Top Banner

of 18

Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

Jun 02, 2018

Download

Documents

laila andini
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    1/18

    REGULASI HORMONAL PADA METAMORFOSIS KATAK

    Oleh :

    Nama : Laila Andini

    NIM : B1J012053

    Rombongan : I

    Kelompok : 2

    LAPORAN PRAKTIKUM ENDOKRINOLOGI

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS BIOLOGI

    PURWOKERTO

    2014

  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    2/18

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Metamorfosis adalah suatu proses biologi di mana hewan secara

    fisik mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas. Proses

    ini melibatkan perubahan bentuk atau struktur melalui pertumbuhan sel dan

    diferensiasisel (Mysience, 2008). metamorfosis amphibi banyak sekali

    mengalami perubahan baik secara morfologi maupun fisiologi.

    Metamorfosis pada amphibia umunya berhubungan dengan perubahanyang mempersiapkan suatu organisme akuatik untuk kehidupan darat. Perubahan

    regresif pada anura menyertakan hilangnya gigi tanduk berudu, pemendekan ekor

    dan insang internal. Perubahan lokomosi dengan menyusutnya ekor pendayung

    yang disetai perkembangan membra belakang dan membra depan. Intestinum

    panjang yang khas hewan herbivora memendek karena akan bermetamorfosis

    menjadi katak yang bersifat karnivora. Paru - paru membesar, otot-otot dan

    kartilago berkembang untuk memompa udara masuk dan udara keluar paru-paru.

    Telinga tengah berkembang sebagai karakteristik membran timpani luar katak dan

    toad. Muncul membran niktitan pada mata (Karraker, 1996).

    Kecebong mempunyai usus panjang yang melingkar, tetapi amphibia

    dewasa mempunyai saluran pencernaan yang relatif pendek dan sederhana,

    panjangnya antara setengah sampai tiga setengah kali panjang tubuhnya. Anura

    mempunyai paru-paru pendek tetapi besar. Bagian dalam paru-paru merupakan

    kantung terbuka tetapi dindingnya sudah terbagi dalam orde pertama, kedua danketiga. Paru-paru ini menyediakan permukaan respirasi total sekitar 1 cm2/gr berat

    badan (15-20 cm2 untuk katak yang besarnya sedang). Trakhea yang sangat

    pendek terbagi menjadi dua bronkus, satu menuju ke arah ujung dari setiap paru-

    paru. Anura memompakan udara ke dalam paru-paru dari rongga bukhofonngedi.

    Nares interna mulai berfungsi untuk pertama kali dalam sejarah vertebrata. Anura

    mempunyai lebih sedikit jantung limfa yang kecil-kecil tetapi tetap mempunyai

    dua pasang yang besar (Kalthoff, 1996).

  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    3/18

    Proses perkembangan selama metamorfosis diaktifkan oleh hormon-

    hormon spesifik. Secara keseluruhan organisme berubah untuk mempersiapkan

    dirinya pada bentuk yang baru. Bahkan metamorfosis pada berudu menyebabkan

    perkembangan pemasakan enzim-enzim hati, hemoglobin, pigmen mata,

    remodeling system saraf, digesti dan reproduksi (Gilbert & Susan, 2000). Ada tiga

    tingkatan perubahan metamorfik. Tahapan yang pertama adalah premetamorfosis

    yang ditandai pertumbuhan larva yang sangat dominan. Selama tahapan

    prometamorfosis, petumbuhan berlanjut dan beberapa perkembangan berubah,

    sepeti mulai munculnya membra belakang. Perkembangan membra depan dapat

    menandai dimulainya metamorfosis klimaks, suatu periode perubahan morfologi

    dan fisiologi yang luas dan dramatik. Perubahan-perubahan ini disertai regresi

    ekor katak dan penyusunan kembali cara makan, sistem pencernaan, sistem

    pernapasan, sistem ekskresi, sistem gerak, dan sistem saraf yang terjadi pada

    katak dan salamander (Walbot and Holder, 1987).

    B. Tujuan

    Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui hubungan fungsi

    hormon tiroid dengan perubahan perubahan metamorfosis berudu melalui

    penambahan hormon tiroksin dan anti tiroksin.

  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    4/18

    II. MATERI DAN METODE

    A. Materi

    Alat - alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah baskom plastik

    tempat inkubasi berudu, milimeter blok, loop, alat bedah, mortar dan pestle, gelas

    ukur, saringan teh, sendok kecil, mangkuk kecil.

    Bahan - bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larva katak

    stadia tunas ekor dan belum memiliki tunas kaki, hormon tiroksin sintetik (100

    mg/tablet), anti tiroksinpropylthiouracil(100 mg/tablet), air media inkubasi larva,

    bayam rebus.

    B. Metode

    1. Disiapkan berudu pada stadia tunas ekor dan belum memiliki tunas kaki

    belakang.

    2. Diukur panjang total, panjang ekor, panjang kepala, dan lebar kepala

    menggunakan kertas milimeter blok.

    3. Diamati bagian ventral berudu dibawah menggunakan loop. Diperhatikan

    saluran penernannya.

    4.

    Setiap kelompok membedah satu berudu dan diukur panjang intestinya.

    5. Disiapkan baskom inkubasi untuk penambahan hormon tiroksin dengan

    konsentrasi 0 mg/liter, 12,5 mg/liter, 25 mg/liter, dan 50 mg/liter. Masing

    masing dua kali ulangan.

  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    5/18

    6. Disiapkan baskom inkubasi untuk penambahan propylthiouracil (PTU)

    dengan konsentrasi 0 mg/liter, 25 mg/liter, 50 mg/liter, 75 mg/liter.

    Masingmasing dua kali ulangan

    7. Kedalam masing masing baskom yang telah berisi air medium inkubasi

    dimasukkan berudu yang sudah diukur sebanyak 10 ekor.

    8.

    Pemeliharaan berudu dilakukan selama dua minggu dengan penggantian

    medium dilakukan setiap empat hari sekali.

    9. Selama pemeliharaan larva diberi pakan bayam rebus setiap dua hari

    sekali.

    10.Pengamatan dilakukan seminggu sekali. Pengamatan minggu pertama

    diukur kembali panjang total, panjang ekor, panjang kepala, dan lebar

    kepala, kemudian diamati pigmentasi bagian ventral, bentuk saluran

    pencernaan, dan keberadaan tunas kaki.

    11.

    Jika ada berudu yang sudah bermetamorfosis menjadi katak kecil

    disarankan untuk menambahkan batu kedalam medium inkubasi, karena

    akan terjadi peralihan sistem respirasi katak dari insang menjadi paru

    paru.

    12.Pengamatan selanjutnya dilakukan pada minggu kedua. Semua berudu

    pada masing masing kelompok diukur kembali, diamati juga pigmentasi

    bagian ventral, saluran pencernaan, dan keberadaan ekstrimitas anterior

    maupun ekstrimitas posterior.

    13.

    Setiap ulangan dari masing masing perlakuan diambil berudunya

    sebanyak tiga ekor, kemudian dibedah, diukur panjang saluran

    pencernaanya menggunakan kertas milimeter blok, dan diamati

  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    6/18

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    Gambar 1. Berudu minggu ke-1 Gambar 1. Berudu Minggu ke-2

    Gambar 1. Berudu Minggu ke-3 Gambar 1. Intestin minggu ke-1

    Gambar 1. Intestin T4 Minggu

    ke-2

    Gambar 1. Intestin PTU Minggu

    ke-2

  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    7/18

    Table 1. Data Pengamatan Pemberian Tiroksin

    No

    Konsentrasi

    Tiroksin (g/ml)

    Ulangan/

    Kel

    Hari Ke-

    0 7 14

    PT PK LK PT PK LK PT PK LK

    1 0

    1 (1) 13.1 6.1 3.9 13.4 7.6 5.6 19.8 7.7 5.2

    2 Asis 12.1 5 3.8 13.4 5.9 4.6 14 4.4 4.2

    Rerata 12.6 5.5 3.9 13.4 6.8 5.1 16.9 6.1 4.7

    2 6,25

    1 (2) 12.3 5.4 3.8 14.6 7 4.1 13.4 6.4 4.2

    2 (5) 13.2 6.3 4.1 14 6.3 4.1 6.5 0 3.5

    Rerata 12.8 5.9 4 14.3 6.7 4.1 10 3.2 3.9

    3 12,5

    1 (3) 13.4 5.9 4.1 13.5 6.5 4.5 - - -

    2 (6) 14.7 4.4 6.1 15 6.1 4.7 11 5 3.6

    Rerata 14.1 5.2 5.1 14.3 6.3 4.6 11 5 3.6

    4 18,75

    1 (4) 12.4 5.9 4.3 10 4.3 3.3 - - -

    2 (7) 13.5 5.8 4.3 10.4 4.9 3.4 - - -

    Rerata 13 5.9 4.3 10.2 5.2 3.4 - - -

    Gambar 1. Intestin PTU Minggu

    ke-3

    Gambar 1. Intestin T4 Minggu

    ke-3

  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    8/18

    Table 2. Data Pengamatan Pemberian PTU

    Tabel 3. Tabel Pengamatan Intestin

    Minggu ke-n Tiroksin PTU

    1 5,5 -

    2 3,2 -

    3 3,9 7,06

    No Konsentrasi PTU (g/ml)

    Ulangan/

    Kel

    Hari Ke-

    0 7 14

    PT PK LK PT PK LK PT PK LK

    1 0

    1 (4) 11.8 5.6 4 16.8 7.2 5.2 18.8 8.8 5.6

    2 Asis 12.1 5.2 3.8 13.3 5.3 4.6 13.3 6.3 4

    Rerata 12 5.4 3.9 15 6.3 4.9 16 7.6 4.8

    2 6,25

    1 (3) 12.2 5.7 4.2 14.1 5.6 4.6 11.5 5 3.4

    2 (6) 12.8 4 5.8 14.7 6.4 4.5 14.4 6.5 5.8

    Rerata 12.5 4.9 5 14.4 6 4.6 13 5.8 4.6

    3 12,5

    1 (2) 12.1 5.5 3.8 15.9 6.5 4.8 19.3 8.4 5.4

    2 (7) 12.2 5.1 3.8 16.7 7 5.1 22.1 10.6 7.6

    Rerata 12.5 4.8 4.8 15.3 6.5 4.7 16.9 7.5 5.6

    4 18,75

    1 (1) 14.5 6.1 4.8 16.2 6.8 5.4 18.5 8.3 5

    2 (5) 14.4 6.3 4.2 18 7.7 5.7 20.6 8.3 5.6

    Rerata 14.5 6.2 4.5 17.1 7.3 5.6 19.6 8.3 5.3

  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    9/18

    Tabel 4. Tabel Pengamatan Keberadaan Membra Perlakuan Tiroksin 6,25

    g/ml

    No. Minggu ke-

    Keberadaan Membra

    Depan

    Keberadaan

    MembraBelakang

    Pigmentasi

    1.

    1

    - - -

    2. - - -

    3. - - -

    4. - - -

    5. - - -

    6. - - -

    7. - - -

    8. - - -

    9. - - -

    10. - - -

    1.

    2

    - + (membra) -

    2. - + (membra) -

    3. - + (tunas) -

    4. - + (tunas) -

    5. - + (tunas) -

  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    10/18

    6. - + (tunas) -

    7. - + (membra) -

    8. - + (membra) -

    9. - - -

    1.

    3

    + (membra) + (membra) +

    2. + (membra) + (membra) +

    3. + (membra) + (membra) +

    4. + (membra) + (membra) +

    5. + (membra) + (membra) +

    Tabel 5. Hasil Pengamatan Keberadaan Membra Perlakuan PTU 12,5 g/ml

    No. Minggu ke-Keberadaan

    Membra Depan

    Keberadaan

    Membra

    Belakang

    Pigmentasi

    1.

    1

    - - -

    2. - - -

    3. - - -

    4. - - -

    5. - - -

    6. - - -

  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    11/18

    7. - - -

    8. - - -

    9. - - -

    10 - - -

    1.

    2

    - + (tunas) -

    2. - + (tunas) -

    3. - + (tunas) -

    4. - + (tunas) -

    5. - + (tunas) -

    6. - + (tunas) -

    7. - + (tunas) -

    8. - + (tunas) -

    9. - - -

    1.

    3

    + (membra) + (membra) +

    2. - + (membra) -

    3. - + (membra) +

    4. - + (membra) +

  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    12/18

    5. + (membra) + (membra) +

    - - -

    - + (membra) +

  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    13/18

    B. Pembahasan

    Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan perkembangan

    metamorfosis pada katak yang dipelihara dalam larutan tiroksin 6,25 g/ml yaitu

    lokomosi pada minggu ke 1 terdapat sirip ekor, minggu ke 2 masih terdapat ekor

    dan mulai tumbuh tunas serta membra belakang, dan minggu ke 3 tumbuh

    membra depan dan belakang. Parameter usus dan perut pada minggu pertama

    perut transparan dan usus berbentuk sirkuler, pada minggu ke 2 perutnya masih

    transparan, usus masih berbentuk sirkuler dan minggu ke 3 perutnya sudah

    terpigmentasi. Ukuran rata-rata berudu yang diberi tiroksin dengan berbagai

    konsentrasi relatif lebih rendah dari pada berudu yang dipelihara pada medium

    yang mengandung PTU. Ukuran tubuh paling besar terdapat pada berudu yang

    dipelihara dalam media yang mengandung tiroksin sebesar 18,75 g/ml.

    Hasil pengamatan pada berudu yang direndam dalam media yang

    ditambah anti tiroksin PTU adalah semua berudu tetap berada dalam stadia

    berudu, hanya saja muncul ekstrimitas posterior dan ukurannya lebih besar. Jika

    dibanding dengan kontrol, beberapa berudu telah mempunyai ekstrimitas anterior

    dan ukurannya lebih kecil di banding dengan yang di rendam dalam media yang

    di tambah PTU. Berudu yang direndam dalam media dengan konsentrasi 12,5

    g/ml hanya satu berudu yan tidak memiliki ekstrimitas posterior, dan hanya 2 ekor

    yang memiliki ekstremitas anterior. Bagian ventral masih terlihat transparan dan

    mulai terpigmentasi, intestin panjang dan melingkar melingkar. Sedangkan

    ukuran panjang dan lebar tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan berudu

    yang dipelahara dalam media yang diberi tiroksin, ukuran tubuh paling besar

    terdapat pada berudu yang dipelihara dalam PTU konsentrasi 18,75 g/ml.

  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    14/18

    Faktor yang mempengaruhi metamorfosis dapat dibedakan menjadi faktor

    eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan antara lain

    temperatur air, kualitas air dan adanya parasit serta jumlah pakan yang tersedia.

    Berudu yang hidup pada temperatur rendah biasanya dapat meningkatkan ukuran

    tubuhnya. Faktor internal meliputi perbedaan umur, kemampuan beradaptasi

    dengan lingkungannya dan adanya ketahanan terhadap penyakit (Sanuy, 2008).

    Selain dua faktor tersebut juga ada salah satu faktor yang mempengaruhi,

    yaitu faktor hormon. Hormon utama metamorfosis amfibi adalah hormon tiroid,

    yang serupa dengan ecdyson pada metamorfosis serangga. Hormon ini diproduksi

    dalam kelenjar tiroid yang terletak pada bagian ventral dari trachea pada leher.

    Komponen aktif dari hormone tiroid adalah thyroxine (T4) dan triiodothyronine

    (T3), keduanya merupakan derivat dari asam amino tyrosine. Triiodothyronine

    (T3) secara umum terlihat sebagai komponen yang lebih aktif, juga disintesis dari

    thyroxine (T4) dalam jaringan lain dari kelenjar tiroid. Ketika kelenjar tiroid

    dipindahkan dari berudu muda, mereka umbuh menjadi berudu dewasa yang tidak

    pernah mengalami metamorfosis. Sebaliknya, ketika hormone tiroid diberikan

    pada berudu muda dengan makanan atau injeksi, mereka bermetamorfosis secara

    prematur (Gilbert., 2000).

    Hormon tiroid adalah hormon sangat esensial untuk metamorfosis larava,

    sehingga ketersediaan harus mencukupi hingga metamorfosis mecapai sempurna.

    Bilamana pada stadia kecebong ketersediaan hormon tiroid tidak mencukupi

    (hypothyroidsm) atau fungsi kelenjar tiroid dihambat sehingga tidak dapat

    mensintesis hormon tiroksin, maka proses pendewasaan jaringan hewan tersebut

    akan terhambat atau akan tumbuh terus menjadi kecebong besar dan tidak akan

  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    15/18

    menjadi katak. Kelebihan hormon tiroid (hypertiroidisme) berakibat metamorfosis

    dipercepat sehingga menyebabkan katak menjadi kurus (Djojosoebagio, 1996).

    Pemberian hormon tiroksin pada media hidup kecebong dapat

    mempercepat proses metamorfosis. Jaya (1991), melaporkan bahwa kecebong

    stadia (XII - XIV) yang direndam selama tiga hari dalam media yang diberi

    hormon tiroksin konsentrasi 176,54 mg/l selama 23 hari mengalami metamorfosis

    sempurna (100%), tetapi ukuran percil yang dihasilkan lebih kecil dibanding

    dengan yang direndam pada dosis yang lebih rendah. Kecebog pada stadia

    prametamorfosis (stadia I - VIII) keberadaan hormon secara tajam mulai stadia

    prometamorfosis (stadia IX - XX) dan mencapai puncaknya pada stadia

    metamorfosis sempurna (stadia XXI - XXV) (Galton and Germain, 1985). Regard

    et al. (1978), menyatakan bahwa pada stadia prametamorfosis kandungan hormon

    tiroid sangat rendah yaitu triiodotironin (5 ng/100ml) dan tiroksin (50 ng/ml),

    pada stadia metamorfosis sempurn kandungan hormon tiroid serum darah

    triiodotironin (78 ng/ml) dan tiroksin (0,5 /ml). Selanjutnya pada

    pascametamorfosis sempurna, fungsi hormon tiroid langsung menurun drastis,

    dimana dua hari setelah metamorfosis tinggal 20%.

    Selama metamorfosis katak ada beberapa organ yang mengalami

    perubahan struktur atau penggantian. Perkembangan yang pertama kali terjadi

    adalah pembentukan kaki belakang. Alat respirasi pada stadia larva dengan

    menggunakan insang berubah menjadi paru paru. Gigi tanduk ditanggalkan dan

    diganti dengan gigi yang permanen pada dewasa. Mulut menjadi lebar dan usus

    memendek dari 9 kali panjang badan menjadi 2 3 kali panjang badan (Rugh,

    1951).

  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    16/18

    Selain ditentukan oleh keberadaan hormon tiroid, faktor yang sangat

    mempengaruhi laju metamorfosis adalah suhu lingkungan. Martinez et al. (1994),

    mengemukakan bahwa faktor suhu akan sangat mempengaruhi proses

    metamorfosis. Saat kondisi suhu dibawah optimal peningkatan suhu akan diikuti

    dengan peningkatan laju metamorfosis dan sebaliknya dengan penurunan suhu

    maka laju metamorfosis semakin lambat. Katak jenis Rana perezi suhu 2225 oC

    menyebabkan metamorfosis berlangsug lebih cepat (9 11 mingggu), sedangkan

    pada suhu 1722 oC metamorfosis berlngsung agak lambat (1112 minggu).

    Hormon tiroid (TH) sangat penting dalam merangsang semua aspek

    metamorfosis amfibi. metamorfosis disertai dengan peningkatan sintesis dan

    sekresi TH, peningkatan serapan iodida oleh kelenjar tiroid dan hipertrofi dan

    hiperplasia perubahan tiroid dan kelenjar hipofisis. Kekurangan TH dapat

    menghambat atau mencegah metamorfosis atau menyebabkan larva terlalu besar.

    Hormon tiroid diatur oleh berbagai hormon lain termasuk steroid adrenal. Larson

    dkk. menunjukkan bagaimana kortikosteron dan thyroxine berinteraksi untuk

    mengatur metamorfosis. Kortikosteron dapat menghambat atau mempercepat

    metamorfosis tergantung pada spesies, tahap perkembangan dan konsentrasi TH.

    Metamorfosis Amfibi dan sintesis TH aktif dan sekresi disertai dengan perubahan

    parameter histologi tiroid dan pertumbuhan. Kelenjar tiroid menjadi salah satu

    parameter yang paling sensitif untuk mendeteksi senyawa yang mempengaruhi

    tiroid pada mamalia, bahkan lebih sensitif dibandingkan mengukur tingkat TH

    (Brande et al, 2010).

  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    17/18

    IV. KESIMPULAN DAN SARAN

    A.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil praktikum regulasi hormonal pada metamorfosis katak

    dapat disimpulkan:

    1. Hormon tiroid adalah hormon yang sangat esensial dalam metamorfosis

    berudu menjadi katak.

    2. Ukuran tubuh paling besar pada media tiroksin terdapat pada konsentrasi

    18,75 g/ml.

    3.

    Ukuran tubuh paling besar pada media PTU terdapat pada konsentrasi

    18,75 g/ml

    4. PTU merupakan antitiroksin yang dapat menghambat kerja dari hormon

    tiroksin. Sehingga berudu tidak bermetamorfosis dan tumbuh menjadi berudu

    dengan ukuran yang lebih besar dari normalnya.

    5. Berudu yang direndam pada media kontrol setelah 2 minggu pengamatan

    berada pada stadia katak berekor dan beberapa telah menjadi katak kecil.

    B. Saran

    Saran untuk praktikum ini adalah berudu yang diberi perlakuan harus

    benar benar di pastikan tidak berada dalam stadia tunas ekor. Saat membedah

    perut juga perlu hati hati supaya intestin yang akan di ukur tidak rusak dan

    putus.

  • 8/10/2019 Regulasi Hormonal Pada Metamorfosis Katak

    18/18

    DAFTAR REFERENSI

    Brande-Lavirsen, N. Cristensen- Dalsgaard, J. Korsgaard, B. 2010. Effects of

    Ethinylestradiol and the Fungicide Prchloraz on Metamorphosis and

    Thyroid Gland Morphology in Rana temporaria. University of South

    Denmark, Institute of Bilogy, Campusvej Odensee, Denmark.

    Djojosoebagio, S. 1996. Fisiologi Kelenjar Endokrin. Universitas Indonesis UI

    Press. Jakarta.

    Galton, V. A and D. St. Germain. 1985. Metabolism of Thyroxine in Rana

    catesbeiana Tadpoles during Metamorphic Climax. Endocrinology, 109;

    11271131.

    Gilbert, S. F. 2000. Development Biology. Sinaur Assacieates, Massachusetts.

    Jaya, I. D. N. M. 1991. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Tiroksinn Terhadap

    Pertumbuhan, Metamorfosis, dan Kelangsungan Hidup Kecebong Katak

    Benggala(Rana catesbeianaShaw). Skripsi Fakultas Biologi, Universitas

    Pancasila. Jakarta.

    Kalthoff, K. 1996. Analysis of Biological Development. McGraw-Hall Inc, New

    York.

    Karraker, N. E. 2007. Are Embrionic and Larval Green Frogs (Rana clamitans)

    Insensitive to Road Deicing Salt? Herpetological Conservation and

    Biology 2. USA.

    Martinez, I. P., R. Alvarez and M. Paz Herraez. 1994. Respon of hacthery-reared

    Rana parezi larva fed different diets. Aquaculture, 142; 235244.

    Rugh, R. 1951. The Frog. McGraw-Hill Book Company. New York, Toronto,

    London.

    Sanuy, D. And N. Oromi. 2008. Effect of Temperature On Embryonic and Larval

    Development and Growth In The Natterjack Toad (Bufo calamita) in a

    Semi-arid Zone. Animal Biodiversity and Conservation,31.1.