Top Banner

of 24

Referat Abses Peritonsil Tht

Apr 14, 2018

Download

Documents

Lia Widyantari
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    1/24

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Abses peritonsilar adalah akumulasi yang terlokalisir dari kumpulan pus yang

    berada pada jaringan peritonsiler yang terjadi oleh karena peradangan supuratif dari

    tonsilitis. Akumulasi ini terjadi di antara capsula tonsil palatina dan musculus

    konstriktor pharyngeus. Pilar anterior dan posterior dari tonsil, torus Tubarius

    (superior), sinus piriformis (inferior) membentuk suatu lingkaran ruang peritonsilar

    yang berpotensi untuk terjadinya abses peritonsiler. Oleh karena daerah ini banyak

    mengandung jaringan ikat longgar, infeksi yang berat pada area ini dapat memicu

    terjadinya pembentukan material purulent. Inflamasi yang progresif dan supurasi

    dapat menyebar secara langsung yang melibatkan palatum, dinding lateral dari

    faring, dan basis lidah.

    Abses peritonsiler dapat terjadi pada umur 10-60 tahun, namun paling sering

    terjadi pada umur 20-40 tahun. Pada anak-anak jarang terjadi kecuali pada mereka

    yang menurun sistem immunnya, tapi infeksi bisa menyebabkan obstruksi jalan

    napas yang signifikan pada anak-anak. Infeksi ini memiliki proporsi yang sama

    antara laki-laki dan perempuan

    Abses peritonsiler adalah penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada

    bagian kepala dan leher. Berbagai mikroorganisme yang menyebabkan tonsilitis akut

    atau kronik juga dapat menjadi mikroorganisme penyebab dari abses peritonsilar.

    Umumnya, bakteri gram positif aerob dan anaerob sering ditemukan pada kultur.

    Mikroorganisme tersering yaitu Streptococcus beta hemolyticus grup A,

    Staphylococcus, Pneumococcus dan Haemophilus. Mikroorganismelainnya yaitu

    Lactobacillus, Actinomyces, Micrococcus, Neisseria, Diphtheroids, Bacteroides.

    1

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    2/24

    BAB II

    ANATOMI LEHER

    2.1. Pendarahan

    Arteri karotis komunis terletak di dalam otot sternokleidomastoideus di dasar

    leher. Arteri ini bercabang menjadi arteri carotis interna dan eksterna. Di hujung

    dari arteri carotis komunis dan awal dari arteri karotis interna melebar setinggi sinus

    carotis. Arteri carotis interna berjalan terus ke dasar tengkorak yang merupakan pintu

    masuk ke dalam kranium.

    Vena jugularis interna berakhir di bawah dan dibelakang dari

    sternoklavikular. Sepanjang perjalanan vena ini, ia berjalan di samping arteri carotis

    dan bersilang di atasnya ketika melewati di belakang otot sternokleidomastoideus.

    Oleh karena vena terletak lebih dalam di bawah otot, selalunya hanya pulsasi vena

    yang menyebar di jaringan yang berdekatan yang kelihatan.

    Di bagian superior, vena jugularis interna terletak posterolateral terhadap

    arteri carotis comunis dan semakin di bawah, vena terletak lateral terhadap arteri dan

    di dasar leher, vena terletak di bagian depan terhadap arteri.

    Gambar 1. Vaskularisasi leher

    2

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    3/24

    2.2. Muskulus

    Gambar 2. Muskulus pada leher

    Otot sternokleidomastoideus bisa ditelusuri origonya dari dalam sternum dan

    klavikula sepanjang perjalanannya ke prossesus mastoideus di os temporal di mana

    di sini otot ini berinsersio di leher. Ketika otot di sebelah kiri leher berkontraksi,

    kepala akan berpaling ke kanan dan begitu juga sebaliknya. Jika kedua-dua belah

    otot ini berkontraksi, ini akan mengakibatkan pergerakan kepala ke bawah dan ke

    depan.

    Otot trapezius sebenarnya lebih sering dikaitkan dengan otot yang

    berhubungan dengan bagian belakang dari leher. Hanya sebagian kecil saja yang

    berintergrasi dengan leher.

    3

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    4/24

    Otot splenikus kapitis merupakan otot yang besar. Otot ini berasal di antara

    ligamentum nuchae dan prossesus spinosus yang melibatkan ketiga vertebra toraks

    yang pertama dan vertebra servikal yang ketujuh. Dari sini, otot ini dapat ditelusuri

    perjalanannya hingga ke belakang kranium, di bawah garis nuchal superior, dan

    terhadap prosessus mastoid dan os temporal. Pergerakan kepala dapat dimanipulasi

    ke satu arah dan dirotasi melalui kontraksi otot splenius capitis. Ketika otot di kedua

    belah berkontrakasi, kepala akan mengangkat dan kelihatan lebih panjang.

    Otot semispinalis capitis berasal di antara vertebra servikal dan enam

    vertebra toraks yang pertama. Insersia otot ini terletak di os oksipital. Kontraksi dari

    salah satu dari otot ini akan menyebabkan rotasi kepala dan kontraksi dari kedua otot

    ini akan menghasilkan gerakan yang sama seperti ketika otot splenius kapitis

    berkontraksi.

    2.3. Persarafan

    Gambar 3. Persarafan leher

    2.4. Aliran limfe leher

    Sistem aliran limfa leher penting untuk dipelajari, karena hampir semua

    bentuk radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi ke

    kelenjar limfa leher.

    Sekitar 75 buah kelenjar limfa terdapat pada setiap sisi leher, kebanyakan

    berada pada rangkaian jugularis interna dan spinalis aksesorius. Kelenjar limfa

    yang selalu terlibat dalam metastasis tumor adalah kelenjar limfa pada rangkaian

    jugularis interna, yang terbentang antara klavikula sampai dasar tengkorak.

    Rangkaian jugularis interna ini dibagi dalam kelompok superior, media dan inferior.

    4

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    5/24

    Kelompok kelenjar limfa yang lain adalah submental, submandibula, servikalis

    superfisial, retrofaring, paratrakeal, spinalis asesorius, skaleneus anterior dan

    supraklavikula.

    Kelenjar limfa jugularis interna superior menerima aliran limfa yang berasal

    dari daerah palatum mole, tonsil, bagian posterior lidah, dasar lidah, sinus piriformis

    dan supraglotik laring. Juga menerima aliran limfa yang berasal dari kelenjar limfa

    retrofaring, spinalis asesorius, parotis, servikalis superfisial dan kelenjar limfa

    submandibula.

    Kelenjar limfa jugularis interna media menerima aliran limfa yang berasal

    langsung dari subglotik laring, sinus piriformis bagian inferior dan daerah krikoid

    posterior. Juga menerima aliran limfa yang berasal dari kelenjar limfa jugularis

    interna superioir dan kelenjar limfa retrofaring bagian bawah.

    Kelenjar limfa jugularis interna inferior menerima aliran limfa yang berasal

    langsung dari glandula tiroid, trakea, esofagus bagian servikal. Juga menerima aliran

    limfa yang berasal dari kelenjar limfa jugularis interna superior dan media, dan

    kelenjar limfa paratrakea.

    Kelenjar limfa submental terletak pada segitiga submental di antara platisma

    dan m.omohiod di dalam jaringan lunak. Pembuluh aferen menerima aliran limfa

    yang berasal dari dagu, bibir bawah bagian tengah, pipi, gusi, dasar mulut bagian

    depan dan 1/3 bagian bawah lidah. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar

    limfa submandibula sisi homolateral atau kontralateral, kadang-kadang dapat

    langsung ke rangkaian kelenjar limfa jugularis interna.

    Kelenjar limfa submandibula terletak di sekitar kelenjar liur submandibula

    dan di dalam kelenjar ludahnya sendiri. Pembuluh aferen menerima aliran limfa

    yang berasal dari kelenjar liur submandibula, bibir atas, bagian lateral bibir bawah,

    rongga hidung, bagian anterior rongga mulut, bagian medial kelopak mata,palatum

    mole, 2/3 depan lidah. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar jugularis

    interna superior.

    Kelenjar limfa servikal superfisial, terletak di sepanjang vene jugularis

    eksterna, menerima aliran limfa yang berasal dari kulit muka, sekitar kelenjar

    parotis, daerah retroaurikuler, kelenjar parotis dan kelenjar limfa oksipital. Pembuluh

    eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa jugularis interna superior.

    5

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    6/24

    Kelenjar limfa retrofaring terletak di antara faring dan fasia prevertebra,

    mulai dari dasar tengkorak sampai ke perbatasan leher dan toraks. Pembuluh aferen

    menerima aliran limfa dari nasofaring, hipofaring, telinga tengah dan tuba

    Eustachius. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa jugularis interna

    dan kelenjar limfa spinal asesoris bagian superoir.

    Kelenjar limfa paratrakea menerima aliran limfa yang berasal dari laring bagian

    bawah, hipofaring, esofagus bagian servikal, trakea bagian atas dan tiroid. Pembuluh

    eferen mengalirakan limfa ke kelenjar limfa jugularis interna inferior atau kelenjar

    limfa mediastinum superior.

    Kelenjar limfa spinal asesorius, terletak di sepanjang saraf spinal asesoris,

    menerima aliran limfa yang berasal dari kulit kepala bagian parietal dan bagian

    belakang leher. Kelenjar limfa parafaring menerima aliran limfa dari nasofaring,

    orofaring dan sinus paranasal. Pembuluh eferen mengalirkan limfa

    ke kelenjar limfa supraklavikula.

    Rangkaian kelenjar limfa jugularis interna mengalirkan limfa ke trunkus

    jugularis dan selanjutnya masuk ke duktus toraksikus untuk sisi sebelah kiri, dengan

    untuk sisi yang sebelah kanan masuk ke duktus limfatikus kanan atau langsung ke

    sistem vena pada pertemuan vena jugularis interna dan vena subklavia. Juga duktus

    torasikus dan duktus limfatikus kanan menerima aliran limfa dari kelenjar limfa

    supraklavikula.

    Gambar 4. Sistem Limfatik Leher

    6

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    7/24

    2.5. Anatomi Fasia Leher

    Fasia pada leher atau fasia servikalis terdiri dari lapisan jaringan ikat fibrous

    yang membungkus organ, otot, saraf dan pembuluh darah serta membagi leher

    menjadi beberapa ruang potensial. Fasia servikalis terbagi menjadi 2 bagian yaitu

    fasia servikalis superfisialisdan fasia servikalis profunda.

    2.2.1 Fasia Servikalis Superfisialis

    Fasia servikalis superfisialis terletak tepat dibawah kulit leher berjalan

    dari perlekatannya di prosesus zigomatikus pada bagian superior dan berjalan

    ke bawah ke arah toraks dan aksila yang terdiri dari jaringan lemak subkutan.

    Ruang antara fasia servikalis superfisialis dan fasia servikalis profunda berisi

    kelenjar limfe superfisial, saraf dan pembuluh darah termasuk vena jugularis

    eksterna.

    2.2.2 Fasia Servikalis Profunda

    Fasia servikalis profunda terdiri dari 3 lapisan yaitu :

    1. Lapisan superfisial

    Lapisan ini membungkus leher secara lengkap, dimulai dari

    dasar tengkorak sampai daerah toraks dan aksila. Pada bagian anterior

    menyebar ke daerah wajah dan melekat pada klavikula serta

    membungkus m. sternokleidomastoideus, m. trapezius, m. masseter,

    kelenjar parotis dan submaksila. Lapisan ini disebut juga lapisan

    eksternal, investing layer, lapisan pembungkus dan lapisan anterior.

    2. Lapisan media

    Lapisan ini dibagi atas 2 divisi yaitu divisi muskular dan

    viscera :

    Divisi muskular terletak dibawah lapisan superfisial fasia servikalis

    profunda dan membungkus m. sternohioid, m. sternotiroid, m.

    tirohioid dan m. omohioid. Dibagian superior melekat pada os hioid

    7

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    8/24

    dan kartilago tiroid serta dibagian inferior melekat pada sternum,

    klavikula dan skapula.

    Divisi viscera membungkus organ organ anterior leher yaitu

    kelenjar tiroid, trakea dan esofagus. Di sebelah posterosuperior

    berawal dari dasar tengkorak bagian posterior sampai ke esofagus

    sedangkan bagian anterosuperior melekat pada kartilago tiroid dan os

    hioid. Lapisan ini berjalan ke bawah sampai ke toraks, menutupi

    trakea dan esofagus serta bersatu dengan perikardium. Fasia

    bukkofaringeal adalah bagian dari divisi viscera yang berada pada

    bagian posterior faring dan menutupi m. konstriktor dan m.

    buccinator.

    3. Lapisan profunda

    Lapisan ini dibagi menjadi 2 divisi yaitu divisi alar dan

    prevertebra :

    Divisi alar terletak diantara lapisan media fasia servikalis profunda

    dan divisi prevertebra, yang berjalan dari dasar tengkorak sampai

    vertebra torakal II dan bersatu dengan divisi viscera lapisan media

    fasia servikalis profunda. Divisi alar melengkapi bagian posterolateral

    ruang retrofaring dan merupakan dinding anterior dari danger space.

    Divisi prevertebra berada pada bagian anterior korpus vertebra

    dan ke lateral meluas ke prosesus tranversus serta menutupi otot-otot

    didaerah tersebut. Berjalan dari dasar tengkorak sampai ke os

    koksigeus serta merupakan dinding posterior dari danger space dan

    dinding anterior dari korpus vertebra. Ketiga lapisan fasia servikalis

    profunda ini membentuk selubung karotis ( carotid sheath ) yang

    berjalan dari dasar tengkorak melalui ruang faringomaksilaris sampai

    ke toraks.

    8

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    9/24

    Gambar 5. Fasia leher

    2.6. Anatomi tonsil palatina dan Ruang peritonsil

    Tonsil palatina adalah massa jaringan limfoid yang terletak didalam fosa

    tonsillaris pada dinding lateral orofaring. Tonsil palatina merupakan bagian dari

    cincin waldeyer. Jaringan limfoid yang mengelilingi faring, pertama kali

    digambarkan anatominya oleh Heinrich von Waldeyer, seorang ahli anatomi Jerman.

    Jaringan limfoid lainnya yaitu adenoid (tonsil pharingeal), tonsil lingual, pita lateral

    faring dan kelenjar-kelenjar limfoid. Kelenjar ini tersebar dalam fossa Rossenmuler,

    dibawah mukosa dinding faring posterior faring dan dekat orificium tuba eustachius

    (tonsil Gerlachs)9.

    Tonsil palatina terdiri dari8:

    a. Korteks : Didalamnya terdapat germinating folikel, tempat pembentukan

    limfosit, plasma sel.

    9

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    10/24

    b. Medula : Terdiri dari jaringan ikat yang merupakan kerangka penyokong tonsil

    & berhubungan dengan kripta.

    Batas-batas tonsil palatina8:

    a. Lateral : Kapsul fibrous yang berhubungan dengan fasia pharingo-basilaris

    yang menutupi m. konstriktor pharing superior. Masuk ke dalam

    parenkim tonsil akan membentuk septa dan membawa pembuluh

    darah dan saraf.

    b. Medial : Mukosa yang dibentuk oleh epitel selapis gepeng, kripta, dan

    mikrokripta.

    c. Posterior : Pilar posterior yang dibentuk oleh palatopharingeus yang berjalan

    dari bagian bawah pharing menuju aponeurosis palatum molle.

    d. Anterior : pilar anterior yang dibentuk oleh palatoglossus yang berjalan dari

    permukaan bawah lidah menuju aponeurosis palatum molle.

    Plika triangularis (tonsilaris) merupakan lipatan mukosa yang tipis, yang

    menutupi pilar anterior dan sebagian permukaan anterior tonsil. Plika semilunaris

    (supratonsil) adalah lipatan sebelah atas dari mukosa yang mempersatukan kedua

    pilar. Fossa supratonsil merupakan celah yang ukurannya bervariasi yang terletak

    diatas tonsil diantara pilar anterior dan posterior. Celah atau ruangan ini terjadi

    karena tonsil tidak mengisi penuh fossa tonsil. Tonsil palatina lebih padat

    dibandingkan jaringan limfoid lain, berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm,

    Permukaan sebelah dalam tertutup oleh membran epitel skuamosa berlapis yang

    sangat melekat. Permukaan lateral-nya ditutupi oleh kapsul tipis dan di permukaan

    medial terdapat kripta. Kripta tonsil berbentuk saluran tidak sama panjang dan

    masuk ke bagian dalam jaringan tonsil yang mengandung jaringan limfoid dan

    disekelilingnya terdapat jaringan ikat. Ditengah kripta terdapat muara kelenjar

    mukus. Permukaan kripta ditutupi oleh epitel yang sama dengan epitel permukaan

    medial tonsil. Umumnya berjumlah 8-20 buah untuk masing-masing tonsil,

    kebanyakan terjadi penyatuan beberapa kripta. Saluran kripta ke arah luar biasanya

    bertambah luas. Secara klinik kripta dapat merupakan sumber infeksi, baik lokal

    maupun umum karena dapat terisi sisa makanan, epitel yang terlepas, kuman9

    .

    10

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    11/24

    Tonsilla palatina mendapat vaskularisasi dari ramus tonsillaris yang

    merupakan cabang dari arteri facialis, cabang cabang a. lingualis, a. palatina

    ascendens a. pharyngea ascendens. Sedangkan inervasinya diperoleh dari n.

    glossopharyngeus dan n. palatinus minor. Pembuluh limfe masuk dalam nl.

    cervicales profundi. Nodus paling penting pada kelompok ini adalah nodus

    jugulodigastricus, yang terletak di bawah dan belakang angulus mandibulae9

    Ruang Peritonsiler2,12

    Ruang peritonsil letaknya berbatasan sebelah medial dengan kapsul tonsil palatine,

    sebelah lateral dengan muskulus kontriktor faring superior, sebelah anterior dengan

    pilar anterior dan sebelah posterior dengan pilar posterior.

    Akumulasi nodus berlokasi di antara kapsul tonsil palatinus dan otot-otot konstriktor

    pharynx. Pillar anterior dan posterior, torus tubarius (superior), dan sinus piriformis

    (inferior) membentuk batas-batas potential peritonsillar space.

    11

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    12/24

    BAB III

    ABSES PERITONSIL

    3.1. Etiologi

    Abses peritonsil terjadi sebagai akibat komplikasi tonsilitis akut atau infeksi

    yang bersumber dari kelenjar mucus Weber di kutub atas tonsil. Biasanya kuman

    penyebabnya sama dengan kuman penyebab tonsilitis. Biasanya unilateral dan lebih

    sering pada anak-anak yang lebih tua dan dewasa muda2.

    Abses peritonsiler disebabkan oleh organisme yang bersifat aerob maupunyang bersifat anaerob. Organisme aerob yang paling sering menyebabkan abses

    peritonsiler adalah Streptococcus pyogenes (Group A Beta-hemolitik

    streptoccus),Staphylococcus aureus, dan Haemophilus influenzae. Sedangkan

    organisme anaerob yang berperan adalahFusobacterium. Prevotella,

    Porphyromonas,Fusobacterium,dan Peptostreptococcus spp. Untuk kebanyakan

    abses peritonsiler diduga disebabkan karena kombinasi antara organisme aerobik dan

    anaerobik6.

    Gambar 6. Abses peritonsil

    12

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    13/24

    Gambar 7. Abses peritonsil

    3.2. Patofisiologi

    Patofisiologi abses peritonsiler belum diketahui sepenuhnya. Namun, teori yang

    paling banyak diterima adalah kelanjutan episode tonsillitis eksudatif menjadi

    peritonsillitis dan diikuti pembentukan abses. Berikut ini adalah tiga teori patogenesa

    terjadinya abses peritonsiler8 :

    Teori Parkinson (1970)

    Penyebaran abses ke ruang peritonsil oleh karena di dalam ruang peritonsil

    terdapat kelompok kelenjar yang terletak di permukaan superior dari kapsul tonsil di

    pool atas. Kelompok kelenjar ini mudah mendapatkan infeksi dari tonsil. Bila

    kelompok ini terinfeksi mudah terjadi abses di dalam ruangan yang terisi jaringan

    ikat longgar8.

    Daerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar,

    oleh karena itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil tersering menempati

    daerah ini, sehingga tampak palatum mole membengkak. Abses peritonsil juga dapat

    terbentuk di bagian inferior, namun jarang6.

    Teori Ballenger(1977)

    13

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    14/24

    Perluasan infeksi ke ruang peritonsil, berasal dari kripte yang besar di pole

    atas yang merupakan celah yang berhubungan erat dengan bagian luar tonsil,

    sehingga infeksi yang terjadi pada kripte mudah menjalar ke atas belakang (superior

    posterior) dari ruangan peritonsil8.

    Teori Paparella (1980)

    Terjadinya abses oleh karena infeksi yang berasal dari proses akut tonsil dan

    menembus kapsul, sampai ke ruangan peritonsil tetapi masih dalam batas otot

    konstriktor faring8.

    Pada stadium permulaan (stadium infiltrat), selain pembengkakan tampak

    juga permukaan yang hiperemis. Bila proses berlanjut, daerah tersebut lebih lunak

    dan berwarna kekuning-kuningan. Tonsil terdorong ke tengah, depan, dan bawah,

    uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontra lateral. Bila proses terus berlanjut,

    peradangan jaringan di sekitarnya akan menyebabkan iritasi pada m.pterigoid

    interna, sehingga timbul trismus6. Abses dapat pecah spontan, sehingga dapat terjadi

    aspirasi ke paru. Selain itu, abses peritonsil terbukti dapat timbul de novo tanpa ada

    riwayat tonsillitis kronis atau berulang sebelumnya2. Abses peritonsil dapat juga

    merupakan suatu gambaran dari infeksi virus Epstein-Barr12.

    Abses peritonsil yang timbul sebagai kelanjutan tonsilitis akut biasanya timbul pada

    hari ke 3 dan ke 4 dari tonsillitis akut. Sumber infeksi berasal dari salah satu kripta

    yang mengalami peradangan, biasanya kripta fossa supratonsil, dimana ukurannya

    besar, merupakan kavitas seperti celah dengan tepi tidak teratur, dan berhubungan

    erat dengan bagian posterior dan bagian luar tonsil10. Muara dari kripta yang

    mengalami infeksi tersebut tertutup sehingga abses yang terbentuk di dalam salurankripta akan pecah melalui kapsul tonsil dan berkumpul pada tonsil bed. Pus yang

    berkumpul pada fosa supratonsil tersebut akan menimbulkan penonjolan,

    pembengkakan dan edema dari palatum molle sehingga tonsil akan terdorong kearah

    medial bawah. Walaupun sangat jarang abses peritonsil dapat terbentuk di inferior1.

    Abses peritonsiler juga bisa sebagai kelanjutan dari infeksi yang bersumber dari

    kelenjar mukus weber. Kelenjar ini berhubungan dengan permukaan atas tonsil lewat

    duktus dan kelenjar ini membersihkan area tonsil dari debris dan sisa makanan yang

    14

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    15/24

    terperangkap di kripta tonsil. Inflamasi pada kelenjar weber dapat menyebabkan

    selulitis. Infeksi ini menyebabkan duktus sampai permukaan tonsil menjadi lebih

    terobstruksi akibat inflamasi sekitarnya. Hasilnya adalah nekrosis jaringan dan

    pembentukan pus yang menghasilkan tanda dan gejala abses peritonsil14

    3.3. Gejala Klinis

    Selain gejala dan tanda tonsilitis akut, terdapat juga odinofagia (nyeru

    menelan) yang hebat, biasanya pada sisi yang sama juga dan nyeri telinga

    (otalgia).Nyeri telinga ini karena nyeri alih (reffered pain) dari n. glossofaringeus

    (n.IX). Muntah (regurgitasi), mulut berbau (foetor ex ore), banyak ludah

    (hipersalivasi), suara sengau (rinolalia), dan kadang-kadang sukar membuka mulut(trismus), serta pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri tekan.

    Bila ada nyeri di leher (neck pain) dan atau terbatasnya gerakan leher

    (limitation in neck mobility), maka ini dikarenakan lymphadenopathy dan

    peradangan otot tengkuk.

    3.4. Bakteriologi

    Biakan tenggorokan diambil tetapi seringkali tidak membantu dalam

    mengetahui organism penyebab. Pasien tetap diobati dengan terapi antibiotic terlebih

    dahulu. Biakan dari drainase abses yang sebenernya dapat menunjukkan terutama

    Streptococcus pyogenes dan, yang agak jarang, Staphylococcus aureus (tabel 1).

    Sprinkle dan lainnya menemukan insidens yang tinggi dari bakteri anaerob, yang

    memberikan bau busuk pada drainase. Organisme organism tersebut biasanya

    ditemukan dalam rongga mulut termasuk anggota dari familyBacteroidaceae.

    Tabel 1. Bakteri pathogen yang mungkin dengan pilihan antimikroba pada pasien

    dengan abses peritonsil

    Etiologi Antibiotik

    Streptococcus Penisilin

    Bacteroides Sefalosporin

    Haemophilus

    Fusobacterium

    15

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    16/24

    KlindamisinStaphylococcus aureus

    Peptococcus

    3.5. Diagnosis

    Anamnesis

    Pasien umumnya datang dengan memiliki riwayat faringitis akut disertai

    dengan tonsilitis dan rasa tidak nyaman di daerah faring unilateral. Pasien juga

    mengeluh lesu, lemah dan sakit kepala, demam, rasa mengganjal di tenggorokan

    asimetris, nyeri saat menelan dan bersuara serak (hot potato sounding).

    Banyak pasien datang dengan keluhan nyeri telinga dan nyeri menelan padasisi yang sama. Trismus ( terbatasnya kemampuan untuk membuka mulut) dalam

    berbagai derajat dapat ditemukan oleh karena terjadinya inflamasi pada dinding

    lateral faringeal dan muskulus pterigoid. Adanya limfadenopati dan inflamasi dapa

    muskulus cervikalis, pasien juga sering mengeluh adanya nyeri leher dan terbatasnya

    mobilitas dari leher. Clinician harus waspada dalam mendiagnosa abses peritonsilar

    pada pasien yang memiliki gejala-gejala gangguan faringeal yang menetap/kronis

    dan sudah mendapatkan terapi antibiotik.

    Pemeriksaan Fisik

    Pasien umumnya datang dengan keadaan umum tampak sakit berat.

    Pemeriksaan dari rongga mulut ditemukan adanya eritem, palatum Molle asimetris,

    eksudasi dari tonsilar, dan uvula yang berpindah tempat (displacement) konralateral.

    Dapat bervariasi, dari munculnya tonsilitis akut dengan gangguan faringeal unilateral

    asimetri, dehidrasi dan sepsis. Abses peritonsilar ini unilateral dan sering berlokasi

    di pole posterior dari tonsil yang terlibat pada fossa supratonsiler. Pada mukosa dari

    lipatan suratonsilar dapat terlihat pucat dan terkadang disertai adanya granula.

    Palpasi dari palatum molle umumnya menunjukkan adanya area yang berfluktuasi.

    Nasopharingoskopi dan laringoskopi dianjurkan untuk mengatasi masalah distress

    pernafasan. Laringoskopi adalah metode untuk mengatasi epiglotitis dan

    supraglotitis, sama seperti menangani patologi pita suara.

    16

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    17/24

    Derajat dari trismus tergantung dari luasnya inflamasi pada ruang lateral

    faringeal. Jika terjadi sangat luas, maka harus diperhatikan kemungkinan terjadinya

    selulitis pada ruang faringeal lateral. Kelenjar getah bening di area tersebut dapat

    menjadi lebih tegas (teraba). Adanya inflamasi pada kelenjar getah bening, dapat

    terjadi torticollis dal terbatasnya gerakan leher.

    Pemeriksaan Penunjang

    Laboratorium

    Yang diperiksa adalah hitung darah lengkap, pengukuran kadar elektrolit,

    dan kultur darah. Karena pasien dengan abses peritonsil seringkali dalam

    keadaan sepsis dan menunjukkan tingkat dehidrasi yang bervariasi akibat

    tidak tercukupinya asupan makanan.

    Swab Tenggorok & Kultur Biakan

    Untuk membantu dalam indentifikasi organisme penyebab infeksi. Hasilnya

    dapat digunakan dalam pemilihan antibiotik yang tepat serta efektif, dan

    untuk mencegah timbulnya resistensi antibiotic

    Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB).

    Tempat yang akan dilakukaan aspirasi dibius atau dianestesi menggunakan

    lidokain dan epinephrine dengan menggunakan jarum besar (berukuran 16

    18) yang biasa menempel pada syringe berukuran 10cc. Aspirasi materialyang purulen merupakan tanda khas, dan material dapat dikirim untuk

    dibiakkan untuk mengetahui organisme penyebab infeksi demi kepentingan

    terapi antibiotika5,10.

    Radiologi (foto polos leher AP & Lateral)

    Pemeriksaan radiologi dapat membantu pada terapi abses peritonsil yang

    tidak mengalami perbaikan setelah dilakukan inspirasi dan drainase atau

    17

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    18/24

    terdapat perburukan edema pada selulitis peritonsil yang telah diterapi. Pada

    kasus tertentu dimana ternyata absesnya terdapat di tonsil itu sendiri dan atau

    sebagian abses tersembunyi pada inferior atau posterior tonsil. Foto polos

    dapat berupa pandangan jaringan lunak lateral dari nasofaring dan orofaring

    dapat membantu dokter dalam menyingkirkan diagnosis abses

    retropharyngeal. Pada posisi AP, terdapat distorsi jaringan lunak, tapi tidak

    begitu membantu dalam menentukan lokasi abses.

    CT Scan

    Pada pasien yang sangat muda, evaluasi radiologi dapat dilakukan dengan CT

    scan pada rongga mulut dan leher menggunakan kontras intravena.

    Ditemukan gambaran kumpulan cairan hipodens di apex tonsil yang terkena,

    dengan penyengatan pada perifer. Gambaran lainnya termasuk pembesaran

    asimetrik tonsil dan fossa sekitarnya.

    3.6. Diagnosis Banding

    Abses peritonsil harus dibedakan infiltrat peritonsil. Untuk membedakannya,

    pada stadium infiltrasi belum terdapat trismus, dan kejadiaanya baru berlangsung 1-3

    hari. Untuk membedakannya dilakukan punksi percobaan dan hasil pungsi tidak

    didapatkan pus8.

    Karsinoma tonsil dicurigai bila permukaan tonsil tidak rata atau permukaan

    bunga kubis dan ada jaringan nekrotik atau ulkus8. Diagnosis banding adalah abses

    leher dalam lainnya yaitu abses retrofaring dan, abses parafaring6 .

    Gambaran infeksi ruang submaksila juga bisa seperti abses peritonsil. Infeksi

    ini biasanya terjadi akibat karies atau infeksi pada gigi molar. Pus dapat mendorong

    otot-otot dalam ke arah konstriktor superior sehingga tonsil terdorong ke medial,

    seperti pada quinsy10

    3.7. Penatalaksanaan

    Medikamentosa

    18

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    19/24

    Pasien dengan dehidrasi memerlukan cairan intravena sampai proses

    radang berkurang dan pasien dapat mengonsumsi cairan secara oral.

    Antipiretik dan analgesik digunakan untuk menurunkan demam dan

    meminimalisir rasa sakit.

    Antibiotik yang diberikan ialah penisilin 600.000-1.200.000 unit atau

    ampisilin/amoksisilin 3-4 x 250-500 mg atau sefalosporin 3-4 x 250-500

    mg, metronidazol 3-4 x 250-500 mg5.

    Irigasi dengan larutan NaCl 0,85% hangat (110-1150F) atau glukosa 5%

    tiap 2-3 jam dapat memberikan perbaikan simtomatis dari rasa sakit pada

    abses peritonsiler. Kompres hangat di leher dan rahang akan

    mengendurkan ketegangan otot10.

    Penggunaan steroids masih kontroversial. Penelitian terbaru yang

    dilakukan Ozbek mengungkapkan bahwa penambahan dosis tunggal

    intravenous dexamethasone pada antibiotik parenteral telah terbukti

    secara signifikan mengurangi waktu opname di rumah sakit (hours

    hospitalized), nyeri tenggorokan (throat pain), demam, dan trismus

    dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberi antibiotik parenteral.

    Terapi Operasi

    Bila terapi medikamentosa tidak memberikan respons yang baik maka

    tindakan insisi drainase harus dilakukan. Drainase terbaik adalah tonsilektomi

    quinsy, yang dilakukan dengan anastesi umum dan perlindungan antibiotika.

    Bila tidak terdapat ahli dan fasilitas untuk melakukan tonsilektomi

    quinsy, maka terapi yang sesuai adalah insisi dan drainase melalui mulut.

    Drainase di tempat praktek membutuhkan lampu kepala dan alat penyedot faring

    yang baik, harus dilakukan di lokasi yang tepat, dan harus dilakukan tindakan

    untuk menghindarkan aspirasi pus ke paru. Teknik insisi dan drainase

    membutuhkan anastesi lokal. Faring disemprot dengan anastesi topikal.

    Kemudian 2 cc Xilocain dengan adrenalin 1/100.000 disuntikkan di regio insisi.

    Pisau tonsila no. 12 atau no.11 dengan plester atau dengan kasa di bagian

    19

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    20/24

    proksimal pisau dan gagang pisau untuk mencegah penetrasi yang dalam, insisi

    dibuat melalui mukosa dan submukosa dekat kutub atas fosa tonsilaris. Hemostat

    tumpul dimasukkan melalui insisi ini dengan lembut direntangkan. Pengisapan

    tonsila sebaiknya segera disediakan untuk mengumpulkan pus yang dilkeluarkan.

    Pada anak yang lebih tua atau dewasa muda dengan trismus yang berat,

    pembedahan drainase untuk abses peritonsiler mungkin dilakukan setelah

    aplikasi cairan kokain 4% pada daerah insisi dan daerah ganglion sfenopalatina

    pada fosa nasalis untuk mencapai n. palatina descenden. Anak-anak yang lebih

    muda membutuhkan anastesi umum5. Tempat insisi ialah di daerah yang paling

    menonjol dan lunak, atau pada pertengahan garis yang menghubungkan dasar

    uvula dengan geraham atas terakhir6. Bila dilakukan dengan tepat, hanya akan

    terjadi sedikit perlukaan. Kesalahan tersering karena tidak membuat lubang yang

    cukup panjang atau cukup dalam. Biasanya evakuasi pus akan diikuti perbaikan

    segera gejala-gejala pasien1.

    Karena abses peritonsil merupakan komplikasi tonsilitis akut yang

    berulang-ulang, maka dianjurkan pada penderita abses peritonsil dilakukan

    tonsilektomi, supaya tidak timbul abses yang berulang. Dapat dilakukan tindakan

    operasi tonsilektomi a chaud (immediate tonsilektomi), yaitu tonsilektomi segera

    mungkin setelah drainase abses. A tiede, yaitu tonsilektomi dilakukan 3-4 hari

    setelah drainase abses. A froid (interval tonsilektomi), yaitu tonsilektomi

    dilakukan 4-6 minggu sesudah drainase abses8.

    Pada umumnya tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi tenang, yaitu 2-3

    minggu sesudah drainase abses6. Abses peritonsil mempunyai kecenderungan

    besar untuk kambuh. Sampai saat ini belum ada kesepakatan kapan tonsilektomi

    dilakukan pada abses peritonsil. Sebagian penulis menganjurkan tonsilektomi 6

    8 minggu kemudian karena mengingat kemungkinan terjadi perdarahan atau

    sepsis, sedangkan sebagian lagi menganjurkan tonsilektomi sesegera mungkin.

    Indikasi-indikasi untuk tonsilektomi segera pada abses peritonsil, jika terdapat

    obstruksi jalan napas atas, sepsis dengan adenitis servikalis atau abses ke leher

    bagian dalam, riwayat abses peritonsiler sebelumnya, dan riwayat faringitis

    eksudatifa berulang1.

    20

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    21/24

    3.8. Komplikasi

    Abses pecah spontan, dapat mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru atau

    piemia.

    Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses

    parafaring. Pada penjalaran selanjutnya, masuk ke mediastinum sehingga

    terjadi mediastinitis

    Bila terjadi penjalaran ke daerah intracranial, dapat mengakibatkan thrombus

    sinus kavernosus, meningitis, abses otak

    edema laring akibat tertutupnya rima glotis atau edema glotis akibat proses

    perluasan radang ke bawah. Keadaan ini membahayakan karena bisa

    menyebabkan obstruksi jalan napas

    Sejumlah komplikasi klinis lainnya dapat terjadi jika diagnosis PTA diabaikan.

    Beratnya komplikasi tergantung dari progresivitas penyakit. Untuk itulah

    diperlukan penanganan dan intervensi sejak dini.

    BAB IV

    KESIMPULAN

    21

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    22/24

    Abses peritonsiler adalah infeksi leher dalam yang seringkali terjadi sebagai

    komplikasi dari tonsillitis akut. Pasien dengan abses peritonsiler sering datang

    dengan keluhan yang berat dan salah satu gejala yang sering membuat pasien datang

    ke dokter adalah trismus karena peradangan pada m.pterigoid interna. Akan tetapi

    tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani abses peritonsiler ini, tidaklah

    serumit yang dibayangkan, yaitu berupa insisi dan drainase abses dengan anestesi.

    namun apabila tidak dilakukan tindakan yang cepat, tepat dan efektif maka dapat

    menimbulkan komplikasi yang cukup berarti.

    DAFTAR PUSTAKA

    22

  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    23/24

    1. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?

    book=cm&part=A384&rendertype=figure&id=A396 pada tanggal 17 Juni

    2011.

    2. Diunduh dari

    http://www.medical-look.com/human_anatomy/organs/Neck_muscles.html

    pada tanggal 17 Juni 2011

    3. Diunduh dari

    http://www.instantanatomy.net/headneck/nerves/autonomic/cervicalgangliane

    ck.html pada tanggal 17 Juni 2011

    4. Roezin A. Sistem Aliran Limfa Leher. Dalam Soepardi EA, Iskandar N.

    Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher edisi ke

    6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. 7;hal: 174-178

    5. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/837048-overview

    pada tanggal 17 Juni 2011

    6. Diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3464/1/tht-

    andrina2.pdfpada tanggal 17 Juni 2011

    7. Anurogo, Dito. 2008. Tips Praktis Mengenali Abses Peritonsil. Accessed:

    http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&dn=20080125161248

    8. Hasibuan R, A.H. Sp THT. Pharingologi, Jala Penerbit, Jakarta, 2004. hal.

    38, 55-8.

    9. Preston, M. 2008. Peritonsillar Abscess (Quinsy). accessed:

    http://www.patient.co.uk/showdoc/40000961/

    10. . Fachruddin, Darnila. Abses Leher Dalam. Dalam: Buku Ajar Ilmu

    Kesehatan, Telinga-Hidung-Tenggorokan Edisi 6, Balai Penerbit FKUI,

    Jakarta, 2007. Hal:226-227

    11. Adams GL. Penyakit penyakit nasofaring dan orofaring. Dalam: Boies, buku

    ajar penyakit THT Edisi 6,Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta, 1997.

    Hal: 333-334

    23

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=cm&part=A384&rendertype=figure&id=A396http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=cm&part=A384&rendertype=figure&id=A396http://www.medical-look.com/human_anatomy/organs/Neck_muscles.htmlhttp://www.instantanatomy.net/headneck/nerves/autonomic/cervicalganglianeck.htmlhttp://www.instantanatomy.net/headneck/nerves/autonomic/cervicalganglianeck.htmlhttp://emedicine.medscape.com/article/837048-overviewhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3464/1/tht-andrina2.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3464/1/tht-andrina2.pdfhttp://www.patient.co.uk/showdoc/40000961/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=cm&part=A384&rendertype=figure&id=A396http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=cm&part=A384&rendertype=figure&id=A396http://www.medical-look.com/human_anatomy/organs/Neck_muscles.htmlhttp://www.instantanatomy.net/headneck/nerves/autonomic/cervicalganglianeck.htmlhttp://www.instantanatomy.net/headneck/nerves/autonomic/cervicalganglianeck.htmlhttp://emedicine.medscape.com/article/837048-overviewhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3464/1/tht-andrina2.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3464/1/tht-andrina2.pdfhttp://www.patient.co.uk/showdoc/40000961/
  • 7/29/2019 Referat Abses Peritonsil Tht

    24/24

    24