BAB IPENDAHULUAN
1.1.Latar BelakangSeiring dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi, sekarang ini juga banyak sekali masalah
kesehatan yang muncul di masyarakat. Dari hari kehari semakin
banyak muncul berbagai macam penyakit infeksi ataupun penyakit
lainnya, salah satunya adalah penyakit tonsilitis atau yang sering
kita kenal dengan radang amandel. Tonsilitis adalah inflamasi atau
pembengkakan akut pada tonsil atau amandel. Organisme penyebabnya
yang utama meliputi Streptococcus atau Staphylococcus 1. Tonsilitis
adalah suatu peradangan pada tonsil atau amandel yang dapat
menyerang semua golongan umur. Tonsilitis akut sering menimbulkan
komplikasi. Bila tonsilitis akut sering kambuh walaupun penderita
telah mendapat pengobatan yang memadai, maka perlu diingat
kemungkinan terjadinya tonsilitis kronik. Faktor berikut ini
mempengaruhi berulangnya tonsilitis: rangsangan menahun (misalnya
rokok, makanan tertentu), cuaca, pengobatan tonsilitis yang tidak
memadai dan higiene rongga mulut yang kurang baik2. Tonsilitis akut
merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada saluran napas
bagian atas, terutama pada anak anak. Insiden tertinggi terjadi
pada usia 4 5 tahun. Pada usia sekolah, insiden tertingginya adalah
usia 6 12 tahun 3. Terdapat beberapa klasifikasi tonsilitis yaitu
tosilitis akut, tonsilitis membranosa dan tonsilitis kronik.
Tonsilitis akut dibagi menjadi dua yaitu Tonsilitis viral dan
Tonsilitis bakterial. Pada tonsilitis viral penyebab yang paling
sering adalah Epstein Barr virus, sedangkan tonsilitis bakterial
disebabkan kuman grup A Streptococcus 4Gejala tonsilitis akut
berupa nyeri tenggorokan yang semakin parah jika penderita menelan
dan nyeri sering kali dirasakan ditelinga karena tenggorokan dan
telinga memiliki persarafan yang sama. Gejala lainnya berupa demam,
tidak enak badan, sakit kepala, mual dan muntah 5. Mengingat angka
kejadian tonsilitis yang cukup tinggi di masyarakat serta dampak
yang cukup besar akibat dari infeksinya pada penderitanya, penulis
tertarik untuk membuat tulisan tentang tonsilitis ini. Diharapkan
dengan adanya tulisan ini dapat menjadi referensi sekaligus sebagai
bahan bacaan untuk memperluas wawasan tentang penyakit
tonsilitis.
1.2.TujuanTujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
anatomi dan fisiologi tonsil, serta untuk mengetahui manifestasi
tonsilitis mulai dari definisi, etiologi, diagnosis, manifestasi
klinis, dan penatalaksanaannya.
1.3. ManfaatMakalah ini adalah bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
umumnya. Diharapkan dengan makalah ini pembaca dapat lebih
mengetahui dan memahami lebih mendalam mengenai Tonsilitis sehingga
penanganan yang lebih cepat dan tepat dapat dilakukan untuk
mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pasien.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1.Anatomi, Embriologi Dan Fisiologi Tonsil Tonsil adalah massa
yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat
dengan kriptus di dalamnya. tonsil terdiri dari 3 macam yaitu
tonsil faringeal(adenoid), tonsil palatina 6Tonsil terdiri dari
jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori 7. Cincin
Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di
faring yang terdiri dari : Tonsil faringeal (adenoid)7 Tonsil
palatina (tonsil faucial)7 Tonsil lingual (tosil pangkal lidah)7
Tonsil tuba eustachius (lateral band dinding faring / Gerlachs
tonsil).7
Gambar 2.1. Letak anatomi tonsil yang membentuk cincin Waldeyer
(Snow, 2003)Embriologi
Pada permulaan pertumbuhan tonsil, terjadi invaginasi kantong
brakial ke II ke dinding faring akibat pertumbuhan faring ke
lateral. Selanjutnya terbentuk fosa tonsil pada bagian dorsal
kantong tersebut, yang kemudian ditutupi epitel. Bagian yang
mengalami invaginasi akan membagi lagi dalam beberapa bagian,
sehingga terjadi kripta. Kripta tumbuh pada bulan ke 3 hingga ke 6
kehidupan janin, berasal dari epitel permukaan. Pada bulan ke 3
tumbuh limfosit di dekat epitel tersebut dan terjadi nodul pada
bulan ke 6, yang akhirnya terbentuk jaringan ikat limfoid. Kapsul
dan jaringan ikat lain tumbuh pada bulan ke 5 dan berasal dari
mesenkim, dengan demikian terbentuklah massa jaringan tonsil.
Cincin waldeyer merupakan jaringan limfoid yang mengelilingi
faring. Bagian terpentingnya adalah tonsil palatina dan tonsil
faringeal (adenoid). Unsur yang lain adalah tonsil lingual, gugus
limfoid lateral faring dan kelenjar-kelenjar limfoid yang tersebar
dalam fosa Rosenmuller, di bawah mukosa dinding posterior faring
dan dekat orifisium tuba eustachius.
Secara histologis, lapisan pada tonsil terbagi atas tiga zona.
Ketiga zona tersebut adalah sebagai berikut : Reticular cell
epitheliumLapisan squamous, di dalamnya terdapat antigen presenting
cell (Sel M) yang mentransfer antigen ke dalam organ limfoid8,6
Extrafolicular areaTerdiri atas sel sel T (Limfosit T)8,6 Limphoid
follicleTerdiri atas mantle zone (sel-B matur) dan germinal center
(sel-B aktif) 8Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid
yang terletak di dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan
dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar
posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan
panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang
meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi
seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal
sebagai fosa supratonsilar. Tonsil ini terletak di lateral
orofaring dengan dibatasi oleh: Lateral muskulus konstriktor faring
superior Anterior muskulus palatoglosus Posterior muskulus
palatofaringeus Superior palatum mole Inferior tonsil lingual
Tonsil palatina memiliki 2 lapisan (lateral dan medial) serta
memiliki 2 kutub (kutub atas dan kutub bawah. Berikut ini
penjelasan dari bagian bagian 5 : Lapisan medialLapisan ini
ditutupi oleh epitel squamous bertingkat non-keratinizing yang
berlekuk masuk ke dalam substansi tonsil dan membentuk kripta.
Pintu masuk dari 12 15 kripta dapat terlihat pada lapisan medial
ini. Salah satu dari kripta tadi, yang terletak dekat dengan kutub
atas merupakan kripta dengan ukuran paling besar dan dalam yang
dikenal dengan crypta magna atau intratonsillar cleft. Kripta dapat
diisi oleh material seperti sel epitel, bakteri, atau debris
makanan8,9. Lapisan lateralLapisan ini ditutupi oleh kapsul berupa
jaringan fibrosa. Diantara kapsul dan bagian dalam tonsil terdapat
jaringan ikat longgar yang menjadi batas saat dilakukan
tonsilektomi. Tempat ini juga merupakan tempat pengambilan sampel
nanah pada penderita peritolsillar abscess. Beberapa serat otot
palatoglossus dan otot palatopharingeal juga melekat pada kapsul
tonsil6. Kutub atasBagian ini memanjang sampai pallatum mole.
Lapisan medialnya ditutupi oleh lipatan semilunar, yang memanjang
diantara pilar anterior dan posterior, dan menutupi fossa
supratonsilar6.
Kutub bawahBagian ini melekat pada pangkal lidah. Lipatan
triangular dari membran mukosa memanjang dari pilar anterior sampai
bagian anteroinferior dari tonsil dan menutupi anterior pillar
space. Tonsil dipisahkan dari lidah oleh tonsillolingual sulcus
yang sering menjadi tempat terjadinya keganasan 5.
Gambar 2.2. Gambaran anatomi tonsil palatina (Dhingra, 2005)
Gambar 2.3. Anatomi tonsil palatina dan komponen disekitarnya
(Probst, 2006)
Tonsil palatina mendapat pendarahan dari cabang-cabang A.
karotis eksterna, melalui cabang-cabangnya1,2, yaitu : A.
maksilaris eksterna (A. fasialis) dengan cabangnya A. tonsilaris
dan A. palatina asenden. A. maksilaris interna dengan cabangnya A.
palatina desenden. A. lingualis dengan cabangnya A. lingualis
dorsal. A. faringeal asenden.Sumber perdarahan daerah kutub bawah
tonsil 1: Anterior : A. lingualis dorsal. Posterior : A. palatina
asenden. Diantara keduanya: A. tonsilaris.Sumber perdarahan daerah
kutub atas tonsil: A. faringeal asenden A. palatina desenden.
Gambar 2.4. Sistem perdarahan tonsil palatina (Pulungan,
2005)Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari
jaringan limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus
atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah
dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini
tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah,
dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus.
Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid
di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior,
walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba
eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada
umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun
kemudian akan mengalami regresI10Tonsil lingual terletak di dasar
lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika. Di
garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum
pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla
sirkumvalata10Fossa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu
batas anterior adalah otot palatoglosus, batas posterior adalah
otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding luarnya adalah
otot konstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding otot
yang tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke
IX yang merupakan nervus glosofaringeal 7Tonsil mendapat pendarahan
dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu 1) arteri
maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri
tonsilaris dan arteri palatina asenden; 2) arteri maksilaris
interna dengan cabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri
lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal; 4) arteri
faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi
oleh arteri lingualis dorsal dan bagian posterior oleh arteri
palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh
arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri
faringeal asenden dan arteri palatina desenden 4. Vena-vena dari
tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring.
Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena
lidah dan pleksus faringeal7.Aliran getah bening dari daerah tonsil
akan menuju rangkaian getah bening servikal profunda (deep jugular
node) bagian superior di bawah muskulus sternokleidomastoideus,
selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus
torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan
sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada. Tonsil bagian
bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus
glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine
nerves7.
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit.
Limfosit B membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar.
Sedangkan limfosit T pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel
plasma yang matang. Limfosit B berproliferasi di pusat germinal.
Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen komplemen,
interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar.
Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area
yaitu epitel sel retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada
folikel limfoid dan pusat germinal pada folikel ilmfoid 2.Tonsil
merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk
diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi.
Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu :1. Menangkap dan
mengumpulkan bahan asing dengan efektif2. Sebagai organ utama
produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen
spesifik 6.
Gambar 2.5. Anatomi Faring dan Tonsil (Snow, 2003)
2.2.DefinisiTonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang
merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Tonsilitis disebabkan
peradangan pada tonsil yang diakibatkan oleh bakteri, virus, dan
jamur6. Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang
merupakanbagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas
susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu :
tonsil faringeal ( adenoid ), tonsil palatina ( tosil faucial),
tonsil lingual ( tosil pangkal lidah ), tonsil tuba Eustachius (
lateral band dinding faring / Gerlachs tonsil 12,20.
2.3.KlasifikasiBerdasarkan perjalanan penyakitnya, tonsilitis
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut
18,19 :1. Tonsilitis AkutRadang akut tonsil dapat disebabkan kuman
grup A streptokokus hemolitikus, pneumokokus, streptokokus viridan,
dan streptokokus pyogenes. Hemofilus influenzae merupakan penyebab
tonsilitis akut supuratif6,10. Bentuk tonsilitis akut dengan
detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila
bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka
akan terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini dapat
melebar sehingga terbentuk membran semu (pseudomembrane) yang
menutupi tonsil6.Tonsilitis akut merupakan suatu inflamasi akut
yang terjadi pada tonsilla palatina, yang terdapat pada daerah
orofaring disebabkan oleh adanya infeksi maupun virus. Tonsilitis
akut dapat dibagi menjadi17 : Acute superficial tonsilitis,
biasanya disebabkan oleh infeksi virus dan biasanya merupakan
perluasan dari faringitis serta hanya mengenai lapisan lateral.
Acute folicular tonsilitis, infeksi menyebar sampai ke kripta
sehingga terisi dengan material purulen, ditandai dengan bintik
bintik kuning pada tonsil Acute parenchymatous tonsilitis, infeksi
mengenai hampir seluru bagian tonsil sehingga tonsil terlihat
hiperemis dan membesar6, Acute membranous tonsilitis, merupakan
stase lanjut dari tonsilitis folikular dimana eksudat dari kripta
menyatu membentuk membran di permukaan tonsil 5.Ada beberapa macam
penyakit yang termasuk dalam tonsillitis membranosa beberapa
diantaranya yaitu Tonsilitis difteri, Tonsilitis septic, serta
Angina Plaut Vincent, penyakit kelainan darah seperti leukemia
akut, anemia pernisiosa, neutropenia maligna serta infeksi
mononucleosis, proses spesifik luas dan tuberculosis, infeksi jamur
moniliasis, aktinomikosis dan blastomikosis, serta infeksi virus
morbili, pertusis, dan skarlatina.
Gambar 2.6. Gambaran Acute parenchymatous tonsilitis (Dhingra,
2005)2. Tonsilitis KronisTonsilitis kronis adalah peradangan tonsil
yang menetap sebagai akibat infeksi akut atau subklinis yang
berulang 11. Ukuran tonsil membesar akibat hiperplasia parenkim
atau degenerasi fibrinoid dengan obstruksi kripta tonsil, namun
dapat juga ditemukan tonsil yang relatif kecil akibat pembentukan
sikatrik yang kronis. Durasi maupun beratnya keluhan nyeri
tenggorok sulit dijelaskan13,16. Biasanya nyeri tenggorok dan nyeri
menelan dirasakan lebih dari 4 minggu dan kadang dapat menetap13 .
Tonsilitis kronis adalah suatu kondisi yang merujuk kepada adanya
pembesaran tonsil sebagai akibat infeksi tonsil yangberulang9.
2.4.EtiologiTonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri
streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi untuk membuat
limfosit, yaitu sejenis sel darah putih yang bertugas membunuh
kuman yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut15. Tonsil akan
berubah menjadi tempat infeksi bakteri maupun virus, sehingga
membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis14. Penyebab
tonsilitis adalah infeksi kuman Streptococcus beta Hemolyticus,
Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes. Streptococcus
pyogenes merupakan patogen utama pada manusia yang menimbulkan
invasi lokal, sistemik dan kelainan imunologi pasca
streptococcus11.
Tabel 2.1. Etiologi terjadinya tonsilitis (Campisi, 2003)Dari
beberapa studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Streptococcus
Hemolitikus Grup A merupakan penyebab utama dari tonsilitis dengan
persentase sekitar 15 30% dari semua jenis bakteri13. Beberapa
etiologi lain yang juga cukup tinggi insidennya dalah menyebabkan
terjadinya tonsilitis adalah Haemophyllus influenza Staphylococcus
aureus dan Streptococcus Pyogens3.
Gambar 2.7. Gambaran tonsilitis akut. Etiologi disebabkan oleh
(a) Streptococcus beta hemoliticus grup A (b) Lesi eksudatif
terlihat pada kedua tonsil (c) Infeksi mononukleosis (Onerci,
2009)2.5.Bakteriologi TonsilitisBakteri di dalam saluran tenggorok
bayi akan mulai muncul sejak pemberian makanan melalui mulut.
Bakteri tersebar di dinding faring permukaan tonsil maupun ke
rongga mulut. Bakteri di dalam tenggorok pada umumnya adalah flora
normal14. Flora normal di tenggorok terdiri dari bakteri gram
positif dan gram negatif baik yang aerob maupun anaerob. Bakteri
anaerob seperti Actinomyces, Nocardia, dan Fusobacterium mulai
ditemukan pada usia 6 sampai 8 bulan. Bacteroides, Leptotrichia,
Propioni bacterium, dan Candida muncul sebagai flora rongga mulut.
Populasi Fusobacterium akan meningkat dengan terbentuknya
gigi9.Bakteri aerob termasuk; Streptococcus non hemolyticus,
Streptococcus mitis, Streptococcus spp, Staphylococcus non
coagulatif, Gemella haemolysans, Neisseria spp dan lain-lain.
Kondisi yang menguntungkan dari host terhadap perkembangan bakteri
dapat mengakibatkan terjadinya perubahan flora normal menjadi
patogen9. Peranan bakteri anaerob pada tonsilitis sulit dijelaskan.
Bakteri anaerob merupakan flora normal pada tonsil. Tidak ditemukan
perbedaan bakteri anaerob pada tonsil yang sehat dengan tonsilitis
akut. Pada tonsilitis kronis juga tidak ditemukan perbedaan
bermakna antara bakteri anaerob di permukaan tonsil dengan di inti
tonsil. Namun demikian secara invitro ditemukan sinergi antara
bakteri anaerob dan pertumbuhan Streptococcus hemolyticus group A.
Bakteri anaerob mempengaruhi pertumbuhan bakteri patogen9.Peranan
bakteri anaerob penghasil laktamase seperti Bacteroides fragilis,
Fusobacterium spp, dapat menurunkan penetrasi penisilin terhadap
bakteri patogen. Bakteri anaerob penghasil laktamase yang resisten
terhadap penisilin dapat melindungi organisme patogen dimaksud.
Pemeriksaan bakteriologi terhadap tonsil kanan dan tonsil kiri
tidak ditemukan perbedaan6,9.
Gambar 2.8. Gambaran cherry red tounge general. Mengindikasikan
infeksi Streptococcus beta hemoliticus Grup A (Onerci,
2009)2.6.PatofisiologiBakteri atau virus memasuki tubuh melalui
hidung atau mulut. Tonsil berperan sebagai filter yang menyelimuti
bakteri ataupun virus yang masuk dan membentuk antibodi terhadap
infeksi6,7. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel
terkikis maka jaringan limfoid superfisial mengadakan reaksi.
Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli
morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil
yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan
kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu
tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis2.
Pada tonsilitis akut dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan
hingga menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit
tenggorokannya sehingga sakit menelan dan demam tinggi. Sekresi
yang berlebih membuat pasien mengeluh sakit menelan, tenggorokan
akan terasa mengental. Tetapi bila penjamu memiliki kadar imunitas
antivirus atau antibakteri yang tinggi terhadap infeksi virus atau
bakteri tersebut, maka tidak akan terjadi kerusakan tubuh ataupun
penyakit. Sistem imun selain melawan mikroba dan sel mutan, sel
imun juga membersihkan debris sel dan mempersiapkan perbaikan
jaringan2.
Gambar 2.9. Tonsilitis akut dengan folikel pada tonsil (Snow,
2003)
Infeksi berulang pada tonsilitis akut sering tejadi pada
pengobatan yang tidak adekuat. Hal terjadi dikarenakan kemampuan
bakteri untuk bertahan pada lingkungan intraseluler di dalam kripta
tonsil, sehingga tidak terkena paparan antibiotik yang diberikan
pada pasien. Dengan begitu bakteri tersebut dapat berkembang biak
dan menyebabkan reinfeksi kembali4. Mekanisme lain yang dapat
menjelaskan kejadian ini adalah karena penetrasi antibiotik ke
dalam tonsil yang rendah akibat jaringan parut karena infeksi
tonsilitis. Selain itu juga adanya flora normal yang menghasilkan
enzim protektif dan membentuk lapisan biofilm juga dapat
menghalangi penetrasi dari antobiotik ke dalam tonsil 15.
Gambar 2.10. Pembesaran tonsil. Disebabkan oleh (A) Tonsilitis
berulang (B) Pada pasien Obstructive Sleep Apnea (C) Unilateral
hipertrofi tonsil (Alasil, 2011)Tonsilitis kronis adalah suatu
keadaan dimana penyakit terjadi secara berulang diikuti oleh
episode serangan akut atau keadaan subklinis dari suatu infeksi
yang persisten, biasanya terjadi akibat penatalaksanaan yang kurang
adekuat. Terminologi tonsilitis berulang/recurrent merupakan
keadaan yang hampir sama dengan tonsilitis kronis17. Akan tetapi
pada keadaan tonsilitis berulang, ada suatu keadaan dimana tonsil
kembali ke keadaan normal secara makroskopis dan histologis
diantara dua serangan. Hal ini yang membedakannya dengan tonsilitis
kronis dimana keadaan ini tidak ditemukan16. Pada tonsillitis
kronik terjadi karena proses radang berulang yang menyebabkan
epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses
penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini
akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus)
yang akan diisi oleh detritus. Infiltrasi bakteri pada epitel
jaringan tonsil akan menimbulkan radang berupa keluarnya leukosit
polimorfonuklear serta terbentuk detritus yang terdiri dari
kumpulan leukosit, bakteri yang mati, dan epitel yang
lepas5.Patofisiologi tonsilitis kronis adalah akibat adanya infeksi
berulang pada tonsil maka pada suatu waktu tonsil tidak dapat
membunuh semua kuman sehingga kuman kemudian menginfeksi tonsil.
Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah
menjadi tempat infeksi 1,11. Proses radang berulang yang timbul
maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga
pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan
parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar.
Secara klinik kripta ini tampak diisi oleh detritus. Proses
berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya
menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris.
Proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa
submandibula5.
Gambar 2.11. Gambaran tonsilitis kronis. Tidak ada kriteria
diagnostik yang jelas untuk tonsilitis kronis. Kripta tonsil yang
dalam, debris putih pada kripta, dan vaskularisasi pada pilar
anterior tampak pada tonsilitis kronis. Debris putih terdiri dari
sisa sisa makanan yang dapat menyebabkan halitosis (Onerci,
2009)
2.7.Manifestasi Klinis Gejala pada tonsillitis akut adalah rasa
gatal/ kering ditenggorokan, anoreksia, otalgia, tonsil membengkak.
Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah,
sakit menelan, kadang muntah. Pada tonsillitis dapat mengakibatkan
kekambuhan sakit tenggorokan dan keluarnya nanah pada lekukan
tonsil1. Tanda klinisnya dijumpai tonsil membengkak dan meradang.
Tonsila biasanya bercak-bercak dan kadang-kadang diliputi oleh
eksudat. Eksudat ini mungkin keabu-abuan dan kekuningan. Eksudat
ini dapat berkumpul, membentuk membran dan pada beberapa kasus
dapat terjadi nekrosis jaringan local 17 . Berikut ini adalah tanda
dan gejala yang dialami oleh pasien yang menderita tonsilitis akut,
yaitu sebagai berikut ini17 :1. Tanda Napas berat dan lidah yang
licin Hiperemis pada pilar, uvula dan palatum mole Kemerahan dan
bengkak pada tonsil disertai dengan gambaran bintik bintik kuning
yang merupakan gambaran material purulen pada kripta yang terbuka
(acute folicular tonsilitis). Kedua tonsil dapat membesar hingga
dapat bertemu pada midline orofaring. Pembesaran dari KGB
jugulodigastrikus2. GejalaGejala yang sering ditemui berupa
kesulitan dalam menelan, gangguan fonasi, respirasi dan
pendengaran. Selain itu gejala yang dapat muncul antara lain :
Sakit tenggorokan Sakit menelan Perubahan suara (serak) Sakit pada
telinga Snoring (akibat obstruksi jalan napas atas) Napas berbau
Gangguan pendengaran Pasien tampak sangat sakit(Dhingra, 2005)
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari
Tonsilitis Kronis yang mungkin tampak14,17, yakni :1. Tampak
pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke
jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat
yang purulen atau seperti keju.2. Mungkin juga dijumpai tonsil
tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang seperti terpendam di dalam
tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte yang melebar dan
ditutupi eksudat yang purulen.Berdasarkan rasio perbandingan tonsil
dengan orofaring, dengan mengukur jarak antara kedua pilar anterior
dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil, maka
gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi :T0 : Tonsil sudah
diangkatT1 : Tonsil masih di dalam fossa tonsilT2 : Tonsil keluar
dari fossa tonsil tapi belum melewati garis tengah antara pinggir
lateral faring-uvulaT3 : Tonsil sudah melewati garis tengah namun
tidak sampai uvulaT4 : Tonsil sudah mencapai uvula atau lebih
2.8.Diagnosis BandingGejala yang paling sering dialami oleh
penderita tonsilitis adalah disfagia dan pembesaran pada tonsil.
Berikut ini beberapa penyakit yang bisa menjadi diagnosis banding
dari tonsilitis17 : Hipertrofi tonsil GERD (Gastro Esophageal
Reflux) Leukemia Limphoma of the head and neck NPC (Nasopharingeal
carcinoma) Tumor ganas tonsil(Shah, 2014)
Gambar 2.12. Diagnosis banding nyeri saat menelan (Ludman,
2007)
Gambar 2.13. Gambaran hipertrofi tonsil (a) Tonsil kanan yang
mengalami hipertrofi (b) Kissing tonsils, tonsil menyebabkan
Obstructive Sleep Apnea (OSA) (Onerci, 2009)
2.9.Penatalaksanaan TonsilitisPemeriksaan kultur bakteri
penyebab tonsilitis rekuren maupun tonsilitis kronis perlu
dilakukan untuk mengetahui bakteri penyebab sebagai bukti empiris
dalam penatalaksanaan tonsilitis. Terdapat perbedaan bakteri pada
permukaan tonsil dengan bakteri di dalam inti tonsil sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan swab permukaan tonsil maupun pemeriksaan dari
inti tonsil. Swab dari inti tonsil didapatkan dari tonsil yang
telah dilakukan tonsilektomi9.
Untuk pasien yang menderita tonsilitis akut, berikut ini
penatalaksanan yang dapat diberikan, yaitu6,12 :1. Antibiotik
golongan penisilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur
atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan
eritromisin atau klindomisin.2. Antibiotik yang adekuat untuk
mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema
pada laring dan obat simptomatik.3. Pasien diisolasi karena
menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama
2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif. 4.
Pemberian antipiretik.
Indikasi dilakukannya pemberian antibiotik pada pasien dengan
infeksi pada tonsil dan saluran napas adalah sebagai berikut 19 :1.
Akut tonsilitis disertai dengan gejala sistemik2. Unilateral
peritonsilitis3. Memiliki riwayat demam reumatik4. Keadaan
immunosupresi
Penatalaksanaan tonsilitis akut dengan memperbaiki higiene
mulut, pemberian antibiotika spektrum luas selama 1 minggu dan
Vitamin C dan B kompleks 18. Pada beberapa penelitian menganjurkan
pemberian antibiotik lebih dari 5 hari. Pemberian antibiotik
secepatnya akan mengurangi gejala dan tanda lebih cepat. Meskipun
demikian, tanpa antibiotik, demam dan gejala lainnya dapat
berkurang selama 3-4 hari. Pada demam rematik, gejala lainnya dapat
berkurang selama 3-4 hari. Pada demam rematik, gejala dapat
bertahan sampai 9 hari selama pemberian terapi5.Untuk tonsilitis
bakteri, penisililin merupakan antibiotik lini pertama untuk
tonsilitis akut yang disebabkan bakteri Group A Streptococcus B
hemoliticus (GABHS). Walaupun pada kultur GABHS tidak dijumpai,
antibiotik tetap diperlukan untuk mengurangi gejala. Jika dalam 48
jam gejala tidak berkurang atau dicurigai resisten terhadap
penisilin, antibiotik dilanjutkan dengan amoksisilin asamklavulanat
sampai 10 hari 6. Pada tonsillitis kronik dilakukan terapi lokal
untuk hygiene mulut dengan obat kumur/hisap dan terapi radikal
dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil 6. Pada tonsilitis yang berulang,
penggunaan antibiotik ciprofloxacin dan gentamisin perlu
dipertimbangkan. Hal ini karena organisme yang sering menyebabkan
infeksi berulang ini adalah Pseudomonas aeruginosa dan beberapa
bakteri lain yang sensitif terhadap ciprofloxacin dan gentamisin11.
Pada pasien anak, penggunaan amoxicillin atau kombinasi
amoxicillin-asam klavulanat adalah pilihan pertama pada tonsilitis
berulang, dimana penggunaan ciprofloxacin menjadi
kontraindikasi3,6.
Tabel 2.2. Uji kepekaan antibiotik terhadap bakteri patogen
penyebab tonsilitis (S) Sensitif (I) Intermediate (R) Resisten
(Pulungan, 2005)Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang
praktis dan aman, Namun hal ini bukan berarti tonsilektomi
merupakan operasi minor karena tetap memerlukan keterampilan dan
ketelitian yang tinggi dari operator dalam pelaksanaannya7. Di
Amerika Serikat, karena kekhawatiran komplikasi, tonsilektomi
digolongkan pada operasi mayor. Di Indonesia, tonsilektomi
digolongkan pada operasi sedang karena durasi operasi pendek dan
teknik tidak sulit. Indikasi dilakukannya tonsilektomi dapat dibagi
menjadi19 :1. Indikasi absolut Infeksi tenggorokan berulang yang
terjadi :a. Tujuh kali atau lebih dalam satu tahunb. Lima kali per
tahun dalam dua tahunc. Tiga kali per tahun dalam tiga tahund. Dua
minggu atau lebih tidak masuk sekolah atau kerja dalam satu tahun
Abses peritonsilar. Pada anak, tonsilektomi dilakukan 4-6 minggu
setelah abses diobati. Pada dewasa, serangan kedua abses
peritonsilar merupakan indikasi asolut. Tonsilitis yang menyebabkan
kejang demam Hipertrofi tonsil yang menyebabkan :a. Obstruksi
saluran napas (sleep apnea)b. Sulit menelanc. Gangguan artikulasi
suara Suspek keganasan. Pembesaran tonsil unilateral kemungkinan
limfoma pada anak, dan kemungkinan karsinoma epidermoid pada
dewasa. Sebelumnya harus dilakukan dahulu biopsi eksisional.2.
Indikasi relatif5 Karies difteri yang tidak respon dengan pemberian
antibiotik Karies streptococcus , yang mungkin menjadi sumber
infeksi lainnya Tonsilitis kronis dengan halitosis yang tidak
respon dengan terapi medikamentosa Tonsilitis streptococcus
berulang pada pasien dengan valvular heart disease.3. Bagian dari
operasi lain18 Palatofaringoplasti yang dilakukan karena adanya
sleep apnea syndrome. Neurektomi glossofaringeal. Tonsil diangkat
terlebih dahulu baru kemudian nervus glossofaringeal diangkat dan
bed of tonsil tetap ditinggalkan. Pengangkatan prosessus
stiloideus
Tabel 2.3. Teknik teknik tonsilektomi (Dhingra, 2005)
Beberapa perawatan yang harus dilakukan pada pasien yang telah
menjalani tonsilektomi adalah sebagai berikut18 :1. Perawatan awal
Pasien tetap dikondisikan dalam keadaan Posisi Koma sampai efek
anestesi hilang Awasi tanda tanda perdarahan dari hidung dan mulut
Awasi tanda tanda vital pasien2. Diet Saat pasien sudah sadar,
pasien dapat mulai diberikan makanan cair, seperti susu dingin atau
es krim. Kulum kulum es batu juga dapat mengurangi rasa nyeri. Diet
diberikan bertahap mulai dari makanan lunak sampai makanan
biasa/solid. Pemberian puding, jelli, dan telur rebus dapat
diberikan pada hari kedua post-operasi.3. Oral hygine Pasien
diberikan obat kumur 3 4 kali sehari. Mulut dibersihkan dengan air
bersih setiap selesai makan4. Analgesik Nyeri, biasanya terjadi
secara lokal pada tenggorokan yang dapat menjalar ke telinga, dapat
diredakan dengan analgesik lemah, seperti paracetamol. Analgesik
dapat diberikan setengah jam sebelum pasien makan.5. Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dapat diberikan secara injeksi /oral selama
sekitar satu minggu Pasien dapat dipulangkan 24 jam setelah operasi
jika tidak ada komplikasi dan dapat beraktivitas normal kembali 2
minggu setelah operasi.(Dhingra, 2005)
Gambar 2.14. Tonsil yang sudah diangkat beserta kapsulnya
(Onerci, 2009)
2.10.Komplikasi Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
pasien yang menderita tonsilitis adalah sebagai berikut6,18,19 :1.
Abses peritonsilInfeksi dapat meluas menuju kapsul tonsil dan
mengenai jaringan sekitarnya. Abses biasanya terdapat pada daerah
antara kapsul tonsil dan otot-otot yang mengelilingi faringeal bed.
Hal ini paling sering terjadi pada penderita dengan serangan
berulang. Gejala penderita adalah malaise yang bermakna, odinofagi
yang berat, dan trismus. Diagnosa dikonfirmasi dengan melakukan
aspirasi abses18.2. Abses parafaringGejala utama adalah trismus,
indurasi atau pembengkakan di sekitar angulus mandibula, demam
tinggi, dan pembengkakan dinding lateral faring sehingga menonjol
ke arah medial. Abses dapat dievakuasi melalui insisi servikal17.3.
Abses intratonsilar Merupakan akumulasi pus yang berada dalam
substansi tonsil. Biasanya diikuti dengan penutupan kripta pada
Tonsilitis Folikular akut. Dijumpai nyeri lokal dan disfagia yang
bermakna. Tonsil terlihat membesar dan merah. Penatalaksanaan yaitu
dengan pemberian antibiotika dan drainase abses jika diperlukan,
selanjutnya dilakukan tonsilektomi6.4. Tonsilitis kronis dengan
serangan akutBiasanya terjadi karena tatalaksana tonsilitis akut
yang tidak adekuat. Infeksi kronis dapat terjadi pada folikel
limfoid tonsil dalam bentuk mikroabses19. 5. Otitis Media
AkutSerangan berulang otitis media akut berkaitan erat dengan
serangan berulang dari tonsilitis akibat infeksi yang menjalar
melalui tuba eustachius8.6. Tonsilolith (kalkulus
tonsil)Tonsilolith dapat ditemukan pada Tonsilitis Kronis bila
kripta diblokade oleh sisa-sisa dari debris. Garam inorganik
kalsium dan magnesium kemudian tersimpan yang memicu terbentuknya
batu. Batu tersebut dapat membesar secara bertahap dan kemudian
dapat terjadi ulserasi dari tonsil. Tonsilolith lebih sering
terjadi pada dewasa dan menambah rasa tidak nyaman lokal atau
foreign body sensation. Hal ini didiagnosa dengan mudah dengan
melakukan palpasi atau ditemukannya permukaan yang tidak rata pada
perabaan16.7. Kista tonsilarDisebabkan oleh blokade kripta tonsil
dan terlihat sebagai pembesaran kekuningan di atas tonsil. Sangat
sering terjadi tanpa disertai gejala. Dapat dengan mudah
didrainasi2.8. Fokal infeksi dari demam rematik dan
glomerulonefritis.Anti-streptokokal antibodi meningkat pada 43%
penderita Glomerulonefritis dan 33% diantaranya mendapatkan kuman
Streptokokus beta hemolitikus pada swab tonsil yang merupakan kuman
terbanyak pada tonsil dan faring. Hasil ini megindikasikan
kemungkinan infeksi tonsil menjadi patogenesa terjadinya penyakit
Glomerulonefritis5,6,14.
Gambar 2.15. Tonsitolith yang sudah diangkat (Onerci, 2009)
2.11.PrognosisTonsilitis biasanya dapat sembuh dalam waktu
beberapa hari dengan beristirahat danpengobatansuportif15.
Penanganan gejala klinis dapatmembuatpenderita Tonsilitis lebih
nyaman bila antibiotika diberikan untuk mengatasi infeksi.
Antibiotik tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi
penatalaksanaan yang lengkap, bahkanbila penderita telahmengalami
perbaikan dalam waktu yang singkat. Gejala-gejalayang tetap ada
dapat menjadi indikasi bahwa penderita mengalami infeksi saluran
nafas lainnya. Infeksi yang sering terjadi yaitu infeksi pada
telinga dan sinus. Pada kasus-kasusyang jarang, tonsilitis dapat
menjadisumber dari infeksiserius seperti demam rematik atau
pneumonia6,14.
2.12.PencegahanBakteri dan virus penyebab Tonsilitis dapat
dengan mudah menyebar dari satu penderita ke orang lain. Tidaklah
jarang terjadi seluruh keluarga atau beberapa anak pada kelas yang
sama datang dengan keluhan yang sama, khususnya bila Streptokokus
pyogenase adalah penyebabnya. Risiko penularan dapat diturunkan
dengan mencegahterpapar dari penderta Tonsilitis atau yang memiliki
keluhan sakit menelan. Gelas minuman dan perkakas rumah tangga
untuk makan tidak dipakai bersama dan sebaiknya dicuci dengan
menggunakan air panas yang bersabun sebelum digunakan kembali.
Sikat gigi yang talah lama sebaiknya diganti untuk mencegah infeksi
berulang6. Karier Tonsilitis seharusnya sering mencuci tangan
mereka untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain9.
BAB 3KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.KesimpulanTonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang
merupakan bagian dari cincin waldeyer. Cincin waldeyer terdiri dari
susunan kelenjer limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu:
tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatine (tonsil faucial),
tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), dan tonsil tuba eustachius
(lateral band dinding faring / gerlachs tonsil). Penyebaran infeksi
melalui udara (air-bond droplets), tangan dan ciuman dapat terjadi
pada semua umur terutama pada anak.Tonsilitis akut sering mengenai
anak-anak usia sekolah, tetapi juga dapat mengenai orang dewasa.
Jarang mngenai bayi dan usia lanjut > 50 tahun. Penyebab
tersering tonsillitis akut adalah steptokokus beta hemolitikus grup
A. yaitu sekitar 50% dari kasus. Bakteri lain yang juga dapat
menyebabkan tonsillitis akut adalah Haemophilus influenza. Pada
tonsillitis kronis, dapat berupa komplikasi dan tonsillitis
akut.Tonsilitis dapat diklasifikasi menjadi tonsillitis akut,
tonsillitis difteri, dan tonsillitis kronik dengan diagnosis serta
penanganan yang berbeda. Penatalaksanaan dari tonsillitis dapat
dilakukan secara konservatif maupun operatif. Terapi konservatif
dilakukan untuk mengeliminasi kusa, yaitu infeksi dan mengatasi
keluhan yang mengganggu. Bila tonsil membesar dan menyebabkan
sumbatan jalan nafas, disfagia berat, gangguan tidur, terbentuk
abses atau tidak berhasil dengan pengobatan konvensional, maka
operasi tonsilektomi perlu dilakukan dengan mempertimbangkan
indikasi, kontraindikasi, serta komplikasi yang mungkin timbul.
3.2.SaranSeorang klinisi harus mengetahui pola manajemen yang
benar dalam menghadapi pasien yang datang dengan kejadian
Tonsilitis. Hal ini penting untuk dapat mengenali tanda tanda
kegawatdaruratan pada pasien Otitis Media Akut sehingga penanganan
dan penatalaksanaan yang akan dilakukan tidak terlambat serta
penyakit tidak berkembang menjadi lebih parah lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Shah, K. Udayan. 2014. Tonsilitis and Peritonsilar abcess.
Emedicine, http://emedicine.medscape.com/article/871977-overview 2.
Farokah. 2005. Laporan Penelitian: Hubungan Tonsilitis Kronik
dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas II Sekolah Dasar di Kota
Semarang. FKUGM : Yogyakarta.Hal :1-463. Babaiwa, U.F., Onyeagwara
N.C., dan Akerele J.O. 2013. Bacterial tonsillar microbiota and
antibiogram in recurrent tonsillitis. Japan . Page : 1012-11054.
Mal, R.K., A.F. Oluwasanmi, dan J.R. Mitchard. 2010. Tonsillar
Crypts and Bacterial Invasion of Tonsils: A Pilot Study. NEJM :
England p: 567-5695. Dhingra, P.L., dan Shruti Dhingra. 2005.
Diseases of Ear, Nose and Throat, Fifth Edition. New Delhi :
Elseiver.6. Soepardi, E.A. et al. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Ketujuh. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; hal 223-4.7. Snow, James B. dan John Jacob
Ballenger. 2003. Ballengers Otorhinolaryngology Head and Neck
Surgery 16th Edition. Chicago : Williams & Wilkins.8. Pasha, R.
2008. Otolaryngology, Head and Neck Surgery, Clinical Reference
Guide. Singular : Thompson Learning. 9. Pulungan, M.R., dan
Novialdi N. 2005. Mikrobiologi Tonsilitis Kronis. EGC : Jakarta ,
H: 119-198]10. Probst, Rudolf., Gerhard Greves, dan Heinrich Iro.
2006. Basic Otorhinolaryngology A Step-by-Step Learning Guide. USA:
Georg Thieme Verlag, 2006; Hal 113-9.11. Flint, Paul W. et al.
2010. Cummings Otolaryngology Head & Neck Surgery 5th edition.
Philadelphia : Mosby Elsevier.12. Campisi, Paolo., dan Ted L.
Tewfik. 2003. Tonsilitis and its Complications. London :Elsevier :,
Page 13-16]13. Hsieh, T.H., et al. 2011. Are empiric antibiotics
for acute exudative tonsillitis needed in children ?.14. Onerci,
T.M. 2009. Diagnosis in Otorhinolaryngology, An Illustrate Guide.
New York : Springer15. Alasil, Saad., et al. 2011. Bacterial
identification and antibiotic susceptibility patterns of
Staphyloccocus aureus isolates from patients undergoing
tonsillectomy in Malaysian University Hospital. Malaysia: Malaysian
Univ hospital 16. Ugras, Serdar., dan Ahmet Kuthulan. 2008. Chronic
Tonsilitis can be Diagnosed with Histopatologic Findings. Diunduh
dari : http://www.bioline.org.br/pdf?gm08018 [Diakses 13 November
2014] 17. Liston, S.L. 1997. Adams, Boeis dan Higler. Eds. Buku
Ajar Penyakit THT Boeis Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.18. Ludman, H., dan Patrick J.B. 2007. ABC of Ear, Nose and
Throat, Fifth Edition. Massachusetts : Blackwell Publishing Inc.19.
Darro DH.Siemens C. 2002. Indication For Tonsillectomy and
Andenoidectomy. Laryngoscope, 112 (8 Pt Suppl 100) England : NEJM :
hal : 6-1020. Rusmarjono dan Efiaty Arsyad Soepardi. 2002. Penyakit
serta Kelainan Faring dan Tonsil dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit THT;
Edisi V; Jakarta : Balai Pustaka FKUI; p.178 184
. 28