Top Banner
PENDAHULUAN Abses paru adalah lesi paru berupa supurasi dan nekrosis jaringan. Pada daerah abses, terdapat suatu daerah lokal nekrosis supurativa di dalam parenkim paru, yang menyebabkan terbentuknya satu atau lebih kavitas yang besar. Kemajuan ilmu kedokteran saat ini menyebabkan kejadian abses paru menurun karena adanya perbaikan risiko terjadinya abses paru seperti teknik operasi dan anastesi yang lebih baik dan penggunaan antibiotik lebih dini, kecuali pada kondisi-kondisi yang memudahkan untuk terjadinya aspirasi dan pada populasi dengan daya tahan tubuh yang menurun (immunocompromised). Ada beberapa kondisi yang menyebabkan atau mendorong terjadinya abses paru. Beberapa penelitian menyimpulkan beberapa faktor terkait pendorong terjadinya abses paru, diantaranya para pecandu alkohol, penderita karies gigi, aspirasi saluran pernafasan sampai kelainan saluran pernafasan. Kuman atau bakteri penyebab terjadinya abses paru bervariasi. 46% abses paru disebabkan hanya oleh bakteri anaerob, sedangkan 43% campuran bakteri anaerob dan aerob. Kemudian pada anak-anak ditemukan faktor predisposisi dari abses paru dapat disebabkan oleh infeksi berat hingga imunodefisiensi. Untuk melihat lokasi dan bentuk lesi maka dilakukan pemeriksaan radiologik sebagai pemeriksaan penunjang abses paru. Pemeriksaan radiologik yang akan digunakan antara lain Foto polos, Computed Tomography (CT),dan Ultrasonografi (USG). Pada pemeriksaan foto polos sangat membantu untuk melihat lokasi lesi dan bentuk abses paru. Sedangkan pada CT
24

Referat Radiologi Abses Paru f

Aug 05, 2015

Download

Documents

Crista
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Referat Radiologi Abses Paru f

PENDAHULUAN

Abses paru adalah lesi paru berupa supurasi dan nekrosis jaringan.

Pada daerah abses, terdapat suatu daerah lokal nekrosis supurativa di

dalam parenkim paru, yang menyebabkan terbentuknya satu atau

lebih kavitas yang besar. Kemajuan ilmu kedokteran saat ini

menyebabkan kejadian abses paru menurun karena adanya perbaikan

risiko terjadinya abses paru seperti teknik operasi dan anastesi yang

lebih baik dan penggunaan antibiotik lebih dini, kecuali pada kondisi-

kondisi yang memudahkan untuk terjadinya aspirasi dan pada populasi

dengan daya tahan tubuh yang menurun (immunocompromised).

Ada beberapa kondisi yang menyebabkan atau mendorong

terjadinya abses paru. Beberapa penelitian menyimpulkan beberapa faktor

terkait pendorong terjadinya abses paru, diantaranya para pecandu

alkohol, penderita karies gigi, aspirasi saluran pernafasan sampai

kelainan saluran pernafasan. Kuman atau bakteri penyebab terjadinya

abses paru bervariasi. 46% abses paru disebabkan hanya oleh bakteri

anaerob, sedangkan 43% campuran bakteri anaerob dan aerob. Kemudian

pada anak-anak ditemukan faktor predisposisi dari abses paru dapat

disebabkan oleh infeksi berat hingga imunodefisiensi.

Untuk melihat lokasi dan bentuk lesi maka dilakukan

pemeriksaan radiologik sebagai pemeriksaan penunjang abses paru.

Pemeriksaan radiologik yang akan digunakan antara lain Foto polos,

Computed Tomography (CT),dan Ultrasonografi (USG). Pada pemeriksaan

foto polos sangat membantu untuk melihat lokasi lesi dan bentuk abses

paru. Sedangkan pada CT dapat menunjukkan lesi yang tidak terlihat

pada pemeriksaan foto polos dan dapat membantu menentukan lokasi

dinding dalam dan luar kavitas abses. Pemeriksaan radiologik lain seperti

ultrasonografi (USG) juga dapat menentukan diagnosis meskipun jarang

digunakan.

Dalam penatalaksanaan abses paru, antibiotik tunggal tidak

menghasilkan hasil yang memuaskan kecuali pus bisa di drainase dari

kavitas abses. Pada kebanyakan pasien, drainase spontan terjadi melalui

Page 2: Referat Radiologi Abses Paru f

cabang bronkus, dengan produksi sputum purulen. Hal ini mungkin terbantu

melalui drainase postural.

Abses paru masih merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas

yang signifikan. Angka kematian abses paru berkisar antara 15-20%

merupakan penurunan bila dibandingkan dengan era pre antibiotika yang

berkisar antara 30- 40%.

Page 3: Referat Radiologi Abses Paru f

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru

yang terlokalisir dengan proses supurasi sehingga membentuk kavitas yang berisi

pus dalam parenkim paru pada satu lobus atau lebih.1 Kavitas ini berisi material

purulen sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses terinfeksi. Bila

diameter kavitas < 2 cm dan jumlahnya banyak (multiple small abscesses)

dinamakan necrotizing pneumonia.(3)

Gambar 1. Abses Paru.

EPIDEMIOLOGI

1. Faktor Predisposisi

Ada beberapa kondisi yang menyebabkan atau mendorong terjadinya abses

paru. Beberapa penelitian menyimpulkan beberapa faktor terkait, diantaranya:

a. Alkoholik (50%)

b. Ca Bronkogenik (25%)

c. Karies gigi (20%)

d. Miscellaneous (tidak teridentifikasi) 23,3%

e. Penyalahgunaan obat (cth : steroid) 3,3%

f. Epilepsi (6,6%)

Penelitian terdahulu menemukan adanya infeksi pada pasien abses paru. Dari

hasil kultur sputum didapatkan adanya infeksi staphylococcus (46,%),

klebsiella (26,6%), D. pneumonia (16,6%) dan E.coli (10%).

Page 4: Referat Radiologi Abses Paru f

Penelitian lain melaporkan beberapa faktor predisposisi abses paru yang

terjadi pada anak-anak, paling banyak disebabkan oleh aspirasi pada daerah

orofaring.

ETIOLOGI

Kuman atau bakteri penyebab terjadinya abses paru bervariasi. 46% abses

paru disebabkan hanya oleh bakteri anaerob, sedangkan 43% campuran bakteri

anaerob dan aerob. Disebut abses primer apabila infeksi diakibatkan aspirasi atau

pneumonia yang terjadi pada orang normal, sedangkan abses sekunder apabila

infeksi terjadi pada orang yang sebelumnya sudah mempunyai kondisi seperti

obstruksi, bronkektasis dan gangguan imunitas.

1. Bakteri anaerob, biasanya diakibatkan oleh pneumonia aspirasi

- Bacteriodes melaninogenus

- Bacteriodes fragilis

- Peptostreptococcus species

- Bacillus intermedius

- Fusobacterium nucleatum

- Microaerophilc streptococcus

2. Bakteri aerob :

Gram positif

o Staphylococcus aureus

o Streptococcus microaerophilic

o Streptococcus pyogenes

o Streptococcus pneumonia

Gram negative

o Klebsiella pneumonia

o Pseudomonas aeroginosa

o Escherichia coli

o Haemophilus influenza

o Actinomyces Species

o Nocardia Species

3. Jamur : Aspergillus, Cryptococcus, Blastomyces, Coccidioides

4. Parasit (Paragonimus, Entamoeba)

Page 5: Referat Radiologi Abses Paru f

Terjadinya abses paru biasanya melalui dua cara, yaitu aspirasi dan

hematogen. Yang paling sering ditemukan adalah abses paru bronkogenik akibat

aspirasi. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan anatomis, sumbatan bronkus

maupun tumor. Sedangkan abses paru melalui hematogen biasanya berhubungan

dengan infeksi.

PATOGENESIS

1. Patologi

Abses paru timbul bila parenkim paru terjadi obstruksi, infeksi kemudian

menimbulkan proses supurasi dan nekrosis. Perubahan reaksi radang

pertama dimulai dari supurasi dan trombosis pembuluh darah lokal, yang

menimbulkan nekrosis dan likuifikasi. Pembentukan jaringan granulasi terjadi

mengelilingi abses, melokalisir proses abses dengan jaringan fibrotik.

Seiring dengan membesarnya fokus supurasi, abses akhirnya akan pecah ke

saluran nafas. Oleh karena itu, eksudat yang terkandung di dalamnya

mungkin keluar sebagian, menghasilkan batas udara-air (air-fluid level) pada

pemeriksaan radiografik Abses yang pecah akan keluar bersama batuk

sehingga terjadi aspirasi pada bagian lain dan akhirnya membentuk abses

paru yang baru.. Kadang-kadang abses pecah ke dalam rongga pleura dan

menghasilkan fistula bronkopleura, yang menyebabkan pneumotoraks atau

empiema.

2. Patofisiologi

Proses terjadinya abses paru dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Merupakan proses lanjut pneumonia inhalasi bakteria pada penderita

dengan faktor predisposisi. Bakteri mengadakan multiplikasi dan

merusak parenkim paru dengan proses nekrosis. Bila berhubungan

dengan bronkus, maka terbentuklah air-fluid level bakteria masuk

kedalam parenkim paru selain inhalasi bisa juga dengan penyebaran

hematogen (septik emboli) atau dengan perluasan langsung dari

proses abses ditempat lain (nesisitatum) misalnya abses hepar.

b. Kavitas yang mengalami infeksi. Pada beberapa penderita tuberkulosis

dengan kavitas, akibat inhalasi bakteri mengalami proses keradangan

Page 6: Referat Radiologi Abses Paru f

supurasi. Pada penderita empisema paru atau polikistik paru yang

mengalami infeksi sekunder.

c. Obstruksi bronkus dapat menyebabkan pneumonia berlanjut sampai

proses abses paru. Hal ini sering terjadi pada obstruksi karena kanker

bronkogenik. Gejala yang sama juga terlihat pada aspirasi benda asing

yang belum keluar. Kadang-kadang dijumpai juga pada obstruksi

karena pembesaran kelenjar limfe peribronkial.

d. Pembentukan kavitas pada kanker paru. Pertumbuhan massa kanker

bronkogenik yang cepat tidak diimbangi peningkatan suplai pembuluh

darah, sehingga terjadi likuifikasi nekrosis sentral. Bila terjadi infeksi

dapat terbentuk abses.

Page 7: Referat Radiologi Abses Paru f

GAMBARAN KLINIS

Gejala klinis yang ada pada abses paru hampir sama dengan gejala pneumonia

pada umumnya yaitu:

Demam 

Dijumpai pada 70% - 80% penderita abses paru. Kadang dijumpai dengan

temperatur > 400C.

Batuk

Pada stadium awal non produktif. Bila terjadi hubungan rongga abses dengan

bronkus batuknya menjadi meningkat dengan bau busuk yang khas (Foetor

ex oroe)

Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oroe

Dijumpai pada 40 – 75% penderita abses paru.

Nyeri Dada

Batuk darah

Gejala lain : Lelah, penurunan nafsu makan dan berat badan.

PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai kelainan seperti nyeri tekan lokal,

tanda-tanda konsolidasi seperti redup pada perkusi, suara bronchial dengan ronki

basah atau krepitasi di tempat abses, mungkin ditambah dengan tanda-tanda efusi

pleura.

Apabila abses luas dan letaknya dekat dengan dinding dadakadang-kadang

terdengar suara amforik, usara nafas bronchial atau amforik terjadi bila kavitasnya

besar dank arena bronkus masih tetap dalam keadaan terbuka disertai oleh adanya

konsolidasi sekitar abses dan drainase abses yang baik.

Apabila abses paru letaknya dekat pleura dan pecah akan terjadi piotoraks

(empiema toraks) sehingga pada pemeriksaan fisik ditemukan pergerakan dinding

dada tertinggal di tempat lesi, fremitus vocal menghilang, perkusi redup/pekak, bunyi

nafas menghilang, dan terdapat tanda-tanda pendorongan mediastinum terutama

pendorongan jantung kearah kontralateral tempat lesi.

TERAPI

Antibiotik

Page 8: Referat Radiologi Abses Paru f

Penisilin merupakan pilihan dengan dosis satu juta unit, 2-3 kali sehari

intramuskular. Bila diperkirakan terdapat kuman gram negatif dapat

ditambahkan kloramfenikol 500 mg empat kali sehari. Respons terapi yang

baik akan terjadi dalam 2-4 minggu, dan selanjutnya bisa dilanjutkan dengan

terapi antibiotik peroral. Pada terapi peroral diberikan:

Penisilin oral 750 mg empat kali sehari.

Apabila hasil terapi kurang memuaskan, terapi dapat dirubah

dengan:

o Klindamisin 600 mg tiap 8 jam,

o Metronidazol 4x500 mg, atau

o Gentamisin 5 mg/kg BB dibagi dalam 3 dosis tiap hari.

Drainase postural

Selalu dilakukan bersama dengan pemberian terapi antibiotik. Tubuh

diposisikan sedemikian rupa sehingga drainase pun menjadi lancar. Pada

kebanyakan pasien, drainase spontan terjadi melalui cabang bronkus, dengan

produksi sputum purulen.

Bronkoskopi

Penting untuk membersihkan jalan napas sehingga drainase pun menjadi

lancar. Pada beberapa kasus, harus dikerjakan pula bronkoskopi untuk

menilai daerah abses pada cabang-cabang bronkial.

Bedah

Sekarang ini intervensi bedah sangat jarang dilakukan pada pasien abses

paru. Tindakan bedah pada abses paru biasanya dilakukan pada kasus

dengan komplikasi seperti haemoptisis masif, fistulla bronchopleural dan

empiema.

Untuk abses akut, sebelum dilakukan upaya pembedahan harus dilakukan

upaya medik lainnya terlebih dahulu. Tanda-tanda kemajuan pada

pengobatan adalah pengurangan batuk, sputum, demam, toksisitas, infiltrasi,

dan kavitasi pulmoner secara radiologik. Bila tidak ada tanda-tanda kemajuan

Page 9: Referat Radiologi Abses Paru f

setelah 3-6 minggu, dapat dilakukan tindakan pembedahan. Namun apabila

tindakan bedah tidak memungkinkan akibat kondisi pasien yang buruk,

tindakan bedah yang dapat dilakukan hanyalah pengaliran melalui reseksi

iga.

Abses kronik yang tak menunjukkan respon terhadap terapi medik,

memerlukan reseksi ligamen atau lobus yang terkena.

PROGNOSIS

Bila tidak terlambat ditangani prognosisnya baik. Lebih dari 90% dari abses

paru-paru sembuh dengan manajemen medis saja, kecuali disebabkan oleh

obstruksi bronkial sekunder untuk karsinoma. Angka kematian yang disebabkan oleh

abses paru terjadi penurunan dari 30 – 40 % pada era preantibiotika dan sampai 15

– 20 % pada era sekarang.

Pada penderita dengan beberapa faktor predisposisi mempunyai prognosis

yang lebih jelek dibandingkan dengan penderita dengan satu faktor predisposisi.

Beberapa faktor yang memperbesar angka mortalitas pada Abses paru sebagai

berikut :

1. Anemia dan Hipoalbuminemia

2. Abses yang besar (φ > 5-6 cm)

3. Lesi obstruksi

4. Bakteri aerob

5. Immunocompromised

6. Usia tua

7. Gangguan intelegensia

8. Perawatan yang terlambat

Angka kematian untuk pasien dengan status yang mendasari immunocompromised

atau obstruksi bronkial yang dapat memperburuk abses paru-paru mungkin

mencapai 75%.

Page 10: Referat Radiologi Abses Paru f

GAMBARAN RADIOLOGI

1. X-RAY RADIOGRAFI

Foto dada PA dan lateral sangat membantu untuk melihat lokasi lesi

dan bentuk abses paru. Abses paru ditandai dengan peradangan di jaringan

paru yang menimbulkan nekrosis dengan pengumpulan nanah. Pada hari-hari

pertama penyakit, foto dada hanya menunjukkan gambaran opak dari satu

atau lebih segmen paru, atau hanya berupa gambaran densitas homogeny

yang berbentuk bulat. Kemudian akan ditemukan gambaran radioluse dalam

bayangan infiltrate yang padat.

Abses yang terbentuk dari bahan nekrotik akan tampak sebagai

jaringan lunak sampai terhubung dengan bronkus. Hubungan ini

memungkinkan pengaliran keluar debris nekrotik. Bahan nekrotik ini akan

dibatukkan keluar dan akan menimbulkan gambaran radiologik berupa defek

lusen atau kavitas.

Seiring dengan membesarnya fokus supurasi, abses akhirnya akan

pecah ke saluran napas. Oleh karena itu, eksudat yang terkandung di

dalamnya mungkin keluar sebagian, dan menghasilkan batas udara air (air-

fluid level) di dalam cavitas pada pemeriksaan radiografik

Nekrosis akan mengakibatkan hilangnya corakan bronkovaskular

normal yang diakibatkan oleh dekstruksi hampir seluruh dinding alveoli, septa

interlobularis, dan bronkovaskular pada daerah kavitas. Parenkim paru

normal di sekitarnya bereaksi terhadap jaringan nekrosis ini dengan

Page 11: Referat Radiologi Abses Paru f

membentuk suatu reaksi inflamasi di sekitar bahan nekrotik dengan edema

lokal dan pendarahan. Dinding kavitas dibentuk oleh infiltrat inflamasi di

sekitar lesi, edema, perdarahan, dan jaringan paru normal yang tertekan.

Posisi Posterior-Anterior (PA) :Terdapat area berbatas tegas transparan di lobus kiri atas (panah putih).

Kavitas diisi oleh cairan dan udara (air-fluid level) (panah hitam).

Page 12: Referat Radiologi Abses Paru f

Posisi LateralTerdapat kavitas disertai air fluid level pada lobus kanan paru (panah putih)

2. COMPUTED TOMOGRAPHY

CT dapat menunjukkan lesi yang tidak terlihat pada pemeriksaan foto

polos dan dapat membantu menentukan lokasi dinding dalam dan luar kavitas

abses. Pemeriksaan ini membantu membedakan abses paru dengan kelainan

paru lain yang mempunyai lesi berupa kavitas.

Gambaran CT pada abses paru adalah kavitas yang terlihat bulat

dengan dinding tebal, tidak teratur, terletak di daerah jaringan paru yang

rusak dan tampak gambaran air-fluid level. Tampak bronkus dan pembuluh

darah paru berakhir secara mendadak pada dinding abses, tidak tertekan

atau berpindah letak. Abses paru juga dapat membentuk sudut lancip dengan

dinding dada. Sisa-sisa pembuluh darah paru dan bronkhus yang berada

dalam abses dapat terlihat dengan CT-Scan, juga sisa-sisa jaringan paru

dapat ditemukan di dalam rongga abses

Page 13: Referat Radiologi Abses Paru f

CT-Scan pada abses paru

Tampak kavitas di lobus bawah kiri dengan dinding yang relatif tebal(black arrow). Kavitas memiliki batas dalam yang halus dan air-fluid level

(white arrow). Terdapat reaksi inflamasi pada sekitar paru-paru (yellowarrow).

3. Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan USG jarang dianjurkan pada pasien dengan abses paru.

Namun, USG juga dapat mendeteksi abses paru. tampak lesi hipoechic bulat

dengan batas luar. Apabila terdapat kavitas, didapati adanya tambahan tanda

hiperechoic yang dihasilkan oleh gas-tissue interface.

Page 14: Referat Radiologi Abses Paru f

Terletak dekat dengan dinding thoraks, proses di dalam paru kira-kirasebesar 2,5x2x2 cm (pointed angle between pleura and process) dengandinding membran. Setelah pengobatan, hanya terdapat sisa gambaran

hipoechoic di tempat abses sebelumnya (setelah beberapa minggu)

DIAGNOSA BANDING SECARA RADIOLOGIS

Page 15: Referat Radiologi Abses Paru f

Ada beberapa penyakit yang dapat dijadikan diagnosa banding pada kasus abses

paru. Hal ini dikarenakan ada beberapa kelainan paru lain yang menyebabkan

terbentuknya kavitas sama seperti abses paru.

1. Carcinoma

Karsinoma bronkogenik merupakan penyebab yang paling sering ,

kelainan yang dijumpai adalah kavitas soliter yang merupakan deposit

sekunder. Kavitas yang jinak berlokasi di sentral dan memiliki dinding yang

regular. Sedangkan kavitas soliter yang ganas memiliki kavitas eksentrik

dengan dinding irreguler. Banyak teori yang mengemukakan mengenai

terbentuknya kavitas pada karsinoma. Teori yang paling umum adalah

obstruksi dari arteri yang memperdarahi nodul tersebut, sehingga terjadi

infark sentral

Sifat dinding kavitas berguna untuk diagnosis banding lesi-lesi ini.

Kavitas yang disebabkan oleh penyakit maligna cenderung mempunyai

dinding dalam yang tidak teratur dan noduler, walaupun dinding luarnya bisa

berbatas tegas atau tidak. Kavitas pada inflamasi biasanya mempunyai

dinding dalam yang halus. Sebagai tambahan, semakin tebal dinding suatu

kavitas, semakin besar kemungkinan maligna, kecuali pada kasus dimana

kavitas terbentuk amat cepat(dalam beberapa hari), pada kasus dimana

kavitas berasal dari trauma atau infeksi. Diagnosis pasti dilakukan dengan

pemeriksaan sitologi/patologi.

Page 16: Referat Radiologi Abses Paru f

Karsinoma sel skuamosa lobus paru kanan bawah dengan kavitas

2. Tuberkulosis

Gejala klinisnya hampir sama atau lebih menahun daripada abses paru. Pada

tuberculosis didapatkan BTA dan pada infeksi jamur ditemukan jamur. Pada

penyakit aktif, dapat dijumpai gambaran bercak-bercak berawan dan kavitas,

sedangkan pada keadaan tidak aktif dapat dijumpai kalsifikasi yang berbentuk

garis.

Page 17: Referat Radiologi Abses Paru f

Terjadi pada segmen apical atau posterior pada lobus atas atau segmen

superior dari lobus bawah, biasanya pada lobus atas bilateral. Kavitas

berdinding tipis, halus pada batas dalam tanpa air-fluid level

3. Empiema

Pada gambaran CT empiema, tampak pemisahan pleura parietal dan visceral

(pleura split) dan kompresi paru.

Potongan coronal dada pada gambar CT menunjukkan adanya lesi pada lobus

atas kanan dengan internal air-filled cavity, dinding tebal tidak beraturan

(panah warna hijau) dan lesi lain di sebelah bawah paru kiri dengan internal

fluid, dinding tipis (panah warna kuning) kompresi pada lapangan paru (panah

kuning dan kotak). Lesi pada bagian atas paru kanan adalah abses paru dan

pada bagian bawah paru kiri adalah empiema.

Page 18: Referat Radiologi Abses Paru f

KESIMPULAN

Abses paru adalah infeksi dekstruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru

yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus) dalam

parenkim paru pada satu lobus atau lebih. Kuman atau bakteri penyebab terjadinya

abses paru bervariasi. 46% abses paru disebabkan hanya oleh bakteri anaerob,

sedangkan 43% campuran bakteri anaerob dan aerob.

Untuk memastikan diagnosa dari abses paru maka dilakukan serangkaian

pemeriksaan dari anamnesa, pemeriksaan fisik hingga pemeriksaan penunjang

berupa pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan antara

lain Foto Polos, Computed Tomography, Ultrasonografi (USG)

Dari pemeriksaan Foto dada PA dan lateral pada pasien akan dijumpai

kavitas dengan dinding tebal dengan tanda-tanda konsolidasi disekelilingnya, lebih

sering dijumpai pada paru kanan dibandingkan paru kiri. Bila terdapat hubungan

dengan bronkus maka didalam kavitas terdapat Air Fluid Level. Tetapi bila tidak ada

hubungan maka hanya dijumpai tanda-tanda konsolidasi (opasitas).

Pada pemeriksaan Tomografi Komputer akan dijumpai kavitas terlihat bulat

dengan dinding tebal, tidak teratur dengan air-fluid level dan terletak di daerah

jaringan paru yang rusak. Tampak bronkus dan pembuluh darah paru berakhir

secara mendadak pada dinding abses, tidak tertekan atau berpindah letak. Abses

paru juga dapat membentuk sudut lancip dengan dinding dada.

Pemeriksaan USG jarang dianjurkan pada pasien dengan abses paru.

Namun, USG juga dapat mendeteksi abses paru. tampak lesi hipoechic bulat

dengan batas luar. Apabila terdapat kavitas, didapati adanya tambahan tanda

hiperechoic yang dihasilkan oleh gas-tissue interface.

Pasien dengan beberapa faktor predisposisi abses paru memiliki prognosis

yang jelek dibandingkan yang memiliki satu faktor predisposisi. Sedangkan pasien

Page 19: Referat Radiologi Abses Paru f

yang mendapatkan pengobatan antibiotik secara adekuat memilik prognosis yang

lebih baik.

Page 20: Referat Radiologi Abses Paru f

DAFTAR PUSTAKA

1. Alsagaff, Hodd. Mukty, H. Abdul(ed). Dasar-dasar ilmu penyakit paru.

Surabaya: Airlangga University Press. 2005. Hal 136-140

2. Rasyid A. Abses paru. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I,

Simadibrata KM, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II.

Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2006. hal.1052-5.

3. Kamangar N, Sather CC, Sharma S. Lung abscess. [online] 2009 Aug 19

[cited 2011] .from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/299425-

overview

4. Sutton, David; Michael B Rubens. A Text Book of Radiology and Imaging.

Volume 1. Seventh edition. Edinburgh. Churchill Livingstone. 2003.

5. Meschan, Isadore. Pulmonary Emphysema. Roentgen Signs in Diagnostic

Imaging. Volume 4. Second edition. Philadelphia. W.B. saunders

company. 1987.

6. Weerakkody, Yuranga; Datir, Abhijit et al. Lung Abscess. In

http://radiopaedia.org/articles/lung_abscess.