Top Banner

of 26

ref tb paru

Apr 04, 2018

Download

Documents

winfrey2207
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/29/2019 ref tb paru

    1/26

    1

    EPIDEMIOLOGI

    Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia

    ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis

    sebagai Global Emergency . Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap

    hari dan 2 - 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah

    terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka

    mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika

    yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan

    peningkatan cepat kasus TB yang muncul.

    Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India

    dan China. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat

    TB. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan

    merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasanakut pada seluruh kalangan usia.

    Berikut ini adalah gambaran penyebaran penyakit Tuberkulosis di seluruh dunia

  • 7/29/2019 ref tb paru

    2/26

    2

    Gambar 1. Penyebaran Penyakit Tuberkulosis di Seluruh Dunia10

    DEFINISI

    Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium

    tuberculosis.

    MIKROBIOLOGI

    Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak

    berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,30,6 mm dan panjang 14 mm.

    Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%).

    Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-

    waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang

    berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang (C60

    C90) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan

    peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri

  • 7/29/2019 ref tb paru

    3/26

    3

    tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel

    yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu

    apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut

    dengan larutan asamalkohol.

    Gambar 2. Gambaran mikroskopik M. Tuberculosis dengan Pewarnaan Ziehl Neelsen

    PATOGENESIS

    Paru merupakan port dentre lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya

    yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat

    mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis

    non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit kuman TB dan biasanya sanggup

    menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag

    tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag.

    Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di

    tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut Fokus Primer

    GOHN.

    Dari fokus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe

    regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer.

    Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di

    kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak di lobus paru bawah atau

    tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika fokus

    primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks primer

  • 7/29/2019 ref tb paru

    4/26

    4

    merupakan gabungan antara fokus primer, kelenjar limfe regional yang membesar

    (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang (limfangitis).

    Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks

    primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Hal ini berbeda dengan pengertian

    masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman

    hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi TB biasanya berlangsung dalam waktu 4-8

    minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman

    tumbuh hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang

    respons imunitas seluler.

    Selama berminggu-minggu awal proses infeksi, terjadi pertumbuhan logaritmik kuman

    TB sehingga jaringan tubuh yang awalnya belum tersensitisasi terhadap tuberkulin,

    mengalami perkembangan sensitivitas. Pada saat terbentuknya kompleks primer inilah, infeksi

    TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas

    terhadap tuberkuloprotein, yaitu timbulnya respons positif terhadap uji tuberkulin. Selama

    masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas

    seluler tubuh terhadap TB telah terbentuk. Pada sebagian besar individu dengan sistem imun

    yang berfungsi baik, begitu sistem imun seluler berkembang, proliferasi kuman TB terhenti.

    Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler

    telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan segera dimusnahkan.

    Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya mengalami

    resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis

    perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan

    enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan

    paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini.

    Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat

    disebabkan oleh fokus paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat

    membesar dan menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan

    yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus sehingga

    meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas). Kelenjar limfe hilus atau paratrakea yang

    mulanya berukuran normal saat awal infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang

    berlanjut. Bronkus dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternaldapat menyebabkan ateletaksis. Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan

  • 7/29/2019 ref tb paru

    5/26

    5

    dapat merusak dan menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB

    endobronkial atau membentuk fistula. Massa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada

    bronkus sehingga menyebabkan gabungan pneumonitis dan ateletaksis, yang sering disebut

    sebagai lesi segmental kolaps-konsolidasi.

    Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi

    penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke

    kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer. Sedangkan pada penyebaran

    hematogen, kuman TB masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

    Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai penyakit

    sistemik.

    Penyebaran hamatogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk penyebaran

    hematogenik tersamar (occult hamatogenic spread). Melalui cara ini, kuman TB menyebar

    secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman

    TB kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh tubuh. Organ yang biasanya dituju

    adalah organ yang mempunyai vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru

    sendiri, terutama apeks paru atau lobus atas paru. Di berbagai lokasi tersebut, kuman TB akan

    bereplikasi dan membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan

    membatasi pertumbuhannya.

    Di dalam koloni yang sempat terbentuk dan kemudian dibatasi pertumbuhannya oleh

    imunitas seluler, kuman tetap hidup dalam bentuk dorman. Fokus ini umumnya tidak

    langsung berlanjut menjadi penyakit, tetapi berpotensi untuk menjadi fokus reaktivasi. Fokus

    potensial di apkes paru disebut sebagai Fokus SIMON. Bertahun-tahun kemudian, bila daya

    tahan tubuh pejamu menurun, fokus TB ini dapat mengalami reaktivasi dan menjadi penyakit

    TB di organ terkait, misalnya meningitis, TB tulang, dan lain-lain.

    Bentuk penyebaran hamatogen yang lain adalah penyebaran hematogenik generalisata

    akut (acute generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini, sejumlah besar kuman TB

    masuk dan beredar dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan

    timbulnya manifestasi klinis penyakit TB secara akut, yang disebut TB diseminata. TB

    diseminata ini timbul dalam waktu 2-6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit

    bergantung pada jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya

    penyebaran. Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya sistem imun pejamu

    (host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya pada balita.

  • 7/29/2019 ref tb paru

    6/26

    6

    Tuberkulosis milier merupakan hasil dari acute generalized hematogenic spread

    dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel yang dihasilkan melalui cara ini akan

    mempunyai ukuran yang lebih kurang sama. Istilih milier berasal dari gambaran lesi

    diseminata yang menyerupai butir padi-padian/jewawut (millet seed). Secara patologi

    anatomik, lesi ini berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm, yang secarahistologi merupakan

    granuloma.

    Bentuk penyebaran hematogen yang jarang terjadi adalah protracted hematogenic

    spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu fokus perkijuan menyebar ke saluran

    vaskular di dekatnya, sehingga sejumlah kuman TB akan masuk danberedar di dalam darah.

    Secara klinis, sakit TB akibat penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan dengan acute

    generalized hematogenic spread. Hal ini dapat terjadisecara berulang.

    Pada anak, 5 tahun pertama setelah infeksi (terutama 1 tahun pertama), biasanya

    sering terjadi komplikasi. Menurut Wallgren, ada 3 bentuk dasar TB paru pada anak, yaitu

    penyebaran limfohematogen, TB endobronkial, dan TB paru kronik. Sebanyak 0.5-3%

    penyebaran limfohematogen akan menjadi TB milier atau meningitis TB, hal ini biasanya

    terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer. Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental yang

    timbul akibat pembesaran kelenjar regional) dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama (3-9

    bulan). Terjadinya TB paru kronik sangat bervariasi, bergantung pada usia terjadinya infeksi

    primer. TB paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam lesi yang tidak

    mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak, tetapi sering pada

    remaja dan dewasa muda.

    Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang terinfeksi TB. TB

    tulang dan sendi terjadi pada 5-10% anak yang terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1

    tahun tetapi dapat juga 2-3 tahun kemudian. TB ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah

    infeksi primer.12

  • 7/29/2019 ref tb paru

    7/26

    7

    Gambar 3. Skema Perkembangan Sarang Tuberkulosis Post Primer dan Perjalanan

    Penyembuhannya9

    Gambar 4. Patogenesis Tuberkulosis

    II.5 KLASIFIKASI

    A. Tuberkulosis Paru

    Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk

    pleura.

  • 7/29/2019 ref tb paru

    8/26

    8

    1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)

    TB paru dibagi atas:

    a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif. Hasil

    pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologik

    menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak

    menunjukkan BTA positif dan biakan positif.

    b. Tuberkulosis paru BTA (-)

    1) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dankelainan radiologis menunjukkan tuberkulosis aktif.

    2) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. tuberculosispositif.

    2. Berdasarkan tipe pasien

    Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa

    tipe pasien yaitu :

    a. Kasus baru

    Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah

    menelan OAT kurang dari satu bulan.

    b. Kasus kambuh (relaps)

    Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis

    dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat

    dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.

    Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologik dicurigai lesi aktif /

    perburukan dan terdapat gejalaklinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan :

    1) Infeksi non TB (pneumonia, bronkiektasis dll) Dalam hal ini berikan dahulu antibiotikselama 2 minggu, kemudian dievaluasi.

    2) Infeksi jamur3) TB paru kambuhBila meragukan harap konsul ke ahlinya.

    c. Kasus defaultedatau drop out

    Adalah pasien yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masapengobatannya selesai.

  • 7/29/2019 ref tb paru

    9/26

    9

    d. Kasus gagal

    1) Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif padaakhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan).

    2) Adalah pasien dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi BTApositif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.

    e. Kasus kronik / persisten

    Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan

    ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik.

    Catatan:

    a. Kasus pindahan (transfer in):Adalah pasien yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten dan kemudian

    pindah berobat ke kabupaten lain. Pasien pindahan tersebut harus membawa surat rujukan /

    pindah.

    b. Kasus Bekas TB:1) Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran

    radiologik paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan

    gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.

    2) Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan dan telah mendapat pengobatanOAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologic.9

    DIAGNOSIS

    Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan

    fisik/jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan penunjang lainnya.

    A.Gejala klinikGejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan

    gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratorik

    (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).

    1. Gejala respiratorik

    a.batuk-batuk lebih dari 2 minggub.batuk darahc. sesak napasd. nyeri dada

  • 7/29/2019 ref tb paru

    10/26

    10

    Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang

    cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up.

    Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala

    batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan

    untuk membuang dahak ke luar.

    2. Gejala sistemik

    a. Demamb. Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun.

    3. Gejala tuberkulosis ekstra paru

    Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada

    limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar

    getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada

    pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga

    pleuranya terdapat cairan.

    B. Pemeriksaan Fisik

    Pada pemeriksaan fisik, kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang

    terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru.

    Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali)

    menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior

    terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 & S2) , serta daerah apeks lobus inferior

    (S6). Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara

    napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum.

    Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya

    cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang

    melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.

    Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di

    daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak.

    Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi cold abscess

  • 7/29/2019 ref tb paru

    11/26

    11

    Gambar 5. Paru : Apeks Lobus Superior dan Apeks Lobus Inferior

    C. Pemeriksaan Bakteriologik

    1. Bahan pemeriksasan

    Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti

    yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini

    dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan

    lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan

    biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)

    2. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan

    Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):

    a. Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)b. Pagi ( keesokan harinya )c. Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)

    atau setiap pagi 3 hari berturut-turut.

    Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung dalam

    pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah

    pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasilitas, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada

    gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium.

    Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek, atau

    untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum

    dikirim ke laboratorium.

  • 7/29/2019 ref tb paru

    12/26

    12

    Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan ke dalam

    kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan telah tertulis identitas

    pasien yang sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan laboratorium.

    Bila lokasi fasilitas laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan pasien,

    spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos. Cara pembuatan dan

    pengiriman dahak dengan kertas saring:

    a. Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar terlihat bagian tengahnya.b. Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian tengah dari kertas

    saring sebanyak + 1 ml.

    c. Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu ujung yangtidak mengandung bahan dahak.

    d. Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang aman, misal didalam dus.

    e. Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam kantong plastikkecil.

    f. Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan melidahapikan sisikantong yang terbuka dengan menggunakan lidi.

    g. Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan dahak.h. Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat laboratorium.

    3. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain.

    Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura, liquor

    cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar /BAL, urin, faeces

    dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan cara :

    a. Pemeriksaan mikroskopik:Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen

    Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk screening)

    lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :

    1) 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negative : BTA positif2) 1 kali positif, 2 kali negative : ulang BTA 3 kali kecuali bila ada fasilitas foto toraks,

    kemudian

    o bila 1 kali positif, 2 kali negatif : BTA positifo bila 3 kali negatif : BTA negatif

  • 7/29/2019 ref tb paru

    13/26

    13

    Interpretasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi

    WHO). Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) :

    Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif

    1) Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yangditemukan.

    2) Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+).3) Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+).4) Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+).Interpretasi hasil dapat juga dengan cara Bronkhorst

    Skala Bronkhorst (BR) :

    1) BR I : ditemukan 3-40 batang selama 15 menit pemeriksaan.2) BR II : ditemukan sampai 20 batang per 10 lapang pandang.3) BR III : ditemukan 20-60 batang per 10 lapang pandang.4) BR IV : ditemukan 60-120 batang per 10 lapang pandang.5) BR V : ditemukan > 120 batang per 10 lapang pandang.

    b. Pemeriksaan biakan kuman: Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode

    konvensional ialah dengan cara :1) Egg base media: Lowenstein-Jensen (dianjurkan), Ogawa, Kudoh.2) Agar base media : Middle brook.

    Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat

    mendeteksiMycobacterium tuberculosis dan jugaMycobacterium other than tuberculosis

    (MOTT). Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakanbeberapa cara, baik dengan melihat

    cepatnya pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupunpencampuran

    dengan cyanogen bromide serta melihat pigmen yang timbul.

    D. Pemeriksaan Radiologik

    Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral,

    top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi

    gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).

    Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :

    1.Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmensuperior lobus bawah.

  • 7/29/2019 ref tb paru

    14/26

    14

    2. Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular.3. Bayangan bercak milier.4. Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif

    1. Fibrotik2. Kalsifikasi3. Schwarte atau penebalan pleuraLuluh paru (destroyed Lung ) :

    1. Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanyasecara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologik luluh paru terdiri dari atelektasis,

    ektasis/ multikavitas dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktivitas lesi atau

    penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologik tersebut.

    2. Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktiviti proses penyakit.Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan sbb

    (terutama pada kasus BTA negatif) :

    1. Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidaklebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dariiga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra

    torakalis 5), serta tidak dijumpai kavitas

    2. Lesi luasBila proses lebih luas dari lesi minimal.

    E. Pemeriksaan Khusus dan pemeriksaan lain

    Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu yang

    dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional. Dalam perkembangan

    kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis

    secara lebih cepat seperti pemeriksaan BACTEC, PCR, ELISA dan uji peroksidase anti

    peroksidase (PAP). Dapat pula dilakukan pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis TB

    paru seperti analisis cairan pleura, pemeriksaan darah dan uji tuberkulin.

  • 7/29/2019 ref tb paru

    15/26

    15

    Gambar 6. Alur Diagnosis TB Paru

    PENATALAKSANAAN

    Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase

    lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan

    tambahan.

    A. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

    1. Prinsip pengobatan

    Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:

    a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukupdan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal

    (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan

    dan sangat dianjurkan.

  • 7/29/2019 ref tb paru

    16/26

    16

    b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT =Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

    c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

    Tahap awal (intensif)

    a. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secaralangsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

    b. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menularmenjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

    c. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

    Tahap Lanjutan

    a. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktuyang lebih lama

    b. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinyakekambuhan

    2. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

    Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi:

    a. TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks: lesi luasPaduan obat yang dianjurkan :

    1) 2 RHZE / 4 RH atau2) 2 RHZE / 4R3H3 atau3) 2 RHZE/ 6HE.Paduan ini dianjurkan untuk1) TB paru BTA (+), kasus baru

    2) TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologik lesi luas (termasuk luluh paru)

    Pada evaluasi hasil akhir pengobatan, bila dipertimbangkan untuk memperpanjang

    fase lanjutan, dapat diberikan lebih lama dari waktu yang ditentukan. (Bila perlu dapat

    dirujuk ke ahli paru). Bila ada fasilitas biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan

    dengan hasil uji resistensi

    b. TB paru kasus kambuh

  • 7/29/2019 ref tb paru

    17/26

    17

    Pada TB paru kasus kambuh menggunakan 5 macam OAT pada fase intensif selama 3

    bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat diberikan obat sesuai hasil uji resistensi). Lama

    pengobatan fase lanjutan 5 bulan atau lebih, sehingga paduan obat yang diberikan : 2

    RHZES / 1 RHZE / 5 RHE. Bila diperlukan pengobatan dapat diberikan lebih lama

    tergantung dari perkembangan penyakit. Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi,

    maka alternatif diberikan paduan obat : 2 RHZES/1 RHZE/5 R3H3E3 (P2 TB).

    c. TB Paru kasus gagal pengobatanPengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 5

    OAT (minimal 3 OAT yang masih sensitif), seandainya H resisten tetap diberikan. Lama

    pengobatan minimal selama 1 - 2 tahun. Sambil menunggu hasil uji resistensi dapat

    diberikan obat 2 RHZES, untuk kemudian dilanjutkan sesuai uji resistensi

    1)Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan paduan obat : 2RHZES/1 RHZE/5 H3R3E3 (P2TB)

    2)Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan hasil yang optimal3)Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke ahli paru

    d. TB Paru kasus putus berobatPasien TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan kembali sesuai dengan

    kriteria sebagai berikut :

    1)Pasien yang menghentikan pengobatannya < 2 bulan, pengobatan OAT dilanjutkansesuai jadwal.

    2)Pasien menghentikan pengobatannya 2 bulan:o Berobat 4 bulan, BTA saat ini negatif , klinik dan radiologik tidak aktif / perbaikan,

    pengobatan OAT STOP. Bila gambaran radiologik aktif, lakukan analisis lebih

    lanjut untuk memastikan diagnosis TB dengan mempertimbangkan juga

    kemungkinan penyakit paru lain. Bila terbukti TB maka pengobatan dimulai dari

    awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih

    lama. Jika telah diobati dengan kategori II maka pengobatan kategori II diulang dari

    awal.

    o Berobat > 4 bulan, BTA saat ini positif : pengobatan dimulai dari awal denganpaduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama. Jika

    telah diobati dengan kategori II maka pengobatan kategori II diulang dari awal.

    o Berobat < 4 bulan, BTA saat ini positif atau negatif dengan klinik dan radiologikpositif: pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang sama

  • 7/29/2019 ref tb paru

    18/26

    18

    Jika memungkinkan sebaiknya diperiksa uji kepekaan (kultur resistensi) terhadap OAT.

    e. TB Paru kasus kronik1) Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji resistensi, berikan RHZES.

    Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan hasil uji resistensi (minimal

    terdapat 3 macam OAT yang masih sensitif dengan H tetap diberikan walaupun

    resisten) ditambah dengan obat lini 2 seperti kuinolon, betalaktam, makrolid.

    2) Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup.3) Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan.4) Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke ahli paru

    Catatan : TB diluar paru lihat TB dalam keadaan khusus

    Paket Kombipak.

    Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan

    Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk

    digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.

    Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting untuk

    menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB (multidrug resistant tuberculosis).

    Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol epidemi TB merupakan prioriti utama

    WHO. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO

    menyarakan untuk menggantikan paduan obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam

    pengobatan TB primer pada tahun 1998. Dosis obat tuberkulosis kombinasi dosis tetap

    berdasarkan WHO seperti terlihat pada tabel 3.

    Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain:

    1. Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep minimal.2. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan kesalahan pengobatan

    yang tidak disengaja.

    3. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang benar dan standar.4. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit.5. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat penurunan penggunaan

    monoterapi.

    Tabel 1. Jenis dan Dosis OAT

    Dosis (mg) / BB (kg)

  • 7/29/2019 ref tb paru

    19/26

    19

    Obat Dosis(mg/kgBB/Hari)

    Dosis yang dianjurkan DosisMaksimumHarian

    (mg/kgBB/Hari)

    Intermitten

    (mg/kgBB/Hari) < 40 40-60 > 60

    R 8-12 10 10 600 300 450 600

    H 4-6 5 10 300 150 300 450Z 20-30 25 35 750 1000 1500

    E 15-20 15 30 750 1000 1500

    S 15-18 15 15 1000 Sesuai BB 750 1000

    Tabel 2. Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1

    Berat Badan Tahap Intensif

    tiap hari selama 56 hari

    RHZE (150/75/400/275)

    Tahap Lanjutan

    3 kali seminggu selama 16 minggu

    RH (150/150)

    30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

    55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

    71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

    Tabel 3. Dosis paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 1

    Tahap

    Pengobatan

    Lama

    Pengobatan

    Dosis per hari / kali Jumlah

    hari/kali

    menelan

    obat

    Tablet

    Isoniasid

    @ 300 mg

    Kaplet

    Rifampisin

    @ 450 mg

    Tablet

    Pirazinamid

    @ 500 mg

    Tablet

    Etambutol

    @ 250 mg

    Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56

    Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48

    Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)

    Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

    a. Pasien baru TB paru BTA positif.b. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positifc.

    Pasien TB ekstra paru

    Tabel 4. Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2

    Berat

    Badan

    Tahap Intensif

    Tiap hari

    RHZE (150/75/400/275) + S

    Tahap Lanjutan

    3 kali seminggu

    RH (150/150) + E (400)

    Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

    30-37 kg 2 tablet 4KDT

    + 500 mg Streptomisin inj.

    2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT

    + 2 tablet Etambutol

    38-54 kg 3 tablet 4KDT

    + 750 mg Streptomisin inj.

    3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

    + 3 tablet Etambutol

    55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

  • 7/29/2019 ref tb paru

    20/26

    20

    + 1000 mg Streptomisin inj. + 4 tablet Etambutol

    71 kg 5 tablet 4KDT

    + 1000 mg Streptomisin inj.

    5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

    + 5 tablet Etambutol

    Tabel 5. Dosis paduan OAT Kombipak untuk Kategori 2

    Tahap

    Pengobatan

    Lama

    Pengobatan

    Tablet

    Isoniasid

    @ 300 mg

    Kaplet

    Rifampisin

    @ 450 mg

    Tablet

    Pirazinamid

    @ 500 mg

    Etambutol Streptomisin

    Injeksi

    Jumlah/

    kali menelan

    obatTablet

    @ 250 mg

    Tablet

    @ 400 mg

    Tahap

    Intenif

    (dosis

    harian

    2 bulan

    1 bulan

    1

    1

    1

    1

    3

    3

    3

    3

    -

    -

    0,75 gr

    -

    56

    28

    Tahap

    Lanjutan

    (dosis 3xseminggu)

    4 bulan 2 1 - 1 2 - 60

    Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

    Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati

    sebelumnya:

    a. Pasien kambuhb. Pasien gagalc. Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)Catatan:

    a. Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah500mg tanpa memperhatikan berat badan.

    b. Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.c. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest sebanyak

    3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).

    Tabel 6. Dosis KDT untuk Sisipan

    Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

    RHZE (150/75/400/275)

    30-37 kg 2 tablet 4KDT

    38-54 kg 3 tablet 4KDT

    55-70 kg 4 tablet 4KDT

    71 kg 5 tablet 4KDT

    Tabel 7. Dosis OAT Kombipak untuk Sisipan

    Tahap Lamanya Tablet Kaplet Tablet Tablet Jumlah

  • 7/29/2019 ref tb paru

    21/26

    21

    Pengobatan Pengobatan Isoniasid

    @ 300 mg

    Rifampisin

    @ 450 mg

    Pirazinamid

    @ 500 mg

    Etambutol

    @ 250 mg

    hari/kali

    menelan obat

    Tahap

    Intensif

    (dosisharian)

    1 bulan 1 1 3 3 28

    Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan rentang dosis yang

    telah ditentukan oleh WHO merupakan dosis yang efektif atau masih termasuk dalam batas

    dosis terapi dan non toksik. Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut,

    bila mengalami efek samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / dokter spesialis paru /

    fasiliti yang mampu menanganinya.

    Tabel 11. Efek Samping Minor OAT dan Penatalaksanaannya

    Efek samping Kemungkinan Penyebab Tatalaksana

    Minor OAT diteruskan

    Tidak nafsumakan, mual,

    sakit perut

    Rifampisin Obat diminum malam sebelum tidur

    Nyeri sendi Pirazinamid Beri aspirin/allopurinol

    Kesemutan sampai dengan

    rasa terbakar di kaki

    INH Beri vitamin B6 1x100 mg/hari

    Warna kemerahan pada airseni Rifampisin Beri penjelasan, tidak perlu diberiapa-apa

    Tabel 12. Efek Samping Mayor OAT dan Penatalaksanaannya

    Efek samping Kemungkinan Penyebab Tatalaksana

    Mayor Hentikan pengobatan

    Gatal dan kemerahan pada

    kulit

    Semua jenis OAT Beri antihistamin dan

    dievaluasi ketat

    Tuli Streptomisin Streptomisisn dihentikan,

    ganti etambutolGangguan keseimbangan

    (vertigo dan nistagmus)

    Streptomisin Streptomisisn dihentikan,

    ganti etambutol

    Ikterik/Hepatitis Imbas Obat

    (penyebab lain disingkirkan)

    Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT

    sampai ikterik menghilang

    dan boleh diberikan

    hepatoprotektor

    Muntah dan bingung

    (suspect drug-induced pre-

    icteric hepatitis)

    Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT dan

    lakukan uji fungsi hati

    Gangguan penglihtatan Etambutol Hentikan Etambutol

    Kelainan sistemik, termasuk

    syok dan purpura

    Rifampisin Hentikan Rifampisin

  • 7/29/2019 ref tb paru

    22/26

    22

    F. Evaluasi Pengobatan

    Evaluasi pasien meliputi evaluasi klinik, bakteriologik, radiologik, dan efek samping

    obat, serta evaluasi keteraturan berobat.

    Evaluasi klinik

    1. Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan selanjutnya setiap 1bulan

    2. Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada tidaknyakomplikasi penyakit

    3. Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisik.Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9 bulan pengobatan)

    1. Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak2. Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik

    a. Sebelum pengobatan dimulaib. Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)c. Pada akhir pengobatan

    3.Bila ada fasiliti biakan : dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensiEvaluasiradiologik (0 - 26/9 bulan pengobatan)

    Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:

    1. Sebelum pengobatan2. Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada kasus yang juga dipikirkan kemungkinan

    keganasan dapat dilakukan 1 bulan pengobatan)

    3. Pada akhir pengob

    Evaluasi efek samping secara klinik

    1. Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati, fungsi ginjal dan darah lengkap2. Fungsi hati; SGOT,SGPT, bilirubin, fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan gula darah , serta

    asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek samping pengobatan

    3. Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid4. Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol (bila ada keluhan)5.

    Pasien yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji keseimbangan dan audiometri (bilaada keluhan)

  • 7/29/2019 ref tb paru

    23/26

    23

    6. Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak diperlukan pemeriksaan awal tersebut. Yangpaling penting adalah evaluasi klinik kemungkinan terjadi efek samping obat. Bila pada

    evaluasi klinik dicurigai terdapat efek samping, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium

    untuk memastikannya dan penanganan efek samping obat sesuai pedoman

    Evalusi keteraturan berobat

    1. Yang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi keteraturan berobat dan diminum / tidaknyaobat tersebut. Dalam hal ini maka sangat penting penyuluhan atau pendidikan mengenai

    penyakit dan keteraturan berobat. Penyuluhan atau pendidikan dapat diberikan kepada

    pasien, keluarga dan lingkungannya.

    2. Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi.Evaluasi pasien yang telah sembuh

    Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh tetap dievaluasi minimal dalam 2 tahun

    pertama setelah sembuh, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kekambuhan. Hal yang

    dievaluasi adalah mikroskopik BTA dahak dan foto toraks.

    Mikroskopik BTA dahak 3,6,12 dan 24 bulan (sesuai indikasi/bila ada gejala) setelah

    dinyatakan sembuh. Evaluasi foto toraks 6, 12, 24 bulan setelah dinyatakan sembuh.

    II.9 RESISTEN GANDA (MULTI DRUG RESISTANCE)

    A.DefinisiResistensi ganda menunjukkan M.tuberculosis resisten terhadap rifampisin dan INH

    dengan atau tanpa OAT lainnya. Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi

    menjadi :

    1. Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat pengobatan TB.2. Resistensi inisial ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pasiennya sudah pernah ada

    riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak.

    3. Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah punya riwayat pengobatan sebelumnya.Laporan pertama tentang reistensi ganda datang dari Amerika Serikat, khususnya pada

    pasien TB dan AIDS yang menimbulkan angka kematian 70% 90% dalam waktu hanya 4

    sampai 16 minggu. Laporan WHO tentang TB tahun 2004 menyatakan bahwa sampai 50 juta

    orang telah terinfeksi oleh kuman tuberkulosis yang resisten terhadap obat anti tuberkulosis.

    TB paru kronik sering disebabkan oleh MDR

    Ada beberapa penyebab terjadinya resitensi terhadap obat tuberkulosis, yaitu :

  • 7/29/2019 ref tb paru

    24/26

    24

    1. Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis2. Penggunaan paduan obat yang tidak adekuat, yaitu karena jenis obatnya yang kurang atau

    karena di lingkungan tersebut telah terdapat resistensi yang tinggi terhadap obat yang

    digunakan, misalnya memberikan rifampisin dan INH saja pada daerah dengan resistensi

    terhadap kedua obat tersebut sudah cukup tinggi

    3. Pemberian obat yang tidak teratur, misalnya hanya dimakan dua atau tiga minggu lalustop, setelah dua bulan berhenti kemudian berpindah dokter dan mendapat obat kembali

    selama dua atau tiga bulan lalu stop lagi, demikian seterusnya

    4. Fenomena addition syndrome (Crofton, 1987), yaitu suatu obat ditambahkan dalamsuatu paduan

    5. pengobatan yang tidak berhasil. Bila kegagalan itu terjadi karena kuman TB telah resistenpada paduan yang pertama, maka penambahan (addition) satu macam obat hanya akan

    menambah panjang nya daftar obat yang resisten

    6. Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya tidak dilakukan secara baik, sehingga7. mengganggu bioavailabiliti obat8. Penyediaan obat yang tidak reguler, kadang obat datang ke suatu daerah kadang terhenti9. pengirimannya sampai berbulan-bulan10. Pemakaian obat antituberkulosis cukup lama, sehingga kadang menimbulkan kebosanan11. Pengetahuan pasien kurang tentang penyakit TB12. Kasus MDR-TB rujuk ke ahli paru

    B. Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)

    Klasifikasi OAT untuk MDR

    Kriteria utama berdasarkan data biologikal dibagi menjadi 3 kelompok OAT:

    1. Obat dengan aktivitas bakterisid: aminoglikosid, tionamid dan pirazinamid yang bekerjapada pH asam

    2. Obat dengan aktivitas bakterisid rendah: fluorokuinolon3. Obat dengan akivitas bakteriostatik, etambutol, cycloserin dan PAS

    Fluorokuinolon

    Secara invitro fluorokuinolon dapat digunakan untuk kuman TB yang resisten

    terhadap lini-1 yaitu moksifloksasin konsentrasi hambat minimal paling rendah dibandingkan

  • 7/29/2019 ref tb paru

    25/26

    25

    fluorokuinolon lainnya dengan urutan berikutnya gatifloksasin, sparfloksasin, levofloksasin,

    ofloksasin dan siprofloksasin. Siprofloksasin harus dihindari

    pemakainnya karena efek samping pada kulit yang berat (foto sensitif).

    Resistensi silang

    Tionamid dan tiosetason

    Etionamid pada kelompok tionamid komplit resistensi silang dengan

    a. Aminoglikosidb. Fluorokuinolonc. Sikloserindan terizidon

    Pengobatan MDR-TB hingga saat ini belum ada paduan pengobatan yang

    distandarisasi untuk pasien menggunakan minimal 2-3 OAT yang masih sensitif dan obat

    tambahan lain.

    Obat tambahan yang dapat digunakan yaitu golongan fluorokuinolon (ofloksasin dan

    siprofloksasin),aminoglikosida (amikasin, kanamisin dan kapreomisin), etionamid, sikloserin,

    klofazimin, amoksilin, klavulanat.

    Saat ini paduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2 3 OAT

    lini 1 ditambah dengan obat lini 2, yaitu Ciprofloksasin dengan dosis 1000 1500 mg atau

    ofloksasin 600800 mg (obat dapat diberikansingle dose atau 2 kali sehari).

    Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan waktu

    yang lama yaitu minimal 12 bulan, bahkan bisa sampai 24 bulan.

    Hasil pengobatan terhadap TB resisten ganda ini kurang menggembirakan. Pada

    pasien non-HIV, konversi hanya didapat pada sekitar 50% kasus, sedangkan response rate

    didapat pada 65% kasus dan kesembuhan pada 56% kasus.

    Pemberian obat antituberkulosis yang benar dan pengawasan yang baik, merupakan

    salah satu kunci penting mencegah resisten ganda. Konsep Directly Observed Treatment

    Short Course (DOTS) merupakan salah satu upaya penting dalam menjamin keteraturan

    berobat. Prioriti yang dianjurkan bukan pengobatan MDR, tetetapi pencegahan MDR-TB.

    KOMPLIKASI

    Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum pengobatan

    atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan. Beberapa komplikasi yang

    mungikin timbul adalah :1. Batuk darah

  • 7/29/2019 ref tb paru

    26/26

    2. Pneumotoraks3. Luluh paru4. Gagal napas5. Gagal jantung6. Efusi pleura