Top Banner
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG REFERAT BRONKITIS Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Radiologi Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Diajukan Kepada : dr. Abu Bakar, Sp.Rad Disusun Oleh : Alaa ‘Ulil Haqiyah H2A009001 Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Radiologi 1
44

referat radiologi bronkitis

Oct 20, 2015

Download

Documents

RADIOLOGI
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: referat radiologi bronkitis

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG

REFERAT BRONKITIS

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Radiologi

Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang

Diajukan Kepada :

dr. Abu Bakar, Sp.Rad

Disusun Oleh :

Alaa ‘Ulil Haqiyah H2A009001

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Radiologi

FAKULTAS KEDOKTERAN – Muhammadiyah Semarang

Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang

PERIODE 17 Februari – 1 Maret 20141

Page 2: referat radiologi bronkitis

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN

ILMU RADIOLOGI

Referat dengan judul :

BRONKITIS

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Departemen Ilmu Radiologi

Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang

Disusun Oleh:

Alaa ‘Ulil Haqiyah H2A009001

Telah Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing:

Nama pembimbing Tanda Tangan Tanggal

dr. Abu Bakar , Sp. Rad ........................... 26 Februari 2014

2

Page 3: referat radiologi bronkitis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 5

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................. 5

1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................... 6

1.3 TUJUAN................................................................................... 6

1.4 MANFAAT............................................................................... 6

BAB II. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI ..................... 7

2.1 ANATOMI SISTEM RESPIRASI........................................... 7

2.2 FISIOLOGI PERNAFASAN.................................................... 10

BAB III. BRONKITIS

3.1 DEFINISI.................................................................................. 16

3.2 KLASIFIKASI.......................................................................... 15

3.3 EPIDEMIOLOGI...................................................................... 16

3.4 MANIFESTASI KLINIS.......................................................... 17

3.5 PATOFISIOLOGI.................................................................... 17

3.6 ETIOLOGI................................................................................ 19

3

Page 4: referat radiologi bronkitis

3.7 PENEGAKAN DIAGNOSIS................................................... 21

3.8 GAMBARAN RADIOLOGIS.................................................. 23

3.9 DIAGNOSIS BANDING.......................................................... 29

BAB 1V. KESIMPULAN.................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 32

4

Page 5: referat radiologi bronkitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bronkitis adalah sebuah kondisi dimana saluran bronkus mengalami inflamasi. Saluran ini

membawa udara ke paru – paru. Orang yang mengalami bronkitis sering menderita batuk

disertai lendir (mukus). Mukus merupakan cairan pelicin pada saluran bronkial. Bronkitis juga

dapat menyebabkan mengi (sebuah siulan atau suara melengking ketika bernapas), nyeri dada

atau ketidaknyamanan, demam, dan sesak napas (1).

Klasifikasi bronkitis terdiri dari bronkitis akut dan bronkitis kronik. Karakter bronkitis akut

ditandai dengan adanya batuk dengan atau tanpa produksi sputum yang berlangsung kurang dari

3 minggu. Bronkitis akut sering terjadi selama masa akut akibat virus seperti influenza. Virus

menyebabkan sekitar 90% kasus bronkitis, dimana bakteri mencapai sekitar 10% (2; 3).

Bronkitis kronik, salah satunya adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

ditandai dengan adanya batuk selama 3 bulan atau lebih pertahun sekurang-kurangnya selama 2

tahun. Bronkitis kronik biasanya berkembang karena cedera yang berulang pada saluran udara

yang disebabkan oleh iritasi zat-zat yang dihirup. Merokok merupakan penyebab paling umum,

diikuti dengan paparan polutan udara seperti sulfur dioksida atau nitrogen dioksida, pajanan

iritasi pernapasan individu yang terpapar asap rokok, iritasi paru-paru kimia, atau

immunocompromised yang memiliki peningkatan resiko mengembankan bronkitis (5).

Bronkitis sangat umum terjadi pada seluruh belahan dunia manapun dan merupakan 5

alasan teratas penyebab seseorang mencari pengobatan medis di negara-negara yang memang

mengumpulkan data mengenai penyakit ini. Tidak ada perbedaan ras terhadap kejadian bronkitis

ini meskipun lebih sering terjadi pada populasi dengan status sosioekonomi rendah dan orang-

orang yang tinggal di daerah urban dan industri.

Hal mengenai insidensi penyakit terkait jenis kelamin, bronkitis lebih sering dialami oleh

pria dibandingkan wanita. Di Amerika Serikat, hingga dua pertiga pria dan seperempat wanita

mengalami bronkitis yang disertai emfisema hingga menyebabkan kematian. Meskipun dapat

ditemukan hampir pada semua usia, bronkitis akut lebih sering didiagnosis pada anak-anak

berumur kurang dari 5 tahun, sementara prevalensi bronkitis kronis lebih sering terjadi pada

5

Page 6: referat radiologi bronkitis

orang tua yang berusia lebih dari 40 tahun. Sementara itu, data epidemiologi di Indonesia itu

sendiri masih sangat minim.

Penegakan diagnosis dari bronkitis ini dapat ditegakkan dari gejala klinis, pemeriksaan

fisik, serta pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi dan laboratorium. Pemeriksaan

radiologi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan untuk

mendiagnosis penyakit ini, yaitu seperti foto thoraks, Computerized Tomography Scanning (CT-

Scan), bronkoskopi dan pemeriksaan radiologi lainnya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis

ingin meninjau lebih jauh mengenai gambaran radiologi pada bronkitis.2

I.2 Rumusan Masalah

• Apakah definisi dan etiologi dari Bronkitis ?

• Bagaimana patologi terjadinya Bronkitis ?

• Bagaimana gambaran klinis dan diagnosis dari Bronkitis ?

• Apa saja pemeriksaan yang mendukung diagnosis Bronkitis ?

• Bagaimana gambaran radiologis pada Bronkitis ?

I.3 Tujuan

Penulisan makalah tinjauan kepustakaan ini bertujuan untuk memberikan informasi

mengenai etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan dan Gambaran Radiologi dari

Bronkitis.

I.4 Manfaat

Hasil dari penulisan tinjauan pustaka ini dapat memberikan informasi mengenai etiologi,

patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan dan Gambaran Radiologi dari Bronkitis. Selain itu,

dapat juga dijadikan sebagai bahan dasar pada penelitian selanjutnya.

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

6

Page 7: referat radiologi bronkitis

2.1 Anatomi Sistem Respirasi

Pernafasan adalah pergerakan oksigen (O2) dari atmosfer menuju sel dan keluarnya

karbondioksida (CO2) dari sel ke udara bebas. Pemakaian O2 dan pengeluaran CO2 diperlukan

untuk menjalankan fungsi normal sel di dalam tubuh; tetapi sebagian besar sel-sel tubuh kita

tidak dapat melakukan pertukaran gas-gas langsung dengan udara karena sel-sel tersebut

letaknya sangat jauh dari tempat pertukaran gas tersebut. Karena itu, sel-sel tersebut memrlukan

struktur tertentu untuk menukar maupun mengangkut gas-gas tersebut(4).

Saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru adalah rongga hidung

(cavum nasi), faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru. Saluran nafas ini terbagi

atas saluran nafas bagian atas dan bawah. Saluran nafas atas terdiri dari rongga hidung (cavum

nasi) dan faring yang terbagi atas nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Sementara itu saluran

nafas bagian bawah terdiri dari laring, yang merupakan batas saluran nafas atas dan bawah,

trakea, bronkus, bronkiolus, serta alveolus yang berada di paru-paru(4).

Gambar 2.1. Anatomi Saluran Pernafasan

Bagian masing-masing dari saluran nafas atas dan bawah ini dijelaskan sebagai berikut(4):

1. Saluran nafas atas4

- Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis

selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat

(kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran

7

Page 8: referat radiologi bronkitis

pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel

kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah

yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Di sebelah belakang rongga hidung

terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choana.

Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang

berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.

- Faring (Tenggorokan)

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,

yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring)

pada bagian belakang.

Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita

suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan

terdengar sebagai suara.

Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan

karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita

akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga

mengakibatkan gangguan kesehatan.

Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga

sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung

(resonansi) untuk suara percakapan.

- Batang Tenggorokan (Trakea)

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan

sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin

tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-

benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.

Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada,

batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru,

cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus.

Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus).

8

Page 9: referat radiologi bronkitis

- Pangkal Tenggorokan (laring)

Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada

diantara orofaring dan trakea, didepan laringofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut

epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.

Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang

cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring

adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara.

Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal

tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan,

katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada

pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru,

misalnya pada waktu kita bicara.

2. Saluran Nafas Bawah4

Pemisah saluran nafas atas dan bawah adalah laring yang kemudian akan menuju trakea,

bronkus, bronkiolus, dan alveolus yang terdapat di paru-paru.

- Trakea

Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin tulang rawan seperti

huruf C. Bagian belakang dihubungkan  oleh membran fibroelastic menempel pada dinding

depan esofagus.

- Bronkus

Merupakan percabangan trakea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini disebut carina.

Bronkus kanan lebih pendek, lebar, dan lebih dekat dengan trakea dibandingkan dengan

bronkus kiri. Bronkus kanan bercabang menjadi lobus superior, medius, dan inferior

sedangkan bronkus kiri terdiri dari lobus superior dan inferior.

- Paru

Merupakan suatu  jalinan atau merupakan suatu     susunan bronkiolus, bronkiolus

terminalis, bronkiolus respiratorius, alveoli, sirkulasi paru, syaraf,      sistem limfatik.

9

Page 10: referat radiologi bronkitis

Gambar 2.2. Anatomi Saluran Nafas Bawah

2.2 Fisiologi Sistem Pernafasan9

Keadaan fisiologi paru seseorang dikatakan normal jika hasil kerja proses ventilasi,

distribusi, perfusi, difusi, serta hubungan antara ventilasi dengan perfusi pada orang tersebut

dalam keadaan normal (jantung dan paru tanpa beban kerja yang berat) menghasilkan tekanan

aerosol gas darah arteri ( PaO2 sekitar 96 mmHg dan PaCO2 sekitar 40 mmHg) yang normal.

Tekanan parsial ini diupayakan dipertahankan tanpa memandang kebutuhan oksigen yang

berbeda, yaitu saat tidur kebutuhan oksigen 100 mL/menit dibandingkan dengan saat ada beban

kerja (exercise) 2000-3000 mL/Menit(6).

Respirasi adalah suatau proses pertukaran gas (pengambilan oksigen dan emilinasi

karbondioksida). Pertukaran gas memerlukan empat proses yang mempunyai ketergantungan

satu sama lain(6) :

1. Proses yang berkaitan dengan volume udara napas dan distribusi ventilasi

2. Proses yang berkaitan dengan volume darah di paru dan distribusi aliran darah

3. Proses yang berkaitan dengan difusi O2 dan CO2

4. Proses yang berkaitan dengan regulasi pernafasan.

10

Page 11: referat radiologi bronkitis

Gambar 2.3. Fisiologi Pernafasan

Secara anatomi sistem respirasi dibagi menjadi bagian atas (nasal caviti, oral cavity,

pharynx, epiglotis, larynx) dan bagian bawah (trachea, bronchus principalis, bronchus lobaris,

bronchus segmentalis, bronchiolus terminalis, bronchiolus respiratorius, alveolus). Terdapat tiga

langkah dalam proses oksigenasi yaitu : ventilasi, perfusi, dan difusi (6; 7).

1. Ventilasi9

Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru. Ventilasi paru mencakup

gerakan dasar atau kegiatan bernafas atau inspirasi dan ekspirasi. Udara yang masuk dan keluar

terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, di mana

pada saat inspirasi tekanan intrapleural lebih negatif (752 mmHg) dari pada tekanan atmosfer

(760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.

Hukum Boyle’s :

Jika volume meningkat maka tekanan menurun

11

Page 12: referat radiologi bronkitis

Jika volume menurun maka tekanan meningkat

a. Inspirasi yang Bersifat Aktif

Selama inspirasi terjadi kontraksi otot diafragma dan intercosta eksterna, hal ini akan

meningkatkan volume intrathorak sehingga akan menurunkan tekanan intratorak dan tekanan

intrapleural semakin negatif. Hal ini membuat paru mengembang dan tekanan intrapulmoner

menjadi semakin negatif sehingga udara masuk ke paru-paru.

b. Ekspirasi yang Bersifat Pasif

Selama ekspirasi terjadi relaksasi otot diafragma dan interkosta eksterna, hal ini akan

menurunkan volume intratorak dan meningkatkan tekanan intratorak. Hal ini menyebabkan

tekanan intrapleural semakin positif dan paru-paru mengempis sehingga tekanan intrapulmonal

menjadi makin positif dan udara keluar dari paru-paru.

ventilasi tergantung pada faktor :

Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas akan menghalangi

masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru.

Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan.

Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru

Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosta, internal

interkosta, otot abdominal.

2. Perfusi paru9

Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, di

mana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari

ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses

pertukaran oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9%

dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah

yang besar sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau

tekanan darah sistemik.

12

Page 13: referat radiologi bronkitis

Adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan ventilasi dan perfusi.

Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ventilasi alveolar (volume tidal = V) sekitar 4,0

lt/menit, sedangkan aliran darah kapiler pulmonal (Q) sekitar 5,0 lt/menit, sehingga rasio

ventilasi dan perfusi adalah :

Alveolar ventilasi (V) = 4,0 lt/mnt = 0,8

Aliran darah kapiler pulmonar(Q) 5,0 lt/mnt

Besarnya rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran gas. Misalnya jika ada

penurunan ventilasi karena sebab tertentu maka rasio V/Q akan menurun sehingga darah yang

mengalir ke alveolus kurang mendapatkan oksigen. Demikian halnya dengan jika perfusi kapiler

terganggu sedangkan ventilasinya adekuat maka terjadi penigkatan V/Q sehingga daya angkut

oksigen juga akan rendah.

3. Difusi9

Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi

rendah. Oksigen terus menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan

karbondioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi udara respirasi terjadi

antara alveolus dengan membran kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan

mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg

sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi

masuk dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg

sedangkan alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.9

13

Page 14: referat radiologi bronkitis

BAB III

BRONKITIS

3.1 Definisi Bronkitis

Bronkitis adalah penyakit respiratorius di mana membran mukosa pada jalur bronkus di

paru-paru mengalami inflamasi. Karena mukosa bronkus tersebut membengkak (edema) dan

menebal sehingga akan mempersempit saluran nafas yang menuju paru-paru. Hal ini dilihat dari

gejala batuk yang diikuti pengeluaran dahak dan dapat juga disertai keluahn lainnya seperti sesak

nafas. Bentuk dari penyakit ini terdiri dari 2 bentuk, yaitu bronkitis akut (berlangsung kurang

dari 3 minggu) dan bronkitis kronik yang frekuensinya hilang timbul selama periode lebih dari 2

tahun(7).

3.2 Klasifikasi

1. Bronkitis Akut

14

Page 15: referat radiologi bronkitis

Bronkitis akut biasanya terjadi dalam waktu yang cepat (kurang dari 3 minggu) dan membaik

dalam beberapa minggu. Bentuk dari bronkitis akut ini sering menyebabkan serangan batuk dan

produksi sputum yang dapat juga disertai oleh infeksi saluran nafas atas. Dalam beberapa kasus,

virus merupakan penyebab tersering infeksi walaupun terkadang bakteri juga dapat

menyebabkannya. Jika kondisi seseorang tersebut baik, maka proses peradangan membran

mukosa tersebut akan pulih dalam beberapa hari(7;9).

2. Bronkitis Kronik

Secara klinis didefinisikan sebagai batuk harian dengan produksi sputum selama paling

kurang selama 3 bulan dalam periode waktu 2 tahun. Bronkitis kronik ini merupakan gangguan

jangka panjang yang serius yang sering membutuhkan pengobatan medis secara teratur. Pada

bronkitis kronis terdapat inflamasi dan pembengkakan pada dinding lumen saluran nafas yang

menyebabkan penyempitan dan obstruksi jalur udara yang masuk. Inflamsi ini akan merangsang

produksi mukus di mana menyebabkan obstruksi saluran nafas yang lebih berat lagi dan akan

meningkatkan resiko infeksi oleh bakteri pada paru-paru(5,3)

3.3 Epidemiologi

Di Indonesia belum ada data mengenai prevalensi penyakit bronkitis. Sebagai pembanding,

berdasarkan estimasi dari National Center for Health Statistics tahun 2006 di Amerika Serikat,

terdapat sekitar 9,5 juta orang atau 4% dari jumlah populasinya didiagnosis mengalami bronkitis

kronik. Data statistik ini masih di bawah taksiran dari prevalensi penyakit paru obstruktif kronik

(PPOK) yaitu sebesar 50%. Hal ini dikarenakan tidak tercatatnya laporan gejala dan kondisi

bronkitis ini masih belum terdiagnosis(1,2).

Overdiagnosis terhadap bronkitis kronik sebaiknya perlu dilakukan oleh para klinisi.

Bagaimanapun juga istilah bronkitis sering dianggap sebagai peradangan paru yang tidak

spesifik serta gejala batuk yang dialami bersifat self-limiting atau sembuh sendiri sehingga

kriteria diagnosisnya tidak ditemukan dan menyebabkan insidensinya terus meningkat(7).

Dalam sebuah studi, bronkitis akut diderita oleh 44 dari 1000 orang dewasa setiap

tahunnya, dan 82% episodenya terjadi pada musim gugur atau dingin. Perbandingannya yaitu 91

15

Page 16: referat radiologi bronkitis

juta kasus influenza, 66 juta kasus deman flu biasa, dan 31 juta kasus dengan infeksi saluran

nafas atas lainnya yang terjadi pada tahun itu(3).

. Bronkitis akut sangat umum terjadi pada seluruh belahan dunia manapun dan merupakan

5 alasan teratas penyebab seseorang mencari pengobatan medis di negara-negara yang memang

mengumpulkan data mengenai penyakit ini. Tidak ada perbedaan ras terhadap kejadian bronkitis

ini meskipun lebih sering terjadi pada populasi dengan status sosioekonomi rendah dan orang-

orang yang tinggal di daerah urban dan industri(8.7)

Hal mengenai insidensi penyakit terkait jenis kelamin, bronkitis lebih sering dialami oleh

pria dibandingkan wanita. Di Amerika Serikat, hingga dua pertiga pria dan seperempat wanita

mengalami emfisema hingga menyebabkan kematian. Meskipun dapat ditemukan hampir pada

semua usia, bronkitis akut lebih sering didiagnosa pada anak-anak berumur kurang dari 5 tahun,

sementara prevalensi bronkitis kronis lebih sering terjadi pada orang tua yang berusia lebih dari

50 tahun. Sementara itu, data epidemiologi di Indonesia itu sendiri masih sangat minim(5,6).

3.4 Manifestasi Klinis

Batuk merupakan gejala klinis yang sering diamati. Bronkitis akut mungkin akan sulit

dibedakan dari infeksi saluran nafas atas lainnya pada beberapa hari pertama. Meskipun

demikian, jika batuk berlangsung lebih dari 5 hari maka bisa diarahkan sebagai penyakit

bronkitis akut(2,6).

Pasien dengan bronkitis akut, dapat biasanya dapat terjadi selama lebih dari 10-20 hari.

Produksi sputum hampir dialami pada seluruh orang yang mengeluhkan batuk akibat bronkitis

akut ini. Warna sputum biasanya jernih, kuning, hijau, atau bahkan seperti seperti warna darah.

Sputum purulen dilaporkan pada 50% orang dengan bronkitis akut. Perubahan warna sputum

dikarenakan pelepasan peroksidase oleh leukosit dalam sputum. Karena itulah, warna sputum

tidak dapat menjasi indikator terhadap adanya infeksi bakteri. (1,2)

Demam bukan merupakan tanda khas dan biasanya ketika disertai dengan batuk akan lebih

mengarah pada influenza ataupun pneumonia. Mual, muntah, dan diare jarang dikeluhkan. Kasus

yang berat mungkin akan menyebabkan malaise dan nyeri dada. Ketika keluhan berat hingga

mengenai trakea, gejala dengan sensasi terbakar pada daerah substernal akan dirasakan dan nyeri

dada berhubungan pada saat batuk serta proses bernafas.

16

Page 17: referat radiologi bronkitis

Sesak nafas dan sianosis tidak teramati pada penyakit bronkitis ini kecuali pasien memiliki

penyakit paru obstruktif kronik ataupun kondisi lainnya yang mengganggu fungsi paru. Gejala

lain dari bronnkitis akut ini meliputi nyeri tenggorokan, hidung berair atau tersumbat, nyeri

kepala, nyeri otot dan kelelahan.

3.5 Patofisiologi8

Selama episode bronkitis akut, jaringan yang melapisi lumen bronkus megalami iritasi dan

membran mukosa menjadi hiperemis dan edema sehingga mengganggu fungsi mukosiliar

bronkus. Akibatnya, saluran nafas menjadi menjadi sempit akibat debris dan proses inflamasi.

Respon akibat produksi mukus yang banyak ini akhirnya ditandai dengan batuk produktif.8

Dalam kasus pneumonia mycoplasma, iritasi bronkus menyebabkan perlekatan organisme

(Mycoplasma pneumonia) pada mukosa saluran respirasi yang akan membuat sekresi mukosa

semakin kental. Bronkitis akut biasanya berlangsung kurang lebih 10 hari. Jika inflamasinya

terus berlajut ke bawah hingga ujung cabang bronkus, bronkiolus dan kantung alveolus, maka

akan menyebabkan bronkopneumonia.

Bronkitis kronik dihubungkan dengan produksi mukus yang berlebihan sehingga

menyebabkan batuk berdahak selama lebih dari 3 bulan atau lebih dalam periode waktu minimal

2 tahun. Epitel alveoli merupakan target maupun tempat awal inflamasi pada bronkitis kronik.

Infiltrasi netrofil dan distribusi perubahan jaringan fibrotik peribronkial disebabkan oleh

aktivitas dari interleukin 8 (IL-8), colony-stimulating factors, dan kemotaktik serta sitokin

proinflamatori lainnya. Sel epitel saluran nafas akan melepaskan mediator inflamasi ini sebagai

respon terhadap toksin, agen infeksi, dan stimulus inflamasi lainnya serta untuk mengurangi

pelepasan produk regulasi seperti angiotensin-converting enzim ataupun endopeptidase.

Bronkitis kronik dapat dikatagorikan sebagai bronkitis kronik sederhana, bronkitis

mukopurulen kronik, ataupun bronkitis kronik yang disertai obstruksi. Produksi sputum

(industri) menandakan adanya bronkitis kronik sederhana. Produksi sputum purulen yang

persisten ataupun berulang tanpa adanya penyakit supuratif lokal seperti bronkiektasis,

menunjukkan adanya bronkitis mukopurulen kronik.

Bronkitis kronik dengan obstruksi harus dibedakan dengan asma. Perbedaannya dibedakan

berdasarkan riwayat penyakit di mana pasien yang dikatakan mengalami bronkitis kronik dengan

obstruksi memilki riwayat batuk produktif yang lama dan onset mengi (wheezing) yang

17

Page 18: referat radiologi bronkitis

munculnya belakangan, sementara pasien yang memiliki asma dengan obstruksi kronik lebih

dulu mengalami mengi (wheezing) dibandingkan batuk produktif(9).

Bronkitis kronik dapat terjadi akibat serangan dari bronkitis akut berulang atau dapat juga

muncul perlahan-lahan karena merokok berat atau inhalasi dari udara yang terkontaminasi oleh

polutan di lingkungan. Jika orang tersebut lebih sering batuk daripada biasanya, kemungkinan

lapisan bronkus yang menghasilkan lendir (mukus) sudah mengalami penebalan dan

penyempitan saluran nafas yang menyebabkan sulit untuk bernafas. Karena fungsi silia untuk

menyaring udara bersih dari zat iritan dan benda asing terganggu, saluran bronkus akan

cenderung mengalami infeksi lebih jauh hingga menyebabkan kerusakan jaringan9.

Gambar 2.4. Proses Peradangan pada Bronkitis

3.6 Etiologi

1. Infeksi Virus, Bakteri, dan Mikroorganisme lain pada Bronkitis Akut

Bronkitis akut biasanya disebabkan oleh infeksi seperti spesies jamur (Mycoplasma),

Clamydia pneumonia, Streptococcus pneumonia, Moraxella catarrhalis. dan Haemophilus

influenza serta virus seperti influenza, adenovirus, rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV),

virus influenza tipe A dan B, virus parainfluenza, dan Coxsackie virus. Paparan zat iritan seperti

polusi, zat kimia, dan rokok tembakau dapat juga menyebabkan iritasi bronkus akut(3,4).

18

Page 19: referat radiologi bronkitis

Bordetella pertussis harus dipertimbangkan sebagai agen penyebab bronkitis akut pada

anak-anak yang tidak mendapatkan vaksinasi secara lengkap meskipun studi terbaru melaporkan

bahwa bakteri ini juga dapat menjadi agen penyebab pada orang dewasa.

2. Penyebab Bronkitis Kronik

Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkhitis, yaitu : rokok, infeksi

dan polusi. Selain   itu terdapat pula hubungannya dengan faktor keturunan dan status social.

a. Rokok

Merokok merupakan faktor predisposisi yang meyebabkan bronkitis kronik. Faktor resiko

umum terhadap eksaserbasi akut dari bronkitis kronik adalah meningkatnya usia dan

berkurangnya Volume Ekspirasi Paksa (VEP). Sebanyal 70-80% ekserbasi akut dari bronkitis

kronis diperkirakan akibat infeksi pernafasan.

Merokok diperkirakan menyumbang 85-90% kasus dari bronkitis dan PPOK. Studi

menunjukkan bahwa merokok dapat mengganggu pergerakan silia, menghambat fungsi

makrofag alveolar, dan meyebabkan hipertrofi dan hiperplasia dari glandula pensekresi mukus.

Merokok juga dapat meningkatkan resistensi saluran nafas melalui jalur vagal yang dimediasi

oleh konstriksi otot polos.

b. Infeksi

Eksasebasi bronkhitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian

menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Haemophilus

influenza dan Streptococcus pneumoniae

c. Polusi

Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah

merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronkitis adalah zat-zat

pereduksi O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.

d. Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada

penderita defesiensi alfa -1- antitripsin yang merupakan suatu masalah dimana kelainan ini

19

Page 20: referat radiologi bronkitis

diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering

dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.

e. Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronkhitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah,

mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih buruk.

3.7 Penegakan Diangnosis

3.7.1 Anamnesis

Anamnesis bertujuan untuk mendapatksan gejala sebagai berikut:

a. Batuk berdahak.

Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya pasien

mengalami batuk produktif di pagi hari dan tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan

mengeluarkan dahak berwarna putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau

mukopurulen.

b. Sesak nafas

Bila timbul infeksi, sesak napas semakin lama semakin hebat. Terutama pada

musim dimana udara dingin dan berkabut.

c. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu).

d. Wheezing (mengi).

Saluran napas menyempit dan selama bertahun-tahun terjadi sesak progresif lambat

disertai mengi yang semakin hebat pada episode infeksi akut

e. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir berwarna kemerahan.

Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung

meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.

Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam

tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu

3.7.2 Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik bisa di dapatkan:

20

Page 21: referat radiologi bronkitis

a. Bila ada keluhan sesak, akan terdengar ronki pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai

bising mengi.

b. Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shape chest (diameter anteroposterior dada

meningkat).

c. Iga lebih horizontal dan sudut subkostal bertambah.

d. Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah, pekak

jantung berkurang.

e. Pada pembesaran jantung kanan, akan terlihat pulsasi di dada kiri bawah di pinggir sternum.

f. Pada kor pulmonal terdapat tanda-tanda payah jantung kanan dengan peninggian tekanan

vena, hepatomegali, refluks hepato jugular dan edema kaki

3.7.3 Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang yang mendukung diangnosis adalah sebagai berikut:

1. Cultures dan Staining.

Mendapatkan kultur sekresi pernapasan untuk virus influenza, Mycoplasma pneumoniae,

dan Bordetella pertussis ketika organisme ini diduga. Metode kultur dan tes

imunofluoresensi telah dikembangkan untuk diagnosis laboratorium pneumoniae infection

dengan mendapatkan usap tenggorokan. Kultur dan gram stainning dari dahak sering

dilakukan, meskipun tes ini biasanya tidak menunjukkan pertumbuhan atau flora saluran

pernapasan normal. Kultur darah dapat membantu jika superinfeksi bakteri dicurigai.

2. Kadar Procalcitonin. 

Kadar  procalcitonin mungkin berguna untuk membedakan infeksi bakteri dari infeksi

nonbakterial. Penelitian telah menunjukkan bahwa tes tersebut dapat membantu terapi

panduan dan mengurangi penggunaan antibiotik

3.  Sitologi sputum. Sitologi sputum dapat membantu jika batuk persisten.

4.  Radiografi Dada. 

Radiografi dada harus dilakukan bagi pasien yang fisik temuan pemeriksaan

menunjukkan pneumonia. Pasien tua mungkin tidak memiliki tanda-tanda pneumonia,

karena itu, radiografi dada dapat dibenarkan pada pasien, bahkan tanpa tanda-tanda klinis

lain infeksi. Pemeriksaan radiologi Ada hal yang perlu diperhatikan yaitu adanya tubular

21

Page 22: referat radiologi bronkitis

shadow berupa bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apeks paru dan

corakan paru yang bertambah ataupun tramline shadow yang menunjukkan adanya

penebalan dinding bronkus.

5.  Bronkoskopi.

Bronkoskopi mungkin diperlukan untuk menyingkirkan adanya aspirasi benda

asing, tuberkulosis, tumor, dan penyakit kronis lainnya dari pohon trakeobronkial dan

paru-paru.

6.  Tes Influenza.

Tes influenza mungkin berguna. Tes serologi tambahan, seperti bahwa untuk

pneumonia atipikal, tidak ditunjukkan.

7.  Spirometri. 

Spirometri mungkin berguna karena pasien dengan bronkitis akut sering memiliki

bronkospasme signifikan, dengan penurunan besar dalam volume ekspirasi paksa dalam

satu detik (FEV1). Ini biasanya menyelesaikan lebih 4-6 minggu.

8.  Laringoskopi. 

Laringoskopi dapat mengecualikan epiglotitis.

9.  Temuan histologis.

Sel piala hiperplasia, sel-sel inflamasi mukosa dan submukosa, edema, fibrosis

peribronchial, busi lendir intraluminal, dan otot polos peningkatan temuan karakteristik di

saluran udara kecil pada penyakit paru obstruktif kronis.

3.8 Gambaran radiologi pada bronkitis7

1. Bronkitis akut

Radang akut bronkus berhubungan dengan infeksi saluran nafas bagian atas. Penyakit ini

biasanya tidak hebat dan tidak ditemukan komplikasi. Juga tidak terdapat gambaran roentgen

yang positif pada keadaan ini. Tetapi foto roentgen berguna jika ada komplikasi pneumonitis

pada penderita dengan infeksi akut saluran nafas. Gejala biasanya hebat.

2. Bronkitis kronik

Penyakit bronkitis kronik tidak selalu memperlihatkan gambaran khas pada foto thoraks.

Acapkali berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorik sudah dapat ditegakkan diagnosisnya.

22

Page 23: referat radiologi bronkitis

Pada foto hanya tampak corakan yang ramai di bagian basal paru. Gambaran radiogram bronkitis

kronik hanya memperlihatkan perubahan yang minimal dan biasanya tidak spesifik. Kadang-

kadang tampak corakan peribronkial yang bertambah di basis paru oleh penebalan dinding

bronkus dan peribronkus. Corakan yang ramai di basal paru ini dapat merupakan variasi normal

foto thoraks. Tidak ada kriteria yang pasti untuk menegakkan diagnosis bronkitis kronik pada

foto thoraks biasa. Penyakit ini disebabkan oleh bermacam-macam etiologi, misalnya asma,

infeksi, dan lain-lain(2).

Infeksi merupakan penyebab kedua tersering terjadinya bronkitis kronik. Infeksi ini dapat

spesifik maupun tidak spesifik. Penyakit bronkitis kronik dan emfisema ternyata selalu

berhubungan dengan bronkitis asma oleh adanya spasme bronkus(2).

Cor pulmonale kronik umumnya disebabkan oleh penyumbatan emfisema paru yang

kronik dan sering ditemukan pada bronkitis asma kronik(2).

Bronkitis kronik secara radiologik dibagi dalam 3 golongan, yaitu: ringan, sedang, dan

berat. Pada golongan yang ringan ditemukan corakan paru yang ramai di bagian basal paru. Pada

golongan yang sedang, selain corakan paru yang ramai, juga terdapat emfisema dan kadang-

kadang disertai bronkiektasis di pericardial kanan dan kiri, sedangkan golongan yang berat

ditemukan hal-hal tersebut di atas dan disertai cor pulmonale sebagai komplikasi bronkitis

kronik(2).

Beberapa gambaran radiologi bronkitis dapat diperlihatkan sebagai berikut:

1. Thorak

Terdapat sekitar 50% penderita bronchitis kronik memiliki gambaran roentgen thoraks

normal. Jika terdapat abnormalitas pada foto thoraks, biasanya tanda yang ditemukan adalah

akibat adanya emfisema, superimpos infeksi ataupun kemungkinan terjadinya bronkiektasis.

Gambaran radiologi yang mendukung adanya bronchitis kronik adalah dengan

ditemukannya gambaran “dirty chest”. Hal ini ditandai dengan terlihatnya corakan

bronkovaskular yang ramai. Gambaran opasitas yang kecil mungkin akan terlihat pada semua

tempat di seluruh lapangan paru namum penilaian gambaran ini bersifat subjektif. Terdapat

beberapa korelasi antara bronchitis kronik dengan adanya edema perivascular dan peribronkial,

inflamasi kronik dan fibrosis. Jika gambaran ini terlihat jelas, dengan beberapa bayangan linear

23

Page 24: referat radiologi bronkitis

dan opasitas nodular yang berat, maka gambarannya akan mirip dengan fibrosis interstisial,

limfangitis karsinoma, maupun bronkiektasis.

Gambaran tramline maupun tubular shadow yang tipis lebih mengarah pada bronkiektasis

namun gambaran ini dapat dialami oleh penderita bronchitis kronik. Opasitas ini berhuubungan

dengan hilus dan kejelasannya akan didemonstrasikan dengan tomografi. Namun sekali lagi,

penyakit ini hanya bersifat mengarahkan dan bukan mejadi prosedur diagnostik.

- Gambaran Dirty chest. Karena terjadi infeksi berulang yang disertai terbentuknya jaringan

fibrotik pada bronkus dan percabangannya, maka corakan bronkovaskular akan terlihat ramai

dan konturnya irregular. Ini merupakan tanda khas bronkitis kronik yang paling sering

ditemukan pada foto thoraks(3).

Gambar 2.5. Dirty chest yang menunjukkan adanya corakan bronkuvaskular yang ramai

hingga menuju percabangan perifer di paru

- Gambaran Tubular Shadow menunjukkan adanya bayangan garis-garis yang paralel keluar

dari hilus menuju basal paru dari corakan paru yang bertambah

24

Page 25: referat radiologi bronkitis

Gambar 2.6. Adanya gambaran tubular shadow pada bronkitis kronik

- Gambaran berupa tramline shadow berupa garis parallel akibat penebalan dinding bronkus

yang juga menjadi gambaran khas bronkiektasis.

Gambar 2.7. Tramline appearance terlihat sepanjang pinggiran bayangan jantung

- Struktur bronkovaskular yang irreguler

25

Page 26: referat radiologi bronkitis

Gambar 2.8. Sisi lapangan paru kiri atas yang diperbesar menunjukkan struktur bronkovaskuler

yang irregular dengan diameter yang bervariasi.

Gambar 2.9. Menunjukkan foto thoraks yang diperbesar dari bagian kiri paru. Garis yang

membujur secara kranio-kaudal adalah batas medial skapula. Anak panah menunjukkan pola

stuktur bronkovaskular dengan pola irregular.

- Corakan bronkovaskular ramai disertai emfisema

26

Page 27: referat radiologi bronkitis

Gambar 2.10 Foto thoraks laki-laki yang memilki riwayat merokok lama. Terlihat adanya

corakan bronkovaskular ramai disertai emfisema. Volume paru tampak membesar, sela iga

melebar, dan difragma mendatar.

2. Computed tomography (CT) scan

- Gambaran tremline shadow appearance berupa garis paralel sejajar akibat penebalan dinding

bronkus dan dilatasi bronkus ringan akibat peradangan bronkus.

27

Page 28: referat radiologi bronkitis

Gambar 2.11. Terlihat adanya tramline appearance

- Penebalan dinding bronkus akibat bronkitis kronis berdasarkan gambaran Computed

Tomography (CT) scan juga terlihat pada panah merah dan lendir di dalam bronkus pada

panah kuning berikut:

Gambar 2.12. Gambaran CT-Scan Thoraks Bronkitis Kronik

3.9 Diagnosis Banding

Beberapa penyakit yang perlu diingat atau dipertimbangkan kalau kita berhadapan dengan

pasien bronkitis3 :

· Tuberkulosis paru ( penyakit ini dapat disertai kelainan anatomis paru berupa bronkitis )

· Abses paru ( terutama bila telah ada hubungan dengan bronkus besar )

· Penyakit paru penyebab hemoptosis misalnya karsinoma paru)

· Fistula bronkopleural dengan emfisema

Namun berdasarkan kemiripan gambaran radiologi, bronkiektasis dapat menjadi

diagnosis banding dari bronkitis kronik ini. Gambaran khas bronkiektasis yang berupa tramline

shadow pada foto thoraks juga dapat ditemukan pada bronkitis kronik.

28

Page 29: referat radiologi bronkitis

Gambar 2.13. Terlihat gambaran foto CT-Scan dan thoraks bronkiektasis. Gambaran tramline

appearance tampak pada foto thoraks.

2.14 Gambaran tuberkulosis paru primer yang menunjukkan adanya penebalan hilus

29

Page 30: referat radiologi bronkitis

Gambar 2.15. Karsinoma Bronkus. Tampak tumor primer pada hilus kiri. Nodul pada soft tissue

merupakan proses metastasis.

BAB IV

KESIMPULAN

Bronkitis merupakan suatu penyakit yang sering terjadi dan merupakan lima alasan teratas

seseorang mencari pengobatan medis. Bronkitis terbagi atas bronkitis akut dan bronkitis kronik.

Gambaran radiologi yang khas pada bronkitis akut jarang ditemukan sementara pada bronkitis

kronik hanya memperlihatkan perubahan yang minimal dan biasanya tidak spesifik. Namun pada

beberapa kasus tamapak adanya corakan bronkovaskular yang ramai sehingga terlihat seperti

dirty chest, adanya gambaran tubular shadow dan tramline appearance yang berasal dari hilus

paru. Penegakan diagnosis bronkitis dengan pemeriksaan radiologi sudah cukup baik di dapatkan

dari foto thoraks konvensional dan juga CT- Scan.

30

Page 31: referat radiologi bronkitis

DAFTAR PUSTAKA

1. NHLBI. National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI). [Online] 2009. [Cited:

februari 25, 2014.] http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/brnchi/.

2. Kumar, vinay, Abul K. Abbas, Nelson Fausto, Richard N and Mitchell. The Lung

Robbins Basic Pathology. 8. Philadelphia : Saunders Elsevier, 2007.

3. Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi Corwin. 3. Jakarta : EGC, 2009.

4. Snell Richard. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Penerbit: EGC.

Jakarta . 2006.

5. Sethi S, Murphy TF. Infection in the pathogenesis and course of chronic obstructive

pulmonary disease. N Engl J Med. Nov 27 2008;359(22):2355-65. [Medline].

6. Speizer FE. Occupational exposures and pulmonary disease. In: Braunwald E, Fauci AS,

Kasper DL (editors). Harrison's principles of internal medicine. 15th edition.

McGraw-Hill Education, New York, NY; 2001.31

Page 32: referat radiologi bronkitis

7. Rasad, Sjahriar & Iwan Ekayuda. 2011. Radiologi Diagnostik. Jakarta: FK-UI

8. Sylvia A Price, Lorraine M Wilson. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Edisi 6 volume 1. Jakarta: EGC.

9. Guyton and Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9: Insufisiensi Pernapasan.

Jakarta : EGC.

32