Top Banner
40 RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI KOLEKTIF PADA BANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA JEMA’AT AHMADIYAH INDONESIA Intan Fitria Wardani 1) , Suparwoko 2) Mahasiswa Pendidikan Arsitek, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia 1) Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia Universitas Islam Indonesia 2) Jl. Kaliurang No.Km. 14,5, Besi, Umbulmartani, Kec. Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia Email: [email protected] 1) ABSTRAK Kenangan adalah memori yang akan menjadi cerminan manusia dalam menghadapi tantangan dimasa depan. Dalam proses pengingatan dan pelupaan memori, arsitektur menjadi tempat dimana memori kolektif dapat dirajut, tapi juga berperan dalam proses pelupaan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi apakah penggunaan recycle material bangunan lama ke bangunan baru dapat membangkitkan memori kolektif Jema’at Ahmadiyah Indonesia. Bangunan lama pada penelitian ini adalah bangunan Arif Rahman Hakim yang akan segera dibongkar. Material bongkaran yang sudah diseleksi akan digunakan pada bangunan baru yang saat ini masih berupa rancangan Bangunan Serbaguna Jema’at Ahmadiyah Indonesia. Teknik pengumpulan data yaitu dengan melakukan wawancara mendalam, dokumentasi dan kajian teori. Tenik analisa dilakukan dengan menganalisa fakta-fakta yang didapat kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek penting dari kajian teori. Hasil penelitian ini adalah penggunaan recycle material sebagai elemen bangunan baru belum berhasil dalam membangkitkan memori kolektif. Karena bentuk asli dari material bangunan tersebut memiliki perubahan yang signifikan. Hal yang membangkitkan memori dari para pengguna justru bukan dari materialnya melainkan dari bentuk ruang dan suasana ruang yang terbentuk. Kata kunci: Bangunan lama, Bangunan baru, Kesan kesamaan, Memori kolektif, Recycle Material ABSTRACT Memories are memory that will be a reflection of humans in facing challenges in the future. In the process of memory and memory forgetting, architecture becomes a place where collective memory can be knitted, but also plays a role in the process of forgetting. The purpose of this research is to identify whether the use of recycle of old building materials to new buildings can evoke the collective memory of the Ahmadiyya Community of Indonesia. The old building in this study is the Arif Rahman Hakim building which will be demolished soon. The dismantled material that has been selected will be used in the new building which is currently still in the form of the Ahmadiyya Congregation Versatile Building design. Data collection techniques are by conducting in-depth interviews, documentation and theoretical studies. Analysis technique is done by analyzing the facts obtained and then related to important aspects of the study of theory. The results of this study are that the use of recycle material as a new building element has not been successful in generating collective memory. Because the original shape of the building material has a significant change. The thing that evokes the memory of the users is actually not from the material but from the shape of the space and the atmosphere of the space that is formed. Keyword: Collective memory, New building, Old building, Similarity impression, Recycle Material
15

RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI …

Oct 05, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI …

40

RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI

KOLEKTIF PADA BANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA JEMA’AT

AHMADIYAH INDONESIA

Intan Fitria Wardani 1), Suparwoko 2)

Mahasiswa Pendidikan Arsitek, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

Indonesia 1)

Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia

Universitas Islam Indonesia 2)

Jl. Kaliurang No.Km. 14,5, Besi, Umbulmartani, Kec. Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta, Indonesia

Email: [email protected] 1)

ABSTRAK

Kenangan adalah memori yang akan menjadi cerminan manusia dalam menghadapi tantangan

dimasa depan. Dalam proses pengingatan dan pelupaan memori, arsitektur menjadi tempat dimana

memori kolektif dapat dirajut, tapi juga berperan dalam proses pelupaan. Tujuan dari penelitian ini

yaitu untuk mengidentifikasi apakah penggunaan recycle material bangunan lama ke bangunan baru

dapat membangkitkan memori kolektif Jema’at Ahmadiyah Indonesia. Bangunan lama pada penelitian

ini adalah bangunan Arif Rahman Hakim yang akan segera dibongkar. Material bongkaran yang

sudah diseleksi akan digunakan pada bangunan baru yang saat ini masih berupa rancangan

Bangunan Serbaguna Jema’at Ahmadiyah Indonesia. Teknik pengumpulan data yaitu dengan

melakukan wawancara mendalam, dokumentasi dan kajian teori. Tenik analisa dilakukan dengan

menganalisa fakta-fakta yang didapat kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek penting dari kajian

teori. Hasil penelitian ini adalah penggunaan recycle material sebagai elemen bangunan baru belum

berhasil dalam membangkitkan memori kolektif. Karena bentuk asli dari material bangunan tersebut

memiliki perubahan yang signifikan. Hal yang membangkitkan memori dari para pengguna justru

bukan dari materialnya melainkan dari bentuk ruang dan suasana ruang yang terbentuk.

Kata kunci: Bangunan lama, Bangunan baru, Kesan kesamaan, Memori kolektif, Recycle Material

ABSTRACT

Memories are memory that will be a reflection of humans in facing challenges in the future. In the

process of memory and memory forgetting, architecture becomes a place where collective memory can

be knitted, but also plays a role in the process of forgetting. The purpose of this research is to identify

whether the use of recycle of old building materials to new buildings can evoke the collective memory

of the Ahmadiyya Community of Indonesia. The old building in this study is the Arif Rahman Hakim

building which will be demolished soon. The dismantled material that has been selected will be used

in the new building which is currently still in the form of the Ahmadiyya Congregation Versatile

Building design. Data collection techniques are by conducting in-depth interviews, documentation and

theoretical studies. Analysis technique is done by analyzing the facts obtained and then related to

important aspects of the study of theory. The results of this study are that the use of recycle material as

a new building element has not been successful in generating collective memory. Because the original

shape of the building material has a significant change. The thing that evokes the memory of the users

is actually not from the material but from the shape of the space and the atmosphere of the space that

is formed.

Keyword: Collective memory, New building, Old building, Similarity impression, Recycle Material

Page 2: RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI …

Recycle Material Sebagai Media Pembangkit … (Intan Fitria Wardani)

41

1. PENDAHULUAN

Memori secara alami berorientasi pada tempat (Hayden, 1995). Memori terbentuk dari

kegiatan keseharian sebuah kelompok masyarakat yang saling berinteraksi dan terwadahi

oleh arsitektur. Bagi Pallasmaa (2012) arsitektur sendiri memiliki arti sebagai

eksternalisasi struktur mental manusia dan perpanjangan dari memori individu dan

kolektif. Bangunan adalah instrument untuk meraih dan mempertahankan sejarah dan

waktu yang analog dengan pemahaman sosial budaya. Karena itu, arsitektur tidak terlepas

dari pemaknaan oleh berbagai pihak. Pemaknaan tersebut dapat berupa kegiatan yang

melibatkan wacana pengingatan, pengabaian dan pelupaan.

Dalam proses pengingatan dan pelupaan memori, arsitektur menjadi tempat dimana

memori kolektif dapat dirajut, tapi juga berperan dalam proses pelupaan. Dimana elemen-

elemen arsitektur digunakan untuk membangkitkan maupun melupakan memori.

Contohnya, Gereja Santa Maria de Fatima yang terletak di Glodok, Jakarta, Gereja

tersebut dimaknai bukan hanya sebagai tempat peribadatan, melainkan lebih dari itu

sebagai arsip merawat memori kolektif identitas kelompok Tiong Hoa. Unsur-unsur

pelestarian memori kolektif dapat dilihat dari bentuk material fisik dari arsitektur dan

ornamen-ornamen yang mendominasi bangunan gereja tersebut. Ornamen dan gaya

arsitektur khas Tionghoa dipertahankan agar para jemaat tetap mengenali identitas

kultural dan memori akan kebudayaan tanah leluhur mereka.

Pada penelitian ini, objek yang akan akan diteliti adalah rancangan bangunan gedung

serbaguna Jema’at Ahmadiyah Indonesia. Proyek desain ini dilatar belakangi dari rencana

Organisasi Jema’at Ahmadiyah Indonesia (JAI) untuk membongkar salah satu

bangunannya yang terletak di Jl. Atmosukarto no.15 Yogyakarta. Bangunan tersebut

terdiri dari beberapa fungsi, yaitu perpustakaan Arief Rahman Hakim, masjid Fadhli

Umar, dan guesthouse. Arsitektur dari bangunan tersebut memiliki nilai sejarah yang

tinggi, karena merupakan hadiah dari Presiden Soekarno kepada Mubaligh JAI dalam

peristiwa RIS.

Adapun gagasan dari arsitek yaitu untuk menggunakan kembali beberapa elemen

bangunan yang dapat dimanfaatkan, seperti kusen-kusen pintu dan kusen jendela, daun

pintu, daun jendela, serta elemen-elemen kayu yang dinilai masih layak untuk dapat

digunakan kembali pada bangunan baru. Dalam perencanaan bangunan serbaguna

Jema’at Ahmadiyah Indonesia, elemen bongkaran tersebut merupakan material yang akan

digunakan pada bangunan tersebut sebagai elemen pembentuk ruang.

Gambar 1. Masjid Fadhil Umar Kota Baru

Gambar 2. Gambar Rancangan Bangunan Serbaguna

Jema’at Ahmadiyah Indonesia di Piyungan

Page 3: RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI …

JATTEC, Vol. 1, No. 1, Januari 2020: 40-54

42

Site terletak di kawasan dengan topografi berbukit di daerah Piyungan, Bantul. Dalam

perancangan, bentuk bangunan menjadi fokus dalam pembentukan ruang-ruangnya. Bentuk

bangunan dipengaruhi oleh bentuk dari elemen bangunan seperti pintu dan jendela yang di-

recycle menjadi bentuk yang baru. Elemen pintu dan jendela diletakkan di bagian fasade dan

interior bangunan gedung Serbaguna.

Gambar 3. Elemen Bangunan yang Akan Digunakan dalam Perancangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah penggunaan recycle material

dari bangunan lama pada elemen bangunan baru dapat membangkitkan memori kolektif

Jema’at Ahmadiyah Indonesia, dan mengidentifikasi peran penggunaan recycle material

dalam mendukung reaksi pembangkitan memori dan pelupaan memori kolektif Jema’at

Ahmadiyah Indonesia.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Sistem Memori pada Manusia

Manusia melakukan proses mengingat dan menyimpan informasi dalam kehidupan

sehari-harinya. Atkinson dan Shiffrin (Solso (1995) dalam Bhinnety (2008)) membagi

struktur ingatan menjadi 3 bagian; yaitu sistem ingatan sensorik, sistem ingatan jangka

pendek, sistem ingatan jangka panjang. Memori sensorik merupakan memori yang

mencatat informasi atau rangsangan yang masuk melalui salah satu atau kombinasi dari

panca indra, yaitu secara visual melalui mata, pendengaran melalui telinga, bau melalui

hidung, rasa melalui lidah dan rabaan melalui kulit. Baddeley (1999) dalam Amalia

Page 4: RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI …

Recycle Material Sebagai Media Pembangkit … (Intan Fitria Wardani)

43

(2011) menjelaskan bahwa Memori sensorik dipengaruhi oleh “memori ikonik” dan

“memori pendengaran”.

Baddeley (1999) dalam Amalia (2011) menjelaskan bahwa memori ikonik berkaitan

dengan penyimpanan memori visual. Memori ikonik dipengaruhi oleh brightness dan

contrast sehingga memori dapat menerima rangsang penglihatan (visual). Dalam ranah

arsitektur, memori ikonik berkaitan dengan ingatan sebuah bentuk dan warna suatu

benda. Sedangkan Memori pendengaran tidak mengingat hal-hal yang lebih menarik atau

penting. Memori pendengaran akan menerima rangsangan suara.

2.2 Tinjauan Memori Kolektif

Memori kolektif sebagai salah satu simpul merupakan kondisi yang semakin

memungkinkan keutuhan masyarakat karena adanya asal identitas yang sama. (the

common source of identity). Halbwach (1980) dalam Wattimena (2016) menjelaskan,

Memori kolektif sebuah kelompok masyarakat selalu diakui sebagai ingatan bersama.

Artinya, semua anggota masyarakat mengetahui isi dari memori tersebut, dan

mengakuinya sebagai versi yang sah. Memori kolektif semacam ini tertanam juga di

daalam pikiran kolektif masyarakat tersebut sebagai sebuah kelompok, misalnya dalam

bentuk berbagai monument dan cerita-cerita yang tersebar di masyarakat tentang masa

lalu. Semua ini tersebar di masyarakat itu sendiri, dan diauku sebagai bagian dari identitas

sosial kelompok masyarakat tersebut. Memori kolektif menggenggam makna kolektif atas

sebuah peristiwa termasuk dengan symbol-simbolnya. Makna kolektif itu dapat merajai

memori kolektif karena adanya berbagi pengalaman yang sama atau berkat proses

sosialisasi. Sosialisasi ini dipelihara turun-temurun melalui perayaan, ritual-ritual,

upacara-upacara, penulisan sejarah dan narasi dari mulut ke mulut (dalam masyarakat

kuno) yang bertujuan untuk mengabadikan masa lalu. Proses ini dimulai dari unsur

terkecil, yaitu individu. Pengalaman masing-masing individu menyebar ke komunitas dan

tertanam sebagai memori kolektif dari penduduk suatu tempat. Maka, makna kolektif

inilah yang lebih memainkan peranan dalam menjaga keutuhan masyarakat karena

dihayati oleh masyarakat.

2.3 Tinjauan Memori Kolektif pada Arsitektur

Memori dan arsitektur merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Saat seseorang

membayangkan suatu tempat, maka kegiatan didalamnya juga akan terbayang dala

pikiran kita. Kusno (2013) memiliki pendapat mengenai memori kolektif dalam ruang

atau tempat yang lebih luas, yaitu ruang publik. Low dan Smith (2006) dalam Kusno

(2013) ruang publik mencakup ruang fisik dan non fisik, seperti jalan, taman, media,

internet, pusat perbelanjaan, pemerintah dan organisasi lingkungan lokal. Ia berpendapat

bahwa memori kolektif dapat dirajut melalui proses pengingatan dan pelupaan melalui

tatanan lingkungan fisik diruang publik melalui pemaknaan. Pemaknaan tersebut

menjadikan ruang publik sebagai ruang yang aktif mengontrol dan membentuk kesadaran

masyarakat.

Kusno (2013) mencoba melacak tipologi memori kolektif dengan mengamati

perjalanan sejarah. Adapun tipologi memori kolektif berdasarkan penelitian Kusno

(2013), yaitu:

Page 5: RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI …

JATTEC, Vol. 1, No. 1, Januari 2020: 40-54

44

1) Memisahkan memori: Adanya wacana pelupaan dimana menjadikan ruang publik

sebagai penanda perubahan jaman.

2) Mengatasi memori: Yaitu menciptakan ruang publik untuk mengingatkan kembali

kepada masyarakat untuk tetap menatap masa depan tanpa harus dibebani masa lalu.

3) Penaklukan memori: Yaitu upaya penguasaan ruang publik dan adanya usaha

memunculkan pelupaan terhadap memori.

4) Memasarkan memori: Yaitu usaha dalam membangkitkan kembali memori

5) Memori yang tak terwadahi: Memori yang tidak mendapatkan tempat diruang publik

karena tidak sejalan dengan memori resmi.

2.4 Tinjauan Memori Kolektif yang Dapat Membangkitkan Memori Kolektif

Dalam pandangan yang lebih spesifik, Rossi (1984) menggambarkan cara pandang

terhadap arsitektur, dimana arsitektur seharusnya bukan sebagai elemen yang mati,

melainkan suatu elemen yang hidup atau dinamis. Ia beranggapan bahwa arsitektur

dibentuk oleh memori, yaitu pecahan informasi yang didapat melalui senses yang dimiliki

oleh tiap individu. Adanya hubungan yang dibentuk oleh tiap individu, menciptakan

informasi atau memori yang dibentuk menjadi suatu memori kolektif. Memori kolektif

menjadi suatu gagasan yang diproses sebagai pemikiran bersama oleh komunitas atau

masyarakat. Hal ini menjadi dasar elemen-elemen dalam arsitektur, mulai dari struktur,

fungsi, hingga bentuk bangunan. Bangunan yang dibentuk akan semakin banyak hingga

membentuk suatu kampung, kemudian kampung tersebut semakin berkembang menjadi

Kota.

Gambar 4.Tinjauan Memori Kolektif

Arsitektur memungkinkan seseorang untuk memiliki pengalaman di tempat tersebut,

dimana jika pengalamannya memiliki kesan yang penting, maka pengalaman tersebut

akan menjadi sebuah memori. Individu-individu yang memiliki memori di suatu tempat

akan teringat kembali pada memorinya ketika kembali ke tempat tersebut. Dalam hal ini,

fungsi arsitektur merupakan sebuah pemicu membangkitkan memori.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode indepth interview (wawancara

mendalam). Pada penelitian ini, fakta-fakta diperoleh peneliti berkaitan dengan memori

individual yang nantinya akan diolah menjadi sebuah memori kolektif terkait desain

bangunan serbaguna Jema’at Ahmadiyah Indonesia yang berfokus pada recycle material.

Page 6: RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI …

Recycle Material Sebagai Media Pembangkit … (Intan Fitria Wardani)

45

Sehingga penliti harus memiliki bekal teori dan wawasan mengenai memori kolektif dan

parameter yang mempengaruhinya agar tujuan penelitian ini tercapai.

3.1 Sumber Data

Sumber data merupakan subjek dimana data-data diperoleh. Sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1) Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan data yang diambil langsung oleh peneliti dari

sumbernya tanpa ada perantara, dengan cara menggali sumber asli secara langsung

melalui informan. Sumber data primer dari penelitian ini adalah anggota JAI

(Ahmadi) yang tinggal atau menetap sementara di Yogyakarta.

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan data tak langsung yang mampu memberikan

tambahan serta penguatan data terhadap penelitian. Sumber data sekunder ini

diperoleh melalui dokumentasi dan studi literature dari buku-buku, media cetak

dan internet. Sumber data sekunder juga berupa foto-foto kegiatan yang diambil

selama penelitian berlangsung. Sumber data dalam penelitian ini adalah buku-

buku, jurnal, majalah, skripsi, dan foto-foto selama penelitian berlangsung.

3.2 Teknik Sampling

Menurut Sugiyono (2012), dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang lebih

sering digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Snowball

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya

sedikit, lama-lama menjadi besar.

Penelitian ini menggunakan teknik purposing sampling. Sampel yang dipakai untuk

kemudian diambil datanya harus memenuhi kriteria:

1) Anggota Laki-laki juga sekaligus Mubaligh JAI yang tinggal lama di Yogyakarta.

2) Anggota laki-laki yang tinggal lama di Yogyakarta, dengan kategori umur lebih

dari 40 tahun.

3) Anggota perempuan yang tinggal lama di Yogyakarta, dengan kategor umur lebih

dari 40 tahun.

3.3 Metode Analisis

Analisa dilakukan dengan tujuan agar informasi yang dikumpulkan menjadi jelas.

Dalam penelitian ini, teknik analisis yang digunakan adalah analisis model model

interaktif. Miles dan Hubberman (1992) menjelaskan analisa ini terdiri dari 4 hal utama:

1) Pengumpulan Data

2) Reduksi Data

3) Penyajian Data

Page 7: RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI …

JATTEC, Vol. 1, No. 1, Januari 2020: 40-54

46

Gambar 5. Model Analisa Interaktif Miles dan Hubberman

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tinjauan Kesamaan Material antara Bangunan Lama dan Rancangan

Bangunan Baru

Adapun tujuan dari tinjauan similarity atau kesamaan antara material pada bangunan

baru dan material pada bangunan lama, yaitu untuk membuat tool atau kriteria material

yang dapat membangkitkan memori Jema’at pada bangunan Masjid, Aula yang terletak di

Jl. Atmosukarto.

Tabel 1. Tinjauan Kesamaan Material pada Elemen Bangunan Lama dan Rancangan

Bangunan Baru

Elemen Pada Bangunan Lama Perletakan Kembali Elemen

Pada Bangunan Baru Tinjauan

Elemen pintu pada ruang aula

Daun pintu digunakan kembali

pada pintu masuk utama ruang

serbaguna.

Wong (1993) menjelaskan

bentuk suatu benda dapat

menyerupai satu dengan yang

lain, namun tidak identik, juga

tidak berulang. Aspek kesamaan

material lama pada material baru

diperoleh dari bentuk bukaannya,

dimana memiliki prinsip yang

sama, yaitu memaksimalkan

bukaan cahaya matahari pada

ruang aula yang multi-purpose.

Elemen pintu pada ruang masjid

Daun pintu digunakan pada ruang

serbaguna dengan bentuk yang

baru

Aspek kesamaan antara

material pintu masjid yang

diletakkan pada pintu ruang

serbaguna menjadi hilang. Sebab

dalam dalam desain yang baru,

ciri kekhasan pada bentuk

lengkung diganti dengan frame

yang baru. Maka kesan dari pintu

masjid ini mungkin tidak

berkesan menjadi pintu masjid

lagi.

Page 8: RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI …

Recycle Material Sebagai Media Pembangkit … (Intan Fitria Wardani)

47

Elemen jendela pada ruang

masjid

Daun pintunya digunakan

kembali untuk pada ruang kantor

dengan bentuk frame yang baru

Aspek kesamaan antara

material jendela masjid yang

diletakkan pada jendela ruang

ruang kantor menjadi hilang.

Sebab dalam desain yang baru,

ciri kekhasan dari jendela masjid

berupa lengkungan dan letak

jendela yang berada diantara

dinding masif ini diganti dengan

frame yang transparan. Maka,

jendela dari masjid ini akan

kehilangan kesan jendela masjid

Jema’at, karena bentuknya tidak

menyerupai lagi atau tidak mirip.

Pintu dan jendela dari ruang guest

house

Kusen dan daun pintunya

digunakan kembali untuk rumah

mubaligh

Aspek kesamaan antara

material jendela guesthouse yang

diletakkan pada jendela rumah

mubaligh menjadi hilang. Sebab

dalam desain yang baru, ciri khas

dari lubang ventilasi yang

terkesan “jaman dulu” digantikan

menjadi minimalis. Ukuran

jendela juga tidak sama lagi.

Maka jendela ini mungkin akan

kehilangan kesannya.

Konsol yang digunakan sebagai

rangka untuk tritisan

Konsol yang digunakan sebagai

rangka untuk tritisan digunakan

kembali dengan fungsi yang sama

Material konsol pada tritisan

bangunan lama yang diterapkan

dengan fungsi yang sama pada

bangunan baru masih memiliki

kesan kesamaan. Karena

diletakkan pada selasar, dengan

ketinggian yang sama dan ukuran

selasar yang sama. Hal yang

membedakan adalah warna dan

finishingnya.

Berdasarkan tinjauan kesamaan tersebut, maka diperoleh instrumen gambar yang bisa

dibandingkan untuk digali memorinya. Maka pernerapan material recycle yang masih

memiliki kemiripan dengan material lama akan dijadikan alat untuk wawancara.

Wawancara ini bertujuan untuk membuktikan bahwa material yang terseleksi memang

dapat membangkitkan memori kolektif Jema’at akan bangunan Masjid dan Aula di Jl.

Atmosukarto

Page 9: RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI …

JATTEC, Vol. 1, No. 1, Januari 2020: 40-54

48

Tabel 2. Acuan Pertanyaan dalam Wawancara

Material Bangunan Lama Material Bangunan Baru Pertanyaan

1. Apa yang membuat anda

teringat bangunan masjid, aula

dan guesthouse disini?

2. Ketika melihat gambar desain

ini, apakah anda masih

memiliki kesan yang sama

dengan suasana di

Atmosukarto?

3. Memori apasaja yang terlintas

ketika melihat gambar desain

ini?

Narasumber dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bapak Didit Hadi, 43 tahun, yaitu seorang Ahmadi keturunan yang menjabat sebagai

Ketua Jema’at Ahmadiyah Indonesia.

2) Bapak Seno, 57 tahun, yaitu seorang anggota Jema’at yang dulunya seorang pengurus

masjid Fadhil Umar.

3) Ibu Diah, 54 tahun, yaitu seorang tokoh organisasi perempuan (Lajnah Imaillah/LI),

Beliau sejak lahir sudah berada di Yogyakarta dan menetap di daerah Baciro, dekat

dengan Komplek masjid dan Aula Jl. Atmosukarto.

4) Ibu Nurul Mukhlisah, 83 tahun, beliau adalah pensiunan yang dulunya merupakan

pengajar. Beliau sudah lama tinggal di Yogyakarta.

5) Bapak Murtiono, 38 tahun, Beliau merupakan mubaligh Jema’at Ahmadiyah yang

sedang bertugas di Yogyakarta. Beliau tinggal di kompleks masjid dan aula Jl.

Atmosukarto selama 2 tahun.

6) Bapak Saifullah, 68 tahun, beliau merupakan anggota JAI, beliau adalah Dosen

Arsitektur di UGM. Beliau termasuk orang yang mengembangkan kompleks Masjid

dan Aula menjadi seperti saat ini

7) Bapak Nasir, beliau merupakan anggota JAI yang sudah lama tinggal di Yogyakarta.

Beliau termasuk dalam anggota tertua di Yogyakarta.

8) Bapak Haryana, 75 tahun, beliau merupakan pensiunan dosen di UGM, yang pernah

menjabat sebagai Ketua JAI Yogyakarta. Beliau termasuk orang yang

mengembangkan kompleks Masjid dan Aula menjadi seperti saat ini.

Page 10: RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI …

Recycle Material Sebagai Media Pembangkit … (Intan Fitria Wardani)

49

9) Bapak Tomo, 75 Tahun, Beliau merupakan penggerak organisasi yang ada di Pangol,

Piyungan.

4.2 Pembahasan Hasil Wawancara

Tabel 3. Penelusuran Memori Kolektif Jema'at Ahmadiyah Indonesia pada Bangunan

Masjid dan Aula Kota Baru

DAFTAR

PERTANYAAN

NARASUMBER 1

(Bapak Didit)

NARASUMBER 2

(Bapak Seno)

NARASUMBER 3

(Ibu Diah)

NARASUMBER 4

(Bapak Mutiyono) Hal apa yang membuat anda teringat pada

bangunan masjid dan

aula disini?

Bangunan Masjid dan aula disini punya fungsi

sejarah. Terutama

sejarah pengakuan

keberadaan

kelembagaan

Ahmadiyah. Jadi ada fungsi perjuangan untuk

bisa mendapatkan

bangunan ini. Kalau secara pribadi, masjid

itu adalah tempat

pertama kali saya

belajar mengaji sekitar

TK, baru sekitar SMA saya ke Jogja lagi,

bangunan ini (aula)

berdiri. Kalau dari fungsi bangunan masjid

digunakan sebagai

masjid, kita lebih ke fungsi ibadah. Secara

pribadi saya sudah ke

banyak masjid dari masjid Ahmadiyah dan

yang bukan milik

Ahmadiyah, tetapi tetap ada rasa nyaman di

masjid ini, ya karena

ada fungsi historis.

Saya datang kesini sudah seperti ini, Cuma

yang saya dengar dari

cerita dari orang yang terlibat dari yang dulu

disini, adalah rumah

asli adalah rumah

yang ditempati Bapak

Mubaligh, kemudian

dibangun masjid, kemudian aula dan

terakhir dibangun lantai

2. Saya sudah 10 tahun sudah disini, setiap hari

disini, mengurus disini.

Dulu sebenarnya tanah ini dihibahkan dari

Presiden Sukarno

sebagai tanda terimakasih kepada

Mubaligh Ahmadiyah

yang saat itu bertugas di Yogyakarta. Beliau ikut

menerjemahkan

proklamasi Indonesia ke dalam Bahasa Arab

dan Bahasa Inggris

tentang kemerdekaan

Indonesia.

Dulu semasa TK, ya

sekitar tahun 70an, kemudian saya SD

tahun 72 itu sudah aktif

disini untuk ngaji. Ada TPA disini Minggu pagi

atau sore, dulu yang

mengajar adalah khuddam khuddam

yang mengajar ngaji

disini. Yang ikut ngaji itu nggak banyak, yaa

yang sepantaran saya

anak-anak TK gitu yang

tinggal disekitar sini.

Masjid ini dibangun bersama-sama. Lokasi

ini dihadiahi oleh Bung

Karno, saya kurang tahu apakah ini asset

atau bukan, Dari

referensi yang pernah saya baca, bahwa Bung

Karno meminta HB ke

IX waktu itu untuk memberikan lahan ini

kepada Jema’at, lalu

diberikan, sebagai sebagai bukti hadiah

dari pemerintah karena jasa dari Mubaligh

Ahmadiyah, waktu itu

Syaikh Syah Muhammad sebagai

salah seorang pejabat

tinggi di era bung Karno, karena beliulah

juga propaganda di

Indonesia ini sampai ke Internasional. Sehingga

mendapat dukungan

dari India, Paksitan. Sehingga ya secara

aklamasi secara

pemerintah ya diberikan, tetapi ya

biaya administrasi dan

surat-surat. Waktu itu ada anggota dari

Padang yang sedang

berada di Semarang.

KATA KUNCI

1. Sejarah perjuangan

keberadaan

Kelembagaan

Ahmadiyah di

Yogyakarta

2. Sejarah bangunan

3. Aktivitas/dinamika

kegiatan

keagamaan

Sejarah perjuangan

keberadaan

Kelembagaan

Ahmadiyah di

Yogyakarta

Aktivitas/dinamika

kegiatan keagamaan

Sejarah perjuangan

keberadaan

Kelembagaan

Ahmadiyah di

Yogyakarta

NARASUMBER 9

(Bapak TOMO)

NARASUMBER 5

(Bapak Saifullah)

NARASUMBER 6

(Bapak Haryana)

NARASUMBER 7

(Ibu Nurul)

NARASUMBER 8

(Bapak NASIR) Mengenai masjid, masjid

merupakan salah satu kunci yang amat sangat

penting, maka dari nuansa

masjid yang di kota baru yang pernah saya cermati.

JAI itu

perkembangannya susah itu. karena semua teman-

teman muslim itu

memusuhi. Faktanya

seperti itu.

Sebagai perancang

bangunan anda pasti harus punya konsep

filosofis. Konsep

filosofis itu sebagai grand concept. Satu

moto yang ada di

jema’at adalah Rahmatan lil alamin,

dalam Bahasa Jawanya

(sambal bercanda) “Love for all, Hatred

for none”.

Pada waktu

membangun ini, saya kira belum ada refensi

menara dan bentuk-

bentuk dari masjid Jema’at.

Semasa kecil dulu,

disini selalu diadakan pengajian TPA, dulu

karena disini masjid

satu-satunya jadi masjid ini selalu ramai ketika

waktu sholat.

Ya saya dulu termasuk

anggota yang aktif dalam kegiatan

organisasi, ya karena

sekarang saya sudah tua, jadi sudah tidak

lagi akrif. Tapi saya

masih bersemangat ketika ada yang tertarik

dengan Ahmadiyah.

Kenangan saya yang paling melekat, ketika

itu saya termasuk dalam

Page 11: RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI …

JATTEC, Vol. 1, No. 1, Januari 2020: 40-54

50

Tabel 4. Tabel Penelusuran Material yang Dapat Membangkitkan Memori pada

Bangunan Masjid dan Aula Kotabaru

DAFTAR

PERTANYAAN

NARASUMBER 1

(Bapak Didit)

NARASUMBER 2

(Bapak Seno)

NARASUMBER 4

(Bapak

Mutiyono)

NARASUMBER 3

(Ibu Diah)

Apaka ada kesamaan

dari ruangan ini

dengan bangunan di Kotabaru?

Kalau ini ditransfer kesini,

ini berbeda sekali. Pintu

ini vital untuk membuat

kesan mirip dengan

masjid. Suasana masjid

ini memang sudah sangat

kuno, namun pada desain

anda memberikan kesan

yang baru dengan

menghadirkan pintu

masjid dengan frame

pintu aula. Tapi memang agak sulit untuk

menghadirkan suasana

masjid. Bentuk lubang-lubang ini yang mungkin

akan lebih menghadirkan

suasana masjid.

Ya menurut saya ini agak

mirip, ya karena nuansa dari

bentuk bangunannya

(bukaan).

Aku kok nggak bisa

ngelihat kemiripan, ya

karena jendela-

jendelanya sudah

gak mirip. Kalau

menurut sih kurang membawa.. karena

disini plafonnya lebih

pendek dan yang didesain ini plafonnya

tinggi. Ya kurang si

mbak.

Kalau masjid disini

menruut saya desainnya

kuno. Terus disini juga desain mbaknya

pakai kayu, kesannya mewah, kemudian

pencahayaannya

banyak, dan lebih rapi.

Material yang

dimaksud

Nuansa yang dimaksud

adalah kualitas ruangnya,

seperti memiliki bukaan

pintu dan jendela yang

lebar.

Memori kolektif itu

sebetulnya secara

kolektif kita mempunyai konsep

yang sama, karena

ajaran Rasulullah itu sendiri Rahmatan Lil

Alamin, dan ini

diajarkan menjadi pedoman bagi kita, dan

juga diajarkan oleh

pendiri Jema’at Ahmadiyah Indonesia.

“Love for all, Hatred for none” itu menjadi

salah satu kunci. Ini

menjadi grand-concept

dari ruang serbaguna

tim penerjemah

Alqur’an kedalam

Bahasa Jawa. Ya mengerjakannya di

masjid ini dan diaula

ini, jadi itu sangat berkesan untuk saya.

Memori kolektif

Jema’at tentang moto

“Love for All, Hatred

for None” yang

melekat pada ingatan

Jema’at.

Memori mengenai

konsep pembangunan

masjid (beliau adalah

salah satu yang

membangun masjid

Fadhil Umar).

Aktivitas/dinamika

kegiatan keagamaan

Memori mengenai

Aktivitas/ dinamika

kegiatan keaagamaan

dan kegiatan

muamalah.

Page 12: RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI …

Recycle Material Sebagai Media Pembangkit … (Intan Fitria Wardani)

51

Bentuk khas masjid

berupa lubang-lubang

udara yang bulat menjadi

sebuah bentuk yang khas,

yang diingat oleh

Jema’at.

Dalam hal ini, skala

dan warna yang

mempengaruhi kesan

kesamaan ruangan

aula dengan

rancangan bangunan

serbaguna.

NARASUMBER 5

(Bapak Saifullah)

NARASUMBER 6

(Bapak Haryana)

NARASUMBER 7

(Ibu Nurul)

NARASUMBER 8

(Bapak Nasir)

NARASUMBER 9

(Bapak TOMO)

Sebetulnya ingatan

itu kan ada yang

khas, kalau kita hanya

mengambil jendela

kan jendela seperti itu banyak contoh

ditempat lain. Kalau

kita megambil khas ya adanya memang

disitu.

Karena pada saya lebih

pada sejarahnya. Tidak pada material atau form

itu. Masjid yang pertama,

bentuk lengkung-lengkung itu menjadi ciri

yang kuat.

Jika pada bangunan multi-purpose itu yang

diharapkan adalah

pencahayaannya. Ya karea memang disini itu

untuk multi-purpose,

untuk perpustakaan, ruang baca, tidak bentuk

fisiknya ya.. tapi berfikir

untuk apa bangunan itu. Jadi ketika dipakai untuk

acara yang besar,

bukaannya cukup lebar, jadi sering sekali ketika

hari raya islam gitu, kita

mengundang para anggota. dan ketika

aktivitas jendelanya bisa

dibuka.

Menurut saya ini memang

mirip, karena bentuk

ruangnya juga

menyerupai, kotak

gitu..Apalaagi ini ya, kalau disini kan dibagi 3,

kalau desain ini

dindingnya dibagi 2, selain itu pintu-pintunya

juga ada kemiripan, jadi

saya juga sedikit teringat

dengan bangunan disini

Menurut saya desain ini

sudah bagus. Bagi saya, bentuk jendelanya sudah

mewakili bentuk jendela

yang ada di Aula karena lebar-lebar.

Ini berbeda sekali

menurut saya, karena yang paling saya ingat

dari suasana masjid di

Atmosukarto ini adalah bentuk lengkung ini. Yaa..

menurut saya seperti itu.

Ya kalau ini.. agak mirip ya..Karena ada jendela-

jendela yang lebar. Ya

saat itu yang saya ingat saya menghadiri rapat

sekitar tahun 1993, ketika

saya baiat.

Bentu lengkung

yang diingat oleh

Jema’at sebagai

bentuk yang khas

dari masjid fadhil

umar.

Kualitas ruangan seperti

kualitas pencahayaan

dan kualitas

penghawaan lebih

penting.

Bentuk bangunan

memberikan kesan

kesamaan pada jarak

antar kolom yang

ditonjolkan.

Bentuk pintu dan

jendela yang lebar,

kualitas keduanya

memberikan kesan

kemiripan pada

ruangan aula.

Bentuk pintu dan

jendela yang lebar,

kualitas keduanya

memberikan kesan

kemiripan pada

ruangan aula.

Berdasarkan rangkuman wawancara pada tabel 4, terdapat poin-poin penting yang

bisa diambil untuk dibandingkan dengan teori menegenai arsitektur sebagai pemicu

memori. Diantaranya adalah:

Page 13: RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI …

JATTEC, Vol. 1, No. 1, Januari 2020: 40-54

52

1) Kesan Kemiripan terhadap bentuk yang khas dari material.

2) Kesan Kemiripan terhadap warna material.

3) Kesan Kemiripan terhadap dimana material tersebut diletakkan.

4) Kesan Kemiripan dengan skala ruangnya.

Dari keempat kata kunci tersebut kemudian akan dicocokkan dengan dasar teori dari

arsitektur yang dapat memicu memori kolektif. Kemiripan terhadap bentuk dan warna

yang khas dari material merupakan aspek yang paling penting, berkaitan dengan memori

ikonik, dimana seseorang akan mudah mengingat dari bentuk dan warna yang lebih

mencolok dari bentuk lainnya.

Perletakan kembali material elemen bangunan pada letak awalnya sedikit memberikan

gambaran dari masa lalu. Ketika sebuah pintu aula diletakkan pada bagian depan ruang

serbaguna, para narasumber akan tersadar bahwa pintu tersebut dulunya adalah bagian

dari pintu aula tempat mereka beraktivitas. Namun, ketika suasana ruang dibuat mirip,

dengan diberikan bukaan-bukaan yang lebar seperti pada suasana aula terdahulu, maka

perletakan kembali material tidak menjadi penting. Melainkan bentuk khas dari bukaan

tersebut yang akan membawa suasana ruang kembali. Seperti bentuk pintu masjid yang

khas dengan bentuk lingkarnya. Dalam hal ini sesuai dengan teori DK Ching (1996),

Dimana elemen arsitektur dapat dilihat secara visual melalui bentuk, skala, warna, tekstur

maupun materialnya.

Penggunaan material yang di recycle, dimana material tersebut di daur ulang dari segi

bentuk, warna letak. dan ukurannya semua berbeda, justru akan menghilangkan memori

pengguna terhadap material tersebut, juga kesan akan ruangan sebelumnya menghilang.

Menurut Kusno, memori kolektif dapat dirajut melalui proses pengingatan dan pelupaan

melalui tatan lingkungan fisik diruang publik melalui pemaknaan. Maka pemaknaan itu

sendiri menjadi aspek yang terpenting karena pemaknaan menjadikan ruang tersebut aktif

mengontrol dan membentuk kesadaran masyarakat. Artinya, memori kolektif melalui

pemaknaan ini, menjadi lebih kuat daripada melihat dengan wujud fisiknya.

Dari bahasan tersebut, maka pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana Jema’at

memaknai bangunan mereka sendiri terutama pada bagunan Ahmadiyah?

Salah satu tokoh Mubaligh Jema’at, Bapak Murtiyono menjelaskan bahwa:

“Bangunan itu memiliki misi perdamaian, siapapun yang masuk harus merasa

nyaman. Bangunan yang ada dijemaat entah itu masjid, guest house atau fasilitas lain

diharapkan dapat menjadi pusat dari kegiatan masyarakat, apapun itu, terutama untuk

pendidikan, pengembangan pengetahuan, hubungan sosial dan hubungan-hubungan

keumatan”

Bapak Tomo, salah satu tokoh yang ada di Pangol Piyungan, menjelaskan bahwa

masjid merupakan salah satu kunci yang amat sangat penting. Beliau menganggap masjid

seperti kerajaan ruhani, dimana di masjid beliau dapat beribadah dan merasa tentram

didalamnya.

Bapak Seno, yang dulunya merupakan penjaga bangunan masjid Fadhil Umar,

mengatakan:

“Saya sudah 10 tahun sudah disini, setiap hari disini, mengurus disini. Disini

strategis, karena banyak tamu, ya banyak tamu intern dari jema’at dan tamu dari luar.

Page 14: RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI …

Recycle Material Sebagai Media Pembangkit … (Intan Fitria Wardani)

53

Kalau tamu intern bisa ditempatkan di guesthouse lantai 2, asalnya jauh-jauh, banyak

yang dari Jakarta, Kalimantan, Sumatra bahkan Irian, Sulawesi. Ya kalau anggota

banyak dari seluruh Indonesia, kalau ke kota ini ya menginap di masjid jema’at.

Misalnya saya ke Jakarta, saya ngga perlu nyari-nyari hotel, ya saya perlu mencari

masjid-masjid Ahmadiyah yang paling dekat. Karena standarnya pelayanan tamunya

sama. Biasayanya masjid Ahmadiyah ada masjidnya, rumah misi dan guesthouse. Rumah

misi itu adalah rumah yang ditinggali oleh mubaligh gitu.”

Penjelasan diatas menujukkan pemaknaan mengenai bangunan milik Jema’at

Ahmadiyah, dimana bangunan tersebut selalu digunakan dalam berbagai aktivitas ibadah,

tabligh dan kelembagaan. Pemaknaan tersebut sesuai dengan slogan mereka, yaitu “Love

for All, Hatred for None”. Slogan ini menjadi simbol Jema’at Ahmadiyah, meskipun

bukan simbol yang dapat dilihat secara fisik.

5. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan tentang recycle material sebagai pembangkit memori kolektif,

dapat disimpulkan bahwa penggunaan material yang di recycle, dimana material tersebut

di daur ulang dari segi bentuk, warna dan ukurannya, justru akan menghilangkan memori

pengguna terhadap material tersebut, juga kesan akan ruangan sebelumnya menghilang.

Perubahan bentuk, warna dan ukuran pada elemen bangunan seperti pintu dan jendela

disini berubah secara signifikan.

Kesan kemiripan akan muncul dalam persepsi seseorang apabila perubahan bentuk,

warna dan ukuran tidak terlalu banyak berubah, atau arsitek dapat menangkap hal yang

menjadi ciri khas dari bangunan tersebut, kemudian dimunculkan kembali kedalam desain

menurut bentuk, warna maupun ukurannya.

Memori kolektif muncul dari pemaknaan para narasumber akan bangunannya, bukan

dari jenis materialnya. Adapun memori kolektif yang disepakati oleh Jema’at adalah

masjid dan aula di Jl. Atmosukarto merupakan pusat aktivitas Jema’at, baik itu aktivitas

ibadah maupun mu’amalah. Para anggota Jema’at berpendapat sama mengenai

pemaknaan masjid, yaitu sebagai tempat spiritual gathering, sedangkan pemaknaan aula

sebagai social gathering. Pemaknaan tersebut sesuai dengan slogan mereka, yaitu “Love

for All, Hatred for None”. Slogan ini menjadi simbol Jema’at Ahmadiyah, meskipun

bukan simbol yang dapat dilihat secara fisik.

6. REKOMENDASI

Untuk memaksimalkan konsep perancangan dengan mempertimbangkan memori

kolektif Jema’at, maka diperlukan pengembangan konsep desain bangunan serbaguna

Jema’at Ahmadiyah Indonesia. Penelitian ini berguna untuk memperdalam aspek

kontekstual dalam perencanaan bangunan serbaguna Jema’at Ahmadiyah Indonesia di

Piyungan. Hal yang perlu dipertimbangkan kembali adalah pengembalian bentuk material

pintu dan jendela bekas menjadi bentuk awal dengan tidak menghilangkan ke khas an dari

material tersebut, kemudian pertimbangan penggunaan warna dan bentuk dengan tujuan

dapat menghadirkan kembali suasana lama masjid dan aula di Jl. Atmosukarto.

Page 15: RECYCLE MATERIAL SEBAGAI MEDIA PEMBANGKIT MEMORI …

JATTEC, Vol. 1, No. 1, Januari 2020: 40-54

54

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, Christopher. 1979. The Timeless Way of Building. Ner York: Oxford

University Press.

Amalia, Putri Ayu. (2011). Arsitektur Sebagai Media Pelestarian Memori Kolektif, Studi

Kasus: Jewish Museum, Berlin dan Tugu Perjuangan Rakyat Bekasi. Depok:

Universitas Indonesia

Baddeley, Alan D. 1999. Essentioals of Human Memory. East Sussex, UK: Psychology

Press. Ltd.

Ching, Francis D.K. (1996). Arsitektur: Bentuk Ruang dan Susunannya (Ir. Paulis Hanoto

Adjie, Penerjemah). Jakarta: Erlangga

Hayden, Dolores. 1995. The Power of Place. Cambridge, Massachusetts: the MIT Press.

Ihktiyarini, Pratina. (2012). Eksistensi Jema’ah Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Yogyakarta

Pasca SKB 3 Menteri Tahun 2008. Depok: Universitas Indonesia

Kusno, Abidin. (2009). Ruang Publik, Identitas dan Memori Kolektif: Jakarta Pasca-

Suharto. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Lexi, J. Moleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mairs, Jesica (2015, 30 July). Postmodern architecture: San Cataldo Cemetery by Aldo

Rossi. 25 Septermber 2019. https://www.dezeen.com/2015/07/30/san-cataldo-

cemetery-modena-italy-aldo-rossi-postmodernism/

Ricoeur, Paul. (1994). Memory, History, Forgetting. Chicago: The University of Chicago

Press

Salkind, Neil J. 2006. Society & Culture. London: SAGE Publications Ltd.

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Surayada, Riena J. (2016). Pusat Komunitas dan Konstentasi Memori Kolektif: Studi

Kasus Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kenanga di Cideng,

Jakarta Pusat.Jurnal Sosiologi “Masyarakat” ISSN 0852-8489

Sutrisno, Mudji & Hendar Punanto. (2005). Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius

Sveiven, Megan. (2010, 10 Desember). AD Classics: San Cataldo Cemetery / Aldo Rossi.

25 September 2019. https://www.dezeen.com/2015/07/30/san-cataldo-cemetery-

modena-italy-aldo-rossi-postmodernism/

Wattimena, Reza A.A. (2016). Mengurai Ingatan Kolektif Bersama Maurice Halbwachs,

Jan Assmann dan Aleida Assmann dalam Konteks Peristiwa 65 di Indonesia.

Jurnal Studia Philosophica et Teologica Vol. 16 No.2 ISSN 1412-0674

Wong, Wucius. 1993. Principles of Form and Design. New York: John Wiley & Sons

Inc.Alciatore, D. G. & Histand, M. B. (2003). Introduction to Mechantronics

and Measurement System (2 ed.). New York: McGraw-Hill, Inc.