Top Banner
CEMAS PENDAHULUAN 1.1 Definisi . Cemas merupakan suatu sikap alamiah yang dialami oleh setiap manusia sebagai be respondalam menghadapi ancaman. Namun ketika perasaan cemas tersebut menjadi berkepanjangan atau maladaptif,maka perasaan itu berubah menjadi gangguan anxiety disorder . Gangguan kecemasan termasuk gangguan yang merupakan ketakutan yang berlebihan dan kecemasan dan terkait gangguan perilaku. Ketakutan adalah respon emosional ter sesuatu yang nyata atau dirasakan ancaman, sedangkan kecemasan adalah men ancaman masa depan Gangguan cemas merupakan salah satu gangguan jiwa yang sering terjadi. Pada tah 11 di !merika "erikat dilaporkan gangguan cemas pada orang dewasa adalah #.$ da seluruh populasi, sedangkan di %ndonesia diperkirakan &'($. )anita lebih sering me gangguan cemas dibandingkan laki'laki dengan pre*alensi umur 1&'+ tahun. 1.2 Etiologi -erdasarkan etiologi, gangguan cemas dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, genetik dan fisiologis,, aspek kepribadian dan aspek fisik. enurut /" '0 terdapat dua be gangguan cemas yaitu, Gangguan kecemasan akan perpisahan, utisme selektif, obia spesifik, obia social, !goraphobia, Gangguan panik, "erangan panik spesifik, Gangguan cemas menyeluruh, Gangguan kecemasan !kibat 2at 3 4bat'%nduced, Gangguan Kecemasan Karena Kondisi edis 5ain, Gangguan kecemasan lainnya yang ditentukan, G kecemasan lainnya yang tidaktegolongkan. Keluhan yang dirasakan penderita juga bermacam'macam, seperti rasakhawatir, gelisah, sulit tidur, takut mati, sulit membuat keputusan dan sebagainya. Gangguan Kecemasan Akan Pe!isa"an
42

Referat ASTRI FALUNA.docx

Nov 04, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

CEMASPENDAHULUAN

1.1 Definisi. Cemas merupakan suatu sikap alamiah yang dialami oleh setiap manusia sebagai bentuk respon dalam menghadapi ancaman. Namun ketika perasaan cemas tersebut menjadi berkepanjangan atau maladaptif,maka perasaan itu berubah menjadi gangguan cemas atau anxiety disorder. Gangguan kecemasan termasuk gangguan yang merupakan ketakutan yang berlebihan dan kecemasan dan terkait gangguan perilaku. Ketakutan adalah respon emosional terhadap sesuatu yang nyata atau dirasakan ancaman, sedangkan kecemasan adalah mengantisipasi ancaman masa depanGangguan cemas merupakan salah satu gangguan jiwa yang sering terjadi. Pada tahun 1991 di Amerika Serikat dilaporkan gangguan cemas pada orang dewasa adalah 2.9% dari seluruh populasi, sedangkan di Indonesia diperkirakan 6-7%. Wanita lebih sering mengalami gangguan cemas dibandingkan laki-laki dengan prevalensi umur 16-40 tahun.

1.2 EtiologiBerdasarkan etiologi, gangguan cemas dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, genetik dan fisiologis,, aspek kepribadian dan aspek fisik. Menurut DSM-V terdapat dua belas macam gangguan cemas yaitu, Gangguan kecemasan akan perpisahan, Mutisme selektif, Fobia spesifik, Fobia social, Agoraphobia, Gangguan panik, Serangan panik spesifik, Gangguan cemas menyeluruh, Gangguan kecemasan Akibat Zat / Obat-Induced, Gangguan Kecemasan Karena Kondisi Medis Lain, Gangguan kecemasan lainnya yang ditentukan, Gangguan kecemasan lainnya yang tidak tegolongkan. Keluhan yang dirasakan penderita juga bermacam-macam, seperti rasa khawatir, gelisah, sulit tidur, takut mati, sulit membuat keputusan dan sebagainya.

Gangguan Kecemasan Akan Perpisahan2.1 PendahuluanGangguan kecemasan akan perpisahan adalah kecemasan dan kekhawatiran yang tidak realistic pada anak tentang apa yang akan terjadi bila ia berpisah dengan orang-orang yang berperan penting dalam hidupnya misalnya orang tua. Ketakutan itu mungkin berpusat pada apa yang mungkin terjadi dengan individu yang berpisah dengan anak itu (misalnya orang tua akan meninggal, atau tidak kembali karena satu alasan lain) atau apa yang terjadi dengan anak itu bila terjadi perpisahan (ia akan hilang, diculik, disakiti, atau dibunuh). Karena alasan tersebut, anak itu enggan dipisahkan dari orang lain, dan mungkin karena itulah ia tidak mau tidur sendirian tanpa ditemani atau didampingi oleh tokoh kesayangannya atau tidak mampu meninggalkan rumah tanpa disertai orang lain. Dalam beberapa kasus, anak mungkin mengeluh terhadap simtom-simtom fisik (misalnya, rasa mual, sakit kepala, sakit perut, muntah-muntah, dsb) atau tidak mau pergi kesekolah semata-mata karena takut akan terjadinya perpisahan bukan karena alasan lain, seperti kekhawatiran akan peristiwa-peristiwa di sekolah.2.2 PrevalensiPrevalensi 12 bulan gangguan kecemasan pemisahan antara orang dewasa di Amerika Serikat adalah 0,9% -1,9%. Pada anak-anak, prevalensi 6- 12 bulan diperkirakan sekitar 4%. Pada remaja di Amerika Serikat, prevalensi 12 bulan adalah 1,6%. pemisahan kecemasan gangguan penurunan prevalensi dari masa kanak-kanak sampai remaja dan dewasa dan adalah gangguan kecemasan yang paling umum pada anak-anak yang lebih muda dari 12 tahun. Dalam sampel klinis anak-anak, gangguan ini sama umum pada laki-laki dan perempuan. Di masyarakat, Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita.2.3 DiagnosisKriteria diagnosis gangguan kecemasan akan perpisahan menurut DSM VGangguan Kecemasan Akan PerpisahanKriteria diagnostik 309,21 (F93.0)A. Sebuah perkembangan dari ketakutan atau kecemasan yang berlebihan mengenai pemisahan dari orang-orang yang kepadanya para individu yang terpasang, sebagaimana dibuktikan oleh setidaknya tiga hal berikut:1. Distress berlebihan berulang ketika mengantisipasi atau mengalami pemisahan dari rumah atau dengan tokoh yang akrab dengan nya.2. Kekhawatiran yang tidak realistik & menetap tentang kemungkinan terjadinya bencana pada tokoh yang lekat dengan dirinya/kekhawatiran orang tuanya pergi dan tidak kembali lagi.3. Kekhawatiran tidak realistic dan mendalamkan terjadi peristiwa buruk, misalnya anak akan kesasar, diculik atau terbunuh yang akan memisahkan dari tokoh yang lekat dengan dirimnya.4. Terus-menerus enggan atau menolak masuk sekolah, semata mata karena takut akan perpisahan, bukan kekhawatiran mengenai peristiwa disekolah.5. Terus-menerus enggan atau menolak untuk tidur tanpa ditemani atau didampingi oleh tokoh kesayangannya.6. Terus-menerus takut yang tak wajar untuk ditinggalkan seorang diri tanpa ditemani orangyang akrab dirumah pada siang hari.7. Mimpi buruk berulang melibatkan tema pemisahan. 8. Keluhan berulang gejala fisik (misalnya, sakit kepala, sakit perut, mual, muntah) saat pemisahan dari tokoh yang terdekatB. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran persisten, yang berlangsung setidaknya 4 minggu pada anak-anak dan remaja dan biasanya 6 bulan atau lebih pada orang dewasa.C. Gangguan tersebut menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan sosial, akademik pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya berfungsi.D. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain, seperti menolak untuk meninggalkan rumah karena resistensi berlebihan untuk mengubah dalam gangguan spektrum autisme; delusi atau halusinasi mengenai pemisahan pada gangguan psikotik; penolakan untuk pergi luar tanpa pendamping terpercaya di agoraphobia; kekhawatiran tentang kesehatan yang buruk atau lainnya bahaya yang menimpa orang lain yang signifikan dalam gangguan kecemasan umum; atau masalah tentang memiliki penyakit dalam gangguan penyakit kecemasan.

2.4 Risiko dan factor prognosisLingkungan. Gangguan kecemasan pemisahan sering berkembang setelah stres kehidupan, terutama kerugian (misalnya, kematian hewan peliharaan keluarga atau; penyakit dari individu atau keluarga, perubahan sekolah; perceraian orangtua; pindah ke lingkungan baru; imigrasi; bencana yang melibatkan periode pemisahan dari tokoh lampiran). Pada orang dewasa muda, contoh lain stres kehidupan termasuk meninggalkan rumah orangtua, masuk ke dalam hubungan romantis, dan menjadi orang tua.Genetik dan fisiologis. Gangguan kecemasan pemisahan pada anak-anak mungkin diwariskan. Heritabilitas diperkirakan 73% dalam sampel masyarakat kembar, dengan persentasi tinggi pada anak perempuan. 2.5 Masalah diagnostik budaya-terkaitAda variasi budaya dalam sejauh mana itu dianggap diinginkan mentolerir pemisahan, sehingga tuntutan dan kesempatan untuk pemisahan antara orang tua dan anak-anak dihindari dalam beberapa budaya. Misalnya, ada variasi yang luas di seluruh Negara dan budaya sehubungan dengan usia di mana diharapkan keturunan yang harus meninggalkan rumah orangtua. Hal ini penting untuk membedakan gangguan separation anxiety dari tinggi nilai beberapa budaya tempatkan pada saling ketergantungan yang kuat di antara anggota keluarga.2.6 Konsekuensi fungsional Pemisahan Anxiety DisorderIndividu dengan gangguan kecemasan pemisahan sering membatasi kegiatan independen dari rumah atau lampiran angka (misalnya, pada anak-anak, menghindari sekolah, tidak akan kamp, mengalami kesulitan tidur sendirian, pada remaja, tidak akan pergi ke perguruan tinggi, pada orang dewasa, tidak meninggalkan rumah orang tua, tidak bepergian, tidak bekerja di luar rumah).2.7 Diagnosis BandingGangguan cemas menyeluruh. Gangguan Pemisahan kecemasan dibedakan dari gangguan cemas menyeluruh bahwa kecemasan terutama menyangkut pemisahan dari lampiran angka, dan jika kekhawatiran lainnya terjadi, mereka tidak mendominasi gambaran klinis.Gangguan panik. Ancaman pemisahan dapat menyebabkan kecemasan yang ekstrim dan bahkan serangan panik. Pada gangguan kecemasan akan perpisahan, berbeda dengan gangguan panik, kecemasan menyangkut kemungkinan berada jauh dari keterikatan dan khawatir tentang kejadian yang tak diinginkan menimpa mereka, bukannya lumpuh oleh serangan panik yang tak terduga.Gangguan kecemasan sosial. Penolakan sekolah mungkin karena gangguan kecemasan sosial (fobia sosial). Dalam hal demikian, menghindari sekolah karena takut dinilai negatif oleh orang lain daripada kekhawatiran tentang dipisahkan dari tokoh lampiran.

Gangguan stres pasca trauma. Takut berpisah dengan yang dicintai adalah umum setelah trauma peristiwa seperti bencana, terutama ketika periode pemisahan dari orang yang dicintai yang dialami selama peristiwa traumatik. Dalam gangguan stres pasca trauma menghindari, kenangan terkait dengan peristiwa traumatik itu sendiri, sedangkan di gangguan cemas akan perpisahan, kekhawatiran akan perpisahan dengan tokoh terdekat. 2.8 TerapiPsikoterapi kognitif-perilaku adalah jenis utama dari pengobatan yang digunakan untuk gangguan kecemasan pemisahan.Terapi tersebut difokuskan pada mengajar anak-anak beberapa keterampilan utama, seperti bagaimana mengenali perasaan cemas mengenai pemisahan dan untuk mengidentifikasi reaksi fisik mereka untuk kecemasan.Mereka diajarkan untuk mengidentifikasi pikiran mereka dalam kecemasan memprovokasi situasi pemisahan, dan diajarkan untuk mengembangkan rencana untuk mengatasi adaptif dengan situasi.Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa menggabungkan orang tua lebih terpusat ke dalam pengobatan anak-anak dengan gangguan kecemasan dapat sangat berguna dalam mengurangi perilaku gelisah anak-anak dan dapat meningkatkan efektivitas pengobatan dan perawatan.Orang tua sering mengajarkan cara-cara baru untuk berinteraksi dengan anak-anak mereka sehingga ketakutan anak tidak sengaja diperkuat.Orang tua juga diajarkan cara untuk memberikan anak-anak cukup pujian dan dukungan positif untuk perilaku berani.

Mutisme selektif3.1 PendahuluanBerbicara merupakan sarana untuk berkomunikasi yang penting bagi kehidupan sosial anak karena melalui berbicara anak memperoleh tempat di dalam kelompok sosialnya. Namun pada anak tertentu, berbicara pada situasi/ tempat, atau dengan orang tertentu menjadi suatu hal yang membuat mereka merasa tidak nyaman, takut atau bahkan cemas, sehingga mereka menolak untuk melakukannya. Kondisi ini kemudian didefinisikan sebagai Mutisme Selektif.Mutisme Selektif (MS) adalah gangguan dimana anak mengalami kegagalan yang persisten (menetap) untuk berbicara pada suatu situasi sosial tertentu (misalnya : disekolah) diluar kemampuan untuk berbicara dan memahami bahasa diucapkan. Misalnya, anak dengan gangguan MS secara khusus dapat berbicara dengan lancar dengan orangtua atau saudaranya di rumah, namun menolak/tidak mau berbicara dengan guru atau teman sebaya ketika dia memasuki sekolah.3.2 PrevalensiPrevalensi terjadinya gangguan ini cukup kecil, berkisar antara 1-2 % dan data ini pun didapatkan dari hasil penelitian di luar negeri. Mutisme selektif umumnya lebih banyak terjadi pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki dengan rasio 3 : 1.3.3 DiagnosisKriteria diagnosis Mutisme selektif menurut DSM VMutisme SelektifKriteria diagnostic 312,23 (F94.0)A. Kegagalan berbicara pada situasi sosial tertentu (misalnya, di sekolah) namun dapat berbicara pada situasi yang lain.B. Gangguan ini mempengaruhi akademisC. Durasi dari gangguan minimal 1 bulan (tidak termasuk bulan pertama saat awal masuk sekolah dimana anak biasanya malu dan menolak untuk berbicara)D. Kegagalan berbicara bukan disebabkan kurangnya pengetahuan atau pemahaman terhadap bahasa yang digunakan dalam situasi sosial .E. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan komunikasi (misalnya, onset masa kanak-kanak, gangguan kelancaran) dan tidak terjadi secara eksklusif selama autism gangguan spektrum, skizofrenia, atau gangguan psikotik lain.

3.4 Risiko dan factor prognosisTemperamental. Efektifitas negatif (neuroticism) atau penghambatan perilaku mungkin memainkan peran, seperti riwayat orangtua rasa malu, isolasi sosial, dan kecemasan sosial. Anak-anak dengan mutisme selektif mungkin memiliki kesulitan bahasa reseptif halus dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, meskipun bahasa reseptif masih dalam kisaran normal.Lingkungan. Orang tua dari anak-anak dengan mutisme selektif telah digambarkan sebagai overprotective atau lebih pengendali dari orang tua anak-anak dengan gangguan kecemasan lain atau tidak ada gangguan.3.5 Bentuk Perilaku Mutisme SelektifAnak mutisme selektif menunjukkan tampilan sebagai anak yang sangat pemalu, ketakutan akan dipermalukan dalam situasi sosial, pencemas, terisolasi secara sosial, cenderung temper tantrum, berprilaku oppositional,moody, agresif, keras. Diluar berkomunikasi dengan verbalisasi standar, anak dengan gangguan ini mungkin akan berkomunikasi dengan gestures, mengangguk atau menggelengkan kepala, mendorong atau menarik, atau pada beberapa kasus dengan kata-kata tunggal, pendek dan tanpa suara.3.6 Diagnosis BandingGangguan komunikasi. Mutisme selektif harus dibedakan dari gangguan bicara atau gangguan komunikasi, seperti gangguan bunyi bahasa, gangguan kelancaran (gagap), atau pragmatis (sosial) gangguan komunikasi. Tidak seperti mutisme selektif, gangguan bicara dalam kondisi ini tidak terbatas pada situasi sosial tertentu.Gangguan perkembangan saraf dan skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Individu dengan gangguan spektrum autisme, skizofrenia atau gangguan psikotik lain, atau cacat intelektual berat mungkin memiliki masalah dalam komunikasi sosial dan menjadi tidak dapat berbicara tepat dalam situasi sosial. Sebaliknya, mutisme selektif harus didiagnosis hanya ketika seorang anak memiliki kapasitas didirikan untuk berbicara dalam beberapa situasi social (misalnya, biasanya di rumah).3.7 TerapiPendekatan yang berhubungan dengan penanggulangan masalah kecemasan dan pengobatan.Terapi modifikasi perilaku banyak digunakan di luar negeri. Terapi ini menggunakan teknik untuk mengurangi rasa cemas anak melalui beberapa cara seperti desensitisasi, stimulus fading techniques dan positive reinforcement. Teknik-teknik ini bertujuan melatih anak untuk mulai berkomunikasi baik dengan berbisik, yang kemudian meningkat menjadi bersuara perlahan sampai anak mampu berbicara dengan volume normal. Anak juga bisa dilatih berbicara dengan seseorang ketika ia tidak merasa nyaman, misalnya teman sekelas di lingkungan anak merasa nyaman misalnya rumah kediaman si anak. Ketika cemas anak terhadap teman sekelas tersebut mulai berkurang dan rasa nyaman dengan keberadaan temannya mulai timbul, teman sekelas kedua bisa diundang untuk bergabung. Diharapkan juga rasa nyaman terhadap teman sekelas tersebut dapat kemudian ditransfer ke ruangan kelas. Terapi perilaku membutuhkan kerja sama yang baik antara terapis, anak, orang tua, sekolah, guru dan teman kelas. Kesabaran, kesungguhan dan ketekunan dibutuhkan untuk dapat membuahkan keberhasilan. Pengobatan.Obat yang sering dipakai untuk mengatasi depresi pada orang dewasa banyak digunakan di luar negeri untuk mengobati anak-anak dengan selective mutism. Pengobatan berlangsung selama 9 - 12 bulan dan umumnya pendekatan dengan pengobatan selalu disertai dengan pendekatan terapi perilaku. Terapi dengan pengobatan umumnya hanya diberikan pada penderita yang sudah remaja atau dewasa berhubung deggan faktor risiko yang terkait dengan obat-obat antidepresan. Terapi dengan pengobatan seharusnya tidak dianggap sebagai satu-satunya terapi untuk mengatasi mutisme selektif.

FOBIA4.1 DefinisiFobia adalah suatu ketakutan irasional yang jelas, menetap dan berlebihan terhadap suatu objek spesifik, keadaan atau situasi. Dibedakan dalam tiga jenis, agorafobia, fobia spesifik, fobia social4.2 AgorafobiaAdalah ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak serta adanya kesulitan untuk segera menyingkir ke tempat aman.4.2.1EtiologiFaktor BiologisPenggunaan antagonis reseptor b-adrenergik seperti propanolol misal berbicara ditempat umum mungkin akan melepaskan banyak norepinefrin dan epinefrin baik secara sentral atau perifer.Faktor GenetikBeberapa penelitian menemukan adanya peningkatan resiko gangguan panik empat hingga delapan kali lipat pada sanak keluarga derajat pertama. Fobia spesifik cenderung terdapat salam satu keluarga, terutama tipe darah-injeksi-luka. Ada penelitian malaporkan bahwa duapertiga hingga tigaperempat pasien mempunyai sekurangnya satu sanak keluarga derajat pertama dengan fobia spesifik dari tipe yang sama.Pada fobia sosial, sanak keluarga derajat pertama pasien adalah kira-kira tiga kali lebih mungkin mederita fobia sosial dibandingkan sanak saudara derajat pertama tanpa gangguan mental.Faktor PsikososialPenelitian menyimpulkan bahwa anak-anak tertentu yang ada predisposisi kobnstitusional terhadap fobia, memiliki tempramen inhibisi perilaku terhadap yang tidak dikenal (behavioral inhibition to the unfamiliar) dengan stress lingkungan yang kronis akan mencetuskan timbulnya fobia.4.2.2 Kriteria DiagnostikMenurut DSM VAgoraphobiaDiagnostic Criteria 300.22 (F40.00)A. Ditandai ketakutan atau kecemasan tentang dua (atau lebih) dari lima situasi berikut:1. Menggunakan transportasi umum (misalnya, mobil, bus, kereta api, kapal, pesawat).2. Berada di ruang terbuka (misalnya, parkir, pasar, jembatan).3. Berada di tempat tertutup (misalnya, toko-toko, teater, bioskop).4. Berdiri di line atau berada di tengah orang banyak.5. Menjadi luar rumah saja.B. Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi darinya kemungkinan meloloskan diri adalah sulit (atau merasa malu) atau dimana mungkin tidak terdapat pertolongan jika mendapat serangan panik atau gejala mirip panik yang tidak diharapkan secara situasionalC. Situasi agoraphobic hampir selalu memprovokasi ketakutan atau kecemasan.D. Situasi agoraphobic secara aktif dihindari, memerlukan kehadiran pendamping, atau mengalami ketakutan yang intens atau kecemasan.E. Ketakutan atau kecemasan adalah keluar dari proporsi bahaya yang sebenarnya ditimbulkan oleh agoraphobic situasi dan konteks sosial budaya.F. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran persisten, biasanya berlangsung selama 6 bulan atau lebih.G. Ketakutan, kecemasan, atau menghindari menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya berfungsi.H. Jika kondisi medis lain (misalnya, penyakit radang usus, penyakit Parkinson) hadir, ketakutan, kecemasan, atau penghindaran jelas berlebihan.I. Kecemasan atau penghindaran fobik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain seperti fobia sosial (misalnya penghindaran terbatas pada situasi sosial karena takut dipermalukan), fobia spesifik (misalnya penghindaran situasi seperti lift), gangguan obsesif kompulsif (misalnya menghindari kotoran pada seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stress pasca trauma (misalnya menghindari stimuli ynga berhubungan dengan stresor berat) atau gangguan cemas perpisahan (misalnya menghindari meninggalkan rumah atau sanak saudara).Catatan: Agoraphobia didiagnosis terlepas dari adanya gangguan panik. Jika individu presentasi memenuhi kriteria untuk gangguan panik dan agoraphobia, baik diagnosis harus diserahkan.

Fobia SpesifikKriteria diagnosticA. Ketakutan yang jelas menetap yang berlebihan atau tanpa alasan, ditujukan dengan keberadaan atau antisipasi objek yang spesifik atau situasi tertentu (misalnya naik pesawat terbang, medapat injeksi, melihat darah).B. Paparan terhadap stimulus fobik hampir selalu memprovokasi respons kecemasan yang segera dalam bentuk serangan panik situasional atau dipredisposisikan dengan situasi. Catatan: pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan menangis, tantrum, membeku atau melekat erat.C. Individu dapat menyadari bahwa ketakutannya adalah berlebihan atau tak beralasan.D. Situasi fobik dihindari atau dijalani dengan kecemasan atau distress yang kuat.E. Penghindaran, antisipasi kecemasan atau distres pada situasi yang ditakuti secara bermakna mengganggu kegiatan ruitn yang normal, fungsi oekerjaan atau akademik, atau aktivitas sosial atau relasi dengan orang lain, atau terdapat distress yang nyata ketika menghadapi fobia.F. Pada individu dibawah 18 tahun, durasi berlangsung sekurangnya 6 bulan.G. Ansietas, serangan panik, atau penghindaran fobia berhubungan dengan objek atau situasi spesifik yang tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain, seperti gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress pasca trauma, gangguan cemas perpisahan, fobia sosial, gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia.

Sebutkan tipe Tipe hewan : ketakutan terhadap hewan atau serangga. Awitan pada masa kanak-kanak. Tipe lingkungan: ketinggian, badai, air Tipe darah-injeksi-luka Tipe situasional: transportasi ummum, jembatan, elevator, pesawat udara (awitan pada masa kanak-kanak dan dewasa muda) Tipe lain: fobia ruang, penghindaran suara keras, karakter berkostum.

Gangguan Kecemasan Sosial ( Fobia Sosial)Kriteria Diagnostik 300.23 (F40.10)

A. Takut ditandai atau kecemasan tentang satu atau lebih situasi sosial di mana individu adalah terkena mungkin pengawasan oleh orang lain. Contohnya termasuk interaksi sosial (misalnya, memiliki percakapan, bertemu orang-orang asing), yang diamati (misalnya, makan atau minum), dan tampil di depan orang lain (misalnya, memberikan pidato). Catatan: Pada anak-anak, kecemasan harus terjadi dalam pengaturan rekan dan bukan hanya selama interaksi dengan orang dewasa.B. Individu takut bahwa dia akan bertindak dengan cara atau menunjukkan gejala kecemasan yang akan secara negatif dievaluasi (yaitu, akan memalukan atau akan menyebabkan penolakan atau menyinggung orang lain).C. Situasi sosial hampir selalu memprovokasi ketakutan atau kecemasan. Catatan: Pada anak-anak, ketakutan atau kecemasan dapat dinyatakan dengan menangis, tantrum, pembekuan, menempel, menyusut, atau gagal untuk berbicara dalam situasi sosial.D. Situasi sosial dihindari atau mengalami ketakutan yang intens atau kecemasan.E. Ketakutan atau kecemasan adalah keluar dari proporsi ancaman aktual yang ditimbulkan oleh situasi social dan konteks sosial budaya.F. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran persisten, biasanya berlangsung selama 6 bulan atau lebih.G. Penghindaran, antisipasi kecemasan, atau distres dalam situasi sosial atau tampil didepan umum secara bermakna mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan, atau aktivitas sosial dan hubungan dengan orang lain atau ada distres yang jelas mengalami fobia.H. Ketakutan atau penghindaran tidak karena efek fisiologik suatu zat atau kondisi medik umum, dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain.I. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala lain gangguan mental, seperti gangguan panik, gangguan dysmohic tubuh, atau spektrum autism gangguan.J. Bila terdapat suatu kondisi medik umum atau gangguan mental lain, ketakutan pada kriteria A tidak berhubungan dengan nya, misalnya gagap, gemetaran, pada penyakit parkinson, atau gangguan prilaku makan abnormal pada anoreksia nervosa atau bulimia nervosa.Tentukan jika:Kinerja hanya: Jika rasa takut dibatasi untuk berbicara atau tampil di publik.

4.4 Penatalaksanaan.A. Terapi psikologik.a. Terapi perilaku, seperti desensitasi sistematik yang sering dilakukan; terapi pemaparan, imaginal exposure, participent remodelling, guided mastery, imaginal flooding.b. Psikoterapi berorientasi tilikanc. Terapi lain : hypnotherapy, psikoterapi suportif, terapi keluarga jika diperlukan.B. Farmakoterapia. Terapi agorafobia sama seperti gangguan panik, terdiri dari obat ansietas, anti depresan dan psikoterapi khususnya kognitif perilakub. Terapi fobia spesifik yaitu dengan exposure therapy.c. Terapi fobia sosial, dengan B-bloker propanolol untuk mengatasi efek fisik ansietas.

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH5.1 PENDAHULUANGangguan cemas merupakan gangguan yang sering dijumpai pada klinik psikiatri. Kondisi ini terjadi sebagai akibat interaksi faktor-faktor biopsikososial, termasuk kerentanan genetik yang berinteraksi dengan kondisi tertentu, stress dan trauma yang menimbulkan sindroma klinis yang bermakna.Angka prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3 8 % dan rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2 : 1. Pasien dengan gangguan cemas menyeluruh sering memiliki komorbiditas dengan gangguan mental lainnya seperti gangguan panik. Gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress pasca trauma dan gangguan depresi berat.Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi yang dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan. 5.2ETIOLOGITeori BiologiArea otak yang diduga terlibat timbulnya GAD adalah lobus oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepine tertinggi di otak. Basal ganglia, sistem limbik dan korteks frontal juga di hipotesiskan terlibat pada etiologi timbulnya GAD. Pada pasien GAD juga ditemukan sistem serotonergik yang abnormal. Neurotransmitter yang berkaitan dengan GAD adalah GABA, serotonin, norepinefrin, glutamat dan kolesistokinin. Pemeriksaan PET (Positron Emission Tomography) pada pasien GAD ditemukan penurunan metabolisme di ganglia basal dan massa putih otak. Teori GenetikPada sebuah studi didapatkan bahwa hubungan genetik pasien GAD dan gangguan Depresi Mayor pada pasien wanita. Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama GAD juga menderita gangguan yang sama. Sedangkan pada penelitian pada pasangan kembar didapatkan angka 50% pada kembar monozigotik dan 25% pada kembar dizigotik.Teori PsikoanalitikTeori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa amxietas adalah gejala dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan. Pada tingkat yang paling primitif anxietas dihubungkan dengan perpisahan dengan objek cinta. Pada tingkat yang lebih matang lagi anxietas dihubungkan dengan kehilangan cinta dari objek yang penting. Anxietas kastrasi berhubungan dengan fase oetipal sedangkan anxietas superego merupakan ketakutan seseorang untuk mengecewakan nilai dan pandagannya sendiri.Teori Kognitif-perilakuPenderita GAD berespons secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman, disebabkan oleh perhatian selektif terhadap hal-hal negatif pada lingkungan, adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negatif terhadap kemampuan diri sendiri untuk menghadapi ancaman.

5.3 DIAGNOSISKriteria diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut DSM VGangguan Cemas MenyeluruhKriteria diagnostik 300,02 (F41.1)A. kecemasan yang berlebihan dan khawatir (harapan memprihatinkan), terjadi lebih dari setidaknya 6 bulan, tentang sejumlah peristiwa atau kegiatan (seperti kerja atau sekolah kinerja).B. Individu menemukan kesulitan untuk mengontrol khawatir.C. kecemasan dan kekhawatiran yang terkait dengan tiga (atau lebih) dari enam gejala berikut (dengan setidaknya beberapa gejala yang telah hadir selama lebih hari daripada tidak untuk 6 bulan terakhir);Catatan: Hanya satu item diperlukan pada anak-anak.1. Gelisah atau perasaan tegang atau di tepi.2. Menjadi mudah lelah.3. Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran akan kosong.4. Iritabilitas.5. Otot ketegangan.6. Gangguan tidur (kesulitan jatuh atau tidur, atau gelisah, tidak memuaskan tidur).D. Kecemasan, khawatir, atau gejala fisik menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan di bidang sosial, pekerjaan, atau lainnya yang penting dari fungsi.E. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat (misalnya, penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis lain (misalnya, hipertiroidisme).F. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain (misalnya, kecemasan atau khawatir tentang memiliki serangan panik dalam gangguan panik, evaluasi negatif dalam kecemasan social gangguan [fobia sosial], kontaminasi atau obsesi lainnya di obsesif-kompulsif gangguan, pemisahan dari tokoh lampiran dalam gangguan kecemasan pemisahan, pengingat peristiwa traumatis dalam gangguan stres pasca trauma, berat badan di anoreksia nervosa, keluhan fisik dalam gangguan gejala somatik, penampilan yang dirasakan kelemahan dalam gangguan dismorfik tubuh, memiliki penyakit yang serius dalam penyakit kecemasan gangguan, atau isi dari keyakinan delusional di skizofrenia atau gangguan delusional).

5.4GAMBARAN KLINISGejala utama GAD adalah anxietas, ketegangan motorik, hiperaktivitas autonom, dan kewaspadaan secara kognitif. Kecemasan bersifat berlebihan dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pasien. Ketegangan motorik bermanifestasi sebagai bergetar, berkeringat, palpitasi, dan disertai gejala saluran pencernaan. Terdapat juga kewaspadaan kognitif berupa iritabilitas.Pasien GAD biasanya datang ke dokter umum karena keluhan somatik, ataud atang ke spesialis karena gejala spesifik seperti diare kronik. Pasien biasanya mencari perhatian (seeking behavior). Berapa pasien menerima diagnosis GAD dan terapi yang adekuat, beberapa lainnya meminta konsultasi medik tambahan untuk masalah-masalah mereka.5.5DIAGNOSIS BANDINGGangguan cemas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat kondisi medis umum ataupun gangguan yang berhubungan dengan penggunaan zat. Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah, elektrokardiografi, dan tes fungsi tiroid. Klinis harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulansia, kondisi putuh zat atau obat seperti alkohol, hipnotik-sedatif dan anxiolitik.Gangguan psikiatrik lain yang merupakan diagnosis banding GAD adalah gangguan panik, fobia, gangguan somatisasi, gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dan gangguan kepribadian. Membedakan GAD dengan gangguan depresi dan distimik tidak mudah, dan gangguan-gangguan ini seringkali terdapat bersama-sama GAD.5.6PROGNOSISGangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.

5.7 TERAPI

FarmakoterapiPsikoterapi

BenzodiazepinMerupakan obat pilihan pertama. Pemberian benzodiazepin dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respons terapi. Penggunaan sediaan dengan waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata 2-6 minggu dilanjutkan dengan masa tappering off selama 1-2 minggu.Terapi Kognitif-perilakuPendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi kognitif dan pendekatan prilaku, mengenali gejala somatik secara langsung. Teknik utama yang digunakan pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan biofeedback.

BuspironEfektif pada 60%-80% penderita GAD. Buspiron lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala somatik pada GAD. Tidak menyebabkan withdrawal. Kekurangannya adalah fek klinisnya baru terasa setelah 2-3minggu. Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah menggunakan benzodiazepin tidak akan memberikan respon baik dengan buspiron. Dapat dilakukan penggunaan bersama antara benzodiazepin dengan buspiron kemudian dilakukan tappering off benzodiazepin setelah 2-3minggu, disaat efek terapi buspiron sudah mencapai maksimal.Terapi SuportifPasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.

SSRISertraline dan paroxetine merupakan pilihan yang lebih baik daripada fluoksetin. Pemberian fluoksetin dapat meningkatkan anxietas sesaat. SSRI efektif terutama pada pasien GAD dengan riwayat depresi.Psikoterapi berorientasi tilikanTerapi ini mengajak pasien penyingkapan konflik bawah sadar, menilik egostrength, relasi objek, serta kebutuhan self pasien. Dari pemahaman akan komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapis dapat memperkirakan sejauh mana pasien dapat diubah menjadi lebih matur; bila tidak tercapai, minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.

GANGGUAN PANIK6.1 DefinisiDi antara beberapa gangguan cemas yang dikenal, gangguan panik merupakan gangguan yang lebih sering dijumpai akhir-akhir ini. Peneilitian di negara-negara barat bahwa kurang lebih 1.7% dari populasi orang dewasa. Angka kejadian sepanjang hidup gangguan panik sebanyak 3-5.6%.Gangguan panik terjadi paling banyak pada perempuan dengan perbadningan 2 per 3 dari laki-laki. Pada umunya terjadi pada usia dewasa muda sekitar 25 tahun. Tetapi bisa terjadi pada usia berapapun termasuk anak-anak dan remaja.

6.2Risiko dan factor prognostikTemperamental. Efektifitas negatif (neurotisme) (yaitu, rawan mengalami emosi negative ) dan sensitivitas kecemasan (yaitu, disposisi untuk percaya bahwa gejala kecemasan berbahaya) merupakan faktor risiko untuk terjadinya serangan panik dan, secara terpisah, untuk khawatir panik, meskipun status risiko mereka untuk diagnosis gangguan panik tidak diketahui. Lingkungan. Laporan dari pengalaman masa kanak-kanak pelecehan seksual dan fisik yang lebih umum di gangguan panik dari pada gangguan kecemasan tertentu lainnya. Merokok merupakan faktor risiko untuk serangan panik dan gangguan panik. Kebanyakan orang melaporkan stres diidentifikasi di bulan sebelum serangan panik pertama mereka (misalnya, stres interpersonal dan stres yang berhubungan dengan kesejahteraan fisik, seperti pengalaman negatif, penyakit, atau kematian dalam keluarga).Genetik dan fisiologis. Hal ini diyakini bahwa beberapa gen kerentanan terhadap panik gangguan. Namun, gen yang tepat, produk gen, atau fungsi yang terkait dengan daerah genetic terlibat tetap tidak diketahui. Sistem saraf model saat ini gangguan panik menekankan struktur amigdala dan terkait, sebanyak pada gangguan kecemasan lainnya. Ada peningkatan risiko untuk gangguan kepanikan di antara keturunan orang tua dengan kecemasan, depresi, dan gangguan bipolar. Gangguan pernapasan, seperti asma, terkait dengan panik gangguan, dalam hal sejarah masa lalu, komorbiditas, dan sejarah keluarga.

6.3 PatofisiologiGangguan ini dimulai pada akhir masa remaja, awal masa dewasa atau usia pertengahan. Pada umumnya tidak ditemuka stressor saat awitan, walaupun sering pula dihubungkan dengan adanya stressor psikososial. Gangguan panik biasanya berlangsung kronik, sangat bervariasi pada setiap pasien. Dalam jangka panjang, 30-40% pasien tidak lagi mengalami serangan panik, 50% mengalami gejala ringan dan tidak memengaruhi kehidupannya. Sisanya masih mengalami gejala yang bermakna.Pada saat serangan pertama atau kedua pasien sering mengabaikannya dan baru menyadari setelah frekuensi dan intensitas bertambah. Hal ini juga dapat dipicu dari mengonsumsi kafein berlebihan.Depresi sering menyertai, yaiut pada 40-8-% kasus, walaupun jarang terungkap ide bunuh diri, namun resiko tersebut meningkat, 20-40% diantara pasien juga mengonsumsi alkohol atau zat lainnya. Sering terjadi perubahan perilaku, interaksi dalam keluarga dan hasil akademis dan pekerjaan mungkin dapat memburuk. Agoraphobia yang terjadi pada gangguan panik akan reda bila gangguan paniknya mendapat terapi.6.4 Tanda dan GejalaGangguan panik terutama ditandai dengan serangan panik secara berulang, terjadi secara spontam dam tidak terduga, disertai gejala otonomik yang kuat, terutama sistem kardiovaskular dan respiratori. Serangan terjadi selama 10 menit, gejala meningkat secara cepat. Kondisi cemas pada gangguan panik biasanya terjadi secara tiba-tiba dan dapat ,eningkat hingga sangat tinggi dan disertai dengan gangguan jantung, yaitu rasa nyeri di dada, berdebar-debar, keringat dingin dan terasa seperti tercekik. Kondisi ini membuat pasien merasa khawatir bahwa dirinya akan mengalami kembali haltersebut (anticipatory anxiety) sehingga pasien akan mencari pertolongan ke rumah sakit terdekat.Pada pemeriksaan status mental saat serangan terjadi ruminasi, kesulitan bicara seperti gagap dan gangguan memori. Depresi, depersonalisasi dan derealisasi dapat dialami saat serangan panik. Fokus perhatian pasien adalah takut mati karena masalah jantung atau pernapasan, sering pasien merasa seperti akan menjadi gila.Agorafobia yang dialami oleh pasien dengan gangguan panik menyebabkan penderita menolak untuk meninggalkan rumah ketempat yag sulit mendapatkan pertolongan. Gejala penyerta lainnya adalah depresi, obsesif kompulsif, dan pemeriksa harus waspada dengan tendensi bunuh diri. 6.5Diagnosis dan Diagnosis BandingKriteria diagnosis berdasarkan DSM V adalah :Ganggguan PanikKriteria diagnostic 300,01 (F41.0)

A. Serangan panic yang berulang yang tak terduga. Sebuah serangan panik adalah gelombang tiba-tiba ketakutan intens atau ketidaknyamanan intens yang mencapai puncak dalam beberapa menit, dan selama waktu empat (atau lebih) gejala berikut terjadi;Catatan: Gelombang tiba-tiba dapat terjadi dari keadaan tenang atau cemas.1. Palpitations, jantung berdebar, atau detak jantung dipercepat.2. Berkeringat.3. gemetar atau gemetar.4. Sensasi sesak napas atau menyesakkan.5. Perasaan tersedak.6. Nyeri dada atau ketidaknyamanan.7. Mual atau distress abdominal.8. Merasa pusing, goyah, pusing, atau pingsan.9. Menggigil atau sensasi panas.10. Parestesi (mati rasa atau kesemutan sensasi).11. derealisasi (perasaan tak nyata) atau depersonalisasi (yang terpisah dari diri sendiri).12. Takut kehilangan kontrol atau "gila."13. Takut mati.

B. Setidaknya satu serangan telah diikuti oleh 1 bulan (atau lebih) dari salah satu atau keduamengikuti:1. Kekhawatiran terus-menerus atau khawatir tentang serangan panik tambahan atau konsekuensinya(misalnya, kehilangan kendali, mengalami serangan jantung, "gila").2. Perubahan maladaptif signifikan dalam perilaku yang terkait dengan serangan (misalnya, perilaku dirancang untuk menghindari serangan panik, seperti menghindari latihan atau asing situasi).

C. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat (misalnya, penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis lain (misalnya, hipertiroidisme, cardiopulmonary gangguan).D. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain (misalnya, serangan panic tidak hanya terjadi dalam menanggapi situasi sosial ditakuti, seperti dalam gangguan kecemasan sosial: dalam menanggapi objek fobia dibatasi atau situasi, seperti dalam fobia spesifik: dalam menanggapi obsesi, seperti pada gangguan obsesif-kompulsif: dalam menanggapi pengingat peristiwa traumatis, seperti dalam gangguan stres pasca trauma: atau dalam menanggapi pemisahan dari angka lampiran, seperti dalam gangguan kecemasan pemisahan).

Diagnosis BandingGangguan kecemasan karena kondisi medis lain. Gangguan panik tidak didiagnosis jika serangan panik yang dinilai menjadi konsekuensi fisiologis langsung dari medis lain Kondisi. Contoh kondisi medis yang dapat menyebabkan serangan panik termasuk hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, pheochromocytoma, disfungsi vestibular, gangguan kejang, dan kondisi cardiopulmonary (misalnya, aritmia, takikardia supraventrikular, asma, penyakit paru obstruktif kronik [COPD]). Tes laboratorium yang tepat (misalnya, kadar kalsium serum untuk hiperparatiroidisme; Holter memantau aritmia) atau pemeriksaan fisik (misalnya, untuk kondisi jantung) dapat membantu dalam menentukan etiologi yang Peran kondisi medis lain.Zat / obat-induced gangguan kecemasan. Gangguan panik tidak didiagnosis jika serangan panik yang dinilai menjadi konsekuensi fisiologis langsung dari suatu zat. Kemabukan dengan stimulan sistem saraf pusat (misalnya, kokain, amfetamin, kafein) atau ganja dan penarikan dari depresan sistem saraf pusat (misalnya, alkohol, barbiturat) dapat memicu serangan panik. Namun, jika serangan panik terus terjadi di luar dari konteks penggunaan zat (misalnya, lama setelah efek keracunan atau penarikan telah berakhir), diagnosis gangguan panik harus dipertimbangkan. Selain itu, karena gangguan panik mungkin mendahului penggunaan narkoba pada beberapa individu dan dapat berhubungan dengan peningkatan penggunaan narkoba, terutama untuk tujuan pengobatan sendiri, sejarah rinci harus diambil untuk menentukan apakah individu telah serangan panik sebelum substansi yang berlebihan menggunakan. Jika hal ini terjadi, diagnosis gangguan panik harus dipertimbangkan selain untuk diagnosis gangguan penggunaan zat. Fitur seperti onset setelah usia 45 tahun atau adanya gejala atipikal selama serangan panik (misalnya, vertigo, kehilangan kesadaran, kehilangan kandung kemih atau pengendalian usus, bicara cadel, armiesia) menunjukkan kemungkinan bahwa lain kondisi medis atau zat mungkin menyebabkan gejala-gejala serangan panik.6.6 PenatalaksanaanFarmakoterapiPsikoterapi

SSRI : Sertralin, fluoxetin, fluvoksamin, escitalopram dllObat-obat tersebut dipilih salah satu dan diberikan selama 3-6 bulan atau lebih tergantung kondisi pasien dan agar kadarnya stabil dalam darah, Alprazolam : awitan kerjanya cepat, dikonsumsi antara 4-6minggu lalu dosisnya diturunkan perlahan sampai akhirnya dihentikan jadi hanya mengonsumsi SSRI saja. Terapi relaksasiDapat meredakan secara relatif serangan panik dan menenangkan individu, anmun itu dapat dicapai bagi yang berlatih setiap hari. Prinsipnya adalah melatih pernapasan dan mengendurkan otot-otot pernapasan. Terapi kognitif perilakuIndividu diajak melakukan restrukturisasi kognitif yaitu membentuk kembali pola perilaku dan pikiran yang irasional menjadi rasional. Terapi selama30-45 menit. Individu diberi pekerjaan rumah yang harus dibuat setiap hari antara lain membuat daftar pengalaman harian dalam menyikapi berbagai peristiwa yang dialami, misal yang mengecewakan. Psikoterapi dinamikIndividu diajak untuk memahami diri dan kepribadiannya, bukan sekedar menghilangkan gejalanya semata. Pada terapi ini individu lebih banyak bicara dan dokter lebih banyak mendengar.

Gangguan kecemasan Akibat Zat / Obat-Induced7.1 Kriteria diagnosis berdasarkan DSM V adalah :Gangguan kecemasan Akibat Zat / Obat-InducedKriteria diagnostikA. Serangan panik atau kecemasan dominan dalam gambaran klinis.B. Ada bukti dari sejarah, pemeriksaan fisik, laboratorium atau temuan dari kedua:1. Gejala dalam kriteria A yang dikembangkan selama atau segera setelah keracunan zat atau penarikan atau setelah terpapar obat.2. Terlibat bahan / obat ini mampu menghasilkan gejala dalam kriteria A.

C. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan kecemasan yang tidak substansi / obat-induced. Bukti seperti gangguan kecemasan independen dapat mencakup mengikuti: Gejala mendahului timbulnya penggunaan bahan / obat; gejala bertahan untuk waktu yang cukup lama (misalnya, sekitar 1 bulan) setelah penghentian Penarikan akut atau intoksikasi berat: atau ada bukti lain menyarankan keberadaan non-bahan / gangguan kecemasan obat-induced independen (misalnya, sejarah non-bahan / episode-obat terkait berulang).D. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama delirium.E. Gangguan tersebut menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya berfungsi.Catatan: diagnosis ini harus dibuat bukan diagnosis keracunan zat atau penarikan substansi hanya ketika gejala dalam kriteria A mendominasi dalam klinis gambar dan mereka cukup berat untuk menjamin perhatian klinis.

Gangguan Kecemasan Karena Kondisi Medis Lain8.1 Kriteria diagnosis berdasarkan DSM V adalah :Gangguan Kecemasan Karena Kondisi Medis LainKriteria diagnostic 293.84 (F06.4)A. Serangan panik atau kecemasan dominan dalam gambaran klinis.B. Ada bukti dari sejarah, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium yang gangguan adalah konsekuensi patofisiologi langsung kondisi medis lain.C. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain.D. Gangguan tidak terjadi hanya selama delirium.E. Gangguan tersebut menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya berfungsi.Coding Catatan: Sertakan nama kondisi medis lainnya dalam nama mental gangguan (misalnya, 293.84 [F06.4] kecemasan gangguan karena pheochromocytoma). yang lain kondisi medis harus dikodekan dan terdaftar secara terpisah segera sebelum kecemasan gangguan karena kondisi medis (misalnya, 227.0 [D35.00] pheochromocytoma; 293.84 [F06.4] gangguan kecemasan karena pheochromocytoma.

Gangguan Kecemasan Lainnya Yang Ditentukan9.1 Kriteria diagnosis berdasarkan DSM V adalah :Gangguan Kecemasan Lainnya Yang Ditentukan 300.09 (F41.8)Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala karakteristik dari gangguan kecemasan yang menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan sosial, pekerjaan, atau lainnya daerah penting dari fungsi mendominasi tetapi tidak memenuhi kriteria penuh untuk salah satu Gangguan di gangguan kecemasan kelas diagnostik. Gangguan kecemasan tertentu lainnya Kategori ini digunakan dalam situasi di mana dokter memilih untuk berkomunikasi spesifik Alasan bahwa presentasi tidak memenuhi kriteria untuk gangguan kecemasan tertentu. Hal ini dilakukan dengan merekam "gangguan kecemasan tertentu lainnya" diikuti oleh alasan tertentu (misalnya, "kecemasan umum tidak terjadi hari lagi daripada tidak").Contoh presentasi yang dapat ditentukan dengan menggunakan "lainnya yang ditentukan" penunjukan meliputi;1. Limited-symptom attacks.2. Generalized anxiety not occurring more days than not.3. Khyl cap (wind attacks): See Glossary of Cultural Concepts of Distress in the Appendix.4. Ataque de nervios (attack of nerves): See Glossary of Cultural Concepts of Distress in the Appendix.

Gangguan Kecemasan Lainnya Yang Tidak Terolongkan

10.1 Kriteria diagnosis berdasarkan DSM V adalah :Gangguan Kecemasan Lainnya Yang Tidak Terolongkan 300.00 (F41.9)Kategori ini berlaku untuk presentasi di mana gejala karakteristik dari gangguan kecemasan yang menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan sosial, pekerjaan, atau lainnya daerah penting dari fungsi mendominasi tetapi tidak memenuhi kriteria penuh untuk salah satu Gangguan di gangguan kecemasan kelas diagnostik. Kecemasan yang tidak ditentukan kategori gangguan digunakan dalam situasi di mana dokter memilih untuk tidak menentukan alasan bahwa kriteria tidak terpenuhi untuk gangguan kecemasan tertentu, dan termasuk presentasi yang ada informasi yang cukup untuk membuat diagnosis yang lebih spesifik (misalnya, di ruang gawat darurat pengaturan).

GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIFPENDAHULUAN11.1DefinisiGangguan obsesif kompulsif dan gangguan terkait termasuk obsessive-compulsive disorders (OCD), gangguan dismorfik tubuh, gangguan penimbunan, trikotilomania (gangguan menarik rambut ), ekskoriasi ( gangguan menggaruk kulit ), bahan / obat-induced obsesif kompulsif dan terkait, gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan yang terkait karena kondisi medis lain, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan yang terkait yang di tentukan lainnya, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan terkait yang tidak tergolongkan (misalnya, tubuh-difokuskan berulang gangguan perilaku, kecemburuan obsesif).Gangguan obsesif kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan / atau dorongan. Obsesi yang berulang dan terus-menerus pikiran, mendesak, atau gambar yang dialami sebagai mengganggu dan yang tidak diinginkan, sedangkan dorongan adalah perilaku berulang atau tindakan mental yang individu merasa didorong untuk melakukan dalam menanggapi sebuah obsesi atau sesuai dengan aturan yang harus diterapkan secara kaku. Beberapa gangguan obsesif-kompulsif dan terkait lainnya juga ditandai oleh keasyikan dan dengan perilaku berulang atau tindakan mental dalam menanggapi kesibukannya. Gangguan obsesif-kompulsif dan terkait lainnya ditandai terutama oleh perilaku berulang tubuh-difokuskan berulang (misalnya, menarik rambut, kulit memetik) dan mengulangi upaya untuk mengurangi atau menghentikan perilaku.Prevalensi gangguan obsesif-kompulsif sebesar 2-2.4% sebagian besar dialami oleh remaja atau dewasa muda (18-24tahun) dengan perbandingan laki-laki dan perempuan sama.11.2 EpidemiologiPrevalensi seumur hidup gangguan obsesif kompulsif pada populasi umum diperkirakan adalah 2 sampai 3 persen. Beberapa peneliti memperkirakan bahwa gangguan obsesif-kompulsif ditemukan pada sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di klinik psikiatrik. Angka tersebut menyebabkan gangguan obsesif-kompulsif sebagai diagnosis psikiatrik tersering keempat setelah fobia, gangguan yang berhubungan dengan zat, dan gangguan depresif berat. Untuk orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama mungkin terkena, tetapi untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan perempuan. Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun.Secara keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari pasien memiliki onset gejala sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki onset gejala setelah usia 35 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih banyak terkena gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan orang yang menikah. Gangguan obsesif-kompulsif ditemukan lebih jarang diantara golongan kulit hitam dibandingkan kulit putih. Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif umumnya dipengaruhi oleh gangguan mental lain. Prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif berat pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah kira-kira 67 persen dan untuk fobia sosial adalah kira-kira 25 persen. Diagnosis psikiatrik komorbid lainnya pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah gangguan penggunaan alkohol, fobia spesifik, gangguan panik, dan gangguan makan.

11.3EtiologiPenyebab obsesif kompulsif memiliki sifat multifaktorial, yaitu interaksi antara faktor biologik, genetik dan psikososial.11.4Manifestasi KlinisPada umumnya obsesif kompulsif memiliki gambaran tertentu seperti ini:1. Adanya ide atau impuls yang terus menerus menekan kedalam kesadaran individu.2. Perasaan cemas atau takut akan ide atau impuls yang aneh3. Obsesi dan kompulsi yang egoalien.4. Pasien mengenali obsesi dan kompulsi merupakan sesuatu yang abstrak dan irrasional.5. Individu yang menderita obsesi kompulsi merasa adanya keinginan kuat untuk melawan.

Ada 4 pola gejala utama obsesi kompulsi, yaitu:1. KontaminasiPola yang paling sering adalah onsesi tentang kontaminasi, yang dikuti oleh perilaku mencuci dan membersihkan atau menghindari objek yang dicurigai terkontaminasi.2. Sikap ragu-ragu yang patologik.Pola kedua yang sering terjadi adalah obsesi tentang ragu-ragu yang diikuti dengan perilaku kompulsi mengecek / memeriksa. Tema obsesi tentang situasi berbahaya atau kekerasan (seperti lupa mematikan kompor atau tidak mengunci rumah)3. Pikiran yang intrusifPola yang jarang adalah pikiran intrusif yang tidak didahului dengan kompulsi, biasanya pikiran berulang-ulang seksual atau tindakan dan agresif.4. SimetriObsesi yang temanya kebutuhan untuk simetri, ketepatan sehingga bertindak lamban, misalnya makan bisa memerlukan waktu berjam-jam atau mencukur kumis atau janggut.Pola yang lain: obsesi bertemakan keagamaan, trichotilomania, dan menggigit jari.11.5Kriteria Diagnosis Menurut DSM-VGangguan Obsesif KompulsifKriteria diagnostic 300,3 (F42)A. Kehadiran obsesi, dorongan, atau keduanya:Obsesi didefinisikan oleh (1) dan (2):1. berulang dan pikiran terus-menerus, mendesak, atau gambar yang berpengalaman, di beberapa waktu selama gangguan, seperti mengganggu dan tidak diinginkan, dan bahwa di sebagian besar individu. Penyebab ditandai kecemasan atau tertekan.2. Individu mencoba untuk mengabaikan atau menekan pikiran tersebut, mendesak, atau gambar, atau untuk menetralisir mereka dengan beberapa pemikiran lain atau tindakan (yaitu, dengan melakukan suatu keharusan).Dorongan didefinisikan oleh (1) dan (2):1. perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan, pemesanan, memeriksa) maupun mental tindakan (misalnya, berdoa, menghitung, mengulang kata-kata diam-diam) bahwa individu merasa didorong untuk melakukan dalam menanggapi sebuah obsesi atau sesuai dengan aturan yang harus diterapkan secara kaku.2. perilaku atau tindakan mental yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecemasan atau tekanan, atau mencegah beberapa peristiwa atau situasi yang ditakuti; Namun, perilaku ini atau tindakan mental tidak terhubung dengan cara yang realistis dengan apa yang mereka dirancang untuk menetralisir atau mencegah, atau jelas berlebihan.Catatan: Anak-anak kecil mungkin tidak mampu mengartikulasikan tujuan perilaku tersebut atau tindakan mental.B. Obsesi atau dorongan yang memakan waktu (misalnya, mengambil lebih dari 1 jam perhari) atau menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya berfungsi.C. Gejala obsesif-kompulsif tidak disebabkan oleh efek fisiologis zat (misalnya, penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis lain.D. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala gangguan mental lain (Misalnya, kekhawatiran yang berlebihan, seperti dalam gangguan kecemasan umum; keasyikan dengan penampilan, seperti dalam gangguan dismorfik tubuh; kesulitan membuang atau berpisah dengan harta, seperti pada gangguan penimbunan; menarik rambut, seperti dalam trikotilomania [gangguan-menarik rambut]; kulit memetik, seperti pada kritik pedas [kulit-picking] gangguan; stereotypies, seperti dalam stereotypic gangguan gerakan; perilaku makan ritual, seperti dalam gangguan makan; keasyikan dengan zat atau perjudian, seperti pada gangguan-zat terkait dan adiktif; keasyikan dengan memiliki penyakit, seperti pada gangguan kecemasan penyakit; dorongan seksual atau fantasi, seperti pada gangguan paraphilic; impuls, seperti dalam mengganggu, impuls-kontrol, dan perilaku gangguan; perenungan bersalah, seperti dalam depresi besar; pikir penyisipan atau delusi kesibukannya, seperti dalam skizofrenia spektrum dan gangguan psikotik lainnya; atau pola berulang dari perilaku, seperti dalam gangguan spektrum autisme).Tentukan jika:Dengan wawasan yang baik: Individu mengakui bahwa gangguan obsesif-kompulsif keyakinan yang pasti atau mungkin tidak benar atau bahwa mereka mungkin atau mungkin tidak benar.Dengan wawasan yang buruk: Individu berpikir keyakinan gangguan obsesif-kompulsif adalah mungkin benar.Dengan keyakinan wawasan / keputusan absen: individu ini benar-benar yakin bahwa obsesif-kompulsif disorder keyakinan yang benar

11.6 Diagnosis Banding- Kondisi medik tertentu- Gangguan Tourette11.7Perjalanan PenyakitLebih dari 50% pasien dengan gangguan obsesif kompulsif gejala awalnya muncul mendadak. Permulaan gangguan terjadi setelah adanya peristiwa yang menimbulkan stress, misalnya kehamilan, masalah seksual, kematian keluarga. Seringkali pasien merahasiakan gejala sehingga terlambat datang berobat. Perjalanan penyakit bervariasi, sering berlangsung panjang, beberapa pasien mengalami perjalanan penyakit yang berfluktuasi sementara sebagian lain menetap atau terus menerus ada.Kira-kira 20%-30% pasien mengalami perbaikan gejala yang bermakna, sementara 40-50% perbaikan sedang, sedangkan sisanya 20-40% gejalanya menetap atau memburuk. Sepertiga dari gangguan obsesif kompulsif disertai gangguan depresi, dan semua pasien dengan gangguan obsesif kompulsif mrmiliki risiko bunuh diri.Indikasi prognosis buruk adalah : kompulsi yang diikuti, awitan masa kanak, kompulsi yang bizarre, memerlukan perawatan rumah sakit, ada komorbiditas dengan gangguan depresi, adanya kepercayaan yang mengarah ke waham dan ada gangguan kepribadian (terutama kepribadian skizotipal). Indikasi adanya penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa yang menjadi pencetus, gejala yang episodik.11.8Tata LaksanaFarmakoterapiData yang tersedia menyatakan bahwa semua obat yang digunakan untuk mengobati gangguan depresif atau gangguan mental lain, dapat digunakan dalam rentang dosis yang biasanya. Efek awal biasanya terlihat setelah empat sampai enam minggu pengobatan, walaupun biasanya diperlukan waktu delapan sampai enam belas minggu untuk mendapatkan manfaat terapeutik yang maksimum. Walaupun pengobatan dengan obat antidepresan adalah masih kontroversial, sebagian pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif yang berespon terhadap pengobatan dengan antidepresan tampaknya mengalami relaps jika terapi obat dihentikan. Pengobatan standar adalah memulai dengan obat spesifik-serotonin, contohnya clomipramine (Anafranil) atau inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRI-serotonin specific reuptake inhibitor), seperti Fluoxetine (Prozac).Clomipramine. Clomipramine biasanya dimulai dengan dosis 25 sampai 50 mg sebelum tidur dan dapat ditingkatkan dengan peningkatan 25 mg sehari setiap dua sampai tiga hari, sampai dosis maksimum 250 mg sehari atau tampak efek samping yang membatasi dosis. Karena Clopramine adalah suatu obat trisiklik, obat ini disertai dengan efek samping berupa sedasi, hipotensi, disfungsi seksual dan efek samping antikolinergik, seperti mulutkering.SSRI. Penelitian tentang Fluoxetine dalam gangguan obsesifkompulsif menggunakan dosis sampai 80 mg setiap hari untuk mencapai manfaat terapeutik. Walaupun SSRI mempunyai efek seperti overstimulasi, kegelisahan, nyeri kepala, insomnia, mual, dan efek samping gastrointestinal, SSRI dapat ditoleransi dengan lebih baik daripada obat trisiklik. Dengan demikian, kadang-kadang SSRI digunakan sebagai obat lini pertama dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif.Jika pengobatan dengan Clomipramine atau SSRI tidak berhasil, banyak ahli terapi menambahkan lithium (Eskalith). Obat lain yang dapat digunakan dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif adalah inhibitor monoamin oksidase (MAOI, monoamine oxidase inhibitor), khususnya Phenelzine (Nardil). Terapi perilakuWalaupun beberapa perbandinga telah dilakukan, terapi perilaku sama efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan obsesif-kompulsif. Dengan demikian, banyak klinisi mempertimbangkan terapi perilaku sebagai terapi terpilih untuk gangguan obsesif-kompulsif. Terapi perilaku dapat dilakukan pada situasi rawat inap maupun rawat jalan. Pendekatan perilaku utama pada gangguan obsesif-kompulsif adalah pemaparan dan pencegahan respon. Desensitisasi, menghentikan pikiran, pembanjiran, terapi implosi, dan pembiasaan tegas juga telah digunakan pada pasien gangguan obsesif kompulsif. Dalam terapi perilaku pasien harus benar-benar menjalankannya untuk mendapatkan perbaikan.Terapi tingkah laku ini dimulai dengan pasien membuat daftar tentang obsesinya kemudian diatur sesuai hierarki mulai dari yang kurang membuat cemas sampai yang paling membuat cemas. Dengan melakukan paparan berulang terhadap stimulus diharapkan akan menghasilkan kecemasan yang minimal karena adanya habituasi. PsikoterapiPsikoterapi suportif jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien gangguan obsesif-kompulsif, walaupun gejalanya memiliki berbagai derajat keparahan, adalah mampu untuk bekerja dan membuat penyesuaian sosial.Dengan kontak yang kontinu dan teratur dengan tenaga yang profesional, simpatik dan mendorong, pasien mungkin mampu untuk berfungsi berdasarkan bantuan tersebut, tanpa hal tersebut gejala mereka akan menyebabkan gangguan bagi mereka. Kadang-kadang jika ritual dan kecemasan obsesional mencapai intensitas yang tidak dapat ditoleraansi, perlu untuk merawat pasien di rumah sakit sampai tempat penampungan institusi dan menghilangkan stres lingkungan eksternal menurunkan gejala sampai tingkat yang dapat ditoleransi.Anggota keluarga pasien seringkali menjadi putus asa karena perilaku pasien. Tiap usaha psikoterapik harus termasuk perhatian pada anggota keluarga melalui dukungan emosional, penentraman, penjelasan dan nasihat tentang bagaimana menangani dan berespons terhadap pasien. Terapi lainTerapi keluarga seringkali berguna dalam mendukung keluarga, membantu menurunkan percekcokan perkawinan yang disebabkan gangguan, dan membangun ikatan terapi dengan anggota keluarga untuk kebaikan pasien. Terapi kelompok berguna sebagai sistem pendukung bagi beberapa pasien. Untuk pasien yang sangat kebal terhadap pengobatan, terapi elektrokonvulsif (ECT) dan bedah psiko (psychosurgery) harus dipertimbangkan. ECT tidak seefektif bedah psiko tetapi kemungkinan harus dicoba sebelum pembedahan.Prosedur bedah psiko yang paling sering dilakukan untuk gangguan obsesif kompulsif adalah singulotomi, yang berhasil dalam mengobati 25 sampai 30 persen pasien yang tidak responsif terhadap pengobatan lain. Komplikasi yang paling sering dari bedah psiko adalah perkembangan kejang, yang hampir selalu dikendalikan dengan pengobatan Phenytoin (Dilantin). Beberapa pasien yang tidak respon dengan bedah psiko saja dan dengan farmakoterapi atau terapi perilaku sebelum operasi menjadi respon terhadap farmakoterapi atau terapi perilaku setelah bedah psiko.. Gangguan Dismorfik Tubuh12.1 . PendahuluanPasien dengan gangguan ini memiliki perasaan subyektif yang meliputi dirinya bahwa beberapa aspek dari penampilannya buruk padahal pada kenyataannya normal atau nyaris baik. Inti dari gangguan ini adalah pasien berkeyakinan kuat atau takut apabila dirinya tidak menarik atau bahkan menjijikan. Pasien dengan gangguan tubuh dismorfik umumnya tidak mengunjungi psikiater melainkan dermatologis atau dokter bedah plastik. Pasien biasanya berumur 15-30 tahun dan tidak menikah. Dysmorphia otot adalah bentuk gangguan dismorfik tubuh yang ditandai dengan keyakinan bahwa tubuh seseorang membangun terlalu kecil atau kurang berotot.12.2. EtiologiEtiologi dari gangguan ini tidak dikterhui, tapi diyakini berasosiasi dengan gangguan depresi. Selain itu, konsep stereotipik tentang kecantikan atau keindahan yang dianut dalam keluarga atau budaya tertentu akan berpengaruh besar pada pasien dengan gangguan tubuh dismorfik.12.3 Gambaran KlinisBiasanya, bagian tubuh yang menjadi keprihatinan adalah kekurangan pada wajah khususnya pada bagian-bagian tertentu seperti hidung atau mata. Selain itu, rambut, buah dada, dan genitalia juga merupakan bagian tubuh lain yang sering diprihatinkan. Pada pria biasanya yang menjadi pusat pikirannya adalah otot-ototnya. Pasien dengan gangguan ini sering merasa orang lain memperhatikan bagian cacat/kekurangan di tubuhnya, sering bercermin, atau bahkan menghindari benda yang dapat memantulkan seperti cermin dan adanya usaha untuk menyembunikan bagian tubuh yang dianggap mempunayi deformitas dengan pakaian atau riasan. Gangguan ini berpengaruh apada kehidupan pasien, seperti penghindaran kontak sosial dan pekerjaan. Pasien juga memiliki cirri kepribadian obsesif-kompulsif, schizoid, dan narsisistik.12.4. Pedoman DiagnostikBerdasarkan DSM V, adalah sebagai berikut:Gangguan Tubuh DismorfikKriteria diagnostik 300.7 (F45.22)A. Keasyikan dengan satu atau lebih cacat dirasakan atau kekurangan dalam penampilan fisik yang tidak diamati atau muncul sedikit kepada orang lain.B. Pada beberapa titik selama gangguan, individu telah dilakukan berulang-ulang perilaku (misalnya, cermin pemeriksaan, perawatan yang berlebihan, menggaruk kulit, jaminan mencari) atau tindakan mental (misalnya, membandingkan penampilan nya dengan orang lain) dalam menanggapi keprihatinan penampilan.C. keasyikan tersebut menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya berfungsi.D. Penampilan keasyikan tidak lebih baik dijelaskan oleh kekhawatiran dengan lemak tubuh atau Berat dalam individu yang gejalanya memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan makan.Tentukan jika:Dengan dysmorphia otot: Individu sibuk dengan gagasan bahwa nya tubuh membangun terlalu kecil atau kurang berotot. Specifier ini digunakan bahkan jika individu sibuk dengan daerah tubuh lainnya, yang sering terjadi.

Tentukan jika:Menunjukkan tingkat wawasan tentang dismorfik tubuh keyakinan gangguan (misalnya, "Aku terlihat jelek" atau "Saya terlihat cacat").

12.5 Perjalanan PenyakitMunculnya gejala dari gangguan ini biasanya bertahap. Kepedulian penderita gangguan tubuh dismorfik terhadap bagian tubuh tertentu akan semakin menjadi-jadi sehingga berujung pada permintaan untuk operasi atau bantuan medis lainnya. Gangguan ini bersifat kronik.12.6 TerapiPada pasien dengan gangguan tubuh dismorfik, terapi dengan prosedur medic pembedahan, dermatologis, kedokteran gigi, dan yang lainnya biasanya tidak berhasil mengatasi keluhannya. Obat-obat SSRI seperti fluoxetine dan klomipramin dapat mengurangi gejala yang dikeluhkan minimal 50%. Bila terdapat gangguan mental lain yang menyertai maka pemberian psikoterapi dan farmakoterapi yang adekuat sebaiknya diberikan.

Hoarding Disorer 13.1 PendahuluanGangguan penimbunan ditandai dengan kesulitan terus-menerus membuang atau berpisah dengan harta, terlepas dari nilai mereka yang sebenarnya, sebagai akibat dari kebutuhan yang dirasakan kuat untuk menyimpan item dan kesusahan yang berhubungan dengan membuang mereka. Gangguan Penimbunan sering menciptakan kondisi rumah yang sempit sehingga rumah dapat terisi penuh, hanya dengan jalur sempit berkelok-kelok melalui tumpukan barang yang berlebihan. Beberapa orang juga mengumpulkan hewan, menjaga puluhan atau ratusan hewan peliharaan dalam kondisi tidak sehat karena mereka tidak bisa merawat mereka dengan baik.

13.2 PenspesifikasiDengan akuisisi berlebihan. Sekitar 80% -90% dari individu dengan penimbunan display gangguan akuisisi berlebihan. Bentuk yang paling sering akuisisi berlebihan beli, diikuti oleh akuisisi item gratis (misalnya, leaflet, item dibuang oleh orang lain). Mencuri kurang umum. Beberapa individu mungkin menolak akuisisi berlebihan saat pertama dinilai, namun mungkin muncul kemudian selama pengobatan. Individu dengan penimbunan Gangguan biasanya mengalami penderitaan jika mereka tidak dapat atau dicegah dari memperoleh item.13.3 PrevalensiStudi prevalensi nasional perwakilan dari gangguan penimbunan tidak tersedia. Masyarakat survei memperkirakan prevalensi titik penimbunan klinis yang signifikan dalam Amerika Serikat dan Eropa menjadi sekitar 2% -6%. Penimbunan gangguan mempengaruhi kedua laki-laki dan perempuan, tetapi beberapa studi epidemiologi telah melaporkan secara signifikan lebih besar Prevalensi antara laki-laki. Hal ini bertentangan dengan sampel klinis, yang didominasi perempuan. Gejala penimbunan tampak hampir tiga kali lebih umum pada orang tua orang dewasa (usia 55-94 tahun) dibandingkan dengan orang dewasa muda (usia 34-44 tahun).13.4 Risiko dan Faktor prognostikTemperamental. Keraguan adalah fitur yang menonjol dari individu dengan gangguan penimbunan dan kerabat tingkat pertama mereka.Lingkungan. Individu dengan gangguan penimbunan sering retrospektif melaporkan stress dan peristiwa kehidupan traumatis sebelum onset gangguan atau menyebabkan eksaserbasi.Genetik dan fisiologis. Perilaku penimbunan adalah keluarga, dengan sekitar 50% dari individu yang menimbun melaporkan memiliki kerabat yang juga menimbun. Studi kembar menunjukkan bahwa sekitar 50% dari variabilitas dalam perilaku penimbunan disebabkan aditif genetic faktor.13.5 DiagnosisKriteria diagnostic hoarding disorder menurut DSM-VHoarding Disorder

Diagnostic Criteria 300.3 (F42)A. Kesulitan Persistent membuang atau berpisah dengan harta, terlepas dari nilai mereka yang sebenarnya.B. Kesulitan ini disebabkan kebutuhan yang dirasakan untuk menyimpan barang-barang dan kesusahan terkait dengan membuang mereka.C. Kesulitan membuang hasil harta dalam akumulasi harta yang congest dan kekacauan ruang tamu aktif dan secara substansial kompromi dimaksudkan mereka menggunakan. Jika ruang tamu yang rapi, hanya karena intervensi dari pihak ketiga (Misalnya, anggota keluarga, pembersih, otoritas).D. penimbunan tersebut menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya berfungsi (termasuk menjaga lingkungan yang aman untuk diri dan orang lain).E. Penimbunan ini tidak disebabkan kondisi medis lain (misalnya, cedera otak, serebrovaskular penyakit, Prader-Willi syndrome).F. Penimbunan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala gangguan mental lain (misalnya, obsesi dalam gangguan obsesif-kompulsif, penurunan energi dalam depresi besar gangguan, delusi skizofrenia atau gangguan psikotik lain, defisit kognitif pada gangguan neurokognitif, dibatasi kepentingan utama dalam gangguan spektrum autisme).Tentukan jika:Dengan akuisisi berlebihan: Jika kesulitan membuang harta disertai dengan berlebihan akuisisi

Trikotilomania 14.1 DefinisiTrikotilomania adalah salah satu bentuk gangguan kompulsif yang ditandai dengan kegiatan menarik-narik rambut berulang (di kepala, alis, bulu mata, ketiak, pubis) yang didahului dengan ketegangan kemudian diikuti dengan rasa puasa atau lega setelahnya. Kegiatan ini ditandai dengan adanya kerontokan rambut yang mencolok dan tidak disebabkan oleh kelainan kulit kepala atau rambut lain atau kegiatan stereotipi yang lain.Trikotilomania adalah hilangnya rambut sebagai akibat dari dorongan yang kuat untuk menarik-narik rambut. Hilangnya rambut bisa membentuk suatu bercak bundar atau tersebar di kulit kepala. Trikotilomania merupakan suatu perilaku kompulsif, yang mungkin berasal dari adanya stres emosional maupun stres fisik. Paling sering ditemukan pada anak-anak, tetapi kebiasaan ini bisa menetap sepanjang hidup penderita.14.2 EtiologiMeskipun dianggap ditentukan oleh banyak hal, onsetnya dihubungkan pada situasi yang penuh stress. Gangguan hubungan ibu dan anak, rasa takut ditinggal sendirian dan kehilangan objek yang belum lama seringkali dinyatakan sebagai faktor penting yang berperan dalam gangguan ini. Penyalahgunaan zat mungkin mendorong perkembangan gangguan.4Dinamik depresif sering dinyatakan sebagai faktor predisposisi tetapi tidak ada ciri atau gangguan kepribadian tertentu atau yang khas pada pasien trikotillomania. Beberapa ahli melihat stimulasi terhadap diri sendiri merupakan tujuan utama perilaku mencabut rambut.Trikotilomania semakin sering dipandang memiliki substrat yang ditentukan secara biologis yang dapat mencerminkan aktivitas motorik yang dikeluarkan dengan tidak tepat. Teori biologi juga mengacu pada perbedaan metabolik dalam sistem serotonin dan opioid. Anggota keluarga pasien dengan trikotilomania sering memiliki riwayat tic, gangguan pengendalian impuls, dan gangguan obsesif kompulsif, yang lebih menyokong lagi kemungkinan predisposisi genetik.

14.3 DiagnosisMenurut The American Psychiatric AssociationsDiagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), trikotilomania termasuk dalam kategori gangguan obsesif kompulsif dan gangguan terkait. Gangguan ini ditandai dengan suatu tindakan khusus berupa kebiasaan menarik rambut. Kebiasaan ini terjadi baik dalam keadaan santai maupun keadaan yang penuh tekanan.

Kriteria diagnosis menurut DSM V, antara lain:Trikotilomania (Gangguan Menarik Rambut)Kriteria diagnostic 312,39 (F63.2)A. Berulang Mencabut rambut sendiri secara rekuren yang menyebabkan kebotakan yang jelas.B. Berulang upaya untuk mengurangi atau menghentikan menarik rambut.C. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.D. Menarik rambut atau rambut rontok tidak disebabkan kondisi medis lain (misalnya, kondisi dermatologis ).E. Menarik rambut tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala gangguan mental lain (misalnya, mencoba untuk memperbaiki cacat yang dirasakan atau cacat dalam penampilan di gangguan dismorfik tubuh).

.14.4 KormobiditasIndividu dengan trikotilomania mempunyai prevalensi gangguan mood yang meningkat (gangguan depresi mayor, gangguan dysthymic) dan gejala anxietas (gangguan obsesif kompulsif, gangguan anxietas menyeluruh dan fobia social), gangguan penggunaan zat, gangguan makan, gangguan kepribadian (gangguan ambang dan obsesif-kompulsif) serta retardasi mental. 14.5 TatalakanaPenelitian tentang pengobatan untuk gangguan kebiasaan dan impuls sebagian besar berfokus pada penggunaan terapi perilaku kognitif dan obat-obatan. Terapi perilaku kognitif (Cognitif Behaviour Therapy, CBT) menggabungkan unsur-unsur dari kedua terapi kognitif dan terapi perilaku. Terapi kognitif meneliti cara pikiran orang tentang diri mereka sendiri, orang lain dan dunia yang mempengaruhi kesehatan mental mereka. Terapi perilaku menyelidiki cara tindakan masyarakat mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan interaksi mereka dengan orang lain. Dengan menggabungkan kedua terapi tersebut, CBT meneliti cara orang agar dapat mengubah pikiran mereka dan perilaku dalam rangka meningkatkan kehidupan mereka. Terapi perilaku kognitif dapat membantu seseorang belajar untuk rileks, mengatasi stres, memerangi pikiran negatif dan mencegah perilaku merusak. Dalam penelitian kecil, jenis pengobatan ini telah terbukti efektif untuk kleptomania, judi patologis, trikotilomania dan isu-isu seksualitas kompulsif.7Terapi perilaku yang berhasil, seperti biofeedback, pengawasan diri sendiri, desensitisasi sendiri dan pembalikan kebiasaan telah dilaporkan, tetapi sebagian besar laporan adalah kasus individual atau sejumlah kecil penelitian dengan periode follow up yang relative singkat.2Trikotilomania kronis yang berhasil diterapi adalah dengan psikoterapi berorientasi pada tilikan. Hipnoterapi dan terapi perilaku telah dinyatakan berpotensi efektif dalam terapi gangguan dermatologis dengan keterlibatan faktor psikologis karena kulit telah terbukti rentan terhadap saran hipnotik.Berdasarkan saran Trichotillomania Impact Project, penggunaan farmakoterapi dengan SSRI merupakan terapi yang paling sering digunakan bahkan lebih dianjurkan penggunaannya dibandingkan Clomiperamine. Namun bila pasien dengan respon buruk dengan SSRI dapat membaik dengan tambahan pimozide (Orap), suatu antagonis reseptor dopamine. SSRI berperan sebagai antidepresan yang akan meningkatkan neurotransmisi serotonin dalam otak dengan cara menghambat reuptake serotonin oada membran presinaptik. 8Selain itu psikofarmakologi yang telah digunakan adalah steroid topikal dan hydroxinehydrochloride, suatu ansiolitik dengan sifat antihistamin, antidepresan, obat serotonergik dan antipsikotik.4 Bila terdapat depresi, agen anti depresan dapat memberikan perbaikan dermatologis. Antidepresan, seperti fluoxetine (Prozac), fluvoxamine (Luvox), sertraline (Zoloft) dan venlafaxine (Effexor), sering digunakan untuk mengobati trikotilomania, kleptomania dan judi patologis. Obat antipsikotik olanzapine, (Zyprexa) juga telah menunjukkan efektivitas dalam mengobati trikotilomania.7Selain itu, ada beberapa teknik perawatan yang terbukti ampuh. Perawatan dengan terapi perilaku pada banyak kasus bisa mengenali dorongan mencabut rambut sebelum nantinya dorongan tersebut sangat susah dilawan. Penderita bisa belajar untuk melawan dorongan tersebut seperti mengupayakan agar tangan selalu sibuk dengan aktivitas (meremas-remas, merajut sambil menonton televise dan sebagainya) pada saat dorongan untuk menarik rambut semakin kuat. Dengan demikian dorongan tersebut semakin melemah dan tidak tertutup kemungkinan hilang sama sekali (Videbeck, 2008).

Excoriation (Skin-Picking) Disorder

Kriteria diagnosis menurut DSM V, antara lain:Ekskoriasi (Skin-Picking) DisorderKriteria diagnostic 698.4 (L98.1)A. Berulang menggaruk kulit yang menyebabkan lesi kulit.B. Berulang upaya untuk mengurangi atau menghentikan memetik kulitC. Penyebab menggaruk kulit, distress klinis signifikan atau penurunan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya berfungsi.D. Menggaruk kulit tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat (misalnya, kokain) atau kondisi lain medis (misalnya, kudis).E. Menggaruk kulit tidak baik dijelaskan oleh gejala gangguan mental lain (misalnya, delusi atau halusinasi taktil dalam gangguan psikotik, upaya untuk meningkatkan dirasakan cacat atau cacat dalam penampilan dalam gangguan dismorfik tubuh, stereotypies di stereotypic gangguan gerakan, atau niat untuk menyakiti diri sendiri di nonsuicidal cedera diri).

Bahan / Obat-induced Obsesif Kompulsif dan Gangguan Terkait

Kriteria diagnosis menurut DSM V, antara lain:Induksi Zat / ObatGangguan Obsesif kompulsif dan Gangguan Terkait Kriteria Diagnostik A. Obsesi, dorongan, memetik kulit, rambut menarik, perilaku berulang tubuh-difokuskan lainnya, atau gejala lain karakteristik dari gangguan obsesif-kompulsif dan terkait mendominasi dalam gambaran klinis.B. Ada bukti dari sejarah, pemeriksaan fisik, laboratorium atau temuan dari kedua (1) dan (2):1. Gejala dalam kriteria A yang dikembangkan selama atau segera setelah keracunan zat atau penarikan atau setelah terpapar obat.2. terlibat bahan / obat ini mampu menghasilkan gejala dalam kriteria A.C. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan obsesif-kompulsif dan terkait yang tidak substansi / obat-induced. Bukti seperti sebuah obsesif independen kompulsif dan gangguan terkait bisa meliputi: Gejala mendahului timbulnya penggunaan bahan / obat; gejala bertahan untuk waktu yang cukup lama (misalnya, sekitar 1 bulan) setelah penghentian akut penarikan atau intoksikasi berat; atau ada bukti lain yang menunjukkan keberadaan dari non-bahan / obat-induced obsesif-kompulsif independen dan gangguan terkait (misalnya, sejarah berulang non-bahan / obat yang terkait episode).D. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama deliriumE. Gangguan tersebut menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya berfungsi.Catatan: diagnosis ini harus dilakukan selain diagnosis keracunan zat atau penarikan substansi hanya ketika gejala dalam kriteria A mendominasi dalam klinis gambar dan cukup berat untuk menjamin perhatian klinis.

Gangguan Obsesif Kompulsif dan Gangguan TerkaitKarena Kondisi Medis LainnyaKriteria diagnostik 294.8 (F06.8)A. Obsesi, dorongan, keasyikan dengan penampilan, penimbunan, menggaruk kulit, menarik rambut, perilaku berulang tubuh-difokuskan lainnya, atau gejala lain karakteristik gangguan obsesif-kompulsif dan terkait mendominasi dalam gambaran klinis.B. Ada bukti dari sejarah, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa gangguan merupakan konsekuensi patofisiologi langsung kondisi medis lain.C. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain.D. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama delirium.E. Gangguan tersebut menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya berfungsi.

DAFTAR PUSTAKA

1. First, Michael B. Tasman, Allan. Clinical Guide To The Diagnosis And Treatment of Mental Disorders. John Wiley & Sons, ISBN. 2010. 558.2. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders, Text Revision (DSM V-TR) Fifth Edition. American Psychiatric Association. 2013.3. Maslim, Rusdi Dr. Pedoman Diagnostik dari PPDGJ III. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. 2003. Jakarta : PT. Nuh Jaya4. Sadock, James Benjamin, Sadock, Alcott Virgina. 2007. Kaplan & Sadocks Synopsis Of Pcyshiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry. Tenth edition. Lippincott Williams & Wilkins.5. Ebert, H. Michael. Loosen, T. Peter. Nurcombe, Barry. 2008. Current Diagnosis & Treatment in Psychology. Lange Medical Books / McGraw-Hill.6. Gangguan obsesif kompulsif. Dalam : Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa; rujukan ringkas dari PPDGJ III. Maslim R, penyunting. Jakarta; 2003.76