Referat Abses Leher Dalam – Budi Hartono 406138071 BAB 1 PENDAHULUAN Nyeri tenggorok dan demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher, harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat. Kebany aka n kuman penyebab adalah golongan Str eptococcus, Sta phy loc occu s, kuman anaerob Bacteroides atau kuman campuran. Abses leher dalam dapat berupa: ,! . ab ses pe ri tons il !. abses ret rofa ri ng ". abses pa rafa ri ng #. ab ses sub ma nd ib ul a $. ang ina %u do& ici '%ud(ig) s Angi na* Keaniteraan Klini! "en#a!it $H$ – KL %a!ultas Kedo!teran &ni'ersitas $arumana(ara R) "elabuhan *a!arta – $an+un( "rio! "eriode 7 *uli ,014 – - A(ust us ,014 "a(e 1
53
Embed
Referat Abses Leher Dalam - Budi Hartono 406138071.docx
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8/17/2019 Referat Abses Leher Dalam - Budi Hartono 406138071.docx
Referat Abses Leher Dalam – Budi Hartono 406138071
ba(ahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang. 0i sebelah depan, otot-otot
ini bertemu satu sama lain dan di belakang bertemu pada jaringan ikat yang disebut 5rafe
faring6 'raphe pharyngis*. Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. 3tot-otot
ini dipersarafai oleh n.&agus 'n.7*.
3tot-otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan m.palatofaring. %etak otot-otot
ini di sebelah dalam. 2.stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan menarik laring,
sedangkan m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian ba(ah
faring dan laring. 8adi kedua otot ini bekerja sebagai ele&ator. Kerja kedua otot itu penting
se(aktu menelan. 2.stilofaring dipersarafi oleh n.97 sedangkan m.palatofaring dipersarafi
oleh n.7.
+ada palatum mole terdapat lima pasang otot yang dijadikan satu dalam satu sarung
fasia dari mukosa yaitu m.le&ator &eli palatini, m.tensor &eli palatini, m.palatoglosus,
m.palatofaring, dan m.a4igos u&ula.
. 2.le&ator &eli palatini membentuk sebagian besar palatum mole dan kerjanya untuk
menyempitkan ismus faring dan memperlebar ostium tuba ustachius. 3tot ini
dipersarafi oleh n.7.!. 2.tensor &eli palatini membentuk tenda palatum mole dan kerjanya untuk
mengencangkan bagian anterior palatum mole dan membuka tuba ustachius. 3tot ini
dipersarafi oleh n.7.". 2.palatoglosus membentuk arkus anterior faring dan kerjanya menyempitkan ismus
faring. 3tot ini dipersarafi oleh n.7.#. 2.palatofaring membentuk arkus posterior faring. 3tot ini dipersarafi oleh n.7.$. 2.a4igos u&ula merupakan otot yang kecil, kerjanya memperpendek dan menaikkan
u&ula ke belakang atas. 3tot ini dipersarafi oleh n.7.
Referat Abses Leher Dalam – Budi Hartono 406138071
Gambar #. =incin ?aldeyer. @
onsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya.erdapat " macam tonsil yaitu tonsil faringeal 'adenoid*, tonsil palatina, dan
tonsil lingual yang ketiga tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin
?aldeyer. onsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fosa
tonsil. +ada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan
sisa kantong faring yang kedua. Kutub ba(ah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. +ermukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah
yang disebut kriptus. 0i dalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel
yang terlepas, bakteri, dan sisa makanan. +ermukaan lateral tonsil melekat pada fasia
faring yang sering juga disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot
farings sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi. onsil mendapat darah
dari a.palatina minor, a.palatina asendens, cabang tonsil a.maksila eksterna, a.faring
asendens, dan a.lingualis dorsal. onsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi
menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika. 0i garis tengah, di sebelah anterior
massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila
sirkum&alata. empat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus
dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual 'lingual
thyroid* atau kista duktus tiroglosus.". %aringofaring 'hipofaring*
Referat Abses Leher Dalam – Budi Hartono 406138071
tertumpah di dalam ruang retrofaring. 0aerah ini disebut juga dengan ruang
retro&iscera, retroesofagus dan ruang &iscera posterior.!. ;uang parafaring 'fosa faringomaksila : pharyngoma illary fossa*
;uang ini berbentuk kerucut dengan dasarnya yang terletak pada dasar
tengkorak dekat foramen jugularis dan puncaknya pada kornu mayus os hioid. ;uangini dibatasi di bagian dalam oleh m.konstriktor faring superior, batas luarnya adalah
ramus asendens mandibula yang melekat dengan m.pterigoideus interna dan bagian
posterior kelenjar parotis.osa ini dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama besarnya oleh os stiloid
dengan otot yang melekat padanya. Bagian anterior 'prestiloid* adalah bagian yang
lebih luas dan dapat mengalami proses supuratif sebagai akibat tonsil yang meradang,
beberapa bentuk mastoiditis atau petrositis, atau dari karies dentis.Bagian yang lebih sempit di bagian posterior 'post stiloid* berisi a.karotis
interna, &.jugularis interna, n.&agus, yang dibungkus dalam suatu sarung yang disebut
selubung karotis 'carotid sheath*. Bagian ini dipisahkan dari ruang retrofaring oleh
suatu lapisan fasia yang tipis.
+otongan a ial orofaring menunjukkan ruang retrofaring dan parafaring.
Referat Abses Leher Dalam – Budi Hartono 406138071
BAB *
ABSES LEHER DALAM
*.1. ABSES PERITONSIL +,UINS-
*.1.1. Def$n$s$ ,!,>
Abses peritonsil merupakan akumulasi pus terlokalisir di jaringan peritonsil yang
terbentuk akibat dari tonsilitis supuratif. +enjelasan lain adalah abses peritonsil merupakan
abses yang terbentuk di kelompok kelenjar air liur di fosa supratonsil, yang disebut sebagai
kelenjar ?eber. Nidus akumulasi pus terletak antara kapsul tonsil palatina dan muskulus
konstiktor faringeus. +ilar anterior dan posterior, torus tubarius 'superior*, dan sinus
piriformis 'inferior* membentuk batas ruang peritonsil potensial. Karena terbentuk dari
jaringan ikat longgar, infeksi parah area ini bisa secara cepat membentuk material purulen.
9nflamasi dan supurasi progresif bisa menyebar langsung melibatkan palatum mole, dinding
lateral faring, dan kadang-kadang dasar dari lidah.
*.1.2. E&$de%$(l(!$
9nsidensi abses peritonsil di Amerika Serikat adalah sekitar " kasus per .
orang per tahun, me(akili sekitar #$. kasus per tahun. idak ada data akurat secara
internasional. >
2eskipun tonsilitis penyakit anak, hanya sepertiga kasus abses peritonsil ditemukan
di kelompok umur ini. 1mur pasien dengan abses peritonsil ber&ariasi, dengan jarak ->tahun, dengan insidensi tertinggi pada pasien dengan usia $-"$ tahun. >
Referat Abses Leher Dalam – Budi Hartono 406138071
*.1.*. E"$(l(!$
+roses ini terjadi sebagai komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang bersumber dari
kelenjar mukus ?eber di kutub atas tonsil. Biasanya kuman penyebab sama dengan penyebab
tonsilitis, dapat ditemukan kuman aerob dan anaerob.
Biasanya, organisme Gram positif aerob dan anaerob diidentifikasi melalui kultur.
Kultur menunjukkan Streptococcus beta hemolyticus yang paling sering. Selanjutnya, yang
paling sering adalah Staphlococcus, +neumococcus, dan Daemophilus. erakhir, organisme
lain yang bisa dikultur adalah %actobacillus, bentuk-bentuk filamentosa seperti Actinomyces
sp., 2icrococcus, Neisseria sp., diphteroid, Bacteroides sp., dan bakteri tidak bersporulasi.Beberapa bukti menunjukkan bakteri anaerob sering menyebabkan infeksi ini. @
*.1./. Pa"(f$s$(l(!$
0aerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar, oleh
karena itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil tersering menampati daerah ini,
sehingga tampak palatum mole membengkak. +roses inflamasi dan supurasi dapat melebar
melibatkan palatum mole, dinding lateral faring, dan kadang-kadang, dasar lidah. ?alaupunsangat jarang, abses peritonsil dapat terbentuk di bagian inferior.
+atofisiologi abses peritonsil tidak diketahui. eori yang paling banyak diterima
adalah kelanjutan dari episode tonsilitis eksudatif yang menjadi peritonsilitis terlebih dahulu
dan lalu membentuk abses. +rogresifitas proses inflamasi dapat terjadi pada populasi yang
diobati dan yang tidak diobati. Abses peritonsil juga ditemukan tanpa ri(ayat tonsilitis
rekuren atau kronis. Abses peritonsil juga bisa merupakan manifestasi dari infeksi pstein
Barr Cirus 'misalnya mononucleosis*.
eori lain menunjukkan asal abses peritonsil ada di kelenjar ?eber. Kelenjar air liur
kecil ini ditemukan di ruang peritonsil dan disebutkan membantu membersihkan debris dari
tonsil. Saat obstruksi terjadi sebagai hasil dari jaringan parut karena infeksi, nekrosis jaringan
dan pembentukan abses terjadi, sehingga terjadilah abses peritonsil.
Referat Abses Leher Dalam – Budi Hartono 406138071
+ada stadium permulaan 'stadium infiltrat*, selain pembengkakan tampak
permukaannya hiperemis, bila proses berlanjut, terjadi supurasi sehingga daerah tersebut
lebih lunak. +embengkakan peritonsil akan mendorong tonsil dan u&ula ke arah kontralateral.
Bila proses berlangsung terus, peradangan jaringan di sekitarnya akan menyebabkan
iritasi pada m.pterigoid interna, sehingga timbul trismus. Abses dapat pecah spontan,
mungkin dapat terjadi aspirasi ke paru.
osa tonsiler kaya akan pembuluh limfa menuju ke ruang parafaring dan kelenjar
limfa ser&ikal superior, yang menjelaskan pola limfadenopati secara klinis. %imfadenopati
ser&ikal superior ipsilateral adalah hasil penyebaran infeksi ke kelenjar limfa regional.
Kadang-kadang, keparahan proses supuratif dapat menuju abses ser&ikal, khususnya pada
kasus yang sangat fulminan atau progresif cepat.
*.1.0. Ge ala dan "anda ,!
. Anamnesis
Selain gejala dan tanda tonsilitis akut, juga terdapat odinofagia 'nyeri menelan* yang
hebat, biasanya pada sisi yang sama juga terjadi nyeri telinga 'otalgia*, mungkin terdapat
muntah 'regurgitasi*, mulut berbau 'foetor e ore*, banyak ludah 'hipersali&asi*, suaragumam 'hot potato &oice* dan kadang-kadang sukar membuka mulut 'trismus*, serta
pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri tekan. +asien biasanya memiliki ri(ayat
faringitis akut ditemani dengan tonsilitis dan rasa faring tidak nyaman unilateral dan makin
memburuk. +asien mungkin mengalami malaise, kelelahan, dan sakit kepala. +asien sering
mengalami demam dan rasa tenggorokan penuh yang tidak simetris. Karena limfadenopati
dan inflamasi otot ser&ikal, pasien sering mengalami nyeri leher dan bahkan keterbatasan
gerak leher. 0okter harus memikirkan diagnosis abses peritonsil pada pasien dengan gejalafaring persisten meskipun sudah diberikan rejimen antibiotik yang adekuat.
Seiring derajat inflamasi dan infeksi berlanjut, gejala berlanjut ke dasar mulut, ruang
parafaring, dan ruang pre&ertebral. Kelanjutan di dasar mulut mengkha(atirkan karena
obstruksi jalan napas/ dokter harus sadar dengan ga(at darurat yang mungkin terjadi.
Referat Abses Leher Dalam – Budi Hartono 406138071
+ada pemeriksaan fisik mungkin hasil ber&ariasi dari tonsilitis akut dengan faring
asimetris unilateral sampai dehidrasi dan sepsis, Kebanyakan pasien memiliki nyeri berat.
+emeriksaan rongga mulut menunjukkan tanda-tanda eritem, palatum mole asimetris,
eksudasi tonsil, dan u&ula disposisi kontralateral.
Kadang-kadang sukar memeriksa seluruh faring, karena trismus. +alatum mole
tampak membengkak dan menonjol ke depan, dapat teraba fluktuasi. 1&ula bengkak dan
terdorong ke sisi kontralateral. onsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak detritus dan
terdorong ke arah tengah, depan dan ba(ah.
Abses peritonsil biasanya unilateral dan terletak di kutub superior tonsil yang terkena,
pada fosa supratonsil. +ada tingkat lipatan supratonsil, mukosa dapat tampak pucat dan
mungkin menunjukkan bintil-bintil kecil. +alpasi pada palatum mole sering menunjukkan
fluktuasi. Nasofaringoskopi dan laringoskopi fleksibel dianjurkan untuk pasien dengan
air(ay distress. %aringoskopi adalah kunci untuk menyingkirkan epiglotitis dan supraglotitis,
juga kelainan pita suara.
0erajat trismus tergantung dari inflamasi ruang faring lateral. +enemuan
limfadenopati ser&ikal ipsilateral melibatkan satu atau lebih kelenjar tidak tak biasa. Kelenjar
limfa yang terkena mungkin agak padat. +ada pasien dengan inflamasi kelenjar limfa yangsignifikan, tortikolis dan keterbatasan mobilitas mungkin dialami.
Referat Abses Leher Dalam – Budi Hartono 406138071
!. +enjalaran infeksi atau abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses parafaring.
+ada penjalaran selanjutnya, masuk ke mediastinum sehingga terjadi mediastinitis.". Bila terjadi penjalaran ke daerah intrakranial, dapat mengakibatkan trombus sinus
ka&ernosus, meningitis, dan abses otak.
#. +enjalaran dapat berlanjut ke ruang submandibular dan sublingual di dasar mulut'Angina %udo&ici*.
$. +erdarahan merupakan komplikasi potensial jika arteri karotid eksterna atau cabangnya
terluka. +erdarahan dapat terjadi intraoperatif atau periode a(al pascaoperasi.
*.1.16. Pr(!n(s$s
Kebanyakan pasien yang diobati dengan antibiotik dan drainase adekuat sembuh
dalam beberapa hari. Sebagian kecil pasien mengalami abses kembali, membutuhkan
setelah insisi dan drainase tepat, tonsilektomi diindikasikan.
*.2. ABSES RETROFARING
*.2.1. Def$n$s$ ,!
Abses retrofaring adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada
daerah retrofaring. Keadaan ini merupakan salah satu infeksi pada leher bagian dalam ' deepneck infection *. +ada umumnya sumber infeksi pada ruang retrofaring berasal dari proses
infeksi di hidung, adenoid, nasofaring dan sinus paranasal, yang menyebar ke kelenjar limfe
retrofaring.
+enyakit ini ditemukan biasanya pada anak yang berusia di ba(ah $ tahun. Dal ini
terjadi karena pada usia tersebut ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfa, masing-masing
!-$ buah pada sisi kanan dan kiri. Kelenjar ini menampung aliran limfa dari hidung, sinus
paranasal, nasofaring, faring, tuba ustachius, dan telinga tengah. +ada usia di atas tahunkelenjar limfa akan mengalami atrofi.
Abses retrofaringeal menghasilkan gejala nyeri tenggorok, demam, kaku leher, dan
stridor. Abses retrofaringeal terjadi lebih sedikit daripada jaman dahulu karena penggunaan
antibiotik meluas pada infeksi saluran napas atas supuratif. Abses retrofaringeal, dulu secara
eksklusif merupakan penyakit anak, sekarang meningkat frekuensinya pada orang de(asa.
Referat Abses Leher Dalam – Budi Hartono 406138071
Abses retrofaringeal menunjukan tantangan diagnostik pada dokter ga(at darurat karena
kejadiannya yang tidak frekuen dan presentasi yang ber&ariasi.
+engenalan segera dan penanganan agresif terhadap abses retrofaringeal penting
karena penyakit ini masih memiliki mortalitas dan morbiditas yang signifikan.
*.2.2. E&$de%$(l(!$
Frekuensi
Abses retrofaringeal relatif berkurang frekuensinya dibanding dulu karena
penggunaan antibiotik. Namun pada beberapa studi di Amerika Serikat yang merupakan
negara maju juga didapatkan peningkatan frekuensi dalam ! tahun sebanyak #,$ kali.
Mortalitas Morbiditas
Saat mediastinitis terjadi, mortalitas mencapai $ I, meskipun dengan pengobatan
antibiotik. Abses retrofaringeal juga dapat menyebabkan trombosis &ena jugularis interna,
erosi arteri karotid, perikarditis, dan abses epidural. Selain in&asi ke struktur yang
berdekatan, abses retrofaringeal juga bisa menyebabkan sepsis dan resiko terhadap jalan
napas 'air(ay compromise*.
ingkat mortalitas keseluruhan adalah I penelitian infeksi ruang leher dalam di
ai(an. +ada studi terhadap !"# orang de(asa dengan infeksi leher dalam di German, tingkat
mortalitas !, I. +enyebab kematian terutama karena sepsis dengan kegagalan multiorgan. 0i
Amerika Serikat, ! ", pada data pasien ra(at inap anak 'Kids) 9npatient 0atabase*
menunjukan "! pasien abses retrofaring tanpa kematian. +ada kasus di =hildren)s National
2edical =enter di ?ashington 0= menunjukkan # anak umur @- @ bulan dengan absesretrofaringeal yang terkana mediastinitis. Ke-# anak diobati secara agresif dengan antibiotik
dan drainase bedah, dan " pasien membutuhkan debridement torakoskopik. Ke-# anak
Referat Abses Leher Dalam – Budi Hartono 406138071
Abses retrofaringeal melalui beberapa studi menunjukan hasil yang berbeda-beda
dalam hubungannya dengan ras.
• 0alam tahun kasus abses retrofaringeal yang ditangani di Kings =ounty Dospital
di Brooklyn, Ne( <ork, > I pasien adalah dari ras Afrika-Amerika, !$I Kaukasia, dan
$I Dispanik.
• +ada studi pasien pedtiatrik dengan abses retrofaringeal di ?ayne State 1ni&ersity di
0etroit menunjukkan #"I kasus terjadi di orang kulit hitam, $#I kulit putih, I
Dispanik, dan I campuran.
•
0i Amerika Serikat, ! ", pada data pasien ra(at inap anak 'Kids) 9npatient0atabase* menunjukan "! pasien abses retrofaring, ">,#I kulit putih, ,>I Afrika-
Amerika, , I Dispanik, !I Asia, ",@I ras lain, dan sisanya ras tidak dicatat.
"enis #elamin
Abses retrofaringeal lebih biasa terjadi pada laki-laki daripada perempuan, dengan
frekuensi $ - >I pada laki-laki dan ""-$ I pada perempuan, dari hasil beberapa studi.
$mur
Abses retrofaringeal dulu merupakan penyakit yang biasa terjadi pada anak, namun
sekarang frekuensi pada de(asa meningkat.
*.2.*. E"$(l(!$
Keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya abses ruang retrofaring ialah ' * infeksi
saluran napas atas yang menyebabkan limfadenitis retrofaring, '!* trauma dinding belakang
faring oleh benda asing seperti tulang ikan atau tindakan medis, seperti adenoidektomi,
intubasi endotrakea, dan endoskopi, '"* tuberkulosis &ertebra ser&ikalis bagian atas 'abses
dingin*. +asien dengan penyakit immunocompromised atau penyakit kronis seperti diabetes,
kanker, alkoholisme, dan A90S memiliki resiko yang meningkat terhadap abses
Referat Abses Leher Dalam – Budi Hartono 406138071
'A*9nsisi pada abses retrofaring dengan posisi rendelenburg.'B* 9nsisi pada abses
peritonsil.
*.2.16. K(%&l$ as$ 1
Komplikasi yang mungkin terjadi ialah sebagai berikut:
. penjalaran ke ruang parafaring, ruang &askuler &isera!. mediastinitis". obstruksi jalan napas sampai asfiksia#. bila pecah spontan, dapat menyebabkan pneumonia aspirasi dan abses paru$. dislokasi atlantooksipital
. abses epidural>. sepsis@. erosi &ertebra ser&ikal ! dan "E. defisit ner&us kranialis 'ner&us 97-799 ada di dalam faisa ser&ikalis*
. trombosis septik sekunder dari erosi ke dalam arteri karotid
Referat Abses Leher Dalam – Budi Hartono 406138071
Gejala dan tanda yang utama ialah trismus, indurasi atau pembengkakan di sekitar
angulus submandibula, demam tinggi dan pembengkakan diniding lateral faring, sehingga
menonjol ke arah medial.
*.*.0. Pe%er$ saan Pen'n an!
. +emeriksaan laboratorium
+emeriksaan kultur dan tes resistensi dilakukan untuk mengetahui jenis kuman dan
pemberian antibiotika yang sesuai.
!. +emeriksaan ;adiologi
oto jaringan lunak leher antero-posterior dan lateral merupakan prosedur diagnostik yang penting. +ada pemeriksaan foto jaringan lunak leher pada kedua posisi tersebut dapat
diperoleh gambaran de&iasi trakea, udara di daerah subkutis, cairan di dalam jaringan lunak
dan pembengkakan daerah jaringan lunak leher.
Keterbatasan pemeriksaan foto polos leher adalah tidak dapat membedakan antara
selulitis dan pembentukan abses. +emeriksaan foto toraks dapat digunakan untuk
mendiagnosis adanya edema paru, pneumotoraks, pneumomediastinum atau pembesaran
kelenjar getah hilus. +emeriksaan tomografi komputer dapat membantu menggambarkan
lokasi dan perluasan abses. 0apat ditemukan adanya daerah densitas rendah, peningkatan
gambaran kontras pada dinding abses dan edema jaringan lunak disekitar abses.
*.*. . D$a!n(s$s ,!
0iagnosis ditegakkan berdasarkan ri(ayat penyakit, gejala dan tanda klinik. Bila
meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa foto ;ontgen jaringan lunak A+
atau = scan.
*.*.3. Tera&$ ,!
1ntuk terapi diberikan antibiotika dosis tinggi secara parenteral terhadap kuman aerob
dan anaerob. &akuasi abses harus segera dilakukan bila tidak ada perbaikan dengan
antibiotika dalam !#-#@ jam dengan cara eksplorasi dalam narkosis. =aranya melalui insisi
Referat Abses Leher Dalam – Budi Hartono 406138071
". 2engingat adanya kemungkinan sumbatan jalan nafas, maka tindakan trakeostomi
perlu dipertimbangkan.
*./.5. K(%&l$ as$
+roses peradangan dapat menjalar secara hematogen, limfogen atau langsung
'perkontinuitatum* ke daerah sekitarnya. 9nfeksi dari submandibula paling sering meluas ke
ruang parafaring karena pembatas antara ruangan ini cukup tipis. +erluasan ini dapat secara
langsung atau melalui ruang mastikor mele(ati muskulus pterigoideus medial kemudian ke
parafaring. Selanjutnya infeksi dapat menjalar ke daerah potensial lainnya.
+enjalaran ke atas dapat mengakibatkan peradangan intrakranial, ke ba(ah menyusuriselubung karotis mencapai mediastinum menyebabkan medistinitis. Abses juga dapat
menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Bila pembuluh karotis mengalami
nekrosis, dapat terjadi ruptur, sehimgga terjadi perdarahan hebat, bila terjadi periflebitis atau
endoflebitis, dapat timbul tromboflebitis dan septikemia.
*./.16. Pr(!n(s$s
+ada umumnya prognosis abses submandibula baik apabila dapat didiagnosis secaradini dengan penanganan yang tepat dan komplikasi tidak terjadi. +ada fase a(al dimana abses
masih kecil maka tindakan insisi dan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat
menghasilkan penyembuhan yang sempurna.Apabila telah terjadi mediastinitis, angka
mortalitas mencapai # -$ I (alaupun dengan pemberian antibiotik. ;uptur arteri karotis
mempunyai angka mortalitas ! -# I sedangkan trombosis &ena jugularis mempunyai angka
mortalitas I.
*.0. ANGINA LUDO8I9I +LUD:IG;S ANGINA
*.0.1. Def$n$s$ ,!
Angina %udo&ici ialah infeksi ruang submandibula berupa selulitis 'peradangan
jaringan ikat* dengan tanda khas berupa pembengkakan seluruh ruang submandibula, tidak
membentuk abses, sehingga keras pada perabaan submandibula. +enyakit ini termasuk dalam
grup penyakit infeksi odontogen, di mana infeksi bakteri berasal dari rongga mulut seperti
Referat Abses Leher Dalam – Budi Hartono 406138071
. +emeriksaan laboratorium
• +emeriksaan darah: tampak leukositosis yang mengindikasikan adanya infeksi akut.
+emeriksaan (aktu bekuan darah penting untuk dilakukan tindakan insisi drainase.• +emeriksaan kultur dan sensiti&itas: untuk menentukan bakteri yang menginfeksi
'aerob danHatau anaerob* serta menentukan pemilihan antibiotik dalam terapi.
!. +emeriksaang radiologi
• oto -ray: (alaupun radiografi foto polos dari leher kurang berperan dalam
mendiagnosis atau menilai dalamnya abses leher, foto polos ini dapat menunjukkan
luasnya pembengkakkan jaringan lunak. ;adiografi dada dapat menunjukkan
perluasan proses infeksi ke mediastinum dan paru-paru. oto panoramik rahang dapat
membantu menentukan letak fokal infeksi atau abses, serta struktur tulang rahang
yang terinfeksi.• 1SG: 1SG dapat menunjukkan lokasi dan ukuran pus, serta metastasis dari abses.
1SG dapat membantu diagnosis pada anak karena bersifat non-in&asif dan non-
radiasi. 1SG juga membantu pengarahan aspirasi jarum untuk menentukan letak
abses.• = -scan: = -scan merupakan metode pencitraan terpilih karena dapat memberikan
e&aluasi radiologik terbaik pada abses leher dalam. = -scan dapat mendeteksi
akumulasi cairan, penyebaran infeksi serta derajat obstruksi jalan napas sehinggadapat sangat membantu dalam memutuskan kapan dibutuhkannya pernapasan buatan.
• 2;9: 2;9 menyediakan resolusi lebih baik untuk jaringan lunak dibandingkan
dengan = -scan. Namun, 2;9 memiliki kekurangan dalam lebih panjangnya (aktu
yang diperlukan untuk pencitraan sehingga sangat berbahaya bagi pasien yang
mengalami kesulitan bernapas.
*.0.0. D$a!n(s$s ,!
0iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang ditambah adanya ri(ayat sakit gigi, mengorek atau cabut gigi.
*.0. . Tera&$
+enatalaksaan angina %ud(ig memerlukan tiga fokus utama, yaitu:• pertama dan paling utama, menjaga patensi jalan napas.• kedua, terapi antibiotik secara progesif, dibutuhkan untuk mengobati dan
Referat Abses Leher Dalam – Budi Hartono 406138071
• ketiga, dekompresi ruang submandibular, sublingual, dan submental.
rakeostomi a(alnya dilakukan pada kebanyakan pasien, namun dengan adanya
teknik intubasi serta penempatan fiber-optic %ndotracheal Tube yang lebih baik, makakebutuhan akan trakeostomi berkurang. 9ntubasi dilakukan melalui hidung dengan
menggunakan teleskop yang fleksibel saat pasien masih sadar dan dalam posisi tegak. 8ika
tidak memungkinkan, dapat dilakukan krikotiroidotomi atau trakheotomi dengan anestesi
lokal.
+emberian de amethasone 9C selama #@ jam, di samping terapi antibiotik dan operasi
dekompresi, dilaporkan dapat membantu proses intubasi dalam kondisi yang lebih terkontrol,
menghindari kebutuhan akan trakheotomiHkrikotiroidotomi, serta mengurangi (aktu
pemulihan di rumah sakit. 0ia(ali dengan dosis mg, lalu diikuti dengan pemberian dosis #
mg tiap jam selama #@ jam.
Setelah patensi jalan napas telah teratasi maka antibiotik 9C segera diberikan.
A(alnya pemberian +enicillin G dosis tinggi '!-# juta unit 9C terbagi setiap # jam*
merupakan lini pertama pengobatan angina %ud(ig. Namun, dengan meningkatnya
pre&alensi produksi beta-laktamase terutama pada &acteroides sp, penambahan
metronida4ole, clindamycin, cefo itin, piperacilin-ta4obactam, amo icillin-cla&ulanate harus
dipertimbangkan. Kultur darah dapat membantu mengoptimalkan regimen terapi.
Selain itu, dilakukan pula eksplorasi dengan tujuan dekompresi 'mengurangi
ketegangan* dan e&aluasi pus, di mana pada umumnya angina %ud(ig jarang terdapat pus
atau jaringan nekrosis. ksplorasi lebih dalam dapat dilakukan memakai cunam tumpul. 8ika
terbentuk nanah, dilakukan insisi dan drainase. 9nsisi dilakukan di garis tengah secara
horisontal setinggi os hyoid '"-# jari di ba(ah mandibula*. 9nsisi dilakukan di ba(ah dan
paralel dengan corpus mandibula melalui fascia dalam sampai kedalaman kelenjar
submaksila. 9nsisi &ertikal tambahan dapat dibuat di atas os hyoid sampai batas ba(ah dagu.
8ika gigi yang terinfeksi merupakan fokal infeksi dari penyakit ini, maka gigi tersebut harus
diekstraksi untuk mencegah kekambuhan. +asien di ra(at inap sampai infeksi reda.
Referat Abses Leher Dalam – Budi Hartono 406138071
9nsisi pada angina %udo&ici.
*.0.3. K(%&l$ as$ ,!
Angina %ud(ig merupakan selulitis bilateral dari ruang submandibular yang terdiri
dari dua ruang yaitu ruang sublingual dan ruang submaksilar. Secara klinis, kedua ruang ini
berfungsi sebagai satu kesatuan karena adanya hubungan bebas serta kesamaan dalam tanda
dan gejala klinis. =elah buccopharingeal, yang dibentuk oleh m. styloglossus melalui m.
constrictor media dan superior, merupakan penghubung antara ruang submandibular denganruang pharingeal lateral. 9nfeksi angina %ud(ig dapat menyebar secara langsung melalui
celah buccopharingeal ini ke ruang pharingeal lateral, di mana selulitis akan dengan cepat
menjadi berbahaya serta menimbulkan obstruksi jalan napas yang berat.
Akibat barrier anatomik yang tidak dibatasi, infeksi dapat menyebar secara mudah ke
jaringan leher, ruang fascia retropharingeal, bahkan hingga mediastinum dan ruang
subphrenik. Selain gejala obstruksi jalan napas yang dapat terjadi tiba-tiba, komplikasi dari
angina %ud(ig dapat berupa trombosis sinus ka&ernosus, aspirasi dari sekret yang terinfeksi,dan pembentukan abses subphrenik. Komplikasi lebih lanjut yang telah dilaporkan meliputi
sepsis, mediastinitis, efusi perikardialHpleura, empiema, infeksi dari carotid sheath yang
mengakibatkan ruptur a. carotis, dan thrombophlebitis supuratif dari &. jugularis interna.