BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF REFERAT FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2013 UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA HIV/AIDS TANPA KOMPLIKASI DISUSUN OLEH: ZARAH ALIFANI DZULHIJJAH 1102090115 VINNY RAHMAYANI 1102080111 ROSLINDA 11020800023 PEMBIMBING: dr. JAMBRI PRANATA SUPERVISOR: dr. NADRA MARICAR, Sp.S BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2013
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
HIV/AIDS TANPA KOMPLIKASI
DISUSUN OLEH:
ZARAH ALIFANI DZULHIJJAH 1102090115
VINNY RAHMAYANI 1102080111
ROSLINDA 11020800023
PEMBIMBING:
dr. JAMBRI PRANATA
SUPERVISOR:
dr. NADRA MARICAR, Sp.S
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
HIV/AIDS TANPA KOMPLIKASI
1
I. PENDAHULUAN
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) dapat diartikan sebagai kumpulan
gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat
infeksi oleh virus HIV (Human immunodeficiency virus) yang termasuk family
retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.1,2,3
HIV/AIDS adalah penyakit yang relatif baru ditemukan. Infeksi lainnya seperti
malaria, wabah, kusta, tuberkulosis, campak, dan kolera telah mempengaruhi
mayoritas umat manusia selama berabad-abad. HIV muncul di akhir abad ke-20. Ini
dikenal sebagai dekade "diam" karena kemungkinan besar HIV pertama muncul
sekitar tahun 1960-an tetapi tidak diketahui atau tidak dilaporkan. Penyebaran
dimulai pada tahun 1970-an ketika komunitas medis mulai menyadari hal ini. HIV
diperkirakan berasal di Afrika, dimana manusia memburu simpanse. Virus yang
mempengaruhi kera sangat mirip dengan HIV dan disebut SIVcpz (simian
immunodeficiency virus). Virus ini menyebar ke manusia setelah kontak dengan darah
terinfeksi simpanse selama berburu simpanse. Selama bertahun-tahun manusia yang
terinfeksi HIV hanya terbatas pada daerah terpencil dari Afrika. Dengan peningkatan
kontak antar manusia, virus mulai menyebar di seluruh dunia. Pada tahun 2000, 34, 3
juta kasus HIV di seluruh dunia, dengan jumlah terbesar di Afrika Selatan,
diperkirakan. Uji vaksin HIV dimulai di Oxford pada 2000. Pada tahun 2003 di
Swaziland dan Botswana di Afrika Selatan, hampir 40% dari orang dewasa vaksin
HIV + AIDS gagal. Enfuviride obat baru yang disebut fusion inhibitor telah disetujui
di Amerika Serikat. Pada tahun 2005, perusahaan obat dan pembuat sepakat untuk
membuat tersedia obat anti-virus generik yang lebih murah. Di Indonesia, kasus
pertama AIDS dilaporkan secara resmi oleh Departemen Kesehatan tahun 1987, yaitu
pada seorang warga negara Belanda di Bali.1,4
Dalam tubuh ODHA ( Orang Dengan HIV/AIDS) , partikel virus bergabung
dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, maka seumur
2
hidup ia akan tetap terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian
berkembang masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi
pasien AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampIr semua orang yang
terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal. Perjalanan
penyakit tersebut menunjukkan gambaran penyakit yang kronis, sesuai dengan
perusakan system kekebalan tubuh yang juga bertahap. 1
II. EPIDEMIOLOGI
Pusat perhatian HIV akan didasarkan pada data dari Amerika karena statistik
yang berasal dari Amerika Serikat merupakan yang paling mutakhir dan terlengkap.
Namun demikian, kecendrungan di negara berkembang kadang- kadang berbeda
secara bermakna, dan kecendrungan ini akan disorot secara khusus jika diperlukan.
Penularan HIV/AIDS terjadi akibat infeksi melalui cairan tubuh yang mengandung
virus HIV, yaitu melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual,
jarum suntik pada pengguna narkotika, transfusi komponen darah, dan dari ibu yang
terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu, kelompok yang beresiko
tinggi terhadap HIV/AIDS adalah pengguna narkotika, pekerja seks komersil dan
pelanggannya.1,5
Di tahun 1991 ketiga obat untuk memperlambat perkembangan AIDS,
dideoxycytidine (ddC) dikembangkan. Pada tahun 1994, tercatat bahwa AZT bisa
mengurangi risiko penularan virus HIV positif ibu untuk bayi. Pada tahun 1995,dari
total orang yang terkan AIDS, diperkirakan 18 juta HIV orang dewasa dan 1,5 juta
HIV anak-anak dilaporkan. AIDS menjadi penyebab utama kematian di kelompok
usia 25-44 di Amerika Serikat. Pada tahun 1995 jenis baru obat adalah disetujui
disebut saquinivir, protease inhibitor enzim. Perkiraan kematian global dari AIDS
adalah 9 juta. Pada tahun 1997 diperkirakan bahwa 40 juta orang dinyatakan HIV
positif. AIDS dinyatakan 4 terbesar global penyebab kematian pada tahun 1999.4
3
Ada tiga cara utama penularan virus HIV, yaitu kontak seksual, inokulasi
parenteral, dan perjalanan virus dari ibu yang terinfeksi terhadap bayi mereka yang
baru lahir. Penularan seksual jelas merupakan cara infeksi yang paling utama di
seluruh dunia, secara umum disebabkan oleh aktivitas heteroseksual. Virus berada di
dalam semen secara ekstraseluler maupun di dalam sel inflamasi mononuclear, dan
memasuki tubuh resipien melalui robekan atau lecet pada mukosa. Yang jelas, semua
bentuk penularan seksual dibantu dan dipermudah oleh adanya penyakit menular
seksual lainnya.1,2,3,5
Penularan parenteral HIV dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu
penyalahgunaan obat intravena, penderita hemophilia yang menerima konsentrat
faktor VIII atau IX, dan resipien acak transfuse darah.Diantara penyalah guna obat
intravena, penularan terjadi melalui penggunaan jarum, alat suntik, atau perlengkapan
lain secara bersama yang tercemar oleh darah yang mengandung HIV.3
Penularan dari ibu ke bayi secara vertical merupakan penyebab utama AIDS
pada anak- anak. Ada tiga rute yang terlibat, yaitu: 1,2,3,5
1. In utero, yaitu melalui penyebaran transplasental
2. Intrapartum, yaitu selama persalinan
3. Ingesti, yaitu melalui air susu ibu yang tercemar oleh HIV
Dari ketiga jalur rute ini, rute transplasental dan intrapartum berperan pada
sebagian besar kasus. 5
III. ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh HIV, suatu retrovirus pada manusia yang termasuk
dalam keluarga lentivirus. Dua bentuk HIV yang berbeda secara genetik, tetapi
berbeda secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2, telah berhasil diisolasi dari penderita
AIDS. HIV-1 merupakan tipe yang lebih sering dihubungkan dengan AIDS di
Amerika Serikat, Eropa, dan Afrika Tengah, sedangkan HIV-2 menyebabkan
penyakit yang serupa, terutama di Afrika Barat. 1,2,3,5
4
Seperti sebagian besar retrovirus, virion HIV-1 berbentuk sferis dan
mengandung inti berbentuk kerucut yang padat electron dan dikelilingi oleh selubung
lipid yang berasal dari membrane sel pejamu. Inti virus tersebut mengandung kapsid
utama protein p24, nukleokapsid protein p7/p9, dua salinan RNA genom, dan ketiga
enzim virus protease, reverse transcriptase, dan integrase. P24 adalah antigen virus
yang paling mudah dideteksi sehingga menjadi sasaran antibodi yang digunakan
untuk mendiagnosis infeksi virus HIV dalam pemeriksaan darah. Selubung virus itu
sendiri tersusun atas dua glikoprein virus (gp 120 dan gp41) yang sangat penting
untuk infeksi HIV pada sel. 1,2,3,5
Berdasarkan analisis molecular, HIV-1 dapat dibagi menjadi dua kelompok
yang lebih luas, yaitu disebut dengan M (major) dan O (outlier). Virus kelompok M,
bentuk yang lebih umum di seluruh dunia, dibagi lebih lanjut ke dalam subtipe (juga
disebut dengan clades), yang diberi nama dari A hingga J. Clade tersebut berbeda-
beda dalam sebaran geografisnya, dengan B merupakan bentuk paling umum
ditemukan di Eropa Barat serta Amerika Serikat dan E paling umum ditemukan di
Thailand. Selain homolog molekularnya, clade ini menunjukkan perbedaan pula
dalam cara penularannya. Oleh karena itu, clade E terutama tersebar melalui kontak
heteroseksual (laki- laki- ke- perempuan), kemungkinan karena kemampuannya
menginfeksi sel dendrite subepitel vagina. Sebaliknya, virus clade B tumbuh dengan
buruk dalam sel dendrite dan mungkin paling baik jika ditularkan melalui pengenalan
monosit dan limfosit yang terinfeksi. 1,2,3,5
5
Gambar 1 Struktur Virus HIV
Dikutip dari kepustakaan 6
IV. PATOGENESIS
Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu.
Sebagian memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi akut, 3-6 minggu setelah
terinfeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar
getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV
asimptomatik (tanpa gejala). Masa tanpa gejala ini umumnya berkembang selama 8-
10 tahun. Tetapi ada sekelompok kecil orang yang perjalanan penyakitnya amat
cepat, dapat hanya sekitar 2 tahun, dan adapula yang perjalanannya lambat (non-
progressor). 1,2,3,5
Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh, ODHA (Orang Dengan
HIV AIDS) mulai menampakkan gejala-gejala akibat infeksi oportunistik seperti
berat badan menurun, demam lama, rasa lemah, pembesaran kelenjar getah bening,