7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
1/29
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak
ruang (space occupying lession atau space taking lession) yang timbul di dalam
rongga tengkorak baik di dalam kompartemen supratentorial maupun
infratentorial. Di dalam hal ini mencakup tumor-tumor primer pada korteks,
meningens, vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga,
serta tumor metastasis dari bagian tubuh lainnya. (1)
Berdasarkan data statistik, angka insidensi tahunan tumor intrakranial di
Amerika adalah 16,5 per 100.000 populasi per tahun dimana separuhnya
(17.030) adalah kasus tumor primer yang baru dan separuh sisanya (17.380)
merupakan lesi-lesi metastasis. Estimasi insidensi tumor intrakranial primer
adalah 8,2 per 100.000 populasi per tahun. Data-data insidensi dari negara-
negara lainnya berkisar antara 7-13 per 100.000 populasi per tahun (Jepang
9/100.000 populasi/tahun, Swedia 4/100.000 populasi/tahun. Di Indonesia masih
belum ada, registrasi terperinci yang berkaitan dengan hal ini, namun dari
pengalaman di RSPP dijumpai frekuensi tumor otak sebanyak 200-220
kasus/tahun, 10 % darinya adalah lesi metastasis.
Dari data di atas, nyatalah bahwa tumor otak merupakan salah satu
penyakit yang bukan sedikit jumlahnya. (1)
I.2. Maksud dan Tujuan
Penulisan referat ini ditujukan untuk mengetahui karakteristik penderita
tumor otak di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto berdasarkan umur,
jenis kelamin, jenis tumor, lokasi tumor, lokasi tumor, gejala klinis yang
menonjol dan asal daerah penderita tumor otak periode Januari 2003 sampai
Desember 2005.
1
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
2/29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Tumor otak adalah neoplasma yang timbul di dalam rongga tengkorak
baik di dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial atau adanya
proses desak ruang. (1,2,3) Tumor otak adalah suatu massa yang berasal dari sel-
sel abnormal atau perkembangan yang tidak terkontrol dari sel-sel otak. (4)
II.2. Neuroanatomi
Struktur utama otak :
1. Cerebrum
Bagian terluas dari otak adalah c erebrum . Terdiri atas dua hemisfer yaitu
hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Lapisan terluar, disebut juga korteks
cerebrum terdiri atas gray matter . Sedangkan lapisan dalam adalah white
matter . Gray matter tersusun atas neuron. W hite matter terdiri atas akson
neuron yang membawa informasi antara neuron di otak dan medulla
spinalis. (4)
Sel-sel Saraf (Neuron)
Unit fungsional dasar dari sistem saraf. Otak mengandung kira-kira
1011 neuron. Neuron mengandung badan sel, akson, dendrit dan
sinapsis. Neuron menyalurkan infromasi dari reseptor saraf perifer
ke sistem saraf pusat (neuron sensorik) atau menyalurkan isyarat
aktivasi motorik dari otak ke otot (neuron motorik). (4)
Sel glia
Sel non neuronal dalam sistem saraf pusat. Empat tipe sel glia
adalah astrosit, oligodendrosit, sel ependimal dan mikroglia.
Struktur penunjang untuk neuron diberikan oleh astrosit, yang juga
merupakan sel glia yang terlibat dalam pembentukan parut di
sistem saraf pusat jika neuron berdegenerasi. Proses fagositosis
2
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
3/29
melibatkan astrosit dan oligodendrosit. Sel ependimal melapisi
ventrikel otak dan kanalis sentralis medula spinalis, dilapisi silia
yang mempermudah pergerakan cairan serebrospinalis. (4)
Sel Schwann
Sel otak yang membuat mielin yang merangsang impuls lebih
cepat. (2)
Cerebrum terbagi atas empat lobus, yaitu : (4)
a. Lobus frontal
Mengontrol otot volunter, juga mengontrol bicara dan menulis.
Termasuk didalamnya fungsi intelektual, proses berpikir, tingkah laku
dan daya ingat.
b. Lobus parietal
Lobus parietal menerima dan menginterpretasikan sensasi. Sensasi ini
termasuk nyeri, temperatur, raba, tekanan, ukuran, bentuk dan
kewaspadaan. Termasuk juga mendengar, berpikir dan daya ingat.
c. Lobus temporal
Lobus temporal mengatur pemahaman suara dan kata-kata, juga
memori dan emosi.
d. Lobus oksipital
Lobus oksipital mengatur pemahaman gambar visual dan arti dari kata-
kata tertulis.
2. Cerebellum
Terdiri dari dua hemisfer yang dihubungkan oleh vermis. Cerebellum
kemudian berlanjut ke batang otak (brain stem). Cerebellum bersama
dengan thalamus dan cerebrum mengontrol koordinasi otot volunter,
termasuk berjalan dan artikulasi berbicara. (4)
3. Pons
Mengatur aktivitas cerebrum dan cerebellum dengan mengeluarkan impuls
antara keduanya dan medulla spinalis. Pons terdiri dari saraf cranial ke V,
VI, VII dan VIII. (4)
3
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
4/29
4. Medulla oblongata
Mengontrol pernafasan, denyut jantung dan muntah. Merupakan
penghubung antara otak dengan medulla spinalis. Terdiri dari saraf cranial
IX, X, XI dan XII. (4)
Disamping keempat struktur utama otak, ada banyak struktur penting lainnya
dari otak. (4)
5. Batang otak
Mengatur fungsi dasar, termasuk tekanan darah, denyut jantung dan pernafasan. (4)
6. Meninges
Meninges menutupi otak dan medula spinalis. Suatu membran tipis
yang terletak di luar otak. Penutup yang paling luar dan paling kuat adalah
duramater, yang melekat dengan bagian dalam tengkorak. Di bawah
duramater adalah arachnoid dan piamater, piamater berlekatan dengan
permukaan otak. (4)
7. Ventrikel dan Plexus choroids
Ada empat ruang yang saling berhubungan yang disebut ventrikel. Di
dalam tiap ventrikel terdapat plexus choroids yang menghasilkan cairan
serebrospinal, yang mengalir melalui ventrikel dan ruang subarachnoid
mengelilingi otak dan medulla spinalis. (4)
8. Glandula Pituitari
Kelenjar pituitari adalah kelenjar pada dasar otak. Lokasinya di
sella tursica, diantara dan di samping mata, sekitar saraf optik dan chiasma
opticum. Berfungsi membuat hormon untuk menstimulasi organ-organ
lain, prolactin, Growth hormon, TSH dan sebagainya. (2)
9. Glandula Pineal
Terletak di bawah corpus callosum . Memproduksi hormon melatonin yang
fungsinya belum diketahui. (4)
4
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
5/29
II.3. Etiologi
Penyebab utama tumor otak belum diketahui. Beberapa tumor
(Retinoblastoma) dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Tumor-tumor
lainnya (Craniopharyngioma) timbul secara kongenital. (3)
Tumor otak dapat timbul dari pertumbuhan sel normal yang
terganggu, tidak terkontrol (primer) atau karena metastase (sekunder). (2)
Riwayat keluarga dengan neurofibromatosis tipe 2 adalah kondisi
herediter yang berasosiasi dengan Schwannoma pada kedua saraf akustik
dan pada beberapa pasien meningioma atau ependimoma. (2)
II.4.Epidemiologi
Tumor otak dapat terjadi atau timbul tanpa mengenal usia. Namun
demikian ada jenis-jenis tumor yang cenderung mengenai kelompok usia
tertentu. Misalkan saja tumor otak yang banyak menyerang anak-anak adalah
astrocytoma, medulloblastoma, ependymoma dan glioma batang otak. Sekitar
75 % tumor otak pada anak-anak adalah jenis glioma, namun hanya 45 % pada
usia dewasa. Selain retinoblastoma, berbagai jenis tumor otak jarang terjadi
pada pertama tahun kehidupan. (3)
Insidensi tumor otak primer bervariasi sehubungan dengan kelompok
umur penderita. Angka insidens ini mulai cenderung meningkat sejak
kelompok usia dekade pertama yaitu dari 2/100.000 populasi/tahun pada
kelompok umur 10 tahun menjadi 8/100.000 populasi/tahun pada kelompok
usia 40 tahun, dan kemudian meningkat tajam menjadi 20/100.000
populasi/tahun pada kelompok usia 70 tahun untuk selanjutnya menurun
lagi. (1) Anak umur dibawah 10 tahun, tumor infratentorial, diatas 11 tahun
tumor supra tentorial. (2,4)
II.5. Klasifikasi Tumor Otak
Klasifikasi tumor otak didasarkan pada lokasi tumor, jenis jaringan
yang terlibat, tendensi ke arah jinak atau ganas dan faktor-faktor lainnya. (4)
5
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
6/29
Klasifikasi tumor otak diawali oleh konsep Virchow berdasarkan
tampilan sitologinya, dan dalam perkembangan selanjutnya dikemukakan
berbagai variasi modifikasi peneliti-peneliti lain dari berbagai negara.
Klasifikasi universal dipelopori oleh Bailey dan Chushing (1926) berdasarkan
histogenesis sel tumor dari sel embrional yang dikaitkan dengan
diferensiasinya pada berbagai tingkatan. Korelasi klasifikasi ini dengan klinis
penderita diperankan oleh faktor-faktor seperti lokasi tumor, efek radiasi, usia
penderita dan operasi yang dilakukan. Klasifikasi yang berkaitan dengan
gradasi keganasan berkembang secara luas seperti konsep Broders (1915) yang
mengelompokkan tumor otak menjadi empat tingkat anaplasia seluler :
Grade I : diferensiasi sel 75 100 %
Grade II : diferensiasi sel 50 75 %
Grade III : diferensiasi sel 25 50 %
Grade IV : diferensiasi sel 0 25 %
Negara-negara berbahasa Inggris cenderung menggunakan klasifikasi
Kernohan (1949) yang didasari oleh sistem gradasi keganasan. Dan
menghubungkannya dengan prognosis.
Adapun klasifikasi tumor otak dari WHO (2000) adalah :
1. Neuroepithelial (Neuroectodermal)
1.1 Astrocytoma
1.2 Oligodendroglioma
1.3 Ependymoma
1.4 Mixed Gliomas
1.5 Choroid Plexus Tumors
1.6 Uncertain Origin
1.7 Neuronal and Mixed Neuronal/Glial
1.8 Pineal Parenchymal
1.9 Embryonal
2. Tumors of Nerve Sheath
2.1 Schwannoma
2.2 Neurofibroma
6
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
7/29
2.3 Malignant (peripheral) nerve sheath tumor
3. Tumors of the Meninges
3.1 Meningioma
3.2 Mesenchymal (not meningothelial)
3.2.1-4 Benign
3.2.5-10 Malignant
3.2.5 Hemangiopericytoma
3.3 Primary Melanocytic Lesions
4. Lymphoma
5. Germ Cell Tumors
5.1 Germinoma
6. Cysts and Tumor-like Lesions
6.1 Rathke cleft cyst
6.2 Epidermoid cyst
6.3 Dermoid cyst
6.4 Colloid cyst
7. Tumors of the Sellar Region
7.1 Pituitary Adenoma
7.3 Craniopharyngioma
8. Local Extension of Regional Tumors
9. Metastatic
10. Unclassified
II.6. Tingkah Laku Biologis dan Keganasan Tumor Otak
Keganasan tumor otak yang memberikan implikasi pada prognosanya
didasari oleh morfologi sitologi tumor dan konsekuensi klinis yang bekaitan
dengan tingkah laku biologis. Sifat-sifat keganasan tumor otak secara klasik
didasari oleh hasil evaluasi morfologi makroskopis dan histologis neoplasma.
1. Benigna (jinak)
Tumor menunjukkan batas yang jelas, tidak infiltratif dan hanya
mendesak organ-organ sekitarnya, dijumpai adanya pembentukan kapsul
7
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
8/29
serta tidak adanya metastasis maupun rekurensi setelah dilakukan
pengangkatan total. Tampilan histologinya menunjukkan struktur sel yang
reguler, pertumbuhan lambat tanpa mitosis, densitas sel yang rendah
dengan diferensiasi struktur yang jelas parenkim, stroma yang tersusun
teratur tanpa adanya formasi yang baru (1,2,4) .
Termasuk tumor jinak adalah meningioma, neuroma akustik,
pinealoma (3).
2. Maligna (ganas)
Tampilan makroskopis yang infiltratif atau ekspansi destruktif
tanpa batas yang jelas, tumbuh cepat serta cenderung membentuk
metastasis dan rekurensi pasca pengangkatan total. Gambaran histologis
menunjukkan meningkatnya selularitas, pleomorfisme, diferensiasi sel
kurang jelas, area nekrosis (1,4) .
Kriteria keganasan tumor otak secara klinis adalah volume efektif
tumor (edema sekelilingnya), efek massa yang ada (termasuk herniasi),
keterlibatan dengan aliran likuor (hidrosefalus), keterlibatan arteri (infark)
dan keterlibatan pusat-pusat vital (hipotalamus, batang otak) (1).
Secara umum penilaian terhadap tumor otak dalam kaitannya
dengan derajat keganasannya mencakup faktor-faktor kriteria :
a. Keganasan histologis yang didasari oleh data morfologi.
b. Keganasan biologis yang didasari oleh data statistik tentang survival
jenis tumor.
c. Keganasan klinis yang didasari kedua di atas dan tampilan-tampilan
klinis tertentu.
Yang termasuk tumor otak ganas adalah astrositoma, astroblastoma,
oligodendroglioma, ependimoma, gliosarkoma. (5)
II.7. Presentasi Klinis Sindrom Tumor Otak
1. Peningkatan tekanan intrakranial. Trias gejala klasik dari sindroma
tekanan tinggi intrakranial adalah nyeri kepala, muntah proyektil dan
papiledema(1)
. Nyeri kepala bersifat intermittent, tumpul, berdenyut,
8
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
9/29
biasa terjadi pada siang hari, berlokasi sekitar daerah frontal atau
oksipital (1,2,3,6) . Tumor otak pada bayi yang menyumbat aliran likuor
serebro spinalis sering kali ditampilkan dengan pembesaran lingkar
kepala yang progresif dan ubun-ubun besar yang menonjol, sedangkan
pada anak-anak yang lebih besar, gejala papiledema terjadi lebih
menonjol. (1)
2. Kejang
Gejala kejang pada tumor otak khususnya di daerah supratentorial dapat
berupa kejang umum ataupun kejang fokal. Dapat merupakan gejala
awal yang tunggal dari neoplasma hemisfer otak. (1,2)
3. Gejala neurologis fokal (1)
1. Perubahan personalitas atau gangguan mental, menyertai tumor-
tumor yang terletak di daerah frontal, temporal, hipotalamus.
2. Afasia, terutama pada tumor yang berada di hemisfer kiri.
3. Gangguan visus, dapat terjadi pada tumor daerah selar, nervus
optikus dan hipotalamus.
4. Kelumpuhan saraf okulomotorius merupakan tampilan khas dari
tumor-tumor para selar dan dengan adanya tekanan intrakranial
yang meninggi dan sering disertai dengan kelumpuhan saraf
abdusens.
5. Nistagmus, timbul pada tumor fosa posterior.
6. Kelemahan wajah dan hemiparesis yang berkaitan dengan gangguan
sensorik serta kadang ada defek visual merupakan refleksi
kerusakan kapsula interna atau korteks yang terkait.
7. Ataksia trunkal, petanda tumor di fossa posterior yang terletak di
garis tengah.
8. Gangguan endokrin menunjukkan adanya kelainan pada
hipotalamus hipofise.
4. Gejala-gejala tumor otak pada anak-anak antara lain gejala neurologis
yang timbul progresif, muntah-muntah, demam tinggi, pembesaran
kepala, ataksia.(2)
9
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
10/29
II.8. Diagnosis
Dokter melakukan anamnesis yang menyeluruh untuk menggali gejala yang
terjadi. Kemudian dilakukan pemeriksaan neurologis, antara lain :
Pergerakan mata, reflek pupil dan tes reflek mata
Tes telinga menggunakan arloji
Tes reflek menggunakan palu hammer
Tes keseimbangan dan koordinasi.
Tes raba
Tes penciuman
Test otot muka, seperti tersenyum dan tertawa
Gerakan lidah, reflek muntah
Tes gerakan kepala
Tes Mental status, misalnya menanyakan waktu
Tes berpikir abstrak
Tes daya ingat
Jika dari hasil anamnesis dan pemeriksaan neurologis menunjukkan adanya
dugaan terdapatnya tumor otak maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
mendapatkan diagnosis pasti. (4)
Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Tumor Otak
Pemeriksaan sken magnet (MRI) dan sken tomografi komputer merupakan
pemeriksaan terpilih untuk mendeteksi adanya tumor-tumor intrakranial. Dalam hal
ini dapat diketahui secara terperinci letak lokasi tumor dan pengaruhnya terhadap jaringan sekitarnya. (1,3)
II.9. Penanganan Tumor Otak
Modalitas penanganan terhadap tumor otak mencakup tindakan-
tindakan :
1. Terapi operatif
2. Terapi konservatif
10
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
11/29
a. Radioterapi
b. Kemoterapi
c. Immunoterapi
1. Terapi Operatif
Tindakan operasi pada tumor otak (khususnya yang ganas) bertujuan
untuk mendapatkan diagnosa pasti dan dekompresi internal. Persiapan pra
bedah, penanganan pembiusan, teknik operasi dan penanganan pasca bedah
sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan penanganan operatif
terhadap tumor otak. (1)
Khususnya pada kasus dengan gejala peninggian tekanan intrakranial,
harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya herniasi otak pada waktu
mulai dilakukan induksi anestesi. Kadang kala diperlukan pemberian steroid
maupun manitol 15-30 menit sebelum tindakan operasi. (1)
2. Terapi konservatif (non operatif)
a. Radioterapi
Tujuan dari terapi ini adalah menghancurkan tumor dengan dosis yang
masih dapat ditoleransi oleh jaringan normal yang ditembusnya. Terapi radiasi
modern terbatas pada radiasi megavoltase (energi yang > 1 juta elektron volt),
yang mempunyai kemampuan penetrasi lebih dalam, absorbsi pada tulang,
kulit dan jaringan subkutan yang lebih minimal. (1)
Keberhasilan terapi radiasi pada tumor ganas otak diperankan oleh
beberapa faktor :
1. Terapi yang baik dan tidak melukai struktur kritis lainnya.
2. Sensitivitas sel tumor dan sel normal.
3. Tipe sel yang disinar.
4. Metastasis yang ada.
5. Kemampuan sel normal untuk repopulasi.
6. Restrukturisasi dan reparasi sel kanker sewaktu interval antar fraksi
radiasi. (1)
11
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
12/29
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
13/29
dan tidak terkoordinasi terjadi jika tumor terletak di kedua lobus
frontali kanan dan kiri. (4)
II.10.2. Tumor lobus Parietal
Terjadi kejang dan gangguan berbicara serta agraphia adalah gejala
yang sering muncul. Juga kelainan yang berkaitan dengan spatial
(mengenai ruang), seperti susah untuk mengenal bagian tubuh
sendiri. (4)
II.10.3. Tumor lobus Occipital
Hemianopsia dan kejang merupakan gejala dan tanda yang sering
terjadi. (4)
II.10.4 Tumor lobus Temporal
Biasanya tidak terlalu jelas, sering tanpa gejala dan tanda. Kadang
tampak kejang dan disfasia. (4)
II.10.5. Tumor pada daerah talamus
Tumor di lokasi ini berjumlah sekitar 1-2 % dari seluruh tumor otak.
Jenis yang sering dijumpai adalah astrositoma, glioblastoma dan
ependimoma. (1,2)
Astrositoma berasal dari sel astrosit, salah satu jenis dari sel glia.
Dapat terjadi di seluruh bagian susunan saraf pusat bahkan sampai di N. optikus. (3)
Presentasi klinis selain gejala peningkatan tekanan intra kranial juga
terdapat gejala gangguan talamus. Tindakan operatif dilakukan untuk
dekompresi kecuali untuk kista koloid atau tumor non infiltratif (1).
13
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
14/29
II.10.6. Tumor pada daerah pineal/epifise
Yang paling sering dijumpai adalah pinealoma. Selain itu teratoma,
ependimoma, astrositoma, glioblastoma dan sebagainya. Secara klinis
karena tumor ini menekan akueduktus serebri (sylvii) maka timbul
gejala-gejala klinis berupa peninggian tekanan intrakranial, tanda
perinaud, fenomena bell, fenomena puppenkopf (Dolls eye test),
pupil Argyll Robertson, pubertas praekok, somnolen, diabetes
insipidus, gengguan akibat penekanan serebelum oleh tumor yang
membesar seperti gangguan sensorik, motorik, pendengaran dan
keseimbangan. (1,2)
II.10.7. Tumor pada batang otak
Tumor batang otak adalah tumor yang terletak di daerah gangli
basalis, mesensefalon, pons dan medula oblongata. Jenis tumor-tumor
ini antara lain astrositoma, glioblastoma, ependimoma, metastasis,
khordoma. Biasanya kasus tumor di daerah ini tampil dengan
kesadaran yang menurun, gangguan N III. Eksistensi tumor ke daerah
medula oblongata akan menimbulkan gangguan menelan, gangguan
bicara, paralisa lidah. Pengobatannya adalah operasi tetapi prognose
tetap buruk. Operasi ditujukan sebagai tindakan dekompresi, yaitu
dengan membuat shunt (V-P shunt). (1,2)
II.10.8. Tumor daerah serebelum
Tumor daerah ini menimbulkan suatu obstruksi langsung aliran likuor
di akuaduktus sehingga gejala peninggian tekanan intrakranial
menjadi cepat. Bahaya herniasi serebeler yang mengancam
merupakan suatu indikasi tindakan operasi yang segera. Jenis tumor
yang sering dijumpai adalah meduloblastoma, astrositoma dan
hemangioblastoma. (1)
Tumor jenis ini sering dijumpai komplikasi angiomatosis di retina,
pankreas, ginjal atau hepar. (2)
14
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
15/29
Operasi dilakukan dengan posisi duduk. Biasanya tumor ini sukar
diambil semua. Paska operasi dilanjutkan dengan radioterapi dan
kemoterapi. (1,2)
II.10.9. Tumor sudut serebelo-pontin
Biasanya keluhan yang menonjol adalah gangguan pendengaran dan
tinitus, gangguan N. V, VII, VI. Jenis yang tersering adalah
neurinoma akustik (90 %). Selain itu jenis meningioma, epidermoid,
glioma dan papiloma. (1)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan disokong oleh
pemeriksaan :
1. Test kalori.
2. Foto tengkorak dengan posisi stenvers untuk melihat destruksi
meatus akusticus internus.
3. Angiografi serebral.
Operasi yang dilakukan kadang terpaksa 1/3 bagian hemisfer serebeli
ikut terbuang, namun demikian bila hanya 1/3 bagian tidak
menimbulkan gangguan fungsi serebelum. Anastomose hipogloso
fasial atau anas-tomose spinal assessorifasial sering dilakukan
mengingat N. akustikus dekat dengan N. fasialis maka tumor kadang-
kadang melekat pada N. fasialis sehingga saraf ini harus dipotong
juga. Jika tumor berinfiltrasi ke N. Vagus dan N. Glossofaringeus
akan mengakibatkan terjadinya gangguan menelan. (2)
II.10.8. Tumor kongenital
Tumor kongenital merupakan tumor yang tumbuh dari sisa-sisa
jaringan embrional yaitu kraniofaringioma, khordoma, tumor pearly,
dermoid, teratoma. (1,2)
II.10.9. Tumor metastasis
Tumor primer yang tersering adalah tumor paru-paru (karsinoma
biokogenik), kemudian disusul oleh tumor tiroid, mammae, ginjal,
kulit, prostat, nasofarings, usus, leukemia, retinoblastoma. (2)
15
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
16/29
Tumor metastasis merupakan 4,2-10 % kasus dari seluruh kasus tumor
otak. Kebanyakan tumor metastasis ditampilkan sebagai lesi mata
intrakranial yang multipel dan merupakan refleksi dari stadium
terminal suatu keganasan.
Adakalanya tumor metastasis menunjukkan gejala seperti ensefalitis
dan disebut Enchepalitic form of metastasis carcinoma .
Tindakan operatif dilakukan bila tumor metastasis tunggal dan padat.
Tetapi bila multipel atau infiltratif maka hanya dilakukan dekompresi
dilanjutkan dengan kemoterapi atau radioterapi. Prognosa umumnya
buruk. (1,2)
II.10.10. Tumor pembuluh darah
Dengan kemajuan tehnik diagnostik seperti adanya angiografi
serebral, maka berdasarkan patologi dan klinisnya tumor pembuluh
darah ini dibedakan atas :
1. Angioma-kavernosus
Sering dijumpai pada hemisfer serebri juga pada pons, ganglia
basalis serebelum, medula oblongata dan lain-lain. Umumnya
ditemui pada penderita berumur sekitar 30 tahun. Diagnosa pasti
ditegakkan dengan pemeriksaan flebografi. Biasanya dapat
dilakukan tindakan operasi kecuali tumor berada pada daerah
ganglia basalis.
2. Angioma rasemosum (kapiler normal yang berkumpul pada suatu
tempat)
Terjadi secara kongenital, gejala klinis umumnya baru tampak
pada usia 10-30 tahun dan kebanyakan lokasinya pada hemisfer
serebri. Diagnosa ditegakkan dengan angiografi serebral dan
pengobatan satu-satunya adalah operasi. (2)
3. Hemangioblastoma
Banyak dijumpai pada serebelum. Penderita biasanya berusia
muda. Kadang-kadang disertai tumor di paru-paru, pankreas,
ginjal, hepar dan retina. Hal ini disebut penyakit lindau von
16
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
17/29
hippel. Diagnosanya ditentukan dengan pemeriksaan angiografi
serebral dan terapi yang terbaik adalah operasi serta radioterapi
bila tak berhasil diangkat semua. (2)
II.10.11.Tumor saraf-saraf otak
Neurinoma merupakan tumor yang kebanyakan dijumpai pada saraf
otak, biasanya bersifat padat dan dapat diambil semua. Umumnya
mempunyai prognosa baik, namun dapat menimbulkan gangguan
fungsional saraf yang terkena setelah dioperasi. (2)
II.11. Astrositoma
Astrositoma adalah tumor yang berasal dari sel astrosit. Salah satu jenis
dari sel glia (sel penunjang sel saraf). Merupakan tumor susunan saraf pusat
otak primer nomor dua terbanyak setelah glioblastoma dengan frekuensi kasus
17-30 % dari semua glioma dan 11-13 % seluruh tumor otak. (1)
Astrositoma dapat terjadi pada semua golongan umur dengan usia kasus
rata-rata berkisar antara 35-40 tahun. Astrositoma yang berdiferensiasi baik
cenderung pada kelompok usia yang lebih muda, sedangkan yang anaplastik
lebih sering pada kelompok usia menengah. (1)
Gradasi astrositoma dikelompokkan menjadi empat grup (Grade I-IV).
Yang menjadi dasar patokan penilaian gradasi adalah daerah neoplasma yang
menunjukkan anaplasia yang paling tinggi. (1)
II.11.1 Presentasi klinis
1. Sakit kepala dan muntah bukanlah keluhan yang tersering, tetapi
72 % astrositoma serebri mempunyai keluhan ini, 11 %
diantaranya cenderung melibatkan nyeri sebelah saja (75 %
darinya ipsilateral terhadap tumor). Muntah dijumpai kira-kira
31 % kasus. Gejala awal yang tersering adalah kejang (40-75
kasus) baik berupa kejang umum maupun kejang fokal. Kejang
yang terjadi akibat insufisiensi aliran darah yang sesaat
menimbulkan bangkitan elektrolit yang berlebihan. (1)
2. Defisit neulogis fokal
17
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
18/29
Penderita menunjukkan gejala paresis atau paralisis sebanyak
19 %, 55 % parese fasial dan 41 % paresis tungkai. Defisit
lainnya seperti gangguan penglihatan, disfasia, diplopia, vertigo,
hemianopsia homonimus, gangguan sensorik dapat timbul pada
kira-kira 15-20 % kasus. Hampir sepertiga penderita astrositoma
menunjukkan gejala gangguan mental dimana seperlima darinya
mempunyai penurunan kesadaran. (1)
II.11.2. Investigasi diagnostik (1)
1. Foto polos tengkorak
Abnormalitas foto polos tengkorak hanya dijumpai pada separuh
kasus berupa gambaran erosi sela tursika dan (8-12 %) kalsifikasi
tumor.
2. EEG
Gambaran EEG yang non spesifik berupa kelainan fokal dalam
corak yang bervariasi dijumpai pada kurang dari 45 % kasus.
3. Sken komputer tomografi otak (CT Scan)
98 % astrositoma Grade I menunjukkan adanya penurunan
densitas, enhancement yang tidak mencolok, sedikit atau tidak
ada edema perifokal, 40 % astrositoma Grade II merupakan lesi
yang hipodens dibandingkan dengan jaringan otak sekitarnya.
Pada grade ini menunjukkan edema yang lebih menonjol dan 90%
menampilkan enhancement yang bermakna.
4. MRI, dapat mendeteksi astrositoma yang tidak terdeteksi pada
pemeriksaan sken komputer tomografi otak.
II.11.3. Penanganan dan hasil terapi
Penanganan astrositoma ditujukan untuk menegakkan diagnosa pasti
dan perbaikan prognosa, serta memperpanjang harapan hidup.
Tindakan operasi reseksi yang cenderung radikal dilakukan bagi
tumor-tumor yang berlokasi di daerah aman (lobus frontal hemisfer
18
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
19/29
non dominan). Biopsi biasa dilakukan di daerah berbahaya (girus
motorik). Angka mortalitas operasi bergantung pada keadaan
prabedah pasien disamping juga penggunaan steroid dan antiedema
sebelumnya. Harapan hidup yang lebih panjang pada penderita-
penderita tumor yang pascabedahnya diberikan radiasi. Keberhasilan
kemoterapi pada astrositoma masih dalam penelitian dan sulit untuk
dapat diharapkan secara pasti, namun kemungkinan pemberian
sebagai terapi adjuvan cenderung ditujukan untuk kasus-kasus yang
anaplastik.
Terobosan mutakhir yang tampaknya memberikan harapan adalah
tindakan radio-surgery yang merupakan salah satu alternatif bagi
tumor-tumor astrositoma yang terletak di daerah sulit dan tidak bisa
dijangkau dengan pisau.
II.12.Glioblastoma (1,2)
Ada berbagai macam kriteria dipakai untuk membedakan gliobalastoma
dari astrositoma anaplastik. Salah satu definisi yang berkaitan dengan hal di
atas adalah bahwa tumor disebut astrositoma bila asal tumor berhasil
diidentifikasi dari astrosit, sedangkan dikategorikan sebagai glioblastoma bila
asalnya tidak diketahui. Sifat pertumbuhan sel adalah invasif .
II.12.1. Gejala klinis
Gejala klinis yang umumnya ditemui :
1. Nyeri kepala
2. Gangguan motorik
3. Perubahan mental
4. Gangguan neurologis
II.13.Meningioma (1,2)
Tumor ini relatif sering dijumpai pada usia dewasa dengan sifat khas
yaitu pertumbuhan yang lambat dan kecenderungan meningkatnya
19
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
20/29
vaskularisasi tulang yang berdekatan, hiperosmosis tengkorak dan menekan
jaringan otak di sekitarnya.
II.13.1. Gejala klinis
Seperti halnya tumor intrakranial ekstra aksial, tumor inipun
menyebabkan gejala yang merupakan manifestasi adanya tekanan
terhadap jaringan otak, tumor ini tumbuhnya lambat sehingga sering
gejala klinisnya tidak begitu menonjol. Pada foto polos kepala
terdapat tanda yang khas yaitu hiperostosis tulang dan peningkatan
vaskularitas.
II.14.Meduloblastoma (1)
Merupakan tumor berjumlah sekiatr 8 % dari semua glioma dan 33 %
dari seluruh tumor di dalam atau di luar ventrikel IV. Asal tumor ini masih
kontroversial, diduga berasal dari sel undifferentiated yang bermigrasi ke
permukaan serebelum sewaktu kehidupan awal.
II.13.1. Prestasi klinis
Durasi rata-rata timbulnya gejala adalah 4-6 bulan gejala awal
yang timbul adalah berupa peninggian tekanan intrakranial. Gejala
lainnya adalah gejala serebeler.
II.15.Ependimoma (1)
Merupakan neoplasma glioma dan mempunyai frekuensi kira-kira 5 %
dari seluruh glioma. Tumor ini menunjukkan kecenderungan tinggi pada usia
muda dan dari distribusi geografis cukup menonjol pada daereah Asia dan
Jepang. Hampir dua pertiga kasus mempunyai predileksi di kompartemen
infratentorial, dan 25 % di dalam serta sekitar ventrikel IV.
II.14.1. Presentasi klinis
Durasi gejala ependiloma rata-rata berjangka waktu enam
belas bulan, sebanyak 90 % menunjukkan adanya papiledem, 80 %
mengeluh nyeri kepala, mual, muntah dijumpai pada 75 % serta gejala
serebeler seperti vertigo dan afaksia sebanyak 60 % kasus. Kejang
20
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
21/29
hanya dijumpai pada sepertiga ependimoma supratentorial (1 % dari
seluruh tumor otak dengan gejala kejang).
II.16.Tumor Pleksus Choroid (1)
Tumor ini mempunyai frekuensi 0,5 % dari seluruh tumor intrakranial
penderita dengan usia kurang dari duabelas tahun. Tumor dapat mengenai
hampir seluruh kelompok usia dengan frekuensi 35-45 % kasus berusia
dibawah usia 20 tahun, dengan rasio kelamin sama antara laki-laki dan
perempuan.
Tumor berupa massa dengan konsistensi lunak, vaskuler, ireguler yang
berbentuk mirip kembang kol, sedang tampilan mikroskopik mirip dengan
pleksus khoroid yang normal.
II.15.1. Presentasi klinis
Presentasi gejala klinis biasanya berupa tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial tanpa disertai gejala neurologis
fokal. Tumor intraventrikel IV nistagmus dan ataksia.
Pemeriksaan foto polos kepala, disamping menujukkan tanda
peningkatan tekanan intrakranial, kadang-kadang menunjukkan
kalsifikasi serebral menggambarkan hidrosefalus dan suatu tumor
blush.
II.17.Adenoma Pituitari / Hipofise (1,2,3)
Adalah satu-satunya adenoma primer asli dari kavitas kranial, sehingga
dikelompokkan ke dalam neoplasma epitel. Frekuensi kurang lebih 8 % - 10 %
dari seluruh tumor intrakranial dengan puncak distribusi usia antara 35 45
tahun.
Adenoma pituitari tumbuh ekspansif keluar dari fosa pituitari. Tumor
biasanya dibungkus kapsul yang liat dan mengandung kalsifikasi.
Tumor dikelompokkan menjadi tiga tipe berdasarkan gambaran
mikroskopisnya.
21
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
22/29
- Tipe difus (54 %), mempunyai stroma yang sedikit dan beberapa pembuluh
darah tanpa susunan arsitektur yang khas.- Tipe sinusoidal (31 %) mirip pituitari normal, namun mempunyai sel
perlobul dari tipe yang sama dengan jumlah yang lebih banyak.
- Tipe papiler (15 %) menampilkan kapiler di sentral dengan beberapa
jaringan penyangga dan sel-sel adenoma.
Kategori lain adalah klasifikasi fungsional dimana dibagi menjadi adenoma
dengan aktivitas endokrin dan adenoma yang inaktif.
II.17.1. Presentasi klinis
Gejala klinis yang tampak biasanya diakibatkan oleh
hipersekresi atau hiposekresi serta adanya penekanan oleh tumor.
Keluhan tersering adalah gangguan penglihatan yang terjadi secara
perlahan. Nyeri kepala merupakan keluhan yang kerap timbul, yang
mana lebih sering terjadi pada wanita dengan akromegali, yang mana
hal ini lebih dikaitkan dengan ada tidaknya produksi hormon
somatotropik.
Pemeriksaan funduskopi menampakan diskus optik yang
pucat. Papiledema agak jarang dijumpai pada tumor yang masih kecil.
Paresis otot-otot ekstraokuler dapat terjadi pada 10 % kasus terutama
melibatkan N. III.
II.18.Kraniofaringioma (1)
Frekuensi tumor lebih kurang 2,5 % dari seluruh tumor otak, tumor ini
lebih sering terjadi pada usia anak-anak dengan rasio kelamin seimbang.
Tumor ini merupakan tumor supraselar yang mengandung komponen
padat dan kistik. Adanya deposit kalsium menyebabkan tumor mengeras.
Adanya perubahan degeneratif menyebabkan kista tumor membesar, dinding
dalamnya dapat mengandung papil-papil dan terisi cairan kecoklatan.
II.18.1. Presentasi klinis
22
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
23/29
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
24/29
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. Materi dan Bahan
Populasi penelitian adalah penderita tumor otak di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto dari bulan Januari 2003 sampai dengan
Desember 2005.
III.2. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskripsi retrospektif.
III.3. Metode Penelitian
Obyek penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis tumor otak di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto periode Januari 2003 sampai
dengan Desember 2005.
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskripsi retrospektif dengan
menggunakan data sekunder dari rekam medik pasien, Ruang Rawat Cempaka
dan Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
24
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
25/29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian ini menunjukkan ada 30 kasus tumor otak di RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada periode 1 Januari 2003 sampai 31
Desember 2005. Dari 30 kasus tumor otak yang ada didapatkan hasil pada tabel
berikut:
Tabel I. Distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan umur diRSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada periode 1Januari 2003 sampai 31 Desember 2005
No. Umur Frekuensi Presentase (%)1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
10 thn
11 20 thn
21 30 thn
31 - 40 thn
41 50 thn
51 60 thn
> 61 thn
4
1
4
8
8
3
2
13,33
3,33
13,33
26,67
26,67
10
6,67
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel distribusi dan frekuensi penderita tumor otak
berdasarkan umur (tabel I) dapat diketahui bahwa jumlah terbanyak ada pada usia 31
40 dan 41 50 yaitu masing-masing 8 orang (26,67 %). Tumor otak dapat terjadi
pada semua umur, tetapi ada kecenderungan bahwa tumor otak akan meningkat pada
kelompok usia 40 tahun. (1,4,7)
25
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
26/29
Tabel II. Distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan jeniskelamin di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada
periode 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2005
No. Jenis kelamin Frekuensi Presentase (%)1.
2.
Laki-laki
Perempuan
10
20
33,33
66,67
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel distribusi dan frekuensi penderita tumor otak RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto berdasarkan jenis kelamin (Tabel II) dapat
diketahui jumlah terbanyak penderita tumor otak ada pada jenis kelamin perempuan
yaitu 20 orang (66,67 %). Pada umumnya tumor otak lebih banyak pada laki-laki,
sehingga hasil ini tidak sesuai dengan teori (7). Walaupun ada beberapa jenis tumor
seperti meningioma dan adenoma yang lebih banyak terjadi pada perempuan. (8)
Tabel III. Distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan jenistumor di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada
periode 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2005
No. Jenis tumor Frekuensi Presentase (%)1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Meningioma
Astositoma
Meduloblastoma
Neuroblastoma
Schwannoma
Hemangioma
Adenokarsinoma
Tiroid aberrant
13
11
1
1
1
1
1
1
43,33
36,67
3,33
3,33
3,33
3,33
3,33
3,33
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan
jenis tumor (Tabel IV) didapatkan bahwa jenis tumor otak terbanyak adalah
meningioma (43,33 %). Jenis tumor otak terbanyak adalah glioma. Hal ini tidak
26
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
27/29
sesuai dengan teori karena meningioma adalah jenis tumor otak terbanyak kedua
setelah glioma. (1,2,3,4,5)
Tabel IV. Distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan lokasitumor di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto padaperiode 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2005
No. Letak tumor Frekuensi Presentase (%)1.
2.
3.4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Frontal
Parietal
TemporalPetrosum
Frontoparietal
Parietoparietal
Sphenoid ridge
Parasagital
Falk cerebri
Duramater
Cerebellum
9
7
11
3
1
1
2
1
2
2
30
23,33
3,333,33
10
3,33
3,33
6,67
3,33
6,67
6,67Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan
lokasi tumor (Tabel IV) didapatkan bahwa jumlah terbanyak ada di regio frontal (30
%). Hal ini mungkin dikarenakan pada penelitian ini jenis tumor terbanyak adalah
meningioma, yang memiliki predileksi di regio frontalis (70%). (9)
Tabel V. Distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan gejalaklinis yang menonjol di RSUD Prof. Dr. Margono SoekarjoPurwokerto pada periode 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2005
No. Gejala kinis yang Frekuensi Presentase
27
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
28/29
menonjol (%)1.
2.
3.
4.
Nyeri kepala
Kejang
Hemiparese
Penurunan kesadaran
15
3
5
7
50
10
16,67
23,33
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan
gejala klinis yang menonjol (Tabel V) didapatkan bahwa gejala klinis yang paling
banyak dijumpai adalah nyeri kepala (50 %). Seperti kita ketahui bahwa nyeri kepalamerupakan salah satu gejala tersering dari peninggian tekanan intrakranial selain
muntah proyektil dan papil edema. (1,2,3,4,5,6,7,8)
Tabel VI. Distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan asaldaerah di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto padaperiode 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2005
No. Asal daerah Frekuensi Presentase (%)1.
2.3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Banyumas
PurbalinggaCilacap
Banjarnegara
Wonosobo
Pemalang
Kebumen
Brebes
Banjarpatoman
Lampung
12
52
3
1
1
1
3
1
1
40
16,676,67
10
3,33
3,33
3,33
10
3,33
3,33
Jumlah 30 100Berdasarkan tabel distribusi dan frekuensi penderita tumor otak berdasarkan
asal daerah penderita didapat berasal dari banyumas (40 %). Hal ini mungkin
dikarenakan letak RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang berada di eks
Karesidenan Banyumas. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tidak ditemukan
perbedaan insidensi antara berbagai kelompok suku bangsa. (7)
28
7/27/2019 Refrat Tumor Kepala
29/29