I. PENDAHULUAN Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karana tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Kasus ini sering terjadi pada anak-anak, karena belum tumbuhnya gigi molar anak-anak, koordinasi menelan yang belum sempurna pada usia 6 bulan hingga 1 tahun. Jika terjadi pada orang dewasa hal ini disebabkan oleh penyakit-penyakit penyerta pada esofagus yang dapat menyebabkan gangguan menelan yang lama. 1,2 Benda asing yang ditelan harus diidentifikasi dengan baik supaya penanganan selanjutnya dapat ditentukan dengan tepat dan cepat karena keterlambatan penanganan bisa menyebabkan timbulnya komplikasi seperti perforasi. Umumnya pemeriksaan radiologi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan tindakan esofagoskopi dilakukan untuk mengeluarkan benda asing esofagus. Selain itu pendekatan farmakologi, kateterisasi balon (Foley), atau pembedahan boleh dilakukan tergantung kepada pasien, lokasi, serta sifat benda asing yang ditelan. 1,3 Berdasarkan estimasi insiden tahunan di Amerika Serikat, sekitar 120 per 1 milyar populasinya tertelan benda asing, dan lebih 1500 anak-anak dilaporkan mati setiap tahun akibat tertelan benda asing di bagian saluran atas gastrointestinal. 2,4 Sebagian besar anak-anak ini merupakan balita (berusia 4 tahun dan lebih muda) dan umumnya adalah anak laki-laki. 5 Mati lemas karena sumbatan jalan nafas akibat tertelan atau teraspirasi benda asing merupakan penyebab ketiga kematian mendadak pada anak d bawah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan yang
tersangkut dan terjepit di esofagus karana tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Kasus ini sering terjadi pada anak-anak, karena belum tumbuhnya gigi molar anak-anak,
koordinasi menelan yang belum sempurna pada usia 6 bulan hingga 1 tahun. Jika terjadi pada
orang dewasa hal ini disebabkan oleh penyakit-penyakit penyerta pada esofagus yang dapat
menyebabkan gangguan menelan yang lama.1,2 Benda asing yang ditelan harus diidentifikasi
dengan baik supaya penanganan selanjutnya dapat ditentukan dengan tepat dan cepat karena
keterlambatan penanganan bisa menyebabkan timbulnya komplikasi seperti perforasi. Umumnya
pemeriksaan radiologi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan tindakan
esofagoskopi dilakukan untuk mengeluarkan benda asing esofagus. Selain itu pendekatan
farmakologi, kateterisasi balon (Foley), atau pembedahan boleh dilakukan tergantung kepada
pasien, lokasi, serta sifat benda asing yang ditelan.1,3
Berdasarkan estimasi insiden tahunan di Amerika Serikat, sekitar 120 per 1 milyar
populasinya tertelan benda asing, dan lebih 1500 anak-anak dilaporkan mati setiap tahun akibat
tertelan benda asing di bagian saluran atas gastrointestinal.2,4 Sebagian besar anak-anak ini
merupakan balita (berusia 4 tahun dan lebih muda) dan umumnya adalah anak laki-laki. 5 Mati
lemas karena sumbatan jalan nafas akibat tertelan atau teraspirasi benda asing merupakan
penyebab ketiga kematian mendadak pada anak d bawah umur 1 tahun dan penyebab kematian
ke empat pada anak umur 1-6 tahun. Morbiditas dan mortalitas tergantung pada komplikasi yang
terjadi.
Benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah penyempitan fisiologis esofagus.
Benda asing yang bukan makanan kebanyakan tersangkut di servikal esofagus, biasanya otot
krikofaring atau arkus aorta, kadang di penyilangan esofagus dengan bronkus utama kiri atau
pada sfingter kardio-esofagus. Tujuh puluh persen dari 2394 kasus benda asing esofagus di
temukan di daerah servikal, di bawah sfingter krikofaring, 12% di daerah hipofaring dan 7,7% di
esofagus torakal. Di laporkan 48% benda asing yang tersangkut di daerah esofagogaster
menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi local. Pada orang dewasa, benda asing yang
tersangkut dapat berupa makanan atau bahan yang tidak dapat dicerna seperti biji buah-buahan,
gigi palsu, tulang ikan atau potongan daging yang melekat pada tulang. Insidens benda berupa
batu baterai 500-900 kasus setiap tahun di Amerika Serikat.1
II FAKTOR PREDISPOSISI
Untuk anak, gigi molar masih belum tumbuh untuk menelan dengan baik, pada usia 6-12
bulan koordinasi proses menelan dan sfingter laring masih belum sempurna, retardasi mental,
gangguan pertumbuhan, dan penyakit-penyakit neurologi lain yang mendasarinya.
Untuk dewasa adalah gejala disfagia yang kronik yang di dasari oleh penyakit-penyakit
esofagus, cara mengunyah yang salah jika menggunakan gigi palsu atau pemasangan gigi palsu
yang kurang baik, mabuk, dan intoksikasi.1,6 Biasanya, anak-anak tertelan benda asing di
esofagus ini datang dibawa untuk penanganan 6 jam setelah menelan benda asing tersebut.
Sejauh ini, koin adalah benda asing yang paling sering ditemukan. Objek selain itu adalah, lain
yang biasa ditemukan adalah makanan, mainan plastik dan besi kecil, kancing baju, tulang,
baterai, pin baju, serpihan kayu, serta kaca.6
III ANATOMI DAN FISIOLOGI
Esofagus adalah satu pipa muskular yang dimulai sebagai lanjutan dari faring, yaitu batas
bawah kartilago krikoidea (sfingter esofagus) dan berakhir sebagai kardia dari lambung.7,8
Dinding esofagus terdiri dari 4 lapisan, yaitu:
(a) Mukosa: terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke faring bagian
atas, dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung yang
sangat asam,
(b) Submukosa: mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mukus yang dapat
mempermudah jalannya makanan sewaktu menelan dan melindungi mukosa dari cedera
akibat zat kimia
(c) Muskularis: dapat dibagi menjadi lapisan longitudinalis luar dan lapisan sirkularis dalam.
Berdasarkan histologis, bagian superior esofagus merupakan otot rangka, bagian tengah
merupakan campuran antara otot rangka dan otot polos dan bagian bawah terdiri daripada
otot polos.
(d) Lapisan bagian luar (serosa): terdiri dari jaringan ikat yang jarang yang menghubungkan
esofagus dengan struktur-struktur sekitarnya. Tidak adanya serosa mengakibatkan
penyebaran sel-sel tumor lebih cepat (bila ada kanker esofagus) dan kemungkinan bocor
setelah operasi lebih besar.
Secara anatomi esofagus dibagi menjadi tiga bagian, bagian servikal, toraks dan abdomen.
Bagian esofagus servikal menerima vaskularisasi dari a. tiroidea inferior dan cabang arteri
subklavia dan vertebra. Inervasinya dari nervus laringealis rekuren. Bagian esofagus toraks
menerima vaskularisasi dari aorta dan arteri interkostal dan inervasinya dari cabang nervus
vagus. Dan bagian abdominal divaskularisasi oleh cabang dari arteri gastrika sinistra, inervasinya
adalah dari cabang nervus vagus.
Gambar 1: Anatomi Esofagus (dikutip dari kepustakaan 9)
Esofagus mempunyai tiga daerah normal penyempitan yang sering menyebabkan benda asing
tersangkut di esofagus. Penyempitan pertama adalah disebabkan oleh muskulus krikofaringeal,
dimana pertemuan antara serat otot striata dan otot polos menyebabkan daya propulsif melemah .
Daerah penyempitan kedua disebabkan oleh persilangan cabang utama bronkus kiri dan arkus
aorta. Penyempitan yang ketiga disebabkan oleh mekanisme sfingter gastroesofageal.7,8,10
Gambar 2: Anatomi esofagus dan daerah penyempitan normal di esofagus. (dikutip dari kepustakaan 8)
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, dan memerlukan integrasi dan
berkesinambungan berbagai struktur anatomi di dalam rongga mulut, faring, laring, dan
esofagus. Proses menelan dibagi tiga fase yaitu fase oral, fase faringeal, dan fase esofageal. Dari
aspek fungsional, gerakan volunter di inisiasi oleh tindakan menelan pada fase oral, sedangkan
gerakan involunter pada fase faringeal dan esofageal. Pada fase oral ini akan terjadi proses
pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot
pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap
untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara di sadari. Fase faring dimulai ketika bolus makanan
menyentuh arkus faring anterior (arkus palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Apabila
refleks menelan terinisiasi, palatum molle akan terelevasi menutup nasofaring, epiglotis
terelevasi menutup laring, dan bersamaan ini terjadi refleks aduksi dari pita suara (ketiga sfingter
laring tertutup karena kontraksi dari m. ariepiglotika dan m. aritenoid obligus). Selanjutnya,
bolus makanan akan melewati laring melalui sinus piriformis ke esofagus. Fase esofageal ialah
fase perpindahan bolus makanan dari esofagus ke lambung. Dalam keadaan istirahat, introitus
esofagus selalu tertutup. Dengan adanya rangsangan bolus makanan pada akhir fase faringeal,
maka terjadi relaksasi m. krikofaring sehingga introitus esofagus terbuka dan bolus masuk ke
dalam esofagus. Setelah bolus makanan lewat, sfingter akan berkontraksi dengan lebih kuat
melebihi tonus istirahat sehingga makanan tidak dapat kembali ke faring. Kemudian, bolus akan
didorong ke lambung dengan gerakan peristaltik. Gelombang peristaltik pertama terinisiasi
ketika bolus makanan masuk ke esofagus dari faring, diikuti dengan gelombang peristaltik
berikutnya yang terjadi umumnya akibat penekanan bolus ke dinding esofagus.8,11
IV GEJALA KLINIS
Gejala yang paling sering ditemukan akibat adanya benda asing esofagus adalah disfagia,
hipersalivasi, muntah-muntah. Namun pada anak-anak baisa ditemukan batuk-batuk, tersedak,
tercekik, dan susah bernafas akibat dari penyempitan yang terjadi di bagian atas esofagus.1,2,5
Adalah penting untuk mengetahui sudah berapa lama benda asing tersebut tersumbat di
kerongkongan karena jika sudah terjadi lebih dari 24 jam bisa menyebabkan bahaya dan risiko
yang lebih besar seperti membentuk erosi atau kerusakan lain pada dinding esofagus. Ini juga
akan menentukan prosedur tindakan yang akan dipilih untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.1,5
Gejala klinis yang paling sering akibat sumbatan benda asing esofagus5:
a) Disfagia
b) Hipersalivasi
c) Muntah
d) Anorexia
e) Batuk
f) Tersedak / sianosis
g) Mengi
h) Hemoptysis
i) Nyeri dada
j) Demam
V PEMERIKSAAN PENUNJANG
(a) X-ray
i. Foto polos esofagus
Foto Rotgen polos esofagus servikal dan torakal anteroposterior dan lateral harus dibuat
pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Benda asing radioopak (uang
logam) mudah diketahui lokasinya dan harus di foto ulang sesaat sebelum tindakan
esofagoskopi untuk mengetahui kemungkinan benda asing sudah pindah ke distal. Letak
uang logam umumnya koronal, maka hasil foto Rontgen servikal/torakal pada posisi PA
akan dijumpai bayangan berbentuk bundar, sedangkan pada posisi lateral berupa garis
radioopak sejajar dengan kolumnar vertebralis. Benda asing lain seperti tulang, kulit telur
dan lain-lain cenderung berada pada posisi koronal dalam esofagus, sehingga lebih
mudah dilihat pada posisi lateral.1
Gambar 4: Foto polos servikal toraks
posisi lateral pada pasien yang sama
menunjukkan gambaran koin di bagian
peroksimal esofagus.
(dikutip dari kepustakaan 12)
Gambar 3: Anteroposterior, radiografi
menunjukkan koin tersumbat di bagian
proksimal dari esofagus.
(dikutip dari kepustakaan 12)
Benda asing radiolusen (plastik, aluminium) dapat diketahui dengan tanda inflamasi
periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring dan esofagus bagian peroksimal.1
Foto Rotgen toraks dapat menunjukkan gambaran perforasi esofagus dengan
emfisema. Gambaran perforasi dapat dilihat pada foto polos posisi lateral dengan
gambaran trakea dan laring tergeser ke depan, gelembung udara dijaringan, dan apabila
perforasi sudah berlangsung untuk beberapa hari, bayangan cairan atau abses boleh
kelihatan. Gambaran radiologik benda asing batu baterai menunjukkan pinggiran bulat
dengan gambaran densitas ganda, karena bentuk bilaminer.1
Gambar 5: foto radiologi toraks (kiri) dan foto AP leher (kanan) menunjukkan gambaran trakea bergeser ke kanan. (dikutip dari kepustakaan 12)
ii. Esofagogram
Foto polos sering tidak menunjukkan gambaran benda asing seperti daging dan tulang
ikan sehingga memerlukan pemeriksaan esofagus dengan kontras (esofagogram).
Esofagogram pada benda asing radiolusen akan memperlihatkan ‘filling defect
persistent’. Pemeriksaan esofagus kontras sebaiknya tidak dilakukan pada benda asing
radioopak karena densitas benda asing biasanya sama dengan zat kontras.1
(b) CT Scan esofagus
CT scan esofagus menunjukkan gambaran inflamasi jaringan lunak dan abses.1
(c) MRI
Dapat menunjukkan semua keadaan patologis esofagus.1
VI DIAGNOSA
Pada anak dewasa dan sadar, komunikasi dengan orang tua bisa membantu
mengidentifikasi benda asing yang ditelan dan megetahui lokasi yang dirasakan mengganjal atau
tidak enak pada kerongkongan. Akan tetapi, menentukan lokasi benda asing yang tertelan dengan
berdasarkan titik yang tidak menyenangkan bagaimanapun tidak dapat dijadikan
Gambar 7: Foto CT scan potongan axial
menunjukkan terdapat sumbatan benda
asing pada esofagus berupa tulang.,
inflamasi jaringan lunak disekitar, dan
penyempitan trakea.
(
Gambar 6: Pandang posisi lateral dari
esophagram menandakan suatu sumbatan
radiolusen benda asing (panah) di proksimal
bagian dari kerongkongan.
(dikutip dari kepustakaan 13)
patokan/panduan. Dalam banyak keadaan, benda asing yang tertelan tidak dapat dideteksi dini
atau tidak dilaporkan sehingga mulanya gejala timbul. Anak-anak yang mempunyai penyakit
seperti retardasi mental, atau riwayat penyakit psikiatri biasanya datang dengan keluhan tercekik,
tidak mahu makan, muntah, ‘drooling’, mengi, air liur berdarah, atau gangguan pernafasan.
Sekiranya dengan palpasi didapatkan ada edema, eritema, nyeri, atau krepitasi pada daerah leher,
kemungkinan sudah terjadi perforasi orofaringeal atau esofagus proksimal. Abdomen harus
diperiksa untuk mencari peritonitis atau obstruksi usus kecil. Kondisi ini akan memerlukan
intervensi bedah dan konsultasi dengan segera untuk endoskopi.14
Pada pemeriksaan fisik, terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda asing terjepit
akibat edema yang timbul progresif. Bila benda asing tersebut ireguler menyebabkan perforasi
akut, dan diadapatkan tanda-tanda pneumomediastinum, emfisema leher dan pada auskultasi
terdengar susara getaran di daerah prekordial atau di antara skapula. Bila terjadi mediastinitis,
tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat dideteksi. Perforasi langsung ke rongga pleura
dan pneumotoraks jarang terjadi tetapi dapat timbul akibat komplikasi tindakan endoskopi.1
Pada anak-anak, gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh aspirasi dari air liur atau
minuman dan pada pemeriksaan fisik didapatkan ronki, mengi, demam, abses leher atau tanda-
tanda emfisema subkutan. Selain itu, bisa didapatkan tanda-tanda lanjut seperti berat badan
menurun dan gannguan pertumbuhan. Benda asing yang berada di daerah servikal esofagus dan
di bagian distal krikofaring, dapat menimbulkan gejala obstruksi saluran nafas dengan bunyi
stridor, karena menekan dinding trakea bagian posterior, dan edem periesofagus. Gejala aspirasi
rekuren akibat obstruksi esofagus sekunder dapat menimbulkan pneumonia, bronkiektasis dan
abses paru.1
Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan foto polos dada dari depan
dan samping, pemeriksaan ini harus dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai tertelan benda
asing, pada keadaan tertentu beberapa benda asing akan terlihat sangat nyata pada pemeriksaan
ini. Bila benda asing sudah diketahui lokasinya maka penanganan segera dapat dilakukan lebih
mudah. Foto Rontgen dada ulang harus dilakukan dalam semua kasus yang dicurigai tersumbat
benda asing. Hal ini memungkinkan pemeriksa untuk menentukan tepat lokasi benda asing
dalam kerongkongan atau untuk menkonfirmasi sekiranya benda asing telah bergerak di luar
kerongkongan. 1,2,3,5,12,13,15
VII DIAGNOSA BANDING
Berdasarkan gejala klinis, pasien sering datang dengan keluhan disfagia yang disertai dengan
keluhan lain. Disfagia adalah keluhan sulit menelan yang timbul akibat ada gangguan pada otot-
otot menelan dan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung sehingga manifestasi yang
sering ditemukan adalah sensasi mengganjal di daerah leher atau dada ketika menelan.11
Berdasarkan hal ini, beberapa penyakit lain yang mungkin menyebabkan rasa mengganjal ini
adalah11:
(1) Tumor Esofagus
(2) Akalasia
(3) Esofagitis
VIII PENANGANAN
Penanganan awal pada pasien dengan benda asing di esofagus sama dengan pasien
trauma yang lain, terutama dalam memastikan jalan nafas bebas dari obstruksi. Secara anatomi,
inflamasi pada esofagus dapat memberi efek yang jelas kepada jalan nafas. Setelah penanganan
awal dilakukan, berbagai pendekatan farmakologi atau penanganan secara mekanis dapat
dilakukan tergantung pada tipe, ukuran, lokasi dan durasi benda asing tertelan5,6.
(a) Esofagoskopi1,5
Esofagoskopi merupakan tindakan standar yang paling sering digunakan untuk
mengeluarkan benda asing di esofagus. Tindakan dilakukan dengan memilih cunam yang
sesuai dengan benda asing. Bila benda asing berhasil dikeluarkan, esofagoskopi ulang
harus dilakukan untuk menilai adanya kelainan-kelainan esofagus yang telah ada
sebelumnya.
Gambar 8: Esofagoskopi rigid (dikutip dari kepustakaan 5)
Esofagoskopi rigid lebih sering digunakan dibandingkan fleksibel. Keuntungan
esofagoskopi rigid adalah 1) visualisasi esofagus lebih jelas, 2) berbagai tipe dan ukuran
alat ektraksi, 3) dapat melakukan evaluasi langsung setelah pengeluaran benda asing.
Teknik ini dilakukan dibawah anestesi umum, dan pasien harus diintubasi.
Gambar 9: Esofagoskopi fleksibel (dikutip dari kepustakaan 16)
Tindakan esofagoskopi fleksibel juga dilakukan di bawah tindakan anestesi umum, tetapi
pasien tidak perlu diintubasi. Teknik ini merupakan pilihan yang baik untuk
mengeluarkan benda asing yang terletak di tengah esofagus dan ke bawah, termasuk
perut dan duodenum.
(b) Kateterisasi balon Foley5
Tindakan ini mengeluarkan benda asing menggunakan kateter balon dengan paduan
gambaran radiologi. Kateterisasi balon dapat dilakukan tanpa anestesi umum, akan tetapi
pasien harus tenang dan kooperatif. Selain itu, benda asing yang ditelan harus tidak
melebihi 72 jam dan tumpul. Walaupun relatif lebih murah dari endoskopi, tindakan ini
mempunyai beberapa kekurangan, yaitu 1) visualisasi yang didapatkan tidak langsung, 2)
tidak dapat melakukan penilaian luka atau kerusakan dinding esofagus akibat tindakan
ekstraksi, 3) jalan nafas tidak dilindungi, dan 4) pasien mungkin akan mengalami distres.
Jika prosedur berjalan dengan baik, pemeriksaan lanjut tidak diperlukan, akan tetapi jika
ada kesulitan ketika melakukan tindakan, atau ada bekuan darah pada benda asing yang
dikeluarkan atau kateter, disarankan untuk melakukan esofagografi kontras.
(c) Benda Asing Tajam dan Baterai bundar
Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segera
dikeluarkan dengan pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi, atau esofagotomi
tergantung lokasi benda asing tersebut. Bila curiga adanya perforasi yang kecil, segera
dipasang pipa nasogaster agar pasien tidak menelan, baik makanan maupun ludah dan
diberikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah timbulnya sepsis. Apabila benda
asing menetap 2 x 24 jam maka harus dikeluarkan dengan cara pembedahan laparatomi.
Benda asing baterai bundar merupakan benda yang harus segera dikeluarkan karena
resiko perforasi esofagus yang terjadi dengan cepat dalam waktu ± 4 jam setelah tertelan
akibat nekrosis esofagus. 1,5,6
Gambar 10: Gambar radiologi di sebelah kiri menunjukkan balon
kateter yang diisi kontras dimasukkan melepasi benda asing esofagus.
Setelah itu, balon kateter dikembangkan dan ditarik keluar bersamaan
benda asing esofagus (gambar kanan). (dikutip dari kepustakaan 5)
IX KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering timbul akibat benda asing esofagus adalah laserasi mukosa,
perdarahan, perforasi lokal dengan abses leher atau mediastinitis. Perforasi esofagus dapat
menimbulkan selulitis lokal dan fistel esofagus. Gejala dan tanda perforasi esofagus antara lain
emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi kulit di daerah leher atau dada, pembengkakan
leher, kaku leher, demam, menggigil, gelisah, takikardi, takipnea, nyeri yang menjalar ke
punggung, retrosternal, dan epigastrium. Penjalaran ke pleura menyebabkan pneumotoraks dan
piotoraks. Bila lama berada di esofagus dapat menimbulkan jaringan granulasi dan radang
periesofagus. Benda asing seperti baterai alkali dapat menimbulkan toksisitas intrinsik lokal dan
sistemik dengan reaksi edema dan inflamasi lokal1.
DAFTAR PUSTAKA
1. Efiaty A.S.; Nurbaiti I, Jenny B. Ratna D.R.; Mariana Y.; eds.-, Buku Ajar