Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa. Insidensi konjungtivitis di Indonesia berkisar antara 2-75%. Data perkiraan jumlah penderita penyakit mata di Indonesia adalah 10% dari seluruh golongan umur penduduk per tahun dan pernah menderita konjungtivitis. Data lain menunjukkan bahwa dari 10 penyakit mata utama, konjungtivitis menduduki tempat kedua (9,7%) setelah kelainan refraksi (25,35%). Tanda-tanda konjungtivitis, yakni konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak, produksi air mata berlebihan, kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas, pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi yang tidak spesifik akibat peradangan, pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva
30

Referat Mata koas

Dec 29, 2015

Download

Documents

jdshfhiwfhiwe ehuihfiuh hfeihfewuhfeunie hfiuwefhuiehfuhrwf ihriwuhfuwhwsfhwu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Referat Mata koas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih

mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya

berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat

disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya

kontak lensa.

Insidensi konjungtivitis di Indonesia berkisar antara 2-75%. Data perkiraan

jumlah penderita penyakit mata di Indonesia adalah 10% dari seluruh golongan umur

penduduk per tahun dan pernah menderita konjungtivitis. Data lain menunjukkan

bahwa dari 10 penyakit mata utama, konjungtivitis menduduki tempat kedua (9,7%)

setelah kelainan refraksi (25,35%).

Tanda-tanda konjungtivitis, yakni konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan

membengkak, produksi air mata berlebihan, kelopak mata bagian atas nampak

menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan

konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas, pembesaran pembuluh

darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi yang tidak spesifik akibat

peradangan, pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya,

terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein) serta

dijumpainya sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah)

Radang konjungtiva (konjungtivitis) adalah penyakit mata paling umum didunia.

Boleh dikatakan masyarakat sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat

menyerang semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro- organisme

(terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan

udara. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan

nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan

kebutaan.

Page 2: Referat Mata koas

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah anatomi dari konjungtiva ?

2. Apakah pengertian konjungtivitis?

3. Apakah etiologi dari konjungtivitis?

4. Apa saja klasifikasi dari konjungtivitis?

5. Bagaimana cara menentukan diagnose konjungtivitis?

6. Bagaimana penatalaksanaan dari konjungtivitis?

7. Apakah komplikasi dan prognosa dari konjungtivitis?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami anatomi dari konjungtiva

2. Mengetahui dan memahami pengertian konjungtivitis

3. Mengetahui dan memahami etiologi dari konjungtivitis

4. Mengetahui dan memahami apa saja klasifikasi dari konjungtivitis

5. Mengetahui dan memahami diagnose konjungtivitis

6. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari konjungtivitis

7. Mengetahui dan memahami komplikasi dan prognosa dari konjungtivitis

1.4 Manfaat

1 Menambah wawasan mengenai penyakit mata khususnya konjungtivitis.

2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.

Page 3: Referat Mata koas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi konjungtiva

Gambar 1. Anatomi konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang

membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan

permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dcngan

kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di

limbus.

Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:

1. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).

2. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).

3. Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian

posterior palpebra dan bola mata)1

Konjungtiva palbebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan

melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke

posterior (pada fornices superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera

dan menjadi konjungtiva bulbaris.1

Page 4: Referat Mata koas

Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan

melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan

memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. (Duktus-duktus kelenjar lakrimalis

bermuara ke forniks temporal superior.) Kecuali di limbus (tempat kapsul Tenon dan

konjungtiva menyatu sejauh 3 mm), konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul

tenon dan sklera di bawahnya. Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah

bergerak dan lunak (plika semilunaris) terlelak di kanthus internus dan membentuk

kelopak mata ketiga pada beberapa binatang. Struktur epidermoid kecil semacam

daging(karunkula) menempel superfisial ke bagian dalam plika semilunaris dan

merupakan zona transisi yang mengandung clemen kulit dan membrane mukosa.1

Konjungtiva forniks struktumya sama dengan konjungtiva palpebra. Tetapi

hubungan dengan jaringan di bawahnya lebih lemah dan membentuk lekukan-

lekukan. Juga mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena itu, pembengkakan

pada tempat ini mudah terjadi bila terdapat peradangan mata.1

Histologi

Gambar 2. Histologi konjungtiva

Jika dilihat dari segi histologinya, lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua

hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel

konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan

mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel epitel

Page 5: Referat Mata koas

superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus

mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata

secara merata di seluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada

sel-sel superfisial dan di dekat limbus dapat mengandung pigmen.1

Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu

lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di

beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum

germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2

atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus

bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan

fibrosa tersusun dari Jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal

ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa

tersusun longgar pada bola mata.1

Kelenjar

Kelenjar airmata asesori (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur dan

funginya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar

Krause berada di forniks atas, dan sedikit ada di forniks bawah. Kelenjar Wolfring

terletak di tepi atas tarsus atas.¹

Sistem pertahanan konjungtiva terhadap infeksi

Selain bertanggung jawab terhadap produksi musin, konjungtiva juga

memiliki kemampuan yang besar dalam melawan infeksi . Hal ini dapat dipahami

oleh karena :

1. Epitel konjungtiva yang intak mencegah invasi dari mikroba

2. Konjungtiva mengandung banyak imunoglobulin

3. Adanya flora bakteri normal di konjungtiva

4. Sekresi musin oleh sel goblet konjungtiva dapat mengikat mikroba untuk

kemudian dikeluarkan melalui sistem ekskresi lakrimal

5. Aktivitas enzimatik konjungtiva memungkinkan jaringan ini dalam melokalisir

dan menetralisir partikel-partikel asing

6. Conjunctiva-Associated Lymphoid Tissue (CALT). 13

Page 6: Referat Mata koas

2.1 Pengertian konjungtivitis

Konjungtivitis, atau peradangan konjungtiva, adalah istilah umum yang

mengarah pada bermacam-macam kelompok penyakit/kelainan yang mengenai

terutama konjungtiva. Kebanyakan jenis konjungtivitis adalah selflimited, tapi

beberapa berlanjut dan dapat menyebabkan komplikasi okuler dan ekstraokuler yang

serius.2

2.3 Epidemiologi

Konjungtivitis adalah diagnosa yang mencakup bermacam-macam kelompok

penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan mengenai semua umur, semua status sosial

dan kedua gender.5 Meskipun tidak ada tokoh yang dapat dipercaya yang mendata

insidensi atau prevalensi dari konjungtivitis, kondisi ini telah disebutkan sebagai

salah satu penyebab paling sering dari pasien untuk memeriksakan sendiri dirinya.2

Konjungtivitis jarang menyebabkan kehilangan penglihatan yang permanen atau

kerusakan struktur, tapi dampak ekonomi dari penyakit ini dalam hal kehilangan

waktu kerja, meskipun tidak terdokumentasi, sangat tidak diragukan lagi. 2% dari

seluruh kunjungan ke dokter adalah untuk pemeriksaan mata dengan 54% nya adalah

antara konjungtivitis atau abrasi kornea.5 Untuk konjuntivitis yang infeksius, 42%

sampai 80% adalah bakterial, 3% chlamydial, dan 13% sampai 70% adalah viral.

Konjungtivitis viral menggambarkan hingga 50% dari seluruh konjungtivitis akut di

poli umum. Occular cicatrical pemphigoid dan konjungtivitis neoplasma jarang

tampak.5

2.4 Etiologi

Menurut Michael Silverman (2007), berdasarkan beberapa penelitian, penyebab

terbanyak dari konjungtivitis mukopurulen adalah bakteri. Beberapa bakteri yang

paling umum sebagai penyebabnya adalah :6

-   Kokus Gram positif : Staphylococcus epidermidis, Streptococcus

pyogenes,   dan Streptococcus pneumoniae 

-   Kokus Gram negatif : Neisseria meningitidis dan Moraxella lacunata

-   Batang Gram negatif: genus Haemophilus dan familiEnterobacteriaceae

Page 7: Referat Mata koas

Infeksi mata dapat disebabkan kelompok Pneumokokus, stafilokokus

H.aegyptus banyak menimbulkan perdarahan subkonjungtiva, H.influence memberi

eksudat cair. N.gonokokus akan memberi eksudat nanah diikuti perusakan jaringan

kornea. Kuman difteri akan memberi eksudat membranous yang akan berdarah bila

dikelupas. Jenis kokus akan memberi eksudat pseudomembran. 

M.tuberkulosis dan T.pallidum akan memberi aksudat granulomatous di konjungtiva

dengan diikuti pembengkakan yang terlihat dan teraba dikelenjar preaurikular. 1

2.5 Klasifikasi

 Berdasarkan penyebabnya konjungtivitis diklasifikasikan antara lain 4:

1. Konjungtivitis Bakterial

Terdapat dua bentuk konjungtivitis bakterial : akut (dan sub akut) dan

menahun. Konjungtivitis bakterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan

mikroorganisme tertentu seperti haemophilus influenzae, Staphylococcus

aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, and Moraxella

catarrhalis. S. aureus pada dewasa dan bakteri pathogen lain pada anak-anak .

          Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu jika tidak diobati dengan

memadai. Konjungtivitis bakterial akut dapat menjadi menahun. Pengobatan

dengan salah satu sekian obat anti bakterial yang tersedia biasanya mengatasi

keadaan ini dalam beberapa hari. Konjungtivitis purulen yang disebabkan N.

Gonorrhoae dan N. Meningitidis dapat menimbulkan komplikasi berat jika

tidak segera diobati sejak dini.

A. Tanda dan gejala

  Organisme ini menimbulkan iritasi dan kemerahan bilateral, eksudat

purulen dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur, kadang-

kadang edema palpebra. Infeksi biasanya pada satu mata dan menular

kesebelah karena tangan. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui

bahan yang dapat menyebarkan kuman seperti kain, dan lain-lain.

Page 8: Referat Mata koas

    Konjungtivitis Bakterial Hiperakut (dan subakut).

Konjungtivitis Purulen

          Adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh N.

Gonorrhoeae dan N. Meningitidis yang ditandai dengan eksudat

purulen. Konjungtivitis meningokokus kadang-kadang terjadi pada

anak-anak. Setiap konjungtivitis berat dengan banyak eksudat perlu

segera diperiksa secara laboratoris dan segera diobati. Jika ditunda,

mungkin terjadi kerusakan kornea atau gangguan penglihatan, atau

konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk N. Gonorrhoeae dan N.

Meningitidis, yang menimbulkan sepsis atau meningitis.

Konjungtivitis Mukopurulen (catarhal) Akut

       Sering terdapat dalam bentuk epidemik dan disebut ”mata merah”

oleh orang awam. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya hiperemi

konjungtiva secara akut, dan jumlah eksudat mukopurulen sedang.

Penyebab paling umum adalahStreptokokus pneumonia pada iklim

sedang dan Haemophilus aegyptius pada iklim panas. Penyebab yang

kurang umum adalah Stapilokokus dan Streptokokuslain.

Konjungtivitis yang disebabkan oleh S. pneumoniae dan Haemophilus

aegyptius mungkin disertai perdarahan sub konjungtiva. Pengobatan

dengan membersihkan konjungtiva dan antibiotik yang sesuai.

Konjungtivitis Subakut

          Paling sering disebabkan H. Influenzae dan kadang-kadang

oleh E. Colidan spesies Proteus. Infeksi H. Influenzae ditandai eksudat

berair tipis atau berawan.

Konjungtivitis Gonorhoe

          Merupakan radang konjungtiva akut yang hebat dan disertai

sekret purulen.Gonokokus merupakan kuman yang sangat patogen,

virulen, dan bersifat invasif sehingga reaksi radang kuman ini sangat

berat. Penyakit kelamin yang disebabkan oleh gonorhoe merupakan

merupakan penyakit yang tersebar luas diseluruh dunia secara

endemik. Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada

pada jalan lahir, sedangkan pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu

yang sedang menderita penyakit tersebut. Pada orang dewasa

penularanya melalui alat kelaminnya sendiri.

Page 9: Referat Mata koas

      Diklinik akan melihat penyakit ini dalam bentuk oftalmia

neonatorum (bayi berusia 1-3 hari),

konjungtivitis gonorhoe infantum (usia lebih dari 10 hari), dan

konjungtivitis gonorhoe adultorum. Terutama mengenai golongan

muda dan bayi yang ditularkan ibunya, merupakan penyebab

utama oftalmia neonatorum.

          Memberikan sekret purulen padat dengan masa inkubasi antar

12 jam hingga 5 hari, disertai perdarahan subkonjungtiva dan

konjungtivitis kemotik. Pada orang dewasa terdapat 3 stadium

penyakit infiltratif, supuratif dan penyembuhan. Stadium infiltratif

ditemukan gejala kelopak dan konjungtiva kaku dan rasa sakit pada

perabaan, peseudomembran pada konjungtiva tarsal superior,

konjungtiva bulbi merah, kemotik, menebal. Pada dewasa selaput

konjungtiva lebih bengkak dan menonjol dengan gambaran spesifik

gonore dewasa. Dan biasanya rasa sakit pada mata disertai tanda-tanda

infeksi umum, biasanya menyerang satu mata dulu dan menyebar.

Stadium supuratif sekret kental, pada bayi mengenai kedua

matadengan sekret kuning kental, berbeda dengan oftalmia

neonatorum, pada orang dewasa sekretnya tidak kental sekali.

         Diagnosis pasti dengan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan

metilen biru dimana akan terlihat diplokokus di dalam leukosit.

Dengan Gram kan terlihat sel intraseluler atau ekstraseluler bersifat

gram negatif, pemeriksaan sensitif pada agar darah dan coklat.

Pengobatan dimulai bila terlihat pada pewarnaan gram positif

diplokokus batang intraseluler dan sangat dicurigai konjungtivitis

gonorea. Pasien dirawat dan diberi penisilin salep dan suntikan, pada

bayi diberikan 50000 U/kgBB selama 7 hari. Sekret dibersihkan

dengan kapas yang dibasahi air bersih atau garam fisiologik setiap ¼

jam. Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam. Penisilin tetes mata

dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10000-20000 U/ml

setiap 1 menit sampai 30 menit. Disusul pemberian salep penisilin

setiap 1 jam selama 3 hari.

          Penyulit yang terjadi adalah tukak kornea marginal bagian atas,

ini mudah terjadi perforasi akibat adanya daya lisis kuman gonokokus,

Page 10: Referat Mata koas

pada anak sering keratitis atau tukak kornea sehingga terjadi perforasi

kornea, pada orang dewasa tukak yang terjadi sering pada marginal

dan terbentuk cincin. Pencegahan cara yang paling aman ialah

membersihkan mata bayi segera setelah lahir denag larutan borisi dan

memberi salep kloramfenikol.

Oftalmia Neonatorum

          Merupakan konjungtivitis yang terjadi pada bayi dibawah usia 1

bulan, dapat disebabkan oleh berbagai sebab: konjungtivitis kimia

seperti nitras argenti, terjadi 24 jam setelah penetesan nitras argenti

profilaksis untuk gonorhoe, pengobatan dengan pembilasan sisa obat

dan bahan penyokong. Konjungtivitisstafilokokus, masa inkubasi lebih

dari 5 hari diobati dengan antibiotik topikal. Konjungtivitis inklusi

(klamidia), masa inkubasi 5-10 hari, pengobatan dengan tetrasiklin

atau erytromicin dan tobramicyn, konjungtivitis Neiseria, masa

inkubasi 2-5 hari. Konjungtivitis virus masa inkubasi 1-2 minggu,

diobati dengan trifluorotimidin, konjungtivitis jamur, diobati dengan

antijamur.

          Konjungtivitis bakterial menahun terjadi pada pasien obstruksi

duktus naso lakrimalis dan dakriosistisis menahun, yang biasanya

unilateral. Infeksi ini juga dapat menyertakan blefaritis bakterial

menahun atau disfungsi kelenjar meibom. Pasien dengan sindrome

palpebra lemas dan ektropion dapat menimbulkan konjungtivitis

bakterial sekunder.

          Konjungtivitis bakterial jarang dapat disebabkan

oleh Corynebacterium diptheriae dan Streptokokus pyogenes.

Pseudomembran dan membran yang dihasilkan oleh organisme ini

dapat terbentuk pada konjungtiva palpebra.

B.            Laboratorium

Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bakterial, organisme dapat diketahui

dari pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan

Gram atau Giemsa dan dapat ditemukan neutrofil polimorfonuklear. Kerokan

konjungtiva disarankan pada semua kasus dan diharuskan pada penyakit yang

purulen, bermembran, atau pseudomembran. Uji sensitivitas antibiotik juga abaik,

namun sebaiknya harus dimulai terapi antibiotik empirik.

Page 11: Referat Mata koas

C.            Komplikasi

    Blefaritis marginal menahun sering menyertai

konjungtivitis stapylokokuskecuali pada pasien yang sangat muda bukan sasaran

blefaritis. Parut konjungtiva dapat terjadi pada konjungtivitis pseudomembran dan

membranosa dan pada kasus tertentu diikuti ulserasi kornea dan perforasi.

D.           Terapi

Terapi spesifik pada konjungtivitis bakterial tergantung agen

mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memulai

dengan terapi topikal antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih

antibiotika yang cocok untuk mengobati infeksi N. Gonorrhoeae dan N.

Meningitidis. Terapi topikal dan sistemik harus segera dilaksanakan setelah materi

untuk pemeriksaan laboratorium telah diperoleh.

Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, sakus konjungtiva harus

dibilas dengan larutan garam agar dapat menghilangkan sekret konjungtiva. Untuk

mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga  dianjurkan untuk menjaga

higiene perorangan.

E.            Prognosis

Konjungtivitis bakterial akut  hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati,

infeksi dapat berlangsung 10-14 hari, jikadiobati dengan memadai 1-3 hari, kecuali

konjungtivitis stapilokokus (dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan

memasuki tahap menahun) dan konjungtivitis gonokokus yang bila tidak diobati akan

menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis). Kornea konjungtiva gerbang

masuk meningokokus kedalam darah dan meninges, hasil akhir adalah septikemia dan

meningitis

2. Konjungtivitis virus

A.      Konjungtivitis folikuler virus akut

Demam faringokonjungtival

          Demam faringokonjungtival ditandai oleh demam 38.3-40oC, sakit

tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu mata. Folikel sering sangat

mencolok pada kedua konjungtiva dan mukosa faring. Penyakit ini bilateral atau

unilateral. Mata merah berair sering terjadi dan mungkin ada keratitis superficial

untuk sementara. Yang khas adalah limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).

Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan

kadang-kadang tipe 4 dan 7. Virus ini dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan ditetapkan

Page 12: Referat Mata koas

oleh tes netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis

secara serologik dengan meningkatnya titer antibodi. Tidak ada pengobatan spesifik,

konjungtivitis akan sembuh sendiri dalam 10 hari.

Keratokonjungtivitis epidemika

          Umumnya bilateral, awalnya pada satu mata dan mata pertama biasanya

lebih parah. Pasien merasa ada infeksi dengan nyeri sedang dan berair mata,

kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis epitel dan kekeruhan epitel

bulat. Sensasi kornea normal. Khasnya adalah nodus preaurikuler yang nyeri tekan.

Fase akut adalah edema palpebra, kemosis, dan hiperima konjungtiva. Folikel dan

perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam.

          Keratokonjungtivitis epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29,

dan 37. Virus ini dapat diisolasi dalam biakan sel dan diidentifikasi dengan tes

netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radang  mononuklear primer,

bila terbentuk pseudomembran, juga neutrofil. Keratokonjungtivitis epidemika pada

dewasa terbatas pada bagian luar mata, pada anak-anak terdapat gejala sistemik

infeksi virus seperti demam, sakit tenggorokan, otitismedia dan diare.

   Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan

mengurangi beberapa gejala. Kortikosteroid harus dihindari. Agen antibakteri harus

diberikan jika terjadi superinfeksi bakteri.

Konjungtivitis virus herpes simplek

       Biasanya menyerang anak kecil yang ditandai dengan pelebaran pembuluh

darah unilateral, iritasi, sekret mukoid, sakit, fotofobia ringan. Sering disertai keratitis

herpes simplek dengan kornea menampakkan lesi-lesi epitel tersendiri yang

umumnya menyatu membentuk satu ulkus epitelial yang bercabang banyak

(dendritik). Konjungtivitisnya folikuler atau pseudomembran. Vesikel herpes kadang-

kadang muncul dipalpebra dan tepi palpebra, disertai edema hebat pada palpebra.

Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler yang nyeri tekan. Konjungtivitis HSV dapat

berlangsung 2-3 minggu. Setiap infeksi pada neonatus harus diobati dengan obat

antivirus sistemik (acyclovir) dan dipantau di rumah sakit.

          Jika konjungtivitis pada anak diatas 1 tahun atau pada orang dewasa umumnya

sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun antivirus topikal atau sistemik

harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea perlu

debridemen kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain

kering , meneteskan dengan obat anti virus dan menutup mata selama 24 jam.

Page 13: Referat Mata koas

Antivirus topikal diberikan 7-10 hari; trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau

salep vidarabin lima kali sehari atau idoxuridine 0.1% , 1 tetes setiap jam sewaktu

bangun dan 1 tetes setiap 2 jam disaat malam. Keratitis herpes dapat pula diobati

dengan salep acyclovir 3% lima kali sehari selam 10 hari atau dengan acyclovir oral

400 mg 5 kali sehari selama 7 hari. Penggunaan kortikosteroid merupakan

kontraindikasi, karena memperburuk  infeksi herpes simplek dan mengkonversi

penyakit dari sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat lama.

Konjungtivitis penyakit newcastle

          Disebabkan oleh virus newcastle dengan gambaran klinis sama dengan

demam  faringokonjungtiva.penyakit ini sering pada unggas. Umumnya bersifat

unilateral walaupun bisa bilateral. Konjungtivitis ini memberikan rasa sakit pada

mata, gatal, mata berair, penglihatan kabur, dan fotofobia. Penyakit ini sembuh dalam

jangka waktu kurang dari 1 minggu.Pengobatan yang khas sampai saat ini tidak ada,

dan dapat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder disertai obat-obat

simtomatik.

Konjungtivitis varicela-zoster

          Kelainan yang terjadi pada herpes zoster tidak akan melampui garis median

kepala. Herpes zoster dan varicela memberikan gambaran yang sama pada

konjungtivitis seperti pada hiperemia, vesikel dan pseudomembran pada konjungtiva,

papil, dengan pembesaran kelenjar preurikel. Diagnosis ditegakkan dengan

ditemukanya sel raksasa pada pewarnaan giemsa, kultur virus dan inklusi

intranuklear.

         Pengobatan dengan kompres dingin. Pada saat ini acyclovir 400 mg/hari selama

5 hari merupakan pengobatan umum. Walaupun diduga steroid mengurangkan

penyulit akan tetapi dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. Pada 2 minggu

pertama dapat diberi analgetik untuk menghilangkan rasa sakit. Pada kelainan

permukaan dapat diberi salep tetrasiklin. Steroid tetes deksametason 0.1% diberikan

bila terdapat episkleritis, skleritis dan iritis. Gloukoma yang terjadi akibat iritis diberi

preparat steroid dan antigloukoma. Penyulit pada penyakit ini dapat terjadi parut pada

kelopak, neuralgia, katark, gloukoma, kelumpuhan saraf III, IV, VI, atrofi saraf optik,

dan kebutaan.

Konjungtivitis hemoragik epidemik akut

Page 14: Referat Mata koas

          Merupakan penyakit konjungtivitis disertai dengan perdarahan konjungtiva.

Penyakit ini pertama kali ditemukan di Ghana, Afrikapada tahun 1969 yang menjadi

pandemik. Konjungtivitis yang disebabkan infeksi virus pikorna atau enterovirus 70

        Masa inkubasi 24-48 jam, dengan tanda-tanda kedua mata iritatif, seperti

kelilipan, dan sakit periorbita. Edema kelopak, kemosis konjungtiva, sekret

seromukous, fotofobia disertai lakrimasi.

          Penyakit ini sembuh sendiri sehingga pengobatan hanya simptomatik.

Pengobatan antibiotik spektrum luas, sulfametamid dapat dipergunakan untuk

mencegah infeksi sekunder. Pencegahan adalah dengan mengatur kebersihan untuk

mencegah penularan.

b)             Konjungtivitis virus menahun

Blefarokonjungtivitis-Moluscum Contagiosum

          Sebuah nodul moluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata

dapat menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis

superior, dan panus superior atau mungkin menyerupai trachoma. Reaksi

radang yang terutama mononuklear (berbeda dengan reaksi trachoma), lesi

bulat, berombak, putih mutiara, non-radang pada bagian pusat adalah khas

moluscum contagiosum. Biopsi menampakkan inklusi sitoplasmik eosinofilik,

memenuhi seluruh sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti kesatu sisi.

          Eksisi, incisi sederhana nodul yang memungkinkan darah tepi

memasukinya, atau krioterapi akan menyembuhkan konjungtivitisnya. Pada

kasus yang sangat jarang nodul moluscum timbul dikonjungtiva. Dalam hal

ini eksisi nodul menyembuhkan konjungtivitisnya.

Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster

          Hiperemi dan konjungtivitis infiltrat disertai dengan erupsi vesikuler

khas sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmika

adalah khas herpes zoster. Konjungtivitis biasanya papiler, namun pernah

ditemukan folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer yang kemudian

berulserasi. Limfonodus preaurikuler yang nyeri tekan terdapat pada awal

penyakit. Parut palpebra, entropion, dan trikiasis adalah sekuele.

          Lesi palpebra dari varicela mirip dengan lesi kulit ditempat lain,

mungkin timbul ditepian papebra maupun palpebra dan sering meninggalkan

parut. Sering timbul konjungtivitis eksudatif ringan  tetapi lesi konjungtiva

Page 15: Referat Mata koas

yang jelas sangat jarang terjadi. Lesi dilimbus menyerupai phlyctenula dan

dapat melalui tahap-tahap vesikel, papul dan ulkus. Kornea didekatnya

mengalami infiltrasi dan bertambah pembuluhnya.

          Acyclovir oral dosis tinggi 800 mg lima kali sehari selam 10 hari, jika

diberi pada awal penyakit, akan mengurangi dan menghambat beratnya

penyakit.

Keratokonjungtivitis Morbilli

          Enantema khas morbili seringkali mendahului erupsi kulit. Pada tahap

awal ini, konjungtiva mirip kaca yang aneh, yang dalam beberapa hari diikuti

pembengkakan lipatan semilunar (tanda Meyer). Beberapa hari sebelum

erupsi kulit, timbul konjungtivitis eksudatif dengan sekret mukopurulen dan

muncul erupsi kulit, timbul bercak Koplik pada konjungtiva dan carunculus.

Pada saat anak-anak dini, dewasa lanjut bisa terjadi  keratitis epitelial.

          Pada pasien imunokompeten, keratokonjungtivitis campak hanya

meninggalkan sedikit atau sama sekali sekuele, namun pada pasien kurang

gizi atau imnokompeten, penyakit mata ini sering disertai HSV atau infeksi

bakterial sekunder oleh S. Pneumoniae, H. Infuienzae dan organisme lain.

Agen ini dapat menyebabkan konjungtivitis purulen yang disertai ulserasi

kornea dan penurunan penglihatan yang berat. Kerokan konjungtiva

menunjukkan reaksi sel mononuklear, kecuali ada pseudomembran atau

infeksi sekunder. Sediaan pulas Giemsa menunjukkan sel raksasa. Karena

tidak ada terapi spesifik hanya tindakan penunjang saja yang dilakukan,

kecuali ada infeksi sekunder.

3. Konjungtivitis Jamur

Konjungtivitis   Candida

          Konjungtivitis yang disebabkan Candida spp (biasanya Candida Albican)

adalah infeksi yang jarang terjadi; umumnya tampak sebagai bercak putih.

Keadaan ini dapat timbul pada pasien diabetes atau pasien terganggu

kekebalannya, sebagai konjugtivitis ulseratif atau granulomatosa.

        Infeksi ini berespon terhadap amphotericin B (3-8 mg/ml) dalam larutan air

(bukan garam) atau terhadap pemakain nistatin kulit (100000 unit/gram) empat

sampai enam kali sehari. Obat ini harus diberikan secara hati-hati agar pasti

masuk dalam sacus konjungtiva dan hanya tidak numpuk ditepian palpebra.

Page 16: Referat Mata koas

Konjungtivitis jamur lain

          Sporothrix schenckii jarang mengenai konjungtiva atau palpebra. Jamur

ini menimbulkan penyakit granulomatosa yang disertai nodus preaurikuler

jelas. Pemeriksaan laboratorik dari biopsi granuloma

menampakkan coni (spora) berbentuk cerutu garam-positif.

          Rhinosporidium seeberi kadang-kadang mengenai konjungtiva, saccus

lakrimal, palpebra, canalikuli dan sklera. Lesi khas berupa granuloma polipoid

yang mudah berdarah. Pemeriksaan histologik menampakkan granuloma

dengan spherula besar terbungkus yang mengandung Myriad endospore.

Pengobatan dengan eksisi sederhana dan kauterisasi pada dasarnya.

          Coccidioides immitis kadang-kadang menimbulkan konjungtivitis

granulomatosa yang disertai nodus preaurikeler nyata (sindrome

okulograndular parinoud) ini bukan penyakit primer namun menisfestasi dari

infeksi metatastik infeksi paru primer. (demam San Joaquin Valey). Penyakit

yang menyebar memberi respon buruk.

2.6 Patofisiologi

Konjungtiva mengandung epitel skuamosa yang tidak berkeratin dan

substansia propria yang tipis, kaya pembuluh darah. Konjungtiva juga memiliki

kelenjar lakrimal aksesori dan sel goblet.3

Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen.

Alergen terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan

degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. Hal

ini menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator lain termasuk

triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan

leukotrien. histamin dan bradikinin dengan segera menstimulasi nosiseptor,

menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi,

kemerahan, dan injeksi konjungtiva.3

Konjuntivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun penjamu dan

kontaminasi eksternal. Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang

berdekatan atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di dalam sel mukosa

konjungtiva. Kedua infeksi bakterial dan viral memulai reaksi bertingkat dari

Page 17: Referat Mata koas

peradangan leukosit atau limfositik meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih

ke area tersebut. Sel darah putih ini mencapai permukaan konjungtiva dan

berakumulasi di sana dengan berpindah secara mudahnya melewati kapiler yang

berdilatasi dan tinggi permeabilitas.3

Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang

menutupi konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi.

Pertahanan sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin dan

lisozyme) yang merangsang lakrimasi.

2.7 Diagnosa

Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau

panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda asing dan

tergores atau terbakar sering berhubungan dengan edema dan hipertrofi papiler yang

biasanya menyertai hiperemi konjungtiva. Sakit pada iris atau corpus siliaris

mengesankan terkenanya kornea.4

Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi,

pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel

(hipertrofi lapis limfoid stroma), pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan

adenopati pre-aurikuler.4

Pemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus, pemeriksaan

eksternal dan slit-lamp biomikroskopi. Pemeriksaan eksternal harus mencakup

elemen berikut ini:5

Limfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler

Kulit: tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhea

Kelainan kelopak mata dan adneksa: pembengkakan, perubahan warna,

malposisi, kelemahan, ulserasi, nodul, ekimosis, keganasan

Konjungtiva: bentuk injeksi, perdarahan subkonjungtiva, kemosis, perubahan

sikatrikal, simblepharon, massa, sekret

Slit-lamp biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang hati-hati

terhadap:5

Page 18: Referat Mata koas

Margo palpebra: inflamasi, ulserasi, sekret, nodul atau vesikel, nodul atau

vesikel, sisa kulit berwarna darah, keratinisasi

Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu dan kutu

Punctum lacrimal dan canaliculi: penonjolan, sekret

Konjungtiva tarsal dan forniks

1. Adanya papila, folikel dan ukurannya

2. Perubahan sikatrikal, termasuk penonjolan ke dalam dan simblepharon

3. Membran dan psudomembran

4. Ulserasi

5. Perdarahan

6. Benda asing

7. Massa

8. Kelemahan palpebra

Konjungtiva bulbar/limbus: folikel, edema, nodul, kemosis, kelemahan,

papila, ulserasi, luka, flikten, perdarahan, benda asing, keratinisasi

Kornea

1. Defek epitelial

2. Keratopati punctata dan keratitis dendritik

3. Filamen

4. Ulserasi

5. Infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan flikten

6. Vaskularisasi

7. Keratik presipitat

Bilik mata depan: rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi

Page 19: Referat Mata koas

2.8 Diagnosa Banding

Konjungtivitis Keratitis Uveitis AnteriorGlaukoma Kongestif

Akut

Visus Normal Tergantung letak infiltratMenurun perlahan,

tergantung letak radangMenurun mendadak

Hiperemi konjungtiva perikornea siliar Mix injeksi

Epifora, fotofobia

- + + -

Sekret Banyak - - -

Palpebra Normal Normal normal Edema

Kornea Jernih Bercak infiltrat Gumpalan sel radangEdema, suram (tidak

bening), halo (+)

COA Cukup cukup Sel radang (+) dangkal

H. Aquous Normal normalSel radang (+), flare (+), tyndal efek (+)

Kental

Iris Normal normalKadang edema

(bombans)Kripta menghilang

karena edema

Pupil Normal normal miosis Mid midriasis (d:5mm)

Lensa Normal normal Sel radang menempel Keruh

Klinik&sitologi Viral Bakteri Alergi

Gatal Minim Minim Hebat

Hiperemia Profuse Sedang Sedang

Eksudasi Minim Menguncur Minim

Adenopati preurikular

Lazim Jarang Tidak ada

Pewarnaan kerokan & eksudat

Monosit Bakteri, PMN Eosinofil

Sakit tenggorokan Kadang Kadang Tak pernah

Lakrimasi ++ + +

2.9 Komplikasi

Page 20: Referat Mata koas

Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani

diantaranya:

1. glaucoma

2. katarak

3. ablasi retina

4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala

penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis.

5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus

kornea.

6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea

adalah bila sembu akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di

kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang

bisa menjadi buta

7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik

dapat mengganggu penglihatan

2.10 Progonosa

Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer

sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain,

kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol

sehingga penglihatan dapat dipertahankan.

Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika

bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan

pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak

maupun ablasi retina.