Top Banner

of 29

Refrat Tumor Kepala

Apr 14, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    1/29

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak

    ruang (space occupying lession atau space taking lession) yang timbul di dalam

    rongga tengkorak baik di dalam kompartemen supratentorial maupun

    infratentorial. Di dalam hal ini mencakup tumor-tumor primer pada korteks,

    meningens, vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga,

    serta tumor metastasis dari bagian tubuh lainnya. (1)

    Berdasarkan data statistik, angka insidensi tahunan tumor intrakranial di

    Amerika adalah 16,5 per 100.000 populasi per tahun dimana separuhnya

    (17.030) adalah kasus tumor primer yang baru dan separuh sisanya (17.380)

    merupakan lesi-lesi metastasis. Estimasi insidensi tumor intrakranial primer

    adalah 8,2 per 100.000 populasi per tahun. Data-data insidensi dari negara-

    negara lainnya berkisar antara 7-13 per 100.000 populasi per tahun (Jepang

    9/100.000 populasi/tahun, Swedia 4/100.000 populasi/tahun. Di Indonesia masih

    belum ada, registrasi terperinci yang berkaitan dengan hal ini, namun dari

    pengalaman di RSPP dijumpai frekuensi tumor otak sebanyak 200-220

    kasus/tahun, 10 % darinya adalah lesi metastasis.

    Dari data di atas, nyatalah bahwa tumor otak merupakan salah satu

    penyakit yang bukan sedikit jumlahnya. (1)

    I.2. Maksud dan Tujuan

    Penulisan referat ini ditujukan untuk mengetahui karakteristik penderita

    tumor otak di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto berdasarkan umur,

    jenis kelamin, jenis tumor, lokasi tumor, lokasi tumor, gejala klinis yang

    menonjol dan asal daerah penderita tumor otak periode Januari 2003 sampai

    Desember 2005.

    1

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    2/29

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Definisi

    Tumor otak adalah neoplasma yang timbul di dalam rongga tengkorak

    baik di dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial atau adanya

    proses desak ruang. (1,2,3) Tumor otak adalah suatu massa yang berasal dari sel-

    sel abnormal atau perkembangan yang tidak terkontrol dari sel-sel otak. (4)

    II.2. Neuroanatomi

    Struktur utama otak :

    1. Cerebrum

    Bagian terluas dari otak adalah c erebrum . Terdiri atas dua hemisfer yaitu

    hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Lapisan terluar, disebut juga korteks

    cerebrum terdiri atas gray matter . Sedangkan lapisan dalam adalah white

    matter . Gray matter tersusun atas neuron. W hite matter terdiri atas akson

    neuron yang membawa informasi antara neuron di otak dan medulla

    spinalis. (4)

    Sel-sel Saraf (Neuron)

    Unit fungsional dasar dari sistem saraf. Otak mengandung kira-kira

    1011 neuron. Neuron mengandung badan sel, akson, dendrit dan

    sinapsis. Neuron menyalurkan infromasi dari reseptor saraf perifer

    ke sistem saraf pusat (neuron sensorik) atau menyalurkan isyarat

    aktivasi motorik dari otak ke otot (neuron motorik). (4)

    Sel glia

    Sel non neuronal dalam sistem saraf pusat. Empat tipe sel glia

    adalah astrosit, oligodendrosit, sel ependimal dan mikroglia.

    Struktur penunjang untuk neuron diberikan oleh astrosit, yang juga

    merupakan sel glia yang terlibat dalam pembentukan parut di

    sistem saraf pusat jika neuron berdegenerasi. Proses fagositosis

    2

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    3/29

    melibatkan astrosit dan oligodendrosit. Sel ependimal melapisi

    ventrikel otak dan kanalis sentralis medula spinalis, dilapisi silia

    yang mempermudah pergerakan cairan serebrospinalis. (4)

    Sel Schwann

    Sel otak yang membuat mielin yang merangsang impuls lebih

    cepat. (2)

    Cerebrum terbagi atas empat lobus, yaitu : (4)

    a. Lobus frontal

    Mengontrol otot volunter, juga mengontrol bicara dan menulis.

    Termasuk didalamnya fungsi intelektual, proses berpikir, tingkah laku

    dan daya ingat.

    b. Lobus parietal

    Lobus parietal menerima dan menginterpretasikan sensasi. Sensasi ini

    termasuk nyeri, temperatur, raba, tekanan, ukuran, bentuk dan

    kewaspadaan. Termasuk juga mendengar, berpikir dan daya ingat.

    c. Lobus temporal

    Lobus temporal mengatur pemahaman suara dan kata-kata, juga

    memori dan emosi.

    d. Lobus oksipital

    Lobus oksipital mengatur pemahaman gambar visual dan arti dari kata-

    kata tertulis.

    2. Cerebellum

    Terdiri dari dua hemisfer yang dihubungkan oleh vermis. Cerebellum

    kemudian berlanjut ke batang otak (brain stem). Cerebellum bersama

    dengan thalamus dan cerebrum mengontrol koordinasi otot volunter,

    termasuk berjalan dan artikulasi berbicara. (4)

    3. Pons

    Mengatur aktivitas cerebrum dan cerebellum dengan mengeluarkan impuls

    antara keduanya dan medulla spinalis. Pons terdiri dari saraf cranial ke V,

    VI, VII dan VIII. (4)

    3

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    4/29

    4. Medulla oblongata

    Mengontrol pernafasan, denyut jantung dan muntah. Merupakan

    penghubung antara otak dengan medulla spinalis. Terdiri dari saraf cranial

    IX, X, XI dan XII. (4)

    Disamping keempat struktur utama otak, ada banyak struktur penting lainnya

    dari otak. (4)

    5. Batang otak

    Mengatur fungsi dasar, termasuk tekanan darah, denyut jantung dan pernafasan. (4)

    6. Meninges

    Meninges menutupi otak dan medula spinalis. Suatu membran tipis

    yang terletak di luar otak. Penutup yang paling luar dan paling kuat adalah

    duramater, yang melekat dengan bagian dalam tengkorak. Di bawah

    duramater adalah arachnoid dan piamater, piamater berlekatan dengan

    permukaan otak. (4)

    7. Ventrikel dan Plexus choroids

    Ada empat ruang yang saling berhubungan yang disebut ventrikel. Di

    dalam tiap ventrikel terdapat plexus choroids yang menghasilkan cairan

    serebrospinal, yang mengalir melalui ventrikel dan ruang subarachnoid

    mengelilingi otak dan medulla spinalis. (4)

    8. Glandula Pituitari

    Kelenjar pituitari adalah kelenjar pada dasar otak. Lokasinya di

    sella tursica, diantara dan di samping mata, sekitar saraf optik dan chiasma

    opticum. Berfungsi membuat hormon untuk menstimulasi organ-organ

    lain, prolactin, Growth hormon, TSH dan sebagainya. (2)

    9. Glandula Pineal

    Terletak di bawah corpus callosum . Memproduksi hormon melatonin yang

    fungsinya belum diketahui. (4)

    4

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    5/29

    II.3. Etiologi

    Penyebab utama tumor otak belum diketahui. Beberapa tumor

    (Retinoblastoma) dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Tumor-tumor

    lainnya (Craniopharyngioma) timbul secara kongenital. (3)

    Tumor otak dapat timbul dari pertumbuhan sel normal yang

    terganggu, tidak terkontrol (primer) atau karena metastase (sekunder). (2)

    Riwayat keluarga dengan neurofibromatosis tipe 2 adalah kondisi

    herediter yang berasosiasi dengan Schwannoma pada kedua saraf akustik

    dan pada beberapa pasien meningioma atau ependimoma. (2)

    II.4.Epidemiologi

    Tumor otak dapat terjadi atau timbul tanpa mengenal usia. Namun

    demikian ada jenis-jenis tumor yang cenderung mengenai kelompok usia

    tertentu. Misalkan saja tumor otak yang banyak menyerang anak-anak adalah

    astrocytoma, medulloblastoma, ependymoma dan glioma batang otak. Sekitar

    75 % tumor otak pada anak-anak adalah jenis glioma, namun hanya 45 % pada

    usia dewasa. Selain retinoblastoma, berbagai jenis tumor otak jarang terjadi

    pada pertama tahun kehidupan. (3)

    Insidensi tumor otak primer bervariasi sehubungan dengan kelompok

    umur penderita. Angka insidens ini mulai cenderung meningkat sejak

    kelompok usia dekade pertama yaitu dari 2/100.000 populasi/tahun pada

    kelompok umur 10 tahun menjadi 8/100.000 populasi/tahun pada kelompok

    usia 40 tahun, dan kemudian meningkat tajam menjadi 20/100.000

    populasi/tahun pada kelompok usia 70 tahun untuk selanjutnya menurun

    lagi. (1) Anak umur dibawah 10 tahun, tumor infratentorial, diatas 11 tahun

    tumor supra tentorial. (2,4)

    II.5. Klasifikasi Tumor Otak

    Klasifikasi tumor otak didasarkan pada lokasi tumor, jenis jaringan

    yang terlibat, tendensi ke arah jinak atau ganas dan faktor-faktor lainnya. (4)

    5

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    6/29

    Klasifikasi tumor otak diawali oleh konsep Virchow berdasarkan

    tampilan sitologinya, dan dalam perkembangan selanjutnya dikemukakan

    berbagai variasi modifikasi peneliti-peneliti lain dari berbagai negara.

    Klasifikasi universal dipelopori oleh Bailey dan Chushing (1926) berdasarkan

    histogenesis sel tumor dari sel embrional yang dikaitkan dengan

    diferensiasinya pada berbagai tingkatan. Korelasi klasifikasi ini dengan klinis

    penderita diperankan oleh faktor-faktor seperti lokasi tumor, efek radiasi, usia

    penderita dan operasi yang dilakukan. Klasifikasi yang berkaitan dengan

    gradasi keganasan berkembang secara luas seperti konsep Broders (1915) yang

    mengelompokkan tumor otak menjadi empat tingkat anaplasia seluler :

    Grade I : diferensiasi sel 75 100 %

    Grade II : diferensiasi sel 50 75 %

    Grade III : diferensiasi sel 25 50 %

    Grade IV : diferensiasi sel 0 25 %

    Negara-negara berbahasa Inggris cenderung menggunakan klasifikasi

    Kernohan (1949) yang didasari oleh sistem gradasi keganasan. Dan

    menghubungkannya dengan prognosis.

    Adapun klasifikasi tumor otak dari WHO (2000) adalah :

    1. Neuroepithelial (Neuroectodermal)

    1.1 Astrocytoma

    1.2 Oligodendroglioma

    1.3 Ependymoma

    1.4 Mixed Gliomas

    1.5 Choroid Plexus Tumors

    1.6 Uncertain Origin

    1.7 Neuronal and Mixed Neuronal/Glial

    1.8 Pineal Parenchymal

    1.9 Embryonal

    2. Tumors of Nerve Sheath

    2.1 Schwannoma

    2.2 Neurofibroma

    6

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    7/29

    2.3 Malignant (peripheral) nerve sheath tumor

    3. Tumors of the Meninges

    3.1 Meningioma

    3.2 Mesenchymal (not meningothelial)

    3.2.1-4 Benign

    3.2.5-10 Malignant

    3.2.5 Hemangiopericytoma

    3.3 Primary Melanocytic Lesions

    4. Lymphoma

    5. Germ Cell Tumors

    5.1 Germinoma

    6. Cysts and Tumor-like Lesions

    6.1 Rathke cleft cyst

    6.2 Epidermoid cyst

    6.3 Dermoid cyst

    6.4 Colloid cyst

    7. Tumors of the Sellar Region

    7.1 Pituitary Adenoma

    7.3 Craniopharyngioma

    8. Local Extension of Regional Tumors

    9. Metastatic

    10. Unclassified

    II.6. Tingkah Laku Biologis dan Keganasan Tumor Otak

    Keganasan tumor otak yang memberikan implikasi pada prognosanya

    didasari oleh morfologi sitologi tumor dan konsekuensi klinis yang bekaitan

    dengan tingkah laku biologis. Sifat-sifat keganasan tumor otak secara klasik

    didasari oleh hasil evaluasi morfologi makroskopis dan histologis neoplasma.

    1. Benigna (jinak)

    Tumor menunjukkan batas yang jelas, tidak infiltratif dan hanya

    mendesak organ-organ sekitarnya, dijumpai adanya pembentukan kapsul

    7

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    8/29

    serta tidak adanya metastasis maupun rekurensi setelah dilakukan

    pengangkatan total. Tampilan histologinya menunjukkan struktur sel yang

    reguler, pertumbuhan lambat tanpa mitosis, densitas sel yang rendah

    dengan diferensiasi struktur yang jelas parenkim, stroma yang tersusun

    teratur tanpa adanya formasi yang baru (1,2,4) .

    Termasuk tumor jinak adalah meningioma, neuroma akustik,

    pinealoma (3).

    2. Maligna (ganas)

    Tampilan makroskopis yang infiltratif atau ekspansi destruktif

    tanpa batas yang jelas, tumbuh cepat serta cenderung membentuk

    metastasis dan rekurensi pasca pengangkatan total. Gambaran histologis

    menunjukkan meningkatnya selularitas, pleomorfisme, diferensiasi sel

    kurang jelas, area nekrosis (1,4) .

    Kriteria keganasan tumor otak secara klinis adalah volume efektif

    tumor (edema sekelilingnya), efek massa yang ada (termasuk herniasi),

    keterlibatan dengan aliran likuor (hidrosefalus), keterlibatan arteri (infark)

    dan keterlibatan pusat-pusat vital (hipotalamus, batang otak) (1).

    Secara umum penilaian terhadap tumor otak dalam kaitannya

    dengan derajat keganasannya mencakup faktor-faktor kriteria :

    a. Keganasan histologis yang didasari oleh data morfologi.

    b. Keganasan biologis yang didasari oleh data statistik tentang survival

    jenis tumor.

    c. Keganasan klinis yang didasari kedua di atas dan tampilan-tampilan

    klinis tertentu.

    Yang termasuk tumor otak ganas adalah astrositoma, astroblastoma,

    oligodendroglioma, ependimoma, gliosarkoma. (5)

    II.7. Presentasi Klinis Sindrom Tumor Otak

    1. Peningkatan tekanan intrakranial. Trias gejala klasik dari sindroma

    tekanan tinggi intrakranial adalah nyeri kepala, muntah proyektil dan

    papiledema(1)

    . Nyeri kepala bersifat intermittent, tumpul, berdenyut,

    8

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    9/29

    biasa terjadi pada siang hari, berlokasi sekitar daerah frontal atau

    oksipital (1,2,3,6) . Tumor otak pada bayi yang menyumbat aliran likuor

    serebro spinalis sering kali ditampilkan dengan pembesaran lingkar

    kepala yang progresif dan ubun-ubun besar yang menonjol, sedangkan

    pada anak-anak yang lebih besar, gejala papiledema terjadi lebih

    menonjol. (1)

    2. Kejang

    Gejala kejang pada tumor otak khususnya di daerah supratentorial dapat

    berupa kejang umum ataupun kejang fokal. Dapat merupakan gejala

    awal yang tunggal dari neoplasma hemisfer otak. (1,2)

    3. Gejala neurologis fokal (1)

    1. Perubahan personalitas atau gangguan mental, menyertai tumor-

    tumor yang terletak di daerah frontal, temporal, hipotalamus.

    2. Afasia, terutama pada tumor yang berada di hemisfer kiri.

    3. Gangguan visus, dapat terjadi pada tumor daerah selar, nervus

    optikus dan hipotalamus.

    4. Kelumpuhan saraf okulomotorius merupakan tampilan khas dari

    tumor-tumor para selar dan dengan adanya tekanan intrakranial

    yang meninggi dan sering disertai dengan kelumpuhan saraf

    abdusens.

    5. Nistagmus, timbul pada tumor fosa posterior.

    6. Kelemahan wajah dan hemiparesis yang berkaitan dengan gangguan

    sensorik serta kadang ada defek visual merupakan refleksi

    kerusakan kapsula interna atau korteks yang terkait.

    7. Ataksia trunkal, petanda tumor di fossa posterior yang terletak di

    garis tengah.

    8. Gangguan endokrin menunjukkan adanya kelainan pada

    hipotalamus hipofise.

    4. Gejala-gejala tumor otak pada anak-anak antara lain gejala neurologis

    yang timbul progresif, muntah-muntah, demam tinggi, pembesaran

    kepala, ataksia.(2)

    9

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    10/29

    II.8. Diagnosis

    Dokter melakukan anamnesis yang menyeluruh untuk menggali gejala yang

    terjadi. Kemudian dilakukan pemeriksaan neurologis, antara lain :

    Pergerakan mata, reflek pupil dan tes reflek mata

    Tes telinga menggunakan arloji

    Tes reflek menggunakan palu hammer

    Tes keseimbangan dan koordinasi.

    Tes raba

    Tes penciuman

    Test otot muka, seperti tersenyum dan tertawa

    Gerakan lidah, reflek muntah

    Tes gerakan kepala

    Tes Mental status, misalnya menanyakan waktu

    Tes berpikir abstrak

    Tes daya ingat

    Jika dari hasil anamnesis dan pemeriksaan neurologis menunjukkan adanya

    dugaan terdapatnya tumor otak maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk

    mendapatkan diagnosis pasti. (4)

    Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Tumor Otak

    Pemeriksaan sken magnet (MRI) dan sken tomografi komputer merupakan

    pemeriksaan terpilih untuk mendeteksi adanya tumor-tumor intrakranial. Dalam hal

    ini dapat diketahui secara terperinci letak lokasi tumor dan pengaruhnya terhadap jaringan sekitarnya. (1,3)

    II.9. Penanganan Tumor Otak

    Modalitas penanganan terhadap tumor otak mencakup tindakan-

    tindakan :

    1. Terapi operatif

    2. Terapi konservatif

    10

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    11/29

    a. Radioterapi

    b. Kemoterapi

    c. Immunoterapi

    1. Terapi Operatif

    Tindakan operasi pada tumor otak (khususnya yang ganas) bertujuan

    untuk mendapatkan diagnosa pasti dan dekompresi internal. Persiapan pra

    bedah, penanganan pembiusan, teknik operasi dan penanganan pasca bedah

    sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan penanganan operatif

    terhadap tumor otak. (1)

    Khususnya pada kasus dengan gejala peninggian tekanan intrakranial,

    harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya herniasi otak pada waktu

    mulai dilakukan induksi anestesi. Kadang kala diperlukan pemberian steroid

    maupun manitol 15-30 menit sebelum tindakan operasi. (1)

    2. Terapi konservatif (non operatif)

    a. Radioterapi

    Tujuan dari terapi ini adalah menghancurkan tumor dengan dosis yang

    masih dapat ditoleransi oleh jaringan normal yang ditembusnya. Terapi radiasi

    modern terbatas pada radiasi megavoltase (energi yang > 1 juta elektron volt),

    yang mempunyai kemampuan penetrasi lebih dalam, absorbsi pada tulang,

    kulit dan jaringan subkutan yang lebih minimal. (1)

    Keberhasilan terapi radiasi pada tumor ganas otak diperankan oleh

    beberapa faktor :

    1. Terapi yang baik dan tidak melukai struktur kritis lainnya.

    2. Sensitivitas sel tumor dan sel normal.

    3. Tipe sel yang disinar.

    4. Metastasis yang ada.

    5. Kemampuan sel normal untuk repopulasi.

    6. Restrukturisasi dan reparasi sel kanker sewaktu interval antar fraksi

    radiasi. (1)

    11

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    12/29

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    13/29

    dan tidak terkoordinasi terjadi jika tumor terletak di kedua lobus

    frontali kanan dan kiri. (4)

    II.10.2. Tumor lobus Parietal

    Terjadi kejang dan gangguan berbicara serta agraphia adalah gejala

    yang sering muncul. Juga kelainan yang berkaitan dengan spatial

    (mengenai ruang), seperti susah untuk mengenal bagian tubuh

    sendiri. (4)

    II.10.3. Tumor lobus Occipital

    Hemianopsia dan kejang merupakan gejala dan tanda yang sering

    terjadi. (4)

    II.10.4 Tumor lobus Temporal

    Biasanya tidak terlalu jelas, sering tanpa gejala dan tanda. Kadang

    tampak kejang dan disfasia. (4)

    II.10.5. Tumor pada daerah talamus

    Tumor di lokasi ini berjumlah sekitar 1-2 % dari seluruh tumor otak.

    Jenis yang sering dijumpai adalah astrositoma, glioblastoma dan

    ependimoma. (1,2)

    Astrositoma berasal dari sel astrosit, salah satu jenis dari sel glia.

    Dapat terjadi di seluruh bagian susunan saraf pusat bahkan sampai di N. optikus. (3)

    Presentasi klinis selain gejala peningkatan tekanan intra kranial juga

    terdapat gejala gangguan talamus. Tindakan operatif dilakukan untuk

    dekompresi kecuali untuk kista koloid atau tumor non infiltratif (1).

    13

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    14/29

    II.10.6. Tumor pada daerah pineal/epifise

    Yang paling sering dijumpai adalah pinealoma. Selain itu teratoma,

    ependimoma, astrositoma, glioblastoma dan sebagainya. Secara klinis

    karena tumor ini menekan akueduktus serebri (sylvii) maka timbul

    gejala-gejala klinis berupa peninggian tekanan intrakranial, tanda

    perinaud, fenomena bell, fenomena puppenkopf (Dolls eye test),

    pupil Argyll Robertson, pubertas praekok, somnolen, diabetes

    insipidus, gengguan akibat penekanan serebelum oleh tumor yang

    membesar seperti gangguan sensorik, motorik, pendengaran dan

    keseimbangan. (1,2)

    II.10.7. Tumor pada batang otak

    Tumor batang otak adalah tumor yang terletak di daerah gangli

    basalis, mesensefalon, pons dan medula oblongata. Jenis tumor-tumor

    ini antara lain astrositoma, glioblastoma, ependimoma, metastasis,

    khordoma. Biasanya kasus tumor di daerah ini tampil dengan

    kesadaran yang menurun, gangguan N III. Eksistensi tumor ke daerah

    medula oblongata akan menimbulkan gangguan menelan, gangguan

    bicara, paralisa lidah. Pengobatannya adalah operasi tetapi prognose

    tetap buruk. Operasi ditujukan sebagai tindakan dekompresi, yaitu

    dengan membuat shunt (V-P shunt). (1,2)

    II.10.8. Tumor daerah serebelum

    Tumor daerah ini menimbulkan suatu obstruksi langsung aliran likuor

    di akuaduktus sehingga gejala peninggian tekanan intrakranial

    menjadi cepat. Bahaya herniasi serebeler yang mengancam

    merupakan suatu indikasi tindakan operasi yang segera. Jenis tumor

    yang sering dijumpai adalah meduloblastoma, astrositoma dan

    hemangioblastoma. (1)

    Tumor jenis ini sering dijumpai komplikasi angiomatosis di retina,

    pankreas, ginjal atau hepar. (2)

    14

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    15/29

    Operasi dilakukan dengan posisi duduk. Biasanya tumor ini sukar

    diambil semua. Paska operasi dilanjutkan dengan radioterapi dan

    kemoterapi. (1,2)

    II.10.9. Tumor sudut serebelo-pontin

    Biasanya keluhan yang menonjol adalah gangguan pendengaran dan

    tinitus, gangguan N. V, VII, VI. Jenis yang tersering adalah

    neurinoma akustik (90 %). Selain itu jenis meningioma, epidermoid,

    glioma dan papiloma. (1)

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan disokong oleh

    pemeriksaan :

    1. Test kalori.

    2. Foto tengkorak dengan posisi stenvers untuk melihat destruksi

    meatus akusticus internus.

    3. Angiografi serebral.

    Operasi yang dilakukan kadang terpaksa 1/3 bagian hemisfer serebeli

    ikut terbuang, namun demikian bila hanya 1/3 bagian tidak

    menimbulkan gangguan fungsi serebelum. Anastomose hipogloso

    fasial atau anas-tomose spinal assessorifasial sering dilakukan

    mengingat N. akustikus dekat dengan N. fasialis maka tumor kadang-

    kadang melekat pada N. fasialis sehingga saraf ini harus dipotong

    juga. Jika tumor berinfiltrasi ke N. Vagus dan N. Glossofaringeus

    akan mengakibatkan terjadinya gangguan menelan. (2)

    II.10.8. Tumor kongenital

    Tumor kongenital merupakan tumor yang tumbuh dari sisa-sisa

    jaringan embrional yaitu kraniofaringioma, khordoma, tumor pearly,

    dermoid, teratoma. (1,2)

    II.10.9. Tumor metastasis

    Tumor primer yang tersering adalah tumor paru-paru (karsinoma

    biokogenik), kemudian disusul oleh tumor tiroid, mammae, ginjal,

    kulit, prostat, nasofarings, usus, leukemia, retinoblastoma. (2)

    15

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    16/29

    Tumor metastasis merupakan 4,2-10 % kasus dari seluruh kasus tumor

    otak. Kebanyakan tumor metastasis ditampilkan sebagai lesi mata

    intrakranial yang multipel dan merupakan refleksi dari stadium

    terminal suatu keganasan.

    Adakalanya tumor metastasis menunjukkan gejala seperti ensefalitis

    dan disebut Enchepalitic form of metastasis carcinoma .

    Tindakan operatif dilakukan bila tumor metastasis tunggal dan padat.

    Tetapi bila multipel atau infiltratif maka hanya dilakukan dekompresi

    dilanjutkan dengan kemoterapi atau radioterapi. Prognosa umumnya

    buruk. (1,2)

    II.10.10. Tumor pembuluh darah

    Dengan kemajuan tehnik diagnostik seperti adanya angiografi

    serebral, maka berdasarkan patologi dan klinisnya tumor pembuluh

    darah ini dibedakan atas :

    1. Angioma-kavernosus

    Sering dijumpai pada hemisfer serebri juga pada pons, ganglia

    basalis serebelum, medula oblongata dan lain-lain. Umumnya

    ditemui pada penderita berumur sekitar 30 tahun. Diagnosa pasti

    ditegakkan dengan pemeriksaan flebografi. Biasanya dapat

    dilakukan tindakan operasi kecuali tumor berada pada daerah

    ganglia basalis.

    2. Angioma rasemosum (kapiler normal yang berkumpul pada suatu

    tempat)

    Terjadi secara kongenital, gejala klinis umumnya baru tampak

    pada usia 10-30 tahun dan kebanyakan lokasinya pada hemisfer

    serebri. Diagnosa ditegakkan dengan angiografi serebral dan

    pengobatan satu-satunya adalah operasi. (2)

    3. Hemangioblastoma

    Banyak dijumpai pada serebelum. Penderita biasanya berusia

    muda. Kadang-kadang disertai tumor di paru-paru, pankreas,

    ginjal, hepar dan retina. Hal ini disebut penyakit lindau von

    16

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    17/29

    hippel. Diagnosanya ditentukan dengan pemeriksaan angiografi

    serebral dan terapi yang terbaik adalah operasi serta radioterapi

    bila tak berhasil diangkat semua. (2)

    II.10.11.Tumor saraf-saraf otak

    Neurinoma merupakan tumor yang kebanyakan dijumpai pada saraf

    otak, biasanya bersifat padat dan dapat diambil semua. Umumnya

    mempunyai prognosa baik, namun dapat menimbulkan gangguan

    fungsional saraf yang terkena setelah dioperasi. (2)

    II.11. Astrositoma

    Astrositoma adalah tumor yang berasal dari sel astrosit. Salah satu jenis

    dari sel glia (sel penunjang sel saraf). Merupakan tumor susunan saraf pusat

    otak primer nomor dua terbanyak setelah glioblastoma dengan frekuensi kasus

    17-30 % dari semua glioma dan 11-13 % seluruh tumor otak. (1)

    Astrositoma dapat terjadi pada semua golongan umur dengan usia kasus

    rata-rata berkisar antara 35-40 tahun. Astrositoma yang berdiferensiasi baik

    cenderung pada kelompok usia yang lebih muda, sedangkan yang anaplastik

    lebih sering pada kelompok usia menengah. (1)

    Gradasi astrositoma dikelompokkan menjadi empat grup (Grade I-IV).

    Yang menjadi dasar patokan penilaian gradasi adalah daerah neoplasma yang

    menunjukkan anaplasia yang paling tinggi. (1)

    II.11.1 Presentasi klinis

    1. Sakit kepala dan muntah bukanlah keluhan yang tersering, tetapi

    72 % astrositoma serebri mempunyai keluhan ini, 11 %

    diantaranya cenderung melibatkan nyeri sebelah saja (75 %

    darinya ipsilateral terhadap tumor). Muntah dijumpai kira-kira

    31 % kasus. Gejala awal yang tersering adalah kejang (40-75

    kasus) baik berupa kejang umum maupun kejang fokal. Kejang

    yang terjadi akibat insufisiensi aliran darah yang sesaat

    menimbulkan bangkitan elektrolit yang berlebihan. (1)

    2. Defisit neulogis fokal

    17

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    18/29

    Penderita menunjukkan gejala paresis atau paralisis sebanyak

    19 %, 55 % parese fasial dan 41 % paresis tungkai. Defisit

    lainnya seperti gangguan penglihatan, disfasia, diplopia, vertigo,

    hemianopsia homonimus, gangguan sensorik dapat timbul pada

    kira-kira 15-20 % kasus. Hampir sepertiga penderita astrositoma

    menunjukkan gejala gangguan mental dimana seperlima darinya

    mempunyai penurunan kesadaran. (1)

    II.11.2. Investigasi diagnostik (1)

    1. Foto polos tengkorak

    Abnormalitas foto polos tengkorak hanya dijumpai pada separuh

    kasus berupa gambaran erosi sela tursika dan (8-12 %) kalsifikasi

    tumor.

    2. EEG

    Gambaran EEG yang non spesifik berupa kelainan fokal dalam

    corak yang bervariasi dijumpai pada kurang dari 45 % kasus.

    3. Sken komputer tomografi otak (CT Scan)

    98 % astrositoma Grade I menunjukkan adanya penurunan

    densitas, enhancement yang tidak mencolok, sedikit atau tidak

    ada edema perifokal, 40 % astrositoma Grade II merupakan lesi

    yang hipodens dibandingkan dengan jaringan otak sekitarnya.

    Pada grade ini menunjukkan edema yang lebih menonjol dan 90%

    menampilkan enhancement yang bermakna.

    4. MRI, dapat mendeteksi astrositoma yang tidak terdeteksi pada

    pemeriksaan sken komputer tomografi otak.

    II.11.3. Penanganan dan hasil terapi

    Penanganan astrositoma ditujukan untuk menegakkan diagnosa pasti

    dan perbaikan prognosa, serta memperpanjang harapan hidup.

    Tindakan operasi reseksi yang cenderung radikal dilakukan bagi

    tumor-tumor yang berlokasi di daerah aman (lobus frontal hemisfer

    18

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    19/29

    non dominan). Biopsi biasa dilakukan di daerah berbahaya (girus

    motorik). Angka mortalitas operasi bergantung pada keadaan

    prabedah pasien disamping juga penggunaan steroid dan antiedema

    sebelumnya. Harapan hidup yang lebih panjang pada penderita-

    penderita tumor yang pascabedahnya diberikan radiasi. Keberhasilan

    kemoterapi pada astrositoma masih dalam penelitian dan sulit untuk

    dapat diharapkan secara pasti, namun kemungkinan pemberian

    sebagai terapi adjuvan cenderung ditujukan untuk kasus-kasus yang

    anaplastik.

    Terobosan mutakhir yang tampaknya memberikan harapan adalah

    tindakan radio-surgery yang merupakan salah satu alternatif bagi

    tumor-tumor astrositoma yang terletak di daerah sulit dan tidak bisa

    dijangkau dengan pisau.

    II.12.Glioblastoma (1,2)

    Ada berbagai macam kriteria dipakai untuk membedakan gliobalastoma

    dari astrositoma anaplastik. Salah satu definisi yang berkaitan dengan hal di

    atas adalah bahwa tumor disebut astrositoma bila asal tumor berhasil

    diidentifikasi dari astrosit, sedangkan dikategorikan sebagai glioblastoma bila

    asalnya tidak diketahui. Sifat pertumbuhan sel adalah invasif .

    II.12.1. Gejala klinis

    Gejala klinis yang umumnya ditemui :

    1. Nyeri kepala

    2. Gangguan motorik

    3. Perubahan mental

    4. Gangguan neurologis

    II.13.Meningioma (1,2)

    Tumor ini relatif sering dijumpai pada usia dewasa dengan sifat khas

    yaitu pertumbuhan yang lambat dan kecenderungan meningkatnya

    19

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    20/29

    vaskularisasi tulang yang berdekatan, hiperosmosis tengkorak dan menekan

    jaringan otak di sekitarnya.

    II.13.1. Gejala klinis

    Seperti halnya tumor intrakranial ekstra aksial, tumor inipun

    menyebabkan gejala yang merupakan manifestasi adanya tekanan

    terhadap jaringan otak, tumor ini tumbuhnya lambat sehingga sering

    gejala klinisnya tidak begitu menonjol. Pada foto polos kepala

    terdapat tanda yang khas yaitu hiperostosis tulang dan peningkatan

    vaskularitas.

    II.14.Meduloblastoma (1)

    Merupakan tumor berjumlah sekiatr 8 % dari semua glioma dan 33 %

    dari seluruh tumor di dalam atau di luar ventrikel IV. Asal tumor ini masih

    kontroversial, diduga berasal dari sel undifferentiated yang bermigrasi ke

    permukaan serebelum sewaktu kehidupan awal.

    II.13.1. Prestasi klinis

    Durasi rata-rata timbulnya gejala adalah 4-6 bulan gejala awal

    yang timbul adalah berupa peninggian tekanan intrakranial. Gejala

    lainnya adalah gejala serebeler.

    II.15.Ependimoma (1)

    Merupakan neoplasma glioma dan mempunyai frekuensi kira-kira 5 %

    dari seluruh glioma. Tumor ini menunjukkan kecenderungan tinggi pada usia

    muda dan dari distribusi geografis cukup menonjol pada daereah Asia dan

    Jepang. Hampir dua pertiga kasus mempunyai predileksi di kompartemen

    infratentorial, dan 25 % di dalam serta sekitar ventrikel IV.

    II.14.1. Presentasi klinis

    Durasi gejala ependiloma rata-rata berjangka waktu enam

    belas bulan, sebanyak 90 % menunjukkan adanya papiledem, 80 %

    mengeluh nyeri kepala, mual, muntah dijumpai pada 75 % serta gejala

    serebeler seperti vertigo dan afaksia sebanyak 60 % kasus. Kejang

    20

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    21/29

    hanya dijumpai pada sepertiga ependimoma supratentorial (1 % dari

    seluruh tumor otak dengan gejala kejang).

    II.16.Tumor Pleksus Choroid (1)

    Tumor ini mempunyai frekuensi 0,5 % dari seluruh tumor intrakranial

    penderita dengan usia kurang dari duabelas tahun. Tumor dapat mengenai

    hampir seluruh kelompok usia dengan frekuensi 35-45 % kasus berusia

    dibawah usia 20 tahun, dengan rasio kelamin sama antara laki-laki dan

    perempuan.

    Tumor berupa massa dengan konsistensi lunak, vaskuler, ireguler yang

    berbentuk mirip kembang kol, sedang tampilan mikroskopik mirip dengan

    pleksus khoroid yang normal.

    II.15.1. Presentasi klinis

    Presentasi gejala klinis biasanya berupa tanda-tanda

    peningkatan tekanan intrakranial tanpa disertai gejala neurologis

    fokal. Tumor intraventrikel IV nistagmus dan ataksia.

    Pemeriksaan foto polos kepala, disamping menujukkan tanda

    peningkatan tekanan intrakranial, kadang-kadang menunjukkan

    kalsifikasi serebral menggambarkan hidrosefalus dan suatu tumor

    blush.

    II.17.Adenoma Pituitari / Hipofise (1,2,3)

    Adalah satu-satunya adenoma primer asli dari kavitas kranial, sehingga

    dikelompokkan ke dalam neoplasma epitel. Frekuensi kurang lebih 8 % - 10 %

    dari seluruh tumor intrakranial dengan puncak distribusi usia antara 35 45

    tahun.

    Adenoma pituitari tumbuh ekspansif keluar dari fosa pituitari. Tumor

    biasanya dibungkus kapsul yang liat dan mengandung kalsifikasi.

    Tumor dikelompokkan menjadi tiga tipe berdasarkan gambaran

    mikroskopisnya.

    21

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    22/29

    - Tipe difus (54 %), mempunyai stroma yang sedikit dan beberapa pembuluh

    darah tanpa susunan arsitektur yang khas.- Tipe sinusoidal (31 %) mirip pituitari normal, namun mempunyai sel

    perlobul dari tipe yang sama dengan jumlah yang lebih banyak.

    - Tipe papiler (15 %) menampilkan kapiler di sentral dengan beberapa

    jaringan penyangga dan sel-sel adenoma.

    Kategori lain adalah klasifikasi fungsional dimana dibagi menjadi adenoma

    dengan aktivitas endokrin dan adenoma yang inaktif.

    II.17.1. Presentasi klinis

    Gejala klinis yang tampak biasanya diakibatkan oleh

    hipersekresi atau hiposekresi serta adanya penekanan oleh tumor.

    Keluhan tersering adalah gangguan penglihatan yang terjadi secara

    perlahan. Nyeri kepala merupakan keluhan yang kerap timbul, yang

    mana lebih sering terjadi pada wanita dengan akromegali, yang mana

    hal ini lebih dikaitkan dengan ada tidaknya produksi hormon

    somatotropik.

    Pemeriksaan funduskopi menampakan diskus optik yang

    pucat. Papiledema agak jarang dijumpai pada tumor yang masih kecil.

    Paresis otot-otot ekstraokuler dapat terjadi pada 10 % kasus terutama

    melibatkan N. III.

    II.18.Kraniofaringioma (1)

    Frekuensi tumor lebih kurang 2,5 % dari seluruh tumor otak, tumor ini

    lebih sering terjadi pada usia anak-anak dengan rasio kelamin seimbang.

    Tumor ini merupakan tumor supraselar yang mengandung komponen

    padat dan kistik. Adanya deposit kalsium menyebabkan tumor mengeras.

    Adanya perubahan degeneratif menyebabkan kista tumor membesar, dinding

    dalamnya dapat mengandung papil-papil dan terisi cairan kecoklatan.

    II.18.1. Presentasi klinis

    22

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    23/29

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    24/29

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    III.1. Materi dan Bahan

    Populasi penelitian adalah penderita tumor otak di RSUD Prof. Dr.

    Margono Soekarjo Purwokerto dari bulan Januari 2003 sampai dengan

    Desember 2005.

    III.2. Rancangan Penelitian

    Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskripsi retrospektif.

    III.3. Metode Penelitian

    Obyek penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis tumor otak di

    RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto periode Januari 2003 sampai

    dengan Desember 2005.

    Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskripsi retrospektif dengan

    menggunakan data sekunder dari rekam medik pasien, Ruang Rawat Cempaka

    dan Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

    Purwokerto.

    24

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    25/29

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Dari hasil penelitian ini menunjukkan ada 30 kasus tumor otak di RSUD

    Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada periode 1 Januari 2003 sampai 31

    Desember 2005. Dari 30 kasus tumor otak yang ada didapatkan hasil pada tabel

    berikut:

    Tabel I. Distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan umur diRSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada periode 1Januari 2003 sampai 31 Desember 2005

    No. Umur Frekuensi Presentase (%)1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    10 thn

    11 20 thn

    21 30 thn

    31 - 40 thn

    41 50 thn

    51 60 thn

    > 61 thn

    4

    1

    4

    8

    8

    3

    2

    13,33

    3,33

    13,33

    26,67

    26,67

    10

    6,67

    Jumlah 30 100

    Berdasarkan tabel distribusi dan frekuensi penderita tumor otak

    berdasarkan umur (tabel I) dapat diketahui bahwa jumlah terbanyak ada pada usia 31

    40 dan 41 50 yaitu masing-masing 8 orang (26,67 %). Tumor otak dapat terjadi

    pada semua umur, tetapi ada kecenderungan bahwa tumor otak akan meningkat pada

    kelompok usia 40 tahun. (1,4,7)

    25

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    26/29

    Tabel II. Distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan jeniskelamin di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada

    periode 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2005

    No. Jenis kelamin Frekuensi Presentase (%)1.

    2.

    Laki-laki

    Perempuan

    10

    20

    33,33

    66,67

    Jumlah 30 100

    Berdasarkan tabel distribusi dan frekuensi penderita tumor otak RSUD Prof.

    Dr. Margono Soekarjo Purwokerto berdasarkan jenis kelamin (Tabel II) dapat

    diketahui jumlah terbanyak penderita tumor otak ada pada jenis kelamin perempuan

    yaitu 20 orang (66,67 %). Pada umumnya tumor otak lebih banyak pada laki-laki,

    sehingga hasil ini tidak sesuai dengan teori (7). Walaupun ada beberapa jenis tumor

    seperti meningioma dan adenoma yang lebih banyak terjadi pada perempuan. (8)

    Tabel III. Distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan jenistumor di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada

    periode 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2005

    No. Jenis tumor Frekuensi Presentase (%)1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    Meningioma

    Astositoma

    Meduloblastoma

    Neuroblastoma

    Schwannoma

    Hemangioma

    Adenokarsinoma

    Tiroid aberrant

    13

    11

    1

    1

    1

    1

    1

    1

    43,33

    36,67

    3,33

    3,33

    3,33

    3,33

    3,33

    3,33

    Jumlah 30 100

    Berdasarkan tabel distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan

    jenis tumor (Tabel IV) didapatkan bahwa jenis tumor otak terbanyak adalah

    meningioma (43,33 %). Jenis tumor otak terbanyak adalah glioma. Hal ini tidak

    26

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    27/29

    sesuai dengan teori karena meningioma adalah jenis tumor otak terbanyak kedua

    setelah glioma. (1,2,3,4,5)

    Tabel IV. Distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan lokasitumor di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto padaperiode 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2005

    No. Letak tumor Frekuensi Presentase (%)1.

    2.

    3.4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    Frontal

    Parietal

    TemporalPetrosum

    Frontoparietal

    Parietoparietal

    Sphenoid ridge

    Parasagital

    Falk cerebri

    Duramater

    Cerebellum

    9

    7

    11

    3

    1

    1

    2

    1

    2

    2

    30

    23,33

    3,333,33

    10

    3,33

    3,33

    6,67

    3,33

    6,67

    6,67Jumlah 30 100

    Berdasarkan tabel distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan

    lokasi tumor (Tabel IV) didapatkan bahwa jumlah terbanyak ada di regio frontal (30

    %). Hal ini mungkin dikarenakan pada penelitian ini jenis tumor terbanyak adalah

    meningioma, yang memiliki predileksi di regio frontalis (70%). (9)

    Tabel V. Distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan gejalaklinis yang menonjol di RSUD Prof. Dr. Margono SoekarjoPurwokerto pada periode 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2005

    No. Gejala kinis yang Frekuensi Presentase

    27

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    28/29

    menonjol (%)1.

    2.

    3.

    4.

    Nyeri kepala

    Kejang

    Hemiparese

    Penurunan kesadaran

    15

    3

    5

    7

    50

    10

    16,67

    23,33

    Jumlah 30 100

    Berdasarkan tabel distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan

    gejala klinis yang menonjol (Tabel V) didapatkan bahwa gejala klinis yang paling

    banyak dijumpai adalah nyeri kepala (50 %). Seperti kita ketahui bahwa nyeri kepalamerupakan salah satu gejala tersering dari peninggian tekanan intrakranial selain

    muntah proyektil dan papil edema. (1,2,3,4,5,6,7,8)

    Tabel VI. Distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan asaldaerah di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto padaperiode 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2005

    No. Asal daerah Frekuensi Presentase (%)1.

    2.3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    Banyumas

    PurbalinggaCilacap

    Banjarnegara

    Wonosobo

    Pemalang

    Kebumen

    Brebes

    Banjarpatoman

    Lampung

    12

    52

    3

    1

    1

    1

    3

    1

    1

    40

    16,676,67

    10

    3,33

    3,33

    3,33

    10

    3,33

    3,33

    Jumlah 30 100Berdasarkan tabel distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan

    asal daerah penderita didapat berasal dari banyumas (40 %). Hal ini mungkin

    dikarenakan letak RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang berada di eks

    Karesidenan Banyumas. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tidak ditemukan

    perbedaan insidensi antara berbagai kelompok suku bangsa. (7)

    28

  • 7/27/2019 Refrat Tumor Kepala

    29/29