RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI OTOMATIS pH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU SEBAGAI LARUTAN NUTRISI HIDROPONIK BERBASIS MIKROKONTROLER (Skripsi) Oleh BAYU DWI PRASETYO FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI OTOMATIS pH LIMBAH
CAIR INDUSTRI TAHU SEBAGAI LARUTAN NUTRISI HIDROPONIK
BERBASIS MIKROKONTROLER
(Skripsi)
Oleh
BAYU DWI PRASETYO
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI OTOMATIS pH LIMBAH
CAIR INDUSTRI TAHU SEBAGAI LARUTAN NUTRISI HIDROPONIK
BERBASIS MIKROKONTROLER
Oleh
BAYU DWI PRASETYO
Tahu merupakan salah satu makanan tradisional yang sangat dikenal dan
banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Proses produksi tahu
menghasilkan produk yang lainnya berupa limbah cair. Limbah cair tahu yang
sudah mengalami penurunan karakteristiknya seperti TSS, BOD, dan COD dapat
dimanfaatkan sebagai larutan nutrisi hidroponik. pH merupakan salah satu faktor
yang penting dalam sistem hidroponik. Pengontrolan pH secara manual dapat
menimbulkan resiko keterlambatan pada saat pengecekan pH. Salah satu upaya
yang dilakukan yaitu dengan cara mengendalikan pH secara otomatis
menggunakan mikrokontroler. Tujuan dari penelitian ini untuk merancang sistem
kendali pH limbah cair industri tahu sebagai larutan nutrisi hidroponik berbasis
mikrokontroler dan melakukan pengujian alat.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 sampai dengan
April 2017 di Jurusan Teknik Pertanian Universitas Lampung. Uji kinerja alat
dilakukan selama 48 jam dengan perekaman data setiap 1 menit. Analisis uji
Bayu Dwi Prasetyo
kinerjanya berupa nilai keakurasian, rerata waktu pengendalian, stabilitas, respon
sistem, dan pemberian aksi.
Hasil dari penelitian ini terealisasinya alat kontrol otomatis pH
berdasarkan variabel suhu dan pH. Sensor yang digunakan menghasilkan nilai R2
sebesar 0,99 dengan nilai error menggunakan uji RMSE sebesar 0,16 untuk
sensor suhu dan 0,41 untuk sensor pH. Dalam pengujian alatnya menghasilkan
tingkat keakuratan sebesar 95,71%, rerata waktu pengendalian selama 3 menit 2
detik, kinerja alat yang stabil, respon sistem selama 10 menit 39 detik untuk
menaikkan pH dan 22 menit 24 detik untuk menurunkan pH dari kondisi awal,
serta jumlah larutan asam (H2SO4) yang dikeluarkan sebanyak 452 ml dan jumlah
larutan basa (NaOH) yang dikeluarkan sebanyak 56 ml.
Kata kunci : sistem kendali, pH, limbah cair tahu, mikrokontroler ATmega328
ABSTRACT
DESIGN OF AUTOMATIC CONTROL BASED ON
MICROCONTROLLER TO CONTROL pH OF TOFU WASTEWATER
USED AS HYDROPONIC NUTRITION
By
BAYU DWI PRASETYO
Tofu, one of traditional foods, is well known and widely consumed by the people
of Indonesia. Treated tofu wastewater, whose characteristics such as TSS, BOD,
and COD had already decreased, can be potentially utilized as hydroponic nutrient
solution. Hence, pH is an important factor to be controlled in hydroponics
systems. Manually monitoring and controlling the pH may pose a risk of delayed
time. Best method to monitor and control the pH was done automatically using a
microcontroller. The purpose of this research is to design and test an automatic
pH controller for industrial liquid waste used as nutrient solution in hydroponic
system, based on microcontroller. This research was conducted on September
2016 until April 2017 at Agricultural Engineering Department of Lampung
University. Performance test of the tool was done for 48 hours with data
recording every 1 minute. Data analysis of the performance test include accuracy,
average of control time, stability, system response, and action. The results of this
research realization of automatic control tool pH based on temperature and pH
variables. Calibrations of the temperature sensor model and pH sensor model
both resulted in R2 = 0.99. Validation of the temperature sensor model resulted in
RMSE = 0.16 and the pH sensor model resulted in RMSE = 0.41. In the test of
the devices resulted in an accuracy of 95.71%, average controlling time was 3
minutes 2 seconds, stable tool performance, system response was 10 minutes 39
seconds to raise pH and 22 minutes 24 seconds to lower pH from initial
conditions, acid solution (H2SO4) released as much as 452 ml and amount of base
solution (NaOH) released as much as 56 ml.
Key words : Control system, pH, Tofu wastewater, Microcontroller
ATmega328
RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI OTOMATIS pH LIMBAH
CAIR INDUSTRI TAHU SEBAGAI LARUTAN NUTRISI HIDROPONIK
BERBASIS MIKROKONTROLER
Oleh
BAYU DWI PRASETYO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal
26 Juni 1994, sebagai anak kedua dari dua
bersaudara, dari Bapak Sairi dan Ibu Sri Hastuti.
Penulis menempuh pendidikan taman kanak-kanak di
TK Al-Azhar 2 Bandar Lampung dan lulus pada
tahun 2000. Pendidikan dilanjutkan di SD Al-Azhar
2 Bandar Lampung pada tahun 2000 dan lulus pada tahun 2006. Penulis
menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Bandar Lampung
pada tahun 2009 dan sekolah menengah atas diselesaikan di SMA Al-Azhar 3
Bandar Lampung pada tahun 2012.
Pada tahun 2012, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Tertulis.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Aplikasi
Komputer, Riset Operasional, Gambar Teknik, Aplikasi GIS, Instrumentasi, dan
Perancangan Mesin. Penulis pernah mengikuti Organisasi Persatuan Mahasiswa
Teknik Pertanian (PERMATEP) sebagai Anggota Bidang Keprofesian pada tahun
2013/2014 dan dilanjutkan sebagai Ketua Bidang Keprofesian pada tahun
2014/2015. Penulis pernah menjadi anggota PKM-P yang didanai oleh DIKTI
pada tahun 2014.
Pada tahun 2015, penulis melaksanakan Praktik Umum di PT Alam Indah Bunga
Nusantara Desa Kawungluwuk, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur,
Provinsi Jawa Barat dengan judul “Mempelajari Budidaya Bunga Krisan Pot
(Chrisanthemum Sp.) di PT Alam Indah Bunga Nusantara, Cianjur, Jawa Barat”
selama 30 hari mulai tanggal 27 Juli s.d. 27 Agustus 2015. Penulis melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sungai Luar, Kecamatan Menggala Timur,
Kabupaten Tulang Bawang, selama 60 hari mulai tanggal 18 Januari s.d. 17 Maret
2016.
i
Sebuah karya kecil buah pemikiran dan
kerja keras untuk kedua orang tuaku tercinta
yang telah membesarkan dan mendidikku
dengan penuh kasih sayang, kesabaran,
dan keikhlasan hati,
Bapak dan Ibuku tercinta Sairi dan Sri
Hastuti
Kakakku tersayang Akhmad Hastomo
Gesasuro
Dan sanak saudara yang ada di Tanjung
Enim
Serta teman-temanku angkatan 2012.
ii
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Rancang Bangun Sistem Kendali Otomatis pH Limbah Cair Industri Tahu
Sebagai Larutan Nutrisi Hidroponik Berbasis Mikrokontroler” sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknologi Pertanian di Universitas
Lampung
Penulisan Skripsi tidak akan berjalan tanpa bimbingan, dukungan, kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dukungan
moral, material dan doa.
2. Dr. Ir. Sugeng Triyono, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
Pembimbing Utama Skripsi yang telah memberikan kritik, saran, dan
pengarahan serta bimbingan dalam penulisan Skripsi.
3. Dr. Mareli Telaumbanua, S.TP., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Kedua
Skripsi yang telah memberikan kritik, saran, dan pengarahan serta bimbingan
dalam penulisan Skripsi.
4. Tri Wahyu Saputra, S.TP., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Kedua Skripsi
yang telah memberikan kritik, saran, dan pengarahan serta bimbingan dalam
iii
penulisan Skripsi.
5. Ir. Budianto Lanya, M.T., selaku Dosen Pembahas Skripsi yang telah
memberikan kritik dan saran dalam penulisan Skripsi.
6. Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian.
7. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian.
8. Teman-teman angkatan 2012 yang telah memberikan dukungan, semangat,
dan motivasi sehingga dapat terselesaikannya Skripsi.
9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung pelaksanaan penelitian
mulai dari awal sampai selesai yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga seluruh amal baik yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis
mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa Skripsi
ini masih jauh dari kata sempurna. Sedikit harapan semoga skripsi yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Bandar Lampung, Desember 2017
Bayu Dwi Prasetyo
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6
2.1. Limbah Industri Tahu .................................................................. 6 2.1.1. Proses Terjadinya Limbah Industri Tahu ......................... 6
2.1.2. Karakteristik Limbah Cair Industri Tahu ......................... 8
2.1.3. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu ........................... 8 2.1.4. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu Sebagai
Nutrisi/Pupuk Tanaman ................................................... 10
2.2. Teknik Hidroponik ...................................................................... 11
2.3. pH Larutan Nutrisi ...................................................................... 13
2.4. Sistem Kendali ............................................................................ 15
2.5. Mikrokontroler ............................................................................ 17
2.6. Sensor dan Aktuator .................................................................... 22 2.6.1. Sensor Suhu DS18B20 ..................................................... 22 2.6.2. Sensor pH ......................................................................... 23
III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 24
v
3.1. Waktu dan Tempat ...................................................................... 24
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................ 24
3.3. Kriteria Desain ............................................................................ 25
3.4. Prosedur Penelitian ...................................................................... 25
3.5. Perancangan Alat......................................................................... 27 3.5.1. Perancangan Struktural .................................................... 33 3.5.2. Perancangan Fungsional................................................... 34
3.6. Mekanisme Kerja ........................................................................ 38
3.7. Uji Alat ........................................................................................ 38
3.8. Analisis Data ............................................................................... 41 3.8.1. Root Mean Square Error (RMSE) ................................... 42
3.8.2. Koefisien Determinasi (R2) .............................................. 42
3.8.3. Koefisien Korelasi (r) ....................................................... 43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 44
4.1. Rangkaian Sistem Kendali .......................................................... 44
4.1.1. Dudukan dan Kaki Alat .................................................... 44 4.1.2. Alat Kendali ..................................................................... 46 4.1.3. Instalasi Hidroponik ......................................................... 52
4.2. Kalibrasi dan Validasi Sensor ..................................................... 54 4.2.1. Kalibrasi ........................................................................... 54
4.2.2. Validasi ............................................................................ 60
4.3. Pengujian Kinerja Alat ................................................................ 63 4.3.1. Keakurasian ...................................................................... 63
4.3.2. Rerata Waktu Pengendalian ............................................. 66 4.3.3. Stabilitas ........................................................................... 68 4.3.4. Respon Sistem .................................................................. 69 4.3.5. Pemberian Aksi ................................................................ 70
V. SIMPULAN DAN SARAN................................................................. 72
5.1. Simpulan...................................................................................... 72
5.2. Saran ............................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 74
LAMPIRAN .................................................................................................. 74
vi
Tabel 9-10 ....................................................................................................... 78
Gambar 40 ....................................................................................................... 108
Gambar 41 ....................................................................................................... 109
Gambar 42-44.................................................................................................. 110
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Efisiensi penurunan kandungan bahan organik pada limbah .................. 10
2. Perbandingan unsur hara limbah tahu terhadap pupuk komersil ............ 11
3. Spesifikasi Arduino Uno R3 ................................................................... 20
4. Interpretasi koefisien korelasi ................................................................. 43
5. Hasil analisis regresi ............................................................................... 59
6. Koefisien regresi ..................................................................................... 60
7. Nilai keakurasian alat .............................................................................. 65
8. Nilai rerata waktu pengendalian alat ....................................................... 67
9. Nilai RMSE suhu .................................................................................... 78
10. Nilai RMSE pH ....................................................................................... 78
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Proses pembuatan tahu. ........................................................................... 7
2. Neraca masa pembuatan tahu. ................................................................. 8
3. Perubahan COD setiap hari. .................................................................... 9
4. Ketersediaan unsur hara terhadap nilai pH. ............................................ 14
5. Diagram blok sistem kendali tertutup. .................................................... 17
6. Konfigurasi pin ATmega328. ................................................................. 19
7. Arduino Uno R3. ..................................................................................... 20
8. Setting point yang ditentukan. ................................................................. 25
9. Diagram alir penelitian. ........................................................................... 26
10. Tampilan layar software Arduino IDE. ................................................... 28
11. Rancangan penelitian tampak isometri. .................................................. 29
12. Rancangan penelitian tampak atas. ......................................................... 29
13. Diagram proses perancangan alat. .......................................................... 30
14. Diagram proses kalibrasi dan validasi alat. ............................................. 31
15. Diagram alir pemrograman. .................................................................... 32
16. Diagram blok sistem kendali limbah cair tahu. ....................................... 33
17. Sensor pH dan DS18B20 waterproof. ..................................................... 35
18. Mikrokontroler jenis Arduino Uno. ........................................................ 35
19. Real time clock. ....................................................................................... 36
20. micro SD card module. ........................................................................... 36
21. Liquid crystal display 20x4. .................................................................... 37
22. Modul relay jenis (a) 4-channel dan (b) 2-channel. ............................... 37
ix
23. Kurva respon transient dan steady state. ................................................ 40
24. Rangkaian alat penelitian. ....................................................................... 44
25. Dudukan alat. .......................................................................................... 45
26. Tampilan LCD. ....................................................................................... 45
27. Rangkaian elektronika. ............................................................................ 47
28. Instalasi hidroponik. ................................................................................ 53
29. Kalibrasi sensor suhu. ............................................................................. 55
30. Korelasi antara pH sensor dan pH kalibrator. ......................................... 56
31. Korelasi antara Suhu dan pH. ................................................................. 57
32. Korelasi antara EC dan pH. ..................................................................... 58
33. Validasi sensor suhu. ............................................................................... 61
34. Validasi sensor pH. ................................................................................. 62
35. Hasil perekaman data. ............................................................................. 63
36. Stabilitas alat. .......................................................................................... 68
37. Respon sistem saat menaikkan pH. ......................................................... 69
38. Respon sistem saat menurunkan pH. ...................................................... 69
39. Pemberian larutan asam dan basa. .......................................................... 71
40. Skematik rangkaian alat dari power supply ke relay. ............................. 108
41. Skematik rangkaian alat dari power supply ke mikrokontroler. ............. 109
42. Pembuatan larutan nutrisi. ....................................................................... 110
43. Proses kalibrasi sensor. ........................................................................... 110
44. Proses validasi sensor. ............................................................................. 110
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tahu merupakan salah satu makanan tradisional yang sangat dikenal dan banyak
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sebagian besar tahu di Indonesia
dihasilkan oleh industri skala kecil hingga menengah. Industri tahu berkembang
dengan pesat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. Hal
ini membuat keberadaan industri tahu menjadi penting untuk mencukupi
kebutuhan masyarakat.
Pada dasarnya, proses produksi tahu menghasilkan dua macam limbah yaitu
limbah padat dan limbah cair. Untuk saat ini limbah padat masih belum dirasakan
dampaknya karena dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pakan ternak, tetapi
limbah cair mengakibatkan bau busuk dan apabila langsung dibuang ke sungai
dapat menyebabkan tercemarnya sungai. Limbah cair tahu didapatkan dari
buangan sisa-sisa proses perendaman, pencucian, penggilingan, perebusan, dan
penyaringan. Setiap 1 kg bahan baku kedelai mampu menghasilkan limbah cair
tahu sebanyak 15–20 liter (Sadzali, 2010).
Limbah cair tahu memiliki karakteristik Total Suspended Solid (TSS) sekitar 30
kg, Biological Oxygen Demand (BOD) sekitar 65 g, dan Chemical Oxygen
Demand (COD) sekitar 130 g (Sadzali, 2010). Tingginya nilai TSS menyebabkan
2
kekeruhan pada sungai sehingga sulit untuk mikroorganisme melakukan
fotosintesa. Tingginya nilai BOD menyebabkan adanya bau busuk pada sungai
karena oksigen terlarut dalam air dihabiskan oleh bakteri saat proses penguraian
zat organik. Tingginya nilai COD menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen
terlarut pada sungai karena adanya proses oksidasi zat-zat organik yang
terkandung dalam limbah cair tahu. Dari uraian tersebut menunjukkan perlu
adanya teknologi yang mampu menurunkan nilai dari karakteristik limbah cair
tahu.
Saat ini telah ada teknologi yang mampu menurunkan karakteristik TSS, BOD,
dan COD seperti yang dilakukan oleh Said dan Wahjono (1999). Cara
pengolahannya memfilter air limbah industri tahu dengan filter anaerob-aerob.
Hasil yang didapat mampu menurunkan kandungan TSS, BOD, dan COD
berturut-turut sebesar 94%, 89,4%, dan 88,2%. Limbah cair tahu yang sudah
mengalami penurunan karakteristiknya mampu dimanfaatkan sebagai larutan
nutrisi hidroponik. Sutrisno, dkk. (2015) melakukan fermentasi limbah cair tahu
dengan bantuan Effective Microorganisms 4 (EM4). Hasil dari fermentasi
tersebut mampu memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan sawi hijau yang
ditinjau dari parameter tinggi tanaman dan biomassa basah tanaman. Pada akhir
pengamatan nilai pH masih tergolong rendah yaitu sebesar 5, sehingga perlu
penanganan lebih lanjut untuk menaikkan pH.
pH (potential of Hydrogen) adalah parameter kualitas air yang menunjukkan asam
basa suatu larutan berdasarkan jumlah ion hidrogen (H+) atau hidroksil (OH
-). pH
merupakan salah satu faktor yang penting untuk pertumbuhan tanaman karena
3
dapat berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pada sistem
hidroponik nilai pH yang optimum berkisar antara 5,5–6,8 karena unsur hara pada
larutan nutrisi dapat terserap dengan baik oleh tanaman (Annisa, dkk. 2016).
Nilai pH pada limbah cair tahu yang masih segar tergolong asam yaitu berkisar
antara 3–4 (Kurniasari, 2012). Limbah cair tahu yang diolah melalui proses
filtrasi aerobik dengan media filter batu fosfat, mampu menaikkan pH limbah cair
tahu dari kisaran 4 hingga 5–7 dalam kurun waktu 12 jam filtrasi resirkulasi (12-
hour Hydraulic Retention Time) (Triyono, dkk. 2015).
Nilai pH yang berada di bawah nilai 5,5 dan di atas nilai 6,8 menyebabkan
tanaman tidak dapat menyerap dengan baik. Hal itu disebabkan karena unsur hara
mikro dan makro terikat secara kimiawi (Resh, 2013). Dari pernyataan tersebut
perlu adanya pengontrolan pada pH agar tanaman dapat tumbuh secara optimal
dengan menyerap cukup nutrisi.
Pengontrolan pH yang baik dilakukan setiap hari karena nilai pH bisa berubah
setiap saat. Tinggi rendahnya nilai pH disebabkan oleh konsentrasi gas-gas dalam
air seperti CO2, konsentrasi garam-garam karbonat dan bikarbonat, dan proses
dekomposisi bahan organik. Untuk saat ini pengontrolan pH masih dilakukan
secara manual dengan menggunakan alat ukur pH meter. Pengontrolan pH secara
manual membutuhkan banyak waktu sehingga dapat menimbulkan resiko
keterlambatan pada saat pengecekan pH. Apabila dalam melakukan kontrol
mengalami keterlambatan dapat berdampak pada kondisi tanaman. Untuk
mengurangi resiko tersebut salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan cara
mengendalikan pH secara otomatis menggunakan mikrokontroler.
4
Mikrokontroler adalah suatu perangkat elektronika yang memiliki jalur pin
masukan/keluaran, memori, dan prosesor. Perangkat ini mampu menyimpan
suatu program dan mampu memberikan aksi berulang-ulang secara otomatis
sesuai dengan program yang dibuat. Sehingga penggunaan mikrokontroler sangat
berguna dalam hal pengendalian secara otomatis. Oleh karena itu, pada penelitian
ini diharapkan mampu mengendalikan pH limbah cair industri tahu sebagai
larutan nutrisi hidroponik berbasis mikrokontroler.
1.2. Rumusan Masalah
Limbah cair industri tahu yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu sangat
berlimpah. Limbah cair tahu memiliki kandungan bahan organik tinggi yang
dapat mencemarkan sungai dan mengeluarkan bau busuk, sehingga perlu adanya
pengolahan untuk menurunkan kandungan bahan organiknya. Limbah cair tahu
yang sudah mengalami penurunan bahan organiknya dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk/nutrisi hidroponik. Namun limbah cair tahu tidak dapat langsung
diaplikasikan ke tanaman, karena memiliki nilai pH rendah sekitar 3–4. Nilai pH
yang rendah dapat menyebabkan tanaman tidak mampu tumbuh secara optimal.
Nilai pH yang dianjurkan untuk budidaya hidroponik berkisar pada 5,5–6,8,
sehingga perlu adanya pengendalian pH untuk mencapai kondisi tersebut.
Pengendalian pH untuk saat ini masih dilakukan secara manual dengan
menggunakan pH meter. Pengendalian secara manual membutuhkan banyak
waktu sehingga dapat menimbulkan resiko keterlambatan. Akibat dari resiko
tersebut berdampak pada pertumbuhan tanaman yang tidak optimal. Untuk itu
dibutuhkan sebuah alat yang mampu mengendalikan pH secara berkelanjutan.
5
Namun permasalahannya adalah bagaimana cara merancang alat tersebut dan
bagaimanakah hasil pengujian kinerja alatnya?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah merancang sistem kendali untuk
mengendalikan nilai pH limbah cair industri tahu sebagai larutan nutrisi
hidroponik berbasis mikrokontroler.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Melakukan kalibrasi dan validasi sensor DS18B20 untuk nilai pH dan
suhu larutan.
2. Melakukan pengujian alat untuk mendapatkan nilai kinerja aktuator yang
meliputi keakurasian, rerata waktu pengendalian, stabilitas, respon sistem,
dan pemberian aksi.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai salah satu referensi ilmiah dalam
perancangan teknologi sistem kendali berbasis mikrokontroler dan untuk
membantu para petani hidroponik dalam mengendalikan pH larutan nutrisi secara
otomatis.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah Industri Tahu
Limbah tahu merupakan buangan sisa yang dihasilkan dalam proses pembuatan
tahu. Pada umumnya limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu terdiri
dari dua jenis limbah yaitu limbah padat dan limbah cair.
2.1.1. Proses Terjadinya Limbah Industri Tahu
Limbah padat tahu berasal dari proses pencucian penyaringan berupa biji yang
jelek, ceceran biji, dan batu kerikil yang terikut dalam biji. Dari proses
penyaringan dihasilkan limbah padat berupa ampas tahu, sedangkan dari proses
pengepresan dihasilkan potongan-potongan tahu yang tercecer. Limbah padat
masih belum dirasakan dampaknya terhadap lingkungan karena dapat
dimanfaatkan untuk pembuatan pakan ternak. Limbah cair didapatkan dari
buangan sisa-sisa proses perendaman, pencucian, penggilingan, perebusan, dan
penyaringan dengan besaran total massa 2610 kg seperti pada Gambar 1 dan 2.
7
Kedelai
air untuk pencucian air limbah
Kedelai bersih
air untuk rendaman air limbah
Kedelai rendaman
Bubur kedelai
air
ampas tahu
Susu kedelai
Campuran padatan tahu dan cairan
air limbah
Tahu
Gambar 1. Proses pembuatan tahu.
(Sumber: Said dan Wahjono, 1999)
Pencucian
Perendaman
Ditiriskan kemudian digiling dengan ditambah air
Dimasak
Disaring
Ditambah larutan pengendap sedikit demi sedikit sambil diaduk pelan-pelan
Pembuangan cairan
Pencetakan
8
Bahan Baku (Input) Teknologi Energi Hasil (Output)
Manusia
Proses
Ternak
Limbah
Gambar 2. Neraca masa pembuatan tahu.
(Sumber: Said dan Wahjono, 1999)
2.1.2. Karakteristik Limbah Cair Industri Tahu
Limbah cair industri tahu memiliki beberapa karakteristik yang perlu dipahami
sebelumnya yaitu karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik fisika berupa
padatan total, suhu, pH, warna, dan bau. Sedangkan karakteristik kimia berupa
bahan organik, bahan anorganik, dan gas. Suhu air limbah tahu berkisar 37–45
oC, pH 3–4, kekeruhan 535–585 FTU (Formazin Turbidity Unit), warna 2225–
2250 Pt.Co (Platinum Cobalt), Amonia 23,3–23,5 mg/l, BOD5 6000–8000 mg/l,
dan COD 7500–14000 mg/l. Bahan-bahan organik yang terkandung dalam
limbah cair industri tahu pada umumnya sangat tinggi yang terdiri dari senyawa-
senyawa organik berupa protein 40–60 %, karbohidrat 25–50 %, dan 10% lemak
(Herlambang, 2002).
2.1.3. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu
Berdasarkan data yang didapat pada karakteristik limbah cair industri tahu, dapat
diketahui bahwa nilai BOD dan COD sangat tinggi. Tingginya nilai BOD dan
COD menyebabkan terjadinya pencemaran pada sumber air karena kandungan
oksigen terlarut digunakan oleh bakteri untuk mengurai atau mengoksidasi zat-zat
Kedelai 60 kg
Air 2700 kg Tahu 80 kg
Ampas Tahu 70 kg
“Whey” 2610 kg
9
organik pada limbah cair. Untuk menurunkan nilai BOD dan COD tersebut
diperlukan adanya pengolahan pada limbah cair.
Saat ini sudah banyak teknologi yang mampu mengolah limbah cair industri tahu
untuk menurunkan konsentrasi BOD ataupun COD, seperti penelitian yang
dilakukan oleh Ratnani, dkk. (2011).
Gambar 3. Perubahan COD setiap hari.
(Sumber: Ratnani, dkk. 2011)
Gambar 3 menunjukkan adanya penurunan pada kedua konsentrasi COD dengan
menggunakan eceng gondok. Hal ini menunjukkan bahwa limbah cair tahu yang
mempunyai konsentrasi COD tinggi bisa diolah dengan eceng gondok dan
mengalami penurunan konsentrasi COD setiap harinya.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Said dan Wahjono (1999) dengan cara
memfilter air limbah industri tahu tempe dengan filter anaerob-aerob. Hasil yang
didapat dari penelitian tersebut terjadinya penurunan pada masing-masing
parameter yang diamati yaitu, BOD sebesar 89,4%, COD sebesar 88,2%, TSS
sebesar 94%, dan NH4-N sebesar 53% yang disajikan seperti pada Tabel 1.
10
Tabel 1. Efisiensi penurunan kandungan bahan organik pada limbah
No Parameter Air Limbah Sebelum
Diolah (mg/L)
Air Limbah Setelah
Diolah (mg/L)
Efisiensi
(%)
1 BOD 585 62 89,4
2 COD 1252 148 88,2
3 TSS 429 26 94
4 NH4-N 33,03 15,6 53
5 pH 7,4 8,2 -
(Sumber: Said dan Wahjono, 1999)
Hasil-hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa limbah cair industri tahu
bisa diolah untuk menurunkan nilai karakteristiknya sehingga layak untuk
dibuang ke sumber air ataupun aman untuk digunakan kembali.
2.1.4. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu Sebagai Nutrisi/Pupuk
Tanaman
Limbah cair tahu yang sudah mengalami penurunan karakteristiknya
menunjukkan terjadinya konversi bahan organik terlarut menjadi bioflok. Bioflok
merupakan bahan-bahan organik hidup yang melayang-layang di air dalam bentuk
gumpalan-gumpalan kecil. Bioflok terpisah dari air limbah karena mengendap.
Bahan-bahan organik yang sudah berubah menjadi bioflok, sudah siap
dimanfaatkan sebagai nutrisi atau pupuk tanaman. Sebelum digunakan sebagai
nutrisi atau pupuk tanaman perlu dianalisis terlebih dahulu kandungan unsur hara
yang terdapat pada limbah cair industri tahu. Kandungan unsur hara yang sudah
diuji pada limbah tahu disajikan pada Tabel 2.
11
Tabel 2. Perbandingan unsur hara limbah tahu terhadap pupuk komersil
Parameter Limbah Tahu
Padat
Kompos
Padat Green
Valley
Limbah Tahu
Cair
Pupuk Cair
Komersil
Tristan
N (%) 1,24 1,44 0,27 0,42
P2O5 (ppm) 5,54 2,37 2,85 0,28
K2O (%) 1,34 3,03 0,29 0,08
Protein (%) 7,72 - 1,68 -
(Sumber: Asmoro, dkk 2008)
Hasil tersebut menyatakan bahwa kandungan unsur hara yang terdapat pada
limbah tahu baik padat maupun cair tidak kalah dengan kandungan unsur hara
pada pupuk komersil. Dari penelitian tersebut didapat hasil bahwa dengan
penambahan limbah tahu padat maupun cair mampu meningkatkan hasil tanaman
petsai secara nyata dengan persentase kenaikan bobot sebesar 325,76% untuk
penambahan limbah tahu padat dan kenaikan bobot sebesar 64,34% untuk
penambahan limbah tahu cair.
2.2. Teknik Hidroponik
Hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah melainkan
menggunakan air nutrisi. Media tanam pada hidroponik dapat menggunakan
kerikil, pasir, cocopeat, hidrogel, hidroton, pecahan batu karang atau batu bata,
potongan kayu, rockwool, dll. Hidroponik bukanlah teknik budidaya yang baru di
dunia pertanian. Sudah banyak petani yang menggunakan sistem bertanam
hidroponik. Meskipun begitu potensi pengembangan hidroponik di Indonesia
masih terbuka lebar karena dengan pertumbuhan penduduk yang cukup pesat,
maka kebutuhan pangan pun terus meningkat (Suryani, 2015).
12
Perkembangan hidroponik di Indonesia berawal ketika lahan pertanian semakin
terbatas, dikarenakan alih fungsi lahan sehingga munculnya kekhawatiran para
petani kehilangan mata pencaharian mereka. Hidroponik muncul sebagai
alternatif pertanian dengan lahan terbatas. Penerapan hidroponik secara komersial
di Indonesia dimulai pada tahun 1980. Pada awalnya, sistem hidroponik
digunakan oleh salah satu pekebun di Jakarta yang memproduksi sayuran dan
buah bernilai ekonomi tinggi. Kemudian teknik ini berkembang dengan pesat di
dataran tinggi (Suryani, 2015).
Keuntungan dengan menggunakan hidroponik yaitu perawatan yang lebih praktis
serta gangguan hama lebih terkontrol. Teknik hidroponik tidak membutuhkan
banyak tenaga kerja karena metode kerja lebih hemat dan memiliki standarisasi
serta nutrisi dan air selalu tersedia. Keuntungan lainnya terciptanya ramah
lingkungan karena lebih hemat dalam penggunaan air dan pertumbuhan tanaman
lebih cepat dan kualitas hasil tanaman dapat terjaga (Suryani, 2015).
Pengaplikasian budidaya tanaman secara hidroponik sudah banyak dilakukan,
baik itu dari petani maupun dari beberapa penelitian. Penelitian yang dilakukan
oleh Silvina dan Syafrinal (2008) telah menguji penggunaan berbagai media
tanam dengan penambahan konsentrasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan
dan produksi mentimun Jepang. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan
media tanam campuran pasir dan arang sekam dengan penambahan konsentrasi
pupuk organik cair Super Bionik sebanyak 3 cc/l air, mampu memberikan
pengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. Tinggi tanaman mampu
mencapai 206,33 cm, umur panen mampu dipercepat hingga 27,5 Hari Setelah
13
Tanam (HST), jumlah buah per tanaman sebanyak 6,67 buah, dan berat buah per
tanaman seberat 1021,77 gr. Data tersebut merupakan hasil rata-rata setiap
perlakuan.
Penelitian lain dilakukan oleh Siregar, dkk. (2015) telah melakukan pengujian
beberapa nutrisi yang digunakan pada tanaman selada. Hasil yang didapat bahwa
larutan nutrisi Goodplant dan Nutrimix memberikan hasil lebih baik yang
dibuktikan dengan rata-rata hasil tertinggi dari semua parameter tanaman. Tinggi
tanaman mampu mencapai 21,78 cm, jumlah daun sebanyak 13 helai, panjang
akar hingga 22,83 cm, brangkasan total seberat 58,78 gr, brangkasan atas seberat
46,96 gr, dan brangkasan bawah seberat 11,81 gr.
Aerasi merupakan salah satu hal yang penting dalam menanam secara hidroponik
karena tanaman membutuhkan oksigen untuk tumbuh dan berkembang. Salah
satu penelitian yang mencari pengaruh lama aerasi terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman sawi (Brassica juncea L.) pada hidroponik DFT (Deep Flow
Technique) dilakukan oleh Ningrum, dkk (2014). Hasil dari penelitiannya
menunjukkan bahwa aerasi selama 5 jam per hari dengan waktu penyalaan selama
15 menit dan mati selama 60 menit, mampu menghasilkan panen tanaman sawi
tertinggi sebanyak 2,146 kg dan biaya per kg yang dikeluarkan paling murah
sebesar Rp 1.753,-.
2.3. pH Larutan Nutrisi
pH (derajat keasaman) merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam
bercocok tanam secara hidroponik karena pH pada larutan nutrisi berdampak
14
dalam penyerapan ke 16 unsur nutrisi yang diperlukan oleh tanaman. Jumlah
ketersediaan ke 16 unsur hara tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. pH itu
sendiri adalah parameter yang mengukur keasaman atau kebasaan suatu larutan.
Nilai pH menunjukkan hubungan antara konsentrasi ion H+ bebas dan OH
-
H+ OH
- dengan nilai rentang antara 0–14. pH kurang dari 7
menyatakan larutan tersebut bersifat asam karena jumlah konsentrasi ion H+ lebih
besar dibandingkan dengan jumlah konsentrasi ion OH-, begitupun juga
sebaliknya apabila nilai pH lebih dari 7 larutan tersebut bersifat basa (Suryani,
2015).
Gambar 4. Ketersediaan unsur hara terhadap nilai pH.
(Sumber: Resh, 2013)
Nilai pH yang optimal pada sistem hidroponik berkisar antara 5,5–6,8 karena pada
kondisi ini unsur hara pada larutan nutrisi dalam keadaan tersedia bagi tanaman.
15
Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah besar dan konsentrasinya dalam
larutan relatif tinggi. Unsur hara makro terdiri dari Nitrogen (N), Phospor (P),
Potassium (K), Calcium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Sedangkan unsur
hara mikro hanya diperlukan dalam konsentrasi yang rendah. Unsur hara mikro
terdiri dari Iron/Besi (Fe), Manganese (Mn), Boron (B), Copper (Cu), Zinc (Zn),
Molybdenum (Mo), dan Klor (Cl) (Suryani, 2015).
Mempertahankan pH yang tepat dalam sistem hidroponik mencegah terjadinya
reaksi kimia negatif pada larutan nutrisi hidroponik karena tingkat pH yang tinggi
dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran sistem hidroponik, sehingga dapat
mengakibatkan masalah pada pertumbuhan tanaman (Suryani, 2015).
2.4. Sistem Kendali
Sistem kendali diartikan sebagai sarana untuk mengatur, mengarahkan atau
memberikan perintah. Dalam arti luas, sistem kendali merupakan unsur-unsur
berbeda yang saling terhubung satu sama lain untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dengan melibatkan beberapa tindakan di dalamnya. Unsur tersebut
memiliki istilah yang berbeda-beda. Istilah yang digunakan dalam sistem kendali
yaitu (Bakshi dan Bakshi, 2009):
a. Plant : Unsur yang dikendalikan atau diatur.
b. Controller : Unsur yang mengendalikan plant.
c. Input : Nilai masukan yang dijadikan sebagai acuan dasar atau
dapat dikatakan sebagai output yang diharapkan.
d. Output : Hasil akhir dari proses sistem kendali berupa nilai aktual.
16
e. Disturbance : Sinyal pengganggu yang dapat mempengaruhi hasil output.
Sinyal tersebut dianggap sebagai input tambahan sehingga
menghasilkan output yang tidak diharapkan.
Dalam penerapannya, sistem kendali terbagi atas 2 jenis yaitu sistem terbuka dan
sistem tertutup. Pada sistem terbuka, output yang dihasilkan tidak mempengaruhi
nilai input yang dimasukkan ke controller, seperti contoh pada saklar listrik.
Input yang dimasukkan berupa switch ON/OFF, ketika saklar berada pada posisi
ON maka lampu menyala dan ketika saklar berada pada posisi OFF maka lampu
tidak menyala. Cahaya lampu yang dihasilkan tidak mempengaruhi posisi
ON/OFF pada saklar. Hal tersebut disebabkan karena cahaya lampu tidak
mengirim sinyal umpan balik (feedback) pada switch ON/OFF.
Pada sistem tertutup, output yang dihasilkan mempengaruhi nilai input yang
dimasukkan ke controller seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Contoh
sistem tertutup terdapat pada pendingin udara (AC). Input yang dimasukkan
berupa derajat suhu yang diinginkan. Output dari sistem ini berupa udara dingin
yang dapat mempengaruhi suhu ruangan agar sesuai dengan suhu yang
diinginkan. Output tersebut berupa nilai aktual pada suhu ruangan setelah
diberikan udara dingin. Nilai aktual yang terbaca memberikan sinyal umpan balik
ke nilai input awal. Apabila terjadi perbedaan antara nilai aktual dengan nilai
input awal, maka didapatkan kesalahan (error). Kesalahan tersebut membuat
controller bekerja untuk memperbaiki agar kesalahan yang didapatkan menjadi
sekecil mungkin hingga mendekati nol.
17
Gambar 5. Diagram blok sistem kendali tertutup.
Salah satu penelitian yang menggunakan sistem kendali dilakukan oleh
Telaumbanua (2015). Penelitiannya merancang suatu permodelan sistem kendali
untuk mengendalikan iklim mikro dan nutrisi secara otomatis. Dari penelitian
tersebut didapatkan hasil bahwa aktuator lampu pijar menunjukkan keakurasian
sebesar 98,98 %, kecepatan pengendalian melalui pengukuran langsung selama 1
menit 32 detik dengan kinerja alat yang stabil. Aktuator pompa larutan nutrisi
menunjukkan keakurasian sebesar 96,12 %, kecepatan pengendalian melalui
pengukuran langsung terhadap nutrisi 2,3 mS/cm dengan setting point 2,1 mS/cm
selama 14 detik dengan kinerja alat yang stabil. Pada penelitian tersebut
menunjukkan bahwa nilai keakurasian, kecepatan respon pengendalian, serta
stabilitas alat merupakan parameter keberhasilan suatu rancangan sistem kendali.
2.5. Mikrokontroler
Mikrokontroler adalah suatu chip berupa IC (Integrated Circuit) yang dapat
diprogram menggunakan komputer. Program yang direkam bertujuan agar
rangkaian elektronik dapat membaca masukan (input), lalu mengolahnya untuk
menghasilkan keluaran (output) sesuai dengan program yang dimasukkan ke
dalamnya. Output yang dihasilkan dapat berupa sinyal, besaran tegangan, lampu,
suara, getaran, gerakan, dan sebagainya (Saftari, 2015).
18
Mikrokontroler mampu melakukan hal-hal yang bersifat berulang karena memiliki
beberapa komponen seperti CPU (Central Processing Unit), memori,
Input/Output tertentu, dan unit pendukung seperti ADC (Analog-to-Digital
Converter) yang terintegrasi. Banyak sekali jenis mikrokontroler yang dibuat di
dunia. Beberapa perusahaan terkenal yang membuat mikrokontroler antara lain
Atmel, Cypress Semiconductor, Microchip technology, dan Silicon Laboratories.
Produk yang dibuat oleh masing-masing vendor yaitu, Atmel: AVR (8 bit),
AVR32 (32 bit), AT91SAM (32 bit); Cypress Semiconductor: M8C Core;
Microchip technology: PIC; Silicon Laboratories: 8051. Produk mikrokontroler
keluaran Atmel merupakan produk yang sering digunakan saat ini (Kadir, 2015).
ATmega328 adalah chip mikrokontroler 8-bit berbasis AVR-RISC buatan Atmel
yang memiliki 32 KB memori ISP flash dengan kemampuan baca-tulis (read
write), 1 KB EEPROM, dan 2 KB SRAM. Selain itu, ATmega328 juga memiliki
fitur 23 jalur I/O (input/output), 32 buah register, 3 buah timer/counter dengan
mode perbandingan, interupt internal dan external, serial programmable USART,
2-wire interface serial, serial port SPI, 6 buah channel 10-bit A/D converter,
programmable watchdog timer dengan oscilator internal, dan lima power saving
mode. Konfigurasi pin mikrokontroler ATmega328 ditunjukkan pada Gambar 6.
19
Gambar 6. Konfigurasi pin ATmega328.
(Sumber: Arduino, 2015)
Arduino Uno R3 merupakan sebuah papan mikrokontroler bersifat Open Source
generasi ketiga berbasis ATmega328. Arduino Uno R3 memiliki 6 pin input
analog, 14 pin digital input/output (6 pin digunakan sebagai output PWM), 16
MHz resonator keramik, koneksi USB, Jack power eksternal, header ICSP, dan
tombol reset (Arduino, 2015). Dalam pemrogramannya, Arduino Uno
menggunakan bantuan perangkat lunak Arduino IDE (Integrated Development
Environment) dengan bahasa pemrograman C atau C++. Arduino IDE merupakan
bentuk alat pengembangan program yang terintegrasi sehingga berbagai keperluan
disediakan dan dinyatakan dalam bentuk antarmuka berbasis menu (Kadir, 2015).
Berikut adalah bentuk dari Arduino Uno R3 dan spesifikasinya yang ditunjukkan
pada Gambar 7 dan Tabel 3.
20
Gambar 7. Arduino Uno R3.
(Sumber: Arduino, 2015)
Tabel 3. Spesifikasi Arduino Uno R3
Spesifikasi Keterangan
Mikrokontroler ATmega328
Tegangan Operasi 5 Volt
Input Voltage (disarankan) 7–12 Volt
Input Voltage (batas akhir) 6–20 Volt
Digital I/O Pin 14 (6 pin sebagai output PWM)
Analog Input Pin 6
Arus DC per pin I/O 40 mA
Arus DC untuk pin 3,3 V 50 mA
Flash Memory 32 KB (ATmega328) 0,5 KB untuk bootloader
SRAM 2 KB (ATmega328)
EEPROM 1 KB (ATmega328)
Clock Speed 16 MHz
(Sumber: Saputro, 2016)
Franata (2014) melakukan penelitian rancang bangun sistem irigasi tetes berbasis
mikrokontroler arduino nano. Hasilnya mikrokontroler mampu berjalan dengan
baik mengendalikan pemberian air dengan cara irigasi tetes berdasarkan
perubahan kadar air tanah. Hasil rancangannya memiliki persentase error sebesar
± 5,22 % untuk sensor pada media pasir dan ± 2,92 % untuk sensor pada media
tanah PMK dan kompos. Dari uji performansinya menghasilkan keseragaman
irigasi yang tinggi yaitu dengan rata-rata CU sebesar 96,50 % dan rata-rata SU
21
sebesar 96,85 %. Berdasarkan penelitian tersebut, penggunaan mikrokontroler
pada irigasi tetes mampu berjalan dengan optimal.
Candra (2015) menggunakan mikrokontroler untuk mengendalikan pemberian air
dengan cara irigasi tetes. Hasilnya mikrokontroler tersebut mampu bekerja
dengan baik memberikan air saat kandungan air berada pada kondisi titik kritis
dan mampu memberhentikan pemberian air saat kandungan air berada pada
kondisi lapang. Sementara itu pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa error
yang terjadi hanya sedikit yaitu sebesar 0,63%; 0,52%; 0,60% untuk masing-
masing tekstur tanah berupa lempung berdebu, pasir berlempung, dan lempung
berpasir.
Wahyono (2016) menggunakan mikrokontroler untuk mengendalikan temperatur
dan kelembaban pada kumbung jamur tiram. Hasilnya mikrokontroler tersebut
mampu bekerja dengan baik mengendalikan temperatur dan kelembaban dalam
kumbung jamur secara real time berdasarkan perubahan nilai temperatur dan
kelembaban ruang. Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa selisih rerata
temperatur minimum dan setpoint pada tahap 1, 2, dan 3 yaitu sebesar 0,90 oC;
0,59 oC; dan 0,01
oC. Selisih rerata temperatur maksimum dan setpoint pada
tahap 1, 2, dan 3 yaitu sebesar 5,19 oC; 0,48
oC; dan 0,90
oC. Selisih rerata
kelembaban minimum dan setpoint pada tahap 1, 2, dan 3 yaitu sebesar 15,72 %;
0,16 %; dan 0,84 %. Selisih rerata kelembaban maksimum dan setpoint pada
tahap 1, 2, dan 3 yaitu sebesar 4,90 %; 3,91 %; dan 4,86 %.
22
2.6. Sensor dan Aktuator
Sensor adalah komponen yang digunakan untuk melakukan pengamatan terhadap
suatu rangsangan dan mengubahnya ke dalam bentuk isyarat sehingga bisa diukur.
Rangsangan tersebut dapat berupa akustik, elektrik, magnetik, optik, termal,
maupun mekanik. Ada dua jenis sensor berdasarkan jenis isyarat keluarannya
yaitu sensor analog dan sensor digital. Sensor analog menghasilkan isyarat analog
sedangkan sensor digital menghasilkan isyarat digital (Kadir, 2015).
Sensor dan aktuator dalam proyek Arduino saling berkaitan, karena sensor dapat
dikatakan sebagai komponen yang digunakan untuk memberi masukan data ke
Arduino, sedangkan aktuator dapat dikatakan sebagai komponen yang merupakan
hasil keluaran dari Arduino (Saftari, 2015).
2.6.1. Sensor Suhu DS18B20
DS18B20 adalah sensor suhu digital yang dikeluarkan oleh Dallas
Semiconductor. DS18B20 merupakan sensor suhu yang keakurasian nilai suhu
dan kecepatan pengukuran memiliki kestabilan lebih baik dari sensor LM35DZ.
Untuk pembacaannya, sensor ini menggunakan protokol 1 wire communication.
DS18B20 memiliki 3 pin yang terdiri dari +5V, GND, dan Data Input/Output.
Temperatur sensor DS18B20 beroperasi pada suhu -55oC hingga +125
oC.
Keunggulan DS18B20 yaitu output berupa data digital dengan nilai ketelitian
0,5oC selama kisaran temperatur 10
oC sampai +85
oC hingga mempermudah
pembacaan oleh mikrokontroler (Febriani, 2013).
23
2.6.2. Sensor pH
Sensor pH adalah komponen yang digunakan untuk menentukan derajat keasaman
atau kebasaan suatu larutan. Sensor pH terdapat komponen yang tersusun dari
batang elektroda dan membran gelas. Batang elektroda tersebut terbuat dari
bahan gelas yang terisolasi dengan baik sedangkan membran gelas berdinding
tipis yang sensitif terhadap ion H+. Sensor pH mengeluarkan output berupa
tegangan. Semakin basa nilai pH maka sensor mengeluarkan tegangan semakin
kecil (dapat bernilai negatif), begitu juga sebaliknya jika semakin asam nilai pH
maka sensor mengeluarkan tegangan yang semakin besar (Permatahati, 2015).
Santoso, dkk. (2006) melakukan perancangan otomatisasi untuk mengatur nilai
pH limbah industri menggunakan mikroprosesor MPF-1. Sensor pH yang
digunakan memiliki persentase rata-rata nilai error sebesar 0,228 %. Ihsanto dan
Hidayat (2014) merancang sistem pengukuran pH dengan menggunakan
mikrokontroler Arduino UNO. Sensor pH yang digunakan mampu membaca data
float dengan jangkauan nilai pH 1–9. Angka resolusi dari sensor pH tersebut
sebesar 0,01. Ardiansyah, dkk. (2015) menggunakan sensor pH Fishermeter V
1.0 untuk mengukur nilai pH air di Utilities Refinery Unit IV Cilacap PT
Pertamina (Persero) berbasis Arduino UNO R3. Hasilnya sensor pH yang
digunakan menunjukkan persentase nilai error sebesar 0,06 %.
24
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 s.d. April 2017 di
Laboratorium Rekayasa Sumberdaya Air dan Lahan (RSDAL), Laboratorium
Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen (RBPP) dan greenhouse Jurusan Teknik
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu, mikrokontroler
ATmega328 Arduino Uno R3, Arduino sensor shield v4.0, modul sensor pH,
sensor suhu DS18B20, relay module 4-channel dan 2-channel, Liquid Crystal
Display (LCD) 20x4 I2C, Real Time Clock (RTC) DS1307 I
2C, micro SD card
module, power supply, notebook, regulator, transistor, resistor, papan PCB,
heatsink, kabel jumper, 6 terminal single, 6 pompa akuarium, aerator, pipa,
selang, obeng, gerinda potong, solder listrik, bak penampung nutrisi, 2 bak kecil
untuk larutan asam dan basa, pH meter ATC pH-2011, waterbatch, hot plate,
conductivity meter Jenwey model 4510, perangkat komputer, aquades, nutrisi AB
mix, larutan asam (H2SO4), larutan basa (NaOH), limbah cair industri tahu.
25
3.3. Kriteria Desain
Penelitian ini membuat rancang bangun kendali pH otomatis. Rancangan ini
dibuat untuk dapat bekerja secara berkelanjutan mengendalikan pH nutrisi
hidroponik pada rentang 5,3–7 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8. Setelah
pH dikendalikan, mikrokontroler mengaktifkan relay untuk menghidupkan pompa
yang menyalurkan nutrisi ke instalasi hidroponik.
Gambar 8. Setting point yang ditentukan.
3.4. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian gabungan yang menyatukan rangkaian alat
kendali EC dan pH. Proses pembuatannya dilakukan dalam beberapa tahap,
pembuatan skematik rancangan alat, pembuatan rangkaian alat kendali EC dan
pH, kalibrasi dan validasi sensor EC dan pH, penulisan program EC dan pH,
penyiapan larutan nutrisi, pembuatan instalasi hidroponik, pemasangan alat
kendali ke instalasi hidroponik, pengambilan data, dan analisis data. Berikut
adalah diagram alir penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 9.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pH
Waktu (menit)
pH
Setting point 7
Setting point 5.3Ketika pH terbaca >7
Pompa larutan basa ON
Ketika pH terbaca >7
Pompa larutan asam ON
26
Gambar 9. Diagram alir penelitian.
Mulai
Pembuatan rangkaian
alat kendali pH
Kalibrasi dan validasi
sensor pH
Pembuatan instalasi hidroponik
Selesai
Penyiapan larutan nutrisi
Analisis data
Pemasangan alat kendali ke instalasi hidroponik
Pengambilan data
Tidak Sesuai?
Ya
Kalibrasi dan validasi
sensor EC
Penulisan program EC
Pembuatan rangkaian
alat kendali EC
Penulisan program pH
Pembuatan skematik
rancangan alat
27
3.5. Perancangan Alat
Pada penelitian ini perancangan alat meliputi pembuatan skematik sistem kendali,
skematik sensor dan aktuator, pemasangan power supply, dan pemasangan semua
komponen ke mikrokontroler seperti pada Gambar 11, 12, dan 13. Setelah
terpasang dilanjutkan dengan verifikasi rangkaian dengan cara mengecek ulang
seluruh komponen. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan kalibrasi dan
validasi seperti pada Gambar 14. Kalibrasi merupakan proses untuk
menyesuaikan hasil keluaran dari suatu perangkat pengukuran dengan suatu
standar yang sudah ada baik itu nasional, internasional maupun sumber-sumber
yang sudah mendapatkan sertifikasi (Morris, 2001). Pada penelitian ini dilakukan
kalibrasi alat pengukur pH dengan menyesuaikan nilai keluaran pada pH meter
standar ATC pH-2011. Nilai yang ditunjukkan pada kedua alat dibandingkan agar
mendapatkan sebuah rumus untuk pemrograman. Data tersebut diuji dengan
analisis regresi linear agar didapatkan korelasi antara alat ukur pH yang dibuat
dengan alat pH meter standar. Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan angka
kalibrasi pH yang tepat agar alat dapat bekerja secara optimal. Setelah tahap
kalibrasi dilanjutkan dengan validasi sensor yang bertujuan agar data yang
dikeluarkan oleh sensor sudah sesuai dengan alat standar. Selanjutnya melakukan
tahapan penulisan program penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 15.
Penulisan program menggunakan bahasa pemrograman C dengan bantuan
software Arduino IDE v.1.6.12 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10.
Setelah itu program dicek kebenarannya dengan cara verifikasi pada software
Arduino IDE, jika software tidak memberikan peringatan, maka program sudah
28
benar dan dapat dijalankan, namun jika software memberikan peringatan yang
ditandai dengan adanya highlight pada penulisan, maka terdapat kesalahan pada
penulisan yang ditandai dengan highlight. Setelah program sudah terverifikasi,
langkah selanjutnya melakukan upload program untuk mengirim penulisan
pemrograman tersebut ke mikrokontroler. Kemudian mikrokontroler melakukan
aksi sesuai dengan penulisan program yang dibuat. Apabila terjadi kesalahan
selama melakukan aksi, maka dilakukan modifikasi dalam penulisan programnya.
Gambar 10. Tampilan layar software Arduino IDE.
(Sumber: Arduino, 2015)
29
Gambar 11. Rancangan penelitian tampak isometri.
Gambar 12. Rancangan penelitian tampak atas.
Keterangan:
1. Tempat mikrokontroler 7. Bak pengukuran EC
2. Bak larutan asam 8. Stop kontak
3. Bak larutan basa 9. Aerator
4. Bak pengukuran pH 10. Pipa Hidroponik
5. Bak air 11. Kabel penghubung
6. Bak larutan limbah
Keterangan:
12. Pompa larutan basa 17. Pompa larutan air
13. Pompa larutan asam 18. Pompa larutan limbah
14. Sensor pH 19. Sensor EC
15. Pompa larutan nutrisi ke hidroponik 20. Pompa larutan nutrisi ke bak
16. Sensor suhu DS18B20 penampung pH
1
2 3
4
5
6 7
8
9
10
11
13 12 14
15
20
19
16 18 17
30
Gambar 13. Diagram proses perancangan alat.
Mulai
Skematik dan perancangan
sensor dan aktuator
dPerancangan
Sensor pH dihubungkan ke pin
A2 mikrokontroler
Relay dihubungkan ke aktuator
pompa larutan basa ke nutrisi
di pin digital 4
Relay dihubungkan ke aktuator
pompa larutan asam ke nutrisi
di pin digital 5
I2C dipasang pada LCD
RTC dipasang pada pin A4
dan A5
Verifikasi rangkaian
Penulisan Program
Verifikasi Program
Selesai
Skematik modul utama sistem
kendali
Kalibrasi alat dan
koreksi pH dari suhu
larutan
Power Supply +5v, 0, +12v,
dan -12v dihubungkan pada
mikrokontroler
LCD dihubungkan ke
mikrokontroler pada pin A4,
dan A5
Tidak
Semua komponen
terhubung dengan
mikrokontroler
Program telah di
verify oleh software
Arduino IDE
Ya
SD card dipasang pada pin
digital 10, 11, 12, dan 13
Tidak
Ya
Relay dihubungkan ke aktuator
pompa larutan nutrisi ke
instalasi hidroponik di pin
digital 8
31
Gambar 14. Diagram proses kalibrasi dan validasi alat.
Mulai
Penyediaan 24 sampel pH dengan nilai 3, 4,
5, 6, 7, 8, 9, dan 10
Pengambilan data pH pada suhu ruang dan
dipanaskan suhunya menjadi 31 oC, 33
oC,
dan 35 oC
Analisis regresi
Penyediaan 15 sampel pH dengan nilai 4, 5,
6, 7, dan 8
Pengambilan data pH pada suhu ruang dan
dipanaskan suhunya menjadi 31 oC, 33
oC,
dan 35 oC
Ya
Selesai
Perakitan alat
Data keluaran sesuai
dengan pembacaan
alat pH meter Tidak
Uji RMSE
32
Gambar 15. Diagram alir pemrograman.
Ya
Tidak Tidak
Ya
Mulai
Power On
Pembacaan
sensor pH Tampilan LCD
5,3 ≤ pH ≤ 7
Pompa larutan asam
mati
Pompa larutan basa
mati
Pompa larutan nutrisi
hidup
pH < 5,3 pH > 7
Simpan data nilai
pH
Power Off
Selesai
Pompa larutan asam
mati
Pompa larutan basa
hidup
Pompa larutan nutrisi
mati
Pompa larutan asam
hidup
Pompa larutan basa
mati
Pompa larutan nutrisi
mati
database
Waktu tunggu 1 menit
35 detik
Waktu tunggu 3 menit Waktu tunggu 3 menit
33
3.5.1. Perancangan Struktural
Pada perancangan ini, alat kendali pH larutan nutrisi limbah cair tahu dirancang
secara otomatis untuk mengendalikan pH limbah cair tahu agar sesuai dengan
kriteria desain yang diharapkan. Perancangan struktural ini terdiri dari perakitan
perangkat keras sensor, pengolahan data, dan perlakuan aksi terhadap data hasil
keluaran. Untuk itu dibuat suatu diagram blok yang menghubungkan komponen-
komponen tersebut seperti pada Gambar 16.
Gambar 16. Diagram blok sistem kendali limbah cair tahu.
Pada bagian perakitan perangkat keras sensor, sensor dihubungkan dengan
mikrokontroler. Kemudian sensor diletakkan pada ketinggian yang sesuai dengan
permukaan limbah cair tahu. Pada bagian pengolahan data terdiri dari perangkat
keras mikrokontroler, RTC, dan SD Card. Semua komponen tersebut
dihubungkan ke mikrokontroler melalui kabel jumper. Setelah semua perangkat
terhubung, dimasukkan ke sebuah wadah yang terbuat dari plastik akrilik
berbentuk kotak agar semua perangkat tersebut terlindung dari debu maupun air
yang dapat merusak komponen. Pada bagian perlakuan aksi terhadap data hasil
keluaran terdiri dari perangkat keras LCD, relay, dan aktuator. LCD dan relay
Keluaran
Set Point
pH (5,3–7) Mikrokontroler
Limbah Cair
Tahu
Masukan
Pompa larutan
nutrisi
Pompa larutan
asam
Pompa larutan
basa
Sensor pH Sensor suhu
34
dihubungkan ke mikrokontroler melalui kabel jumper. Layar LCD menampilkan
hasil pengolahan data, relay bekerja sesuai dengan kondisi pH yang tercatat pada
mikrokontroler dan memerintahkan aktuator untuk melakukan aksi.
3.5.2. Perancangan Fungsional
Pada perancangan ini dibuat sebuah sistem kendali berupa alat yang berfungsi
untuk mengendalikan pH larutan nutrisi dengan cara meletakkan sensor pH pada
bak penampung nutrisi, kemudian mikrokontroler memberi perintah ke aktuator
untuk menyalurkan larutan asam ataupun larutan basa ke nutrisi. Alat ini
memiliki beberapa komponen dengan fungsinya masing-masing yaitu, Sensor
modul pH, mikrokontroler ATmega328, Real Time Clock (RTC) dan SD card
module, Liquid Crystal Display (LCD), dan relay.
a. Sensor pH
Komponen ini tersusun dari batang elektroda dan membran gelas. Batang
elektroda tersebut terbuat dari bahan gelas yang terisolasi dengan baik sedangkan
membran gelas berdinding tipis yang sensitif terhadap ion H+. Pada komponen ini
dilengkapi dengan modul pH dan suhu DS18B22 waterproof untuk membaca
suhu pada larutan seperti pada Gambar 17.
35
Gambar 17. Sensor pH dan DS18B20 waterproof.
b. Mikrokontroler
Komponen ini dapat menerima sinyal data yang dikirimkan oleh sensor. Sinyal
tersebut diolah datanya untuk memberikan output pada komponen yang lainnya,
untuk memberikan aksi ke aktuator, menampilkan, dan menyimpan data. Bentuk
mikrokontroler dan bagian-bagiannya ditunjukkan pada Gambar 18.
Gambar 18. Mikrokontroler jenis Arduino Uno.
(Sumber: Arduino, 2015)
c. Real time clock (RTC)
Komponen ini berfungsi untuk memberikan informasi waktu secara real time dari
setiap data yang telah diolah oleh mikrokontroler. Bentuk RTC ditunjukkan pada
Gambar 19.
Keterangan:
1. Mikrokontroler ATmega328
2. Pin Digital
3. Pin Analog
4. Pin sumber tegangan
5. Konektor USB
6. Konektor catu daya
Keterangan:
1. Modul pH
2. DS18B20
3. Sensor pH (pH probe)
2
3 4
6
5
2
1
3
1
36
Gambar 19. Real time clock.
(Sumber: Arduino, 2015)
d. Modul micro SD card
Komponen ini berfungsi untuk menyimpan data yang diolah oleh mikrokontroler.
Data tersebut dicatat oleh data logger lalu disimpan pada micro SD card dalam
bentuk file *.txt. Bentuk modul micro SD card ditunjukkan pada Gambar 20.
Gambar 20. micro SD card module.
(Sumber: Arduino, 2015)
e. Liquid crystal display (LCD)
Komponen ini berfungsi untuk menampilkan seluruh informasi yang dibutuhkan
seperti waktu, suhu, dan nilai pH. Data yang ditampilkan dapat diperbarui setiap
satu menit. Bentuk LCD ditunjukkan pada Gambar 21.
37
Gambar 21. Liquid crystal display 20x4.
(Sumber: Arduino, 2015)
f. Modul relay
Komponen ini berfungsi untuk memutus atau menyambungkan arus listrik
bertegangan 220/110 volt. Proses pemutusan dan penyambungan arus listrik
diatur sebelumnya oleh mikrokontroler. Modul relay yang digunakan yaitu jenis
4-channel dan 2-channel seperti pada Gambar 22(a) dan 22(b).
Gambar 22. Modul relay jenis (a) 4-channel dan (b) 2-channel.
(Sumber: Arduino, 2015)
g. Pompa larutan asam, basa, dan nutrisi
Komponen ini berfungsi untuk mengalirkan larutan asam ataupun basa ke limbah
nutrisi untuk mencapai kondisi pH 5,3–7, dan pompa larutan nutrisi berfungsi
untuk menyalurkan nutrisi dari bak penampung ke instalasi hidroponik
a b
38
3.6. Mekanisme Kerja
Sistem kendali pH ini dibuat untuk dapat bekerja secara berkelanjutan. Pertama
kali limbah cair tahu dikendalikan nilai EC-nya pada bak yang terpisah.
Selanjutnya limbah tersebut dikirimkan ke bak yang digunakan untuk
mengendalikan pH. Pada bak tersebut diletakkan dua sensor yaitu sensor suhu
DS18B20 dan sensor pH. Kedua sensor tersebut membaca suhu dan nilai pH
larutan nutrisi. Hasil pembacaan nilai pH nutrisi dijadikan sebagai faktor utama
untuk memberikan aksi dari mikrokontroler ke relay yang disambungkan ke
masing-masing pompa. Ketika nilai pH < 5,3 maka pompa larutan basa hidup
selama dua detik, lalu menunggu larutan tersebut tercampur selama tiga menit dan
mengukur kembali nilai pH nya. Ketika nilai pH > 7 maka pompa larutan asam
hidup selama dua detik, lalu menunggu larutan tersebut tercampur selama tiga
menit dan mengukur kembali nilai pH nya. Ketika nilai pH 5,3–7 maka pompa
larutan nutrisi hidup untuk membasahi akar tanaman selama 1 menit 35 detik.
Setelah nutrisi disalurkan ke instalasi hidroponik maka mikrokontroler mengulang
proses dari awal hingga alat dimatikan.
3.7. Uji Alat
Pengujian alat yang dilakukan berupa analisis kinerja dari aktuator pada sistem
kendali. Analisisnya yaitu nilai keakurasian, rerata waktu pengendalian,
stabilitas, respon sistem, dan pemberian aksi.
39
1. Keakurasian / Keakuratan
Keakurasian / Keakuratan menunjukkan ketepatan kinerja alat saat melewati
setting point yang diinginkan. Untuk mencari nilai keakurasian harus diketahui
terlebih dahulu berapa nilai ketidakakurasian dari alat. Cara perhitungannya
dengan menggunakan Persamaan (3.1) (Telaumbanua, 2015).
Keakurasian = (1 - (
∑ |SP-N i|ni 1
n)
SP ) x 100 % …………………………(3.1)
Keterangan:
SP = Nilai setting point
NAi = Nilai aktual ke-i
n = Jumlah data
2. Rerata Waktu Pengendalian
Rerata waktu pengendalian menunjukkan kecepatan kinerja alat mampu
mengendalikan suatu nilai untuk mencapai setting point. Cara perhitungannya
dengan menggunakan Persamaan (3.2) (Telaumbanua, 2015).
RWP = ∑ ( on i Delay)ni 1
n …………………………………………(3.2)
Keterangan:
RWP = Rerata waktu pengendalian (menit)
Aon i = Aktuator hidup ke-i (menit)
Delay = Waktu tunggu (menit)
n = Jumlah data
40
3. Stabilitas
Stabilitas menunjukkan daya tahan alat mampu menghasilkan kinerja yang tetap
atau tidak. Ketidakstabilan pada sistem kendali ini berpengaruh terhadap
pengendalian nilai pH limbah cair tahu. Jika pH yang dikendalikan menyimpang
terlalu jauh melewati batas, maka syarat untuk digunakan sebagai larutan nutrisi
hidroponik tidak terpenuhi.
4. Respon Sistem
Respon sistem menunjukkan kecepatan kinerja alat terhadap adanya gangguan
dan waktu. Respon sistem dibedakan menjadi dua, yaitu respon transient dan
respon steady state seperti pada Gambar 23. Respon transient digunakan untuk
mengukur waktu saat sistem pertama kali digunakan (pada titik 0) hingga
mencapai steady state. Respon steady state digunakan untuk mengukur waktu
saat sistem sudah berada pada keadaan stabil hingga waktu tidak terhingga
(Ogata, 1985).
Gambar 23. Kurva respon transient dan steady state.
41
Respon sistem juga dapat digunakan untuk mengetahui jenis sinyal masukan
terhadap karakteristik sistem berdasarkan kurva. Jenis sinyal masukan ini dapat
dilihat dari bentuk masukan yang sering terjadi pada sistem. Jika masukannya
berupa fungsi waktu yang tidak ditentukan, maka termasuk dalam fungsi ramp.
Jika sistem diberikan gangguan secara bertahap, maka termasuk dalam fungsi
tangga (step), dan jika sistem diberikan gangguan kejut, maka termasuk dalam
fungsi impulse (Ogata, 1985).
5. Pemberian Aksi
Pemberian aksi menunjukkan banyaknya larutan yang dikeluarkan ketika aktuator
dinyalakan. Larutan tersebut berupa larutan asam (H2SO4) dan larutan basa
(NaOH). Larutan asam dan basa tidak murni digunakan secara langsung,
melainkan melalui proses pengenceran. Proses pengenceran larutan asam dengan
cara mencampurkan H2SO4 dan aquades hingga nilai pH berkisar 3. Proses
pengenceran larutan basa dengan cara mencampurkan NaOH dan aquades hingga
nilai pH berkisar 10.
3.8. Analisis Data
Pada penelitian ini data direkam oleh mikrokontroler setiap 1 menit. Perekaman
data saat uji kinerja dilakukan selama 48 jam. Setelah direkam, data kemudian
disimpan ke dalam SD card dengan format file *.txt. Selanjutnya data
dipindahkan ke Microsoft Excel untuk dilakukan analisis. Hasil analisis disajikan
dalam bentuk tabel dan grafik.
42
3.8.1. Root Mean Square Error (RMSE)
Root Mean Square Error (RMSE) adalah metode untuk mengetahui besarnya
kesalahan pendugaan dari model yang dikembangkan. Uji RMSE merupakan
akar dari total kuadratis rata-rata simpangan antara data observasi dengan hasil
prediksi model. Selain RMSE, ada metode lain yang dapat digunakan untuk
mengetahui besarnya kesalahan pendugaan yaitu Mean Absolute Error (MAE).
Namun menurut Qodari (2015), RMSE merupakan pilihan yang baik karena dapat
memberikan gambaran tentang kekonsistenan dari sebuah model yang
dikembangkan. Semakin kecil nilai RMSE, maka model tersebut mampu
memberikan hasil yang relatif lebih konsisten untuk semua variabel bebas yang
dimasukkan. Rumus perhitungan nilai RMSE dapat dilihat pada Persamaan (3.3)
(Saputra, 2016).
2
1
)(1
i
n
i
i POn
RMSE
.............................................................................(3.3)
Keterangan :
n = jumlah data
Oi = nilai observasi ke-i
Pi = Nilai prediksi ke-i
3.8.2. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa
besar kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat. Nilai
koefisien determinasi terbesar adalah 1 dan terkecil adalah 0. Hasil prediksi
43
model dianggap baik apabila nilai R2 = 1 atau R
2 ≈ 1. Jika nilai R
2 = 0 atau R
2 ≈
0, berarti garis regresi tidak dapat digunakan untuk membuat perkiraan variabel
bebas (x). Hal ini karena variabel-variabel bebas yang dimasukkan dalam
persamaan regresi tidak mampu menjelaskan atau tidak berpengaruh terhadap
variabel terikat (y). Nilai R2 dicari dengan membuat grafik scatter nilai observasi
versus nilai prediksi pada Microsoft Excel. Pada grafik, ditambahkan treadline
lalu dipilih tipe regresi linier dan menampilkan nilai R2 (Saputra, 2016).
3.8.3. Koefisien Korelasi (r)
Koefisien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua
variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefisien korelasi
menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua
variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai
hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan
tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel
mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai
variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya). Interpretasi mengenai kekuatan
hubungan antara dua variabel ditunjukkan pada Tabel 4:
Tabel 4. Interpretasi koefisien korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1 Sangat Kuat
(Sumber: Sugiyono, 2007)
72
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Sistem kendali pH otomatis berbasis mikrokontroler Arduino ATmega328 telah
dirancang sesuai dengan setting point yang diberikan berdasarkan variabel suhu
dan pH. Simpulan yang didapat dari penelitian ini adalah
1. Hasil dari proses kalibrasi dan validasi sensor sebagai berikut:
a. Kalibrasi sensor suhu mendapatkan persamaan untuk mencari nilai
suhu aktualnya, yaitu T = (0,9446*nilai suhu sensor) + 2,2498 dengan
nilai R2 sebesar 0,9992.
b. Kalibrasi sensor pH mendapatkan persamaan untuk mencari nilai pH
aktualnya, yaitu pH = (0,01*suhu) - (0,01*pH mV) + 23,28 dengan
nilai R2 sebesar 0,99.
c. Validasi sensor suhu menghasilkan pembacaan suhu yang sudah
mendekati alat standar dengan nilai error menggunakan uji RMSE
sebesar 0,16.
d. Validasi sensor pH menghasilkan pembacaan pH yang masih rendah
dibandingkan alat standar dengan nilai error menggunakan uji RMSE
sebesar 0,41.
73
2. Hasil dari pengujian alat sebagai berikut:
a. Tingkat keakurasian sebesar 95,71%.
b. Rerata waktu pengendalian selama 3 menit 2 detik.
c. Stabilitas alat menghasilkan kinerja yang stabil.
d. Respon sistem saat menaikkan pH membutuhkan waktu selama 10
menit 39 detik dan respon sistem saat menurunkan pH membutuhkan
waktu selama 22 menit 24 detik.
e. Jumlah larutan asam (H2SO4) yang dikeluarkan selama pengujian
sebanyak 452 ml dan jumlah larutan basa (NaOH) yang dikeluarkan
selama pengujian sebanyak 56 ml.
5.2. Saran
Saran yang didapat untuk perbaikan penelitian kedepannya adalah
1. Pengujian menggunakan larutan asam dan basa lain yang diencerkan untuk
mengoptimalkan kinerja sistem kendali.
2. Lubang keluaran larutan asam dan basa sebaiknya diperkecil agar
penggunaan relay tidak hidup selama dua detik yang dapat merusak relay
jika digunakan dalam jangka waktu yang lama.
3. Penggunaan aerator untuk pengaduk larutan nutrisi kurang optimal karena
masih banyak flok-flok yang mengendap pada dasar bak, sehingga
dibutuhkan komponen pengganti yang mampu mengaduk larutan nutrisi
agar flok-flok tidak mengendap.
DAFTAR PUSTAKA
74
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, Febri, dan Leni. 2016. Urban Farming Bertani Kreatif Sayur, Hias, dan
Buah. AgriFlo. Jakarta. 114 hlm.
Ardiansyah, N., Taufiq, M., dan Hidayat, I. 2015. Rancang bangun pH meter air
di Utilities Refinery Unit IV Cilacap PT Pertamina (Persero) berbasis
arduino UNO R3. Prosiding SENATEK Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, 28 November 2015. Purwokerto. 131–136.
Arduino. 2015. Arduino UNO & Genuino UNO.
https://www.arduino.cc/en/Main/ArduinoBoardUno. Diakses pada tanggal
12 Juni 2016.
Asmoro, Y., Suranto, dan Sutoyo, D. 2008. Pemanfaatan limbah tahu untuk
peningkatan hasil tanaman petsai (brassica chinensis). J. Bioteknologi. Vol.
5, No. 2: 51–55.
Bakshi, U.A., dan Bakshi, V.U. 2009. Automatic Control Systems. Technical
Publications Pune. India. 764 hlm.
Candra, H. 2015. Rancang bangun dan uji kinerja sistem kontrol otomatis pada
irigasi tetes menggunakan mikrokontroler arduino mega. J. Teknik Pertanian
Lampung. Vol. 4, No. 4: 235–244.
Djaali, dan Muljono, P. 2007. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Grasindo.
Jakarta. 79 hlm.
Febriani, R. 10 Februari 2013. Temperature Sensor DS18B20 Arduino.
https://uehealth.wordpress.com/2013/02/10/temperature-sensor-ds18b20-
arduino/. Diakses pada 19 September 2017.
Franata, R. 2014. Rancang bangun sistem irigasi tetes otomatis berbasis
perubahan kadar air tanah dengan menggunakan mikrokontroler arduino
nano. J. Teknik Pertanian Lampung. Vol. 4, No. 1: 19–26.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19
(Edisi 5). Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 447 hlm.
75
Herlambang, A. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Bagian 2:
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dan Tempe. BPPT.
http://www.kelair.bppt.go.id/. Diakses pada tanggal 12 Juni 2016.
Ihsanto, E., dan Hidayat, S. 2014. Rancang bangun sistem pengukuran pH meter
dengan menggunakan mikrokontroler arduino UNO. J. Teknik Elektro,
Universitas Mercu Buana. Vol. 5, No. 3: 139–146.
Kadir, A. 2015. Buku Pintar Pemrograman Arduino. MediaKom. Yogyakarta.
520 hlm.
KBBI. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.web.id/stabil.
Diakses pada tanggal 27 November 2017.
Kurniasari, V. 2012. Uji Kelarutan Fosfat Cangkang Telur Ayam Ras
Menggunakan Air Limbah Tahu Sebagai Upaya Pengembangan Pupuk
Alternative. (Skripsi). Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Bandar Lampung. 50 hlm.
Morris, A.S. 2001. Measurement & Instrumentation Principles (Third Edition).
Butterworth-Heinemann. London. 475 hlm.
Ningrum, D.Y., Triyono, S., dan Tusi, A. 2014. Pengaruh lama aerasi terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman sawi (brassica juncea l.) pada hidroponik
DFT (deep flow technique). J. Teknik Pertanian Lampung. Vol. 3, No. 1:
83–90.
Ogata, K. 1985. Teknik Kontrol Automatik (Sistem Pengaturan) Jilid 1.
Diterjemahkan oleh: Edi Leksono. Erlangga. Jakarta. 390 hlm.
Permatahati, D. 16 Maret 2015. Tranduser dan Komponen Elektronika.
http://dindatelekomunikasi.blogspot.co.id/2015/03/jenis-jenis-sensor-
kimia_16.html. Diakses pada tanggal 19 September 2017.
Qodari, A. 22 September 2015. Kapan Menggunakan MAE dan MSE?.
https://arifqodari.wordpress.com/2015/09/22/kapan-menggunakan-mae-dan-
mse/. Diakses pada tanggal 13 November 2017.
Ratnani, R.D., Hartati, I., dan Kurniasari, L. 2011. Pemanfaatan eceng gondok
(eichornia crassipes) untuk menurunkan kandungan COD (chemical oxygen
demand), pH, bau, dan warna pada limbah cair tahu. J. Momentum. Vol. 7,
No. 1: 41–47.
Resh, H.M. 2013. Hydroponic Food Production : A Definitive Guidebook for the
Advanced Home Gardener and the Commercial Hydroponic Grower
(Seventh Edition). CRC Press. London. 511 hlm.
76
Sadzali, I. 2010. Potensi limbah tahu sebagai biogas. J. UI Untuk Bangsa Seri
Kesehatan, Sains, dan Teknologi. Volume 1: 62–69.
Saftari, F. 2015. Proyek Robotik Keren dengan Arduino. Elex Media
Komputindo. Jakarta. 116 hlm.
Said, N.I., dan Wahjono, H.D. 1999. Teknologi Pengolahan Limbah Tahu-
Tempe Dengan Proses Biofilter Anaerob dan Aerob. Kelompok Teknologi
Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair, Direktorat Teknologi Lingkungan,
Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material, dan Lingkungan,
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. http://www.kelair.bppt.go.id/.
Diakses pada tanggal 12 Juni 2016.
Santoso, S., Sudiono, dan Basuki, K.T. 2006. Rancangan Otomatisasi Pengatur
pH Limbah Industri Menggunakan Mikroprosesor MPF-1. Seminar Nasional
II SDM Teknologi Nuklir, 21–22 Desember 2006. Yogyakarta. 337–342.
Saputra, T.W. 2016. Prediksi Umur Tanaman, Berat Segar, Total Luas Daun dan
Tinggi Tanaman Menggunakan Teknik Pengolahan Citra Multi Kamera.
(Tesis). Program Pascasarjana, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta. 110 hlm.
Saputro, A.D. 7 Juni 2016. Mengenal Arduino Uno.
http://bloggermahal.blogspot.co.id/2016/06/mengenal-arduino-uno.html.
Diakses pada tanggal 12 Juni 2016.
Silvina, F., dan Syafrinal. 2008. Penggunaan berbagai medium tanam dan
konsentrasi pupuk organik cair pada pertumbuhan dan produksi mentimun
jepang (cucumis sativus) secara hidroponik. J. SAGU. Vol. 7, No. 1: 7–12.
Siregar, J., Triyono, S., dan Suhandy, D. 2015. Pengujian beberapa nutrisi
hidroponik pada selada (lactuca sativa l.) dengan teknologi hidroponik sistem
terapung (THST) termodifikasi. J. Teknik Pertanian Lampung. Vol. 4, No.
1: 65–72.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. ALFABETA. Bandung. 389 hlm.
Suryani, R. 2015. Hidroponik : Budidaya Tanaman Tanpa Tanah. ARCITRA.
Yogyakarta. 191 hlm.
Sutrisno, A., Ratnasari, E., dan Fitrihidajati, H. 2015. Fermentasi limbah cair
tahu menggunakan EM4 sebagai alternatif nutrisi hidroponik dan aplikasinya
pada sawi hijau (brassica juncea var. tosakan). J. LenteraBio. Vol. 4, No. 1:
56–63.
Telaumbanua, M. 2015. Model Pengendalian Iklim Mikro dan Nutrisi Otomatis
Pada Pertumbuhan Sawi (Brassica rappa var. parachinensis L.) Secara
77
Hidroponik. (Disertasi). Program Pascasarjana, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 264 hlm.
Triyono, S., Haryanto, A., dan Silviana, M. 2015. Filtrasi limbah cair industri
tahu dengan media partikel batuan fosfat. Prosiding Seminar Agroindustri
dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI, Program Studi TIP-UTM, 2–3
September 2015. Bangkalan Madura. 258–263.
Wahyono, R.E. 2016. Rancang Bangun Sistem Kendali Otomatis Temperatur
dan Kelembaban Kumbung Jamur Tiram (Pleurotus sp) Berbasis
Mikrokontroler. (Skripsi). Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Bandar Lampung. 101 hlm.