Top Banner
Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 ) Bab I Pendahuluan Seperti yang kita ketahui bahwa infeksi kronis di daerah gigi yang tidak mendapat perawatan adekuat, dapat kita curigai sebagai fokus infeksi yang dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menyebabkan infeksi di daerah tersebut. Penyebaran infeksi kronis gigi, khususnya penyebaran infeksi ke tempat yang jauh, masih belum dapat dijelaskan dengan jelas dan masih merupakan hipotesa 1,2) . Sejak jaman dahulu infeksi odontogenik termasuk salah satu penyakit yang paling sering menyerang umat manusia. Hingga saat ini terutama di negara berkembang, infeksi odontogenik masih tetap merupakan penyakit yang banyak dijumpai pada praktek dokter gigi 3) . Berdasarkan pengamatan-pengamatan klinik, penderita dengan bermacam-macam penyakit mengalami kesembuhan atau perbaikan keadaan umum setelah dilakukan ekstraksi pada gigi-gigi yang rusak. Kenyataan yang ada tersebut memang belum memiliki bukti-bukti ilmiah dengan data-data yang bernilai statistik. Tetapi meskipun demikian dirasa perlu untuk menghilangkan atau menyembuhkan fokus infeksi pada gigi, baik dengan ekstraksi gigi maupun tidak dengan ekstraksi gigi 4) . Salah satu penyebaran radang odontogenik adalah sinus maksilaris, dimana terjadi radang apical pada molar dan premolar rahang atas, karena relasi topografisnya Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 1
26

referat sinusitis odontogenik new.doc

Aug 13, 2015

Download

Documents

Adi Nugraha

refraat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: referat sinusitis odontogenik new.doc

Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 )

Bab I

Pendahuluan

Seperti yang kita ketahui bahwa infeksi kronis di daerah gigi yang tidak

mendapat perawatan adekuat, dapat kita curigai sebagai fokus infeksi yang dapat

menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menyebabkan infeksi di daerah tersebut.

Penyebaran infeksi kronis gigi, khususnya penyebaran infeksi ke tempat yang jauh,

masih belum dapat dijelaskan dengan jelas dan masih merupakan hipotesa 1,2) .

Sejak jaman dahulu infeksi odontogenik termasuk salah satu penyakit yang

paling sering menyerang umat manusia. Hingga saat ini terutama di negara

berkembang, infeksi odontogenik masih tetap merupakan penyakit yang banyak

dijumpai pada praktek dokter gigi 3).

Berdasarkan pengamatan-pengamatan klinik, penderita dengan bermacam-

macam penyakit mengalami kesembuhan atau perbaikan keadaan umum setelah

dilakukan ekstraksi pada gigi-gigi yang rusak. Kenyataan yang ada tersebut memang

belum memiliki bukti-bukti ilmiah dengan data-data yang bernilai statistik. Tetapi

meskipun demikian dirasa perlu untuk menghilangkan atau menyembuhkan fokus

infeksi pada gigi, baik dengan ekstraksi gigi maupun tidak dengan ekstraksi gigi 4).

Salah satu penyebaran radang odontogenik adalah sinus maksilaris, dimana

terjadi radang apical pada molar dan premolar rahang atas, karena relasi topografisnya

yang erat diantara akar gigi dan sinus maksilaris. Kebanyakan dinding pemisahnya

hanya terdiri dari sebuah lamel tulang yang sangat tipis, atau hanya dari periost dan

sinus mukosa 3).

Nathaniel Highmore mengemukakan tentang membran tulang tipis yang

memisahkan gigi dari sinus. Ia menyatakan ‘Tulang yang membungkus antrum

maxilaris dan memisahkannya dari soket geligi tebalnya tidak melebihi kertas

pembungkus’. Bahkan terkadang dasar sinus maxilaris hanya berupa mukosa sinus 5).

Saluran-saluran limfe dari akar gigi, membran periodontal dan tulang rahang

juga saling beranastomosa. Dilihat dari segi anatomis seperti yang telah diterangkan

tersebut hingga menyebabkan peradangan berupa sinusitis maksilaris sangat mungkin

terjadi. Meskipun demikian penyebab terbanyak dari sinusitis tetap berasal dari

infeksi hidung 2).

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & MulutFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 1

Page 2: referat sinusitis odontogenik new.doc

Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 )

Kriteria yang harus dipenuhi untuk mendiagnosa sinusitis dari asal

ondotogenik tidak didefinisikan dengan jelas. Sering kali terjadi sinusitis pada satu

sisi, pengaliran pus yang berbau busuk, dan suatu kelainan apical atau periodontal,

yang jelas dapat ditunjukkan, dipakai sebagai sebagai kriteria diagnostik diferensial

terhadap sinusitis rinorgenik. Pengetahuan mengenai penyebaran dan penjalaran

infeksi ini tidak hanya penting bagi diagnosis tapi juga bagi penanggulangan yang jitu

terhadap infeksi odontogenik 3) .

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & MulutFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 2

Page 3: referat sinusitis odontogenik new.doc

Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 )

Bab II

Sinusitis

II.1 Definisi

Sinusitis adalah peradangan yang terjadi pada rongga sinus.

Sinus atau sering pula disebut dengan sinus paranasalis adalah rongga

udara yang terdapat pada bagian padat dari tulang tengkorak di sekitar

wajah, yang berfungsi untuk memperingan tulang tengkorak 6).

Rongga ini berjumlah empat pasang kiri dan kanan. Sinus

frontalis terletak di bagian dahi, sedangkan sinus maksilaris terletak di

belakang pipi. Sementara itu, sinus sphenoid dan sinus ethmoid terletak

agak lebih dalam di belakang rongga mata dan di belakang sinus

maksilaris 6).

Gambar 2. Rongga sinus

II.2 Etiologi

Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau

kurang) maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat

berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).

Penyebab sinusitis akut:

- Infeksi virus.

- Bakteri.

- Infeksi jamur.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & MulutFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 3

Page 4: referat sinusitis odontogenik new.doc

Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 )

- Peradangan menahun pada saluran hidung.

Penyebab sinusitis kronis:

- Asma

- Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika)

- Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi

maupun pembuangan lendir 7).

II.3 Gejala klinik

Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang

dirasakan ketika penderita bangun pada pagi hari.

Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama, yaitu

nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada

gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena:

- Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di

bawah mata, sakit gigi dan sakit kepala.

- Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi.

- Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan

diantara mata serta sakit kepala di dahi. Peradangan

sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri bila

pinggiran hidung di tekan, berkurangnya indera

penciuman dan hidung tersumbat.

- Sinusitis sphenoidalis menyebabkan nyeri yang

lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa dirasakan di

puncak kepala bagian depan ataupun belakang, atau

kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.

Gejala lainnya adalah:

- tidak enak badan

- demam (demam dan menggigil menunjukkan bahwa

infeksi telah menyebar ke luar sinus)

- letih, lesu

- batuk, yang mungkin semakin memburuk pada malam

hari

- hidung meler atau hidung tersumbat (Selaput lendir

hidung tampak merah dan membengkak, dari hidung

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & MulutFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 4

Page 5: referat sinusitis odontogenik new.doc

Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 )

mungkin keluar nanah berwarna kuning atau hijau) 7).

II.4 Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala, foto rontgen

sinus dan hasil pemeriksaan fisik. Untuk menentukan luas dan beratnya

sinusitis, bisa dilakukan pemeriksaan CT scan. Pada sinusitis

maksilaris, dilakukan pemeriksaan rontgen gigi untuk mengetahui

adanya abses gigi 6).

Tanda khas yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik yaitu

adanya pus di meatus medius. Pada rhinosinusitis akut, mukosa edem

dan hiperemis. Pada anak sering ada pembengkakan dan kemerahan di

daerah kantus medius 6)

II.5 Pengobatan

Tujuan terapi sinusitis ialah untuk mempercepat penyembuhan,

mencegah komplikasi, dan mencegah perubahan menjadi kronis.

Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM ( Kompleks

Osteo Meatal ) sehingga drainase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara

alami 8).

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & MulutFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 5

Page 6: referat sinusitis odontogenik new.doc

Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 )

Bab III

Sinusitis Maksilaris Odontogenik

Sinusitis maksilaris adalah suatu radang pada salah satu rongga udara sekitar

hidung, yaitu pada sinus maksilaris. Sedangkan sinusitis maksilaris odontogenik

adalah sinusitis maksilaris yang terjadi akibat penyebaran infeksi dari gigi ke arah

sinus maksilaris.

III.1. ANATOMI

III.1.1 Anatomi sinus maksilaris dan hubungannya dengan rongga mulut

Diantara 4 sinus paranasal yaitu sinus etmoidalis, sinus

frontalis, sinus sphenoid, dan sinus maksilaris. Sinus maksila

merupakan sinus paranasal yang terbesar. Sinus ini mempunyai

beberapa buah dinding. Dinding anterior adalah permukaan fasial os

maksila, yang disebut fosa kanina, dinding posterior adalah permukaan

infra temporal maksila, dinding medial adalah dinding lateral rongga

hidung, dinding superior adalah dasar orbita dan dinding inferior

adalah prosesus alveolaris dan palatum. Volume sinus maksilaris pada

orang dewasa kurang lebih 15 ml 3).

Dari segi klinis yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus

maksila adalah:

A. Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi pada

rahang atas, yaitu premolar (P1 dan P2) dan molar (M1 dan M2)

dan kadang-kadang juga gigi taring (C) dan gigi molar M3. bahkan

akar-akar gigi tersebut kadang-kadang menonjol ke dalam sinus,

sehingga infeksi dari gigi mudah naik ke atas dan menyebabkan

sinusitis.

B. Sinusitis maksila dapat menyebabkan komplikasi ke orbita.

C. Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus,

sehingga drainase hanya tergantung dari gerak silia, lagipula

drainase juga harus melalui infundibulum yang sempit.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & MulutFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 6

Page 7: referat sinusitis odontogenik new.doc

Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 )

Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan

pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat

menghalangi drainase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan

sinusitis 3).

Gambar 1. Anatomi sinus

(dari : iqbalsandira.blogspot.com/ 2009)

III.1.2 Hubungan sinus maksilaris dengan gigi rahang atas

Pada waktu lahir, sinus maksilaris hanya merupakan ruang

yang kecil di sebelah lateral hidung, lebih tinggi dari dasar hidung.

Selama proses pertumbuhan rongga tersebut semakin melebar. Dengan

dimulainya erupsi gigi geligi, dasar sinus akan mengalami penurunan.

Kurang lebih pada usia 9 tahun dasar sinus menjadi setinggi

dasar hidung. Penurunan tersebut akan terus berlangsung sampai

pertumbuhan gigi permanen yang lengkap pada usia 18-45 tahun. Jadi

tinggi dasar sinus maksilaris terhadap dasar hidung akan bervariasi

sesuai usia.

Sesuai dengan proses turunnya dasar sinus maksila, akar gigi

dan dan dasar sinus akan saling mendekati, kadang-kadang diantara

keduanya hanya dipisahkan oleh tulang yang tipis bahkan hanya

mukosa sinus saja. Pada beberapa kasus, jarak antara apek akar gigi

dan dasar sinus maksila hanya beberapa milimeter saja dan bahkan

akar gigi yang lain menonjol ke dalam mukosa sinus. Nathaniel

Highmore menyatakan bahwa tulang yang membungkus antrum

maksilaris dan memisahkannya dari gigi geligi tebalnya tidak melebihi

kertas pembungkus.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & MulutFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 7

Page 8: referat sinusitis odontogenik new.doc

Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 )

Penyelidikan Patero terhadap 22 tengkorak manusia

menunjukkan angka sebagai berikut :

M2 1,8 mm

M3 2,0 mm

M1 2,5 mm

P2 3,6 mm

P1 5,2 mm

C 6,4 mm

Angka-angka tersebut menguatkan penyelidikan Von Bonsdorf

dan Zuckeerkand yang menemukan urutan jarak apek akar gigi dengan

dasar sinus M2, M1, M3, P2, P1 dan C.

Hubungan rongga mulut dengan sinusitis maksilaris semakin

erat dengan adanya anastomose saluran limfe dari akar gigi, membran

periodontal dan tulang rahang. Karena hubungan yang erat antara sinus

dengan gigi rahang atas tersebut, adanya infeksi pada gigi atas

memungkinkan untuk terjadinya sinusitis maksilaris 10).

III.2 GIGI SEBAGAI FOKUS INFEKSI

III.2.1 Definisi

Pengertian fokus infeksi perlu dibedakan dengan fokal infeksi.

Fokus infeksi adalah daerah lokal jaringan yang terinfeksi oleh

mikroorganisme patogen, biasanya terletak dekat permukaan mukosa

atau kulit. Sedangkan fokal infeksi adalah penyebaran mikroorganisme

ataupun toksinnya yang berasal dari suatu fokus infeksi 1,2) .

III.2.2 Mekanisme Penyebaran Infeksi

Penyebaran kuman atau toksinnya dapat menempuh berbagai

cara. Pertama, mikroorganisme dari suatu fokus infeksi menyebar

melalui darah atau aliran limfe. Kedua, toksin yang diproduksi oleh

mikroorganisme melalui aliran darah atau limfe menuju ke tempat-

tempat yang jauh dan mendorong terjadinya reaksi hipersensitifitas

pada suatu jaringan 1,2).

Terjadinya fokal infeksi ke tempat yang jauh sebenarnya masih

merupakan hipotesa dan mekanismenya masih menjadi perdebatan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & MulutFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 8

Page 9: referat sinusitis odontogenik new.doc

Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 )

para ahli. Banyak faktor lain yang sangat mempengaruhi kemungkinan

terjadinya fokal infeksi, seperti fokus infeksi, daya tahan tubuh

penderita, berat ringannya infeksi, jumlah dan virulensi kuman, sistem

sirkulasi darah dan limfe, faktor pencetus maupun faktor penghambat

lain yang belum dapat diterangkan 1).

Rongga mulut merupakan tempat yang potensial sebagai

sumber terjadinya fokal infeksi. Infeksi daerah mulut, khususnya

infeksi gigi, dapat berasal dari rongga pulpa yang meluas melalui

saluran akar menuju jaringan periapikal, atau dapat berasal dari

jaringan periodontal dan menyebar melalui tulang spongiosa.

Penyebaran ke tempat-tempat lain dari suatu fokus infeksi gigi dapat

menempuh banyak cara, antara lain : 1,2)

- Secara hematogen dan limfogen

- Tertelan ke dalam saluran pencernaan

- Terhirup ke dalam saluran pernafasan

- Perluasan secara langsung

Infeksi odontogenik umumnya bermula dari infeksi periapikal

gigi non vital, hanya sebagian kecil saja yang berasal dari infeksi

jaringan periodontal, atau akibat infeksi sekunder pada tulang. Infeksi

odontogenik dapat berlokasi hanya sekitar apeks gigi, atau menyebar

ke tulang sekitarnya, atau bahkan menembus korteks dan selanjutnya

menyebar ke jaringan lunak sekitarnya, atau pada kasus yang gawat,

proses infeksi dapat sampai ke daerah yang jauh letaknya dari infeksi

primer 3).

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan penyebaran

infeksi odontogenik :

- Jenis dan virulensi kuman penyebab. Beberapa jenis kuman

cenderung menetap pada fokus infeksi primer, sedangkan jenis

lainnya cenderung menyebar secara cepat ke jaringan

sekitarnya.

- Daya tahan penderita. Penderita dengan diabetes mellitus yang

tidak terkontrol, dan penderita dengan efek sistem imunitas

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & MulutFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 9

Page 10: referat sinusitis odontogenik new.doc

Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 )

rendah, maka penyebaran infeksi terjadi lebih cepat dan

ekstensif.

- Faktor anatomi juga sangat mempengaruhi penyebaran dan

perluasan infeksi 3).

III.2.3 Macam Fokus Infeksi Gigi

Infeksi gigi yang memegang peranan penting sebagai fokus

infeksi adalah infeksi-infeksi yang kronis yang biasanya berupa :

A. Pulpitis Kronis

Pulpitis Kronis merupakan suatu peradangan pulpa yang

bersifat kronis akibat invasi kuman atau toksinnya melalui

karies gigi atau kerusakan gigi lainnya.

B. Penyakit Periapikal kronik

Periapikal adalah daerah lokal di sekitar apek akar gigi.

Penyakit periapikal ini dapat merupakan lanjutan dari

pulpitis maupun periodontitis. Penyakit periapikal antara

lain meliputi granuloma periapikal, kista periapikal dan

abses periapikal.

C. Penyakit periodontal kronik

Periodontitis kronik dapat dimulai dengan suatu

gingivitis marginalis. Infeksi secara kronik berjalan ke arah

apikal disertai kerusakan membran periodontal dan resorbsi

procesus alveolaris yang menyebabkan terbentuknya saku

periodontal, dimana eksudat dan pus terkumpul dalam saku

tersebut 11).

III.3 GAMBARAN KLINIS

A. Sinusitis odontogenik akut

Gejala klinis sinusitis odontogenik akut terjadi dalam beberapa hari

dan menunjukkan gejala umum suatu radang akut. Gejala klasik lokal

adalah rasa penuh dibawah mata pada sisi yang terlibat pada gerakan

kepala, ingus yang keluar baunya mirip pus, rasa tidak enak di mulut dan

penyumbatan sisi dari lubang hidung.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & MulutFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 10

Page 11: referat sinusitis odontogenik new.doc

Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 )

Disamping itu sinusitis didahului oleh sakit gigi yang singkat dan

jelas, dan dapat dirasakan sakit tumpul dan menjalar ke rahang atas dan

keluhan sakit saraf dari seluruh bagian wajah. Jarang sekali bengkak pipi

dan pelupuk mata bawah, kedua-duanya termasuk gejala periotitis yang

berasal dari gigi penyebab 3).

B. Sinusitis odontogenik subakut dan kronis

Pada sinusitis subakut dan kronis sering tidak terdapat gejala

radang yang jelas. Dalam menentukan diagnosa harus dipertimbangkan

dulu apakah benar-benar terdapat sinusitis dan selanjutnya apakah berasal

dari odontogenik. Kebanyakan penderita ini menunjukkan sedikit banyak

keluhan jelas, yang khas bagi sinusitis. Dilihat dalam waktu yang lama,

saat-saat gejala klinisnya meningkat dapat menunjukkan adanya

eksasebarsi periodik suatu kronis.

Hampir semua penderita sedikit banyaknya ada gangguan, ada

perasaan sakit yang sedang sampai berat pada separuh bagian wajah, dan

perasaan penuh dibawah mata pada saat membungkuk atau telah lama

mempunyai keluhan sakit kepala, Kadang-kadang terdapat obstruksi nasal,

yang memberikan perasaan pilek yang membandel terhadap pengobatan.

Pada kebanyakan penderita terdapat aliran pus yang berbau busuk dan juga

merasakan perasaan tidak enak pada mulut, yang disebabkan pus dari

nasofarings.

Dimasa lalu hampir semua penderita mengaku pernah menderita

sakit gigi pada gigi penyebabnya, kadang-kadang diiringi dengan bengkak

pada wajah. Pada pemeriksaan intra oral giginya dapat terasa sakit ringan

pada perkusi 3).

III.4 INSIDEN

Beberapa kepustakaan sebagian besar menyebutkan bahwa penyebab

sinusitis maksilaris terutama adalah faktor rinogen. Sedangkan infeksi gigi

bertanggung jawab pada sekitar 8%-20% sinusitis maksilaris. Tetapi penelitian

yang dilakukan oleh ahli bedah mulut dan THT menghasilkan presentase yang

sangat jauh berbeda. Perbedaan hasil penelitian dari para ahli dapat dilihat

dibawah ini : 10,11)

a. Ellis Douek (THT) 10%

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & MulutFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 11

Page 12: referat sinusitis odontogenik new.doc

Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 )

b. Hayek (THT) 8%

c. Para ahli THT jerman 6%

d. Mead (bedah mulut) 75%

Pada penelitian yang dilakukan di poliklinik THT RSUP dr Kariadi

pada tahun 1974-1978 oleh Aswin Rahardja, kasus sinusitis maksilaris karena

ondotogen sebanyak 21,7%. Gigi yang paling banyak menyebabkan infeksi

sinus adalah M2 sebanyak 42,5%, M1 30%, M3 17,5%, P2 7,5%, dan P1 2,5% 10).

Gambar 2. Anatomi Gigi (dari : www. paruliansinaga.files.wordpress.com)

III.5 TERAPI SINUSITIS MAKSILARIS

Tujuan terapi sinusitis ialah untuk mempercepat penyembuhan,

mencegah komplikasi, dan mencegah perubahan menjadi kronis. Prinsip

pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehingga drainase dan ventilasi

sinus-sinus pulih secara alami.

Bila sudah kronis, cara terbaik untuk menangani sinusitis maksila

adalah dengan melakukan operasi. Pengobatan medikamentosa (terapi

konservatif) ditujukan untuk menurunkan faktor predisposisi, mengobati

serangan infeksi berulang, mengurangi edem jaringan sinus, serta

memfasilitasi drainase sekresi sinus.

Terapi sinusitis maksila kronis secara umum dapat dibagi menjadi 3 golongan,

yaitu :

1. Terapi konservatif

2. Terapi radikal dan Non radikalKepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & MulutFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 12

Page 13: referat sinusitis odontogenik new.doc

Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 )

3. Terapi obliteratif

Dikaitkan dengan perubahan mukosa yang dapat timbul, terapi

konservatif diindikasikan pada sinusitis maksila kronis dengan perubahan

mukosa yang reversible sedangkan terapi radikal dan obliteratif diindikasikan

pada sinusitis maksila kronis dengan perubahan mukosa ireversible 12).

III.5.1 Terapi Konservatif

Terapi ini diberikan pada sinusitis maksila kronis dengan

perubahan mukosa yang reversible. Prinsip dari pengobatan ini adalah

upaya untuk memberantas infeksi, menyelenggarakan drainase dan

memperbaiki fungsi silia.

Harapan dari terapi konservatif ini adalah terjadinya regenerasi

dari mukosa sehingga fungsi silia menjadi baik dan drainase serta

aerasi menjadi normal 13). Secara praktis terapi konservatif sinusitis

maksila kronis meliputi :12)

1. Pemakaian Antibiotika

Pemakaian antibiotika sebaiknya didahului dengan pemeriksaan

bakteri, kultur dan tes sensitivitas. Antibiotika diberikan selama 10-

14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang.

2. Pemberian nasal dekongestan

Nasal dekongestan digunakan untuk mencegah/ mengatasi edem

mukosa sehingga ostium akan terbuka dan drainase sinus menjadi

lancar. Cara pemberian obat dapat diminum atau semprotan.

3. Pemberian Antihistamin

Antihistamin pada penderita sinusitis maksila kronik karena alergi

diberikan dalam jumlah besar untuk menghilangkan gejala-gejala

alergi, kecuali bila terjadi efek samping dosisnya dikurangi

4. Pemberian steroid

Pemberian steroid dimaksudkan sebagai anti udem mukosa,

sehingga ostium terbuka dan selanjutnya memperbaiki drainase.

Steroid hendaknya diberikan bersama antibiotika dan jangan pada

penderita anak-anak untuk jangka waktu lama.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & MulutFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 13

Page 14: referat sinusitis odontogenik new.doc

Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 )

5. Pemberian analgesik

Analgesik bersifat simptomatis, mengurangi rasa nyeri

6. Irigasi Antrum

Irigasi antrum merupakan prosedur bedah paling sederhana yang

dianjurkan bagi kasus sinusitis maksila kronis yang telah mendapat

terapi medikasi tetapi tidak sembuh/ mengalami kegagalan.

III.5.2 Terapi Radikal dan Non Radikal

Yang dimaksud terapi radikal di sini adalah operasi Caldwell-

Luc. Indikasi terapi radikal pada sinusitis maksila kronis adalah :

1. Jelas terlihat perubahan mukosa yang ireversibel

2. Perubahan mukosa menunjukkan reversibilitas, tapi dengan terapi

konservatif tidak membawa hasil, atau terapi berhasil tetapi

kambuh lagi.

3. Penyebabnya odontogen

III.5.3 Terapi Obliteratif

Operasi obliterasi, yaitu menghilangkan bangunan sinus sama

sekali, merupakan alternatif terakhir bila terapi radikal gagal atau

mengalami rekurensi. Di sini setelah mukosa sinus diangkat sempurna,

ruang sinus ditimbun dengan lemak yang diambil dari dinding ventral

abdomen.

III.6 TERAPI ODONTOGEN

Sinusitis maksilaris yang dicurigai disebabkan oleh infeksi gigi, sebaiknya

disarankan untuk mengatasi kerusakan gigi terlebih dahulu. Infeksi pada gigi

yang tidak segera ditangani bisa menyebabkan abses dengan penimbunan nanah

karena infeksi bakteri. Abses pada rahang atas inilah yang bila tidak segera

ditangani bisa mengakibatkan sinusitis.

Gigi dengan infeksi saluran akar gigi atau dengan kantong-kantong

periodontal harus diekstraksi sebab kerusakan tulang yang terjadi pada sinusitis

odontogenik akan menyembuh kembali bila fokus infeksi dihilangkan 4)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & MulutFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 14

Page 15: referat sinusitis odontogenik new.doc

Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 )

Bab IV

Ringkasan

Infeksi gigi terutama yang bersifat kronis, dicurigai sebagai infeksi yang dapat

menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menyebabkan infeksi di tempat tersebut.

Salah satu infeksi sekunder yang dapat berasal dari fokus infeksi gigi adalah

infeksi sinus maksilaris karena tempatnya sangat dekat dengan rongga mulut.

Dipandang dari segi anatomisnya, perluasan infeksi dari gigi ke arah sinus tersebut

hingga menyebabkan peradangan berupa sinusitis maksilaris sangat mungkin terjadi

hanya sekitar 8%-20% dari seluruh kasus sinusitis maksilaris, sedangkan penyebab

terbanyak adalah infeksi hidung.

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Jenis gigi yang berfungsi sebagai fokus infeksi berturut-turut dari yang paling

banyak adalah M2, M3, M1, P1 dan P2

2. Diagnosa kelainan gigi yang dapat menyebabkan sinusitis maksilaris antara

lain periodontitis kronik oleh sebab gangren radiks, periodontitis kronik oleh

sebab gangren pulpa, periodontitis marginalis kronik

3. Ekstraksi gigi bermanfaat bagi kesembuhan penderita sinusitis maksilaris

dengan fokus infeksi gigi yang tidak memiliki riwayat penyakit saluran

pernafasan

4. Riwayat penyakit saluran pernafasan menyebabkan kekambuhan pada

penderita sinusitis maksilaris dengan fokus infeksi gigi yang diberikan

tindakan berupa ekstraksi gigi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & MulutFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 15

Page 16: referat sinusitis odontogenik new.doc

Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 )

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams GL, Lawrence R, Boeis, Hillger PH, Boeis : Buku Ajar THT. Alih

Bahasa : Caroline Wijaya. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC 1994.

241 : 4

2. Iskandar HN. Buku Ajar THT Edisi Ketiga Penerbit FK. UI 1998 : 116 :

25

3. Hadimartana L. Pengaruh Infeksi Odontogen Pada Sinus Maksilaris. 2009.

Available at :

http://www.geocities.com/rangkinariwebsite/pengaruh_infeksi.html

4. Rahardja A. Sinusitis Maksilaris Odontogen dalam Kumpulan Karya

Ilmiah. FK UNDIP, Semarang 1997

5. Higer PA. Penyakit Hidung dalam BOIES Buku Ajar Penyakit Tht Edisi 6.

EGC 1997. BAB 12 ; 200 : 239

6. Sinusitis. Available at :

http://thetransferfactorindonesia.com/2009/07/10/sinusitis/

7. Kumpulan artikel tentang Sinusitis. Available at :

http://puskesmassimpangempat.wordpress.com/2009/07/22/kumpulan-

artikel-tentang-sinusitis/

8. Munir, D., dkk, Terapi sinusitis Maksila Kronis. Available at : http://

www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk 155 tht.pdf/.

9. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus Paranasal dalam Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi Keenam

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 2007. Bab V ; 145 :

149

10. Foster TD. Buku Ajar Ortodonsi. Penerbit Buku Kedokteran EGC 1999 :

10 : 2.

11. Daud ME. Infeksi Fokal Gigi dan Kemungkinan Terjadinya Infeksi

Sekunder dalam : Simposium Gigi Sebagai Fokus Infeksi. FK UNDIP

Semarang. 16 : 83.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & MulutFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 16

Page 17: referat sinusitis odontogenik new.doc

Sinusitis Maksilaris Odontogen ik Angeline Barbara ( 406091060 )

12. Mangunkusumo, et al. Sinus Paranasal dalam Buku Ajar Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi 5. Balai Penerbit FK UI

Jakarta. 2007 : 149 : 52

13. Bellenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck. 14th.

Philadelphia : Lea and Febiger Co. 1991. 184-6

14. Damayanti, et al. Kuliah Stomatologi Fakultas Kedokteran Universitas

Tarumanagara Jakarta. 1998

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Gigi & MulutFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 16 Agustus 2010 - 25 september 2010 17