Top Banner
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu leher (pars servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna vertebralis. Dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni berada di mediastinum posterior mulai di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di samping kanan depan aorta thorakalis bawah. Abdomen (pars abdominalis), masuk ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia lambung, panjang berkisar 2-4 cm. 1. Cervikal, dimulai dari bagian bawah kartilago cricoid (settinggi C6) sampai suprasternal notch 2. Upper Thoracis, dari suprasternal notch sampai carina (setinggi T4-T5) 3. Mid Thoracis, dari bifurcatio trakea sampai esofagus punction
33

Refrat Tumor Esofagus

Dec 29, 2014

Download

Documents

Putri SoRaya
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Refrat Tumor Esofagus

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI

Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang

menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari

perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan

dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu leher (pars servikalis), sepanjang 5

cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna vertebralis. Dada (pars thorakalis),

setinggi manubrium sterni berada di mediastinum posterior mulai di belakang

lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di

samping kanan depan aorta thorakalis bawah. Abdomen (pars abdominalis), masuk ke

rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia lambung,

panjang berkisar 2-4 cm.

1. Cervikal, dimulai dari bagian bawah kartilago cricoid (settinggi C6) sampai

suprasternal notch

2. Upper Thoracis, dari suprasternal notch sampai carina (setinggi T4-T5)

3. Mid Thoracis, dari bifurcatio trakea sampai esofagus punction

4. Lower Thoracis, 8 cm panjangnya, meliputi abdominal esophagus

Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior ke

otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke v. pulmonalis

inferior, 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45 cm. Bagian atas

esofagus yang berada di leher dan rongga dada mendapat darah dari a. thiroidea

inferior beberapa cabang dari arteri bronkialis dan beberapa arteri kecil dari aorta.

Esofagus di hiatus esofagus dan rongga perut mendapat darah dari a. phrenica inferior

sinistra dan cabang a. gastrika sinistra. Pembuluh vena dimulai sebagai pleksus di

submukosal esofagus. Di esofagus bagian atas dan tengah, aliran vena dari plexus

esofagus berjalan melalui vena esofagus ke v. azigos dan v. hemiazigos untuk

kemudian masuk ke vena kava superior. Di esofagus bagian bawah, semua pembuluh

Page 2: Refrat Tumor Esofagus

vena masuk ke dalam vena koronaria, yaitu cabang vena porta sehingga terjadi

hubungan langsung antara sirkulasi vena porta dan sirkulasi vena esofagus bagian

bawah melalui vena lambung tersebut.

Gambar Pembuluh Vena Esofagus Gambar Pembuluh Arteri Esofagus

Gambar Segmen EsofagusGambar Skematik Esofagus

Page 3: Refrat Tumor Esofagus

Pembuluh limfe esofagus membentuk pleksus di dalam mukosa, submukosa,

lapisan otot dan tunika adventitia. Di bagian sepertiga kranial, pembuluh ini berjalan

seara longitudinal bersama dengan pembuluh limfe dari faring ke kelenjar di leher

sedangkan dari bagian dua per tiga kaudal dialirkan ke kelenjar seliakus, seperti

pembuluh limfe dari lambung. Duktus thorakikus berjalan di depan tulang belakang.

Esofagus dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. N. vagus bersifat

saraf parasimpatis bagi esofagus, meskipun di bawah leher n. vagus membawa

gabungan saraf simpatis dan parasimpatis. Esofagus pars servikalis dipersarafi oleh n.

laringeus rekuren yang berasal dari n. vagus. Cabang n.vagus dan n. laringeus

rekurens kiri mempersarafi esofagus thorakalis atas. N. vagus kiri dan kanan

berjalinan dengan serabut simpatis membentuk pleksus esofagus. Persarafan simpatis

berasal dari ganglion servikal superior rantai simpatis, n. splanikus mayor, pleksus

aortik thorasikus dan ganglion seliakus.

Gambar Pembuluh Limfe Esofagus

Gambar Inervasi Esofagus

Page 4: Refrat Tumor Esofagus

Secara histologis dinding esofagus terdiri atas 4 lapis, yaitu:

1. Mukosa

Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke faring

bagian atas, dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi

lambung yang sangat asam.

2. Submukosa

Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mukus yang dapat

mempermudah jalannya makanan sewaktu menelan dan melindungi mukosa dari

cedera akibat zat kimia.

3. Muskularis

Otot bagian esofagus, merupakan otot rangka. Sedangkan otot pada separuh

bagian bawah merupakan otot polos, bagian yang diantaranya terdiri dari campuran

antara otot rangka dan otot polos.

4. Serosa

Terdiri dari jaringan ikat yang jarang menghubungkan esofagus dengan

struktur-struktur yang berdekatan, tidak adanya serosa mengakibatkan penyebaran

sel-sel tumor lebih cepat (bila ada kanker esofagus) dan kemungkinan bocor setelah

operasi lebih besar.

Gambar Lapisan dinding esophagus

Page 5: Refrat Tumor Esofagus

Fungsi dasar esofagus adalah membawa material yang ditelan dari faring ke

lambung. Refluks gastrik ke esofagus dicegah oleh sfingter bawah esofagus dan

masuknya udara ke esofagus pada saat inspirasi dicegah oleh sfingter atas esofagus,

sfingter atas normalnya selalu tertutup akibat kontraksi tonik otot krikofaringeus.

Ketika makanan mencapai esofagus, makanan akan didorong ke lambung oleh

gerakan peristaltik. Kekuatan kontraksi peristaltik tergantung kepada besarnya bolus

makanan yang masuk ke esofagus. Gerakan peristaltik esofagus terdiri dari gerakan

peristaltik primer dan gerakan peristaltik sekunder. Gerak peristaltik primer adalah

gerak peristaltik yang merupakan lanjutan dari gerakan peristaltik pada faring yang

menyebar ke esofagus. Gerakan ini berlangsung dengan kecepatan 3-4 cm/detik, dan

membutuhkan waktu 8-9 detik untuk mendorong makanan ke lambung. Gerakan

peristaltik sekunder terjadi oleh adanya makanan dalam esofagus. Sesudah gerakan

peristaltik primer dan masih ada makanan pada esofagus yang merangsang reseptor

regang pada esofagus, maka akan terjadi gelombang peristaltik sekunder. Gelombang

peristaltik sekunder berakhir setelah semua makanan meninggalkan esofagus.

Esofagus dipisahkan dari rongga mulut oleh sfingter esofagus proksimal atau

sfingter atas esofagus (Upper Esopaheal Spinchter/ UES), dan dipisahkan dengan

lambung oleh sfingter esofagus distal atau sfingter bawah esofagus (Lower

Esophageal Spinchter/LES). Sfingter esofagus proksimal terdiri dari otot rangka dan

diatur oleh n. vagus. Tonus dari otot ini dipertahankan oleh impuls yang berasal dari

neuron post ganglion n. vagus yang menghasilkan asetilkolin.

Sfingter esofagus distal yang terletal 2-5 cm di atas hubungan antara esofagus dan

lambung merupakan otot polos. Secara anatomis, strukturnya tidak berbeda dengan

esofagus tetapi secara fisiologis berbeda oleh karena dalam keadaan normal sfingter

selalu konstriksi.

Page 6: Refrat Tumor Esofagus

Proses menelan dapat di bagi menjadi 3 tahap yaitu :

1. Fase oral, yang mencetuskan proses menelan. Fase oral terjadi secara sadar.

Makanan yang telah dikunyah dan bercampur dengan liur akan membentuk bolus

makanan melalui dorsum lidah ke orofaring akibat kontraksi otot intrinsik lidah.

Kontraksi m. levator veli palatini mengakibatkan rongga pada tekukan dorsum

lidah diperluas, palatum mole dan bagian atas dinding posterior faring

(Passavant’s ridge) terangkat penutupan nasofaring akibat kontraksi m. levator

veli palatine, kontraksi m. Palatoglosus, ismus fausium tertutup, kontraksi m.

palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut.

2. Fase faringeal, terjadi secara refleks pada akhir fase oral, membantu jalannya

makanan dari faring kedalam esophagus. Faring dan taring bergerak ke atas oleh

kontraksi m.stilofaring, m. salfingofaring, m.tirohioid dan m. palatofaring. Aditus

laring tertutup oleh epiglotis, sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika

ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi m.

ariepiglotika dan m. aritenoid obliges penghentian aliran udara ke laring karena

Gambar Otot Esofagus

Page 7: Refrat Tumor Esofagus

refleks yang menghambat pernapasan (bolus tidak akan masuk ke saluran nafas

meluncur ke arah esofagus.

3. Fase esofageal, fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan dari

esofagus ke lambung. Rangsangan makanan pada akhir fase faringealà relaksasi

m. krikofaringà introitus esofagus terbuka dan bolus makanan masuk kedalam

esofagus. Sfingter berkontraksi, tonus introitus esofagus saat istirahat, àrefluks

dapat dihindari. Akhir fase esofageal sfingter ini akan terbuka secara refleks

ketika dimulainya peristaltik esofagus servikal untuk mendorong bolus makanan

ke distal. Selanjutnya setelah bolus makanan lewat, maka sfingter ini akan

menutup kembali.

2.2 DEFINISI DAN KLASIFIKASI

Tumor esofagus terdiri dari tumor yang bersifat jinak dan tumor yang bersifat

ganas (kanker). Berbagai jenis tumor yang bermassa jinak dapat tumbuh dan

berkembang dari lapisan dinding yang berbeda yang ada di esofagus. Tumor jenis ini

biasanya tanpa gejala dan tumbuh secara lambat, bahkan tumor jinak ini sering

tercatat hanya sebagai temuan insidentil selama radiografi rutin atau endoskopi.

Tumor jinak yang paling sering terdapat pada esofagus adalah tumor yang berasal

dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma. Karena tumor berasal dari propria

muskularis, tumor tersebut ditutupi oleh submukosa yang utuh dan mukosa, sehingga

sulit untuk dilakukan biopsi secara endoskopi. Sedangkan tumor yang bersifat ganas

sering dikenal dengan kanker esofagus.

Kanker esofagus adalah karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng yg

melapisi lumen esofagus. Kanker esofagus dimulai dari lapisan dalam (mukosa) dan

tumbuh hingga ke submukosa dan lapisan otot. Dari kedua tumor tersebut hampir

95% tumor yang ada di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas.

Page 8: Refrat Tumor Esofagus

Berdasarkan histopatologinya, kanker esofagus dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Tumor epitel

Merupakan jenis tumor yang berasal dari lapisan epitel esofagus. Tumor

jenis ini merupakan tumor uang paling sering didapatkan pada esofagus.

Tumor epitel dibagi menjadi squamous cell carcinoma dan

adenokarsinoma.

2. Tumor metastase

3. Limfoma: Jenis tumor yang berasal dari sel kekebalan tubuh yang ada di

esofagus.

4. Sarcoma: merupakan jenis tumor yang berasal dari dinding muscular

esofagus.

Berdasarkan jenis sel yang melapisi esofagus, maka kanker esofagus dibagi

menjadi epitel berlapis gepeng (Squamous Cell Carcinoma) dan adenokarsinoma.

Squamous Cell Carcinoma dapat terjadi disepanjang esofagus. Jenis kanker ini

meliputi 95% kejadian kanker esofagus di Amerika Serikat. Kanker yang terjadi di sel

kelenjar disebut adenokarsinoma. Jenis sel ini bukanlah sel yang biasanya ada dan

menjadi bagian di lapisan dalam esofagus. Sebelum menjadi adenokarsinoma, sel

glandular menggantikan posisi sel squamous, dan inilah yang sering disebut dengan

Barrett’s esophagus. Kanker tipe ini sering terjadi di bagian yang lebih bawah dari

esofagus, yang merupakan tempat terbanyak kejadian adenokarsinoma.

Secara makroskopis ada 3 gambaran morfologi dari karsinoma esofagus;

1. Ulkus nekrotik yang merusak sampai ke jaringan sekitar seperti bronkus,

trakea, aorta, mediastium atau perikardium(25%).

2. Tumor Difus infiltrat yang akan menyebabkan penebalan, kekakuan

dinding, dan penyempitan lumen disertai ulserasi irregular linear pada

mukosa (15%)

3. Polypoid/cendawan yang menonjol kearah lumen (60%)

Page 9: Refrat Tumor Esofagus

Gambar Squamous Cell Carcinoma makroskopis dan mikroskopis

Gambar adenokarsinoma esophagus makroskopis dan mikroskopis

Page 10: Refrat Tumor Esofagus

TUMOR PRIMER  (T)

TX Tumor primer tidak dapat dinilai

T0 Tidak ada bukti ada tumor primer 

Tis Carcinoma in situ

T1 Invasi ke lamina propia atau submukosa

T2 Invasi ke tunika muskularis propia :

T3 Invasi ke tunika adventitia.

T4 Invasi ke struktur sekitar.

REGIONAL LYMPH NODES (N)

NX Kelenjar getah bening regional tak dapat dinilai

N0 Tidak ada metastasis jauh

N1 Ada metastasis ke KGB regional

METASTASE (M)

MX Metastasis tak dapat dinilai

M0 Tak ada metastasis jauh

M1 Ada metastasis jauh

KLASIFIKASI METASTASE

Tumor pada bagian bawah esophagus

M1a Metastasis di limfa nodus celiac

M1b Metastasis jauh lainnya

Tumor pada bagian tengah esophagus

M1a Not applicable

M1b Nonregional lymph nodes and/or other distant metastasis

Tumor pada bagian atas esophagus

M1a Metastase ke nodus servikal

M1b Metastase ke tempat lain

Page 11: Refrat Tumor Esofagus

Tabel Stadium tumor berdasarkan TNM

Staging Tumor Nodul Metastasis

Stage0 Tis N0 M0

Stage I T1 N0 M0

Stage IIAT2

T3

N0

N0

M0

M0

Stage IIBT1

T2

N0

N1

M0

M0

Stage IIIT3

T4

N1

anyN

M0

M0

Stage IV any T any N M1

Keterangan :

T (Tumor): Tis: Karsinoma in situ

T1: Tumor invasi pada lamina propria atau submucosa

T2: Tumor invasi pada muskularis

T3: Tumor invasi pada lapisan adventitia

T4: Tumor invasi pada organ lain

N (Nodul): N0: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

N1: Ada pembesaran kelenjar limfe regional

M (Metastase): M0: Tidak ada metastase

M1: Ada metastase

2.3 EPIDEMIOLOGI

Tumor jinak esophagus jarang dijumpai dan ditemukan pada lebih kurang

10% - 20% dari seluruh neoplasma esophagus, sedangkan keganasan esophagus

dalam dua dekade terakhir ini sering dilaporkan. Kanker esofagus merupakan

peringkat ke enam penyebab kematian karena kanker. Sekitar 80 persen kematian

terjadi di negara berkembang seperti Afrika Selatan dan Cina. Di Amerika pada tahun

2000, angka kejadian kasus baru mencapai angka 12.300 sedangkan angka kematian

Page 12: Refrat Tumor Esofagus

mencapai 12.100. dalam 25 tahun terakhir ini, terjadi peningkatan kejadian

adenokarsinoma esofagus distal yang cukup signifikan.

Kanker esofagus merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di daerah

yang dikenal dengan julukan Asian Esophageal Cancer Belt yang terbentang dari tepi

selatan laut Kaspia di sebelah barat sampai ke utara Cina meliputi Iran, Asia Tengah,

Afganistan, Siberia, dan Mongolia. Selain itu kanker esofagus banyak terdapat di

Finlandia, Islandia, Afrika Tenggara, dan Perancis Barat Laut. Di Amerika Utara dan

Eropa Barat, Kanker esofagus lebih sering terjadi pada orang kulit hitam

dibandingkan dengan orang kulit putih. Squamous Cell Carcinoma adalah jenis

kanker yang sering terjadi pada orang kulit hitam, sedangkan adenokarsinoma sering

terjadi pada orang kulit putih. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki berisiko terkena

kanker esophagus 3 hingga 4 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita. Hal ini

terutama dikaitkan dengan tingginya konsumsi alkohol dan rokok pada pria.

Berdasarkan tingkatan usia, usia lebih dari 65 tahun memiliki risiko paling tinggi

untuk menderita kanker esofagus. Sekitar 15% penderita didiagnosa menderita kenker

esofagus pada usia kurang dari 55 tahun.

2.4 FAKTOR RISIKO

Penyebab kanker esofagus belum diketahui dengan pasti akan tetapi para

peneliti percaya bahwa beberapa faktor risiko seperti merokok dan alkohol, dapat

menyebabkan kanker esofagus dengan cara merusak DNA sel yang melapisi bagian

dalam esofagus, akibatnya DNA sel tersebut menjadi abnormal. Iritasi yang

berlangsung lama pada dinding esofagus, seperti yang terjadi pada GERD, Barrett’s

esophagus dan akhalasia dapat memicu terjadinya kanker. Beberapa faktor risiko

yang dapat mempertinggi kejadian kanker esofagus diantaranya adalah :

1. Merokok dan konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol dan merokok berkaitan dengan kejadian kanker esofagus.

Alkohol dan rokok dapat menyebabkan iritasi kronik pada mukosa esofagus.

Orang yang merokok 1 bungkus perhari memiliki resiko 2 kali lebih tinggi untuk

menderita adenokarsinoma esofagus dibandingkan dengan yang tidak merokok.

Page 13: Refrat Tumor Esofagus

Pada mereka yang mengkonsumsi minuman beralkohol lebih dari 3 kali sehari

berpotensi untuk berkembangnya sel squamous karsinoma esophagus dibanding

mereka yang tidak minum sama sekali, sedangkan mereka yang peminum alcohol

berat dan juga merokok lebih berisiko dibanding mereka yang peminum alcohol

berat tanpa merokok, dengan kata lain merokok dan minum alcohol merupakan

peningkat risiko kejadian tumor esophagus

2. Obesitas

Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki resiko tinggi untuk

menderita adenokarsinoma esofagus. Hal ini berkaitan dengan peningkatan

tekanan intra abdomen dan refluk esofagus.

3. Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD)

Orang yang menderita GERD, berisiko 2 hingga 16 kali lebih tinggi untuk

menderita adenokarsinoma esofagus dibandingkan dengan orang normal. Resiko

bergantung pada seberapa panjang refluk dan gejala yang terjadi. Sekitar 30 %

kejadian kanker esofagus dikaitkan dengan kejadian GERD.

2. Barrett’s esophagus

Jika refluk di bagian lower esophagus berlangsung terus menerus dan dalam

jangka waktu yang lama, maka refluk ini akan menyebabkan kerusakan pada

dinding esofagus. Hal ini dapat mengakibatkan sel skuamous yang melapisi

esofagus menjadi hilang dan digantikan oleh sel glandular. Sel glandular ini

biasanya terlihat seperti sel yang melapisi dinding lambung dan usus halus, dan

lebih resisten terhadap asam lambung. Kondisi ini dinamakan Barrett’s esophagus.

Sekitar 10 % orang dengan gejala GERD menderita Barrett’s esophagus. Semakin

lama seseorang mengalami GERD, maka semakin berisiko untuk menderita

Barrett’s esophagus. Kebanyakan orang yang menderita Barrett’s esophagus

memiliki gejala dada terasa terbakar. Penyakit ini memiliki risiko 30 hingga 125

kali lebih besar untuk menyebabkan terjadinya kanker esofagus dibandingkan

dengan orang normal. Hal ini dikarenakan sel glandular pada Barrett’s esophagus

menjadi abnormal hingga menjadi displasia, kondisi prekanker.

4. Diet

Page 14: Refrat Tumor Esofagus

Makan makanan yang banyak mengandung buah-buahan dan sayur-sayuran,

berkaitan dengan berkurangnya angka kejadian kanker esofagus. Buah-buahan dan

sayur-sayuran mengandung banyak vitamin dan mineral yang membantu dalam

mencegah terjadinya kanker. Kanker esofagus dikaitkan dengan rendahnya asupan

buah-buahan dan sayuran. Makan makanan yang sedikit mengandung buah-buahan

dan sayur-sayuran dapat meningkatkan kejadian kanker esofagus. Meskipun dari

beberapa penelitian tidak sepenuhnya setuju dengan hasil penelitian tersebut dan

dibutuhkan penelitian lebih lanjut bagaiaman efek diet dengan meningkatnya

angka kejadian kanker esophagus.

5. Akhalasia

Pada penyakit ini, otot pada bagian bawah esofagus tidak berfungsi dengan

baik. Makanan dan cairan yang yang masu ke dalam lambung menjadi tertahan

dan cenderung berkumpul di esofagus. Akibatnya esofagus mengkompensasi

dengan melakukan dilatasi. Orang dengan akhalasia memiliki resiko untuk

mengalami kanker esofagus 15 kali lebih besar dibandingkan dengan orang

normal. Sekitar 6% (1 dari 20 orang) dari semua kasus akhalasia berkembang

menjadi kanker Squamous Cell Carcinoma. Pada umumnya, kanker terjadi sekitar

17 tahun setelah pasien didiagnosa akhalasia.

6. Bakteri lambung

Bakteri lambung, helicobacter pylori dapat menyebabkan masalah lambung,

termasuk ulserasi dan beberapa jenis kanker lambung. Infeksi karena nakteri ini

dapat diobati dengan antibiotic dan tambahan obat yang mengurangi asam

lambung. Orang yang mendapat terapi H.Pylori berisiko untuk mengalami kanker

esofagus dibandingkan dengan orang yang tidak mendapatkan terapi. Hal ini

dikarenakan infeksi H.Pylori, menyebabkan lambung memproduksi sedikit asam

lambung. rendahnya kadar asam lambung berdampak pada rendahnya refluks ke

esofagus. Jadi infeksi dapat menyebabkan banyak masalah di lambung, tetapi di

lain pihak hal ini infeksi tersebut membantu melindungi esofagus.

7. Berusia 65 tahun atau lebih tua

Page 15: Refrat Tumor Esofagus

Usia merupakan faktor risiko utama terhadap angka kejadian kanker

esophagus. Di AS kebanyakan penduduk yang berumur 65 tahun atau lebih

terdiagnosa sebagai kanker esophagus.

8. Laki-laki

Di Amerika Serikat laki-laki tiga kali lebih berisiko terkena kanker esophagus

dibandingkan wanita.

9. Refluks Asam lambung

Refluks asam lambung ke esophagus merupakan keadaan abnormal yang

sering terjadi dengan gejala yang muncul dada terasa panas, tapi pada beberapa

orang mereka tidak mengeluhkan gejala apa-apa, dimana asam lambung dapat

merusak jaringan esophagus, dan kerusakan tersebut memicu terjadinya

adenocarsinoma esophagus pada sebagian orang.

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Keterlambatan antara awitan gejala-gejala dini serta waktu ketika pasien

mencari bantuan medis seringkali antara 12-18 bulan, biasanya ditandai dengan lesi

ulseratif esofagus tahap lanjut.

Tabel Insiden gejala karsinoma esofagus.

Gejala Insidens (%)

Dysphagia

Weight loss

Substernal or epigastric pain/burning

Vomiting or regurgitation

Aspiration pneumonia

Palpable cervical nodes

Hoarseness

Coughing and choking

87

71

46

28

14

14

7

3

Page 16: Refrat Tumor Esofagus

1. Disfagia

Gejala utama dari kanker esofagus adalah masalah menelan, sering dirasakan

oleh penderita seperti ada makanan yang tersangkut di tenggorokan atau dada.

Ketika menelan menjadi sulit, maka penderita biasanya mengganti makanan dan

kebiasan makannya secara tidak sadar. Penderita makan dengann jumlah gigitan

yang lebih sedikit dan mengunyah makanan dengan lebih pelan dan hati-hati.

seiring dengan pertumbuhann kanker yang semakin besar, penderita mulai makan

makanan yang lebih lembut dengan harapan makanan dapat dengan lebih mudah

masuk melewati esofagus, hingga akhirnya penderita berhenti mengkonsumsi

makanan padat dan mulai mengkonsumsi makanan cair. Akan tetapi, jika kanker

tetap terus tumbuh, bahkan makanan cair pun tidak bisa melewati esophagus.

Untuk membantu makanan melewati esophagus biasanya tubuh

mengkompensasi dengan menghasilkan saliva. Hal ini juga yang menyebabkan

orang yang menderita kanker esofagus sering mengeluh banyak mengeluarkan

mukus atau saliva.

2. Merasakan benjolan dan nyeri pada saat menelan

3. Nyeri pada dada, regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas dan

akhirnya cegukan. Nyeri dada sering dideskripsikan dengan perasaan tertekan atau

terbakar di dada. gejala ini sering sekali diartikan dengan gejala yang berkaitan

dengan organ lain, seperti jantung, sehingga sering kali orang tidak menyadari

kalau gejala tersebut adalah salah satu gejala yang sering dikeluhkan pada

penderita kanker esofagus.

4. Kehilangan berat badan dan kekuatan secara progresif akibat kelaparan

Sekitar sebagian dari pasien yang menderita kanker esofagus mengalami

penurunan berat badan. Hal ini terjadi karena masalah menelan sehingga penderita

mendapat masukan makanan yang kurang untuk tubuhnya. Penyebab lain

dikarenakan berkurangnya nafsu makan dan meningkatnya proses metabolisme

kanker yang diderita oleh pasien.

5. Hemoragi

Page 17: Refrat Tumor Esofagus

Pendarahan juga bisa terjadi pada pasien kanker esofagus. Sel tumor mampu

tumbuh keluar aliran darah, menyebabkan terjadinya nekrosis dan ulserasi pada

mukosa dan menghasilkan pendarahan di daerah gastrontestinal. Jika pendarahan

terjadi dalam jumlah yang banyak, maka feses juga bisa berubah menjadi warna

hitam tapi hal ini bukan berarti tanda bahwa kanker esofagus pasti ada.

6. Pada pemeriksaan fisik tampak pasien menjadi kurus karena gangguan menelan

dan anoreksia Jika telah lanjut, terdapat pembesaran kelenjar getah bening daerah

supraklavikula dan aksila, serta hepatomegali.

2.6 PENEGAKAN DIAGNOSTIK

Diagnosis kanker esofagus dapat ditegakkan dengan anamnesis dan

pemeriksaan penunjang termasuk didalamnya imaging studies dan endoskopi.

1. Laboratorium

Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat,

terdapat gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan

creatinin yang mengalami peningkatan.

2. Imaging Studies

a. Barrium Swallow

Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan melapisi

dinding esofagus. Ketika dilakukan penyinaran (sinar X), barium akan

membentuk esofagus dengan jelas. Tes ini dapat digunakan untuk melihat

apakah ada kelainan pada permukaan dinding esofagus. Tes barium biasanya

menjadi pilihan utama untuk melihat penyebab disfagia. Bahkan sebagian

kecil tumor, dapat terlihat dengan menggunakan tes ini. Tes barium tidak

dapat digunakan untuk menentukan seberapa jauh kanker telah bermetastase.

b. CT Scan

CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker

esofagus, tetapi CT Scan dapat membantu dalam menentukan penyebaran dari

kanker esofagus. CT Scan dapat menunjukkan lokasi dimana kanker esofagus

berada dan dapat membantu dalam menentukan apakah pembedahan

Page 18: Refrat Tumor Esofagus

merupakan tatalaksana terbaik untuk kanker esofagus. Sebelum gambar

diambil, pasien diminta untuk minum cairan kontras, sehingga esofagus dan

bagian usus dapat terlihat jelas sehingga tidak terjadi pembiasan pada daerah

sekitarnya.

c. Upper Endoscopy

Endoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk

mendiagnosis kanker esofagus. Dengan bantuan endoskopi, dokter dapat

melihat kanker melalui selang dan melakukan biopsy terhadap jaringan kanker

maupun jaringan lain yang ada di sekitar kanker yang tampak tidak normal.

Contoh jaringan yang telah diambil kemudian dikirim ke laboratorium, dan

dengan bantuan mikroskop dapat ditentukan apakah jaringan tersebut

merupakan jaringan yang bersifat ganas (kanker). Jika kanker esophagus

menutupi lumen esophagus, maka lumen tersebut dengan bantuan alat dan

endoskopi dapat dilebarkan sehingga makanan dan cairan dapat melaluinya.

d. Endoscopic Ultrasound

Merupakan jenis endoskopi yang menggunakan gelombang suara

untuk melihat gambar bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini sangat berguna

untuk menentukan ukuran dari kanker esofagus dan seberapa jauh kanker

tersebut telah menyebar ke jaringan lain. Uji ini tidak memiliki dampak

radiasi, sehingga aman untuk digunakan.

e. Bronkoskopi dan Mediastinoskopi

Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada

sepertiga tengah dan atas esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah

terkena dan untuk membantu dalam menentukan apakah lesi dapat diangkat.

Sedangkan mediastinoskopi digunakan untuk menentukan apakah kanker

telah menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain.

Page 19: Refrat Tumor Esofagus

2.7 PENATALAKSANAA

Penanganan penderita dengan kanker esophagus belum ada kesatuan

pendapat mengenai Staging, Performance status dan usia merupakan hal yang

perlu dipertimbangkan. Adapun modalitas terapi dan tujuan terapi adalah sebagai

berikut:

2.7.1 Kuratif

1. Pembedahan

Reseksi merupakan pendekatan terbaik untuk karsinoma esofagus pada

pasien muda tanpa ditemukan penyebaran jauh. Bila dikombinasikan dengan

kemoterapi preoperatif dengan cisplatin–5-fluorouracil (5-FU) dapat meningkatkan

2-year survival rate 10% dibandingkan dengan pembedahan saja.

Beberapa metode esofagektomi:

- McKeown’s Operation

Pendekatan 3 lapangan operasi, meliputi laparotomi, thorakotomi dan

Insisi servikal, dibuat anastomosis antara lambung keesofagus di servikal.

- Ivor Lewis Operation

Pendekatan 2 lapangan operasi, meliputi laparotomi dan thorakotomi,

dilakukan anastomosis antara lambung dengan oesophagus di thoraks.

- Thoracoabdominal Approach

Dengan insisi tunggal melewati abdomen kiri atas, diaphragma dan

thoraks kemudian dilakukan anastomosis lambung dengan esofagus di

thoraks.

- Transhiatal approach

Meliputi laparotomidan insisi servikal dilanjutkan dengan diseksi

tumpul dari thoracic oesophagus, mengangkat gastric pedicle ke servikal

untuk servikal anastomosis.

- Laparoscopy-assistedesophagectomy

Hampir sama dengan transhiatal approach tetapi menggunakan

laparoscopic instruments untuk mobilisasi esophagus intra thoracic.

Beberapa metode rekonstruksi post esofagektomi:

Page 20: Refrat Tumor Esofagus

Beberapa pilihan rekonstruksi esophagus post esofagektomi meliputi

penggantian dengan lambung, jejunum atau colon seperti terlihat pada

diagram.

2. Radioterapi

Radioterapi atau kombinasi kemo-radiaterapi merupakan terapi pilihan untuk

sebagian besar skuamous sel karsinoma esofagus 1/3 tengah dan atas, karena dari

penelitian ditemukan penurunan resiko mortalitas operasi dan meningkatkan survival.

Preoperatif radiotherapy telah diteliti dengan randomized trial dan tidak ditemukan

peningkatan survival. Adjuvant radiotherapy diindikasikan hanya jika resection

margins masih mengandung tumor.

3. Chemotherapy

Efektif untukskuamous sel karsinoma dan adenokarsinoma.Untuk skuamus sel

karsinoma kombinasi chemotherapy–radiation terbukti memberi manfaat daripada

radioterapi atau khemoterapi saja dan memberikan 3-year survival rate sama dengan

tindakan pembedahan.

2.7.2 Paliatif

Penatalaksanaan terapi paliatif disesuaikan dengan kebutuhan pasien

dan gejala yang predominan dan kemampuan untuk melakukan tindakan

terapi paliatif.

Termasuk dalam terapi paliatif:

1. Radiotherapieksterna atau intracavitary technique.

Baik untuk skuamous sel karsinoma dan adenokarsinoma

2. Intubation

Dengan endoscopically placed stent – terutama berguna untuk

mengatasi tracheo-oesophageal fistula

3. Laser therapy

Terapi paliatif untuk dysphagia yang disebabkan oleh exophytic

tumours

4. Ethanol injection

Page 21: Refrat Tumor Esofagus

Secara endoskopi dapat memberikan terapi dysphagia jangka pendek

untuk pasien yang kurang fit untuk menjalani pembedahan.

5. By-pass procedure.

Kanker esofagus yang unresectable dapat dilakukan prosedur bypass

dengan menggunakan jejunum atau colon sebagai conduit.

2.8 PROGNOSIS

            Jika terdiagnosis secara dini, secara keseluruhan tumor esofagus memiliki

prognosis yang baik. Sebanyak 70% penderita mengalami metastase pada kelenjar

limfa nodus. Jika tidak ada keterlibatan limfa nodus, maka 50 % pasien dapat

bertahan hidup selama 5 tahun. Jika sudah terjadi metastase, maka hanya 1 dari 8

penderita yang mampu bertahan hingga 5 tahun.