Top Banner
REFERAT SINUSITIS Pembimbing dr. M.Agus, Sp.THT-KL,M Kes Disusun oleh : Viona Aprilia Sucipto 030.11.301 Kepaniteraan Klinik THT RSAL Mintohardjo Periode 25 Mei – 26 Juni 2015 1
32

referat sinusitis viona.docx

Sep 04, 2015

Download

Documents

Viona Aprilia
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

REFERATSINUSITIS

Pembimbingdr. M.Agus, Sp.THT-KL,M Kes

Disusun oleh :Viona Aprilia Sucipto030.11.301

Kepaniteraan Klinik THT RSAL MintohardjoPeriode 25 Mei 26 Juni 2015

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIJAKARTA

LEMBAR PENGESAHANReferat berjudulSINUSITIS

Disusun oleh:Viona Aprilia Sucipto03011301

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing:dr. M. Agus, Sp.THTSebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu THTDi Rumah Sakit TNI AL dr. MintohardjoPeriode 25 Mei 26 Juni 2015

Jakarta, .. Juni 2015

dr. M. Agus, Sp.THTKATA PENGANTARPuji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena dengan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan referat Sinusitis. Penyusunan referat ini dimaksudkan untuk melengkapi tugas di Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta.Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini, terutama kepada :1. dr M.Agus S.Sp.THT selaku pembimbing referat2. Staf SMF THT RSAL Dr. Mintohardjo-Jakarta3. Rekan-rekan koasisten Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT RSAL Dr.Mintohardjo periode 25 Mei-26 Juni 2015.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada pihak lain yang telah membantu, baik langsung maupun tidak langsung. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam referat ini. Smoga referat ini dapat bermanfaat bagi siapa aja yang membacanya.Jakarta, Juni 2015Penyusun

Viona Aprilia Sucipto030.11.301DAFTAR ISI

BAB IPENDAHULUAN

Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasalis. Penyebab utamanya ialah infeksi virus yang kemudian diikuti oleh infeksibakteri. Secara epidemiologi yang paling sering terkena adalah sinus etmoid dan maksilla. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun). Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis.Yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maxilla dan sinusitis ethmoid, sedangkan sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang ditemukan. Pada anak hanya sinus maxilla dan sinus ethmoid yang berkembang sedangkan sinus frontal dan sinus sphenoid mulai berkembang pada anak berusia kurang lebih 8 tahun.Sinus maxilla merupakan sinus yang paling sering terinfeksi, oleh karena (1) merupakan sinus paranasal terbesar, (2) letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar sehingga sekret dari sinus maxilla hanya tergantung dari gerakan silia, (3) dasar sinus maxilla adalah dasar akar gigi (processus alveolaris), sehingga infeksi pada gigi dapat menyebabkan sinusitis maxilla, (4) ostium sinus maxilla terletak di meatus medius, di sekitar hiatus semilunaris yang sempit, sehingga mudah tersumbat. Sinusitis dapat menjadi berbahaya karena menyebabkan komplikasi ke orbita dan intracranial, serta menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit diobati.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DefinisiSinusitis berasal dari akar bahasa Latinnya sinus, akhiran umum dalam kedokteran -itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur.Terdapat empat sinus disekitar hidung yaitu sinus maksilaris (terletak di pipi), sinus ethmoidalis (di antara kedua mata), sinus frontalis (terletak di dahi) dan sinus sphenoidalis (terletak di belakang dahi). Sinusitis adalah peradangan mukosa sinus paranasal yang dapat berupa sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid. Bila yang terkena lebih dari satu sinus disebut multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut pansinusitis.

2.2. AnatomiSinus paranasal merupakan ruang udara yang berada di tengkorak. Bentuk sinus paranasal sangat bervariasi pada tiap individu dan semua sinus memiliki muara (ostium) ke dalam rongga hidung. Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi hidung. Anatominya dapat dijelaskan sebagai berikut: sinus frontal kanan dan kiri, sinus ethmoid kanan dan kiri (anterior dan posterior), sinus maksila kanan dan kiri (antrium highmore) dan sinus sphenoid kanan dan kiri. Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing.Secara embriologis, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya pada fetus saat usia 3-4 bulan, kecuali sinus frontalis dan sphenoidalis. Sinus maksilaris dan ethmoid sudah ada saat anak lahir sedangkan sinus frontalis mulai berkembang pada anak lebih kurang berumur 8 tahun sebagai perluasan dari sinus etmoidalis anterior sedangkan sinus sphenoidalis berkembang mulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari postero-superior rongga hidung. Sinus-sinus ini umumnya mencapai besar maksimum pada usia 15-18 tahun. Sinus frontalis kanan dan kiri biasanya tidak simetris dan dipisahkan oleh sekat di garis tengah.Sinus paranasal divaskularisasi oleh arteri carotis interna dan eksterna serta vena yang menyertainya seperti a. ethmoidalis anterior, a. ethmoidalis posterior dan a. sfenopalatina. Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus ethmoid posterior dan sinus sphenoid. Fungsi sinus paranasal :1. Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara sehingga bisa untuk perluasan. Jika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan terdesak.1. Sebagai pengatur udara (air conditioning).1. Peringan cranium.1. Resonansi suara.1. Membantu produksi mukus.

(medical-dictionary.thefreedictionary.com)Gambar 2.1Sinus paranasalis tampak depan dan samping

2.2.1. Sinus Maksilaris1. Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris arcus I.1. Bentuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang apexnya pada pars zygomaticus maxillae.1. Merupakan sinus terbesar dengan volume kurang lebih 15 cc pada orang dewasa.1. Berhubungan dengan :0. Cavum orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n. infra orbitalis) sehingga jika dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata. 0. Gigi, dibatasi dinding tipis atau mukosa pada daerah P2 Mo1ar. 0. Ductus nasolakrimalis, terdapat di dinding cavum nasi.1. Suplai darah terbanyak melalui cabang dari arteri maksilaris. Inervasi mukosa sinus melalui cabang dari nervus maksilaris.2.2.2 Sinus Frontalis1. Sinus frontalis mulai terbentuk sejak bulan keempat fetus, berasal dari sel-sel resessus frontal atau dari sel-sel infundibulum ethmoid. Sinus ini dapat terbentuk atau tidak.1. Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Tidak simetris kanan dan kiri, terletak di os frontalis.1. Volume pada orang dewasa 7cc.1. Bermuara ke infundibulum (meatus nasi media).1. Berhubungan dengan :1. Fossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang compacta. 1. Orbita, dibatasi oleh tulang compacta. 1. Dibatasi oleh Periosteum, kulit, tulang diploic.1. Suplai darah diperoleh dari arteri supraorbital dan arteri supratrochlear yang berasal dari arteri oftalmika yang merupakan salah satu cabang dari arteri carotis inernal. Inervasi mukosa disuplai oleh cabang supraorbital dan supratrochlear cabang dari nervus frontalis yang berasal dari nervus trigeminus.2.2.3 Sinus Ethmoid1. Terbentuk pada usia fetus bulan IV.1. Saat lahir, berupa 2-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat dewasa terdiri dari 7-15 cellulae, dindingnya tipis.1. Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon, terletak antara hidung dan mata1. Berhubungan dengan :1. Fossa cranii anterior yang dibatasi oleh dinding tipis yaitu lamina cribrosa. Jika terjadi infeksi pada daerah sinus mudah menjalar ke daerah cranial (meningitis, encefalitis dsb).1. Orbita, dilapisi dinding tipis yakni lamina papiracea. Jika melakukan operasi pada sinus ini kemudian dindingnya pecah maka darah masuk ke daerah orbita sehingga terjadi Brill Hematoma. 1. Nervus Optikus. 1. Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan pasterior.2.2.4 Sinus Sphenoidal1. Terbentuk pada fetus usia bulan III1. Terletak pada corpus, alas dan Processus os sphenoidalis.1. Volume pada orang dewasa 7 cc.1. Berhubungan dengan (Pletcher&Golderg, 2003):1. Sinus cavernosus pada dasar cavum cranii.1. Glandula pituitari, chiasma n.opticum. 1. Tranctus olfactorius. 1. Arteri basillaris brain stem (batang otak) 1. Suplai darah berasal dari arteri carotis internal dan eksternal. Inervasi mukosa berasal dari nervus trigeminus.Pada meatus medius yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka inferior rongga hidung terdapat suatu celah sempit yaitu hiatus semilunaris yakni muara dari sinus maksila, sinus frontalis dan ethmoid anterior.

2.3. EtiologiSinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).Penyebab sinusitis akut:1. VirusSinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya pilek).1. BakteriDi dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.1. JamurKadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut. Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan system kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi alergi terhadap jamur.1. Peradangan menahun pada saluran hidung.Pada penderita rinitis alergika bisa terjadi sinusitis akut. Demikian pula halnya pada penderita rinitis vasomotor.

2.4. EpidemiologiSetiap 1 dari 7 orang dewasa di Amerika Serikat dideteksi positif sinusitis dengan lebih dari 30 juta manusia didiagnosa sinusitis setiap tahun. Sinusitis lebih sering terjadi dari awal musim gugur dan musim semi. Insiden terjadinya sinusitis meningkat seiring dengan meningkatnya kasus asma, alergi, dan penyakit traktus respiratorius lainnya. Perempuan lebih sering terkena sinusitis dibandingkan laki-laki karena mereka lebih sering kontak dengan anak kecil. Angka perbandingannya 20% perempuan disbanding 11.5% laki-laki. Sinusitis lebih sering diderita oleh anak-anak dan dewasa muda akibat rentannya usia ini dengan infeksi Rhinovirus.2.5. PatofisiologiKesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang poten untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.

2.6. DiagnosisPenegakan diagnosis sinusitis secara umum:Kriteria MayorKriteria Minor

1. Sekret nasal yang purulent1. Drainase faring yang purulen1. Purulent Post Nasaldrip1. Batuk 1. Foto rontgen (Waters radiograph atau air fluid level) : Penebalan lebih 50% dari antrum1. Coronal CT Scan : Penebalan atau opaksifikasi dari mukosa sinus1. Edem periorbital1. Sakit kepala1. Nyeri di wajah1. Sakit gigi1. Nyeri telinga1. Sakit tenggorok1. Nafas berbau1. Bersin-bersin bertambah sering1. Demam 1. Tes sitologi nasal (smear) : neutrofil dan bakteri1. Ultrasound

Kemungkinan terjadinya sinusitis jika terdapat gejala dan tanda 2 mayor, 1 minor dan 2 kriteria minor.Pemeriksaan Penunjanga. Laboratorium1. Tes sedimentasi, leukosit, dan C-reaktif protein dapat membantu diagnosis sinusitis akut1. Kultur merupakan pemeriksaan yang tidak rutin pada sinusitis akut, tapi harus dilakukan pada pasien immunocompromise dengan perawatan intensif dan pada anak-anak yang tidak respon dengan pengobatan yang tidak adekuat, dan pasien dengan komplikasi yang disebabkan sinusitis .b. Imaging1. Pemeriksaan radiologi yang dapat membantu menegakkan diagnosa sinusitis dengan menunjukan suatu penebalan mukosa, air-fluid level, dan perselubungan. Pada sinusitis maksilaris, dilakukan pemeriksaan rontgen gigi untuk mengetahui adanya abses gigi.

2.8. Penatalaksanaan2.8.1 Sinusitis Akut1. Kuman penyebab sinusitis akut yang tersering adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza. Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik empirik (2x24 jam). Antibiotik yang diberikan lini I yakni golongan penisilin atau cotrimoxazol dan terapi tambahan yakni obat dekongestan oral + topikal, mukolitik untuk memperlancar drenase dan analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri. Pada pasien atopi, diberikan antihistamin atau kortikosteroid topikal. Jika ada perbaikan maka pemberian antibiotik diteruskan sampai mencukupi 10-14 hari. Jika tidak ada perbaikan maka diberikan terapi antibiotik lini II selama 7 hari yakni amoksisilin klavulanat/ampisilin sulbaktam, cephalosporin generasi II, makrolid dan terapi tambahan. Jika ada perbaikan antibiotic diteruskan sampai mencukupi 10-14 hari. 1. Jika tidak ada perbaikan maka dilakukan rontgen-polos atau CT Scan dan atau naso-endoskopi.Bila dari pemeriksaan tersebut ditemukan kelainan maka dilakukan terapi sinusitis kronik. Tidak ada kelainan maka dilakukan evaluasi diagnosis yakni evaluasi komprehensif alergi dan kultur dari fungsi sinus.1. Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila telah terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial, atau bila ada nyeri yang hebat karena ada sekret tertahan oleh sumbatan.2.8.2 Sinusitis Subakut1. Terapinya mula-mula diberikan medikamentosa, bila perlu dibantu dengan tindakan, yaitu diatermi atau pencucian sinus.1. Obat-obat yang diberikan berupa antibiotika berspektrum luas atau yang sesuai dengan resistensi kuman selama 10 14 hari. Juga diberikan obat-obat simptomatis berupa dekongestan. Selain itu dapat pula diberikan analgetika, anti histamin dan mukolitik.1. Tindakan dapat berupa diatermi dengan sinar gelombang pendek (Ultra Short Wave Diathermy) sebanyak 5 6 kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus. Kalau belum membaik, maka dilakukan pencucian sinus.1. Pada sinusitis maksilaris dapat dilakukan pungsi irigasi. Pada sinusitis ethmoid, frontal atau sphenoid yang letak muaranya dibawah, dapat dilakukan tindakan pencucian sinus cara Proetz .2.8.3 Sinusitis Kronis1. Jika ditemukan faktor predisposisinya, maka dilakukan tata laksana yang sesuai dan diberi terapi tambahan. Jika ada perbaikan maka pemberian antibiotik mencukupi 10-14 hari. 1. Jika faktor predisposisi tidak ditemukan maka terapi sesuai pada episode akut lini II + terapi tambahan. Sambil menunggu ada atau tidaknya perbaikan, diberikan antibiotik alternative 7 hari atau buat kultur. Jika ada perbaikan teruskan antibiotik mencukupi 10-14 hari, jika tidak ada perbaikan evaluasi kembali dengan pemeriksaan naso-endoskopi, sinuskopi (jika irigasi 5 x tidak membaik). Jika ada obstruksi kompleks osteomeatal maka dilakukan tindakan bedah yaitu BSEF atau bedah konvensional. Jika tidak ada obstruksi maka evaluasi diagnosis.1. Diatermi gelombang pendek di daerah sinus yang sakit.1. Pada sinusitis maksila dilakukan pungsi dan irigasi sinus, sedang sinusitis ethmoid, frontal atau sphenoid dilakukan tindakan pencucian Proetz.1. PembedahanRadikal Sinus maksila dengan operasi Cadwell-luc. Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi. Sinus frontal dan sphenoid dengan operasi Killian.Non Radikal 1. bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF). Prinsipnya dengan membuka dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal.

2.8. KomplikasiCT-Scan penting dilakukan dalam menjelaskan derajat penyakit sinus dan derajat infeksi di luar sinus, pada orbita, jaringan lunak dan kranium. Pemeriksaan ini harus rutin dilakukan pada sinusitis refrakter, kronis atau berkomplikasi.a. Komplikasi orbitaSinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut, namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan infeksi isi orbita.Terdapat lima tahapan :1. Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus ethmoidalis didekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan pada anak, karena lamina papirasea yang memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis sering kali merekah pada kelompok umur ini.1. Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk.1. Abses subperiosteal, pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita menyebabkan proptosis dan kemosis.1. Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita. Tahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang tersering dan kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin bertambah.1. Trombosis sinus kavernosus, merupakan akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena kedalam sinus kavernosus, kemudian terbentuk suatu tromboflebitis septik.b. Komplikasi Intra Kranial1. Meningitis akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut, infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis. 1. Abses dura, adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering kali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan tekanan intra kranial.1. Abses subdural adalah kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau permukaan otak. Gejala yang timbul sama dengan abses dura.1. Abses otak, setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka dapat terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak. Terapi komplikasi intra kranial ini adalah antibiotik yang intensif, drainase secara bedah pada ruangan yang mengalami abses dan pencegahan penyebaran infeksi.c. Osteomielitis dan abses subperiostealPenyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik berupa malaise, demam dan menggigil.2.10 PrognosisSinusitis akut memiliki prognosis yang sangat baik, dengan perkiraan 70% penderita sembuh tanpa pengobatan. Sedangkan sinusitis kronik memiliki prognosis yang bervariasi. Jika penyebabnya adalah kelainan anatomi dan telah diterapi dengan bedah, maka prognosisnya baik.lebih dari 90% pasien membaik dengan intervensi bedah, namun pasien ini kadang mengalami kekambuhan.

2.11 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA1. Mangunkusumo, Endang, Soetjipto D. Sinusitis dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. FKUI. Jakarta 2007. Hal 150-32. PERHATI. Fungsional endoscopic sinus surgery. HTA Indonesia. 2006. Hal 1-63. Ghorayeb B. Sinusitis. Dalam Otolaryngology Houston.Diakses dari www.ghorayeb.com/AnatomiSinuses.html4. Damayanti dan Endang. Sinus Paranasal. Dalam : Efiaty, Nurbaiti, editor. Buku Ajar Ilmu Kedokteran THT Kepala dan Leher, ed. 5, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2002, 115 119.5. Wikipedia. Sinusitis. Diakses dari www.wikipedia.org/wiki/sinusitis6. Pletcher SD, Golderg AN. 2003. The Diagnosis and Treatment of Sinusitis. In advanced Studies in Medicine. Vol 3 no.9. PP. 495-5057. Anonim, Sinusitis, dalam ; Arif et all, editor. Kapita Selekta Kedokteran, Ed. 3, Penerbit Media Ausculapius FK UI, Jakarta 2001, 102 1068. Mangunkusumo, Endang . Nusjirwan, Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 2002, 121 1251. Shyamal, Kumar DE. Fundamental of Ear, Nose and Throat & Head-NeckSurgery. Calcuta: The New Book Stall; 1996. 191-81. Rukmini S, Herawati S. Teknik Pemeriksaan Telinga Hidung & Tenggorok.Jakarta: EGC; 2000. 26-481. Tadjudin OA. Batuk Kronik Pada Anak Ditinjau Dari Bidang THT. 1992.Http://www.kalbe.co.id [diakses tanggal 30 November 2008]1. Blogsome. About Sinusitis. 2008. Http://www.mixingblogging.blogspot.com[diakses tanggal 30 November 2008]1. Laszlo I. Radiologi Daerah Kepala dan Leher. Dalam: Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepal & Leher Jilid 2. Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997. 2-91. Alford BR. Core Curriculum Syllabus: Nose and Paranasal Sinuses. Http://www.Bcm.Edu [diakses tanggal: 12 Desember 2008]1. Putz RV, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia SOBOTTA Kepala, Leher, Ekstremitas Atas Jilid 1. Edisi 21. Editor: Suyono YJ. Jakarta: EGC; 2000. 941. (medical-dictionary.thefreedictionary.com)1. 1. (http://the-best-1.com/wp-content/uploads/2010/12/sinus-graphic.gif)1. Gambar 2: sinus maksilaris1. 1. (edoctoronline.com)(http://doctorcayoo.blogspot.com/2009/07/sinusitis-5.html)

13