Top Banner

of 45

Referat Keseimbangan Asam Basa

Jul 07, 2018

Download

Documents

Karen Pinem
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    1/45

    1

    REFERAT FISIOLOGIS

    KESEIMBANGAN ASAM BASA

    Oleh :

    Hari Hendriarti Satoto

    Pembimbing :

    dr. Novi Anggriyani, SpJP, FIHA

    Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular

    Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

    Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Kariadi

    Semarang

    2015

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    2/45

    2

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......................................................... ..................................................... 1

    DAFTAR ISI ........................................................... ................................................................ 2

    DAFTAR SINGKATAN .............................................................. .......................................... 3

    DAFTAR GAMBAR ......................................................... ..................................................... 5

    ABSTRAK ............................................................... ................................................................ 6

    BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................... .......................................... 7

    BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................. .......................................... 9

    2.1 Pendekatan Tradisional pada Keseimbangan Asam Basa ......................... 9

    2.2 Pendekatan Stewart pada Keseimbangan Asam Basa ................................ 16

    2.3 Sistem yang Berperan dalam Keseimbangan Asam Basa ......................... 22

    2.3.1 Ginjal ............................................................ ................................................................ 22

    2.3.2 Sistem Pernafasan ......................................................... .......................................... 28

    2.3.3 Saluran Cerna ....................................................... ..................................................... 32

    2.4 Perbandingan Pendekatan Tradisional dan Pendekatan Stewart ........... 34

    2.5 Aplikasi Klinis Keseimbangan Asam Basa dalam Sistem

    Kardiovaskular ..................................................... ..................................................... 36

    BAB 3 KESIMPULAN ............................................................... .......................................... 43

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................ ..................................................... 44

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    3/45

    3

    DAFTAR SINGKATAN

    ∆AG : delta anion gap 

    A-aDO2  : gradient difusi oksigen pada alveolus-arteri

    AG : anion gap 

    ACE : angiotensin converting enzyme 

    A-  : anion lemah nonvolatil

    AH : asam lemah nonvolatil

    AG : anion gap 

    AGterkoreksi  : anion gap terkoreksi

    Atot : total asam lemah

    BD : base deficit

    BE : base excess

    BUN : blood urea nitrogen

    CA : carbonic anhydrase

    Ca2+  : ion kalsium

    Cl-  : ion klorida

    CO2  : karbon dioksida

    CO2(d) : karbon dioksida terlarut dalam zat cair

    CO32-  : ion karbonat

    ET-1 : endotelin-1

    H+ : ion hidrogen

    H+-ATPase : ion hidrogen adenosine triphosphatase

    H2O : air

    H2CO3 : asam karbonat

    HA : asam lemah

    Hb : hemoglobin

    HCO3-  : ion bikarbonat

    K+  : ion kalium

    KE : konstanta asam

    Kw : konstanta disosiasi

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    4/45

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    5/45

    5

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Komponen pendekatan tradisional pada keseimbangan asam

    basa.......................................................................................................................................... 13

    Gambar 2. Bagan asidemia berdasarkan pendekatan tradisional .................. 14

    Gambar 3. Bagan alkalemia berdasarkan pendekatan tradisional ................. 15

    Gambar 4. Hubungan antara strong ion difference (SID), anion gap

    (AG), dan bikarbonat pada kondisi normal ............................................................. 19

    Gambar 5. Hubungan antara strong ion gap (SIG) dan ∆AG .............................. 20

    Gambar 6. Komponen pendekatan Stewart pada keseimbangan asam

    basa ................................................................ .............................................................. .......... 21

    Gambar 7. Klasifikasi gangguan asam basa berdasarkan pendekatan

    Stewart ........................................................ ................................................................. .......... 21

    Gambar 8. Mekanisme transpor H+ dan HCO3- pada tubulus proksimal ...... 24

    Gambar 9. Mekanisme sekresi H+ dan HCO3- pada sel intercalated  

    pada tubulus kolektif .............................................................. .......................................... 25

    Gambar 10. Mekanisme sekresi NH4+ pada ginjal................................................. 26

    Gambar 11. Alkalosis metabolik pada gagal jantung ............................................ 38

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    6/45

    6

     ABSTRAK

    Gangguan asam basa dan elektrolit sering terjadi pasien –  pasienkardiovaskuler, terutama pada pasien yang mengalami gagal jantung kongesti danpenurunan kontraktilitas jantung hingga pada pasien henti jantung. Ginjal

    merupakan organ utama yang mempengaruhi keseimbangan asam basa dalam

    tubuh. Adanya aksis kardiorenal mengakibatkan kelainan kardiovaskular

    mempengaruhi ginjal sebagai regulator asam basa utama. Gangguan asam basa

    berkaitan dengan prognosis dan mortalitas pasien kardiovaskular. Diagnosis lebih

    awal untuk mengetahui adanya gangguan asam basa akan memperbaiki kondisi

    pasien.

    Analisis gangguan asam basa dapat dilakukan dengan pendekatan

    tradisional dan pendekatan Stewart atau pendekatan modern. Kedua pendekatan

    ini mengalami pengembangan dari penelitian – penelitian baru. Komponen utamapendekatan tradisional adalah ion bikarbonat, anion gap, dan base excess.Komponen utama pendekatan Stewart adalah tekanan parsial karbon dioksida,

    strong ion difference, dan total asam lemah.

    Setiap pendekatan memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu,

    berbagai penelitian menyarankan untuk menggunakan kedua pendekatan tersebut

    untuk menganalisis gangguan asam basa. 

    Kata Kunci: asam basa, pendekatan tradisional, pendekatan Stewart

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    7/45

    7

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Gangguan asam basa dan elektrolit sering terjadi pasien –  pasien

    kardiovaskuler, terutama pada pasien yang mengalami gagal jantung kongesti. Hal

    ini terjadi karena perubahan patofisiologi yang terjadi pada gagal jantung yang

    mengakibatkan aktivasi neurohumoral (stimulasi sistem renin-angiotensin-

    aldosteron dan stimulasi simpatoadrenergik) atau efek samping terapi diuretik,

    glikosida, dan inhibitor ACE. Pasien dengan gagal jantung dapat mengalami

    hiponatremi, hipomagnesemi, dan hipokalsemi yang akhirnya berakibat pada

    aritmia. Oleh karena identifikasi gangguan elektrolit sangat berguna dalam

    penatalaksanaan pasien gagal jantung.1,2,3,4 

    Pada pasien gagal jantung, gangguan asam basa yang terjadi disebabkan

    oleh hilangnya ion hidrogen melalui ginjal, penurunan volume sirkulasi efektif,

    hipoksemia, dan gagal ginjal. Semua jenis gangguan asam basa dan kombinasinya

    dapat terjadi. Beberapa studi secara sistematis mengevaluasi prevalensi gangguan

    asam basa pada gagal jantung. Sebanyak 37% pasien mengalami alkalosis

    metabolik atau berkaitan dengan alkalosis respiratorik. Alkalemia terjadi pada

    subjek dengan gagal jantung lanjut. Pada pasien gagal jantung, dengan alkalosis

    (14,1%) memiliki angka kematian lebih tinggi daripada pasien dengan asidosis

    (9,3%) dan pH normal (4,5%).1,2,3,4 

    Konsentrasi ion hidrogen pada plasma dan cairan tubuh dipertahankan

    pada batas yang sempit. Kontrol ini diperlukan karena efek yang kuat antar ion

    fungsi seluler. Secara enzimatis reaksi biologis dan proses intraseluler dipengaruhi

    secara signifikan oleh konsentrasi ion hidrogen lokal.5,6 

    Asidosis laktat sering terjadi pada pasien dengan presentasi syok dan

    adanya penurunan kontraktilitas miokardium. Kenaikan kadar laktat dalam darah

    seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya akan mengakibatkan kondisi asidemia.

    Pasien dengan asidosis laktat memiliki angka mortalitas yang tinggi. Kenaikan

    kadar laktat yang mengakibatkan asidosis laktat adalah sebesar > 5 mmol/L dan

    serum pH < 7,35.7 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    8/45

    8

    Pendekatan tradisional pembacaan asam basa yang pertama adalah hasil

    kerja Henderson dan Hasselbalch. Pada pendekatan ini, penggunaan HCO3-  dan

    PaCO2  untuk mendeskripsikan tipe gangguan asam basa. Kritik terhadap

    pendekatan tradisional adalah ketidakmampuannya mendeskripsikan mekanisme

    gangguan asam basa dan ketidakmampuannya untuk mendiagnosis kelainan asam

    basa kompleks. Pendekatan modern kelainan asam basa diajukan oleh Stewart

    pada awal 1980an. Stewart menggunakan prinsip fundamental yang

    mempengaruhi [H+]. Dari tiga pendekatan, Stewart menjelaskan hal –  hal yang

    mempengaruhi keseimbangan asam basa.5,6,8 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    9/45

    9

    BAB 2

    PEMBAHASAN

    2.1 PENDEKATAN TRADISIONAL PADA KESEIMBANGAN ASAM BASA

    Pendekatan tradisional memiliki fitur:5,9 

    1.  Sesuai dengan hukum Bronsted – Lowry, yaitu asam adalah donor H+  dan

    basa adalah akseptor H+ 

    2.  Jumlah H+ yang ditambahkan atau dikurangi dari dalam darah menentukan

    pH akhir

    3.  Membran plasma permeabel terhadap H+, reaksi kimia intra dan

    ekstraseluler mempengaruhi pH

    4.  Analisis buffer  non volatil tidak diperlukan dalam analisis pH

    5.  Perkiraan derajat gangguan asam basa dapat dilakukan tanpa mengetahui

    penyebabnya

    Reaksi pada sistem biologis reversibel di saat mencapai persamaan.

    Nilai dari persamaan konstan tergantung dari jumlah faktor yang berpengaruh

    termasuk suhu. Pada reaksi kimia yang reversibel:5 

     A + B ↔ C + D 

    K = [C] x [D]

    [A] x [B]

    K merupakan konstanta, ‘[ ]’ menunjukkan aktivitas (konsentrasi

    efektif).

    Reaksi kimia untuk asam:

    HE ↔ H+ + E- 

    KE = [H+] x [E-]

    [HE]

    KE bernilai lebih besar pada asam kuat daripada asam lemah.

    Pada tahun 1909, Henderson mengaplikasikan reaksi di atas untuk asam

    karbonat, dengan reaksi kimia sebagai berikut:5 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    10/45

    10

    CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ H+ + HCO3- 

    K1 = [H+] x [HCO3-]

    [H2CO3]

    Maka [H+] = K1 x [H2CO3]

    [HCO3-]

    K2 = [CO2] x [H2O]

    [H2CO3]

    Maka [H2CO3] = [CO2] x [H2O]

    K2 

    Jika [H2O] cukup besar menjadi konstanta:

    [H2CO3] = K3 x [CO2] 

    maka [H+] = K4 x [CO2]

    [HCO3-]

    [CO2] merupakan karbon dioksida terlarut molekuler yang bisa dihitung

    dengan PaCO2  menggunakan hukum Henry dan K1, K2, K3, K4 merupakan

    konstanta numerik berbeda.5 

    Pada tahun yang sama, Sorensen mengenalkan skala pH. Perubahan

    plasma [HCO3-] menggambarkan akumulasi laktat dan keton. Perubahan PaCO2 

    diketahui berhubungan langsung dengan pH. Hal ini menimbulkan konsep

    penyebab metabolik vs respiratorik pada gangguan asam basa. Hasselbalch

    menambahkan persamaan Henderson menjadi bentuk logaritmik pada tahun

    1916.5,10,11 

    pH = pK + log [HCO3-]

    [CO2]

    Dan memperkenalkan pCO2  sebagai persamaan menggantikan [CO2]

    sehingga:

    pH = pK + log [HCO3-)

    SCO2 x pCO2 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    11/45

    11

    Dimana SCO2 merupakan koefisien terlarut untuk karbon dioksida dan

    pK adalah algoritma negatif untuk persamaan K4 di atas. Konsep karbon

    dioksida dan HCO3-  sebagai variabel yang disesuaikan sebagai sistem kontrol

    untuk memperbaiki [H+].5 

    Pada persamaan reaksi kimia, perubahan konsentrasi reaktan atau

    produk akan berpindah sehingga terjadi keseimbangan (prinsip Le Chatelier).

    Jika prinsip ini dimasukkan ke persamaan kedua, maka saat terjadi asidosis

    metabolik terjadi penambahan hidrogen sehingga terjadi konsumsi bikarbonat.

    Bila bikarbonat hilang dari tubuh, terjadi peningkatan hidrogen untuk

    menggantikan bikarbonat yang hilang. Hubungan PCO2 arterial dan bikarbonat

    secara efektif memprediksi arah tersebut namun tidak menggambarkan

    kompensasi respiratorik atau metabolik.10,11 

    Dari reaksi persamaan asam karbonat, maka dapat disimpulkan bahwa

    perubahan PaCO2  akan mengakibatkan perubahan [HCO3-]. Nilai dari [HCO3-]

    tidak sepenuhya dapat digunakan sebagai indikator metabolik. Beberapa

    metode Singer dan Hasting (1948) menyarankan konsep buffer  sebagai jumlah

    anion buffer  plasma, seperti bikarbonat dan buffer  asam nonvolatil. Pada tahun

    1960, Astrup, et al mengusulkan nilai bikarbonat standar yang merupakan nilai

    [HCO3-] setelah penentuan nilai PaCO2 standar sebesar 40 mmHg. Pada tahun

    1960, Siggaard-Andersen dan Engel mengajukan base-excess. Pada penelitian

    tersebut, dilakukan penghitungan konsentrasi H+  tertitrasi yang dibutuhkan

    untuk mengembalikan pH menjadi 7,4; sementara pCO2  dipertahankan pada

    angka 40 mmHg. Perkembangan empiris pada tahun 1950an menentukan

    penggunaan suhu, pH, pCO2, dan konsentrasi Hb untuk menentukan analisis gas

    darah. Pada tahun 1977, Siggaard-Andersen mempublikasi persamaan ‘Van

    Slyke’  yang berasal dari hubungan fisikokimia dan dapat menghitung base

    excess dari berbagai nilai pH, [HCO3-], dan Hb. Persamaan inilah yang dipakai

    secara luas dalam analisis gas darah. Berikut adalah persamaan Van Slyke :

    BE = {[HCO3-] 24.4 + (2.3 [Hb] + 7.7) (pH 7.4)} (1 0.023 [Hb])

    Hasilnya adalah adanya ketidaksesuaian antara BE in vitro dan in vivo dapat

    dikurangi dengan nilai Hb 5 g/dl, untuk menghitung jumlah rata – rata Hb yang

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    12/45

    12

    berada di spasium ekstraseluler dan inilah yang disebut dengan standard base

    excess (SBE). Walaupun demikian, BE tidak bisa mendefinisikan komponen

    metabolik maupun mekanisme gangguan asam basa.5,11 

     Anion gap merupakan jumlah total anion tak terukur (didominasi oleh

    albumin). Digunakan untuk diagnosis diferensial asidosis metabolik. Penyebab

    dapat ditentukan oleh anion gap  seperti asidosis laktat, ketoasidosis, dan

    asidosis uremik; konsumsi salisilat, metanol, etil glikol, atau propilen glikol;

    dan jenis –  jenis gangguan metabolik lainnya. Untuk mempertahankan

    netralitas elektron, kation dan anion harus dalam kondisi seimbang. Anion

    terukur adalah Cl-  dan HCO3-. Sedangkan kation terukur adalah Na+  dan K+.

    Jenis kation lainnya adalah kalsium, magnesium, litium, dan immunoglobulin G.

    anion tak terukur terdiri dari serum protein, fosfat, sulfat, dan anion organik

    (laktat dan asam keton). Nilai anion gap didapat dari ([Na+] + [K +]) –  ([Cl-] +

    [HCO3-]). Secara historis nilai anion gap sebesar 8 – 16 mmol/L, namun akhir – 

    akhir ditentukan nilai normal sebesar 3 – 11 mmol/L.  Anion gap  memberikan

    kontribusi diagnostik tambahan, melalui adanya hipoalbuminemia. Akurasi

    anion gap ditingkatkan dengan albumin terkoreksi, yaitu:

     AGterkoreksi = AG + (0,25 x [40 – albumin terukur dalam gram/L])

    Dari persamaan tersebut, terdapat peningkatan AG rata –  rata 2,7 mmol/L.

    Nilai AG dapat berkurang dengan adanya kation tak terukur abnormal seperti

    hiperkalsemi dan immunoglobulin G. Oleh karena itu, banyak peneliti

    merekomendasikan penggunaan albumin terkoreksi (AGterkoreksi) untuk

    menggantikan AG.5,6,10,11 

    Dengan pendekatan tradisional, gangguan asam basa dapat

    diklasifikasikan menjadi:12,13,14 

    1.  Kelainan metabolik yang diekspresikan dengan perubahan primer plasma

    [HCO3-] yang disebut dengan asidosis. Asidosis akan menurunkan pH arteri

    < 7,38 (H+  > 44 nmol/L) bila tidak ada efek kompensasi yang disebut

    dengan asidemia.

    2.  Kelainan respiratorik yang diekspresikan dengan perubahan primer PaCO2

    yang disebut dengan alkalosis. Alkalosis akan menaikkan pH arteri > 7,42

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    13/45

    13

    (H+  < 36 nmol/L) bila tidak ada efek kompensasi yang disebut dengan

    alkalemia.

    3.  Respon sekunder yang merupakan efek kompensasi dari gangguan asam

    basa primer.

    4.  Gangguan asam basa kombinasi yang terjadi bila kedua kondisi primer

    terjadi.

    Gambar 1. Komponen pendekatan tradisional pada keseimbangan asam basa10 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    14/45

    14

    Gambar 2. Bagan asidemia berdasarkan pendekatan tradisional14 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    15/45

    15

    Gambar 3. Bagan alkalemia berdasarkan pendekatan tradisional14 

    Milk alkali 

    syndrome 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    16/45

    16

    2.2 PENDEKATAN STEWART PADA KESEIMBANGAN ASAM BASA 

    Pada tahun 1983, ahli fisiologi asal Kanada, Peter Stewart mengajukan

    pendekatan fisikokimia kuantitatif untuk menilai keseimbangan asam basa.

    Solusi biologis memiliki kecenderungan alkali ([OH-] > [H+]). Prinsip dasar

    pendekatan Stewart adalah:5,11 

      Disosiasi: pemisahan komponen ion dalam solusi cairan. Ion kuat

    mengalami disosiasi sempurna dalam solusi cairan, contohnya solusi

    natrium klorida. Sedangkan jenis substansi lain yang mengalami disosiasi

    parsial adalah komponen asam lemah yang membentuk anion terdisosiasi

    (A-) dan tak terdisosiasi (HA).

     

    Netralitas elektron: pada solusi cairan terdapat keseimbangan jumlah ion

    positif dan negatif. Air murni merupakan solusi netral karena jumlah H+ 

    dan OH-  seimbang. Secara krusial, konsentrasi ion dipengaruhi oleh

    konstanta disosiasi yang sensitif terhadap suhu.

      Konservasi massa: jumlah substansi adalah konstan kecuali substansi

    tersebut ditambahkan, dikurangi, diproduksi, atau dihancurkan.

    Pendekatan Stewart melibatkan pemeriksaan komponen cairan tubuh

    manusia dan mengaplikasikan prinsip di atas:5,9 

    1. Asam merupakan zat yang meningkatkan konsentrasi H+  pada zat cair,

    sesuai dengan definisi Arrhenius

    2. Jumlah H+  yang ditambah atau hilang dari sistem fisiologis tidak relevan

    dalam menentukan pH akhir, karena [H+] merupakan variabel dependen

    3. Plasma tubuh terdiri dari ion terdisosiasi sempurna (ion kuat: natrium,

    kalium, klorida, laktat), asam lemah terdisosiasi tidak sempurna (albumin,

    fosfat), dan buffer volatil (karbonat)

    4. Evaluasi persamaan buffer   nonvolatil penting dalam penentuan

    keseimbangan asam basa

    5. Asam lemah dalam plasma dapat dideskripsikan sebagai asam

    pseudomonoprotik, HA

    6. Membran plasma mungkin permeabel terhadap ion kuat, yang merupakan

    komponen variabel independen SID. Transport ion kuat melewati

    membran sel dapat mempengaruhi [H+]

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    17/45

    17

    Air memiliki konstanta dielektrik yang tinggi, sehingga mengakibatkan

    substansi yang mengandung ikatan elektrostatik mengalami disosiasi menjadi

    komponen ion. Derajat disosiasi air penting dalam analisis Stewart. Persamaan

    dapat ditulis menjadi:5,9 

    [H+] [OH-] = Kw [H2O]

    Kw merupakan konstanta disosiasi. [H2O] lebih besar daripada [H+] dan

    [OH-], maka dapat menjadi konstanta sehingga:

    [H+] [OH-] = K’w

    K’w merupakan konstanta disosiasi yang berbeda dengan konstanta

    sebelumnya. Nilai K’w tergantung dari suhu dan zat selain air murni,

    osmolaritas, dan kekuatan ion.

    Ion yang terdisosiasi komplit terkuat pada mamalia adalah Na+ dan Cl-.

    Ion kuat lainnya antara lain K+, Mg2+, Ca2+, SO42-. Pada cairan yang

    mengandung beberapa ion, maka persamaannya sebagai berikut:5 

    [Na+] + [K +] + [H+] – [Cl-] – [OH-] = 0

    Bila dimasukkan ke dalam persamaan persamaan disosiasi air:

    [OH-] = K’w / [H+]

    Sehingga bila dimasukkan ke dalam persamaan kedua:

    [Na+] + [K +] – [Cl-] + [H+] – (K’w / [H+]) = 0

    Dari persamaan tersebut didapatkan:

    Perbedaan ion kuat (strong ion difference/ SID) dapat menggunakan

    [Na+] + [K+] - [Cl-]. SID dapat didefinisikan secara umum sebagai jumlah

    konsentrasi kation kuat dikurangi jumlah konsentrasi anion kuat dalam cairan.

    Pada konsep ini [H+] dan pH merupakan variabel dependen pada sistem ini

    namun nilainya dipengaruhi oleh SID. SID  merupakan variabel independen

    karena merupakan pengaruh eksternal dan secara primer dapat digantikan

    oleh faktor lainnya.

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    18/45

    18

    Persamaan untuk asam lemah adalah:

    [H+] [A-] = KA [HA]

    KA merupakan konstanta disosiasi asam lemah.

    Dengan prinsip konservasi massa, jika HA dan A- tidak ikut serta dalam

    reaksi lainnya pada zat terlarut, jumlah [HA] dan [A-] akan konstan.

    [HA] + [A-] = [Atot] dimana [Atot] merupakan total asam lemah

    Maka bila dimasukkan ke dalam prinsip netralitas elektron

    SID + [H+] – [OH-] – [A-] = 0

    dan persamaan disosiasi air [H+] [OH-] = K’w:

    [H+]3 + (KA + SID)x[H+]2+(KA x (SID– Atot)– K’w) x [H+]–KA x K’w= 0

    Poin penting di sini adalah SID dan [Atot] merupakan variabel

    independen, sementara [H+], [OH-], [A-], dan [HA] merupakan variabel

    dependen. Perubahan variabel dependen dipengaruhi oleh SID atau [Atot] atau

    keduanya.5,9 

    Pada cairan tubuh, karbon dioksida secara eksternal mempengaruhi

    tekanan parsial. Empat jenis molekul ditambah karbon dioksida, antara lain

    karbon dioksida terlarut dalam zat cair [CO2(d)], asam karbonat (H2CO3), ion

    bikarbonat (HCO3-), dan ion karbonat (CO32-). Berdasarkan hukum Henry,

    maka:

    [CO2(d)] = SCO2 x pCO2 

    SCO2 adalah koefisien terlarut karbon dioksida.

    Nilai SCO2 bervariasi tergantung suhu, konsentrasi zat terlarut lain, dan

    kekuatan ion zat terlarut lain. Persamaan disosiasi asam karbonat,

    dengan CO2(d) dan H2O :

    [H2CO3] = L x (SCO2 x pCO2) x [H2O]

    L merupakan konstanta ekuilibrium

    Karena [H2O] bernilai besar maka dianggap sebagai konstanta, dan

    persamaan dapat ditulis:

    [H2CO3] = L’ x pCO2 dimana L’ adalah konstanta 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    19/45

    19

    Asam karbonat berdisosiasi menjadi H+  dan HCO3-, bila digabungkan

    dengan persamaan sebelumnya:

    [H+] [HCO3-] = M x pCO2 dimana M adalah konstanta

    Persamaan terakhir menghubungkan [HCO3-], [H+], dan [CO32-], yaitu

    [H+] [CO32-] = N x [HCO3-] dimana N merupakan konstanta

    Pada solusi mengandung karbon dioksida, asam lemah, dan ion kuat

    dalam air, formula untuk menghitung [H+] tergantung pada persamaan:

    1.  Persamaan disosiasi air [H+] [OH-] = K’w 

    2.  Persamaan disosiasi asam lemah [H+] [A-] = KA [HA]

    3. 

    Konservasi massa untuk asam lemah A [HA] + [A-] = [Atot]

    4.  Persamaan bikarbonat-karbon dioksida [H+] [HCO3-] = M x pCO2 

    5.  Persamaan bikarbonat-karbonat [H+] [CO32-] = N x [HCO3-]

    6.  Netralitas elektron SID + [H+] – [HCO3-] – [A-] - [CO32-] – [OH-] = 0

    Dari persamaan –  persamaan di atas, maka yang dapat mempengaruhi nilai

    [H+] adalah SID, [Atot], pCO2, sedangkan nilai – nilai lain dapat digantikan oleh

    konstanta. Oleh karena itu, [HA], [A-], [HCO3-], [CO32-], [OH-], dan [H+]

    merupakan variabel dependen. Jika satu dari variabeL independen berubah,

    maka akan terjadi perubahan nilai variabel dependen. Bila pendekatan Stewart

    valid, maka penggunaan bikarbonat tidak dapat dilakukan untuk memanipulasi

    pH.5,9 

    Gambar 4. Hubungan antara strong ion difference  (SID), anion gap (AG), dan

    bikarbonat pada kondisi normal8

     

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    20/45

    20

    Gambar 5. Hubungan antara strong ion gap (SIG) dan ∆AG8 

    Pada kondisi normal, anion tak terukur plasma menggambar anion

    nonbikarbonat/nonvolatil, yaitu albumin dan fosfat. Kation tak terukur terdiri

    dari kalsium, magnesium, dan kalium. ∆AG merupakan perbedaan antara AG

    abnormal dan AG normal (atau baseline), mewakili jumlah anion abnormal

    dalam plasma. SIG, mewakili jumlah anion abnormal dan secara matematis

    sama dengan ∆AG. SID yang diukur dari selisih ion kuat merupakan SIDapparent  

    (SIDa) dan SID yang menambahkan bikarbonat dan asam lemah non

    bikarbonat disebut dengan SIDeffective (SIDe).5,8 

    Moviat, et al meneliti pasien asidosis metabolik (BD > 5mM) memiliki

    korelasi kuat dengan SIG dan ∆AG corrected   untuk albumin dan laktat.

    Hubungan ini akan lebih kuat jika ∆AG dihitung dengan menggunakan nila i

    baseline aktual untuk AG pada tiap pasien daripada menggunakan nilai 12. Dari

    diskusi ini, komponen formula Stewart seperti SID dan SIG secara konseptual

    dan matematikal terkait dengan komponen spesifik dari formula tradisional

    seperti bikarbonat, AG, dan ∆AG.5,8 

    Penekanan pada teori Stewart adalah perpindahan ion hidrogen antar

    zat cair (melalui kanal atau pompa ion) tidak secara signifikan berefek pada

    konsentrasi ion hidrogen lokal. Penambahan H+  dari satu kompartemen ke

    kompartemen lainnya tidak mengubah nilai variabel independen dan [H+] akan

    berada pada nilai yang sama.5 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    21/45

    21

    Gambar 6. Komponen pendekatan Stewart pada keseimbangan asam basa10 

    Bila pendekatan Stewart benar, maka SID paling berpengaruh dalam

    penentuan pH. Sedangkan karbon dioksida berdifusi bebas melalui semua

    membran, sehingga tidak dapat digunakan secara umum untuk meregulasi pH.

    Protein tidak melewati membran biologis yang intak. Fosfat diregulasi oleh

    mekanisme saluran cerna dan ginjal untuk mempertahankan homeostasis

    kalsium dibandingkan mempertahankan keseimbangan asam basa.5 

    Gambar 7. Klasifikasi gangguan asam basa berdasarkan pendekatan Stewart 8

     

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    22/45

    22

    Klasifikasi dan komponen keseimbangan asam basa berdasarkan

    pendekatan Stewart:8,15,16 

    1.  Respiratorik

    Pada asidosis respiratorik terdapat peningkatan PCO2  dan alkalosis

    respiratorik adalah kondisi yang sebaliknya.

    2.  Metabolik

    Pada gangguan metabolik yang disebabkan oleh ekses atau defisit cairan

    terdapat abnormalitas pada SID dan nilai ion natrium yang abnormal.

    Abnormalitas SID juga ditemukan pada ketidakseimbangan anion kuat.

    Seperti pada ekses atau defisit klorida dan ekses anion. Defisit klorida

    terjadi pada muntah, penggunaan diuretik, hiperaldosteronisme, dan

    sindrom Cushing yang mengakibatkan alkalosis metabolik. Asidosis

    metabolik terjadi bila terdapat nilai SID yang rendah dengan SIG yang tinggi

    (asidosis asam laktat, intoksikasi salisilat) dan pada nilai SID dan SIG yang

    rendah (asidosis tubulus ginjal, pemberian normal salin, nutrisi parenteral

    total).

    Adanya abnormalitas pada asam lemah nonvolatil seperti albumin dan

    fosfat anorganik akan menimbulkan asidosis (bila terjadi peningkatan) dan

    alkalosis (bila terjadi penurunan).

    2.3 SISTEM YANG BERPERAN DALAM KESEIMBANGAN ASAM BASA

    2.3.1 Ginjal

    Ginjal merupakan organ terpenting dalam pengaturan asam basa.

    Ekskresi asam oleh ginjal mencapai 75 mmol/hari. Asam nonvolatil

    diproduksi lebih sedikit daripada asam karbonat. Sumber asam nonvolatil

    termasuk metabolisme metionin dan kistin saat mengkonsumsi protein dan

    merupakan metabolisme inkomplit karbohidrat dan lemak. Proton bebas (H+)

    dipindah secara cepat dari cairan tubuh dengan bereaksi bersama buffer . pK

    pada sistem bikarbonat adalah 6,1, dimana pH normal cairan ekstraseluler

    sekitar 7,4 dan cairan intraseluler sekitar 6,9. Fungsi sistem buffer   adalah

    mempertahankan nilai pK dekat dengan nilai pH kompartemen. Sistem

    bikarbonat merupakan sistem buffer  yang terpenting.5,18 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    23/45

    23

    Bila ginjal tidak mampu meregenerasi bikarbonat, maka jumlah buffer  

    yang tersedia akan terkuras dengan produksi asam yang terus –  menerus.

    Bikarbonat difilter oleh glomerulus bersamaan dengan sekresi proton oleh sel

    tubular ginjal untuk memproduksi H2CO3. Senyawa kimia ini akan diubah oleh

    karbonat anhidrase menjadi karbon dioksida yang berdifusi ke sel ginjal.5 

    Di dalam sel, jalur terbalik dengan HCO3- kembali ke dalam darah dan

    H+ disekresikan ke lumen untuk mendapatkan kembali bikarbonat. Regenerasi

    bikarbonat terjadi karena metabolisme sel pada sel tubular yang

    menghasilkan karbon dioksida. Karbon dioksida diubah menjadi H+  yang

    masuk ke lumen tubular yang nantinya akan bergabung dengan anion B - yang

    dieksresikan ke dalam urin. B- menggambarkan anion nonbikarbonat, seperti

    fosfat dan amonia. Sedangkan HCO3-  akan berdifusi ke dalam darah. Di

    tubulus proksimal ginjal 80% HCO3- direabsorbsi kembali, 16% direabsorbsi

    oleh thick ascending limb  dan tubulus distal, 4% sisanya direabsorbsi oleh

    tubulus kolektif.17,18 

    Mekanisme primer dilakukan dengan pertukaran Na+/H+  3 (NHE3).

    Sebesar dua pertiga reabsorbsi terjadi melalui sekresi H+  NHE3. H+-ATPase

    membantu mekanisme sekresi H+  apikal dan bertanggung jawab untuk

    mereabsorbsi sisanya. Karbonik anhidrase (CA-II) memfasilitasi produksi H+

    dan HCO3- . H+ disekresikan ke cairan pada tubuler ginjal sepanjang membran

    apikal, dimana HCO3- keluar dari sel melewati membran basolateral. Membran

    terikat CA (CA-IV) memfasilitasi produksi H2O dan CO2  dari asam karbonat

    gastrointestinal. Keluarnya HCO3-  menuju membran basolateral ini secara

    primer terjadi melalui 3HCO3—Na+ simporter dan adanya pertukaran dengan

    Cl-. Proses reabsorbsi HCO3-  pada loop Henle dan tubulus distal memiliki

    prinsip yang sama dengan tubulus proksimal, walaupun memiliki transporter

    yang berbeda.17,18 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    24/45

    24

    Gambar 8. Mekanisme transpor H+ dan HCO3- pada tubulus proksimal17 

    Pada tubulus kolektif, sel intercalated  melakukan transpor H+ dan HCO3-.

    Sel intercalated   yang memproduksi asam memiliki H+-ATPase vakuoler dan

    H+-ATPase terlokalisir pada membran apikal. HCO3-  melakukan pertukaran

    dengan Cl-.17,18 

    Amonia diproduksi oleh deaminasi asam amino yang dilakukan oleh

    hepar dan diubah menjadi urea dan glutamin. Glutamin diambil oleh sel

    tubular ginjal dan setelah terjadi hidrolisis menghasilkan NH4+

    . NH3+

     berdifusike dalam lumen tubuler bersama H+  memproduksi NH4+  yang nantinya

    bergabung dengan Cl-  yang nantinya diekskresikan ke dalam urin. Hal ini

    mengakibatkan eksresi H+  ke dalam urin namun proses ini membutuhkan

    produksi H+ lainnya pada sel ginjal.5,17,18 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    25/45

    25

    Gambar 9. Mekanisme sekresi H+ dan HCO3- pada sel intercalated  pada tubulus

    kolektif 17 

    Proses amoniagenesis dan eksresi NH4+ ke dalam urin dilakukan oleh

    ginjal. NH4+  dikonversi menjadi urea oleh hepar dan dalam proses ini H+ 

    terbentuk yang nantinya akan di-buffer oleh HCO3- dan menimbulkan  feedback  

    negatif terhadap pembentukan HCO3- baru. Dari perspektif fisiologi asam basa

    ginjal, NH4+ diproduksi oleh ginjal harus diekskresikan ke urin, bukan ke dalam

    darah. Setiap NH4+  yang diekskresikan, sebuah miliequivalen HCO3-  baru

    kembali ke dalam darah. Setiap molekul glutamin yang dimetabolisme, 2HCO3- 

    dan 2 NH4+ diproduksi. HCO3-  kembali ke dalam darah dan NH4+ disekresikan

    oleh NHE3 dengan NH4+ memasuki cairan tubuler sebagai NH3.17,18 

    Pada thick ascending limb  loop  Henle, NH4+  dengan jumlah signifikan

    direabsorbsi. Terdapat berbagai jalur reabsorbsi, termasuk NH4+ mensubstitusi

    K+ pada membran apikal Na+-K+-2Cl- simporter dan gerakan NH4+ melalui jalur

    paraseluler. Gerakan NH4+  keluar sel melewati membran basolateral terjadi

    melalui kanal K+. NH4+  yang direabsorbsi akan terakumulasi pada interstisial

    medula ginjal.17,18 

    Jika NH4+  yang diproduksi oleh tubulus proksimal sebagai hasil dari

    metabolisme glutamin tidak diekskresikan ke dalam urin tetapi kembali ke

    dalam darah, maka NH4+

      akan dimetabolisme menjadi urea di hepar dan

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    26/45

    26

    menghasilkan H+. Jika hal ini terjadi, maka HCO3-  baru yang dihasilkan oleh

    glutamin menjadi hilang. Kejadian reabsorbsi NH4+  oleh thick ascending limb

    loop  Henle akan diresekresikan kembali ke dalam cairan tubuler. Hal ini

    dilakukan oleh duktus kolektif dan tergantung pada kemampuannya untuk

    mengasamkan cairan tubuler.17,18 

    Gambar 10. Mekanisme sekresi NH4+ pada ginjal17 

    Mekanisme duktus kolektif dalam sekresi NH4+ melibatkan penemuan

    Rh glikoprotein. Rh glikoprotein merupakan transporter NH4+. RhAG

    ditemukan pada eritrosit, dimana RhGB dan RhGC berlokasi pada ginjal, hepar,

    dan gastrointestinal. RhBG ditemukan pada segmen distal nefron, mulai dari

    tubulus distal sampai bagian dalam duktus kolektif medula. RhCG terdistribusi

    sebanyak RhBG disepanjang nefron. Keduanya terdapat pada pada membran

    apikal dan basolateral. Pada asidosis kronis terdapat peningkatan ekspresi

    RhCG pada duktus kolektif medula dan terjadi translokasi transporter dari

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    27/45

    27

    intraseluler ke membran apikal. Rh glikoprotein mempengaruhi transpor

    NH3/NH4+ dan akan berpengaruh terhadap keasaman cairan tubuler.17,18 

    Saat terjadi gangguan asam basa, ginjal berespon dengan mensubstitusi

    renal net acid excretion  (RNAE). Pada asidosis RNAE meningkat dan akan

    mengakibatkan reduksi HCO3-  dari urin dan meningkatkan ekskresi NH4+.

    Kemudian akan terjadi stimulasi transpor H+ dan HCO3- sepanjang nefron yang

    akan meningkatkan amoniagenesis dan ketersediaan buffer  urin (fosfat).17,18 

    Asidosis dapat secara langsung menurunkan pH intraseluler pada

    tubulus sel ginjal. Asidosis seluler menstimulasi aktivitas NHE3 karena

    perubahan gradient H+  melewati membran. Faktor lain yang mempengaruhi

    respon ginjal terhadap asidosis adalah endotelin-1 (ET-1) dan glukokortikoid.

    ET-1 dihasilkan oleh sel endotel dan sel tubulus proksimal saat berespon

    terhadap asidosis. Melalui reseptor ETB, NHE3 terfosforilasi dan masuk ke

    dalam membran apikal dan basolateral. Kondisi asidosis akan menstimulasi

    hormon paratiroid (PTH). Peningkatan kadar PTH akan menginhibisi

    reabsorbsi fosfat.17,18 

    Aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron terhadap berkurangnya

    cairan ekstraseluler mengakibatkan bertambahnya reabsorbsi HCO3-.

    Aldosteron menstimulasi sel  intercalated   untuk mensekresi H+  dan

    memproduksi HCO3-  melalui buffer   titrasi urin (contoh: fosfat) dan

    meningkatnya ekskresi NH4+. Kejadian ini akan terbalik dengan peningkatan

    volume ekstraseluler. Adanya hipo dan hiperkalemia akan mengubah

    reabsorbsi HCO3-  dan amoniagenesis. Kondisi hipokalemi akan menstimulasi

    keduanya, sedangkan hiperkalemia sebaliknya. Mekanisme ini terjadi karena

    adanya perubahan pH intraseluler. Hipokalemi juga meningkatkan ekspresi H+-

    K+-ATPase pada sel intercalated  pada duktus kolektif dan menstimulasi sekresi

    H+.17,18 

    Stewart memiliki pendapat yang berbeda mengenai usaha homeostasis

    asam basa yang dilakukan oleh ginjal. Berbeda dengan pendekatan tradisional,

    H+  dan HCO3- merupakan variabel dependen yang berespon terhadap

    perubahan PCO2, SID, dan Atot. Pada prinsipnya kondisi asidosis metabolik

    terjadi karena perubahan SID dan/atau Atot. Ginjal berfungsi sebagai pengatur

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    28/45

    28

    utama SID. Stewart berpendapat bahwa ginjal meregulasi SID ekstraseluler

    melalui SID urin dan adekuat dengan jumlah urin yang cukup. Konsentrasi ion

    kuat pada plasma dapat berubah dengan mengubah absorbsi filtrasi

    glomerulus atau sekresi ke dalam lumen tubulus dari plasma. Plasma [Na+]

    digunakan untuk mengontrol volume intravaskuler dan plasma [K+]

    dibutuhkan untuk memenuhi fungsi jantung dan neuromuskuler. Cl - 

    merupakan ion kuat yang diregulasi ginjal tanpa mengintervensi proses

    homeostasis lainnya. Sebagai contoh, pada kompensasi asidosis respiratorik,

    sekresi H+  ke urin tidak penting, namun hilangnya Cl-  melalui urin akan

    meningkatkan SID sehingga akan mengembalikan pH plasma menjadi normal.

    Dengan adanya ekskresi fosfat, maka akan terjadi perubahan Atot. NH 4+ 

    berfungsi sebagai kation terhadap Cl-  dan anion kuat lain di tubulus ginjal,

    bukan sebagai transpor untuk memindahkan proton. Dengan mengubah

    konsentrasi Na+  dalam tubulus ginjal, NH4+  merupakan komponen SID yang

    dapat diubah. Pentingnya amonia pada pendekatan Stewart adalah kation

    lemah amonium mengakibatkan ekskresi anion klorida pada urin tanpa

    hilangnya kation kuat. Pada koreksi alkalosis, resorbsi Cl- oleh sel tubulus ginjal

    akan menurunkan SID plasma dan menurunkan pH plasma.5,19 

    2.3.2  Sistem Pernafasan

    Ventilasi adalah keluar masuknya udara ke dalam sistem respirasi

    (sekitar 500 ml/menit). Adanya tekanan negatif intrapleura terjadi karena

    adanya kontraksi otot pernafasan yang menyebabkan masuknya udara ke

    dalam zona respirasi. Perubahan frekuensi ventilasi merupakan respon

    homeostasis tubuh. Perubahan frekuensi respirasi diatur oleh:20 

    1.  Pusat pernafasan berada pada batang otak, yang terdiri dari neuron dorsal

    dan ventral, pusat pneumotaksis, dan pusat apneuistik. Pusat pernafasan

    terdiri dari:

      Pusat respirasi meduler

    o  Grup respirasi dorsal: terdiri dari neuron bilateral dekat dengan

    traktus solitarius. Terdiri dari neuron yang menginisiasi inspirasi.

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    29/45

    29

    o  Grup respirasi ventral: merupakan dua kelompok neuron bilateral

    yang terletak di sebelah ventral grup respirasi dorsal. Terdiri dari

    neuron yang menginisiasi inspirasi dan ekspirasi.

     

    Pusat respirasi pontin

    o  Pusat pneumotaksis: memiliki kemampuan mengubah frekuensi

    respirasi dan berfungsi mempertahankan keseimbangan inspirasi

    dan ekspirasi.

    o  Pusat apneuistik: stimulasi pusat apneuistik mengakibatkan

    apneuistik dan mengakibatkan pemanjangan inspirasi dan

    pemendekan ekspirasi.

    2. 

    Reseptor neural toraks:

      Reseptor peregangan pulmonal yang terdiri dari otot polos trakea dan

    jalan nafas besar dan berespon terhadap distensi (perubahan volume

    paru). Mengakibatkan berhentinya inspirasi dan membatasi volume

    tidal (refleks Hering-Breur).

      Reseptor dinding dada yang berespon terhadap perubahan volume paru

    dan memodulasi respirasi saat olahraga.

    3. 

    Reseptor nosiseptif pulmonal terdiri dari reseptor iritan pulmonal, serat C

    tak bermielin, dan reseptor jukstakapiler. Reseptor iritan pulmonal

    terangsang dengan adanya inflasi cepat atau kimia atau mekanis dan

    mengakibatkan batuk atau takipneu. Serat C tak bermielin berespon

    terhadap rangsang iritatif, reseptor jukstakapiler terstimulasi oleh kongesti

    vaskuler atau edema pulmo interstisial dan mengakibatkan hiperpnea.

    Dihasilkan oleh kontraksi otot pernafasan yang menarik udara ke dalam

    paru.

    Kemorefleks respirasi merupakan bagian dari sistem  feedback  

    pernafasan. Ventilasi paru mengatur tekanan parsial arteri karbon dioksida

    dan oksigen. Kemorefleks pernafasan bertanggung jawab terhadap pengaturan

    PCO2  terhadap [H+]. Respon kemoreseptor perifer terhadap [H+] dimodulasi

    oleh PO2, sedangkan kemoreseptor sentral tidak dipengaruhi oleh PO2.21 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    30/45

    30

    Difusi adalah pergerakan gas (O2  dan CO2) pada gradien tekanan

    sepanjang membran alveolikapiler. Difusi gas selalu sejajar dengan gradien

    tekanan parsial. Tekanan parsial gas adalah getaran yang disebabkan oleh

    energi kinetik yang dimiliki molekul gas. Tekanan ini meningkat dengan

    naiknya temperatur gas dan naiknya konsentrasi gas karena pada kedua

    kondisi tersebut molekul gas bertabrakan lebih sering.20 

    Perpindahan gas dari alveolus dan darah diatur oleh:20 

    1.  Hukum Fick: jumlah gas yang dapat melewati jaringan berbanding lurus

    terhadap area (A), konstanta difusi (D), dan perbedaan tekanan parsial (P1-

    P2); dan berbanding terbalik dengan ketebalan jaringan (T).

    2. 

    Hukum Graham: tingkat difusi gas berbanding terbalik dengan akar berat

    molekul.

    3.  Konstanta difusi: terkait dengan keterlarutan (Sol) dan berat molekul (MW)

    Aliran darah (perfusi) merupakan aliran darah melalui kapiler paru

    (sekitar 450 mL/menit). Darah vena dari ventrikel kanan mengalir melalui

    arteri pulmonal ke kapiler pulmonal. Darah kaya oksigen kembali ke atrium kiri

    melalui vena pulmonalis.20 

    Hukum Henry menyebutkan bahwa volume gas yang terlarut

    berbanding lurus dengan tekanan parsial gas di atasnya. Maka tekanan parsial

    O2 terlarut dalam air (PwO2) berbanding lurus dengan tekanan parsial O2 pada

    fase gas (PgO2). Pada hubungan gas-zat cair, tekanan parsial gas (O2) terhadap

    zat cair (air) menentukan jumlah molekul gas yang bertabrakan di dalam zat

    cair.  Molekul memasuki fase zat cair dari fase gas berbanding lurus dengan

    tekanan parsial O2 dalam zat cair.20 

    Kaskade Oksigen pada ketinggian air laut, tekanan parsial O2  760

    mmHg x 0,21 = 160 mmHg. Pada saluran pernafasan, tekanan parsial O2 0,21 x

    (760-47) = 149 (atau 150) mmHg. Pada alveolus, tekanan parsial O2 (PAO2) 149

    –  (40/0,8) = 99 (atau 100) mmHg. Pada arteri sistemik, tekanan parsial O2 

    (PaO2) 95 mmHg. Pada mitokondria, tekanan parsial O2  tidak diketahui. PaO2 

    akan menurun seiring dengan usia. Pada usia muda normal (pada ketinggian air

    laut) PaO2 berkisar 95 mmHg (85-100 mmHg), dan pada usia 60 tahun normal

    (pada ketinggian air laut) terdapat penurunan PaO2 hingga 83 mmHg.20 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    31/45

    31

    Nilai PaO2  yang relatif lebih rendah daripada PAO2  menunjukkan

    adanya defisiensi mekanisme pertukaran gas. Perbedaan ini membantu menilai

    penyebab hipoksemia. Gradien difusi oksigen pada alveolus-arteri (A-aDO2)

    adalah selisih tekanan parsial O2  alveolus (PAO2) dan tekanan parsial oksigen

    dalam darah arteri (PaO2). FIO2  (fraksi O2) dipengaruhi oleh PAO2, yang

    dipengaruhi oleh PB (tekanan barometrik) dan PaCO2. Sedangkan PaO2 

    dipengaruhi oleh kondisi paru dan O2 vena. PAO2 mempengaruhi PaO2 dimana

    keduanya melakukan keseimbangan O2.20 

    SpO2  (saturasi O2  darah arteri) dipengaruhi oleh PaCO2. Molekul O2 

    pada darah arteri melewati membran sel darah merah dan terikat pada Hb. SpO2 

    merupakan persentase Hb yang terikat dengan molekul O2. SpO2 dipengaruhi

    oleh PaO2, walaupun semakin tinggi PaO2, semakin tinggi SpO2, hubungan

    keduanya bukan hubungan yang linear. CaO2  (konsentrasi O2  dalam darah

    arteri) dipengaruhi oleh SpO2 dan konsentrasi Hb. Faktor yang mempengaruhi

    kadar PaCO2. Peningkatan PaCO2  (PaCO2  > 45 mmHg) yang dapat disebabkan

    oleh hipoventilasi dan peningkatan produksi CO2  seperti pada kondisi demam

    dan hiperkatabolik. Penurunan PaCO2 disebabkan oleh penurunan produksi CO2 

    hipotermia dan hiperventilasi (nyeri, penyakit hepar kronis).20 

    Pada kondisi hipoventilasi murni, peningkatan PaCO2  sesuai dengan

    penurunan PaO2  dan A-aDO2 dalam batas normal. Penurunan PaO2  turun 1,25

    mmHg tiap kenaikan 1 mmHg PaCO2. Hipoventilasi terkait dengan penurunan

    yang tidak proporsional antara PaO2 dan kenaikan PaCO2 disertai pelebaran A-

    aDO2.20 

    Metabolisme aerobik memproduksi CO2 sebagai produk buangan. Asam

    dalam bentuk ion hidrogen bersama bikarbonat membentuk asam karbonat.

    Karbonik anhidrase akan mengkatalisasi asam karbonat menjadi karbon

    dioksida dan air. Air diekskresikan paling banyak melalui urin, sisanya keluar

    melalui pernafasan, keringat, dan feses. Selama karbon dioksida diekskresi

    secara terus –  menerus, tidak ada penambahan hidrogen dan ion bikarbonat

    dalam tubuh.18

    Hampir semua karbon dioksida diproduksi di mitokondria. Tekanan

    parsial karbon dioksida mencapai puncak pada mitokondria dan mengalami

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    32/45

    32

    penurunan kadar setelah gas melewati cairan ekstraseluler dan darah. Tekanan

    parsial karbon dioksida yang melewati kapiler paru normalnya lebih tinggi

    daripada dalam alveolus. Karbon dioksida berdifusi dari darah ke alveolus.

    Persamaan konsentrasi di alveolus dipengaruhi oleh produksi karbon dioksida,

    sirkulasi pulmonal, dan ventilasi alveolus. Karbon dioksida dibawa dalam darah

    sebagai CO2  terlarut, ion bikarbonat, dan grup carbamino yang terikat dengan

    protein plasma atau hemoglobin. Ikatan karbon dioksida dengan protein terjadi

    pada asam amino N-terminal. Ion hidrogen dan karbon dioksida saling

    berkompetisi untuk berikatan dengan protein. Karena sebagian besar karbon

    dioksida dibawa oleh hemoglobin, penurunan hemoglobin terikat CO2 memiliki

    afinitas 3,5 kali lebih besar daripada hemoglobin terikat O2.18 

    2.3.3  Saluran Cerna

    Sel parietal saluran cerna mensekresikan Cl-  dan H+  ke dalam lumen

    gaster. H+  diproduksi di dalam sel melalui perubahan karbon dioksida oleh

    karbonat anhidrase. Proses ini akan menghasilkan bikarbonat baru ke dalam

    darah dan terjadi ‘gelombang basa’ post prandial. Untuk mengoreksi gelombang

    basa ini pankreas mensekresi cairan kaya bikarbonat, dengan perpindahan

    HCO3- dari plasma ke sel pankreas yang nantinya masuk ke lumen duodenum.

    Traktus gastrointestinal sangat berperan dalam keseimbangan asam basa.

    Sebesar 7 –  8 liter cairan disekresikan oleh gastrointestinal tiap harinya dan

    sebagian besar diserap kembali oleh kolon. Traktus gastrointestinal dibagi

    menjadi beberapa segmen, dimana sekresi cairan dan elektrolit terjadi pada

    kripte epitelial. Transpor elektrolit dan cairan dilakukan oleh Na+-K+-ATPase

    melewati sel epitel membran basolateral.22 

    Sekresi saliva menghasilkan solusi alkali hipotonik saat diaktivasi oleh

    reseptor muskarinik. Sel asiner mensekresikan cairan yang dimodifikasi oleh

    absorbsi Na+ dan Cl- dan sekresi HCO3-. Sekresi cairan alkali ini akan melindungi

    mukosa mulut dan esofagus, namun berpengaruh minimal terhadap serum

    [HCO3-].22 

    Saat mencerna makanan, usus mengeluarkan cairan bersifat asam dan

    berkaitan dengan transpor protein sel parietal. H+/K+-ATPase gaster berperan

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    33/45

    33

    utama dalam sekresi asam dimana sekresi ion hidrogen difasilitasi oleh daur

    ulang K+  sepanjang membran apikal melalui kanal kation selektif. Klorida

    disekresikan oleh kanal Cl-. Pada kondisi basal, cairan yang paling banyak

    disekresikan adalah NaCl. pH dan volume cairan gaster diregulasi oleh gastrin,

    sehingga volume maksimal dan sekresi asam terjadi setelah makan dimana

    terdapat penurunan pH cairan gaster sebesar 1,0 dan peningkatan volume

    sebesar 7 mL/menit. Adanya sekresi asam meningkatkan serum [HCO3-] 1

    sampai 2 mmol/L, yang disebut dengan alkaline tide.22 

    Saat cairan tersebut masuk ke dalam duodenum, keadaan isotonik

    dipertahankan melalui absorbsi air dan solusi terlarutnya, sehingga pH naik

    sampai 7,0. Asam dinetralisir oleh HCO3-  karena sekresi cairan dari pankreas

    dan bilier. Adanya sekresi asam lambung ke dalam duodenum memberi sinyal

    ke pankreas untuk mensekresikan solusi alkali [HCO3-] hingga 70 -120 mmol/L

    ke dalam usus. Transporter anion yang berperan utama adalah membran apikal

    Cl-/HCO3-  exchanger . Sekresi HCO3-  oleh pankreas diatur oleh sekretin, yang

    disekresikan ketika cairan dengan pH < 4,0 masuk ke dalam duodenum. Sekresi

    bilier dirangsang oleh sekretin dan kolesistokinin. Sekresi bilier menghasilkan

    solusi alkali mengandung HCO3-  dengan konsentrasi lebih tinggi daripada

    plasma (40-60 mmol/L).22 

    Di usus halus terjadi penyerapan dan sekresi cairan, namun absorbsi

    lebih mendominasi dan mengakibatkan penurunan cairan sebesar 1 L/hari.

    Absorbsi dirangsang oleh konsumsi natrium dan klorida serta terjadi melalui

    dua jalur, yaitu Na+/H+  exchanger   dan Cl-/HCO3-  exchanger . Keduanya

    mentranspor Na+  dan Cl-  dari lumen usus dan mensekresi H+  dan HCO3-. Bila

    kedua ion bergabung maka akan terbentuk H2CO3  yang nantinya akan

    mengalami dehidrasi membentuk CO2  dalam lumen usus. Cl-/HCO3-  exchanger  

    mendominasi pada akhir ileum dan menghasilkan solusi alkali. Sekresi klorida

    terjadi pada sel di kripte intestinal melalui kanal Cl -  apikal. Berbeda dengan

    kolon, usus kecil tidak memiliki kanal K+ apikal, sehingga perpindahan kalium

    terjadi secara difusi pasif. Cairan yang meninggalkan usus halus sedikit

    hipotonik dengan [HCO3-] sebesar 30 mmol/L dengan [K+] sebesar 5 –  10

    mmol/L.22 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    34/45

    34

    Volume cairan yang melewati kolon secara normal berkurang < 50

    ml/hari dan konsentrasi Na+ dan Cl- berkurang hingga < 30 mmol/L. Absorbsi

    natrium klorida dilakukan oleh transporter yang sama dengan usus halus,

    namun regulasi absorbsi Na+ melalui kanal Na+ membran apikal diregulasi oleh

    aldosteron. HCO3- disekresi ke kolon oleh Cl-/HCO3- exchanger  yang dikonsumsi

    oleh bakteri kolon. Beberapa anion organik yang diproduksi oleh oleh reaksi ini

    diabsorbsi melalui transport HCO3-  exchange. Sel epitel kolon juga memiliki

    H+/K+-ATPase membran apikal yang dapat mengabsorbsi K+ dan mensekresi H+ 

    ke dalam lumen usus. Pada sel sekretorik kolon, fungsi kanal Cl -  secara parsial

    tergantung pada sekresi K+. Sekresi kalium melalui kanal apikal distimulasi oleh

    aldosteron dan bertanggung jawab terhadap naiknya [K+] dalam feses. Karena

    sedikitnya volume cairan dalam feses, jumlah K+  yang hilang melalui feses

    sebesar 10 –  15 mmol/hari. Bila jumlah cairan dalam feses meningkat, maka

    jumlah K+ yang hilang akan meningkat dengan signifikan.22 

    2.4  PERBANDINGAN ANTARA PENDEKATAN TRADISIONAL DAN

    PENDEKATAN STEWART

    Pada pendekatan tradisional, komponen penting terdiri dari base

    excess  (BE), bikarbonat (HCO3-), dan anion gap. Berdasarkan pendekatan

    Stewart, perubahan pH hanya terjadi karena perubahan variabel dependen.

    Sedangkan pH, HCO3-, CO32-, A-, dan OH-  merupakan variabel dependen.

    Menurut Stewart, penggunaan PCO2  sebagai variabel independen karena

    PCO2  dipengaruhi oleh regulasi eksternal. Penentu utama gangguan asam

    basa metabolik adalah SID dan Atot seperti yang sudah disampaikan

    sebelumnya.19 Penelitian Story, et al, memberikan penghitungan SID dengan

    lebih sederhana dengan menggunakan selisih natrium dan klorida.

    Sedangkan albumin merupakan kontributor utama konsentrasi asam lemah

    dalam plasma.23 

    Redwan, et al melakukan perbandingan antara pendekatan

    tradisional dan Stewart, dari 661 kasus, dengan pendekatan tradisional

    dinyatakan 49 adalah normal karena kadar HCO3- dan BE normal sedangkan

    pendekatan Stewart menyatakan dari 49 kasus tersebut terdapat asidosis

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    35/45

    35

    respiratorik (22%), alkalosis respiratorik (10%), asidosis SIG (46%),

    asidosis hiperkloremik (60%), dan alkalosis metabolik dengan

    hipoalbuminemia (80%). Kondisi yang sebaliknya pada gangguan asam basa

    respiratorik, pendekatan tradisional lebih sensitif dalam mendiagnosis

    asidosis respiratorik (4,3%), alkalosis respiratorik (5,5%), asidosis

    metabolik disertai alkalosis respiratorik (1,8%), dan alkalosis metabolik

    disertai asidosis respiratorik (16%) pada 163 kasus yang dinyatakan PCO2 

    normal menurut pendekatan Stewart.24 

    Szrama, et al juga melakukan perbandingan pendekatan tradisional

    dan Stewart pada pasien ICU yang mengalami gangguan asam basa. Metode

    yang digunakan adalah dengan penggunaan BE, dimana nilai BE < -2

    merupakan asidosis metabolik, BE > 2 merupakan alkalosis metabolik, dan

    nilai diantaranya adalah normal. Dari pendekatan Stewart, didapatkan

    pasien yang masuk dalam kategori asidosis metabolik 34,7% dengan

    peningkatan kadar laktat, 100% dengan hipoalbuminemia, 96,9% dengan

    asidosis SID, dan 42,5% dengan asidosis SIG. Pada BE normal, 21,3% dengan

    konsentrasi laktat > 2 mmol/L, 100% dengan hipoalbuminemia, 98,4%

    dengan asidosis SID dan hiperkloremia, dan 14,5% dengan asidosis SIG. Pada

    kategori BE > 2 terdapat 18,4% dengan peningkatan laktat, 99,1% dengan

    hipoalbuminemia, 88,8% dengan asidosis SID, dan 4,6% dengan asidosis

    SIG.25 

    Dari penelitian Dubin, et al yang membandingkan pendekatan

    tradisional dan Stewart terhadap 935 pasien, didapatkan bahwa pendekatan

    Stewart mampu mendiagnosis 14% pasien dengan gangguan metabolik pada

    pasien dengan HCO3- dan BE normal. Di sisi lain, penggunaan AGterkoreksi pada

    pendekatan tradisional memiliki performa diagnostik yang sama baiknya

    dengan pendekatan Stewart. Pada analisis penggunaan HCO3-, BE, dan

    AGterkoreksi, hanya 1% pasien asidosis dengan SID rendah yang tidak

    terdiagnosis. Selain itu, terdapat 2% pasien dinyatakan normal dengan

    pendekatan Stewart, namun masuk dalam kategori asidosis metabolik

    menurut pendekatan tradisional.24,26 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    36/45

    36

    Perbedaan besar lainnya antara pendekatan tradisional dan Stewart

    adalah kondisi yang terjadi pada buffer basa. Pada pendekatan tradisional,

    buffer basa sebesar 32 mmol/L atau perbedaan antara buffer basa aktual dan

    ideal sebesar -10 mmol/L yang disebut dengan base excess. Pada pendekatan

    Stewart, memiliki sisi pandang yang berbeda dengan selisih kation kuat dan

    anion kuat. Adanya ion kuat yang ditambahkan ke dalam sistem seperti

    penambahan 10 mmol/L laktat menimbulkan penurunan SID dari 42

    mmol/L menjadi 32 mmol/L. tempat untuk A-, HCO3-, dan OH-  akan

    berkurang sehingga sebagian A-  akan menjadi AH, sebagian HCO3-  akan

    menjadi H2CO3, dan sebagian OH-  akan menjadi H2O. Penurunan OH-  akan

    berespon dengan peningkatan H+ yang mengakibatkan asidosis.27 

    Pada asidosis dilusional dapat dijelaskan dengan pendekatan

    Stewart. Pada asidosis delusional, adanya dilusi plasma (dimana SID positif

    39 mmol/L) oleh air yang memiliki SID 0, dapat menurunkan SID dan

    menghilangkan ion positif. Pada penurunan SID akan terjadi kompensasi

    penambahan ion positif. Bertambahnya H+  inilah yang menjelaskan

    terjadinya asidosis delusional. Kondisi yang lebih menarik adalah keadaan

    hipertonis akan mengakibatkan solusi zat cair semakin asam karena

    menurunnya jumlah air dari spasium intraseluler, yang berkontribusi pada

    persamaan akhir.27 

    2.5   APLIKASI KLINIS KESEIMBANGAN ASAM BASA DALAM SISTEM

    KARDIOVASKULAR

    Pada pasien gagal jantung, gangguan asam basa yang terjadi

    disebabkan oleh hilangnya ion hidrogen melalui ginjal, penurunan volume

    sirkulasi efektif, hipoksemia, dan gagal ginjal. Semua jenis gangguan asam

    basa dan kombinasinya dapat terjadi. Beberapa studi secara sistematis

    mengevaluasi prevalensi gangguan asam basa pada gagal jantung. Sebanyak

    37% pasien mengalami alkalosis metabolik atau disertai dengan alkalosis

    respiratorik. Alkalemia terjadi pada subjek dengan gagal jantung lanjut.

    Terapi diuretik meningkatkan prevalensi alkalosis metabolik, walaupun

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    37/45

    37

    pada pasien yang mengalami perbaikan sirkulasi dapat mengalami

    perbaikan asam basa.1,2,3,4 

    Pada kondisi normal, ginjal menjaga keseimbangan asam basa

    dengan reabsorbsi bikarbonat, terutama pada tubulus proksimal, dan

    produksi bikarbonat pada tubulus distal. Reabsorbsi bikarbonat dipengaruhi

    oleh sirkulasi volume efektif, laju filtrasi glomerulus, dan kadar kalium,

    dimana produksi bikarbonat dipengaruhi oleh transpor dan reabsorbsi

    natrium di distal, kadar aldosteron, pH arteri, dan pCO2. 1,3,4,17 

    Pada berkurangnya jumlah volume, peningkatan absorbsi natrium

    oleh ginjal mengakibatkan peningkatan mekanisme pertukaran natrium-

    kalium, sehingga menimbulkan penurunan keseimbangan kalium dan

    menimbulkan alkalosis metabolik. Jika terdapat kebocoran bikarbonat dari

    interstisial ginjal ke lumen tubulus maka terjadi reabsorbsi bikarbonat.1,3,4,17 

    Hilangnya ion hidrogen pada gagal jantung terkait dengan

    berlebihnya mineralokortikoid dan peningkatan produksi angiotensin II.

    Mineralokortikoid menstimulasi kanal natrium apikal dan Na+-K+  ATPase

    basolateral dan meningkatkan reabsorbsi natrium yang dapat meningkatkan

    sekresi melalui kanal kalium apikal. Sebanyak dua pertiga natrium yang

    direabsorbsi dengan Cl- atau sebagai pengganti H+ pada tubulus proksimal.

    Reabsorbsi pada tubulus proksimal meningkat karena angiotensin II

    mengkonstriksikan arteriol eferen glomerulus dan meningkatkan fraksi

    filtrasi serta pertukaran Na+-H+. Efek akhirnya adalah retensi natrium

    sebagai pengganti kalium, dan mengakibatkan alkalosis ekstraseluler.

    Hilangnya kalium juga mengakibatkan peningkatan aktivitas renin plasma

    dan produksi angiotensin II.1 

    Gagal jantung yang diawali oleh adanya penyakit paru obstruktif

    kronis cenderung untuk terjadi gangguan asam basa kombinasi antara

    asidosis respiratorik kronis dan alkalosis metabolik. Retensi karbon dioksida

    akibat hiperkapnia menimbulkan asidosis respiratorik kronis. Proses kronis

    hiperkapnia mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, aktivasi

    sistem renin-angiotensin-aldosteron, peningkatan hormon antidiuretik,

    atrial natriuretic peptide, dan endotelin-1. Kondisi asidosis hiperkapnia

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    38/45

    38

    mengakibatkan lemahnya otot pernafasan, peningkatan sitokin proinflamasi

    dan apoptosis, dan cachexia. Light dan George mengevaluasi perubahan

    fungsi paru pada 28 subjek yang dirawat karena gagal jantung dan memiliki

    gangguan ventilasi obstruktif dan restriktif. Pasien dengan gagal jantung dan

    edema pulmo dapat berkembang menjadi alkalosis respiratorik pada kondisi

    hiperventilasi menetap sehingga mengakibatkan terjadinya hipokapnia.

    Adanya stagnasi cairan pada perivaskuler dan peribronkial serta ruang

    interstisial pada septum alveolus menstimulasi reseptor J dan memproduksi

    refleks hiperventilasi. Adanya depresi pada fungsi jantung berkaitan dengan

    gangguan asam basa. Akibat yang terjadi adalah aritmia dan hipokalemi.1,28 

    Gambar 11. Alkalosis metabolik pada gagal jantung1 

    Berdasarkan pendekatan Stewart, adanya perubahan komponen SID

    akan mempengaruhi kondisi asam basa. Pasien gagal jantung sering

    mengalami gangguan elektrolit hiponatremia, hipokalemia, dan

    hipomagnesemia.1,2,3 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    39/45

    39

    Hiponatremia merupakan kondisi dimana konsentrasi natrium

    serum < 136 mmol/L. Hiponatremia adalah gangguan elektrolit yang paling

    sering dijumpai pada pasien gagal jantung. Pada jantung yang normal,

    adanya peningkatan tekanan atrium mensupresi produksi hormone

    antidiuretik, menurunkan tonus saraf simpatis pada ginjal, dan

    meningkatkan produksi atrial natriuretic peptide. Akibatnya akan terjadi

    peningkatan eksresi natrium, air pada nefron distal yang meningkatkan laju

    filtrasi glomerulus, menyebabkan vasodilatasi, dan menurunkan produksi

    hormon antidiuretik. Pada gagal jantung, sistem ini tidak bekerja dengan

    baik sehingga terjadi retensi natrium dan air walaupun terdapat

    peningkatan tekanan atrium. Penurunan keluaran jantung dan volume

    sirkulasi efektif mengakibatkan aktivasi baroreseptor yang mengaktivasi

    sistem saraf simpatis, sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan produksi

    arginin vasopresin yang semakin memperburuk retensi natrium dan air.

    Dengan menurunnya keluaran jantung, aliran darah ke ginjal, dan laju filtrasi

    glomerulus, terjadi penurunan kemampuan ginjal untuk mengekskresi urin.

    Stimulasi adrenergik dan angiotensin II mengaktivasi reseptor tubulus

    proksimal ginjal untuk semakin meningkatkan reabsorbsi natrium dan

    menurunkan pengiriman natrium dan air ke duktus kolektif ginjal. Kondisi

    ini diperburuk dengan terkumpulnya stress oksidatif yang meningkatkan

    remodeling jantung. Kondisi hiponatremia menjadi tanda untuk menentukan

    derajat gagal jantung. Diuretik sering berkaitan dengan kondisi ini.1,2,3 

    Hipokalemia juga sering ditemukan pada pasien dengan gagal jantung

    dan merupakan faktor independen kuat dalam memprediksi mortalitas.

    Penurunan serum K+ adalah tanda peningkatan aktivitas neurohormonal dan

    progresivitas penyakit, namun serum K+ berkorelasi negatif dengan aktivitas

    renin dan noradrenalin plasma. Pada pasien gagal jantung yang mengalami

    aritmia, 50% memiliki serum K+  lebih rendah daripada normal. Serum K+ 

    yang rendah mengakibatkan disfungsi diastolik dan serum K+  yang tinggi

    memproteksi terhadap disfungsi endotel akibat hipertensi. Kalium

    memediasi vasodilatasi melalui kanal kalium dan mengurangi vasokonstriksi

    yang disebabkan oleh angiotensin II.1 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    40/45

    40

    Magnesium berperan dalam proses enzimatik dan berperan penting

    dalam komponen struktur dan fungsi mitokondria. Magnesium memodulasi

    permeabilitas serum kalium dan berpengaruh dalam pengambilan dan

    distribusi kalsium. Hipomagnesemia tidak sering ditemukan pada pasien

    gagal jantung namun berisiko terjadinya aritmia. Hipomagnesemia memiliki

    komponen yang menginduksi vasokonstriktor dan hiperkoagulabilitas.

    Hipomagnesemia pada gagal jantung terjadi karena kurangnya konsumsi

    makanan, perubahan distribusi ion, kehilangan magnesium melalui ginjal,

    dan alkalosis respiratorik. Hilangnya kalium menghambat reabsorbsi

    magnesium pada tubulus distal sehingga terjadi hipermagnesiuria dan

    hipomagnesemia. Penggunaan diuretik yang agresif memicu 7 –  52%

    kejadian hipomagnesemia.1,3 

    Tidak terdapat banyak penelitian tentang hipokalsemia dan

    hipofosfatemia pada pasien gagal jantung. Hipokalsemia terkait dengan

    hipomagnesemia, gagal ginjal stadium akhir, alkalosis respiratorik, dan

    hipoparatiroidisme. Hipofosfatemia pada gagal jantung dapat berkaitan

    dengan alkalosis respiratorik, hipomagnesemia, dan penggunaan diuretik.1 

    Gangguan asam basa terkait dengan gangguan kardiovaskular

    lainnya seperti pada kondisi penurunan kontraktilitas miokardium, syok

    kardiogenik, dan henti jantung. Ketiganya menimbulkan asidosis metabolik

    berupa asidosis laktat. Hal ini terjadi melalui mekanisme penurunan

    distribusi oksigen ke jaringan yang berakibat hipoksia jaringan. Kenaikan

    kadar laktat dalam darah seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya akan

    mengakibatkan kondisi asidemia.29,30 

    Pasien dengan asidosis laktat memiliki angka mortalitas yang tinggi.

    Kenaikan kadar laktat yang mengakibatkan asidosis laktat adalah sebesar >

    5 mmol/L dan serum pH < 7,35. Asidosis laktat terjadi karena peningkatan

    produksi laktat (karena hipoksia atau inhibisi metabolisme oksidatif

    jaringan) atau penurunan laju penggunaan laktat pada hepar atau ginjal.

    Jenis asidosis laktat yang disebabkan oleh kurangnya distribusi oksigen ke

    jaringan merupakan jenis asidosis laktat tipe A. Penyebabnya antara lain

    henti jantung, syok, kejang, dan olahraga berat.29,30 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    41/45

    41

    Laktat diproduksi sekitar 20 mmol/kgBB/hari terutama dari dari

    jaringan glikolitik kaya LDHA seperti otot skeletal. Laktat direkonversi

    menjadi piruvat dan dikonsumsi mitokondria hepar, ginjal, dan jaringan lain

    yang kaya LDHB. Jalur glukoneogenesis di hepar dan ginjal, siklus asam

    trikarboksil dan fosforilasi oksidatif di hepar, ginjal, otot, jantung, otak, dan

    jaringan lain menghasilkan ATP saat piruvat dioksidasi menjadi karbon

    dioksida dan air. Konsumsi laktat normalnya ekuivalen sehingga jumlah

    laktat dalam darah stabil. Jumlah laktat dapat meningkat pada keadaan

    hipoksia. Peningkatan jumlah laktat (hiperlaktatemia) mengakibatkan

    disfungsi seluler karena lingkungan seluler yang menjadi asam sehingga

    mengakibatkan penurunan kontraktilitas jantung, penurunan keluaran

    jantung, tekanan darah, dan perfusi jaringan. Selain itu akan terjadi aritmia

    yang akan melemahkan respon jantung terhadap katekolamin.29,30 

    Henti jantung menimbulkan kombinasi gangguan asam basa

    respiratorik maupun metabolik, yaitu asidosis respiratorik (berkaitan

    dengan hiperkapnia dan PaCO2  yang rendah atau tinggi, tergantung dari

    ventilasi pasien) dan asidosis laktat. Kondisi asidosis respiratorik

    meningkatkan inotropik negatif terhadap kontraktilitas miokardium

    daripada asidosis metabolik dan kenaikan PCO2 yang sangat tinggi memicu

    terjadinya  pulseless electrical activity   (PEA). Penyebab peningkatan laktat

    persisten pada pasien pasca henti jantung adalah respon sistemik inflamasi,

    hipoksia jaringan berkelanjutan, stunning miokardium, etiologi henti jantung

    yang tidak terkoreksi, disfungsi mikrosirkulasi, dan disfungsi mitokondria.

    Pada pasien pasca henti jantung dengan kadar laktat inisial < 5 mmol/L

    memiliki mortalitas sebanyak 39% dan pada kadar laktat inisial > 10

    mmol/L angka mortalitas meningkat menjadi 92%.29,30,31  Sedangkan pada

    infark miokard akut, asidosis metabolik terjadi pada fase awal, namun jarang

    menjadi berat kecuali terdapat syok kardiogenik.32 

    Penatalaksanaan asidosis pada pasien henti jantung tidak lagi

    dengan administrasi NaHCO3, namun dengan pengembalian secara cepat ke

    sinus rhythm; memperbaiki keluaran jantung, perfusi oksigen ke paru,

    ventilasi untuk memperbaiki kondisi asidosis laktat dan pembuangan

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    42/45

    42

    karbon dioksida. Pengembalian perfusi jaringan setelah pengembalian

    kondisi hemodinamik penting dalam terapi asidosis laktat. Penggunaan

    katekolamin harus hati –  hati karena mengurangi perfusi jaringan dan

    mengakibatkan overstimulasi β2-adrenoreseptor. Pada kondisi sepsis dan

    hipovolemia, penggunaan kristaloid dan koloid berperan penting dalam

    memperbaiki perfusi jaringan. Transfer oksigen ke jaringan dipengaruhi

    oleh keluaran jantung, aliran darah regional, konsentrasi hemoglobin, dan

    tekanan parsial oksigen. Pemberian ventilasi adekuat sangat berperan untuk

    mencegah hiperkapnia. Usaha resusitasi dilanjutkan dengan mencari

    penyebab asidosis laktat dan mengatasinya etiologi yang

    mendasarinya.29,30,33 

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    43/45

    43

    BAB 3

    KESIMPULAN

    Pasien dengan penyakit kardiovaskular sering gangguan asam basa.

    Gangguan asam basa dan elektrolit tidak dapat dipisahkan karena kadar

    elektrolit memberikan kontribusi dalam penilaian gangguan asam basa.

    Pada gagal jantung gangguan asam basa dan elektrolit terjadi sebagai efek

    sistemik gagal jantung maupun penggunaan terapi diuretik. Kondisi

    penurunan kontraktilitas miokardium hingga henti jantung juga

    menimbulkan gangguan asam basa, terutama asidosis laktat. Gangguan

    asam basa pada penyakit kardiovaskular akan mempengaruhi prognosis

    dan mortalitas.

    Pendekatan tradisional lebih sederhana dalam penentuan gangguan

    asam basa. Pendekatan ini lebih mudah dimengerti dan diaplikasikan dalam

    kondisi klinis secara umum. Walaupun pendekatan ini sudah cukup adekuat

    dalam evaluasi gangguan asam basa. Kelemahan dari pendakatan ini adalah

    ketidakmampuannya untuk menjelaskan mekanisme gangguan asam basa.

    Pendekatan Stewart disebut lebih rumit namun lebih unggul dalam

    menentukan mekanisme dan penyebab ketidakseimbangan asam basa.

    Kemampuan pendekatan modern ini adalah kemampuannya mendiagnosis

    adanya asidosis hiperkloremik.

    Kombinasi penggunaan kedua pendekatan diperlukan dalam

    penentuan gangguan asam basa. Walaupun ahli fisiologi masih belum

    menerima pendekatan Stewart, pendekatan ini banyak digunakan oleh para

    intensivis, terutama pada kasus penyakit kritis dengan kadar protein total,

    albumin, dan fosfat yang abnormal.

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    44/45

  • 8/19/2019 Referat Keseimbangan Asam Basa

    45/45

    17. Koeppen. The kidney and acid-base regulation.  Adv Physiol Educ 33: 275–281,2009.

    18. Kitching, Edge. Acid-base balance: a review of normal physiology. British Journal of

    Anesthesia Vol 2 No.1 (2002).

    19. Morgan. The Stewart approach-one clinician’s perspective. Clin Biochem Rev Vol.30 May 2009.

    20. Hasan. Handbook of blood gas/acid-base interpretation 2nd  Ed. Springer-Verlag

    London 2013.

    21. Duffin. Role of acid-base balance in the chemoreflex control of breathing.  J Appl

    Physiol 99: 2255–2265, 2005.22. Gennari, Weise. Acid-base disturbances in gastrointestinal disease. Clin J Am Soc

    Nephrol 3: 1861–1868, 2008.23. Story, Morimatsu, Bellomo. Strong ions, weak acids, and base excess: a simplified

    Fencl-Stewart approach to clinical acid-base disorders. British Journal of

    Anaesthesia 92(1):54-60(2004).

    24. Redwan, Gatz, Hassan, Matter, Hammodi, Attia. Comparative study between

    traditional approach and physico-chemical approach in acid base disorders

    interpretation in critically ill patients. Open Journal of Respiratory Diseases, 2013,

    3, 143-149.

    25. Szrama, Sumszkiewicz, Trojanowska. Acid-base disorders according to the Stewart

    approach in septic patients. Critical Care 2014, 18(Suppl 1):P429.

    26. Dubin, Menises, Masevicius, Moseinco, Kutscheraur, Ventrice, et al. Comparison of

    three different methods of evaluation of metabolic acid-base disorders. Crit Care

    Med 2007 Vol. 35(5).

    27. Todorović, Ostojić, Milovanović, Brkić, Ille, Čemerikić. The assessment of acid-baseanalysis: comparison of the “traditional” and the “modern” approaches. Med Glas(Zenica) 2015; 12(1):7-18. 

    28. Bruno, Valenti. Acid-base disorders in patients with chronic obstructive pulmonary

    disease:a pathophysiological review. Journal of Biomedicine and Biotechnology

    Volume 2012, Article ID 915150.

    29. McNamara, Worthley. Acid-base balance: part II. pathophysiology. Critical Care and

    Resuscitation 2001; 3: 188-201.30. Kraut, Madias. Lactic acidosis. N Engl J Med 2014;371:2309-19.

    31. Andersen, Mackenhauer, Roberts, Berg, Cocchi, Donnino. Etiology and therapeutic

    approach to elevated lactate. Mayo Clin Proc. 2013 October ; 88(10): 1127–1140.doi:10.1016/j.mayocp.2013.06.012.

    32. Gandhi, Alkholkar. Metabolic acidosis in acute myocardial infarction. International

    Journal of Advances in Medicine Gandhi AA et al. Int J Adv Med. 2015

    Aug;2(3):260-263.

    33 Nandwani, Saluja, Mehta. Lactic acidosis in critically ill patients. People’s Journal of