Top Banner
REFERAT ILEUS OBSTRUKSI Oleh : RAINI 030.08.197 KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI 1
32

referat ileus obstruktif

Jul 31, 2015

Download

Documents

Rainy Rai
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: referat ileus obstruktif

REFERAT

ILEUS OBSTRUKSI

Oleh :

RAINI

030.08.197

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

KATA PENGANTAR

1

Page 2: referat ileus obstruktif

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan izin-

Nya penyusun dapat menyelesaikan referrat ini tepat pada waktunya. Referat ini disusun guna

memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Koja..

Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dr.A. Fanani Sp.B

yang telah membimbing penyusun dalam mengerjakan referat ini, serta kepada seluruh dokter

yang telah membimbing penyusun selama di kepaniteraan klinik Ilmu Bedah di Rumah Sakit

Umum Daerah Koja. Dan juga ucapan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan di

kepaniteraan ini, serta kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada

penyusun.

Dengan penuh kesadaran dari penyusun, meskipun telah berupaya semaksimal

mungkin untuk menyelesaikan referat ini, namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan.

Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata,

penyusun mengharapkan semoga referat ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita

semua.

Jakarta, 12 september 2012

Raini

Lembar Persetujuan Referat

2

Page 3: referat ileus obstruktif

Referat dibawah ini :

Judul : Ileus Obstruksi

Penyusun : Raini

NIM : 03008197

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepanitraan

klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Koja.

Jakarta ,13 september 2012

Karina s.ked

DAFTAR ISI

3

Page 4: referat ileus obstruktif

Kata Pengantar …………………………………………………................... 2

Lembar Pengesahan …………………………………………………................... 3

Daftar Isi ……………………………………………………………... 4

BAB I USUS ……... …………………………………………................... 5

I. Embriologi ………………………………………………... 5

II. Anatomi …………………………………………………… 6

III. Fisilogi …………………… ………………………………. 8

BAB II ILEUS OBSTRUKSI ….…………………………………………. 11

I. Pendahuluan ……………………………………………... 11

II. Definisi ……...……………………………………………...11

III. Klasifikasi ………………………………………………11

IV. Etiologi ..……..………………………………………12

V. Phatofisiologi ....…………………………………………… 13

VI. Gejala Klinis ...…………………………………………….. 15

VII. Diagnosis …………….……………………………………. 16

VIII. Diagnosis banding ………………………………………….20

IX. Penatalaksanaan ……………………………………….…... 21

Persiapan penderita ………………………………………. 21

Tindakan Operatif …….…………………………………………………….. 21

Pasca Operasi ……………………………………………….. 22

X. Komplikasi ……..…………………………………………. 23

XI. Prognosis ………..………………………………………….24

BAB III. DAFTAR PUSTAKA …..………………………………………... 25

BAB II

ILEUS OBSTRUKSI

4

Page 5: referat ileus obstruktif

Pendahuluan

Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering

dijumpai dan merupakan 60% - 70% dari seluruh kasus gawat abdomen. Gawat perut

dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi, dan penyulitnya,

ileus obstruktif, iskemik, dan perdarahan. Sebagian kelainan dapat disebabkan oleh

cedera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan perforasi saluran cerna atau

perdarahan.

Intestinal obstruction merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang

sering dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan

appendicitis akuta. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi,

sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi obstetri ginekologik

makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh kemajuan di bidang

diagnostik kelainan abdominalis

Intestinal obstruction meliputi sumbatan sebagian (partial) atau seluruh

(complete) lumen usus sehingga mengakibatkan isi usus tak dapat melewati lumen

usus. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam kondisi, yang paling sering

menyebabkannya adalah jaringan usus itu sendiri karena adhesi, hernia, atau tumor11.

Tidak hanya intestinal obstruction saja yang dapat menghasilkan perasaan yang tidak

nyaman, kram perut, nyeri perut, kembung, mual, dan muntah, bila tak diobati dengan

benar, intestinal obstruction dapat menyebabkan sumbatan bagian usus dan

menyebabkan kematian usus. Kematian jaringan ini dapat ditunjukkan dengan

perforasi usus, infeksi ringan, dan shock11.

Adhesi merupakan suatu jaringan parut yang sering menyebabkan organ dalam dan

atau jaringan tetap melekat setelah pembedahan. Adhesi dapat membelit dan menarik

organ dari tempatnya dan merupakan penyebab utama dari obstruksi usus, infertilitas

(bedah ginekologik), dan nyeri kronis pelvis.

Definisi

5

Page 6: referat ileus obstruktif

Ileus obstruktif adalah obstruksi usus akibat dari penghambatan motilitas usus yang dapat

ditimbulkan oleh banyak penyebab.

INSIDEN

Perlekatan usus sebagai penyebab dari Ileus saat ini menempati urutan pertama.

Maingot melaporkan bahwa sekitar 70% penyebab dari Ileus adalah perlekatan. Survey

Ileus Obstruksi di RSUD DR. Soetomo pada tahun 2001 mendapatkan 50% dari

penyebabnya adalah perlekatan usus, kemudian diikuti Hernia 33,3%, keganasan 15%,

Volvulus 1,7%.(5,10)

I. Anatomi

Usus halus terbentang dari pylorum sampai caecum dengan panjang 270 cm

sampai 290 cm. Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum

panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai jejenum. Panjang jejenum 100 –

110 cm dan panjang ileum 150 -160 cm. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai

oleh Ligamentum Treitz. Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum

suspensorium. Kira – kira dua per lima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga

per lima bagian terminalnya adalah ileum. Jejenum mempunyai vaskularisasi yang

besar dimana lebih tebal dari ileum. Apendiks vermiformis merupakan tabung buntu

berukuran sekitar jari kelingking yang terletak pada daerah ileosekal, yaitu pada

apeks sekum.

Secara mikroskopik, dinding usus halus dibagi atas empat lapisan yaitu lapisan

serosa, muskularis propria, lapisan submukosa dan lapisan mukosa. Lapisan serosa

merupakan lapisan terluar yang terdiri dari peritoneum visceralis dan parietal dan

ruang yang terletak antara lapisan visceral dan parietal dinamakan rongga

peritoneum. Lapisan muscularis propria terdiri dari dua lapisan otot yaitu lapisan otot

longitudinal yang tipis dan lapisan otot sirkular yang tebal. Ganglion sel berasal dari

pleksus Myenterica (Auerbach) yang berada di antara lapisan otot dan mengirimkan

rangsangan pada kedua lapisan tersebut. Lapisan submucosa terdiri dari lapisan

6

Page 7: referat ileus obstruktif

jaringan konektif fibroelastis yang berisi pembuluh darah dan saraf. Lapisan mukosa

dibagi menjadi 3 lapisan yaitu mukosa muscularis, lamina propria dan lapisan epitel.

Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lapisan sirkular yang dinamakan valvula

koniventes (Lig.Kerckringi) yang menonjol ke dalam sekitar 3 mm.

Mesenterium merupakan lipatan peritoneum yang lebar, menyerupai kipas yang

menggantung jejenum dan ileum dari dinding posterior abdomen. Omentum mayus

merupakan lapisanganda peritoneum yang mengantung dari curvatura mayor lambung

dan berjalan turun di depan visera abdomen. Omentum biasanya mengandung banyak

lemak dan kelenjar limfe yang membantu melindungi rongga peritoneum terh

adap infeksi. Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang dari

curvatura minor lambung dan bagian atas duodenum menuju ke hati, membentuk

Ligamentum Hepatogastrikum dan Ligamentum hepatoduodenale.

Arteri mesenterika superior dicabangkan dari aorta tepat di bawah arteri celiaca.

Arteri ini mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh

arteri gastroduodenalis dan cabangnya arteri pankreatikoduodenalis superior. Darah

dikembalikan lewat vena mesenterika superior yang menyatu dengan vena lienalis

membentuk vena porta.

Usus halus dipersarafi cabang-cabang kedua sistem saraf otonom. Rangsangan

parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan

simpatis menghambat pergerakan usus. Serabut saraf sensorik sistem simpatis

menghantarkan nyeri, sedangkan serabut saraf parasimpatis mengatur refleks usus.

Usus besar dibagi menjadi caecum, colon dan rektum. Pada caecum terdapat

katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung caecum. Caecum menempati

sekitar dua atau tiga inchi pertama dari usus besar. Kolon dibagi lagi menjadi colon

ascenden, colon transversum, descenden dan sigmoid. Tempat dimana colon

membentuk belokan tajam yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut

dinamakan fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Colon sigmoid mulai setinggi

krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk S. Lekukan bagian bawah

7

Page 8: referat ileus obstruktif

membelok ke kiri waktu colon sigmoid bersatu dengan rektum. Usus besar memiliki

empat lapisan morfologik seperti bagian usus lainnya.

Sekum, kolon ascenden dan bagian kanan kolon transversum diperdarahi oleh

cabang a.mesenterika superior yaitu a.ileokolika, a.kolika dekstra dan a.kolika media.

Kolon transversum bagian kiri, kolon descendens, kolon sigmoid dan sebagian besar

rektum perdarahi oleh a.mesenterika inferior melalui a.kolika sinistra, a.sigmoid dan

a.hemoroidalis superior. Pembuluh vena kolon berjalan paralel dengan arterinya.

Kolon dipersarafi oleh oleh serabut simpatis yang berasal dari n.splanknikus dan

pleksus presakralis serta serabut parasimpatis yang berasal dari N.vagus.

II. Fisiologi

Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi bahan –

bahan nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan

lambung oleh kerja ptialin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang masuk.

Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim – enzim pankreas

yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat – zat yang lebih

sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam

dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim – enzim. Sekresi empedu dari hati

membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan

permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.

Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus

enterikus). Banyak di antara enzim – enzim ini terdapat pada brush border vili dan

mencernakan zat – zat makanan sambil diabsorbsi. Pergerakan segmental usus halus

akan mencampur zat –zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar dan

sekresi usus dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung

lainnya dengan kecepatan yang sesuai untuk absorbsi optimal dan suplai kontinu isi

lambung. Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan

8

Page 9: referat ileus obstruktif

protein melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel –

sel tubuh. Selain itu, air, elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi.

Pergerakan usus halus berfungsi agar proses digesti dan absorbsi bahan – bahan

makanan dapat berlangsung secara maksimal. Pergerakan usus halus terdiri dari :

Pergerakan mencampur (mixing) atau pergerakan segmentasi yang mencampur

makanan dengan enzim – enzim pencernaan agar mudah untuk dicerna dan diabsorbsi

Pergerakan propulsif atau gerakan peristaltik yang mendorong makanan ke arah

usus besar.

Kontraksi usus halus disebabkan oleh aktifitas otot polos usus halus yang terdiri

dari 2 lapis yaitu lapisan otot longitudinal dan lapisan otot sirkuler. Otot yang

terutama berperan pada kontraksi segmentasi untuk mencampur makanan adalah otot

longitudinal. Bila bagian mengalami distensi oleh makanan, dinding usus halus akan

berkontraksi secara lokal. Tiap kontraksi ini melibatkan segmen usus halus sekitar 1 –

4 cm. Pada saat satu segmen usus halus yang berkontraksi mengalami relaksasi,

segmen lainnya segera akan memulai kontraksi, demikian seterusnya. Bila usus halus

berelaksasi, makanan akan kembali ke posisinya semula. Gerakan ini berulang terus

sehingga makanan akan bercampur dengan enzim pencernaan dan mengadakan

hubungan dengan mukosa usus halus dan selanjutnya terjadi absorbsi.

Kontraksi segmentasi berlangsung oleh karena adanya gelombang lambat yang

merupakan basic electric rhytm (BER) dari otot polos saluran cerna. Proses kontraksi

segmentasi berlangsung 8 sampai 12 kali/menit pada duodenum dan sekitar 7

kali/menit pada ileum. Gerakan peristaltik pada usus halus mendorong makanan

menuju ke arah kolon dengan kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada bagian

proksimal lebih cepat daripada bagian distal. Gerakan peristaltik ini sangat lemah dan

biasanya menghilang setelah berlangsung sekitar 3 sampai 5 cm

9

Page 10: referat ileus obstruktif

Pengaturan frekuensi dan kekuatan gerakan segmentasi terutama diatur oleh

adanya gelombang lambat yang menghasilkan potensial aksi yang disebabkan oleh

adanya sel – sel pace maker yang terdapat pada dinding usus halus, dimana aktifitas

dari sel – sel ini dipengaruhi oleh sistem saraf dan hormonal.

Aktifitas gerakan peristaltik akan meningkat setelah makan. Hal ini sebagian

besar disebabkan oleh masuknya makanan ke duodenum sehingga menimbulkan

refleks peristaltik yang akan menyebar ke dinding usus halus. Selain itu, hormon

gastrin, CCK, serotonin, dan insulin juga meningkatkan pergerakan usus halus.

Sebaliknya sekretin dan glukagon menghambat pergerakan usus halus.

Setelah mencapai katup ileocaecal, makanan kadang – kadang terhambat selama

beberapa jam sampai seseorang makan lagi. Pada saat tersebut, refleks gastrileal

meningkatkan aktifitas peristaltik dan mendorong makanan melewati katup ileocaecal

menuju ke kolon. Makanan yang menetap untuk beberapa lama pada daerah ileum

oleh adanya sfingter ileocaecal berfungsi agar makanan dapat diabsorbsi pada daerah

ini. Katup ileocaecal berfungsi untuk mencegah makanan kembali dari caecum masuk

ke ileum.

Fungsi sfingter ileocaecal diatur oleh mekanisme umpan balik. Bila tekanan di

dalam caecum meningkat sehingga terjadi dilatasi, maka kontraksi sfingter ileocaecal

akan meningkat dan gerakan peristaltik ileum akan berkurang sehingga

memperlambat pengosongan ileum. Bila terjadi peradangan pada caecum atau pada

appendiks maka sfingter ileocaecal akan mengalami spasme, dan ileum akan

mengalami paralisis sehingga pengosonga ileum sangat terhambat.

I. Klasifikasi

Berdasarkan Lokasi Obstruksi :

Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum

Letak Tengah : Ileum Terminal

Letak Rendah : Colon-Sigmoid-rectum

10

Page 11: referat ileus obstruktif

Berdasarkan Stadium :

Parsial : menyumbat lumen sebagian

Simple/Komplit: menyumbat lumen total

Strangulasi: Simple dengan jepitan vasa

II. Etiologi

Ileus Obstruktif

a. Hernia

Inkarserata

Suatu keadaan

dimana isi

kantong henia

11

Page 12: referat ileus obstruktif

tidak dapat masuk kembali ke rongga peritoneal akibat jepitan. Proses yang

langsung terjadi adalah gangguan aliran darah dan gangguan pasase segmen usus

yang terjepit.

b. Non Hernia :

Penyempitan lumen usus

Isi Lumen : Benda asing, skibala, ascariasis.

Dinding Usus : stenosis (radang kronik), keganasan.

Ekstra lumen : Tumor intraabdomen.

Adhesi adalah pita fibrosa yang membentuk jaringan scarlike antara dua permukaan

di dalam tubuh.

Invaginasi atau intususepsi adalah bagian usus masuk kedalam usus dibagian

belakangnya, terjadi jepitan usus, sehingga menyebabkan hambatan aliran usus dan

mengganggu aliran darah yang melalui bagian usus yang mengalami intususepsi.

Atau bagian proksimal masuk kebagian distal.

Volvulus adalah merupakan keainan berupa puntiran dari segmen usus terhadap usu

itu sendiri, mengelilingi mesenterium dari usustersebut dengan mesenterum itu

sendiri sebagai aksis longitudilah sehingga menyebabkan obstruksi saluran cerna.

Malformasi Usus

III. Patofosilogi

12

Obstruksi usus

Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen sebelah proksimal dari letak obstruksi

Page 13: referat ileus obstruktif

Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena

adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga

menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase

13

Proliferasi bacteri yang berlangsung cepat

Tekanan intralumen

Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke

dalam peritoneum dan sirkulasi sistemik

Syok hipovolemik

Peritonitis septikemia

Ischemia dinding usus

Volume ECF

Kehilangan H2O dan elektrolit

Kehilangan cairan yang menuju ruang peritoneum

Distensi

Page 14: referat ileus obstruktif

lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan

cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding

usus (distensi). Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya

hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas ntakin

hertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi

juga dapat mengenai seluruh panjang usus sehelah proximal sumbatan. Sumbatan ini

menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah.

Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan

kolik abdomen dan muntah-muntah. Pada obstruksi usus yang lanjut, peristaltik sudah

hilang oleh karena dinding usus kehilangan kontraksinya

IV. Gejala klinis

A. Nyeri-Kolik

B. Muntah :

Stenosis Pilorus : Encer dan asam

Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauan

Obstruksi kolon : onset muntah lama.\

C. Perut Kembung (distensi)

D. Konstipasi

E. Tidak ada defekasi

F. Tidak ada flatus

G. Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilicus

H. Obstruksi kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik.

Tabel-2.1. Perbandingan Klinis bermacam-macam ileus.

Macam ileus

Nyeri Usus Distensi Muntah borborigmi

Bising usus Ketegangan abdomen

Obstruksi ++ + +++ Meningkat -

14

Page 15: referat ileus obstruktif

simple tinggi

(kolik) Obstruksi simple rendah

+++

(Kolik)

+++ +

Lambat, fekal

Meningkat -

Obstruksi strangulasi

++++

(terus-menerus, terlokalisir)

++ +++ Tak tentu

biasanya meningkat

+

Paralitik + ++++ + Menurun - Oklusi vaskuler

+++++ +++ +++ Menurun +

V. Diagnosis

1. Subyektif -Anamnesis

Nyeri-Kolik. Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilicus, Obstruksi

kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik. Muntah, Perut Kembung (distensi),

Konstipasi, Tidak ada defekasi, Tidak ada flatus

Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali

menandakan adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat

buang air besar berupa lendir dan darah. Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat

diketahui riwayat nyeri perut kanan bawah yang menetap. Riwayat operasi

sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi usus. Onset keluhan yang

berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset yang lambat

dapat menjurus kepada ileus letak rendah.

2. Obyektif-Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

15

Page 16: referat ileus obstruktif

Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio inguinal,

femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi dapat

terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas

luka operasi sebelumnya.

Auskultasi

Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising

usus dan peristaltik melemah sampai hilang.

Perkusi

Hipertimpani

Palpasi

Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.

Rectal Toucher

- Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease

- Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma

- Feses yang mengeras : skibala

- Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi

- Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi

- Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

3. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

16

Page 17: referat ileus obstruktif

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi

sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam

resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya

ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal.

Peningkatan serum amilase sering didapatkan.10 Leukositosis menunjukkan adanya

iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38% - 50% obstruksi strangulasi

dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non strangulata. Hematokrit yang meningkat

dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit.

Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat,

dan metabolik asidosis bila ada tanda – tanda shock, dehidrasi dan ketosis.

Radiologik

Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid level” pada

foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto polos

abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan

sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.

Foto polos abdomen

Dapat ditemukan gambaran ”step ladder dan air fluid level” terutama pada obstruksi

bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi stangulasi dan

nekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa hilangnya muosa yang reguler dan

adanya gas dalam dinding usus. Udara bebas pada foto thoraks tegak menunjukkan

adanya perforasi usus. Penggunaan kontras tidak dianjurkan karena dapat

menyebabkan peritonitis akibat adanya perforasi.

17

Page 18: referat ileus obstruktif

18

Page 19: referat ileus obstruktif

CT scan kadang – kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada obstruksi usus

halus untuk mengidentifikasi pasien dengan obstruksi yang komplit dan pada

obstruksi usus besar yang dicurigai adanya abses maupun keganasan.

VI. Diagnosis banding

Ileus obstruksi harus dibedakan dengan:

1. Carcinoid gastrointestinal.

2. Penyakit Crohn.

3. Intussuscepsi pada anak.

4. Divertikulum Meckel.

5. Ileus meconium.

6. Volvulus.

7. Infark Myocardial Akut.

19

Page 20: referat ileus obstruktif

8. Malignansi, Tumor Ovarium.

9. TBC Usus.

VII. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan obstruksi ileus sekarang dengan jelas telah menurunkan angka

morbiditas dan mortalitas. Hal ini terutama disebabkan telah dipahaminya dengan tepat

patogenesis penyakit serta perubahan homeostasis sebagai akibat obstruksi usus.

Pada umumnya penderita mengikuti prosedur penatalaksanaan dalam aturan yang tetap.

1. Persiapan penderita

Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan diagnosa obstruksi ileus

secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan penderita yang baik, obstruksinya

berkurang atau hilang sama sekali. Persiapan penderita meliputi :

o Penderita dirawat di rumah sakit.

o Penderita dipuasakan

o Kontrol status airway, breathing and circulation.

o Dekompresi dengan nasogastric tube.

o Intravenous fluids and electrolyte

o Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.

2. Operatif.

20

Page 21: referat ileus obstruktif

Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu :

Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.

Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat obstruksinya

maupun kondisi sebelum sakit.

Apakah ada risiko strangulasi.

Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus yang

ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah 1% pada

24 jam pertama, sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%.

Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi

ileus :

a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana

untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-

strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.

b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus

yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.

c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,

misalnya pada Ca stadium lanjut.

21

Page 22: referat ileus obstruktif

d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus

untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,

invaginasi strangulate dan sebagainya.

Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik

oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca

sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi

usus dan anastomosis.

3. Pasca Operasi

Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah distensi usus yang

masih ada. Pada tindakan operatif dekompressi usus, gas dan cairan yang terkumpul

dalam lumen usus tidak boleh dibersihkan sama sekali oleh karena catatan tersebut

mengandung banyak bahan-bahan digestif yang sangat diperlukan. Pasca bedah tidak

dapat diharapkan fisiologi usus kembali normal, walaupun terdengar bising usus. Hal

tersebut bukan berarti peristaltik usus telah berfungsi dengan efisien, sementara ekskresi

meninggi dan absorpsi sama sekali belum baik.

Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan disertai diare pasca

bedah. Tindakan dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga

keseimbangan asam basa darah dalam batas normal tetap dilaksanakan pada pasca

bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi, monitoring

pasca bedah yang teliti diperlukan sampai selama 6 - 7 hari pasca bedah. Bahaya lain

pada masa pasca bedah adalah toksinemia dan sepsis. Gambaran kliniknya biasanya

mulai nampak pada hari ke 4-5 pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan spektrum luas

dan disesuaikan dengan hasil kultur kuman sangatlah penting.

VIII. Komplikasi

o Nekrosis usus

o Perforasi usus

o Sepsis

o Syok-dehidrasi

22

Page 23: referat ileus obstruktif

o Abses

o Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi

o Pneumonia aspirasi dari proses muntah

o Gangguan elektrolit

o Meninggal

IX. Prognosis

Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat

segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi

strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35%

atau 40%.3 Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. Gawat Abdomen. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC, 2003. Hal: 181-192.

2. Fiedberg, B. and Antillon, M.: Small-Bowel Obstruction. Editor: Vargas, J., Windle, W.L., Li, B.U.K., Schwarz, S., and Altschuler, S. http://www.emedicine.com. Last Updated, June 29, 2004.

3. Basson, M.D.: Colonic Obstruction. Editor: Ochoa, J.B., Talavera, F., Mechaber, A.J., and Katz, J. http://www.emedicine.com. Last Updated, June 14, 2004.

4. General and laparoscopy surgeon,: Ileus obstruksi. Editor : Dr. A. Yuda Hendaya. Sp B, FInaCS,FMAS. http://www.dokteryudabedah.com . last Update januari 5, 2010

5. Obstruksi usus kecil. Avialablle at URL. www. learningRadiology.com Accessed on 18 April 2010

6. Evers, BM Usus Kecil. In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL, eds.

Sabiston Textbook of Surgery . 18th ed. St. Louis, Mo: WB Saunders; 2008:chap 48

23

Page 24: referat ileus obstruktif

7. Intestinal obstruction. Aviable at URL . www.healthline.com. Accessed 0n 20 April 2010

24