Top Banner
ABORTUS A. Definisi Abortus adalah berakhirnya kehamilan pada umur kehamilan <20 minggu (berat janin 500 gram) atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan (unpad suseno). Lamanya kehamilan yang normal ialah 280 hari atau 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kadang-kadang kehamilan berakhir sebelum waktunya dan ada kalanya melebihi waktu yang normal. Berakhirnya kehamilan menurut lamanya kehamilan dapat dibagi sebagai berikut (obstetric patologis) : Lamanya kehamilan Berat anak Istilah <22 minggu 22-28 minggu 28-37 minggu 37-42 minggu ≥42 minggu <500 gram 500-1000 gram 1000-2500 gram >2500 gram Abortus Partus immaturus Partus prematurus Partus maturus Partus serotinus
33

referat abortus

Jan 12, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: referat abortus

ABORTUS

A. Definisi

Abortus adalah berakhirnya kehamilan pada umur kehamilan <20 minggu

(berat janin 500 gram) atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar

kandungan (unpad suseno).

Lamanya kehamilan yang normal ialah 280 hari atau 40 minggu dihitung

dari hari pertama haid terakhir. Kadang-kadang kehamilan berakhir sebelum

waktunya dan ada kalanya melebihi waktu yang normal. Berakhirnya kehamilan

menurut lamanya kehamilan dapat dibagi sebagai berikut (obstetric patologis) :

Lamanya kehamilan Berat anak Istilah

<22 minggu

22-28 minggu

28-37 minggu

37-42 minggu

≥42 minggu

<500 gram

500-1000 gram

1000-2500 gram

>2500 gram

Abortus

Partus immaturus

Partus prematurus

Partus maturus

Partus serotinus

B. Klasifikasi

Secara umum, abortus dapat dibagi 2 sebagai berikut :

1. Abortus provocatus (abortus buatan, disengaja, digugurkan adalah abortus

yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan mengakhiri proses

kehamilan) etika kedokteran dan hukum kesehatan

a. Abortus artificialis atau abortus atau abortus therapeuticus (abortus buatan

menurut kaidah ilmu) obstetrpatologi.

Abortus ini bersifat legal yang dilakukan berdasarkan indikasi

medik etika kedokteran. Indikasi untuk abortus therapeuticus misalnya : penyakit

jantung, hipertensi essensial, karsinoma cervix. Keputusan ini ditentuka oleh

tim ahli yang terdiri dari dokter, ahli kebidanan, penyakit dalam dan pskiatri

atau psikolog obstetri patologis. Abortus buatan legal ini dilakukan dengan cara

Page 2: referat abortus

tindakan operatif (paling sering dengan cara kuretase, aspirasi vakum) atau

dengan cara medikal.

Dalam deklarasi Oslo (1970) dan UU No 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan, mengenai abortus buatan legal terdapat ketentuan-ketentuan

sebagai berikut :

Abortus buatan legal hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik

yang keputusannya disetuju secara tertulis oleh 2 orang dokter yang dipilih

berkat kopetensi profesional mereka dan prosedur operasionalnya

dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten di instalasi yang diakui

suatu otoritas yang sah, dengan syarat tindakan tersebut disetujui oleh ibu

hamil bersangkutan, suami atau keluarga.

Jika dokter yang melaksanakan tindakan tersebut merasa bahwa hati

nuraninya tidak membenarkan ia melakukan pengguguran iu. Ia berhak

mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan tindakan medik itu

kepada teman sejawa lain yang kompeten.

Yang dimaksud dengan indikasi medis dalam abortus buatan legal ii

adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan

tersebut tanpa tindakan tersebut dapat membahayakan jiwa ibu atau

adanya ancaman gangguan fisik, mental dan psikososial jika kehamilan

dilanjutkan, atau resiko yang sangat jelas bahwa anak yang akan dilahirkan

menderita cacat mental atau cacat fisik yang berat.

Hak utama untuk meberikan persetujuan tindakan medik adalah pada ibu

hamil yang bersangkutan, namun pada keadaan tidak sadar atau tidak

dapat memberikan persetujuannya dapat diminta pada suaminya/wali yang

sah.

b. Abortus provocatus criminalis (abortus buatan kriminal) adalah pengguguran

kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang

dan dilarang oleh hukum. Abortus ini bersifat ilegal dan dapat dilakukan oleh

tenaga kesehatan yang kompeten maupun tenaga yang tidak kompetenetika

kedokteran. Berdasarkan lafal sumpah Hipokrates, Lafal Sumpah Dokter

Indonesia dan International Code of Medical Ethics maupun KODEKI, setiap

Page 3: referat abortus

dokter wajib menghormati dan melindungi mahluk hidup insani, Karena itu,

aborsi berdasarkan indikasi nonmedik merupakan hal yang tidak etis

dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan, terutama seorang dokter etika kedokteran.

Aborsi yang dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten biasanya dengaan

cara memijit-mijit perut bagian bawah, memasukan benda asing atau jenis

tumbuh-tumbuhan/rumput-rumputan kedalam leher rahim daan pemakaian

bahan-bahan kimia yang dimasukan kedalam jalan lahir sehingga sering

terjadi perdarahan dan infeksi berat, bahkan dapat berakibat fataletika kedokteran.

Kemungkinan adanya abortus provokatus kriminalis harus dipertimbangkan

bila ditemukan abortus febrilis. Adapun bahaya yang dari abortus buatan

kriminais adalahobstetri patologi :

Infeksi

Infertilitas sekunder

kematian

2. Abortus spontan

a. Definisi

Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa tindakan mekanis atau

medis unuk mengosongkan uterus. (wiliamobstetri).

b. Etiologi

Secara umum, terdapat tiga faktor yang boleh menyebabkan abortus spontan

yaitu faktor fetus, faktor ibu sebagai penyebab abortus dan faktor paternal.

Lebih dari 80 persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan, dan

kira-kira setengah dari kasus abortus ini diakibatkan oleh anomali kromosom.

Setelah melewati trimester pertama, tingkat aborsi dan peluang terjadinya

anomali kromosom berkurang (Cunningham et al., 2005).

1) Faktor Fetus

Berdasarkan hasil studi sitogenetika yang dilakukan di seluruh dunia,

sekitar 50 hingga 60 persen dari abortus spontan yang terjadi pada

trimester pertama mempunyai kelainan kariotipe. Kelainan pada

kromosom ini adalah seperti autosomal trisomy, monosomy X dan

Page 4: referat abortus

polyploidy (Lebedev et al., 2004). Abnormalitas kromosom adalah hal

yang utama pada embrio dan janin yang mengalami abortus spontan, serta

merupakan sebagian besar dari kegagalan kehamilan dini. Kelainan dalam

jumlah kromosom lebih sering dijumpai daripada kelainan struktur

kromosom. Abnormalitas kromosom secara struktural dapat diturunkan

oleh salah satu dari kedua orang tuanya yang menjadi pembawa

abnormalitas tersebut (Cunningham et al., 2005).

2) Faktor ibu

Menurut Sotiriadis dan kawan-kawan (2004), ibu hamil yang mempunyai

riwayat keguguran memiliki risiko yang tinggi untuk terjadi keguguran

pada kehamilan seterusnya terutama pada ibu yang berusia lebih tua. Pada

wanita hamil yang mempunyai riwayat keguguran tiga kali berturut turut,

risiko untuk terjadinya abortus pada kehamilan seterusnya adalah sebesar

50 persen (Kleinhaus et al., 2006; Berek, 2007). Berbagai penyakit infeksi,

penyakit kronis, kelainan endokrin, kekurangan nutrisi, alkohol, tembakau,

deformitas uterus ataupun serviks, kesamaan dan ketidaksamaan

immunologik kedua orang tua dan trauma emosional maupun fisik dapat

menyebabkan abortus, meskipun bukti korelasi tersebut tidak selalu

meyakinkan. Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urelyticum dari

traktus genitalis beberapa wanita yang mengalami abortus, mengarahkan

pada hipotesis bahwa infeksi mycoplasma yang mengenai traktus genitalis,

merupakan abortifasient. Pada kehamilan lanjut, persalinan prematur dapat

ditimbulkan oleh penyakit sistemik yang berat pada ibu. Hipertensi jarang

menyebabkan abortus, tetapi dapat mengakibatkan kematian janin dan

persalinan prematur. Abortus sering disebabkan, mungkin tanpa alasan

yang adekuat, kekurangan sekresi progesteron yang pertama oleh korpus

luteum dan kemudian oleh trofoblast. Karena progesteron

mempertahankan desidua, defisiensi relatif secara teoritis mengganggu

nutrisi konseptus dan dengan demikian mengakibatkan kematian. Pada

saat ini, tampak bahwa hanya malnutrisi umum yang berat merupakan

predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus. Wanita yang merokok

Page 5: referat abortus

diketahui lebih sering mengalami abortus spontan daripada wanita yang

tidak merokok. Alkohol dinyatakan meningkatkan resiko abortus spontan,

meskipun hanya digunakan dalam jumlah sedang (Cunningham et al.,

2005). Kira-kira 10 persen hingga 15 persen wanita hamil yang mengalami

keguguran berulang mempunyai kelainan pada rahim seperti septum

parsial atau lengkap. Anomali ini dapat menyebabkan keguguran melalui

implantasi yang tidak sempurna karena vaskularisasi abnormal, distensi

uterus, perkembangan plasenta yang abnormal dan peningkatan

kontraktilitas uterus (Kiwi, 2006).

c. Patogenesis

kebanyakan abortus

spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti dengan

perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan

nekrotikvpada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan

akhirnya perdarahan per vaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau

sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal

ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi

pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu

ditekankan bahwa pada abortus spontan,

kematian embrio biasanya terjadi paling lama dua minggu sebelum

perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak

layak dilakukan jika telah terjadi perdarahan banyak karena abortus tidak

dapat dihindari. Sebelum minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan

dengan lengkap. Hal ini disebabkan sebelum minggu ke-10 vili korialis

belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua hingga telur mudah

terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke-10 hingga minggu ke-12 korion

tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat

hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal kalau

terjadi abortus. Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara:

Page 6: referat abortus

1) Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan

sisa desidua.

2) Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion

dan desidua.

3) Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan

janin ke luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin

yang dikeluarkan).

4) Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.

Kuretasi diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah perdarahan

atau infeksi lebih lanjut.

d. Pemeriksaan penunjang diagnostik

1) Laboratorium

Darah lengkap

Kadar haemoglobih rendah akibat anemia haemorrhagik.

LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.

2) Tes kehamilan

Penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG adalah prediktif.

terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus spontan atau

kehamilan ektopik).

3) Ultrasonografi

USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 – 5 minggu.

Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia

kehamilan 5 – 6 minggu). Dengan melakukan dan menginterpretasi secara

cermat, pemeriksaan USG dapat digunakan untuk menentukan apakah

kehamilan viabel atau non-viabel. Pada abortus imimnen, mungkin terlihat

adanya kantung kehamilan (gestational sac GS) dan embrio yang normal.

Prognosis buruk bila dijumpai adanya :

Kantung kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan dan

tidak adanya kutub janin.

Perdarahan retrochorionic yang luas (>25% ukuran kantung kehamilan)

Page 7: referat abortus

Frekuensi DJJ yang perlahan ( < 85 dpm ).

Pada abortus inkompletus, kantung kehamilan umumnya pipih dan

iregular serta terlihat adanya jaringan plasenta sebagai masa yang echogenik

dalam cavum uteri.

Pada abortus kompletus, endometrium nampak saling mendekat tanpa

visualisasi adanya hasil konsepsi. Pada missed abortion, terlihat adanya

embrio atau janin tanpa ada detik jantung janin.

Page 8: referat abortus

Pada blighted ovum, terlihat adanya kantung kehamilan abnormal tanpa

yolk sac atau embrio

e. Klasifikasi

1) Abortus imminens (threatened abortion, abortus mengancam).

Abortus imminens ialah  proses awal dari suatu keguguran, yang

ditandai dengan perarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum

masih tertutup dan janin masih baik intrauterin.

Didiagnosa apabila seorang wanita dengan kehamilan < 20

minggumengeluarkan darah sedikit pervaginam. Perdarahan dapat

berlangsung beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit

nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi.

Setengah dari abortus iminens ini akan menjadi abortus komplit atau

inkomplit, sedangkan sisanya kehamilan masih terus berlangsung. Pada

kasus ini ada resiko untuk terjadinya gangguan pertumbuhan janin dan

prematuritas

Perdarahan yang sedikit pada hamil muda mungkin juga

disebabkan oleh hal-hal lain seperti placental sign, ialah perdarahan

daripembuluh-pembuluh darah sekitar plasenta. Erosi porsio lebih mudah

berdarah pada kehamilan, demikian juga polip serviks, ulserasi vagina,

karsinoma serviks, kehamilan ektopik, kelainan trofoblas harus dibedakan

dari abortus imminens karena dapat memberikan perdarahan pervaginam.

Page 9: referat abortus

Pemeriksaan spekulum dapat membedakan polip, ulserasi vagina, atau

karsinoma serviks. Sedangkan kelainan lain membutuhkan pemeriksaan

ultrasonografi.

Dasar Diagnosis Abortus Immines secara Klinis

Anamnesis

perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada atau ringan

Pemeriksaan dalam :

fluksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan besar uterus sesuai

dengan umur kehamilan

Pemeriksaan penunjang

Hasil USG dapat menunjukan buah kehamilan masih utuh (ada tanda

kehidupan janin), meragukan, buah kehamilan tidak baik.

Pengelolaan

bila kehamilan utuh, ada tanda kehidupan janin : bed rest selaa 3x24

jam dan pemberian preparat progesteron bila ada indikasi (bila kadar

<5-10 nanogram).

bila hasil USG meragukan, ulangi pemeriksaan USG 1-2 minggu,

kemudian bila hasil USG tidak baik, evakuasi.

2) Abortus incipiens (inevitable abortion, abortus yang sedang berlangsung)

Abortus incipiens adalah proses abortus yang sedang berlangsung dan

tidak dapat lagi dicegah, ditandai dengan terbukanya ostium eksternum,

selain perdarahanobstetri dan ginekologi

Didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak,

kadang-kadang keluar gumpalan darah, disertai nyeri karena kontraksi

rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa

dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat

menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat

meyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan.

Janin biasanya sudah mati, dan mempertahankan kehamilan pada

keadaan ini merupakan kontraindikasi obstetripatologis.

Page 10: referat abortus

Dasar diagnosis

Anamnesis : perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri/kontraksi rahim

Pemeriksaan dalam : Ostium terbuk, buah kehamilan masih dalam

rahim, an ketuban utuh (mungkin menonjol)

Pengelolaan

Evakuasi

Uterotonika pasca evakuasi

Antibiotika selama 3 hari

3) Abortus inkomplit

Abotus inkomplit adalah Proses abortus dimana keseluruhan hasil

konsepsi telah keluar melalui jalan lahir.

Didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba

pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta).

Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak, dan membahayakan ibu.

Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang

dianggap sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh karena itu, uterus

akan berusaha untuk mengeluarkannya dengan mengandalkan kontraksi

sehingga ibu merasakan nyeri namun tidak sehebat pada abortus insipiens.

Pada beberpa kasus perdarahan tidak banyak, dan bila dibiarkan serviks

kan menutup kembali.

Page 11: referat abortus

Dasar Diagnosis

Anamnesis

Perdarahan dari jalan lahir (biaanya banyak), nyeri/kontraksi rahim ada

dan bila perdarahan banyak dapat terjadi syok.

Pemeriksaan dalam

Ostium uteri terbuka, teraba sisa jaringan buah kehamilan.

Pengelolaan

Perbaiki keadaan umum : bila ada syok, atasi dahulu syok (perbaiki

keadaan umum)

Transfusi bila Hb < 8 gr%

Evakuasi : digital, kuretasi

Uterotonika (metil ergometrin tablet 3 dd 0,125 mg)

Beri antibiotika spektrum luas selama 3 hari

4) Abortus komplit

Abortus komplit adalah proses abortus dimana keseluruhan hasil

konsepsi telah keluar melalui jalan lahir. Pada keadaan ini, kuretase tidak

perlu dilakukan. Pada setiap abortus penting untuk selalu memeriksa

jaringan yang dilahirkan apakah komplit atau tidak dan untuk mmbedakan

dengan kelainan trofoblas (Mola Hidatidosa).

Page 12: referat abortus

Pada abortus komplit, perdarahan segera berkurang setelah isi

rahim dikeluarkan dan selambatn-lambatnya dalam 10 hari perdarahan

berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan

epitelisasi telah selesai. Serviks juga dengan segera menutup kembali. Jika

10 hari stelah abortus masih terdapat perdarahan, abortus inkomplit atau

endometritis pasca abortus harus dipikirkan.

Gambaran Klinis

Anamnesis : Perdarahan dari jalan lahir sedikit, pernah keluar buah

kehamilan

Pemeriksaan dalam : Ostium biasanya tertutup, bila ostium terbuka

teraba rongga uterus kosong.

Pengelolaan

Beri antibiotika selama 3 hari

5) Missed abortion

Berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun buah

kehamilan yang telah mati tertahan selama 8 minggu atau lebih. Dengan

pemeriksaan USG tampak janin tidak utuh dan membentuk gambaran

kompleks, tetapi diagnosis USG tidak selalu harus tertahan ≥ 8 minggu.

Page 13: referat abortus

Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan pervaginam

sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus imminens. Selanjutnya,

rahim tidak membesar, bahkan rahim mengacil karena absorbsi air

ketuban dan maserasi janin. Buah dada pun mengecil kembali. Gejala-

gejala lain yang penting tidak ada, hanya saja amenorrhea berlangsung

terus. Abortus spontan biasanya berakhir selambat-lambatnya 6 minggu

setelah janin mati.

Kalau janin mati pada kehamilan yang masih muda sekali, janin

akan lebih cepat dikeluaran. Sebaliknya, jika kematian janin terjadi pada

kehamilan yang lebih lanjut, retensi janin akan lebih lama.

Kematian embrio pada kehamilan 8 minggu

Terlihat dinding kantung kehamilan (GS) yang iregular dan Yolk sac yang

mengempis

Dasar diagnosis

Anamnesis

Perdarahan bisa ada atau tidak

Pemeriksaan obstetri

Fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan dan bunyi jantung tidak

ada.

Pemeriksaan penunjang

USG, Laboratorium (Hb,tromboit, fibriogen, waktu perdarahan, waktu

pembekuan dan protrombin)

Page 14: referat abortus

Pengelolaan pedoman diadnosis dan terapi obstetri dan gin rs hasan

Evakuasi. Pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan tertutup,

sehingga perlu tindakan dilatasi. Tindakan kuretase hendaknya

dilakukan dengan hati-hati karena pada keadaan ini biasanya plasenta

bisa melekat sangat erat sehingga prosedr kuretase lebih sulit dan dapat

beresiko tidak bersih/ perdarahan pasca kuretase.

uterotonika pasca evakuasi

antibiotik selama 3 hari

6) Abortus habitualis

Didiagnosis apabila abortus spontan terjadi 3 kali berturut-turut atau lebih.

Lebih sering terjadi pada primitua. Etiologi abortus ini ialah kelainan

genetik/kromosomal, kelianan hormonal (imunologik) dan kelainan

anatomis. Pengelolaan abortus habitualis tergantung pada etiologinya.

Pada kelainan antomi, mungkin dapat dilakukanm operasi Shridokar atau

McDonaldobstetri patologi.

7) Abortus febrilis

Abortus febrilis adalah abortus inkomplit atau abortus insipiens

yang disertai infeksi. Manifestasi klinin ditandai dengan adanya demam,

lokia yang berbau busuk, nyeri diatas simpisis atau diperut bawah,

abdomen kembiung atau tegang sebagai tanda peritonitis. Abortus ini

dapat menimbulkan syok endotoksin. Keadaan hipotermi pada umumnya

menandakan sepsis.

Dasar diagnosis

Anamnesis

Waktu masuk rumah sakit mungkin disertai syok septik

Pemeriksaan dalam

Ostium uteri umumnya terbuka dan eraba sisa jaringan, rahim maupun

adneksa nyeri ada perabaan dan fluksus berbau.

Page 15: referat abortus

Pengelolaan suseno

Perbaiki keadaan umum (seperti infus, transfusi dan atasi syok septik

bila ada)

Posisi fowler

pemberian antibiotik seama 24 jam intravena, dilanjutkan dengan

evakuasi digital atau kuret tumpul

uterotonika

.

C. Teknik Abortus

Abortus dapat dilakukan baik secara medis maupun bedah. Dalam suat uji klinis

teracak tentang efektivitas dan aksetabilitas teknik-teknik ini, Creinin (2000)

melaporkan bahwa abrtus medis tampaknya sedikit lebih murah dibanding cara cara

bedah. Sebelum suatu abortus elektif dilaksanakan, apabila dijumpai vaginosis

bakteriali, wanita yang bersangkutan perlu diterai dengan metronidazol untuk

mengurangi angka infeksi pasca operasi (larssn dkk. 1992). Pemberian krin

kindamisin 2 persen ke vagina selama 3 hari menurunkan infeksi panggul pasca

abortus empat kali lipat dibanding dengan placebo (arsson dkk., 2000).

1.`Teknik bedah untuk abortus

Kehamilan dapat dikeluarkan secara bedah melalui serviks yang telah dibuka atau

melalui abdomen dengan histerotomi atau histerektomi.

a. Dilatasi dan kuretase

Abortus bedah dilakukan mula-mula dengan mendilatasi serviks dan

kemudian mengosongkan uterus dan mengeok isi uterus (kuretase tajam)

secara mekanis, melakukan aspirasi vakum (kuretase isap), atau keduanya.

Teknik untuk vakum manual telah di ulas oleh Mac Isaac dan Jones (2000).

Kemungkinan terjadi penyulit termasuk perforasi uterus, laserasi serviks,

perdarahan, pengeluaran janin dan plasenta yang tidak lengkap dan infeksi

akan meningkat setelah setelah trimester pertama. Atas alasan ini, kuretase

atau aspirasi vakum seyogyanya dilakukan sebelum 14 minggu. Untuk usia

gestasi lebih dari 16 minggu, dipilih dilakukan dilatasi dan evakuasi(D & E),

ini terdiri dari dilatasi serviks secara luas di ikuti dengan destruksi mekanik

Page 16: referat abortus

dan evakuasi mekanis bagian-bagian janain. Setelah janin seluruhnya

dikeluarkan, digunan kuret vakum berlubang bsar intuk mengeluarkan

plasenta dan jaringan yang tersisa. Dilatasi dan estkstrasi (D&X) serupa

dengan D&E, kecuali bahwa pada D&X bagian janin pertama kali di

ekstraksi melalui serviks yang telah membuka untuk mempermudah tindakan.

Tanpa adanya penyakit sistmk pada ibu, kehamilan biasanya diakhiridengan

kuretase atau evakuasi/ekstasi tanpa rawat inap.

1) Dilatasi

Teknik dilatasi dapat dilakukan dengan menggunakan :

Dilator higroskopik

Trauma akibat dilatasi mekanik dapat dikurangi dengan

menggunakan suatu alat yang secara perlahan membuka serviks. Alat

ini menar air dari jaringan serviks dan juga digunakan untuk

pematangan serviks prainduksi. Batang laminara sering digunakan

untuk membantu membuka serviks. Alat ini dibuat dari tangkai

laminaria digitata atau laminaria japonica, suatu ganggang laut coklat.

Tangkai dipotong, dikupas, dibentuk, dikeringkan, di sterilisasikan dan

dikemas sesai ukuran ( kecil, diameter 3 sampai 5 mm, sedang 6-8 mm

dan besar 8-10 m). Laminaria yang higroskopis kuat diperkirakan

bekerja dengan cara menarik air dari kompleks proteoglikan, sehingga

kompleks ini mengalami penguraian dan menyebabkan serviks melunak

dan membuka.

Prostaglandin

Selain menggunakan dilator hogroskopik agar serviks melunak

dapat digunakan pesarium (supositoria) prostaglandin yang dimasukan

kedalam vagina sampai serviks sekitar 3 jam sebelum upaya dilatasi

dilakukan. Chen dan Edler (1983) melaporkan hasil yang baik dari

penggunaan 1 mg prostaglandin E1 metil ester. Beberapa bentuk

prostaglandin yang lebih baru pernah digunakan untuk menginduksi

persalinan atau untuk mendatarkan serviks sebelum induksi persalinan.

Page 17: referat abortus

Banyak produk serupa yang pernah digunakan untuk menyiapkan

serviks sebelum dilatasi mekanik atau induksi aborsi.

2) Teknik kuretase

Bibir serviks anterior dijepit dengan tenakulum bergerigi. Anastetik lokal

misalnya lidokain 1 atau 2 persen sebanyak 5 ml disuntikan secara

bilateral kedalam serviks. Cara lain, digunakan blok paraservikal.

Uterus disonde dengan hati-hati untuk mengidentifikasi status os internum

dan untuk memastikan ukuran dan posisi uterus. Serviks diperlebar lebih

lanjut dengan dilator hegar atau pratt sampai kuret hisap aspirasi vakum

dengan diameter memadai dapat dimasukan. Jari keempat ke lima tangan

yang memaukkan dilator harus diletakan di perineum dan bokong sewaktu

dilator didorong melewati os internum. Hal ini merupakan pengamanan

tambahan agar tidak terjadi perforasi uterus.

Kemudian digunakan kuretase isap untuk mengaspirasi produk kehamilan.

Aspirator vakum digerakan diatas permukan secara sistematis agar seluruh

rongga uterus tercakup. Apabila hal ini telah dilakukan dan tidak ada lagi

jaringan yang terhisap, dilakukan kuretase tajam dengan hati-hati apabila

diperkiraan masih ada potongan janin atau plasenta. Perforas jarag terjadi

pada saat kuret digerakan ke bawah, tetapi dapat terjadi saat memasukan

setiap instrumen kedalam uterus.

b. Laparatomi

Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen untuk abortus

lebih disukai daripada kuretae atau induksi medis. Apabila terdapat penyakit

yang cukup signifikan pada uterus, histerektomi mungkin merupakan terapi

yang ideal. Kadang-kadang histeretomi atau histerektomi perlu dilakukan

karena induksi medis pada kehamilan trimester kedua gagal.

2. Induksi abortus secara medis

Oksitosin

Pemberian oksitosin dosis tinggi dalam sedikit cairan intravena dapat

menginduksi abortus pada kehamilan trimester kedua. Salah satu regimen yang

terbukti efektif adalah campuran 10 ampul oksitosin 1 ml (10 IU/ml) kedalam

Page 18: referat abortus

1000 ml larutan ringer lakktat. Larutan ini mengandung 100 mU oksitosin per

ml. Infus iv dimuai dengan kecepatan 0,5 ml/menit ( 50 mU/menit). Kecepata

infus ditambah setiap 15-30 menit sampai maksimum 2 ml/menit (200

mU/menit). Kemungkinan keberhasilan induksi dengan oksitosis dosis tinggi

ini dapat dipengaruhi dengan penggunaan dilator higroskopik seperti laminaria

tents yang di masukkan pada malam sebelumnya.

Larutan hiperosmoti intraamnion

Agar terjadi abortus pada trimester kedua, dapat dilakuka penyuntikan 20

sampai 25 persen salin atau urea 30 samai 40 persen kedalam kantung amnion

untuk merangsang kontraksi uterus dan pembukaan serviks. Mekanismenya

larutan ini akan merusak membran janin yang mengakibatkan pembebasan

enzim-enzim fosfolpase. Enzim-enzim ini akan memecah asam arakidonat dati

tempat penyimpanannya daam membran janin. Asam arakidonat yang dilepas

kemudian berubah menjadi prostaglandin yang akan menyebabkan kontraksi

uterus dan dilatasi serviks. Menurut american college of obstetricians and

gynecologist (1987), cara ini telah digantikan oleh dilatasi dan evakuai.

Manfaat dari tekik dilatasi atau evakuasi antaralain kecepatn, biaya lebih

rendah,dan jarang menyebabkan nyeri dan trauma.

Salin hipertonik dapat menimbulkan penyulit serius, termasuk kematian

(jasnosz dkk., 1993) penyulit lain mencangkup

Krisis hiperosmolar akibat masuknya sain hipertonik kedalam sirkulasi

ibu.

Gsgsl jsnung

Dyok septik

Peritonitis

Perdarahan

DIC

Intoksikasi air

Prostaglandin

Page 19: referat abortus

Prostaglandin dan analognya dapat di gunakan untuk terminasi kehamilan

terutama pada trimester kedua. Yang paling umum di gunakan adalah

prostaglandin E2, prostaglandin F2, dan analog-analognya, terutama 15

metilprostaglandin F2 methyl ester, PGE1 metil ester(gemeprost), dan

misopristol.

Teknik . prostaglandin dapat bekerja secara efekttif pada serviks dan uterus

apabila :

(1) Dimasukan ke vagina sebagai supositoria atau pesariu tepat didekat serviks

(2) Diberikan sebagai gel melalui sebuah kateter kedalam kanalis servikalis

dan bagian paling bawah uterus secara ekstraovular

(3) Disuntikan intramuskular

(4) Disuntikkan kedalam kantung amnion melalui amniosintesis

(5) Diminum peroral

Dosis penggunaan prostaglandin pada trimester kedua

(a) Prostaglandine E2

20 mg Prostaglandine E2 intravaginal pada fornix posterior

Efek samping : mual dan muntah, demam dan diare

(b) Prostaglandine E1

600 ug intra vagina diikuti dengan pemberian 400 ug setiap 4 jam

Ramsey dkk (2004) : tehnik ini lebih efektif dibandingkan oksitosin

infuse dosis tinggi

RU 486(mifepriston)

Antiprogesteron oral ini di gunakan untuk menghasilkan efek aborsi pada awal

gestasi. Dosis single 600 mg RU 486 efektif jika di berikan terutama pada

gestasi 6 minggu, trimester pertama. Menurut penelitian lelaidier dkk., 1993

menjelaskan bahwa pemberian 486 dsis tunggal 600 mg yang diberikan

sebelum gestasi 6 minggu menyebabkan abortus pada 85 persen kasus dan saat

diberikan pada kehamilan trimester pertama yang tidak tumbuh, mifepriston

dosis tunggal 600 mg memicu ekspulsi pada 82 persen wanita. Selain itu, RU

Page 20: referat abortus

486 juga memiliki efektivitas yang tinggi untuk kontrasepsi emergensi post

coitus jika di berikan sebelum 72 jam. Penambahan berbagai prostaglandin

oral, pervaginam atau suntikan ke regimen ini menghasilkan angka abortus

sebesar 95 persen atau lebih. Efek samping dari RU 486 adalah mual, muntah

dan kram pencernaan.

Regimen Aborsi Medikamentosa Untuk Kehamilan Muda :

Mifepristone + Misoprostol

oMifepristone 100 – 600 mg p.o diikuti dengan

oMisoprostol 400ug p.o atau 800 ug per vaginam dalam waktu 6 – 72 jam

Sumber : (ACOG 2001b, Borgatta 2001; Creinin 2001,2004 ; Pymar 2001,

Schaff 2000, von Hertzen 2003; Wiebe 1999, 2002)

Epostan

Inhibitor hiidroksi steroid-3β dehidrogenae ini menghambat sintesis

progesteron endogen. Apabila diberikan dalam 4 minggu setelah hari pertama

haid terakhir, obat ini akan memicu abortus pada sekitar 85 % wanita (Crooij

dkk., 1988)

VIII. PENYULIT

Kebanyakan penyulit dari abortus disebabkan abortus kriminalis walaupun dapat

timbul juga pada abortus yang spontan.

Perdarahan yang hebat

Kerusakan serviks

Infeksi, kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat

menimbulkan infertilitas

Renal failure (faal ginjal rusak); disebabkan karena infeksi dan syok. Pada

pasien dengan abortus, diurese harus selalu diperhatikan.

Syok bakterial; terjadi syok yang berat yang disebabkan toksin-toksin.

Perforasi, terjadi saat kuretase atau karena abortus kriminalis.

Page 21: referat abortus

IX. PENCEGAHAN

Sebagian besar abortus tidak dapat dicegah terutama apabila penyebabnya

adalah kelainan kromosom. Tetapi beberapa abortus dapat dicegah dengan

pencegahan dan pengobatan penyakit ibu sebelum kehamilan, Pre Natal Care

sejak dini, diabetes dan hipertensi yang terkontrol, serta proteksi ibu terhadap

mikroorganisme penyebab infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sastrawinata, R. S, Kelainan Lamanya Kehamilan, Obstetri Patologi.

1981. Bandung : Bagian Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran

Universitas Padjadjaran Bandung. Hal 7-18.

Page 22: referat abortus

2. Sastrawinata, R. S, Terapi Operatif Abortus, Obstetri Operatif. 1981.

Bandung : Bagian Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran Bandung. Hal 9-18.

3. Krisnadi R.S., Mose J.C., Effendi J.S., Kelainan Lamanya Kehamilan,

Padoman Diagnosis dan Trapi Obstetri dan Ginekologi RS DR. Hasan

Sadikin. 2005. Bandung : Bagian Obstetri Ginekologi Fakultas

Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. Hal 41-49.

4. DeCherney AH, Pernol ML. Current Obstetric and Gynecologic

Diagnostic and Treatment. 1990. Connecticut : Pleton dan Lange.

5. Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF, Gilstap L.C, Houth J.C,

Wenstrom K.D. William Obstetrics 22th ed. 2005. London : McGraw-

Hill.

6. Chamberlain, G. Steer, P, J. Sporadic and Recurrent miscarriage, in

Trunbull”s Obstetrics. 2002. London : Churli Livingstone.