Top Banner
Dislokasi Dislokasi sendi / luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lainnya. Dislokasi dapat berupa lepas komplit atau parsial (inkomplit), bila ligamen atau kapsul sendi tidak sembuh dengan baik, luksasio mudah terulang kembali (luksasio habitualis). Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital). Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. Cidera pada sendi dapat mengenai bagian permukaan tulang yang membuat persendian dan tulang rawan, ligamen dan kapsul sendinya rusak. Darah dapat berkumpul di dalam simpai sendi yang disebut hemartrosis.
19

Referat Dislokasi Sendi

Jan 02, 2016

Download

Documents

Uchiha Itachi

Terjemahan dari Apley's System of Orthopaedics and Fractures 9th ed
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Referat Dislokasi Sendi

Dislokasi

Dislokasi sendi / luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang

membentuk persendian terhadap tulang lainnya. Dislokasi dapat berupa lepas

komplit atau parsial (inkomplit), bila ligamen atau kapsul sendi tidak sembuh dengan

baik, luksasio mudah terulang kembali (luksasio habitualis). Dislokasi dapat

disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena

sejak lahir (kongenital). Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat

menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.

Cidera pada sendi dapat mengenai bagian permukaan tulang yang membuat

persendian dan tulang rawan, ligamen dan kapsul sendinya rusak. Darah dapat

berkumpul di dalam simpai sendi yang disebut hemartrosis.

Gambar 1. Hemartrosis

Bila tulang rawan saja yang cidera (misalnya sendi lutut yang memiliki

meniskus) dapat menimbulkan gejala klinis tertentu seperti sendi yang terkunci

(locking) atau timbul suara “klik” bergantung jenis lesinya. Dislokasi harus ditangani

segera karena penundaan dapat menyebabkan nekrosis avaskular tulang persendian

serta kekakuan sendi.

Page 2: Referat Dislokasi Sendi

Nekrosis avaskular terjadi akibat kurangnya aliran darah ke jaringan tulang

(iskemia). Pembuluh darah di jaringan tulang tidak dapat berekspansi akibat

dikelilingi oleh jaringan yang keras, akibatnya, inflamasi (udema) atau hemoragik

dapat dengan mudah menyebabkan iskemia. Empat hal yang dapat menyebabkan

iskemia adalah hilangnya kontinuitas pembuluh darah, stasis vena, trombosis dan

pembengkakan sumsum tulang sehingga terjadi kompresi kapiler. Pada dislokasi,

iskemia terjadi akibat kombinasi beberapa faktor diatas.

Gambar 2. Nekrosis Avaskular

Dalam fase syok lokal (5-20 menit setelah kejadian) terjadi relaksasi otot

sekitar sendi dan rasa baal (hipestesia). Karena itu reposisi dapat dilakukan tanpa

narkosis. Setelah fase ini terlewati, reposisi harus dilakukan dengan menggunakan

anestesi. Prinsip reposisi tertutup adalah melakukan gerakan yang berlawanan

dengan gaya trauma, kontraksi atau tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan

dengan kekerasan. Anestesi diberikan agar tidak terasa nyeri dan merelaksasi spasme

otot. Bila reposisi tidak berhasil, mungkin telah terjadi ruptur simpai sendi atau

interposisi fragmen tulang. Lakukan pemeriksaan rontgen agar keadaan sendi terlihat

Page 3: Referat Dislokasi Sendi

jelas dan reposisi dilakukan secara pembedahan. Mobilisasi segera dilakukan setelah

waktu penyembuhan jaringan lunak selesai (2-3 minggu setelah cidera).

Gambar 3. Dislokasi Sendi

Dislokasi bahu

Pada regio bahu terdapat beberapa tulang dan sendi yang saling berhubungan

dan saling mempengaruhi yaitu sendi sternoklavikular, akromioklavikular dan

glenohumeral.

Gambar 4. Sistem Muskuloskeletal pada Bahu

Page 4: Referat Dislokasi Sendi

Dislokasi Sendi Sternoklavikular

Dislokasi sternoklavikular jarang terjadi, terjadi bila ada trauma

langsung yang mendorong klavikula ke arah dorsal yang mengakibatkan

dislokasi posterior atau retrosternal, tumbukan pada depan bahu sehingga

klavikula bagian medial terdorong ke depan dan sendi sternoklavikular

terlepas ke anterior. Penatalaksanaan konservatif dengan reposisi dan

imobilisasi yang bila gagal dapat dilakukan operasi. Latihan otot agar tidak

hipotrofi dan latihan gerakan untuk mencegah kekakuan bahu.

Dislokasi Sendi Akromioklavikular

Kekuatan sendi ini terutama ditopang oleh simpai sendi dan ligamen

korakoklavikular. Dislokasi sendi tanpa disertai ruptur ligamen

korakoklavikular biasanya tidak menyebabkan dislokasi fragmen distal ke

kranial dan dapat diterapi secara konservatif dengan mitela serta latihan otot

bahu. Bila terdapat robekan atau reposisi tidak berhasil, dilakukan

pembedahan reposisi terbuka dan pemasangan fiksasi interna. Latihan

diperlukan untuk mencegah kekakuan bahu (frozen shoulder). Frozen

shoulder merupakan penyulit luksasio sendi bahu, cidera klavikula, cedera

sendi akromioklavikula, kelainan bursa subakromion dan kelainan tendo otot-

otot sendi bahu.

Dislokasi Sendi Glenohumeral

Stabilitas sendi bahu ditentukan oleh simpai sendi dan otot

disekitarnya karena kavitas artikular bahu dangkal. Karena itu sering terjadi

dislokasi akibat trauma. Berdasarkan lokasi kaput humeri terhadap prosesus

glenoidalis, dislokasi biasanya terjadi kearah anterior. Pada dislokasi inferior,

kaput humerus terperangkap dibawah kavitas glenoid sehingga lengan

terkunci pada posisi abduksi (luksasio erekta). Dislokasi anterior terjadi

karena kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi eksterna dan ekstensi

sendi bahu.

Page 5: Referat Dislokasi Sendi

Gambar 5. Ligamen daerah Bahu (tampak depan)

Kaput humerus terdorong ke depan sehingga menyebabkan avulsi

simpai sendi dan kartilago serta periosteum labrum genoidale bagian anterior.

Penderita merasa bahunya keluar dari sendi dan tidak mampu menggerakan

lengannya, posisi penderita miring ke arah yang sakit. Ada 2 tanda khas yaitu

sumbu humerus tidak menunjuk ke arah bahu dan kontur bahu berubah

karena daerah di bawah akromion kosong. Pada pemeriksaan fisik terlihat

daerah deltoid menjadi rata mirip bentuk segi empat karena kaput humerus

bergeser ke anteromedial dan berada di daerah subkorakoid atau subglenoid.

Page 6: Referat Dislokasi Sendi

Gambar 7. Manuver Stimson

Keadaan ini membutuhkan reposisi segera dengan cara gravitasi

menurut Stimson yang mudah dan tanpa anestesi. Penderita diminta tidur

telungkup dan ekstremitas yang sakit dibiarkan menggantung di tepi meja

lalu ikatkan beban 2 kg pada pergelangan tangan. Bila dalam waktu 10-15

menit belum terjadi reposisi spontan, diperlukan reposisi Hippocrates yang

membutuhkan anestesi umum. Lengan penderita ditarik kearah distal

punggung dengan sedikit abduksi, sementara kaki operator diketiak pasien

untuk mengungkit kaput humerus ke arah lateral dan posterior. Setelah

reposisi bahu dipertahankan dalam posisi endorotasi dengan penyangga ke

dada selama paling sedikit tiga minggu.

Komplikasi dislokasi anterior adalah dislokasi kambuhan (luksasio

habitualis), lesi pleksus brakialis dan nervus aksilaris dan interposisi tendo

bisep kaput longum. Luksasio habitualis dapat terjadi bila imobilisasi kurang

dari tiga minggu sehingga bagian depan sendi bahu mungkin menjadi longgar

karena kurangnya waktu bagi penyembuhan avulsi simpai dan bagian depan

labrum gleniodale. Dislokasi kambuhan umumnya memerlukan tindakan

operasi rekonstruktif pada struktur penyangga anterior.

Page 7: Referat Dislokasi Sendi

Dislokasi Sendi Panggul Traumatik

Sendi panggul dapat terdislokasi ke posterior atau anterior dengan atau tanpa

fraktur pinggir asetabulum. Dapat pula terjadi dislokasi sentral dengan fraktur

asetabulum. Asetabulum merupakan mangkuk yang agak dalam dengan bibir dorsal

dan ventral serta atap agak tinggi sehingga dapat patah sewaktu kapur femur

dikeluarkan paksa. Dislokasi posterior terjadi akibat trauma panggul pada posisi

fleksi dan adduksi. Pada posisi ini tekanan disalurkan melalui lutut sepanjang femur

misalnya trauma dengan benturan panel depan mobil (dashboard) akibat tabrakan

dari arah frontal atau jatuh dari ketinggian dengan lutut fleksi. Tekanan ini membuat

kaput femur bergerak ke posterior melewati bibir belakang asetabulum dan terjadi

dislokasi posterior. Femur yang terkena berada dalam posisi fleksi, adduksi, dan

rotasi interna dengan tungkai tampak lebih pendek. Biasanya disertai spasme otot

sekitar panggul. Kaput femur terletak di kraniodorsal asetabulum.

Page 8: Referat Dislokasi Sendi

Gambar 9. Gambaran Rontgen Dislokasi Panggul

Penanganan dislokasi merupakan tindakan darurat karena reposisi segera

dapat mencegah nekrosis avaskular kaput femur. Reposisi tertutup dilakukan dengan

tarikan ke ventral dan kaudal tungkai dalam posisi fleksi dan rotasi eksterna. Tarikan

dapat dibuat oleh berat kaki sendiri dengan meletakkan penderita tengkurap di sisi

tempat tidurnya. Relaksasi otot dan berat kaki ke arah ventral secara perlahan dapat

mereduksi dislokasi. Pasca reposisi, penderita diistirahatkan dalam traksi selama 6-8

minggu untuk mengurangi tekanan kaput femur. Setelah itu, penderita tidak boleh

menumpu berat badan selama 6-8 minggu.

Gambar 10. Reduksi Panggul

Page 9: Referat Dislokasi Sendi

Pada fraktur dislokasi, pecahan bibir posterior asetabulum dapat mengganggu

n.iskiadikus. Bila fragmennya kecil biasanya reposisi tertutup dapat berhasil. Bila

fraktur dislokasi disertai gangguan nervus iskiadikus, pelvis harus dieksplorasi dan

fragmen dikembalikan dan disekrup. Selain lesi n.iskiadikus yang terjadi saat trauma

dan nekrosis avaskular yang terjadi 1-2 tahun pasca trauma, komplikasi lain pada

dislokasi posterior adalah artrosis degeneratif yang timbul bertahun-tahun pasca

trauma.

Luksasio panggul sentral sebenarnya merupakan fraktur dislokasi sentral

akibat trauma berat pada daerah lateral panggul, biasanya berupa fraktur kominutif

seluruh asetabulum akibat desakan kaput femur yang masuk ke dalam pelvis.

Penanganannya adalah traksi longitudinal dengan pemasangan pin diujung bawah

femur dan traksi lateral melalui pin pada trokanter mayor yang dipertahankan selama

8 minggu. Bila pecahnya asetabulum tidak berat, reposisi terbuka dan fiksasi interna

dapat dilakukan namun bila terjadi fraktur kominutif yang tidak dapat direposisi

stabil, fraktur dislokasi sentral dapat dibiarkan.

Gambar 11. Fiksasi Sendi Panggul

Page 10: Referat Dislokasi Sendi

Dislokasi Lutut dan Pergelangan Kaki

Ruda paksa berat pada lutut dapat merobek keempat ligamen utama, yaitu

dua ligamen kolateral dan dua ligamen krusiatum dan menyebabkan dislokasi sendi.

Tidak jarang terjadi obstruksi a.poplitea karena terlipat atau tertekan. Komplikasi

terberat dari cidera lutut adalah cidera a.poplitea yang mengakibatkan gangguan

vaskularisasi di daerah distal dan cedera n.peroneus.

Penanganan melalui reposisi dan pembedahan untuk eksplorasi kerusakan

arteri dan memperbaiki ligamen yang rusak. Bila tidak ada penyulit, tungkai dapat di

imobilisasi dalam gips selama tiga sampai empat minggu.

Fraktur dan Dislokasi Patela

Patela merupakan tulang sesamoid besar yang melekat erat pada

perpanjangan otot kuadriseps. Cidera patela dapat disebabkan oleh cidera langsung

maupun tidak langsung. Cidera langsung biasanya menyebabkan fraktur kominutif

sedangkan cidera tidak langsung hanya menimbulkan garis fraktur. Kontraksi otot

kuadriseps yang kuat secara tiba-tiba dengan lutut pada posisi fleksi dapat

menyebabkan robekan transversal pada kuadriseps atau fraktur avulsi patela

transversal.

Gambar 12.

Ligamen Lutut

Page 11: Referat Dislokasi Sendi

Secara klinis, pasien tidak mampu melakukan ekstensi lutut secara aktif,

disertai hemartrosis karena fraktur patela merupakan kerusakan intra artikuler.

Fraktur patela ditangani dengan ORIF, fiksasi interna menggunakan benang kawat

yang melingkari patela dikombinasi dengan kawat berbentuk angka delapan. Pasca

bedah dapat dilakukan mobilisasi segera namun fleksi maksimal harus dihindari

hingga minggu ke 10. Bila hemartrosis besar (fraktur patela kominutif akibat cidera

langsung), dilakukan aspirasi hemartrosis diikuti pemakaian gips silindris.

Dislokasi patela dapat terjadi karena gerakan lutut yang kurang terkoordinasi

sehingga patela terletak disebelah lateral lutut. Lutut terkunci pada posisi fleksi dan

penderita sangat kesakitan. Diagnosis dapat dibuat berdasarkan kontur lutut. Reposisi

dapat berhasil bila lutut diluruskan secara perlahan lalu patela didorong ke medial

secara halus. Bila m.kuadriseps medial terputus, imobilisasi tungkai dengan gips

selama 2 minggu.

Gambar 13. Dislokasi Patela

Page 12: Referat Dislokasi Sendi

Distorsi Pergelangan Kaki

Distorsi pada ligamen lateral terjadi jika kaki mengalami gerakan inversi

yang dipaksakan melalui sendi subtalar dan adduksi yang dipaksakan melalui sendi

pergelangan kaki, misalnya terjatuh pada posisi inversi. Hal ini menyebabkan

ligamen lateral teregang hebat dan robek. Secara klinis, pasien merasakan nyeri,

nyeri tekan dan pembengkakan bagian inferior dan anterior maleolus lateralis.

Pemeriksaan radiologis dibutuhkan untuk membedakan distorsi dengan fraktur fibula

yang tidak bergeser dan menentukan adanya robekan lateral. Robekan diketahui

dengan membuat foto dengan kaki diinversikan (foto dengan beban inversi). Koreksi

distorsi dilakukan dengan pemasangan pembalut elastis selama 3 minggu.

Gambar 14. Anatomi Sistem Muskuloskeletal Talus

Page 13: Referat Dislokasi Sendi

Gambar 15. Jenis Cidera Pergelangan Kaki

Gambar 16. Dislokasi Pergelangan kaki Gambar 17. Reposisi

Page 14: Referat Dislokasi Sendi

Referensi

Browner BD, Jupiter JB, Levine Am, Trafton PG, Krettek C., eds. Skeletal Trauma.

4th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier;2008.

Chapman MW. Fracture healing and closed treatment of fractures and dislocation

3rd ed. Philadelphia, Pa: Lippincott, Williams & Wilkins: 2000:chap 10.

Sjamsuhidajat, dkk. 2013. Buku Ajar Ilmu Bedah ed 3. EGC : Jakarta. Hlm 959-

1083

Solomon L, Warwick D, Nayagam. 2010. Apley’s System of Orthopaedics and

Fractures 9th edition. HordderArnold : London