Top Banner
TUGAS REFRAT BRONKIEKTASIS Pembimbing dr Riana Sari , Sp.P Disusun Oleh ADINDA PERMATA J.500.070.033 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA BALAI BESAR KESEHATAN PARU SURAKARTA 1
27

referat bronkiektasis Adinda

Dec 30, 2014

Download

Documents

bronkiektasis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: referat bronkiektasis Adinda

TUGAS REFRAT

BRONKIEKTASIS

Pembimbing

dr Riana Sari , Sp.P

Disusun Oleh

ADINDA PERMATA J.500.070.033

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BALAI BESAR KESEHATAN PARU SURAKARTA

2012

1

Page 2: referat bronkiektasis Adinda

BAB I

PENDAHULUAN

Bronkiektasis merupakan pelebaran dan distorsi bronkus ukuran

sedang (diameter jalan nafas >2 mm) yang bersifat permanen dan

irreversibel. Dilatasi bronkus sering berhubungan dengan pneumonia akut

dan dengan beberapa tipe atelektasis, tetapi pada pneumonia atau

atelektasis, dilatasi akan sembuh sendiri (90% dalam 3 bulan).

Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal, dapat terjadi melalui

berbagai cara dan merupakan akibat dari beberapa keadaan yang

mengenai dinding bronkial, baik secara langsung maupun tidak, yang

mengganggu sistem pertahanannya. Keadaan ini mungkin menyebar luas,

atau mungkin muncul di satu atau dua tempat. Secara khusus,

bronkiektasis menyebabkan pembesaran pada bronkus yang berukuran

sedang, tetapi bronkus berukuran kecil yang berada dibawahnya sering

membentuk jaringan parut dan menyempit. Kadang-kadang bronkiektasis

terjadi pada bronkus yang lebih besar, seperti yang terjadi pada

aspergilosis bronkopulmoner alergika (suatu keadaan yang disebabkan

oleh adanya respon imunologis terhadap jamur Aspergillus).1

Di negara barat angka kematian dan kesakitan terus meningkat,

kondisi ini tetap menjadi salah satu alasan untuk menjadi perhatian

mengenai angka kesakitan di negara berkembang. Berbagai macam

faktor telah diidentifikasi sebagai predisposisi terjadinya bronkiektasis

fibrosis non kistik (non-CF). Infeksi berulang, defisiensi imun, kemasukan

benda asing, asma, tuberculosis dan diskinesia primer bulu getar adalah

beberapa hal yang menjadi faktor resiko. Bronkiektasis post infeksi pada

penderita normal akan sering menyertai dan di negara berkembang

beberapa pasien dengan kelainan tersebut memiliki penyakit sistemik

yang mendasari.1,2,

BAB II

2

Page 3: referat bronkiektasis Adinda

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya

dilatasi (ektasis) dan distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan

berjalan kronik, persisten atau irrevesibel. Kelainan bronkus tersebut

disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa

destruksi elemen elastis, otot polos brokus, tulang rawan dan pembuluh-

pembuluh darah. Brokus yang terkena umumnya adalah bronkus ukuran

sedang (medium size), sedangkan bronkus besar umumnya jarang.3

B. Klasifikasi

Berdasarkan kelainan anatomis bronkiektasis, dibagi 3 variasi:

1. Bronkiektasis tabung (tubular, silindris, fusiformis), merupakan

bronkiektasis yang paling ringan dan sering ditemukan pada

bronkiektasis yang menyertai bronchitis kronik.

2. Bronkiektasis Kantong (saccular) merupakan bentuk bronkiektasis

yang klasik, ditandai dengan adanya dilatasi dan penyempitan

bronkus yang bersifat irregular. Bentuk ini kadang – kadang

berbentuk kisata (cystic bronkiektasis).

3. Bronkiektasis varicose merupakan bentuk diantara bentuk tabung

dan kantung. Istilah ini digunakan karena perubahan bentuk

bronkus menyerupai varises pembuluh vena.

Anatomi Bronkus

Dari gambar 1 dapat kita lihat bahwa cabang utama bronkus kanan

dan kiri akan bercabang menjadi bronkus lobaris dan bronkus

segmentalis. Percabangan ini berjalan terus-menerus menjadi bronkus

yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus

terminalis, yaitu bronkiolus yang tidak mengandung alveoli. Bronkiolus

terminalis mempunyai diameter kurang lebih 1 mm. Bronkiolus tidak

diperkuat oleh kartilago tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga

3

Page 4: referat bronkiektasis Adinda

ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara sampai pada tingkat ini

disebut saluran penghantar udara karena fungsinya menghantarkan udara

ke tempat pertukaran gas terjadi. Setelah bronkiolus terdapat asinus yang

merupakan unit fungsional dari paru. Asinus terdiri atas bronkiolus

respiratorius, duktus alveolaris dan sakkus alveolaris terminalis. Asinus

atau kadang disebut lobulus primer memiliki diameter 0,5 sampai 1 cm.

Terdapat sekitar 23 percabangan mulai dari trakea sampai sakkus

alveolaris terminalis. Alveolus dipisahkan dari alveolus di dekatnya oleh

septum. Lubang pada dinding ini dinamakan pori-pori Kohn yang

memungkinkan komunikasi antara sakkus. Alveolus hanya selapis sel

saja, namun jika seluruh alveolus yang berjumlah sekitar 300 juta itu

dibentangkan akan seluas satu lapangan tenis.

Gambar 1. Anatomi Bronkus.

Bronkus dextra, mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih

pendek dan letaknya lebih vertikal daripada bronkus sinistra. Hal ini

disebabkan oleh desakan dari arcus aortae pada ujung caudal trachea ke

arah kanan, sehingga benda-benda asing mudah masuk ke dalam

bronkus dextra. Panjangnya kira-kira 2,5 cm dan masuk kedalam hilus

pulmonis setinggi vertebra thoracalis VI. Vena Azygos melengkung di

sebelah cranialnya. Ateria pulmonalis pada mulanya berada di sebelah

inferior, kemudian berada di sebelah ventralnya. Membentuk tiga cabang

(bronkus sekunder), masing-masing menuju ke lobus superior, lobus

4

Page 5: referat bronkiektasis Adinda

medius, dan lobus inferior. Bronkus sekunder yang menuju ke ke lobus

superior letaknya di sebelah cranial a.pulmonalis dan disebut bronkusepar

ter ialis. Cabang bronkus yang menuju ke lobus medius dan lobus inferior

berada di sebelah caudal a.pulmonalis disebut bronkushyparterialis.

Selanjutnya bronkus sekunder tersebut mempercabangkan bronkus tertier

yang menuju ke segmen pulmo.4

Bronkus sinistra, mempunyai diameter yang lebih kecil, tetapi

bentuknya lebih panjang daripada bronkus dextra. Berada di sebelah

caudal arcus aortae, menyilang di sebelah ventral oesophagus, ductus

thoracicus, dan aorta thoracalis. Pada mulanya berada di sebelah superior

arteri pulmonalis, lalu di sebelah dorsalnya dan akhirnya berada di

sebelah inferiornya sebelum bronkus bercabang menuju ke lobus superior

dan lobus inferior, disebut letak bronkus hyparterialis. Pada tepi lateral

batas trachea dan bronkus terdapat lymphonodus tracheobronchialis

superior dan pada bifurcatio trachea (di sebelah caudal) terdapat

lymphonodus tracheobronchialis inferior. Bronkus memperoleh

vascularisasi dari a.thyroidea inferior. Innervasinya berasal dari N.vagus,

n. Recurrens, dan truncus sympathicus.4

C. Etiologi

Bronkiektasis sampai sekarang masih belum jelas. Namun diduga

bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat.

1. Kelainan kongenital

Bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam kandungan.

Faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan perkembangan

memegang peranan penting. Bronkiektasis yang timbul kongenital

biasanya mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau

kedua bronkus. Selain itu, bronkiektasis kongenital biasanya menyertai

penyakit-penyakit kongenital seperti Fibrosis kistik, Kertagener

Syndrome, William Campbell syndrome, Mounier-Kuhn Syndrome, dll.3

2. Kelainan didapat

5

Page 6: referat bronkiektasis Adinda

Bronkietasis yang didapat sering berkaitan dengan obstruksi

bronkus. Dilatasi bronkus mungkin disebabkan karena kelainan

didapat dan kebanyakan merupakan akibat dari proses berikut:

a. Infeksi

Bronkiektasis sering terjadi sesudah seorang anak

menderita pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama.

Pneumonia merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang

diderita semasa anak, tuberkulosis paru, dan sebagainya.3

Kehadiran Staphylococcus aureus dikaitkan dengan fibrosis

kistik atau aspergillosis bronkopulmonalis alergi. Aspergillus

fumigatus merupakan organisme komensal. Aspergillosis

bronkopulmonalis alergi adalah suatu keadaan yang

mempengaruhi pasien asma dan melibatkan kerusakan saluran

napas yang disebabkan oleh beberapa faktor. Bronkiektasis pada

pasien dengan aspergillosis bronkopulmonalis alergi ini disebabkan

oleh reaksi imun pada aspergillus, kerja dari mikotoksin, elastase

dan interleukin-4 dan interleukin-5 dan pada tahap kemudian terjadi

invasi jamur secara langsung pada saluran napas. Sebuah laporan

baru-baru ini menunjukkan peningkatan dan penurunan fungsi paru

dengan penggunaan kortikosteroid setelah terapi itrakonazol

menunjukkan organisme Aspergillus juga mungkin menginfeksi.

Tidak mengherankan bahwa bronkiektasis dapat digambarkan

pada pasien dengan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS),

menyebabkan terjadinya infeksi saluran pernapasan berulang dan

merusak respons host. Kebanyakan pasien memiliki jumlah CD4

yang rendah, sebelumnya ada infeksi piogenik, pneumocystic, dan

infeksi mikobakteri, dan pneumonia interstisial limfositik (pada

anak). 1

b. Obstruksi bronkus

Obstruksi bronkus dapat disebabkan oleh berbagai macam

sebab seperti korpus alienum, karsinoma bronkus atau tekanan

6

Page 7: referat bronkiektasis Adinda

dari luar lainnya terhadap bronkus. Menurut penelitian para ahli

diketahui bahwa infeksi ataupun obstruksi bronkus tidak selalu

nyata (automatis) menimbulkan bronkiektasis.

Gambar 2. Perbedaan gambaran paru-paru normal dengan

paru-paru pengidap bronkiektasis.

D. Epidemiologi

Bronkiektasis merupakan penyebab kematian yang amat penting pada

negara-negara berkembang. Di negara-negara maju seperti AS,

bronkiektasis mengalami penurunan seiring dengan kemajuan

pengobatan. Prevalensi bronkiektasis lebih tinggi pada penduduk dengan

golongan sosioekonomi yang rendah. Bronkiektasis umumnya terjadi pada

penderita dengan umur rata-rata 39 tahun, terbanyak pada usia 60 – 80

tahun. Sebab kematian yang terbanyak pada bronkiektasis adalah karena

gagal napas. Lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki, dan

yang bukan perokok.4,5

E. Patofisiologi

Berdasarkan defenisinya, bronkiektasis menggambarkan suatu

keadaan dimana terjadi dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam

diameter) yang merupakan akibat dari destruksi komponen muskular dan

elastis pada dinding bronkus. Rusaknya kedua komponen tersebut adalah

7

Page 8: referat bronkiektasis Adinda

akibat dari suatu proses infeksi, dan juga oleh pengaruh cytokine

inflamasi, nitrit okside dan netrophilic protease yang dilepaskan oleh

system imun tubuh sebagai respon terhadap antigen.5

Bronkiektasis dapat terjadi pada kerusakan secara langsung dari

dinding bronkus atau secara tidak langsung dari intervensi pada

pertahanan normal jalan nafas. Pertahanan jalan nafas terdiri dari silia

yang berukuran kecil pada jalan nafas. Silia tersebut bergerak berulang-

ulang, memindahkan cairan berupa mucus yang normal melapisi jalan

nafas. Partikel yang berbahaya dan bakteri yang terperangkap pada

lapisan mukus tersebut akan dipindahkan naik ke tenggorokan dan

kemudian batukkan keluar atau tertelan.5

Gambar 3. Gambaran bronkus pada bronkiektasis

F. Diagnosis

1. Gambaran klinis

Manifestasi klasik dari bronkiektasis adalah batuk dan

produksi sputum harian yang mukopurulen sering berlangsung

8

Page 9: referat bronkiektasis Adinda

bulanan sampai tahunan. Batuk kronik yang produktif merupakan

gejala yang menonjol. Terjadi hampir 90% pasien.1,3

Sputum yang bercampur darah atau hemoptisis dapat

menjadi akibat dari kerusakan jalan napas dengan infeksi akut.

Sputum yang dihasilkan dapat berbagai macam, tergantung berat

ringannya penyakit dan ada tidaknya infeksi sekunder. Sputum

dapat berupa mukoid, mukopurulen, kental dan purulen. Jika terjadi

infeksi berulang, sputum menjadi purulen dengan bau yang tidak

sedap. Dahulu, jumlah total sputum harian digunakan untuk

membagi karakteristik berat ringannya bronkiektasis. Sputum yang

kurang dari 10 ml digolongkan sebagai bronkiektasis ringan,

sputum dengan jumlah 10-150 ml perhari digolongkan sebagai

bronkiektasis moderat dan sputum lebih dari 150 ml digolongkan

sebagai bronkiektasis berat. Namun sekarang, berat ringannya

bronkiektasis dikalsifikasikan berdasarkan temuan radiologis. Pada

pasien fibrosis kistik, volume sputum pada umumnya lebih banyak

dibanding penyakit penyebab bronkiektasis lainnya. Dispnea dan

mengi terjadi pada 75 % pasien. Nyeri dada pleuritis terjadi pada 50

% pasien dan mencerminkan adanya distensi saluran napas perifer

atau pneumonitis distal yang berdekatan dengan permukaan pleura

viseral. 1

2. Pemeriksaan fisik

Ditemukannya suara napas tambahan pada pemeriksaan

fisik dada, termasuk crackles (70 %), wheezing (34 %), dan ronki

(44 %) adalah petunjuk untuk diagnosis. Dahulu, clubbing finger

atau jari tabuh adalah gambaran yang sering ditemukan, tapi saat

ini prevalensi gambaran tersebut hanya 3 %. Penyakit utama yang

mengaburkan bronkiektasis adalah penyakit paru obstruktif kronik

(PPOK). Perbandingan gambaran dari dua kondisi disajikan pada

Tabel 1.

Tabel.1 Perbedaan antara PPOK dan bronkiektasis

9

Page 10: referat bronkiektasis Adinda

Variabel PPOK Bronkiektasis

Penyebab Merokok Infeksi/genetik/imun

defek

Infeksi Sekunder Primer

Predominan organisme

dalam sputum

Streptococcus

pneumoniae,

Heamophilus influenzae

Heamophilus influenzae,

Pseudomonas

aeroginosa

Obstruksi saluran napas

dan hiperresponsif

+ +

Rontgen thoraks Hiperlusens, hiperinflasi,

dilatasi saluran napas

Dilatasi dan penebalan

saluran napas, mukous

plug

Sputum Mukoid, jernih Purulen, 3 lapis

3. Pemeriksaan penunjang

a) Spirometri

Pada spirometri sering menunjukkan keterbatasan aliran

udara, dengan rasio penurunan volume ekspirasi paksa dalam satu

detik (FEV1) untuk memaksa volume kapasitas paksa (FVC), FVC

normal atau sedikit berkurang dan FEV1 menurun. Penurunan FVC

menunjukkan bahwa saluran udara tertutup oleh lendir, dimana

saluran napas kolaps saat ekspirasi paksa atau adanya

pneumonitis pada paru. Merokok dapat memperburuk fungsi paru

dan mempercepat kerusakan. Hyperresponsiveness saluran napas

dapat ditunjukkan, dimana 40 % pasien memiliki 15 % atau

peningkatan yang lebih besar pada FEV1 setelah pemberian agonis

beta-adrenergik, dan 30 sampai 69 % pasien yang tidak memiliki

terlihat penurunan FEV1 memiliki 20 % penurunan FEV1 setelah

pemberian histamin atau methacholine.

b) Pemeriksaan radiologis

10

Page 11: referat bronkiektasis Adinda

Rontgen thoraks

Dengan pemeriksaan foto thoraks, maka pada bronkiektasis

dapat ditemukan gambaran seperti dibawah ini:4,5

a. Ring shadow

Terdapat bayangan seperti cincin dengan berbagai

ukuran (dapat mencapai diameter 1 cm). Dengan jumlah

satu atau lebih bayangan cincin sehingga membentuk

gambaran ‘honeycomb appearance’ atau ‘bounches of

grapes’ (gambar 5). Bayangan cincin tersebut menunjukkan

kelainan yang terjadi pada bronkus.

b. Tramline shadow

Gambaran ini dapat terlihat pada bagian perifer paru.

Bayangan ini terlihat terdiri atas dua garis paralel yang putih

dan tebal yang dipisahkan oleh daerah berwarna hitam.

Gambaran seperti ini sebenarnya normal ditemukan pada

daerah parahilus.Tramline shadow yang sebenarnya terlihat

lebih tebal dan bukan pada daerah parahilus

Gambar 4. Gambaran honeycomb appearance.

c. Tubular shadow Ini merupakan bayangan yang putih dan

tebal. Lebarnya dapat mencapai 8 mm. Gambaran ini

sebenarnya menunjukkan bronkus yang penuh dengan

sekret. Gambaran ini jarang ditemukan, namun gambaran ini

khas untuk bronkiektasis (gambar 6B).

11

Page 12: referat bronkiektasis Adinda

(A) (B)

Gambar 5. (A). Tanda panah menunjukan gambaran Ring

shadow, (B). Gambaran tubular shadow.

Bronkografi

Merupakan pemeriksaan foto dengan pengisian media

kontras ke dalam sistem saluran bronkus pada berbagai posisi (AP,

Lateral, Oblik). Pemeriksaan ini selain dapat menentukan adanya

bronkiektasis, juga dapat menentukan bentuk-bentuk bronkiektasis

yang dibedakan dalam bentuk silindris (tubulus, fusiformis), sakuler

(kistik) dan varikosis.1

Gambar 6. Bronkografi; kini teknik yang kuno namun

elegan dapat menunjukkan bronkiektasis silindris yang

disertai dilatasi bronkus lobus bawah

12

Page 13: referat bronkiektasis Adinda

CT-Scan thorax

CT-Scan dengan resolusi tinggi menjadi pemeriksaan

penunjang terbaik untuk mendiagnosis bronkiektasis,

mengklarifikasi temuan dari foto thorax dan melihat letak kelainan

jalan napas yang tidak dapat terlihat pada foto polos thorax. CT-

Scan resolusi tinggi mempunyai sensitivitas sebesar 97% dan

spesifisitas sebesar 93%. CT-Scan resolusi tinggi akan

memperlihatkan dilatasi bronkus dan penebalan dinding bronkus.

Modalitas ini juga mampu mengetahui lobus mana yang terkena,

terutama penting untuk menentukan apakah diperlukan

pembedahan.3,4

CT-Scan, terutama resolusi tinggi dapat menghasilkan

gambar yang menunjukan dilatasi saluran napas dengan ketebalan

dengan ketebalan 1,0-1,55 mm (Gambar 9 dan 10). Sebagai

konsekuensinya, saat ini pemeriksaan ini adalah teknik standar

atau untuk mengkonfirmasi diagnosis bronkiektasis.3,4

G.Penatalaksanaan

a. Pengelolaan Umum

Pengelolaan ini ditujukan terhadap semua pasien bronkiektasis,

meliputi:

13

Gambar 8. Pada CT resolusi tinggi menunjukan dilatasi saluran napas pada kedua lobus dan lingula. Pada potongan melintang, dilatasi saluran napas menunjukan ringlike appearance.

Page 14: referat bronkiektasis Adinda

1. Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien

Contohnya membuat ruangan hangat, udara ruangan kering,

mencegah atau menghentikan merokok, mencegah atau

menghindari debu, asap dan sebagainya.3

2. Memperbaiki drainase sekret bronkus

Melakukan drainase portural tindakan ini merupakan cara

yang paling efektif untuk mengurangi gejala, tetapi harus terjadi

secara terus-menerus. Pasien diletakkan dengan posisi tubuh

sedemikaian rupa sehingga dapat dicapai drainase sputum secara

maksimal. Tiap kali melakukan drainase postural dikerjakan selama

10-20 menit samapi sputum tidak keluar lagi dan tiap hari

dikerjakan 2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah

usaha mengeluarkan sputum dengan bantuan gravitasi. Untuk

keperluan tersebut, posisi tubuh saat dilakukan drainase postural

harus disesuaikan dengan letak bronkiektasisnya. Tujuannya

adalah untuk menggerakkan sputum dengan pertolongan gaya

gravitasi agar menuju ke hilus paru bahkan mengalir sampai

tenggorokan sehingga mudah dibatukkan keluar. Apabila dengan

mengatur posisi tubuh pasien seperti tersebut diatas belum

diperoleh drainase sputum secara maksimal dapat dibantu dengan

tindakan memberikan ketukan dengan jari pada punggung pasien

(tabotage).3

b. Pengelolaan khusus

1. Kemoterapi

Kemoterapi pada bronkiektasis dapat digunakan:1). Secara

kontinyu untuk mengontrol infeksi bronkus (ISPA), 2). Untuk

pengobatan eksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru, atau 3).

Keduanya. Kemoterapi disini mengunakan obat antibiotik tertentu.

Pemilihan antibiotik mana yang harus dipakai sebaiknya

berdasarkan hasil uji sensitivitas kuman terhadap antibiotik.

14

Page 15: referat bronkiektasis Adinda

Antibiotik hanya diberikan kalau diperlukan saja, yaitu apabila

terdapat eksaserbasi infeksi akut. Antibiotik diberikan selama 7-10

hari, terapi tunggal atau kombinasi beberapa antibiotik, samapai

kuman penyebab infeksi terbasmi atau sampai terjadi konversi

warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid

(putih jernih). Selanjutnya ada dosis pemeliharaan. Ada yang

berpendapat bahwa kemoterapi dengan antibiotik ini apabila

berhasil akan dapat mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan

gejala lainnya terutama pada saat ada eksaserbasi akut, tetapi

keadaan ini hanya bersifat sementara.3

2. Drainase sekret dengan bronkoskop

Cara ini penting dikerjakan terutama pada permulaan

perawatan pasien. Keperluannya antara lain adalah untuk 1).

Menentukan darimana asal sekret, 2). Mengidentifikasi lokali

stenosis atau obstruksi bronkus, dan 3). Menghilangkan obstruksi

bronkus dengan sustion drainage daerah obstruksi tadi (misalnya

pada pengobatan atelektasis paru).

3. Pengobatan simtomatik

Pengobatan ini hanya diberikan jika timbul gejala yang

mungkin menganggu atau membahayakan pasien.

a) Pengobatan obstruksi bronkus

Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang

diketahui dari hasil uji faal paru (% VEP1 < 70%) dapat diberikan

obat bronkodilator. Sebaiknya sewaktu dilakukan uji faal paru

dan diketahui adanya tanda obstruksi saluran napas sekaligus

dilakukan tes terhadap obat bronkodilator. Apabila hasil tes

bronkodilator positif, pasien perlu diberikan obat bronkodilator

tersebut.3

b) Pengobatan hipoksia

Pada pasien yang mengalami hipoksia (terutama pada

waktu terjadinya eksaserbasi akut) perlu diberikan oksigen.

15

Page 16: referat bronkiektasis Adinda

Apabila pada pasien telah terdapat komplikasi bronkitis kronik,

pemberian oksigen harus hati-hati, harus dengan aliran rendah

(cukup 1 liter/menit).3

c) Pengobatan hemoptisis

Apabila perdarahan cukup banyak (masif), mungkin

merupakan perdarahan arterial yang memerlukan tidakan

operatif segera untuk menghentikan perdarahannya, dan

sementara harus diberikan transfusi darah untuk menggantikan

darah yang hilang.3

Hemoptisis yang mengancam kehidupan (lebih dari 600 ml

darah per hari) dapat terjadi pada pasien dengan bronkiektasis.

Setelah jalan napas telah dilindungi dengan pasien berbaring di

sisi tempat perdarahan yang dicurigai atau dengan intubasi

endotrakeal, bronkoskopi atau CT dari thoraks diyakinkan

membantu menentukan lobus atau sisi yang mengalami

perdarahan. Jika intervensi radiologi tersedia, aortography dan

kanulasi dari arteri bronkial untuk memgambarkan lokasi

ekstravasasi darah atau neovaskularisasi sehingga embolisasi

yang dapat ditunjukan. Pembedahan mungkin masih diperlukan

untuk direseksi daerah yang dicurigai mengalami perdarahan.3,1

d) Pengobatan demam

Pada pasien dengan eksaserbasi akut sering terdapat

demam, terlebih jika terjadi septikemia. Pada keadaan ini selain

perlu diberikan antibiotik yang sesuai, dosis cukup, perlu

ditambahkan abat antipiretik lainnya.

e) Pembedahan

Peran pembedahan untuk bronkiektasis telah menurun tetapi

tidak menghilang. Tujuan dari operasi pengangkatan tumor

termasuk menghilangkan tumor obstruktif atau residu dari benda

asing, pengangkatan segmen atau lobus yang paling rusak dan

16

Page 17: referat bronkiektasis Adinda

diduga berkontribusi terhadap eksaserbasi akut, sekret yang sangat

kental, impaksi lendir. Pengambilan daerah yang memiliki

perdarahan abnormal yang tidak terkontrol, dan pengambilan dari

paru rusak yang dicurigai menyembunyikan organisme seperti M.

MDR-TB atau avium M. complex. Tiga pusat bedah telah

menggambarkan pengalaman mereka dengan operasi tersebut

selama dekade terakhir, dengan rata-rata tindak lanjut empat

sampai enam tahun. Mereka telah mencatat perbaikan dalam

gejala di lebih dari 90 % pasien, dengan mortalitas perioperatif

kurang dari 3 %. 1

Indikasi pembedahan berupa pasien bronkiektasis yang

terbatas dan resektabel yang tidak berespon terhadap tindakan

konservatif yang adekuat, dan pasien bronkiektasis yang terbatas

tetapi sering mengalami infeksi berulang atau hemoptisis masif.

Kontraindikasi pembedahan berupa pasien bronkiektasis dengan

PPOK, pasien bronkiektasis berat dan pasien dengan komplikasi

korpulmonum kronik dekompensata.3

H. Prognosis

Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat-ringannya

serta luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan

pengobatan secara tepat (konservatif atau pembedahan) dapat

memperbaiki prognosis penyakit. Pada kasus yang berat dan tidak

diobati, prognosisnya buruk, survivalnya tidak akan lebih dari 5-15 tahun.

Kematian pasien tersebut biasanya karena pneumonia, empiema, payah

jantung kanan, hemoptisis dan lain-lain. Pada kasus-kasus tanpa

komplikasi bronkitis kronik berat dan difus biasanya disabilitasnya ringan.3

17

Page 18: referat bronkiektasis Adinda

DAFTAR PUSTAKA

1. Barker, Alan F, M.D., Bronkietasis, N Engl J Med, Vol. 346, No. 18 May

2, 2002

2. Rademacher, Jessica, et al. Bronchiectasis—Diagnosis and Treatment.

Diakses pada tanggal 12 Januari 2012 dari http://www.ncbi.nlm.nih.

gov /pmc/articles/PMC3244167/

18

Page 19: referat bronkiektasis Adinda

3. Rahmatullah P. Bronkiektasis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II

Edisi Kelima. Editor Aru W Sudoyo. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

2009.

4. Emmons EE. Bronchiectasis. Diakses pada tanggal 12 Januari 2012

dari http://emedicine.medscape.com/article/296961-overview#showall.

5. Hassan I. Bronchiectasis Imaging.Diakses pada tanggal 12 Januari

2012 dari http://emedicine.medscape.com/article/354167-overview#

showall.

19