Top Banner
REFERAT PARTOGRAM Disusun oleh: Lindawaty Witono 9910016 Pembimbing: dr. Arief Budiono, SpOG KSM/BAGIAN OBSTETRI-GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
40

referat partograf

May 03, 2017

Download

Documents

Sam Witwicky
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: referat partograf

REFERAT

PARTOGRAM

Disusun oleh:Lindawaty Witono 9910016

Pembimbing:dr. Arief Budiono, SpOG

KSM/BAGIAN OBSTETRI-GINEKOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHARUMAH SAKIT IMMANUEL

BANDUNG2008

Page 2: referat partograf

DAFTAR ISI

Daftar Isi........................................................................................................i

Daftar Gambar...............................................................................................ii

Daftar Tabel...................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan.........................................................................................1

Bab II Tinjauan Pustaka.................................................................................2

Bab III Kesimpulan........................................................................................23

Daftar Pustaka................................................................................................24

Page 3: referat partograf

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kurva Freidman........................................................................2

Gambar 2.2. Partograf WHO.........................................................................5

Gambar 2.3. Partograf Modifikasi WHO.....................................................6

Gambar 2.4. Penurunan kepala dari pintu atas panggul (PAP)......................12

Gambar 2.5. Penurunan kepala pada pemeriksaan luar....................................13

Gambar 2. 6. Partograf halaman belakang (Indonesia).......................................17

Page 4: referat partograf

DAFTAR TABEL

Tabel: Modifikasi partograf cara lama dan cara baru....................................4

Page 5: referat partograf

BAB I

PENDAHULUAN

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara

berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan, eklampsia, sepsis dan

komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian

ibu sebenarnya dapat dicegah. Hal ini dilakukan melalui upaya pencegahan yang

efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil

menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.1

Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta

mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari

menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi menjadi pencegahan

komplikasi. Adanya pergeseran paradigma yang baru ini, terbukti mampu

mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. 1

Partus lama bisa disebabkan oleh adanya his yang tidak kuat, faktor janin

dan faktor jalan lahir. Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal

mengandalkan penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta

kemajuan proses persalinan. 2

Deteksi pada setiap kemajuan persalinan abnormal, dan pencegahan partus

lama, secara bermakna dapat menurunkan risiko terjadinya partus lama,

perdarahan pascapersalinan dengan segala komplikasinya. Untuk menurunkan

risiko terjadinya partus lama diusahakan supaya berjalan senormal mungkin. 1

Partograf sebagai rekam grafik dan catatan medik kemajuan persalinan sudah

lama dikenal. Partograf sebagai rekaman atau catatan kemajuan persalinan, dapat

berfungsi sebagai pendeteksi kemajuan persalinan abnormal, sehingga penolong

persalinan dapat dengan segera menentukan sikap terhadap kelainan persalinan

tersebut.2,3,4,5,6.

Oleh karena itu maka dibutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang cukup

untuk dapat mengisi partograf dalam setiap kehamilan. Maka dari itu penulis

ingin membahas tentang partograf.

Page 6: referat partograf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah

Pada tahun 1954, Friedman melakukan penelitian pada sejumlah besar ibu

di Amerika Serikat dan menghasilkan pola pembukaan serviks normal.

Friedman membagi persalinan secara fungsional menjadi dua, yaitu fase laten

yang berlangsung selama 8-10 jam sampai pembukaan 3 cm, yang dikuti dengan

fase aktif yang ditandai dengan akselerasi dari pembukaan 3-10 cm dan

berakhir dengan fase deselerasi. 3,5,9

Gambar 2.1. Kurva Freidman

Tahun 1969 Hendriks mendemonstrasikan bahwa pada fase aktif

persalinan normal, kecepatan pembukaan pada primigravida dan multipara

hampir tidak berbeda, selain itu tidak ditemukan fase deselerasi pada akhir

kala I persalinan. Sedangkan pada tahun 1972, Philpott meneliti secara

ekstensif pasien primigravida yang berada di Afrika Tengah dan Selatan,

kemudian menciptakan sebuah normogram pembukaan serviks untuk populasi

tersebut yang mampu mengidentifikasi penyimpangan dari keadaan normal yang

dapat dipertanggungjawabkann secara ilmiah untuk melakukan suatu tindakan

sebagai usaha pencegahan persalinan lama dengan segala akibatnya. Sejak

Page 7: referat partograf

saat itu banyak penulis mengembangkan normogram serupa di berbagai tempat.

Akan tetapi tidak satu pun menunjukkan perbedaan yang bermakna.3,5,9

Pada tahun 1988 World Health Organization (WHO) menerbitkan sebuah

buku petunjuk berjudul The Partograf: A managerial tool for Prevention of

prolonged labour, berisi tentang partograf model WHO yang telah diuji cobakan

pada beberapa negara dan dibuat secara sederhana berdasarkan penelitian dari

semua karya partograf yang telah dipublikasikan, berdasarkan prinsip-prinsip

berikut :

- fase aktif persalinan dimulai pada pembukaan > 3 cm

- fase laten persalinan harus berlangsung < 8 jam

- pada fase aktif, kecepatan pembukaan tidak boleh lebih lambat dari 1

cm/jam

- tidak melakukan pemeriksaan dalam yang terlalu sering (sebaiknya setiap 4

jam)

- menggunakan partograf yang sudah ada garis waspada dan garis tindakannya

Partograf yang biasanya digunakan pada negara berkembang tersebut,

kemudian mengalami modifikasi pada tahun 1994 sebagai usaha memperoleh

penanganan obstetri yang lebih optimal. Modifikasi partograf terlihat dengan

tidak tercantumnya fase laten pada grafik pencatatan, melainkan langsung

pada pencatatan fase aktif persalinan yang dimulai pada pembukaan 4 cm.

Pencatatan fast laten dilakukan pada lembar data antenatal dan setiap

pencatatan diharapkan menggunakan tinta berwarna hitam. 3,5,7,8,9

Page 8: referat partograf
Page 9: referat partograf

Gambar 2.2. Partograf WHO

Page 10: referat partograf

Gambar 2.3. Partograf Modifikasi WHO

Page 11: referat partograf

2.2. Partograf WHO

2.2.1 Definisi

Partograf adalah alat pencatatan persalinan, untuk menilai keadaan ibu,

janin dan seluruh proses persalinan. Partograf digunakan untuk mendeteksi jika

ada penyimpangan / masalah dari persalinan, sehingga menjadi partus abnormal

dan memerlukan tindakan bantuan lain untuk menyelesaikan persalinan.

Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode

yang menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan.

Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap

garis perjalanan waktu (horisontal).2,6,7

Partograf dirancang untuk dipakai pada berbagai tingkat pelayanan

kebidanan dengan berbagai fungsi yang berbeda. Di Puskesmas fungsi

utamanya adalah memberikan peringatan awal bahwa persalinan akan

berlangsung lama, sehingga harus segera dirujuk ke rumah sakit (fungsi garis

waspada). Sedangkan di rumah sakit, bergesernya grafik pembukaan ke

sebelah kanan garis waspada mengingatkan penolong untuk meningkatkan

kewaspadaan, dan bila melewati garis tindakan harus segera melakukan

tindakan.2,5,6,10

2.2.2 Syarat pengisian partograf

Partograf mulai diisi bila

o Mereka yang masuk dalam persalinan :

1. fase laten (pembukaan < 3 cm), his teratur, frekuensi min.2x/10’,

lamanya<20".

2. fase aktif (pembukaan >3cm), his teratur, frekuensi min.1x/10’,

lamanya<20".

o Masuk dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his :

1. bila infus oksitosin dimulai

2. bila persalinan dimulai

Page 12: referat partograf

o Masuk untuk induksi persalinan :

1. pemecahan ketuban (amniotomi) dengan atau tanpa infus oksitosin

2. induksi medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian

prostaglandin)

3. bila persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban pecah.

Partograf tidak perlu diisi bila

Pada pemakaian partograf WHO terdapat beberapa protokol yang harus

diperhatikan. Partograf tidak dibuat pada partus prematurus (Usia

kehamilan kurang dari 34 minggu), saat masuk rumah sakit dengan

pembukaan > 9cm, akan dilakukan seksio sesar elektif maupun darurat,

dengan ketentuan penatalaksanaan sebagai berikut:

fase laten :

tidak dilakukan akselerasi, terapi suportif (pemberian semangat), hidrasi

adekuat yang terdiri dari glukosa dan elektrolit, pengosongan

kandung.

fase aktif :

1. Sebelah kiri garis waspada: akselerasi dan terapi suportif

dilakukan bila ada indikasi, sedangkan amniotomi boleh

dilakukan atau tidak.

2. Sebelah kanan garis waspada: akselerasi dan terapi suportif

dilakukan atas indikasi, sedangkan amniotomi haras dilakukan

3. Sebelah kanan garis bertindak: akselerasi dilakukan bila ada

indikasi, terapi suportif dan amniotomi harus dilakukan. 3,5

Page 13: referat partograf

2.2.3. Monitoring Pada Partograf

2.2.3.1. Pencatatan lembar depan

Partograf yang, dianjurkan oleh World Health Organization (WHO) pada

dasarnya merupakan kurva yang menunjukkan hubungan antara pernbukaan

serviks terhadap waktu, yang terdiri dari 3 komponen

A. Rekaman dan catatan kemajuan persalinan

1. Pembukaan serviks uteri

2. Penurunan kepala

3. His

B. Rekaman dan catatan tentang kondisi janin

1. Denyut jantung janin

2. Selaput ketuban dan air ketuban

3. Molase

C. Rekaman dan catatan tentang kondisi ibu

1. Tanda vital: Nadi, tekanan darah, suhu

2. Urin: volume, protein, dan aseton

3. Obat-obatan dan cairan infus

4. Pemberian oksitosin

Partograf dapat digunakan untuk setiap persalinan tanpa penyulit yang

tidak memerlukan tindakan segera. Di Puskesmas dapat dipakai untuk

persalinan risiko rendah yang diharapkan akan berakhir dergan persalinan

spontan pervaginam, sedangkan pasien risiko tinggi sebaiknya segera dirujuk

ke rumah sakit. Jadi partograf dirancang untuk memantau penyimpangan dari

keadaan normal yang timbul sewaktu persalinan berlangsung. 3,4,5,6,8,9,10

2.2.3.1.A. Rekaman dan catatan tentang kemajuan persalinan

Merupakan bagian terpenting yang memperlihatkan hubungan antara

pembukaan serviks dengan waktu dan juga hubungan antara turunnya kepala

dengan waktu. 3,5

1. Pembukaan serviks

Page 14: referat partograf

Penilaian pembukaan serviks didapatkan dari hasil pemeriksaan

dalam. Pencatatan dilakukan pada grafik di bagian tengah partograf yang

sepanjang sisi kirinya terdapat angka 0-10 pada setiap kotak. Setiap kotaknya

menunjukkan pembukaan 1 cm dan sepanjang sisi horisontal terdapat angka

0-24 yang setiap kotaknya menunjukkan waktu 1 jam. 3,4,5,8.9

Pembukaan diukur dalam satuan sentimeter (cm) dan dicatat dengan

tanda 'X'. Periksa dalam pertama dilakukan sewaktu masuk kamar bersalin,

yang juga mencakup pemeriksaan panggul. Periksa dalam selanjutnya

dilakukan setiap 4 jam, kecuali bila pembukaan >7 cm atau ada indikasi lain

seperti ibu ingin mengejan atau ketuban pecah dengan kecurigaan adanya tali

pusat menumbung. 3,4,5,8,9

Pada persalinan yang sudah lanjut pemeriksaan dalam dilakukan lebih

sering, terutama pada multipara dimana pembukaan serviks lebih cepat

dibandingkan dengan primipara. Pada persalinan yang normal, tanda 'X'

untuk pembukaan akan selalu terdapat pada garis waspada atau sebelah

kirinya. Dan kalau ibu masuk kamar bersalin dalam fase aktif, maka

pembukaan sewaktu masuk langsung dicatat pada garis waspada, sedangkan

ibu yang ketika persalinan dalam fase laten dan beralih ke fase aktif, catatan

pembukaan langsung dipindah dari daerah fase laten ke garis waspada,

yang pada partograf WHO dihubungkan oleh garis terputus-putus. Pada

partograf modifikasi WHO, ibu yang masuk saat fase laten dicatat pada kolom

kedua grafik pencatatan waktu pembukaan serviks partograf, sedangkan ibu

yang masuk saat fase aktif, pencatatan dilakukan sesuai dengan partograf

WHO.3,4,5,8,9

Komponen grafik memusatkan perhatian pada pembukaan menurut

waktu yang terbagi menjadi fase laten dan fase aktif.

a. Fase laten

Fase laten persalinan dimulai sejak awal persalinan sampai pembukaan

rnencapai 3 cm dengan penipisan bertahap dari serviks dan biasanya berlangsung

tidak lebih dari 8 jam. Kalau fase ini berlangsung lebih lama dari 8 jam dengan his

2 kali dalam 10 menit, persalinan akan cenderung mengalami kesulitan

Page 15: referat partograf

kalau ibu bersalin di Puskesmas harus segera dirujuk ke rumah sakit, sedangkan

bila ibu bersalin di rumah sakit pemeriksaan dan tindakan yang diambil harus

dilakukan secermat mungkin. 3,4,5,8,9

b. Fase aktif

Fase aktif berlangsung dari 3-10 cm (pembukaan lengkap) dengan kecepatan

1 cm/jam bagi primi dan 2 cm/jam bagi multipara. Garis waspada digambar dari

3 cm sampai 10 cm menggambarkan kecepatan pembukaan. Pembukaan yang

berpindah ke sebelah kanan garis waspada menunjukkan adanya hambatan dalam

persalinan, dan bila persalinan berlangsung di Puskesmas harus segera melakukan

rujukan ke rumah sakit, sedangkan persalinan yang berlangsung di rumah sakit

memerlukan pengamatan yang cermat. 3,4,5,8,9

Pada fase ini terdapat 2 garis yaitu:

1. Garis waspada (alert line)

Garis lurus dari pembukaan 3 cm sampai dengan 10 cm, sesuai dengan

kecepatan pembukaan pada fase ini. Apabila pembukaan serviks bergeser ke

kanan garis waspada berarti proses kemajuan persalinan melambat, sehingga

harus dipikirkan kemungkinan untuk melakukan tindakan-tindakan yang

diperlukan. 3,4,5,7,8

2. Garis bertindak (action line)

Berupa garis lurus yang sejajar dengan garis waspada dan berada 4 jam di

sebelah kanan garis waspada. Pada persalinan yang berjalan lancar, pembukaan

akan selalu berada di garis atau di sebelah kiri garis bertindak, dan bila

pembukaan melewati garis tindakan ibu harus diperiksa dengan cermat

mengenai penyebab terhambatnya persalinan, serta merencanakan tindakan

tepat untuk mengatasinya. 3,4,5,8,9

Dengan mencatat kecepatan pembukaan kita dapat menentukan apakah

suatu persalinan akan berlangsung lama atau segera memerlukan tindakan.

Persalinan yang lama atau tidak maju dapat disebabkan oleh disproporsi

Page 16: referat partograf

kepala panggul, yang kemudian dapat berlanjut menjadi ruptura uteri dan

kematian janin. Dengan partograf suatu persalinan lama atau tidak maju dapat

dikenali secara dini, sehingga komplikasi lain seperti perdarahan dan infeksi

dapat dicegah. 2,3,4,5,6,8,9

2. Penurunan kepala janin

Pada persalinan yang lancar, bertambahnya pembukaan akan disertai

dengan turunnya kepala janin yang membantu menentukan kemajuan

persalinan. Penurunan kepala janin diperiksa dengan pemeriksaan luar perut

ibu berdasarkan perlimaan di atas PAP (pintu atas panggul), dan harus dilakukan

sebelum pemeriksaan dalam.

Cara periksa ini ternyata lebih dapat dipercaya daripada periksa

dalam, karena seringkali sudah terdapat kaput suksedaneum sehingga yang

diraba pada pemeriksaan dalam adalah turunnya kulit kepala janin. 3,4,5,7,8

Gambar 2.4. Penurunan kepala dari pintu atas panggul (PAP)

Turunnya kepala janin harus selalu diperiksa dengan pemeriksaan perut ibu sesaat

sebelum dilakukan pemeriksaan dalam, dimana lebar jari tangan pemeriksa

menjadi ukuran turun kepala janin ke PAP. Kepala engaged bila kepala janin di

atas PAP hanya dapat dirasakan oleh 2 jari atau kurang.

Page 17: referat partograf

Gambar 2.5. Penurunan kepala pada pemeriksaan luar

Pada sisi kiri grafik pembukaan serviks terdapat kata 'penurunan kepala'

dengan garis lurus dari 5 ke 0. Penurunan kepala ditandai dengan tanda '0'

pada graft pembukaan. 3,4,5,8,9

3. His

Pada persalinan normal his semakin lama akan semakin sering , semakin

lama, dan semakin kuat. Pengamatan his dilakukan setiap jam dalarn fase laten

dan setiap setengah jam dalarn fase aktif, dengan mengamati frekuensi

(jumlah his/10 menit) dan lamanya (detik) dari permulaan his terasa pada

palpasi perut sampai hilang. His dicatat pada partograf di bawah garis waktu

Page 18: referat partograf

sesuai dengan penulisan waktu pada partograf, yaitu pada 5 kotak kosong

melintang sepanjang partograf yang sisi kirinya tertulis 'his/10 menit'. Satu

kotak menggambarkan satu his, dan bila ada 2 his dalam 10 menit, maka ada 2

kotak yang diarsir. Berikut cara dan contoh pencatatan his :

Keterangan :

<20’: 

20’ - 40’:

>40’:

2.2.3.1.B. Rekaman dan catatan mengenai keadaan janin

1. Frekuensi bunyi jantung janin

Mengamati bunyi jantung janin merupakan pemeriksaan klinik yang

aman dan dapat dipercaya untuk mengetahui kesejahteraan janin. Waktu

terbaik untuk mendengarkan bunyi jantung janin adalah segera setelah fase

terkuat his lewat, dan didengarkan selama 1 menit. Bunyi jantung janin

dicatat pada bagian atas partograf setiap setengah jam dan satu kotak

menggambarkan setengah jam. Garis 120 dan 160 ditebalkan untuk

mengingatkan tentang batas-batas normal bunyi jantung janin. Bunyi

jantung janin dikatakan abnormal bila:

Bunyi >160 kali/menit (takikardi) dan <120 ka1i/menit (bradikardi)

Keadaan ini dapat merupakan indikasi adanya gawat janin. Kalau

terdengar bunyi jantung janin yung abnormal, dengarkan setiap 15

menit selama 1 menit segera setelah his selesai. Dan bila bunyi jantung

janin tetap abnormal dalam 3 kali pengamatan, tindakan harus segera

diambil kecuali kalau persalinan sudah sangat dekat. Tindakan tersebut

dapat berupa penghentian oksitosin bila sedang dalam pemberian, tidur miring

ke kiri, pemberian oksigen, pemeriksaan dalam untuk menyingkirkan

kemungkinan tali pusat menumbung, serta hidrasi yang adekuat.

Bunyi jantung janin 100 kali/menit atau kurang,

menunjukkan adanya gawat janin berat dan harus segera diterminasi. 3,4,5,8,9

2. Selaput dan air ketuban.

Page 19: referat partograf

Keadaan air ketuban dapat rnembantu menentukan keadaan janin, dengan

pengamatan yang harus dicatat di bagian bawah pencatatan bunyi jantung janin

pada partograf berupa:

selaput ketuban utuh, dicatat 'U'

selaput ketuban sudah pecah:

- air ketuban jernih, dicatat `J'

- air ketuban diwarnai mekonium, dicatat `M' atau Hijau ‘H’

- tidak ada air ketuban, dicatat 'A' (absen) atau ‘K’ (kering)

- air ketuban bercampur darah, dicatat `D'

Pengamatan ini dilakukan pada setiap pemeriksaan dalam, dan bila

didapatkan mekonium kental maupun air ketuban yang sudah pecah atau

dipecahkan maka pencatatan bunyi jantung janin harus lebih sering

dilakukan karena hal itu dapat merupakan tanda gawat janin. 3,4,5,8

3. Moulage kepala -janin

Moulage kadang-kadang sulit diketahui dengan adanya kaput

suksedaneurn yang besar, oleh karena itu moulage yang hebat dengan kepala janin

jauh di atas pintu atas panggul merupakan petunjuk adanya disproporsi kepala

panggul pada ibu. Pencatatan dibuat di bawah catatan keadaan air ketuban

dengan tanda sebagai berikut:

0 : tulang kepala teraba terpisah satu sama lain dan sutura mudah teraba

+ : tulang-tulang kepala saling menyentuh satu sama lain

++ : tulang-tulang kepala saling tumpang tindih

+++ : tulang-tulang kepala saling tumpang tindih berat. 3,4,5,8

2.2.3.1.C. Rekaman dan catatan mengenai keadaan ibu

Dicatat pada bagian akhir partograf halaman pertama.

1. Nadi, tensi, dan suhu

nadi - setiap setengah jam di beri tanda ()

tensi - setiap 4 jam atau lebih sering, tergantung indikasi diberi tanda

suhu - setiap 2 jam atau lebih sering, tergantung indikasi.

Page 20: referat partograf

2. Urin: volume, protein, aseton

protein atau aseton dalam urin

volume - ibu dianjurkan kencing setiap 2-4 jam

3. Obat-obatan dan cairan intravena

Dicatat dalam kolom di bawah his

4. Pemberian oksitosin

Di atas kolom pencatatan cairan iv berdasurkan waktu pemberian.3,4,5,8,9

2.2.3.2. Pencataan lembar belakang

Halaman belakang partograf disebut juga catatan persalinan karena

merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses

persalinan dan tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I

hingga kala IV, termasuk keadaan bayi baru lahir. Pencatatan ini sangat

penting dalam membuat keputusan klinik, terutama pada kala IV untuk

rnembantu mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan, selain juga

memantau penatalaksanaan persalinan yang sudah diberikan. 4

Cara pengisian lembar belakang yang diisi setelah seluruh proses

persalinan selesai sangat berbeda dengan bagian depan yang harus diisi

pada setiap akhir pemeriksaan. Lembar belakang ini terdiri dari:

Page 21: referat partograf

Gambar 2. 6. Partograf halaman belakang (Indonesia)

Page 22: referat partograf

2.2.3.2.A. Data dasar

Mulai dari tanggal persalinan berlangsung hingga pendamping pada

saat merujuk. Data diisi pada masing-masing tempat yang telah disediakan atau

dengan memberi tanda di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan

nomor 5 jawaban yang sesuai dilingkari, sedangkan pertanyaan nomor 8 bisa

lebilh dari satu jawaban. 4

2.2.3.2.B. Kala I

Berisi pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis

waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaan, dan hasil dari

penatalaksanaan tersebut. 4

2.2.3.2.C. Kala II

Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin,

distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan, dan hasilnya. Di samping

jawaban yang sesuai diberi tanda "√”, sedangkan untuk pertanyaan nomor 13 jika

jawaban "ya", maka indikasinya harus ditulis, dan untuk nomor 15 dan 16 jika

jawaban "ya", jenis tindakan yang telah dilakukan harus ditulis. Pertanyaan

nomor l4 bisa lebih dari satu jawaban. 4

2. 2..3..2..D. Kala III

Terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat

terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir dalam

waktu lebih dari 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah

penyerta, penatalaksanaan, dan hasilnya. Jawaban diisi sesuai dengan tempat

yang telah disediakan. 4

2.2.3.2.E. Bayi baru lahir

Page 23: referat partograf

Berisi informasi mengenai berat dan panjang lahir, jenis kelamin,

penilaian kondisi bayi, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan

terpilih, dan hasilnya. Jawaban diisi pada tempat yang disediakan dan diberi

tanda di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37,

jawaban yang sesuai dilingkari, sedangkan jawaban nomor 38 bisa lebih dari

1.4

2.2.3.2..F. Kala IV

Pamantauan kala IV yang terdiri dari tekanan darah, nadi, suhu, tinggi

fundus, kontraksi uterus, kandung kemih (kosong/isi), dan perdarahan, sangat

penting untuk menilai terdapatnya risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan.

Pengisian dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama setelah melahirkan dan

setiap 30 menit pada satu jam berikutnya pada kolom yang tersedia, dengan

catatan bagian yang dihitamkan tidak usah diisi.4

2.2.4. Pencatatan kemajuan persalinan abnormal

1. Fase laten lama

Jika seorang ibu hamil masuk kamar bersalin dalam fase laten

(pembukaan kurang dari 3 cm) dengan waktu lebih dari 20 jam pada primi

dan 14 jam pada multi, maka kemajuan persalinannya dianggap abnormal dan

harus segera dirujuk ke rumah sakit untuk tindakan selanjutnya. Hal ini yang

menyebabkan dibuatnya garis tebal pada jam ke-8 dari fase laten dini pada

partograf.

Kemajuan persalinan, keadaan janin, maupun ibu harus dicatat secara

lengkap, dan bila persalinan belum dimulai, dimana his kurang dari 2 kali

dalam 10 menit dengan lama kurang dari 20 detik, maka partograf dibatalkan

dan ibu boleh pulang. Pilihan lain adalah akselerasi persalinan dengan

amniotomi dan pemberian oksitosin, serta pemeriksaan dalam tiap 4 jam

sampai 12 jam, bila dalam 8 jam (2 kali periksa dalam) belum masuk fase aktif

atau fase aktif dicapai dalarn waktu 8 jam tetapi kemajuan persalinan kurang

dari 1 cm/jam atau adanya gawat janin, disproporsi kepala panggul, ataupun

Page 24: referat partograf

kontraindikasi oksitosin, dipertimbangkan untuk melakukan terminasi dengan

cara seksio sesar.2,3,5,7

2. Pindah ke sebelah kanan garis waspada

Dalam persalinan fase aktif catatan pembukaan biasanya akan menetap

di garis waspada atau sedikit bergeser ke sebelah kirinya, dan bila bergeser ke

sebelah kanan melewati garis waspada menunjukkan persalinan berlangsung lama

dan perlu segera dirujuk ke rumah sakit, kecuali jika pembukaan hampir lengkap,

tetapi bila kepala janin masih tinggi walaupun his baik dan pembukaan

memuaskan, ibu harus tetap dirujuk ke rumah sakit. Sedangkan di rumah sakit

dengan fasilitas kebidanan dapat dilakukan pemeriksaan ulang persalinan secara

cermat dan keputusan diambil untuk penanganan selanjutnya. 5,9

3. Pembukaan mencapai garis bertindak atau di luar garis bertindak

Tindakan aktif diambil setelah menunggu selama 4 jam, oleh karena itu

garis tindakan berada 4 jam di sebelah kanan garis waspada Kalau persalinan

mencapai garis tindakan, keputusan untuk mengakhiri persalinan harus

diambil karena persalinan akan berlangsung lama dan pada akhirnya akan

memerlukan tindakan juga. Keputusan dan tindakan ini harus diambil di

rumah sakit yang memiliki fasilitas memadai untuk menangani penyulit

persalinan. Evaluasi medis dilakukan secara lengkap, mulai dari his,

penurunan kepala, bunyi jantung janin, keadaan air ketuban , molase kepala,

keadaan umum ibu, obat maupun cairan yang diberikan, yang disertai dengan

terapi suportif, pemberian analgetika/sedativa, dan pengosongan kandung

kemih. Pilihan lain dapat berupa :

- Mengakhiri persalinan dengan seksio sesar bila terdapat tanda gawat janin,

disproporsi kepala panggul, ataupun kontraindikasi pemakaian oksitosin

- Penatalaksanaan konservatif dengan terapi suportif dan analgetika bila keadaan

ibu maupun his baik, atau akselerasi dengan pemberian oksitosin, dengan melakukan

pemeriksaan dalam setelah 3 jam, 2 jam kemudian, dan 2 jam

setelahnya, selain pemeriksaan bunyi jantung janin setiap 30 menit. Bila

tidak terdapat kemajuan dari salah satu pemeriksaan tersebut, maka

Page 25: referat partograf

persalinan diterminasi dengan seksio sesaria. Sebelum memulai infus

oksitosin dilakukan pemecahan ketuban kalau selaput ketuban masih utuh.

Pada pasien dengan his yang kurang efisien dapat dilakukan hidrasi

secukupnya dan dilanjutkan dengan analgesi, masing-masing dicatat pada

kolom Pemberian cairan iv maupun obat-obatan pada partograf. Pemberian

infus oksitosin adalah dengan cara drip yang ditingkatkan setiap setengah

jam sampai tercapai his yang optimal, yaitu terdapatnya 3-4 his dalam 10

menit dengan lama 40-50 detik, atau maksimal 40 tetes/menit pada primi

dan 60 tetes/menit pada multi. Kemudian tetesan dipertahankan dengan

mencatat dosis serta kecepatan pemberian pada partograf. Selain itu

dilakukan pemantauan dari kemajuan persalinan, keadaan janin maupun ibu.

Batas waktu untuk mengakhiri persalinan adalah 6-8 jam setelah

dimulainya infus oksitosin, dan bila terjadi hipertonia uterus ataupun tanda

gawat janin maka infus oksitosin harus dikurangi atau dihentikan sama

sekali.3,5,7

Pada persalinan presentasi bokong atau kehamilan ganda, pemberian

oksitosin baru boleh dilakukan saat berada di sebelah kanan garis waspada,

sedangkan pada persalinan bekas seksio sesar, uterotonika tidak boleh

diberikan, amniotomi dilakukan pada fase aktif, dan pemanjangan fase laten

(lebih dari 8 jam) maupun pemantauan yang mencapai atau di luar dari garis

bertindak memerlukan tindakan seksio sesar kembali, dengan menyingkirkan

terlebih dahulu indikasi seksio sesar akibat kemungkinan adanya disproporsi

kepala panggul maupun bekas seksio sesar klasik atau dua kali seksio sesar

pada persalinan sebelumnya. 5

Pencatatan partograf pada pasien dengan selaput ketuban yang sudah pecah

dimulai saat pasien mulai masuk persalinan spontan atau saat pemberian

oksitosin, dan ketuban yang sudah pecah lebih dari 6 jam dengan persalinan

Page 26: referat partograf

yang masih lama merupakan indikasi pemberian antibiotik profilaksis secara

intravena. 5

Page 27: referat partograf

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Salah satu pencatatan yang penting dalam proses persalinan adalah dengan

partograf.2

Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :

Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam

Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan

demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus

lama

Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi

bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang

diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan

atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada

status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong

persalinan untuk:

Mencatat kemajuan persalinan

Mencatat kondisi ibu dan janinnya

Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran

Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit

persalinan

Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan

klinik yang sesuai dan tepat waktu

Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya

mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu

mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.2

Page 28: referat partograf

DAFTAR PUSTAKA

1. Waspodo D, Ocviyanti D, Andriaansz G, Dhillon G, Ahnan M,

Madjid OA, dkk. Asuhan Persalinan Normal. 2007: 1-2;55-67

2. Saifuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Persalinan Normal. Jakarta. 2002: N-7 – N-

14; M-48- M-68

3. Anthonius Budi Marjono. Partograf. Januari 2007.

http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/index.html . 20

Juni 2007.

4. Sumapraja S. Partograf WHO. Jakarta.1993

5. Kala Satu Persalinan, Dalam: Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:

Departemen Kesehatan,2004:2.18-37

6. Syamsuddin K.A. Partograf. Dalam: Ilmu Kedokteran

Fetomaternal. Edisi Perdana, Hariadi R., Penyunting. Surabaya:

Himpunan Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan

Ginekologi Indonesia. 2004: 870-905

7. Cunningham F.G., Gant N.F., Leveno K.J., Gillstrap L. C., HauthJ.

C., Wenstrom K.D. Dystocia, Abnormal labour and fetopelvic

disporpotion. In Williams Obstetrics. 21 st ed. New York : Mc Graw

Hill, 2001. p. 426-427

8. Lavender T. Recommended Best Practice for use of the Parogram.

10 Januari2002.

Page 29: referat partograf

http://www.lwh.org.uk/Freedom/Intrapartum/PARTOGRAM.pdf.

13 Juni 2007

9. UNICEF. Partograph. 1998.

http://erc.msh.org/quality/pstools/psprtgrf.cfm - 16k –html. 20 Juni

2007

10. Normal labour and Birth- Low Risk

http://www.infoforhealth.org/inforeports/fistula/partograph.gif 20

Juni 20007

11. Anonymous,

http://www.who.int/reproductive-health/impac/dpartograph. 20 Juni

2007

12. ABC of labour care Labour in special circumstances -- Chamberlain

and Steer 318 (7191) 1124 -- BMJ

http://www.bmj.com/cgi/content/full/318/7191/112416 April 2008