Dislokasi Dislokasi sendi / luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lainnya. Dislokasi dapat berupa lepas komplit atau parsial (inkomplit), bila ligamen atau kapsul sendi tidak sembuh dengan baik, luksasio mudah terulang kembali (luksasio habitualis). Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital). Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. Cidera pada sendi dapat mengenai bagian permukaan tulang yang membuat persendian dan tulang rawan, ligamen dan kapsul sendinya rusak. Darah dapat berkumpul di dalam simpai sendi yang disebut hemartrosis.
Terjemahan dari Apley's System of Orthopaedics and Fractures 9th ed
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Dislokasi
Dislokasi sendi / luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang
membentuk persendian terhadap tulang lainnya. Dislokasi dapat berupa lepas
komplit atau parsial (inkomplit), bila ligamen atau kapsul sendi tidak sembuh dengan
baik, luksasio mudah terulang kembali (luksasio habitualis). Dislokasi dapat
disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena
sejak lahir (kongenital). Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat
menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.
Cidera pada sendi dapat mengenai bagian permukaan tulang yang membuat
persendian dan tulang rawan, ligamen dan kapsul sendinya rusak. Darah dapat
berkumpul di dalam simpai sendi yang disebut hemartrosis.
Gambar 1. Hemartrosis
Bila tulang rawan saja yang cidera (misalnya sendi lutut yang memiliki
meniskus) dapat menimbulkan gejala klinis tertentu seperti sendi yang terkunci
(locking) atau timbul suara “klik” bergantung jenis lesinya. Dislokasi harus ditangani
segera karena penundaan dapat menyebabkan nekrosis avaskular tulang persendian
serta kekakuan sendi.
Nekrosis avaskular terjadi akibat kurangnya aliran darah ke jaringan tulang
(iskemia). Pembuluh darah di jaringan tulang tidak dapat berekspansi akibat
dikelilingi oleh jaringan yang keras, akibatnya, inflamasi (udema) atau hemoragik
dapat dengan mudah menyebabkan iskemia. Empat hal yang dapat menyebabkan
iskemia adalah hilangnya kontinuitas pembuluh darah, stasis vena, trombosis dan
pembengkakan sumsum tulang sehingga terjadi kompresi kapiler. Pada dislokasi,
iskemia terjadi akibat kombinasi beberapa faktor diatas.
Gambar 2. Nekrosis Avaskular
Dalam fase syok lokal (5-20 menit setelah kejadian) terjadi relaksasi otot
sekitar sendi dan rasa baal (hipestesia). Karena itu reposisi dapat dilakukan tanpa
narkosis. Setelah fase ini terlewati, reposisi harus dilakukan dengan menggunakan
anestesi. Prinsip reposisi tertutup adalah melakukan gerakan yang berlawanan
dengan gaya trauma, kontraksi atau tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan
dengan kekerasan. Anestesi diberikan agar tidak terasa nyeri dan merelaksasi spasme
otot. Bila reposisi tidak berhasil, mungkin telah terjadi ruptur simpai sendi atau
interposisi fragmen tulang. Lakukan pemeriksaan rontgen agar keadaan sendi terlihat
jelas dan reposisi dilakukan secara pembedahan. Mobilisasi segera dilakukan setelah
waktu penyembuhan jaringan lunak selesai (2-3 minggu setelah cidera).
Gambar 3. Dislokasi Sendi
Dislokasi bahu
Pada regio bahu terdapat beberapa tulang dan sendi yang saling berhubungan
dan saling mempengaruhi yaitu sendi sternoklavikular, akromioklavikular dan
glenohumeral.
Gambar 4. Sistem Muskuloskeletal pada Bahu
Dislokasi Sendi Sternoklavikular
Dislokasi sternoklavikular jarang terjadi, terjadi bila ada trauma
langsung yang mendorong klavikula ke arah dorsal yang mengakibatkan
dislokasi posterior atau retrosternal, tumbukan pada depan bahu sehingga
klavikula bagian medial terdorong ke depan dan sendi sternoklavikular
terlepas ke anterior. Penatalaksanaan konservatif dengan reposisi dan
imobilisasi yang bila gagal dapat dilakukan operasi. Latihan otot agar tidak
hipotrofi dan latihan gerakan untuk mencegah kekakuan bahu.
Dislokasi Sendi Akromioklavikular
Kekuatan sendi ini terutama ditopang oleh simpai sendi dan ligamen
korakoklavikular. Dislokasi sendi tanpa disertai ruptur ligamen
korakoklavikular biasanya tidak menyebabkan dislokasi fragmen distal ke
kranial dan dapat diterapi secara konservatif dengan mitela serta latihan otot
bahu. Bila terdapat robekan atau reposisi tidak berhasil, dilakukan
pembedahan reposisi terbuka dan pemasangan fiksasi interna. Latihan
diperlukan untuk mencegah kekakuan bahu (frozen shoulder). Frozen
shoulder merupakan penyulit luksasio sendi bahu, cidera klavikula, cedera
sendi akromioklavikula, kelainan bursa subakromion dan kelainan tendo otot-
otot sendi bahu.
Dislokasi Sendi Glenohumeral
Stabilitas sendi bahu ditentukan oleh simpai sendi dan otot
disekitarnya karena kavitas artikular bahu dangkal. Karena itu sering terjadi
dislokasi akibat trauma. Berdasarkan lokasi kaput humeri terhadap prosesus
glenoidalis, dislokasi biasanya terjadi kearah anterior. Pada dislokasi inferior,
kaput humerus terperangkap dibawah kavitas glenoid sehingga lengan
terkunci pada posisi abduksi (luksasio erekta). Dislokasi anterior terjadi
karena kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi eksterna dan ekstensi
sendi bahu.
Gambar 5. Ligamen daerah Bahu (tampak depan)
Kaput humerus terdorong ke depan sehingga menyebabkan avulsi
simpai sendi dan kartilago serta periosteum labrum genoidale bagian anterior.
Penderita merasa bahunya keluar dari sendi dan tidak mampu menggerakan
lengannya, posisi penderita miring ke arah yang sakit. Ada 2 tanda khas yaitu
sumbu humerus tidak menunjuk ke arah bahu dan kontur bahu berubah
karena daerah di bawah akromion kosong. Pada pemeriksaan fisik terlihat
daerah deltoid menjadi rata mirip bentuk segi empat karena kaput humerus
bergeser ke anteromedial dan berada di daerah subkorakoid atau subglenoid.
Gambar 7. Manuver Stimson
Keadaan ini membutuhkan reposisi segera dengan cara gravitasi
menurut Stimson yang mudah dan tanpa anestesi. Penderita diminta tidur
telungkup dan ekstremitas yang sakit dibiarkan menggantung di tepi meja
lalu ikatkan beban 2 kg pada pergelangan tangan. Bila dalam waktu 10-15
menit belum terjadi reposisi spontan, diperlukan reposisi Hippocrates yang