Top Banner
Blok 17 : Neuropsikiatri TUGAS JURNAL PENYAKIT PARKINSON OLEH: Tannia Rizkyka Irawan H1A012059 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM NUSA TENGGARA BARAT 2015
30

Referat Parkinson

Nov 13, 2015

Download

Documents

tanrw
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Blok 17 : NeuropsikiatriTUGAS JURNALPENYAKIT PARKINSON

OLEH:

Tannia Rizkyka IrawanH1A012059

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAMNUSA TENGGARA BARAT2015

BAB 1Pendahuluan

Pada manusia, terdapat sistem yang mengatur dan mengendalikan kerja alat tubuh agar bekerja serasi dan sesuai dengan fungsinya. Sistem tersebut dinamakan sistem saraf dan hormon. Untuk penyakit Parkinson, umumnya memiliki gejala awal yang menyerang kemampuan motorik halus penderita. Kemampuan ini diatur oleh sistem saraf pusat (otak . Ada gangguan pada neurotransmitter (penghantar rangsang pada otak yaitu dopamin, hal ini mengakibatkan gerakan tubuh tidak luwes karena otot otot menjadi kaku.Biasanya penderita mengalami tremor, kaku otot, sulit berjalan, gangguan keseimbangan dan gerak gerik menjadi lambat (bradykinesia). Gejala primer tersebut disebabkan berkurangnya rangsangan pada korteks motorik dari ganglia basalis, biasanya karena kekurangan dopamin, yang diproduksi oleh neuron dopaminergik di otak, sedangkan gejala sekunder biasanya berupa gangguan pada fungsi luhur dan gangguan wicara.Para ahli menyebutkan bahwa penyakit parkinson disebabkan oleh kekurangan Dopamin yaitu zat yang dihasilkan oleh otak yang berfungsi untuk mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memulai, melanjutkan dan mengakhiri gerakan. Hampir 70% penderita penyakit parkinson mengalami sedikit getaran pada tangan atau kaki hingga keseluruh badan. Parkinson bersifat progresif,yang berarti semakin buruk dari waktu ke waktu, tapi biasanya ini terjadi perlahan lahan, selama bertahun-tahun dan ada perawatan yang baik yang dapat membantu anda menjalani kehidupan yang penuh.

BAB IIISIDefinisiPenyakit parkinson atau yang biasa disebut dengan sindrom parkinson mencakup berbagai kondisi dengan beragan etiologi dengan gejaa klinik yang serupa atau hampir serupa. Kriteria untuk mengklasifikasikannya ke dalam sindrom parkinson adalah adanya rigiditas, tremor dan bradikinesia. Gejala gejala ini dapat pula dicetuskan oleh penyakit neurologis yang krois bahkan oleh karena penggunaan obat obat tertentu. Johnson dan kawan kawan telah mengemukakan bahwa apabila ditemukan 2 dari 4 gejala berikut sekurang kurangnya maka diagnosis penyakit parkinson apat ditegakkan (Harsono, 2011)

KlasifikasiPenyakit Parkinson dibagi menjadi 3 jenis yaitu (Harsono, 2011):1. Primer atau idiopatikBentuk parkinson kronis yang paling sering dijumoai adalah jenis primer atau idiopatik, yang disebut juga sebagai paralisis agitans. Sekitar 7 dari 8 kasus parknson termasuk jenis ini.2. Sekunder atau simptomatikBerbagai kelainan yang dapat enyebabkan sindrom parkinson adalah arteriosklerosis, anoksia atau iskemia serebral, obat obatan atau zat toksik, ensefalitis viral, sifilis meningo-vaskular, dan pasca ensefalitis.3. Paraparkinson (dengan sebutan lain yaitu parkinson plus)Pada kelompok ini gejala parkinson hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit keseleuruhan. Dari segi terapi dan prognosis belum dideteksi jenis ini, contohnya yang didapat pada Penyakit Wilson, Huntington, sindrom Shy Drager, dan hidrosefalus normotensif.

EpidemiologiPrevalensi rata-rata dari penyakit Parkinson di Negara-negara Eropa adalah berkisar 65,6 per 100.000 hingga 12.500 per 100.000 dan insidensinya dari 5 per 100.000 hingga 346 per 100.000. Di Asia prevalensinya lebih rendah yakni berkisar 15 per 100.000 hingga 328 per 100.000. Menariknya, perbedaan yang cukup besar antara prevalensi dan insidensi disebabkan oleh perbedaan metodologi yang digunakan oleh berbagai kelompok peneliti; dalam hal ini termasuk protokol penelitian yang digunakan, kriteria diagnostic dan usia di dalam populasi penelitian (Chen & Tsai, 2010). Lebih dari satu juta orang di Amerika Serikat ( lima juta orang diselruruh dunia) diketahui menderita penyakit Parkinson, dan prevalensinya diyakini akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2030. Beban setiap tahun untuk penderita penyakit Parkinson pada tahun 2010 diperkirakan lebih dari 14,4 miliar dollar dan nilai ini akan terus meningkat karena semakin menigkatnya angka harapan hidup (Papapetropouluos S et al, 2015). Merupakan penyaki nuerodegenratif kedua setelah alzheimer yang menyerang 0,6% dari seluruh populasi yang berusia 65-69 tahun dan 2,6% dari seluruh populasi yang berusia antara 85-89 tahun (Varma & Sen, 2015).

Etiologi Sekitar 90% kasus parkinsonisme merupakan Parkinson disease (PD). Sebagian besar PD adalah sporadic tanpa etiologi yang jelas dan sekitar 5-10 % kasus memiliki etiologi genetic. Bentuk genetic PD lebih banyak ditemukan pada PD yang onsetnya pada usia muda. Kombinasi berbagai faktor seperti toksin, suspektibilitas genetic, proses penuaan bisajadi berpengaruh terhadap kasus PD yang bersifat sporadic (Weintraub et al., 2008).Terdapat berbagai hipotesis yang diduga menjadi etiologi PD primer diantaranya adalah infeksi oleh virus yang nonkonvensional (belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui, terjadinya penuaan yang premature atau cepat. Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neuronal pada penyakit Parkinson adalah hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin (Harsono, 2011).

Patofisiologi Interaksi antara faktor lingkungan dan genetic diduga berkontribusi dalam PD yang sporadic. Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain suatu zat yang disebut MPTP (1-methyl-4phenyl-1,2,3,6-tetrahydro-pyridine), hal ini diduga karena pada seseorang yang mengalami parkinsonism setelah diinjeksi dengan MPTP akan berespon terhadap pemberian levodopa dan bromokriptin. Pada orang yang terekspos dengan MPTP menunjukkan hasil PET terdapat 3 temuan neuropatologi yaitu degenerasi neuronal dopaminergik sedang sampai berat tanpa adanya lewy bodies pada substansia nigra. Menariknya, terdapat gliosis yaitu suatu kluster microglia disekitar sel saraf dan ektstaneural melanin. Temuan ini mengindikasikan terdapat degenerasi neuronal yang bersifat aktif dan kontinu (Rana a.Q.,2011) . Selain MPTP, paparan pestisida seperti rotenone dan paraquat berhubungan dengan PD. Injeksi dari agen ini akan menginduksi terjadinya kematian neuron dopaminergik dan terbentuknya badan inklusi yang mirip dengan badan lewy pada pasien PD. MPTP dan rotenone mengganggu fungsi mitokondria dan berperan penting dalam degenerasi sel nigra pada pasien PD (Rana a.Q., 2011).Rokok dan kopi dihubungkan dengan menurunnya risiko terkena PD pada beberapa studi epidemiologi. Menariknya, perokok sigaret memiliki 60% risiko lebih rendah terkait perkembangan PD dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Pada beberapa eksprimen ditemukan bahwa terapi nikotin memiliki efek proteksi terhadap kematian sel neuron nigrostriatal akibat MPTP , studi lain juga menyebutkan bahwa merokok sigaret menginhibisi aktivitas monoamine oksidase dan nikotin menstimulasi pelepasan dopamine. Mirip dengan efek merokok sigaret, meminum kopi dapat menurunkan risiko sekitar 30% dibandingkan dengan tidak meminum kopi, kafein memiliki efek blockade terhadap reseptor a2a yaitu reseptor yang ditempati oleh MPTP. (Rana a.Q., 2011).Selain faktor lingkungan terdapat juga faktor genetic yang berperan dalam pathogenesis parkinsonime, diantaranya adalah mutasi -synuclein a537. Gen ini berhasil diisolasi pada kasus PD autosomal dominan. Pasien ini menunjukkan penurunan fungsi kognitif, hipoventilasi sentral berat, hipotensi ortostatik, mioklonus dan inkontinensia urin yang onset gejalanya terjadi pada usia yang lebih muda. Selain itu, mutasi LRRK3 diidentifikasi menjadi penyebab terjadinya PD familial. Mutasi pada gen PINK1 juga diidentifikasi sebagai penyebab terjadinya PD autosomal resesif yang onsetnya terjadi pada usia muda (Rana a.Q., 2011)Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neuronal pada penyakit Parkinson adalah hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin1. Hipotesis radikal bebas.Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak dari neuron nigrostriatal, karena proses ini menghasilkan hydrogen peroksida dan radikal bebas lainnya. Walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari stress oksidatif, namun pada usia lanjut mekanisme ini mungkin gagal.2. Hipotesis neurotoksinDiduga satu atau lebih macam neurotoksin berperan dalam proses neurodegenerasi pada Parkinson. Sebagai contoh dikemukakan kemampuan zat MPTP (1-methyl-4phenyl-1,2,3,6-tetra-hydropyridine) atau toksin sejenis MPTP yang secara selektif toksik terhadap substansia nigra dan lokus seruleus mencetus sindrom yang serupa dengan Parkinson pada manusia.

Manifestasi KlinisGejala motorikGejala penyakit Parkinson dapat bervariasi, yaitu adanya tremor merupakan manifetasi klinis yang paling umum. Kemudian disertai dengan gangguan cara berjalan. Pada Parkinson juga menunjukkan rigiditas yang merupakan manifestasi paling jelas (Lingor, paul et al. 2011).Berikut penjelasan beberapa manifetasi klinis dari penyakit Parkinson (Lingor, Paul et al. 2011) : BradykinesiaBradikinesia merupakan lambatnya inisiasi dan melaksanakan gerakan, seperti menggerakan anggota badan, mengespresika wajah atau gangguan cara berjalan. Ciri bradikinesia berupa diadochokinesis (kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan berbalik secara cepat). Kemudian ditemukan Mikrografia (tulisan tangan yang kecil, merapat yang diakibatkan dari kombinasi kelambatan gerakan, gerakan yang tidak lengkap, dan kekakuan). Pada pasien penyakit Parkinson juga ditemukan mengalami depresi sampai 20% kasus. TremorTremor dikarakteristikan dengan frekuensi 4-6 Hz saat resting tremor. tremor yang paling penting adalah tremor esensial (ET). Pada banyak penderita, pada mulanya Parkinson muncul sebagai tremor (gemetar) tangan ketika sedang beristirahat, tremor akan berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja dan menghilang selama tidur. Stres emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor. Pada awalnya tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya, lengan dan tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening dan kelopak mata. Rigiditas (kekakuan)Kekakuan menjadi jelas pada pemeriksaan klinis, ketika gerakan pasif anggota tubuh terganggu. Dalam kombinasi dengan frekuensi tremor menghasilkan fenomena cogwheel pada gerakan pasif dalam sendi. Banyak pasien mengeluh dengan unilateral dan / atau nyeri bahu akibat kekauan otot asimetris. Ketidakstabilan posturalInstabilitas postural secara teratur muncul dalam perjalanan penyakit, paling sering pada tahap yang lebih maju. Biasanya gejala motorik asimetris.

Gejala non motoricSelain gejala motoric, pada penderita penyakit Parkinson juga disertai dengan gejala non motoric, seperti dibawah ini : Disfungsi penciumanDisfungsi penciuman telah diakui menjadi tanda klinis awal pada pasien dengan IPD. Sekitar 70-90% dari semua pasien IPD hadir dengan kurangnya signifikan diskriminasi bau dan sepertinya hadir sebelum hadinyagejala motorik. Hilangnya bau kerap diikuti dengan hilangnya rasa. Dopamin adalah pengantar kimia yang membawa sinyal antara otak dan otot dan saraf di seluruh tubuh. Seperti yang memproduksi dopamin sel mati, indera penciuman menjadi terganggu, dan pesan seperti isyarat bau tidak sampai.

Dysautonomiadysautonomia merupakan malfungsi pada ANS (Autonomic Nervus System) seperti seborrhoea, hipotensi ortostatik, gastrointestinal atau disfungsi kemih dapat terjadi sebelum atau setelah timbulnya gejala motorik. Pada pasien Parkinson juga disertai dengan disfungsi kemih ang menandakan keparahan dari penyakit. Gejala gastrointestinal dapat berupa sembelit, disfagia, mual, muntah, buang air besar tidak lengkap dalam pengosongan atau inkontinensia. 20% dari pasien menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 20 mmHg terkait dengan ketidakstabilan postural. Pasien mungkin tidak menyadari bahwa terjadi disfungsi ereksi dan hilangnya libido. Depresi dan cemasGangguan neuropsikiatri, seperti depresi dan kecemasan sering ditemukan bersama dengan gejala motorik - sekitar 40% dari semua pasien Parkinson menunjukkan-kecemasan terkait depresi atau gabungan psikopatologi Keparahan penyakit di juga telah terbukti berkorelasi positif dengan kecemasan dengan pasien muda. Penurunan kognitif dan demensiaSekitar 40% dari semua pasien awalnya didiagnosis dengan IPD akan mengalami penurunan kognitif dengan demensia dalam perjalanan penyakitnya. Menurut kriteria diagnostik saat ini, terjadinya disfungsi kognitif pada pasien dengan gejala parkinsonian paling lambat 12 bulan setelah presentasi pertama gejala motorik dianggap sebagai penyakit Parkinson demensia. Pemeriksaan neuropsikologi untuk penyakit Parkinson demensia harus mencakup skala tertentu yang harus didukung untuk mendeteksi disfungsi kortikal. Sebagai contoh, Timbangan untuk Hasil dari penyakit Parkinson-Kognisi (Scopa-COG), Parkinson Penyakit-kognitif Rating Scale (PD-CRS), dan Parkinson Neuropsychometric Demensia Assessment (PANDA) cenderung menghasilkan penilaian yang lebih tepat dari kognitif. Gangguan perilaku tidur REM (RBD)RBD dapat muncul bertahun-tahun sebelum terdiagnosis penyakit Parkinson berdasarkan gejala motorik klasik. RBD ditandai dengan peningkatan aktivitas motorik selama tidur REM, yang dapat mengakibatkan vokalisasi dan gerakan anggota badan yang kuat. Pasien biasanya juga dapat menggambarkan pengalaman mimpi. Gangguan tidur serta kaki gelisah adalah daftar gejala yang paling mengganggu untuk pasien pada tahap awal dan bahkan pada tahap akhir. Selain itu, 50% dari pasien mengeluh kantuk di siang hari yang berlebihan, yang juga dapat mendahului manifestasi gejala motor yang bertahun-tahun.Tabel 1. Manifetasi klinis non motoric (Lingor, Paul et al. 2011).Gangguan Otonomik

disfungsi gastrointestinal disfungsi saluran kemih disfungsi seksual hipotensi ortostatik

Gangguan tidur dan neuropsikiatri depresi kecemasan halusinasi psikosis demensia ganguan tidur fase REM dan insomnia rasa kantuk yang berat pada pagi hari kelelahan serangan panik

Defisit Sensoris disfungsi pendengaran nyeri

DiagnosisParkinsonisme adalah suatu sindrom yang ditandai dengan tremor ritmis, bradikinesia, kekakuan otot, dan hilangnya refleks tubuh. Parkinsonisme adalah gangguan yang paling sering melibatkan sistem ekstrapiramidal. Sangat banyak kasus besar yang tidak diketahui penyebabnya atau bersifat idiopatik. Parkinsonisme idiopatik mengarah kepada Penyakit Parkinson (PD) atau agitasi paralisis. Saat ini, PD menyerang hampir 1 juta orang Amerika dan merupakan penyebab utama disabilitas (Price A.,Wilson L, 2012).

Kriteria Diagnostik berdasarkan Kriteria Hughes:Possible: terdapat salah satu dari gejala utama Tremor istirahat Rigiditas Bradikinesia Kegagalan reflex postural

Probable Bila terdapat kombinasi dua gejala utama (termasuk kegagalan reflex postural) atau satu dari tiga gejala pertama yang tidak simetris (dua dari empat tanda motorik).Definite Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala dengan satu gejala lain yang tidak simetris (tiga tanda cardinal). Bila semua tanda-tanda tidak jelas sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulangan beberapa bulan kemudian. Kemajuan di bidang radiologi telah membantu dalam menentukan etiologi Parkinsonism dan dalam mendiagnosa PD yang idiopatik dengan lebih akurat. Walaupun CT scan dan MRI tidak dapat menunjukkan pola yang spesifik untuk PD, alat-alat ini dapat membantu mengeliminasi atau mengkonfirmasi penyakit-penyakit lainnya. Teknologi yang sedang dikembangkan (contohnya Positron Emission Tomography, Single Photon Emission CT) kemungkinan akan berpengaruh pada diagnosa PD, tetapi, keduanya tidaklah murah.

Diagnosis parkinsonisme ini ditegakkan pada temuan klinisnya. Kunci untuk menegakkan diagnosis Penyakit Parkinson sejati adalah respons pengobatan terhadap levodopa (L-dopa). Bentuk lain parkinsonisme adalah degenerasi neuron yang sebelumnya telah mendapatkan pasokan dopaminergik sehingga tidak berespon terhadap L-dopa. Berikut ini adalah gambaran neurologis utama penyakit ini yang dapat diketahui dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Temuan NeurologisKeterangan

Tremor istirahatGerakan memilin pada jari tangan, tremor berkurang dengan gerakan voluntar dan pada saat tidur

BradikinesiaPerlahan dalam memulai dan mempertahankan gerakan

Rigiditas pola pedatiResistensi relatif konstan sepanjang rentan gerakan

Kelainan posisi tubuh dan cara berjalanMembungkuk, berjalan dengan kaki di seret, tidakmampu berbalik dengan cepat, berbalik badan secara bersamaan (en bloc)

MikrografiaTulisan tangan yang kecil dan secara perlahan lahan, tremor dapat terlihat ketika menggambar lingkaran yang konsentrik

Wajah seperti topengMata melotot, ekspresi dingin, berkedip 2-3 kali/menit

Suara datar (monotone)Bicara tanpa ekspresi

Refleks hiperaktif glabelarSensitifitas yang berlebihan terhadap ketukan jari diatas glabellar, menyebabkan pasien berkedip setiap kali ketukan (Tanda Meyersons).

(Price A.,Wilson L, 2012)

Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang dilakukan bila ada indikasi, antara lain dengan melakukan pemeriksaan : Neuroimaging : CT Scan, MRIUntuk mengetahui gambaran internal otak. Pada penyakit parkinson kemungkinan didapatkan gambaran pelebaran ventrikel.

SPECT- imagingTeknik SPECT ini menungkinkan pemeriksa untuk mengetahui keadaan kompartemen pre sinaps an post sinaps negostriatal, yang mana dengan alat ini dapat diketahui gambaran semikuantitatif pada jalur negostriatal ini. Defisit dopamin dapat dikuantifikasi dengan DAT-SPECT dan hasilnya dapat diinterpretasikan dengan jumlah transporter presinaptik pada sinaps dopamin di striatal.

Gambar A. DAT-SPECT irisan transversal setelah 3 jam diinjeksi dengan 220 MBq. Kiri: pencitraan reseptor dopamie normal. Kanan: Penurunan jumlah transporter dopamin pada defisit nigostriatal. Gambar B. Reseptor D2-SPECT irisan transversal setelah 1,5 jam diinjeksi dengan 185 Mbq. Kiri: Ekspresi normal reseptor D2. Kanan: Penurunan ekspresi reseptor D2

USG- TranskranialUSG transkranial menjadi pemeriksaan standar pada pasien dengan suspek penyakit parkinson. Pemeriksan ini mengandallkan deskripsi hiperekogenisitas pada substansia nigra pasien dengan PD. Gambar 2. Transkranial sonografi pada midbrain (titik ungu). Gambar A menunjukkan area hiperekogenisitas yang kecil pada substansia nigra. Sedangkan Gambar B menunjukakn daerah yang hiperekogenisitas yang lebih besar (ditandai dengan titik putih), dimana gambar B adalah yang mengalami Penyakit Parkinson.

Analisis cairan serebrospinalis Pengambilan cairan serebrospinal dapat dilakukan dengan cara Lumbal Punksi, Sisternal Punksi atau Lateral Cervical Punksi. Lumbal Punksi merupakan prosedure neuro diagnostik yang paling sering dilakukan, sedangkan sisternal punksi dan lateral hanya dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli. Dilakukan dengan cara menginsersi jarum berongga ke dalam ruang sub-araknoid di antara lengkung saraf vertebra lumbal ketiga dan lumbal keempat. Kemungkinan hasil menunjukkan adanya penurunan kadar dopamine Laboratorium ( Penyakit Parkinson sekunder ) : patologi anatomi, pemeriksaan kadar bahan Cu ( Wilsons disease, prion Bovine spongiform encephalopathy) (Lingor et al, 2011).

Tatalaksana FarmakologiTerapi dari penyakit Parkinson dikelompokkan menjadi terapi farmakologi dan terapi non-farmakologi. Terapi farmakologi meliputi obat-obatan yang bekerja pada sistem dopaminergic, kolinergik, glutamatergic, dan neuroprotector. Sedangkan terapi non farmakologi meliputi perawatan, pembedahan, deep brain stimulation, dan transplantasi. (Machfoed et al, 2010)Terapi farmakologi yang dapat digunakan dalam penanganan penyakit Parkinson meliputi (Machfoed et al, 2011; Harsono, 2014): 1. Obat pengganti dopamine (Levodopa)Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di dalam otak levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi dopamine pada neuron dopaminergik oleh L-aromatik asam amino dekarboksilase (dopa dekarboksilase). Walaupun demikian, hanya 1-5% dari L-Dopa memasuki neuron dopaminergik, sisanya dimetabolisme di sembarang tempat, mengakibatkan efek samping yang luas. Karena mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa endogen. Carbidopa dan benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor, membantu mencegah metabolisme L-Dopa sebelum mencapai neuron dopaminergik. Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya.Banyak dokter menunda pengobatan simtomatis dengan levodopa sampai memang dibutuhkan. Bila gejala pasien masih ringan dan tidak mengganggu, sebaiknya terapi dengan levodopa jangan dilakukan. Hal ini mengingat bahwa efektifitas levodopa berkaitan dengan lama waktu pemakaiannya. Levodopa melintasi sawar-darah-otak dan memasuki susunan saraf pusat dan mengalami perubahan ensimatik menjadi dopamin. Dopamin menghambat aktifitas neuron di ganglia basal.Efek samping levodopa dapat berupa:bNeusea, muntah, distress abdominal, Hipotensi postural. Sesekali akan didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita yang berusia lanjut. Dan Diskinesia yang paling sering ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau muka. diskinesia sering terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap terapi levodopaAbnormalitas laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal dan ureum darah yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada terapi levodopa.

1. AntikolinergikObat ini menghambat sistem kolinergik di ganglia basal dan menghambat aksi neurotransmitter otak yang disebut asetilkolin. Obat ini mampu membantu mengoreksi keseimbangan antara dopamine dan asetilkolin, sehingga dapat mengurangi gejala tremor. Ada dua preparat antikolinergik yang banyak digunakan untuk penyakit parkinson , yaitu thrihexyphenidyl (artane) dan benztropin (congentin). Preparat lainnya yang juga termasuk golongan ini adalah biperidon (akineton), orphenadrine (disipal) dan procyclidine (kamadrin).Efek samping obat ini adalah mulut kering dan pandangan kabur. Sebaiknya obat jenis ini tidak diberikan pada penderita penyakit Parkinson usia diatas 70 tahun, karena dapat menyebabkan penurunan daya ingat.

1. Penghambat Monoamin oxidase (MAO Inhibitor)Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO diduga berguna pada penyakit Parkinson karena neurotransmisi dopamine dapat ditingkatkan dengan mencegah perusakannya. Selegiline dapat pula memperlambat memburuknya sindrom Parkinson, dengan demikian terapi levodopa dapat ditangguhkan selama beberapa waktu. Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit Parkinson yaitu untuk mengaluskan pergerakan.Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan dengan menginhibisi monoamine oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat perusakan dopamine yang dikeluarkan oleh neuron dopaminergik. Metabolitnya mengandung L-amphetamin and L-methamphetamin. Biasa dipakai sebagai kombinasi dengan gabungan levodopa-carbidopa. Selain itu obat ini juga berfungsi sebagai antidepresan ringan. Efek sampingnya adalah insomnia, penurunan tekanan darah dan aritmia.

1. AmantadinBerperan sebagai pengganti dopamine, tetapi bekerja di bagian lain otak. Obat ini dulu ditemukan sebagai obat antivirus, selanjutnya diketahui dapat menghilangkan gejala penyakit Parkinson yaitu menurunkan gejala tremor, bradikinesia, dan fatigue pada awal penyakit Parkinson dan dapat menghilangkan fluktuasi motorik (fenomena on-off) dan diskinesia pada penderita Parkinson lanjut. Dapat dipakai sendirian atau sebagai kombinasi dengan levodopa atau agonis dopamine. Efek sampingnya dapat mengakibatkan mengantuk.

1. Penghambat Catechol 0-Methyl Transferase/COMTEntacapone (Comtan), Tolcapone (Tasmar). Obat ini masih relatif baru, berfungsi menghambat degradasi dopamine oleh enzim COMT dan memperbaiki transfer levodopa ke otak. Mulai dipakai sebagai kombinasi levodopa saat efektivitas levodopa menurun. Diberikan bersama setiap dosis levodopa. Obat ini memperbaiki fenomena on-off, memperbaiki kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari.Efek samping obat ini berupa gangguan fungsi hati, sehingga perlu diperiksa tes fungsi hati secara serial. Obat ini juga menyebabkan perubahan warna urin berwarna merah-oranye.1. NeuroproteksiTerapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang diinduksi progresifitas penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen neuroprotektif adalah apoptotic drugs (CEP 1347 and CTCT346), lazaroids, bioenergetics, antiglutamatergic agents, dan dopamine receptors. Adapun yang sering digunakan di klinik adalah monoamine oxidase inhibitors (selegiline and rasagiline), dopamin agonis, dan complek I mitochondrial fortifier coenzyme Q10.

Non FarmakologikBertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan seperti semula proses patologis yang mendasari (neurorestorasi). Beberapa jenis terapi non farmakologi yang dapat digunakan antara lain : (Machfoed et al 2011)0. Terapi BedahTindakan pembedahan dilakukan apabila penderita tidak berespon terhadap pengobatan. Beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan tindakan bedah antara lain : Memberi respon yang baik dan dalam jangka panjang akan tetap responsive terhadap L-dopa ataupun obat lain, tindakan operasi hanya dilakukan apabila terapi non bedah tidak efektif, dan tindakan bedah kurang bermanfaat pada orang dengan gangguan kognisi yang berat. 0. Deep Brain Stimulation (DBS)Ditempatkan semacam elektroda pada beberapa pusat lesi di otak yang dihubungkan dengan alat pemacunya yang dipasang di bawah kulit dada seperti alat pemacu jantung. Pada prosedur ini tidak ada penghancuran lesi di otak, jadi relatif aman. Manfaatnya adalah memperbaiki waktu off dari levodopa dan mengendalikan diskinesia.

0. Transplantasi Percobaan transplantasi pada penderita penyakit parkinson dimulai 1982 oleh Lindvall dan kawannya, jaringan medula adrenalis (autologous adrenal) yang menghasilkan dopamin. Jaringan transplan (graft) lain yang pernah digunakan antara lain dari jaringan embrio ventral mesensefalon yang menggunakan jaringan premordial steam atau progenitor cells, non neural cells (biasanya fibroblast atau astrosytes), testis-derived sertoli cells dan carotid body epithelial glomus cells. Untuk mencegah reaksi penolakan jaringan diberikan obat immunosupressant cyclosporin A yang menghambat proliferasi T cells sehingga masa idup graft jadi lebih panjang. Transplantasi yang berhasil baik dapat mengurangi gejala penyakit parkinson selama 4 tahun kemudian efeknya menurun 4 6 tahun sesudah transplantasi. Teknik operasi ini sering terbentur bermacam hambatan seperti ketiadaan donor, kesulitan prosedur baik teknis maupun perijinan.

Komplikasi Penyakit Parkinson sering disertai dengan masalah-masalah lain, yang mungkin dapat diobati seperti (Schuepbach, 2013) :a. Kesulitan berpikir. Pasien mungkin mengalami masalah kognitif (demensia) dan kesulitan berpikir, yang biasanya terjadi pada tahap akhir dari penyakit Parkinson. Masalah kognitif seperti tidak sangat responsif terhadap obat-obatan.b. Depresi dan perubahan emosional. Orang dengan penyakit Parkinson mungkin mengalami depresi. c. Pasien juga mungkin mengalami perubahan emosi lainnya, seperti rasa takut, cemas atau kehilangan motivasi. Dokter dapat memberikan obat untuk mengobati gejala-gejala tersebut.d. Masalah menelan. Pasien merasa kesulitan untuk menelan. Pada Parkinson, ini bukan merupakan masalah yang parah. Air liur dapat terakumulasi dalam mulut karena perlambatan untuk menelan yang menyebabkan meneteskan air liur.e. Masalah tidur dan gangguan tidur. Orang dengan penyakit Parkinson sering mengalami masalah tidur, termasuk sering terbangun sepanjang malam, bangun pagi atau tertidur di siang hari.f. Masalah kandung kemih. Penyakit Parkinson dapat menyebabkan masalah kandung kemih, termasuk tidak mampu mengontrol urine atau memiliki kesulitan buang air kecilg. Sembelit. Banyak orang dengan penyakit Parkinson mengembangkan sembelit, terutama disebabkan oleh saluran pencernaan lebih lambat.PrognosisGejala-gejala Parkinson cenderung menjadi lebih buruk secara bertahap dari waktu ke waktu. Namun, kecepatan perkembangan sangat bervariasi dari orang ke orang. Ketika gejala pertama dimulai, pasien mungkin tidak memerlukan pengobatan bila gejala yang relatif ringan. Beberapa orang mungkin hanya sedikit cacat 20 tahun setelah Parkinson pertama dimulai, sedangkan yang lain mungkin sangat cacat setelah 10 tahun (Connolly, 2014).BAB IIIPENUTUPKESIMPULAN Penyakit Parkinson merupakan gangguan neurodegenerative progresif yang disebabkan karena proses degenerasi spesifik neuron-neuron dopaminergik ganglia basalis terutama di substansia nigra pars kompakta yang disertai inklusi sitoplasmik eosinofilik (badan lewy). Penyakit Parkinson adalah tipe tersering dari suatu keadaan Parkinsonism, lebih kurang 80% dari seluruh kasus. Selain itu penyakit Parkinson juga merupakan penyakit neurodegenerative tersering kedua setelah demensia Alzheimer. PD terdapat 4 manifestasi gejala utama motorik : tremor saat istirahat, rigiditas, bradikinesia (berkurang atau lambatnya suatu gerakan), dan instabilitas postural. Selain itu pada PD juga terdapat gejala non motorik yang termasuk didalamnya adalah gangguan sensoris dan otonom serta gangguan neurobehavioral (neuropsikiatri) seperti depresi, ansietas, dan psikosis. Manajemen pasien dengan penyakit Parkinson tahap lanjut sangatlah menantang kita dalam penanganannya dilihat dari segi motorik, sering timbul komplikasi gejala psikosis, yang disertai dengan berbagai komorbiditas neuropsikiatri lainnya. Penilaian dan penanganan pasien PD yang disertai gejala neuropsikiatri membutuhkan perhatian yang lebih besar bagi kita untuk lebih memperhatikan lagi berbagai faktor penyebab timbulnya gejala neuropsikiatri. Pengenalan secara dini dari gejala-gejala neuropsikiatri yang timbul hampir menyerupai gejala PD sangatlah penting dalam tatalaksana pasien lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Chen S.Y & Tsai S.T, 2010. The Epidemology of Parkinsons Diseases. Tzu Chi Medical Journal. 2010 : 73-81. Accessed on April 20th 2015. Available at http://www.tzuchimedjnl.com/article/S1016-3190(10)60044-4/abstractConnolly BS, Lang AE. 2014. Pharmacological Treatment of Parkinson Disease. JAMA. 311(16): 1670-1683 Accessed on April 20th 2015. Available at http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=1861807Harsono, 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada University PressKrishna, A. 2013. Mengenali keluhan anda informasi kesehatan umum untuk patient. Informasi Medika. p9 Available from: https://books.google.co.id/books?id=uTwfBQAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false [Accessed : 2015, April 19]Lingor P, Liman J, Kallenberg K., 2011. Diagnosis and Differential Diagnosis of Parkinsons Disease. Journal of Intech Open Sciences. Accessed on April 20th 2015. Available at www.intechopen.com/download/pdf/20327Machfoed MH, Hamdan M, Machin A, Wardah RI, 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan UnairPapaperopoulos S et al, 2015. Digital Health Revolution : Is It Time for Affordable Remote Monitoring for Parkinson Disease ?.Frontiers in Neurology 2015, 6 : 1-3. Accessed on April 20th 2015. Available at http://journal.frontiersin.org/article/10.3389/fneur.2015.00034/fullRana A.Q., 2011. Diagnosis and Treatment of Parkinsons Disease. Journalof Intech Open Sciences. Accessed on April 20th 2015. Available at http://www.intechopen.com/books/diagnosis-and-treatment-of-parkinson-s-disease

Scuepbach WMM, et al. 2013. Neurostimulation for Parkinsons Disease with Early Motor Complications. New England Journal of Medicine. 368(7): 610-623 Accessed on April 20th 2015. Available at http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa1205158

Varma D & Sen D, 2015. Role of the Unfolded Protein Respone in the Pathogenesis of Parkinson's Disease. Acta Neurobiol Exp 2015, 75 : 1-26. Accessed on April 20th 2015. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25856519