Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr.Wb.Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa
memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penyusun sehingga
penyusunan Referat yang berjudul APENDISITIS AKUT ini dapat
diselesaikan.Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat
dalam mengikuti dan menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Bedah di
RSUD Dr.Slamet Garut. Dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :1. dr.
Trimayu Sp.B, selaku dokter pembimbing.2. Para Perawat dan Pegawai
di Bagian SMF Bedah RSUD Dr.Slamet Garut.3. Teman-teman sejawat
dokter muda di lingkungan RSUD Dr.Slamet Garut. Segala daya upaya
telah di optimalkan untuk menghasilkan referat yang baik dan
bermanfaat, dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan
berpikir penulis. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca agar dapat menghasilkan tulisan yang lebih
baik di kemudian hari.Akhir kata penulis mengharapkan referat ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya bagi para dokter
muda yang memerlukan panduan dalam menjalani aplikasi
ilmu.Wassalamualaikum Wr. Wb.
Garut, Maret 2014
BAB IPENDAHULUAN
Apendisitis akut adalah suatu radang yang timbul secara mendadak
pada apendik dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang
paling sering ditemui. Apendisitis akut merupakan radang bakteri
yang dicetuskan berbagai faktor, diantaranya adalah hiperplasia
jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing ascaris dapat
juga menimbulkan penyumbatan.Insiden apendisitis akut lebih tinggi
pada negara maju dibandingkan dengan negara berkembang. Namun dalam
tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu
100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi.
Kejadian ini mungkin disebabkan oleh perubahan pola makan.Menurut
data epidemiologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita,
sedangkan meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat
remaja dan awal usia 20-an, dan angka ini menurun pada usia
menjelang dewasa. Insiden apendisitis memiliki rasio yang sama
antara wanita dan laki-laki pada masa prapubertas. Sedangkan pada
masa remaja dan dewasa muda rasionya menjadi 3:2.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan fisiologisApendiks merupakan organ berbentuk
tabung, panjangnya kira-kira 10 cm dan berpangkal di sekum.
Lumennya menyempit di bagian proksimal dan melebar di bagian
distal. Namun demikian pada bayi apendiks berbentuk kerucut, lebar
pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya.Apendiks terletak di
ileosekum dan merupakan pertemuan ketiga tinea koli. Untuk
mencarinya cukup dicari pertemuan 2 tinea tersebut. Didekatnya
terdapat valvula Bauhini. Apendiks juga dapat terbentang
retrocaecal, retroileal, dan pelvic.Apendiks menerima aliran darah
dari cabang apendikuler dari a.ileocoelica. Arteri ini berasal dari
ileum terminalis superior memasuki mesoapendiks dekat dasar
apendiks. Cabang arteri kecil berjalan melalui a. caecal. Sistem
limfe apendiks berjalan menuju nodus limfatik yang terbentang
sepanjang ileocoelica. Persarafan apendiks berasal dari persarafan
simpatis yang berasal dari plexus mesenterikal superior (T10-L1),
dan parasimpatis yang aferennya berasal dari n.vagus. Meskipun
fungsi apendiks sampai saat ini tidak jelas, tetapi mukosa apendiks
seperti mukosa lainnya mampu menghasilkan sekresi cairan, musin,
dan enzim proteolitik.Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh
GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat di sepanjang
saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Imunoglobulin itu
sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian
pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun karena jumlah
kelenjar limfe disini sedikit sekali jika dibandingkan jumlahnya di
saluran cerna atau di seluruh tubuh.
Gambar 2.1 Anatomi Appendiks
2.2 Etiologi dan Patofisiologi Apendisitis Apendisitis akut
merupakan infeksi bakteri. Faktor-faktor yang dapat menjadi
pencetus apendisitis akut : 1. Obsruksi lumen apendiks : Obstruksi
ini akan menyebabkan distensi pada apendiks karena terkumpulnya
cairan intraluminal. Obstruksi ini dapat disebabkan oleh : -
Masuknya fekalit- Kerusakan mukosa dan adanya tumor- Terdapat
bekuan darah- Sumbatan oleh cacing ascaris- Pengendapan barium di
pemeriksaan x-ray sebelumnya.2. Anatomi apendiks a. Apendiks
merupakan bagian dari sekum secara embriologis. Karena itu ada
hubungan mikroorganisme antar keduanya.b. Sirkulasi dari cabang
ileocoelica saja (satu arah) sehingga bila ada bagian yang buntu
maka begian yang terletak dibawahnya akan mati.c. Apendiks
merupakan tabung yang ujungnya buntu pada satu tempat dan satu
tempat lagi ada valvula atau klep dan lumennya relatif kecil, tapi
memproduksi mucus. Kalau ada obstruksi mucus tetap diproduksi
tekanan akan meningkat pecah nekrosis.3. Ras dan makanan a.Lebih
banyak pada orang barat.b. Makan daging kemungkinannya lebih
besar.4. Konstipasi dan pemakaian laksatifFlora usus normal
apatogen menjadi patogen.5. Fokal infeksi dari tempat lain yang
manjalar secara hematogen.
Dalam pathogenesis appendisitis akut urutan kejadiannya adalah
:1. Obstruksi lumen menyebabkan sekresi mucus dan cairan yang
menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal2. Ketika tekanan
intrauminal meningkat, tekanan dalam mukosa venula dan limfatik
meningkat, aliran darah dan limfe terhambat karena tekanan
meningkat pada dinding apendiceal.3. Ketika tekanan kapiler
meningkat, terjadi iskemia mukosa inflamasi dan ulserasi kemudian
bakteri tumbuh pesat didalam lumen dan bakteri menyerang mukosa dan
submukosa sehingga terjadi inflamasi transmural, edema, vascular
stasis, dan nekrosis dari muscular. Perforasi mungkin dapat
terjadi.
Mekanisme terjadinya apendisitis dapat diliat pada bagan di
bawah ini:
Penyumbatan secret mukusFekalit
Mukus >>
Obstruksi lumen appendiks
Gangguan aliran mucus dari Appendik - sekum
Bendungan mukus
edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosaGangguan aliran
limfePeningkatan tekanan intraluminal
Obstruksi venaObstruksi arteri (a. terminalis
appendikularis)
apendisitis akut
Edema >>
infark dinding apendiksNyeri daerah epigastrium
bakteri akan menembus dinding apendiks.
gangrenAppendisitis Supuratif akutPeradangan peritoneum
apendisitis ganggrenosaNyeri perut kanan bawah
Pada perjalanan penyakitnya, penyakit apendisitis akut dapat
berubah menjadi :1. Phlegmon 2-3 hari perforasi, 3-5 hari
peritonitis difusasepsis.Phlegmon ialah proses penahanan dalam
jaringan ikat longgar, Pada orang dewasa, terjadi karena
keterlambatan dalam menegakkan diagnosa, sedangkan pada anak kecil
disebabkan apendiks kecil dan kurang komunikatif.2. Mikroperforasi
massa/infiltrate periappendiks.Mikroperforasi adalah suatu
peradangan oeh omentum dan jaringan sekitarnya. Tubuh melokalisir
perforasi oleh karena daya tahan tubuh meningkat (dengan pemberian
antibiotik).Jika peradangan tidak sempurna, dapat terjadi
penyebaran pus dari ruangan omentum.
2.3 Manifestasi klinisAppendisitis akut mempunyai gejala klinis
yang banyak ekali dan menyerupai penyakit lain. Pada bebrapa kasus
appendiks tidak mempunyai tanda utama, gejala, maupun tes
diagnostik yang akurat
Gejala klinis Gejala klinis appendisitis akut adalah nyeri
abdomen. Secara klasik nyeri timbul pertama kali ditengah bagian
bawah epigastrium atau daerah umbilicus, menetap, kadang disertai
rasa kram yang intermitten. Setelah periode 12 jam, biasanya antara
4-6 jam lokasi nyeri terlokalisir di kuadran kanan bawah di titik
McBurney. Kadang tidakada nyeri epigastrium, tetapi terdapat
konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar.
Tindakan itu dianggap berbahaya karena memermudah terjadinya
perforasi.Variasi letak appendiks akan menyebabkan letak nyeri yang
bervariasi juga. Appendiks yang terletak retrosekal akan
menyebabkan nyeri peda daerah sisi dan nyeri punggung, sedangkan
appendiks yang terletak pelvic akan menyebabkan nyeri pada
suprapubis, serta yang terletak retroileal dapat menyebabkan nyeri
pada daerah testis.Bila terjadi peritonitis, dapat ditemukan nyeri
tekan yang difus, defence muskuler, bising usus yang menurun atau
hilang pada distensi abdomen.Anoreksia hampir selalu menyertai
appendicitis. Vomitus terjadi pada kira-kira 75% pasien tetapi
tidak terus menerus, sebagian besar pasien mengalami vomitus hanya
1-2 kali.Obstipasi sebagian besar terjadi sebelum nyeri abdomen dan
merasa bahwa defekasi dapat mengurangi rasa nyeri perutnya. Diare
dapat terjadi pada beberapa pasien. 2.4 Pemeriksaan
KlinisTanda-tanda vital tidak mengalami perubahan yang banyak pada
appendicitis yang sederhana. Kenaikan temperature jarang melebihi
10C. Kecepatan nadi dapat normal atau sedikit meningkat.
PalpasiPada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio
iliaka kanan, bisa disertai nyeri lepas. Defans muskuler
menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale. Nyeri tekan dan
nyeri lepas secara klasik di kuadran kanan bawah pada appendiks
letak anterior yang mengalami inflamasi. Nyeri tekan yang maksimal
terletak pada atau dekat titik McBurney. Nyeri tekan pada perut
kanan ini merupakan kunci diagnosis. Pada penekanan perut kiri
bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah (tanda Rovsing).
Pada appendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi
dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri. Karena terjadi pergeseran
sekum ke kraniolateral dorsal oleh uterus, keluhan nyeri pada
appendiks sewaktu hamil trimester I dan III akan bergeser ke kanan
sampai ke pinggang kanan. Anda pada kehamilan trimester I tidak
berbeda dengan orang tidak hamil, karena itu harus dibedakan apakah
nyeri berasal dari appendiks atau uterus, bila penderita miring ke
kiri, nyeri akan berpindah sesuai dengan pergeseran uterus,
terbukti proses bukan berasal dari appendiks.Peristaltik usus
sering normal,peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada
peritonitis generalisata akibat appendisitis perforata.
Rectal ToucherPada rectal toucher menyebabkan nyeri bila daerah
infeksi dapat dicapai dengan jari telunjuk, misalnya pada
appendisitis pelvika, pada appendisitis pelvika, tanda perut sering
meragukan maka kunci diagnosis adalah nyeri terbatas sewaktu
dilakukan rectal toucher. Pada pemeriksaan rectal toucher, akan
didapatkan : Nyeri tekan positif pada arah jam 9-11. Pada yang
mengalami komplikasi, ampula teraba distensi/cenderung kolaps.
Gambar 2.2 Pemeriksaan Rectal ToucherPada anak-anak, tidak
diperlukan rectal toucher, karena appendiksnya berbentuk konus atau
pendek.Pemeriksaan tambahan (pemeriksaan khusus)1. Rovsings Sign
:Dengan cara penekanan pada kuadran kiri bawah menyebabkan refleks
nyeri pada daerah kuadran kanan bawah. Gambar 2.3 Pemeriksaan
Rovsings sign2. Psoas sign :Mengindikasikan adanya iritasi ke
muskulus psoas. Tes ini dilakukan dengan rangsangan otot psoas
dengan hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi
panggul kanan, kemudian paha ditahan. Tes ini dilakukan dengan cara
pasien terlentang. Secara perlahan tungkai kanan pasien
diekstensikan kearah kiri pasien sehingga menyebabkan peregangan m.
psoas. Rasa nyeri pada maneuver ini menandakan tes positif.
Gambar 2.4 Pemeriksaan Psoas sign
3. Obturator sign Dilakukan untuk melihat apakah appendiks yang
meradang kontak dengan m. Obturator internus yang merupakan dinding
panggul kecil. Gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada
posisi terlentang akan menimbulkan nyeri pada appendisitis pelvika.
Positif dari nyeri hipogastrik pada peregangan m. Obturator
internus yang menandakan iritasi pada daerah tersebut. Tes
dilakukan dengan cara pasien berbaring terlentang, tungkai kanan
difleksikan dan dilakukan rotasi interna secara pasif.
Gambar 2.5 Pemeriksaan Obturator sign
2.5 Pemeriksaan PenunjangPada appendicitis akut tanpa
komplikasi, pemeriksaan laboratorium menemukan leukositosis
(10.000-18.000/mm3) dengan peningkatan PMN. Jika leukosit >
18.000, dengan adanya shift to the left, harus dipikirkan telah
terjadi perforasi atau penyakit infeksi lain.
Foto polos abdomen Dapat membantu dalam mendiagnosis
appendicitis akut, tetapi gambaran radiologis yang didapatkan
kadang tidak spesifik dan harus diinterpretasikan dengan
baik.Beberapa petunjuk dalam menilai foto polos abdomen , menurut
Brooks dan Killen (1965) :1. Adanya fluid level yang terlokalisir
dalam sekum dan ileum terminal, menandakan suatu inflamasi lokal
pada abdomen kanan bawah.2. Ileus yang terlokalisir dengan gas
didalam sekum, kolon ascenden dan ileum terminal.3. Garis panggul
kanan yang tidak jelas (kabur), dimana garis radioluscen timbul
akibat adanya lemak diantara peritoneum dan m. tranversus
abdominis.4. Bertambahnya densitas jaringan lunak pada kuadran
kanan bawah.5. Adanya fekalit pada fossa iliaka kanan.6. Bayangan
psoas yang tidak jelas (kabur) pada sisi kanan.7. Terisinya
appendiks oleh gas8. Adanya bayangan udara bebas intraperitoneum.9.
Adanya deformitas bayangan gas sekum karena berdekatan dengan massa
yang meradang (hal ini sulit untuk diinterpretasikan, karena
mungkin terganggu oleh gas sekal dari cairan intraluminal atau
feses.
Ultrasonografi Dapat membantu dalam menegakkan diagnosis
appendiks akut. Peradangan appendiks ditujukkan dengan pembesaran
diameter terluar lebih dari 6 mm, tidak tertekan, berkurangnya
peristaltik ataupun akumulasi cairan disekitar periappendikal.
Appendiks yang meradang dapat ditunjukkan secara tepat pada 86%
kasus, sehingga dapat menurunkan appendektomi yang tidak perlu
sekitar 7% dan penundaan operasi yang lebih dari 6 jam, sebanyak
2%. USG menunjukkan sensitifitas 75%, spesifisitasnya 100%.
Laparoskopi dapat digunakan sebagai alat diagnostik, sekaligus
terapi. Alat ini dapat membedakan kelainan ginekologis dan ileitis
dengan appendisitis. Bila diagnosis appendisitis akut dapat
ditegakkan, maka dapat langsung dilakukan appendektomi per
laparoskopi.
CT scan Dapat digunakan untuk diagnosis appendisitis. Pada CT
scan appendiks yang mengalami inflamasi tampak berdilatasi (lebih
besar dari 5 cm) dan dindingnya lebih tipis. Fekalit dapat mudah
dilihat, tetapi kehadirannya tidak patognomonis pada diagnosis
appendisitis.
2.6 DiagnosisMeskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan
teliti, diagnosis klinis apendisitis akut masih mungkin salah pada
sekitar 15-20% kasus. Kesalahan diagnosis lebih sering pada
perempuan dibanding lelaki. Hal ini dapat disadari mengingat pada
perempuan terutama yang masih muda sering timbul gangguan yang
mirip apendisitis akut. Keluhan itu berasal dari genitalia interna
karena ovulasi, menstruasi, radang di pelvis, atau penyakit
ginekologik lain.Untuk menegakkan diagnosis appendisitis akut
didahului dengan anamnesis yang lengkap, diikuti dengan pemeriksaan
fisik dan diperkuat dengan pemeriksaan penunjang. Alvarado
ScoreCharacteristicScore
M = Migration of pain to the RLQ1
A = Anorexia1
N = Nausea and vomiting1
T = Tenderness in RLQ2
R = Rebound pain1
E = Elevated temperature1
L = Leukocytosis2
S = Shift of WBC to the left1
Total10
Dinyatakan appendisitis akut bila skor > 7 poin
2.7 Diagnosis BandingTerdapat banyak penyakit akut abdomen yang
mempunyai tanda dan gejala yang mirip dengan apendisitis akut :a.
GastroenteritisPada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare
mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan dan tidak berbatas
tegas. Hiperperistalsis sering ditemukan. Panas dan leukositosis
kurang menonjol dibandingkan apendisitis akut.b. Demam DengueDemam
Dengue dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini
didapatkan hasil tes positif untuk Rumple Leede, trombositopenia,
dan hematokrit yang meningkat.c. Limfadenitis
MesenterikaLimfadenitis mesenterika yang biasanya didahului oleh
enteritis atau gastroenteritis ditandai dengan nyeri perut,
terutama kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan perut
samar, terutama kanan.d. Kelainan ovulasiFolikel ovarium yang pecah
(ovulasi) mungkin memberikan nyeri peurt kana bawah pada
pertengahan siklus menstruasi. Pada anamnesis, nyeri yang sama
pernah timbul lebih dahulu. Tidak ada tanda radang, dan nyeri biasa
hilang dalam waktu 24 jam, tetapi mungkin dapat mengganggu selama
dua hari.e. Infeksi panggulSalpingitis akut kanan sering di
kacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya lebih tingi
daripada apendesitis dan nyeri perut bagian bawah perut lebih
difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan dan
infeksi urin. Pada colok vagina, akan timbul nyeri hebat dipanggul
jika uterus diayunkan. Pada gadis dapat dilakukan colok dubur bila
perlu untuk diagnosis banding.f. Kehamilan diluar kandungan Hampir
selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak
menentu. Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan diluar rahim
dengan perdarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus didaerah
pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan
vaginal didapatkan nyeri dan penonjolan rongga Douglas dan pada
kuldosentesis di dapatkan darah.g. Kista ovarium terpuntirTimbul
nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam
rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau colok
rektal. Tidak terdapat demam. Pemeriksaan ultrasonografi dapat
menetukan diagnosis.h. Endometriasis eksterna Endometrium diluar
rahim akan memberikan keluhan nyeri ditempat endometriosis berada,
dan darah menstruasi terkumpul ditempat itu karena tidak ada jalan
keluar.i. Urolitiasis pielium/ureter kananBatu ureter atau batu
ginjal kanan. Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar
ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas. Eritrosituria
serung ditemukan. Foto perut polos atau urografi intravena dapat
meyakinkan penyakit tersebut. Pielonefritis sering disertai dengan
demam tinggi, menggigil, nyeri kostovertebral disebelah kanan, dan
piuria.j. Penyakit saluran cerna lainnnyaPenyakit lain yang perlu
dipikirkan adalah peradangan diperut, seperti divertikulitis
Meckel, perforasi tukak duodenum atau kolon, obstruksi usus awal,
perforasi kolon, demam tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel
apendiks.
2.8 KomplikasiKomplikasi yang paling sering ditemukan adlah
perforasi. Baik berupa perforasi bebas maupun perforasi pada
apendiks yang telah mengalami perdindingan sehingga berupa massa
yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk usus
halus.
Komplikasi apendisitis akut diantaranya : Apendisitis abses
Apendisitis perforata Apendisitis kronis
2.9 PenatalaksanaanTerapi pilihan satu-satunya : Pembedahan (
Apendektomi)Pada appendisitis dengan abses atau phlegmon ,
dianjurkan untuk drainase abses dan appendektomi dilakukan 6-10
minggu kemudian.Pada appendisitis dengan perforasi perlu dilakukan
laparotomi. Sebelum pembedahan perlu dilakukan perbaikan keadaan
umum dengan infus, pemberian antibiotik untuk kuman gram negatif
dan positif serta kuman anaerob , dan pemasangan pipa
nasogastrik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidjat. R, De Jong. W, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2,
EGC; Jakarta. 20042. Seymor I. Schwartz, Appendix, in Principles of
Surgery, 8th ed, Mc Graw Hill inc; USA. 2005.3. Itskowiz, M.S.,
Jones, S.M., 2004. Appendicitis. Emerg Med 36 (10): 10-15.
www.emedmag.com4. Anonim, 2004. Appendicitis. U.S. Department Of
Health and Human Services. National Institute of Health. NIH
Publication No. 044547.June 2004. www.digestive.niddk.nih.gov5.
Mansjoer,A., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga
Jilid Kedua. Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
1