Page 1
REAKSI SIGNAL RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO SOLVABILITAS
TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Ahmad Sopyan ([email protected] )
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
Maryam Nadir ([email protected] )
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
Hj. Rusmilawati, IM ([email protected] )
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio profitabilitas Return On Assets (ROA), Return On Equity
(ROE) dan Earning Per Share (EPS) serta rasio solvabilitas Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham
perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling. Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan sektor pertambangan dengan kriteria
perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan dan menghasilkan laba bersih selama periode pengamatan
(2008-2011). Dari 35 perusahaan sektor pertambangan yang menjadi populasi, terpilih 15 perusahaan yang
menjadi sampel penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan
uji hipotesis menggunakan uji F dan uji t pada tingkat signifikansi 95%. Hasil analisis menunjukkan bahwa
rasio profitabilitas (ROA, ROE dan EPS) dan rasio solvabilitas (DER) secara parsial dan simultan signifikan
mempengaruhi harga saham perusahaan pertambangan. Nilai adjust R2 yang diperoleh yaitu sebesar 0,793 yang
berarti bahwa 79,3% harga saham perusahaan sektor pertambangan dipengaruhi oleh variabel-variabel ROA,
ROE, EPS dan DER, sedangkan 20,7% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model
penelitian ini. Dari hasil analisis juga diketahui bahwa variabel EPS berpengaruh paling dominan terhadap harga
saham daripada variabel lainnya (ROA, ROE dan DER), hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien beta EPS
sebesar 1,067 lebih besar daripada variabel lainnya.
Kata kunci : ROA, ROE, EPS, DER, dan Harga Saham
Abstract
This research aims to knowing the influences of profitability ratio Return On Assets (ROA), Return On Equity
(ROE) and Earning Per Share (EPS) and also solvability ratio Debt to Equity Ratio (DER) to the stock price
company of mining sector in Indonesia Stock Exchange. Intake of sampel with purposive sampling method.
Research sampel the used is company of mining sector with category company publicizing financial statment
and yield net profit during periode perception (2008-2011). From 35 company of mining sector becoming
population, chosen 15 company becoming research sampel. Analysis method the used is multiple linear
regresien with hypothesis test using F-test and t-test at level of significance 95%. Analysis result indicate that
profitability ratio (ROA, ROE and EPS) and solvability ratio (DER) partially and simultanly influence
significant to the stock price of mining company. Value of adjust R2 is obtained equal to 0,793 that mean is
79.3% stock price of mining company influenced by variables ROA, ROE, EPS, and DER, is while the rest equal
to 20.7% influenced by other variable which is not explained by the research model. From result of research is
also known that variable of EPS having influence most dominant to the stock price than other variables (ROA,
ROE, and DER), this matter showing by value of coefficient beta EPS equal to 1.067 the biggest than other
variable.
Key words : ROA, ROE, EPS, DER, and Stock Price
Page 2
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Hal ini dapat dijelaskan dari dua fungsi pasar modal yaitu fungsi
ekonomi dan fungsi keuangan sebagai fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas
untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) kepada
pihak yang memerlukan dana (emiten). Sedangkan fungsi keuangan, pasar modal berperan
memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan hasil bagi pemilik dana,
sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
Berkembangnya pasar modal memiliki pengaruh ganda dalam pembangunan
nasional. Secara umum, pasar modal dapat berfungsi sebagai sarana penambah modal bagi
usaha. Perusahaan atau emiten dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan
menawarkan instrumen-instrumen keuangan jangka panjang kepada masyarakat umum,
perusahaan-perusahaan lain, lembaga atau pemerintah. Dampak pengerahan dana
masyarakat ke sektor produktif akan meningkatkan kapasitas produksi, karena dengan
adanya tambahan modal yang diperoleh dari pasar modal maka produktivitas perusahaan
akan meningkat. Keberadaan pasar modal juga dapat mendorong muncul dan
berkembangnya industri lain yang berdampak pada terciptanya lapangan kerja baru,
memperluas kegiatan lembaga lain yang terkait seperti akuntan publik, notaris, pedagang
efek dan lain-lain.
Salah satu dari instrumen-instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal
adalah saham. Saham (stock) merupakan instrumen keuangan yang paling populer dan
paling banyak dipilih para investor karena mampu memberikan tingkat keuntungan yang
menarik dibandingkan dengan sekuritas lain. Saham merupakan surat berharga yang bersifat
kepemilikan, artinya si pemilik saham merupakan pemilik perusahaan. Investor yang
menanamkan modalnya dalam bentuk saham berarti berkepentingan terhadap prospek
perusahaan tersebut.
Saham perusahaan pertambangan merupakan salah satu idola para investor.
Meskipun sarat risiko dan kurang didukung iklim usaha yang kondusif, namun usaha
pertambangan di Indonesia tetap memiliki daya tarik tinggi di kalangan investor, termasuk
asing. Adanya krisis yang terjadi pada Zona Eropa nampaknya memberikan dampak yang
besar bagi industri pertambangan. Krisis keuangan tersebut berimbas kepada perekonomian
nagara-negara yang memiliki eksposure besar terhadap Zona Eropa seperti China, Jepang,
India dan Amerika Serikat. Krisis Eropa juga telah memperlambat pertumbuhan
perekonomian negara-negara tersebut, yang sehingga secara tidak langsung menurunkan
konsumsi sumber daya energi seperti batubara, minyak bumi maupun gas. Belum
membaiknya kondisi perekonomian global nampaknya masih akan terus menjadi bayang-
bayang gelap industri sumber daya energi di Indonesia.
Secara umum, faktor yang mempengaruhi harga saham terdiri dari dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam
perusahaan dan dapat dikendalikan oleh perusahaan, antara lain yaitu kemampuan
perusahaan dalam mengelola modal yang ada (solvability), kemampuan manajemen dalam
mengelola kegiatan operasional perusahaan (growth opportunities), kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan (profitability), prospek marketing dari bisnis dan hak-hak
investor atas dana yang diinvestasikan dalam perusahaan dan lain-lain yang dianggap
penting dan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sementara itu, faktor eksternal
Page 3
merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan dan tidak dapat dikendalikan oleh
perusahaan. Faktor internal dan faktor eksternal membentuk sebuah kekuatan pasar yang
berpengaruh pada transaksi saham sehingga harga saham mengalami kemungkinan
pergerakan yang fluktuatif.
Pendapatan dari investasi saham berupa deviden dan capital gain. Deviden
merupakan penerimaan dari perusahaan yang berasal dari laba yang dibagikan, sementara
capital gain merupakan pendapatan yang diperoleh dari selisisih harga saham. Apabila
selisih harga tersebut negatif berarti investor mengalami capital loss dan sebaliknya. Para
investor seringkali menginginkan keuntungan dengan segera sehingga mereka lebih
menginginkan keuntungan dalam bentuk capital gain dibandingkan deviden.
Sebelum melakukan investasi, investor perlu mengetahui dan memilih perusahaan
mana yang memiliki saham yang dapat memberikan keuntungan secara optimal, karena
tidak semua saham dari perusahaan yang memiliki profil yang baik akan memberikan
keuntungan yang baik pula bagi investor dan dtambah lagi krisis global yang masih
berlangsung hingga kini membuat semua pihak termasuk investor berada dalam kondisi
ketidakpastian sehingga investor perlu melakukan analisis yang lebih mendalam mengenai
perusahaan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan melakukan analisis fundamental yang
berbasis rasio keuangan.
Analisis fundamental merupakan analisis penilaian saham berdasarkan laporan
keuangan yang diterbitkan perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber
potensial yang lazim digunakan oleh para investor sebagai dasar pengambilan keputusan
penanaman modal, adanya informasi yang dipublikasikan akan merubah keyakinan para
investor hal ini dapat dilihat dari reaksi pasar, harga saham dan reaksi tingkat keuntungan.
Laporan keuangan menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan yang merupakan
kinerja perusahaan dalam periode tertentu. Oleh karena itu para investor menjadikan laporan
keuangan ini menjadi bahan utama dalam pengambilan keputusan.
Salah satu faktor yang menjadi fokus perhatian dari investor dalam menilai
performance perusahaan adalah profitabilitas perusahaan. Profitabilitas tersebut dimasa yang
akan datang akan mempengaruhi stabilitas pendapatan dan nilai investasi mereka di
perusahaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan akan
memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan tingkat pengembalian saham yang
akan diperoleh investor.
Salah satu rasio penilaian yang kerap dilakukan oleh investor dalam mengukur
tingkat profitabilitas yaitu Return On Equity. ROE menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memberi keuntungan bagi para pemegang saham dengan menunjukkan persentase
laba bersih yang tersedia untuk modal pemegang saham yang telah digunakan perusahaan.
Return On Equity menjadi sangat penting bagi investor (pemegang saham), karena rasio ini
mengindikasikan tingkat pengembalian saham yang berhasil didapat oleh manajemen
sebagai hasil pengguna modal (capital) yang telah disediakan pemilik sesudah melakukan
pembayaran kepada pemberi modal yang lain. Semakin tinggi rasio ini berarti perkiraan
kinerja emiten dimasa yang akan datang semakin baik, sehingga diharapkan tingkat
pengembalian saham semakin tinggi.
Selain mengunakan ROE, untuk mengukur tingkat profitabilitas juga dapat dinilai
dengan menggunakan Return On Assets (ROA). ROA atau sering diterjemahkan dalam
Bahasa Indonesia sebagai rentabilitas ekonomis menggambarkan kemampuan perusahaan
Page 4
dalam menghasilkan laba dari keseluruhan investasi yang ditanamkan dalam bentuk aktiva.
ROA adalah satu bentuk rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur
kemampuan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan.
Selain menggunakan kedua rasio profitabilitas di atas, rasio profitabilitas yang kerap
diperhatikan investor adalah Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham. EPS
biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor umumnya terhadap
korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dan pertumbuhan harga saham. EPS merupakan
perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang
beredar. Rasio ini mengukur seberapa besar deviden per lembar saham yang akan dibagikan
kepada investor setelah dikurangi dengan deviden bagi para pemilik perusahaan. Apabila
EPS perusahaan tinggi akan semakin banyak investor yang mau membeli saham tersebut
sehingga menyebabkan harga saham tinggi
Investor juga perlu memperhatikan rasio Solvabilitas atau leverage. Rasio ini dapat
dinilai dengan menggunakan Debt To Equity Ratio (DER). DER adalah rasio yang
menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman yang diberikan oleh para kreditur dengan
modal sendiri. DER dapat dipilih oleh investor dalam menilai resiko dari investasi yang
akan diputuskan. Timbulnya DER dikarenakan dalam menjalankan aktivitas perusahaan,
sumber dana dari dalam perusahaan rendah, sehingga membutuhkan sumber dana lain yang
berasal dari pinjaman, sehingga perusahaan menggunakan pembiayaan dengan hutang.
Untuk mengetahui bagaimana rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas
mempengaruhi harga saham perusahaan sektor pertambangan maka penulis mengadakan
penelitian dengan judul βReaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas Terhadap
Harga Saham Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesiaβ.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, perumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah rasio profitabilitas Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan
Earning Per Share (EPS) serta rasio solvabilitas Debt to Equity Ratio (DER) secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Manakah dari rasio profitabilitas Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan
Earning Per Share (EPS) serta rasio solvabilitas Debt to Equity Ratio (DER) yang
berpengaruh dominan terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas Return On Assets (ROA), Return On
Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) serta rasio solvabilitas Debt to Equity Ratio
(DER) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan sektor
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui diantara rasio profitabilitas Return On Assets (ROA), Return On
Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) serta rasio solvabilitas Debt to Equity Ratio
(DER) yang berpengaruh dominan terhadap harga saham perusahaan sektor
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Page 5
II. Tinjauan Teoritis
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk melihat hubungan antara indikator
rasio keuangan terhadap pergerakan harga saham, untuk lebih jelasnya akan dipaparkan
sebagai berikut:
Astuti (2002) yang telah melakukan penelitian tentang variabel-variabel yang
mempengaruhi harga pasar saham pada perusahaan perbankan yang listing di BEI, dengan
variabel independen Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin
(NPM), Loans to Deposit Ratio (LDR), Credit Risk (CR), Capital Adequancy Ratio 3
(CAR3), Return On Asset (ROA) dan Interest Rate Risk (IRR) sedangkan variabel
dependennya adalah harga saham. Hasil penelitian menemukan bahwa EPS, ROE dan LDR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham sedangkan NPM dan CR
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Adapun variabel ROA dan IRR
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Sasongko dan Wulandari (2006) meneliti keterkaitan antara Economic Value Added
(EVA) dan rasio-rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI. Hasil penelitian menemukan bahwa variabel Earning Per Share (EPS)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Artinya EPS dapat digunakan
sebagai sinyal untuk menentukan nilai perusahaan. Sedangkan variabel Return On Asset
(ROA), Return On Equity (ROE), Return On Sales (ROS), Basic Earning Power (BEP), dan
Economic Value Added (EVA) tidak dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan
nilai perusahaan.
Natarsyah (2000) melaukan penelitian tentang pengaruh beberapa faktor
fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham. Sampel yang digunakan adalah 16
perusahaan yang termasuk dalam kelompok industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efaek Jakarta (BEJ). Adapun variabel independen yang digunakan adalah Return On
Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Book Value (BV) dan
variabel dummy indeks beta sebagai ukuran risiko sistematik sedangkan variabel
dependennya adalah harga saham. Hasil penelitian menunjukkan secara parsial hanya
variabel DER yang tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Veronica dan Ika (2008) yang meneliti tentang pengaruh Return On Asset (ROA),
Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Price to
Book Value (PBV) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di BEI. Hasil
penelitian menunjukkan variabel ROA, PER dan DER mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga saham sedangkan variabel EPS dan PBV berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham.
Indriana (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh Debt to Equity Ratio (DER),
Rasio Biaya Operasional (BOPO), Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS)
terhadap harga saham di BEI pada Bank Devisa. Hasil penelitian dengan menggunakan
tingkat signifikansi Ξ±= 5% menemukan bahwa ROA dan EPS mempunyai hubungan positif
dan signifikan terhadap harga saham. Sedangkan DER dan BOPO mempunyai hubungan
negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Khusna (2009) yang melakukan analisis tentang pengaruh variabel fundamental
terhadap harga saham perusahaan pertambangan di BEI. Hasil penelitian menemukan bahwa
diantara variabel funamental yang digunakan (ROA, ROE, EPS, PER dan DPR) hanya EPS
yang berpengaruh signifikan dan paling dominan pengaruhnya terhadap harga saham.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Page 6
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Metode
Analisis Hasil Penelitian
Astuti
(2002)
Variabel -variabel yang
mempengaruhi harga
pasar saham pada
perusahaan perbankan
yang listing di BEI.
Variabel
Independen:
EPS, ROE, NPM,
LDR, CR, CAR3,
ROA dan IRR
Variabel
Dependen:
Harga Saham
Regresi
Linear
Berganda
EPS, ROE dan LDR
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga
saham sedangkan NPM dan
CR berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga
saham. Adapun variabel
ROA dan IRR tidak
berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
Sasongko
dan
Wulandari
(2006)
Pengaruh EVA dan rasio-
rasio profitabilitas
terhadap harga saham
pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar
di BEI.
Variabel
Independen:
EVA, EPS, ROA,
ROE, ROS, dan
Basic Earning
Power (BEP)
Variabel
Dependen:
Harga Saham
Regresi
Linear
Berganda
EPS berpengaruh signifikan
terhadap harga saham. ROA,
ROE, Return On Sales
(ROS), BEP, dan Economic
Value Added (EVA) tidak
berpengaruh signifikan.
Natarsyah
(2000)
Pengaruh beberapa faktor
fundamental dan risiko
sistematik terhadap harga
saham semua perusahaan
yang termasuk dalam
kelompok industri barang
konsumsi yang telah go
public di pasar modal
Indonesia.
Variabel
Independen:
ROA, ROE,
DER, BV dan
dummy indeks
beta.
Variabel
Dependen:
Harga Saham
Regresi
Linear
Berganda
ROA, ROE, DER, BV dan
variabel dummy indeks beta
sebagai ukuran risiko
sistematik berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap harga saham.
Sedangakan DER
berpengaruh positif tapi tidak
signifikan terhadap harga
saham.
Veronica
dan Ika
(2008)
Pengaruh Return On
Asset, Price Earning
Ratio, Earning per Share,
Debt to Equity Ratio,
Price to Book Value
terhadap
Harga Saham pada
Perusahaan Manufaktur
di BEI
Variabel
Independen:
ROA, PER, EPS,
DER dan PBV
Variabel
Dependen:
Harga Saham
Regresi
Linear
Berganda
ROA, PER dan DER
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga
saham sedangkan variabel
EPS dan PBV berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap harga saham.
Indriana
(2009)
Pengaruh DER, BOPO,
ROA, dan EPS terhadap
harga saham di BEI pada
Bank Devisa.
Variabel
Independen:
DER, BOPO,
ROA dan EPS
Variabel
Dependen:
Harga Saham
Regresi
Linear
Berganda
ROA dan EPS berhubungan
positif dan signifikan
terhadap harga saham.
Sedangkan DER dan BOPO
berhubungan negatif dan
tidak signifikan terhadap
harga saham.
Khusna
(2009)
Analisis pengaruh
variabel fundamental
terhadap harga saham
perusahaan pertambangan
di BEI.
Variabel
Independen:
ROA, ROE, EPS,
PER dan DPR)
Variabel
Dependen:
Harga Saham
Regresi
Linear
Berganda
diantara variabel
fundamental yang digunakan
hanya EPS yang berpengaruh
signifikan dan paling
dominan pengaruhnya
terhadap harga saham.
Sumber : Data hasil penelitian terdahulu (diolah oleh peneliti)
Page 7
B. Dasar Teoritis
1) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasionalnya
merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental
perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam
penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan
datang.
Sartono (2008:122) menjelaskan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri.
Menurut Riyanto (2008:35) menyebutkan profitabilitas suatu perusahaan
menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan
laba tersebut. Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu.
Menurut Harahap (2006:304) menyebutkan bahwa Profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang
ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa
profitabilitas adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama
periode tertentu dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan
baik yang berhubungan dengan penjualan, jumlah aktiva maupun modal sendiri.
a. Return On Assets (ROA)
Return on assets (ROA) atau sering diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
sebagai Rentabilitas Ekonomi mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada
masa lalu. Analisis ini kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat
kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang.
Kasmir (2009:201) mengemukakan Return on Assets (ROA) merupakan rasio
yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.
Return on assets (ROA) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan
menggunakan total aktiva (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan
dengan biaya-biaya untuk mendanai aktiva tersebut.
Hanafi dan Halim (2005:88) mengemukakan bahwa Return On Assets (ROA)
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset
yang tertentu. Return On Assets (ROA, laba atas aset) mengukur tingkat laba terhadap
asset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut.
Menurut Sawir (2005:19) Return On Assets dapat dihitung sebagai berikut:
π
ππ‘π’ππ ππ π΄π π ππ‘π ROA = Laba Bersih
Total Aset
Dari penjelasan di atas diperoleh kesimpulan bahwa Return On Assets (ROA)
digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektifitas perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total asset (kekayaan) yang
dipunyai perusahaan.
Page 8
b. Return On Equity (ROE)
Hanafi dan Halim (2005:88) mengemukakan bahwa Return On Equity (ROE)
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham
tertentu.
Menurut Sartono (2008:124) Return On Equity (ROE) merupakan rasio
profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
berdasarkan modal saham yang dimiliki perusahaan.
Menurut Sawir (2005:19) Return On Equity memperlihatkan sejauh manakah
perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari
investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan.
Return On Equity dapat dihitung sebagai berikut:
π
ππ‘π’ππ ππ πΈππ’ππ‘π¦ ROE = Laba Bersih
Ekuitas
Dari penjelasan di atas diperoleh kesimpulan bahwa Return On Equity digunakan
untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektifitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan.
c. Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan
bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan
operasinya. EPS merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh pemegang
saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam
perusahaan.
Menurut Sawir (2005:20) laba per lembar saham (Earning Per Share)
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba untuk setiap lembar
sahamnya. Earning Per Share (EPS) dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan
sebagai berikut:
πΈππππππ πππ πβπππ = πΏπππ π΅πππ πβ
π½π’πππβ ππβππ π΅ππππππ
Berdasarkan pendapat di atas, pengertian EPS yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau
pemegang saham per lembar saham yang beredar selama suatu periode.
2) Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
Rasio leverage mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini
menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya
seandainya perusahaan pada saat itu dilikuidasi. Dengan demikian solvabilitas berarti
kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang (Sawir, 2005:13).
Menurut Brigham dan Houston (2004:140) rasio leverage merupakan βrasio yang
mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang (financial
leverage).β
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian rasio
solvabilitas atau leverage adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka panjang dan jangka pendek.
Page 9
a. Debt To Equity Ratio (DER)
Pendanaan setiap perusahaan tidak semua berasal dari modal sendiri, akan tetapi
sebagian bahkan mungkin kebanyakan pendanaan tersebut berasal dari utang. Untuk
membandingkan jumlah modal dan utang yang digunakan perusahaan, bisa dihitung
dengan Debt to Equity Ratio.
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan antara seluruh utang, termasuk
utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana
yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio
ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan
utang (Kasmir, 2009:157).
Semakin tinggi rasio ini menunjukan semakin besar utang yang digunakan dalam
pendanaan perusahaan. Perusahaan menggunakan utang dengan tujuan agar keuntungan
meningkat, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Akan
tetapi disisi lain utang juga meningkatkan varibilitas (risiko) keuntungan, karena jika
perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya
maka penggunaan utang akan menurunkan keuntungan pemegang saham.
π·πππ‘ π‘π πΈππ’ππ‘π¦ π
ππ‘ππ (DER) = πππ‘ππ π»π’π‘πππ
πΈππ’ππ‘ππ
Dengan demikian bisa disebutkan bahwa rasio ini menunjukkan persentase
penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi
rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan
menunjukan bahwa sebagian besar investasi yang dilakukan oleh perusahaan didanai dari
dana pinjaman.
3) Harga Saham
a. Pengertian Harga Saham
Dominic (2008:19) mendefinisikan harga saham adalah pembagian antara modal
perusahaan dan jumlah saham yang diterbitkan.
Menurut Sartono (2008:8) mendefinisikan harga saham adalah sebesar nilai
sekarang (present value) dari aliran kas yang diharapkan akan diterima, yaitu berupa nilai
sekarang dari pendapatan yang akan diterima pada masa yang akan datang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah sebesar nilai sekarang dari
aliran kas dalam pasar pada saat itu yang akan diharapkan diterima.
Di bursa saham dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan harga saham,
yaitu (Hin, 2008:31-32):
1. Open (pembukaan): merupakan harga yang terjadi pada transaksi pertama pada satu
saham.
2. High (tertinggi): merupakan harga tertinggi transaksi yang tercapai pada satu saham.
3. Low (terendah): merupakan harga terendah transaksi yang tercapai pada satu saham.
4. Close (penutupan): merupakan harga yang terjadi pada transaksi terakhir pada satu
saham.
5. Bid (minat beli): merupakan harga yang diminati pembeli untuk melakukan transaksi.
6. Ask (minat jual): mrupakan harga yang diminati penjual untuk melakukan transaksi.
Page 10
b. Faktor Penggerak Harga Saham
Cara terbaik dalam mendapatkan keuntungan (capital gain) adalah membeli
ketika harga akan naik lalu menjualnya ketika harganya akan turun. Namun untuk
memperkirakan kapan harga sebuah saham akan naik atau turun bukanlah hal yang
mudah. Ada beberapa faktor yang harus disadari oleh setiap investor. Faktor tersebutlah
yang menjadi salah satu daya yang memicu berfluktuasinya harga saham.
Arifin (2004: 116) menyatakan bahwa faktor-faktor penggerak harga saham
terdiri dari:
a. Kondisi fundamental emiten
b. Hukum permintaan dan penawaran
c. Tingkat suku bunga
d. Valuta asing
e. Dana asing dibursa
f. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
g. News dan rumors
2.5.1 Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Harga Saham
Return On Asset (ROA) diperoleh dengan cara membandingkan antara net income
after tax (NIAT) terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang
semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar. Dengan demikian semakin tinggi
ROA akan meningkatkan daya tarik investor, sehingga harga saham meningkat. Dengan
demikian ROA berhubungan positif terhadap harga saham.
2.5.2 Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham
Return On Equity (ROE) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak
dengan ekuitas yang dimiliki perusahaan. ROE sangat umum digunakan oleh investor untuk
mengukur sejauh mana kinerja perusahaan dalam mengelola modal (equity) yang tersedia
secara efektif untuk menghasilkan keuntungan dari investasi yang dilakukan oleh pemegang
saham. Semakin besar ROE maka perusahaan dianggap semakin menguntungkan, oleh sebab
itu investor kemungkinan akan mencari saham dari perusahaan yang memiliki ROE yang
tinggi sehingga menyebabkan permintaan bertambah dan harga penawaran dipasar sekunder
terdorong naik.
2.5.3 Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang berhubungan
dengan kepentingan bagi pemegang saham dan manajemen disaat ini maupun dimasa yang
akan datang. EPS menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar
saham. Semakin besar nilai EPS, semakin besar keuntungan yang diterima pemegang saham
(Alwi, 2003:77). Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS
yang dilaporkan perusahaan (Prastowo, 2002:93). Apabila EPS suatu perusahaan tinggi akan
semakin banyak investor yang mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga
saham tinggi.
2.5.4 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara ekuitas terhadap total
hutang. Teori menunjukkan bahwa semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang
(jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri,
sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur).
Meningkatnya beban terhadap kreditur menunjukkan sumber modal perusahaan sangat
tergantung dengan pihak luar, sehingga mengurangi minat investor dalam menanamkan
dananya dalam perusahaan. Menurunnya minat investor berdampak pada penurunan harga
saham perusahaan, sehingga harga saham semakin menurun.
Page 11
C. Kerangka Konsep
Adapun bagan kerangka konsep dalam penelitian ini adalah seperti dibawah ini:
Keterangan:
Pengaruh secara simultan
Pengaruh dominan
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
D. Pengembangan Hipotesis
H1 : Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS)
dan Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H2 : Earning Per Share (EPS) dominan pengaruhnya terhadap harga saham
perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
X1 = Return On Assets (ROA)
X4 = Debt to Equity Ratio (DER)
X2 = Return On Equity (ROE)
Y = Harga Saham
X3 = Earning Per Share (EPS)
Page 12
III. Metode Penelitian
3.1 Variabel Penelitian
1) Variabel independen dalam penelitian ini yaitu ROA, ROE, EPS, dan DER.
2) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham (closing price).
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011, yaitu sebanyak 35
perusahaan. Untuk mendapatkan sampel yang diinginkan, metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:119). Untuk mendapatkan sampel
yang diinginkan, maka peneliti mengambil sampel dengan kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan Sektor Pertambangan yang telah terdaftar (listed) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode analisis, yaitu sejak tahun 2008-2011.
b. Laporan keuangan perusahaan tersedia di bursa atau media cetak.
c. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki laba bersih selama periode analisis.
d. Semua data variabel terikat dan bebas tersedia.
Berdasarkan kriteria di atas, maka pengambilan sampel di peroleh dari Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2008-2011, yaitu sebanyak 15 perusahaan pertambangan.
Tabel 3.1 Daftar sampel yang digunakan dalam penelitian
No Kode Perusahaan
1 ADRO PT Adaro Energi Tbk
2 ANTM PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
3 BUMI PT Bumi Resources Tbk
4 BYAN PT Bayan Resources Tbk
5 CITA PT Cita Mineral Investindo Tbk
6 CTTH PT Citatah Tbk
7 INCO PT Vale Indonesia Tbk
8 ITMG PT Indo Tambangraya Megah Tbk
9 KKGI PT Resource Alam Indonesia Tbk
10 MEDC PT Medco Energi Internasional Tbk
11 MITI PT Mitra Investindo Tbk
12 PTBA PT Bukit Asam (Persero) Tbk
13 PTRO PT Petrosea Tbk
14 RUIS PT Radiant Utama Interinsco Tbk
15 TINS PT Timah (Persero) Tbk
Sumber : www.idx.co.id
3.3 Jenis dan Sumber Data
Untuk mendukung penelitian yang dilakukan maka diperlukan data yang berupa data
kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka. Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu
data laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Data yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh secara tidak langsung atau dikenal dengan istilah data
sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah berupa
publikasi (Supranto, 2002:8). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu dengan mengunjungi website
http://www.idx.co.id.
Page 13
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi. Analisis
regresi memiliki fungsi mengetahui pengaruh satu atau beberapa variabel bebas terhadap
variabel terikat secara parsial maupun secara simultan. Karena dalam penelitian ini digunakan
tiga variabel bebas, maka model analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.
Sebelum melakukan analisis regresi, untuk mendapatkan nilai yang baik, maka harus
dilakukan uji normalitas data dan terbebas dari asumsi klasik.
3.4.1 Analisis Regeresi Linear Berganda
Menurut Hasan (2003: 253) menyatakan bahwa analisis linear berganda dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Dimana:
Y = Harga Saham
X1 = Return On Assets (ROA)
X2 = Return On Equity (ROE)
X3 = Earning Per Share (EPS)
X4 = Debt to Equity Ratio (DER)
a = Nilai Konstanta
b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi masing-masing X
e = error (variabel pengganggu)
3.4.2 Pengujian Hipotesis
a) Uji F (Uji Simultan)
Uji F adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui variabel independen secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak signifikan terhadap
variabel dependen. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
1. Menentukan besarnya Fhitung, Menurut Sugiyono (2008:235):
πΉβ = π
2/ π
(1 β π
2) / (π β π β 1)
Dimana :
R2 = Koefisien determiniasi
k = Jumlah variabel bebas
n = Jumlah anggota sampel
2. Merumuskan hipotesis
a. H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0
artinya, variabel X1 (ROA), X2 (ROE), X3 (EPS), dan X4 (DER) secara bersama-
sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham (Y)
perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Ha : b1 β b2 β b3 β b4 β 0
artinya, variabel X1 (ROA), X2 (ROE), X3 (EPS), dan X4 (DER) secara bersama-
sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham (Y) perusahaan
sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Menentukan besarnya taraf nyata 95% (Ξ± = 0,05) dan degree of freedom (df) = ((k-
1);(n-k)) untuk menentukan nilai Ftabel.
Page 14
4. Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis:
a. Jika Fhitung > Ftabel atau Sig. < 0,05 maka H0 ditolak Ha diterima.
Berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara X1 (ROA), X2 (ROE), X3 (EPS) dan
X4 (DER) terhadap harga saham (Y) perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
b. Jika Fhitung < Ftabel atau Sig. > 0,05 maka H0 diterima Ha ditolak.
Berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X1 (ROA), X2 (ROE),
X3 (EPS) dan X4 (DER) terhadap harga saham (Y) perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b) Uji t (Uji Parsial)
Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji setiap variabel independen mempunyai
pengaruh signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel dependen. Langkah-langkah
pengujiannya sebagai berikut:
1. Menentukan besarnya thitung, menurut Sudjana (2002:325),
π‘βππ‘π’ππ =ππ
ππ(ππ)
Dimana :
bi = Koefisien regresi
Se(bi) = Koefisien deviasi dari estimator bi
2. Merumuskan hipotesis
a. H0 : bi = 0
Berarti tidak ada pengaruh nyata (signifikan) dari masing-masing variabel
independen secara parsial terhadap harga saham.
b. Ha : bi β 0
Berarti ada pengaruh nyata (signifikan) dari masing-masing variabel independen
secara parsial terhadap harga saham.
3. Menentukan besarnya taraf nyata pada derajat signifikan 95% (Ξ± = 0,05) dan degree of
freedom (df) = (n-k), untuk menentukan nilai ttabel.
4. Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis
a. Jika thitung > ttabel atau Sig < 0,05 maka H0 ditolak Ha diterima.
Berarti secara parsial terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X1 (ROA),
X2 (ROE), X3 (EPS) dan X4 (DER) terhadap harga saham (Y) perusahaan sektor
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Jika thitung < ttabel atau Sig. > 0,05 maka H0 diterima Ha ditolak.
Berarti secara parsial tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X1
(ROA), X2 (ROE), X3 (EPS), dan X4 (DER) terhadap harga saham (Y) perusahaan
sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.4.3 Koefisien Determinasi (R2)
Dalam uji regresi linier berganda dianalisis pula besarnya koefisien determinasi (R2).
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam
menerangkan variasi variabel dependen/variabel terikat (Ghozali, 2005:45). R2 digunakan
untuk mengukur ketepatan yang paling baik dari analisis regresi berganda. R2 mendekati satu
maka dapat dikatakan semakin kuat kemampuan variabel bebas dalam model regresi tersebut
dalam menerangkan variabel terikatnya. Sebaliknya jika R2 mendekati 0 (nol) maka semakin
lemah variabel bebas menerangkan variasi variabel terikat.
Page 15
IV. Analisis dan Pembahasan
4.1 Hasil Pengujian Statistik Dengan menggunakan penggabungan data time series dan cross section, maka
diperoleh data pengamatan sebanyak 4 tahun x 15 perusahaan = 60 data. Adapun hasil analisis
deskriptif masing-masing variabel pada perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek
Indonesia dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Deskriptif Variabel Penelitian Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
HS 60 50 50750 6387.02 10657.550
ROA 60 .61 65.63 18.0982 13.93869
ROE 60 2.18 97.66 34.6765 21.90911
EPS 60 .00 4732.85 580.7688 1069.11993
DER 60 .21 5.50 1.4057 1.20594
Valid N (listwise) 60
Sumber : Hasil pengolahan data (output SPSS)
4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
Hasil uji normalitas dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov adalah seperti
yang ditampilkan berikut ini:
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas (1) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
HS ROA ROE EPS DER
N 60 60 60 60 60
Normal
Parametersa,b
Mean 6387.0167 18.0982 34.6765 580.7688 1.4057
Std.
Deviation 10657.54969 13.93869 21.90911 1069.11993 1.20594
Most Extreme
Differences
Absolute .333 .146 .094 .319 .161
Positive .333 .146 .094 .319 .143
Negative -.276 -.105 -.069 -.293 -.161
Kolmogorov-Smirnov Z 2.578 1.130 .726 2.468 1.245
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .156 .668 .000 .090
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Hasil pengolahan data (output SPSS)
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov
seperti yang terapat dalam tabel di atas dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi
normal, hal ini dapat dilihat dari nilai Asymp.Sig. (2-tailed) Kolmogorov-Smirnov yang lebih
kecil dari 0.05. Karena data tidak berdistribusi normal maka dilakukan tindakan tindakan
perbaikan (treatment) agar model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dalam penelitian ini
penulis melakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln) kemudian, data diuji
ulang berdasarkan asumsi normalitas.
Page 16
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas (2)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LNHS LNROA LNROE LNEPS LNDER
N 60 60 60 60 60
Normal Parametersa,b
Mean 3.2311 1.0767 1.4162 2.0856 .0001
Std. Deviation .81689 .47252 .37273 .90207 .36963
Most Extreme
Differences
Absolute .139 .142 .156 .110 .112
Positive .087 .089 .086 .068 .112
Negative -.139 -.142 -.156 -.110 -.094
Kolmogorov-Smirnov Z 1.080 1.101 1.205 .848 .870
Asymp. Sig. (2-tailed) .194 .177 .109 .468 .436
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Hasil pengolahan data (output SPSS)
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa data hasil pengujian statistik dengan model
Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data telah terdistribusi normal. Hal ini dapat
dilihat dari nilai Asymp.Sig (2-tailed) Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05. Berikut ini
ditampilkan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik Histogram dan plot.
Gambar 4.1
Garafik Histogram Uji Normalitas Data (2)
Garfik histogram di atas menunjukkan bahwa data telah terdistribusi normal. Hal ini
dapat dilihat dari grafik histogram yang menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal
yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng ke kanan. Hal ini juga didukung
dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot yang di tampilkan pada gambar
berikut ini:
Gambar 4.2
Garafik Plot Uji Normalitas Data (2)
Page 17
Pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dari grafik, yaitu jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, hal ini menunjukkan data berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas diketahui bahwa keempat variabel bebas
tersebut memiliki angka VIF atau Variance Inflation Factor lebih kecil dari 10 demikian juga
dengan angka tolerance yang tidak kurang dari 0,1. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
model yang terbentuk tidak terdapat gejala multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji Scatter Plot menunjukkan pola yang menyebar. Hal ini mendukung bukti
tidak adanya masalah heteroskedastisitas dalam model regresi. Sehingga Sehingga regresi
tersebut layak dipakai untuk prediksi harga saham.
4. Uji Autokorelasi
Untuk menguji adanya autokorelasi dalam regresi linier berganda digunakan uji
Durbin- Watson yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .899a .807 .793 .37125 1.372
Predictors: (Constant), LNDER, LNROE, LNEPS, LNROAa
Dependent Variable: LNHSb
Sumber : Hasil pengolahan data (output SPSS)
Berdasarkan tabel di atas, terlihat pada kolom Durbin-Watson (D-W) bahwa nilainya
adalah sebesar 1,403 (-2 < D-W < +2). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada model
regresi tidak terjadi autokorelasi.
4.3 Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis
Hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan software Statistik Package for Sosial
Scince (SPSS) versi 20:
Tabel 4.5 Hasil Perhitungn Regresi Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1.541 .221 6.975 .000
LNROA -1.107 .294 -.640 -3.761 .000
LNROE .612 .294 .279 2.080 .042
LNEPS .966 .082 1.067 11.833 .000
LNDER -.408 .189 -.185 -2.157 .035
a. Dependent Variable: LNHS
Sumber : Hasil pengolahan data (output SPSS)
Berdasarkan data hasil regresi yang ditunjukkan di atas, dapat diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut:
Y = 1,541 - 1,107 X1 + 0,612 X2 + 0,966 X3 - 0.408 X4 + e
Page 18
Uji F (Uji Simultan)
Tabel 4.6 Hasil Uji F ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 31.791 4 7.948 57.663 .000b
Residual 7.581 55 .138
Total 39.372 59
a. Dependent Variable: LNHS
b. Predictors: (Constant), LNDER, LNROE, LNEPS, LNROA
Sumber : Hasil pengolahan data (output SPSS)
Berdasarkan pada hasil uji yang telah dilakukan sebelumnya, didapat nilai Ftabel
sebesar 2,540 diperoleh dari tabel distribusi dengan n = 60 dan k = 5 didapat df1 = 4 dan df2
= 55. Sedangkan dari perhitungan di atas didapat hasil Fhitung sebesar 57,663 dengan nilai
signifikansi 0,000. Hal ini berarti Fhitung > Ftabel dan signifikan < 0,05. Hasil tersebut
membuktikan bahwa variabel ROA, ROE, EPS dan DER secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
Uji t (Uji Parsial)
Berdsarkan Tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa secara parsial, seluruh variabel
yang digunakan dalam penelitian ini terbukti berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05. Berdasarkan hasil
pengujian secara parsial (uji t) yang telah dilakukan di atas maka dapat ditentukan variabel
bebas yang paling dominan mempengaruhi harga saham. Pengujian ini ditentukan dengan
melihat pada nilai Standardizet Coefficients atau beta pada masing-masing variabel bebas
yang diteliti. Dari Tabel 4.6 di atas tampak bahwa variabel EPS mempunyai nilai beta sebesar
1,067 atau yang tertinggi di antara variabel bebas lainnya. Nilai ini menunjukkan bahwa EPS
mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap harga saham perusahaan sektor
pertambangan di BEI. Dengan demikian H2 diterima.
4.4 Pengujian Koefisien Determinasi (Adjust R2)
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .899a .807 .793 .37125
Predictors: (Constant), LNDER, LNROE, LNEPS, LNROAa
Dependent Variable: LNHSb
Sumber : Hasil pengolahan data (output SPSS)
Dari hasil analisis regresi yang dapat dilihat pada tabel di atas pada kolom Adjust R
Square di atas maka didapat angka R Square (R2) sebesar 0,793 atau 79,3%. Hal ini
menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen (ROA, ROE, EPS,
dan DER) terhadap varabel dependen (harga saham) mampu menjelaskan sebesar 79,3%.
Sedangkan sisanya sebesar 20,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diungkap dalam
penelitian ini.
Page 19
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada hasil pengolahan data secara
statistik yang terkait dengan judul, permasalahan, dan hipotesis penelitian yang telah
diuraikan di atas maka untuk memperoleh gambaran hasil penelitian yang lebih jelas akan
ditelaah lebih lanjut setiap data hasil perhitungan.
Hasil estimasi dengan model regresi linear berganda menunjukkan bahwa Return On
Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Debt to Equity Ratio
(DER) secara bersama-sama (simultan) mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan harga
saham. Dari hasil analisis regresi didapat nilai Fhitung > Ftabel yaitu 57,663 > 2,540 dan berada
pada tingkat signifikansi 0,000. Sehingga didapat kesimpulan bahwa variabel ROA, ROE,
EPS, dan DER secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang sangat nyata
terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel ROA,
ROE, EPS, dan DER mampu digunakan sebagai alat estimasi harga saham.
Dengan melihat koefisien determinasi atau R2 = 0,793 menunjukkan bahwa variabel
ROA, ROE, EPS, dan DER mempunyai kemampuan menjelaskan pola pergerakan harga
saham sebesar 79,3%, sedangkan sisanya sebesar 20,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain
yang tidak diungkap dalam penelitian ini.
Adapun pengaruh variabel bebas secara individu (parsial) terhadap harga saham akan
dikemukakan sebagai berikut:
1. Return On Asset (ROA)
Dari hasil pengujian secara parsial dapat diketahui bahwa variabel ROA
berpengaruh signifikan terhadap harga saham dengan arah negatif. Dimana kenaikan ROA
akan mendorong penurunan harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa ada pertimbangan
yang sedikit berbeda dari investor mengenai ROA karena ada investor yang cenderung
membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan total aset yang dimiliki oleh
perusahaan yang juga menunjukkan rasio laba dengan pengembalian yang dapat diperoleh
untuk setiap nilai aset. Di sisi lain harga saham dalam hal ini masih bersifat agak bias
karena harga saham akan juga ditentukan oleh besarnya jumlah saham yang beredar,
sehingga informasi harga saham menjadi kurang relevan berkaitan dengan informasi laba
perusahaan ROA. Bentuk rasio laba yang tidak melibatkan harga saham menjadi informasi
yang bias bagi harga saham.
ROA yang positif menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu menghasilkan
keuntungan dengan kemampuan aset yang dimiliki perusahaan yang dapat menguntungkan
para pemegang saham. Sedangkan dalam penelitian ini didapat hasil ROA negatif, yang
berarti bahwa perusahaan tersebut tidak dapat menghasilkan keuntungan dengan aset yang
dapat menguntungkan pemegang saham.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh
Veronica dan Ika (2008) yang menunjukkan bahwa secara parsial ROA mempunyai
pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham.
2. Return On Equity (ROE)
Dari hasil pengujian secara parsial dapat diketahui bahwa variabel ROE
berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan juga ROE mempunyai koefisien regresi
yang bertanda positif, hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ROE akan mendorong
kenaikan harga saham. ROE mempunyai fungsi untuk mengukur tingkat keuntungan yang
diperoleh para investor atas penanaman modal yang dilakukan dalam perusahaan emiten.
ROE yang positif menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat menghasilkan
keuntungan dengan kemampuan modal sendiri yang dapat menguntungkan para pemegang
saham.
Page 20
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Astuti (2002) dan Natarsyah (2002) yang menunjukkan bahwa secara parsial ROE
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
3. Earning Per Share (EPS)
Dari hasil pengujian secara parsial dapat diketahui bahwa variabel EPS
berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan juga EPS mempunyai koefisien regresi
yang bertanda positif, hal ini menunjukkan bahwa kenaikan EPS akan mendorong
kenaikan harga saham. Hasil ini telah mendukung teori yang dikemukakan oleh P. Jones
dalam Husnan (2005:328) yang menyatakan bahwa umumnya terdapat korelasi yang kuat
antara pertumbuhan laba (EPS) dengan pertumbuhan harga saham. Hasil ini juga didukung
oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sasongko dan Wulandari (2006)
yang menyatakan bahwa variabel EPS mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham. Hal ini mengindikasikan tidak terjadinya penyimpangan dari teori yang
umumnya berlaku, yaitu perubahan laba mempunyai pengarauh yang positif terhadap
perkembangan harga saham. EPS yang cenderung naik maka kemungkinan keuntungan
yang didapat oleh investor lebih besar dari pada kerugian yang mungkin terjadi. Dengan
demikian besarnya EPS dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan dimana
EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat
kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang saham.
Dari hasil penelitian ini juga ditemukan bahwa EPS mempunyai pengaruh paling
dominan diantara variabel independen lainnya (ROA, ROE dan DER) dalam hubungannya
mempengaruhi harga saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Khusna (2009) yang menemukan bahwa EPS
berpengaruh dominan diantara variabel-variabel fundamental lainnya.
4. Debt to Equity Ratio (DER)
Dari hasil pengujian secara parsial dapat diketahui bahwa variabel DER
berpengaruh signifikan terhadap harga saham dengan arah negatif. Hal ini disebabkan
karena adanya pertimbangan negatif dari investor dalam memandang DER. Oleh sebagian
investor DER dipandang besarnya tanggung jawab perusahaan terhadap pihak ketiga yaitu
kreditor yang memberikan pinjaman kepada perusahaan. Sehingga semakin besar nilai
DER akan memperbesar tanggungan perusahaan. sehingga hal ini dinilai akan
memperkecil kemungkinan penggunaan laba yang diperoleh perusahaan dalam bentuk
dividen. Hal ini menyebabkan permintaan saham akan menurun yang pada akhirnya harga
saham juga akan turun.
Hasil ini menunjukkan sama dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Natarsyah (2000) dan Veronica dan Ika (2008) yang berpendapat bahwa DER berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
Page 21
V. Penutup
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Secara bersama-sama (simultan) variabel Return On Asset (ROA), Return On Equity
(ROE), Earning Per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan sektor pertambangan
yang terdaftar di BEI.
2. Secara individual (parsial) variabel Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE),
Earning Per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan sektor pertambangan yang
terdaftar di BEI.
3. Berdasarkan nilai koefisien beta, variabel yang dominan mempengaruhi harga saham
adalah variabel Earning Per Share (EPS). Hal ini disebabkan karena nilai koefisien beta
variabel EPS tertinggi dari pada variabel lainnya.
5.2 Saran-Saran
Merujuk dari hasil penelitian, maka saranβsaran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Investor
a. Dalam pengambilan keputusan investasi sebaiknya investor mempertimbangakan
Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Debt to
Equity Ratio (DER) karena faktor-faktor tersebut telah terbukti secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham, terutama faktor
Earning Per Share (EPS) secara tepat sangat berpengaruh nyata terhadap perubahan
harga saham pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
b. Karena dalam berinvestasi mempuyai resiko yang sangat tinggi, selain memperhatikan
aspek fundamental perusahaan, investor juga sebaiknya memperhatikan aspek teknikal
dan faktor-faktor lain yang berpengaruh baik internal maupun eksternal serta kondisi
sosial, politik dan ekonomi. Hal ini dilakukan selain untuk meminimalkan resiko juga
untuk memaksimalkan keuntungan yang didapat.
2. Bagi Perusahaan
Karena terbukti bahwa variabel keuangan mempunyai pengaruh terhadap harga saham,
maka disarankan bagi pihak perusahaan untuk membuat kebijkan terkait dengan kinerja
keuangan sebaik mungkin. Karena hal ini akan berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti berikutnya diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan
tahun pengamatan serta menggunakan atau menambahkan variabel lain yang belum
dimasukkan dalam penelitian ini. Disarankan juga kepada peneliti selanjutnya yang akan
melakukan penelitian mengenai harga saham untuk menggunakan alat analisis dengan
variabel lain yang dikaitkan dengan situasi dan kondisi ekonomi yang berkembang.
Page 22
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Iskandar Z. 2003. Pasar Modal, Teori dan Aplikasi. Nasindo Internusa. Jakarta.
Arifin, Ali. 2004. Mambaca Saham, Edisi Kedua. Andi. Yogyakarta.
Astuti, Puji. 2002. βVariabel-variabel yang mempengaruhi harga pasar saham pada
perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesiaβ.
Brigham Eugene. F dan Houston Joel. F. 2004. Manajemen Keuangan (terj.), Edisi
Kedelapan, Buku Dua. Erlangga. Jakarta.
Dominic, H., T.2008. Berinvestasi di Bursa Saham. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan SPSS, Edisi Ketiga. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua,
Cetakan Pertama. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Harahap, Sofyan Syafrie. 2006. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Hasan, Iqbal. 2003. Pokok-Pokok Statistik (Statistik Inferensif), Edisi 2. Bumi Aksara. Jakarta.
Hin, L. Thian. 2008. Panduan Berinvestasi Saham, Edisi Terkini. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Husnan, Suad. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Keempat,
Cetakan Pertama. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Indriana, Novi. 2009. βPengaruh DER, BOPO, ROA dan EPS terhadap harga saham di
bursa Efek Indonesia (BEI) pada Bank Devisaβ.
Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers. Jakarta.
Khusna, Fatma Khotimatul. 2009. βAnalisis pengaruh variabel fundamental terhadap harga
saham perusahaan pertambangan (Studi pada Bursa Efek Indonesiaβ.
Natarsyah, Syahib. 2000. βPengaruh beberapa faktor fundamental dan risiko sistematik
terhadap harga saham semua perusahaan yang termasuk dalam kelompok industri
barang konsumsi yang telah go public di pasar modal indonesiaβ.
Prastowo, Dwi & Yuliaty, Rifky. 2002. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi.
UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat. BPFE.
Yogyakarta.
Page 23
Sartono, R. Agus. 2008. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat. BPFE
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Sasongko, Noer dan Nila Wulandari. 2006. βPengaruh EVA dan rasio-rasio profitailitas
terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEIβ.
Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sudjana. 2002. Statistika Untuk Ekonomi dan Niaga, Jilid 2. Tarsito. Bandung.
Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian, Edisi Revisi Terbaru, Cetakan Ketigabelas.
Alfabeta. Bandung.
Supranto, J. 2002. Statistik Teori dan Aplikasi, Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Veronica, Ika Abigael K dan Ika Ardani S. 2008. βPengaruh Return On asset, Price Earning
Ratio, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio dan Price to Book Value terhadap
Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur di BEIβ.
http://www.idx.co.id
Page 24
LAMPIRAN
Regression
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
LNHS 3.2311 .81689 60 LNROA 1.0767 .47252 60 LNROE 1.4162 .37273 60 LNDER .0001 .36963 60 LNEPS 2.0856 .90207 60
Variables Entered/Removed
a
Model Variables Entered Variables Removed
Method
1 LNDER, LNROE, LNEPS, LNROA
b
. Enter
a. Dependent Variable: LNHS b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .899a .807 .793 .37125 1.372
a. Predictors: (Constant), LNDER, LNROE, LNEPS, LNROA
b. Dependent Variable: LNHS
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 31.791 4 7.948 57.663 .000b
Residual 7.581 55 .138
Total 39.372 59
a. Dependent Variable: LNHS
b. Predictors: (Constant), LNDER, LNROE, LNEPS, LNROA
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 1.541 .221 6.975 .000
LNROA -1.107 .294 -.640 -3.761 .000 .121 8.277
LNROE .612 .294 .279 2.080 .042 .194 5.148
LNEPS .966 .082 1.067 11.833 .000 .431 2.322
LNDER -.408 .189 -.185 -2.157 .035 .478 2.092
a. Dependent Variable: LNHS