Top Banner
LAPORAN PENELITIAN JUDUL PENELITIAN BIOLARAS SEBAGAI BIOLARVISIDA DALAM PENGENDALIAN MALARIA DI DAERAH ENDEMIS Yusnita M. Anggraeni, dkk Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2018 RAHASIA
10

RAHASIA LAPORAN PENELITIAN BIOLARAS SEBAGAI … filekimiawi, namun efek sampingnya kurang baik bagi lingkungan. Biolaras merupakan biolarvisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis

Jul 22, 2019

Download

Documents

duongtuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: RAHASIA LAPORAN PENELITIAN BIOLARAS SEBAGAI … filekimiawi, namun efek sampingnya kurang baik bagi lingkungan. Biolaras merupakan biolarvisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis

LAPORAN PENELITIAN JUDUL PENELITIAN

BIOLARAS SEBAGAI BIOLARVISIDA

DALAM PENGENDALIAN MALARIA

DI DAERAH ENDEMIS

Yusnita M. Anggraeni, dkk

Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI

2018

RAHASIA

Page 2: RAHASIA LAPORAN PENELITIAN BIOLARAS SEBAGAI … filekimiawi, namun efek sampingnya kurang baik bagi lingkungan. Biolaras merupakan biolarvisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis

SK Penelitian

Page 3: RAHASIA LAPORAN PENELITIAN BIOLARAS SEBAGAI … filekimiawi, namun efek sampingnya kurang baik bagi lingkungan. Biolaras merupakan biolarvisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis
Page 4: RAHASIA LAPORAN PENELITIAN BIOLARAS SEBAGAI … filekimiawi, namun efek sampingnya kurang baik bagi lingkungan. Biolaras merupakan biolarvisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis

SUSUNAN TIM PENELITI

No. N a m a Keahlian / Kesarjanaan Kedudukan dalam Tim Uraian Tugas

1 Yusnita Mirna A, S.Si,

M.Biotech

Bioteknologi/S2 Ketua Pelaksana Melakukan pembuatan proposal, protokol dan pelaksanaan penelitian

dalam segala aspek dan penyususunan laporan

2 Joko Waluyo, ST, M.Sc.PH Kesehatan Masyarakat Koordinator Melakukan koordinasi seluruh komponen penelitian

3 Arief Nugroho, S.T. Teknik Lingkungan/S1 Peneliti Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian, evaluasi

penelitian dan pembuatan laporan

4 Arum Triyas Wardani, S.Farm Farmasi/S1 Peneliti Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian, evaluasi

penelitian dan pembuatan laporan

5 Revi Rosavika K., S.Si Statistika/S1 Peneliti Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian, evaluasi

penelitian, analisis data, dan pembuatan laporan

6 Lulus Susanti, SKM, MPH Kesehatan Masyarakat/S2 Peneliti Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian, evaluasi

penelitian, analisis data, dan pembuatan laporan

7 Rendro Wianto Analis/D3 Teknisi Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian di laboratorium

dan lapangan

8 Arif Suryo Prasetyo Kesehatan

Lingkungan/D3 Teknisi Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian di lapangan

9 Evi Sulistyorini, SKM, M.Si Entomologi/S2 Teknisi Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian di lapangan 10 Ary Oktsari Yanti S., SKM Kesehatan Masyarakat/S1 Teknisi Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian di lapangan 11 Subiantoro SMA Teknisi Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian di lapangan

12 Warido SMA Teknisi Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian di lapangan

13 Hilda Perianto, S.Kom S1 Sistem Informasi Sekretariat Membantu penyelesaian administrasi dalam seluruh kegiatan penelitian

(Tim peneliti terdiri dari seorang Ketua Pelaksana yang bertanggung jawab atas semua aspek penelitian ini dan sejumlah Peneliti dan Pembantu Peneliti

menurut kebutuhan yang bertanggung jawab mengenai salah satu aspek sesuai bidang keahliannya. Ketua dan setiap anggota harus dapat memberi

informasi mengenai jalannya pelaksanaan pada setiap saat. Selain peneliti, dapat diajukan penggunaan tenaga konsultan bila diperlukan)

Page 5: RAHASIA LAPORAN PENELITIAN BIOLARAS SEBAGAI … filekimiawi, namun efek sampingnya kurang baik bagi lingkungan. Biolaras merupakan biolarvisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis

PERSETUJUAN ETIK

Page 6: RAHASIA LAPORAN PENELITIAN BIOLARAS SEBAGAI … filekimiawi, namun efek sampingnya kurang baik bagi lingkungan. Biolaras merupakan biolarvisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis

6

PERSETUJUAN ATASAN

Salatiga, Desember 2018

Ketua PPI B2P2VRP Ketua Pelaksana

Dra Widiarti, M.Kes Yusnita Mirna Anggraeni, S.Si, M.Biotech

NIP 195509281984122001 NIP 198401302008122003

Mengetahui,

Kepala B2P2VRP

Joko Waluyo, ST, M.Sc.PH

NIP. 19611021186031002

Page 7: RAHASIA LAPORAN PENELITIAN BIOLARAS SEBAGAI … filekimiawi, namun efek sampingnya kurang baik bagi lingkungan. Biolaras merupakan biolarvisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis

7

KATA PENGANTAR

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit

memulai penelitian memanfaatkan Bacillus thuringiensis (Bt) H-14 sebagai pengendali

jentik vektor penyakit sejak tahun 1994. Penelitian diawali dengan melakukan penapisan

bakteri dari sampel tanah di beberapa lokasi penelitian di Indonesia, termasuk Kota

Salatiga. Biolarvisida dengan bahan aktif kristal protein toksin Bt H-14 koleksi B2P2VRP

dengan nama dagang “Biolaras” telah dikembangkan dan diujicobakan pada skala

laboratorium dan lapangan.

Tahun 2018 dilakukan penelitian “Biolaras sebagai Biolarvisida dalam

Pengendalian Malaria di Daerah Endemis” untuk menguji efektivitas Biolaras dalam

sediaan bubuk terhadap jentik Anopheles di daerah endemis malaria. Laporan akhir

penelitian ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban ilmiah berakhirnya kegiatan

penelitian yang penulis lakukan pada tahun anggaran 2018.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan penelitian ini banyak kelemahan dan

jauh dari sempurna, maka saran dan kritik ke arah kesempurnaan sangat penulis harapkan.

Harapan penulis penelitian ini dapat bermanfaat dan digunakan bagi pengelola program

sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen penggunaan larvasida mikrobia Bt H-14

koleksi B2P2VRP sebagai tindakan alternatif terhadap pengurangan dan selektivitas

penggunaan insektisida kimia.

Tim Penyusun

Page 8: RAHASIA LAPORAN PENELITIAN BIOLARAS SEBAGAI … filekimiawi, namun efek sampingnya kurang baik bagi lingkungan. Biolaras merupakan biolarvisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis

8

BIOLARAS SEBAGAI BIOLARVISIDA DALAM PENGENDALIAN

MALARIA DI DAERAH ENDEMIS

Yusnita M. Anggraeni, Arief Nugroho, Arum Triyas Wardani, Revi Rosavika Kinansi,

Lulus Susanti, Rendro Wianto, Arif Suryo Prasetyo, Evi Sulistyorini, Ary Oktsari Yanti

S., Subiantoro, Warido

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit

RINGKASAN EKSEKUTIF

Malaria sebagai salah satu penyakit tular vektor masih menjadi masalah

kesehatan di beberapa negara beriklim tropis dan subtropis, salah satunya Indonesia.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

293/MENKES/SK/IV/2009 Tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi Malaria di

Indonesia diperlukan pengendalian jentik nyamuk Anopheles sebagai vektor bagi

penyakit malaria untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sehat dan terbebas dari

penularan malaria.

Metode pengendalian jentik nyamuk yang paling sering digunakan adalah secara

kimiawi, namun efek sampingnya kurang baik bagi lingkungan. Biolaras merupakan

biolarvisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis H-14 isolat Salatiga yang potensial dan

efektif untuk mengendalikan jentik nyamuk vektor. Pengendalian vektor secara biologi

dengan biolarvisida tersebut tidak memberikan efek negatif bagi lingkungan dan spesies

non-target. Pemanfaatan biolarvisida Biolaras sebagai alternatif penggunaan insektisida

kimiawi memberikan harapan untuk pengendalian vektor (nyamuk).

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan nilai efikasi dan efektivitas Biolaras

terhadap jentik vektor malaria pada skala laboratorium dan skala lapangan. Untuk

mencapai tujuan tersebut maka dilakukan penelitian dengan membuat Biolaras bentuk

sediaan bubuk. Penelitian ini menggunakan Bt H-14 dari laboratorium bakteriologi Balai

Besar Penelitan dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga.

Kultur Bt H-14 kemudian dilakukan pengujian efikasi dan efektivitasnya terhadap jentik

nyamuk Anopheles spp. baik di laboratorium B2P2VRP Salatiga maupun lapangan.

Pengujian dilakukan di laboratorium B2P2VRP Salatiga untuk menentukan nilai LC50

dan LC90. Uji lapangan dilakukan di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah,

Page 9: RAHASIA LAPORAN PENELITIAN BIOLARAS SEBAGAI … filekimiawi, namun efek sampingnya kurang baik bagi lingkungan. Biolaras merupakan biolarvisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis

9

Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kabupaten

Sukabumi, Provinsi Jawa Barat untuk mengetahui efektivitas Biolaras dalam

pengendalian malaria di daerah endemis.

Hasil uji efikasi di laboratorium tehadap jentik Anopheles aconitus menunjukkan

nilai LC50 sebesar 14,36 mg/m2 sedangkan LC95 sebesar 58,44 mg/m2. Aplikasi Biolaras

pada skala lapangan menggunakan 10 x LC95. Hasil pengujian pada skala lapangan di

Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Kulon Progo menunjukkan efektivitas Biolaras

terhadap jentik Anopheles spp. bertahan hingga hari kedua setelah aplikasi sedangkan di

Kabupaten Magelang hingga 4 hari. Kondisi lingkungan perairan sangat berpengaruh

terhadap efektivitas biolarvisida terhadap kematian jentik.

Page 10: RAHASIA LAPORAN PENELITIAN BIOLARAS SEBAGAI … filekimiawi, namun efek sampingnya kurang baik bagi lingkungan. Biolaras merupakan biolarvisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis

10

BIOLARAS SEBAGAI BIOLARVISIDA DALAM PENGENDALIAN

MALARIA DI DAERAH ENDEMIS

Yusnita M. Anggraeni, Arief Nugroho, Arum Triyas Wardani, Revi Rosavika Kinansi,

Lulus Susanti, Rendro Wianto, Arif Suryo Prasetyo, Evi Sulistyorini, Ary Oktsari Yanti

S., Subiantoro, Warido

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit

ABSTRAK

Pengendalian penyakit malaria seperti halnya penyakit menular lainnya

didasarkan atas pemutusan rantai penularan. Penggunaan insektisida kimia untuk

pengendalian vektor dalam waktu lama dan frekuensi tinggi dapat menimbulkan

resistensi vektor di samping dampak negatif lainnya terhadap lingkungan. Timbulnya

resistensi nyamuk terhadap insektisida kimia dan adanya pertimbangan terhadap

keamanan lingkungan mendorong dikembangkannya formula biolarvisida Bacillus

thuringiensis (Bt) H-14 yang efektif dan bersifat target spesifik. Penggunaan B.

thuringiensis H-14 telah direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO)

pada tahun 1978 untuk mengendalikan jentik nyamuk Anopheles spp., Aedes spp. dan

Culex spp. Salah satu karakteristik Bt H-14 adalah mampu memproduksi kristal protein

toksin (delta–endotoksin) selama proses sporulasi. Kristal tersebut bersifat toksik

terhadap jentik nyamuk. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir

Penyakit (B2P2VRP) Salatiga telah melakukan eksplorasi Bt-14 dari berbagai habitat

tanah termasuk tanah yang berada di lokasi endemik malaria dan telah diperoleh isolat Bt

H-14. Aplikasi Bt H-14 memerlukan suatu bentuk formulasi sediaan yang sesuai dengan

sasaran spesies jentik nyamuk yang akan dikendalikan. Pembuatan sediaan serbuk Bt H-

14 koleksi B2P2VRP (Biolaras) dilakukan untuk memanfaatkan sumber daya alam lokal

sehingga memunculkan kemandirian bangsa dan menghemat biaya. Hasil uji efikasi di

laboratorium tehadap jentik Anopheles aconitus menunjukkan nilai LC50 sebesar 14,36

mg/m2 sedangkan LC95 sebesar 58,44. Aplikasi Biolaras pada skala lapangan

menggunakan 10 x LC95. Hasil pengujian pada skala lapangan di Kabupaten Sukabumi

dan Kabupaten Kulon Progo menunjukkan efektivitas Biolaras terhadap jentik Anopheles

spp. bertahan hingga hari kedua setelah aplikasi sedangkan di Kabupaten Magelang

hingga 4 hari. Kondisi lingkungan perairan sangat berpengaruh terhadap efektivitas

biolarvisida terhadap kematian jentik.