Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Dislokasi sendi adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lainnya. Cedera pada sendi dapat mengenai bagian permukaan tulang yang membuat persendian dan tulang rawannya, ligament, atau kapsul sendi rusak. Dari beberapa penelitian diperkirakan sekitar 42.1 kejadian dislokasi dari 100.000 orang dan penyebab tersering adalah akibat kecelakaan lalu-lintas (57.4%) diikuti dengan terjatuh (27.5%). Dislokasi yang paling sering terjadi adalah dislokasi sendi bahu dan lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada perempuan. Dislokasi harus ditangani dengan segera karena penundaan tindakan dapat menimbulkan nekrosis avaskular tulang persendian serta kekakuan sendi. 1
64

Referat Dislokasi

Dec 26, 2015

Download

Documents

trhyaa

Kedokteran
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Referat Dislokasi

BAB I

PENDAHULUAN

Dislokasi sendi adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk

persendian terhadap tulang lainnya. Cedera pada sendi dapat mengenai bagian

permukaan tulang yang membuat persendian dan tulang rawannya, ligament, atau

kapsul sendi rusak. Dari beberapa penelitian diperkirakan sekitar 42.1 kejadian

dislokasi dari 100.000 orang dan penyebab tersering adalah akibat kecelakaan

lalu-lintas (57.4%) diikuti dengan terjatuh (27.5%). Dislokasi yang paling sering

terjadi adalah dislokasi sendi bahu dan lebih sering terjadi pada laki-laki

dibandingkan pada perempuan. Dislokasi harus ditangani dengan segera karena

penundaan tindakan dapat menimbulkan nekrosis avaskular tulang persendian

serta kekakuan sendi.

1

Page 2: Referat Dislokasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Dislokasi adalah perpindahan suatu bagian. Dislokasi sendi atau disebut

juga luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian

terhadap tulang lainnya. Dislokasi dapat berupa lepas komplet atau parsial , atau

subluksasio.

B. ANATOMI SENDI

Tempat pertemuan dua tulang atau lebih, baik terjadi pergerakan atau tidak

terjadi pergerakan disebut sendi (junctura). Sendi dikelompokkan menurut

jaringan yang terdapat di antara tulang-tulang: junctura fibrosa, junctura

cartilaginea, dan junctura synovialis.

1. Junctura fibrosa

Permukaan tulang yang bersendi dihubungkan oleh jaringan fibrosa

sehingga kemungkinan geraknya sangat sedikit. Derajat pergerakan

tergantung pada panjang serabut kolagen yang menghubungkan tulang.

Sutura tengkorak dan articulation tibiofibularis inferior merupakan contoh

junctura fibrosa.

2. Junctura cartilaginea

Junctura cartilaginea dapat dibagi menjadi dua tipe:

Junctura cartilaginea primer adalah junctura cartilaginea yang tulang-

tulangnya disatukan oleh selempeng atau sebatang cartilage hialin.

Persatuan antara epifisis dan diafisis pada sebuah tulang yang sedang

tumbuh dan hubungan antara iga pertama dan manubrium sterni

merupakan contoh sendi ini. Tidak ada pergerakan yang dapat

dilakukan.

2

Page 3: Referat Dislokasi

Junctura cartilaginea sekunder adalah sendi kartilaginosa yang tulang-

tulangnya dihubungkan oleh selempeng cartilage fibrosa dan facies

articularis-facies articularisnya diliputi oleh selapis tipis cartilage hialin.

Contohnya adalah sendi di antara corpus vertebrae dan simfisis pubis.

Mungkin dapat dilakukan sedikit pergerakan.

3. Junctura synovialis

Facies articularis dan tulang-tulang diliputi oleh selapis tipis cartilage

hialin dan ujungnya dipisahkan oleh rongga sendi. Susunan ini

memungkinkan pergerakan yang luas. Rongga sendi dibatasi oleh

membrane synovialis, yang terbentang dari pinggir facies articularis yang

satu ke facies articularis yang lain. Membran sinovialis dilindungi

permukaan luarnya oleh membrana fibrosa yang kuat disebut capsula

articularis. Facies articularis mendapatkan pelumas dari cairan kental yang

disebut sinovia (cairan sinovial), yang dihasilkan oleh membrane

sinovialis. Pada junctura synovialis tertentu, seperti articulatio genus, di

antara facies articularisnya terdapat discus atau potongan fibrocartilago,

disebut discus articularis.

Bantalan lemak ditemukan pada beberapa sendi sinovial dan terletak di

antara membrana synovialis dan capsula fibrosa atau tulang. Contohnya

dapat ditemukan pada articulation coxae dan articulatio genus.

Luas pergerakan junctura synovialis ditentukan oleh bentuk tulang yang

membentuk sendi, struktur anatomi yang mengikuti pergerakannya

(misalnya, paha berhadapan dengan dinding anterior abdomen pada fleksi

sendi panggul), dan adanya ligamentum fibrosa yang menghubungkan

tulang-tulang. Kebanyakan ligamentum terletak di luar capsula articularis,

tetapi pada articulatio genus beberapa ligamentum penting seperti

ligamentum cruciatum, terletak di dalam capsula.

3

Page 4: Referat Dislokasi

Gambar 1. Pengelompokkan sendi menurut jaringan di antara tulang

Junctura synovialis dapat dikelompokkan berdasarkan pada bentuk facies

articularisnya dan tipe pergerakan yang mungkin dilakukan.

Articulatio plana (sendi plana): Pada sendi ini, permukaan sendinya

rata atau hampir rata, sehingga memungkinkan terjadinya pergeseran

antara tulang yang satu dengan yang lainnya. Contoh sendi plana

adalah articulatio sternoclavicularis dan articulatio

acromioclavicularis.

Ginglymus (sendi engsel): sendi ini menyerupai engsel pintu sehingga

memberi kemungkinan untuk gerakan fleksi dan ekstensi. Contoh

ginglymus adalah articulatio cubiti, articulatio genus, dan articulatio

talocruralis.

Articulatio trochoidea (sendi pasak): Pada sendi in, terdapat pasak

tulang yang dikelilingi oleh cincin ligamentum-bertulang. Hanya

4

Page 5: Referat Dislokasi

mungkin dilakukan gerakan rotasi. Contoh yang baik dari sendi ini

adalah articulatio atlantoaxialis dan articulatio radioulnaris superior.

Articulatio condyloidea: Sendi ini mempunyai dua permukaan konveks

yang bersendi dengan dua permukaan konkaf. Gerakan yang mungkin

dilakukan adalah fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi, serta sedikit

rotasi. Contoh yang baik dari sendi ini adalah articulationes

metacarpophalangeae atau articulationes interphalangeae manus.

Articulatio ellipsoidea: Pada sendi ini, facies articularis berbentuk

konveks elips yang sesuai dengan facies articularis konkaf elips.

Gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi dapat dilakukan, kecuali

rotasi. Contohnya ialah articulation radiocarpalis.

Articulatio sellaris (sendi pelana): Pada sendi ini, faciess articularis

berbentuk konkafokonveks yang saling berlawanan dan mirip dengan

pelana kuda pada punggung kuda. Sendi ini dapat melakukan fleksi,

ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi. Contoh tipe sendi pelana yang

paling baik yaitu articulatio carpometacarpalis pollicis,

Articulatio spheroidea (sendi peluru): Pada sendi ini, kepala sendi yang

berbentuk bola pada satu tulang cocok dengan lekuk sendi yang

berbentuk socket pada tulang yang lain. Susunan ini memungkinkan

pergerakan yang luas, termasuk fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi,

rotasi medial, rotasi lateral, dan sirkumduksi. Contoh yang baik untuk

sendi ini adalah articulatio humeri dan articulatio coxae.

5

Page 6: Referat Dislokasi

Gambar 2. Jenis-jenis sendi sinovial

6

Page 7: Referat Dislokasi

Stabilitas Sendi

Stabilitas sebuah sendi tergantung pada tiga factor utama: (a) bentuk, ukuran, dan

susunan facies articularis; (b) ligamentum; (c) tonus otot di sekitar sendi.

Permukaan Sendi

Struktur “ball-and-socket” articulatio coxae dan “mortise” pada articulatio

talocruralis merupakan contoh yang baik bagaimana bentuk tulang berperan

penting pada stabilitas sendi. Akan tetapi terdapat pula sendi yang bentuk

sendinya kurang atau tidak berperan dalam stabilitas sendi seperti articulatio

acromioclavicularis, articulatio calcaneocuboidea, dan articulatio genus.

Ligamentum

Ligamentum fibrosa mencegah pergerakan sendi yang berlebihan, tetapi apabila

regangan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, ligamentum fibrosa akan

teregang. Contohnya ialah ligamentum pada sendi-sendi yang membentuk

lengkung kaki tidak dengan sendirinya menyokong beban berat badan. Apabila

tonus otot yang biasanya menyokong lengkung kaki terganggu akibat kelelahan,

ligamentum akan meregang dan lengkung kaki akan turun sehingga terjadi kaki

datar.

Sebaliknya, ligamentum elastika akan kembali ke panjang semula sesudah

meregang. Ligamentum elastika tulang-tulang pendengaran memegang peranan

aktif dalam menyokong sendi dan membantu mengembalikan tulang-tulang pada

posisi semula setelah melakukan pergerakan.

Tonus Otot

Pada kebanyakan sendi, tonus otot merupakan factor utama yang mengatur

stabilitas sendi, misalnya tonus otot-otot pendek di sekitar articulation humeri

mempertahankan caput humeri yang berbentuk setengah bulat pada cavitas

7

Page 8: Referat Dislokasi

glenoidalis scapulae. Tanpa kerja otot-otot ini, hanya dibutuhkan sedikit tenaga

untuk menyebabkan terjadinya dislokasio sendi. Articulatio genus merupakan

sendi yang sangat tidak stabil tanpa aktivitas tonus musculus quadriceps femoris.

Sendi antara tulang-tulang kecil yang membentuk lengkung kaki sebagian besar

disokong oleh tonus otot-otot tungkai bawah, yang tendonya berinsersio pada

tulang-tulang kaki.

C. EPIDEMIOLOGI

Dari beberapa penelitian diperkirakan sekitar 42.1 kejadian dislokasi dari

100.000 orang dan penyebab tersering adalah akibat kecelakaan lalu-lintas

(57.4%) diikuti dengan terjatuh (27.5%). Dislokasi yang paling sering terjadi

adalah dislokasi sendi bahu dan lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan

pada perempuan. Berdasarkan data penelitian National Electronic Injury

Surveillance System, dari 8,940 kejadian dislokasi sendi bahu, diketahui terjadi

23.9 kejadian tiap tahunnya dengan faktor risiko terjadinya dislokasi sendi bahu

yaitu usia muda dan jenis kelamin laki-laki.

D. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Dislokasi dapat disebabkan oleh :

1. Trauma : jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi.

Cedera pada olahraga

Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak

bola dan hoki, serta olahraga yang berisiko jatuh, misalnya

terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan

pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada

tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola

dari pemain lain.

Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga misalkan

akibat benturan karena terjatuh (dari ketinggian tertentu)

ataupun akibat kecelakaan ketika berkendara

8

Page 9: Referat Dislokasi

2. Non traumatik akibat kelainan kongenital yaitu keadaan ligamen

pada seseorang yang jauh lebih kendur sehingga terjadi penurunan

stabilitas dari daerah persendian ataupun adanya penyakit tertentu

yang mengakibatkan perubahan struktur dari daerah persendian.

3. Patologis

Akibat destruksi tulang, misalnya tuberculosis tulang belakang.

Dimana patologis: terjadinya tear ligament dan kapsul articular

yang merupakan komponen vital penghubung tulang.

Faktor Resiko dari Dislokasi

1. Kemungkinan untuk terjatuh ketika seseorang terjatuh maka terjadi

peningkatan akan faktor resiko dari dislokasi, jika seseorang

menggunakan tangannya untuk menahan tubuh ketika terjatuh atau

bagian dari tubuh seseorang mengalami benturan keras saat terjatuh

seperti panggul dan bahu.

2. Keturunan beberapa orang dapat terlahir dengan ligamen yang jauh

lebih longgar sehingga lebih meningkatkan faktor resiko dari dislokasi

ketika terluka.

3. Berolahraga Dislokasi sering terjadi ketika seseorang melakukan

olahraga dimana banyak terjadi kontak antar pemain atau high impact

sports seperti sepak bola, basket, hoki, dan gulat (wrestling).

4. Kecelakaan ketika berkendara Hal ini yang paling sering

menyebabkan dari dislokasi panggul atau hip dislocation

E. MANIFESTASI KLINIS

1. Adanya mati rasa atau tebal dan kesemutan pada daerah persendian

2. Adanya rasa nyeri terutama bila sendi tersebut digunakan atau diberikan

beban

3. Pergerakan dari sendi yang menjadi sangat terbatas

9

Page 10: Referat Dislokasi

4. Terdapat bengkak dan kebiruan atau memar pada daerah persendian.

5. Sendi terlihat tidak pada posisi sebenarnya, adanya perubahan warna

maupun bentuk (adanya deformitas yaitu hilangnya tonjolan tulang

yang normal)

F. PATOFISIOLOGI

Cedera akibat olahraga dapat disebabkan karena beberapa hal seperti tidak

melakukan pemanasan yang benar sebelum melakukan olahraga sehingga dapat

memicu terjadinya dislokasi, yaitu cedera olahraga yang dapat menyebabkan

terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga struktur sendi

dan ligamen menjadi rusak. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan

tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul atau menyebabkan tepi

glenoid menjadi teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi yang normal.

Keadaan tersebut disebut sebagai dislokasi.

Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang hati-hati dalam

melakukan suatu tindakan atau saat sedang berkendara dimana tidak

menggunakan helm atau sabuk pengaman dapat memungkinkan terjadinya

dislokasi. Trauma kecelakaan mengkompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi

sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya yaitu

terjadinya penekanan pada jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga

merobek kapsul sehingga tulang dapat berpindah dari posisi normal dan

menyebabkan dislokasi.

G. KLASIFIKASI DISLOKASI

Klasifikasi dislokasi menurut penyebabnya adalah:

1. Dislokasi kongenital

Hal ini terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan seseorang,

paling sering terlihat pada daerah panggul (hip).

10

Page 11: Referat Dislokasi

2. Dislokasi spontan atau patologik

Hal ini dapat terjadi akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar

sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini

disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.

3. Dislokasi traumatik

Dislokasi traumatik adalah suatu kedaruratan ortopedi, yang

memerlukan pertolongan segera. Hal ini membuat sistem

vaskularisasi terganggu, susunan saraf rusak dan serta kematian

dari jaringan. Trauma yang kuat membuat tulang keluar dari posisi

anatomisnya dan mengganggu jaringan lain seperti merusak

struktur sendi, ligamen, saraf, dan sistem vaskular. Seringkali

terjadi pada orang dewasa. Bila tidak ditangani dengan segera

dapat terjadi nekrosis avaskuler (kematian jaringan akibat anoksia

dan hilangnya pasokan darah) dan paralisis saraf.

Dislokasi berdasarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi :

1. Dislokasi Akut

Umumnya dapat terjadi pada bagian bahu, siku tangan dan

panggul. Dislokasi ini dapat juga disertai nyeri akut serta

pembengkakan di sekitar sendi.

2. Dislokasi Berulang

Jika suatu trauma pada daerah dislokasi sendi diikuti oleh frekuensi

berulang, maka dislokasi akan berlanjut dengan trauma yang

minimal, hal disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada

sendi bahu (shoulder joint) dan sendi pergelangan kaki atas (patello

femoral joint). Dislokasi berulang biasanya sering dikaitkan

dengan fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang

yang patah akibat dari kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot

dan tarikan.

11

Page 12: Referat Dislokasi

Dislokasi berdasarkan daerah anatomis

1. Dislokasi sendi bahu (shoulder joint)

Dislokasi yang sering terjadi pada atlet adalah dislokasi sendi bahu

dan sendi panggul. Sendi dapat menjadi macet karena tergeser dari

posisi anatomisnya, selain itu juga akan terasa nyeri. Ligamen-ligamen

pada sendi yang pernah mengalami dislokasi biasanya menjadi kendor,

sehingga sendi tersebut memiliki kemungkinan untuk mengalami

dislokasi kembali.

Anatomi sendi bahu

Secara anatomi sendi bahu merupakan sendi peluru (ball and

socket joint) yang terdiri atas bonggol sendi dan mangkuk sendi.

Cavitas sendi bahu sangat dangkal, sehingga memungkinkan seseorang

dapat menggerakkan lengannya secara leluasa dan melaksanakan

aktifitas sehari-hari. Namun struktur yang demikian akan

menimbulkan ketidakstabilan sendi bahu dan seringkali menimbulkan

gangguan pada bahu.

Sendi bahu merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia

dibentuk oleh tulang-tulang yaitu skapula (shoulder blade), klavikula

(collar bone), humerus (upper arm bone) dan sternum. Darah

persendian bahu mencakup empat sendi, yaitu sendi sternoclavicular,

sendi glenohumeral, sendi acromioclavicular, dan sendi

scapulothoracal.

12

Page 13: Referat Dislokasi

Gambar 3. Anatomi Sendi Bahu

Dislokasi biasanya disebabkan karena terjatuh yang bertumpu pada

tangan dan bahu, humerus. Pada dislokasi berulang, labrum dan kapsul

sering terlepas dari lingkar anterior glenoid.

Klasifikasi Dislokasi Bahu

Gambar 4. Klasifikasi Sendi Bahu

13

Page 14: Referat Dislokasi

Dislokasi Anterior

Dislokasi preglenoid, subcoracoid, subclaviculer. Paling sering

ditemukan jatuh dalam keadaan out stretched atau jatuh yang

menyebabkan rotasi eksternal bahu atau cedera akut karena lengan

dipaksa beraduksi, dan ekstensi. Trauma pada scapula memiliki

gambaran klinis nyeri hebat dengan gangguan pergerakan bahu,

kontur sendi bahu rata, kaput humerus bergeser ke depan yang

ditemukan pada pemeriksaan radiologis.

Manifestasi

Penderita biasanya menyangga lengan yang cedera pada bagian

siku dengan menggunakan tangan sebelahnya. Lengan dalam posisi

abduksi ringan selain itu kontur terlihat ‘squared off’ dan penderita

mengeluh sangat nyeri.

Pada dislokasi sendi bahu anterior dapat dilakukan beberapa traksi

untuk mereposisi sendi yang telah mengalami dislokasi, antara

lain:

1. Teknik Cooper-Milch

a. Dibawah conscious sedation, tempatkan penderita pada posisi

supine dengan siku fleksi 90.

b. Luruskan siku dan dengan sangat perlahan pindahkan lengan

pada posisi abduksi penuh yang ditahan pada traksi lurus dimana

seorang asisten mengaplikasikan tekanan yang lembut pada sisi

medial dan inferior dari humeral head.

c. Adduksi lengan secara bertahap.

d. Pasang collar dan cuff, kemudian lakukan X-ray post reduksi.

14

Page 15: Referat Dislokasi

Gambar 5. Teknik Cooper-Milch

2. Teknik Stimson’s

Metode yang memanfaatkan gaya gravitasi, yang sering dilakukan

pada ED yang sangat sibuk.

a. Berikan analgesic IV dimana penderita berbaring pada posisi

pronasi dengan lengan tergantug di sebelah trolley dengan beban

seberat 2,5-5 g tertarik pada lengan tersebut.

b. Perlahan setelah 5-30 menit, lakukan rotasi relokasi bahu.

c. Pasang collar dan cuff, periksa X-ray post reduksi.

Gambar 6. Teknik Stimson’s

3. Teknik Hipocrates

a. Reposisi dilakukan dengan menggunakan general anestesi.

15

Page 16: Referat Dislokasi

b. Lengan pasien ditarik kea rah distal punggung dengan sedikit

abduksi, sementara kaki penolog berada diketiak pasien untuk

mengungkit kaput humerus ke arah lateral dan posterior.

c. Setelah reposisi, bahu dipertahankan dalam posisi endorotasi

dengan penyangga ke dada selama paling sedikit 3 minggu.

d. Pasang collar dan cuff, periksa X-ray post reduksi.

Gambar 7. Teknik Hipocrates

4. Teknik Kocher

Penderita ditidurkan di atas meja. Penolong melakukan gerakan yang

dapat dibagi menjadi 4 tahap :

a. Tahap 1 : dalam posisi siku fleksi, penolong menarik lengan atas

ke arah distal.

b. Tahap 2 : dilakukan gerakan eksorotasi dari sendi bahu.

c. Tahap 3 : melakukan gerakan adduksi dan fleksi pada sendi bahu.

d. Tahap 4 : melakukan gerakan endorotasi sendi bahu.

Setelah tereposisi, sendi bahu difiksasi dengan dada dengan

menggunakan verban dan lengan bawah digantung dengan sling

(mitella) selama 3 minggu.

16

Page 17: Referat Dislokasi

5. Teknik Countertraction

Bermanfaat sebagai sebuah maneuver back-up ketika cara-cara diatas

gagal.

a. Dibawah conscious sedation, tempatkan pasien berbaring supine

dan tempatkan rolled sheet di bawah aksila dari bahu yang

terkena.

b. Abduksi lengan sampai 45 dan aplikasikan sustained in line

traction sementara. Asisten memasang traksi pada arah yang

berlawanan menggunakan rolled sheet.

c. Setelah relokasi, pasang collar dan cuff, periksa X-ray post

reduksi.

d. Penempatan : klinik ortopedik setelah 3 hari.

6. Teknik Spaso

Walaupun teknik ini tidak dikenal secara luas, tetapi dianggap bahwa

metode ini merupakan metode yang paling mudah dilakukan dengan

angka keberhasilan yang tinggi.

a. Dibawah conscious sedation, letakkkan lengan yang sakit di

dinding dada.

b. Fleksikan lengan pada bahu, dan lakukan rotasi eksternal secara

simultan. Pada kebanyakan kasus, sebelum bahu mencapai fleksi

ke depan 90, akan terdengar bunyi ‘clunk’, dan head humerus

telah kembali pada posisinya.

c. Adduksi lengan

d. Pasang collar dan cuff, periksa X-ray post reduksi.

Dislokasi Posterior

Biasanya trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi

interna, serta terjulur atau karena hantaman pada bagian depan

bahu, selain itu dapat juga terkait dengan adanya kontraksi otot

saat kejang atau cedera akibat tersetrum listrik.

17

Page 18: Referat Dislokasi

Manifestasi

Lengan dalam posisi rotasi internal dan adduksi. Penderita

merasakan nyeri dan dapat terjadi penurunan pergerakan dari sendi

bahu.

Dislokasi Inferior

Pada luksasio erecta, posisi lengan atas dalam posisi abduksi,

kepala humerus terletak di bawah glenoid, terjepit pada kapsul

yang robek. Karena kerobekan kapsul sendi lebih kecil disbanding

kepala humerus, maka sangat susah kepala humerus ditarik keluar,

hal ini disebut ‘efek lubang kancing (Button hole effect)’.

Pengobatan dapat dilakukan dengan melakukan reposisi tertutup

seperti dislokasi anterior, jika gagal dilakukan reposisi terbuka

dengan operasi.

Manifestasi Klinis

Abduksi lengan atas dengan posisi ‘hand over head’. Selain itu,

hilangnya kontur bulat dari bahu.

2. Dislokasi sendi siku tangan (elbow joint)

Cedera biasanya digolongkan berdasarkan arah pergeserannya,

tetapi pada 90% dislokasi siku, kompleks radioulna bergeser ke

posterior atau ke posterolateral, sering bersama-sama dengan fraktur

pada prosessus tulang.

Penyebab dislokasi posterior biasanya terjatuh pada posisi tangan

yang terentang dengan posisi siku dalam ekstensi. Begitu teerjadi

dislokasi posterior, pergeseran lateral juga dapat terjadi. Banyak terjadi

kerusakan jaringan lunak: kapsul anterior dan otot brakhialis robek,

ligamen kolateral terentang atau mengalami ruptur, dan saraf serta

pembuluh sekelilingnya mungkin dapat mengalami kerusakan.

18

Page 19: Referat Dislokasi

Pasien menyangga lengan bawahnya dengan siku yang sedikit

berfleksi. Kalau pembengkakan tidak hebat, deformitas jelas terlihat.

Terdapat nyeri spontan, nyeri sumbu dan gerak abnormal sangat

terbatas pada posisi kurang lebih 30. Pada pemeriksaan dorsal siku,

didapat perubahan pada segitiga sama kaki yang dibentuk oleh

olecranon, epikondilus lateral, dan epikondilus medial. Segitiga yang

noral sama kaki berubah menjadi segitiga yang tidak sama kaki.

Olecranon dapat teraba di bagian belakang.

Anatomi

Elbow atau siku dibentuk oleh tiga tulang yaitu distal humeri,

proksimal ulnar dan proksimal radius.

Os Humerus

Os humerus merupakan tulang terpanjang pada anggota gerak

atas. Ujung atas os humerus terdiri dari sebuah caput humeri

yang membuat persendian dengan rongga glenoidalis scapula dan

merupakan bagian dari persendian bahu. Di bagian bawah kaput

terdapat bagian yang ramping di sebut collum anatomicum dan di

sebelah luar terdapat tuberositas mayor serta bagian dalam

terdapat tuberositas minor. Di antara kedua tuberositas terdapat

celah, yaitu sulcus intertubercularis.

Pada batang os humerus terdapat tuberositas deltoid, yaitu tempat

melekatnya insersio otot deltoideus. Di sebelah dorsal dari

tuberositas deltoid terdapat sulcus yang membelit disebut sulcus

nerve radialis.

Pada ujung bawah os humerus terdapat permukaan sendi yang

berhubungan dengan tulang lengan bawah. Trochlear yang

terletak di sebelah sisi dalam tempat persendian os ulna dan sisi

luar terdapat caspitulum yang bersendian dengan os radius. Pada

kedua sisi persendian ujung bawah os humerus terdaapat dua

epicondylus, yaitu epindocylus lateral dan medial

19

Page 20: Referat Dislokasi

Os Radius

Tulang radius terletak di sisi lateral pada lengan bawah dan

merupakan tulang yang lebih pendek dibandingkan dengan os

ulna. Os radius mempunyai batang dan dua ujung atas, yaitu

kaput yang berbentuk kancing. Di bagian bawah terdapat

tuberositas radii.

Os Ulna

Tulang ulna terletak di sisi medial pada lengan bawah yang

terdiri atas sebuah batang dan dua ujung. Ujung os ulna masuk

dalam persendian siku yang disebut prosessus olecranon.

Prosessus ini menonjol ke atas di sebelah posterior dan masuk ke

dalam fossa olecrani os humerus. Prosessus koronoideus os ulna

menonjol di depannya dan tempat masuk di dalam fossa coronoid

os humerus, bila siku dibengkokkan.

Batang os ulna semakin ke bawah semakin mengecil dan

memberi kaitan pada otot yang mengendalikan gerak sendi

pergelangan tangan dan jari-jari. Ujung bawah os ulna terdiri dari

caput ulna yang bersendian dengan os radius dan prosessus

styloideus yang menonjol ke bawah.

Untuk menghubungkan tulang humerus dengan tulang ulna dan

radius, maka diperkuat oleh ligamentum-ligamentum yang terletak

pada sendi siku.

Ligamen-ligamen itu terdiri dari

Ligamen collateral ulnare yaitu ligamen yang berasal dari

epicondylus medial humerus dan memperkuat sendi humeroulnaris

di sisi medial.

Ligamen collateral radial yaitu ligamen yang terbentang dari

epicondylus lateral humeri ke ligamen anular radii menuju os ulna

dan memperkuat sendi humeroradial di sisi lateral.

20

Page 21: Referat Dislokasi

Ligamen anular radii yaitu ligamen yang bersama dengan ligamen

collateral radial menahan capitulum humeri pada tempatnya.

Gambar 8. Anatomi Sendi Siku

21

Page 22: Referat Dislokasi

Elbow joint terdiri atas 3 sendi, yaitu : humeroulnar joint,

humeroradial joint, dan proximal radioulnar joint. Ketiga sendi

tersebut dibungkus oleh kapsul sendi yang sama. Tulang yang

membentuk elbow dan forearm adalah os humerus bagian distal, os

radius dan os ulna. Elbow joint diperkuat oleh ligamen collateral

radial/lateral dan ligamen collateral ulnar/medial serta ligamen

annulare.

Artikulasio Humeroradialis

Persendian ini dibentuk oleh capitulum humeri dan fovea

capitulum radii. Gerakan yang terjadi adalah fleksi dan ekstesi

sendi siku, terjadi pada bidang gerak sagittal dengan axisnya

frontal, serta mempunyai lingkup gerak sendi 0-145.

Artikulasio Humeroulnaris

Humeroulnar joint merupakan sendi berbentuk hinge (engsel)

dengan trochlea humeri yang ovular bersendi dengan fossa

trochlearis ulna. Permukaan trochlea humeri menghadap ke arah

anterior dan bawah membentuk sudut dari shaft humeri. Fossa

trochlearis ulna menghadap ke atas dan anterior membentuk sudut

45 dari ulna. Pada umumnya, bagian posterior sulcus trochlearis

tampak berjalan vertikal tetapi pada bagian posterior tampak

berjalan oblique sehingga pada saat ekstensi penuh akan terbentuk

kea rah distal lateral carrying angle pada lengan (Normal = 15).

Gerak utama pada sendi ini adalah fleksi-ekstensi (fossa yang

konkaf slide dalam arah yang sama dengan gerak ulna). Sendi ini

paling stabil pada close pack position ekstensi elbow. Untuk

mencapai ROM penuh, maka gerak fleksi selalu disertai varus

angulasi (lateral slide) dan gerak ekstensi selalu disertai valgus

angulasi (medial slide).

Gerak arthrokinematika pada humeroulnar joint adalah gerak slide

mengikuti gerak angular tulang. Gerakan yang terjadi adalah fleksi

22

Page 23: Referat Dislokasi

dan ekstensi sendi siku. Terjadi pada bidang gerak sagittal dengan

aksisnya frontal, serta mempunyai lingkup gerak sendi 0-145.

Artikulasio Radioulnaris

Persendian ini dibentuk oleh kepala dari radius dengan ulna. Sendi

ini bergerak secara simultan dengan proksimal radioulnar joint.

Saat gerak pronasi-supinasi, fossa ulnaris radii yang konkaf

bergerak slide dalam arah yang sama dengan gerak tulang.

3. Dislokasi pergelangan tangan (wrist joint)

Cedera pergelangan tangan banyak terjadi di antara para atlet

olahraga. Evaluasi awal pada cedera pergelangan tangan untuk

menentukan pengobatan seawal mungkin seringkali dilakukan oleh

dokter dan praktisi medis. Dislokasi pergelangan tangan perlu disadari

lebih awal dan segera dirujuk untuk mencegah terjadinya komplikasi

lebih lanjut, seperti sakit yang berkepanjangan dan perlunya suatu

tindakan operasi untuk pengobatannya.

Anatomi pergelangan tangan

Pergelangan tangan disusun oleh beberapa bagian yang terdiri dari

tulang radius dan tulang ulna bagian distal, 8 tulang karpal, dan tulang-

tulang metakarpal bagian proksimal. Tulang karpal bagian distal terdiri

dari beberapa tulang berikut : hamate, capitate, trapezoid, dan

trapezium, sedangkan bagian proksimal terdiri dari tulang berikut:

scaphoid, lunate, triquetrum, dan pisiform.

Tulang-tulang karpal kemudian saling diikat satu dengan yang

lainnya oleh satu set kompleks ligamen, termasuk ligamen

interosseous, ligamen volar, ligamen dorsal, dan sebuah komplek

fibrikartilago yang berbentuk segitiga mempunyai nama lain TFC.

Ligamen dorsal lebih lemah dibandingkan ligamen volar, sehingga

dislokasi lebih sering terjadi pada bagian tersebut.

23

Page 24: Referat Dislokasi

Gambar 9. Anatomi Pergelangan Tangan

Tulang-tulang karpal berfungsi sebagai penghubung antara tangan

dan tubuh bagian atas. Suatu stress yang berulang terus menerus pada

ligamen karpal membuat lebih rentan cedera, hal ini sering terjadi pada

atlet. Olahraga seperti orang yang sering bermain skateboard dan juga

pemain sepak bola, umumnya mengalami cedera tersebut. Contoh lain

adalah atlet yang mempunyai risiko jatuh dari ketinggian, seperti

pesenam.

Meskipun cedera lebih sering terjadi pada benturan yang sangat

keras, ada beberapa laporan yang mengatakan bahwa benturan yang

ringan pun dapat menyebabkan cedera pada beberapa orang.

Mekanisme cedera pada kasus ini biasanya terjadi pada seseorang yang

jatuh dari ketinggian dan pergelangan tangan dalam posisi

hiperekstensi. Benturan yang keras adalah yang paling sering menjadi

penyebab umum pada cedera jenis ini. Bagian distal tulang karpal

umumnya berdislokasi dari bagian dorsal ke baris proksimal. Dislokasi

24

Page 25: Referat Dislokasi

ini terjadi sebagai akibat dari patah tulang skafoid atau dislokasi dari

sendi scapholunate, dan jika tekanannya lebih parah, dislokasi tulang

perilunate dapat terjadi. Trans-skafoid perilunate fraktur-dislokasi

lebih sering terjadi daripada dislokasi tulang perilunate. Mayfield dan

kawan-kawan telah mengklasifikasikan dislokasi pergelangan tangan

menjadi beberapa tingkatan, antara lain sebagai berikut (lihat gambar

dibawah ini):

Stage I – dislokasi scapholunate akibat sobekan pada ligament

interoseus scapholunate dan ligament radiolunate.

Stage II – subluksasi sendi Lunate-capitate yang diakibatkan

dari cederanya sendi capitolunate.

Stage III – dislokasi sendi Lunate-capitate yang akibat

terdapatnya cedera pada ligamen interoseus triquetrolunate.

Stage IV – dislokasi tulang lunate yang akibat terdapatnya

cedera pada ligamen radioulnate bagian dorsal.

4. Dislokasi sendi panggul (hip joint)

Dislokasi panggul dapat terjadi ketika caput femur keluar dari

daerah acetabulum (socket) pada pelvis. Dislokasi ini dapat terjadi

apabila daerah tersebut mengalami benturan keras seperti pada

kecelakaan mobil ataupun jatuh dari ketinggian tertentu. Pada

kecelakaan mobil, dimana akibat terbenturnya lutut membentur

dashboard sehingga terjadi deselerasi yang cepat dan tekanan

dihantarkan dari femur ke panggul. Kadang dislokasi pada sendi

panggul ini juga dapat disertai adanya fraktur. Dislokasi pada sendi

panggul merupakan jenis dislokasi yang amat serius dan membutuhkan

penanganan yang cepat. Diagnosis dan terapi yang tepat untuk

menghindari akibat jangka panjang dari hal ini yaitu nekrosis

avaskuler dan osteoarthritis.

25

Page 26: Referat Dislokasi

Gambar 10. Dislokasi Sendi Panggul

Anatomi Panggul

Sendi panggul atau articulation coxae adalah persendian antara

caput femoris yang berbentuk hemisphere dan acetabulum os coxae

yang berbentuk mangkuk dengan tipe “ball and socket”. Permukaan

sendi acetabulum berbentuk tapal kuda dan di bagian bawah

membentuk takik disebut incisura acetabula. Rongga acetabulum

diperdalam dengan adanya fibrokartilago dibagian pinggirnya yang

disebut sebagai labrum acetabuli. Persendian ini dibungkus oleh

capsula dan melekat di medial pada labrum acetabuli.

Simpai sendi jaringan ikat di sebelah depan diperkuat oleh sebuah

ligamentum yang kuat dan berbentuk Y, yakni ligamentum ileofemoral

yang melekat pada SIAI dan pinggiran acetabulum serta pada linea

intertrochanterica di sebelah distal. Ligamentum ini mencegah ekstensi

yang berlebihan sewaktu berdiri. Di bawah sipai tadi diperkuat oleh

ligamentum pubofemoral yang berbentuk segitiga. Dasar ligamentum

melekat pada ramus superior ossis pubis dan apex melekat dibawah

pada bagian bawah linea intertrochanterica. Ligamentum ini

membatasi membatasi gerakan ekstensi dan abduksi. Di belakang

simpai ini diperkuat oleh ligamentum ischiofemorale yang berbentuk

spiral dan melekat pada corpus ischium dekat margo acetabula.

26

Page 27: Referat Dislokasi

Ligamentum ini mencegah terjadinya hiperekstensi dengan cara

memutar caput femoris ke arah medial ke dalam acetabulum sewaktu

diadakan ekstensi pada articulation coxae. Ligamentum teres femoris

berbentuk pipih dan segitiga. Ligamentum ini melekat melalui

puncaknya pada lubang yang ada di caput femoris dan melalui

dasarnya pada ligamentum transversum dan pinggir incisura acetabula.

Ligamentum ini terletak pada sendi dan dibungkus membrane

synovial.

Sistem vaskularisasi pada sendi panggul berasal dari cabang arteria

circumflexa femoris lateralis dan arteria circumflexa femoris medialis

dan arteri untuk kaput femoris, cabang arteria obturatoria. Sendi

panggul juga dipersarafi oleh nervus femoralis yang memberi

percabangan ke muskulus rectus femoris, nervus obturatorius atau

pada bagian anterior sementara nervus ischiadicus mempersarafi pada

daerah muskulus quadratus femoris dan sendi panggul juga dipersarafi

oleh nervus gluteus superior.

Gambar 11. Anatomi Panggul

27

Page 28: Referat Dislokasi

Dislokasi sendi panggul terbagi menjadi dua yaitu dislokasi

anterior dan dislokasi posterior tergantung berat atau tidaknya trauma

tersebut.

1. Dislokasi Posterior 90% dislokasi ini terjadi pada daerah panggul,

dimana tulang femur terdorong keluar dari socket atau acetabulum

arah ke belakang (backward direction). Dislokasi posterior ditandai

dengan pergelangan kaki atas (tulang femur) yang berotasi interna

dan adduksi, panggul dalam posisi fleksi namun pada bagian lutut

serta pergelangan kaki bawah justru pada posisi yang berkebalikan.

Biasanya disertai juga dengan penekanan dari nervus ischiadicus.

2. Dislokasi Anterior (Obturator Type) Dislokasi ini sering

disebabkan tekanan hiperekstensi melawan tungkai yang abduksi

sehingga caput femur terangkat dan keluar dari acetabulum, caput

femur terlihat di depan acetabulum socketnya dengan arah maju ke

depan (forward direction) sehingga daerah panggul mengalami

abduksi dan rotasi eksterna menjauhi dari bagian tengah tubuh.

3. Dislokasi Sentral terjadi apabila kaput femur terdorong ke dinding

medial acetabulum pada rongga panggul, namun kapsul tetap utuh.

Terdapat pembengkakan di daerah tungkai proksimal tetapi posisi

tetap normal, nyeri tekan pada daerah trochanter, dan gerakan sendi

panggul menjadi terbatas.

Klasifikasi Dislokasi Sendi Panggul Anterior menurut Epstein yaitu :

Tipe 1 : Dislokasi superior termasuk pubis dan subspinosa

1A Tidak terdapat fraktur

1B Terdapat fraktur atau impaksi dari caput femur

1C Terdapat fraktur dari acetabulum

Tipe 2 : Dislokasi inferior termasuk obturator dan perineal

2A Tidak terdapat fraktur

2B Terdapat fraktur atau impaksi dari caput femur

2C Terdapat fraktur acetabulum

28

Page 29: Referat Dislokasi

Congenital Hip Joint Dislocation

Dislokasi panggul kongenital merupakan suatu fase ketidakstabilan

sendi panggul pada bayi baru lahir. Dalam keadaan normal, panggul

bayi baru lahir dalam keadaan stabil dan sedikit fleksi. Insidensi

ketidakstabilan adalah 5-20 per 1000 kelahiran hidup, namun biasanya

panggul menjadi stabil secara spontan dan dengan pemeriksaan ulang

3 minggu setelah kelahiran insidensi berkurang menjadi 1-3 per 1000

kelahiran hidup. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal

diantaranya faktor genetik, faktor hormonal yaitu tingginya kadar

estrogen, progesterone, dan reaksi lain pada ibu dalam beberapa

minggu terakhir kehamilan dapat memperlonggar ligamentum pada

bayi, malposisi intrauterine (terutama posisi bokong dengan kaki yang

ekstensi) dapat mempermudah terjadinya dislokasi hal ini berhubungan

dengan lebih tingginya insidensi pada bayi yang merupakan anak

sulung dimana versi spontan kemungkinan untuk terjadinya lebih

kecil, serta faktor pasca kelahiran. Dislokasi sendi panggu secara

kongenital memiliki gambaran klinis yaitu asimetri pada lipatan-

lipatan kulit paha. Pemeriksaan klinik untuk mengetahui dislokasi

panggul bawaan pada bayi baru lahir adalah uji Ortolani, uji Barlow,

dan terdapatnya tanda Galleazi.

Gambar 12. Foto Rontgen Dislokasi Sendi Panggul

29

Page 30: Referat Dislokasi

5. Dislokasi sendi lutut (kneecap joint)

Dislokasi patella paling sering disebabkan oleh robeknya ligamen

yang berfungsi untuk menstabilkan dari sendi lutut tersebut. Ligamen

yang paling sering mengalami cedera dalam hal ini yaitu ligamentum

krusiatum, dimana hal ini dapat terjadi ketika bagian lateral dari lutut

mengalami suatu tekanan atau benturan keras. Padahal ligamen ini

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk penyembuhannya.

Dislokasi sendi lutut atau patella ini dapat menyebabkan cederanya

otot quadriceps, yang akan memperparah dalam hal ini terutama bila

terjadi efusi pada bagian lutut atau dalam keadaan terlalu cepat

melakukan pemanasan, dan terlalu cepat untuk kembali melakukan

suatu aktivitas (olahraga). Dislokasi pada sendi lutut jarang terjadi. Hal

ini terjadi akibat trauma yang cukup besar seperti terjatuh, tabrakan

mobil, dan cedera yang terjadi secara cepat. Bila sendi lutut mengalami

dislokasi, maka akan terlihat terjadinya deformitas. Bentuk dari kaki

akan terlihat bengkok atau mengalami angulasi. Kadang dislokasi pada

sendi lutut ini akan mengalami relokasi secara sendiri. Lutut dalam hal

ini akan menjadi sangat bengkak dan sakit.

Gambar 13. Dislokasi Sendi Lutut

30

Page 31: Referat Dislokasi

Anatomi

Sendi lutut dibentu oleh epifisis distalis tulang femur, epifisis

proksimalis, tulang tibia dan tulang patella, serta mempunyai beberapa

sendi yang terbentuk dari tulang yang berhubungan, yaitu antar tulang

femur dan patella disebut articulatio patella femoral, antara tulang tibia

dengan tulang femur disebut articulatio tibio femoral dan antara tulang

tibia dengan tulang fibula proksimal disebut articulatio tibio fibular

proksimal.

Sendi lutut merupakan suatu sendi yang disusun oleh beberapa

tulang, ligamen beserta otot, sehingga dapat membentuk suatu

kesatuan yang disebut dengan sendi lutut atau knee joint.

Gambar 14. Anatomi Sendi Lutut

Anatomi sendi lutut terdiri dari:

1. Tulang pembentuk sendi lutut antara lain:

a. Tulang femur

Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang

kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan

31

Page 32: Referat Dislokasi

acetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris.

Di sebelah atas dan bawah dari columna femoris terdapat taju yang

disebut trochanter mayor dan trochanter minor, di bagian ujung

membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang

disebut condyles medialis dan condyles lateralis, di antara kedua

condyles ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung

lutut (patella) yang disebut dengan fossa condyles.

b. Tulang tibia

Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal melekat

pada os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian dengan

tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebutnos malleolus

medialis.

c. Tulang fibula

Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang

membentuk persendian lutut dengan os femur pada bagian

ujungnya. Terdapat penonjolan yang disebut os maleollus lateralis

atau mata kaki luar.

d. Tulang patella

Jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan

yang berubah hanya jarak patella dengan femur. Fungsi patella di

samping sebagai perekatan otot-otot atau tendon adalah sebagai

pengungkit sendi lutut. Pada posisi fleksi lutut 90, kedudukan

patella di antara kedua condyles femur dan saat ekstensi maka

patella terletak pada permukaan anterior femur.

32

Page 33: Referat Dislokasi

2. Ligamentum pembentuk sendi lutut

Gambar 15. Susunan Ligamen Sendi Lutut

Susunan ligamen sendi lutut, yaitu:

a. Ligamentum krusiatum anterior

b. Meniscus lateralis

c. Ligamen collateral fibula

d. Ligamen capitis fibula posterior

e. Caput fibula

f. Femur, condyles medial

g. Ligamen meniscofemorale posterior

h. Ligamen collateral tibia

i. Ligamen popliteum obliqum

j. Ligamen cruciatum posterior

6. Dislokasi sendi pergelangan kaki (ankle joint)

Dislokasi pergelangan kaki (ankle) adalah suatu kondisi dimana

rusaknya dan robeknya jaringan konektif di sekitar pergelangan kaki

disertai dengan berubahnya posisi tulang dalam suatu daerah

33

Page 34: Referat Dislokasi

persendian. Pergelangan kaki terdiri dari dua tulang yaitu tulang fibula

dan tibia yang berdampingan. Kedua tulang ini turut membangun

persendian pada pergelangan kaki. Sendi pergelangan kaki terdiri atas

kapsul sendi dan beberapa ligamen yang membantu kestabilan dari

persendian. Dalam pergerakannya, stretching atau pemanasan yang

berlebihan dapat merusak dari jaringan konektif yang ada, sehingga

tulang pada persendian ini dapat keluar dari posisi normalnya atau

mengalami dislokasi.

Gambar 16. Dislokasi Pergelangan Kaki

Dislokasi pergelangan kaki biasanya terjadi akibat trauma atau terjadi

dorongan yang keras terhadap tulang pergelangan sehingga terpisah. Hal

ini dapat terjadi akibat benturan langsung, kecelakaan motor atau pun

cedera berat pada pergelangan tersebut (severe sprain). Mekanisme dari

dislokasi ini terjadi sebagai kombinasi dari posisi plantar flexi pada bagian

pergelangan kaki namun kaki juga mengalami baik inversi maupun eversi

agar dapat menahan beban.

Seseorang dengan dislokasi pada pergelangan kakinya biasanya akan

merasakan nyeri yang sangat hebat ketika mengalami cedera. Nyeri

tersebut bahkan dapat membuat pasien tidak dapat melakukan aktivitas

serta menahan beban sama sekali. Nyeri biasanya dirasakan pada bagian

34

Page 35: Referat Dislokasi

pergelangan kaki namun dapat terjadi penjalaran nyeri pada bagian kaki

sekitarnya. Nyeri sendiri dapat dirasakan ketika bagian pergelangan kaki

tersebut disentuh. Selain nyeri didapatkan juga bengkak dalam hal ini.

Pergerakan dari sendi lutut ini juga akan semakin terbatas akibat

membengkaknya daerah sendi dalam hal ini. Mati rasa atau kebas dan

kesemutan juga dapat dirasakan pada bagian

Anatomi

Sendi ini merupakan modifikasi hinge joint. Sendi ini dibentuk

oleh ujung distal tibia, fibula dan talus (trochlea tali). Ujung distal tibia

dan fibula membentuk bangunan seperti garpu yang diperkuat oleh

ligamentum tibiofibularis anterior dan posterior. Tulang talus terletak

persis ditengah garpu tersebut. Maleollus lateralis lebih panjang

dibandingkan dengan maleollus medialis.

Pada bagian medial sendi ini diperkuat oleh ligamentum deltoid

atau ligamentum collaterale mediale, yang terdiri dari empat buah

ligamentum, yaitu :

Ligamentum tibionaviculare

Ligamentum tibiotalare posterior

Ligamentum tibiotalare anterior

Ligamentum tibiocalcaneare

Pada lateral sendi ini diperkuat oleh ligamentum “T” yang terdiri dari :

Ligamentum talofibulare anterior

Ligamentum talofibulare posterior

Ligamentum calcaneofibulare

Gerakan yang terjadi pada sendi ini yaitu dorsal fleksi dan plantar

fleksi. Dalam keadaan normal, plantar fleksi ini bias dilakukan sampai

punggung kaki segaris dengan permukaan depan tungkai bawah.

Dengan demikian, ROM plantar fleksi normal adalah 90. Dari jumlah

tersebut sendi pergelangan kaki ini hanya memberi andil sejumlah 45.

Dorsal fleksi mempunyai ROM +20 dari posisi netral. Posisi netral

35

Page 36: Referat Dislokasi

kaki adalah apabila posisi kaki membentuk sudut 90 dengan tungkai

bawah.

Gerakan plantar fleksi dihambat oleh ligamentum-ligamentum

yang berjalan dari maleollus bagian depan ke punggung kaki yaitu

ligamentum talofibulare anterior, tibiotalare anterior dan ligamentum

tibionaviculare.

Gerakan dorsal fleksi terutama dihambat oleh tendon Achilles.

Selain itu, karena trochlea tali bagian anterior lebih lebar daripada

bagian posterior sehingga pada saat gerakan dorsal fleksi, trochlea tali

bagian anterior ini terjepit rapat di antara kedua maleollus sehingga

tidak memungkinkan untuk bergerak ke dorsal fleksi lebih lanjut.

H. PEMERIKSAAN

1. Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan mengenai adanya riwayat trauma,

bagaimana mekanisme terjadinya trauma, apakah terasa ada sendi yang

keluar, bila trauma minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi

rekuren atau habitual.

2. Pemeriksaan Fisik

Look

a) Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang

mengalami dislokasi

b) Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang

mengalami dislokasi

c) Tampak adanya perubahan warna pada daerah yang mengalami

dislokasi sendi

Feel

Didapatkan nyeri tekan pada daerah sendi yang cedera.

36

Page 37: Referat Dislokasi

Move

Akan terlihat keterbatasan pada pergerakan sendi baik pada pergerakan

sendi secara aktif maupun pasif serta ketidakstabilan pada pergerakan

pasien serta dinilainya kekuatan otot pada daerah persendian.

Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan neurologis pada daerah

persendian yang mengalami cedera untuk mengetahui apakah terdapat

cedera persarafan pada daerah tersebut yang dapat menjadi komplikasi

dini dari dislokasi.

3. Pemeriksaan Penunjang

a) X-Ray : dilakukan pemeriksaan berupa foto rontgen pada daerah

persendian yang mengalami cedera, hal ini juga dilakukan guna

memastikan apakah terdapat fraktur pada tulang di daerah

persendian. Bisa juga dilakukan pemeriksaan radiologi melalui CT-

Scan ataupun MRI.

37

Page 38: Referat Dislokasi

Gambar 17. Foto Rontgen Dislokasi

b) Arteriogram : hal ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat

cedera pada pembuluh darah di daerah persendian yang mengalami

dislokasi.

I. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada seseorang dengan dislokasi

diantaranya

1) Cedera pada saraf yang dapat menyebabkan kelemahan pada

daerah otot yang dipersarafi.

2) Cedera pada pembuluh darah di tulang, bahkan dapat

menyebabkan avaskuler nekrosis (osteonekrosis).

3) Fraktur dislokasi, yang akan semakin memperburuk keadaan dari

pasien

J. PENATALAKSANAAN

1. Relokasi : Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi

adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian

yang bersangkutan pada sumbu memanjang. Tindakan reposisi ini

dapat dilakukan di tempat kejadian tanpa anastesi. Namun tindakan

reposisi tidak bisa dilakukan dengan reduksi ringan, maka diperlukan

reposisi dengan anastesi lokal dan obat – obat penahan rasa sakit.

Reposisi tidak dapat dilakukan jika penderita mengalami rasa nyeri

yang hebat, disamping tindakan tersebut tidak nyaman terhadap

penderita bahkan dapat menyebabkan syok neurogenik, ataupun

menimbulkan fraktur. Dislokasi sendi dasar misalnya dislokasi sendi

panggul memerlukan anestesi umum terlebih dahulu sebelum

direposisi.

2. Imobilisasi : sendi diimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau

traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil, beberapa hari

38

Page 39: Referat Dislokasi

beberapa minggu setelah reduksi gerakan aktif lembut tiga sampai

empat kali sehari dapat mengembalikan kisaran sendi,  sendi tetap

disangga saat latihan.

3. Dirujuk : Dislokasi yang kadang disertai oleh cederanya ligamen

bahkan fraktur pada tulang yang dapat semakin memperparah hal

tersebut, maka untuk mencegah hal tersebut setelah dilakukan

pemeriksaan dan penanangan awal maka perlu dilakukan rujukan

segera kepada spesialis ortopedi sehingga dapat diperiksa dan

ditangani lebih lanjut (dapat dilakukannya operasi atau tindakan

pembedahan).

Indikasi untuk dilakukan operasi atau pembedahan diantaranya :

1. Pada seseorang dengan dislokasi yang disertai fraktur di daerah

sekitar persendian

2. Pada dislokasi yang tidak dapat direposisi secara tertutup

3. Pada dislokasi yang memilki resiko ketidakstabilan dari sendi

berulang, osteonekrosis, serta arthritis pasca trauma

K. PROGNOSIS

Prognosis dislokasi sendi pada umumnya baik apabila tidak terdapat

komplikasi lebih lanjut, dimana hal tersebut didukung dengan

dilakukannya fisioterapi yang rutin pada daerah persendian tersebut

sehingga fungsi dari sendi dapat kembali normal dalam beberapa bulan.

39

Page 40: Referat Dislokasi

BAB IIIKESIMPULAN

Dislokasi harus ditangani dengan segera karena penundaan tindakan dapat

menimbulkan nekrosis avaskular tulang persendian serta kekakuan sendi. Dengan

penanganan yang segera dan tepat, prognosis dislokasi sendi pada umumnya baik

apabila tidak terdapat komplikasi lebih lanjut, dimana hal tersebut didukung

dengan dilakukannya fisioterapi yang rutin pada daerah persendian tersebut

sehingga fungsi dari sendi dapat kembali normal dalam beberapa bulan.

40

Page 41: Referat Dislokasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Ed 25. Jakarta : EGC, 1998.

2. Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong. Ed 3.

Jakarta : EGC, 2010.

3. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed 6. Jakarta :

EGC, 2006.

4. Yang NP, Chen HC, Phan DV, Yu IL, Lee YH, Chan CL, et al.

Epidemiological survey of orthopedic joint dislocations based on

nationwide insurance data in Taiwan, 2000-2005. BMC Muskuloskeletal

Disorders 2011, 12:253.

41

Page 42: Referat Dislokasi

5. Gammon Matthew. Hip Dislocation. Medscape. 2014. Available from :

http://emedicine.medscape.com/article/86930-overview. Updated March

27th, 2014.

6. William C, Shiel Jr. Knee Dislocation. Emedicine Health. 2014. Available

from : http://www.emedicinehealth.com/knee_dislocation/article_em.htm.

7. Keany JE. Ankle Dislocation in Emergency Medicine. Available from :

http://emedicine.medscape.com/article/823087-overview. Updated

October 29th, 2012.

8. Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal

System. 3rd ed. USA : Lippincott Williams and Wilkins. 1999. p 619-23.

9. Chairuddin, R. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, ed 3. Jakarta: PT. Yarsif

Watampone, 2007.

10. Kwon Y, Zuckerman J. Chapter 34: Subluxations and Dislocations About

The Glenohumeral Joint. Available at :

http://www.msdlatinamerica.com/ebooks/RockwoodGreensFracturesinAd

ults/sid930742.html. Acessed on: October 5th 2014.

11. Nordin M, Frankel H. basic Biomechanic of the Musculoskeletal System.

Lea and Febriger. London: 225-34.

12. Anonym. Glenohumeral Dislocation. Available at:

http://www.ebmedicine.net/topics.php?

paction=showTopicSeg&topic_id=120&seg_id=2486. Accessed on:

September 29th 2014.

13. Leonard B, Goldstein. Dislocated Shoulder: Approaches to Lessen the

Pain of Reduction Techniques. Available at:

http://www.practicalpainmanagement.com/pain/other/dislocated-shoulder-

approaches-lessen-pain-reduction-techniques. Acessed on: September 20th

2014.

14. Cluett J. Lunate Dislocation. Available at:

http://orthopedics.about.com/od/wristconditions/qt/lunate.htm. Accessed

on: September 29th 2014.

42

Page 43: Referat Dislokasi

15. Mochart M. Wrist Fractures and Dislocation. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/1285825-overview. Accessed on:

September 25th 2014.

16. Halimi K. Wrist Dislocation in Sport Medicine. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/98552-overview. Accessed on:

October 3rd 2014.

17. Haelstad M. Elbow Dislocation. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/96758-overview. Accessed on:

September 27th 2014.

18. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Elbow Dislocation.

Available at: http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00029. Accessed

on: October 2nd 2014.

43