Top Banner
Bab I Pendahuluan Tuberculosis paru sampai saat ini masih merupakan problem kesehatan yang masih sulit terpecahkan. Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis . Penularan terjadi melalui udara yang mengandung basil TB (droplet infeksi) yang dihirup oleh orang sehat. Sumber penularan adalah penderita yang mengeluarkan kuman tuberkulosis dengan dahak yang dibatukkan keluar . Berdasarkan cara penularan ini penyakit TB disebut sebagai airborne disease . Diperkirakan sepertiga penduduk di seluruh dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Tahun 1995 WHO memperkirakan diseluruh dunia terdapat 9 juta kasus baru TB dengan jumlah kematian 3 juta orang/tahun. Sebagian besar kasus terjadi dinegara-negara berkembang, dua pertiga kasus terjadi di Benua Asia. Di negara-negara berkembang TB paru menyumbangkan angka 25% dari seluruh angka kematian.Penyakit ini telah diketahui penyebabnya, cara penularan, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan dapat disembuhkan asalkan diberi pengobatan yang adekuat, namun penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia. WHO ditahun 1993 mendeklarasikan TB sebagai masalah kesehatan masyarakat dengan sebutan "Global Emergency". Di Indonesia, sejak tahun 1995, program pemberantasan Tuberkulosis Paru, telah dilaksanakan dengan strategi DOTS 1 Reyhan R.R-11.2013.035-RS.Bhakti Yudha
45

Referat TB Paru

Sep 07, 2015

Download

Documents

Nadya Liem

doc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Bab IPendahuluanTuberculosis paru sampai saat ini masih merupakan problem kesehatan yang masih sulit terpecahkan. Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis . Penularan terjadi melalui udara yang mengandung basil TB (droplet infeksi) yang dihirup oleh orang sehat. Sumber penularan adalah penderita yang mengeluarkan kuman tuberkulosis dengan dahak yang dibatukkan keluar . Berdasarkan cara penularan ini penyakit TB disebut sebagai airborne disease .Diperkirakan sepertiga penduduk di seluruh dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Tahun 1995 WHO memperkirakan diseluruh dunia terdapat 9 juta kasus baru TB dengan jumlah kematian 3 juta orang/tahun. Sebagian besar kasus terjadi dinegara-negara berkembang, dua pertiga kasus terjadi di Benua Asia. Di negara-negara berkembang TB paru menyumbangkan angka 25% dari seluruh angka kematian.Penyakit ini telah diketahui penyebabnya, cara penularan, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan dapat disembuhkan asalkan diberi pengobatan yang adekuat, namun penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia. WHO ditahun 1993 mendeklarasikan TB sebagai masalah kesehatan masyarakat dengan sebutan "Global Emergency".Di Indonesia, sejak tahun 1995, program pemberantasan Tuberkulosis Paru, telah dilaksanakan dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Shortcourse chemotherapy) yang direkomendasikan oleh WHO. Kemudian berubah menjadi Program Penanggulangan Tuberkulosis. Diharapkan penanggulangan dengan DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang cukup tinggi. Secara umum meningkatnya masalah TB dunia disebabkan oleh keadaan seperti kemiskinan diberbagai negara, malnutrisi, kondisi perumahan yang kumuh, tidak cukupnya fasilitas kesehatan, terlambatnya atau kurangnya biaya program TB. Situasi ini diperburuk lagi dengan timbulnya resistensi obat, penyebaran HIV/AIDS dan krisis ekonomi yang mengakibatkan pendanaan tidak dapat mengikuti kebutuhan dengan meningkatnya kasus TB.Bab IIPembahasanDefinisiTuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.1Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai oleh sel.Suspek TB adalah seseorang dengan gejala atau tanda TB. Gejala umum TB adalah batuk produktif lebih dari 2 minggu yang disertai gejala pernafasan ( sesak nafas, nyeri dada, hempotisis) dan/gejala tambahan (tidak nafsu makan,penurunan berat badan,keringat malam dan mudah lelah). Dalam menentukan suspek TB harus dipertimbangkan faktor-faktor antara lain :1,4 Usia pasien. Imunitas pasien. Ststus HIV atau prevalens HIV dalam populasi.Seseorang dikatakan mengidap TB apabila ditemukan Mycobacterium tuberculosis complex yang diidentifikasi dari specimen klinik (jaringan, cairan tubuh, usap tenggorok,dll) dan kultur. Bila ada keterbatasan kapasitas laboratorium dalam mengidentifikasikan Mycobacterium tuberculosis, maka TB ditegakkan dengan apabila ditemukan 1 atau lebih dahak BTA positif.Klasifikasi TuberkulosisKasus TB diklasifikasikan berdasarkan :11. Letak anatomi penyakita. TB paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim pasru. Tuberculosis milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena lesinya yang terletak dalam paru.b. TB ekstraparu adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain paru seperti plera, kelenjar getah bening, (termasuk mediatinum dan/atau hilus), abdomen traktus genitourinarius, kulit, sendi, tulang, dan selaput otak.

2. Hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi ( termasuk hasil resistensi).a. TB paru BTA positif Minimal satu dari sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dahak menunjukkan hasil positif pada laboratorium yang memenuhi syarat quality external assurance (EQA). Sebaiknya satu kali pemeriksaan dahak tersebut berasal dari dahak pagi hari.Bila tidak ada laboratorium dengan syarat EQA, maka TB Paru BTA positif adalah 1 2 atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA postif, atau 1 hasil pemeriksaan dahak BTA positif dan didukung hasil pemeriksaan foto toraks sesuai dengan gambaran TB yang ditetapkan oleh klinisi, atau 1 hasil pemeriksaan dahak BTA positif ditambah hasil kultur Mycotuberculosis tuberculosis positif.b. TB paru BTA negatif Hasil pemeriksaan dahak negative tetapi hasil kultur positif. Sedikitnya dua hasil pemeriksaan dahak BTA negative pada laboratorium yang memenuhi syarat EQA. Dianjurkan pemeriksaan kultur pada hasil pemeriksaan dahak BTA negatif untuk memastikan diagnosis terutama pada daerah dengan prevalens HIV > 1% atau pasien TB dengan kehamilan 5%. Jika hasil pemeriksaan dahak BTA 2 kali negative di daerah yang belum memiliki fasilitas kultur Mycobacterium tuberculosis. Memenuhi kriteria sebagai berikut :1 Hasil foto toraks sesuai dengan gambaran TB aktif dan disertai salah satu di bawah ini : Hasil pemeriksaan HIV positif atau secara laboratorium sesuai HIV,atau Jika HIV negatif (atau status tidak diketahui atau prevalens HIV rendah),tidak menunjukkan perbaikan setelah pemberian antibiotic spectrum luas (kecuali antibiotikyang mempunyai efek anti TB seperti fluorokuinolon dan aminoglikosida)c. Kasus bekas TB Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) ada gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial (dalam 2 bulan) menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung. Pada asus dengan gambaan radiologis meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan tetapi pada foto torkas ulang tidak ada perubahan gambaran radiologis.

TB Paru BTA (+)TB Paru PParu

TBTB Paru BTA (-)

TB Ekstraparu PParu

3. Riwayat pengobatan sebelumnya.Riwayat pengobatan sangat penting diketahui untuk melihat resiko resistensi obat atau MDR. Pada kelompok ini perlu dilakukan pemeriksaan kultur dan uji kepekaan OAT.Tipe pasien berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, yaitu : Pasien baruAdalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah mendapatkan Oat kurang dari 1 bulan. Pasien dengan hasil dahak BTA positif atau negative dengan lokasi anatomi penyakit di manapun. Pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnyaAdalah pasien yang sudah pernah mendapat pengobatan TB sebelumnya minimal selama 1 bulan,dengan hasil dahak BTA positif atau negatif dengan lokasi anatomi penyakit di manapun.

Kambuh Baru

Tipe

Lalai Riwayat Pengobatan Sebelumnya

Gagal

Pindah

Lain-lain

4. Status HIV pasien.Status HIV pasien merupakan hal yang penting untuk keputusan pengobatan.Klasifikasi Berdasarkan Riwayat Pengobatan Sebelumnya1a. TB Kasus BaruPenderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).b. Kambuh (Relaps)Penderita yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh, kemudiankembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.c. TB Pindahan (Transfer In)Penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah.d. TB Drop-OutPenderita yang sudah berobat palingtidak 1 bulan dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumny penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.EtiologiPenyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman yang berbentuk batang, dengan panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid), yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisisk. Kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant, yang dapat bangkit kembali menjadi tuberkulosis.1,2Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler yaitu dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi justru akan dipergunakan kuman untuk berkembang karena banyak mengandung lipid.mBakteri ini mengandung banyak zat imunoreaktif. Lipid permukaan pada mikobakterium dan komponen peptidoglikan dinding sel yang larut air merupakan tambahan yang penting dalam menimbulkan efek melalui kerja primernya pada makrofag pejamu. Hipersensitivitas yang diperantarai sel khas untuk tuberkulosis dan determinan yang penting pada patogenesis penyakit. 1,2PatogenesisTuberkulosis Primer1Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk, dan kelembaban. Dalam suasana gelap dan lembab kuman dapat bertahan hidup berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap orang sehat,kuman akan menempel pada saluran nafas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi oleh neutrofil, lalu baru makrofag. Kebanyakan partikel akan mati dan dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.Bila ada kuman yang menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag makan akan terbawa masuk ke organ lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer atau sarang (focus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Dapat terjadi efusi pleura bila menjalar sampai ke pleura. Kuman juga bisa masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit, terjadi jaringan limfodenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian parumenjadi TB Milier.Dari sarang primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis local), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Limfangitis lokal yangdisertai dengan limfangitis regional ini yang disebut kompleks primer (Ranke). Semua ini memakna waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi : Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis fibrotik, klasifikasi di hilus. Keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5 mm dan 10% diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang dormant. Komplikasi dan menyebar secara : Per Kontinuitatum, yaitu menyebar ke sekitarnya. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus, secara limfogen ke organ tubuh lainnya, dan secara hematogen ke organ tubuh lainnya.Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulosis dari negaitf menjadi postif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh.Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman tuberkulosis. Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant.Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita tuberkulosis.Masa inkubasi yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis Sekunder)1Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan muncuk bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Tuberculosis sekunder ini sendiri terjadi akibat imunitas yang menurun seperti malnutrisi, alcohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberculosis sekunder ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di region atas paru. Invasinya ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru. Sarang dini mula-mula berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi uberkel. Yaitu suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel Histiosit dan sel Datia Langhans yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat. Tuberkulosis sekunder dapat juga berasal dari inefksi endogen dari usia muda menjadi tuberkulosis usia tua.Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya dan immunitas penderita, sarang dini ini dapat menjadi : Diresorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat. Sarang yang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dengan sebukan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi lebih keras, menimbulkan pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk pengapuran. Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek, membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar, akan terjadi kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik.Terjadinya perkijuan dan kavitas adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF nya. Bentuk perkijuan lain yang jarang adalah cryptic disseminate TB yang terjadi pada imunodefisiensi dan usia lanjut.Kavitas dapat : Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk ke dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TBMilier. Dapat juga menjadi TB usus bila masuk ke paru sebelahnya dan tertelan masuk lambung dan masuk ke usus. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu. Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma. Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan menjadi kavitas lagi.Komplikasi kronik kavitas adalah kolonisasi oleh fungus seperti Aspergillus dan kemudan menjadi mycetoma. Bersih dan menyembuh, disebut open healid cavity.Dapat juga menyembuh dengan membungkus diri dan menjadi kecil. Kadang-kadang berakhir sebagai kavitas yang terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang, disebut Stellate Shape.Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yaitu Sarang yang sudah sembuh. Sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi. Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna. Sarang yang berada antara aktif dan sembuh. Sarang bentuk ini dapat sembuh spontan, tapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi kembali, sebaiknya diberi pengobatan yang sempurna juga.Manifetasi KlinisDemamBiasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tapi kadang kadang panas badan dapat mencapai 40 - 41C. Serangan demam pertama dapat sembuh kembali. Begitulah seterusnya demam influenza akan hilang timbul, sehingga penderita merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam. Keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk. 1,2BatukGejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk diperlukan untuk membuang produk produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu minggu atau berbulan bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Keadaan yang lanjut adalah batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus. Hemoptisis harus dibedakan dengan hematemesis.1,2Perbedaan Hemoptisis Dengan Hematemesis HEMOPTISISHEMATEMESIS

Darah dibatukkan keluarDarah dimuntahkan

Biasanya berwarna merah cerahBiasanya berwarna merah gelap

Bersifat basaBersifat asam

BerbusaTidak berbusa

Didahului rasa yang menginduksi batukDidahului mual dan muntah muntah

Biasanya hemoptisis yang terjadi adalah masif, lebih dari 600 mL darah diekspektorasikan dalam 24 jam. Namun ada yang menyebutkan bahwa hemoptisis yang terjadi adalah darah yang sedikit pada sputum. Sesak nafasPada penyakit yang ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yaitu bila infiltrasi sudah setengah bagian paru-paru.Nyeri dadaGejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.MalaisePenyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia, badan makin kurus karena berat badan turun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur. PemeriksaanPemeriksaan Fisik1Pemeriksaan fisik penderita sering tidak menunjukkan kelainan apapun terutama pada kasus kasus yang dini atau yang sudah terinfeksi secara asimtomatik. Demikian juga bila sarang penyakit terletak di dalam, akan sulit menemukan kelainan pada pemeriksaan fisik, karena hantaran getaran yang lebih dari 4 cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi, perkusi, dan auskultasi.Tempat kelainan yang paling dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila ada infiltrat yang agak luas, didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi bronkial. Akan didapatkan suara nafas tambahan yaitu ronki basah dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafas menjadi vesikuler melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi akan memberikan suara hipersonor atau timpani, dan auskultasi terdapat suara amforik.Bila terdapat fibrosis (pada TB paru lama), akan terdapat atrofi dan retraksi otot-otot interkostal. Bila jaringan fibrotik sangat luas, yaitu setengah dari jumlah jaringan paru, terjadi pengecilan aliran darah paru, sehingga meningkatkan tekanan arteri pulmonalis, terjadi cor pulmonal dan akhirnya gagal jantung kanan. Didapatkan tanda tanda : takipnea, takikardi, sianosis, gallop, murmur, JVP meningkat, hepatomegali, asites, dan edema.Bila mengenai pleura, akan terbentuk efusi pleura. Paru yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernafasan. Perkusi akan pekak. Auskultasi akan terdengar suara nafas yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.DarahHasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk tuberkulosis. LED ( Laju Endap Darah ) jam pertama dan kedua sangat dibutuhkan. Data ini sangat penting sebagai indokator tingkat kestabilan keadaan nilai keseimbangan biologik penderita, sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai predeteksi tingkat penyembuhan penderita. Demikian pula kadar limfosit dapat menggambarkan daya tahan tubuh penderita. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi LED yang normal tidak menyingkirkan TBC. Demikian juga limfosit tidak spesifik.1Pada saat TBC baru mulai aktif, akan didapatkan jumlah keukosit yang meninggi. Jumlah limfosit masih dibawah normal, LED mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit tetap tinggi, dan LED mulai turun ke arah normal lagi. 1SputumPemeriksaan sputum sangat penting, karena dengan penemuan BTA, diagnosis TBC sudah dapat ditegakkan. Cara pengambilan sputum :1,2Setiap pagi berturut turut :a. Spot (sputum sewaktu saat kunjungan).b. Sputum pagi (keesokan harinya).c. Spot (pada saat mengantarkan sputum pagi).Interpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik : 2 x positif (mikroskopik +) 1 x positif ; 2 x negatif ulang BTA 3 xbila 1 x positif (mikroskopik +)bila 3 x negatif (mikroskopik -)Tes TuberkulinPemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk menegakkan diagnosis terutama pada anak. Biasanya dipakai cara Mantoux yaitu dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin PPD (Purified Protein Derivative) intrakutan berkekuatan 5 T.U (intermediate strenght), bila ditakutkan terjadi reaksi hebat dapat diberi 1 2 T.U (first strenght).1Dasar tes ini merupakan reaksi alergi tipe lambat. Setelah 48 72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yaitu reaksi persenyawaan antara antibodi dengan antigen tuberkulin. Makin besar pengaruh antibodi humoral semakin kecil indurasi yang ditimbulkan. 1Hasil tes Mantoux dibagi dalam :1 Indurasi 0 5 mm : negatif, no sensitivity, peranan antibodi humoral paling menonjol. Indurasi 6 9 mm : meragukan, low grade sensitivity, peranan antibodi humoral masih lebih menonjol. Indurasi 10 15 mm : positif, normal sensitivity, peranan kedua antibodi seimbang. Indurasi . 16 mm : positif kuat, hyper sensitivity, peranan antibodi selular paling menonjol. (7)Reaksi tuberkulin dapat memberikan hasil reaksi negatif palsu, hal ini dapat disebabkan oleh: Penderita baru 2 10 minggu terpapar TBC. Penyakit sistemik berat. Penyakit exanthematous dengan panas yang akut : morbilli, cacar air, poliomyelitis. Penyakit limforetikuler. Pemberian kortikosteroid jangka lama. Usia tua, malnutrisi, keganasan, uremia.RadiologiTuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh, sehingga dikatakan tuberculosis is the greatest imitator. Lesi biasanya terdapat pada apeks paru namun dapat juga pada bagian bawah, atau di daerah hilus. Pada awal penyakit, saat masih merupakan sarang pneumonia, gambaran berupa bercak seperti awan batas tidak tegas. Bila telah lanjut, bercak awan menjadi lebih padat batas menjadi lebih jelas.Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat dan terlihat bayangan berupa bulatan dengan batas tegas, disebut tuberkuloma. Pada kavitas, terdapat bayangan seperti cincin yang awalnya dindingnya tipis kemudian menebal. Gambaran fibrotik seperti garis garis. Sedangkan pada kalsivikasi terdapat bayangan bercak bercak padat dengan densitas yang tinggi.Gambaran tuberkulosis milier berupa bercak bercak halus, umumnya tersebar merata pada seluruh lapang paru. Gambaran lain yaitu, penebalan pleura, massa cairan di bagian bawah paru, bayangan hitam di pinggir paru / pleura.Pada pemeriksaan foto thoraks tuberkulosis dapat memberikan gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). 1. Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif, yaitu :1,2 Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah. Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan atau nodular. Bayangan bercak milier. Efusi pleura unilateral.2. Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif : Fibrotik pada segman apikal dan atau posterior lobus atas. Kalsifikasi atau fibrotik. Kompleks Ranke. Penebalan pleura. Destroyed Lung : Sulit untuk menilai aktivitas lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat biasanya secara klinis disebut destroyed lung. Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktivitas proses penyakit.Luas proses yang tampak pada foto thoraks dinyatakan sebagai berikut : Lesi minimalBila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru, dengan luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas chondrosternal junction dari iga kedua dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis IV atau korpus verterbra torakalis V (sela iga II) dan tidak dijumpai kavitas. Lesi luasBila proses lebih luas dari lesi minimal.

Tersangka Penderita TBCDiagnosis

Ulangi Periksa Dahak SPSAda perbaikannBeri Antibiotik Spektrum LuasPeriksa Dahak Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS)Hasil BTA+ - -Hasil BTA- - -Hasil BTA+ + +/++-+ - -Periksa Rontgen DadaTidak MendukungMendukung TBCTdk Ada perbaikan

Penderita TBCBTA positif

Hasil BTA+++++-+--Hasil BTA------- - -

Periksa Rontgen Dada

NEGATIFPOSITIF

TBC BTA - ; Ro +

Bukan TBC

Pengobatan TuberkulosisTujuan pengobatan adalah TB adalah3,4 Menyembuhkan pasien dan mengembalikan kualitas hidup dan produktivitas. Mencegah kematian karena penyakit TBaktif atau efek lanjutannya. Mencegah kekambuhan Mengurangi transmisi atau penularan kepada yang lain. Mencegah terjadinya resistensi obat serta penularannya.Pengobatan TB sendiri terbagi menjadi 2, yaitu :3,4a. Fase intesif Pada tahap intensif pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif diberikan secara tepat biasanya pasien memular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjdai TB BTA negative dalam waktu 2 bulan.b. Fase lanjutan Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.Lama pengobatan pada umunya yaitu 6-8 bulan.Obat yang dipakai ada 2 jenis,yaitu :41. Obat lini pertama INH Rifampisin Pirazinamid Etambutol Streptomisin2. Obat lini kedua Kanamisin Kapreomisin Amikasin Kuinolon Sikloserin Etionamid/Protionamid Para-Amino Salisilat (PAS) Obat-obatan yang efikasinya belum jelas (Makrolid, amiksisilin + asam klavulanat, linezolid, clofazimin).Obat lini kedua hanya digunakan untuk kasus resisten obat, terutama TB multidrug resistant (MDR). Dosis OAT4ObatDosis(mg/KgBB/Hari)Dosis yg DianjurkanDosis maks/hari (mg)Dosis (mg)/BB (kg)/hari

Harian(mg/KgBB/hari

Intermiten(mg/KgBB/Kali)

< 4040-60>60

R8-121010600300450600

H4-6510300300300300

Z20-30253575010001500

E15-20153075010001500

S*15-1815151000Sesuai BB7501000

*pasien dengan usia >60 tahun tidak bisa mendapatkan dosis lebih dari 500 mg/hari

Dosis OAT dengan Kombinasi Tetap3,4BBFase Intensif2-3 bulanHarianFase Lanjutan4 bulan

Harian3x/minggu

(RHZE)150/75/400/275(RH)150/75(RH)150/150

30-37222

38-54333

55-70444

>71555

Paduan obat Berdasarkan KategoriKategori 1 ( 2HRZE/ 4H3R3 )Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru :3 Pasien paru TB paru BTA positif Pasien TB paru BTA negative foto thoraks postif Pasien TB ekstra paruBB (kg)Tahap IntensifTiap hari selama 56 hariRHZE (150,75/400/275)Tahap LAnjutan3 kali seminggu selama 16 mingguRH (150/150)

30-372 tablet 4 KDT2 tablet 2 KDT

38-543 tablet 4 KDT3 tablet 2 KDT

55-704 tablet 4 KDT4 tablet 2 KDT

715 tablet 4 KDT5 tablet 2 KDT

Kategori 2 ( 2HZES/ HRZE/ 5H3R3E3 )Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA postif yang telah diobati sebelumnya :3 Pasien kambuh Pasien gagal Pasien dengan putus obat.BBTahap Intensif Tiap HariRHZE (150/75/400/275) + STahap Lanjutan3 sekali semingguRH (150/150) + E(400)

Selama 56 hariSelama 28 hari Selama 20 minggu

30-372 tablet 4 KDT + 500 mg Streptomisin inj2 tab 4KDT2 tab 2KDT + 2 tab etambutol

38-543 tablet 4 KDT + 750 mg Streptomisin inj3 tab 4KDT3 tab 2KDT + 3 tab etambutol

55-704 tablet 4 KDT + 1000 mg Streptomisin inj4 tab 4KDT4 tab 2KDT + 4 tab etambutol

715 tablet 4 KDT + 1000 mg Streptomisin inj5 tab 4KDT5 tab 2KDT + 5 tab etambutol

OAT Sisipan3BBTahap Intensif tiap hari selama 28 hariRHZE (150/75/400/750)

30-372 tab 4KDT

38-543 tab 4KDT

55-704 tab 4KDT

715 tab 4KDT

Efek Samping pengobatan TB4Efek SampingObatTatalaksana

MayorHentikan obat penyebab dan rujuk secepatnya

Kemerahan kulit dengan atau tanpa gatalStreptomisinIsoniazidRifampisinPirazinamidHentikan OAT

Tuli (bukan disebabkan oleh kotoran)StreptomisinHentikan Streptomisin

Pusing (vertigo dan nistagmus)StreptomisinHentikan streptomisin

Kuning (setelah penyebab lain disingkirkan), hepatitisIsoniazidPirazinamidRifampisinHentikan pengobatan TB

Efek SampingObatTatalaksana

MinorHentikan obat penyebab dan rujuk secepatnya

Bingung (diduga gangguan hepar berat bila bersamaan dengan kuning)Sebagian besar OATHentikan pengobatan TB

Gangguan penglihatan (setelah gangguan lain disingkirkan)EtambutolHentikan etambutol

Syok,purpura,gagal ginjal akutRifampisinHentikan Rifampisin

Penurunan jumlah urinStreptomisinHentikan streptomisin

Tidak napsu makan, mual,dan nyeri perutPirazinamidRifampisinIsoniazid Berikan obat bersamaan dengan makanan ringan atau sebelum tidur dan anjurkan pasien untuk minum obat dengan air sedikit demi sedikit. Apabila terjadi mutah yang terus menerus, atau ada tanda perdarahan segera pikirkan sebagai efek samping mayor dan rujuk.

Nyeri sendiPirazinamidAspirin atau NSAID atau parasetamol.

Rasa terbakar, kebas atau kesemutan pada tangan atau kakiIsoniazidPiridoksin dosis 100-200 mg/hari selama 3 minggu.Sebagai profilaksis 25-100 mg/hari.

MengantukIsoniazidYakikan kembali, berikan obat sebelum tidur.

Urin berwarna kemerahan atau orangeRifampisinYakinkan pasien dan sebaiknya pasien diberi tahu sebelum memulai pengobatan.

Sindrom flu (demam,menggigil,malaise,sakit kepala,nyeri tulang)Dosis rifampisin intermitenUbah pemberian dari intermittence pemberian harian.

Terapi pembedahan 4Indikasi operasi1. Indikasi Mutlaka. Pasien batuk darah yang massif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif.b. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif.2. Indikasi relativea. Pasien dengan dahak negative dengan batuk darah berulang.b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan.c. Sisa kavitas yang menetap.Tindakan Invasif ( selain pembedahan )1. Bronkoskopi2. Punksi pleura3. Pemasangan Water Sealed Drainage (WSD)

Evaluasi Pengobatan4a. Evaluasi Klinik Penderita dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan, selanjutnya setiap 1 bulan. Evaluasi terhadap respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping serta komplikasi penyakit. Evaluasi klinik meliputi keluhan, berat badan, dan pemeriksaan fisik.b. Evaluasi Bakteriologik Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi sputum. Pemeriksaan dan evaluasi pemeriksaan mikroskopik : Sebelum pengobatan dimulai. Setelah 2 bulan pengobatan / setelah fase intensif. Pada akhir pengobatan. Bila ada fasilitas biakan, lakukan pemeriksaan biakanc. Evaluasi RadiologikPemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada Sebelum pengobatan. Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada kasus yang juga dipikirkan kemungkinan keganasan dapat dilakukan 1 bulan pengobatan). Pada akhir pengobatan.Hasil Pengobatana. Pasien dikatakan sembuh dari TB apabila : Pasien denganhasil sputum BTA atau kultur positif sebelum pengobatan, dan hasil pemeriksaan sputum BTA atau kultur negative pada akhir pengobatan serta sedikitnya satu kali pemeriksaan sputum sebelumnya negative. Pada foto toraks, gambaran radiologis serial (minimal 2 bulan) tetap sama/perbaikan. Bila ada fasiltas biakan, maka criteria ditambah biakan negatif.b. Pasien Pasien dikatakan gagal pengobatan apabila pasien yang telahmenyelesaikan pengobatan tetapi tidak memiliki hasil pemeriksaan sputum atau kultur pad akhir pengobatan.c. Pasien dikatakan putus obat apabila pasein dengan pengobatan tidak minum atau melanjutkan terapi dalam waktu 2 bulan berturut-turut atau lebih.

Multi Drug Resisten (MDR)Adalah Mycobacterium tuberculosis yang resisten minimal terhadap rifampisin dan INH dengan atau tanpa Oat lainnya. Rifampisin dan INH merupkan 2 obat yang sangat penting pada pengobatan TB dalam strategi DOTS. Secara umum resistensi terhadap obat anti TB dibagi menjadi :4 Resistensi primer, adalah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat pengobatan OAT atau telah mendapat pengobatan OAT kurang dari 1 bulan. Resistensi inisial, adalah apabila kita tidak tahu pasti apakah pasien sudah ada riwayat pengobatan OAT sebelumnya atau belum pernah. Resistensi sekunder, adalah apabila pasien telah mempunyai riwayat pengobatan Oat minimal 1 bulan.Kategori Resistensi Mycobacterium tuberculosis terhadap OATTerdapat 5 jenis kategori, yaitu :41. Mono-resistance Kekebalan pada salah satu OAT.2. Poly-resistanceKekebalan terhadap lebih dari 1 OAT, selain kombinasi isoniazid dan rifampisin.3. Multidrug-resistance (MDR)Kekebalan terhadap sekurang-kurangnya isoniazid dan rifampisin.4. Extensive drug-resistance (XDR) TB-MDR ditambah kekebalan terhadap salh satu obat golongan fluorokuinolon, dan sedikitnya salah satu dari OAT injeksi kini kedua (kapreomisin,kanamisin, dan amikasin).5. Total Drug ResistanceResisten baik dengan lini pertama maupun lini kedua. Pada kondisi ini tidak ada lagi obat yang bisa dipakai.

Suspek TB-MDRPasien yang dicurigai MDR adalah :4 Kasus TB paru dengan gagal pengobatan pada kategori 2.Dibuktikan dengan rekam medis dan riwayat penyakit dahulu. Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah sisipan dengan kategori 2. Pasien TB yang pernah diobati di fasilitas non DOTS, termasuk yang mendapat Oat lini kedua seperti kuinolon, dan kanamisin. Pasien TB paru yang gagal pengobatan kategori 1. Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setalah sisipan dengan kategori 1. TB paru kasus kambuh. Pasien TB yang kembali setalah lalai pada pengobatan kategori 1 dan atau kategori 2. Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien TB-MDR konfirmasi,termasuk petugas kesehatan yang bertugas di bangsal TB-MDR. TB-HIV.Diagnosis TB-MDRDiagnosis TB-MDR dipastikan bedasarkan uji kepekaan. Semua aspek suspek TB-MDR diperiksa dahaknya untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Jika hasil uji kepekaan terdapat Mycobacterium tuberculosis yang resisten minimal terhadap rifampisin dan INH maka dapat ditegakkan diagnosis TB-MDR.Penatalaksanaan TB-MDRKelompok OAT yang digunakan dalam pengobatan TB Resisten obat4 Kelompok 1OAT lini pertama : Isonazid (H), rifampisin (R), etambutol (E), pirazinamid (P), rifabutin (Rfb). Kelompok 2Obat suntik : kanamisin (Km), amikasin (Am), kapreomisin (Cm), streptomisin (S). Kelompok 3Fluorokuinolon : moksifloksasin (Mfs),levofloksasin (Lfx), ofloksasin (Ofs).

Kelompok 4Bakteriostatik OAT lini kedua : etionamid (Eto), protainamid (Pto),siklosrin (Cs), terzidone (Trd), PAS. Kelompok 5Obat yang belum diketahui efektivitasnya : klofazimine (Cfz), linezoid (lzd), amoksiclav (Amx/clv), tiosetazone (Thz), imipinem/cilastin (Ipm/cln), Klaritromisin (Clr).Strategi PengobatanDilakukan berdasarkan data uji kepekaan dan frekuensi penggunaan OAT. Beberapa standar pengobatan TB-MDR. Yaitu :4a. Pengobatan standarData drug resistancy survey (DRS) dari populasi pasien yang representative digunakan sebagai dasar regimen pengobatan karena tidak tersedianya hasil uji kepekaan individual. Seluruh pasien akan mendapatkan regimen pengobatan yang sama. Pasien yang dicurgai TB-MDR sebaiknya dikonfirasi uji kepekaan.b. Pengobatan empirisSetiap regimen pengobatan dibuat bersarakan riwayat pengobatan TB pasien sebelumnya dan data hasil uji kepekaan populasi reprsentatif. Biasanya regimen empiris akan disesuaikan setelah ada hasil uji kepekaan individual.c. Pengobatan individualRegimen pengobatan berdasarkan riwayat pengobatan TB sebelumnya dan hasil uji kepekaan.

Regimen standar TB-MDR di Indonesia adalah :46Z-(E)-Kn-Lfx-Eto-Cs/18Z-(E)-Lfx-Et0-CsZ : pirazinamidE : etambutol ( tidak diberikan bila terbukti resisten )Kn : kanamisinLfx : lefovloksasinEto : etionamidCx: sikloserin

Fase intensif Pemberin obat suntik atau fase intensif berdasarkan kultur konversi. Obat suntik diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan dan minimal 4 bulan setlah hasil sputum atau kultur yang pertama menjadi negative. Pendekatan individual termasuk hasil kultur, sputum, foto toraks, dan keadaan klinis pasien juga dapat membantu memutuskan menghentikan pemakaian obat suntik.Lama pengobatan Lamanya pengobatan berdasarkan kultur konversi. Paduan yang direkomnedasikan adalah meneruskan pengobatan minimal 18 bulan setelah kultur konversi. Pengobatan lebih dari 24 bulan dapat dilakukan pada kasus kronik dengan kerusakan paru luas.

Pengobatan Tuberkulosis Pada Keadaan Khusus41. TB Milier4 Regimen OAT untuk TB Milier sama seperti TB paru. Pada keadaan yang berat atau diduga ada keterlibatan meningen atau perikard atau ada sesak nafas, tanda/gejala toksik, demam tinggi maka dianjurkan pemberian kortikosteroid. Rawat inap. Pada keadaan khusus ( sakit berat yaitu tergantung keadaan klinis, radiologis dan evaluasi pengobatan ), maka pengobatan fase lanjutan dapat diperpanjang sampai 12 bulan.2. Pleuritis Eksudativa TB (Efusi Pleura TB)4Paduan obat : 2RHZE/4RH Cairan dievakuasi seoptimal mungkin, sesuai keadaan pasien dan evakuasi cairan dapat diulang bila diperlukan. Dapat diberikan kortikosteroid dengan cara tapering off pada pleuritis eksudativa tanpa lesi di paru.3. Ibu hamil, Ibu menyusui dan bayinya, Pemakaian Kontrasepsi 4 Semua OAT aman digunakan untuk wanita hamil kecuali Streptomisin, karena bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus sawar plasenta. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi. Pasien TB yang sedang menyusui boleh mendapatkan pengobatan TB karena pengobatan yang tepat merupakan cara untuk memutus transmisi kuman TB pada bayi. Suplemen piridoksin direkomendasikan pada pasien hamil atau sedang menyusui (yang mendapat INH). Pada pasien TB yang menyusui, OAT dan ASI tetap dapat diberikan, walaupun beberapa OAT dapat masuk ke dalam ASI, akan tetapi konsentrasinya kecil dan tidak menyebabkan toksik pada bayi. Tidak ada indikasi pengguguran pada pasien TB dengan kehamilan. Pada perempuan usia produktif yang mendapatkan pengobatan TB dengan rifampisin dianjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat terjadi interaksi obat yang menyebabkan efektivitas obatkontrasepsi hormonal berkurang.4. TB dengan Diabetes Melitus4 Paduan OAT dan lama pengobatan pada prinsipnya sama dengan TB tanpa DM, dengan syarat kadar gula darah terkontrol. Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, maka lama pengobatan dapat dialanjutkan sampai 9 bulan. Hati hati dengan penggunaan etambutol, karena efek samping pada mata, sedangkan penderita DM sering mengalami komplikasi pada mata. Perlu diperhatikan penggunaan rifampisin akan mengurangi efektivitas obat oral anti diabetes (sulfonilurea), sehingga dosisnya perlu ditingkatkan. Penggunaan INH pada pasien TB dengan DM harus lebih ketat dipantau efek neuropati perifer.5. TB dengan Kelainan Hati Kondisi pasien di bawah ini dapat diberikan kombinasi TB dan dipastikan tidak ada bukti penyakit kronik, yaitu antara lain : Hepatitis virus carriage Riwayathepatitis akut Konsumsi alcohol yang berlebihan. Apabila terdapat hepatitis akut (akibat virus) yang tidak berkaitan dengan penyakit TB sebaiknya pengobatan ditunda sampai keadaan akut tersebut menyembuh. Pasien dengan gangguan hati berat dan belum stabil, uji fungsi hepar sebaiknya dilakukan sebelum pengobatan dimulai. Pada pasien dengan hepatitis akut dan atau klinis ikterik sebaiknya OAT ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan yang sangat diperlukan dapat diberikan Streptomisin dan Etambutol maksimal 3 bulan sampai hepatitis menyembuh dan dilanjutkan dengan 6 bulan RH.Hepatitis Imbas Obat ( Drug Induced Hepatitis ) Merupakan kelainan fungsihati akibat penggunaan obat-obat hepatotoksik. Tatalaksana hepatitis imbas obat bergantung pada : Fase pengobatan TB (tahap awal atau lanjutan). Beratnya gangguan pada hepar. Beratnya penyakit TB. Pentalaksanaan :4 Bila klinis (+), ikterik (+), gejala mual muntah (+) maka OAT Stop. Bila gejala (+) dan SGOT SGPT 3 kali, maka OAT Stop. Bila gejala klinis (-), laboratorium terdapat kelainan : Bilirubin > 2 maka OAT Stop. SGOT,SGPT 5 kali maka OAT Stop. SGOT, SGPT 3 kali makan teruskan pengobatan dengan pengawasan.Pengobatan TB dihentikan sampai fungsi hepar kembali normal dan gejala klinik (mual atau nyeri perut) menghilang maka OAT dapat diberikan kembali. Apabila tidak dimungkinkan untuk melakukan tes fungsi hepar maka sebaiknya menunggu 2 minggu lagi setelah kuning dan nyeri/tegang perut menghilang sebelum diberikan OAT kembali.Apabila hepatitis imbas obat telah teratasi maka OAT dapat dicoba satu persatu. Pemberian obat sebaiknya dimulai dengan rifampisin yang jarang menyebabkan hepatotoksik dibandingkan isoniazid atau pirazinamid. Setelah 3-7 hari baru isoniazid diberikan. Pasien dengan riwayat kuning tetapi dapat menerima rifampisin dan isonazid sebaiknya tidak lagi mendapat pirazinamid.Jika terjadi hepatitis pada fase lanjutan dan hepatitis sudah teratasi maka OAT dapat diberikan kembali (isoniazid dan rifampisin) untuk menyelesaikan fase lanjutan selama 4 bulan.6. TB dengan Gagal Ginjal INH dan rifampisin mengalami eksresi di bilier sehingga tidak perlu penyesuaian dosis. Etambutol dan pirazinamid mengalami eksresi di ginjal, sehingga perlu penyesuain dosis bila digunakan. Pemberian OAT 3 kali seminggu dengan dosis yang disesuaikan : Dosis pirazinamid 25 mg/kg. Dosis etambutol 15 mg/kg. Karena dapat meningkatkan resiko nefrotoksik dan ototoksik, maka aminoglikosid sebaiknya dihindarkan pada pasien dengan gagal ginjal, apabila Streptomisin harus digunakan maka dosis yang dipakai adalah 15 mg/kg BB 2-3 kali seminggu dengan dosis maksimal 1 gram. Sebaiknya kadar obat dalam darah juga dimonitor.7. TB paru dengan HIV / AIDS Pada dasarnya pengobatanna sama dengan pengobatan TB tanpa HIV/AIDS. Prinsip pengobatan adalah menggunakan kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah cukup dan dosis serta jangka waktu yang tepat. Pemberian tiasetazon pada pasien HIV/AIDS sangat berbahaya karena akan menyebabkan efek toksik berat pada kulit. Injeksi streptomisin hanya boleh diberikan jika tersedia alat suntik sekali pakai yang steril. Desensitisasi obat (INH,rifampisin) tidak boleh dilakukan karena mengakibatkan toksik yang serius pada hati. Pada pasien TB dengan HIV/AIDS yang tidak member respon terhadap pengobatan, selain dipikirkan terdapatnya malabsorbsi obat. Pada pasien HIV/AIDS terdapat korelasi antara imunosupresi yang berat dengan derajat penyerapan, karenanya dosis standar OAT yang diterima suboptimal sehingga konsentrasi obat rendah dalam serum.KomplikasiPada pasien TB dapat terjadi beberapakomplikasi, baik sebelum pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan.Beberapa komplikasi yang mungkin timbul :1,2 Batuk darah Pneumothoraks Gagal nafas Gagal jantungPrognosisHampir semua penderita TBC dapat disembuhkan dengan pengobatan. Kurang dari 5 % kasus kambuh / relaps. Penyebab utama gagalnya pengobatan, yaitu ketidak patuhan penderita terhadap pengobatan.Angka kematian pada penderita TB dengan MDR adalah tinggi yaitu 50 % sampai 80 %, dan memiliki jangka waktu yang pendek dari diagnosis sampai kematian ( 4 sampai 6 minggu ). Keterlambatan perhatian pada resiten obat akan mengakibatkan keterlambatan memperoleh hasil terapi yang efektif.

Bab IIIPenutupTuberkulosis merupakan penyakit yang menular, dengan insidens dan mortalitas yang cukup tinggi di dunia. Penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Cara penularan penyakit ini melalui saluran pernafasan, pencernaan, dan luka terbuka di kulit. Yang paling sering melalui droplet, masuk ke alveolus dan menyebabkan reaksi peradangan. Infeksi dapat terjadi secara primer maupun post primer. Gejala klinis yang ditimbulkan yaitu, batuk lebih dari 3 minggu sampai dapat terjadi batuk darah, demam, sesak nafas, nyeri dada, dan malaise. Pada pemeriksaan fisik didapatkan perkusi redup, auskultasi bronkial, dan terdapat ronkhi basah dan nyaring. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah, yaitu LED yang meningkat disertai leukositosis. Pemeriksaan sputum untuk menemukan BTA, dilakukan pemeriksaan sputum SPS. Pemeriksaan yang lain yaitu, tes serologi, tes tuberkulin, reaksi cepat BCG, serta pemeriksaan radiologi. Diagnosis ditegakkan dengan menggabungkan antara gejala klinis yang ada dengan pemeriksaan penunjang lainnya.Penatalaksanaan disesuaikan dengan kategori TB. Selama pasien menjalani pengobatan perlu dilakukan evaluasi, sampai pasien sembuh. OAT menimbulkan efek samping sehingga diperlukan pengawasan terhadap penggunaannya. Prognosis penyakit tuberkulosis yaitu, hampir semua penderita TB dapat disembuhkan dengan pengobatan yang baik serta kepatuhan penderita minum obat.

Daftar Pustaka1. Sudoyo,AW, Setiyobudi,B.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:Tuberkulosis Paru.Ed 5.Jakarta:InternaPublishing.2009.2230-39.2. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR-RSUD Dr.Soetomo.Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru.Surabaya.2010.9-38.3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Pedoman Nasional Penaggulangan TUBERKULOSIS.Ed 2.Jakarta.2007.4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.Tuberkulosis:Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.Jakarta.2011.

1Reyhan R.R-11.2013.035-RS.Bhakti Yudha