Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi buah yang segar dan kaya akan vitamin, mineral, serat dan air dapat melancarkan pembersihan sendiri pada gigi, sehingga luas permukaan debris dapat dikurangi dan pada akhirnya karies gigi dapat dicegah. 1 Semangka merupakan buah yang banyak disukai karena rasanya yang manis, mudah di dapat dan merupakan tanaman sumber vitamin, mineral, serat, dan mengandung enzim. Dalam semangka terdapat kadar air yang cukup tinggi yaitu sebesar 91,45 gr dan terdapat kadar serat sebesar 0,4 gr tiap 100 gr daging buah semangka. 2 Salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya karies gigi yaitu debris atau sisa-sisa makanan yang terdapat di sekitar gigi. Debris adalah material lunak yang terdapat pada permukaan gigi yang terdiri dari lapisan biofilm, material alba, dan sisa 1
78

Rafi Skripsi Baru

Feb 16, 2016

Download

Documents

mmmmm
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Rafi Skripsi Baru

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsumsi buah yang segar dan kaya akan vitamin, mineral, serat dan air

dapat melancarkan pembersihan sendiri pada gigi, sehingga luas permukaan

debris dapat dikurangi dan pada akhirnya karies gigi dapat dicegah.1 Semangka

merupakan buah yang banyak disukai karena rasanya yang manis, mudah di

dapat dan merupakan tanaman sumber vitamin, mineral, serat, dan mengandung

enzim. Dalam semangka terdapat kadar air yang cukup tinggi yaitu sebesar

91,45 gr dan terdapat kadar serat sebesar 0,4 gr tiap 100 gr daging buah

semangka.2

Salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya karies gigi yaitu

debris atau sisa-sisa makanan yang terdapat di sekitar gigi. Debris adalah

material lunak yang terdapat pada permukaan gigi yang terdiri dari lapisan

biofilm, material alba, dan sisa makanan. Debris mempunyai pengaruh yang

cukup besar terhadap proses terjadinya karies.3 Luas permukaan debris dapat

diukur dengan indeks debris. Indeks debris adalah skor debris yang menempel

pada permukaan gigi penentu. Pengukuran indeks debris ini dilakukan untuk

mengukur permukaan gigi yang ditutupi oleh debris.1

Di Indonesia kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang perlu mendapat

perhatian serius dari pemerintah dan tenaga kesehatan gigi. Hal ini disebabkan

karena tingginya angka kejadian masalah gigi dan mulut di Indonesia, yakni

1

Page 2: Rafi Skripsi Baru

sekitar 90% penduduk menderita penyakit gigi dan mulut.4 Berdasarkan Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013, masalah gigi dan mulut

khususnya di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 31,6% dan yang mengalami karies

gigi di Sulawesi utara sebesar 5,4 %.5

Upaya preventif pada anak diperlukan untuk mengatasi karies gigi,

dilakukan secara sistematis dan sedini mungkin yaitu pada usia muda. Usia 8-10

tahun merupakan kelompok usia yang kritis terhadap terjadinya karies gigi dan

mempunyai sifat khusus yaitu transisi pergantian gigi susu ke gigi permanen.

Pemilihan murid Sekolah Dasar sebagai objek Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

(UKGS) sangat penting mengingat kurangnya perhatian akan kesehatan gigi

anak usia sekolah dasar dan pada dasarnya anak usia ini sangat peka terhadap

pendidikan baik dari perilaku maupun pola kebiasaan dan dalam pertumbuhan

masih dapat diperbaiki.6 Berdasarkan pemikiran di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai pengaruh konsumsi semangka (Citrullus

lanatus) dalam menurunkan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada pengaruh konsumsi semangka (Citrullus lanatus) dalam

menurunkan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun ?

C. Tujuan Penelitian

2

Page 3: Rafi Skripsi Baru

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh konsumsi semangka (Citrullus lanatus) dalam

menurunkan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun ?

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui indeks debris sebelum konsumsi semangka (Citrullus

lanatus) pada anak usia 8 – 10 tahun.

b. Untuk mengetahui indeks debris sesudah konsumsi semangka (Citrullus

lanatus) pada anak usia 8 - 10 tahun.

c. Untuk menganalisis pengaruh konsumsi semangka (Citrullus lanatus) dalam

menurunkan indeks debris pada anak usia 8 – 10 tahun.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai pentingnya konsumsi semangka (Citrullus lanatus) dalam

menurunkan indeks debris.

2. Bagi instansi pendidikan dokter gigi

Menjadi sumber referensi dan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa

mengenai pengaruh konsumsi semangka (Citrullus lanatus) dalam menurunkan

indeks debris.

3. Bagi peneliti

3

Page 4: Rafi Skripsi Baru

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan peneliti mengenai

pengaruh konsumsi semangka (Citrullus lanatus) dalam menurunkan nilai

indeks debris.

BAB II

4

Page 5: Rafi Skripsi Baru

TINJAUAN PUSTAKA

A. Semangka

Semangka merupakan salah satu buah yang sangat digemari masyarakat

Indonesia karena rasanya yang manis, renyah dan kandungan airnya yang

banyak. Menurut asal-usulnya, tanaman semangka berasal dari gurun Kalahari

di Afrika, kemudian menyebar ke segala penjuru dunia, mulai dari Jepang, Cina,

Taiwan, Thailand, India, Belanda, bahkan ke Amerika. Semangka biasa dipanen

buahnya untuk dimakan langsung atau dibuat jus. Biji semangka yang

dikeringkan dan disangrai juga dapat dimakan isinya sebagai kuaci. Buah

semangka memiliki kulit yang keras, berwarna hijau pekat atau hijau muda

dengan larik-larik hijau tua tergantung kultivarnya, daging buahnya yang berair

berwarna merah atau kuning.7

Semangka termasuk jenis tanaman menjalar atau merambat. Helai daun

menyirip, permukaan daunnya berbulu, bentuk daun mirip jantung di bagian

pangkalnya, ujung meruncing, tepinya bergelombang dan berwarna hijau tua.

Tanaman semangka menghasilkan 3 macam bunga, yaitu bunga jantan, betina

dan bunga sempurna.8

Bentuk buah semangka bervariasi, tergantung varietasnya. Pada umumnya

dibedakan 3 bentuk buah, yaitu oval, bulat memanjang dan silinder. Daging

buah semangka dibedakan menjadi empat macam warna, yaitu merah muda,

merah tua, putih dan kuning. Selain semangka berbiji juga telah dikembangkan

jenis semangka tanpa biji.8 Di dunia terdapat 1200 jenis semangka. Setiap jenis

5

Page 6: Rafi Skripsi Baru

memiliki tekstur dan rasa yang berbeda, dan setiap jenisnya umumnya memiliki

bentuk yang berbeda pula.9

Klasifikasi botani tanaman semangka adalah sebagai berikut:10

Kingdom : Plante

Sub kingdom : Tracheobionta

Superdivision : Spermatophyte

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Subclass : Dilleniidae

Order : Violales

Family : Cucurbitaceae

Genus : Citrullus schrad

Species : Citrullus lanatus

Gambar 1. Buah semangka11

Kandungan Gizi Pada Semangka:2

6

Page 7: Rafi Skripsi Baru

Tabel 1 : Kandungan gizi semangka3.

B. Debris

Debris adalah sisa makanan atau deposit lunak yang dapat dibersihkan

dengan berkumur atau dengan semprotan air.12 Debris makanan akan segera

mengalami pencairan dan pembersihan 5-30 menit oleh enzim setelah makan,

tetapi ada kemungkinan sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi dan

membran mukosa.13

Kecepatan pembersihan debris makanan dari rongga mulut bervariasi

menurut jenis makanan individunya. Bahan makanan yang cair lebih mudah

dibersihkan dibandingkan bahan makanan yang padat. Makanan-makanan yang

lengket seperti roti, biskuit dan caramel dapat melekat pada permukaan gigi

7

Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz)

Energi 127 KJ (30 kcal)Karbohidrat 7.55 gGula 6.2 gSerat pangan 0.4 gLemak 0.15 gProtein 0.61 gAir 91.45 gVitamin A equiv 28 µg (3 %)Thiamine (vit.B1) 0.033 mg (3%)Riboflavin (Vit.B2) 0.021 mg (1%)Niacin (vit. B3) 0.178 mg (1%)Pantothenic acid (B5) 0.221 mg (4%)Vitamin B6 0.045 mg(3%)Folate (vit.B9) 3 µg (1%)Vitamin C 8.1 mg (14%)Calcium 7 mg (1%)Iron 0.24 mg (2%)Magnesium 10 mg (3%)Phosphorus 11 mg (2%)Potassium 112 mg (2%)Zinc 0.10 mg (1%)

Page 8: Rafi Skripsi Baru

sampai lebih dari satu jam, sedangkan makanan yang kasar seperti wortel

mentah, dan apel akan dibersihkan dengan segera. Makanan yang dingin akan

lebih cepat dibersihkan dibandingkan dengan makanan yang panas.13

Indeks debris ialah skor debris yang menempel pada permukaan gigi

penentu. Indeks debris ini bertujuan untuk mengukur permukaan gigi yang

ditutupi oleh debris agar penilaian yang diberikan pemeriksaan sama atau

seragam. Pemeriksaan debris dilakukan pada gigi tertentu dan pada permukaan

tertentu dari gigi tersebut, yaitu: 13

1. Untuk rahang atas yang diperiksa :

a. Gigi M1 kanan atas pada permukaan bukal

b. Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial

c. Gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal

2. Untuk rahang bawah yang diperiksa :

a. Gigi M1 kiri bawah pada permukaan lingual

b. Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial

c. Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual

Bila ada kasus salah satu dari gigi tersebut tidak ada (telah dicabut atau

tinggal sisa akar), penilain dilakukan pada gigi pengganti yang sudah ditetapkan

untuk mewakilinya, yaitu:13

1. Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilain dilakukan

pada gigi pada gigi M2 rahang atas atau rahang bawah

2. Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian

penilaian dilakukan pada gigi M3 rahang atas atau rahang bawah

8

Page 9: Rafi Skripsi Baru

3. Bila gigi M1, M2, dan M3 rahang atas dan rahang bawah tidak ada, tidak

dapat dilakukan penilain

4. Bila gigi I1 kanan rahang atas tidak ada , penilaian dilakukan pada gigi I1

kiri rahang atas

5. Bila gigi I1kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat dilakukan

penilaian

6. Bila gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi I1

kanan rahang bawah

7. Bila gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada , tidak dapat dilakukan

penilaian

Untuk penilaian debris indeks digunakan sonde yang diletakan pada 1/3

insisal dan digerakan ke 1/3 gingiva sesuai skor sebagai berikut13:

0 : tidak ada debris

1 : debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

2 : debris lunak menutupi lebih dari 1/3 permukaan, tetapi tidak lebih dari 2/3

permukaan gigi

3 : debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

Skor indeks debris perorangan diperoleh dengan cara:

Jumlah penilaian debrisDI : ———————————— Jumlah gigi yang diperiksa

Kriteria debris indeks :

9

0,0 - 0,6 : baik

0,7 - 1,8 : sedang

1,9 - 3,0 : buruk

Page 10: Rafi Skripsi Baru

C. Hubungan Debris Dengan Mengunyah Buah

Buah-buahan sudah dipercaya sebagai makanan yang kaya serat. Banyak

manfaat yang diperoleh dengan mengkonsumsi buah secara teratur. Buah-

buahan bagus untuk kesehatan tubuh juga bagus untuk kesehatan gigi dan mulut.

Porsi buah untuk dikonsumsi tergantung pada jenis dan besar buah. Satu porsi

buah ukuran kecil seperti anggur dan stroberi terdiri dari lima buah. Satu porsi

buah ukuran sedang seperti apel dan pir terdiri dari satu buah. Satu porsi buah

dengan ukuran besar seperti semangka, melon dan papaya terdiri dari irisan

dengan potongan sedang.14

Serat yang terkandung dalam buah-buahan merupakan pembersih alami

pada permukaan gigi geligi dan juga membantu menyingkirkan partikel-partikel

makanan dan gula selama proses pengunyaan.14 Mengunyah adalah proses

menghaluskan makanan dari partikel besar ke partikel yang kecil. Mengunyah

makanan yang baik harus menggunakan kedua sisi rahang secara bergantian .

Agar proses mengunyah menjadi lebih optimal para dokter gigi menyarankan

untuk mengunyah makanan ± sepuluh kali setiap menyuap. Rahang pun menjadi

aktif dan diharapkan akan tumbuh normal.14

Serat juga berperan untuk meningkatkan intensitas pengunyahan dalam

mulut. Proses mengunyah makanan berserat ini akan merangsang dan

meningkatkan produksi saliva. Proses ini secara berlahan akan mengurangi

10

Page 11: Rafi Skripsi Baru

pembentukan debris, plak gigi dan karies. Saliva membantu membilas gigi dari

partikel-partikel makanan yang melekat pada gigi dan juga melarutkan

komponen gula dari sisa makanan yang terperangkap dalam sela-sela pit dan

fisur permukaan gigi.14

D. Kesehatan Gigi dan Mulut Anak

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak

dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya karena kesehatan gigi dan mulut akan

mempengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Mengingat kegunaan gigi

yang sedemikian penting, maka perlu untuk menjaga kesehatan gigi sedini

mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut.15

Gigi berfungsi sangat penting, maka sejak dini anak-anak perlu di didik

untuk memelihara kesehatan giginya. Anak umur 6-12 tahun mempunyai gigi

campuran antara gigi sulung dan permanen, karena pada masa ini masih

berlangsung pergantian gigi sulung ke gigi permanen. Untuk itu kesehatan gigi

anak perlu dijaga sejak awal agar anak mempunyai gigi permanen yang baik,

sehingga gigi permanen dapat berfungsi sebagaimana mestinya sejak anak-anak

sampai dewasa.16

Berdasarkan penelitian Adhikari, menunjukkan pada anak-anak umur 8–10

tahun sering mengkonsumsi coklat, permen, kue-kue yang lengket dan lain

sebagainya.17 Makanan tersebut mengandung gula yang sangat tinggi sehingga

sisa-sisa makanan, lengket di permukaan gigi serta mampu melekatkan bakteri-

11

Page 12: Rafi Skripsi Baru

bakteri tertentu pada permukaan gigi dan membuat kondisi mulut menjadi

asam.18

Perawatan pada gigi dan mulut anak dimulai dari memperhatikan diet

makanan, jangan terlalu banyak menkonsumsi makanan yang mengandung gula

dan makanan yang lengket. Teknik dan cara menyikat gigi untuk membersihkan

plak, debris dan sisa-sisa makanan di dalam mulut, sebaiknya dilakukan dengan

cara yang benar agar jangan sampai merusak struktur gigi dan gusi.23

Pembersihan karang gigi, penumpatan gigi yang berlubang dan pencabutan gigi

yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi sebaiknya di dilakukan oleh dokter

gigi. Kunjungan berkala ke dokter gigi setiap enam bulan sekali, baik ada

keluhan atau pun tidak ada keluhan.19

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut anak

yaitu penjamu (gigi dan saliva), usia ,jenis kelamin dan makanan berserat.2

1. Penjamu

Gigi terbuat dari beberapa material yang berbeda. Gigi dibagi dalam tiga

bagian dasar yaitu mahkota, leher dan akar. Mahkota bagian gigi yang bisa kita

lihat, leher yaitu daerah yang tertanam di dalam gusi, dan akar tersembunyi di

dalam tulang rahang. Gigi tersusun dari email, gigi bagian dalam. Jaringan saraf

dan lapisan tulang akar gigi. Gigi ditahan di dalam rahang oleh serat-serat

pendukung yang disebut tulang periodontal.20

Permukaan email terluar lebih tahan terhadap karies dibandingkan lapisan

dibawahnya karena lebih keras dan lebih padat. Struktur email sangat

menentukan dalam proses terjadinya karies . Variasi morfologi gigi juga

12

Page 13: Rafi Skripsi Baru

mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies. Diketahui adanya pit dan fisur

pada gigi yang merupakan daerah gigi yang sangat rentan terhadap karies oleh

karena sisa-sisa makanan maupun bakteri akan mudah tertumpuk disini.21

Saliva adalah cairan yang disekresikan ke dalam mulut oleh kelenjar ludah.

Saliva berfungsi melindungi permukaan rongga mulut yaitu mukosa dan gigi

melalui pembersihan mulut secara alamiah, kapasitas dapar, mengadakan

remineralisasi, pembentukan acquired pellicle, aktivitas antibakteri dan

antivirus. Di samping itu membantu pengunyaan makanan dan pencernaannya

dengan bantuan enzim amilase. Cairan mukus saliva juga berperan dalam

berbicara dan mengecap.22 Saliva disekresi oleh tiga kelenjar utama saliva yaitu

glandula parotids, glandula submandibularis, glandula sublingualis, serta

beberapa kelenjar kecil. Sekresi saliva akan membasahi gigi dan mukosa mulut

sehingga gigi dan mukosa tidak menjadi kering. Saliva membersihkan rongga

mulut dari debris-debris makanan sehingga bakteri tidak dapat tumbuh dan

berkembang biak.21 Mekanisme pertahanan lain saliva dalam melindungi gigi

dari proses kerusakan yaitu saliva mempunyai efek buffer yang berfungsi

menetralkan asam kuat dan basa kuat, saliva menyediakan ion-ion yang

diperlukan untuk proses remineralisasi gigi, saliva mempunyai kapasitas anti

bakteri, anti jamur, dan anti virus, saliva juga mengandung enzim lisosim yang

berperan dalam menghambat metabolisme. Enzim lisosim juga berperan dalam

menghambat perlekatan mikroorganisme kariogenik, serta penting dalam

mengontrol pertumbuhan bakteri dalam mulut.14

13

Page 14: Rafi Skripsi Baru

Aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai anak berusia 10 tahun

namun setelah dewasa hanya terjadi peningkatan sedikit. Tidak hanya usia

beberapa faktor lain juga menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Pada

individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat

secara signifikan.23

2. Usia

Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies

sejalan dengan bertambahnya usia. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan

terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi

yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal, dan beroklusi

dengan gigi antagonisnya. Anak mempunyai resiko karies yang paling tinggi

ketika gigi mereka baru erupsi.24

3. Makanan Berserat

Serat merupakan polisakarida nonpati, yaitu karbohidrat kompleks yang

terbentuk dari gugusan gula sederhana yang bergabung menjadi satu serta tidak

dapat dicerna. Serat makanan juga didefinisikan sebagai sisa yang tertinggal di

dalam kolon setelah makanan dicerna atau setelah zat-zat gizi dalam makanan

diserap tubuh. Selain vitamin, mineral, buah juga mengandung serat makanan.

Serat makanan termasuk kategori zat non gizi. Buah merupakan kandungan serat

yang baik. Kandungan serat makanan pada buah 0,5-5 g dalam 100 g berat

buah.1

Kebiasaan makan makanan berserat tidak bersifat merangsang pembentukan

debris, melainkan berperan sebagai pengendali secara alamiah. Buah-buahan

14

Page 15: Rafi Skripsi Baru

berserat dan berair akan bersifat membersihkan karena harus dikunyah dan dapat

merangsang sekresi saliva.25

E. Alat Fisioterapi Oral

Alat fisioterapi oral adalah alat yang digunakan untuk membantu

membersihkan gigi dan mulut dari sisa-sisa makanan dan debris yang melekat

pada permukaan gigi.13

1. Sikat Gigi

Sikat gigi merupakan salah satu alat fisioterapi oral yang digunakan secara

luas untuk membersihkan gigi dan mulut. Di pasaran dapat ditemukan beberapa

macam sikat gigi, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan

bentuk. Bulu sikat terbuat dari berbagai macam bahan, tekstur, bahan, dan

kepadatan. Walaupun banyak jenis sikat gigi di pasaran, harus diperhatikan

keefektifan sikat gigi untuk membersihkan gigi dan mulut, seperti: (1)

kenyamanan bagi setiap individu meliputi ukuran, tekstur dari bulu sikat; (2)

mudah digunakan; (3) mudah dibersihkan dan cepat kering sehingga tidak

lembap; (4) awet dan tidak mahal; (5) bulu sikat lembut tetapi cukup kuat dan

tangkainya ringan, dan (6) ujung bulu sikat membulat.

Teknik menyikat gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk

membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi, dan merupakan

tindakan preventif dalam menuju keberhasilan dan kesehatan rongga mulut yang

optimal. Oleh karena itu, teknik menyikat gigi harus dimengerti dan dilakukab

secara aktif dan teratur.13 Berikut ini teknik menyikat gigi:

15

Page 16: Rafi Skripsi Baru

1. Teknik Vertikal

Teknik vertical dilakukan dengan kedua rahang tertutup, kemudian

permukaan bukal gigi disikat dengan gerakan keatas dan kebawa. Untuk

permukaan lingual dan palatinal dilakukan gerakan yang sama dengan mulut

terbuka.

2. Teknik Horizontal

Permukaan bukal dan lingual disikat dengan gerakan kedepan dan

kebelakang. Untuk permukaan oklusal gerakan horizontal yang sering disebut

“scrub brush technic” dapat dilakukan dan terbukti merupakan cara yang sesuai

dengan bentuk anatomis permukaan oklusal. Kebanyakan orang yang belum

diberi pendidikan khusus biasanya menyikat gigi dengan teknik vertikal dan

horizontal dengan tekanan yang keras. Cara- cara ini tidak baik karena dapat

menyebabkan resisi gusi dan abrasi gigi.

3. Teknik Roll atau Modifikasi stillman

Teknik ini disebut “ADA-roll Technic”, dan merupakan cara yang paling

sering dianjurkan karena sederhana tetapi efisien dan dapat digunakan di seluruh

bagian mulut. Bulu-bulu sikat ditempatkan pada gusi sejauh mungkin dari

permukaan oklusal dengan ujung-ujung bulu sikat mengarah ke apeks dan sisi

bulu sikat digerakkan perlahan-lahan melalui permukaan gigi sehingga bagian

belakang dari kepala sikat bergerak dengan lengkungan. Pada waktu bulu-bulu

sikat melalui mahkota klinis, kedudukannya hamper tegak lurus permukaan

email. Gerakan ini diulang 8-12 kali setiap daerah dengan sistematis sehingga

16

Page 17: Rafi Skripsi Baru

tidak ada yang terlewat. Cara ini terutama sekali menghasilkan pemijatan gusi

dan juga diharapkan membersihkan sisa makanan dari daerah interproksimal

4. Vibratory Technic

Diantaranya adalah : (a) teknik charter; (b) teknik Stillman-Mc Call dan , (c)

teknik bass.

a. Teknik Charter

Pada permukaan bukal dan labial, sikat dipegang dengan tangkai dalam

kedudukan horizontal. Ujung-ujung bulu diletakan pada permukaan gigi

membentuk sudut 45°terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke oklusal. Hati-

hati jangan sampai menusuk gusi. Dalam pasisi ini sisi dari bulu sikat berkontak

dengan tepi gusi , sedangkan ujung dari bulu-bulu sikat berada pada permukaan

gigi. Kemudian sikat ditekan sedemikian rupa sehingga ujung-ujung bulu sikat

masuk ke interproksimal dan sisi-sisi bulu sikat menekan tepi gusi. Sikat

digetarkan dalam lengkungan-lengkungan kecil sehinga kepala sikat bergerak

secara sirkuler, tetapi ujung-ujung bulu sikat harus tetap di tempat semula, setiap

kali dapat dibersihkan dua atau tiga gigi. Setelah tiga atau empat lingkaran kecil,

sikat diangkat, lalu ditempatkan lagi pada posisi yang sama, untuk setiap daerah

dilakukan tiga atau empat kali. Jadi pada teknik ini tidak dilakukan gerakan

oklusal maupun ke apical. Dengan demikian ujung-ujung bulu sikat akan

melepaskan debris dari permukaan gigi dan sisi bulu sikat memijat tepi gusi dan

gusi interdental.

b. Teknik Sillman- Mc Call

17

Page 18: Rafi Skripsi Baru

Posisi bulu-bulu sikat berlawanan dengan Charter. Sikat gigi ditempatkan

sebagian pada gigi dan sebagian pada gusi, membentuk sudut 45° terhadap

sumbu panjang gigi mengarah ke apical. Kemudian sikat gigi ditekankan

sehingga gusi memucat dan dilakukan gerakan rotasi kecil tanpah mengubah

kedudukan ujung bulu sikat. Penekanan dilakukan dengan cara sedikit dapat

ditekuk ketika jurusan, tetapi ujung-ujung bulu sikat harus pada tempatnya.

Metode Stillman-McCall ini telah diubah sedikit oleh beberapa ahli, yaitu

ditambah dengan gerakan ke oklusal dari ujung-ujung bulu sikat. Tetap

mengarah ke apical. Dengan demikian, setiap gerakan berakhir di bawah ujung

insisal dari mahkota, sedangkan pada metode yang asli, penyikatan hanya

terbatas pada daerah servikal gigi dan gusi.

c. Teknik Bass

Sikat ditempatkan dengan sudut 45° terhadap sumbuh panjang gigi mengarah

ke apical dengan ujung-ujung bulu sikat pada tepi gusi. Dengan demikian, saku

gusi dapat dibersihkan dan tepi gusi dapat dipijat. Sikat digerakan dengan

getaran-getaran kecil kedepan dan kebelakang selama kurang lebih 10-15 detik

ke setiap daerah yang meliputi dua atau tiga gigi. Untuk menyikat permukaan

bukal dan labial, tangkai dipegang dalam kedudukan horizontal dan sejajar

dengan lengkung gigi. Untuk permukaan lingual dan palatinal gigi belakang

agak menyudut (agak horizontal) dan pada gigi depan, sikat dipegang vertikal.

5. Teknik Fones atau Teknik sirkuler

18

Page 19: Rafi Skripsi Baru

Bulu-bulu sikat ditempatkan tegak lurus pada permukaan bukal dan labial

dengan gigi dalam keadaan oklusi. Sikat digerakan dalam lingkaran-lingkaran

besar sehungga gigi dan gusi rahang atas dan rahang bawah disikat sekaligus.

Daerah interproksimal tidak diberih perhatian khusus. Setelah semua permukaan

bukal dan labial disikat, mulut dibuka lalu permukaan lingual dan palatinal

disikatdengan gerakan yang sama,hanya dalam lingkaran-lingkaran yang lebih

kecil. Karena cara ini agak sukar dilakukan di lingual dan palatinal, dapat

dilakukan gerakan maju mundur untu daerah ini.

Alat bantu sikat gigi digunakan karena dengan sikat gigi saja kadang-kadang

kita tidak dapat membersihkan ruang interproksimal dengan bai, padahal daerah

tersebut berpotensi terkena karies maupun peradangan gusi. Macam-macam alat

bantu yang dapat digunakan antra lain: benang gigi (dental floss), tusuk gigi,

sikat interdental, sikat dengan berkas bulu tunggal, rubber tip dan water

irrigation.

2. Cara Menggunakan Benang Gigi

a. Flossing Tanpa Pemegang Khusus

Dental floss atau tape yang dipergunakan kurang lebih sepanjang 30 cm.

kemudian kedua ujungnya dilingkarkan kepada kedua jari tengah atau hanya

satu ujungnya dilingkarkan, sedangkan ujung lainnya dipegang dengan kuat.

Jarak antara kedua jari tersebut kurang lebih 7,5 cm, dengan telunjuk floss

ditempatkan pada saku gusi di distal molar terakhir rahang bawah. Jari telunjuk

diletakkan dekat pada gigi supaya dapat mengontrol gerakan yang dilakukan.

Kemudian permukaan gigi tersebut digosok dengan gerakan gergaji turun naik

19

Page 20: Rafi Skripsi Baru

enam atau tujuh kali. Floss harus mencapai gingival attachment tanpa melukai

jaringan lunak tersebut.13

b. Flosing Dengan Pemegang Khusus

Benang gigi atau dental tape, menggunakan pegangan lebih praktis karena

dapat langsung dimasukkan ke dalam daerah interproksimal melalui titik kontak,

berlahan-lahan dengan gerakan gergaji. Lalu dilakukan gerakan ke atas ke

bawah dengan gerakan gergaji sambil menekan ke permukaan aproksimal dari

gigi yang sedang dibersihkan.13

3. Cara Menggunakan Interdental Tip

Interdental tip dimasukkan ke dalam ruang interproksimal dari arah bukal

dengan sudut kurang lebih 45°, ujung dari tip mengarah ke oklusal dan bagian

lateralnya mengenai gusi. Kemudian permukaan lateral dari tip ditekan pada gusi

dengan gerakan rotasi, kurang lebih 10 lingkaran setiap daerah papil interdental,

sesuda dilakukan pada bagian bukal, prosedur ini di diulangi di bagian palatinal

pada ruangan yang sama, lalu dipindahkan ke ruang interproksimal gigi tetangga

lainnya sehingga semuanya terpijat.13

4. Cara Menggunaan Tusuk Gigi

Tusuk gigi harus digunakan dengan sudut yang sesuai dengan kontur yang

normal dari papilla interdental. Tusuk gigi harus digerakkan ke dalam dan keluar

dengan menggosokkan permukaan interproksimal dari gigi, setiap kali dilakukan

8-12 gerakan. Dengan cara ini, gusi mendapat tekanan dan pemijatan ringan, dan

sisi interproksimal gigi menjadih bersih.13

5. Cara Menggunakan Alat Irigasi Dengan Air

20

Page 21: Rafi Skripsi Baru

Arah dari semprotan air harus tegak lurus permukaan gigi untuk mengurangi

kemungkinan rusaknya gusi dan terdorongnya benda asing kedalam saku gusi13

6. Cara Menggunakan Sikat Interproksimal

a. Interspace Brush

Cara penggunaannya adalah sama dengan sikat gigi biasa, hanya diutamakan

untuk membersihkan daerah-daerah lingual dan interproksimal yang sukar

dicapai oleh sikat gigi biasa, misalnya pada susunan geligi yang tidak teratur dan

pada daerah pontik dari suatu jembatan (bridge).13

b. Proxabrush

Sikat ini digunakan pada daerah interproksimal yang terbuka, dengan cara

dikeluar-masukkan pada daerah tersebut sehngga permukaan mesial dan distal

gigi yang bersangkutan dapat dibersihkan. 13

7. Cara Penggunaan Kain Gusi

Sepotong kain dibungkus mengelilingi jari atau dapat juga dijahit dalam

bentuk jari, lalu dibasahi dengan air hangat dan dipijatkan pada gusi dan leher

gigi. Kain ini dapat dikontrol tekanannya karena terlokalisasi di jari. Kain

kemudian dicelupkan lagi ke air hangat dan pemijatan gusi diulangi sampai

seluruh gusi bersihdan terpijat.13

F. Kerangka Teori

21

Produksi SalivaDiet MakananKonsumsi buah-buahan

(semangka)

Indeks Debris

Page 22: Rafi Skripsi Baru

Gambar 2. Kerangka teori

G. Kerangka Konsep

Gambar 3. Kerangka Konsep

H. Hipotesis

H0: Konsumsi semangka tidak berpengaruh terhadap penurunan indeks debris

H1: Konsumsi semangka berpengaruh terhadap penurunan indeks debris

BAB III

METODE PENELITIAN

22

Indeks DebrisKonsumsi Semangka

(Citrullus lanatus)

- Gosok gigi- Benang gigi - Interdental tip- Tusuk gigi- Irigasi dengan air- Sikat interproksimal- Penggunaan kain gusi

Page 23: Rafi Skripsi Baru

A. Desain Pnelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian experimental dengan rancangan

pra-experimental jenis one-shot case study dengan pendekatan pre dan post-test

perlakuan

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 118 Manado.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus – September 2015

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini ialah seluruh siswa SDN 118 Manado usia 8-10 tahun

2. Sampel

Besar sampel yang digunakan sesuai total populasi dengan teknik

pengambilan sampel yaitu total sampling serta kriteria inklusi dan eksklusi

sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

1. Memiliki gigi indeks yang akan diperiksa

2. Bersifat kooperatif selama pengambilan data

23

Page 24: Rafi Skripsi Baru

3. Gigi indeks tidak mengalami karies

4. Sampel harus mengunyah 2 sisi

b. Kriteria eksklusi

1. Tidak diberikan ijin oleh orang tua

2. Tidak hadir pada saat pemeriksaan

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : konsumsi buah semangka

2. Variabel terikat : indeks debris

E. Definisi Operasional

1. Konsumsi buah semangka (Citrullus lanatus)

Konsumsi buah semangka adalah mengkonsumsi buah segar seberat 100

gram yang dikunyah sebanyak 32 kali pengunyaan. Dari potongan 100 gram

diperkecil menjadi 4 potongan, satu potong dikunyah sebanyak 8 kali dengan

mengunakan pengunyahan 2 sisi rahang (kiri dan kanan) dan mendengarkan

instruksi yang diberikan oleh tim peneliti. Buah semangka yang digunakan untuk

dikonsumsi berbentuk bulat, berdaging merah, dan tanpa biji.

2. Indeks Debris

24

Page 25: Rafi Skripsi Baru

Indeks debris adalah skor debris yang menempel pada permukaan gigi

penentu dan diukur menggunakan kartu indek. Skor debris menurut Greene an

Vermillion

0 : Tidak ada debris

1 : Ada debris lunak menutupi tidak lebih dari sepertiga permukaan gigi

2 : Adanya debris lunak menutupi lebih dari sepertiga tetapi belum sampai dua

pertiga permukaan gigi

3 : Adanya debris lunak menutupi lebih dari dua pertiga permukaan gigi

Jumlah nilai debris

Skor debris :

Jumlah gigi yang diperiksa

Menurut Greene dan Vermillion, kriteria penilaian debris mengikuti

ketentuan sebagai berikut 0,0 - 0,6 diberi kriteria baik, 0,7 - 1,8 diberi kriteria

sedang, dan 1,9 - 3,0 diberi kriteria buruk.

Gigi-gigi yang dipilih sebagai gigi indeks beserta permukaan indeks yang

dianggap mewakili tiap segmen adalah: Gigi 16 pada permukaan bukal, Gigi 11

pada permukaan labial, Gigi 26 pada permukaan bukal, Gigi 36 pada permukaan

lingual, Gigi 31 pada permukaan labial, dan Gigi 46 pada permukaan lingual

F. Instrumen Penelitian

25

Page 26: Rafi Skripsi Baru

1. Materi penelitian

Formulir pemeriksaan klinis

2. Alat :

a. Kaca mulut

b. Nierbekken

c. Gelas kumur

d. Wadah untuk sterilisasi alat

e. Timbangan makanan

f. Senter Kepala

g. Sonde

3. Bahan :

a. Masker

b. Sarung tangan

c. Alkohol

d. Air dalam kemasan

e. Kapas

f. Air bersih untuk membersihkan alat

g. Kain putih ukuran kecil

h. Air kumur

i. Biskuit

j. Buah semangka

G. Pelaksanaan Penelitian

26

Page 27: Rafi Skripsi Baru

1 Uji kelayakan etik dan pendataan dan persetujuan subjek penelitian

Mendata subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Subjek yang

akan dijadikan sampel menyatakan kesediaannya untuk menjadi subjek

penelitian dengan menandatangani informed consent.

2 Persiapan alat dan penjelasan penelitian pada sampel

3. Pengambilan data dilakukan dengan pemeriksaan intraoral untuk mengukur

indeks debris sebelum dan sesudah mengkonsumsi semangka. Pengukuran

indeks debris selama jam istirahat. Di waktu istirahat semua siswa siswi SD

usia 8-10 disuruh mengkonsumsi biskuit sebanyak 30 gram yang sudah

disiapkan peneliti. Setelah diukur skor awal indeks debris, sampel diberi

makan buah semangka yang telah disediakan oleh peneliti yang masing-

masing mengkonsumsi buah semangka satu porsi yaitu irisan dengan

potongan sedang seberat 100 gram dikunyah sebanyak 32 kali. Dari

potongan 100 gram diperkecil menjadi 4 potongan, satu potong dikunyah

sebanyak 8 kali dengan menggunakan pengunyahan 2 sisi rahang (kiri dan

kanan) dan mendengarkan instruksi yang diberikan oleh tim peneliti. Setiap

sampel dilakukan perlakuan yang sama agar supaya data yang didapat sama

atau seragam tidak ada perbedaan. Setelah sampel melakukan pengunyahan

sebanyak 8 kali. Kemudian skor indeks debris sampel langsung diukur

kembali.

4. Pengolahan data

27

Page 28: Rafi Skripsi Baru

H. Pengolahan Data

Data diolah dan disajikan berdasarkan distribusi frekuensi dalam bentuk

tabel.

I. Analisis Data

Analisis data yang digunakan ialah analisis univariat, uji normalitas dan

analisis bivariat.

a. Analisis Univariat

Ananlisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakter masing-masing variabel yang diteliti secara sederhana. Variabel yang

diteliti yaitu konsumsi semangka dan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun di

SDN 2 Molompar. Data diolah dengan program SPSS.

b. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal

atau tidak. Jika data terdistribusi normal (p>0,05). Uji normalitas menggunakan

analisis Shapiro wilk. Dari hasil uji normalitas data diperoleh (p<0,05) yang

berarti tidak terdistribusi normal.

c. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui dan menganalisis jika ada

pengaruh mengkonsumsi semangka dalam menurunkan indeks debris dengan

menggunakan uji t berpasangan dengan uji alternative yaitu uji Wilcoxon. Uji

Wilcoxon dilakukan dengan menggunakan batas kemaknaan alpha (α)=0,05 dan

95% confidence interval dengan ketentuan:

28

Page 29: Rafi Skripsi Baru

1. p value ≤ 0,05 berarti H1 diterima (p value ≤ α). Uji statistik menunjukan

hubungan yang signifikan.

2. P value > 0,05 berarti H0 ditolak (p value ≥ α). Uji statistik menunjukkan

tidak terdapat hubungan yang signifikan.

J. Alur Penelitan

29

Populasi

Siswa SDN 2 Molompar 8-10 tahun

Page 30: Rafi Skripsi Baru

Gambar 4. Alur penelitian

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

30

Sampel diberikan biskuit masing –masing 15 gr untuk

dikunya sebanyak 32 kali

Sampling frame

(Kriteria Inklusi dan Eksklusi)

Sampel

Total Sampling

Pengukuran indeks debris (pre-test)

Pemberian buah semangka 100 gr untuk di kunya sebanyak 32 kali

Pengukuran indeks debris (post-test)

Pengolahan dan analisis data

Page 31: Rafi Skripsi Baru

A. Hasil Penelitian

1. Profil Sekolah

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 118 Manado, Kelurahan Batukota,

Kecamatan Malalayang, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. SDN 118

Manado didirikan pada tahun 1985, dengan jumlah anak keseluruhan dari kelas

1-6 yaitu 120 anak, dan 11 guru.

2. Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini sebagian besar subjek berjenis kelamin laki-laki yang

berjumlah 22 siswa (57,9%). Dari perbandingan usia, sebagian besar responden

berusia 8 tahun yang berjumlah 15 orang (39,5%). Karakteristik responden

penelitian dapat dilihat pada table 2.

Table 2. karakteristik responden penelitian

Karakteristik Responden N %Jenis KelaminPerempuan 16 42,1Laki-laki 22 57.9Total 38 100Usia 8 Tahun 15 39,59 Tahun 9 23,710 Tahun 14 36,8Total 38 100

3. Hasil Pemeriksaan Indeks Debris Sebelum Dan Sesudah Mengkonsumsi

Semangka

31

Page 32: Rafi Skripsi Baru

Hasil penelitian pemeriksaan indeks debris dengan menggunakan cara

perhitungan Green dan Vermillion. Pemeriksaan indeks debris dibagi menjadi

dua yaitu pemeriksaan indeks debris sebelum mengkonsumsi semangka dan

pemeriksaan indeks debris sesudah mengkonsumsi semangka. Indeks debris

sebelum mengkonsumsi semangka berada dalam kategori buruk berjumlah 17

responden (44,7%), setelah mengkonsumsi semangka tidak ada responden yang

beradan dalam kategori berat (0%). Hasil keseluruhan pemeriksaan indeks debris

sebelum dan sesudah mengkosumsi semangka dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pemeriksaan indeks debris sebelum dan sesudah menkonsumsi

semangka

Kategori N %Sebelum Baik

SedangBuruk

02117

055,344,7

Total 38 100Sesudah Baik

SedangBuruk

2315 0

60,539,5

0Total 38 100

4. Pengaruh Konsumsi Semangka Dalam Menurunkan Indeks Debris

32

Page 33: Rafi Skripsi Baru

Hasil analisi dengan menggunakan uiji Wilcoxon menunjukkan bahwa

adanya pengaruh sebelum dan sesudah mengkonsumsi semangka p < 0,05. Hal

ini dapat dilihat dalam Table 4.

Tabel 4. Hasil analisis uji Wilcoxon

NMedian

(minimum-maximum)

Rerata±s.b P

Indeks debris sebelum konsumsi semangka

38 1,8(1,5-2,3) 1,85±0,270,000

Indeks debris sesudah konsumsi semangka

38 0,6(0,3-1,6) 0,70±0,27

B. Pembahasan .

Data pada table 2 menunjukkan bahwa dari 38 responden, jumlah responden

laki-laki lebih tinggi dari responden perempuan yaitu 22 responden (57,9%).

Dilihat dari usia, responden usia 8 tahun lebih tinggi dari responden 10 dan 8

tahun yaitu 15 responden (39,5 %). Data pada table 3 menunjukkan indeks

debris sebelum mengkonsumsi semangka yang berada dalam kategori sedang

berjumlah 21 responden (55,3%), setelah itu mengkonsumsi semangka indeks

debris mengalami pendurunan menjadi 15 responden (39,5%) dengan kategori

sedang. Ini menunjukan bahwa lebih dari setengah responden yang memiliki

indeks debris dalam kategori sedang, dari sebelum mengkonsumsi semangka

mengalami penurunun setelah mengkonsumsi semangka.

Rata-rata selisih indeks debris sebelum konsumsi semangka sebesar 1,85

dan setelah mengkonsumsi semangka rata-rata indeks debris sebesar 0,70.

Berdasarkan uji Wilcoxon nilai probabilitas signifikansi p=0,000 yang arinya

33

Page 34: Rafi Skripsi Baru

terdapat perbedaan yang bermakna antara selisih indeks debris sebelum

konsumsi semangka dengan setelah konsumsi semangka. Dengan demikian H0

ditolak dan h1 diterima. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh konsumsi

semangka terhadap penurunan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun. Hasil

penelitian ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wandha

Cindhy Mandalika yang menunjukan ada selisih indeks debris sebelum

konsumsi buah dengan sesudah mengkonsumsi buah.26 Hasil penelitian ini juga

mendukung teori yang menyebutkan bahwa buah-buahan dan sayuran berserat

memiliki daya membersihkan gigi sendiri atau sering disebut self cleansing

effect salah satunya buah semangka. Hal ini juga dipaparkan pada penelitian

yang dilakukan oleh Angela tentang pencegahan primer pada anak berisiko

karies tinggi bahwa memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan yang

berserat dan berair akan bersifat membersihkan dan merangsang sekresi saliva

sehingga karies gigi dapat dicegah.27

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa buah semangka

berpengaruh terhadap penurunan indeks debris. Hal ini dipengaruhi oleh serat

yang terkandung di dalam buah semangka. Serat adalah poli-sakarida nonpati

yaitu karbohidrat kompleks yang terbentuk dari gugusan gula sederhana yang

bergabung menjadi satu serta tidak dapat dicerna. Serat yang terkandung di

dalam buah semangka merupakan pembersih alamiah pada permukaan gigi

geligi, dan juga dapat membantu menyingkirkan partikel-partikel makanan dan

gula selama proses pengunyahan. Serat berperan untuk meningkatkan intensitas

34

Page 35: Rafi Skripsi Baru

pengunyahan dalam mulut, sehingga proses pengunyahan makanan berserat ini

akan merangsang dan meningkatkan produksi saliva.28

Fungsi utama saliva yang nyata adalah pada proses mekanisme makanan,

membantu membentuk bolus makanan dan memproduksi amilase untuk

mencerna serat. Kandungan saliva yaitu bikarbonat dan sulfat memberi efek

buffer yaitu berfungsi mengurangi keasaman plak. Plak yang bersifat asam akan

memudahkan bakteri untuk melakukan proses mineralisasi yang berakibat pada

penipisan lapisan email. Pembersih mulut mengurangi potensi melekatnya

makanan (sebagai pelarut/ pelumas), mengandung antibodi dan antibakteri,

sehingga dapat terkendalinya beberapa pertumbuhan bakteri di mulut.29

Pada anak diberikan makan yang berserat seperti buah-buahan dan sayur-

mayur karena makanan ini dapat membantu pembersihan gigi dan selain itu juga

merangsang pertumbuhan tulang rahang sehingga dapat mengurangi

kemungkinan terjadinya pertumbuhan gigi yang berjejal-jejal. Makanan berserat

perlu dikunyah lebih lama. Gerakan mengunyah dapat merangsang pengeluaran

saliva lebih banyak. Di dalam saliva terkandung zat-zat seperti substansi

antibakteri, senyawa glikoprotein, kalsium, dan fluorida yang sa-ngat berguna

melindungi gigi. Dalam hal ini saliva akan membasuh gigi dari zat-zat makanan

yang menempel dan menetralkan zat-zat asam sehingga terhindar dari proses

demineralisasi atau kerusakan gigi. Perubahan diet merupakan salah satu hal

yang harus diperhatikan untuk mencegah penyakit gigi. Tujuannya untuk

mengurangi baik jumlah/frekuensi konsumsi gula/sukrosa. Salah satu cara untuk

mencegah timbulnya penyakit-penyakit seperti karies, karang gigi, ginggivitis,

35

Page 36: Rafi Skripsi Baru

periodontis adalah dengan makan buah-buahan berserat sebagai pencuci

mulut/desert. Contoh dari buah-buahan berserat adalah papaya, semangka, dan

apel yang merupakan buah-buahan yang mudah dijumpai dan dapat langsung

dikonsumsi dalam keadaan segar.30

Tindakan yang dilakukan untuk mencegah karies gigi dan radang penyangga

gigi adalah memelihara kebersihan gigi dan mulut, memperkuat gigi dengan

mineral, dan mengatur pola makanan. Salah satu cara mengatur pola makanan

yaitu dengan memperba-nyak makan makanan berserat berair seperti sayuran

dan buah-buahan. Buah berserat berair tersebut dapat mengakibatkan pember-

sihan gigi geligi (self cleansing effect), karena pada waktu menguyah akan

terjadi pergeseran serat-serat sehingga dapat melepaskan sisa-sisa makanan yang

melekat pada permukaan gigi dengan pengunyahan akan merangsang sekresi

saliva. Semangka memiliki kadar air dan serat yang tinggi sehingga diharapkan

dengan mengkonsumsi semangka dapat terjadi penurunan debris dan perubahan

pH saliva.31

36

Page 37: Rafi Skripsi Baru

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat pengaruh konsumsi

semangka dalam menurunkan indeks debris pada anak usia 8-10 tahun

B. Saran

1. Bagi mayarakat

Khususnya bagi masyarakat untuk dapat mencegah terjadinya karies gigi

dianjurkan mengkonsumsi buah yang mengandung serat dan air seperti

semangka

2. Bagi institusi kesehatan

Adanya partisipasi dari tenaga kesehatan di puskesmas dalam program

promosi kesehatan gigi dan mulut mengenai pengaruh konsumsi buah yang

mengandung serat dan air seperti semangka dapat menurunkan indeks debris dan

mencegah terjadinya karies

3. Bagi institusi pendidikan dan peneliti

Adanya penelitian lebih lanjut dengan melibatkan populasi yang lebih luas

untuk mengevaluasi pengaruh konsumsi semangka dalam menurunkan indeks

debris.

37

Page 38: Rafi Skripsi Baru

DAFTAR PUSTAKA

1. Darby ML, Walsh MM. Dental hygiene theory and practice (3rd ed). Canada: Saunders Elsevier, 2010; p.281-39.

2. Natural Resources Conservation Service. Classification. Unitedstates Department of Agriculture. 2010 Available form : http://ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/show/2438?fgcd=&manu=&lfacet=&format=&count=&max=357offset=&sort=&qlookup=watermelon.

3. Astuti Y. Gejala, medikasi, keluhan di mulut dan kemungkinan efek obat jangka panjang pada pasien Systemic lupus erythematosus [Online]. 2008 [cited 2014 Mar 1]; Available from: URL:lontar.ui.ac.id gfr

4. Nurin AL. Pengaruh Pasta gigi dengan kandungan propolis terhadap pembentukan plak gigi. Program sarjanakedokteran FK Universitas Diponegoro, 2012. Skripsi.

5. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2013. h.111–112

6. Ami Angela, 2005, Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi. Dental Journal. 38(3):130-134

7. Prajnanta, F. (2003). Agribisnis Semangka Non-biji. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 1-4.

8. Rukmana, R. (1994). Budidaya Semangka Hibrida. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 11-18

9. Murray, J. (2007). Watermelon. Minnesota: ABDO Publishing Company. Hal. 6-8.

10. Natural Resources Conservation Service. Classification. Unitedstates Department of Agriculture. 2010 Available form : http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=CILA3

11. Padmiari I E A. Manfaat buah-buahan dan sayuran. Denpasar: Politeknik Kesehatan DEPKES RI; 2010.h.9

12. Bakar A.Kedokteran gigi klinis.2 ed.yogyakarta: avadenta; 2013.h.109-11

38

Page 39: Rafi Skripsi Baru

13. Putrid MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. Jakarta: EGC; 2011.h. 57,85-6,93-7,107-8.

14. Sitorus E. perbedaan penurunan skor plak antara mengunyah buah apel dan mengunyah buah jambu biji pada siswa kelas VII negeri 10 Medan.2014. [cited 2014 Feb 21]; Available from: URL:respository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4/chapterH.pdf

15. Prasasti A, widodorini T, Paranti KA. Hubungan tingkat keparahan karies pada siswa SD usia 10-12 tahun dengan perilaku ibu di SD Tanjungrejo III Kota Malang. [cited] 2013 dec 17. From URL: http://dinkes.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2013/07/hal-11-13-gigi-anak.pdf

16. Meikawati W, Sayono, Nurullita U. Hubungan konsumsi dalam makanan dan minuman dengan keparahan karies gigi pada murid kelas IV dan V SDN Melati Kidul 1 dan 2 Kudus. [online] 2012 mar 12[cited 2013 mar 10]. Available from URL: http:jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/a67/516

17. Adhikari RB, Malla N, Bhandari PS. Prevalence and treatment needs of dental caries in school-going children attending dental outpatient department of a tertiary care centre in western region of Nepal. Nepal Journal of Medical sciences 2012; 1(2): p. 115–8.

18. Nurlaila AM, Djoharnas H, Darwita RR. Hubungan antara status gizi dengan karies gigi pada murid-murid sekolah dasar Kecamatan Karangantu. Indonesia Jurnal of Dentistry. 2005; vol 12(1): h. 5–9.

19. Malik I. Kesehatan gigi dan mulut. Bandung: UNPAD.2008 [diakses maret 2014]. Tersedia dalam URL:http://pustaka. Unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/kesehatan_gigi_dan_mulut.pdf

20. Kemp J. Gigi si kecil: Cara menjaga kesehatan gigi dan gusi anak. Esensi.2004.h 25

21. Jamil JA. Hubungak antara kebiasaan mengkonsumsi jajanan dengan pengalaman karies pada gigi susuanak usia 4-6 tahun di TK Medan [Online] 2011 [cited 2014 feb 21]: Available from:YRL: respository. usu.ac.ad/bistream/123456789/28136/4/chapterII.pdf

22. Sumawinata N. Senarai istila kedokteran gigi inggris-indonesia. Penerbit Buku Kedokteran.2004.h.162

39

Page 40: Rafi Skripsi Baru

23. Purba TR. Perilaku kebersihan gigi dan perbedaan status Oral higiene [Online]. 2011 [cited 2014 Feb 20]; Available from: URL: respository.usu.ac.id

24. Sondang P, Harmada T. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan pemeliharaan. 1st.Ed. Medan: USU Press.2088.h:1-24

25. Sintawati FX, Tjahja I. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut masyarakat DKI Jakarta tahun 2007. Jurnal ekologi kesehatan. 2008. Vol;8 (1). h: 861-863

26. Mandalika W.C. Pengaruh konsumsi papaya (Carica papaya) dalam menurunkan indeks debris pada anak Usia 10-12 tahun di sdn 103 manado. Jurnal e-GiGi ;2014.h5

27. Langitan T. Peran saliva dalam pencegahan karies. Studi Pustaka [Published]. Manado: Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. 2010.

28. Purba TR. Perilaku kebersihan gigi dan perbedaan status Oral higiene [Online]. 2011 [cited 2014 Feb 20]; Available from: URL: respository.usu.ac.id

29. Wides, Cynthia.,Brody, Havey A., Alexander, Charles J.,Gansky, Stuart A., Mertz, Elizabeth A. 2012. Long-term outcomes of a dental postbaccalaureate program: increasing dental student diversity and oral health care access. Journal of Dental Education,77(5),537-547.

30. Steinaur, Jodi.,Preskill, Felisa.,Robertson, Patricia. 2007. Training medical student in intrauterine procedures using papayas.Medical Education,41(11),1099-1100

31. Ircham Machfoedz dan Asmar Yetti Zein, 2005, Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-anak dan Ibu Hamil, Yogyakarta : Fitramaya.

40

Page 41: Rafi Skripsi Baru

Lampipiran 1. Surat ijin melakukan Penelitian

41

Page 42: Rafi Skripsi Baru

Lampiran 2. Surat keterangan telah melakukan penelitian

42

Page 43: Rafi Skripsi Baru

Lampiran 3. Lembar penjelasan Penelitian

43

Page 44: Rafi Skripsi Baru

INFORMED CONSENT(PENJELASAN TENTANG MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN)

Kepada Yth.Saudara (i) calon responden Di TempatDengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.Nama : Rafi Basar LusnarneraNRI : 110113124 Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Konsumsi Semangka (Citrulus lanatus) Dalam Menurunkan Indeks Debris Pada Anak 8-10 Tahun SDN 2 Molompar”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat merugikan terhadap saudara/i sebagai responden, kerahasiaan semua data dan informasi yang diperoleh akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Tidak ada paksaan bagi saudara/I sebagai subjek dalam penelitian ini. Jika terjadi hal-hal yang meragukan selama penelitian ini diperbolekan untuk mengundurkan diri dari penelitian ini. Apabila saudra/I menyetujui, maka saya mohon kesediaan untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan. Atas kesdiaan dan kerjasamanya saya ucapkan terimah kasih.

Peneliti

Rafi Basar Lusnarnera

Lampiran 4. Lembar pernyataan kesediaan menjadi responden

44

Page 45: Rafi Skripsi Baru

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan

penelitian ini, maka saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia

menjadi responden dari saudara Rafi Basar Lusnarnera dalam penelitian yang

berjudul “Pengaruh Konsumsi Semangka (Citrullus lanatus) Dalam Menurunkan

Indeks Debris Pada Anak Usia 8-10 Tahun”, maka dengan ini saya:

Nama :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir :

Dengan sadar bersedia memberikan izin untuk anak saya:

Nama :

Tanggal lahir :

Jenis kelamin :

Umur : tahun

Molompar , Agustus 2014

Orang tua/wali

( ..…………………………. )

Lampiran 5. Kartu indeks

45

Page 46: Rafi Skripsi Baru

KARTU INDEKS

Penilaian Indeks Debris

Nama : No Penelitian :

Jenis kelamin : Tanggal :

Umur :

Sebelum (pre-test)

RA M1

KANAN

RA I1

KANAN

M1 RA

KIRI

RB M1

KIRI

RB I1

KIRI

RB M1

KANAN

Sesudah (Post-test)

RA M1

KANAN

RA I1

KANAN

M1 RA

KIRI

RB M1

KIRI

RB I1

KIRI

RB M1

KANAN

46

Debris Indeks =

Jumlah Penilain DebrisJumlah GigiYang Diperiksa

DI = =

Debris Indeks =

Jumlah Penilain DebrisJumlah GigiYang Diperiksa

DI = =

Page 47: Rafi Skripsi Baru

Lampiran 6. Hasil analisis data penelitian

HASIL ANALISIS DATA PENELITIAN

A. Uji Analisis Univariat Penelitian dengan SPSSStatistics

umur jeniskelamin ket ket2N Valid 38 38 38 38

Missing 0 0 0 0

JeniskelaminFrequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid L 22 57.9 57.9 57.9P 16 42.1 42.1 100.0Total 38 100.0 100.0

Umur

Frequency PercentValid

Percent Cumulative PercentValid 8 15 39.5 39.5 39.5

9 9 23.7 23.7 63.210 14 36.8 36.8 100.0Total 38 100.0 100.0

Kategori Prekonsumsi

Frequency PercentValid

PercentCumulative

PercentValid BURUK 17 44.7 44.7 44.7

SEDANG 21 55.3 55.3 100.0Total 38 100.0 100.0

47

Page 48: Rafi Skripsi Baru

Kategori PostkonsumsiFrequenc

y PercentValid

PercentCumulative

PercentValid BAIK 23 60.5 60.5 60.5

SEDANG 15 39.5 39.5 100.0Total 38 100.0 100.0

Case Processing SummaryCases

Valid Missing TotalN Percent N Percent N Percent

pretest 38 100.0% 0 0.0% 38 100.0%posttest 38 100.0% 0 0.0% 38 100.0%

48

Page 49: Rafi Skripsi Baru

DescriptivesStatistic Std. Error

pretest Mean 1.855 .044395% Confidence Interval for Mean

Lower Bound

1.766

Upper Bound

1.945

5% Trimmed Mean 1.848Median 1.800Variance .074Std. Deviation .2728Minimum 1.5Maximum 2.3Range .8Interquartile Range .5Skewness .416 .383Kurtosis -1.331 .750

posttest Mean .708 .043995% Confidence Interval for Mean

Lower Bound

.619

Upper Bound

.797

5% Trimmed Mean .689Median .600Variance .073Std. Deviation .2705Minimum .3Maximum 1.6Range 1.3Interquartile Range .3Skewness 1.330 .383Kurtosis 2.179 .750

49

Page 50: Rafi Skripsi Baru

Ranks

N Mean RankSum of Ranks

posttest - pretest Negative Ranks

38a 19.50 741.00

Positive Ranks 0b .00 .00Ties 0c

Total 38a. posttest < pretestb. posttest > pretestc. posttest = pretest

Case Processing SummaryCases

Valid Missing TotalN Percent N Percent N Percent

pretest 38 100.0% 0 0.0% 38 100.0%posttest 38 100.0% 0 0.0% 38 100.0%

B. Uji Normalitas dengan Menggunakan Shapiro-wilk Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-WilkStatistic df Sig. Statistic df Sig.

pretest .273 38 .000 .832 38 .000Posttest .260 38 .000 .865 38 .000a. Lilliefors Significance Correction

Descriptive StatisticsN Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Pretest 38 1.855 .2728 1.5 2.3Posttest 38 .708 .2705 .3 1.6

50

Page 51: Rafi Skripsi Baru

C. Uji Analisis Penelitian Dengan Menggunakan SPSS

Ranks

N Mean RankSum of Ranks

posttest – pretest

Negative Ranks

38a 19.50 741.00

Positive Ranks 0b .00 .00Ties 0c

Total 38a. posttest < pretestb. posttest > pretestc. posttest = pretest

Test Statisticsa

posttest – pretest

Z -5.388b

Asymp. Sig. (2-tailed) .000a. Wilcoxon Signed Ranks Testb. Based on positive ranks.

Lampiran 7. Tabel hasil kerja

51

Page 52: Rafi Skripsi Baru

TABEL HASIL KERJA

No Nama Umur Jenis

Kelamin

Indeks Debris

Pre

test

Ket Post

test

Ket

1. 8 L 2,1 BURUK 1 SEDANG

2. 8 P 2 BURUK 0,8 SEDANG

3. 8 L 1,6 SEDANG 0,8 SEDANG

4. 8 L 2 BURUK 0,6 BAIK

5. 8 L 2,1 BURUK 0,6 BAIK

6. 8 L 2,3 BURUK 1,1 SEDANG

7. 8 L 2,3 BURUK 0,8 SEDANG

8. 8 L 2 BURUK 0,6 BAIK

9. 8 P 1,6 SEDANG 0,6 BAIK

10. 8 P 1,8 SEDANG 0,6 BAIK

11. 8 L 1,6 SEDANG 0,6 BAIK

12. 8 P 1,6 SEDANG 0,5 BAIK

13. 8 P 1,6 SEDANG 0,5 BAIK

14. 8 P 1,6 SEDANG 0,6 BAIK

15. 8 L 1,6 SEDANG 0,8 SEDANG

16. 9 P 1,5 SEDANG 0,5 BAIK

17. 9 L 2,3 BURUK 1,3 SEDANG

18. 9 L 1,6 SEDANG 0,5 BAIK

52

Page 53: Rafi Skripsi Baru

19. 9 P 1,8 SEDANG 0,5 BAIK

20. 9 L 2,3 BURUK 0,6 BAIK

21. 9 P 2,3 BURUK 1 SEDANG

22. 9 L 1,6 SEDANG 0,6 BAIK

23. 9 P 1,8 SEDANG 0,5 BAIK

24. 9 L 2,1 BURUK 0,8 SEDANG

25. 10 P 2 BURUK 0,6 BAIK

26. 10 P 1,6 SEDANG 0,5 BAIK

27. 10 L 1,6 SEDANG 0,8 SEDANG

28. 10 P 1,8 SEDANG 0,6 BAIK

29. 10 P 1,6 SEDANG 0,5 BAIK

30. 10 L 1,8 SEDANG 1,6 SEDANG

31. 10 P 2,3 BURUK 1,1 SEDANG

32. 10 L 2 BURUK 1,1 SEDANG

33. 10 L 2,1 BURUK 0,6 BAIK

34. 10 L 2 BURUK 0,8 SEDANG

35. 10 L 1,6 SEDANG 0,5 BAIK

36. 10 L 2 BURUK 0,8 SEDANG

37. 10 L 1,6 SEDANG 0,3 BAIK

38 10 P 1,6 SEDANG 0,3 BAIK

Lampiran 8. Dokumentasi penelitian

53

Page 54: Rafi Skripsi Baru

DOKUMENTASI PENELITIAN

54

Page 55: Rafi Skripsi Baru

55

Page 56: Rafi Skripsi Baru

RIWAYAT HIDUP

Rafi Basar Lusnarnera, lahir di Saumlaki, 2

Agustus 1993 dari pasangan Amsi Lusnarnera

dan Akolina Seralurin Penulis merupakan

anak ketiga dari lima bersaudara, Keluarga

penulis sekarang bertempat tinggal di

Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi

Maluku. Penulis tamat dari SD Donbosco II Tansel pada tahun 2006,

melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 5 Tansel

pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di

SMA Negeri Unggulan Saumlaki dengan masa studi 2008-2011. Penulis

diterima di Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Gigi

Universitas Sam Ratulangi Manado pada tahun 2011 melalui jalur T2

dengan NRI 110113124 dan mengikuti pendidikan formal seperti

Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PK2MB) tahun 2011.

Penulis telah melaksanakan Praktek Belajar Lapangan (PBL) di

Kecamatan TanduRusa, Kota Bitung pada tahun 2013, dan Kuliah Kerja

Nyata Terpadu (KKNT) angkatan 107 di desa Molompar Atas,

Kecamatan Tombatu Timur, Kabupaten Minahasa Tenggara padatahun

2015. Penulis juga mengikuti seminar Manado Dentistry tahun 2011 dan

pernah mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Pencinta Alam Aesculap FK

UNSRAT angkatan 28.

56

Page 57: Rafi Skripsi Baru

57