Top Banner

of 41

PUT Kelompok 6

Jan 07, 2016

Download

Documents

Yuda Pangestu

Laporan usaha tani
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 1

    LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

    PENGANTAR USAHA TANI

    Dosen Pengampu : Fitria Dina Riana, SP

    Assisten Praktikum : 1. Fitria

    2. Nurul

    Oleh :

    YOHANES TRI AGUNG 115040200111134

    WIDDI PRASETYA 115040201111162

    YOANITA FADLILAH IRIANI 115040201111167

    WAHYU NITA PRATIWI 115040201111181

    YOGI PRADHANA T 115040207111015

    PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2013

  • 2

    Kata Pengantar

    Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

    berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun

    Laporan Usaha Tani ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat

    dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk

    membantu menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima

    kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

    penyusunan Laporan Pengantar Usaha Tani ini.

    Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada

    Laporan ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran

    serta kritik yang bersifat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat

    kami harapkan untuk penyempurnaan Laporan kami selanjutnya.

    Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

    Penyusun

  • 3

    Daftar Isi

    Halaman sampul.....i

    Kata pengantarii

    Daftar isi.iii

    BAB I. Pendahuluan

    1.1 LatarBelakang....5

    1.2 Tujuan ...6

    1.3 Manfaat....6

    BAB II. Tunjauan pustaka

    2.1 Sejarah usaha tani ......7

    2.2 Transek desa...8

    2.3 Profil usaha tani......8

    2.3.1 Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia.........8

    2.3.2 Tinjuan tentang Komoditas Pertanian..11

    2.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani (beserta

    rumus dan kurva)............... 14

    2.5 Analisis Kelayakan Usahatani.................19

    2.5.1 R/C Ratio...............19

    2.5.2BEP (Break Even Point).....19

    BAB III. Hasil dan pembahasan

    3.1 Sejarah Usahatani............24

    3.2 Transek Desa...24

    3.3 Profil Petani dan Usahatani.....25

    3.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani..27

    3.5 Analisis Kelayakan Usahatani.....27

    3.5.1 R/C Ratio......27

    3.5.2 BEP (Break Even Point)...24

    3.6 Pemasaran Hasil Pertanian.24

    3.7 Kelembagaan Petani............29

    3.8 Kendala Usahatani..31

    BAB IV. Penutup

  • 4

    4.1 Kesimpulan.....33

    4.2 Saran...33

    Lampiran ....iv

    Daftar Pustaka.....v

  • 5

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki luas 5.176.797 km2

    yang terdiri dari 1.919.440 km2 daratan dan 3.257.357 km

    2 lautan (Sepudin,

    2011). Letak Indonesia sangatlah setrategis sehingga Indonesia memiliki

    iklim tropis yang sangat mendukung kekayaan alam yang dimiliki Indonesia,

    dari situlah Indonesia disebut negara agraris karena memiliki banyak

    sumberdaya alam dan disebut juga sebagai negara maritim karena Indonesia

    memiliki lautan yang sangat luas juga terdapat banyak varietas di dalamnya.

    Luas lahan dan iklim strategis yang dimiliki Indonesia sangatlah

    mendukung adanya keanekaragaman hayati yang berragam, baik di darat

    maupun dilaut. Pada keadaan tersebut menjadikan pertanian mempunyai

    kontribusi penting, baik terhadap perekonomian maupun terhadap pemenuhan

    kebutuhan pokok masyarakat.

    Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya alamnya, mulai dari

    keanekaragaman jenis fauna sampai dengan jenis floranya. Dari sabang sampai

    merauke bisa dijumpai tanaman-tanaman tropis asli dari indonesia. Tidak

    hanya itu, Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya akan tanaman

    pertaniannya. Sebagian besar masyarakatnya bekerja di bidang pertanian karena lahan

    pertanian yang cukup berlimpah. Namun dalam pengolahannya, pertanian kita masih jauh

    tertinggal oleh negara-negara maju dibelahan Eropa dan Amerika yang hanya memiliki

    lahan pertanian yang relatif kecil.Tapi pada dasarnya Negara kita memiliki

    sumber daya yang lebih dapat dikembangkan dari hanya sekedar tanamn

    sereal,pada dasarnya Indonesia memiliki struktur pengolahan lahan yang

    mampu dikembangkan lebih konssten dari sebelumnya dengan tahapan panca

    usaha tani ataupun ekstensifikasi serta intensifikasi lahan dengan

    intensif,sedangkan pengolahan itu sendiri.memerlukan tahapan yang lebih

    modern daripada hanya sekedar pengembangan ekstensifikasi dan

    intensifikasi lahan.

  • 6

    Dalam aspek pertanian, Indonesia seharusnyi sekedar menjadi negara ekspor

    penghasil produk pangan terbesar di Asia Tenggara. Kenyataannya, justru Indonesia

    menjadi negara impor produk pangan yang cukup besar. Kemampuan petani-petani

    dalam hal ini tentu akan mempengaruhi nilai per kapita Indonesia sebagai

    negara agraris. Tidak hanya itu, berbagai masalah dalam bidang pertanian akan

    berpengaruh bagi penduduk di Indonesia.

    Usahatani merupakan suatu kegiatan yang berkitan erat dengan

    pertanian Indonesia. Mengetahui kekayaan alam yang dimiliki Indonesia,

    tentunya hal ini dapat dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia. Kegiatan

    usahatani dimulai tidak hanya pada kegiatan bercocok tanam. Namun juga

    hingga analisis usahatani yang dihasilkan oleh petani.

    1.2 Tujuan

    Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut.

    Untuk mengetahui sejarah Usaha Tani komoditas padi di karangploso

    Untuk mengetahui profil petani dan usaha tani yang dijalankan

    Untuk menghitung analisis biaya , penerimaan , dan keuntungan usaha tani

    Untuk menghitung analisis kelayakan usaha tani

    Untuk mengetahui pemasaran dari usaha tani yang dikembangkan

    Untuk mengetahui fungsi kelembagaan di lingkup kerja petani

    Untuk mengetahui kendala dalam dalam berusaha tani padi

    1.3 Manfaat

    Manfaat yang diperoleh dengan melaksanakan survei lapang pengantar

    usahaani antara lain adalah mampu menganalisis usahatani secara riil.

  • 7

    BAB II

    TINJUAN PUSTAKA

    2.1 Sejarah Usahatani

    Menurut Soekartawi (1995), ilmu usahatani adalah ilmu yang

    mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada

    secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada

    waktu tertentu.

    Pengertian usahatani menurut Mubyarto (1987) adalah lebih ke

    pertanian rakyat. Pertanian dibedakan dalam arti luas dan arti sempit.

    Pertanian dalam arti luas mencakup: (1) pertanian rakyat atau pertanian dalam

    arti sempit, (2) perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan

    perkebunan besar), (3) kehutanan, (4) peternakan dan (5) perikanan

    (perikanan darat dan laut). Dan dapat berupa usaha bercocok tanam dan

    memelihara ternak. (mubyarto,1987)

    Moshar (1968) memberikan definisi usahatani (farm) adalah suatu

    tempat atau bagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan

    oleh seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau

    manajer yang digaji. Usahatani merupakan himpunan dari sumber-sumber

    alam yang ada ditempat itu yang dierlukan untuk produksi pertanian seperti

    tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah dan air itu

    sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah itu dan

    sebagainya.

    Menurut Kadarsan (1993), usahatani adalah suatu tempat dimana

    seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi

    seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi

    untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.

    Menurut Vink (1984) ilmu usahatani merupakan ilmu yang

    mempelajari norma-norma yang digunakan untuk mengatur usaha tani agar

    memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya.

    Menurut Prawirokusumo (1990) ilmu usahatani merupakan ilmu

    terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau

  • 8

    menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian,

    peternakan, atau perikanan. Selain itu, juga dapat diartikan sebagai ilmu yang

    mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha

    pertanian, peternakan, atau perikanan untuk mencapai tujuan yang telah

    disepakati oleh petani/peternak tersebut.

    2.2 Transek Desa

    Transek desa merupakan teknik untuk memfasilitasi masyarakat

    dalam pengamatan langsung lingkungan dan keadaan sember-sumber daya

    dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa dengan mengikuti suatu

    lintasan tertentu yang disepakati (Heru,2010).

    Menurut Masri Singarimbun, Sofian Effendi 1995 Teknik penelusuran

    lokasi / transek adalah teknik pra untuk melakukan pengamatan langsung

    lingkungan dan sumberdaya masyarakat, dengan cara menelusuri wilayah

    desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepa-kati .

    Transek (Penelusuran Desa) merupakan teknik untuk memfasilitasi

    masyarakat dalam pengamatan langsung lingkungan dan keadaan sumber-

    sumberdaya dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu

    lintasan tertentu yang disepakati. Dengan teknik transek, diperoleh gambaran

    keadaan sumber daya alam masyarakat beserta masalah-masalah, perubahan-

    perubahan keadaan dan potensi-potensi yang ada. Hasilnya digambar dalam

    diagram transek atau 'gambaran irisan muka bumi (Hasan I. 2002).

    Teknik penelusuran lokasi (transek) desa merupakan sebuah teknik

    dalam melihat kenampakan alam dengan pengamatan kondisi fisik desa

    secara langsung. Hal ini biasanya dilakukan dengan menelusuri desa dengan

    mengikuti lintasan tertentu yang memperlihatkan kenampakan bentang alam

    dengan kondisi fisik desa (Supriharyono, 2000)

    2.3 Profil Usahatani

    2.3.1 Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia

    Pertanian di Indonesia merupakan sector yang paling penting

    diantara yang lainya. Hal ini dikarenakan sektor pertanian telah terbukti

  • 9

    tetap tegak dan bertahan dari terpaan gelombang krisis moneter.

    Sedangkan sektor-sektor lainnya justru banyak yang mengalami

    kebangkrutan. Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional

    dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara lain sebagai penyedia

    lapangan kerja (sumber mata pencaharian penduduk), sumber devisa

    negara, sumber bahan baku industri, dan sumber pendapatan nasional.

    Selain itu, sektor pertanian juga merupakan sumber bahan pangan bagi

    sebagian besar penduduk Indonesia.

    Usaha tani mempunyai arti penting dalam suatu pertanian,

    dimana usaha tani adalah suatu tempat di permukaan bumi dimana

    pertanian di selenggarakan. Pembangunan usaha tani yang berhasil akan

    membuahkan terwujudnya target pembanguna nasional. Seperti tujuan

    dari pancasila dan UUD 1945 yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat

    serta keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan

    terwujudnya kesejahteraan rakyat dan keadilan social secara

    menyeluruh di wilayah Indonesia ini maka otomatis telah tecapainya

    pembangunan pertanian serta pembangunan ekonomi yang baik yang

    berawal dari perubahan kearah perbaikan kualitas dari usaha tani itu

    sendiri.

    Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usahatani kecil

    karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

    1) Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang

    meningkat

    2) Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat

    hidup yang rendah

    3) Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang

    subsisten

    4) Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan

    pelayanan lainnya

    Usahatani tersebut masih dilakukan oleh petani kecil,maka telah

    disepakati batasan petani kecil (Soekartawi, 1986) pada seminar petani

  • 10

    kecil di Jakarta pada tahun 1979, menetapkan bahwa petani kecil

    adalah:

    a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg

    beras per kapita per tahun

    b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha

    lahan sawah di Jawa atau 0,5 ha di luar Jawa. Bila petani tersebut

    juga memiliki lahan tegal maka luasnya 0,5 ha di Jawa dan 1,0 ha

    di luar Jawa.

    c. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang

    terbatas.

    d. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis.

    Dari segi ekonomi, ciri yang sangat penting pada petani kecil

    adalah terbatasnya sumberdaya dasar tempat ia berusahatani. Pada

    umumnya mereka hanya menguasai sebidang lahan kecil, disertai

    dengan ketidakpastian dalam pengelolaannya. Lahannya sering tidak

    subur dan terpencar-pencar dalam beberapa petak. Mereka sering

    terjerat hutang dan tidak terjangkau oleh lembaga kredit dan sarana

    produksi. Bersamaan dengan itu, mereka menghadapi pasar dan harga

    yang tidak stabil, mereka tidak cukup informasi dan modal.

    Walaupun petani-petani kecil mempunyai ciri yang sama yaitu

    memiliki sumberdaya terbatas dan pendapatan yang rendah, namun cara

    kerjanya tidak sama. Karena itu petani kecil tidak dapat dipandang

    sebagai kelompok yang serba sama, walaupun mereka berada di suatu

    wilayah kecil, sehingga tiap-tiap usaha petani tersebut mempunyai

    sistem usahatani yang unik. Jelas bahwa hal ini diperlukan penelitian-

    penelitian mengenai usahatani di bebagai daerah dengan berbagai

    karakteristik petani, iklim, sosial, budaya yang berbeda, sehingga

    diperoleh perumusan masalah yang dapat digunakan untuk merumuskan

    suatu kebijakan.

    Selain masing-masing petani memiliki sistem usahatani yang

    unik, juga agroekosistemnya, suatu kombinasi sumber daya fisik dan

    biologis seperti bentuk-bentuk lahan, tanah, air, tumbuhan dan hewan.

  • 11

    Dengan mengalokasikan sumber daya tersebut, petani melakukan

    proses produksi agar dapat terus menghasilkan produk baik berupa fisik

    maupun uang.

    Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa

    kelemahan, yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan

    kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya

    usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak didominasi

    oleh usaha dengan: (a) skala kecil, (b) modal yang terbatas, (c)

    penggunaan teknologi yang masih sederhana, (d) sangat dipengaruhi

    oleh musim, (e) wilayah pasarnya lokal, (f) umumnya berusaha dengan

    tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi

    pertanian (pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap kredit,

    teknologi dan pasar sangat rendah, (h) pasar komoditi pertanian yang

    sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-pedagang besar

    sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani.

    Selain itu, masih ditambah lagi dengan permasalahan-

    permasalahan yang menghambat pembangunan pertanian di Indonesia

    seperti pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan non

    pertanian) yang semakin tidak terkendali lagi, kurangnya penyediaan

    benih bermutu bagi petani, kelangkaan pupuk pada saat musim tanam

    datang, swasembada beras yang tidak meningkatkan kesejahteraan

    petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Petani, menuntut

    pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya penyelesaian

    masalah pertanian di Indonesia demi terwujudnya pembangunan

    pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan

    masyarakat Indonesia (Anonymous, 2012)

    2.3.2 Tinjuan tentang Komoditas Pertanian

    Lima puluh tahun lalu, usaha tani padi di Indonesia dinilai

    masih bersifat usaha subsisten, dilakukan secara manual, masih

    menggunakan varietas lokal atau unggul lama (150-180 hari), dan

    menggunakan pupuk organik. Mulai tahun 2010, usaha tani padi telah

  • 12

    berubah menjadi usaha komersial, 90 % petani menanam varietas

    unggul (110 120 hari), mulai menggunakan pupuk anorganik dan alat

    dan mesin pertanian. Walaupun produktivitas lahan meningkat, tetapi

    pemilikan lahan per petani menurun, jumlah petani tanpa lahan naik

    dari kurang 5% pada tahun 1960 menjadi 40% diberbagai kabupaten.

    Usaha tani Padi tadah hujan(gogo) memiliki prospek yang

    sangat baik terutama pada daerah yang memiliki bulan basah berturut-

    turut 4-8 bulan. Produksi padi sawah tadah hujan saat ini rata-rata baru

    mencapai 3,0-4,0 ton/ha sementara hasil penelitian IRRI-CRIFC sudah

    mencapai 6,5-7,5 ton/ha. Teknologi padi sawah tadah hujan yang tepat

    diharapkan mampu meningkatkan produktivitas padi gogo.

    Olah tanah 2 kali yaitu: (1) pada saat musim kemarau atau

    setelah terjadinya hujan; (2) saat menjelang tanam. Olah tanah dengan

    traktor dengan cara singkal, setelah hujan turun olah lahan untuk

    menghaluskan tanah kemudian ratakan. Sambil menunggu curah hujan

    yang cukup, pada setiap petak sawah perlu dibuat saluran keliling dan

    pada petakan yang luas perlu ditambah pembuatan semacam bedengan

    dengan lebar sekitar 5 m. Saluran ini sangat diperlukan untuk

    membuang kelebihan air atau akan berfungsi sebagai saluran drainase.

    Kegiatan tanam baru dapat dilakukan bila curah hujan sudah

    cukup stabil atau mencapai sekitar 60 mm/dekade (10 hari). Gunakan

    sistem tanam Jajar Legowo (20x10) x 30 cm atau (20x10) x 40 cm, 4-5

    butir per lubang. Dengan seperti ini, populasi tanaman mencapai

    400.000 rumpun/ha atau 330.000 rumpun/ha. Pelaksanaan penanaman

    dibantu dengan alat semacam caplakan untuk padi sawah. AAlat

    tersebut mempunyai 4 (empat) titik/mata yang berjarak 20 cm dan 30

    cm atau 20 cm dan 40 cm, dan ditambah 2 titik paku yang berjarak 15

    cm atau 20 cm dari titik/mata caplakan paling pinggir. Ketinggian

    titik/mata caplakan sekitar 6-7 cm. Keuntungan cara tanam jajar legowo

    adalah banyak kemudahan dalam pemeliharaan tanaman terutama

    penyiangan, penyemprotan dan pemupukan secara larikan.

  • 13

    Untuk meningkatkan efisiensi pupuk an-organic pada lahan

    sawah tadah hujan perlu ditambahkan pupuk organic atau pupuk

    kandang sekitar 3-5 ton/ha/tahun. Aplikasi pupuk organic sebaiknya

    dilakukan setelah pengolahan tanah pertama, dan diharapkan pada

    pengolahan tanah kedua pupuk organic akan tercampur dengan rata.

    Pada pemupukan I dilakukan pada umur (10-15) HST berikan 50 kg

    urea, 100 kg SP36 dan 100 kg KCL/ha. Pemupukan susulan I 35-40

    HST dengan dosis pupuk 75 kg/ha. Pemupukan susulan II yaitu: pada

    saat primordial dengan takaran 75 kg/ha.

    Pada saat pertumbuhan vegetatif, hama yang sering menyerang

    adalah lalat bibit dan penggerek batang. Pada pertumbuhan lanjut, hama

    penggerek batang, pemakan dan penggullung daun juga sering

    menyerang. Pada beberapa lokasi juga ada kemungkinan hama wereng

    coklat dan wereng hijau penular penyakit tungro menyerang

    pertanaman. Bila tanaman sudah keluar malai, hama kepik hijau dan

    walang sangit juga sering menyerang.

    Selain adanya serangan hama, penyakit utama usahatani ini

    adalah penyakit blas yang disebabkan oleh jamur Pycularia grisea dan

    penyakit bercak daun coklat Helminthosporium oryzae dan bercak daun

    bergaris Cercospora orizae. Cara pengendalian penyakit yang paling

    efektif dan efisien adalah dengan menanam varietas padi yang tahan,

    seperti varietas Tukad Petanu untuk penyakit Tungro dan varietas

    Ciherang yang tahan wereng coklat biotipe 2.. Pemberian pupuk

    organik N, P dan K yang berimbang selain meningkatkan produksi juga

    dapat menekan keparahan penyakit bercak daun. Bahkan dengan

    pengembalian jerami dan pemberian pupuk kandang dapat mengurangi

    kerugian oleh penyakit ini (Suparyono et al., 1992). Sistem tanam multi

    varietas atau mozaik varietas juga bisa ditempuh untuk mengurangi

    penyebaran penyakit dalam waktu singkat.

    Gangguan lain yang sering muncul di lapangan adalah adanya

    kompetisi dengan tumbuhan pengganggu atau gulma. Bila pertumbuhan

    gulma padat, tanaman pokok padi akan sangat menderita karena kalah

  • 14

    bersaing dalam mendapatkan air dan hara. Pengendalian gulma

    sebaiknya dilakukan lebih awal. Penyiangan pertama gan kedua

    dilakukan pada umur 30-45 hari setelah tumbuh. Penyiangan dilakukan

    dengan menggunakan kored. Penyiangan ini sekaligus sebagai cara

    pembumbunan tanaman. Masa panen apabila padi sudah melebihi umur

    masak dilihat dari 95% gabah telah menguning. Umumnya umur panen

    110-130 hst.

    2.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani (beserta

    rumus dan kurva)

    2.4.1. Biaya dapat dikatakan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan oleh

    pihak produsen untuk bisa menghasilkan sebuah produk. Terdapat

    berbagai macam pengertian dari biaya. Pengertian pengertian

    tersebut berasal dari berbagai macam sumber yang berbeda pula.

    Dibawah merupakan contoh pengertian dari biaya tersebut,

    antaralain:

    Menurut Supriyono (2000;16), Biaya adalah harga perolehan yang

    dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh

    penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang

    penghasilan.

    Menurut Henry Simamora (2002;36), Biaya adalah kas atau nilai

    setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang

    diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa

    mendatang bagi organisasi.

    Menurut Mulyadi (2001;8), Biaya adalah pengorbanan sumber

    ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi,

    sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan

    tertentu.

    Menurut Masiyah Kholmi, Biaya adalah pengorbanan sumber

    daya atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk

  • 15

    mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat

    di saat sekarang atau di masa yang akan datang bagi perusahaan.

    Menurut Mulyadi (2005:13), Biaya digolongkan sebagai berikut;

    1. Menurut Objek Pengeluaran

    Penggolongan ini merupakan penggolongan yang paling

    sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek

    pengeluaran, misalnya pengeluaran yang berhubungan dengan telepon

    disebut biaya telepon.

    2. Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan

    Biaya dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu: (1). Biaya

    Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi

    atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya

    produksi dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga

    kerja, dan biaya overhead pabrik. (2). Biaya Pemasaran, adalah biaya-

    biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk,

    contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya sampel, dll. (3). Biaya

    Administrasi dan Umum, yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasikan

    kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk, contohnya gaji bagian

    akuntansi, gaji personalia, dll.

    3. Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang Dibiayai

    Ada 2 golongan, yaitu: (1). Biaya Langsung (direct cost),

    merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah

    karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk,

    biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

    langsung. (2). Biaya Tidak Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi

    tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya

    dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead

    pabrik.

    4. Menurut Perilaku dalam Kaitannya dengan Perubahan Volume Kegiatan

  • 16

    Biaya dibagi menjadi 4, yaitu (1). Biaya Tetap (fixed cost), biaya

    yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume

    kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu, contohnya; gaji

    direktur produksi. (2). Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah

    totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan

    atau aktivitas, contoh; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. (3).

    Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak

    sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel

    mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel, contoh; biaya listrik

    yang digunakan. (4). Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat

    volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada

    volume produksi tertentu.

    5. Menurut Jangka Waktu Manfaatnya

    Biaya dibagi 2 bagian, yaitu; (1). Pengeluaran Modal (Capital

    Expenditure), yaitu pengeluaran yang akan memberikan manfaat/benefit

    pada periode akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan

    manfaat pada periode akuntansi yang akan datang. (2). Pengeluaran

    Pendapatan (Revenue Expenditure), pengeluaran yang akan memberikan

    manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran itu terjadi.

    Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang di

    ukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi

    untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi, 1993). Menurut Harnanto (1993)

    biaya dalam arti sempit adalah harga pokok (merupakan harga pertukaran

    dari sumber ekonomi yang dikorbankan atau diserahkan untuk

    mendapatkan suatu barang dan jasa) dan beban (merupakan pengorbanan

    yang diperlukan dalam rangka merealisasikan pendapatan). Menurut

    Sudarsono (1998), biaya dalam pengertian ekonomi adalah semua beban

    yang harus ditanggung untuk menyediakan barang yang siap dipakai

    konsumen. Ada empat unsure pokok dalam definisi biaya yaitu:

    1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi

    2. Diukur dalam satuan uang

    3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi

  • 17

    4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

    Soekertawi (1995), mengemukakan bahwa biaya usahatani dapat di

    klasifikasikan menjadi dua yaitu:

    1. Biaya tetap (Fixed Cost) Biaya yang relative tetap jumlahnya dan harus

    dikeluarkan walaupun produk yang dihasilkan banyak atau sedikit.

    2. Biaya tidak tetap (Variable cost) Biaya tidak tetap yang sifatnya

    berubahubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan.

    Biaya sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran atau pengorbanan yang

    dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat (Carter William, 2009).

    Biaya dalam kegiatan usahatani dikeluarkan oleh petani dengan tujuan

    untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi bagi usahatani yang

    dikerjakan. Dengan mengeluarkan biaya maka pertanian mengharapkan

    pendapatan yang setinggi tingginya melalui peningkatan produksi. Biaya

    sebagai suatu sumberdaya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk

    mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur dalam unit uang

    yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan barang dan jasa

    (Horngren Charles, Srikant Datar, dan George Foster, 2008). Biaya

    merupakan pengeluaran yang terjadi dalam mengorganisir dan melakukan

    proses produksi. Didalamnya termasuk memplot uang untuk input dan

    pelayanan yang digunakan dalam produksi. Dalam arti luas, biaya adalah

    pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah

    terjadi atau yang nemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

    2.4.2. Penerimaan Usahatani

    Dalam pengolahan usahatani, petani mengupayakan agar hal yang

    diperoleh secara ekonomis menguntungkan, dimana biaya yang di

    keluarkan dapat menghasilkan produksi maksimal. Sehingga pada

    akhirnya pendapatan petani akan meningkat, dan dengan meningkatnya

    pendapatan maka secara otomatis tingkat kesejahteraan petani tersebut

    akan meningkat.

    Menurut Soekartawi (1995), penerimaan merupakan perkalian

    antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual. Perkalian tersebut

    dapat dirumuskan sebagai berikut :

  • 18

    2.4.2. Keuntungan / Pendapatan Usahatani

    Dalam meningkatkan pendapatan, maka petani harus berusaha

    meningkatkan hasil hasil produksiagar memperoleh peningkatan

    pendapatan dengan memaksimalkan input-input faktor yang

    mempengaruhi (Soekartawi, 1995). Menurut Harnanto (1993), ada

    beberapa ukuran pendapatan petani yaitu:

    a. Pendapatan kerja petani (operator labor income); diperoleh dengan

    menghitung semua penerimaan yang berasal dari penjualan yang

    dikonsumsi keluarga dan kenaikan nilai inventaris. Setelah itu dikurangi

    dengan semua pengeluaran baik yang tunai maupun yang tidak

    diperhitungkan.

    b. Penghasilan kerja petani (operator farm labor earning); diperoleh

    dari menambah pendapatan kerja petani ditambah dengan penerimaan

    tidak tunai.

    c. Pendapatan kerja keluarga (family farm labor earning); merupakan

    hasil balas jasa dari petani dan anggota keluarga.

    d. Pendapatan keluarga (family income); yaitu dengan menjumlahkan

    semua pendapatan petani dan keluarganya dari berbagai sumber.

    Pendapatan rumah tangga petani bersumber dari dalam usahatani dan

    perdapatan dari luar usahatani. Pendapatan dari dalam usahatani meliputi

    Pendapatan dari tanaman yang diusahakan oleh petani. Sedangkan dari

    luar usahatani bersumber dari pendapatan selain usahatani yang

    diusahakan. Berusahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh

    produksi dilahan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang

    TR = P x Q

    Keterangan : TR = Penerimaan Total ( Rp) P = Harga Produk (Rp/unit) Q = Jumlah produksi (unit)

  • 19

    dikeluarkan dan penerimaan yang di peroleh. Selisih keduanya merupakan

    pendapatan dari kegiatan usahatani.

    Dimana:

    I = Pendapatan (Income)

    TR = Total Revenue (Penerimaan)

    TC = Total Cost (Total biaya)

    2.5 Analisis Kelayakan Usahatani

    2.5.1 R/C Ratio

    Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Return Cost Ratio)

    merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara

    matematik dapat dinyatakan sebagai berikut :

    R/C = PQ x Q / (TFC+TVC)

    Keterangan :

    R = Penerimaan

    C = Biaya

    PQ = Harga Output

    Q = Output

    TFC = Biaya Tetap (Fixed Cost)

    TVC = Biaya Variabel (Variable Cost)

    Ada tiga criteria dalam R/C ratio, yaitu :

    R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan.

    R/C rasio = 1, maka usaha tersebut BEP.

    R/C rasio < 1, maka usaha tersebut tidak efesien atau merugikan.

    2.5.2 BEP (Break Even Point)

    Beberapa pengenrtian Break Even Point (BEP) :

  • 20

    Titik Break Even Point (BEP) atau titik potong peluang pokok dapat

    diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan

    tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan=

    total biaya). (S. Munawir, 2002)

    Analisis Break Even Point (BEP) disebut juga Cost Volume Profit

    Analysis. Arti penting Analisis Break Even Point (BEP) bagi manajer

    perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai

    berikut, yaitu :

    Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan

    tidak mengalami kerugian.

    Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba

    tertentu.

    Penetapan seberapa jauhkah menurunya penjualan bisa ditolerir agar

    perusahaan tidak menderita rugi.

    (Abdullah, 2004)

    Break Even Point (BEP) suatu keadaan dimana perusahaan tidak

    mengalami laba juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya yang

    dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutpi oleh penghasilan

    penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variable) sama dengan

    total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi.

    (Harahap, 2004)

    Menurut Rangkuti (2005), analisis Break Even Point (BEP)

    merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mempelajari

    keterkaitan antara biaya tetap, biaya variable, tingkat pendapatan pada

    berbagai tingkat operasional dan volume produksi. Model yang paling

    banyak dipakai adalah dengan menggunakan kurva BEP. Selain

    memberikan informasi mengenai keterkaitan antara biaya dan

    pendapatn, diagram ini juga menunujukan laba atau kerugian yang akan

    dihasilkan pada berbagai tingkat keluaran (output).

    Tujuan dari analisis BEP yaitu untuk mengetahui besrnya

    penerimaan pada saat titik balik modal, yitu yang menunjukan suatu

  • 21

    proyek tidak mendapatkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami

    kerugian.

    Adapun beberapa manfaat dari Break Even Point (BEP) antara lain

    sebagai berikut :

    Alat perencanaan untuk hasilkan laba

    Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan,

    serta hubunganya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut

    tingkat penjualan yang bersangkutan.

    Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.

    Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca

    dan dimengerti.

    Analisis Break Even Point (BEP) berguna apabila beberapa asumsi dasar

    dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah :

    Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam

    biaya variable dan biaya tetap.

    Besarnya biaya variable secara total tidak berubah meskipun ada

    perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya

    variable per unitnya adalah tetap.

    Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahab

    volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per

    unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.

    Jumlah unit produksi yang terjual sama dengan jumlah per unit produk

    yang diproduksi.

    Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.

    Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu

    jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan.

    Analisis Break Even Point (BEP) juga dapat digunakan oleh usahawan

    dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :

    Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak

    mengalami kerugian.

    Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak

    mengalami kerugian.

  • 22

    Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang

    terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

    Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume

    penjualan terhadap laba yang diperoleh.

    BEP dapat dihitung dengan tiga cara yaitu :

    a) Break Even Point (BEP) Produksi (Unit)

    Break Even Point volume produksi menggambarkan produksi minimal

    yang harus dihasilkan dalam usaha agroindustri agar tidak mengalami

    kerugian. Rumus perhitungan BEP unit seperti berikut :

    BEP unit = TFC

    P-TVC/Q

    Keterangan :

    BEP = Break Even Point (Titik Impas)

    Q = Quantities (Produksi)

    TFC = Total Fixed Cost (Biaya Tetap)

    TVC = Total Variable Cost (Biaya Variabel)

    P = Harga Produk

    b) Break Even Point (BEP) Penerimaan (Rupiah)

    Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk

    dengan kuantitas produk pada saat BEP.

    BEP penerimaa (Rp) = TFC

    1-TVC/TR

    Keterangan :

    BEP = Break Even Point (Titik Impas)

    TR = Total Revenue (Penerimaan)

    TFC = Total Fixed Cost (Biaya Tetap)

    TVC = Total Variable Cost (Biaya Variabel)

    c) Break Even Point (BEP) Harga (Rupiah)

    Break Even point harga menggambarkan harga produk per satuan unit pada

    saat BEP. Atau dengan kata lain adalah biaya rata-rata per satuan

    produk (ATC/Average Total Cost)

    BEP Harga (Rp) = TC / Q

  • 23

    Keterangan :

    BEP = Break Even Point (Titik Impas)

    Q = Quantities (Produksi)

    TC = Total Cost (Biaya Total)

    Penentuan Break Even Point pada grafik, yaitu pada titik dimana terjadi

    persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total.

    dan Apabila titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai

    sumbu X akan tampak besarnya Break Even Point dalam unit. dan

    Kalau titik itu ditarik garus lurus horizontal ke samping sampai sumbu

    Y, akan tampak besarnya Break Even Point dalam rupiah.

    Kurva BEP

  • 24

    BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Sejarah Usahatani

    Dari lahan pertanian milik Bapak Sudiro yang terletak di Jl. Pulau Mas 2,

    Desa Wringinanon, Dusun Wringinanom, Kabupaten Malang. Kami mendapatkan

    informasi tentang awal mula kepemilikan lahan tersebut. Lahan yang di gunakan

    Bapak Sudiro sebelum dibeli juga digunakan sebagai lahan pertanian. Lahan yang

    digunakan sekarang sudah bukan menjadi lahan sewaan namun sudah menjadi

    milik Bapak Sudiro karena adanya proses jual beli antar pemilik yang dulu.

    Bapak Sudiro membeli tanah sewaan yang digunakan beberapa tahun

    sebelum dibelinya sekitar tahun 1980. Luas lahan yang dimilikinya sekarang

    sekitar 6300 m2. Dari luas tanah tersebut termasuk rumah yang ditempatinya, luas

    yang digunakan sebagai rumah seluas 1500 m2. Lahan yang digunakan sebagai

    budidaya pertanian berada didepan rumah dan belakang rumah.

    Budidaya yang dilakukan oleh bapak Sudiro pada lahanya bermacam-macam padi

    gogo, padi, jagung, jagung manis, kacang sawi, cabai, ubi cilembu, kayu sengon.

    Namun komoditas yang utama adalah padi dan jagung.

    3.2 Transek Desa

  • 25

    Keterangan :

    Rumah Bapak Sudiro

    Rumah Tetangga Bapak Sudiro

    Masjid

    Jembatan

    Pohon

    Sungai

    Sawah milik Bapak Sudiro

    Pohon Kelapa

    Transek Lahan

    Keterangan :

    Padi Gogo

  • 26

    3.3 Profil Petani dan Usahatani

    Petani yang kami wawancarai bernama bapak Sudiro, beliau berusia

    67 tahun. Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh bapak Sudiro adalah

    Sekolah Dasar (SD). Petani merupakan pekerjaan utama, meskipun terkadang

    bekerja sampingan sebagai sopir jika ada yang memintanya untuk

    mengantar.Bapak Sudiro memiliki tiga orang anak, namun ketiganya sudah

    berumah tangga, sehingga beliau hanya tinggal dengan seorang istri yang

    bernama ibu Sumarmi. Ibu Sumarmi bekerja sebagai petani di lahan yang

    mereka garap sendiri.

    Lahan yang mereka tanami merupakan lahan milik mereka sendiri,

    dengan jenis lahan sawah seluas 2.000 m2, tegal/kebun seluas 2.800 m

    2, serta

    pekarangan seluas 1.500 m2, sehingga total luas lahan milik bapak Sudiro

    adalah 6.300 m2. Seperti petani Indonesia pada umumnya, selain bertani

    bapak Sudiro juga beternak hewan ternak, dulu beliau beternak kambing,

    namun sudah dijual, kini beliau beternak 20 ekor ayam dan 15 ekor entok.

    Bapak Sudiro memiliki beberapa petak lahan yang letaknya terpisah

    satu sama lain, beliau memilih membudidayakan tanaman padi gogo yang

    bergantung pada air hujan, dengan alasan perawatannya mudah dan hasil

    yang menjanjikan.

    Kegiatan bercocok tanam dimulai dengan penyemaian benih padi

    selama 25 hari, sambil menunggu penyemaian, beliau mempersiapkan lahan

    yang akan ditanami padi gogo. Setelah tiba waktu untuk menanam benih padi

    ke lahan, maka perawatan dimulai, seperti pemberian pupuk dan

    penyemprotan pestisida. Pupuk yang digunakan oleh bapak Sudiro

    merupakan campuran antara pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

    organik yang digunakan adalah kotoran sapi yang diaplikaikan sebelum lahan

    ditanami, sedangkan pupuk kimia sintetis yang digunakan adalah pupuk

    dengan merk dagang Urea, Phonska, TSP diaplikasikan 15 hari setelah tanam.

    Pestisida kimia sintetis yang digunakan bapak Sudiro adalah Phospit untuk

    mengatasi masalah hama tikus, dan curakol untuk mengatasi masalah hama

    belalang hijau.

  • 27

    3.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani

    No. Keterangan Harga (P) Kuantitas (Q) Jumlah

    1 Rincian Baya Tetap (FC)

    Sewa Lahan

    Cangkul

    Rp 500.000

    Rp. 10.000,00

    1000 m2

    5 buah

    Rp 500.000,00

    Rp 50.000,00

    2 Rincian Biaya Variabel

    Bibit

    Pupuk

    Urea

    Phonska

    TSP

    Pestisida

    Sekor (kecil)

    Curakol

    Tenaga kerja

    Mencangkul

    Menanam

    Pemeliharaan

    Panen

    Biaya pembajakan

    Rp. 85.000,00

    Rp.92.000,00

    Rp.4.000,00

    Rp.3.000,00

    Rp.40.000,00

    Rp.28.000,00

    Rp.20.000,00

    Rp.15.000,00

    Rp.15.000,00

    Rp.25.000,00

    Rp.180.000,00

    4 kantong

    1 sak

    80 kg

    25 kg

    1 pcs

    1 pcs

    2 orang

    4 orang

    4 orang

    2 orang

    1 kali

    Rp 340.000,00

    Rp 92.000,00

    Rp 320.000,00

    Rp 75.000,00

    Rp 40.000,00

    Rp 28.000,00

    Rp 40.000,00

    Rp 60.000,00

    Rp 60.000,00

    Rp 50.000,00

    Rp 180.000,00

    Total biaya (TC) = (TFC+TVC) Rp. 1.535.000,00

    3 Penerimaan (TR) Rp.490.000,00 5 kuintal Rp. 2.450.000,00

    4 Keuntungan () = TR TC Rp. 915.000,00

    3.5 Analisis Kelayakan Usahatani

    3.5.1 R/C Ratio

    R/C Ratio =

    R/C Ratio =

    R/C Ratio = 1,6 (layak)

    Jadi , setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan oleh bapak sudiro maka

    akan mendapatkan keuntungan sebesar 1,6 %

  • 28

    3.5.2 BEP (Break Even Point)

    BEP UNIT

    BEP=

    BEP=

    BEP=

    BEP = 1,08

    Jadi , apabila bapak sudiro tidak ingin untung dan tidak ingin rugi

    maka harus menjual gabah sebanyak 1,08 kwintal , dengan harga per

    kwintalnya Rp.490.000,00

    BEP RUPIAH

    BEP=

    BEP=

    BEP=

    BEP=

    BEP=520.833

    Jadi , apabila bapak sudiro tidak ingin untung dan tidak ingin rugi

    maka dengan jumlah gabah 5 kwintal maka harus menjual dengan

    harga 520.833 per kwintalnya

    3.6 Pemasaran Hasil Pertanian

    Hasil panen padi gogo milik bapak Sudiro biasanya dijual ke

    tengkulak dalam bentuk gabah. Alasan beliau menjual dalam bentuk gabah

    dikarenakan beliau ingin segera menjual sehingga lebih cepat mendapatkan

    hasil/uang yang akan digunakan untuk keperluan yang lain. Hal inilah yang

    umumnya terjadi dalam usahatani skala kecil petani Indonesia. Selain dijual

    kepada tengkulak dengan sistem timbangan, tak jarang bapak Sudiro menjual

    padi gogonya dengan sistem tebasan. Sistem tebasan dianggap lebih

  • 29

    menguntungkan bila dibandingkan dengan sistem timbangan. Pembelian

    gabah secara tebasan memerlukan keahlian saat menaksir harga yang

    disesuaikan dengan berapa ancar ancar produksi gabah di sawah. Kalau

    sampai tak pandai menaksir, maka tentunya kerugian akan menghadang di

    depan mata. Menjual gabah dengan sistem tebasan biasanya terpaksa

    dilakukan petani yang keadaannya kepepet kebutuhan. Misalnya karena

    terdesak ditagih hutang atau kebutuhan lainnya.

    3.7 Kelembagaan Petani

    Petani yang kami wawancarai merupakan anggota dari Gabungan

    Kelompok Tani Sari Bumi. Lembaga yang beranggotakan 44 orang petani di

    Desa Wringinanom ini rutin menyelenggarakan pertemuan setiap tanggal

    lima, dan bertempat di sebuah warung.

    Dalam kegiatan rutin tersebut, materi yang dibahas adalah mengenai

    hama penyakit tanaman budidaya mereka, saling bercerita mengenai

    permasalahan yang terjadi di lahan pertanian mereka masing-masing. Bapak

    Sudiro mengaku mendapatkan banyak sekali kemudahan semenjak bergabung

    dengan Kelompok Tani Sari Bumi, diantaranya mendapatkan banyak

    pengetahuan yang sebelumnya belum pernah beliau dapatkan, melalui

    kegiatan rutin beliau mendapatkan tambahan pengetahuan yang disampaikan

    oleh penyuluh yang disediakan oleh Kecamatan. Keuntungan yang lain

    adalah dapat menikmati kemudahan untuk peminjaman alat pertanian. Beliau

    menyampaikan bahwa Kelompok Tani Sari Bumi mendapatkan bantuan dari

    Pak De Karwo, Gubernur Jawa Timur, berupa handtractor, diesel air, dan

    mesin perontok padi, alat-alat tersebut yang digunakan para anggota

    Kelompok Tani Sari Bumi untuk menunjang kegiatan usahatani mereka.

    Menurut Mubyarto (1989), yang dimaksud lembaga adalah organisasi

    atau kaedah-kaedah baik formal maupun informal yang mengatur perilaku

    dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan-kegiatan rutin

    sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu.

    Menurut Nasution (2002), kelembagaan mempunyai pengertian

    sebagai wadah dan sebagai norma. Lembaga atau institusi adalah seperangkat

  • 30

    aturan, prosedur, norma perilaku individual dan sangat penting artinya bagi

    pengembangan pertanian.

    Menurut Sumarti, dkk (2008), kelembagaan di perdesaan dapat

    dibagi ke dalam dua kelompok yaitu : pertama, lembaga formal seperti

    pemerintah desa, BPD, KUD, dan lain-lain. Kedua, kelembagaan tradisional

    atau lokal. Kelembagaan ini merupakan kelembagaan yang tumbuh dari

    dalam komunitas itu sendiri yang sering memberikan asuransi terselubung

    bagi kelangsungan hidup komunitas tersebut. Kelembagaan tersebut biasanya

    berwujud nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan cara-cara hidup yang telah

    lama hidup dalam komunitas seperti kebiasaan tolong-menolong, gotong-

    royong, simpan pinjam, arisan, lumbung paceklik dan lain sebagainya.

    Keberadaan lembaga di perdesaan memiliki fungsi yang mampu memberikan

    energi sosial yang merupakan kekuatan internal masyarakat dalam

    mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka

    lembaga di perdesaan yang saat ini memiliki kesamaan dengan karakteristik

    tersebut dapat dikatakan sebagai lembaga gabungan kelompok tani

    (Gapoktan).

    Peran kelembagaan sangat penting dalam mengatur sumberdaya dan

    distribusi manfaat, untuk itu unsur kelembagaan perlu diperhatikan dalam

    upaya peningkatan potensi desa guna menunjang pembangunan desa. Dengan

    adanya kelembagaan petani dan ekonomi desa sangat terbantu dalam hal

    mengatur silang hubungan antar pemilik input dalam menghasilkan output

    ekonomi desa dan dalam mengatur distribusi dari output tersebut.

    Menurut Syahyuti (2005), Gapoktan adalah gabungan dari beberapa

    kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan

    dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan

    usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan

    dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap

    berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga

    keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana

    produksi pertanian serta terhadap sumber informasi. Pada prinsipnya,

    lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun

  • 31

    diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta memiliki

    peran penting terhadap pertanian.

    3.8 Kendala Usahatani

    Dalam berusahatani, pasti akan ditemui beberapa kendala, terutama

    dalam pengembangan sistem pertanian. Itu pula yang dirasakan oleh Bapak

    Sudiro, hama dan penyakit tanaman menurut beliau merupakan salah satu

    kendala serius dalam berusahatani. Hama berupa walang sangit dan tikus

    dianggap sangat merugikan karena intensitas serangannya yang tinggi. Bapak

    Sudiro mengatasi masalah ini dengan cara membuat jebakan berupa ketela

    rebus yang kemudian dicampur dengan phosphit untuk menanggulangi hama

    tikus, sedangkan untuk walang sangit, beliau menggunakan pestisida kimia.

    Cara yang digunakan bapak Sudiro memang sudah benar, namun ada

    baiknya untuk dilakukan alternatif lain yang lebih ramah lingkungan sehingga

    keseimbangan agroekosistem lebih terjaga. Tanpa menggunakan bahan-bahan

    kimia (pestisida), maka keberagaman fauna akan melimpah, musuh alami

    tidak akan mati, sehingga musuh alami yang akan memangsa hama-hama

    seperti tikus dan walangsangit, dan ledakan hama tidak akan terjadi.

    Harapan beliau terhadap kendala terbesar ini adalah adanya

    penyuluhan dari penyuluh untuk mengajarkan kepada petani bagaimana cara

    mengatasi permasalahan hama penyakit tanaman budidaya yang seakan tidak

    pernah ada habisnya, tentunya dengan bantuan teknologi maupun penemuan-

    penemuan baru mengenai cara pengelolaan hama secara terpadu dan

    berkelanjutan.

    Menyadari akan manfaat dan kelemahan pengendalian hama penyakit

    menggunakan pestisida, maka perlu upaya pengendalian yang efektif dan

    efisien. Sehubungan dengan hal itu, sejak tahun 1997/1998 pemerintah

    mengintroduksikan program PHT pada tanaman perkebunan rakyat.

    Pengembangan PHT telah dilakukan pada beberapa komoditas. Tujuan

    penerapan PHT adalah untuk mendorong pendekatan pengendalian OPT yang

    dinamis dan aman terhadap lingkungan oleh petani melalui pemberdayaan

    perangkat pemerintah yang terkait dan kelompok tani.

  • 32

    Sesuai dengan UU No. 12 tahun 1992, tentang Sistem Budidaya

    Tanaman dan PP No.6 tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, bahwa

    perlindungan tanaman dilaksanakan dengan menerapkan sistem PHT yang

    pelaksanaannya menjadi tanggungjawab petani atas bimbingan pemerintah.

    Upaya mendukung penyelenggaraan PHT, pemerintah menyelenggarakan

    pelatihan Sekolah Lapang bagi petugas dan petani. Menurut Direktorat

    Perlindungan Perkebunan (2001), tujuan kegiatan pelatihan tersebut adalah

    agar petugas dan petani memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam

    menerapkan 4 prinsip PHT, yaitu : (1) budidaya tanaman sehat, (2)

    pelestarian musuh alami, (3) pengamatan agroekosistem secara rutin, dan (4)

    petani menjadi ahli PHT dan manajer di lahannya.

    Menurut Wahyudi (2003), bahwa implementasi dan pengembangan

    PHT sejalan dengan konsep sustainable agriculture, walaupun konsep ini

    perlu digarap secara sistematik dan terpadu untuk memperoleh manfaat

    optimal. Upaya ini perlu segera dikembangkan terutama untuk menolong

    petani dalam mengentaskan diri dari kemiskinan.

  • 33

    BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    4.1 Kesimpulan

    Dari lahan pertanian milik Bapak Sudiro yang terletak di Jl. Pulau

    Mas 2, Desa Wringinanon, Dusun Wringinanom, Kabupaten Malang.

    Budidaya yang dilakukan oleh bapak Sudiro pada lahanya bermacam-macam

    padi gogo, padi, jagung, jagung manis, kacang sawi, cabai, ubi cilembu, kayu

    sengon. Namun komoditas yang utama adalah padi dan jagung. Bapak Sudiro

    biasanya menjual hasil panennya kepada tengkulak dengan sistem tebasan.

    Sistem tebasan dianggap lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan

    sistem timbangan. Pembelian gabah secara tebasan memerlukan keahlian saat

    menaksir harga yang disesuaikan dengan berapa ancar ancar produksi gabah

    di sawah. Dan Bapak Sudiro tergabung dalam kelompok tani Sari Bumi. Di

    kelompok tani ini selalu melakukan kegiatan rutin, dalam kegiatan rutin

    tersebut, materi yang dibahas adalah mengenai hama penyakit tanaman

    budidaya mereka, saling bercerita mengenai permasalahan yang terjadi di

    lahan pertanian mereka masing-masing. Dalam berusahatani, pasti akan

    ditemui beberapa kendala, terutama dalam pengembangan sistem pertanian.

    Itu pula yang dirasakan oleh Bapak Sudiro, hama dan penyakit tanaman

    menurut beliau merupakan salah satu kendala serius dalam berusahatani

    4.2 Saran

  • 34

    BAB V

    LAMPIRAN

    5.1 Transek Desa dan Peta Desa

    Permasalahan yang dihadapi :

    Tidak ditemukan masalah

  • 35

    Transek Lahan

    Padi Gogo

  • 36

    5.2 Lampiran foto hasil pengamatan lapang

  • 37

  • 38

  • 39

    5.3 Kalender Musim Tanam

    Januari Februari Maret April

    Mei Juni Juli Agustus

    September Oktober November Desember

    Keterangan :

    Padi Gogo

    Jagung

    Kacang Tanah

  • 40

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdullah, Faisal.M. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Penerbit.

    Universitas Muhammadiah Malang, Malang.

    Anonymous, 2012. Kondisi Pertanian Indonesia Saat Ini.

    http://paskomnas.com/id/berita/Kondisi-Pertanian-Indonesia-saat-ini

    berdasarkan-Pandangan-Mahasiswa-Pertanian-Indonesia.php

    Anonymous, 2013. Kurva BEP.

    http://jejakteknikindustri.blogspot.com/2013/06/analisis-dan-estimasi-

    biaya.html. Diakses tanggal 28 Nopember 2013

    Anonymous, 2013. Profil Usahatani Padi gogo\

    http://boedakrimbun.blogspot.com/2012/06/budidaya-padi-sawah-tadah

    hujan-1.html

    Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Ketiga, Jakarta :

    Penerbit PT. Raja Grafindo .

    Hasan I. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia, 260 :

    Jakarta.

    Heru, dkk., 2010. Modul Usahatani, Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian.

    Universitas Brawijaya.

    Masri Singarimbun, Sofian Effendi 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES.

    Jakarta

    Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.

    Nasution, Muslimin. 2002. Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan

    Untuk Agroindustri. Bogor: IPB Press.tidak dipublikasikan.

    Rangkuti, Freddy. (2005). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.

    Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

    S. Munawir, 2002. Akuntansi Keuangan Dan Manajemen. Edisi Revisi.

    Penerbit BPFE. Yogyakarta.

    Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

  • 41

    Sumarti, Titik, dkk. 2008. Model Pemberdayaan Petani Dalam Mewujudkan Desa

    Mandiri Dan Sejahtera (Kajian Kebijakan dan Sosial Ekonomi Tentang

    Ketahanan Pangan pada Komunitas Desa Rawan Pangan Di Jawa).

    [Laporan Akhir]. Bogor: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada

    Masyarakat. Institut Pertanian Bogor.

    Supriharyono.2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Pesisir

    Tropis. Gramedia. Jakarta.

    Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani

    (GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi Di Perdesaan. Jurnal

    Analisis Kebijakan Pertanian (Maret) : 15-35.

    Wahyudi, A., 2003. Risalah Simposium Nasional Penelitian PHT Perkebunan

    Rakyat Pengembangan dan Implementasi PHT Perkebunan Rakyat

    Berbasis Agribisnis, Bogor, 17-18 September 2002. Bagian Proyek PHT

    Tanaman Perkebunan 2003. Hlm 37-54.