BAB I PENDAHULUAN Paru-paru merupakan unsur elastis yang dapat mengembang dan mengempis. Paru-paru merupakan organ dalam rongga toraks, dikelilingi oleh suatu lapisan berupa pleura. Pleura terdiri dari dua bagian yaitu pleura parietalis dan viseralis. Diantara pleura parietalis dan viseralis terdapat suatu ruangan yang disebut cavum pleura, yang berisi cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru-paru. Pada keadaan normal cavum pleura berisi sedikit cairan dengan tekanan negatif yang ringan. Diperkirakan terdapat 20.000 kasus pneumotoraks spontan setiap tahunnya di Amerika Serikat. Berdasarkan penelitian Takeno dari Jepang, mulai dari tahun 1986 sampai dengan 1997, jika dibandingkan kasus tahun 1986 dengan tahun 1995 terjadi peningkatan 1,7 kali dan hasil survei tahun 1998 memperlihatkan terjadinya peningkatan 1,5 kali pada data kasus 5 tahunan ( periode 1993-1997 ). Di Instalasi Gawat Darurat ( IGD) Persahabatan Jakarta pada tahun 1999 didapat 253 penderita pneumotoraks dan angka ini merupakan 5,5 % kunjungan dari seluruh kasus respirasi yang datang. 1,2 Di Amerika Serikat, insidens pneumotoraks spontan primer pada laki-laki adalah 7,4 kasus per 100.000 orang tiap tahunnya sementara pada wanita insidensnya adalah 1,2 kasus per 100.000 orang. Sedangkan insidens pneumotoraks spontan sekunder pada laki-laki adalah 6,3 kasus per 100.000 orang dan wanita 2,0 per 100.000 orang. Pneumotoraks traumatik lebih
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Paru-paru merupakan unsur elastis yang dapat mengembang dan mengempis. Paru-
paru merupakan organ dalam rongga toraks, dikelilingi oleh suatu lapisan berupa pleura.
Pleura terdiri dari dua bagian yaitu pleura parietalis dan viseralis. Diantara pleura parietalis
dan viseralis terdapat suatu ruangan yang disebut cavum pleura, yang berisi cairan pleura
yang menjadi pelumas bagi gerakan paru-paru. Pada keadaan normal cavum pleura berisi
sedikit cairan dengan tekanan negatif yang ringan.
Diperkirakan terdapat 20.000 kasus pneumotoraks spontan setiap tahunnya di
Amerika Serikat. Berdasarkan penelitian Takeno dari Jepang, mulai dari tahun 1986 sampai
dengan 1997, jika dibandingkan kasus tahun 1986 dengan tahun 1995 terjadi peningkatan 1,7
kali dan hasil survei tahun 1998 memperlihatkan terjadinya peningkatan 1,5 kali pada data
kasus 5 tahunan ( periode 1993-1997 ). Di Instalasi Gawat Darurat ( IGD) Persahabatan
Jakarta pada tahun 1999 didapat 253 penderita pneumotoraks dan angka ini merupakan 5,5 %
kunjungan dari seluruh kasus respirasi yang datang.1,2
Di Amerika Serikat, insidens pneumotoraks spontan primer pada laki-laki adalah 7,4
kasus per 100.000 orang tiap tahunnya sementara pada wanita insidensnya adalah 1,2 kasus
per 100.000 orang. Sedangkan insidens pneumotoraks spontan sekunder pada laki-laki adalah
6,3 kasus per 100.000 orang dan wanita 2,0 per 100.000 orang. Pneumotoraks traumatik lebih
sering terjadi daripada pneumotoraks spontan dengan laju yang semakin meningkat.3 Insidens
pneumotoraks di seluruh dunia belum diketahui. Kematian lebih sering terjadi pada pasien
pneumotoraks yang disertai PPOK dan pada pasien pneumotoraks spontan sekunder dengan
persentase sebesar 1 – 17 persen. Persentase yang lebih besar yakni sebesar 25 persen pun
terjadi pada pasien pneumotoraks disertai AIDS.
Pneumothoraks adalah terperangkapnya udara di dalam rongga pleura 1,2 Udara dapat
memasuki rongga pleura melalui dinding dada, mediastinum, paru-paru dan diaphragma.
Secara lebih lanjut dapat dijelaskan penyebab pneumothoraks3:
Melalui dinding dada karena adanya trauma
Melalui paru-paru karena sebab spontan, trauma, penyakit paru kronik, obstruksi
udara, infeksi paru-paru dan keganasan.
Melalui medaiastinum karena pneumomediastinum
Melalui diaphragma
Diagnosis pnemothoraks ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan radiologis yang digunakan adalah foto thoraks. Foto
thoraks ini juga dapat mendeteksi komplikasi, faktor predisposisi, dan membantu
penanganan.3
Pneumomediastinum adalah terperangkapnya udara pada mediatinum.4,5
Pneumomediastinum jarang terjadi, biasanya terjadi karena bocornya udara dari paru atau
saluran pernapasan lain yang masuk ke mediastinum. Etiologi pneumomediastinum
multifaktorial, penyebab tersering adalah karena ruptur alveolar, kenaikan tekanan
intraalveoler secara tiba-tiba. Ruptur oesophagus dan atau ruptur trachea atau ruptur bronchus
merupakan penyebab yang lebih berbahaya. 5
Pada pemeriksaan foto thoraks, udara terlihat seperti bayangan hitam yang
mengelilingi gambaran jantung, biasanya pada bagian kiri foto PA. 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Anatomi dan Fisiologi
Rongga thoraks berisi paru kanan dan paru kiri yang diselubungi oleh pleura dan
dipisahkan oleh mediastinum, jantung, oesophagus, dan trakea yang berlanjut menjadi
bronkus.1,2
Paru dibentuk oleh kantong-kantong udara yang berdinding sangat tipis dan terdiri atas
lapisan sel tunggal yang disebut alveoli. Alveoli merupakan lanjutan dari bronkhiolus dimana
bronkhiolus merupakan cabang bronkhi. Di dalam alveoli selalu terdapat sejumlah udara.
Paru-paru juga berisi arteri, vena, sistem saraf, pembuluh limfe, dan jaringan ikat yang
membuat alat pernapasan bersifat elastis.2
Pernapasan berlangsung dengan bantuan gerak dinding dada. Inspirasi terjadi karena
kontraksi otot pernapasan, m. Intercostalis dan diaphragma, yang menyebabkan rongga dada
membesar dan udara terhisap masuk. Sebaliknya, bila m. Intercostalis dan diaphragma
relaksasi, dinding dada akan mengecil dan udara terdorong keluar. Jadi proses pernapasan
dipengaruhi oleh kekenyalan jaringan paru, kelenturan dinding thoraks, dan tekanan intra
abdomen.2
Paru-paru dibungkus oleh suatu kantong serous yang tertutup yang disebut pleura.
Pleura terdiri dari dua lapisan, yaitu pleura parietalis yang berbatasan langsung dengan
dinding thoraks dan pleura visceralis yang melekat pada paru. Di antar kedua pleura tersebut
terdapat rongga yang disebut cavum pleura. Pada keadaan normal, cavum pleura merupakan
ruang potensial yang permukaannya dilapisi mesothelial yang menghasilkan cairan serous
untuk melicinkan permukaan. Pada akhir ekspirasi, tekanan dalam rongga pleura lebih rendah
daripada tekanan atmosfir. Hal ini disebabkan karena adanya keseimbangan antara daya
recoil paru yang cenderung mengecilkan paru. Tekanan negatif inilah yang mempertahankan
pengembangan paru ibarat sebuah balon yang akan tetap mengembang dalam lingkungan
yang vakum.2
Mediastinum adalah rongga di dalam cavum thoraks yang terletak di antara pleura
kanan dan kiri, di antara sternum dan tulang vertebra, dan dibatasi diaphragma di sebelah
inferior. Mediastinum adalah bangunan central pada cavum thoraks yang berisi jantung, arcus
aorta, vena cava superior, oesophagus, trachea, thymus, dan pembuluh limfe.3
diambil dari buku Analysis of Rontgen Sign in General Radiology Isadore Meschan,
M.A.,M.D page 499.4
II.2. Pneumothorak
A. Definisi
Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura. Ketika udara dan cairan
didapati di dalam rongga pleura, penamaannya tergantung dari jumlah (volume) dan jenis
cairan. Bila yang ada adalah sejumlah kecil cairan maka keadaan ini dapat diabaikan dan
tetap dinamakan pneumothoraks. Awalan hidro-, haemo-, pyo-, atau chylo- dapat
ditambahkan, tergantung dari jenis dan sifat cairan.3,5
Udara dapat masuk ke dalam rongga pleura melalui 4 jalur utama, yaitu:6
1. Pneumotoraks spontan: timbul sobekan subpleura dan bula sehingga udara saluran
pernapasan masuk kedalam rongga pleura melalui suatu lubang robekan atau katup.
2. Udara lingkungan luar masuk ke dalam rongga pleura melalui luka tusuk atau
pneumotorak artifisial dengan tujuan terapi dalam hal pengeluaran atau pengecilan
kavitas proses spesifik.
3. Masuknya udara melalui mediastinum yang biasanya disebabkan oleh trauma pada
trakhea atau esofagus akibat tindakan pemeriksaan dengan alat-alat (endoskopi) atau
benda asing tajam yang tertelan. Keganasan dalam mediatinum dapat pula
mengakibatkan udara rongga pleura melalui fistula antara saluran napas proksimal
dengan rongga pleura.5
4. Udara berasal dari sub diafragma dengan adanya robekan lambung akibat suatu
trauma atau abses subdiafragma dengan kuman pembentuk gas.
Adanya udara di rongga pleura maka pleura visceralis akan terlepas dari pleura parietalis dan
paru tidak akan mengikuti gerak napas dinding dada dan diaphragma.1 Masuknya udara di
rongga pleura juga mengakibatkan terjadinya hubungan antara udara atmosfer dengan rongga
tersebut sehingga tekanan negatif dalam paru berkurang dan paru akan kolaps.
B. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, pneumothoraks dibagi menjadi:
1. Pneumothoraks Spontan
a. Pneumothoraks Primer
Terjadi tanpa disertai kelainan pada paru atau trauma pada dada. Kebanyakan
pneumothorax primer terjadi pada dewasa muda (65% berusia antara 20-40 tahun)
dan lima kali lebih banyak pada pria dibanding wanita.5
Biasanya terdapat pada pasien yang memiliki bula pada permukaan paru, tepat
di bawah pleura viseralis. Pembentukan bula dan rupturnya diperkirakan karena
gradien tekanan tranpulmoner pada apex lebih besar dibanding pada basalnya. Bila
bula pecah maka terbentuk lubang sehingga udara dari dalam paru bisa masuk
kedalam rongga pleura1 . Lebih dari 90% penderita pneumothoraks primer adalah
perokok. Telah dibuktikan bahwa resiko terjadinya pneumothoraks primer
meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah rokok yang dihisap tiap harinya.
Faktor genetik diduga juga berperan dalam kasus ini. Di samping itu pneumothoraks
primer juga ditemukan pada penderita dengan kelainan genetik seperti sindroma
Marfan, homosistinuria, dan sindroma Birt Hogg Dube.5
b. Pneumothoraks Sekunder
Terjadi pada pasien dengan penyakit paru, terutama pada penderita penyakit
paru obstruktif kronis. Penyakit-penyakit tersebut antara lain asma bronkhial,
tuberculosis paru, emfisema paru, sarcoidosis, infark paru, keganasan paru, dan
fibrosis paru yang idiopatik. Pneumothoraks sekunder dapat juga ditemukan pada
penderita AIDS yang disebabkan pneumonia Pneumocystis carinii.5
Diambil dari buku Diagnostic Radiology Grainger Allison’s page 334.5
2. Pneumothoraks Traumatik
Pneumothoraks traumatik dapat terjadi karena trauma paru baik secara penetrasi
maupun non penetrasi, misalnya trauma dada. Pada pneumothoraks traumatik biasanya
hanya terdapat 1 katup atau lubang pada pleura yang akibatnya udara dapat masuk
tetapi tidak bisa keluar. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya tension
pneumothoraks.5
Diambil dari https://rad.usuhs.edu/.8
3. Pneumothoraks Mediastinal
Disebabkan karena trauma pada organ-organ di mediastinum misalnya karena ruptur
oesophagus atau trakhea. Atau dapat disebabkan keganasan di mediastinum.
4. Pneumothoraks Transdiaphragma
Terjadi karena masuknya udara yang berasal dari sub diaphragma akibat robekan
lambung atau abses subdiaphragma.
5. Pneumothoraks Artifisial / Iatrogenik
Biasanya terjadi karena prosedur tindakan medis. Sebab terbanyak adalah karena
transthoracic needle aspiration. Prosedur lain yang dapat mengakibatkan
pneumothoraks iatrogenik adalah terapi thoracosintesis, biopsi pleura, central venous
catheter insertion, biopsi transbronchial, ventilasi mekanik tekanan positif, dan intubasi
Diagnosa pneumothorax dapat ditegakkan melalui gejala klinis dan pemeriksaan
penunjang. Pada gejala klinis ditemukan adanya sesak nafas dan pada pemeriksaan fisik
didapatkan hipersonor pada perkusi paru kanan.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan udara dalam rongga pleura yang
memberikan bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru (lusen avaskuler) dengan
batas paru berupa garis radioopak tipis yang berasal dari pleura visceral. Pada foto terlihat
bayangan udara dari pneumothorax yang berbentuk cembung yang memisahkan pleura
parietalis dengan pleura viseralis.4
Pada pneumothorax yang luas, akan menekan jaringan paru ke arah hilus atau paru
menjadi kuncup/kolaps di daerah hilus dan mendorong mediastinum ke arah kontralateral.
Selain itu sela iga menjadi lebih lebar. Udara dalam ruang pleura menjadi lebih radiolusen
dibandingkan paru-paru yang bersebelahan dengan pneumothorax tersebut.5
Pneumothorax dapat dievaluasi dengan foto anteroposterior atau lateral pada saat
yang sama. Terapi yang diberikan pada pneumothorax adalah pemasangan WSD dan
pengobatan pada penyakit yang mendasari.
BAB V
KESIMPULAN
1. Pneumothorax adalah suatu keadaan dimana kavum pleura terisi oleh udara.
2. Pneumothorax salah satunya dapat terjadi akibat prosedur tindakan medis seperti pemasangan double lumen.
3. Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
4. Pemeriksaan penunjang berupa X-foto polos akan memberikan gambaran lusensi tanpa ada corakan vaskuler parenkim paru (lusen avaskuler).
5. Pneumothorax adalah kegawatdaruratan yang harus segera ditangani. Salah satu prosedur pengelolaan pneumothorax adalah dengan menggunakan water sealed drainase (WSD).
DAFTAR PUSTAKA
1. Halim H. Penyakit – penyakit Pleura. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiyati S (editor). Edisi IV. Jilid
II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006: 1066-70.
2. Rachmatullah P. Penyakit Pleura. Dalam: Ilmu Penyakit Paru (Pulmonologi). Buku
ke-1. Semarang: Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Undip, 1997: 4-16.
3. Mukty A. Pleura. Dalam: Ilmu Penyakit paru. Amin M, Alsagaff H, Taib W (editor).
Surabaya: Airlangga University Press, 1990: 69-79.
4. Meschan I. 1973. Analysis of Roentgen Sign in General Radiology. London: WB
Saunders Company.p.499
5. Grainger RG, Allison DJ, Adam A, Dixon K. 2002. Diagnostic Radiology.
London:Churcill Livingstone.p.334-336
6. Rasad S. 2005. Radiologi Diagnostik. Jakarta : Divisi Radiodiagnostik, Departemen
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.p.119-120