Top Banner
ff RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR … TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DRAFT REGULATION OF THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA NUMBER … OF 2009 CONCERNING IMPLEMENTATION OF MINERAL AND COAL MINING BUSINESS ACTIVITIES Table of Contents Pasal / Article BAB I KETENTUAN UMUM 1 CH. I GENERAL PROVISIONS BAB I PENETAPAN KOMODITAS TAMBANG 2-3 CH. II DETERMINATION OF MINING COMMODITIES BAB III TATACARA MENDAPATKAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN 4-19 CH. III PROCEDURES FOR ACCESS TO MINING PERMIT AREAS Bagian Kesatu: Tatacara mendapatkan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dan Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) 4-5 Part One: Procedures for Access to Mining Permit Areas and Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas Tatacara Mendapatkan WIUP 4 Procedures for Access to Mining Permit Areas Tatacara mendapatkan WIUPK 5 Procedures for Access to Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas Bagian Kedua: Tatacara Lelang WIUP dan WIUPK 6 Part Two: Auction Procedures for Mining Permit Areas and Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas Bagian Ketiga: Tatacara Pencadangan WIUP Untuk Mineral Bukan Logam dan Mineral Batuan 7 Part Three: Procedures for Applications to Reserve Nonmetal Mineral and Rock Mineral Mining Permit Areas Bagian Keempat: Prosedur Penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) 8 Part Four: Procedures for Issue of Mining Permits and Special Mining Permits Bagian Kelima: Tatacara Permohonan IUP dan IUPK Eksplorasi 9-11 Part Five: Procedures for Applications for Exploration Mining Permits and Special Mining Permits Bagian Keenam: ? Part Six: ? Bagian Ketujuh: Tatacara Permohonan IUP dan IUPK Operasi Produksi 12-13 Part Seven: Procedures for Applications for Production Operation Mining Permits and Special Mining Permits Bagian Kedelapan: Penciutan WIUP dan WIUPK 14-15 Part Eight:Reduction in Mining Permit Areas and Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas Bagian Kesembilan: Perpanjangan IUP dan IUPK Operasi Produksi 16 Part Nine: Extension of Production Operation Mining Permits and Special Mining Permit Translated by: Wishnu Basuki (ABNR) [email protected] UNDATED DOCUMENT DRAFT TRANSLATION
60

Rancangan PP UU MINERBA

Nov 15, 2014

Download

Documents

mumuhaddad
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Rancangan PP UU MINERBA

ff

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

INDONESIA NOMOR … TAHUN 2009

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA

PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

DRAFT REGULATION OF THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA

NUMBER … OF 2009 CONCERNING

IMPLEMENTATION OF MINERAL AND COAL MINING BUSINESS ACTIVITIES

Table of Contents

Pasal / Article

BAB I KETENTUAN UMUM 1 CH. I GENERAL PROVISIONS

BAB I PENETAPAN KOMODITAS TAMBANG 2-3 CH. II DETERMINATION OF MINING

COMMODITIES

BAB III TATACARA MENDAPATKAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN

4-19 CH. III PROCEDURES FOR ACCESS TO

MINING PERMIT AREAS

Bagian Kesatu: Tatacara mendapatkan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dan Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK)

4-5 Part One: Procedures for Access to Mining Permit

Areas and Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas

Tatacara Mendapatkan WIUP 4 Procedures for Access to Mining Permit Areas

Tatacara mendapatkan WIUPK 5 Procedures for Access to Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas

Bagian Kedua: Tatacara Lelang WIUP dan WIUPK 6 Part Two: Auction Procedures for Mining Permit Areas

and Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas

Bagian Ketiga: Tatacara Pencadangan WIUP Untuk Mineral Bukan Logam dan Mineral Batuan

7 Part Three: Procedures for Applications to Reserve

Nonmetal Mineral and Rock Mineral Mining Permit Areas

Bagian Keempat: Prosedur Penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)

8 Part Four: Procedures for Issue of Mining Permits and

Special Mining Permits

Bagian Kelima: Tatacara Permohonan IUP dan IUPK Eksplorasi

9-11 Part Five: Procedures for Applications for Exploration

Mining Permits and Special Mining Permits

Bagian Keenam: ? Part Six: ?

Bagian Ketujuh: Tatacara Permohonan IUP dan IUPK Operasi Produksi

12-13 Part Seven: Procedures for Applications for Production

Operation Mining Permits and Special Mining Permits

Bagian Kedelapan: Penciutan WIUP dan WIUPK 14-15 Part Eight: Reduction in Mining Permit Areas and

Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas

Bagian Kesembilan: Perpanjangan IUP dan IUPK Operasi Produksi

16 Part Nine: Extension of Production Operation Mining

Permits and Special Mining Permit

Translated by: Wishnu Basuki (ABNR) [email protected]

UNDATED DOCUMENT

DRAFT TRANSLATION

Page 2: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 2

Bagian Kesembilan: Persyaratan Izin Pertambangan Rakyat (IPR)

17-18 Part Nine: Requirements for Applications for Small-

Scale Mining Permits

Bagian Kesepuluh: Penggunaan Tanah untuk Kegiatan Operasi Produksi

19 Part Ten: Use of Land for Production Operation

Activities

BAB IV BENTUK, JENIS, WAKTU DAN TATACARA PENYAMPAIAN LAPORAN

20-23 CH. IV FORMS, TYPES, PERIOD AND

PROCEDURES FOR SUBMISSION OF REPORTS

Bagian Kesatu: Bentuk dan Jenis Laporan 20-23 Part One: Forms and Types of Reports

BAB V PENGHENTIAN SEMENTARA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN

24-34 CH. V SUSPENSION OF MINING BUSINESS

ACTIVITIES

Bagian Kesatu: Kriteria Penghentian Sementara 24 Part One: The Criteria of Suspension

Bagian Kedua: Tata Cara Permohonan 25-30 Part Two: Procedures for Applications

Bagian Ketiga: Kewajiban Selama Penghentian Sementara 31 Part Three: Obligations During Suspension Periods

Bagian Keempat: Pengakhiran Penghentian Sementara 32-34 Part Four: Termination of Suspension Permits

BAB VI PENGUTAMAAN KEPENTINGAN DALAM NEGERI, PENGENDALIAN PRODUKSI, DAN PENGENDALIAN PENJUALAN MINERAL DAN BATUBARA

35-44 CH. VI DOMESTIC PREFERENCE, CONTROL

OF PRODUCTION, AND CONTROL OF MINERAL AND COAL SALES

Bagian Kesatu: Pengutamaan Kepentingan Dalam Negeri 35-36 Part One: Domestic Preference

Bagian Kedua: Kewajiban Pemasokan Mineral dan Batubara Dalam Negeri

37-39 Part Two: Domestic Mineral and Coal Supply

Obligations

Bagian Ketiga: Harga Mineral dan Batubara untuk Kebutuhan Dalam Negeri

40-41 Part Three: Domestic Mineral and Coal Prices

Bagian Keempat: Pengendalian Produksi 42 Part Four: Control of Production

Bagian Kelima: Pengendalian Penjualan 43 Part Five: Control of Sales

Bagian Keenam: Pengawasan 44 Part Six: Supervision

BAB VII PENINGKATAN NILAI TAMBAH, PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN MINERAL DAN BATUBARA

45-49 CH. VII INCREASES IN ADDED VALUE,

MINERAL AND COAL PROCESSING AND REFINING/SMELTING

Bagian Kesatu: Kewajiban Peningkatan Nilai Tambah, Pengolahan dan Pemurnian

45-46 Part One: Obligations to Increase Added Value,

Processing and Refining/Smelting

Bagian Kedua: Peningkatan Nilai Tambah Mineral dan Batubara

47-48 Part Two: Increases in Added Value to Minerals and

Coal

Bagian Ketiga: Pengawasan 49 Part Three: Supervision

BAB VIII HARGA PATOKAN MINERAL DAN BATUBARA

50-63 CH. VIII BENCHMARK MINERAL AND COAL

PRICES

Bagian Kesatu: Harga Patokan Mineral 51-54 Part One: Benchmark Mineral Prices

Bagian Kedua: Harga Patokan Batubara 55-56 Part Two: Benchmark Coal Prices

Bagian Ketiga: Penentuan Harga Patokan Batubara 57-59 Part Three: Determination of Benchmark Coal Prices

Bagian Keempat: Penerapan Harga Patokan Batubara 60-63 Part Four: Application of Benchmark Coal Prices

Page 3: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 3

BAB IX DIVESTASI SAHAM PEMEGANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) DAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS (IUPK) YANG SAHAMNYA DIMILIKI OLEH ASING

64-65 CH. IX SHARE DIVESTMENT BY MINING PERMIT HOLDERS AND SPECIAL MINING PERMIT HOLDERS WHOSE SHARES ARE OWNED BY FOREIGNERS

BAB X PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR WILAYAH OPERASI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

66-77

CH. X DEVELOPMENT AND EMPOWERMENT OF COMMUNITY IN THE VICINITY OF MINERAL AND COAL MINING OPERATION AREAS

Bagian Kesatu: Ruang Lingkup Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Wilayah Pertambangan

66-67 Part One: Scope of Development and Empowerment of

Community in the Vicinity of Mining Areas

Bagian Kedua: Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat

68-73 Part Two: Community Development and

Empowerment Institutions

Bagian Ketiga: Mekanisme Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Wilayah Tambang

74-77 Part Three: Mechanisms for Implementation of

Development and Empowerment of Community in the Vicinity of Mining Areas

BAB XI SANKSI 78-79 CH. XI SANCTIONS

BAB XII KETENTUAN PERALIHAN 80 CH. XII TRANSITIONAL PROVISIONS

BAB XIII PENUTUP 81 CH. XIII CONCLUDING PROVISIONS

Page 4: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 4

RANCANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR … TAHUN 2009

TENTANG

PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DRAFT REGULATION OF THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA

NUMBER … OF 2009

CONCERNING

IMPLEMENTATION OF MINERAL AND COAL MINING BUSINESS ACTIVITIES

THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA,

Menimbang:

bahwa untuk melaksanakan Pasal 5 ayat (5), Pasal 34 ayat (3), Pasal 49, Pasal 63, Pasal 65 ayat (2), Pasal 76 ayat (3), Pasal 84, Pasal 103 ayat (3), Pasal 109, Pasal 111 ayat (2), Pasal 112 ayat (2), Pasal 116 dan Pasal 156 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara.

Considering:

that to implement Article 5 section (5), Article 34 section (3), Article 49, Article 63, Article 65 section (2), Article 76 section (3), Article 84, Article 103 section (3), Article 109, Article 111 section (2), Article 112 section (2), Article 116 and Article 156 of Law Number 4 of 2009 concerning Mineral and Coal Mining, it is necessary to enact Regulation of the Government concerning Implementation of Mineral and Coal Mining Business Activities.

Mengingat:

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Bearing in Mind:

1. Article 5 section (1), Article 20 and Article 33 section (2) and section (3) of the 1945 Constitution of the State of the Republic of Indonesia;

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

2. Law Number 4 of 2009 concerning Mineral and Coal Mining (State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4 of 2009, Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia Number 4959);

MEMUTUSKAN: HAS DECIDED:

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

To enact: REGULATION OF THE GOVERNMENT CONCERNING IMPLEMENTATION OF MINERAL AND COAL MINING BUSINESS ACTIVITIES.

Page 5: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 5

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

CHAPTER I

GENERAL PROVISIONS

Article 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :

In this Regulation of the Government:

1. “Pertambangan” adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

1. “Mining” means a part or all of stages of research, management and business of minerals and coal, which include general surveys, explorations, feasibility studies, construction, mines, processing and refining/smelting, transportation and sale as well as postmining activities.

2. “Mineral” adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.

2. “Mineral” means any naturally occurring inorganic compound that has a definite chemical composition and specific physical properties as well as an ordered crystal structure, or a combination thereof that forms rock [ore], either separated or embedded.

3. “Batubara” adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan, termasuk di dalamnya jenis steam (thermal) coal dan coking (metallurgical) coal.

3. “Coal” means any sedimentary organic carbon compound that is formed naturally from the remains of plants, including steam (thermal) coal and coking (metallurgical) coal.

4. “Pertambangan Mineral” adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.

4. “Mineral Mining” means any mining of mineral assemblages in the form of ores or rocks other than geothermal, petroleum and natural gas as well as ground water.

5. “Pertambangan Batubara” adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal.

5. “Coal Mining” means any mining of carbon sediments found in the earth, including solid bitumen, peat, and asphalt rocks.

6. “Usaha Pertambangan” adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.

6. “Mining Business” means any mineral and coal business activity that includes the stages of general surveys, explorations, feasibility studies, construction, mines, processing and refining/smelting, transportation and sale as well as postmining.

7. “Izin Usaha Pertambangan,” yang selanjutnya disebut IUP, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan.

7. “Mining Permit,” hereinafter called an “IUP,” means a permit under which mining business is conducted.

Page 6: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 6

8. “WIUP” adalah Wilayah atau bagian dari WUP yang merupakan area usaha pertambangan yang akan diterbitkan ijin usaha pertambangan (IUP) atau yang sudah mendapatkan ijin sebelum undang-undang minerba diberlakukan.

8. “Mining Permit Area,” hereinafter called a “WIUP,” means an Area or a part of a Mining Area that constitutes a mining business area to be issued a Mining Permit, or is already authorized prior to the effectiveness of Law Number 4 of 2009 concerning Mineral and Coal Mining.

9. “IUP Eksplorasi” adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan.

9. “Exploration Mining Permit” means a business permit that is granted to undertake stages of general surveys, explorations and feasibility studies.

10. “IUP Operasi Produksi” adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.

10. “Production Operation Mining Permit” means a business permit that is granted upon completion of an Exploration Mining Permit stage to undertake a production operation stage.

11. “WIUP Eksplorasi” adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang IUP Eksplorasi.

11. “Exploration Mining Permit Area” means an area that is authorized to an Exploration Mining Permit holder.

12. “WIUP Operasi Produksi” adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang IUP Operasi Produksi.

12. “Production Operation Mining Permit Area” means an area that is authorized to a Production Operation Mining Permit holder.

13. “Izin Usaha Pertambangan Khusus,” yang selanjutnya disebut dengan IUPK, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan di wilayah izin usaha pertambangan khusus.

13. “Special Mining Permit,” hereinafter called an “IUPK,” means a permit under which mining business in a special mining permit area is conducted.

14. “Wilayah Usaha Pertambangan Khusus” (WUPK) adalah sebagian Wilayah Pencadangan Nasional (WPN) yang sudah dirubah statusnya atas persetujuan DPR RI dan sudah ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk diusahakan sebagai wilayah pertambangan dengan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

14. “Special Mining Area,” hereinafter called a “WUPK,” means a part of a State Reserve Area, the status of which has been changed upon consent of the House of Representatives of the Republic of Indonesia, and determined by the Government upon coordination with the Regional Governments to be commercialized as a mining zone with a Special Mining Permit.

15. “IUPK Eksplorasi” adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan di wilayah izin usaha pertambangan khusus.

15. “Exploration Special Mining Permit” means a business permit that is granted to undertake stages of general surveys, explorations, and feasibility studies in a special mining permit area.

16. IUPK Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUPK Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi di wilayah izin usaha pertambangan khusus.

16. “Production Operation Special Mining Permit” means a business permit that is granted upon completion of an Exploration Mining Permit stage to undertake a production operation stage in a special mining permit area.

Page 7: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 7

17. “WIUPK Eksplorasi” adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang IUPK Eksplorasi.

17. “Exploration Special Mining Permit Area in Special Mining Area” means an area that is authorized to an Exploration Special Mining Permit holder.

18. “WIUPK Operasi Produksi” adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang IUPK Operasi Produksi.

18. “Production Operation Special Mining Permit Area in Special Mining Area” means an area that is authorized to a Production Operation Special Mining Permit holder.

19. “Izin Pertambangan Rakyat,” yang selanjutnya “IPR,” adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas.

19. “Small-Scale Mining Permit,” hereinafter called an “IPR,” means a permit under which mining business within a small-scale mining area that is limited in size and investments is conducted.

20. “Operasi Produksi” adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dan penjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan.

20. “Production Operation” means a stage in mining business that includes construction, mines, processing, refining/smelting, including transportation and sale as well as facilities to control environmental impacts upon the findings of feasibility studies.

21. “Afiliasi dari suatu badan” adalah setiap badan lain yang langsung ataupun tidak langsung, melalui satu atau lebih suatu perantara, mengendalikan atau dikendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian bersama. “Pengendalian” berarti pemilikan, secara langsung atau tidak langsung, kemampuan untuk mengarahkan manajemen dan kebijakan dan kebijaksanaan suatu badan.

21. “Affiliate” of any entity means any other entity that directly or indirectly, through one or more intermediaries, controls or is controlled by or is under common control. “Control” means having power to directly or indirectly direct the management and policy and decision of an entity.

22. “Peningkatan Nilai Tambah” adalah kegiatan pengolahan mineral dan batubara untuk mempertinggi harga mineral dan batubara yang bersangkutan sehingga dapat memberikan pendapatan yang lebih tinggi bagi negara dan meningkatkan kegiatan perekonomian.

22. “Increase in Added Value” means an activity of mineral and coal processing that is carried out to make mineral and coal prices appreciate in order to supplement the state income and contribute to the economic activities.

23. “Steam (thermal) coal” adalah batubara yang digunakan sebagai bahan bakar pada pembangkit listrik dan mesin uap pada industri, umumnya mempunyai nilai kalor lebih rendah dan mempunyai abu terbang lebih tinggi dibanding coking (metallurgical) coal.

23. “Steam (thermal) coal” means coal that is used as a fuel in power plants and steam engines in industries, typically with lower calories and more fly ash compared to coking (metallurgical) coal.

24. “Coking (metallurgical) coal” adalah batubara yang digunakan pada industri metalurgi sebagai pereduksi pada proses pembuatan besi dan baja.

24. “Coking (metallurgical) coal” means coal that is used in metallurgical industry as a reducing agent in the manufacture of iron and steel.

Page 8: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 8

25. “Harga Patokan Mineral” adalah harga mineral yang ditetapkan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya sebagai patokan penentuan Harga Mineral yang diproduksikan oleh Pemegang IUP dan IUPK Mineral.

25. “Benchmark Mineral Price” means a mineral price determined by the Minister, the Governors, or the Regents/Mayors within their authority as a floor Price of Mineral produced by Mineral Mining Permit holders and Special Mining Permit holders.

26. Harga Patokan Batubara adalah harga batubara yang ditetapkan Menteri c.q. Direktur Jenderal sebagai patokan penentuan Harga Batubara yang diproduksikan oleh Pemegang IUP dan IUPK Batubara.

26. “Benchmark Coal Price” means a coal price determined by the Minister, in this case the Director General, as a floor Price of Coal produced by Coal Mining Permit holders and Special Mining Permit holders.

27. Harga Mineral adalah harga mineral yang disepakati antara penjual dan pembeli mineral pada suatu saat tertentu.

27. “Mineral Price” means a mineral price upon which a seller and a buyer of minerals agree at some point in time.

28. Harga Batubara adalah harga batubara yang disepakati antara penjual dan pembeli batubara pada suatu saat tertentu.

28. “Coal Price” means a coal price upon which a seller and a buyer of coal agree at some point in time.

29. “Biaya Penyesuai Mineral” adalah biaya penambah atau pengurang terhadap Harga Patokan Mineral karena titik penjualan mineral tidak pada titik acuan yang ditetapkan.

29. “Mineral Adjustment Cost” means a cost that adds to or deducts Benchmark Mineral Prices when a point of sale of minerals is less than a point of reference determined.

30. “Biaya Penyesuai Batubara” adalah biaya penambah atau pengurang terhadap Harga Patokan Batubara karena titik penjualan batubara tidak pada titik Free on Board di atas kapal pengangkut (vessel) batubara.

30. “Coal Adjustment Cost” means a cost that adds to or deducts Benchmark Coal Prices when a point of sale of coal is less than a Free on Board point, on board a vessel carrying coal.

31. “Penjualan Spot” adalah penjualan batubara untuk jangka waktu kurang dari 12 bulan.

31. “Spot Selling” means sale of coal for a period of less than 12 months.

32. “Penjualan Jangka Tertentu” (term) adalah penjualan batubara untuk jangka waktu 12 bulan atau lebih.

32. “Term Selling” means sale of coal for a period of 12 months or more.

33. “Batubara Jenis Tertentu” adalah batubara dengan jenis dan pemakaian tertentu, antara lain: fine coal; reject coal; own used coal; batubara dengan impurities tertentu; batubara dengan kalori sangat rendah; dan batubara untuk pengembangan daerah tertinggal.

33. “Certain-Type Coal” means coal with certain types and usage that include, inter alia, fine coal, reject coal, own used coal, coal with certain impurities, very low calories coal, and coal dedicated to less-developed regions.

34. “Badan Usaha” adalah setiap badan hukum yang bergerak di bidang pertambangan yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

34. “Business Entity” means any legal entity that engages in the field of mining, established under the laws of Indonesia and domiciled in the territory of the State of the Republic of Indonesia.

Page 9: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 9

35. “Modal asing” adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.

35. “Foreign Capital” means capital owned by a foreign country, an individual of foreign national, a foreign business entity, a foreign legal entity, and/or all capital that is owned by a foreign party.

36. “Modal dalam negeri” adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.

36. “Domestic Capital” means capital owned by the state of the Republic of Indonesia, an individual of Indonesian national, or a business entity of legal entity or nonlegal entity.

37. “Divestasi saham” adalah jumlah saham asing yang harus ditawarkan untuk dijual kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), atau Badan Usaha Swasta Nasional.

37. “Share Divestment” means a number of foreign shares that must be offered to sell to the Government, the Regional Governments, State-Owned Entities, Region-Owned Entities, or National Private Entities.

38. “Perseroan” adalah Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas termasuk perusahaan-perusahaan penanaman modal yang didirikan dalam ruang lingkup Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

38. “Company” means a limited liability company as intended by Law Number 40 of 2007 concerning Limited Liability Companies, including investment companies that are established within the scope of Law Number 25 of 2007 concerning Investments.

39. “Masyarakat” adalah masyarakat yang berada di wilayah Kabupaten yang sama dengan WIUP dan/atau yang berada di sekitar WIUP.

39. “Community” means community living in an area of a District where a Mining Permit Area is located and/or living around a Mining Permit Areas.

40. “Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat” adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan masyarakat, baik secara individual maupun kolektif, agar menjadi lebih baik tingkat kehidupannya.

40. “Community Development and Empowerment” means an effort to improve the capability of community, either individually or collectively, to raise their standard of living.

41. “Menteri” adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertambangan mineral dan batubara.

41. “Minister” means a minister that administers governmental affairs in the field of mineral and coal mining.

BAB II

PENETAPAN KOMODITAS TAMBANG

Pasal 2

CHAPTER II

DETERMINATION OF MINING COMMODITIES

Article 2

(1) Usaha pertambangan dikelompokan atas: (1) Mining business shall be classified into:

a. pertambangan mineral; dan a. mineral mining; and

b. pertambangan batubara. b. coal mining.

Page 10: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 10

(2) Pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, digolongkan atas:

(2) Mineral mining as intended by section (1) point (a), shall be grouped as:

a. Komoditas pertambangan mineral terdiri atas empat golongan yaitu

a. Mineral mining commodities, including four groups, namely:

i. Komoditas pertambangan mineral radioaktif terdiri dari: Radium, Thorium, Uranium dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya.

i. Radioactive mineral mining commodities, comprising: Radium, Thorium, Uranium and other radioactive excavated materials.

ii. Komoditas pertambangan mineral logam terdiri dari: Litium, Berilium, Halit, Magnesium/Monasit, Kalium, Kalsium, Emas, Tembaga, Perak, Timbal, Seng, Timah, Nikel, Mangan, Platina, Bismuth, Molibdenum, Bauksit, Air Raksa, Wolfram, Titanium, Barit, Vanadium, Kromit, Antimoni, Kobalt, Tantalum, Cadmium, Galium, Indium, Yitrium, Magnetit, Zirkon, Besi.

ii. Metal mineral mining commodities, comprising: Lithium, Beryllium, Halite, Magnesium/Monazite, Kalium, Calcium, Gold, Copper, Silver, Lead, Zinc, Tin, Nickel, Manganese, Platinum, Bismuth, Molybdenum, Bauxite, Mercury, Wolfram, Titanium, Barite, Vanadium, Chromite, Antimony, Cobalt, Tantalum, Cadmium, Gallium, Indium, Yttrium, Magnetite, Zircon, Iron.

iii. Komoditas pertambangan mineral bukan logam terdiri dari: Intan, Korundum, Grafit, Arsen, Kuarsa, Fluorspar, Kriolit, Yodium, Brom, Klor, Belerang, Fosfat, Halit, Asbes, Talk, Mika, Magnesit, Yarosit, Oker, Fluorit, Ball Clay, Fire Clay, Zeolit, Kaolin, Feldspar, Bentonit, Gipsum, Marmer, Dolomit, Kalsit, Oniks, Rijang, Pirofilit, Kuarsit, Wolastonit.

iii. Nonmetal mineral mining commodities, comprising: Diamond, Corundum, Graphite, Arsenic, Quartz, Fluorspar, Criolite, Iodine, Bromine, Chlorine, Sulfur, Phosphate, Halite, Asbestos, Talc, Mica, Magnesite, Yarosite, Ocher, Fluorite, Ball Clay, Fire Clay, Zeolite, Kaolin, Feldspar, Bentonite, Gypsum, Marble, Dolomite, Calcite, Onyx, Chert, Pyrophillite, Quartzite, Wollastonite.

iv. Komoditas pertambangan batuan terdiri: Pumice, Tras, Toseki, Obsidian, Perlit, Tanah diatomae, Tanah serap (fullers earth), Slate, Granit dan granodiorit, Andesit, Gabro dan peridotit, Basalt,Trakhit, Leusit, Tanah liat, Opal, Kalsedon, Batukapur, Pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral logam, bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.

iv. Rock mineral mining commodities, comprising: Pumice, Trass, Toseki, Obsidian, Perlite, Diatomaceous Earth, Fullers Earth, Slate, Granite and Granodiorite, Andesite, Gabro and Peridotite, Basalt, Trachyte, Leucite, Clay, Opal, Chalcedony, Limestone, Sand to the extent not containing elements of metal minerals, not metal in considerable amounts when sighted from the perspective of mining economy.

b. Komoditas Pertambangan batubara adalah: Gambut, bitumen padat, aspal, antrasit, batubara, batubara muda.

b. Coal mining commodities, including peat, solid bitumen, asphalt, anthracite, coal, brown coal.

Page 11: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 11

Pasal 3 Article 3

(1) Pemindahan komoditas pertambangan dari suatu golongan ke golongan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

(1) Movement of mining commodities from one group to another as intended by Article 2 shall be provided for by Regulation of the Government.

(2) Komoditas pertambangan yang belum diatur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

(2) Mining commodities not yet governed as intended by Article 2 shall be provided for by Regulation of the Government.

BAB III

TATACARA MENDAPATKAN WILAYAH [DAN] IZIN USAHA PERTAMBANGAN

Bagian Kesatu

CHAPTER III

PROCEDURES FOR ACCESS TO MINING PERMIT AREAS

Part One

Tatacara mendapatkan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dan Wilayah Izin Usaha

Pertambangan Khusus (WIUPK)

Procedures for Access to Mining Permit Areas and Special Mining Permit Areas in Special Mining

Areas

Pasal 4 Article 4

Tatacara Mendapatkan WIUP Procedures for Access to Mining Permit Areas:

(1) Setiap usaha pertambangan bahan galian mineral logam dan batubara dapat dilaksanakan setelah mendapat WIUP dengan cara lelang dan kepada pemenang lelang langsung diberikan IUP.

(1) Any metal mineral and coal excavated material mining business may be conducted upon access to Mining Permit Areas through bids, the winning bidder of which shall immediately be granted a Mining Permit.

(2) Setiap usaha pertambangan mineral bukan logam dan mineral batuan dapat dilaksanakan setelah mendapat WIUP dengan cara pencadangan wilayah.

(2) Any nonmetal mineral and rock mineral mining business may be conducted upon access to Mining Permit Areas by procedures for applications to reserve areas.

(3) WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diberikan oleh Menteri, Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya kepada Badan Usaha, Koperasi atau Perorangan.

(3) Mining Permit Areas as intended by section (1) shall be authorized by the Minister, the Governors/the Regents/Mayors within their authority to Business Entities, Cooperatives or Sole Proprietorships.

Pasal 5 Article 5

Tatacara mendapatkan WIUPK Procedures for Access to Special Mining Permit

Areas in Special Mining Areas

(1) Setiap usaha pertambangan bahan galian mineral logam dan batubara dapat dilaksanakan setelah mendapat WIUPK dengan cara prioritas atau lelang

(1) Any metal mineral and coal excavated material mining business may be conducted upon access to Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas on priority terms or through bids.

Page 12: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 12

(2) WIUPK dapat diberikan kepada BUMN dan BUMD dengan cara prioritas, atau badan usaha swasta dengan cara lelang.

(2) Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas may be authorized to State-Owned Entities and Region-Owned Entities on priority terms, or to private business entities through bids.

(3) WIUPK yang sudah ditetapkan oleh Menteri ditawarkan terlebih dahulu kepada BUMN atau BUMD.

(3) Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas the Minister has determined shall first be offered to State-Owned Entities or Region-Owned Entities.

(4) Dalam hal peminat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) lebih dari satu, maka WIUPK diberikan kepada BUMN atau BUMD Pertambangan yang terlebih dahulu memenuhi persyaratan.

(4) Where the interested entity as intended by section (3) is more than one, then the Special Mining Permit Area in a Special Mining Area shall be authorized to a mining State-Owned Entity or a mining Region-Owned Entity eligible in the first place.

(5) Bagi BUMN/BUMD yang mendapatkan prioritas atau pemenang lelang langsung diberikan IUPK

(5) A State-Owned Entity/Region-Owned Entity with priority or a winning bidder shall immediately be granted a Special Mining Permit.

(6) WIUPK sebagaimana ayat (1) di atas diberikan oleh Menteri.

(6) Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas as intended by section (1) above shall be authorized by the Minister.

Bagian Kedua Part Two

Tatacara Lelang WIUP dan WIUPK Auction Procedures for Mining Permit Areas and Special Mining Permit Areas in Special Mining

Areas

Pasal 6 Article 6

(1) Dalam rangka pelelangan Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya mengumumkan WIUP secara terbuka kepada Badan Usaha, Koperasi atau Perorangan.

(1) In the auction process, the Minister, the Governors, the Regents/Mayors shall within their authority announce Mining Permit Areas transparently to Business Entities, Cooperatives or Sole Proprietorships.

(2) Dalam rangka pelelangan, Menteri mengumumkan WIUPK secara terbuka kepada Badan Usaha (Swasta).

(2) In the auction process, the Minister shall announce Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas transparently to (Private) Business Entities.

(3) Dalam pelaksanaan penawaran WIUP, Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya membentuk panitia lelang sebagai pelaksana.

(3) In the invitation for bids for Mining Permit Areas, the Minister, the Governors, the Regents/Mayors shall within their authority form an auction committee to implement the invitation.

Page 13: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 13

(4) Dalam pelaksanaan penawaran WIUPK, Menteri membentuk panitia lelang sebagai pelaksana.

(4) In the invitation for bids for Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas, the Minister shall form an auction committee to implement the invitation.

(5) Panitia Lelang WIUP dan WIUPK (5) Auction Committees for Mining Permit Areas and Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas shall be formed as follows:

a. Panitia Pelelangan WIUP lintas provinsi dan WIUPK dibentuk oleh Menteri, beranggotakan paling sedikit 7 orang yang berkompeten terdiri atas wakil dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 2 orang, Instansi Pemerintah terkait masing-masing 1 orang, wakil dari pemerintah provinsi masing-masing 1 orang dan dari pemerintah kabupaten/kota setempat masing-masing 1 orang;

a. A cross-provincial Auction Committee for Mining Permit Areas and Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas shall be formed by the Minister, with membership of no fewer than 7 competent persons, namely 2 (two) representatives from the Department of Energy and Mineral Resources, 1 (one) representative from each relevant Government Agency, 1 (one) representative from each provincial governments, and 1 (one) representative from each local district/city governments;

b. Panitia Pelelangan WIUP lintas kabupaten/kota dibentuk oleh Gubernur yang bersangkutan, beranggotakan paling sedikit 5 orang yang berkompeten terdiri dari wakil dari Pemerintah Provinsi 1 orang, instansi Pemerintah Provinsi terkait masing-masing 1 orang, wakil dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 1 orang dan wakil pemerintah kabupaten/kota masing-masing 1 orang;

b. A cross-district/city Auction Committee for Mining Permit Areas shall be formed by the Governor concerned, with membership of no fewer than 5 competent persons, namely 1 (one) representative from the Provincial Government, 1 (one) representative from each relevant Provincial Government agency, 1 (one) representative from the Department of Energy and Mineral Resources, and 1 (one) representative from each district/city government;

c. Panitia Pelelangan WIUP yang berada pada wilayah kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota dibentuk oleh Bupati/Walikota yang bersangkutan, beranggotakan paling sedikit 5 orang yang berkompeten terdiri dari wakil-wakil dari Pemerintah Kabupaten/Kota, Instansi Pemerintah Kabupaten/Kota terkait masing-masing 1 orang, wakil dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 1 orang, dan wakil dari Pemerintah Provinsi 1 orang.

c. An Auction Committee for Mining Permit Areas within jurisdiction of the District/City Governments shall be formed by the Regents/Mayors, with membership of no fewer than 5 competent persons, namely representatives from the District/City Government, 1 (one) representative from each relevant District/City Government agency, 1 (one) representative from the Department of Energy and Mineral Resources, and 1 (one) representative from the Provincial Government.

(6) Tugas dan Wewenang panitia lelang WIUP dan WIUPK

(6) The Auction Committee for Mining Permit Areas and Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas shall have duties and authority to:

Page 14: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 14

a. Menyiapkan lelang dan menentukan besaran nilai Kompensasi Informasi Data (KID);

a. Prepare auctions and determine the rate of the Compensation for Access to Data/Information.

b. Menyusun jadwal; b. Set out a schedule;

c. Menyiapkan dokumen lelang; c. Prepare bidding documents;

d. Mengumumkan waktu pelaksanaan lelang; d. Announce bidding time;

e. Melaksanakan pengumuman ulang sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali; apabila peserta lelang hanya 1 (satu);

e. Republish the announcement not exceeding 2 (two) times in case there is only 1 (one) bidder;

f. Menilai kualifikasi peserta lelang; f. Assess the qualifications of bidders;

g. Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;

g. Make evaluation of incoming bids;

h. Melaksanakan lelang. h. Conduct auctions;

i. Menetapkan dan mengesahkan hasil Pelelangan dalam bentuk berita acara pelelangan.

i. Determine and validate bid results by minutes of auction;

(7) Prosedur penentuan pemenang lelang: (7) Procedures for bid award;

a. Pengumuman prakualifikasi; a. Notice of prequalification;

b. Pengambilan dokumen prakualifikasi; b. Collection of prequalification documents;

c. Pemasukan dokumen prakualifikasi; c. Submission of prequalification documents;

d. Evaluasi prakualifikasi; d. Evaluation of prequalification;

e. Klarifikasi dan konfirmasi terhadap dokumen prakualifikasi;

e. Clarification and confirmation of prequalification documents;

f. Penetapan hasil prakualifikasi; f. Determination of results of prequalification;

g. Pengumuman hasil prakualifikasi; g. Notice of results of prequalification;

h. Undangan kepada peserta yang lulus prakualifikasi;

h. Invitations to prequalified bidders;

i. Pengambilan dokumen lelang; i. Collection of bidding documents;

j. Penjelasan; j. Briefing;

k. Tahap pemasukan penawaran harga; k. Stage of submission of bid/offer;

l. Pembukaan sampul; l. Opening bid envelopes;

m. Penetapan peringkat; m. Ranking;

Page 15: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 15

n. Penunjukan/pengumuman pemenang lelang;

n. Appointment/notice of winning bidder;

o. Dalam hal peserta lelang tetap 1 (satu) sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf e ditetapkan sebagai pemenang dengan ketentuan harga dasar lelang yang telah ditetapkan, atau harga penawaran yang diajukan lebih tinggi.

o. Where only 1 (one) bid has been received following the procedures in section (6) point (e), that bidder shall be determined as the winning bidder, subject to bid floor price already determined, or higher bid price submitted.

p. Memberi kesempatan adanya sanggahan atas keputusan lelang.

p. To allow a chance to appeal the award decision.

(8) Untuk mengikuti lelang pemohon harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

(8) To join a bid, a bidder must meet the following requirements:

a. Administratif meliputi: a. Administrative requirements, including:

i. Mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang;

i. Fill out a form made available by the Auction Committee;

ii. Company profile; ii. Company profile;

iii. Akte pendirian yang sudah disyahkan yang berwenang yang tujuannya bergerak di usaha pertambangan, kecuali koperasi;

iii. A deed of establishment already validated by the competent authority engaged in mining business, with the exception of cooperatives;

iv. Susunan pengurus dan daftar pemegang saham;

iv. The composition of management and the register of shareholders;

v. Anggaran dasar dan rumah tangga (bagi koperasi);

v. The articles of association and by-laws (for cooperatives);

vi. Kartu tanda pengenal bagi perorangan; vi. An identity card, for sole proprietorships;

vii. Keterangan domisili (bagi badan usaha).

vii. A Certificate of domicile (for business entities).

b. Syarat teknis meliputi: b. Technical requirements, including:

i. Pengalaman perusahaan di bidang pertambangan sekurang-kurangnya selama 3 tahun, bagi perusahaan baru harus mendapat dukungan dari perusahaan induk atau afiliasinya;

i. Companies with at least 3 years of mining experience; new companies shall require recommendation of their holding company or affiliate;

ii. Rencana Kerja dan Anggaran Biaya untuk kegiatan 1 Tahun.

ii. Annual Working Plans and Budget

c. Syarat finansial meliputi: c. Financial requirements, including:

i. NPWP; i. Taxpayer Registration Number;

Page 16: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 16

ii. Laporan keuangan 3 (tiga) tahun terakhir yang sudah diaudit akuntan publik;

ii. Past 3 (three)-year financial statements, already audited by a public accountant;

iii. Menempatkan jaminan kesungguhan lelang dalam bentuk uang tunai di bank pemerintah sebesar 5% dari nilai KID (Kompensasi Informasi Data);

iii. To deposit in cash 5% of the value of the Compensation for Access to Data/Information as a bid commitment deposit into a government bank;

iv. Pernyataan bersedia membayar nilai lelang dalam waktu selambat-lambatnya 5 hari kerja, setelah pengumuman pemenang lelang;

iv. A statement of commitment to paying bid value not more than 5 (five) working days of notice of bid award;

v. Pengembalian Jaminan Kesungguhan Lelang bagi peserta yang dinyatakan tidak menang lelang dilaksanakan dalam waktu 5 hari kerja setelah pengumuman pemenang lelang.

v. Refunds of Bid Commitment Deposits to bidders declared unsuccessful to be given within 5 (five) working days of notice of bid award.

(9) Pemenang lelang beserta dokumen lelang diserahkan oleh Panitia Lelang kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan untuk diproses lebih lanjut penerbitan IUP atas nama pemenang lelang setelah memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (8).

(9) The winning bidder along with the bidding documents shall be referred by the Auction Committee to the Minister, the Governors, the Regents/Mayors for within their authority processing further to issue a Mining Permit in the name of the winning bidder upon meeting the requirements as intended by section (8).

(10) Pemenang lelang beserta dokumen lelang diserahkan oleh Panitia Lelang kepada Menteri, untuk diproses lebih lanjut penerbitan IUPK atas nama pemenang lelang setelah memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (8).

(10) The winning bidder along with the bidding documents shall be referred by the Auction Committee to the Minister for processing further to issue a Special Mining Permit in the name of the winning bidder upon meeting the requirements as intended by section (8).

(11) Dalam hal pemenang lelang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud pada ayat (8), maka kesempatan diberikan kepada pemenang urutan selanjutnya.

(11) Failure of the winning bidder to meet the requirements as intended by section (8) will result in its chance being given to the next-ranked bidder.

Bagian Ketiga Part Three

Tatacara Pencadangan WIUP Untuk Mineral Bukan Logam dan Mineral Batuan

Procedures for Applications to Reserve Nonmetal Mineral and Rock Mineral Mining Permit Areas

Pasal 7 Article 7

(1) Permohonan pencadangan WIUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) diajukan pada Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

(1) Applications to reserve Mining Permit Areas as intended by Article 4 section (2) shall be filed with the Minister, the Governors, and the Regents/Mayors within their authority.

Page 17: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 17

(2) Pelaksanaan Pelayanan Pencadangan WIUP wajib menerapkan sistem permohonan pertama yang telah memenuhi persyaratan, mendapat prioritas pertama untuk mendapatkan WIUP.

(2) Procedures to reserve Mining Permit Areas shall adopt an eligible first-time applicant system, on which the first-time applicant shall have first priority to access a Mining Permit Area.

(3) Permohonan WIUP dibatasi oleh koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi nasional.

(3) Applications for Mining Permit Areas shall be subject to boundaries in terms of latitude and longitude geographical coordinates in accordance with the policy of national geographical information system.

(4) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan pencadangan WIUP paling lama 15 (lima belas) hari sejak diberikannya tanda terima bukti permohonan pencadangan WIUP.

(4) The Minister, the Governors, the Regents/Mayors shall within their respective authority approve or refuse applications to reserve Mining Permit Areas not exceeding 15 (fifteen) days of an acknowledgment of receipt of the applications to reserve Mining Permit Areas.

(5) Pemohonan yang memenuhi persyaratan pencadangan wilayah diberikan peta WIUP berikut koordinat oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya, sebagai lampiran Keputusan IUP.

(5) Eligible applications to reserve areas shall be issued with a Mining Permit Area map with the coordinates by the Minister, the Governors, the Regents /Mayors within their authority, made an attachment to Decision concerning a Mining Permit.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur pencadangan wilayah diatur dengan Peraturan Menteri.

(6) Ancillary provisions on procedures to reserve areas shall be governed by Regulation of the Minister.

Bagian Keempat Part Four

Prosedur Penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)

Procedures for Issue of Mining Permits and Special Mining Permits

Pasal 8 Article 8

(1) Penerbitan IUP dan IUPK melalui tatacara lelang.

(1) Mining Permits and Special Mining Permits issued by auction procedures, i.e.:

a. Persyaratan permohonan IUP dan IUPK cara lelang dilengkapi pada dokumen lelang.

a. Documentation for an application for a Mining Permit and a Special Mining Permit by auction procedures shall be included in bidding documents.

b. Permohonan IUP dan IUPK harus memenuhi persyaratan administratif, teknis, finansial.

b. Applications for Mining Permit and Special Mining Permits must meet the administrative, technical, and financial requirements.

Page 18: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 18

c. Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya langsung menerbitkan IUP kepada pemenang lelang WIUP.

c. The Minister, the Governors, the Regents/Mayors shall within their authority immediately issue a Mining Permit to the winning bidder for a Mining Permit Area.

d. Menteri langsung menerbitkan IUPK kepada pemenang lelang WIUPK.

d. The Minister shall immediately issue a Special Mining Permit to the winning bidder for a Special Mining Permit Area in a Special Mining Area.

(2) Penerbitan IUP melalui tatacara pencadangan wilayah.

(2) Mining Permits issued by Procedures for Applications to Reserve Areas, i.e.:

a. pemohon sudah melakukan prosedur pencadangan wilayah sebagaimana dimaksus dalam Pasal 7, bagi yang sudah memenuhi persyaratan pencadangan WIUP diberikan peta WIUP berikut koordinat sebagai lampiran SK IUP.

a. an applicant shall have followed procedures for an application to reserve areas as intended by Article 7; an applicant that already meets the requirements to reserve a Mining Permit Area shall be issued with a Mining Permit Area map with the coordinates, made an attachment to Decision concerning a Mining Permit.

b. Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya menerbitkan IUP kepada pemohon yang memenuhi persyaratan administratif, teknis, finansial.

b. The Minister, the Governors, the Regents/Mayors shall within their authority issue Mining Permits to applicants that already meet the administrative, technical, and financial requirements.

(3) Penerbitan IUPK melalui prioritas diberikan langsung oleh Menteri kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), setelah memenuhi persyaratan administratif, teknis, finansial

(3) Special Mining Permits issued on priority terms shall immediately be delivered by the Minister to State-Owned Entities and Region-Owned Entities, upon meeting the administrative, technical, and financial requirements.

(4) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) untuk IUP dan IUPK Eksplorasi adalah:

(4) The requirements for Exploration Mining Permits and Special Mining Permits as intended by section (2) and section (3) shall be:

a. Persyaratan Administratif badan usaha meliputi:

a. Administrative requirements for business entities that include:

i. Surat permohonan; i. A letter of application;

ii. Menyebutkan bahan galian yang dimohon;

ii. To mention excavated materials being applied for:

iii. Akte pendirian perusahaan yang salah satu maksud dan tujuannya bergerak dibidang pertambangan yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM;

iii. A deed of establishment of company with any of the objectives and purposes to engage in the field of mining, already validated by the Minister of Law and Human Rights;

Page 19: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 19

iv. Daftar tenaga ahli (pertambangan/ geologi yang berpengalaman minimal 3 tahun).

iv. A list of experts (mining/geology with at least 3 years of experience).

v. Laporan lengkap eksplorasi; v. A full report on exploration;

vi. Laporan studi kelayakan; vi. A report on feasibility studies;

vii. Persetujuan AMDAL/UKL-UPL. vii. Approval of Analysis Impact Assessment/Environmental Management Efforts-Environmental Monitoring Efforts.

b. Persyaratan Administratif untuk koperasi sebagai berikut:

b. Administrative requirements for cooperatives that include:

i. Akte pendirian Koperasi; i. A deed of establishment of Cooperative;

ii. NPWP, SPT, SIUP; ii. Taxpayer Registration Number, Annual Tax Return, Trading License;

iii. Keterangan Domisili; iii. A Certificate of Domicile;

iv. Daftar tenaga ahli (pertambangan/ geologi yang berpengalaman minimal 3 tahun);

iv. A list of experts (mining/geology with at least 3 years of experience).

v. Laporan lengkap eksplorasi; v. A full report on exploration;

vi. Laporan studi kelayakan; vi. A report on feasibility studies;

vii. Persetujuan AMDAL/UKL-UPL; vii. Approval of Analysis Impact Assessment/Environmental Management Efforts-Environmental Monitoring Efforts.

viii Melampirkan laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT).

viii To enclose a report on the Annual Meeting of Members.

c. Persyaratan administratif untuk perorangan sebagai berikut:

c. Administrative requirements for sole proprietorships that include:

i. Kartu tanda pengenal; i. An identity card;

ii. NPWP; ii. Taxpayer Registration Number;

iii. Keterangan domisili; iii. A Certificate of domicile;

iv. Laporan lengkap eksplorasi; v. A full report on exploration;

v. Laporan studi kelayakan; vi. A report on feasibility studies;

Page 20: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 20

vi Persetujuan AMDAL/UKL-UPL; vii. Approval of Analysis Impact Assessment/Environmental Management Efforts-Environmental Monitoring Efforts.

vii. Daftar tenaga ahli (pertambangan/ geologi yang berpengalaman minimal 3 tahun).

vii. A list of experts (mining/geology with at least 3 years of experience).

(5) Persyaratan untuk IUP dan IUPK Operasi Produksi adalah:

(5) Requirements for Production Operation Mining Permits and Special Mining Permits shall be:

a. Persyaratan administratif badan usaha meliputi:

a. Administrative requirements for business entities that include:

i. Surat permohonan; i. A letter of application;

ii. Menyebutkan bahan galian yang dimohon;

ii. To mention excavated materials being applied for:

iii. Akte pendirian perusahaan yang salah satu maksud dan tujuannya bergerak dibidang pertambangan yang telah disahkan oleh menteri hukum dan HAM;

iii. A deed of establishment of company, with any of the objectives and purposes to engage in the field of mining, already validated by the Minister of Law and Human Rights;

iv. Laporan lengkap eksplorasi; iv. A full report on exploration;

v. Laporan studi kelayakan; vi. A report on feasibility studies;

vi. Persetujuan AMDAL/UKL-UPL. vi. Approval of Analysis Impact Assessment/Environmental Management Efforts-Environmental Monitoring Efforts.

b. Persyaratan administratif untuk koperasi sebagai berikut:

b. Administrative requirements for cooperatives that include:

i. Akte pendirian Koperasi; i. A deed of establishment of Cooperative;

ii. NPWP, SPT, SIUP; ii. Taxpayer Registration Number, Annual Tax Return, Trading License;

iii. Keterangan Domisili; iii. A Certificate of Domicile;

iv. Laporan lengkap eksplorasi; iv. A full report on exploration;

v. Laporan studi kelayakan; v. A report on feasibility studies;

vi. Persetujuan AMDAL/UKL-UPL; vi. Approval of Analysis Impact Assessment/Environmental Management Efforts-Environmental Monitoring Efforts.

Page 21: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 21

vii. Melampirkan laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT).

vii To enclose a report on the Annual Meeting of Members.

c. Persyaratan administratif untuk perorangan sebagai berikut :

c. Administrative requirements for sole proprietorships that include:

i. Kartu tanda pengenal; i. An identity card;

ii. NPWP; ii. Taxpayer Registration Number;

iii. Keterangan domisili; iii. A Certificate of domicile;

iv. Daftar tenaga ahli (pertambangan/ geologi yang berpengalaman minimal 3 tahun).

iv. A list of experts (mining/geology with at least 3 years of experience).

d. Persyaratan teknis peningkatan ke Operasi Produksi (peningkatan IUP dan IUPK Eksplorasi ) meliputi:

d. Technical requirements for upgrades to Production Operations (upgrades of Mining Permits and Exploration Special Mining Permits) that include:

i. Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi nasional;

i. An area map accompanied by boundaries in terms of latitude and longitude geographical coordinates in accordance with the policy of national geographical information system;

ii. Laporan lengkap eksplorasi; ii. A full report on exploration;

iii. Laporan studi kelayakan. iii. A report on feasibility studies;

e. Persyaratan finansial meliputi: e. Technical requirements that include:

i. Bukti pembayaran pemenang lelang (proses lelang);

i. A Receipt of payment of the winning bidder (bidding process);

ii. Bukti pembayaran pencadangan wilayah;

ii. A Receipt of payment to reserve areas;

iii. Bukti pembayaran jaminan kesungguhan (pencadangan wilayah);

iii. A Receipt of payment for a commitment deposit (to reserve areas);

iv. laporan keuangan tahun terakhir yang sudah diaudit oleh akuntan publik;

iv. The last year’s financial statement already audited by a public accountant;

v. Tanda bukti pembayaran iuran tetap. v. A receipt of payment for dead rents.

Page 22: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 22

Bagian Kelima Part Five

Tatacara Permohonan IUP dan IUPK Eksplorasi Procedures for Applications for Exploration Mining Permits and Special Mining Permits

Pasal 9 Article 9

(1) IUP Eksplorasi meliputi kegiatan Penyelidikan Umum, Eksplorasi dan Studi Kelayakan.

(1) Exploration Mining Permits shall include the activities of general surveys, explorations and feasibility studies.

(2) IUP Eksplorasi diberikan oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

(2) Exploration Mining Permits shall be granted by the Minister, the Governors, the Regents/Mayors within their authority.

(3) IUP Eksplorasi diberikan oleh Bupati/Walikota apabila WIUP berada pada satu wilayah kabupaten/kota atau wilayah laut sampai dengan 4 mil laut.

(3) Exploration Mining Permits shall be granted by the Regents/Mayors where a Mining Permit Area is located within one district/city, or in the territorial sea up to 4 (four) miles.

(4) Gubernur apabila WIUP berada pada lintas kabupaten/kota dalam satu provinsi setelah mendapat rekomendasi dari bupati/walikota atau wilayah laut sampai dengan 12 mil laut.

(4) Exploration Mining Permits shall be granted by the Governor where the location of the Mining Permit Area overlaps districts/cities in one province, upon recommendation of the regents/mayors, or in the territorial sea up to 12 (twelve) miles.

(5) Menteri apabila WIUP berada pada lintas provinsi setelah mendapat rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota atau wilayah laut sampai dengan lebih dari 12 mil laut.

(5) Exploration Mining Permits shall be granted by the Minister where the location of the Mining Permit Area overlaps provinces, upon recommendation of the governors and the regents/mayors, or in the territorial sea up to 12 (twelve) miles.

Pasal 10 Article 10

(1) IUPK Eksplorasi meliputi kegiatan Penyelidikan Umum, Eksplorasi dan Studi Kelayakan.

(1) Exploration Mining Permits shall include the activities of General Surveys, Explorations and Feasibility Studies.

(2) IUPK Eksplorasi diberikan oleh Menteri. (2) Exploration Mining Permits shall be granted by the Minister.

Pasal 11 Article 11

(1) Kepada pemegang IUP dan IUPK Eksplorasi diberikan prioritas pertama untuk mengusahakan bahan galian lain (bukan asosiasi mineral utama) yang keterdapatannya berada dalam WIUP dan WIUPK Eksplorasi dengan mengajukan permohonan baru.

(1) Exploration Mining Permit holders and Special Mining Permit holders shall be given first priority to commercialize other excavated materials (not associated minerals) that are found in Exploration Mining Permit Areas and Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas, subject to filing a new application.

Page 23: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 23

(2) Apabila pemegang IUP dan IUPK Eksplorasi tidak berminat atas bahan galian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka kesempatan pengusahaannya dapat diberikan kepada pihak lain dengan cara lelang.

(2) Where Exploration Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are disinterested in the excavated materials as intended by section (1), their chance may be given to any other party through bids.

(3) Permohonan baru pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perlu mendapat persetujuan dari pemegang IUP dan IUPK pertama.

(3) A new application by other party as intended by section (1) shall require approval of the first Mining Permit holder and first Special Mining Permit holder.

(4) Pemegang IUP dan IUPK Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUP dan IUPK Operasi Produksi sebagai peningkatan dengan mengajukan permohonan dan melampirkan persyaratan peningkatan operasi produksi.

(4) Exploration Mining Permit holders and Special Mining Permit holders shall be guaranteed that their Exploration Mining Permits and Special Mining Permits are upgraded to Production Operation Mining Permits and Special Mining Permits, subject to filing applications for and enclosing documentation for upgrades to production operations.

Bagian Ketujuh Part Seven

Tatacara Permohonan IUP dan IUPK Operasi Produksi

Procedures for Applications for Production Operation Mining Permits and Special Mining

Permits

Pasal 12 Article 12

(1) IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian serta pengangkutan dan penjualan.

(1) Production Operation Mining Permits shall include the activities of construction, mines, processing and refining/smelting as well as transportation and sale.

(2) IUP Operasi Produksi dapat dimohon dan diberikan kepada badan usaha, koperasi dan perorangan sebagai peningkatan dari IUP Eksplorasi.

(2) Production Operation Mining Permits may be applied for and granted to business entities, cooperatives and sole proprietorships as an upgrade from an Exploration Mining Permit.

(3) IUP Operasi Produksi diberikan oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

(3) Production Operation Mining Permits shall be granted by the Minister, the Governors, the Regents/Mayor within their authority.

(4) IUP Operasi Produksi dapat diberikan kepada badan usaha, koperasi dan perorangan yang telah mempunyai data IUP Eksplorasi, dengan persyaratan laporan lengkap eksplorasi, studi kelayakan dan AMDAL sudah dipenuhi oleh pihak lain sesuai aturan yang berlaku.

(4) Production Operation Mining Permits may be granted to business entities, cooperatives and sole proprietorships already holding Exploration Mining Permits data, provided that the other party already meets the conditions of full reports on exploration, feasibility studies and Environmental Impact Assessment under prevailing rules.

Page 24: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 24

(5) IUP Operasi Produksi diberikan oleh Bupati/Walikota apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan pemurnian berada dalam satu wilayah Kabupaten/Kota atau wilayah laut sampai dengan 4 mil laut.

(5) Production Operation Mining Permits shall be granted by the Regents/Mayors where the mine location and refining/smelting location are in one District/City, or in the territorial sea up to 4 (four) miles.

(6) Gubernur apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan pemurnian berada pada lintas Kabupaten/Kota dalam satu provinsi atau wilayah laut sampai dengan 12 mil laut setelah mendapat rekomendasi dari Bupati/Walikota.

(6) Production Operation Mining Permits shall be granted by the Governor where the refining/smelting location overlaps Districts/Cities in one province, or in the territorial sea up to 12 (twelve) miles, upon recommendation of the Regents/Mayors,

(7) Menteri apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan pemurnian berada pada lintas provinsi atau wilayah laut lebih dari 12 mil laut setelah mendapat rekomendasi dari Gubernur dan Bupati/Walikota setempat.

(7) Production Operation Mining Permits shall be granted by the Minister where the refining/smelting location overlaps provinces, or the territorial sea up to 12 (twelve) miles, upon recommendation of the local governors and the regents/mayors.

(8) Dalam hal hasil studi analisis mengenai dampak lingkungan pada kegiatan studi kelayakan yang akan membawa dampak lingkungan yang bersifat lintas Kabupaten/Walikota, maka IUP Operasi Produksi sebagai kelanjutan IUP Eksplorasi diberikan oleh Gubernur dengan rekomendasi dari Bupati/Walikota yang bersangkutan sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

(8) Where the results of environmental impact assessment study through feasibility studies indicate that environmental impacts may overlap Districts/Cities, then a Production Operation Mining Permit as a continuation of an Exploration Mining Permit shall be granted by the Governor with recommendation of the Regents/Mayors concerned within their authority under provisions of laws and regulations.

(9) Dalam hal hasil studi analisis mengenai dampak lingkungan pada kegiatan studi kelayakan diperkirakan terdapat dampak lingkungan yang bersifat lintas provinsi, maka IUP Operasi Produksi sebagai kelanjutan IUP Eksplorasi diberikan oleh Menteri dengan rekomendasi dari Bupati/Walikota dan Gubernur yang bersangkutan sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

(9) Where the results of environmental impact assessment study through feasibility studies estimate that there may be environmental impacts overlapping provinces, then a Production Operation Mining Permit as a continuation of an Exploration Mining Permit shall be granted by the Minister with recommendation of the Regents/Mayors and the Governors concerned within their authority under provisions of laws and regulations.

Pasal 13 Article 13

(1) IUPK Operasi Produksi meliputi kegiatan Konstruksi, Penambangan, Pengolahan dan Pemurnian serta Pengangkutan dan Penjualan.

(1) Production Operation Special Mining Permits shall include the activities of construction, mines, processing and refining/smelting as well as transportation and sale.

(2) IUPK Operasi Produksi diberikan oleh Menteri. (2) Production Operation Special Mining Permits shall be granted by the Minister.

Page 25: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 25

(3) IUPK Operasi Produksi diberikan kepada BUMN, BUMD dan Badan Usaha Swasta sebagai peningkatan dari IUPK Eksplorasi dengan persyaratan laporan lengkap eksplorasi, studi kelayakan dan amdal sesuai aturan yang berlaku.

(3) Production Operation Special Mining Permits shall be granted to State-Owned Entities, Region-Owned Entities and Private Business Entities, as an upgrade from Exploration Special Mining Permits, subject to conditions of full reports on exploration, feasibility studies and Environmental Impact Assessment under prevailing rules.

(4) WIUPK yang telah mempunyai data lengkap (data eksplorasi, studi kelayakan dan AMDAL) dapat diberikan IUPK Operasi Produksi kepada BUMN dan BUMD dengan cara prioritas, atau Badan Usaha Swasta dengan cara lelang.

(4) Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas already with complete data (data on exploration, feasibility studies and Environmental Impact Assessment) may be issued with Production Operation Special Mining Permits and granted to State-Owned Entities and Region-Owned Entities on priority terms, or Private Business Entities through bids.

Bagian Kedelapan Part Eight

Penciutan WIUP dan WIUPK Reduction in Mining Permit Areas and Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas

Pasal 14 Article 14

(1) Pemegang IUP dapat sewaktu-waktu mengajukan permohonan kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya untuk menciutkan sebagian atau mengembalikan semua WIUP.

(1) A Mining Permit holder may at any time file an application with the Minister, the Governor, the Regent/Mayor within their authority for partial reduction in or reversion of all the Mining Permit Areas.

(2) Pemegang IUPK dapat sewaktu-waktu mengajukan permohonan kepada Menteri untuk menciutkan sebagian atau mengembalikan dari WIUPK.

(2) A Special Mining Permit holder may at any time file an application with the Minister for partial reduction in or reversion of all the Mining Permit Areas.

(3) Penciutan atau pengembalian wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus menyerahkan :

(3) In the case of reduction in or reversion of areas as intended by section (1) and section (2), the holder must turn in:

a. Laporan, data dan informasi penciutan atau pengembalian yang berisikan semua penemuan teknis dan geologis yang diperoleh pada wilayah yang akan diciutkan dan alasan penciutan atau pengembalian serta data lapangan hasil kegiatan dan menjadi milik Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya;

a. A report, data and information on reduction or reversion that contain all technical and geological findings obtained from the area to be reduced, along with the reasons for reduction or reversion as well as field data obtained as a result of activities, becoming the property of the Government or the Regional Governments within their authority;

b. Peta wilayah penciutan atau pengembalian beserta koordinatnya;

b. A reduced or reverted area map with its coordinates;

Page 26: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 26

c. Tanda Bukti Pembayaran Kewajiban Keuangan;

c. A receipt of payment for financial obligations;

d. Laporan Kegiatan sesuai status tahapan terakhir;

d. An activity report that reflects the final stage status;

e. Laporan Kegiatan Reklamasi pada wilayah yang diciutkan atau dilepaskan.

d. A report on reclamation activities in the reduced or relinquished areas.

Pasal 15 Article 15

(1) Pemegang IUP dan IUPK Eksplorasi mempunyai kewajiban untuk melepaskan WIUP dan WIUPK dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) Exploration Mining Permit holders and Special Mining Permit holders shall have obligations to relinquish Mining Permit Areas and Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas on the following conditions:

a. Untuk IUP dan IUPK mineral logam pada tahun keempat wilayah yang dipertahankan maksimum 50.000 Ha. Pada tahun kedelapan atau pada akhir tahap eksplorasi harus mempertahan wilayah maksimum 25.000 Ha;

a. For metal mineral Mining Permits and Special Mining Permits, the holders shall in the fourth year retain an area of not exceeding 50,000 Ha; in the eighth year or at the final stage of explorations, must retain an area of not exceeding 25,000 Ha;

b. Untuk IUP dan IUPK batubara pada tahun keempat wilayah yang dipertahankan maksimum 25.000 Ha. Pada tahun ketujuh atau pada akhir tahap eksplorasi harus mempertahankan wilayah maksimum 15.000 Ha;

b. For coal Mining Permits and Special Mining Permits, the holders shall in the fourth year retain an area of not exceeding 25,000 Ha; in the seventh year or at the final stage of explorations, must retain an area of not exceeding 15,000 Ha;

c. Untuk IUP mineral bukan logam pada tahun kedua wilayah yang dipertahankan maksimum 12.500 Ha. Pada tahun ketiga atau pada akhir tahap eksplorasi harus mempertahankan wilayah maksimum 5.000 Ha;

c. For nonmetal mineral Mining Permits, the holders shall in the second year retain an area of not exceeding 12,500 Ha; in the third year or at the final stage of explorations, must retain an area of not exceeding 5,000 Ha;

d. Untuk IUP mineral batuan pada tahun kedua wilayah yang dipertahankan maksimum 2.500 Ha. Pada tahun kedelapan atau pada akhir tahap eksplorasi harus mempertahankan wilayah maksimum 1.000 Ha.

d. For rock mineral Mining Permits, the holders shall in the second year retain an area of not exceeding 2,500 Ha; in the eight year or at the final stage of explorations, must retain an area of not exceeding 1,000 Ha;

(2) Apabila luas wilayah maksimum yang dipertahan sudah dicapai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka pemegang IUP dan IUPK Eksplorasi tidak diwajibkan lagi menciutkan wilayah.

(2) When the required size of the retained area is met as intended by section (1), then Exploration Mining Permit holders and Special Mining Permit holders shall no longer be required to reduce the area.

Page 27: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 27

Bagian Kesembilan Part Nine

Perpanjangan IUP dan IUPK Operasi Produksi Extension of Production Operation Mining Permits and Special Mining Permit

Pasal 16 Article 16

(1) Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu IUP dan IUPK sudah mengajukan permohonan perpanjangan IUP dan IUPK Operasi Produksi kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.

(1) Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders shall at the latest 6 (six) months prior to the expiration of the Mining Permit and Special Mining Permit have filed an application for extension of the Production Operation Mining Permit and Special Mining Permit with the Minister, the Governors, the Regents/Mayors within their authority.

(2) Permohonan tersebut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi:

(2) An application as intended by section (1) shall be accompanied by:

a. Peta dan batas koordinat wilayah; a. An area map and coordinates;

b. Tanda bukti pelunasan iuran tetap dan iuran produksi;

b. A receipt of payment for dead rents and production royalties;

c. Laporan akhir kegiatan operasi produksi; c. A report on the final production operation activities;

d. Laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan;

d. An environmental management report;

e. Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB);

e. Working Plans and Budget;

f. Neraca sumber daya dan cadangan; f. Balance sheet of resources and reserves;

g. Studi Kelayakan; g. Feasibility studies;

h. Persetujuan AMDAL/UKL-UPL. h. Approval of Analysis Impact Assessment/Environmental Management Efforts-Environmental Monitoring Efforts.

(3) Keputusan diterima atau ditolak permohonan Perpanjangan IUP dan IUPK Operasi Produksi akan diterbitkan paling lambat sebelum berakhirnya IUP dan IUPK Operasi Produksi dimaksud.

(3) A decision on which an application for extension of a Production Operation Mining Permit and Special Mining Permit is accepted or refused shall be issued at the latest prior to the expiry of that Production Operation Mining Permit and Special Mining Permit.

Bagian Kesembilan Part Nine

Persyaratan Izin Pertambangan Rakyat (IPR) Requirements for Applications for Small-Scale Mining Permits

Page 28: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 28

Pasal 17 Article 17

(1) Penetapan WPR harus berada diluar WUP dan WPN tetapi masih dalam Wilayah Pertambangan (WP).

(1) Small-Scale Mining Areas must be determined outside the Mining Areas and State Reserve Areas, but within the Mining Zones.

(2) WPR ditetapkan oleh Bupati/Walikota setelah konsultasi dengan DPRD Kabupaten/Kota dan dikoordinasikan dengan Menteri.

(2) Small-Scale Mining Areas shall be determined by the Regents/Mayors upon consultation with the Regional House of Representatives of the District/City, and upon coordination with the Minister.

(3) IPR diberikan oleh Bupati/Walikota. (3) Small-Scale Mining Permits shall be granted by the Regents/Mayors.

(4) Camat dapat memberikan IPR apabila telah mendapatkan pelimpahan dari Bupati/Walikota

(4) The heads of subdistricts may grant Small-Scale Mining Permits upon receiving delegation from the Regents/Mayors.

(5) Setiap usaha pertambangan rakyat pada WPR dapat dilaksanakan apabila telah mendapatkan Izin Pertambangan Rakyat

(5) Any small-scale mining business in Small-Scale Mining Areas may be conducted upon obtaining Small-Scale Mining Permits.

(6) Pemohon wajib memenuhi persyaratan administratif, teknis dan finansial.

(6) Applicants therefor must meet administrative, technical and financial requirements, as follows:

a. Persyaratan administrasi antara lain meliputi:

a. Administrative requirements that include, inter alia:

i. Surat permohonan; i. A letter of application;

ii. Isian formulir; ii. A Completed form(s);

iii. Menyebutkan bahan galian yang dimohon;

iii. To mention excavated materials being applied for;

iv. Kartu Tanda Penduduk (bagi perseorangan);

iv. A Resident Identification Card;

v. Akte pendirian Koperasi (bagi koperasi);

v. A deed of establishment of a cooperative (for cooperatives);

vi. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (bagi koperasi dan kelompok masyarakat);

vi. The Articles of Association and By-Laws (for cooperatives and community groups);

vii. Susunan Pengurus (bagi koperasi dan kelompok masyarakat);

vii. The composition of Management (for cooperatives and community groups);

viii. Tenaga ahli; viii. Experts;

ix. Surat keterangan dari Kelurahan/Desa setempat.

ix. Certificates from the local Office of Urban Administrative Division/Office of Rural Administrative Division.

Page 29: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 29

b. Persyaratan teknis antara lain meliputi: b. Technical requirements that include, inter alia:

i. Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis;

i. An area map with geographical coordinates;

ii. Daftar peralatan. ii. List of equipment.

c. Persyaratan finansial antara lain meliputi: c. Financial requirements that include, inter alia:

i. NPWP; i. Taxpayer Registration Number;

ii. Laporan keuangan 3 tahun terakhir (bagi koperasi dan kelompok masyarakat).

ii. Past 3 (three)-year financial statements (for cooperatives and community groups).

Pasal 18 Article 18

(1) Usaha Pertambangan Rakyat dilarang pada wilayah yang tertutup untuk kepentingan umum, tempat-tempat kuburan, wilayah yang dianggap suci, tempat wilayah usaha pertambangan lain.

(1) Any small-scale mining business shall be banned in areas off limits to the public, cemeteries, shrines, other mining business areas.

(2) Syarat kedalaman sumuran dan terowongan pada IPR maksimal 25 m.

(2) Shafts and tunnels that are required for Small-Scale Mining Permits shall not exceed 25 m in depth.

(3) Dapat menggunakan pompa-pompa mekanik, penggulundungan atau permesinan dengan jumlah tenaga maksimal 25 HP untuk 1 IPR, dan tidak diperkenankan menggunakan alat-alat berat dan bahan peledak

(3) Any small-scale mining business may use mechanical pumps, retorting or machinery with total power of not more than 25 HP for 1 (one) Small-Scale Mining Permit, and may not use heavy equipment and explosives.

Bagian Kesepuluh Part Ten

Penggunaan Tanah untuk Kegiatan Operasi Produksi Use of Land for Production Operation Activities

Pasal 19 Article 19

(1) Hak atas wilayah IUP dan IUPK untuk Operasi Produksi tidak meliputi hak atas tanah permukaan bumi.

(1) Titles to Production Operation Mining Permit Areas and to Special Mining Permit Areas shall not include surface land titles.

Page 30: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 30

(2) Dalam hal Pemegang IUP dan IUPK Eksplorasi akan mengajukan peningkatan IUP dan IUPK Operasi Produksi maka Pemegang IUP dan IUPK Eksplorasi dimaksud wajib terlebih dahulu menyelesaikan sebagian atau seluruh wilayah dalam WIUP dan WIUPK Operasi Produksi dengan pemegang hak atas tanah.

(2) Where Exploration Mining Permit holders and Special Mining Permit holders wish to apply for an upgrade to Production Operation Mining Permits and Special Mining Permits, the Exploration Mining Permit holders and Special Mining Permit holders concerned must first settle a part or all of the area within Production Operation Mining Permit Areas and Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas with the titleholders of land.

(3) Pemegang IUP dan IUPK wajib memberikan ganti rugi yang jumlahnya ditentukan bersama dengan yang mempunyai hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat 2, atas dasar musyawarah dan mufakat untuk penggantian sekali atau selama hak itu tidak dapat dipergunakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan.

(3) Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are obligated to give compensation, the amount of which shall be mutually determined with the titleholders of land as intended by section 2 on deliberation to reach a consensus that such compensation is given once only or given to the extent the title is unexercisable under laws and regulations on land.

(4) Apabila tidak tercapai kata sepakat dalam hal ganti rugi maka penyelesaiannya diserahkan kepada Menteri.

(4) If no agreement on the compensation is reached, the resolution of the compensation shall be turned over to the Minister.

(5) Apabila masih tidak tercapai kesepakatan mengenai ganti rugi maka penyelesaiannya diserahkan kepada Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi wilayah IUP dan IUPK yang bersangkutan.

(5) If no agreement on the compensation is yet reached, the resolution of the compensation shall be turned over to the District Court with jurisdiction over the area of Mining Permit and Special Mining Permit concerned.

(6) Segala biaya yang berhubungan dengan ganti rugi termasuk biaya perkara di Pengadilan Negeri dibebankan kepada Pemegang IUP dan IUPK Eksplorasi yang bersangkutan.

(6) Any cost incurred in connection with the compensation including the District Court fees, shall be for the account of the Exploration Mining Permit holders and Special Mining Permit holders concerned.

(7) Apabila pemegang IUP dan IUPK Eksplorasi telah mengadakan penyelesaian dengan pemegang hak atas tanah atau pihak yang menguasai tanah negara untuk luas WIUPK Operasi Produksi yang akan diajukan sebagai peningkatan IUP dan IUPK Operasi Produksi, maka luas WIUP dan WIUPK Operasi Produksi tersebut ditetapkan sebagai kawasan pertambangan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing.

(7) If Exploration Mining Permit holders and Special Mining Permit holders have settled with the titleholders of land or parties in possession of state land with respect to the size of Production Operation Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas to be applied for an upgrade to Production Operation Mining Permits and Special Mining Permits, the size of Production Operation Mining Permit Areas and Special Mining Permit Areas shall be determined as mining areas by the Minister, the Governors, or the Regents/Mayors within their authority.

Page 31: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 31

(8) Apabila luas WIUP dan WIUPK Operasi Produksi telah ditetapkan menjadi kawasan pertambangan, maka dalam kawasan pertambangan dimaksud tidak dapat diberikan hak atas tanah kepada pihak lain.

(8) If the size of Production Operation Mining Permit Areas and Special Mining Permit Areas in Special Mining Areas has been determined as mining areas, the land titles within the mining area shall not be conferred on any other party.

BAB IV CHAPTER IV

BENTUK, JENIS, WAKTU DAN TATACARA PENYAMPAIAN LAPORAN

FORMS, TYPES, PERIOD AND PROCEDURES FOR SUBMISSION OF REPORTS

Bagian Kesatu Part One

Bentuk dan Jenis Laporan Forms and Types of Reports

Pasal 20 Article 20

(1) Pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari hasil eksplorasi dan operasi produksi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(1) Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are obligated to turn in all data obtained from explorations and production operations to the Minister, the Governors, or the Regents/Mayors within their authority.

(2) Pemegang IUP dan IUPK wajib memberikan laporan tertulis secara berkala atas rencana kerja dan pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(2) Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are obligated to submit a periodic report in writing on working plans and implementation of mineral and coal mining business activities to the Minister, the Governors, or the Regents/Mayors within their authority.

(3) Pemegang IUP dan IUPK yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota menyampaikan laporan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Menteri dan Gubernur.

(3) Mining Permit holders and Special Mining Permit holders whose permits are issued by the Regents/Mayors shall submit reports to the Regents/Mayors, a copy of which to the Minister and the Governors.

(4) Pemegang IUP dan IUPK yang diterbitkan oleh Gubernur menyampaikan laporan kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri.

(4) Mining Permit holders and Special Mining Permit holders whose permits are issued by the Governors shall submit reports to the Governors, a copy of which to the Minister.

Pasal 21 Article 21

(1) Laporan-laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) adalah laporan kemajuan kerja dalam suatu kurun waktu dan dalam suatu tahapan kegiatan tertentu yang disampaikan oleh pemegang IUP atau IUPK Eksplorasi atau pemegang IUP atau IUPK Operasi Produksi.

(1) Reports as intended by Article 20 section (2) shall be progressive reports on work within a specified time frame and a specified activity stage submitted by Exploration Mining Permit holders or Special Mining Permit holders or Production Operation Mining Permit holders or Special Mining Permit holders.

Page 32: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 32

(2) Laporan-laporan yang disampaikan oleh pemegang IUP Eksplorasi meliputi laporan:

(2) Reports submitted by Exploration Mining Permit holders shall include reports on:

a. Triwulanan; a. Quarterly;

b. Tahunan; b. Annually;

c. akhir tahapan kegiatan penyelidikan umum; c. the final stage of general survey activities;

d. rencana kerja dan anggaran biaya tahapan kegiatan eksplorasi;

d. working plans and budget for a stage of exploration activities;

e. akhir tahapan kegiatan eksplorasi; e. the final stage of exploration activities;

f. rencana kerja dan anggaran biaya tahapan kegiatan studi kelayakan;

f. working plans and budget for a stage of feasibility study activities;

g. akhir tahapan kegiatan studi kelayakan; g. the final stage of feasibility study activities;

h. rencana kerja dan anggaran biaya peningkatan ke tahapan kegiatan konstruksi;

h. working plans and budget for upgrades to a stage of construction activities;

i. rencana kerja dan anggaran biaya tahunan; i. annual working plans and budget;

j. penciutan wilayah; j. reduction in area;

k. laporan pengakhiran ijin/terminasi; k. a report on permit expiration/termination;

l. laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik.

l. financial statements already audited by a public accountant.

(3) Laporan-laporan yang disampaikan oleh pemegang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi meliputi laporan:

(3) Reports submitted by Production Operation Mining Permit holders shall include reports on:

a. statistik produksi dan penjualan dwi mingguan (mineral);

a. biweekly statistics on production and sale (mineral);

b. statistik produksi dan penjualan bulanan (batubara, batuan dan bukan logam);

b. monthly statistics on production and sale (coal, rocks and nonmetals);

c. triwulanan; c. quarterly;

d. tahunan; d. annually;

e. akhir tahapan kegiatan konstruksi; e. the final stage of construction activities;

f. rencana kerja dan anggaran biaya tahapan kegiatan penambangan;

f. working plans and budget for a stage of mine activities;

g. renacan kerja tahunan teknik dan lingkungan

g. annual technical and environmental working plans;

h. rencana kerja dan anggaran biaya tahunan; h. annual working plans and budget;

Page 33: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 33

i. penciutan wilayah; i. reduction in area;

j. laporan pengakhiran ijin/terminasi; j. a report on permit expiration/termination;

k. laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik;

k. financial statements already audited by a public accountant.

l. laporan rencana kerja perpanjangan IUP atau IUPK Operasi Produksi.

l. a report on working plans for extension of a Production Operation Mining Permit or a Special Mining Permit;

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai format dan isi laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.

(4) Ancillary provisions on format and content of reports as intended by Article 20 section (1), section (2) and section (3) shall be governed by Regulation of the Minister.

Pasal 22 Article 22

(1) Laporan-laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) dan ayat (3) disampaikan kepada Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya tiap triwulan atau tahun takwim kecuali laporan dwi mingguan dan bulanan tahapan kegiatan operasi produksi.

(1) Reports as intended by Article 21 section (2) and section (3) shall be submitted to the Minister, the Governors or the Regents/Mayors within their authority at the latest 30 (thirty) days of the conclusion of each quarterly period or each calendar year, save biweekly and monthly reports on the stage of production operation activities.

(2) Laporan rencana kerja dan anggaran biaya tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) dan ayat (3) disampaikan kepada Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya selambat-lambatnya dalam waktu 45 (empat puluh lima) hari sebelum berakhirnya tiap tahun takwim.

(2) Reports on annual working plans and budget as intended by Article 21 section (2) and section (3) shall be submitted to the Minister, the Governors or the Regents/Mayors within their authority at the latest 45 (forty-five) days prior to the conclusion of each calendar year.

(3) Laporan-laporan dwi mingguan dan bulanan disampaikan kepada Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya selambat-lambatnya dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah berakhirnya tiap dwi mingguan atau bulan takwim.

(3) Biweekly and monthly reports shall be submitted to the Minister, the Governors or the Regents/Mayors within their authority at the latest 5 (five) working days of the conclusion of each biweekly or monthly calendar period.

Pasal 23 Article 23

(1) Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya dapat memberikan tanggapan terhadap laporan-laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.

(1) The Minister, the Governors or the Regents/Mayors within their authority may give response to reports as intended by Article 21.

Page 34: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 34

(2) Tanggapan sebagaimana dimaksud ayat (1) harus ditindaklanjuti oleh pemegang IUP atau IUPK dalam waktu tidak lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja.

(2) Any response as intended by section (1) must be met by Mining Permit holders or Special Mining Permit holders no later than 30 (thirty) working days.

BAB V CHAPTER V

PENGHENTIAN SEMENTARA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN

SUSPENSION OF MINING BUSINESS ACTIVITIES

Bagian Kesatu Part One

Kriteria Penghentian Sementara The Criteria of Suspension

Pasal 24 Article 24

(1) Penghentian sementara dapat diberikan kepada pemegang IUP dan IUPK apabila terjadi keadaan kahar dan atau keadaan yang menghalang-halangi dan atau kondisi daya dukung lingkungan yang tidak memungkinkan sehingga menimbulkan penghentian sebagian atau seluruh usaha pertambangan.

(1) Suspension may be imposed upon Mining Permit holders and Special Mining Permit holders in the case of the occurrence of any event of force majeure and/or any preventing circumstance and/or the impossible carrying capacity of the environment, resulting in the cessation of part or all mining business.

(2) Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: (2) In this Regulation:

a. Keadaan Kahar antara lain adalah perang, kerusuhan sipil, pemberontakan, epidemi, gempa bumi, banjir, kebakaran dan lain-lain bencana alam di luar kemampuan manusia

a. Force Majeure shall include, inter alia, wars, civil commotions, rebellions, epidemics, earthquakes, floods, fire, and force of nature/acts of God beyond one’s control.

b. Keadaan yang menghalangi antara lain, blokade, pemogokan-pemogokan, perselisihan perburuhan di luar kesalahan Pemegang IUP dan IUPK dan peraturan perundang-undangan yang diterbitkan oleh Pemerintah yang menghambat kegiatan usaha pertambangan yang sedang berjalan (Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Hutan Produksi, Penambangan Tanpa Izin)

b. Preventing circumstances shall include, inter alia, blockades, strikes, and labor disputes other than faults of Mining Permit holders and Special Mining Permit holders, and laws and regulations issued by the Government that delay mining business activities in progress (Preserved Forest Areas, Production Forest Areas, Illegal Mining)

c. Kondisi daya dukung lingkungan adalah apabila kondisi daya dukung lingkungan wilayah tersebut tidak dapat menanggung beban kegiatan operasi produksi sumber daya mineral dan/atau batubara yang dilakukan di wilayahnya.

c. The carrying capacity of the environment means if the carrying capacity of the environment of the areas cannot support the loads of mineral and/or coal resource production operation activities carried out in their areas.

Bagian Kedua Part Two

Page 35: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 35

Tata Cara Permohonan Procedures for Applications

Pasal 25 Article 25

(1) Permohonan penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada pasal 24 ayat (2) huruf a dan b diajukan secara tertulis paling lama 14 (empat belas) hari sejak terjadinya keadaan kahar/keadaan yang menghalang-halangi.

(1) Applications for suspension as intended by Article 24 section (2) point (a) and (b) shall be filed in writing at the latest 14 (fourteen) days of the occurrence of events of force majeure/preventing circumstances.

(2) Permohonan diajukan kepada Menteri atau Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dengan menyampaikan Laporan Keadaan Memaksa.

(2) Applications for suspension shall be filed with the Minister, the Governors or the Regents/Mayors within their authority along with delivering a Declaration of Force Majeure.

Pasal 26 Article 26

(1) Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya jika dipandang perlu dapat menguji kebenaran dari Laporan Keadaan Memaksa sebagaimana disebutkan pada pasal 24 ayat (2).

(1) The Minister, the Governors or the Regents/Mayors may within their authority, where deemed necessary, test the truth of a Declaration of Force Majeure as referred to in Article 24 section (2).

(2) Untuk menyatakan keadaan kahar harus disertai dengan pernyataan dari Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya (dijelaskan dalam ‘Penjelasan’, contoh: kerusuhan sipil, Pemerintah mengeluarkan maklumat keadaan darurat sipil).

(2) A declaration of force majeure shall be accompanied by declaration of the Minister, the Governors or the Regents/Mayors within their authority (To be elaborated in the “Elucidation,” for example, in the case of civil commotions, the Government declares civil emergency).

(3) Dalam hal Laporan Keadaan Memaksa tidak sesuai dengan yang disebutkan pada pasal 23 ayat (2), maka keadaan memaksa yang dilaporkan merupakan kegagalan yang disebabkan oleh kelalaian.

(3) Where a Declaration of Force Majeure does not meet the definition as referred to in Article 23 section (2), the declared force majeure shall constitute default through neglect.

Pasal 27 Article 27

(1) Penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada pasal 24 ayat (2) huruf c dapat dilakukan oleh Kepala Inspektur Tambang dan atau dilakukan berdasarkan permohonan masyarakat kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

(1) Suspension as intended by Article 24 section (2) point (c) may be made by the Head of Mine Inspectors and/or made upon request by the public to the Minister, the Governors, or the Regents/Mayors within their authority.

Page 36: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 36

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghentian kegiatan usaha pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri atau dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(2) Ancillary provisions on suspension of mining business activities as intended by Article 27 section (1) shall be governed by Regulation of the Minister or made under prevailing provisions.

Pasal 28 Article 28

Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib menerima atau menolak disertai alasannya paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak menerima permohonan.

The Minister, the Governor, or the Regents/Mayors shall within their authority accept or refuse applications for suspension along with the reasons therefor not exceeding 30 (thirty) days of receipt of the applications.

Pasal 29 Article 29

Jangka waktu penghentian sementara karena keadaan kahar dan/atau keadaan yang menghalangi diberikan paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang paling banyak 1 (satu) kali untuk 1 (satu) tahun.

The term of suspension because of events of force majeure and/or preventing circumstances shall be no longer than 1 (one) year, and extendable no more than 1 (one) time 1 (one) year.

Pasal 30 Article 30

(1) Permohonan perpanjangan penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada pasal 25 diajukan secara tertulis paling lama 30 (tiga puluh) hari sebelum berakhirnya izin penghentian sementara.

(1) An application for extension of suspension as intended by Article 25 shall be filed in writing no later than 30 (thirty) days prior to the expiration of a suspension permit.

(2) Permohonan perpanjangan penghentian sementara mengacu kepada pasal 24, pasal 25 dan pasal 26.

(2) An application for extension of suspension shall refer to Article 24, Article 25 and Article 26.

Bagian Ketiga Part Three

Kewajiban Selama Penghentian Sementara Obligations During Suspension Periods

Pasal 31 Article 31

(1) Pemegang IUP dan IUPK yang telah diberikan izin penghentian sementara dikarenakan kahar, tidak mempunyai kewajiban untuk memenuhi kewajiban keuangan baik kepada Pemerintah maupun kepada Pemerintah daerah.

(1) Mining Permit holders and Special Mining Permit holders to whom a suspension permit has been issued because of events of force majeure are under no obligation to meet financial obligations either to the Government or the regional Governments.

Page 37: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 37

(2) Pemegang IUP dan IUPK yang telah diberikan izin penghentian sementara dikarenakan keadaan yang menghalangi kegiatan usaha pertambangan dan atau keadaan kondisi daya dukung lingkungan wilayah, mempunyai kewajiban untuk menyampaikan pelaporan dan memenuhi kewajiban keuangan baik kepada Pemerintah maupun kepada Pemerintah daerah.

(2) Mining Permit holders and Special Mining Permit holders to whom a suspension permit has been issued because of circumstances preventing mining business activities and/or the carrying capacity of the environment of the areas are under any obligation to submit reports and meet financial obligations either to the Government or the regional Governments.

Bagian Keempat Part Four

Pengakhiran Penghentian Sementara Termination of Suspension Permits

Pasal 32 Article 32

Izin Penghentian Sementara berakhir karena: A Suspension Permit shall terminate if:

a. habis masa berlakunya; a. its validity period expires;

b. permohonan pencabutan.

a. revoked upon request.

Pasal 33 Article 33

Dalam hal jangka waktu yang ditentukan dalam pemberian izin penghentian sementara telah habis dan tidak diajukan permohonan perpanjangan atau pengajuan permohonan tetapi tidak disetujui, maka penghentian sementara tersebut berakhir.

Where a period specified in the suspension permit expires and no application for extension is filed, or an application for extension is filed but disapproved, the suspension shall terminate.

Pasal 34 Article 34

Apabila dalam kurun waktu sebelum habis masa penghentian sementara berakhir pemegang IUP dan IUPK sudah siap melakukan kegiatan operasinya dan mengajukan permohonan pencabutan penghentian sementara serta disetujui oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya, maka penghentian sementara tersebut berakhir.

If within a period prior to the expiration of a suspension period Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are already prepared to carry out operating activities and file an application for revocation of suspension, and approved by the Minister, the Governors, or the Regents/Mayors within their authority, the suspension shall terminate.

BAB VI CHAPTER VI

PENGUTAMAAN KEPENTINGAN DALAM NEGERI, PENGENDALIAN PRODUKSI, DAN

PENGENDALIAN PENJUALAN MINERAL DAN BATUBARA

DOMESTIC PREFERENCE, CONTROL OF PRODUCTION, AND CONTROL OF MINERAL

AND COAL SALES

Bagian Kesatu Part One

Pengutamaan Kepentingan Dalam Negeri Domestic Preference

Page 38: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 38

Pasal 35 Article 35

(1) Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib mengutamakan kepentingan dalam negeri dan mendukung keamanan pasokan mineral atau batubara untuk kebutuhan dalam negeri.

(1) Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are obligated to give preference to domestic mineral or coal needs and support the security of domestic mineral or coal supplies.

(2) Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi dapat menjual mineral atau batubara yang diproduksikannya ke luar negeri, setelah dapat memenuhi kebutuhan mineral atau batubara dalam negeri pada kurun waktu yang ditentukan.

(2) Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders may sell mineral or coal they produce abroad, upon meeting the domestic mineral and coal needs within a specified period.

Pasal 36 Article 36

(1) Pemegang IUP dan IUPK dengan itikad baik dan semaksimal mungkin harus menggunakan tenaga kerja Indonesia, usaha jasa, barang modal, peralatan dan bahan-bahan pendukung atau bahan-bahan mentah yang dihasilkan dari sumber Indonesia dan produk-produk yang telah dibuat di Indonesia (local content) serta produk-produk impor yang dijual di Indonesia (local expenditure) sebagai pendukung usaha pertambangan mineral dan batubara.

(1) Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders must in good faith and maximally use Indonesian workers, service business, capital goods, equipment and components or raw materials produced in Indonesia and products made in Indonesia (local content) as well as imported products sold in Indonesia (local expenditure) in support of mining and coal business.

(2) Barang modal, peralatan, mesin-mesin dan bahan-bahan pendukung lainnya baik untuk rencana pembelian dalam negeri dan impor harus disampaikan kepada Pemerintah dalam bentuk daftar barang, dengan maksud agar Pemerintah dapat meneliti dan memeriksa rencana fisik sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Belanja dan disampaikan 6 (enam) minggu sebelum dimulainya tahun anggaran perusahaan.

(2) Domestic purchase and import plans for other capital goods, equipment, machines and components must be submitted to the Government 6 (six) weeks before the company’s budget year begins in the form of list of goods, whereby the Government can check and examine the physical plans against the Working Plans and Budget.

(3) Bentuk daftar dan pengkategorian barang modal, peralatan, mesin-mesin dan bahan pendukung lainnya diatur dengan Peraturan Menteri.

(3) Format of list and category of other capital goods, equipment, machines and components shall be governed by Regulation of the Minister.

Bagian Kedua Part Two

Kewajiban Pemasokan Mineral dan Batubara Dalam Negeri

Domestic Mineral and Coal Supply Obligations

Pasal 37 Article 37

Page 39: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 39

(1) Menteri menetapkan kewajiban pemasokan kebutuhan mineral untuk dalam negeri oleh Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi Mineral dengan mempertimbangkan kebutuhan mineral dalam negeri.

(1) The Minister shall provide for an obligation of Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders to supply mineral domestically in consideration of domestic mineral needs.

(2) Kebutuhan mineral di dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kebutuhan mineral untuk industri pengolahan mineral dan kebutuhan mineral untuk pemakaian langsung di dalam negeri.

(2) Domestic mineral needs as intended by section (1) shall include mineral needed for mineral processing industry and mineral needed for domestic direct use.

(3) Penetapan besaran kewajiban pemasokan kebutuhan mineral untuk dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

(3) Determination of quantity in respect of an obligation to supply mineral domestically as intended by section (1) shall be governed by Regulation of the Minister.

Pasal 38 Article 38

(1) Menteri menetapkan kewajiban pasokan kebutuhan batubara untuk dalam negeri oleh Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi Batubara dengan mempertimbangkan kebutuhan batubara dalam negeri.

(1) The Minister shall provide for an obligation of Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders to supply coal domestically in consideration of domestic coal needs.

(2) Kebutuhan batubara di dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kebutuhan batubara untuk bahan bakar dan kebutuhan batubara untuk bahan baku industri pengolahan di dalam negeri.

(2) Domestic coal needs as intended by section (1) shall include coal needed for fuel and coal needed as raw materials for domestic processing industry.

(3) Penetapan besaran kewajiban pasokan kebutuhan batubara untuk dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

(3) Determination of quantity in respect of an obligation to supply coal domestically as intended by section (1) shall be governed by Regulation of the Minister.

Pasal 39 Article 39

(1) Kebutuhan mineral dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dan kebutuhan batubara dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ditentukan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan instansi terkait.

(1) Domestic mineral needs as intended by Article 37 and domestic coal needs as intended by Article 38 shall be determined by the Minister upon coordination with the relevant agencies.

(2) Pemakai Mineral dan/atau Batubara Dalam Negeri menyampaikan rencana kebutuhan mineral dan/atau batubara untuk satu tahun berikutnya kepada Menteri.

(2) Domestic Mineral and/or Coal Users shall submit mineral and/or coal consumption plans for the following one year to the Minister.

Page 40: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 40

(3) Menteri menetapkan kebutuhan Mineral dan/atau Batubara dalam negeri berdasarkan rencana kebutuhan mineral dan/atau batubara sebagaimana disebutkan pada ayat (2).

(3) The Minister shall determine domestic mineral and/or coal needs according to the mineral and/or coal consumption plans as intended by section (2).

Bagian Ketiga Part Three

Harga Mineral dan Batubara untuk Kebutuhan Dalam Negeri

Domestic Mineral and Coal Prices

Pasal 40 Article 40

(1) Menteri menentukan harga patokan mineral untuk kebutuhan domestik.

(1) The Minister shall determine domestic benchmark mineral prices.

(2) Menteri dapat mengatur harga mineral yang diproduksikan oleh Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi Mineral yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

(2) It is the discretion of the Minister to determine prices for minerals produced by Mineral Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders to meet the domestic needs.

(3) Ketentuan mengenai harga mineral untuk kebutuhan di dalam negeri diatur dengan Peraturan Menteri.

(3) Provisions on domestic mineral prices shall be governed by Regulation of the Minister.

Pasal 41 Article 41

(1) Menteri menentukan harga patokan batubara untuk kebutuhan domestik.

(1) The Minister shall determine benchmark coal prices.

(2) Menteri dapat mengatur harga batubara yang diproduksikan oleh Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi Mineral yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

(2) It is the discretion of the Minister to determine prices for coal produced by Coal Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders to meet the domestic needs.

(3) Ketentuan mengenai harga batubara untuk kebutuhan di dalam negeri diatur dengan Peraturan Menteri.

(3) Provisions on domestic coal prices shall be governed by Regulation of the Minister.

Bagian Keempat Part Four

Pengendalian Produksi Control of Production

Pasal 42 Article 42

Page 41: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 41

(1) Pemerintah dapat melakukan pengendalian produksi mineral atau batubara yang dilakukan oleh Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi Mineral atau Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi Batubara.

(1) It is the discretion of the Government to control the production of mineral or coal made by Mineral Production Operation Mining Permit holders and Special Mining holders or Coal Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders.

(2) Pengendalian produksi mineral dan batubara sebagaimana disebutkan pada ayat (1) untuk:

(2) Control of mineral and coal production as intended by section (1) shall be to:

a. memenuhi ketentuan aspek lingkungan; a. meet the requirements within the environmental aspects;

b. mengutamakan kepentingan dalam negeri; b. give preference to domestic needs;

c. mengendalikan harga mineral dan batubara; c. control mineral and coal prices;

d. melakukan konservasi sumberdaya mineral atau batubara.

d. conserve mineral or coal resources;

(3) Tata cara pengendalian produksi mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

(3) Procedures for control of mineral and coal production as intended by section (1) shall be governed by Regulation of the Minister.

(4) Menteri dapat memberikan kewenangan kepada gubernur untuk menetapkan besaran produksi mineral kepada masing-masing Kabupaten/Kota.

(4) It is the discretion the Minister to authorize the Governors to determine the quantity of mineral production for each District/City.

Bagian Kelima Part Five

Pengendalian Penjualan Control of Sales

Pasal 43 Article 43

(1) Menteri melakukan pengendalian penjualan mineral atau batubara yang dilakukan oleh Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi Mineral atau Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi Batubara, setelah melakukan koordinasi dengan instansi dan industri terkait.

(1) It is the discretion of the Minister to control mineral or coal sales undertaken by Mineral Production Operation Mining Permit holders and Special Mining holders or Coal Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders upon coordination with the relevant agencies and industries.

(2) Pengendalian penjualan mineral atau batubara sebagaimana disebutkan pada ayat (1) untuk:

(2) Control of mineral or coal sales as intended by section (1) shall be to:

a. mengutamakan pasokan kebutuhan mineral atau batubara dalam negeri,

a. give preference to domestic mineral or coal needs;

b. mengendalikan harga mineral dan batubara. b. control mineral and coal prices.

Page 42: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 42

(3) Tata cara pengendalian penjualan mineral dan batubara sebagaimana disebutkan pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

(3) Procedures for control of mineral and coal sales as intended by section (1) shall be governed by Regulation of the Minister.

Bagian Keenam Part Six

Pengawasan Supervision

Pasal 44 Article 44

(1) Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengutamaan mineral untuk kepentingan dalam negeri dan pengendalian produksi mineral oleh Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi Mineral.

(1) The Minister/the Governors/the Regents/Mayors shall within their authority supervise the implementation of giving preference to domestic mineral needs and the control of mineral production made by Mineral Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders.

(2) Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengutamaan batubara untuk kepentingan dalam negeri dan pengendalian produksi batubara oleh Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi Mineral.

(2) The Minister/the Governors/the Regents/Mayors shall within their authority supervise the implementation of giving preference to domestic coal needs and the control of coal production made by coal Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders.

(3) Menteri melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengendalian ekspor mineral dan/atau batubara oleh Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi Mineral dan/atau Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi Batubara.

(3) The Minister shall supervise the implementation of control of mineral and/or coal export conducted by Mineral Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders and/or Coal Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders.

BAB VII CHAPTER VII

PENINGKATAN NILAI TAMBAH, PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN MINERAL

DAN BATUBARA

INCREASES IN ADDED VALUE, MINERAL AND COAL PROCESSING AND

REFINING/SMELTING

Bagian Kesatu Part One

Page 43: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 43

Kewajiban Peningkatan Nilai Tambah, Pengolahan dan Pemurnian

Obligations to Increase Added Value, Processing and Refining/Smelting

Pasal 45 Article 45

(1) Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi Mineral wajib melakukan pengolahan dan/atau pemurnian untuk meningkatkan nilai tambah mineral yang diproduksikannya, baik secara langsung maupun maupun kerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara, BUMD, Swasta, Koperasi atau Perseorangan di dalam negeri.

(1) Mineral Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are obligated to undertake processing and/or refining/smelting to increase added value to minerals they produce, either directly or by cooperation with State-Owned Entities, Region-Owned Entities, domestic Private Entities, Cooperatives or Sole Proprietorships.

(2) Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi Mineral dilarang menjual mineral yang diproduksikannya sebelum diolah dan/atau dimurnikan, baik secara langsung maupun maupun kerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara, BUMD, Swasta, Koperasi atau Perseorangan di dalam negeri.

(2) Mineral Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are prohibited from selling minerals they produce prior to processing and/or refining/smelting, either directly or by cooperation with State-Owned Entities, Region-Owned Entities, domestic Private Entities, Cooperatives or Sole Proprietorships.

(3) Dalam waktu transisi periode 5 (lima) tahun sejak diberlakukannya UU No.4 Tahun 2009 pengolahan dan pemurnian mineral masih dapat dilakukan di luar negeri.

(3) Mineral processing and refining/smelting undertaken abroad are sanctioned for a 5 (five)-year transition period following the effectiveness of Law Number 4 of 2009 concerning Mineral and Coal Mining.

Pasal 46 Article 46

(1) Pemegang IUP dan IUPK Operasi dan Produksi Batubara wajib melakukan pengolahan dan/atau pencucian untuk meningkatkan nilai tambah batubara yang diproduksikannya.

(1) Coal Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are obligated to undertake processing and/or washing to increase added value to coal they produce.

(2) Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi Batubara dilarang menjual batubara yang diproduksikannya sebelum diolah dan/atau dicuci.

(2) Coal Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are prohibited from selling coal they produce prior to processing and/or washing.

Bagian Kedua Part Two

Peningkatan Nilai Tambah Mineral dan Batubara Increases in Added Value to Minerals and Coal

Pasal 47 Article 47

Page 44: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 44

(1) Jenis-jenis mineral yang ditingkatkan nilai tambahnya oleh Pemegang IUP dan IUPK Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi yang mengusahakannya terdiri atas:

(1) Types of minerals to which added value shall be increased by Production Operation Mining Permit holders and Special Mining Permit holders that commercialize them shall include:

a. mineral logam; a. metal minerals;

b. mineral bukan logam; dan b. nonmetal minerals; and

c. batuan. c. rocks.

(2) Kegiatan pengolahan dan/atau pemurnian untuk peningkatan nilai tambah mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi antara lain:

(2) Activities of processing and/or refining/smelting to increase added value to minerals as intended by section (1) shall include:

a. peleburan logam; a. metal melting;

b. permurnian logam; b. metal refining/smelting;

c. pengolahan mineral non logam; dan c. nonmetal mineral processing; and

d. pengolahan batuan. d. rock processing.

(3) Batasan, jenis kegiatan, dan mekanisme peningkatan nilai tambah mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur di dalam Peraturan Menteri.

(3) Limits, types of activities, and mechanisms for increasing added value to minerals as intended by section (1) and section (2) shall be governed by Regulation of the Minister.

Pasal 48 Article 48

(1) Kegiatan pengolahan dan/atau pencucian untuk peningkatan nilai tambah batubara antara lain:

(1) Activities of processing and/or washing to increase added value to coal shall include, inter alia:

a. penggerusan batubara (coal crushing); a. coal crushing;

b. pencucian batubara (coal washing); b. coal washing;

c. pencampuran batubara (coal blending); c. coal blending;

d. peningkatan mutu batubara (coal upgrading);

d. coal upgrading;

e. pembuatan briket batubara (coal briquetting);

e. coal briquetting;

f. pencairan batubara (coal liquefaction); dan f. coal liquefaction; and

g. gasifikasi batubara (coal gasification); g. coal gasification;

Page 45: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 45

(2) Batasan, jenis kegiatan, dan mekanisme peningkatan nilai tambah batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur di dalam Peraturan Menteri.

(2) Limits, types of activities, and mechanisms for increasing added value to coal as intended by section (1) shall be governed by Regulation of the Minister.

Bagian Ketiga Part Three

Pengawasan Supervision

Pasal 49 Article 49

(1) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dapat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengolahan dan pemurnian dan/atau pencucian untuk peningkatan nilai tambah mineral dan batubara yang diproduksikan oleh Badan Usaha.

(1) It is the discretion of the Minister, the Governors, or the Regents/Mayors to within their authority supervise the implementation of processing and refining/smelting and/or washing to increase added value to minerals and coal Business Entities produce.

(2) Tata cara pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur di dalam Peraturan Menteri.

(2) Procedures for supervision as intended by section (1) shall be governed by Regulation of the Minister.

BAB VIII CHAPTER VIII

HARGA PATOKAN MINERAL DAN BATUBARA

BENCHMARK MINERAL AND COAL PRICES

Pasal 50 Article 50

Pemegang Izin Usaha IUP dan IUPK Mineral dan Batubara wajib menjual Mineral dan/atau Batubara yang dihasilkannya dengan harga yang wajar, yang ditentukan berdasarkan mekanisme pasar dan/atau sesuai dengan harga Mineral atau Batubara yang berlaku umum di pasar internasional.

Mineral and coal Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are obligated to sell minerals and coal they produce at reasonable prices as determined by market mechanisms and/or following mineral and coal prices generally prevailing on the international markets.

Bagian Kesatu Part One

Harga Patokan Mineral Benchmark Mineral Prices

Pasal 51 Article 51

(1) Menteri menetapkan harga patokan mineral logam dan mineral non logam sebagai batas terendah harga mineral yang dijual oleh pemegang IUP dan IUPK.

(1) The Minister shall determine metal mineral and nonmetal mineral floor prices set as the lowest prices for minerals sold by Mining Permit holders and Special Mining Permit holders.

Page 46: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 46

(2) Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota menetapkan harga patokan mineral batuan sebagai batas terendah harga mineral batuan yang dijual oleh pemegang IUP dan IUPK.

(2) The Minister, the Governors or the Regents/Mayors shall determine rock mineral floor prices set as the lowest prices for rock minerals sold by Mining Permit holders and Special Mining Permit holders.

(3) Pemegang IUP dan IUPK Mineral wajib menjual Mineral yang dihasilkannya paling rendah sebesar Harga Patokan Mineral, termasuk kepada Badan Usaha afiliasinya.

(3) Mineral Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are obligated to sell minerals they produce at least at comparable Benchmark Mineral Prices, including selling to their affiliated Business Entities.

(4) Ketentuan mengenai penetapan Harga Patokan Mineral sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur melalui Peraturan Menteri.

(4) Provisions on determination of Benchmark Mineral Prices as intended by section 1 shall be governed by Regulation of the Minister.

(5) Setiap penjualan mineral dan batubara ke afiliasi wajib mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Menteri.

(5) Any sale of minerals and coal to affiliates shall require prior approval of the Minister.

Pasal 52 Article 52

(1) Harga Patokan Mineral terdiri atas: (1) Benchmark Mineral Prices shall include:

a. Harga Patokan Mineral Logam; a. A Benchmark Metal Mineral Price;

b. Harga Patokan Mineral Bukan Logam; dan b. A Benchmark Nonmetal Mineral Price; and

c. Harga Patokan Mineral Batuan. c. A Benchmark Rock Mineral Price.

(2) Harga Patokan Mineral Logam ditentukan berdasarkan harga Mineral Logam yang berlaku secara internasional seperti yang dilaporkan dalam publikasi harga mineral internasional.

(2) A Benchmark Metal Mineral Price shall be determined on the basis of the internationally-prevailing Metal Mineral price reported in the international mineral price publications.

(3) Harga Patokan Mineral Non Logam ditentukan berdasarkan harga Mineral Non Logam yang wajar sesuai dengan mekanisme pasar.

(3) A Benchmark Nonmetal Mineral Price shall be determined on the basis of the Nonmetal Mineral reasonable price according to market mechanisms

(4) Harga Patokan Mineral Batuan ditentukan berdasarkan harga Mineral Batuan yang wajar sesuai dengan mekanisme pasar.

(4) A Benchmark Rock Mineral Price shall be determined on the basis of the Rock Mineral reasonable price according to market mechanisms

(5) Apabila pemegang IUP dan IUPK melakukan pelanggaran dengan menjual harga dibawah harga patokan yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada pasal ini harus membayar selisih harga jual kepada pemerintah baik penerimaan pajak maupun non pajak ditambah denda sesuai ketentuan berlaku.

(5) If Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are in violation of selling below the determined benchmark prices as intended by this article, they must pay the selling price difference to the government in the form of either tax revenues or nontax revenues plus penalty under the prevailing provisions.

Page 47: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 47

(6) Apabila pemegang IUP dan IUPK melakukan pelanggaran sebagaimana yang dimaksud pada ayat (5) dan telah diberi teguran sebanyak 3 (tiga) kali maka Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dapat menghentikan pengiriman mineral kepada pembeli yang bersangkutan.

(6) If Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are in violation as intended by section (5) and already received notice 3 (three) times, it is the discretion of the Minister, the Governors or the Regents/Mayors to within their authority cease mineral delivery to the buyers concerned.

Pasal 53 Article 53

(1) Pemegang IUP dan IUPK Mineral wajib melaporkan penjualan Mineral yang diproduksikannya kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota paling sedikit 1 (satu) kali dalam sebulan dengan dilengkapi dokumen/bukti pendukung.

(1) Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are obligated to report mineral sales they produce to the Minister, the Governors or the Regents/Mayors at least (1) once a month, accompanied by ancillary documents/conclusive proof.

(2) Laporan penjualan Mineral sebagaimana disebutkan pada ayat (1) meliputi antara lain:

(1) A mineral sales report as intended by section (1) shall include, inter alia:

a. Harga jual mineral; a. Mineral selling prices;

b. Volume penjualan mineral; b. Mineral sales volume;

c. Kualitas mineral; c. Mineral quality;

d. Titik penjualan mineral; dan d. Points of mineral sale; and

e. Biaya Penyesuai Mineral.

e. Mineral Adjustment Cost.

Pasal 54 Article 54

(1) Harga Patokan Mineral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dan Pasal 52 adalah Harga Mineral suatu titik tertentu yang ditentukan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

(1) Benchmark mineral prices as intended by Article 51 and Article 52 shall be Mineral Prices at a certain point specified by the Minister, the Governors or the Regents/Mayors within their authority.

(2) Apabila titik serah penjualan Mineral tidak dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Harga Mineral wajib mengikuti Harga Patokan Mineral dengan ditambah atau dikurangi Biaya Penyesuai yang disetujui Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

(2) If a delivery point of mineral sale is not applied as intended by section (1), Mineral Prices must follow Benchmark Mineral Prices added with or deducted by Adjustment Cost as approved by the Minister, the Governors or the Regents/Mayors within their authority.

Page 48: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 48

Bagian Kedua Part Two

Harga Patokan Batubara Benchmark Coal Prices

Pasal 55 Article 55

(1) Menteri menetapkan harga patokan batubara sebagai batas terendah harga mineral yang dijual oleh pemegang IUP dan IUPK.

(1) The Minister shall determine coal floor prices set as the lowest prices for coal sold by Mining Permit holders and Special Mining Permit holders.

(2) Menteri menetapkan Harga Patokan Batubara sebagai batas terendah Harga Batubara yang dijual oleh Pemegang IUP dan IUPK Batubara.

(2) The Minister shall determine coal floor prices set as the lowest prices for coal sold by Coal Mining Permit holders and Special Mining Permit holders.

(3) Harga Patokan Batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan pada setiap awal bulan dan berlaku untuk satu bulan yang bersangkutan.

(3) Benchmark Coal Prices as intended by section (1) shall be determined early each month and shall prevail during the relevant month.

(4) Pemegang IUP dan IUPK Batubara wajib menjual Batubara yang dihasilkannya paling rendah sebesar Harga Patokan Batubara, sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Coal Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are obligated to sell coal they produce at least at comparable Benchmark Coal Prices as intended by section (1).

(5) Apabila pemegang IUP dan IUPK melakukan pelanggaran dengan menjual harga di bawah harga patokan batubara yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada pasal ini harus membayar selisih harga jual kepada pemerintah baik penerimaan pajak maupun non pajak ditambah denda sesuai ketentuan berlaku.

(5) If Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are in violation of selling below the determined benchmark coal prices as intended by this article, they must pay the selling price difference to the government in the form of either tax revenues or nontax revenues plus penalty under the prevailing provisions.

(6) Apabila pemegang IUP dan IUPK melakukan pelanggaran sebagaimana yang dimaksud ayat 5 dan telah diberi teguran sebanyak 3 (tiga) kali maka Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dapat menghentikan pengiriman batubara kepada pembeli yang bersangkutan.

(6) If Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are in violation as intended by section (5) and already received notice 3 (three) times, it is the discretion of the Minister, the Governors or the Regents/Mayors to within their authority cease coal delivery to the buyers concerned.

Pasal 56 Article 56

(1) Pemegang IUP dan IUPK Batubara wajib melaporkan penjualan Batubara yang diproduksikannya kepada Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam sebulan dengan dilengkapi dokumen/bukti pendukung.

(1) Coal Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are obligated to report coal sales they produce to the Minister at least (1) once a month, accompanied by ancillary documents/conclusive proof.

(2) Laporan penjualan Batubara sebagaimana disebutkan pada ayat (1) meliputi antara lain:

(2) A coal sales report as intended by section (1) shall include, inter alia:

Page 49: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 49

a. Harga jual batubara; a. Coal selling prices;

b. Volume penjualan batubara; b. Coal sales volume;

c. Kualitas batubara; c. Coal quality;

d. Titik penjualan batubara; dan d. Points of coal sale; and

e. Biaya Penyesuai. e. Adjustment Cost.

(3) Dokumen/bukti pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi antara lain:

(3) Ancillary documents/conclusive proof as intended by section (1) shall include, inter alia:

a. Salinan Invoice; a. Copies of Invoice;

b. Bill of Lading (BL) dan Certificate of weight;

b. A Bill of Lading (BL) and a Certificate of weight;

c. Sertifikat hasil analisa kualitas batubara; c. A Certificate of quality upon the results of coal analysis;

d. Salinan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dan Laporan Surveyor (LS) untuk ekspor;

d. Copies of Export Declaration and Surveyor Reports on Export;

e. Time sheet pengapalan; dan e. Shipping timesheets; and

f. Salinan Invoice dan/atau kontrak barging/tongkang untuk titik penjualan bukan di FOB vessel.

f. Copies of Invoice and/or barging/tongkang contracts for points of sale other than FOB vessel.

g. Salinan bukti biaya penyesuaian yang telah disetujui Menteri.

g. Copies of adjustment cost proof approved by the Minister.

Bagian Ketiga Part Three

Penentuan Harga Patokan Batubara Determination of Benchmark Coal Prices

Pasal 57 Article 57

(1) Harga Patokan Batubara Steam Coal ditentukan dengan mengacu pada rata-rata dari indeks Harga Batubara yang diterbitkan lembaga yang diakui secara internasional.

(1) A Benchmark Steam Coal Price shall be determined with reference to the average coal prices index published by internationally-acknowledged institutions.

(2) Harga Patokan Batubara Steam Coal berupa suatu formula penetapan harga dan harga pada kualitas tertentu.

(2) A Benchmark Steam Coal Price shall be the formula for pricing and price at certain quality.

(3) Formula penetapan Harga Patokan Batubara Steam Coal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur di dalam Keputusan Menteri.

(3) The formula for Benchmark Steam Coal Pricing as intended by section (2) shall be governed by Regulation/Decision of the Minister.

Page 50: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 50

Pasal 58 Article 58

(1) Harga Patokan Batubara Coking Coal ditentukan dengan mengacu pada rata-rata dari indeks harga batubara yang diterbitkan lembaga yang diakui secara internasional.

(1) A Benchmark Coking Coal Price shall be determined with reference to the average coal prices index published by internationally-acknowledged institutions.

(2) Formula penetapan Harga Patokan Batubara Coking Coal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur di dalam Keputusan Menteri.

(2) The formula for Benchmark Coking Coal Pricing as intended by section (1) shall be governed by Regulation/Decision of the Minister.

Pasal 59 Article 59

(1) Harga Patokan Batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, Pasal 57 dan Pasal 58 adalah Harga Batubara secara Free on Board (FOB) di atas kapal pengangkut (vessel) Batubara.

(1) Benchmark Coal Prices as intended by Article 55, Article 57 and Article 58 shall be Coal Prices at Free on Board (FOB), on board vessels carrying Coal.

(2) Apabila titik serah penjualan Batubara tidak dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Harga Batubara wajib mengikuti Harga Patokan Batubara dengan ditambah atau dikurangi Biaya Penyesuai yang disetujui Menteri.

(2) If a delivery point of Coal sale is not applied as intended by section (1), Coal Prices must follow Benchmark Coal Prices added with or deducted by Adjustment Cost approved by the Minister.

Bagian Keempat Part Four

Penerapan Harga Patokan Batubara Application of Benchmark Coal Prices

Pasal 60 Article 60

(1) Harga Batubara dalam Penjualan Spot dan Penjualan Jangka Tertentu harus mengikuti Harga Patokan Batubara pada bulan di mana dilakukan kesepakatan Harga Batubara antara Pemegang IUP dan IUPK Batubara dengan pembeli Batubara.

(1) Spot Coal Prices and Term Coal Prices must follow Benchmark Coal Prices of the month when Coal Prices are agreed upon between Coal Mining Permit holders and Special Mining Permit holders and Coal buyers.

(2) Kesepakatan Harga Batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera disampaikan oleh Pemegang IUP dan IUPKBatubara kepada Menteri.

(2) The agreed-upon Coal Prices as intended by section (1) must immediately be submitted by Coal Mining Permit holders and Special Mining Permit holders to the Minister.

(3) Penandatanganan kontrak jual beli Batubara sebagai tindak lanjut dari kesepakatan Harga Batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah terjadi kesepakatan Harga Batubara.

(3) The signing of Coal sale and purchase contracts in furtherance of the agreed-upon Coal Prices as intended by section (1) shall be undertaken at the latest 3 (three) months after the Coal Prices are agreed upon.

Page 51: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 51

Pasal 61 Article 61

(1) Jangka waktu pengiriman Batubara dalam Penjualan Spot dilakukan selama periode kontrak.

(1) Spot Coal shall be delivered during the term of contract.

(2) Apabila jangka waktu antara penandatanganan kontrak jual beli Batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (3) dengan waktu pengiriman Batubara dari Pemegang IUP dan IUPK Batubara kepada pembeli Batubara melebihi periode kontrak, maka harus dilakukan penyesuaian harga mengikuti Harga Patokan Batubara pada bulan di mana dilakukan pengiriman Batubara tersebut.

(2) If the interval between the signing of a coal sale and purchase contract as intended by Article 60 section (3) and the time of coal delivery by Coal Mining Permit holders and Special Mining Permit holders to Coal buyers exceeds the term of contract, cost adjustment must be made following Benchmark Coal Prices of the month in which delivery of Coal is undertaken.

Pasal 62 Article 62

(1) Harga Batubara dalam Penjualan Jangka Tertentu harus disesuaikan setiap 12 (dua belas) bulan sekali mengikuti Harga Patokan Batubara pada bulan di mana dilakukan penyesuaian harga.

(1) Term Coal Prices must be adjusted once 12 (twelve) months following Benchmark Coal Prices of the month in which cost adjustment is made.

(2) Apabila jangka waktu antara penandatanganan kontrak jual beli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (3) dengan waktu pengiriman pertama Batubara dari Pemegang IUP dan IUPK Batubara kepada pembeli batubara lebih dari 12 (dua belas) bulan, maka harus dilakukan penyesuaian harga mengikuti Harga Patokan Batubara pada bulan di mana dilakukan pengiriman Batubara tersebut.

(2) If the interval between the signing of a coal sale and purchase contract as intended by Article 60 section (3) and the time of coal delivery by Coal Mining Permit holders and Special Mining Permit holders to Coal buyers exceeds 12 (twelve) months, cost adjustment must be made following Benchmark Coal Prices of the month in which delivery of Coal is undertaken.

Pasal 63 Article 63

(1) Batubara Jenis Tertentu dapat dijual dengan harga di bawah Harga Patokan Batubara, setelah mendapat persetujuan dari Menteri c.q. Direktur Jenderal.

(1) Certain-Type Coal may be sold below Benchmark Coal prices upon approval of the Minister, in this case the Director General.

(2) Batubara Jenis Tertentu sebagaimana disebutkan pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

(2) Certain-Type Coal as intended by section (1) shall be governed by Regulation of the Minister.

Page 52: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 52

BAB IX CHAPTER IX

DIVESTASI SAHAM PEMEGANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) DAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN KHUSUS (IUPK) YANG

SAHAMNYA DIMILIKI OLEH ASING

SHARE DIVESTMENT BY MINING PERMIT HOLDERS AND SPECIAL MINING PERMIT

HOLDERS WHOSE SHARES ARE OWNED BY FOREIGNERS

Pasal 64 Article 64

(1) Pemegang IUP dan IUPK yang sahamnya dimiliki oleh asing, setelah 5 (lima) tahun sejak berproduksi wajib melakukan divestasi saham kepada Peserta Indonesia (Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), atau Badan Usaha Swasta Nasional) secara bersamaan melalui pemilikan langsung atau melalui pasar modal dalam negeri.

(1) Mining Permit holders and Special Mining Permit holders whose shares are owned by foreigners, upon 5 (five) years of production, are obligated to divest their shares to Indonesian Participants (the Government, Regional Governments, State-Owned Entities, Region-Owned Entities, or National Private Business Entities) simultaneously either through direct ownership or domestic capital markets.

(2) Jumlah saham yang didivestasikan sebagaimana dimaksud ayat (1) sekurang-kurangnya 10% dan dilakukan dalam satu kali penawaran.

(2) The number of shares divested as intended by section (1) shall be at least 10% and offered one time only.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak berlaku jika kepemilikan saham Peserta Indonesia telah mencapai sekurang-kurangnya 10%.

(3) The provision as intended by section (2) shall not apply where the shareholding of the Indonesian Participant is already at least 10%.

Pasal 65 Article 65

(1) Penawaran saham sebagaimana dimaksud Pasal 64 ayat (2) dilakukan selambat-lambatnya pada triwulan pertama tahun keenam berproduksi.

(1) An offer of shares as intended by Article 64 section (2) shall be made no later than the first quarter of the sixth production year.

(2) Harga saham yang ditawarkan harus dinilai oleh independent valuer.

(2) The price of shares must be valued by an independent appraiser/valuer.

(3) Divestasi saham harus terlaksana selambat-lambatnya pada triwulan keempat tahun keenam berproduksi.

(3) Share divestment must be made no later than the fourth quarter of the sixth production year.

(4) Saham yang telah dimiliki oleh peserta Indonesia tidak boleh dialihkan kembali kepada peserta asing.

(4) Shares already owned by an Indonesian Participant shall not be retransferred to a foreign participant.

(5) Dalam hal ada penambahan jumlah dalam modal saham Perusahaaan, pemegang saham Indonesia akan ditawarkan saham baru sebanding dengan saham yang telah dipegang.

(5) Where there is an addition to Company’s share capital, Indonesian shareholders shall be offered new shares equivalent to their shareholding.

Page 53: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 53

BAB X CHAPTER X

PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR WILAYAH

OPERASI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

DEVELOPMENT AND EMPOWERMENT OF COMMUNITY IN THE VICINITY OF MINERAL

AND COAL MINING OPERATION AREAS

Bagian Kesatu Part One

Ruang Lingkup Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Wilayah Pertambangan

Scope of Development and Empowerment of Community in the Vicinity of Mining Areas

Pasal 66 Article 66

(1) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat di sekitar wilayah pertambangan disusun dalam suatu program dengan maksud agar terciptanya kegiatan pengembangan masyarakat secara sistematis, terencana dan terarah sehingga tercapai kondisi sosial ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik.

(1) Development and Empowerment of Community in the vicinity of mining areas shall be prepared through a program with a view to activating community development in a systematic, planned and directed manner in order to gain a better social economic condition and quality of life.

(2) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat di sekitar wilayah pertambangan disusun dalam suatu program dengan memperhatikan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat disekitar wilayah operasi pertambangan mencakup hal-hal Hubungan Masyarakat (Community Relation), Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowering), Pelayanan Masyarakat (Community Services).

(2) Development and Empowerment of Community in the vicinity of mining areas shall be prepared through a program with due regard to the development and empowerment of community in the vicinity of mining operation areas, which the program includes matters concerning Community Relations, Community Empowering, Community Services.

(3) Penyusunan program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat meliputi antara lain:

(3) Preparation of a program as intended by section (1) may include, inter alia:

a. Kegiatan Hubungan Komunitas, antara lain: bidang keagamaan, bidang sosial budaya, bidang olah raga dan pendidikan.

a. Activities of Community Relations, including, inter alia: religious affairs, socio-cultural affairs, sports and education.

b. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat, antara lain: bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang ekonomi, bidang pertanian, bidang peternakan-perikanan.

b. Activities of Community Empowering, including, inter alia: education, health, economics, agriculture, animal husbandry-fisheries.

c. Kegiatan Pengembangan Infrastruktur, antara lain: sarana pendidikan, sarana keagamaan, sarana kesehatan, sarana pertanian-peternakan, sarana pemberdayaan ekonomi dan sarana umum lainnya.

c. Activities of Community Infrastructure, including, inter alia: education facilities, religious facilities, health facilities, agriculture-animal husbandry facilities, economic empowerment facilities, and other public facilities.

Page 54: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 54

d. Lain-lain dapat meliputi kegiatan kegiatan-kegiatan yang belum termasuk pada program Kegiatan Komunitas, Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat, Kegiatan Pengembangan Infrastruktur, seperti bantuan bencana alam dan kegiatan penghijauan dan kampanye lingkungan yang sifatnya nasional.

d. Other activities may include activities not yet included in the program of Activities of Community, Activities of Community Empowering, Activities of Community Infrastructure Development, such as, natural disaster relief and activities of afforestation/reforestation and environmental campaigns that are national in nature.

Pasal 67 Article 67

(1) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat oleh pemegang IUP dan IUPK diprioritaskan untuk masyarakat sekitar wilayah tambang yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung akibat aktifitas pertambangan.

(1) Community Development and Empowerment by Mining Permit holders and Special Mining Permit holders shall be prioritized for community in the vicinity of mining areas either directly or indirectly affected by the impact of mining activities.

(2) Prioritas masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu masyarakat yang berada dalam suatu wilayah kecamatan/kabupaten dengan lokasi WIUP.

(2) Community to be prioritized as intended by section (1) shall be community living in areas of subdistricts’/regencies’ areas where Mining Permit Areas are located.

Bagian Kedua Part Two

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat

Community Development and Empowerment Institutions

Pasal 68 Article 68

Dalam rangka pelaksanaan program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintah Daerah bersama-sama dengan Masyarakat dan pemegang IUP dan IUPK membentuk suatu Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat di tingkat Kabupaten/Kota.

To implement a Community Development and Empowerment program, the Regional Governments together with the Community and Mining Permit holders and Special Mining Permit holders shall form a Community Development and Empowerment Institution at the Regency/City level.

Pasal 69 Article 69

Anggota Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari unsur masyarakat, pemegang IUP atau IUPK dan unsur Pemerintah, dengan jumlah yang proporsional.

Members of a Community Development and Empowerment Institution shall be the elements that include community, Mining Permit holders or Special Mining Permit holders and the Government, in proportional number.

Page 55: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 55

Pasal 70 Article 70

Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya akan melakukan pembinaan, pengawasan dan evaluasi dari pelaksanaan program yang telah disusun oleh Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat berkaitan dengan rencana kerja dan anggaran dari pemegang IUP atau IUPK.

The Minister, the Governors, the Regents/Mayors shall within their authority guide, supervise and evaluate the implementation of a program prepared by the Community Development and Empowerment Institutions in connection with the working plans and budget of Mining Permit holders or Special Mining Permit holders.

Pasal 71 Article 71

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat memiliki tugas dan tanggung jawab untuk:

A Community Development and Empowerment Institution shall have duties and responsibilities to:

a. Melakukan identifikasi usulan-usulan program dan biaya Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat setiap tahunnya yang diusulkan pemegang IUP atau IUPK, atau masyarakat.

a. Identify every year the proposed Community Development and Empowerment programs and costs submitted by Mining Permit holders or Special Mining Permit holders, or the community.

b. Setelah berkonsultasi dengan Gubernur atau Bupati/Walikota, Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat menetapkan program-program tahunan untuk WIUP yang terletak di wilayah masing-masing Kabupaten/Kota.

b. Upon consultation with the Governors or the Regents/Mayors, Community Development and Empowerment Institutions shall determine annual programs for Mining Permit Areas located in the respective Regencies/Cities.

c. Melakukan sosialisasi kepada Masyarakat atas program-program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat yang telah ditetapkan, termasuk penjelasan mengenai pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat yang telah ditetapkan.

c. Socialize the Community with the Community Development and Empowerment programs that have been determined, along with briefing on the implementation of activities according to the adopted Community Development and Empowerment programs.

d. Melakukan evaluasi setiap tahun terhadap pelaksanaan program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat.

d. Evaluate every year the implementation of the Community Development and Empowerment programs.

e. Melakukan koordinasi antar Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat pada wilayah Kabupaten/Kota lainnya yang dilakukan setiap tahun sehubungan dengan program-program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat yang akan ditetapkan untuk tahun berikutnya.

e. Coordinate every year Community Development and Empowerment Institutions with other Regencies/Cities with respect to Community Development and Empowerment programs to be adopted for the following year.

Page 56: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 56

Pasal 72 Article 72

Biaya operasional dari Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat diambilkan dari alokasi biaya program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat pemegang IUP dan IUPK yang dianggarkan setiap tahun.

Operating expenses of Community Development and Empowerment Institutions shall be charged to Community Development and Empowerment program funds allocated by Mining Permit holders and Special Mining Permit holders in their annual budget.

Pasal 73 Article 73

Alokasi biaya program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat dari pemegang IUP dan IUPK tidak dapat dimasukan sebagai Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD).

Community Development and Empowerment program funds allocated by Mining Permit holders and Special Mining Permit holders shall not be included in the Regional Budget.

Bagian Ketiga Part Three

Mekanisme Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Wilayah

Tambang

Mechanisms for Implementation of Development and Empowerment of Community in the Vicinity of

Mining Areas

Pasal 74 Article 74

(1) Setiap pemegang IUP dan IUPK baik itu IUP/IUPK Eksplorasi maupun IUP/IUPK Operasi Produksi wajib melaksanakan dan mendukung program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat yang telah ditetapkan oleh Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya.

(1) Any Exploration or Production Operation Mining Permit holder and Special Mining Permit holder are obligated to implement and support the Community Development and Empowerment programs adopted by Community Development and Empowerment Institutions under this Regulation of the Government and other relevant laws and regulations.

(2) Pemegang IUP dan IUPK setiap tahun wajib menyampaikan rencana dan biaya pelaksanaan Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat berdasarkan rencana kerja dan anggaran biaya IUP dan IUPK yang telah disetujui oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya kepada Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat.

(2) Mining Permit holders and Special Mining Permit holders are obligated to submit Community Development and Empowerment Program plans and budget every year under Mining Permit holders’ and Special Mining Permit holders’ working plans and budget already approved by the Minister, the Governors, the Regents/Mayors within their authority, to Community Development and Empowerment Institutions.

Page 57: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 57

Pasal 75 Article 75

(1) Masyarakat dapat mengajukan usulan program kegiatan-kegiatan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat pada wilayah dimana Masyarakat tersebut berdomisili kepada Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat.

(1) Community may propose Community Development and Empowerment Program activities in areas where the Community is domiciled to Community Development and Empowerment Institutions.

(2) Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat melakukan sinkronisasi bersama dengan Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannnya atas usulan program dari masyarakat dengan rencana dan biaya yang disampaikan oleh pemegang IUP dan IUPK setiap tahun.

(2) Community Development and Empowerment Institutions and the Minister, the Governors, the Regents/Mayors within their authority shall synchronize every year the programs proposed by the Community with the budget submitted by Mining Permit holders and Special Mining Permit holders.

(3) Usulan program dari masyarakat dan usulan rencana dan biaya dari pemegang IUP dan IUPK yang telah dilakukan sinkronisasi oleh Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat bersama dengan pemerintah daerah selanjutnya disebut sebagai Program Kerja Tahunan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat.

(3) Programs proposed by the community and proposed plans and budget submitted by Mining Permit holders and Special Mining Permit holders that have been synchronized by Community Development and Empowerment Institutions and the regional governments shall further be called Annual Work Programs of Community Development and Empowerment Institutions.

(4) Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat wajib melakukan evaluasi dan atas pelaksanaan program yang sudah dilaksanakan dan menyampaikan laporan secara terbuka kepada masyarakat yang menjadi sasaran program pengembangan dan pemberdayaan.

(4) Community Development and Empowerment Institutions are obligated to evaluate the implementation of programs already performed and provide reports transparently to the community on which the development and empowerment programs are targeted.

(5) Masyarakat dapat menyampaikan laporan secara tertulis disertai alasannya mengenai pelaksanaan Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat yang tidak sesuai dengan Program Kerja Tahunan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat, kepada Lembaga Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat dengan tembusan kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota yang bersangkutan.

(5) Community may make complaints in writing with assigning any reason against the inconsistency between the implementation of the Community Development and Empowerment Programs and the Annual Work Programs of Community Development and Empowerment Institutions, to Community Development and Empowerment Institutions, a copy of which to the Minister, the Governors, the Regents/Mayors concerned.

Page 58: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 58

Pasal 76 Article 76

Biaya Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat yang dibebankan Pemegang IUP dan IUPK berasaskan kepada kemampuan Pemegang IUP dan IUPK dan berdasarkan pada tingkat kewajaran.

Community Development and Empowerment Program Costs charged to funds allocated by Mining Permit holders and Special Mining Permit holders shall occur within the principle of capability of the Mining Permit holders and Special Mining Permit holders, and on the degree of fairness.

Pasal 77 Article 77

Dana Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat yang berasal dari IUP dan IUPK dikelola oleh Lembaga Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat.

Community Development and Empowerment Program Funds derived from Mining Permit holders and Special Mining Permit holders shall be managed by Community Development and Empowerment Institutions.

BAB XI CHAPTER XI

SANKSI SANCTIONS

Pasal 78 Article 78

(1) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya berhak memberikan sanksi administratif kepada pemegang IUP dan IUPK atas pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundangan.

(1) The Minister, the Governors, the Regents/Mayors shall within their authority be authorized to impose administrative sanctions against Mining Permit holders and Special Mining Permit holders for violation of the provisions of laws and regulations.

(2) Bupati/Walikota, Camat berhak memberikan sanksi administratif kepada pemegang IPR atas pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundangan.

(2) The Regents/Mayors, the head of subdistricts shall be authorized to impose administrative sanctions against Small-Scale Mining Permit holders for violation of the provisions of laws and regulations.

(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berupa:

(3) Administrative sanctions as intended by section (1) and section (2) shall be in the form of:

a. Peringatan tertulis; a. Written warning;

b. Penghentian Sementara sebagian atau seluruh kegiatan eksplorasi atau operasi produksi; dan/atau

b. Suspension of part or all of exploration or production operation activities; and/or

c. Pencabutan. c. Revocation.

Page 59: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 59

(4) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu masing-masing satu bulan, apabila peringatan tertulis tidak diindahkan, maka dilakukan penghentian sementara atau pencabutan IUP, IUPK dan IPR.

(4) Written warning as intended by section (3) shall be given not more than 3 (three) times at monthly interval, failing to heed the warning will result in suspension or revocation of a Mining Permit, Special Mining Permit and Small-Scale Mining Permit.

Pasal 79 Article 79

Pemegang IUP atau IUPK yang dengan sengaja menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dengan tidak benar atau menyampaikan keterangan palsu dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Mining Permit holders or Special Mining Permit holders that knowingly submit reports as intended by Article 20 which are untrue, or make representations which are false shall be imposed criminal sanctions under the provisions of laws and regulations.

BAB XII CHAPTER XII

KETENTUAN PERALIHAN TRANSITIONAL PROVISIONS

Pasal 80 Article 80

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku: Upon effectiveness of this Regulation of the Government:

(1) Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara yang telah melakukan tahap kegiatan operasi produksi sebelum berlakunya peraturan pemerintah ini tetap berlaku sampai habis dan dapat diperpanjang dengan ketentuan perundang-undangan.

(1) Contracts of Works and Coal Contracts of Works that have undertaken stages of production operations prior to the effectiveness of this Regulation of the Government shall remain valid until expiration, and are extendable under provisions of laws and regulations.

(2) Kuasa Pertambangan (KP) yang telah ada sebelum Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara diberlakukan tetap berlaku sampai jangka waktu berakhirnya Kuasa Pertambangan (KP) tersebut.

(2) Mining Authorizations already existing prior to the effectiveness of Law Number 4 of 2009 concerning Mineral and Coal Mining shall remain valid until expiration of the Mining Authorizations.

(3) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya menetapkan Kuasa Pertambangan (KP) yang sudah ada sebelum Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dirubah menjadi IUP.

(3) The Minister, the Governors, the Regents/Mayors shall within their authority convert Mining Authorizations already existing prior to Law Number 4 of 2009 concerning Mineral and Coal Mining into Mining Permits.

Page 60: Rancangan PP UU MINERBA

Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro 60

(4) Permohonan Kuasa Pertambangan (KP) yang telah diterima Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota dan telah mendapatkan Pencadangan Wilayah sebelum diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, diproses lebih lanjut tanpa melalui lelang.

(4) Applications for Mining Authorizations already received by the Minister, the Governors, the Regents/Mayors and already obtaining Reserved Areas prior to the effectiveness of Law Number 4 of 2009 concerning Mineral and Coal Mining shall be processed further without any bidding process.

(5) SIPR dan SIPD yang telah ada sebelum Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, tetap berlaku sampai jangka waktu berakhirnya SIPR dan SIPD tersebut.

(5) Small-Scale Mining Permits and Regional Mining Permits already existing prior to the effectiveness of Law Number 4 of 2009 concerning Mineral and Coal Mining shall remain valid until expiration of the Small-Scale Mining Permits and Regional Mining Permits.

(6) Permohonan Surat Izin Pertambangan Rakyat (SIPR) dan Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD) yang telah diterima Bupati/Walikota sebelum Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara ini diundangkan dapat diproses lebih lanjut.

(6) Applications for Small-Scale Mining Permits and Regional Mining Permits already received by the Regents/Mayors prior to promulgation of Law Number 4 of 2009 concerning Mineral and Coal Mining may be processed further.

BAB XIII CHAPTER XIII

KETENTUAN PENUTUP CONCLUDING PROVISIONS

Pasal 81 Article 81

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

This Regulation of the Government shall take effect from the date of its promulgation.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

In order that every person may know of it, the promulgation of this Regulation of the Government is ordered by placement in the State Gazette of the Republic of Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal …………………………..

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Ttd.

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Enacted in Jakarta

on …………………………..

PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA

Sgd.

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Translated by: Wishnu Basuki (ABNR) [email protected]