Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Foot drop, atau juga disebut “drop foot”, adalah ketidakmampuan untuk mengangkat bagian depan kaki. Hal ini menyebabkan jari kaki menyeret di tanah saat berjalan. Untuk menghindari menyeret jari-jari kaki, orang dengan foot drop akan mengangkat lutut lebih tinggi. Atau mereka mungkin mengayunkan kaki mereka dengan lebih lebar. Foot drop dapat terjadi pada satu kaki atau kedua kaki pada waktu yang sama. Hal ini dapat menyerang pada usia berapa pun. Secara umum, foot drop berasal dari kelemahan atau kelumpuhan dari otot-otot untuk mengangkat kaki. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda. Penatalaksanaan untuk foot drop bervariasi sesuai dengan penyebabnya. 1 Drop foot bukanlah penyakit, melainkan gejala dari masalah yang mendasari. Tergantung pada penyebabnya, drop foot bisa bersifat sementara atau permanen. Kebanyakan drop foot disebabkan oleh cedera pada saraf peroneal dalam lumbal tulang belakang dan sakral. Saraf peroneal adalah sebuah divisi dari saraf sciatic. Saraf peroneal berjalan di sepanjang bagian luar kaki bagian bawah (di bawah 1
52

Referat Foot Drop

Jan 17, 2016

Download

Documents

Ade Nugraha

y
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Referat Foot Drop

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Foot drop, atau juga disebut “drop foot”, adalah ketidakmampuan untuk

mengangkat bagian depan kaki. Hal ini menyebabkan jari kaki menyeret di

tanah saat berjalan. Untuk menghindari menyeret jari-jari kaki, orang dengan

foot drop akan mengangkat lutut lebih tinggi. Atau mereka mungkin

mengayunkan kaki mereka dengan lebih lebar. Foot drop dapat terjadi pada

satu kaki atau kedua kaki pada waktu yang sama. Hal ini dapat menyerang

pada usia berapa pun. Secara umum, foot drop berasal dari kelemahan atau

kelumpuhan dari otot-otot untuk mengangkat kaki. Hal ini bisa disebabkan

oleh faktor yang berbeda-beda. Penatalaksanaan untuk foot drop bervariasi

sesuai dengan penyebabnya.1

Drop foot bukanlah penyakit, melainkan gejala dari masalah yang

mendasari. Tergantung pada penyebabnya, drop foot bisa bersifat sementara

atau permanen. Kebanyakan drop foot disebabkan oleh cedera pada saraf

peroneal dalam lumbal tulang belakang dan sakral. Saraf peroneal adalah

sebuah divisi dari saraf sciatic. Saraf peroneal berjalan di sepanjang bagian

luar kaki bagian bawah (di bawah lutut) dan bercabang ke masing-masing

pergelangan kaki, kaki, dan jari pertama dan kedua. Saraf ini berinervasi atau

mentransmisikan sinyal ke kelompok otot yang bertanggung jawab untuk

pergelangan kaki, kaki, dan gerakan jari kaki dan sensasi jari kaki.2

Drop foot merupakan gejala dari suatu masalah yang mendasari, bisa

disebabkan oleh banyak faktor yang berbeda-beda, penatalaksanaan untuk

drop foot juga bervariasi sesuai dengan penyebabnya. Dari uraian diatas

penulis tertarik untuk mengetahui penyebab, cara mendiagnosis serta

penatalaksanaan pada drop foot.

1

Page 2: Referat Foot Drop

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi

a) Nervus Ischiadicus

Gambar 2.1. Nerves of the thigh (posterior view)

N. Ischiadicus (L4 dan 5, S1, 2, dan 3) melengkung ke lateral dan

turun kebawah melalui regio glutea, mula-mula terletak di pertengahan

antara spina iliaca posterior superior dan tuber ischiadicum. Saraf ini

kemudian berjalan kebawah pada garis tengah di aspek posterior

tungkai atas dan terbagi menjadi n. peroneus communis dan tibialis

pada tempat yang bervariasi di atas fossa poplitea.4

b) Nervus Peroneus Communis

Nervus peroneus communis yang merupakan cabang terminal n.

ischiadicus yang lebih kecil, mulai di sepertiga bagian bawah tungkai

atas. Saraf ini berjalan turun melalui fossa poplitea, dekat dengan

pinggir medial m. biceps. Nervus peroneus communis meninggalkan

2

Page 3: Referat Foot Drop

fossa dengan menyilang secara superfisial terhadap caput laterale dari

m. gastrocnemius. Kemudian saraf berjalan posterior terhadap caput

fibulae, melengkung ke lateral di sekeliling collum, menembus m.

peroneus longus, dan bercabang menjadi 2 cabang terminal, yaitu (1)

n. peroneus superficialis dan (2) n. peroneus profundus. Pada saat saraf

terletak pada aspek lateral dari collum fibulae, saraf ini terletak

subkutan dan dapat dengan mudah bergerak terhadap tulang.4

Gambar 2.2. Common and superficial peroneal nerves, branches, and cutaneous innervation.

c) Nervus Peroneus Superficialis

N. peroneus superficialis adalah salah satu cabang terminal n. peroneus

communis. Saraf ini dipercabangkan di dalam massa m. peroneus

longus pada sisi lateral pada sisi lateral collum fibulae. Saraf ini turun

kebawah diantara m. peroneus longus dan brevis, serta di bagian distal

saraf ini menembus fascia profunda dan menjadi saraf kulit4.

Cabang-cabang untuk m. peroneus superficialis mempunyai cabang-

cabang4 :

1. Rami musculares untuk m. proneus longus dan m. proneus

brevis.

3

Page 4: Referat Foot Drop

2. Rami cutanei. Ramus cutaneus medialis dan lateral

didistribusikan ke kulit bagian bawah depan tungkai bawah dan

dorsum pedis. Disamping itu, mempersarafi facies dorsalis dan

kulit semua jari-jari kaki, kecuali sisi-sisi yang berdampingan

antara jari pertama dan kedua dan sisi lateral jari kelingking.

d) Nervus Peroneus Profunda

N. peroneus profunda adalah salah satu cabang terminal n. peroneus

communis. Saraf ini dipercabangkan di dalam massa m. peroneus

longus pada sisi lateral pada sisi lateral collum fibulae. Saraf ini masuk

ke ruang anterior dengan menembus septum facialis anterior,

kemudian berjalan ke bawah profunda dari m. ekstensor digitorum

longus, mula-mula terletak lateral, kemudian anterior, dan akhirnya

lateral terhadap a. tibialis anterior. Saraf berjalan dibelakang

retinaculum ekstensorum4.

Gambar 2.3. Deep peroneal nerve, branches, and cutaneous innervation.

Cabang-cabang untuk m. peroneus superficialis mempunyai cabang-

cabang :

4

Page 5: Referat Foot Drop

1. Rami musculares untuk m. tibialis anterior, m. extensor

digitorum longus, m. peroneus tertius, dan m. extensor hallucis

longus.

2. Rami articulare untuk sendi pergelangan kaki.

2.2. Definisi Drop Foot

Drop foot adalah keterbatasan atau ketidakmampuan untuk mengangkat

bagian depan kaki yang mengacu kepada kelemahan otot-otot yang

memungkinkan seseorang untuk melenturkan pergelangan kaki dan jari

kaki.3

2.3. Gejala dari Drop Foot

Gejala cedera saraf peroneal (foot drop) dapat meliputi5 :

Ketidakmampuan untuk menunjukkan jari-jari kaki ke arah tubuh

(dorsofleksi)

Nyeri

Kelemahan

Mati rasa (pada shin atau atas kaki)

Hilangnya fungsi kaki

High-stepping walk (disebut steppage gait atau footdrop gait)3.

Gejala yang paling umum dari penurunan kaki, gaya berjalan

steppage tinggi sering ditandai dengan menaikkan paha dalam mode

berlebihan sambil berjalan, seolah-olah menaiki tangga.

5

Page 6: Referat Foot Drop

Gambar 2.4. Compensating step for foot drop.

Steppage gait tinggi dikaitkan dengan salah satu dari berikut :

Menyeret kaki dan jari kaki

Menyeret jari kaki di tanah

Jari kaki menapak dengan tidak terkontrol.

2.4. Etiologi

Drop Foot adalah gejala dari masalah yang mendasari, dari penyakit

itu sendiri. Hal ini dapat bersifat sementara atau permanen. Penyebab

drop foot meliputi6 :

Cedera saraf. Merupakan penyebab yang paling sering terjadi,

drop foot disebabkan oleh cedera pada saraf peroneal. Saraf

peroneal merupakan cabang dari saraf sciatic yang membungkus

dari belakang lutut ke depan tulang kering. Karena itu duduk

sangat dekat dengan permukaan, dapat menyebabkan cedera

dengan mudah.

Cedera pada saraf peroneal juga dapat dikaitkan dengan rasa

sakit atau mati rasa di sepanjang tulang kering atau bagian atas

kaki.

6

Page 7: Referat Foot Drop

Beberapa cara umum saraf peroneal rusak atau dikompresi

meliputi :

Cedera olahraga

Diabtes Melitus

Hip or knee replacement surgery

Duduk bersila atau jongkok dalam waktu yang lama

Persalinan

Kehilangan sejumlah besar berat badan

Cedera pada akar saraf di tulang belakang juga dapat

menyebabkan drop foot.

Gangguan otak atau tulang belakang. Kondisi neurologis yang

dapat berkontribusi untuk drop foot :

Stroke

Multiple sclerosis ( MS )

Cerebral palsy

Charcot - Marie - Tooth disease

Gangguan otot. Kondisi yang menyebabkan otot-otot lemah

secara progresif atau memburuk yang dapat menyebabkan drop

foot.

Muscular dystrophy

Amyotrophic lateral sclerosis (penyakit Lou Gehrig)

Polio

2.4. Diagnosis

a) Anamnesis

Anamnesis pada penderita drop foot mencakup gejala yang menyertai

seperti ketidakmampuan mengangkat kaki bagian depan, nyeri,

kelemahan pada kaki, kelemahan hanya pada satu sisi saja atau kedua

sisi, mati rasa, dan perubahan cara berjalan. Sangat diperlukan riwayat

7

Page 8: Referat Foot Drop

penyakit yang pernah diderita yang berhubungan dengan kelemahan

kakinya. Riwayat trauma pada lutut atau pinggul. Riwayat kebiasaan

seperti duduk bersila, serta riwayat operasi pinggul atau lutut.

b) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik sebenarnya sudah dimulai ketika penderita

datang ke dokter dengan mengamati penampakan umum penderita,

raut muka, cara berjalan, cara duduk dan cara tidur, proporsi tinggi

badan terhadap anggota tubuh lainnya, keadaan simetris bagian tubuh

kiri dan kanan, cara berjalan dan tingkah laku, ekspresi wajah,

kecemasan serta reaksi emosional lainnya untuk melihat aspek-aspek

emosional dan somatis dari penderita.

Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang paling penting dalam

memperkuat penemuan-penemuan yang berhasil kita dapatkan dari

riwayat dan anamnesis yang telah kita buat dan menambah atau

mengurangi pilihan diagnosis yang dapat kita lakukan .

Cara berjalan (gait)

Pengamatan gait merupakan aspek penting dari diagnosis yang

dapat memberikan informasi mengenai beberapa kondisi

muskuloskeletal dan saraf. Secara khusus, ada delapan gaits

patologis dasar yang dapat dikaitkan dengan kondisi neurologis :

hemiplegia, diplegic kejang, neuropati, miopati, Parkinsonian,

choreiform, ataxic (serebelum) dan sensorik.

Hemiplegia Gait

Pasien berdiri dengan kelemahan unilateral pada sisi yang

terkena, lengan tertekuk, adduksi dan diputar secara

internal. Kaki pada sisi yang sama dalam ekstensi dengan

fleksi plantar kaki dan jari kaki. Saat berjalan, pasien

akan terus memegang lengannya atau ke satu sisi dan

menyeret kaki yang terkena di setengah lingkaran

(circumduction) karena kelemahan otot distal (foot drop)

8

Page 9: Referat Foot Drop

dan ekstensor hypertonia di tungkai bawah. Hal ini paling

sering terlihat pada stroke. Dengan hemiparesis ringan,

kehilangan lengan ayun normal dan sedikit circumduction

mungkin satu-satunya kelainan .

Diplegic Gait

Pasien memiliki keterlibatan di kedua sisi dengan

kelenturan di ekstremitas bawah lebih buruk daripada

ekstremitas atas. Pasien berjalan dengan basis normal

sempit, menyeret kedua kaki dan gesekan jari-jari kaki.

Cara berjalan ini terlihat pada lesi periventrikular

bilateral, seperti yang terlihat pada cerebral palsy. Ada

juga karakteristik ekstrim adductors pinggul yang dapat

menyebabkan kaki untuk menyeberangi garis tengah

disebut sebagai gaya berjalan gunting. Di negara-negara

dengan perawatan medis yang memadai, pasien dengan

cerebral palsy mungkin memiliki operasi rilis adduktor

hip untuk meminimalkan scissoring.

Neuropathy Gait (steppage gait, Equine gait)

Terlihat pada pasien dengan drop foot (kelemahan kaki

dorsofleksi), penyebab gait ini adalah karena upaya untuk

angkat kaki cukup tinggi selama berjalan sehingga kaki

menyeret di lantai. Jika unilateral, penyebab termasuk

peroneal kelumpuhan saraf dan L5 radiculopathy. Jika

bilateral, penyebab termasuk amyotrophic lateral

sclerosis, penyakit Charcot - Marie - Tooth dan neuropati

perifer lainnya termasuk yang berhubungan dengan

diabetes yang tidak terkontrol.

Miopati Gait (Waddling Gait)

Otot panggul bertanggung jawab untuk menjaga tingkat

panggul saat berjalan. Jika Anda memiliki kelemahan

pada satu sisi, hal ini akan menyebabkan penurunan

9

Page 10: Referat Foot Drop

panggul di sisi kontralateral panggul sambil berjalan

(Trendelenburg tanda). Dengan kelemahan bilateral,

Anda akan menjatuhkan panggul di kedua sisi selama

berjalan. Cara berjalan ini terlihat pada pasien dengan

miopati, seperti distrofi otot .

Gait Parkinsonian

Dalam gait ini, pasien akan memiliki kekakuan dan

bradikinesia. Dia akan membungkuk dengan kepala dan

leher ke depan, dengan fleksi pada lutut. Seluruh

ekstremitas atas juga fleksi dengan jari biasanya ekstensi.

Pasien berjalan dengan langkah-langkah agak lambat

diketahui pada marche a petits pas (berjalan dari

langkah-langkah kecil). Pasien juga mungkin mengalami

kesulitan memulai langkah. Pasien mungkin

menunjukkan kecenderungan tak sadar untuk mengambil

langkah-langkah percepatan, yang dikenal sebagai

festinasi. Kiprah ini terlihat pada penyakit Parkinson atau

kondisi yang menyebabkan lain parkinsonisme, seperti

efek samping dari obat-obatan .

Choreiform Gait (hiperkinetik Gait)

Cara berjalan ini ini terlihat dengan gangguan ganglia

basal tertentu termasuk Sydenham 's chorea, Penyakit

Huntington dan bentuk lain dari chorea, athetosis atau

dystonia. Pasien akan menampilkan gerakan tidak teratur,

gerakan involunter di semua ekstremitas. Berjalan dapat

menonjolkan gangguan gerakan dasar mereka .

Ataxic Gait ( serebelum )

Paling sering terlihat pada penyakit serebelar, cara

berjalan ini digambarkan sebagai kikuk, gerakan

mengejutkan dengan kiprah berbasis lebar. Sambil berdiri

diam, tubuh pasien akan bolak-balik dan dari sisi ke sisi,

10

Page 11: Referat Foot Drop

yang dikenal sebagai titubasi. Pasien tidak akan mampu

berjalan dari tumit sampai ujung kaki atau dalam garis

lurus. Kiprah keracunan alkohol akut akan menyerupai

kiprah penyakit cerebellar. Pasien dengan ketidakstabilan

yang lebih truncal lebih mungkin untuk memiliki

penyakit cerebellar garis tengah pada vermis .

Gait sensorik

Saat kaki kita menyentuh tanah, kita menerima informasi

propioreceptive untuk memberitahu kita lokasi mereka.

Cara berjalan ataxic sensorik terjadi ketika kehilangan

masukan propioreceptive ini. Dalam upaya untuk

mengetahui kapan kaki menapak dan lokasi mereka,

pasien akan membanting kaki keras ke tanah untuk

merasakannya. Kunci cara berjalan ini melibatkan

eksaserbasi ketika pasien tidak dapat melihat kaki mereka

(yaitu dalam gelap). Cara berjalan ini juga kadang-

kadang disebut sebagai gait menghentak karena pasien

dapat mengangkat kaki mereka sangat tinggi untuk

memukul tanah keras. Gait ini dapat dilihat pada

gangguan kolom dorsal (defisiensi B12 atau tabes

dorsalis) atau penyakit yang mempengaruhi saraf perifer

(diabetes yang tidak terkontrol). Dalam bentuk yang

berat, gaya berjalan ini dapat menyebabkan ataksia yang

menyerupai gaya berjalan ataksia cerebellar.

c) Pemeriksaan Lokalis

Pemeriksaan dilakukan secara sitematis dengan urutan-urutan sebagai

berikut:

Inspeksi (Look)

Inspeksi dilakukan secara sistematik dan perhatian terutama

ditujukan pada :

11

Page 12: Referat Foot Drop

a. Kulit, meliputi warna kulit dan tekstur kulit.

b. Jaringan lunak yaitu pembuluh darah, saraf, otot, tendo,

ligamen, jaringan lemak, fasia, kelenjar limfe.

c. Tulang dan Sendi

d. Sinus dan jaringan parut

Palpasi (Feel)

Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah:

a. Suhu kulit, apakah lebih panas/dingin dari biasanya,

apakah denyutan arteri dapat diraba atau tidak.

b. Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk

mengetahui adanya spasme otot, atrofi otot, keadaan

membran sinovial, penebalan membran jaringan

sinovial, adanya tumor dan sifatnya, adanya cairan di

dalam/ di luar sendi atau adanya pembengkakan.

c. Nyeri tekan; perlu diketahui lokalisasi yang tepat dari

nyeri, apakah nyeri setempat atau nyeri yang bersifat

kiriman dari tempat lain (referred pain).

d. Tulang; diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan,

penonjolan dari tulang atau adanya gangguan di dalam

hubungan yang normal antara tulang yang satu dengan

lainnya.

e. Pengukuran panjang anggota gerak; terutama untuk

anggota gerak bawah dimana adanya perbedaan panjang

merupakan suatu hal yang penting untuk dicermati.

Pengukuran juga berguna untuk mengetahui adanya

atrofi/pembengkakan otot dengan membandingkan

dengan anggota gerak yang sehat.

Penilaian deformitas yang menetap;pemeriksaan ini

dilakukan apabila sendi tidak dapat diletakkan pada posisi

anatomis yang normal.

Kekuatan otot (Power)

12

Page 13: Referat Foot Drop

Pemeriksaan kekuatan otot penting artinya untuk diagnosis,

tindakan, prognosis serta hasil terapi. Penilaian dilakukan

menurut Medical Research Council dimana kekuatan otot

dibagi dalam grade 0-5, yaitu:

Grade 0

Tidak ditemukan adanya kontraksi otot.

Grade 1

Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari

tonus otot yang dapat diketahui dengan palpasi dan tidak

dapat menggerakkan sendi.

Grade 2

Otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi

kekuatannya tidak dapat melawan pengaruh gravitasi.

Grade 3

Disamping dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat

melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat terhadap

tahanan yang diberikan oleh pemeriksa.

Grade 4

Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan

kemampuan otot terhadap tahanan yang ringan.

Grade 5

Kekuatan otot normal.

Penilaian gerakan sendi baik pergerakan aktif maupun pasif

(Move)

Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah pergerakan yang

aktif merupakan pergerakan sendi yang dilakukan oleh

penderita sendiri dan pergerakan pasif yaitu pergerakan

sendi dengan bantuan pemeriksa.

Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai:

a) Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif

Apakah gerakan ini menimbulkan rasa sakit

13

Page 14: Referat Foot Drop

Apakah gerakan ini disertai dengan adanya

krepitasi

b) Stabilitas sendi

Terutama ditentukan oleh integritas kedua

permukaan sendi dan keadaan ligamen yang

mempertahankan sendi. Pemeriksaan stabilitas sendi

dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada

ligamen dan gerakan sendi diamati.

c) Pemeriksaan ROM (Range of Join Movement)

Pemeriksaan batas gerakan sendi harus dicatat pada

setiap pemeriksaan ortopedi yang meliputi batas

gerakan aktif dan batas gerakan pasif.

Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan normal

yang merupakan patokan untuk gerakan abnormal

dari sendi. Dikenal beberapa macam gerakan pada

sendi, yaitu : abduksi, adduksi, ekstensi, fleksi,

rotasi eksterna, rotasi interna, pronasi, supinasi,

fleksi lateral, dorso fleksi, plantar fleksi, inversi dan

eversi.

Pemeriksaan Sensoris

Pemeriksaan sistem sensori sangat bergantung pada kemampuan

dan keinginan pasien untuk bekerja sama. Sensasi dirasakan oleh

pasien (sifat subjektif) dan oleh karena itu pemeriksa sangat

bergantung pada tingkat kepercayaan kita terhadap pasien.

Pemeriksaan ini tidak perlu untuk memeriksa semua wilayah

di permukaan kulit. 

Sebuah pemeriksaan cepat pada wajah, leher, lengan, badan, dan

kaki dengan jarum hanya membutuhkan beberapa

detik. Biasanya salah satu tujuannya adalah mencari perbedaan

antara kedua sisi tubuh. Lebih baik untuk bertanya

14

Page 15: Referat Foot Drop

apakah rangsangan pada sisi berlawanan dari tubuh terasa sama

daripada menanyakan apakah terasa berbeda. Pemeriksaan

sensorik terdiri dari:

Sentuhan ringan

Sensasi nyeri

Sensasi getaran

Propriosepsi

Lokalisasi taktil

Pada pasien tanpa tanda atau gejala penyakit neurologis,

pemeriksaan fungsi sensorik dapat dilakukan dengan cepat,

dengan memeriksa adanya sensasi normal pada ujung jari tangan

dan kaki. Pemeriksa dapat memilih apakah ia mau memeriksa

sentuhan ringan, nyeri dan sensasi getaran. Jika semuanya

normal, pemeriksaan sensorik lainnya tidak diperlukan. Jika ada

gejala atau tanda yang menunjukkan gangguan neurologi, harus

dilakuka pemeriksaan lengkap.

a) Pemeriksaan Sentuhan Ringan

Sentuhan ringan diperiksa dengan menyentuh

pasien secara ringan dengan sepotong kecil kain

kasa. Mintalah pasien untuk menutup mata dan

memberitahu anda jika anda sedang menyentuhnya.

Diusahakan menyentuh jari kaki dan tangan pasien.

Jika sensasinya normal, lanjutkan dengna

pemeriksaan yang lain. Jika sensasinya abnormal,

lakukanlah pemeriksaan di bagian proksimal sampai

batas ketinggian gangguan sensorik dapat

ditentukan.

b) Pemeriksaan Sensasi Nyeri

Rasa nyeri dapat dibangkitkan dengan berbagai

cara, misalnya dengan menusuk, memukul,

merangsang dengan api atau sesuatu yang sangat

15

Page 16: Referat Foot Drop

dingin dan juga dengan berbagai larutan kimia.

Sensasi nyeri diperiksa dengan menggunakan peniti

dan menanyakan kepada pasien apakah ia

merasakannya. Mintalah kepada pasien untuk

menutup matanya. Bukalah peniti dan sentuhlah

pasien dengan ujungnya. Sebelumnya perlu

diberitahukan kepaa pasien bahwa yang diperiksa

ialah rasa nyeri dan bukan rasa raba. Kita periksa

seluruh tubuh, dan bagian-bagian yang simetris

dibandingkan. Bila bagian yang simetris

dibandingkan, tusukan harus sama kuat. Bila kita

memeriksa sensibilitas pada pasien yang gelisah

atau yang agak menurun kesadarannya, maka

pemeriksaan rasa tusuk masih dapat dilakukan,

sedang yang lainnya perlu ditangguhkan.

c) Pemeriksaan Sensasi Getar

Sensasi getaran diperiksa dengan menggunakan

garpu tala 128 hz. Ketuklah garpu tala dengan tumit

tangan anda dan letakkanlah di suatu tonjolan tulang

di bagian distal tubuh pasien. Minta pasien untuk

memberitahukan anda kalau ia sudah tidak dapat

merasakan getaran itu lagi. Minta kepada pasien

untuk menutup matanya. Letakkan garpu tala yang

sedang bergetar pada falangs distal jari tangan

pasien dan jari tangan anda sendiri. Dengan cara ini

anda akan dapat mersakan getaran melalui jari

pasien untuk menentukan ketepatan respon pasien.

Setelah jari tangan periksa juga jari kaki. Jika tidak

ada gangguan lakukan pemeriksaan berikutnya. Jika

ada gangguan, tentukanlah batas gangguannya.

d) Pemeriksaan Propiosepsi

16

Page 17: Referat Foot Drop

Sensasi posisi, atau propriosepsi, diperiksa dengan

menggerakkan falangs distal. Pemeriksa memegang

falangs distal pada sisi lateralnya dan menggerakkan

ke atas sambil memberitahukan pasien. Pemeriksa

kemudian menggerakkan falangs distal pasien ke

bawah dan memberitahukannya. Dengan mata

pasien tertutup, pemeriksa menggerakkan falangs

distal naik turun dan akhirnya berhenti, setelah itu

tanyakan pada pasien apakah falangs distal terletak

di atas atau di bawah. Secara rutin lakukanlah

pemeriksaan pada falang terminal sebuah jari pada

tiap tangan dan falang terminal jari kaki. Jika tidak

ada gangguan sensasi posisi, pemeriksa harus

melanjutkan sisa pemeriksaan berikutnya.

e) Pemeriksaan Lokalisasi Taktil

Lokalisasi taktil, yang dikenal pula sebagai

perangsangan simultan ganda, diperiksa dengan

meminta pasien menutup matanya sambil

menanyakan kepadanya bagian tubuh mana yang

disentuh. Pemeriksa dapat menyentuh pasien pada

pipi kanannya dan lengan kiri. Pasien kemudian

ditanyakan dimana jari pemeriksa berada. Biasanya

pasien tidak menemukan kesulitan dalam

menentukan kedua daerah ini. Pasien dengan lesi

lobus parietalis mungkin merasakan kedua sentuhan

ini, tetapi mungkin memadamkan sensasi pada sisi

kontralateral dengan sisi lesi. Perasaan ini

merupakan fenomena yang disebut ekstingsi.

Studi Laboratorium

17

Page 18: Referat Foot Drop

Penegakan diagnosis drop foot dengan menggunakan studi

laboratorium sampai saat ini belum menunjukan hasil yang

bermakna. Penurunan kaki unilateral spontan secara tiba tiba

dengan keadaan awal yang sehat, memerlukan investigasi lebih

lanjut kedalam penyebab seperti penyebab metabolik, termasuk

diabetes, penyalahgunaan alkohol, dan paparan racun.

Tes – tes laboratorium yang sering digunakan adalah sebagai

berikut.

Gula darah puasa

Hemoglobin A1C

Tingkat sedimentasi eritrosit

C – reaktif protein

Elektroforesis protein serum atau immunoelectro –

osmophoresis

BUN

Kreatinin

Tingkat Vitamin B-12

Studi Pencitraan

Studi pencitraan dalam penegakan drop foot, pencitraan yang

dapat dilakukan adalah plain foto polos, ultrasonografi, magnetic

renonance neurography. Adapun penjelasnya adalah sebagai

berikut.

Plain Foto Polos

Plain foto polos pada drop foot dilakukan dengan indikasi

yakni, pasca trauma dan non trauma. Plain foto pasca trauma

dilakukan dengan plain foto tibia dan fibula serta

18

Page 19: Referat Foot Drop

pergelangan kaki untuk melihat cedera tulang. Plain foto

polos non trauma dilakukan dengan indikasi kecurigaan

adanya disfungsi anatomi misalnya charot. Plain foto yang

dilakukan dalam kasus disfungsi anatomi adalah plain foto

polos kaki dan pergelangan kaki, dimana dari hasilnya nanti

dapat memberikan informasi yang berguna. Selain itu plain

foto polos tulang belakang juga diperlukan untuk menilai

jarak intravertebralis dan pedicle untuk mengindikasikan

adanya lesi pada saraf yang disebabkan oleh proses

metastase.

Ultrasonografi

Ultrasonografi dilakukan dalam kasus drop foot dengan

kecurigaan terjadi pendarahan pada pasien dengan pinggul

atau lutut prosthesis.

Magnetic Resonance Imanging

Magnetic Resonance Imanging (MRI) dilakukan dengan

indikasi kecurigaan terhadap tumor atau massa tekan ke saraf

peroneal, dimana dilakukan dengan sistem standar 1,5 Tesla

MRI. Magnetic Resonance Imanging digunakan untuk

menghasilkan gambar dengan resolusi tinggi dari saraf

perifer, serta intraneural dan ekstraneural terkait lesi yang

terjadi.

Magnetic Resonance Imanging memnungkinkan akusisi

cepat gambar anatomi lebih rinci, bidang pandang yang lebih

kecl, resolusi yanglebiih tinggi, dan dengan bagian potongan

yang lebih tipis. Keunggulan pada MRI ini dapat

memberikan gambar yang mampu menunjukan organisasi

fasciculus saraf perifer normal, sehingga membuat saraf lebih

jelas daat dibedakan dari jaringan lain (misalnya, tumor atau

pembuluh darah)

19

Page 20: Referat Foot Drop

Selain itu, gambar pada MRI dapat diproses lebih lanjut

untuk memungkinkan susunan bagian aksial dan memotong

data di bagian lain. Hal ini bermanfaat dalam mengetahui

batas longitudinal keterlibatan saraf tersebut.

Elektromyelogram

Gangguan metabolisme sering dijadikan diagnosis banding

drop foot seperti yang diuraikan sebelumnya. Drop foot biasanya

juga di diagnosis banding dengan beberapa keadaan seperti,

spastisitas, distonia, penyakit motor neuron, L5 radikulopati,

plexopathy lumbosakral, kelumpuhan saraf siatik, tekan peroneal

neuropati, neuropati ferifer dan beberapa miopati.

Elektromyelogram (EMG) berguna dalam membedakan

diagnosa ini. Pemeriksaan ini dapat mengkonfirmasi jenis

neuropati, menetapkan lokasi lesi, memperkirakan luasnya

cedera, dan memberikan prognosis. Selain itu EMG juga berguna

sebagai studi sekuensial yang bertujuan untuk memantau

pemulihan lesi akut. Elektromyelogram (EMG) sangat baik

digunakan untuk melokalisasi kepala fibula. Elektromyelogram

juga digunakan untuk mengetahui perlambatan atau penurunan

amplitudo ekstensor digitorum brevis di daerah kompresi pada

lesi myelin. Pada perlambatan akann terlihat demyelinasi

segmental dan penurunan amplitudo terlihat dalam blok

konduksi.

Elektromyelogram (EMG) juga baik digunakan untuk

menentukan prognosis dari drop foot.

Pada lesi mielin murni ( konduksi blok), pemulihan dapat

terjadi setelah tiga minggu sampai satu bulan.

Pada lesi aksonal yang berat, pemulihan dapat berlangsung

dari enam bulan sampai satu tahun.

20

Page 21: Referat Foot Drop

Pada lesi campuran, pemulihan dapat berlangsung dari tiga

minggu sampai satu tahun.

Diagnosis banding drop foot dan gambaran pemeriksaan elektrofisiologi,

dan protocol pemeriksaan EMG pada lesi nervus peroneus terlihat pada tabel 01.

Tabel 1. Gambaran elektrofisiologi pada drop foot2

Lesi

KHS n. peroneus

Kelainan EMG jarumCMAP SNAP*

Neuropati n. peroneus

setinggi kaput fibula

Blok-konduksi

setinggi kaput fibula

Normal/menurun m. tibialis anterior

m.peroneus

Neuropati n. iskiadikus Normal/menurun Normal/menurun m. tibialis anterior

m.peroneus

m. bisep femoris

Radikulopati L5-S1 Normal/menurun Normal/menurun m. tibialis anterior

m.peroneus

m. bisep femoris

m. gluteus medius

m. gluteus maksimus

m. paraspinal L5-S1

2.5 Penatalaksanaan Drop Foot

Penatalaksanaan foot drop meliputi fisioterapi, alat orthotik, terapi medik

dengan obat-obatan, stimulasi saraf tepi, dan pembedahan. Modalitas terapi

tersebut dapat digunakan sebagai modalitas tunggal atau kombinasi dua atau

lebih modalitas. Penatalaksanaan lini pertama yang biasa dilakukan adalah

fisioterapi atau ankle-foot orthosis (AFO). Terapi medis meliputi obat-obat

oral seperti baclofen, dantrolene, atau tizanidine. Tindakan pembedahan untuk

penatalaksanaan drop foot meliputi selective tendon release, selective dorsal

rhizotomy, dan intrathecal baclofen pump.1

21

Page 22: Referat Foot Drop

Gambar 5. Siklus gaya jalan (gait) normal6

Gambar 6. Gaya jalan drop foot6

2.6 Penatalaksanaan di Bidang Medis

Penatalaksanaan foot drop diarahkan berdasarkan penyebabnya. Apabila

keadaan foot drop tidak dapat diperbaiki dengan pembedahan maka dapat

dianjurkan penggunaan ankle-foot orthosis (AFO). AFO juga dapat

digunakan pada masa penyembuhan neurologis atau penyembuhan setelah

operasi. Penggunaan AFO secara spesifik bertujuan untuk memberikan

dorsofleksi jari-jari kaki pada saat fase mengayunkan kaki, stabilitas lateral

22

Page 23: Referat Foot Drop

dan medial pada saat fase stasis, dan jika perlu juga dapat membantu stimulasi

mendorong ke atas pada saat fase stasis akhir.2 AFO hanya efektif digunakan

apabila kaki dapat mencapai posisi plantigrade ketika berdiri. Keberhasilan

penggunaan AFO sebagai alat bantu jalan akan berkurang apabila terdapat

kontraktur equinus.2

AFO yang paling sering digunakan terbuat dari bahan polipropilene dan

dimasukkan ke dalam sepatu. Jika AFO dibuat sedemikian rupa sehingga

sesuai dengan bagian kaki di anterior maleoli maka akan menghasilkan suatu

imobilisasi yang rigid.3 Penyesuaian seperti ini digunakan apabila terdapat

masalah instabilitas atau spastisitas pada pergelangan kaki, misalnya pada

pasien dengan lesi upper motor neuron atau stroke.3 AFO yang dibuat sesuai

dengan bagian kaki posterior terhadap maleoli (tipe posterior leaf-spring)

memungkinkan pergerakan plantar fleksi pada tumit dan gerakan mendorong

keatas mengembalikan posisi kaki ke netral untuk fase mengayun berikutnya.

Alat ini membantu gerakan dorsifleksi pada drop foot dengan deformitas

equinovarus spastic ringan atau flaksid.ada juga orthosis yang dapat langsung

digunakan pada bagian tumit sepatu disebut shoe-clasp orthosis.2

Peroneal nerve stimulation atau disebut juga Functional Electrical

Stimulation (FES) dapat dipertimbangkan pada foot drop yang disebabkan

oleh hemiplegia. Tipe stimulasi ini diperkenalkan pertama kali pada tahun

1961.4 Nerve stimulation memberikan efektifitas yang lebih apabila digunakan

bersamaan dengan AFO karena nerve stimulation memberikan koreksi gaya

jalan (gait) aktif dan dapat disesuaikan dengan masing masing pasien secara

individual. Peroneal nerve stimulation dilakukan dengan memberikan

stimulasi elektrik durasi pendek pada nervus peronealis diantara fossa poplitea

dan kepala fibula. Sebuah saklar yang dipasang di tumit kaki yang menderita

kelemahan akan mengontrol aliran stimulasi elektrik.5 Stimulator akan

diaktivasi pada saat kaki diangkat dan berhenti pada saat kaki menyentuh

lantai. Dengan demikian maka tercapai dorsofleksi dan eversi selama fase

mengayun pada gait.5,6

23

Page 24: Referat Foot Drop

Nerve stimulator dapat berupa stimulator eksternal, stimulator internal

atau stimulator dengan aktivasi radiofrekuensi.6 Penggunaan stimulasi elektrik

pada pasien stroke dengan hemiplegic spastic dilaporkan dapat berguna pada

2% kasus. Metode ini meningkatkan kecepatan dan kualitas berjalan, serta

dapat berkontribusi terhadap relearning motorik.6

Drop foot merupakan keadaan kronis yang sering mengakibatkan stres

psikis pada penderitanya, oleh karena itu penatalaksanaan foot drop harus

memperhatikan kebutuhan psikologis penderitanya.7 Parestesia yang disertai

nyeri kronis pada pasien dengan foot drop dapat ditangani dengan blok saraf

simpatis atau sinovektomi laparoskopi.7,8 Alternatif lain yang dapat

dipertimbangkan adalah amitriptilin, nortriptilin, pregabalin dan gabapentin.

Anesthesia lokal seperti capsaisin transdermal atau diclofenac dapat

mengurangi nyeri. Penggunaan obat-obat opioid harus diminimalkan

walaupun pada keadaan nyeri yang signifikan. Penatalaksanaan foot drop pada

pasien-pasien dengan diabetes mellitus harus mengutamakan kontrol glukosa

yang optimal dan tambahan suplemen vitamin B1, B6 atau B12 untuk

defisiensi vitamin karena dapat membantu mengurangi gejala nyeri kronis.8

Tabel 2. Ankle Foot Orthosis vs Functional Electrical Stimulation9

Ankle Foot Orthosis Functional Electrical Stimulation

alat besar dan berat alat kecil dan ringan

harus menggunakan sepatu khusus yang

disesuaikan dengan AFO

tidak perlu sepatu khusus

mengoreksi gaya jalan secara pasif melibatkan kontraksi otot secara aktif

tidak dapat merekonstruksi jalur neuronal dapat merekonstruksi jalur neuronal

secara kosmetik dapat mengganggu

penampilan

tidak efektif digunakan pada foot drop karena

kerusakan saraf tepi

memfiksasi kaki pada posisi 90⁰ terhadap betis cara jalan lebih terlihat normal

harga lebih murah daripada FES harga lebih mahal

24

Page 25: Referat Foot Drop

Ankle foot orthosis

Ankle foot orthosis (AFO) merupakan modalitas terapi yang

paling sering digunakan untuk unilateral foot drop. Saat ini AFO

tersedia dipasaran dalam berbagai material, plastik, metal serta

kulit hewan. AFO yang terbuat dari plastik lebih ringan dari pada

metal namun hanya digunakan untuk jangka pendek. Model AFO

dari plastik yang dibuat secara custom (yaitu sesuai dengan

bentuk kaki individu) dapat dipakai untuk jangka waktu yang

lebih lama karena risiko mengiritasi kulit lebih kecil dari pada

tipe standar. AFO yang terbuat dari metal dan kulit hewan lebih

berat dari pada AFO plastik. Kontak dengan kulit harus minimal

dengan menggunakan kaos kaki khusus. AFO metal dan kulit

hewan baik dipakai untuk pasien yang sering mengalami edema

dan fluktuasi di kaki10.

Gambar 7. AFO berbahan dasar plastik6

25

Page 26: Referat Foot Drop

Gambar 8. AFO berbahan dasar metal dan kulit6

Gambar 9. AFO berbentuk sepatu6

Peroneal nerve stimulation/ Functional Electrical Stimulation

Peroneal nerve stimulation atau dikenal juga dengan

Functional Electrical Stimulation (FES) pertama kali digunakan

sebagai terapi foot drop pada tahun 1961. FES memberikan

impuls listrik untuk menstimulasi respon saraf yang diperlukan

untuk melakukan suatu dorsofleksi. FES dapat diprogram secara

khusus menyesuaikan kebutuhan individual. FES memberikan

suatu range of movement yang normal kepada kaki dan

pergelangan kaki selama fase berjalan. FES telah terbukti

berhasil memperbaiki gaya jalan pada pasien-pasien stroke dan

multiple sclerosis dengan foot drop. FES dikontraindikasikan

26

Page 27: Referat Foot Drop

pada pasien yang menggunakan pacemaker, pasien dengan

epilepsi tidak terkontrol, pasien dengan kehamilan dan luka pada

area penggunaan FES8.

Gambar 10. FES eksternal untuk koreksi gaya jalan drop foot9

FES untuk koreksi gaya jalan drop foot

Nervus peroneal mudah distimulasi karena karena terletak

tepat dibawah kulit dan otot-otot kaki bagian bawah umumnya

merespon cukup untuk dapat mengangkat kaki pada titik

pergelangan kaki. Daya listrik FES dihasilkan dari alat elektrik

kecil bertenaga baterai. Terdapat dua cara mengirimkan daya

listrik ke saraf peroneal:10

Gambar 11. Siklus gaya jalan drop foot dengan koreksi FES eksternal7

Surface (eksternal) FES

27

Page 28: Referat Foot Drop

Cara ini merupakan cara yang paling sering digunakan.

Elektroda diletakkan diatas kulit tepat diatas saraf peroneal. FES

harus diletakkan diposisi yang benar setiap kali digunakan untuk

menghasilkan gerakan yang tepat. Pasien harus memasang

elektroda sendiri secara akurat atau dapat juga pasien dibantu

dengan sebuah gelang karet yang dipasangkan dibawah lutut

sehingga pasien dapat memasang elekroda pada tempat yang

akurat setiap saat. FES akan memberikan sensasi seperti ditusuk

jarum saat digunakan namun penggunanya akan segera terbiasa

dengan sensasi tersebut.

Implanted FES

FES tipe implant memerlukan tindakan pembedahan untuk

dipasang, dimana elektroda diletakkan tepat pada saraf dan

dikontrol dengan implant kecil yang diletakkan dibawah kulit.

FES akan mengaktifasi implant melalui antenna nirkabel yang

digunakan diluar tubuh. Keuntungan penggunaan implant FES

yaitu pasien tidak perlu melepas dan memasang kembali pada

posisi yang akurat setiap kali akan dipakai. Implant FES juga

dapat mengurangi atau menghilangkan sama sekali sensasi

stimulasi elektrik (seperti tertusuk jarum) secara signifikan.

Calon pengguna implant FES harus diuji terlebih dahulu dengan

eksternal FES apakah stimulasi elektrik menghasilkan perbaikan

gaya jalan yang signifikan atau tidak.

Untuk dapat meghasilkan gaya jalan yang normal, otot

harus distimulasi pada waktu yang tepat selama proses berjalan.

Pemicu stimulasi (stimulation trigger) harus diberikan ketika

beban berat tubuh diangkat dari kaki sampai saatsetelah berat

tubuh kembali dibebankan kepada kaki. Proses ini akan

menghasilkan gerakan dorsofleksi pada fase mengayun dan

stabilitas pergelangan kaki saat kaki menginjak lantai. Terdapat

dua sistem trigger yang umum digunakan. Sistem trigger yang

28

Page 29: Referat Foot Drop

pertama berupa saklar kaki yang sensitif terhadap tekanan,

diletakkan pada bagian tumit didalam sepatu. Saklar kaki dan

alat FES dapat dihubungkan dengan kaber ataupun dihubungkan

secara nirkabel. Sistem kedua adalah dari gerakan kaki pengguna

yang dideteksi dengan sensor gerakan. Sensor diletakkan

didalam alat FES yang dipasang dengan gelang karet kaki (leg

cuff)9.

Tabel 3. Laporan perbandingan penggunaan FES dan AFO untuk drop foot

berdasarkan pengalaman pengguna dan terapis10:

Pengalaman Positif Pengalaman Negatif

FES (eksternal) dapat melatih pergelangan kaki,

mampu meningkatkan tonus otot/

masa otot

kecepatan berjalan lebih cepat,

mampu mengangkat kaki lebih

tinggi, jarang tersandung

gaya jalan yang terlihat lebih normal

lebih mudah memilih sepatu

mudah dipakai

dapat dimatikan apabila sedang tidak

digunakan berjalan

tidak reliable (susah didapat,

tidak tersedia secara luas, mahal)

tidak dapat digunakan pada

kondisi tertentu, misalnya dekat

air, jalan becek, hujan, dll

beberapa pengguna mengalami

kesulitan dalam memasang

alatnya sendiri

sulit memanipulasi bagian bagian

sambungan

reaksi alergi terhadap elektrode

AFO mudah digunakan untuk keperluan

sehari-hari

menggunakan AFO merupakan suatu

rutinitas

mudah memakainya

reliable

sangat berguna untuk kondisi darurat

dapat digunakan selama perjalanan

udara (tidak menggunakan kabel)

tidak nyaman, risih, tidak

fleksibel

susah mendapatkan sepatu yang

sesuai dengan orthosis

tetap harus dipakai ketika duduk

atau sedang tidak berjalan (tidak

dibutuhkan)

29

Page 30: Referat Foot Drop

lebih mudah dipasang sendiri

dapat digunakan dalam kondisi dekat

air

Terapi Operatif

Jika kelemahan yang terjadi disebabkan oleh kompresi

saraf peroneal, suatu operasi yang mudah biasanya dilakukan

untuk memperbaiki keadaan tersebut. Saraf peroneal berjalan

mengelilingi leher dari tulang fibula, persis dibawah lutut. Saraf

peroneal kemudian berjalan dibawah otot yang sering memiliki

tepi fasia yang erat (peroneus logus). Tempat dimana saraf ini

melewati dibawah otot ini, area sempit ini dapat dilepaskan dan

tekanan dieleminasi. Sering kali dengan metode operatif ini bisa

mengembalikan fungsi kaki.11

Selain itu kelemahan ini dapat disebabkan oleh kompresi

saraf ditulang belakang yakni lumbar. Metode operatif sering kali

dilakukan untuk membuka ruangan dimana saraf tersebut

meninggalkan tulang belakang (foramina spinal) dengan

mengalihkan diskus yang mengalami herniasi

(microdiscectomy), membuka foramen (foraminotomy) atau

pada kasus yang lebih kompleks, dilakukan kombinasi dari dua

tindakan ini, dimana tulang akan di perbaiki bersama untuk

menghilangkan pergerakan yang bermasalah.10,9

Suatu saat tindakan ini tidak cukup untuk mengembalikan

fungsi kaki. Pada kasus seperti ini, pemindahan saraf kadang

dilakukan. Tindakan ini meliputi pengambilan saraf donor yang

memiliki fungsi yang kurang bermanfaat ke saraf yang

mengalami kerusakan pada kasus drop foot. Metode ini

dilakukan untuk mengembalikan fungsi saraf yang rusak agar

dapat berfungsi kembali.11

30

Page 31: Referat Foot Drop

Pemindahan saraf untuk memperbaiki drop foot bisa

melibatkan cabang dari saraf tibial, yang mana mempersarafi otot

yang bertanggung jawab menarik kaki ke atas. Kedua cabang

saraf tibia yang menginervasi otot flexor ibu jari atau saraf yang

berkontribusi dalam memfleksikan otot paha bisa digunakan

sebagai saraf donor.9

Setelah tindakan ini, pasien dapat mengaktivasi otot donor

mereka, yaitu mereka masih bisa menggerakan kaki kebawah,

tetapi saat mereka memperoleh fungsi dari saraf yang

dipindahkan, mereka juga perlu dilatih untuk menggunakan otot

ini untuk menarik kaki keatas. Otak akan mempelajari trik ini

dan pasien akan bisa menggangkat kaki keats dengan hanya

memikirkan tentang mengangkat kaki keatas. Untuk melatih hal

tersebut biasanya di lakukan oleh ahli fisikal.11

Proses penyembuhan fungsi dari saraf yang dipindahkan

sangatlah lama. Pasien biasanya akan mulai melihat proses

penyembuhan dalam tiga hingga enam bulan setelah operasi,

tetapi tidak jarang kebanyakan kasus dalam mengembalikan

pergerakan memakan waktu yanglebih lama yakni enam sampai

12 bulan.8

BAB IIIKESIMPULAN

Drop foot merupakan istilah yang sederhana untuk suatu masalah yang

kompleks. Drop foot dapat dihubungkan dengan berbagai keadaan seperti cedera

31

Page 32: Referat Foot Drop

dorsiflexor, cedera saraf perifer, stroke, neuropati, keracunan obat dan diabetes.

Penyebab dari drop foot dapat dibagi menjadi 3 kategori umum yaitu : neurologi,

otot dan anatomi. Penyebab ini dapat saling tumpang tindih. Drop foot dapat

didefinisikan sebagai kelemahan yang signifikan pada pergelangan kaki dan

dorsofleksi dari ibu jari kaki. Kaki dan ankle dorsoflexors meliputi tibialis

anterior, extensor hallucis longus dan extensor digitorum longus. Otot-otot ini

membantu tubuh untuk mengontrol plantar fleksi dari kaki. Kelemahan pada

kelompok otot ini menyebabkan deformitas equinovarus. Hal ini terkadang

menyebabkan gangguan pada gaya jalan, karena pasien cenderung untuk berjalan

dengan exaggerated fleksi dari pinggul dan lutut untuk mencegah ibu jari.

Diagnosis yang tepat drop foot sangat dipengaruhi oleh kecermatan dan

perhatian ahli saraf yang berpengalaman. Penegakan diagnosis drop foot harus

mencakup hal – hal seperti riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan klinis yang

komprehensif termasuk uji neurologis, pengujian listrik dan studi pencitraan,

seperti sinar – X atau MRI (Magnetic Resonance Imaging. Pemeriksaan dan

Pengkajian yang komprehensif tersebut, dibutuhkan untuk mendiagnosis

penyebab atau etiologi dari terjadinya drop foot. Diagnosis drop foot yang tepat

akan sangat berengaruh terhadap rencana perawatan dan pilihan terapi

pembedahan.

Penatalaksanaan foot drop meliputi fisioterapi, alat orthotik, terapi medik

dengan obat-obatan, stimulasi saraf tepi, dan pembedahan. Modalitas terapi

tersebut dapat digunakan sebagai modalitas tunggal atau kombinasi dua atau lebih

modalitas. Penatalaksanaan lini pertama yang biasa dilakukan adalah fisioterapi

atau ankle-foot orthosis (AFO). Terapi medis meliputi obat-obat oral seperti

baclofen, dantrolene, atau tizanidine. Tindakan pembedahan untuk

penatalaksanaan drop foot meliputi selective tendon release, selective dorsal

rhizotomy, dan intrathecal baclofen pump.

32

Page 33: Referat Foot Drop

DAFTAR PUSTAKA

1. Drop Foot, 2014. http://www.nhs.uk/Conditions/foot-drop/Pages/Introduction.aspx. diakses tanggal 26 Desember 2014.

33

Page 34: Referat Foot Drop

2. Jean-Jacques, Abitbol MD, 2014. Exam and Tests for Sciatica. http://www.spineuniverse.com/conditions/sciatica/exams-tests-sciatica. Diakses tanggal 26 Desember 2014.

3. Cooper, Grant MD, 2009. Foot Drop Diagnosis. http://www.spine-health.com/conditions/leg-pain/foot-drop-diagnosis. Diakses tanggal 27 Desember 2014.

4. Snell, S. Richard, 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6.

5. Hopkins, John, 2012. Peroneal Nerve Injury (Foot Drop). http://www.hopkinsmedicine.org/neurology_neurosurgery/centers_clinics/peripheral_nerve_surgery/conditions/foot_drop_injury.html. Diakses pada tanggal 27 Desember 2014

6. Ratini, Melinda, 2014. Foot Drop. http://www.webmd.com/a-to-z-guides/foot-drop-causes-symptoms-treatments. Diakses tanggal 27 Desember 2014.

7. Stanford School of Medicine, 2014. http://stanfordmedicine25.stanford.edu/the25/gait.html. Diakses tanggal 27 Desember 2014.

8. Park Y. 2013. Drop Foot and Treatments. Avaliable at http://www.mccc.edu/~behrensb/documents/DropFootTreatmentsYPark.pdf Diakses tanggal 27 Desember 2014

9. CNIP. 2014. Foot drop. Avaliable at http://nerve.wustl.edu/nd_transfers_foot.php Diakses tanggal 28 Desember 2014

10. Anon.2011. Modul Neuromuskular. Avaliable at http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Course-952-MODULNeuro.pdf Diakses tanggal 28 Desember 2014

11. Saanin J. 2012. Kelainan Saraf Tepi (Ilmu Bedah saraf). Ka. SMF Bedah Saraf RSUP Dr. M. Djamil/FK-UNAND Padang. Avaliable at http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Bawah.html Diakses tanggal 28 Desember 2014

34