual jamu gendhong di kota Jambi, dan menemukan faktor eksternal

dan internal yang memengaruhi model peningkatan daya saing penjual

jamu gendhong di kota Jambi, serta merumuskan pengembangan model

peningkatan daya saing dengan menambahkan faktor eksternal dan internal

bagi penjual jamu gendhong di kota Jambi. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian kombinasi (mixed method) dengan tipe sequential

exploratory design. Pada tahap penelitian kualitatif menggunakan pendekatan

interpretif fenomenologi. Selanjutnya, pada tahap penelitian kuantiatif

menggunakan alat analisis inferensial berupa partial least square (PLS). Hasil

penelitian ini memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1) Variabel faktor

eksternal memiliki indikator lingkungan umum, lingkungan industri, dan

Page 26: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

13

lingkungan pesaing, 2) Variabel faktor internal memiliki indikator

pendidikan dan pelatihan, 3) Variabel pengelolaan usaha memiliki indikator

modal awal, tempat/distribusi, indikator upah, indikator layout usaha. 4)

Model peningkatan daya saing penjual jamu gendhong dilakukan dengan

meningkatkan modal awal dan memperluas dan memperbanyak saluran

distribusi pemasarannya.

Adapun persamaan penelitian Firmansyah dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama membahas mengenai jamu

gendhong. Penelitian Firmansyah juga menggunakan metode deskriptif

kualitatif meskipun sebenarnya penelitian ini menggunakan mixed method,

namun Firmansyah berfokus pada daya saing antar penjual jamu gendhong.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berfokus pada relasi sosial antara

pedagang jamu gendhong dan pelanggannya.

Penelitian oleh Riyanti (2013:53-63) yang berjudul Relasi Sosial

Pedagang Etnis Cina dan Etnis Jawa di Pasar Tradisional. Tujuan penelitian

ini adalah menjelaskan relasi sosial pedagang Etnis Cina dan Etnis Jawa di

pasar tradisional. Penelitian dilakukan di Pasar Tradisional Klampok Purwaja,

Banjarnegara. Penelitian ini menggunakan metode penelitan deskriptif

kualitatif. Relasi sosial antara pedagang etnis Cina dan pedagang etnis Jawa di

pasar Purwareja Klampok tercermin dalam beberapa aktivitas yang dilakukan

yaitu “relasi sosial di pasar” dan “di luar pasar”. Relasi di luar pasar masih

terlihat adanya jarak sosial yang lebih banyak dipengaruhi oleh etnisitas, tetapi

relasi dalam pasar tampak lebih egalitarian. Pelayanan kepada para pelanggan

Page 27: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

14

tidak memperdulikan adanya perbedaan etnis. Secara umum, mereka dapat

hidup berdampingan dengan baik, keduanya saling diuntungkan secara

ekonomis. Namun stereotype etnis di antara keduanya masih tetap ada dan

berkembang dalam masyarakat yang cukup memengaruhi hubungan sosial

kedua etnis dalam kehidupan sehari-hari.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Riyanti dengan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti terletak pada relasi sosialnya. Riyanti membahas

mengenai relasi sosial pedagang etnis cina dan etnis jawa yang dapat hidup

berdampingan meskipun masih adanya stereotype akibat perbedaan etnis,

sedangkan peneliti membahas mengenai relasi sosial antara pedagang jamu

gendhong dan pelanggannya. Penelitian Riyanti juga menggunakan metode

penelitian deskriptif kualitatif. Perbedaan antara penelitian Riyanti dan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada subjek penelitian dan

lokasi penelitiannya. Riyanti mengambil lokasi penelitian di Pasar Tradisional

Klampok Purwaja, Banjarnegara. Sedangkan peneliti mengambil lokasi di

daerah Bandongan, Magelang.

Penelitian oleh Jemahat (2011:1-18) berjudul Pola Relasi Sosial Elit

Tradisional yang dianalisis menggunakan teori konflik dari Karl Marx dan

Dahendorf. Penelitian ini dilakukan di Manus Manggarai Timur dengan

melihat adanya konflik yang terjadi akibat adanya kesenjangan sosial.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Relasi sosial

antara tua golo dengan tua teno memiliki pola yang khas. Berdasarkan

uraian di atas, diketahui bahwa pola relasi antara tua golo dengan tua

Page 28: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

15

teno bersifat subordinatif dan koordinatif. Relasi yang bersifat subordinatif

terjadi karena struktur sosial masyarakat Manggarai secara keseluruhan

menempatkan salah satu elit pada posisi sosial di atas dari yang lain. Di

sini, tua golo memiliki posisi yang penting dibanding tua teno. Sebab,

tua golo adalah kepala kampung yang menentukan posisi tua teno sebagai

orang atau lembaga yang mengurus atau membagi tanah. Implikasi dari

model relasi seperti ini adalah tua teno harus meminta persetujuan tua

golo dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan akitivitas adat dan

tanah. Sementara relasi yang bersifat koordinatif terjadi ketika tua golo dan

tua teno duduk bersama dalam satu forum untuk membicarakan hal-hal

yang berkaitan dengan persoalan kampung atau persoalan sosial lainnya.

Berdasarkan berbagai kajian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

sumber konflik diidentifikasi dalam satu hal utama, yakni tanah. Di sini

tanah menjadi simbol status, kekuasaan dan wewenang. Pergulatan perebutan

kekuasaan dan wewenang dengan tanah sebagai sumber utama

diasumsikan memunculkan konflik yang berkepanjangan. Konflik ini

kemudian diperparah oleh berubahnya struktur sosial ekonomi masyarakat

secara keseluruhan melalui monetisasi tanah dan sumber daya di desa

sebagaimana digambarkan Scott di atas.

Persamaan dengan skripsi yang dilakukan oleh peneliti adalah

mengenai relasi sosial antar masyarakat. Persamaan yang lain ada pada

metode penelitiannya yang menggunakan metode kualitatif meskipun

sebenarnya penelitian Jemahat ini menggunakan metode penelitian kualitatif

Page 29: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

16

dan kuantitatif. Namun, dalam penelitian ini Jemahat lebih melihat relasi

sosialnya pada terjadinya konflik yang dihasilkan oleh kesenjangan sosial

karena perebutan kekuasaan dan wewenang tanah, sedangkan peneliti meneliti

tentang bagaimana hubungan kedekatan antara pedagang jamu gendhong dan

pelanggannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Riswan (2002:8-9) yang berjudul Jamu

as Traditional Medicine in Java, Indonesia. Penelitian ini mendeskripsikan

berbagai macam obat tradisional yang digunakan orang-orang Jawa pada

umumnya. Sejak dulu, masyarakat Jawa menggunakan obat-obatan tradisional

dari tanaman. Jamu tidak hanya menghilangkan rasa sakit, tetapi juga

digunakan untuk kebutuhan lainnya seperti perawatan kesehatan, minuman,

perawatan kecantikan, ketahanan tubuh, dan digunakan untuk melindungi diri

dari berbagai penyakit. Kita bisa menemukan jamu di setiap tempat di Jawa

dan banyak orang yang masih menggunakannya. Jamu berasal dari bahasa

Indonesia yang artinya obat tradisional, jamu sudah menjadi kata yang tidak

asing lagi di kehidupan ini untuk menyebut obat tradisional. Pengetahuan

kuno mengenai jamu jawa sangat penting sebagai dasar studi untuk membuat

obat-obatan modern.

Persamaan penelitian Riswan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah sama-sama membahas mengenai jamu yang dikonsumsi oleh

masyarakat Indonesia. Sedang perbedaannya adalah penelitian Riswan

membahas mengenai macam-macam jamu sedangkan penelitian yang

Page 30: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

17

dilakukan oleh peneliti memfokuskan pada salah satu jenis jamu yaitu jamu

gendhong.

Penelitian yang dilakukan oleh Torri (2012:1) yang berjudul Knowledge

and Risk Perceptions of Traditional Jamu Medicine among Urban Consumers.

Lokasi penelitian Torri berada di Kota Yogyakarta. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian kualitatif dengan memaparkan hasil

wawancara dengan subjek penelitiannya. Penelitian ini membahas

kesenjangan dengan cara menguji persepsi akan jamu dan resiko

mengkonsumsi obat tradisional di Kota Yogyakarta. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dua pertiga dari konsumen jamu lokal di Yogyakarta

memiliki pemahaman yang baik mengenai manfaat jamu yang dikonsumsi.

Jamu tradisional juga digunakan sebagai pengobatan oleh semua kalangan dari

berbagai latar belakang pendidikan, ekonomi, dan sosial. Mengingat

banyaknya obat tradisional di Indonesia, penting untuk memahami apa saja

yang terkandung dalam jamu yang dikonsumsi.

Persamaan penelitian Torri dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah sama-sama membahas mengenai obat tradisional yaitu jamu.

Penelitian oleh Torri ini juga memiliki perbedaan dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti. Penelitian Torri membahas tentang pentingnya

mengetahui manfaat dan kandungan yang ada dalam jamu jika digunakan

untuk pengobatan, sedangkan penelitian yang penulis lakukan membahas

mengenai jamu yang dijual oleh pedagang jamu gendhong.

Page 31: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

18

B. Landasan Teori

Penelitian ini mengungkapkan, mendeskripsikan, dan menganalisis

tentang relasi sosial antara pedagang jamu gendhong dan pelanggannya di

Dusun Jubug Desa Tonoboyo Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang.

Konsep yang digunakan untuk menganalisis fenomena dalam penelitian ini

adalah konsep ekonomi personalisme dan konsep dagang orang jawa “Tuna

Sathak Bathi Sanak”.

Konsep ekonomi personal sudah lama beredar sebelum karya Davis

muncul. Studi ekonomi personal kebanyakan diarahkan kepada gejala pasar.

Memang di pasar itulah sisi pertukaran dari gejala ekonomi paling nyata

terlihat. Prinsip personalisme pada dasarnya adalah pemanfaatan faktor non-

ekonomi, hubungan sosial tegasnya, untuk kepentingan ekonomi (Sairin dkk,

2002:203-208). Pasar merupakan tempat berkumpulnya pembeli dan penjual

yang mana kontak ekonomi dan sosial sering terjadi. Penjual satu dengan yang

lainnya akan mengenal satu sama lain akibat dari begitu seringnya bertemu

untuk keperluan yang sama yaitu berjualan. Hubungan antara penjual dan

pembeli atau pelanggan juga terkadang berhubungan dekat karena si pembeli

terus menerus membeli pada pedagang tersebut sehingga saling mengenal.

Hubungan pembeli dan pembeli juga bisa dekat karena seringnya bertemu

untuk membeli pada pedagang yang sama (langganan) misalnya.

Davis berpendapat bahwa sistem ekonomi adalah gejala yang menyatu

dengan sistem sosial. Hubungan langganan adalah hubungan yang pada

intinya ekonomi namun didasarkan pada hubungan sosial yang bersifat pribadi

Page 32: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

19

dan dijaga oleh nilai-nilai sosial seperti nilai malu dan harga diri (Sairin dkk,

2002:205). Seorang pelanggan membeli barang pada seorang pedagang tujuan

utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di sisi lain,

pelanggan dan pedagang ini tidak hanya berinteraksi mengenai barang yang

dibeli atau dijualnya, tetapi juga terdapat interaksi sosial di dalamnya.

Personalisme berfungsi untuk meminimalkan resiko rugi di kalangan

produser. Dengan terselenggaranya hubungan personal antara produser dan

pengumpul kelangsungan penjualan barang dengan harga yang baik dapat

dijaga. Pembayaran belakang adalah prosedur yang biasa dalam perdagangan

ini, pengumpul akan membayar setelah barang yang ia bawa laku dipasar.

Oleh karena itu kepercayaan – yang muncul dari hubungan pribadi – menjadi

aspek penting dalam transaksi tersebut. Seorang produsen tidak akan

melepaskan barangnya kepada seorang pengumpul yang belum ia kenal,

karena di sini tidak ada jaminan pembayaran (Sairin dkk, 2002:207-208).

Pelanggan yang sudah lama kenal dengan pedagang akan memiliki interaksi

dan perlakuan yang berbeda dibandingkan dengan pembeli biasa. Antara

pedagang dan pelanggan sudah memiliki rasa kepercayaan antara satu dengan

yang lainnya.

Pada hubungan langganan ini kontak ekonomi berlangsung diatas

hubungan sosial yang sama sekali mulus, penuh kepercayaan yang tumbuh

karena hubungan persahabatan. Setelah berbulan-bulan seseorang menjadi

pembeli tetap seorang pedagang dan di antara keduanya terbangun

persahabatan, Maka tanpa ada persyaratan dan jaminan apapun, si pembeli

Page 33: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

20

dapat memperoleh kelonggaran “bayar nanti saja”. Kondisi ini muncul ketika

si pembeli selalu membayar dengan tepat (Sairin dkk, 2012:213). Kepercayaan

yang tumbuh antara pelanggan dan pedagang membuat hubungan mereka

menjadi dekat, sehingga “bayar belakang” menjadi hal yang biasa antara

pedagang dan pelanggan.

Langganan dapat terjadi lewat perantaraan seseorang yang sudah

menjadi langganan lama dari seorang pedagang. Anak seorang pelanggan

sering akan mengikuti jejak orang tuanya untuk menjadi pelanggan pula. Pada

mulanya si pedagang akan sangat hati-hati terhadap pelanggan baru yang

dibawa oleh pelanggan lama ini. Setelah hubungan menjadi kian erat, kehati-

hatian ini berkurang.Kemanan bisnis dan kelestarian hasil adalah tujuan

pembentukan hubungan langganan. Dengan memiliki langganan seorang

pedagang memperoleh jalur penjualan yang pasti, barang daganganya pasti

laku (Sairin dkk, 2012:214). Sehingga pendapatan yang diperoleh oleh

pedagang kurang lebih tetap. Adanya pelanggan yang turun-temurun juga

akan menjadikan dagangan dari seorang pedagang tersebut akan tetap laku

meskipun pelanggan sebelumnya tidak berlangganan lagi, sehingga kelestarian

hasil tetap terjaga.

Hubungan langganan adalah hasil dari upaya yang disengaja oleh kedua

belah pihak. Kesengajaan ini tentunya muncul dari berbagai pertimbangan

teknis yang tidak terlepas dari perhitungan untung rugi. Kepada langganannya

seorang pedagang selalu berusaha memberi harga yang miring, memilihkan

barang dengan mutu terbaik, dan menjaga agar persediaan barang terjaga.

Page 34: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

21

Karena hubungan jual beli sudah terjalin pribadi, orang akan sukar

menemukan peristiwa tawar menawar di antara langganan (Sairin dkk,

2002:203-217). Harga yang ditetapkan pedagang untuk pelanggan merupakan

harga yang berbeda dengan ia menjual barangnya kepada orang lain, atau

bahkan memberi lebih dagangannya kepada pelanggannya.

Tuna sathak bathi sanak, ungkapan ini sering ditemukan dalam

pergaulan para pedagang di pasar. Pada praktiknya, ungkapan jawa ini sering

terjadi dalam hubungan jual-beli, antara penjual dengan pembeli, baik di pasar

tradisional, di warung, dan sebagainya. Secara etimologi, ungkapan itu

terbentuk dari kata tuna (rugi), satak (uang), bathi (untung), sanak (saudara).

Secara utuh, ungkapan tuna satak bathi sanak berarti rugi uang (asal) untung

saudara. Bagi pedagang mendapat saudara dalam usaha pun dihitung sebagai

laba (Suratno, 2009:269-270). Tidak semua pelanggan yang memiliki hutang

ingat akan hutangnya. Bagi pedagang, yang penting hubungan persaudaraan

tetap terjalin erat.

Ungkapan tersebut mencerminkan jiwa sosial orang jawa yang

menjunjung kerukunan atau kebersamaan. Dengan mengambil laba sedikit

asal tidak merugi (impas atau selisih sedikit antara harga kulakan dengan

harga jual), para pedagang akan melepas dagangannya. Pihak pembeli pun

mendapat harga murah dan seperti memperoleh pelayanan yang akrab yang

dilandasi oleh perilaku rendah hati. Dengan teknik tersebut semakin lama akan

semakin banyak pelanggan. Dengan pelanggan yang semakin hari semakin

bertambah, seorang pedagang dapat lebih banyak menjual barang. Walaupun

Page 35: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

22

dengan laba sedikit, tetapi sang pedagang sebenarnya tetap memperoleh laba

yang banyak, disamping semakin luas relasi atau langganannya.

Pada dasarnya, seorang pedagang tidak mungkin bersedia merugi. Ia

pasti mencari untung agar profesinya sebagai pedagang tetap bertahan. Tidak

mungkin pedagang yang merugi akan tetap bertahan untuk berdagang. Jadi

pernyataan tuna sathak tersebut bukan berarti rugi dalam arti yang

sesungguhnya melainkan mendapatkan laba yang sedikit karena harga yang

ditawarkan kepada pelanggan sedikit lebih rendah daripada yang ditawarkan

oleh pembeli.

Prinsip dagang orang Jawa ini juga menjadi salah satu pegangan para

pedagang jamu gendhong untuk tetap berdagang. Sejak para pedagang jamu

gendhong mulai menjajakan jamunya di beberapa dusun yang ia tempati,

semakin banyak orang-orang baru yang ia kenal hingga dapat menjalin

hubungan dekat yaitu dengan pelanggannya, dan orang-orang dari dusun

tempat ia berjualan.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan bagian yang memaparkan dimensi

kajian utama faktor kunci dan hubungan antar dimensi yang disusun dalam

bentuk narasi atau grafis. Kerangka berpikir dianalogikan oleh peneliti untuk

melakukan penelitian berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai

selain juga berfungsi membantu supaya tidak terjadi penyimpangan dalam

penelitian. Berikut penjelasan kerangka berpikir dalam bentuk bagan terkait

Page 36: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

23

dengan penelitian mengenai relasi sosial antara pedagang jamu gendhong dan

pelanggannya.

Bagan 1. Kerangka Berfikir

Kerangka pikir diatas menjelaskan bahwa peneliti ingin memahami

relasi sosial antara pedagang jamu gendhong dan pelanggannya dari Dusun

Jubug. Peneliti dalam hal ini ingin mengetahui bagaimana strategi pedagang

Jamu gendhong

Pelanggan jamu

gendhong Pedagang jamu

gendhong

Konsep ekonomi personalisme

dan konsep dagang orang jawa

“Tuna Sathak Bathi Sanak”

Relasi sosial antara

pedagang jamu

gendhong dan

pelanggannya

Strategi pedagang

dalam memperoleh

pelanggan

Dusun Jubug

Page 37: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

24

jamu gendhong dalam menemukan pelanggannya. Kedua, peneliti akan

menjelaskan bagaimana relasi sosial antara pedagang jamu gendhong dan

pelanggannya. Penelitian ini menggunakan konsep ekonomi personalisme oleh

Sairin dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Sosiologi Ekonomi” dan

konsep dagang orang jawa “tuna sathak bathi sanak”.

Page 38: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

79

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Dengan memiliki pelanggan, seorang pedagang memperoleh jalur

penjualan yang pasti, barang dagangannya pasti laku (Sairin dkk, 2012:214).

Oleh karena itu, pedagang jamu gendhong harus memiliki strategi untuk

memperoleh pelanggan agar jamu yang dijual selalu habis setiap berdagang

dan mendapatkan hasil yang maksimal. Strategi yang dilakukan antara lain

menetapkan area dagang yang belum ditempati pedagang jamu lain, menjaga

rasa, kealamian dan rasa dari jamu, memisahkan alat-alat yang digunakan

untuk membuat jamu dan memasak, menyediakan jamu instan, dan menerima

pemesanan jamu.

Prinsip dagang orang Jawa, Tuno Sathak Bathi Sanak juga menjadi

salah satu pegangan para pedagang jamu gendhong untuk tetap berdagang,

rugi sedikit tidak masalah yang penting tetap menjalin hubungan baik dengan

pelanggannya. Hubungan yang terbangun antara pedagang jamu gendhong dan

pelanggannya sudah seperti hubungan saudara.

Pedagang jamu gendhong dan pelanggan sudah memiliki rasa

kepercayaan satu sama lain, biasanya para pedagang memberi kelonggaran

“bayar nanti saja” kepada pelanggannya. Bahasa yang digunakan antara

pedagang dengan pelanggan juga menggunakan bahasa jawa ngoko yang

menggambarkan kedekatan satu sama lain. Selain itu, jika salah satu pedagang

Page 39: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

80

atau pelanggan mengadakan hajatan pedagang dan pelanggan saling andil

dalam acara tersebut.

Kepada langganannya, seorang pedagang selalu berusaha memberi

harga yang miring, memilihkan barang dengan mutu terbaik, dan menjaga

agar persediaan barang terjaga. Karena hubungan jual beli sudah terjalin

pribadi, orang akan sukar menemukan peristiwa tawar-menawar di antara

langganan (Sairin dkk, 2002:203-217). Pernyataan ini tidak ditemukan pada

pedagang dan pelanggan jamu gendhong tersebut. Kepada langganan dan

pembelinya, seorang pedagang memberikan harga dan takaran yang sama,

harga yang ditetapkan menyesuaikan dengan harga barang pokok yang ada.

B. SARAN

Berdasarkan simpulan dari penelitian yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1) Bagi pedagang jamu gendhong

Sebaiknya pedagang jamu gendhong mencatat hutang-piutang dan

saling mengingatkan dengan cara yang baik satu sama lain, agar

penghasilan yang maksimal dapat diperoleh dan tidak rugi terlalu banyak.

Juga agar keamanan bisnis selalu terjaga, tetapi juga tetap memertahankan

hubungan kedekatan yang sudah terjalin di antara pedagang jamu

gendhong dan pelanggan.

2) Bagi Kepala Dusun Jubug

Jamu gendhong dari Dusun Jubug ini di khawatirkan akan terjadi

kepunahan disebabkan generasi muda masa kini dari Dusun Jubug banyak

Page 40: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

81

yang tidak tertarik untuk menjual atau mengedarkan jamu, maka sebaiknya

Kepala Dusun Jubug mengadakan regenerasi jamu gendhong untuk

mencegah kepunahan tersebut. Para pemuda diajarkan untuk mencintai

dan melestarikan jamu yang sudah lama menjadi ciri khas Dusun Jubug

dengan menurunkan pengetahuan tentang jamu kepada generasi

berikutnya.

3) Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang

Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, sebaiknya diadakan

sosialisasi mengenai manfaat jamu dan cara pengolahan jamu yang tepat

bagi warga Dusun Jubug untuk melengkapi pengetahuan kearifan lokal

yang dipahami tentang jamu agar menjadi pengetahuan yang lebih utuh.

Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang kiranya juga perlu bekerjasama

dengan BPOM untuk melakukan pendampingan pengolahan jamu bagi

pedagang jamu di Dusun Jubug agar lebih tepat dan higienis, juga agar

manfaat jamu tetap terjaga, sehingga peminat jamu semakin bertambah.

Page 41: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

82

DAFTAR PUSTAKA

Batuael, Imelda dkk. 2014. Proses Klientisasi Petani dan Pedagang di Dusun Aroa

Desa Kataloka Kecamatan Pulau Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur.

Jurnal Agribisnis Kepulauan. Vol. 2 No. 3. Hal. 3

Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Damsar dan Indrayani. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana.

Firmansyah, dkk. Model Peningkatan Daya Saing Penjual Jamu Gendong sebagai

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Jambi. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora. Vol. 16 No. 2. Hal. 69-80

Giddens, Anthony. 2005. Konsekuensi-konsekuensi Modernitas. Yogyakarta:

Kreasi Wacana.

Harjawiyana, Wiryana dan Theodorus Supriya. 2009. Kamus Unggah-Ungguh Basa Jawa. Yogyakarta: Kanisius.

Harmanto, Ning dan M Ahkam Subroto. 2007. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping. Jakarta: Gramedia.

Jemahat, Lasarus. 2011. Pola Relasi Sosial Elit Tradisional. Demokrasi. Vol. 10

No. 1. Hal. 1-18

Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI Press.

Kurniawan, Pramu Tri. 2013. Analisis Fonologi dan Leksikologi Bahasa Jawa

di Desapakem Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. Vol.2 no.4.

Ma’ruf, Hendri. 2005. Pemasaran Ritel. Jakarta: Gramedia pustaka Utama.

Masturi, Ade. 2010. Membangun Relasi Sosial melalui Komunikasi Empatik.

Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol.4 No.1.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nugroho, Heru. 2001. Uang, Rentenir, dan Hutang Piutang. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Riswan dkk. 2002. Jamu as Tradisional Medicine in Java, Indonesia. South Pacific Study. Vol. 23 No. 1. Hal. 8-9

Riyanti, Puji. 2013. Relasi Sosial Pedagang Etnis Cina dan Etnis Jawa di Pasar

Tradisional. Jurnal Komunitas. Vol. 5 No.1. hal. 53-63

Page 42: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

83

Sairin, Sjafri, dkk. 2002. Pengantar Antropologi Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Setiadi, Elly M. 2011. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Subagyo, P. Joko. 2006. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT

Asdi Mahasatya.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugono, Dedy dan tim. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia.

Suharmiati. 2003. Menguak Tabir dan Potensi Jamu Gendong. Yogyakarta: Agro

Media.

Suratno, Pardi dan Heniy Astiyanto. 2004. Gusti Ora Sare: 65 Mutiara Kearifan Budaya Jawa. Yogyakarta: Adiwacana

Torri, Maria Constanza. 2012. Knowledge and Risk Perceptions of Traditional

Jamu Medicine among Urban Consumers. European Journal of Medical Plants. Vol. 3 No. 1. Hal. 1

Visser, H.K.A. dan J.G. Bindels. 1989. Child Nutrition in South East Asia.

Yogyakarta: Kluwer Akademic Publisher.

http://life.viva.co.id/news/read/. Diakses pada 10/2/2016

http://kbbi.web.id. Diakses pada 1/10/2016.09:17

Page 43: RELASI SOSIAL ANTARA PEDAGANG JAMU GENDHONG ...memasak dan mengolah jamu, menyediakan jamu instan, dan menerima pemesanan jamu. Selain itu, relasi antara pedagang jamu gendhong dan

98

Lampiran 8