Top Banner
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FKUP/RSHS BANDUNG Sari pustaka : /Januari/2010 Subdivisi : PICU Oleh : Yulia Ismail Pembimbing : dr. Hj. Enny Harliany, Sp.A(K) dr. H. Dadang Hudaya S, Sp.A(K) dr. Dzulfikar DLH, Sp.A, M. Kes dr. Stanza Uga P, SpA, M.Kes Hari/Tanggal : Selasa, 5 Januari 2010 PENGGUNAAN KRISTALOID DAN ATAU KOLOID PADA ANAK SAKIT KRITIS Pendahuluan Seorang anak dikatakan mengalami sakit kritis dan memerlukan perawatan di ruang intensif apabila terdapat kondisi tertentu misalnya penderita terpasang pipa endotrakeal atau keadaan emergensi yang memerlukan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik, terpasang trakeostomi, disritmia yang mengancam nyawa, trauma kepala dengan tekanan tinggi intrakranial, dll (Roberts, 1998). Hal ini dapat ditemukan pada keadaan sepsis, trauma, perdarahan, luka bakar, atau pembedahan. Pada anak dengan sakit kritis terjadi pelepasan sejumlah mediator inflamasi seta aktivasi leukosit yang menyebabkan kerusakan integritas endotel vaskular, meningkatkan permeabilitas vaskular, dan akhirnya menyebabkan ekstravasasi cairan ke interstisial (Aird, 2003). 1
18

Referat ba

Dec 15, 2015

Download

Documents

16 des
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Referat ba

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FKUP/RSHS BANDUNG

Sari pustaka : /Januari/2010

Subdivisi : PICU

Oleh : Yulia Ismail

Pembimbing : dr. Hj. Enny Harliany, Sp.A(K)

dr. H. Dadang Hudaya S, Sp.A(K)

dr. Dzulfikar DLH, Sp.A, M. Kes

dr. Stanza Uga P, SpA, M.Kes

Hari/Tanggal : Selasa, 5 Januari 2010

PENGGUNAAN KRISTALOID DAN ATAU KOLOID

PADA ANAK SAKIT KRITIS

Pendahuluan

Seorang anak dikatakan mengalami sakit kritis dan memerlukan perawatan di ruang

intensif apabila terdapat kondisi tertentu misalnya penderita terpasang pipa endotrakeal

atau keadaan emergensi yang memerlukan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik,

terpasang trakeostomi, disritmia yang mengancam nyawa, trauma kepala dengan tekanan

tinggi intrakranial, dll (Roberts, 1998). Hal ini dapat ditemukan pada keadaan sepsis,

trauma, perdarahan, luka bakar, atau pembedahan. Pada anak dengan sakit kritis terjadi

pelepasan sejumlah mediator inflamasi seta aktivasi leukosit yang menyebabkan

kerusakan integritas endotel vaskular, meningkatkan permeabilitas vaskular, dan akhirnya

menyebabkan ekstravasasi cairan ke interstisial (Aird, 2003).

Tujuan terapi cairan pada sakit kritis adalah mengembalikan volume intravaskular

baik makrosirkulasi atau mikrosirkulasi, meningkatkan pengiriman oksigen kepada

jaringan sehingga dapat memperbaiki hipoksia jaringan serta mencegah edema jaringan

(Boldt, 2003). Cairan yang sering digunakan sebagai terapi inisial adalah cairan kristaloid,

koloid, dan yang sedang dikembangkan adalah pemberian cairan dengan teknik small

volume rescucitation menggunakan cairan koloid hipertonik (Silva, 2005). Perbedaan yang

mendasar antara kristaloid dan cairan koloid adalah cairan koloid menghasilkan colloid

osmotic pressure (COP). Yang termasuk kedalam cairan kristaloid adalah Ringer Laktat

dan normal saline, sedangkan yang temasuk ke dalam koloid adalah starch, dekstran,

albumin (larutan 5% dalam normal saline) dan gelatin (ATS, 2004).

1

Page 2: Referat ba

Terapi cairan yang optimal pada sakit kritis hingga saat ini masih menjadi

perdebatan. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa resusitasi dengan cairan

kristaloid berhubungan dengan mortalitas yang lebih rendah dan albumin meningkatkan

mortalitas sebesar 4-6 % pada pasien sakit berat (Shierhout 1998, Cochrane 1998). Hal

yang harus dipertimbangkan dalam memilih jenis cairan pada anak sakit kritis antara lain

sifat farmakologis, pengaruh terhadap hemostasis dan koagulasi, efek samping, risiko

infeksi dan biaya (Sparrow 2002). Pada sari kepustakaan ini akan dibahas mengenai

komposisi cairan tubuh, patofisiologi endotel pada sakit kritis, berbagai jenis cairan koloid

dan kristaloid serta penggunaan kristaloid atau koloid untuk anak dengan sakit kritis.

Komposisi Cairan Tubuh

Jumlah seluruh cairan dalam tubuh manusia disebut cairan tubuh total (CTT). CTT

berbeda antara satu orang dengan lainnya. Banyak hal yang mempengaruhi CTT, antara

lain adalah usia dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, cukup bulan, CTT berkisar antara

75-80% berat badan, selanjutnya berubah selama masa anak hingga mencapai dewasa.

Pada bayi prematur, persentasi CTT terhadap berat badan lebih tinggi lagi. CTT selama

masa kanak-kanak besarnya kira-kira 65% berat badan. Pada masa remaja terjadi

perubahan komposisi tubuh yang dipengaruhi hormon seks. Selanjutnya, pria dewasa

memiliki CTT sekitar 60% berat badan, wanita dewasa sekitar 55%. CTT terbagi dalam 2

ruang utama yaitu ruang intrasel dan ruang ekstrasel. Jumlah semua cairan yang terdapat

di dalam sel tubuh disebut cairan intrasel (CIS), yang terdapat di luar sel disebut cairan

ekstrasel (CES). Cairan ekstrasel terbagi lagi menjadi cairan interstisial (CIN) dan cairan

intravaskular (CIV) (Thieme 2003).

Gambar 1. Distribusi cairan tubuh

Dikutip dari: Thieme 2003

2

Page 3: Referat ba

CES terutama mengandung larutan natrium klorida dan bikarbonat. Ion anorganik

lainnya, terdapat dalam jumlah yang kecil, seperti kalium, kalsium, magnesium sulfat dan

fosfat. Ion organik terbesar, berupa anion, adalah protein plasma. Natrium dan anionnya

merupakan partikel dominan yang mempertahankan air dalam CES, kadar Na dalam CES

140 mEq/L sedangkan dalam CIS hanya 5 mEq/L. Partikel yang dominan

mempertahankan air dalam CIS adalah kalium dan anionnya. Anion utama dalam CIS

adalah polivalen protein dan fosfat organik (Thieme 2003).Pada keadaan patologis

endotel kapiler dapat mengalami perubahan sifat hingga tidak lagi berfungsi sebagai

membran yang semipermeabel. Larutan glukosa yang masuk ke ruang intravaskular akan

mengalami metabolisme menjadi CO2 dan air. Larutan natrium yang masuk ke ruang

intravaskular akan memicu pelepasan aldosteron dan mempengaruhi osmoreseptor yang

berperan pada pelepasan ADH. Asidosis mempengaruhi hampir semua organ, secara

langsung akan memacu kerja ginjal dan merubah keseimbangan elektrolit intra dan

ekstrasel akibat peningkatan ion H+ (Thieme 2003).

Gambar 2. Osmolalitas dan Ion Kompartemen Cairan Tubuh

Dikutip dari: Porth 2005

3

Page 4: Referat ba

Patofisiologi Respon Endotel Pada Sakit Kritis

Gambar 3. Peran Endotel pada Sakit Kritis

Dikutip dari: Shilva 2005

Gambar 4.Interaksi Mediator Inflamasi pada Endotel

Dikutip dari: Shilva 2005

Cairan Kristaloid dan Koloid

4

Page 5: Referat ba

Istilah kristaloid dan koloid digunakan untuk membedakan apakah suatu larutan dengan

partikel dapat melewati membran semi permeabel atau tidak. Kristaloid terdiri dari

kristaloid hipotonik, isotonik dan hipertonik. Sedangkan cairan koloid ada yang bersifat

alami (albumin) dan sintetis (dekstran, gelatin, dan hydroxyethylstarch atau HES) (Forbes

1997).

Kristaloid

Dalam praktek, hanya NaCI 0,9%, Ringer Laktat (RL) dan Ringer Asetat (RA) yang

digunakan sebagai cairan kristaloid. Kandungan Natrium dalam RL dan RA adalah 130

mEq/L, sedangkan NaCI 0,9% 154 mEq/L.13,14 RL merupakan larutan isotonik yang paling

mirip dengan CES (tabel 1).14

Tabel 1. Perbandingan elektrolit antara NaCl 0.9%, Ringer Laktat dan Ringer Asetat

KarakteristikNaCl 0.9% Ringer

LaktatRingerAsetat

Berat molekul 0 0 0Osmolalitas (mOsm/L) 285-308 250-273 250-273Colloid Oncotic Pressure (COP)(mmHg) 0 0 0Volume Ekspansi (%)Durasi Volume Ekspansi (jam)Waktu Paruh Plasma (jam)Efek samping

20-251-40.5

Asidosis metabolik

hiperkloremik

20-251-40.5

Hiperkalemia

20-251-40.5

Sumber: ATS 2004

Perbedaan antara RL dan RA terletak pada sumber bikarbonatnya. RL

mengandung 28 mmol laktat per liter, sedangkan RA mempunyai 28 mmol asetat per liter.

Setelah masuk ke dalam tubuh, komponen laktat atau asetat diubah menjadi bikarbonat,

yang menghasilkan dapar untuk asidosis metabolik.Laktat dapat mengalami metabolisme

menjadi bikarbonat melalui siklus trikarboksilik (laktat piruvat asetil ko-A) atau dapat

pula memasuki jalur glukoneogenesis dan membentuk glukosa dan bikarbonat. Sebagian

besar laktat diambil oleh hepar untuk dimasukkan ke dalam jalur glukoneogenesis. RL

yang mengandung D-laktat mengalami metabolisme lebih lambat daripada asetat.

Natrium asetat dapat mengalami metabolisme menjadi bikarbonat oleh jaringan-jaringan

seperti ginjal, jantung dan otot (Forbes 1997).

Kristaloid hanya akan mengisi ruang ekstrasel, kira-kira seperempat dari jumlah

kristaloid yang diberikan akan tinggal dalam ruang intravaskular. Kristaloid biasanya

5

Page 6: Referat ba

digunakan untuk mengisi volume intravaskular, mengoreksi defisit cairan dan elektrolit

atau prosedur diagnostik ”volume challenge”. Untuk tujuan penggantian cairan, hanya

kristaloid yang bersifat isotonik dan hipertonik yang digunakan, sedangkan kristaloid yang

bersifat hipotonik seperti Dextose (D) 5% ½ NS, D5% ¼NS) tidak digunakan karena tidak

dapat bertahan di intravaskular Keunggulan kristaloid antara lain adalah harganya yang

murah, relatif aman dari efek samping. Pemberian yang berlebihan akan menyebabkan

edema perifer hingga edema paru. Hal yang patut diingat dalam penggunaan kristaloid

pada resusitasi adalah sifat kristaloid akan mengisi ruang interstisial lebih banyak dari

ruang intravaskular. Untuk mengisi volume intravaskular akibat kehilangan darah

sebanyak 1 liter pada orang dewasa dibutuhkan kristaloid sebanyak 5 lite. Hemodilusi

dengan cairan kristaloid meningkatkan koagubilitas darah sehingga pemberian kristaloid

dapat meningkatkan risiko trombosis akibat agregasi trombosit (Ruttmann 1998).

Kristaloid Hipertonik

Penggunaan cairan kristaloid hipertonik dalam penggantian cairan sering disebut small-

volume resuscitation. Penelitian Nakayama pada tahun 1984 untuk percobaan dengan

binatang yang mengalami syok karena perdarahan menyimpulkan terdapat perbaikan

curah jantung dan peningkatan tekanan darah setelah pemberian menggunakan lautan

NaCl hipertonik (3-7.5%). Pemberian cairan kristaloid hipertonik menyebabkan

hiperosmolalitas ruang ekstraselular sementara karena tidak mengandung koloid untuk

memperpanjang efek volume sehingga memiliki waktu kerja yang pendek. Hal ini

menyebabkan perpindahan cairan dari ruang intraselular ke ruang ekstraselular karena

adanya perbedaan tekanan osmotik. Hal ini dapat terjadi karena pada keadaan kritis

(syok), terdapat peningkatan volume sel yang disebabkan oleh hilangnya adenosin

trifosfat (ATP) dan disfungsi membran sel. Perpindahan cairan ini memberikan

keuntungan, yaitu: (Carvalho 2007)

1. Peningkatan volume plasma cepat (3-4 kali yang diberikan)

2. Normalisasi volume sel endotel dan lumen pembuluh darah sehingga

meningkatkan aliran darah pada pembuluh darah kecil.

6

Page 7: Referat ba

Gambar 5. Pengaruh pembuluh darah kecil terhadap cairan hipertonik

Sumber: Carvalho 2007

Para peneliti kemudian mengembangkan penelitiannya yaitu menggabungkan

antara NaCl hipertonik dengan cairan koloid yang menunjukkan efek sinergis yaitu

peningkatan osmolalitas plasma dan peningkatan tekanan onkotik plasma. Sehingga

pengertian small-volume resuscitation berubah dari pemberian hanya NaCl hipertonik

menjadi NaCl hipertonik dan cairan koloid. Campuran larutan kristaloid hipertonik dan

koloid antara lain HyperHAES® yaitu larutan 6%HES (200/0.5) dalam 7.2% NaCl yang

bersifat isoonkotik, hipertonik. Dengan osmolaritas 2464 mOsm/L memiliki efek volume 3-

5 kali, onset of action segera, duration of action 30-60 menit ideal untuk terapi inisial

hipovolemi akut dan syok (Shilva 2005, Boldt 2007).

7

Page 8: Referat ba

Tabel 2. Karakteristik Cairan Kristaloid Hipertonik

Sumber: Boldt 2007

Risiko penggunaan NaCl hipertonik (terutama bila terjadi peningkatan serum

natrium tiba-tiba) yaitu sel-sel otak mengkerut sehingga menyebabkan robekan pembuluh

darah, perdarahan subarahnoid, dan gangguan sawar darah otak. Hal lain yang terjadi

yaitu central pontine myelinolysis (kehilangan struktur mielin dan struktur penunjang di

pons dan bagian otak lainnya) dengan gejala perubahan neurologis ireversibel yang

bertahap. Central pontine myelinolysis sering terjadi pada pasien yang mempunyai kadar

natrium sangat rendah (<120 mmol/L) sebelum mendapat terapi saline hipertonik, namun

hal ini tidak terjadi pada pasien yang sebelumnya memiliki kadar natrium normal. Cairan

kristaloid hipertonik memiliki berbagai keuntungan antara lain meningkatkan fungsi

jantung yaitu memperbaiki kontraktilitas otot jantung dan menurunkan resistensi vaskular

sistemik. Penelitian lain menyimpulkan bahwa larutan hipertonik menurunkan perlekatan

dan migrasi lekosit, menurunkan produksi prostaglandin, dan mengubah permeabilitas

pembuluh darah. Sebagai kesimpulan, cairan kristaloid hipertonik dapat menghambat

terjadinya respons inflamasi. Komplikasi lain karena NaCl hipertonik adalah gangguan

keseimbangan elektrolit (hipernatremia, hipokalemia, dan hiperkloremia).3 Kecepatan

pemberian cairan NaCl hipertonik ini ≤1ml/kgBB/menit untuk menghindari efek samping

bradikardi, hipotensi, bronkokonstriksi, pernapasan cepat dan dangkal (Shilva 2005).

Koloid

8

Page 9: Referat ba

Cairan koloid secara teori memiliki keuntungan sesuai dengan hukum Starling, yaitu

ekspansi volume makin besar sesuai dengan jumlah yang diinfuskan dan kemampuan

untuk mempertahankan COP. Koloid dapat dibedakan menjadi dua yaitu sintetik seperti

gelatin, dextran dan starches, atau nonsintetik (alamiah) yaitu darah dan produk darah

yang berasal dari plasma yaitu albumin. Masing-masing jenis koloid memiliki beberapa

risiko dalam penggunaannya. Koloid sintetik memiliki risiko terjadinya koagulopati, rekasi

anafilaktoid sementara albumin memiliki risiko infeksi karena dibuat dari kumpulan

plasma.Selain mengembalikan volume intravaskular, koloid yang ideal diharapkan mampu

memodulasi proses inflamasi seperti peningkatan permebilitas vaskular, pembentukan

edema jaringan, disfungsi kontrol vasomotor, peningkatan perputaran netrofil, perlekatan

dan aktivasi (ATS 2004).

Tabel 3. Karakteristik Fisiologis dan Efek Klinis Beberapa Cairan Koloid yang Sering

Digunakan

Albumin Starches Dextran Gelatin

4%, 5% 20%, 25%Hetastarch (3%, 6%,

10%)

Dextran-40 Dextran-70

Berat molekul (kD) 69 69 450 40 70 30-35Osmolalitas (mOsm/L) 290 310 300-310 280-3254 300-350 300-350COP (mmHg) 20-30 70-100 23-50 20-60 20-60 25-42Durasi ekspansi volume (jam) 12-24 12-24 8-36 1-2 < 8-24 < 4-6

Waktu paruh plasma (jam) 16-24 16-24 50 4-6 ~ 12 ~ 2-9

Kemampuan menimbulkan efek simpang

+ + ++ +++ +++ ++

Efek samping yang mungkin

Reaksi alergiPenularan infeksi

Reaksi alergiPenularan infeksi

Disfungsi renalKoagulopatiPruritusReaksi anafilaktoid

Reaksi anafilaktoidRekasi alergi

Reaksi anafilaktoidRekasi alergi

Tinggi CaReaksi anafilaktoid

Sumber: ATS, 2004

A. Albumin

Albumin memiliki waktu paruh albumin 16 jam dan dalam 2 jam setelah pemberian, 90%

albumin masih tetap berada dalam ruang intravaskular. Satu gram albumin dalam ruang

intravaskular, dengan daya onkotiknya, dapat mengikat 18 mL air. Albumin tersedia dalam

bentuk larutan 5% dan 25% dalam NaCI 0,9%. Karena daya onkotiknya, pemberian

larutan albumin 25% sebanyak 100 mL intravena akan meningkatkan volume

intravaskular menjadi 450 mL dalam waktu 30-60 menit. Penambahan 350 mL dalam

ruang intravaskular terjadi akibat perpindahan 350 mL air dari ruang interstisial ke ruang

9

Page 10: Referat ba

intravaskular. Albumin dapat mempertahankan volume intravaskular selama 3,5-4,5 jam.

Efek samping pemberian albumin antara lain adalah edema paru, reaksi anafilaksis,

menurunkan kadar kalsium ion serum dan transmisi hepatitis. Berbagai efek samping ini

secara praktis lebih merupakan debat teoritis yang tidak banyak dijumpai dalam klinis. Hal

lain yang patut dipertimbangkan dalam klinis adalah harga albumin yang relatif tinggi

(Matejshuk 2000).

B. Dextran

Dextran adalah larutan glukosa polimer yang dibuat dari fermentasi sukrosa yang

berasal gula bit (sejenis umbi) oleh enzim dextransucrase yang dihasilkan oleh bakteri

Leuconostoc mesenteroides (Gambar 6).

Gambar 6. Molekul Dekstran

Sumber: Tominaga 2001

Dextran tersedia dalam sediaan 10% berat molekul 40.000 (dextran 40) dan

sediaan 6% berat molekul 70.000 (dextran 70 (Tabel 2). Dalam tubuh, molekul dextran

dengan berat molekul kurang dari 15.000 akan keluar melalui filtrasi ginjal, tidak

direasorbsi tubulus. Molekul besar akan tinggal lebih lama dalam ruang intravaskular

namun daya osmotiknya tidak sebesar partikel dextran dengan berat molekul kecil.

Dextran 40 mengandung partikel dengan berat molekul antara 10.000-80.000, Dextran 70

antara 40.000-100.000. Waktu paruh partikel dengan berat molekul 14.000-18.000 adalah

15 menit, partikel dengan berat molekul lebih dari 55.000 dapat bertahan beberapa hari.

Partikel dengan berat molekul lebih dari 80.000 akan difagosit oleh sistim

retikuloendotelial dan mengalami degradasi menjadi karbon dioksida dan air. Enampuluh

hingga 70% dextran 40 dan 30-40% dextran 70 akan hilang dari sirkulasi dalam 12 jam.

Pemberian 500 mL dextran 40 akan meningkatkan cairan intravaskular sebesar 750 mL

dalam 1 jam dan menjadi 1050 mL pada jam ke 2. Dextran 40 dapat mempertahankan

volume intravaskular sekitar 3,5-4,5 jam, sedang dextran 70 sekitar 6-8 jam..

Tabel 4. Karakteristik Cairan Dekstran

10

Page 11: Referat ba

Sumber: Boldt 2007

Dextran 70 6% digunakan pada syok hipovolemik karena dapat mempertahankan

volume intravaskular lebih lama dibandingkan dengan Dextran 40%. Selain itu Dextran 70

juga digunakan untuk profilaksis tromboembolisme karena memiliki efek antitrombotik

sehingga dapat diberikan perioperatif untuk mengurangi risiko trombosis vena dalam dan

emboli paru. Dextran 40 10% tidak direkomendasikan penggunaannya pada syok

hipovolemik karena dapat menimbulkan gagal ginjal akibat obtruksi tubulus renalis.

Produksi urine yang kurang setelah pemberian dextran 40 dalam jumlah besar dapat

diakibatkan oleh gangguan fungsi ginjal (Wills 2001).

Efek samping dextran antara lain adalah reaksi anafilaksis, diatesis hemoragik dan

gangguan sistim retikuloendotelial. Reaksi anafilaksis biasanya terjadi pada pemberian

100 ml pertama, sehingga pada awal pemberian harus dilakukan observasi ketat. Dextran

dapat mengakibatkan kesalahan pengukuran gula darah karena pada pengukuran,

reagen yang bersifat asam dapat mengubah dextran menjadi dextrose. Selain itu dextran

juga dapat mengganggu proses cross matching darah akibat adesi molekul dextran pada

antigen membran sel darah merah (Stoelting 2001).

Penggunaan dekstran untuk mengganti volume darah atau plasma yang besar

hendaknya dibatasi sampai 1 liter (< 1,5 gr/kg BB/hari) karena penggunaan lebih dari 1 L

dapat mengganggu hemostasis akibat terjadinya disfungsi trombosit dan penurunan

fibrinogen dan faktor VIII sehingga dextran diindikasikontrakan pada disseminated

intravascular coagulation (DIC) (Tominaga 2005).

C. Hydroxyethyl starch (HES)

Larutan HES merupakan molekul sintetik yang mirip glikogen. Berasal dari amilopektin

yang diperoleh dari biji jagung. Tersedia dalam sediaan 6% dan 10% dalam NaCI 0,9%,

dapat berupa hetastarch, hexastarch, pentastarch atau tetrastarch dengan berat molekul

10.000 sampai dengan 1.000.000. Berdasarkan berat molekul HES dibagi menjadi tiga

11

Page 12: Referat ba

yaitu berat molekul besar (450.000 dalton), berat molekul sedang (200.000 dalton) dan

berat molekul rendah (130.000 dalton).

Gambar 7. Struktur Hidroksietil

Sumber: Banks 2006

Dalam tubuh amilopektin akan diuraikan oleh enzim 1,4 amilase dengan masa

paruh 10 menit. Agar bertahan lebih lama dalam ruang intravaskular dilakukan substitusi

gugus hidroksietil. Bila dalam formula dinyatakan derajat substitusi 0,5 berarti 5 dari 10

molekul glukosa disubstitusi gugus hidroksietil, 0,4 berarti 4 dari 10 molekul glukosa

disubstitusi. Efek volume juga ditentukan oleh berat molekul larutan dalam ruang

intravaskular. Contoh HES 6% 130/0,4 artinya 6 gram per 100 mL HES dengan berat

molekul 130.000 dengan substitusi 0,4. HES yang paling umum digunakan adalah

hetastarch.

Tabel 5. Karakteristik Larutan HES

Sumber: Boldt 2007

Degradasi larutan HES dalam tubuh bergantung pada tingkat substitusinya.

Setelah masuk ke dalam sirkulasi, HES menghilang ke dalam jaringan (terutama hati dan

limpa), kemudian kembali lagi ke dalam sirkulasi, perlahan-lahan difagosit sistim

retikuloendotelial. Molekul kecil (kurang dari 50.000) dikeluarkan tubuh melalui urin dan

empedu. Larutan dengan berat molekul besar tinggal dalam ruang intravaskular lebih

lama. Peningkatan tekanan koloid osmotik akibat pemberian hetastarch setara dengan

12

Page 13: Referat ba

peningkatan akibat pemberian albumin. Penambahan volume plasma setelah pemberian

hetastarch 6% dengan berat molekul sedang setara dengan pemberian albumin 5%

dengan efektivitas dalam ruang intravaskular selama kurang lebih 3 jam (Tominaga

2005).

Hetastarch tidak menyebabkan pelepasan histamin. Reaksi anafilaktik dengan

hetastarch berat molekul lebih dari 16.000 kurang dari 0,085% (Forbes 2007). Efek

samping utama pemberian HES adalah pruritus yang berat dan tidak dapat diobati.

Diduga fenomena ini berkaitan dengan jumlah HES yang terdeposit di dalam jaringan.

Dalam sebuah penelitian didapatkan bahwa deposisi HES di jaringan tergantung pada

dosis dan waktu. Pada kelompok yang menerima HES 3,1 – 15 gr/kgBB selama beberapa

hari memperlihatkan endapan HES yang masif di dalam jaringan, sedangkan kelompok

yang mendapatkan HES dosis rendah (0,3 – 1,9 gr.kgBB) hanya memperlihatkan

endapan dalam derajat ringan hingga sedang (Sirtl 2006).

D. Gelatin

Gelatin berasal dari hidrolisis kolagen hewan yang mengandung 3 rantai peptida dengan

berat molekul antara 100.000-120.000. Dua jenis preparat yang beredar merupakan

modifikasi peptida tersebut dengan menggunakan gugus suksinil atau urea sebagai

jembatan (linked) dengan tujuan memperbesar berat molekul agar menimbulkan efek

onkotik. Gelatin tersedia dalam larutan 3-3,5%. Preparat gelatin dengan ikatan urea

mengandung kalsium hingga dapat terjadi bekuan bila digunakan bersama dengan

tranfusi darah (Forbes 2007).

Gambar 8. Struktur Kimia Gelatin

Dikutip dari: Forbes 2007

Sebagian besar gelatin akan dikeluarkan melalui ginjal. Enampuluh persen

dikeluarkan dalam 24 jam pertama dan 95% dalam 1 minggu. Sebagian kecil akan

mengalami degradasi menjadi peptida rantai lebih pendek atau asam amino. Satu gram

gelatin dapat mengikat kurang lebih 14 mL air, sehingga efek volume gelatin lebih kecil

dari albumin. Gelatin mempertahankan volume intravaskular sekitar 2 jam. Gelatin bersifat

hipoonkotik yang memiliki efek volume 70%, mengalami metabolisme cepat di ginjal.

13

Page 14: Referat ba

Pemberian gelatin tidak menyebabkan continuous supply of osmotically acctive particles

sehingga sebaiknya digunakan untuk terapi pengganti cairan jangka pendek.

Ringkasan

Hingga saat ini pertanyaan mengenai cairan mana yang paling tepat untuk

penatalaksanaan pada anak sakit kritis masih belum memiliki jawaban

14