BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FKUP/RSHS BANDUNG Sari pustaka : /Januari/2010 Subdivisi : PICU Oleh : Yulia Ismail Pembimbing : dr. Hj. Enny Harliany, Sp.A(K) dr. H. Dadang Hudaya S, Sp.A(K) dr. Dzulfikar DLH, Sp.A, M. Kes dr. Stanza Uga P, SpA, M.Kes Hari/Tanggal : Selasa, 5 Januari 2010 PENGGUNAAN KRISTALOID DAN ATAU KOLOID PADA ANAK SAKIT KRITIS Pendahuluan Seorang anak dikatakan mengalami sakit kritis dan memerlukan perawatan di ruang intensif apabila terdapat kondisi tertentu misalnya penderita terpasang pipa endotrakeal atau keadaan emergensi yang memerlukan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik, terpasang trakeostomi, disritmia yang mengancam nyawa, trauma kepala dengan tekanan tinggi intrakranial, dll (Roberts, 1998). Hal ini dapat ditemukan pada keadaan sepsis, trauma, perdarahan, luka bakar, atau pembedahan. Pada anak dengan sakit kritis terjadi pelepasan sejumlah mediator inflamasi seta aktivasi leukosit yang menyebabkan kerusakan integritas endotel vaskular, meningkatkan permeabilitas vaskular, dan akhirnya menyebabkan ekstravasasi cairan ke interstisial (Aird, 2003). 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FKUP/RSHS BANDUNG
Sari pustaka : /Januari/2010
Subdivisi : PICU
Oleh : Yulia Ismail
Pembimbing : dr. Hj. Enny Harliany, Sp.A(K)
dr. H. Dadang Hudaya S, Sp.A(K)
dr. Dzulfikar DLH, Sp.A, M. Kes
dr. Stanza Uga P, SpA, M.Kes
Hari/Tanggal : Selasa, 5 Januari 2010
PENGGUNAAN KRISTALOID DAN ATAU KOLOID
PADA ANAK SAKIT KRITIS
Pendahuluan
Seorang anak dikatakan mengalami sakit kritis dan memerlukan perawatan di ruang
intensif apabila terdapat kondisi tertentu misalnya penderita terpasang pipa endotrakeal
atau keadaan emergensi yang memerlukan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik,
terpasang trakeostomi, disritmia yang mengancam nyawa, trauma kepala dengan tekanan
tinggi intrakranial, dll (Roberts, 1998). Hal ini dapat ditemukan pada keadaan sepsis,
trauma, perdarahan, luka bakar, atau pembedahan. Pada anak dengan sakit kritis terjadi
pelepasan sejumlah mediator inflamasi seta aktivasi leukosit yang menyebabkan
kerusakan integritas endotel vaskular, meningkatkan permeabilitas vaskular, dan akhirnya
menyebabkan ekstravasasi cairan ke interstisial (Aird, 2003).
Tujuan terapi cairan pada sakit kritis adalah mengembalikan volume intravaskular
baik makrosirkulasi atau mikrosirkulasi, meningkatkan pengiriman oksigen kepada
jaringan sehingga dapat memperbaiki hipoksia jaringan serta mencegah edema jaringan
(Boldt, 2003). Cairan yang sering digunakan sebagai terapi inisial adalah cairan kristaloid,
koloid, dan yang sedang dikembangkan adalah pemberian cairan dengan teknik small
volume rescucitation menggunakan cairan koloid hipertonik (Silva, 2005). Perbedaan yang
mendasar antara kristaloid dan cairan koloid adalah cairan koloid menghasilkan colloid
osmotic pressure (COP). Yang termasuk kedalam cairan kristaloid adalah Ringer Laktat
dan normal saline, sedangkan yang temasuk ke dalam koloid adalah starch, dekstran,
albumin (larutan 5% dalam normal saline) dan gelatin (ATS, 2004).
1
Terapi cairan yang optimal pada sakit kritis hingga saat ini masih menjadi
perdebatan. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa resusitasi dengan cairan
kristaloid berhubungan dengan mortalitas yang lebih rendah dan albumin meningkatkan
mortalitas sebesar 4-6 % pada pasien sakit berat (Shierhout 1998, Cochrane 1998). Hal
yang harus dipertimbangkan dalam memilih jenis cairan pada anak sakit kritis antara lain
sifat farmakologis, pengaruh terhadap hemostasis dan koagulasi, efek samping, risiko
infeksi dan biaya (Sparrow 2002). Pada sari kepustakaan ini akan dibahas mengenai
komposisi cairan tubuh, patofisiologi endotel pada sakit kritis, berbagai jenis cairan koloid
dan kristaloid serta penggunaan kristaloid atau koloid untuk anak dengan sakit kritis.
Komposisi Cairan Tubuh
Jumlah seluruh cairan dalam tubuh manusia disebut cairan tubuh total (CTT). CTT
berbeda antara satu orang dengan lainnya. Banyak hal yang mempengaruhi CTT, antara
lain adalah usia dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, cukup bulan, CTT berkisar antara
75-80% berat badan, selanjutnya berubah selama masa anak hingga mencapai dewasa.
Pada bayi prematur, persentasi CTT terhadap berat badan lebih tinggi lagi. CTT selama
masa kanak-kanak besarnya kira-kira 65% berat badan. Pada masa remaja terjadi
perubahan komposisi tubuh yang dipengaruhi hormon seks. Selanjutnya, pria dewasa
memiliki CTT sekitar 60% berat badan, wanita dewasa sekitar 55%. CTT terbagi dalam 2
ruang utama yaitu ruang intrasel dan ruang ekstrasel. Jumlah semua cairan yang terdapat
di dalam sel tubuh disebut cairan intrasel (CIS), yang terdapat di luar sel disebut cairan
ekstrasel (CES). Cairan ekstrasel terbagi lagi menjadi cairan interstisial (CIN) dan cairan
intravaskular (CIV) (Thieme 2003).
Gambar 1. Distribusi cairan tubuh
Dikutip dari: Thieme 2003
2
CES terutama mengandung larutan natrium klorida dan bikarbonat. Ion anorganik
lainnya, terdapat dalam jumlah yang kecil, seperti kalium, kalsium, magnesium sulfat dan
fosfat. Ion organik terbesar, berupa anion, adalah protein plasma. Natrium dan anionnya
merupakan partikel dominan yang mempertahankan air dalam CES, kadar Na dalam CES
140 mEq/L sedangkan dalam CIS hanya 5 mEq/L. Partikel yang dominan
mempertahankan air dalam CIS adalah kalium dan anionnya. Anion utama dalam CIS
adalah polivalen protein dan fosfat organik (Thieme 2003).Pada keadaan patologis
endotel kapiler dapat mengalami perubahan sifat hingga tidak lagi berfungsi sebagai
membran yang semipermeabel. Larutan glukosa yang masuk ke ruang intravaskular akan
mengalami metabolisme menjadi CO2 dan air. Larutan natrium yang masuk ke ruang
intravaskular akan memicu pelepasan aldosteron dan mempengaruhi osmoreseptor yang
berperan pada pelepasan ADH. Asidosis mempengaruhi hampir semua organ, secara
langsung akan memacu kerja ginjal dan merubah keseimbangan elektrolit intra dan
ekstrasel akibat peningkatan ion H+ (Thieme 2003).
Gambar 2. Osmolalitas dan Ion Kompartemen Cairan Tubuh
Dikutip dari: Porth 2005
3
Patofisiologi Respon Endotel Pada Sakit Kritis
Gambar 3. Peran Endotel pada Sakit Kritis
Dikutip dari: Shilva 2005
Gambar 4.Interaksi Mediator Inflamasi pada Endotel
Dikutip dari: Shilva 2005
Cairan Kristaloid dan Koloid
4
Istilah kristaloid dan koloid digunakan untuk membedakan apakah suatu larutan dengan
partikel dapat melewati membran semi permeabel atau tidak. Kristaloid terdiri dari
kristaloid hipotonik, isotonik dan hipertonik. Sedangkan cairan koloid ada yang bersifat
alami (albumin) dan sintetis (dekstran, gelatin, dan hydroxyethylstarch atau HES) (Forbes
1997).
Kristaloid
Dalam praktek, hanya NaCI 0,9%, Ringer Laktat (RL) dan Ringer Asetat (RA) yang
digunakan sebagai cairan kristaloid. Kandungan Natrium dalam RL dan RA adalah 130
mEq/L, sedangkan NaCI 0,9% 154 mEq/L.13,14 RL merupakan larutan isotonik yang paling
mirip dengan CES (tabel 1).14
Tabel 1. Perbandingan elektrolit antara NaCl 0.9%, Ringer Laktat dan Ringer Asetat