layouter: edo RADAR SURABAYA l SABTU, 2 JULI 2016 HALAMAN 14 SURABAYA–Ragam ku- liner di Sidoarjo memang tidak ada habisnya. Meski bukan makanan khas asli Sidoarjo, kue lumpur yang ada di Jalan Hang Tuah kini menjadi buruan masyarakat dari Sidoarjo maupun dari luar Sidoarjo. Lilik Resiyowati, pemilik dan pendiri toko kue lum- pur, menyebutkan, dirinya sudah memproduksi kue lumpur sejak 2006 lalu. Re- sepnya pun masih digu- nakan hingga saat ini. “Re- sepnya rahasia hingga saat ini, hanya saya bagikan ke keluarga yang juga bekerja di sini,” ujarnya. Meski kuenya sederhana, toko kue lumpur yang buka setiap hari kecuali Senin ini selalu ramai oleh pembeli. Selain itu, banyak juga pesanan yang menghampiri toko kue lumpur itu setiap hari. Bahkan ada beberapa pembeli yang datang harus kembali dengan kecewa karena tidak ada kue lumpur yang tersedia. Menurut dia, saat paling menguntungkan bagi bis- nisnya adalah saat musim pernikahan. Pesanan pun ANNISA FIRDAUSI/RADAR SIDOARJO MAKANAN KHAS: Pemilik Kue Lumpur Lilik menunjukkan beberapa kue lumpur yang baru saja dimasak Kue Lumpur Jadi Makanan Khas Sidoarjo mengalir seperti tidak ada hentinya. Kadang dia juga harus menolak pesanan akibat pesanan yang ma- suk sudah sangat penuh. Padalah awalnya usa- ha kue lumpur ini tidak berjalan mulus. Dalam sa- tu hari dia hanya membuat tiga resep dan kemudian dititipkan ke warung-wa- rung. Saat itu usahanya masih seret, kadang dalam satu hari hanya laku satu biji bahkan pernah tidak laku sama sekali. Saat ini, dalam satu hari Lilik bisa menjual 3.500 kue lumpur. Dalam satu jam, ada 325 kue lumpur yang dihasilkan. Namun sebagian besar kue lumpur yang dimasak adalah pesanan untuk hari itu juga. Om- zetnya pun bisa mencapai Rp 7 juta dalam satu hari. Walau sudah terkenal, Lilik tetap menggunakan cara tradisional untuk me- masak kue lumpur buatan- nya. Dia menggunakan kompor minyak dan arang khusus yang biasa disebut arang press. “Dengan be- gitu, rasa kue lumpur mempunyai ciri khas ter- sendiri,” katanya. Dalam menjalankan usa- hanya, Lilik tak memperker- jakan orang lain. Dia hanya merekrut anggota keluar- ganya, seperti anak, menan- tu, cucu dan keponakan. Me- nurutnya, dengan begitu dia sudah membantu keluar- ganya sendiri untuk menda- patkan pekerjaan. Selain itu juga agar resep rahasia mi- liknya tetap terjaga di ling- kungan keluarga sendiri. (nis/rak) YANG membedakan ko- pi khas ini dengan kopi hitam pada umumnya ada pada segi komposisi kopi. Khusus kopi kasar, saat digoreng olahan biji kopi dicampur kelapa. Kemu- dian cara penyajiannya harus diambil dulu serbuk yang menggumpal hingga aroma tercium kuat. Kembali ke selera kopi ma- syarakat Gresik, hampir dipastikan setiap kampung, sudut jalan, dusun dan perumahan pasti dijumpai warkop. Berbicara warung kopi di Gresik, Kota Santri ini memiliki satu kopi khas yang sering diminati oleh masyarakatnya. Kopi tersebut dikenal dengan kopi kasar atau kopi saring. Salah satu warkop yang menyuguhkan kopi kasar adalah Warkop Awi di Ja- lan Sindujoyo, Kelurahan Lumpur, Kecamatan Kota. Warkop dikenal karena penyajian kopinya diwa- riskan turun-temurun. “Dulu Kakek Awi yang berjualan kopi, sekitar tahun 1960-an. Jualannya pun masih keliling, hingga membuat warung di Kam- pung Kroman,” Abdul Ro- zak, 32, pemilik warung cabang Kroman. Dikatakan, komposisi kopi kasar ini memang me- ngundang daya tarik pem- beli. Campuran dengan kelapa tua dalam proses pembuatan, menjadikan rasa kopi pahit ada sedikit sentuhan gurih. Kelapa yang dipilih adalah kelapa yang tua. Lalu kelapa tersebut dipotong jadi seperempat bagian. Kemudian kelapa tersebut dijemur, selama kurang lebih 2 hari. Selanjutnya, kata dia, kelapa yang sudah dijemur dicampurkan dengan kopi di atas wajan untuk di- goreng. “Jadi saat digoreng ke- lapanya dimasukkan da- lam penggorengan di atas wajan bersama kopi,” kata Rozak. (yusuf/ris) Kopi Kasar Saring Diseruput saat Begadang Dijamin Betah Melek Sampai Pagi