Page 1
LAPORAN KASUS THT
OTITIS EKSTERNA
Disusun Oleh :
Gabriel klemens Wienanda (030.08.107)
Raini (030.08.193)
Abdullah (030.08.002)
Sofiuddin bin Nordin (030.08.305)
Pembimbing :
dr. Faridah nurhayati Sp. THT, KL, Mkes
KEPANITERAAN KLINIK THT RSUD KOTA BEKASI
PERIODE 21 JANUARY 2013 – 23 FEBRUARY 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
ii
Page 2
LEMBAR PENGESAHAN
Studi case dengan judul
“OTITIS EKSTERNA”
telah diterima dan disetujui oleh pembimbing,
sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik ilmu THT di RSUD Kota Bekasi
periode 21 January 2012 – 23 Februari 2013
Bekasi, 9 February 2013
(dr. Farida Nurhayati .THT, KL Mkes)
iii
Page 3
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Mahaesa, atas segala
nikmat dan karunia yang telah diberikan sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan studi
case ini dengan sebaik-baiknya.
Case ini disusun untuk melengkapi tugas di kepanitraan klinik ilmu penyakit THT di
RSUD kota bekasi.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.Faridah
Nurhayati, Sp.THT, KL selaku pembimbing studi case kami di Kepaniteraan Klinik THT RSUD
Bekasi yang telah memberikan bimbingan dan kesempatan dalam penyusunan referat ini.
Kami sadari betul bahwa case ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah yang
kami buat ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga studi case ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan khususnya bagi mahasiswa kedokteran.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikumuslam
Jakarta, 9 February 2013
Penyusun,
Gabriel klemens Wienanda (030.08.107)
Raini (030.08.193)
Abdullah (030.08.002)
Sofiuddin bin Nordin (030.08.305)
iv
Page 4
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ I
KATA PENGANTAR .................................................................................... Ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... Iii
BAB II. PENDAHULUAN............................................................................. 11
1.1.Latar Belakang ................................................................................ 11
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 12
III.1. Anatomi Telinga dan Fisiologi Pendengaran ................................ 12
III.1.1.Telinga Luar ...…………………………………………. 7-11
III.2. Otitis Eksterna ………………………………… 11
III.2.1. Definisi ………………………………………………… 11
III.2.2. Etiologidan factor resiko..………………………... 12-13
III 2.3 epidiomiologi …………………………………………… 13
III.2.4. Patofisiologi…………………………………………….. 14-15
III.2.5. Klasifikasi ……………………………………………... 15-21
III.2.6. diagnosis ………..……………………………………... 21-23
III.2.7penatalaksanaan ………………………………………….. 23-25
III.2.8. prognosis ……………………………………….. 25
BAB IV. KESIMPULAN ………………...................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27
5
Page 5
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh bakteri terlokalisir atau difus dengan gejala telinga terasa sakit.
Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna ini dapat berupa kelembaban,
penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk
melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis
eksterna akut adalah pseudomonas (41 %),strepokokus (22%), stafilokokus.aureus
(15%) dan bakteroides (11%).1
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang
dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh
liang telinga terlibat, tetapi pada otitis eksterna furunkulosis melibatkan liang
telinga sepertiga luar. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeks bakteri patogen
yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan proteus atau
jamur.2 Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai,
disamping penyakit telinga lainnya. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-
daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering.
Umumnya penderita datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit
pada telinga, terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila
peradangan ini tidak diobati secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa
sakit, gatal dan mungkin sekret yang berbau akan menetap.5 Dalam upaya
menanggulangi Otitis eksterna, sejak dahulu telah dipergunakan larutan Burrowi,
yang di kemukakan pertama kali oleh dr.Karl August Von Burrow (1809-1874)
seorang ahli bedah Jerman dari Koningsburg. Dia menggunakan larutan Burrowi
sebagai obat untuk telinga sejak akhir abad ke-19. Larutan Burrowi (Burrow’s
Solution), berisi larutan aluminium sulfat dan digunakan secara luas sebagai obat
kompres yang sekaligus bekerja sebagai anti septik dan adstrigensia dan
mempunyai pH 3,2.1
6
Page 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 ANATOMI TELINGA
Anatomi Telinga
Gambar 1. Anatomi Telinga
Secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah dan
telinga dalam. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan
gelombang bunyi ke struktur – struktur telinga tengah. Telinga luar terdiri dari
daun telinga (pinna atau aurikel) dan liang telinga sampai membran timpani. Di
dalam telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran yaitu maleus, inkus dan
stapes. Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis.
7
Page 7
Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berlekuk – lekuk dan
dibungkus oleh kulit tipis. Lekukan – lekukan ini dibentuk oleh heliks, antiheliks,
tragus, antitragus, fossa skafoidea, fosa triangularis, konkha dan lobulus.
Permukaan lateral daun telinga mempunyai tonjolan dan daerah yang datar. Tepi
daun telinga yang melengkung disebut heliks. Pada bagian postero-superiornya
terdapat tonjolan kecil yang disebut tuberkulum telinga (Darwin’ tubercle). Pada
bagian anterior heliks terdapat lengkungan yang disebut antiheliks. Bagian
superior antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks dan bagian dikedua
krura ini disebut fosa triangulari. Di atas kedua krura ini terdapat fosa skafoid. Di
depan anteheliks terdapat konka. Di bawah krus heliks terdapat tonjolan kecil
berbentuk segitiga tumpul yang disebut tragus. Bagian di seberang tragus dan
terletak pada batas bawah anteheliks disebut antitragus.1
Jaringan subkutan daun telinga bagian superior sangat tipis, terutama di
permukaan anterior, sehingga kulit langsung menempel pada tulang rawan. Makin
ke bawah lapisan subkutan bertambah dan berakhir di lobulus yang tidak
mempunyai rangka tulang rawan. Perdarahan daun telinga bagian posterior
berasal dari cabang posterior A.karotis eksterna yang mendarahi juga sebagian
kecil permukaan depan daun telinga. Sebagian permukaan belakang daun telinga
juga diperdarahi oleh A. oksipitalis. Permukaan depan daun telinga terutama
diperdarahi oleh cabang anterior A. Temporalis superfisialis anterior. Persarafan
daun telinga disuplai oleh cabang – cabang aurikularis magnus dan oksipitalis
8
Page 8
minor dari pleksus servikalis, juga dari cabang aurikulotemporal saraf trigeminal
serta cabang auricular N. vagus.
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan bagian tulang rawan pada
sepertiga luar dan bagian tulang pada dua pertiga dalam. Panjang liang telinga kira
– kira 2,5 cm – 3 cm. Bentuk liang telinga seperti huruf S akibat perbedaan sudut
bagian tulang rawan dan bagian tulang karena itu membran timpani biasanya tidak
dapat terlihat langsung dari luar. Diameter liang telinga dari luar ke dalam tidak
selalu sama, yang paling sempit di bagian isthmus yang terletak sedikit di medial
batas bagian tulang dan bagian tulang rawan. Berbatasan dengan membran
timpani, bidang liang telinga tidak datar, di bagian anteriorinferiornya membentuk
sudut tajam (acute anterior tympanic angle), sehingga bagian tepi anteriorinferior
membran timpani sukar dilihat langsung dari luar. Lekukan ini juga menyebabkan
diameter membran timpani paling panjang pada bagian obliq anteroinferior ke
posterosuperior. Sedikit di lateral bagian yang bersudut tajam ini liang telinga
menonjol bertepatan dengan sendi temporomandibula. Kulit liang telinga bagian
tulang rawan mempunyai struktur menyerupai kulit di bagian tubuh lain,
mengandung folikel rambut dan kelenjar – kelenjar, sedangkan kulit di bagian
tulang merupakan kulit yang tipis sekali dan berlanjut ke kulit membran timpani,
tidak mempunyai folikel rambut dan kelenjar – kelenjar.
Hubungan antara liang telinga dengan struktur sekelilingnya juga
mempunyai arti klinis yang penting. Dinding anterior liang telinga ke arah medial
berdekatan dengan sendi temporomandibular dan ke lateral dengan kelenjar
parotis. Dinding inferior liang telinga juga berhubungan erat dengan kelenjar
parotis. Dehisensis pada liang telinga bagian tulang rawan ( fissure of
Santorini) memungkinkan infeksi meluas dari liang telinga luar ke dalam parotis
dan sebaliknya pada ujung medial dinding superior liang telinga bagian tulang
membentuk lempengan tulang berbentuk baji yang disebut tepi timpani dari tulang
temporal, yang mana memisahkan lumen liang telinga dari epitimpani. Dinding
superior liang telinga bagian tulang, di sebelah medial terpisah dari epitimpani
oleh lempengan tulang baji ke arah lateral suatu lempengan tulang lebih tebal
memisahkan liang telinga dari fossa krani medial. Dinding posterior liang telinga
bagian tulang terpisah dari sel udara mastoid oleh suatu tulang tipis.
9
Page 9
Pada kulit yang normal di liang telinga, ada bakteri flora seperti
Micrococcus dan Corynebacterium sp. Infeksi pada liang telinga oleh bakteri
patogen dipengaruhi kondisi host misalnya adanya trauma lokal, adanya
perubahan sifat serumen, dermatitis, dan perubahan pH di liang telinga. Kulit
yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang, selain
itu juga mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu
namun ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Anatomi
liang telinga bagian tulang sangat unik karena merupakan satu – satunya tempat
dalam tubuh di mana kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan
subkutan. Dengan demikian daerah ini sangat peka, dan tiap pembengkakan akan
sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi.
Ada tiga makroskopik mekanisme pertahanan dari liang telinga dan
permukaan lateral membran timpani yaitu tragus dan antitragus, kulit dengan
lapisan serumen dan isthmus. Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga
luar adalah dengan pembentukkan serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar
struktur kelenjar sebasea dan apokrin yang menghasilkan serumen terletak pada
bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel – sel stratum korneum ikut pula berperan
dalam pembentukkan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung penolak air
pada dinding kanalis ini. pH gabungan berbagai bahan tersebut adalah sekitar 6,
suatu faktor tambahan yang berfungsi mencegah infeksi. Serumen diketahui
memiliki fungsi sebagai proteksi. Dapat berfungsi sebagai sarana pengangkut
debris epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membran timpani. Serumen
juga berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan pembentukan
fisura pada epidermis.
Saluran limfatik merupakan bagian yang penting dalam penyebaran
infeksi. Bagian anterior dan superior dari meatus akustikus eksternus, disalurkan
ke pembuluh limfe preaurikuler di kelenjar parotis dan kelenjar limfe servikal
bagian superior. Bagian inferior, disalurkan ke infraaurikuler dekat angulus
mandibula. Bagian posterior disalurkan ke kelenjar limfe postaurikuler dan
kelenjar limfe servikal bagian superior. Rangsangan pada aurikel dan meatus
akustikus eksternus berasal dari saraf perifer dan kranial, yaitu dari saraf
trigeminus (V), fasial (VII), glossopharingeal (IX) dan nervus vagus (X).
10
Page 10
Suara yang ditangkap oleh daun telinga diteruskan melalui saluran telinga
ke membran timpani. Membran timpani berbentuk hampir lonjong, terletak obliq
di liang telinga, membatasi liang telinga dengan kavum timpani. Diameter
membran timpani rata – rata sekitar 1 cm, paling panjang pada arah anterior –
inferior ke superior posterior. Membran timpani terdiri dari 3 lapis yaitu lapisan
luar, lapisan tengah dan lapisan dalam. Lapisan luar merupakan kulit terusan dari
kulit yang melapisi dinding liang telinga. Lapisan tengah merupakan jaringan ikat
yang terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan radier yang serabut – serabutnya
berpusat di manubrium maleus, lapisan sirkuler yang serat – seratnya lebih padat
di lingkaran luar dan makin jarang ke arah sentral. Lapisan dalam merupakan
bagian dari lapisan mukosa kavum timpani. Membran timpani dibagi menjadi dua
bagian yaitu pars flaksida di bagian atas dan pars tensa di bagian bawah
2.1 DEFINISI
Otitis eksterna, juga dikenal sebagai telinga perenang atau swimmer’s ear,
adalah radang telinga luar baik akut maupun kronis. Kulit yang melapisi saluran
telinga luar menjadi merah dan bengkak karena infeksi oleh bakteri atau jamur
dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret
di liang telinga, dan kecenderungan untuk kambuh kembali. Pengobatan amat
sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalam menjaga
kebersihan liang telinga. Infeksi ini sangat umum dan mempengaruhi semua
kelompok umur. Saluran telinga luar adalah sebuah terowongan pendek yang
berjalan dari lubang telinga hingga gendang telinga yang berada di dalam telinga.
Secara normal bagian ini dilapisi kulit yang mengandung rambut dan kelenjar
yang memproduksi lilin.
11
Page 11
2.2 ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
2.2.1 Etiologi
Swimmer’s ear (otitis eksterna) sering dijumpai. Terdiri dari inflamasi,
iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan
terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang
telinga. Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara
terjadinya otitis eksterna (swimmer’s ear).3
Kebanyakan disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes telinga. Alergen
yang paling sering adalah antibiotik, contohnya: neomycin, framycetyn,
gentamicin, polimixin, dan anti histamin. Sensitifitas poten lainnya adalah
metal dan khususnya nikel yang sering muncul pada kertas dan klip rambut
yang mungkin digunakan untuk mengorek telinga.2
2.2.2 Faktor Risiko
Suka membersihkan atau mengorek-ngorek telinga dengan cotton buds,
ujung jari atau alat lainnya
Kelembaban merupakan foktor yang penting untuk terjadinya otitis
eksterna.
Sering berenang, air kolam renang menyebabkan maserasi kulit dan
merupakan sumber kontaminasi yang sering dari bakteri
Penggunaan bahan kimia seperti hairsprays, shampoo dan pewarna
rambut yang bisa membuat iritasi dan mematahkan kulit rapuh, yang
memungkinkan bakteri dan jamur untuk masuk
kondisi kulit seperti eksema atau dermatitis di mana kulit terkelupas atau
pecah, dan tidak bertindak sebagai penghalang atau pelindung dari
kuman atau jamur
kanal telinga sempit
infeksi telinga tengah
12
Page 12
diabetes.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun, otitis eksterna terjadi pada 4 dari setiap 1000 orang di
Amerika Serikat. Kejadian lebih tinggi selama musim panas, mungkin karena
partisipasi dalam kegiatan air lebih tinggi. Otitis eksterna akut, kronis, dan
eczematous merupakan otitits yang umum di Amerika Serikat, namun otitis
necrotizing jarang terjadi. Secara umum di dunia frekuensi otitis eksterna tidak
diketahui, namun insidennya meningkat di Negara tropis seperti Indonesia.
Tidak ada ras ataupun jenis kelamin yang berpengaruh terhadap angka
kejadian otitis eksterna. Umumnya, tidak ada hubungan antara perkembangan otitis
eksterna dan usia. Sebuah studi epidemiologi tunggal di Inggris menemukan
prevalensi selama 12-bulan yang sama untuk individu yang berusia 5-64 tahun dan
prevalensinya meningkat pada usia lebih dari 65 tahun.3,5
DI indonesia, penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang
sering dijumpai, disamping penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang
dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d Desember 2000 di Poliklinik THT RS
H.Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru dimana, dijumpai 867 kasus
(8,07 %) otitis eksterna, 282 kasus (2,62 %) otitis eksterna difusa dan 585 kasus
(5,44 %) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada daerah-
daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering.5-9
Nan Sati CN dalam penelitiannya di RS.Sumber Waras / FK UNTAR
Jakarta mulai 1 Januari 1980 sampai dengan 30 Desember 1980 mendapatkan 1.370
penderita baru dengan diagnosis otitis eksterna yang terdiri dari 633 pria dan 737
wanita.
13
Page 13
2.4 PATOFISIOLOGI
Serumen bersifat asam (pH 4-5) untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan
jamur dan juga mencegah kerusakan kulit.Biasanya trauma lokal mendahului
terjadinya otitis eksterna.Terkena air yangg berlebihan bias mengurangi jumlah
serumen yang akan membuat kanal kering dan pruritus.
Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud terlalu sering bisa
mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran
menumpuk disana.
↓
Penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang
↓
Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga
↓
mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur
Kandungan air pada permukaan luar kulit diduga memegang peranan yg nyata
didalam mudahnya terjadinya infeksi telinga luar
↓
Stratum korneum menyerap kelembaban dari lingkungan
↓
suhu yang tinggi ,kelembaban yang tinggi (berenang)
↓
Peningkatan kelembaban dari keratin didalam serta disekitar unit-unit apopilo
sebasea
↓
menunjang pembengkakan & penyumbatan folikel
↓
menganggu aliran serumen kepermukan kulit
↓
Serumen bersifat asam (pH 4-5) untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur
serta mencegah kerusakan kulit
14
Page 14
↓
Gatal
↓
Garuk/cedera
↓
invasi organisme eksogen melalui permukaan superficial epidermis yang
biasanya resisten terhadap bakteri
Organisme yang paling umum dijumpai pada OE adalah P aeruginosa
(50%), S aureus (23%), anaerob dan organisme gram negatif (12,5%), dan jamur
seperti Aspergillus dan Candida spesies (12,5%). Otomikosis adalah infeksi di
saluran pendengaran eksternal yang disebabkan oleh spesies Aspergillus sebanyak
80-90% dari kasus. Kondisi ini ditandai oleh adanya hifa yang panjang, putih,
berbentuk benang yang tumbuh dari permukaan kulit. Dalam sebuah penelitian,
91% dari kasus otitis eksternal disebabkan oleh bakteri.
2.5 KLASIFIKASI
Otitis Eksterna akut
a. Bakteri
Otitis Eksterna Sirkumskripta
Otitis Eksterna Difus
b. Virus
Herpes Zoster
c. Jamur
Otomikosis
Infeksi Kronis Liang Telinga.
a. Otitis Eksterna Maligna
15
Page 15
b. Keratosis Obturans dan Kolesteatom Eksterna
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi :
1 Otitis Eksterna Ringan :
Kulit liang telinga hiperemis dan eksudat
Liang telinga menyempit
2. Otitis Eksterna Sedang :
Liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif
3. Otitis Eksterna Komplikasi :
Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
4. Otitis Eksterna Kronik :
Kulit liang telinga/pina menebal, keriput.
Eritema positif.
Secara umum otitis eksterna akut ada 2, yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan otitis
eksterna difus.
Otitis eksterna sirkumskripta
Oleh karena kulit di sepanjang sepertiga luar liang telinga mengandung
adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka
di tempat itu bisa terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel.
Kuman penyebab biasanya Staphyloccoccus aureus atau Staphylococcus
albus. Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini
disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di
bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri
dapat juga timbul spontan waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain
itu terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang
telinga.
Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses,
diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal bisa diberikan salep
16
Page 16
atau tetes antibiotika. Jika dinding furunkel tebal, dilakukan insisi kemudian
dipasang drainage untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan
antibiotik sistemik, hanya diberikan obat simptomatik seperti analgetik dan obat
penenang.
Otitis eksterna difus
Sering mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit liang
telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya
golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab ialah
Staphylococcus albus, Escherichia coli dan sebagainya.
Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang
kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang
berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti secret yang keluar dari
kavum timpani pada otitis media. Pengobatannya dengan membersihkan liang
telinga, memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya
terdapat kontak yang baik antara kulit yang meradang dengan obatnya. Kadang-
kadang diperlukan obat antibiotika sidiliang teling mur stemik.
Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di
daerah tersebut yang tersering ialah aspergillus. Kadang-kadang ditemukan juga
candidia albikans atau jamur yang lain.
Gejalanya biasanya berupa rasa gatal atau rasa penuh ditelinga, tetapi
sering tanpa keluhan.Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga
dengan larutan asam asetat 2,5% dan alkohol yang diteteskan ke liang telinga
biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti jamur
( sebagai salep ) yang diberikan secara topikal.
17
Page 17
Herpes Zoster
Herpes zoster oticus adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varicella zoster. Virus yang menyerang satu atau lebih dermatom saraf cranial.
Dapat mengenai saraf tergeminus, ganglion genikulatum dan radikal seriviks bagian
atas. Keadaan ini disebut juga sindroma Ramsey Hunt. Tampak lesi kulit yang
vaskuler pada kulit daerah muka sekitar liang telinga, otalgia dan terkadang disertai
paralisis otot wajah. Pada keadaan yang berat ditemukan gangguan pendengaran
berupa tuli sensineural. Pengobatan sesuai dengan tatalaksana Herpes Zoster.
Keratosis obliterans dan kolesteatom eksterna
Dulu keratosis obturan dan kolesatetoma eksterna dianggap satu penyakit
yang sama proses oleh kerana itu sering tertukar. Pada keratosis obturan ditemukan
gumpalan epidermis diliang telinga yang disebabkan oleh terbentukmnya epitel
yang berlebihan akibat tidak bermigrasi kea rah liang telinga luar.
Pada pasien dengan keratosis obturans terdapat tuli konduktif akut, nyeri
yang hebat, liang telinga yang lebih lebar, membrane timpani yang utuh tapi lebih
tebal dan jarang ditemukan sekresi telinga. Gangguan pendengaran dan adanya rasa
nyeri yang hebat disebabkan oleh desakan gumpalan epitel berkeratin di liang
telinga. Keratosis obturan bilateral sering ditemukan pada usia muda. Sering
dikaitkan dengan sinusistis dan bronkoektasis.
Erosi tulang liang telinga ditemukan pada keratosis obturan dan pada
kolestetoma eksterna. Hanya saja pada keratosis obturan erosi tulang yang
menyeluruh sebingga tampak liang telinga menjadi lebih luas. Sementara pada
kolestetomna eksterna erosi tulang terjadi hanya didaerah posteroinferior.
Otore dan nyeri tumpul menahun ditemukan pada kolestetoma eksterna.
Hali ini disebabnkan oleh kerana invasi kolestetoma ke tulang yang menimbulkan
18
Page 18
periostetitis. Pendengaran dan membrane timpani biasanya normal. Kolesteotoma
ekstrena ditemukan hanya pada satu sisi telingan dan lebih sering pada usia tua.
Oleh keranan keraosis obtuiran disebabkan oleh proses radang yang
kromnis serta sudah terjadi gangguan migrasi epitel maka gumpalan keratin
dikeluarkan, debris akibat radang harus dibersihkan berkala. Pada kolestetoma
eksterna perlu dilakukan operasi agar kolestetoma dan tulang yang nekrotik bias
diangkat sempurna . tujuan operasi mencegah berlanjutnya penyakit yang mengerosi
tulang. Indikasi operasi bila destruksi tulang sudah meluas ke telinga tengah, erosi
tulang pendengaran, kelumpuhan saraf fasialis, terjadi labirin atau otore yang
berkepanjangan. Pada operasi liang telinga bagian luar diperluaskan agar mudah
dibersihkan.
Bila kolestetoma masih kecil dan terbatas dapat dilakukan tindakan
konseratif . kolestetoma dan jaringan nekrotik diangkat sampai bersih diikuti
pemberian antibniotik topical berkala. Pemberian obat tetes telinga dari campuran
alcohol atau gleserin dalam H2O2 3% tiga kali seminggu sering dapat menolong.
Perbedaan keratosis obturan dan kolesteotoma
Kerotosis obturan kolestetoma
Umur Dewasa muda Tua
Penyakit terkait Sinusitis & bronkoektasis Tidak ada
Nyeri Akut/berat Kronis/ Nyeri tumpul
Gangguan pendengaran Konduktif/sedang Tidak ada/ ringan
19
Page 19
Sisi telinga bilaeral Unilateral
Erosi tulang sirkumferesial Terlokalisis
Kulit telinga utuh Ulserasi
Osteonekrosis Tidak ada Bisa ada
Otorea jarang sering
Otitis eksterna maligna
Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang menyerang meatus
akustikus eksternus dan tulang temporal. Organisme penyebabnya
adalah Pseudomonas aeruginosa, dan paling sering menyerang pasien diabetik usia
lanjut. Pada penderita diabetes, pH serumennya lebih tinggi dibanding pH serumen
non diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita diabetes lebih mudah terjadi otitis
eksterna. Akibat adanya faktor immunocompromize dan mikroangiopati, otitis
eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna maligna. Infeksi dimulai dengan otitis
eksterna yang progresif dan berlanjut menjadi osteomielitis pada tulang temporal.
Penyebaran penyakit ini keluar dari liang telinga luar melalui Fisura Santorini dan
osseocartilaginous junction.3
Otitis eksterna maligna menyebar melalui Fisura Santorini untuk sampai
ke dasar tulang tengkorak. Data histopatologi menunjukkan bahwa infeksi
menyebar sepanjang vaskuler. Di bagian anterior dapat mempengaruhi fossa
mandibula dan kelenjar parotis. Di sebelah anteromedial infeksi, dapat menyebar ke
arteri karotis. Selain itu juga dapat menyebar melalui Tuba Eustachius untuk sampai
ke fossa infratemporal dan nasofaring. Hipestesia ipsilateral dapat terjadi jika saraf
20
Page 20
kelima dilibatkan. Penyebaran ke intrakranial dapat menyebabkan meningitis, abses
otak, kejang dan kematian. Bagian posteroinferior dapat menyebabkan flebitis dan
trombosis supuratif bulbus juguler dan sinus sigmoid. Ini dapat menyebabkan
mastoiditis dan kelumpuhan saraf fasial. Penyebaran secara inferior dapat
menyebabkan paralisis saraf glosofaringeal (IX), vagus (X), hipoglosus (XI), dan
aksesorius (XII), menyebabkan disfagia, aspirasi dan suara serak
Gejala dapat dimulai dengan rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat
diikuti dengan rasa nyeri yang hebat dan sekret yang banyak serta pembengkakan
liang telinga. Biasanya unilateral. Rasa nyeri akan semakin hebat dan bila tumbuh
jaringan granulasi yang banyak akan menyebabkan liang telinga akan tertutup. Saraf
fasialis dapat terkena sehingga menimbulkan paralisis fasial. Kelainan patologik
yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang disebabkan oleh infeksi
kuman Pseudomonas aeruginosa. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes
mellitus berat, kadar gula darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang
sedang aktif, menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat. Pada beberapa kasus
pernah dilaporkan terdapat gejala pusing, sakit kepala dan trismus
2.6 DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis dari otitis eksterna dapat diperoleh dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meliputi:
2.6.1 ANAMNESIS
Pasien mungkin melaporkan gejala berikut:
Otalgia
Rasa penuh ditelinga
Gatal
Discharge (Awalnya, debit mungkin tidak jelas dan tidak berbau, tetapi dengan cepat menjadi bernanah dan berbau busuk)
21
Page 21
penurunan pendengaran
tinnitus
Demam (jarang)
Gejala bilateral (jarang)
Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya berupa
rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan
gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala mengelirukan. Rasa
sakit bisa tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan
dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan
periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang
telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan
yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari
liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita
otitis eksterna.7
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal
dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan
daun telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan
pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan
penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda
permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta.7
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit
yang progresif pada otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen kanalis dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen,
debris, dan obat -obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang
mengakibatkan peredaman hantaran suara.5,7
2.6.2 PEMERIKSAAN FISIK
22
Page 22
Temuan pemeriksaan fisik dapat mencakup sebagai berikut:
Nyeri tekan tragus
Eritematosa dan edema saluran auditori eksternal
Discharge purulen
Eczema dari daun telinga
Adenopati Periauricular dan servikal
Demam (jarang)
Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak
sekitarnya, termasuk kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi ke
dalam tulang mastoid, sendi temporomandibular, dan dasar tengkorak,
dalam hal saraf kranial VII (wajah), IX (glossopharingeus), X (vagus), XI
(aksesori), atau XII (hypoglossal) dapat terpengaruh.
2.7 PENATALAKSANAAN
Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit, pembuangan
debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal untuk mengontrol
edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.
Dengan lembut membersihkan debris dari kanalis auditorius eksternal dengan
irigasi atau dengan menggunakan kuret plastik lembut atau kapas di bawah
visualisasi langsung. Pembersihan kanal meningkatkan efektivitas dari obat
topikal.
Obat topikal aural biasanya termasuk asam ringan (untuk mengubah pH dan untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme), kortikosteroid (untuk mengurangi
peradangan), agen antibiotik, dan / atau agen antijamur.
Infeksi ringan: otitis eksterna ringan biasanya merespon dengan penggunaan
agen acidifying dan kortikosteroid. Sebagai alternatif, campuran perbandingan
(2:1) antara alkohol isopropil 70% dan asam asetat dapat digunakan.
Infeksi sedang: Pertimbangkan penambahan antibiotik dan antijamur ke agen
acidifying dan kortikosteroid.23
Page 23
Antibiotik oral digunakan pada pasien dengan demam, imunosupresi, diabetes,
adenopati, atau pada individu-individu dengan ekstensi infeksi di luar saluran
telinga.
Dalam beberapa kasus, kasa (dengan panjang 1/4 inci) dapat dimasukkan ke
dalam kanal, dan obat ototopic dapat diterapkan secara langsung ke kasa (2-4
kali sehari tergantung pada frekuensi dosis yang dianjurkan dokter). Setelah
kasa digunakan, harus dicabut kembali 24-72 jam setelah insersi.
Dalam kasus pasien dengan tympanostomy atau diketahui adanya perforasi,
persiapan non-ototoxic topical (misalnya, fluorokuinolon, dengan atau tanpa
steroid).
Dalam kasus otitis kronis, tidak menular, resisten terhadap terapi, krim tacrolimus
0,1% (melalui kasa yang diganti setiap saat hingga hari ketiga) mengakibatkan
tingginya tingkat resolusi setelah 9-12 hari terapi.
24
OTITIS EKSTERNA
Pertimbangkan mengambil sampel
TERAPI
Edukasi+ analgetika+ tetes
Evaluasi secara rutin dalam 5-7 hari jika
imunocompromized atau diabetes, gejala
memburuk, gejala tidak hilang dalam 1
minggu
Page 24
Gambar 2: Skema terapi otitis eksterna
2.8 PROGNOSIS
Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan faktor
pencetusnya dapat dihindari. Akan tetapi otitis eksterna sering kambuh jika
kebersihan telinga tidak dijaga, adanya riwayat penyakit tertentu seperti diabetes
yang menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak menghindari faktor
pencetus dengan baik.
BAB IV
KESIMPULAN
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh bakteri terlokalisir atau difus dengan gejala telinga terasa
sakit. Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna ini dapat berupa kelembaban,
25
Rujuk ke THT jika:
Terapi gagal
Gejala dan tanda yang berat
Kemungkinan adanya otitis eksternal necrotizing
TERAPI
Edukasi+ analgetika+ tetes
Evaluasi secara rutin dalam 5-7 hari jika
imunocompromized atau diabetes, gejala
memburuk, gejala tidak hilang dalam 1
minggu
Page 25
penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Otitis eksterna bias dibagi
kan kepada akut yaitu diakibatkan oleh bakteri jamur maupun virus dan
kronis. Keluhan pasien yang datang dengan otitis eksterna antaranya
mengeluh nyeri telinga, Rasa penuh ditelinga, Gatal adanya discharge bias
mengakibatkan penurunan pendengaran, tinnitus, dan demam (jarang). Pada
otitis eksterna maligna bias dikeluhkan kelainan saraf akibat penyakit tersebut.
Penanganan pada otitis eksterna pada umumnya melibatkan manajemen rasa
sakit, pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat
topikal untuk mengontrol edema dan infeksi, dan menghindari faktor
pencetus. Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan
faktor pencetusnya dapat dihindari
DAFTAR PUSTAKA
26
Page 26
1. Sosialisma, Helmi. Kelainan telinga luar. Dalam: Soepardi EA. Iskandar N,
editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher.
Ed.5. Jakarta: FKUI; 2003. Hal.44-8.
2. Vernick DM. Malignant externa otitis. In Nadol JB, Schuknecht HF,editors.
Surgery of the ear and temporal bone. New York: Raven Press; 1993. p.199
- 203.
3. Linstrom CJ, Lucente FE, Joseph EM. Infections of the external ear. In
Bailey BJ, Calhoun KH, Deskin RW, editors. Head and neck surgery-
otolaryngology. Ed.2nd. Vol 2nd. New York : Lippincott-Raven;1998. p.
1965-79.
4. External ear anatomy. [Online]. 2008 [cited 2008 July 26]; [1 screen].
Available from:http://www.utdol.com/online/content/image.do?
imageKey=prim_pix/extern3.htm
5. Helmi. Bagian – bagian tulang temporal dan organ di dalamnya, Otitis
media supuratif kronis. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;2005. p. 7-27.
6. Wright A. Anatomy and ultrastructure of the human ear. In Kerr AG
Editor. Scott-Brown’s Otolaryngology. Ed.6th. London: Butworth;1997. p.
1/1/1 – 1/1/15.
7. Chon AM. Malignant otitis externa. In Gates GA, editor. Current therapy in
otolaryngology-head and neck surgery-3. Toronto: B.C. Decker Inc; 1987.
p. 8-11.
8. Boies LR. BOIES Buku ajar penyakit THT. Ed.6. Jakarta: EGC Penerbit
Buku Kedokteran; 1997.
27