BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDislokasi sangat penting
dikuasai oleh tenaga medis terutama para profesional yang
berkecimpung dalam dunia kedokteran. Dislokasi adalah keadaan di
mana tulang- tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan
secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Dislokasi ini dapat
hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk
sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali
sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas
dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami
dislokasi.Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan
sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang
normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor
penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak
lahir (kongenital). Dalam kehidupan sehari-hari, persendian dapat
mengalami gangguan. Gangguan sendi ini dapat berupa proses
keradangan karena infeksi, imunologis, proses degenerasi, maupun
trauma. Trauma pada sendi sering disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu : Kontusio sendi, biasa terjadi karena suatu benturan. Joint
strain, terjadi karena trauma kecil yang terjadi berulang - ulang.
Joint sprain/keseleo, terjadi karena adanya robekan mikroskopis
dari ligamentatau kapsul sendi yang tidak menggangu kestabilan.
Ruptur ligamenDislokasi (1,2)
2.1 DefinisiDislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang
lepas dari sendi). Atau dislokasi adalah suatu keadaan keluarnya
(bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi merupakan
suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. Bila terjadi
patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi disertai luksasi
sendi yang disebut fraktur dislokasi. Dislokasi adalah terlepasnya
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat
hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk
sendi). (2)2.2 Anatomi SendiSendi merupakan hubungan antar tulang
sehingga tulang dapat digerakkan. Dimana hubungan dua tulang
disebut persendian (artikulasi).Beberapa komponen penunjang sendi:
Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di
bagian dalamnya terdapat rongga.T .ioampn flipampntiirrA arlalah
iarinoan npnoiVat varia mengikat luar ujung tulang
Norma! JointMuscle berfungsi mencegah dislokasi. jaringan tulang
rawan yang benturan. sendi.
Gambar 1. Persendian normalAda 5 macam sendi berdasarkan
karakteristik masing-masing:1. Sindesmosis : adalah sendi dimana
dua tulang ditutupi oleh jaringan fibrosa. Misalnya sutura pada
tulang tengkorak.2. Sinkondrosis : adalah sendi dimana kedua tulang
ditutupi oleh tulang rawan. Misalnya lempeng epifisis yang
merupakan suatu sinkondrosis yang bersifat sementara yang
menghubungkan antara epifisis dan metafisis dan memberikan
kemungkinan pertumbuhan memanjang pada tulang.3. Sinostosis :
adalah bila sendi mengalami obliterasi dan terjadi penyambungan
antara keduanya. Beberapa sindesmosis dan semua sinkondrosis
bergabung, menjadi sinostosis.4. Simfisis : adalah suatu jenis
persendian dimana kedua permukaannya ditutupi oleh tulang rawan
hialin dan dihubungkan oleh fibrokartilago dan jaringan fibrosa
yang kuat. Misalnya pada simfisis pubis dan sendi intervertebra.5.
Sendi sinovial : adalah sendi dimana permukaannya ditutupi oleh
tulang rawan hialin dan pinggirnya ditutupi oleh kapsul sendi
berupa jaringan fibrosa dan di dalamnya mengandung cairan sinovial.
(3,4)2.3 Penyebab dislokasiDislokasi disebabkan oleh1. Trauma: jika
disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi. Cedera
olahragaOlah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak
bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya :
terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan
pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan
jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain
lain. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga.Benturan keras
pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
TerjatuhTerjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas
lantai yang licin2. KongenitalSebagian anak dilahirkan dengan
dislokasi, misalnya dislokasi pangkal paha. Pada keadaan ini anak
dilahirkan dengan dislokasi sendi pangkal paha secara klinik
tungkai yang satu lebih pendek dibanding tungkai yang lainnya dan
pantat bagian kiri serta kanan tidak simetris. Dislokasi congenital
ini dapat bilateral (dua sisi). Adanya kecurigaan yang paling kecil
pun terhadap kelainan congenital ini mengeluarkan pemeriksaan
klinik yang cermat dan sianak diperiksa dengan sinar X, karena
tindakan dini memberikan hasil yang sangat baik. Tindakan dengan
reposisi dan pemasangan bidai selama beberapa bulan, jika kelainan
ini tidak ditemukan secara dini, tindakannya akan jauh sulit dan
diperlukan pembedahan.3. PatologisAkibatnya destruksi tulang,
misalnya tuberkolosis tulang belakang. Dimana patologis: terjadinya
tear ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital
penghubung tulang. (2,5>1.4 PatofisiologiDislokasi biasanya
disebabkan karena faktor fisik yang memaksa sendi untuk bergerak
lebih dari jangkauan normalnya, yang menyebabkan kegagalan tekanan,
baik pada komponen tulang sendi, ligamen dan kapsula fibrous, atau
pada tulang maupun jaringan lunak. Struktur-struktur tersebut lebih
mudah terkena bila yang mengontrol sendi tersebut kurang kuat.
(3)1.5 KlasifikasiDislokasi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:1. Dislokasi kongenital : Terjadi sejak lahir akibat
kesalahan pertumbuhan.2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit
sendi dan atau jaringan sekitar sendi, misalnya tumor, infeksi,
atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang
berkurang.3. Dislokasi traumatik : merupakan kedaruratan ortopedi
(pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat
mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga
merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular.
Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.Berdasarkan tipe kliniknya
dibagi:1. Dislokasi Akut : Umumnya terjadi pada shoulder, elbow,
dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi.2.
Dislokasi Kronik3. Dislokasi Berulang : Jika suatu trauma dislokasi
pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan
trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya
terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint. (2,3)2.6
DiagnosisAnamnesis : perlu ditanyakan tentang : Rasa nyeri Adanya
riwayat trauma Mekanisme trauma Ada rasa sendi yang keluar Bila
trauma minimal dan kejadian yang berulang, hal ini dapat terjadi
pada dislokasi rekurrens (6,7)Pemeriksaan klinisa. Deformitas
Hilangnya penonjolan tulang yang normal Pemendekan Kedudukan yang
khas untuk dislokasi tertentub. Bengkakc. Terbatasnya gerakan atau
gerakan yang abnormal (6,7)Pemeriksaan penunjangPemeriksaan
radiologi untuk memastikan arah dislokasi dan apakah disertai
fraktur.Pemeriksaan diagnostik dengan cara pemeriksaan sinar -X
(pemeriksaan X- Rays). (3,7)2.7 KomplikasiKomplikasi yang dapat
menyertai dislokasi antara lain :.Komplikasi Dini :1) Cedera saraf
: saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot
tesebut2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak3)
Fraktur disloksi Komplikasi lanjut :1) Kekakuan sendi bahu:
Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu,
terutama pada pasien yang berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan
rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi2) Dislokasi
yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul
terlepas dari bagian depan leher glenoid3) Kelemahan otot (2,8)2.8
PenatalaksanaanPenatalaksanaan dislokasi sebagai berikut : o
Lakukan reposisi segera.o Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di
tempat kejadian tanpa anestesi, misalnya : dislokasi siku,
dislokasi bahu, dislokasi jari pada fase syok), sislokasi bahu,
siku atau jari dapat direposisi dengan anestesi loca; dan obat
penenang misalnya valium. o Dislokasi sendi besar, misalnya panggul
memerlukan anestesi umum.o Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat
semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat.o Kaput
tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke
rongga sendi.o Sendi kemudian diimobilisasi dengan pembalut, bidai,
gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi
halus 3-4x sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran
sendioMemberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa
penyembuhan. (9,10)2.9 Macam DislokasiI. Dislokasi Sendi JariSendi
jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan
segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat
mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung
tangan.
Penatalaksanaan:Jari yang cedera dengan tarikan yang cukup kuat
tapi tidak disentakkan. Sambil menarik, sendi yang terpeleset
ditekan dengan ibu jari dan telunjuk. Akan terasa bahwa sendi itu
kembali ke tempat asalnya. Setelah diperbaiki sebaiknya untuk
sementara waktu ibu jari yang sakit itu dibidai. Untuk membidai
dalam kedudukan setengah melingkar seolah - olah membentuk huruf O
dengan ibu jari. (7,9)II. Dislokasi Sendi SikuJatuh pada tangan
dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior. Reposisi
dilanjutkan dengan membatasi gerakan dalam sling atau gips selama
tiga minggu untuk memberikan kesembuhan pada sumpai sendi.
(6,7)
Dislokasi pergelangan tangan adalah suatu kondisi dimana
permukaan sendi dari tulang pembentuk sendi pergelangan tangan
mengalami pergeseran atau penguluran baik secara langsung maupun
tidak langsung.a. Dislokasi tulang lunatumDislokasi ini jarang
ditemukan, berupa dislokasi ke anterior. Dislokasi tulang lunatum
terjadi bila jatuh dengan pergelangan tangan dalam keadaan
dorsoflexy, dan tulang lunatum terdorong ke arah palmar dan
mengalami rotasi 900 pada carpar tunnel. Terdapat pembengkakan pada
daerah pergelangan tangan, nyeri apabila jari-jari diekstensikan.
Bisa didapatkan gejala lesi nervus medianus.Pada dislokasi yang
baru, dilakukan reposisi di bawah pembiusan umum dengan melakukan
penekanan pada tulang lunatum. Pada dislokasi yang lama, reposisi
tidak bisa dilakukan dan perlu dilakukan eksisi.b. Dislokasi
perilunatumSeluruh korpus mengalami dislokasi ke arah dorsal
kecuali tulang lunatum masih tetap bersama-sama tulang
radius.Pengobatan dilakukan reduksi tertutup. Bila gagal, dilakukan
reduksi terbuka.IV. Dislokasi Regio Bahu (Shoulder Dislocation)Pada
regio bahu terdapat beberapa sendi yang saling berhubungan dan
saling mempengaruhi, yaitu sendi sternoklavikular, sendi
akromioklavikular, dan sendi glenohumoral. Hubungan skapulothorakal
bukan merupakan sendi melainkan suatu hubungan muskuler antara
dinding thoraks dan skapula. Melalui keempat hubungan ini yang
terdiri atas tiga persendian dan satu hubungan muskular ini terjadi
gerakan ke segala arah di gelang bahu. Dislokasi regio bahu (sendi
glenohumoral) merupakan 50 % kasus dari semua dislokasi. 80 % dari
dislokasi regio bahu ini adalah tipe dislokasi bahu anterior.
Stabilitas sendi bahu tergantung dari otot - otot dan kapsul tendon
yang mengitari sendi bahu. Sedangkan hubungan antara kepala humerus
dengan cekungan glenoid terlalu dangkal. Oleh karena itu pada sendi
glenohumoral sering terjadi dislokasi, baik akibat trauma maupun
pada saat serangan epilepsi. Melihat lokasi kaput humeri terhadap
glenoidalis, dislokasi paling sering ke arah anterior dan lebih
jarang ke arah posterior. Pada waktu terjadinya dislokasi yang
pertama mengalami kerusakan atau avulasi dari fibrocarltilage
antara kapsul sendi dengan glenoidalis di bagian anterior dan
inferior. Dengan adanya robekan tadi, maka sendi bahu akan mudah
mengalami dislokasi ulang bila mengalami cedera lagi. Hal ini
disebut sebagai recurrent dislokasi.Tanda-tanda korban yang
mengalami Dislokasi sendi bahu yaitu: Sendi bahu tidak dapat
digerakakkan Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain
Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan Kontur bahu hilang,
bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya
Kekuatan sendi akromioklavikular disebabkan oleh simpai sendi
dan ligament korakoklavikular. Dislokasi sendi akromioklavikular
tanpa disertai rupturnya ligament korakoklavikuar, biasanya tidak
menyebabkan dislokasi fragmen distal ke cranial dan dapat diterapi
secara konservatif dengan mitela yang disertai latihan dan gerakan
otot bahu. Bila tidak berhasil atau adanya robekan ligament
korakoklavikula kadang dilakukan operasi reposisi terbuka dan
pemasangan fiksasi interna.Shoulder Dislocation of the
Acromioclavicular Joint with Surgical RepairsNormal Anatomy
Dislokasi Sternoclavicular
Dislokasi sternoklavikular ini jarang terjadi dan bisa terjadi
akibat trauma langsung klavikula kearah dorsal yang menyebabkan
dislokasi posterior atau retrosternal. Atau bisa terjadi akibat
tumbukan pada bagian depan bahu sehingga bagian medial dari
klavikula tertarik kearah depan dan menyebabkan lepasnya sendi
sternoklavikular kearah anterior. Pengobatan konserfatif dengan
reposisi dan imobilisasi bisa berhasil dan bila gagal perlu
dilakukan operasi. Yang terpenting ialah latihan otot supaya tidak
terjadi hipotrofik pada otot bahu.
Gambar 5. Dislokasi Sternoclaviculara. Dislokasi bahu
anteriorSering terjadi pada usia dewasa muda, kecelakaan lalu
lintas ataupun cedera olah raga. Dislokasi terjadi karena kekuatan
yang menyebabkan gerakan rotasi ekstern (puntiran keluar) dan
ekstensi sendi bahu. Posisi lengan atas dalam posisi abduksi. Kaput
humerus didorong ke depan dan menimbulkan avulsi simpai sendi
bagian bawah dan kartilago beserta periosteum labrum glenoidalis
bagian anterior. Lesi ini disebut bankart lesion. Karena terjadi
robekan kapsul, kepala humerus akan keluar dari cekungan glenoid ke
arah depan dan medial, kebanyakan tertahan di bawah coracoideus.
Mekanisme lain terjadinya disloksi adalah trauma langsung. Pederita
jatuh, pundak bagian belakang terbentur lantai atau tanah. Gaya
akan mendorong permukaan belakang humerus bagian proksimal ke
depan.
^ntarinr fMdA/'n+fnn
Gambar 7. Dislokasi bahu anteriorKlinisPasien merasakan sendinya
keluar dan tidak mampu menggerakkan lengannya, dan lengan yang
cedera ditopang oleh tangan sebelah lain. Pundak terasa sakit
sekali, bentuk pundak asimetris, posisi badan pendeita miring ke
arah sisi yang sakit, bentuk deltoid pada sisi yang cedera tampak
mendatar, hal ini disebabkan kepala humerus sudah keluar dari
cekungan glenoid ke depan. Pada palpasi daerah subacromius jelas
teraba cekungan.Pemeriksaan penunjangDengan pembuatan X - ray foto,
umumnya dengan proyeksi AP sudah dapat terdiagnosis adanya
dislokasi sendi bahu.
PenatalaksanaanKeadaan ini memerlukan reposisi segera. Ada
beberapa indikasi untuk melakukan reposisi, yaitu : tidak adanya
fraktur, tidak adanya defisit neurologi Oleh karena itu sebelum
melakukan reposisi sebaiknya dilakukan beberapa pemeriksaaan1.
Nervus axillary : 8% terjadi kelumpuhan
- innervasi m. Deltoideus : tidak di tes
- Sensoris: dibawah m. Deltoideus2. Radialis: extensi tangan3.
Artery brachialis: denyut nadi radialis
Terdapat 3 cara untuk mereposisi dislokasi bahu anterior, yaitu
:1. Cara Stimson
Cara ini mudah dan tidak memerlukan anestesia. Penderita tidur
tengkurang di atas meja, lengan yang cedera dibiarkan tergelantung
ke bawah. Lengan diberi beban seberat 5 - 7 lA kg. Pada saat otot
bahu dalam keadaan relaksasi, diharapkan terjadi reposisi akibat
berat lengan yang tergantung di samping tempat tidur tersebut. Hal
ini dilakukan selama 20 - 25 menit.
Gambar 10. Cara Stimson2. Cara HippocratesBila cara stimson
gagal maka dilakukan cara hippocrates. Penderita tidur terlentang
di atas meja, lengan penderita pada sisi yang sakit ditarik ke
distal, posisi lengan sedikit abduksi. Sementara itu kaki penolong
ditekankan ke aksila untuk mengungkit kaput humerus ke arah lateral
dan posterior. Setelah reposisi, bahu dipertahankan dalam posisi
endorotasi dengan penyangga ke dada selama paling sedikit 3
minggu.
Gambar 11. Cara Hippocrates3. Cara KocherPenderita ditidurkan di
atas meja. Penolong melakukan gerakan yang dapat dibagi dalam 4
tahap. Tahap pertama, dalam posisi siku fleksi penolong menarik
lengan atas ke arah distal Tahap kedua, dilakukan gerakan
eksorotasi dari sendi bahu Tahap ketiga, melakukan gerakan adduksi
dan fleksi pada sendi bahu Tahap ke empat, melakukan gerakan
endorotasi sendi bahu.Setelah tereposisi sendi bahu difiksasi
dengan dada, dengan verband dan lengan bawah digantung dengan
sling. Immobilisasi cukup 3 minggu. Cara ini paling sering
dilakukan di klinik.
Gambar 12. Cara KocherKomplikasiKomplikasi yang mungkin terjadi
dislokasi bahu anterior, yaitu : Cedera plexus brachialis dan n.
Axillaris yang menyebabkan kumpulnya m. deltoid sehingga bahu tidak
dapat diangkat abduksi Robeknya muskulus tendineus cuff (cuff
rotator) Patah tulang humerus Rekurrens dislokasi bahu anteriorHal
ini disebabkan terjadinya celah robekan fibrocartilago di daerah
bannkart yang menetap. Trauma yang ringan saja seperti mengenakan
baju atau menutup jendela akan terjadi posisi abduksi dan eksternal
rotasi yang akan mengakibatkan dislokasi kembali. Kalau terjadi
lebih dari 3 x, dianjurkan untuk dilakukan operasi. Metode operasi
yang dipakai yaitu, Bristow, Bannkart, dan Putti plat. Tujuan dari
operasi ini untuk melakukan rekonstruksi struktur bagian anterior
sendi.b. Dislokasi bahu posteriorDislokasi ini jarang terjadi,
mekanisme biasanya penderita jatuh dimana posisi lengan atas
dalamkedudukan adduksi atau internal rotasi.
Side View cmmc :Klinis:Sangat sakit di daerah bahu. Posisi
lengan dalam kedudukan adduksi dan internal rotasi. Terdapat
penonjolan kaput di daerah posterior.Pemeriksaan Radiologi:Proyeksi
AP kadang sulit dilihat, Kalau perlu dilakukan proyeksi
aksial.Penatalaksanaan:Keadaan ini memerlukan reposisi tertutup
segera alam narkosis umum dengan melakukan rotasi ekstern pada bahu
dan kaput humerus didorong ke depan. Setelah reposisi, dipasang
gips spika bahu dalam posisi abduksi 30 0 selama 3 minggu. (3,7)c.
Dislokasi bahu inferior (Luxatio Erecta)Kaput humerus terperangkap
dibawah kavitas glenoidale sehingga terkunci dalam posisi abduksi.
Karena robekan kapsul sendi lebih kecil dibanding kepala humerus,
maka sangat susah kepala humerus ditarik keluar, hal ini disebut
sebagai efek lubang kancing (Button hole effect)
PenatalaksanaanLakukan traksi berlawanan dengan arah dislokasi.
Awalnya lakukan tarikan ke arah dislokasi, yaitu ke arah atas,
lanjutkan tarikan semakin lama semakin ke bawah (counter abduksi),
dan akhirnya arahkan lengan ke sisi penderita.
V. Dislokasi Regio Panggul (Hip Dislocation)Dislokasi panggul
lebih jarang dijumpai daripada dislokasi bahu atau siku.
Mekanismeterjadinya dislokasi yaitu saat kaput yang terletak di
belakang asetabulum, kemudian segera20berpindah ke dorsum illium.
Biasanya juga mengalami cedera serius misalnya trauma benturan
depan mobil akibat tabrakan mobil frontal. Penderita mungkin
mengalami syok berat dan tidak dapat berdiri. Tungkainya terletak
dalam posisi tinggi yang sesuai dengan paha difleksikan, dan
dirotasikan ke interna. Tungkai pada sisi yang cedera lebih pendek
daripada sisi yang normal. Lututnya bersandar pada paha yang
berlawanan dan trokantor mayor dan pantat menonjol secara
abnormal.Dislokasi hip joint adalah suatu kejadian/peristiwa
menyakitkan di mana komponen peluru/bola/caput humeri tulang paha
keluar dari tempatnya/acetabulum. Sehingga penderita mengalami rasa
nyeri, karena caput humeri bergerak/bekerja bukan pada tempatnya
lagi.Epidemiologi:Ras bukan merupakan faktor risiko untuk dislokasi
hip. Dislokasi Hip lebih sering terjadi pada laki-laki muda dari
pada orang yang karena cedera yang berhubungan dengan perilaku
berisiko. Hip dislokasi akibat cedera traumatik (terutama MVCs)
lebih umum pada mereka yang lebih muda dari 35 tahun dibandingkan
orang tua. Hip dislokasi akibat jatuh lebih umum pada mereka dari
65 tahun lebih tua.Pemeriksaan fisik:Seperti halnya korban trauma
besar, penilaian jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi sangat
penting primer. Selama survei sekunder, pemeriksaan dari korset
panggul dan pinggul adalah wajib. Pemeriksaan harus terdiri dari
inspeksi, palpasi, aktif / pasif rentang gerak, dan pemeriksaan
neurovaskular. Inspeksi: Dalam prakteknya, ini penampilan dapat
diubah dengan adanya dislokasi atau fraktur-kelainan tulang lainnya
Posterior: hip adalah tertekuk, terputar ke dalam , dan adduksi.
Anterior: hip tertekuk minimal, terputar ke luar dan abduksi
Palpasi: Meraba panggul dan ekstremitas bawah untuk cacat
tulang-langkah kotor atau off. Dalam sebuah dislokasi hip anterior,
kadang-kadang pada femoralis teraba hematoma. Hal ini menunjukkan
cedera vaskular. Range of motion: Pasien dengan dislokasi hip
memiliki jangkauan sangat terbatas gerak. Mengevaluasi apa pasien
dapat dilakukan dengan nyaman. Jangan paksa melakukan berbagai
gerakan pada pasien yang tidak bisa mentolerir manipulasi normal,.
Rentang nyeri gerak hampir tidak termasuk dislokasi hip.Pemeriksaan
Neurovaskular: Tanda-tanda cedera nervus ischiadicus meliputi:
Hilangnya sensasi di kaki belakang dan kaki Kehilangan dorsiflexion
(cabang peroneal) atau fleksi plantar (cabang tibial) Kehilangan
refleks tendon dalam (DTRs) di pergelangan kakiTanda-tanda cedera
saraf femoralis adalah sebagai berikut: Hilangnya sensasi atas paha
Kelemahan dari paha depan Kehilangan DTRs di lututTanda-tanda
cedera vaskuler meliputi: Hematoma Loss of pulses Muka
pucatDislokasi panggul Gambar 13.Tanda-tanda klinis terjadinya
dislokasi panggul: Kaki pendek dibandingkan dengan kaki yang tidak
mengalami dislokasi Kaput femur dapat diraba pada panggul Setiap
usaha menggerakkan pinggul akan mendatangkan rasa nyeri Anatomi
Fisiologi:Tulang pelvis adalah penghubung antara badan dan anggota
bawah yaitu tulang sakrum dan koksigeus bersendi antara satu dengan
yang lainnya.Pada simfasis pubis pelvis terbagi atas 2 bagian :1.
Pelvis mayor atau rongga panggul besar.2. Pelvis minor atau rongga
panggul kecilDi antara ke 2 rongga tersebut dibatasi oleh garis
tepi atau linea terminalis.Sendi - sendi pelvis antara lain : sendi
sakro iliaka adalah sendi antara ilium yang disebut aurikuler dan
kedua sisi sakrum, gerakan ini sangat sedikit karena ligamennya
sangat kuat menyatukan permukaan sendi sehingga membatasi gerakan
ke seluruh jurusan.Patofisiologi :Dislokasi panggul paling sering
dialami oleh dewasa muda dan biasanya diakibatkan oleh abdukasi,
ekstensi dan ekstra traumatik yang berlebihan. Contohnya posisi
melempar bolaberlebihan. Caput humeri biasanya bergeser ke anterior
dan inferior melalui robekan traumatik pada kapsul sendi
panggul.Faktor yang sering menyebabkan resiko dislocation hip joint
adalah:Pelvis yang mempunyai peluru/bola/caput yang kecil dengan
diameter 22 mm, dan peluru/bola/caput yang memiliki leher/collum
yang tebal.Pengobatan Hip DislokasiPengobatan untuk dislokasi hip
termasuk: Penurunan dislokasi hip:o Penataan kembali tulang Bedah
untuk patah tulang panggul Istirahat: Terapi fisik untuk hip
dislokasi Nonsteroidal anti-inflammatory obat untuk sakito
Ibuprofen ( Motrin Advil ) o Naproxen ( Anaprox, Naprosyn, Aleve )
o Ketoprofen ( Orudis ) Anti nyeri narkotika Hip dislokasi uji
klinisDislokasi panggul ada 3 macam, yaitu dislokasi panggul
posterior, dislokasi panggul anterior, dan dislokasi panggul
central.a. Dislokasi panggul posteriorDislokasi posterior hip joint
biasa disebabkan oleh trauma. Ini terjadi pada axis longitudinal
pada femur saat femur dala keadaan fleksi 90o dan sedikit adduksi.
Pemeriksaan pada penderita dislokasi posterior hip joint akan
menunjukkan tanda yang abnormal. Paha (pada bagian yang mengalami
dislokasi) diposisikan sedikit fleksi, internal rotasi dan adduksi.
Ini merupakan posisi menyilang karena kaput femur terkunci pada
bagian posterior asetabulum. Salah satu bagian pemeriksaan adalah
memeriksa kemampuan sensorik dan motorik extremitas bawah dari
bagian bawah hingga ke panggul yang mengalami dislokasi, karena
kurangnya kepekaan saraf pada panggul merupakan suatu komplikasi
masalah yang tidak lazim pada kasus dislokasi hip joint. Dislokasi
panggul posterior biasa disebabkan oleh trauma. Ini terjadi pada
axis longitudinal pada femur saat femur dalam keadaan fleksi 90o
dan sedikit adduksi.Gejala klinisPemeriksaan pada penderita
dislokasi panggul posterior akan menunjukkan tanda yang abnormal.
Paha (pada bagian yang mengalami dislokasi) diposisikan sedikit
fleksi, internal rotasi dan adduksi. Ini merupakan posisi menyilang
karena kaput femur terkunci pada bagian posterior asetabulum.
Gambar 15. Dislokasi panggul posteriorMekanisme trauma pada
dislokasi posterior karena kaput femur dipaksa keluar ke belakang
asetabulum melalui suatu trauma yang dihantarkan pada diafisis
femur dimana sendi panggul dalam posisi fleksi atau semifleksi.
Trauma biasanya tejadi karena kecelakaan lalu lintas dimana lutut
penumpang dalam keadaan fleksi dan menabrak dengan keras yang
berada di bagian depan lutut. Kelainan ini juga dapat juga terjadi
sewaktu mengendarai motor. 50% persen dislokasi disertai fraktur
pada pinggir asetabulum dengan fragmen kecil atau besar.3Terdapat
klasifikasi menurut Thompson Epstein (1973) yang penting untuk
rencana pengobatan: Tipe I : dislokasi tanpa fraktur atau dengan
fragmen tulang yang kecil.Tipe II : dislokasi dengan fragmen tulang
yang besar pada bagian posterior asetabulum.Tipe III : dislokasi
dengan fraktur bibir asetabulum yang komunitif.Tipe IV : dislokasi
dengan fraktur dasar asetabulum.Tipe V : dislokasi dengan fraktur
kaput femur.Pada kasus yang jelas, diagnosis mudah dilakukan : kaki
pendek, adduksi, rotasi internal dan sedikit fleksi. Tetapi kalau
salah satu tulang panjang mengalami fraktur, biasanya femur, cedera
panggul dengan mudah dapat terlewat. Pedoman yang terbaik adalah
memotret pelvis dengan sinar X pada tiap kasus cedera yang berat,
dan pada fraktur femur, pemeriksaan sinar X harus mencakup panggul.
Tungkai bawah harus diperiksa untuk mencari ada tidaknya tanda-
tanda cedera saraf ischiadikus. Pada foto anteroposterior kaput
femoris terlihat di luar mangkuknya dan di atas asetabulum. Segmen
atap asetabular atau kaput femoris mungkin telah patah dan
bergeser; foto oblik berguna untuk menunjukkan ukuran fragmen itu.
Kalau fraktur ditemukan, fragmen tulang yang lain (yang mungkin
perlu dibuang) harus dicurigai. CT scan adalah cara terbaik untuk
menunjukkan fraktur asetabulum atau setiap fragmen tulang. Keadaan
dislokasi panggul merupakan tindakan darurat karena reposisi yang
dilaksanakan segera mungkin dapat mencegah nekrosis avaskuler kaput
femur. Makin lambat reposisi dilaksanakan makin tinggi kejadian
nekrosis avaskuler. Reposisi tertutup dilakukan dengan pembiusan
umum menurut beberapa cara : metode Bigelow, metode Stimson, dan
metode Allis. Metode Allis merupakan metode yang lebih
mudah.PemeriksaanSalah satu bagian pemeriksaan adalah memeriksa
kemampuan sensorik dan motorik extremitas bawah dari bagian bawah
hingga ke panggul yang mengalami dislokasi, karena kurangnya
kepekaan saraf pada panggul merupakan suatu komplikasi masalah yang
tidak lazim pada kasus dislokasi panggul. Pemeriksaan penunjang
dengan pembuatan X - ray foto, umumnya dengan proyeksi AP.
Gambar 16. X - ray foto dislokasi panggul
posteriorPenatalaksanaanTerapi untuk mengembalikan keadaan ini ada
dua cara :1. Metode Allis : penderita dalam posisi terlentang di
lantai, pembantu menahan panggul dan menekannya. Ahli bedah
melakukan fleksi pada lutut sebesar 900 dan tungkai diadduksi
ringan dan rotasi medial. Lengan bawah ditempatkan dibawah lutut
dan dilakukan traksi vertikal dan kaput femur diangkat dari bagian
posterior asetabulum. Panggul dan lutut diekstensikan secara
hati-hati. Syarat terpenting dalam melakukan reposisi adalah
sesegera mungkin dan dilakukan dengan pembiusan umum disertai
relaksasi yang cukup. Pada tipe II setelah reposisi maka fragmen
yang besar difiksasi dengan screw secara operasi. Pada tipe III
biasanya dilakukan reduksi tertutup dan apabila ada fragmen yang
terjebak dalam asetabulum dikeluarkan melalui tindakan operasi.
Tipe IV dan V juga dilakukan reduksi secara tertutup dan apabila
bagian fragmen yang lepas tidak tereposisi maka harus direposisi
dengan operasi. Pasca reposisi dilakukan traksi kulit selama 4-6
minggu, setelah itu tidak menginjakkan kaki dengan jalan
mempergunakan tongkat selama 3 bulan.2. The Bigelow Maneuver :
Tempatkan penderita di lantai (telentang). Amati (dislokasi) secara
cermat dan suruh seorang asisten mendorongnya ke anterosuperior
pada SIAS. Fleksikan lutut penderita dan panggulnya, dan rotasikan
tungkainya pada posisi netral. Tarik tungkainya ke atas secara
terus-menerus dengan lembut. Saat masih dilakukan traksi
(penarikan) sesuai arah femur, rendahkan tungkainya ke lantai.
Reduksi biasanya jelas dirasakan tetapi perlu didukung dengan
sinar-X. Jika metode tersebut gagal mereduksi dislokasi, minta
asisten meneruskan penekanan secara kuat pada SIAS. Dengan lutut
sebagian difleksikan, tarik tungkai sesuai dengan deformitas.
Fleksikan panggul perlahan hingga 90o dan rotasikan secara lembut
ke internal dan eksternal untuk melepaskan kaput dari
struktur-struktur yang menahannya. Kembalikan kaput pada tempatnya
dengan rotasi interna dan eksterna lebih lanjut, atau rotasi
eksterna dan ekstensi. Bila masih terpengaruh anestesi, periksa
lutut, apakah terdapat ruptur ligamentum cruciatum
2. Segera setelah penderita dianestesi, tempatkan ia dengan
wajah menghadap ke meja, sehingga paha yang cedera terkatung ke
bawah dengan lututnya pada 90o dan kakinya bersandar pada lutut
anda. Suruh seorang asisten memegang paha yang normal secara
horizontal, agar pelvis tidak menjadi miring. Tekan terus menerus
ke arah bawah pada lutut yang difleksikan hingga otot-ototnya
berelaksas dan kaput femoris dapat masuk ke asetabulum. Jika perlu
goyangkan lututnya.Jika metode ini gagal, rujuk untuk dilakukan
reduksi terbuka.Uji stabilitas, saat penderita masih diberi
anestesi, fleksikan panggulnya sampai 90o dan lakukan pemeriksaan
apakah kaput femoris mudah keluar dari asetabulum dari arah
posterior ataukah tetap pada tempatnya. Jika dapat tergelincir
dengan mudah, diduga ada fraktur pada tepi posterior
asetabulum.Setelah dilakukan reduksi diperlukan perawatan lebih
lanjut, dengan:1. Jika reduksi stabil, pelaksanaan bergantung pada
pergerakannya, apakah menimbulkan sakit atau tidak. Jika tidak
menimbulkan rasa sakit, maka tidak diperlukan traksi, karena itu
lakukan pergerakan aktif di tempat tdur dan setelah 10 hari
penderita diberi tongkat ketiak dengan menahan beban berat parsial.
Jika pergerakan menimbulkan nyeri, lakukan traksi ekstensi hingga
nyeri hilang, lalu berdirikan dengan tongkat ketiak, dilanjutkan
dengan menahan beban berat parsial sampai penuh.2. Jika reduksi
tidak stabil, sehingga kaput femur keluar dari asetabulum, maka
lakukan pemeriksaan sinar-X. Jika hasilnya menunjukkan satu
potongan tulang besar patah dari pinggir asetabulum, maka rujuk
untuk perbaikan. Sebaliknya, lakukan traksi ekstensi dengan pen
tibia. Jika reduksi dapat dikontrol, lanjutkan untuk menggunakan
sekurang-kurangnya 6 minggu.KomplikasiKomplikasi yang mungkin
terjadi dislokasi panggul posterior, yaitu : Lesi n. Ischiadicus
Nekrosis avaskuler terjadi 1 -2 tahun pasca trauma Artrosis
degeneratifKomplikasi dapat berupa komplikasi dini yaitu kerusakan
nervus skiatik, kerusakan pada kaput femur, kerusakan pada pembuluh
darah, dan fraktur diafisis femur. Komplikasi lanjut dapat berupa
nekrosis avaskuler, miositis osifikans, osteoartritis.b. Dislokasi
panggul anteriorPada cedera ini pederita biasanya terjatuh dari
suatu tempat tinggi dan menggeserkan kaput femur di depan
asetabulum. Pemeriksaan dislokasi anterior, kaki dibaringkan
eksorotasi dan seringkali agak fleksi. Dalam posisi adduksi tapi
tidak dalam posisi menyilang. Penderita tidak dapat bergerak fleksi
secara aktif ketika dalam keadaan dislokasi. Kaput femur jelas
berada di depan triangle femur. (3,7)Gejala klinis dan
PemeriksaanPemeriksaan dislokasi panggul anterior, kaki dibaringkan
eksorotasi dan seringkali agak fleksi. Dalam posisi adduksi tapi
tidak dalam posisi menyilang. Penderita tidak dapat bergerak fleksi
secara aktif ketika dalam keadaan dislokasi. Kaput femur jelas
berada di depan triangle femur. (3,7)PenatalaksanaanTerapi
dilakukan dengan membaringkan penderita di lantai, dan lakukan
anestasi seperti pada penanganan dislokasi panggul posterior.
Dengan melakukan pengamatan secara cermat, suruh seorang asisten
menarik pelvisnya dengan kuat sepanjang manuver pada SIAS. Pegang
tungkai penderita dan bengkokkan panggul dan lutut sampai 90o.
Rotasikan tungkainya ke posisi netral. Hal ini akan mengubah
dislokasi panggul anterior menjadi posterior. Tarik tungkai
penderita terus menerus ke atas agar dapat mengangkat kaput femur
ke dalam asetabulum. (3,7,8)Jika panggul tidak dapat direduksi,
turukan tungkainya ke lantai ketika sedang mempertahankan reduksi.
Jika panggul masih tidak dapat direduksi, maka gunakan traksi
sesuai dengan arah deformitas (fleksi dan adduksi). Saat
mempertahankan traksi, angkat tungkainya pada posisi vertikal agar
dapat membawa kaput femur pada tepi anterior asetabulum. Sekarang,
dengan masih mempertahankan traksi, rotasikan tungkai ke internal
dan turunkan pahanya menjadi posisi yang diekstensikan. Jika
panggul masih tidak dapat direduksikan, suruh seorang
asisten terus memegang pelvis dengan kuat. Suruh asisten kedua
berdiri di depannya dan menarik dengan kuat sesuai dengan arah
femur. Abduksikan panggul yang normal dan letakkan tumit anda tanpa
sepatu pada tempat kaput femur yang anda pikirkan. Kemudian tekan
ke arah posterolateral hingga kaput masuk ke dalam socket dengan
bunyi debam. Jika gagal, rujuk untuk dilakukan reduksi terbuka.
Setelah dilakukan reduksi diperlukan perawatan lebih lanjut,
pertahankan penderita di tempat tidur hingga ia dapat mengontrol
panggulnya kembali. Kemudian biarkan ia berdiri dan menahan beban
berat. Amati kaput femur terhadap nekrosis aseptik, sama seperti
dislokasi panggul posterior. (3,7,8)c. Dislokasi panggul central /
obturatorDislokasi obturator ini sangat jarang ditemukan. Dislokasi
obturator disebabkan karena gerakan abduksi yang berlebih
(hiper-abduksi) dari panggul yang normal yang disebabkan karena
trokantor mayor bergerak berlawanan dengan pelvis untuk mengungkit
kaput femur keluar dari asetabulum.Gejala Klinis dan
pemeriksaanPanggul akan sangat terlihat dalam posisi abduksi dan
tidak dapat dibawa ke posisi normal tanpa penyesuaian dari pelvis.
Kelainan saraf sangat jarang terlihat pada kasus seperti
ini.(3,7)PenatalaksanaanTerapi pada dislokasi obturator, yang
terjadi akibat sobeknya capsul inferior, adalahsangat memungkinkan
untuk mengubah dislokasi ini menjadi dislokasi panggul anterior
maupunposterior, dan kemudian dapat direduksi dengan cara yang
tepat. Bagaimanapun juga traksiabduksi pada tungkai dengan traksi
yang berlawanan dengan pelvis sangat diperlukan. Berikantekanan
kuat, lalu letakkan pada sisi medial kaput femur dengan melakukan
sedikit gerakaninternal dan eksternal rotasi. Adduksikan ke posisi
normal. Selama kaput femur yang mengalamidislokasi tidak bergerak
ke arah yang dapat mengganggu suplay darah, penderita dapat
mulaiberjalan dengan tongkat ketiak tanpa beban pada tungkainya
setelah beristirahat di tempat tidurselama beberapa hari. Penderita
harus berjalan dengan tongkat ketiak selama 6 minggu danmelakukan
pemeriksaan dengan sinar-X dengan interval 2 sampai 3 bulan untuk
tahun pertama dan 6 bulan untuk tahun kedua. Kemungkinan terjadi
avascular necrosis sangat kecil karena arah dislokasi ini.
(3,7)Dislokasi Hip bawaanBeberapa anak lahir dengan masalah yang
disebut dislokasi pinggul bawaan pinggul (displasia). Kondisi ini
biasanya didiagnosis segera setelah bayi lahir. Sebagian besar
waktu, hal itu mempengaruhi hip kiri dalam kelahiran anak pertama,
perempuan, dan bayi yang lahir dalam posisi sungsang. (3,6)
Gambar 18. dislokasi hip kongenital AnatomiDalam dislokasi
pinggul, bola pada bagian atas tulang paha (femoralis kepala) tidak
duduk aman di soket (acetabulum) dari sendi pinggul. Sekitarnya
ligamen juga dapat lepas dan meregang. Bola dapat lepas dalam soket
atau benar-benar luar itu. (3,6)PenyebabPenyebab masalah ini masih
belum diketahui. (3,6)GejalaPada dislokasi bawaan, tanda awal
mungkin "mengklik" suara saat kaki bayi yang baru lahir didorong
terpisah. Jika kondisi itu terus terdeteksi pada tahap bayi,
akhirnya kaki yang terkena akan tampak lebih pendek dari yang lain,
kulit di lipatan paha akan muncul tidak merata, dan anak akan
memiliki fleksibilitas lebih pada sisi yang terkena. Ketika ia
mulai berjalan, ia mungkin akan lemas, berjalan kaki, atau
"goyangan" seperti bebek. (3,6)DiagnosaPemeriksaan fisik dengan
teliti bayi yang baru lahir biasanya mendeteksi dislokasi hip. Pada
bayi yang lebih tua dan anak-anak, hip-sinar x dapat
mengkonfirmasikan diagnosis.(3,6)PengobatanPengobatan dislokasi
tergantung pada usia anak. Dalam atau sangat muda bayi baru lahir,
misalnya, perangkat lunak disebut posisi memanfaatkan Pavlik akan
menjaga tulang pinggul dalam soket dan merangsang pengembangan
pinggul normal. Jika metode tidak bekerja, tulang pinggul sering
dapat mendorong kembali ke tempatnya pada anak berumur 6 bulan
sampai 2 tahun. Prosedur, disebut reduksi tertutup, dilakukan di
bawah anestesi. Jika reduksi tertutup gagal untuk memperbaiki
masalah, operasi terbuka untuk reposisi hip mungkin diperlukan.
Setelah anak adalah lebih dari 2 tahun, ditutup. Mengikuti baik
atau membuka prosedur tertutup, anak akan memakai cor dan / atau
kawat gigi selama beberapa bulan. Ini akan membantu menjaga tulang
pinggul di soket sementara menyembuhkan. Anak-anak sangat mungkin
mengalami penundaan sebelum berjalan karena para pemain. Meskipun
perbedaan panjang kaki mungkin tetap, pengobatan awal pinggul
bawaan dislokasi hip joint dapat mempromosikan fungsi normal dan
akhirnya izin gaya hidup aktif. (3,6)V. Dislokasi Sendi
LututDislokasi pada sendi lutut biasanya terjadi pada trauma yang
berat ,yang langsung mengenai sendi lutut. Subluksasio dapat
terjadi secara sekunder pada penyakit degeneratif ataupun pada
penyakit infeksi yang sudah berlangsung cukup lama. Tulang tibia
dapat menjadi dislokasi ke ventral , dorsal ataupun ke setiap sisi
. Dapat juga terjadi rotasi yang abnormal pada femur. Mekanisme
terjadinya dislokasi pada sendi lutut biasanya melalui
hiperekstensi dan torsi pada sendi lutut. Dislokasi akut pada sendi
lutut sering disertai dengan kerusakan pada pembuluh darah ataupun
persarafan pada popliteal space. Gambaran klinis dijumpai adanya
trauma pada daerah lutut disertai pembengkakan, nyeri dan
hamartrosis serta deformitas.
Pengobatan, tindakan reposisi dengan pembiusan harus dilakukan
sesegera mungkin dan dilakukan aspirasi hemartrosis dan setelahnya
dipasang bidai gips posisi 10o-l5o selama 1 minggu kemudian
dipasang gips sirkuler d iatas lutut selama 7-8 minggu, bila
ternyata lutut tetap tak stabil (varus ataupun valgus) maka harus
dilakukan operasi untuk erbaikan pada ligamen.
BAB IIIKESIMPULANDislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang
yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
anatomis.Diagnosa dislokasi dapat ditegakkan melalui anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologis.Dalam menghadapi
kasus dislokasi, kita harus mengetahui macam dislokasi, komplikasi,
dan penanganannya.Ada beberapa macam terapi untuk menangani kasus
dislokasi, hal ini disesuaikan dengan indikasi dari
terapinya.Sebagai tenaga medis, kita harus bisa memahami kasus
dislokasi karena hal ini bisa terjadi. Pemahaman yang dimaksud
mulai dari macam dislokasi, cara mendiagnosa dislokasi, komplikasi,
serta terapi yang ada.DAFTAR PUSTAKA1. Mansjoer, A. dkk. 2000.
Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta2.
Cole, Warren H and Zollinger Robert M. Textbook of Surgery, Ninth
Edition. New York: Meredith Corporation.3. Salter Robert bruce.
1999. Textbook of Disorder and Injuries of the Musculoskeletal
System, 3rd-ed. Baltimore: Williams & Wilkins.4. Rasjad
Chairuddin, 2007, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi ketiga,
Jakarta: PT.Yarsif Watampone (Anggota IKAPI).5. Reksoprojo, S.1995.
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara. Jakarta6. Wim de Jong,
Syamsuhidajat, R. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi dua. Penerbit
Buku Kedoktern EGC. Jakarta7. Appley A Graham & Salomon Louis,
1995. Orthopedi dan Fraktur Sistem, Edisi ketujuh, cetakan pertama.
Jakarta : Widya Medika.8. Greene, Walter B, Netter s Orthopaedics,
North Carolina,9. Weinsterin Stuart L, Tureks Orthopaedics,
Lippincot Wililiams & Wilkins.10. Shwartz Seymor I. Principles
of Surgery, fifth edition. New York, McGraw-Hill, Information
Services Company.BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yai
Bone
Burss
Joint capsule
Tendon
Medicine Net, Inc.
me
Synovial
membrane
Synoviai
fluid
Cartilage
Gambar 3. Dislokasi radius
III. Dislokasi Pergelangan tangan (Dislocation of the
Lunate)
Gambar 6. Shoulder dislocation
Gambar 4.HYPERLINK
"http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dislokasi_acromioclavicularis&action=edit&redlink=1"
Dislokasi acromioclavicularis
Gambar 8. X - ray foto dislokasi bahu anterior
14
Pel-vis
Dislocation
INCLUDEPICTURE
"C:\\Users\\acer\\AppData\\Local\\Temp\\FineReader11\\media\\image17.jpeg"
\* MERGEFORMATINET
Femur
*Abam