BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Referat Maret 2008 TENGGELAM Oleh : A. Aisyah Angreani 110.202.074 Ummu Kalsum Azis 110.202.012 Pembimbing : dr. Mauludddin Mansyur Supervisor : DR. dr. Gatot S Lawrence, MSc, Sp.PA(K), DMF, Sp.F
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN
Referat Maret 2008
TENGGELAM
Oleh :
A. Aisyah Angreani 110.202.074Ummu Kalsum Azis 110.202.012
Pembimbing :
dr. Mauludddin Mansyur
Supervisor :
DR. dr. Gatot S Lawrence, MSc, Sp.PA(K), DMF, Sp.F
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKPADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN
2008
TENGGELAM
Tenggelam merupakan kematian tipe asfiksia yang disebabkan adanya air yang menutup
jalan saluran pernapasan sampai ke paru-paru. Keadaan ini merupakan penyebab kematian jika
kematian terjadi dalam waktu 24 jam dan jika bertahan lebih dari 24 jam setelah tenggelam
memperlihatkan adanya pemulihan telah terjadi ini disebut near drowning. Penelitian pada akhir
tahun 1940-an hingga awal 1950-an menjelaskan bahwa kematian disebabkan adanya gangguan
elekrolit atau terjadinya hipoksia dan asidosis yang menyebabkan aritmia jantung akibat
masuknya air dengan volume besar ke dalam sirkulasi melalui paru-paru.(1,5,7)
Mekanisme kematian dapat juga terjadi pada tenggelam adalah inhibisi vagal dan spasme
larynx. Adanya mekanisme kematian yang berbeda-beda pada tenggelam akan member warna
pada pemeriksaan laboratorium.(2)
Tenggelam pada umumnya merupakan kecelakaan, baik kecelakaan secara langsung
berdiri sendiri maupun tenggelam yang terjadi oleh karena korban dalam keadaan mabuk, berada
di bawah pengaruh obat atau pada mereka yang terserang epilepsy. Pembunuhan dengan cara
menenggelamkan jarang terjadi, korban biasanya bayi atau anak-anak. Pada orang dewasa dapat
terjadi tanpa sengaja, yaitu korban sebelumnya dianiaya, disangka sudah mati, padahal hanya
pingsan. Untuk menghilangkan jejak korban dibuang ke sungai, sehingga mati karena tenggelam.
Bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri juga merupakan peristiwa yang jarang terjadi.
Korban sering memberati dirinya dengan batu atau besi, baru kemudian terjun ke air.(2)
Patofisiologi
Hipoxia merupakan masalah utama yang sering diakibatkan oleh trauma saat tenggelam,
tetapi dengan adanya spasme glottis yaitu jika sejumlah kecil volume air yang memasuki laring
atau trakea, ketika itu pula tiba-tiba terjadi spasme laring akibat pengaruh reflex vagal, hal ini
terjadi pada ± 10% kematian akibat tenggelam. Mukosa yang kental, berbusa, dan berbuih dapat
dihasilkan, hingga menciptakan suatu ‘perangkap fisik’ yang menyumbat jalan napas. ‘Spasme
laring’ tidak dapat ditemukan pada saat otopsi karena pada kematian telah terjadi relaksasi otot-
otot laring. Dalam situasi yang lain, terjadi peningkatan cepat tekanan alveoli - arterial, yang
terjadi pada saat air teraspirasi sehingga menyebabkan hypoxia progresif.(1,9)
Ketika seseorang terbenam di bawah permukaan air, reaksi awal yang dilakukan ialah
mempertahankan nafasnya. Hal ini berlanjut hingga tercapainya batas kesanggupan, dimana
orang itu harus kembali menarik nafas kembali. Batas kesanggupan tubuh ini ditentukan oleh
kombinasi tingginya konsentrasi Karbondioksida dan konsentrasi rendah Oksigen di mana
oksigen dalam tubuh banyak digunakan dalam sel. Menurut Pearn, batas ini tercapai ketika kadar
PC02 berada di bawah 55 mm Hg atau merupakan ambang hypoxia, dan ketika kadar PA02 di
bawah 100 mmHg ketika PC02 cukup tinggi.(1,7)
Ketika mencapai batas kesanggupan ini, korban terpaksa harus menghirup sejumlah besar
volume air. Sejumlah air juga sebagian tertelan dan bisa ditemukan di dalam lambung. Selama
pernapasan dalam air ini, korban bisa juga mengalami muntah dan selanjutnya terjadi aspirasi
terhadap isi lambung. Pernapasan yang terengah-engah di dalam air ini akan terus berlanjut
hingga beberapa menit, sampai akhirnya respirasi terhenti. Hipoksia serebral akan semakin buruk
hingga tahap irreversibel dan terjadilah kematian. Faktor-faktor yang juga menentukan sejauh
mana anoksia serebral menjadi irreversibel adalah umur korban dan suhu di dalam air. Misalnya
pada air yang cukup hangat, waktu yang diperlukan sekitar 3 hingga 10 menit. Tenggelamnya
anak-anak pada air dengan suhu dingin yang cukup ekstrim selama 66 menit masih bisa tertolong
melalui resusitasi dengan sistem syaraf/neurologik tetap utuh. Juga, berapa pun interval waktu
hingga terjadi anoksia, penurunan kesadaran selalu terjadi dalam waktu 3 menit setelah
tenggelam.(1)
Akan tetapi jika korban terlebih dahulu melakukan hiperventilasi saat terendam ke dalam
air. Hiperventilasi dapat menyebabkan penurunan kadar CO2 yang signifikan. Kemudian
hipoksia serebral karena rendahnya P02 dalam darah, bersamaan dengan penurunan hingga
hilangnya kesadaran, dapat terjadi sebelum batas kesanggupan (breaking point) tercapai.(1)
TENGGELAM DALAM AIR TAWAR
Pada keadaan air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar terjadi absorbsi
cairan masif ke dalam membran alveolus, dimana dalam waktu 3 menit dapat mencapai 72 %
dari vol darah sebenarnya. Karena konsentrasi elektrolit dalam air tawar lebih rendah daripada
konsentrasi dalam darah, maka akan terjadi hemodilusi darah, air masuk ke dalam aliran darah
sekitar alveoli dan mengakibatkan pecahnya sel darah merah (hemolisis).(2,8)
Akibat terjadi perubahan biokimiawi yang serius yaitu pengenceran darah yang terjadi,
tubuh berusaha mengkompensasinya dengan melepaskan ion Kalium dari serabut otot jantung
sehingga kadar ion dalam plasma meningkat, akibatnya terjadi perubahan keseimbangan ion K
dan Ca dalam serabut otot jantung sehingga terjadi anoksia yang hebat pada myocardium dan
mendorong terjadinya fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan darah, jantung untuk beberapa
saat masih berdenyut dengan lemah yang kemudian menimbulkan kematian akibat anoksia otak
hebat, ini yang menerangkan mengapa kematian dapat terjadi dalam waktu 4-5 menit.(2,8)
TENGGELAM DALAM AIR LAUT
Konsentrasi elektrolit dalam air asin lebih tinggi dibandingkan dalam darah, sehingga air
akan ditarik keluar sampai sekitar 42% dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstitial
paru, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya udem pulmonal, hemokonsentrasi, hipovolemi, dan
kenaikan kadar magnesium dalam darah. Pertukaran elektrolit dari air asin ke dalam darah
mengakibatkan meningkatnya hematokrit dan peningkatan kadar natrium plasma. Fibrilasi
ventrikel tidak terjadi, Hemokonsentrasi akan mengakibatkan terjadinya anoksia pada
myocardium dan disertai peningkatan viskositas darah sehingga sirkulasi menjadi lambat,
tekanan sistolik akan menetap dalam beberapa menit dan menyebabkan terjadinya payah jantung.
Kematian dapat terjadi dalam waktu 8-12 menit setelah tenggelam.(2,8)
Tanda-tanda yang ditemukan pada mayat mati tenggelam : (1,2,4,8,10)
Pemeriksaan luar
Penurunan suhu mayat (algor mortis), berlangsung cepat, rata-rata 5⁰F per menit. Suhu
tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu 5 atau 6 jam.
Lebam mayat (livor mortis), akan tampak jelas pada dada bagian depan, leher dan kepala.
Lebam mayat berwarna merah terang. Sebagai hasil dari pembekuan OxyHb.
Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap. Pada