BAB I PENDAHULUAN Obstruksi laring adalah keadaan tersumbatnya laring yang dapat disebabkan oleh radang, benda asing (korpus alienum), trauma, tumor baik tumor jinak ataupun ganas, alergi (edema angioneurotik) dan kelumpuhan nervus rekuren bilateral. 1,2 Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas dan terdapat sepanjang vertebra servikalis IV-VI. Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. 1 Sumbatan laring dapat disebabkan oleh radang, benda asing, alergi (edema angioneurotik), trauma, tumor laring baik berupa tumor jinak ataupun tumor ganas dan kelumpuhan nervus rekuren bilateral. Laring merupakan tempat tersempit dari saluran pernafasan dan sering mendapat gangguna sesak yang mempunyai tanda khas adalah stridor bisa inspirasi atau ekspirasi. Untuk memastikan dari laring adalah adanya gejala serak. 1 Menurut National Safety Council , 55% kasus obstuksi laring terjadi pada anak-anak usia di bawah empat tahun. Hal ini menyebabkan insidensi kematian lebih 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Obstruksi laring adalah keadaan tersumbatnya laring yang dapat
disebabkan oleh radang, benda asing (korpus alienum), trauma, tumor baik tumor
jinak ataupun ganas, alergi (edema angioneurotik) dan kelumpuhan nervus
rekuren bilateral.1,2 Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas
bagian atas dan terdapat sepanjang vertebra servikalis IV-VI. Bentuknya
menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar daripada
bagian bawah.1
Sumbatan laring dapat disebabkan oleh radang, benda asing, alergi (edema
angioneurotik), trauma, tumor laring baik berupa tumor jinak ataupun tumor ganas
dan kelumpuhan nervus rekuren bilateral. Laring merupakan tempat tersempit dari
saluran pernafasan dan sering mendapat gangguna sesak yang mempunyai tanda
khas adalah stridor bisa inspirasi atau ekspirasi. Untuk memastikan dari laring
adalah adanya gejala serak.1
Menurut National Safety Council, 55% kasus obstuksi laring terjadi pada
anak-anak usia di bawah empat tahun. Hal ini menyebabkan insidensi kematian
lebih tinggi, sedang pada bayi usia dibawah satu tahun sering terjadi gawat napas
yang merupakan penyebab utama kematian.2 Sekitar 15% pasien yang diintubasi
selama lebih dari 10 hari akan mengalami stenosis glotik. Sembilan puluh persen
stenosi glotik pada bayi dan anak disebabkan intubasi endotrakeal. Insidensi
stenosis subglotik setelah intubasi dilaporkan sebanyak 1-10% kasus. Sedangkan
untuk kasus obstruksi laring kongenital jarang terjadi.3
Kematian yang dapat terjadi sangat cepat akibat obstruksi laring
menyebabkan kasus tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus. Banyaknya
penyebab dari obstruksi laring sendiri perlu diketahui agar dapat menentukan jenis
tindakan yang dapat diberikan pada penderita. Tindakan segera perlu diberikan
1
pada kasus obstruksi laring terutama obstruksi total. Oleh karena itu penting untuk
mengetahui gejala serta tatalaksana dari obstruksi laring. Demikian tujuan referat
ini dibuat untuk mengetahui gejala dan penatalaksanaan dari obstruksi laring.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI DAN FISIOLOGID LARING
Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas
dan terdapat sepanjang vertebra servikalis IV - VI. Bentuknya menyerupai limas
segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas
atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya ialah batas kaudal
kartilago krikoid.1
Gambar 1. Anatomi Laring sisi midsagital3
Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hioid, dan
beberapa buah tulang rawan. Tulang hioid berbentuk seperti huruf U, yang
permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula, dan tengkorak oleh
tendo-tendo dan otot-otot. Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago
epiglotis, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago kuneiformis, dan
kartilago tritisea. Kartilago krikoid dihubungkan dengan kartilago tiroid oleh
ligamentum krikotiroid.1
3
Gambar 2. Anatomi Laring (http://academic.kellog.edu)
Rongga Laring
Batas atas rongga laring ialah aditus laring, batas bawahnya ialah bidang
yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas depannya ialah epiglotis,
batas belakang ialah, tuberkulum kornikulata Santorini dan insisura
interaritenoidea, batas lateralnya adalah plika ariepiglotika dan tuberkulum
kuneiformis.
Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan ligamentum
ventrikulare, maka terbentuklah plika vokalis (pita suara asli) dan plika
ventrikularis (pita suara palsu). Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan, disebut
rima glotis, sedangkan antara kedua plika ventrikularis, disebut rima vestibuli.
Plika vokalis dan plika ventrikularis membagi rongga laring dalam 3 bagian, yaitu
vestibulum laring, glotik, dan subglotik.
Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat di atas plika
ventrikularis. Daerah ini disebut supraglotik. Antara plika vokalis dan plika
dapat masuk ke dalam napas saluran bayi pada saat proses persalinan.1
Etiologi & faktor predisposisi
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing kedalam
saluran napas antara lain, faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi
sosial, tempat tinggal), kegagalan mekanisme proteksi normal (keadaan tidur,
kesadaran menurun, alkoholisme), proses menelan yang belum sempurna pada
anak, ukuran dan bentuk serta sifat benda asing. Faktor kecorobohan (meletakan
benda asing dimulut, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain
pada anak), memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya
belum lengkap. 1
Diagnosis
Diagnosis klinis benda asing disaluran napas ditegakan berdasarkan
anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul “choking” (rasa
tercekik), gejala, tanda, pemeriksaan fisik dengan auskultasi, palpasi, dan
pemeriksaan radiologik sebagai pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti benda
asing disaluran napas ditegakan setelah dilakukan tindakan endoskopi atas
indikasi diagnostik dan terapi.
Anamnesis yang cermat perlu ditegakan karena kasus aspirasi benda asing
sering tidak segera dibawa kedokter pada saat kejadian. Perlu diketahui jenis
benda atau bahan yang teraspirasi dan telah berapa lama tersedak benda asing itu.
Gejala dan tanda
Gejala obstruksi benda asing didalam saluran napas tergantung pada lokasi
benda asing, derajat obstruksi (total atau sebagian), sifat, bentuk, dan ukuran
benda asing. Bila seorang pasien, terutama anak, diketahui mengalami rasa
tercekik atau manisfestasi lainnya, rasa tersumbat ditenggorok, batuk-batuk saat
makan, maka keadaan ini haruslah dianggap sebagai gejala aspirasi benda asing.
17
Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut diantara pita suara
atau berada di subglotis. Gejala obstruksi laring tergantung pada besar, bentuk,
dan letak (posisi) benda asing. Obstruksi total di laring akan menimbulkan
keadaan yang gawat biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam
waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala
antara lain disfonia sampai afonia, apne, dan sianosis.
Obstruksi tidak total di laring dapat menyebabkan gejala suara parau,
disfonia sampai afonia, batuk yang disertai sesak (croupy cough), odinofagia,
mengi, sianosis, hemoptisis, dan rasa subyektif dari benda asing (pasien akan
menunjuk lehernya sesuai dengan letak benda asing itu tersangkut) dan dispne
dengan derajat bervariasi. Gejala dan tanda ini jelas bila benda asing masih
tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke trakea, tetapi masih
meninggalkan reaksi laring oleh karena edema laring.
Pemeriksaan penunjang
Pada kasus benda asing disaluran napas dapat dilakukan pemeriksaan
radiologik dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing
yang bersifat radioopak dapat dibuat Röntgen foto segera setelah kejadian,
sedangkan benda asing radiolusen (seperti kacang-kacangan) dibuat Röntgen foto
setelah 24 jam kejadian, karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukan
gambaran radiologis yang berarti.
Pemeriksaan radiologik leher dalam posisi tegak untuk penilaian jaringan
lunak leher dan pemeriksaan toraks postero anterior dan lateral sangat penting
pada aspirasi benda asing. Pemeriksaan toraks lateral dilakukan dengan lengan di
belakang punggung, leher dalam fleksi dan kepala ekstensi untuk melihat
keseluruhan jalan napas dari mulut sampai karina. Karena benda asing dibronkus
utama atau lobus, pemeriksaan paru sangat membantu diagnosis.
Video Fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas
secara keseluruhan, mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya
obstruksi parsial. Emfisema obstruktif merupakan bukti radiologik pada benda
18
asing di saluran napas setelah 24 jam benda teraspirasi. Gambaran emfisema
tampak sebagai pergeseran mediastinum ke sisi paru yang sehat pada saat
ekspirasi (mediastinal shift) dan pelebaran interkostal.
Bronkogram berguna untuk benda asing radiolusen yang berada diperifer
pada pandangan endoskopi, serta perlu untuk menilai bronkiektasis akibat benda
asing yang lama berada di bronkus
Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya
gangguan keseimbangan asam basa serta tanda infeksi traktus trakeobronkial. 1
Penatalaksanaan
Pasien dengan benda asing di laring harus diberi pertolongan dengan
segera, karena asfiksia dapat terjadi hanya dalam beberapa menit. Pada anak
dengan obstruksi total pada laring, dapat ditolong dengan memegang anak dengan
posisi terbalik, kepala ke bawah, kemudian daerah punggung/tengkuk dipukul,
sehingga diharapkan benda asing dapat dibatukkan ke luar.
Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara
total ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat
dilakukan pada anak maupun orang dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing
masuk ke dalam laring ialah pada waktu inspirasi. Dengan demikian paru penuh
19
Gambar 8. Cara pengeluaran benda asing pada anak < 1 tahun (http://www.childrenwebmd.com)
Gambar 9. Cara pengeluaran benda asing pada anak >1 tahun (http://www.childrenwebmd.com)
oleh udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol
itu, maka sumbatnya akan terlempar ke luar.
Pada obstruksi benda asing parsial di laring, perasat Heimlich tidak dapat
digunakan. Dalam hal ini pasien masih dapat dibawa ke rumah sakit terdekat
untuk diberi pertolongan menggunakan laringoskop atau bronkoskop, dilakukan
trakeostomi sebelum merujuk bila tidak ada alat. Pada waktu tindakan
trakeostomi, pasien tidur dengan posisi Trandelenburg, kepala lebih rendah dari
badan, supaya benda asing tidak turun ke trakea. Kemudian pasien dapat dirujuk
ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas laringoskopi dan bronkoskopi untuk
mengeluarkan benda asing itu dengan cunam. Tindakan ini dapat dilakukan
dengan anastesi (umum) dan analgesia (lokal).1
5. ALERGI
Edema Angioneurotik
Edema angioneurotik mukosa laring adalah salah satu penyebab obstruksi
laring yang biasanya disebabkan oleh alergi. Edema laring angioneurotik akut
dapat mengobstruksi saluran pernapasan setelah timbul respon imun humoral akut
terhadap berbagai antigen seperti sengatan lebah, suntikan antibiotika, dan
makanan. Gejala berupa suara parau yang progresif setelah kontak dengan,
mengirup atau menelan alergen, tanpa tanda infeksi. 3,5
Pemeriksaan
Kadang-kadang kerentanan individu dapat dibuktikan dengan mendeteksi C1
esterase di dalam darah.5
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan berupa suntikan epinefrin, oksigen, dan penyelidikan alergi
tindak lanjut. Krikotiroidotomi maupun trakeostomi diperlukan pada keadaan
gawat untuk menyelamatkan jiwa.3,5
20
6. PARALISIS NERVUS REKUREN BILATERAL
Paralisis ini kebanyakan disebabkan oleh proses pembedahan tiroid,
terutama total tiroidektomi. Penyebab lainnya yang jarang adalah pertumbuhan
tumor tiroid malignan.
Paralisis bilateral n. Laringeus rekurens menyebabkan sesak nafas yang
disebabkan celah suara cukup sempit karena kedua pita suara tidak dapat abduksi
pada inspirasi sehingga menetap pada posisi paramedian. Pita suara kadang
cenderung bertaut pada inspirasi sehingga penderita harus diselamatkan dengan
intubasi dan trakeostomi.3
7. KELAINAN KONGENITAL
Laringomalasia
Tidak ditemukan gangguan patologi dasar ataupun gangguan yang
bersifat progresif pada laringomalasia. Kondisi ini lebih merupakan
keadaan laring neonatus yang terlalu lunak dan kendur jika dibandingakan
normalnya. Saat bayi menarik nafas, laring yang lunak akan saling
menempel, mempersempit aditus dan timbul stridor. Proses menelan tidak
terganggu. Proses menangis mestinya normal. Pertambahan berat dan
perkembangan bayi biasanya normal. Stridor merupakan gejala utama dan
dapat berlangsung konstan atau hanya saat bayi tereksitasi. Bersama
stridor dapat timbul retraksi sternum dan dada. Biasanya bayi berusia
beberapa minggu saat mulainya laringomalasia. Prognosisnya cukup baik
karena kartilago akan menjadi kaku.4,6
21
Gambar 10. Laringomalasia
Bila sumbatan laring makin hebat sebaiknya dilakukan intubasi
trakea dan jangan dilakukan trakeastomi karena biasanya juga diikuti
trakeomalsia. Orang tua pasien dinasehatkan supaya lekas datang ke
dokter jika ada peradangan saluran nafas atas misalnya pilek.4,6
Gambar 11. Radiogram pada trakeomalacia
Stenosis subglotik
Pada daerah subglotik 2-3 cm dari pita suara, sering terdapat
penyempitan (stenosis). Kelainan yang dapat menyebabkan stenosis
subglotis ialah:6
1. Penebalan jaringan submukosa dengan hiperplasia kelenjar mukus
dan fibrosis
2. Kelainan bentuk tulang rawan krikoid dengan lumen yang lebih
kecil
22
3. Bentuk tulang rawan krikoid normal dengan ukuran lebih kecil
4. Pergeseran cincin trakea pertama kearah atas belakang ke dalam
lumen krikoid.
Gambar 12. Stenosis subglotik
Gejala stenosis subglotik ialah stridor, dispnoe, retraksi di
suprasernal, epigastrium, interkostal serta subklavikula. Pada stadium yang
lebih berat akan ditemukan sianosis dan apnoe sehingga mungkin terjadi
gagal nafas.6
MANIFESTASI KLINIS OBSTRUKSI LARING
Gejala dan tanda obstruksi laring adalah :
1. Suara serak (disfoni sampai afoni)
2. Sesak napas (dispnea)
3. Stridor (napas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi
4. Retraksi pada waktu inspirasi di suprasternal, epigastrium, supraklavikula dan interkostal. Retraksi terjadi sebagai upaya dari otot-otot pernapasan untuk mendapatkan oksigen yang adekuat.
5. Gelisah karena pasien haus udara (air hunger)
6. Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia
23
Jackson membagi obstruksi laring yang progresif dalam 4 stadium dengan
tanda dan gejala:
Stadium 1. Retraksi tampak pada waktu inspirasi di suprasternal, stridor pada
waktu inspirasi dan pasien masih tenang.
Stadium 2. Retraksi pada waktu inspirasi di daerah suprasternal makin dalam,
ditambah dengan retraksi di daerah epigastrium. Pasien sudah
mulai gelisah. Stridor terdengar pada waktu inspirasi.
Stadium 3. Retraksi selain di daerah suprasternal, yaitu epigastrium,
infraklavikula, dan sela-sela iga. Pasien sangat gelisah dan dispnea.
Stridor terdengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi.
Stadium 4. Retraksi-retraksi diatas bertambah jelas, pasien sangat gelisah,
tampak sangat ketakutan, dan sianosis. Jika keadaan ini
berlangsung terus, maka pasien akan kehabisan tenaga, pusat
pernapasan paralitik karena hiperkapnea. Pasien lemah dan tertidur,
akhirnya meninggal karena asfiksia.
DIAGNOSIS OBTSTRUKSI LARING
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan klinis dan
laringoskopi. Pada orang dewasa dilakukan laringoskopi tidak langsung, dan pada
anak laringoskopi langsung.1
PENANGGULANGAN OBSTRUKSI LARING
Prinsip penanggulangan obstruksi laring ialah menghilangkan penyebab
obstruksi dengan cepat atau membuat jalan napas baru yang dapat menjamin
ventilasi.
24
Dalam penanggulangan obstruksi laring pada prinsipnya diusahakan
supaya jalan napas lancar kembali. Tindakan konservatif dengan pemberian
antiinflamasi, antialergi, antibiotika, serta pemberian oksigen intermitten
dilakukan pada obstruksi laring stadium 1 yang disebabkan peradangan. Tindakan
operatif atau resusitasi untuk membebaskan saluran napas ini dapat dilakukan
dengan cara memasukan pipa endotrakea melalui mulut (intubasi orotrakea) atau
melalui hidung (intubasi nasotrakea), membuat trakeostomi atau melakukan
krikotirotomi.
Intubasi endotrakea dan trakeostomi dilakukan pada pasien dengan
obstruksi laring stadium 2 dan 3, sedangkan krikotirotomi dilakukan pada
obstruksi laring stadium 4.
Tindakan operatif atau resusitasi dapat dilakukan berdasarkan analisis gas
darah (pemeriksaan Astrup). Bila fasilitas tersedia, maka intubasi endotrakea
merupakan pilihan pertama, sedangkan jika ruangan perawatan intensif tidak
tersedia sebaiknya dilakukan trakeostomi.1
PERASAT HEIMLICH
Perasat Heimlich dilakukan dengan cara berikut bila pasien masih dapat
berdiri, maka penolong dapat berdiri di belakang pasien, kepalan tangan penolong
diletakkan di atas prossesus xifoid, sedangkan tangan kirinya diletakkan
diatasnya. Kemudian dilakukan penekanan ke belakang dan keatas ke arah paru
pasien beberapa kali sehingga benda asing akan terlempar ke luar mulut.
25
Bila pasien sudah berbaring karena pingsan, maka penolong bersetumpu
pada lututnya di kedua sisi pasien, kepalan diletakkan di bawah prosesus xifoid,
kemudian dilakukan penekanan ke bawah dan ke arah paru pasien beberapa kali
sehingga benda asing akan terdorong melalui mulut. Posisi muka pasien harus
lurus, leher jangan ditekuk ke samping agar jalan napas menjadi garis lurus.
Komplikasi perasat Heimich ialah kemungkinan terjadinya ruptur lambung
atau hati dan fraktur iga. Oleh karena itu, pada anak sebaiknya cara menolongnya
tidak menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup menggunakan dua buah jari kiri
dan kanan.1
INTUBASI ENDOTRAKEA
Tujuan intubasi endotrakea adalah untuk mengatasi obstruksi saluran
napas bagian atas, membantu ventilasi, memudahkan mengisap sekret dari traktus
trakeo-bronkial, mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau yang
26
Gambar 14. Manuver Heimlich pada pasien tidak sadar (http://healthguide.howstuffworks.com)
Gambar 13. Manuver Heimlich pada pasien sadar (http://healthguide.howstuffworks.com)