Top Banner
REFERAT ANEMIA PADA PENYAKIT GINJAL KRONIS Oleh: Ali Ma’ruf G9911112011 Devika Yuldharia G9911112047 Pembimbing : Prof. Dr. dr. Bambang P, Sp.PD-KGH-FINASIM KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI 1
23

Referat Prof Bambang

Sep 27, 2015

Download

Documents

AliMa'ruf

interna
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I

REFERAT ANEMIA PADA PENYAKIT GINJAL KRONIS

Oleh:

Ali Maruf

G9911112011

Devika Yuldharia

G9911112047

Pembimbing :Prof. Dr. dr. Bambang P, Sp.PD-KGH-FINASIMKEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI

S U R A K A R T A

2012BAB IGINJAL DAN PENYAKIT GINJAL KRONISA. Pendahuluan

Penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, dan diabetes melitus, mulai menjadi masalah kesehatan masyarakat utama menggantikan penyakit menular. Salah satu komplikasi yang timbul akibat penyakit-penyakit tersebut adalah Penyakit ginjal kronis di mana terjadi penurunan fungsi ginjal yang membutuhkan terapi pengganti guna mengkompensasinya.1Dalam pelaksanaan terapi pengganti tersebut tentunya memerlukan biaya yang mahal dan ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pasien, salah satunya adalah pengaturan diet. Diet pada penyakit ginjal ditekankan pada pengontrolan asupan energi, protein, cairan, elektrolit natrium, kalium, kalsium, dan fosfor.2B. Anatomi dan Fisiologi Ginjal

Dua ginjal terletak di dinding posterior abdomen, di luar rongga peritoneum. Setiap ginjal kira-kira seberat 150 gram seukuran kepalan tangan. Sisi medial ginjal merupakan hilus renalis, tempat masuknya arteri dan vena renalis, cairan limfatik, suplai saraf dan ureter yang membawa urin akhir ke kandung kemih.3Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra thoraks 12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau 12. Kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaca) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3.3Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks yang tercat gelap dan medula yang tercat terang dalam preparat mikroskopis ginjal. Korteks ginjal terdiri dari pars konvulata dan pars radiata. Pars konvulata tersusun dari korpuskuli ginjal dan tubuli yang membentuk labirin kortikal. Sedangkan pars radiata tersusun dari bagian-bagian lurus (segmen lurus tubulus proksimal dan segmen lurus tubulus distal) dari nefron dan duktus koligentes. Medula ginjal hanya mengandung tubuli bagian lurus dan segmen-segmen tipis nefron (Ansa Henle).3Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas korpuskel renalis, tubulus kontortus proksimal, segmen tipis dan tebal lengkung henle, tubulus kontortus distalis, tubulus dan duktus koligentes. Darah yang membawa sisa hasil metabolisme tubuh mengalami proses filtrasi, reabsorbsi dan sekresi untuk membentuk urin.4

Gambar 1. Struktur Nefron Ginjal 4Ginjal melakukan fungsinya dengan cara menyaring plasma dan memisahkan zat dari filtrat dengan kecepatan yang bervariasi tergantung dari kebutuhan tubuh dan membuang zat sisa dengan mengekskresikannya ke dalam urin. Ginjal juga menjalankan fungsi multipel antara lain3:

1. Ekskresi produk Sisa Metabolisme, bahan kimia asing, obat, dan metabolit

Ginjal membuang produk sisa metabolisme diantaranya adalah urea dari metabolisme asam amino, kreatinin dari kreatin otot, asam urat dari asam nukleat, dan bilirubin dari produk akhir dari pemecahan hemoglobin.3

2. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit

Asupan air dan elektrolit terutama ditentukan oleh kebiasaan makan dan minum seseorang, sehingga mengharuskan ginjal untuk mengatur kecepatan ekskresinya sesuai dengan asupan berbagai macam zat.33. Pengaturan tekanan arteri

Ginjal berperan penting dalam pengaturan tekanan arteri jangka panjang dengan mengekskresikan natrium dan air dan berperan dalam pengaturan tekanan arteri jangka pendek dengan mengekskresikan faktor atau zat vasoaktif seperti renin.34. Pengaturan keseimbangan asam-basa

Bersama dengan paru dan sistem dasar cairan tubuh mengatur asam basa dengan mengekskresikan air dan asam. Ginjal juga meruapakn satu-satunya organ ekskresi untuk beberapa tipe asam dalam tubuh seperti asam sulfur dan asam fosfat yang dihasilkan dari metabolisme protein.35. Pengaturan produksi eritrosit

Ginjal menyekresikan hampir seluruh jumlah eritropioetin yang merangsang pembentukan sel darah merah.36. Pengaturan Produksi 1,25 Dihidroksi vitamin-D

Ginjal menghasilkan bentuk aktif vitamin D yaitu 1,25 Dihidroksi vitamin D (kalsitriol). Kalsitriol penting untuk deposit kalsium dalam tulang, reabsorpsi kalsium oleh saluran cerna serta berperan penting dalam pengaturan kalsium dan fosfat.37. Sintesis glukosa

Ginjal menyintesis glukosa dari asam amino dan prekursor lainnya selama masa yang panjang (glukoneogenesis).3C. Penyakit ginjal kronisPenyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai:1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan: Kelainan patologik Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan radiologi 2. Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m selama > 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.5Klasifikasi penyakit ginjal kronis,didasarkan atas 2 hal, yaitu atas derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit ditentukan oleh nilai laju filtrasi glomerulus (LFG), yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah.6 Derajat (stage) yaitu berdasarkan LFG dengan rumus Kockroft Gault.

(Pada wanita x 0,85)

DerajatPenjelasanLFG(mL/menit/1,73m2)

1Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau 90

2Kerusakan ginjal dengan LFG ringan60-89

3Kerusakan ginjal dengan LFG sedang30-59

4Kerusakan ginjal dengan LFG berat15-29

5Penyakit ginjal2 gr/dL kurangi dosis pemberian menjadi 2 kali seminggu. Maksimum pemberian 200 u/kg dan tidak lebih dari tiga kali dalam seminggu.5Transfusi darah misalnya Packed Red Cell (PRC) merupakan salah satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif namun harus diberikan dengan hati-hati. Sasaran hemoglobin adalah 11-12 gr/dL.5c. Keluhan gastrointestinal

Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering dijumpai pada penyakit ginjal kronis. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama (chief complaint).5d. Kelainan kulit

Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit.8e. Kelainan neuromuskular

Terapi hemodialisis reguler yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.9f. Hipertensi

Pemberian obat-obatan anti hipertensi terutama penghambat Enzym Konverting Angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme/ ACE inhibitor).5 g. Kelainan sistem kardiovaskular

Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular merupakan hal yang penting, karena 40-50% kematian pada penyakit ginjal kronis disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular yang diderita, termasuk pengendalian diabetes, hipertensi, dislipidemia, hiperfosfatemia, dan terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan keseimbanagan elektrolit.53. Terapi pengganti ginjal

Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronis stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal.5,9a. HemodialisisGambar 2. Alur Hemodialisis9Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung dialiser yang terdiri dari 2 kompartemen terpisah. Darah pasien dipompa dan dialirkan ke kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput semipermeabel buatan dengan kompartemen dialisa. Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif. Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis, ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%. Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m, mual, anoreksia, muntah, dan astenia berat.5,9b. Dialisis peritoneal Dialisis Peritoneal adalah salah satu bentuk dilisis untuk membantu penanganan pasien penyakit ginjal akut penyakit ginjal kronis, menggunakan membran peritoneum yang bersifat semipermeable.5,9Indikasi medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co-mortality.5c. Transplantasi ginjal

Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal). Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:

a) Kidney transplant dapat mengambil alih 100% faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal alamiah

b) Kualitas hidup lebih baik dan survival rate lebih lama c) Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan

d) Biaya lebih murah dan dapat dibatasi.5,9BAB IIANEMIA PADA PENYAKIT GINJAL KRONISA. DefinisiAnemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal, berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan kehamilan. Sebagian besar anemia disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Selain itu penyebab anemia gizi besi dipengaruhi oleh kebutuhan tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit kronis seperti penyakit ginjal kronis dan kehilangan darah karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing).10,11 Anemia hampir selalu dijumpai pada penderita penyakit ginjal kronik. Hal ini terjadi karena pada penyakit ginjal kronik telah terjadi kerusakan menetap jaringan ginjal sehingga semua fungsi ginjal terganggu.5,12B. Patofisiologi Anemia pada Penyakit Ginjal KronisDikenal 4 mekanisme sebagai penyebab anemia pada gagal ginjal kronis yaitu:13,14,151. Defisiensi Eritropoietin (Epo)

2. Pemendekan panjang hidup eritrosit

3. Metabolit toksik yang merupakan inhibitor eritropoesis

4. Kecenderungan berdarah karena trombopati

Defisiensi eritropoietin merupakan penyebab utama anemia pada penyakit ginjal kronik. Dalam keadaan normal 90% Epo diproduksi ginjal dan hanya 10% diproduksi hati. Keadaan hipoksia merupakan rangsangan untuk peningkatan pembentukan Epo. Epo mempengaruhi produksi eritrosit dengan merangsang proliferasi, diferensiasi, dan maturasi prekursor eritroid.Defisiensi Fe pada penyakit ginjal kronik dapat disebabkan karena kehilangan darah (terlalu sering dilakukan pemeriksaan laboratorium darah, kehilangan darah pada pasien dialisis, perdarahan saluran cerna dan perubahan histologis pada mukosa usus sehingga mengganggu penyerapan Fe) serta diet yang buruk (malnutrisi, sulit makan, protein dibatasi).

Disamping itu masih banyak faktor lain yang juga ikut berperan dalam timbulnya anemia pada penyakit ginjal kronik, yaitu:

1. Gangguan Eritropoesis

a. Defisiensi Epo

b. Defisiensi Fe

c. Defisiensi asam folat

d. Inhibitor uremik

e. Hiperparatiroid

f. Intoksikasi alumunium

2. Pemendekan umur eritrosit

a. Hemolisis

b. Hipersplenisme

c. Transfusi berulang

3. Kehilangan darah

a. Perdarahan karena trombopati

b. Prosedur hemodialisis

C. PengelolaanPengelolaan anemia pada penyakit ginjal kronik yaitu:16,171. Pengobatan kausal (penyebab anemia)2. Preparat Fe

Pada umumnya absorpsi besi dari saluran cerna masih tetap baik, sehingga pemberian Fe per oral cukup memadai. Pemberian preparat Fe parenteral dapat menyebabkan siderosis jaringan

3. Asam folat

Diberikan sebagai suplemen pada pasien yang menjalani hemodialisis karena terjadinya kehilangan asam folat sewaktu hemodialisis

4. Vitamin B12Diberikan sebagai suplemen

5. Transfusi darah

Transfusi eritrosit hanya diberikan jika timbul hipoksia jaringan. Resiko yang dapat timbul adalah penularan hepatitis B dan C, penularan AIDS, sensitisasi jika dilakukan transplantasi, supresi eritroid pada sumsum tulang, hemosiderosis.6. Eritropietin rekombinanDiberikan bila hemoglobin < 8 mg/dl, penderita memerlukan transfusi berkala, anemia yang memperberat angina atau payah jantung, anemia yang mebahayakan jiwa serta berhubungan dengan gangguan fungsi tubuh, dan pada penderita dimana transfuse harus dihindarkan untuk mengurangi sensitisasi pada waktu transplantasi.

BAB IIISIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa: Pasien dengan penyakit ginjal kronis (PGK) memerlukan terapi pengganti fungsi ginjal sehingga fungsi ginjal dan homeostasis tetap berjalan Anemia hampir selalu dijumpai pada penderita penyakit ginjal kronik. Hal ini terjadi karena pada penyakit ginjal kronik telah terjadi kerusakan menetap jaringan ginjal sehingga semua fungsi ginjal terganggu.DAFTAR PUSTAKA1. Dirks JH, et al. 2005. Prevention of Chronic Kidney and Vascular Disease: Toward Global Health Equity- The Bellagio 2004 Declaration. Kidney Int Suppl:4889-4891.

2. Almatsier, S. Dr., 2007. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.3. Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed.11. Jakarta: EGC.4. Junqueira, Carlos., Carneiro J., Kelley R. O. 2007. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. Edisi 10. Jakarta : EGC, pp: 369-85.5. Suwitra Ketut. 2007. Penyakit Ginjal Kronis. dalam Sudoyo AW dkk (ed.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III, 570-573, Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 6. Murray L, Ian W, Tom T, Chee KC. 2007. Chronic Renal failure in Ofxord Handbook of Clinical Medicine. Ed. 7th. 294-97. New York: Oxford University.7. Arora Pradep. 2012. Chronic Kidney Disease . http://emedicine. medscape.com/article/238798-overview. (23 September 2012).8. NIDDK. 2011. Chronic Kidney Disease (Penyakit Ginjal Kronis) and Diet: Assessment, Management, and Treatment. No.11-7406. US:Department of health and human service.9. Fauci AS, Kasper DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J. 2008. Harrisons Principal of Internal Medicine. 17th Edition.

10. Khosla N, Paparello J, Ahya SN, et al. 2004. Effect of Predialysis Eating on Measurement of Urea Reduction Ratio and Kt/V. http://www.ncbi.nlm.nih. gov/ pubmed/15492978. (21 September 2012).11. Kresnawan, T. Markun, HMS. 2011. Diet Rendah Protein dan Penggunaan Protein Nabati pada Penyakit ginjal kronis. http://gizi.depkes.go.id/maka lah/download/diet_rendah_prot-nabati.pdf (22 September 2012).12. Ajay KS. Correction of anemia with Epoetin Alfa in Chronic Kidney Disease. NIJM. 355(20): 2085-98.13. Canadian Diabetes Assosiation. 2009. Diet for Diabetes and Chronic Kidney Disease: Tips for Educators. www.diabetes.ca/files/diet-kidney-disease.pdf. (23 September 2012).14. National Kidney Foundation. 2002. KDOQI Clinical Practice Guidelines for Diabetes dan Chronic Kidney Disease. Am J Kidney Dis; 39: S1-266.15. National Institues of Health. 2006. Your Guide to Lowering Your Blood Pressure with DASH. http://www.nhlbi.nih.gov/health/public/heart/hbp/ dash/new_dash.pdf. (22 September 2012). 16. Dietitians Special Interest Group of the EDTNA/ERCA. 2002. European Guidelines for the Nutritional Care of Adult Renal Patiens. http://www. associationhq.com/edtna/pdf/diet_dietguid.pdf. (21 September 2012).

17. National Kidney Foundation. 2002. KDOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification.. Am J Kidney Dis; 39: S1-266.Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronis Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus.6

15