1 LAPORAN ANALISIS ALTERNATIF KELEMBAGAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ORGANISASI SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MANAJEMEN KEPARLEMENAN) Dipersiapkan oleh: Biro Keanggotaan dan Kepegawaian SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2013
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
LAPORAN ANALISIS
ALTERNATIF KELEMBAGAAN
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ORGANISASI SEKRETARIAT JENDERAL
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
(PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MANAJEMEN KEPARLEMENAN)
Dipersiapkan oleh: Biro Keanggotaan dan Kepegawaian
SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
2013
2
BAB SATU
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara internal DPR sedang gencar melakukan berbagai pembenahan
yang menyangkut berbagai aspek kelembagaan mulai dari aspek politis,
kelembagaan, maupun yuridis. Peningkatan kinerja DPR tersebut sangat
penting dilakukan karena di satu sisi DPR memiliki jumlah sumber daya
manusia (SDM) yang cukup memadai baik yang berasal dari Sekretariat
Jenderal DPR maupun dari dukungan staf ahli dan asisten anggota. Begitu
juga semangat peningkatan kinerja DPR juga didukung dengan alokasi
anggaran yang memadai dan terus meningkat setiap tahunnya. Namun
demikian DPR juga mengalami keterbatasan karena Sekretariat Jenderal
DPR-RI sebagai unsur pendukung (suporting system) menghadapi banyak
permasalahan yang harus dibenahi.
Persoalan yang dihadapi adalah SDM dan pengelolaan
kesekretariatan. Kedua hal tersebut menjadi penting untuk dibenahi karena
salah satu dukungan terhadap proses checks and balances tersebut adalah
bagaimana efektifnya pengelolaan dan keberadaan SDM unsur penunjang
yang mampu mendorong pada peningkatan kinerja parlemen. Dengan
demikian keberadaan Sekretariat Jenderal DPR RI menjadi penting dan
strategis. Untuk itu dalam rangka perbaikan kinerja organisasi Sekretariat
Jenderal DPR-RI diperlukan adanya restrukturisasi organisasi yang dapat
menciptakan struktur organisasi yang mampu memperbaiki kinerja aspek
pengelolaan SDM dan kesekretariatan.
Arti penting restrukturisasi merupakan bagian penyesuaian terhadap
perubahan lingkungan strategis yang sekaligus menjadi momentum reformasi
birokrasi dalam mendorong seluruh satuan kerja dan seluruh elemen
organisasi pemerintahan, untuk bergerak cepat merespon dinamika
stakeholders. Organisasi birokrasi dituntut profesional, efektif dan efisien
dalam melaksanakan fungsi dan tugas pokoknya untuk mewujudkan visi, misi,
tujuan dan sasaran-sasaran strategis organisasi masing-masing guna
melayani masyarakat. Dalam konteks Sekretariat Jenderal DPR RI adalah
3
secara langsung melayani DPR RI dan secara tidak langsung kepada
masyarakat.
Restrukturisasi organisasi merupakan jawaban atas tuntutan dan
dinamika di atas, sekaligus merupakan salah satu program strategis dalam
Reformasi Birokrasi untuk penataan dan pembenahan organisasi agar selaras
dengan visi, misi, tujuan dan sasaran organisasi serta responsif terhadap
lingkungan strategis dan dinamika masyarakat. Karena itu tujuan
restrukturisasi organisasi dalam rangka reformasi birokrasi adalah:
1. Menyusun format kelembagaan untuk mencapai tingkat kompetensi yang
unggul sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan indikator sasaran
organisasi masing-masing.
2. Menata ulang struktur dan tata kerja unit-unit organisasi masing-masing
untuk mencapai postur organisasi yang right sizing dalam rangka
mewujudkan organisasi birokrasi yang profesional, efektif dan efisien
dalam melaksanakan fungsi dan tugas pokoknya.
3. Mewujudkan kelembagaan yang mampu merespon dinamika kebutuhan
masyarakat. Dalam konteks Sekretariat Jenderal DPR RI adalah dinamika
kebutuhan DPR RI.
Keluaran (output) dari restrukturisasi adalah postur organisasi
birokrasi yang right sizing, profesional, efektif dan efisien. Hasil yang dicapai
dari kegiatan ini antara lain :
1. Penguatan kapasitas kelembagaan dengan tingkat kompetensi yang
unggul sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan indikator kinerja
organisasi.
2. Peningkatan kapasitas struktur dan tata kerja unit-unit organisasi dengan
postur organisasi yang right sizing untuk mewujudkan organisasi birokrasi
yang profesional, efektif dan efisien.
3. Penguatan kelembagaan dalam merespon dinamika kebutuhan DPR RI.
Berdasarkan hal di atas sebagai sebuah kerangka pikir perlu disusun
suatu policy paper tentang bagaimana kebijakan yang harus dilakukan untuk
menjawab terhadap isu-isu yang terkait dengan usaha peningkatan kualitas
4
SDM dan pengelolaan kesekretariatan yang dikaitkan dengan restrukturisasi
organisasi Sekretariat Jenderal DPR RI.
B. Metodologi
Kegiatan restrukturisasi dalam rangka peningkatan kualitas SDM dan
pengelolaan kesekretariatan dilakukan untuk menjawab enam hal, yaitu:
1. What, yaitu kegiatan apa yang akan dilaksanakan serta keluaran
(output) dan dampak (outcome) apa yang akan dicapai? Dalam hal ini
dilakukan melalui unit organisasi yang ada atau pengembangan dari unit
organisasi yang ada.
2. Why, yaitu mengapa kegiatan tersebut perlu dilaksanakan? Dalam hal ini
untuk peningkatan kualitas SDM dan pengelolaan kesekretariatan
mengapa perlu pengembangan dari unit organisasi yang ada.
3. Who, yaitu siapa yang bertanggungjawab dalam melaksanakan
pengembangan dari unit organisasi yang ada tersebut dan siapa
sasaran yang akan menerima layanan dari pengembangan dari unit
organisasi tersebut?
4. When, yaitu kapan waktu pengembangan dari unit organisasi tersebut
dilaksanakan dan bagaimana pentahapannya?
5. Where, yaitu dimana atau lokasi pengembangan dari unit organisasi
tersebut sebaiknya ditempatkan?
6. How, yaitu bagaimana pengembangan dari unit organisasi tersebut
dilaksanakan?
Berdasarkan enam pertanyaan tersebut maka selanjutnya akan
berpengaruh pada bagaimana proses desain dan implementasi kelembagaan
dalam restrukturisasi organisasi Sekretariat Jenderal DPR RI tersebut
dliakukan. Secara kelembagaan diharapkan dapat tercakup dalam program
jangka pendek dan jangka menengah, sedangkan pembangunan nilai dan
budaya (internalisasi) kelembagaan baru membutuhkan waktu yang lebih
panjang. Proses desain sendiri dilakukan dengan pendekatan need
assessment terhadap sumber daya-sumber daya organisasi. Terkait dengan
need asseement ini maka tahapan analisis adalah:
5
1. Melakukan pemetaan masalah atau identifikasi masalah. Identifikasi
masalah diperlukan untuk menentukan karakteristik unit organisasi
apakah yang akan dibentuk. Pemetaan masalah ini akan menentukan
tugas dan fungsi dari unit organisasi yang akan dibentuk.
2. Melakukan analisis jabatan. Analisis jabatan diperlukan karena
perkembangan organisasi dan perubahan struktur dalam organisasi
menyebabkan kebutuhan akan pekerjaan baru. Sebelum melakukan
rekrutmen terhadap karyawan yang akan menduduki jabatan yang baru,
maka sebelumnya perlu diketahui dan diidentifikasi pekerjaan-pekerjaan
apa saja yang akan dilakukan dan bagaimana pekerjaan dilakukan serta
jenis personal yang bagaimana yang layak menduduki pekerjaan tersebut.
Dalam hal ini, perlu ditetapkan standar-standar pekerjaan dan kriteria
keterampilan, pendidikan, dan pengalaman yang diperlukan sehingga
dibutuhkan analisis jabatan. Analisis jabatan ini sangat penting agar
organisasi dapat berjalan dengan lancar terutama sekali dikarenakan unit
organisasi baru dibentuk. Dalam analisis jabatan, salah satunya akan
diketahui tentang uraian jabatan di mana itu sama pentingnya dengan
alasan mengapa organisasi itu dibentuk. Setiap organisasi yang baru
muncul atau dibentuk tentu akan memiliki jenis pekerjaan yang berbeda
dengan organisasi lain yang telah terbentuk. Karena organisasi itu baru
dibentuk, maka penting sekali untuk menjelaskan atau menguraikan
pekerjaan-pekerjaan apa saja yang akan dilakukannya. Alasan lain
pembentukan unit organisasi baru dibarengi dengan munculnya
kebutuhan jenis pekerjaan baru yang sama sekali tidak ada hubungannya
dengan pekerjaan sebelumnya atau tidak ada pada struktur organisasi
yang lama. Selanjutnya pada kegiatan ini akan dihasilkan:
a. Uraian jabatan yaitu pernyataan tertulis tentang apa yang
sesungguhnya dilakukan pemegang jabatan, bagaimana dia
melakukannya dan dalam kondisi apakah pekerjaan itu dijalankan.
Uraian ini akan memuat identifikasi jabatan, ringkasan jabatan,
hubungan tanggungjawab-kewajiban, wewenang dari pemegang
jabatan, standar kinerja, dan kondisi kerja.
6
b. Spesifikasi jabatan yaitu menunjukkan orang seperti apakah yang
akan direkrut dan dalam kualitas seperti apa orang tersebut harus
direkrut.
c. Evaluasi jabatan yaitu menentukan peringkat jabatan pada struktur
jabatan yang akan dikembangkan baik jabatan struktural maupun
fungsional. Analisis ini dihasilkan dari job anaysis yang telah dilakukan
sebelumnya.
Pada dasarnya analisis jabatan yang diikuti dengan evaluasi jabatan ini
merupakan bagian dari analisis kebutuhan yang dilihat dari perspektif
SDM.
3. Analisis kebutuhan (need assessment). Analisis kebutuhan dilakukan
dengan pendekatan terhadap elemen organisasi lain selain sumber daya
manusia (man), yaitu elemen tatalaksana (method) anggaran (money),
dan sarana dan prasarana (material).
4. Analisis road map yang sekaligus menjadi rencana aksi, yaitu analisis
yang digunakan untuk bagaimana menerapkan hasil need assessment
terhadap langkah awal pembentukkan dan pengembangan unit organisasi
yang dimaksudkan.
5. Dari analisis road map tersebut analisis lanjutannya dikembangkan untuk
menyusun pokok-pokok Rencana Strategis dari Unit Organisasi yang
akan dibentuk.
6. Bagaimana tahapan analisis tersebut dijelaskan dalam gambar.1.
Gambar.1. Alur Analisis Pembentukkan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan
Sistem Rekrutmen
Evaluasi Jabatan
Analisis Jabatan
Standarisasi Kompetensi
Jabatan
Hasil Asesmen Seluruh Pegawai
UNIT ORGANISASI
ANALISIS KEBUTUHAN
SUMBER DAYA
MANUSIA
ANALISIS ROAD MAP
NEED ASSESSMENT
KEBUTUHAN PELAYANANANALISIS
KEBUTUHAN ANGGARAN,
TATALAKSANA,SARANA-
PRASARANA
7
Untuk memperoleh data dan informasi bagi analisis kebutuhan (need
assessment) digunakan metode pengumpulan data melalui observasi dan
data sekunder.
1. Observasi adalah metode yang digunakan dalam mengumpulkan
informasi dengan mengamati perilaku organisasi.
2. Data sekunder adalah metode yang digunakan dalam mengumpulkan
data dan informasi dari berbagai sumber tertulis.
Berdasarkan hal di atas, maka pokok-pokok substansi yang terkait
desain pembentukkan unit organisasi yang menyelenggarakan usaha
peningkatan kualitas SDM dan pengelolaan kesekretariatan adalah output
analisis need assessment yang memuat tentang:
1. Desain organisasi yang mencakup:
a. Karakteristik unit organisasi;
b. Kelembagaan;
c. SDM;
d. Anggaran; dan,
e. Sarana dan prasarana.
2. Rancangan perencanaan unit organisasi ke depan.
8
BAB DUA
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
A. Permasalahan SDM
Saat ini DPR RI berada dalam sistem pemerintahan presidensial, di
mana pemisahan kekuasaan cenderung menciptakan sebuah badan legislatif
yang relatif kuat dan mandiri, tetapi di satu sisi DPR RI masih belum mampu
memenuhi potensi tersebut. Hal ini muncul karena masalah dukungan SDM
unsur pendukungnya (Sekretariat Jenderal DPR RI).
Kondisi SDM pada Sekretariat Jenderal DPR RI sedang dihadapkan
pada kondisi SDM yang kurang mendukung terhadap dinamika organisasi.
Peta SDM yang kurang mendukung tersebut dapat dilihat dari hasil asesmen
yang dilaksanakan sejak tahun 2003. Dengan struktur organisasi yang
cenderung gemuk tetapi dengan keterbatasan kompetensi SDM menghasilkan
pejabat yang relatif kurang cakap dalam kedudukannya, serta keberadaan staf
yang kurang mendukung terhadap dinamika kerja DPR. Begitu juga
pengelolaan SDM fungsional yang tidak efektif di mana keberadaan pejabat
fungsional yang relatif kurang potensial sehingga menjadikan dukungan
keahlian menjadi relatif tidak optimal. Hal ini diperkuat dengan penilaian
negatif dari DPR RI terhadap Sekretariat Jenderal DPR RI berupa rendahnya
kualitas SDM-nya.
Ketidakcakapan SDM juga muncul dikarenakan rekrutmen masa lalu
dan belum lengkapnya analisis jabatan. Kondisi di atas menjadikan evaluasi
jabatan menjadi belum sepenuhnya mencerminkan beban dan bobot jabatan
sehingga analisis jabatan masih harus disempurnakan. Hal lain terkait
dengan jabatan ini belum adanya kompetensi jabatan sehingga penempatan
jabatan relatif tidak menciptakan the right man on the right place.
Belum idealnya SDM Sekretariat Jenderal DPR RI ini juga turut
disumbang oleh belum diterapkannya sistem penilaian kinerja individu.
Selama ini aspek penilaian hanya bersandarkan pada penilaian subjektif
atasan langsung yang dituangkan dalam DP3. Padahal penilaian subjek
tersebut sulit untuk dipertanggungjawabkan objektivitasnya.
9
Permasalahan lain yang terkait dengan manajemen SDM adalah
pembangunan atau pengembangan database pegawai belum sepenuhnya
memuat informasi tentang kepegawaian. Dalam hal ini belum memuat rekam
jejak perjalanan karir dari seorang pegawai. Permasalahan lain adalah
pengembangan pendidikan dan pelatihan belum sepenuhnya mengacu
kepada hasil asesmen.
Permasalahan SDM unsur penunjang DPR tidak hanya berfokus pada
SDM Sekretariat Jenderal DPR RI yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS)
tetapi juga Tenaga Ahli dan Sekretaris Pribadi. Hal ini jelas dinyatakan dalam
UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, khususnya
apa yang diatur dalam pasal 392 ayat (2) di mana Pegawai Sekretariat
Jenderal DPR RI adalah pegawai tetap dan tidak tetap. Karena itu
keberadaan Tenaga Ahli dan Sekretaris dapat dimasukkan kategori pegawai
tidak tetap. Meskipun sejak tahun 2011 telah dibentuk unit organisasi khusus
setingkat eselon 3 yang ditempatkan pada Biro Pimpinan, yaitu Bagian Tata
Usaha Tenaga Ahli dan Sekretaris Anggota, namun demikian dalam
prakteknya pengelolaan Tenaga Ahli dan Sekretaris Anggota belum
menemukan sistem pengelolaan yang tepat dan efisien. Selanjutnya berbagai
permasalahan yang bersifat kritis yang dihadapi dalam pengelolaan SDM
unsur penunjang DPR dirangkum dalam tabel.1.
Tabel.1 Permasalahan Manajemen SDM Sekretariat Jenderal DPR RI
No Kegiatan Masalah Kritis
1 Sistem rekrutmen pegawai Penyempurnaan sistem rekrutmen yang secara berangsur-angsur mengarah kepada konsep transparan dan bersih dari KKN
2 Analisis jabatan Analisis jabatan belum sepenuhnya menggambarkan deskripsi jabatan dan syarat jabatan.
3 Evaluasi Jabatan Analisis jabatan masih harus disempurnakan
4 Kompetensi jabatan Kompetensi jabatan belum dilakukan
5 Assesmen Hasil asesmen masih melihat pada aspek umum, hanya baru beberapa asesmen yang khusus.
6 Sistem penilaian kinerja individu
Penerapan penilaian kinerja masih sepenuhnya pada aspek DP3.
7 Database pegawai Pembangunan/pengembangan database belum sepenuhnya memuat informasi tentang kepegawaian.
8 Pendidikan dan pelatihan Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan belum sepenuhnya mengacu kepada hasil asesmen.
9 Pengelolaan Tenaga Ahli dan Sekretaris Pribadi
Belum sepenuhnya mengacu pada Pedoman Pengelolaan Tenaga Ahli dan Sekretaris Pribadi.
10
Berdasarkan hal di atas, maka pengembangan SDM unsur penunjang
DPR RI menuju standarisasi kompetensi jabatan yang dibutuhkan oleh DPR
menjadi hal penting untuk diperhatikan.
B. Permasalahan Pengelolaan Keparlemenan
Sebagai suporting system, Sekretariat Jenderal DPR RI sedang
menghadapi permasalahan karena dukungan yang diberikan kepada DPR RI
sebagai lembaga negara memiliki karakteristik yang berbeda. Karena itu SDM
manajerial, keahlian dan teknis yang dibutuhkan juga memiliki karakteristik
yang berbeda dibandingkan dengan pemerintah. Karakteristik dukungan
tersebut masih belum menemukan kondisi yang ideal sehingga masih dalam
proses pencarian kesesuaian. Karena itu dibutuhkan model pendekatan lain
terhadap manajemen, yaitu manajemen keparlemenan.
Manajemen keparlemenan1, merupakan istilah yang tidak populer tidak
seperti manajemen umum yang biasa dikenal seperti manajemen keuangan,
manajemen personalia, manajemen transportasi dan sebagainya, karena itu
belum ada istilah baku terhadap pengertian tentang manajemen
keparlemenan. Pengertian ini juga tidak seakrab seperti manajemen
pemerintahan. Meskipun dalam kontek manajemen pemerintahan yang
dipandang dalam konteks pemerintahan yang luas termasuk parlemen di
dalamnya. Tetapi secara umum biasanya istilah manajemen pemerintahan
lebih banyak mengacu kepada manajemen di eksekutif di mana manajemen
pemerintahan tersebut menjadi bagian dari kerangka administrasi negara.
Satu hal penting dari manajemen keparlemenan adalah tidak bisa
melepaskan diri dari konteks manajemen secara umumnya. Tetapi yang
membedakan manajemen keparlemenan dengan manajemen lainnya adalah
terletak pada objeknya yaitu parlemen. Karena itu manajemen keparlemenan
sebenarnya berbicara tentang manajemen dengan objek parlemen. Dan juga
karena manajemen keparlemenan sama halnya dengan manajemen secara
umum, maka manajemen keparlemenan juga dapat dilihat berdasarkan
1 Pembahasan khusus tentang Manajemen Keparlemenan dapat dibaca dalam buku Asep Ahmad Saefuloh berjudul, “Manajemen Keparlemenan: Strategi dan Kebijakan dalam Mengelola Perubahan Diantara Agenda dan Sinisme-Resistensi Publik,” Pius Lustrilanang (Kata Pengantar), Boy Ervandi (ed.), P3DI, 2011.
11
pendekatan holistik yaitu manajemen keparlemenan yang dilihat sebagai ilmu
pengetahuan, sistem, fungsi, proses dan profesi.
Berdasarkan pendekatan pertama, manajemen keparlemenan sebagai
sebuah ilmu pengetahuan dikarenakan manajemen keparlemenan dapat
diterapkan dalam kehidupan yang nyata, dan dalam menerapkannya
manajemen keparlemenan dapat dibantu oleh berbagai cabang ilmu lainnya,
seperti ilmu manajemen, komunikasi, sosiologi, ekonomi, psikologi,
matematika, dan sebagainya. Manajemen keparlemenan juga sebagai ilmu
pengetahuan karena mempelajari dan mencari solusi atas permasalahan
yang dihadapi sistem keparlemenan dalam sebagian ataupun keseluruhan
dimensinya baik itu nilai, sumber daya-sumber daya, struktur, proses dan
output yang terarah.
Berdasarkan pendekatan kedua, manajemen keparlemenan sebagai
sebuah sistem karena manajemen keparlemenan sebagai kumpulan elemen
saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan. Sebagai sebuah sistem,
di mana sistem sendiri diartikan sebagai suatu untuk mengabungkan, untuk
membentuk dan mendirikan, untuk menempatkan secara bersama-sama dari
berbagai komponen (atau elemen) dan untuk memudahkan aliran informasi
atau materi. Sebagai sebuah sistem manajemen keparlemenan dipandang
sebagai suatu kerangka kerja yang terdiri dari berbagai bagian yang saling
berhubungan dan diarahkan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
Pada akhirnya manajemen keparlemenan sebagai sebuah sistem karena
mengemban upaya-upaya dalam mewujudkan values yaitu nilai-nilai
demokrasi dalam kehidupan berbangsa).
Pada pendekatan ketiga, manajemen keparlemenan sebagai sebuah
fungsi, karena manajemen keparlemenan dapat diklasifikasikan sebagai:
1. Perencanaan (planning) yaitu tindakan melakukan pengambilan
keputusan saat sekarang untuk menghadapi masalah-masalah yang
timbul di masa depan yang dekat, menengah dan jauh kedepan.
2. Pengorganisasian (organizing) yaitu upaya menyusun organisasi atau
kelembagaan yang bertugas, berwenang dan bertanggungjawab dalam
merealisasikan perencanaan.
3. Pelaksanaan (executing) yaitu realisasi pelaksanaan hal-hal yang telah
direncanakan secara konsisten atau sesuai dengan kemungkinan-
• Dampak keluaran akan selalu terbarui sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis eksternal dan internal sebagai suatu proses yang berkesinambungan
i. Bagan struktur organisasi Pusat Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Manajemen Keparlemenan dijelaskan dalam gambar.7.
31
Gambar.7. Struktur Organisasi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemenan
Bidang Pengembangan
Kompetensi
Bidang Pengembangan Kepemimpinan
Bidang Pendidikan
dan Pelatihan
Bidang Pengembangan
Manajemen Keparlemenan
Pejabat Fungsional
Sekretaris dan Staf
Staf Staf Staf Staf
3. Jabatan
Sesuai dengan struktur organisasi yang ada, maka akan
berdampak pada jabatan apa yang dibutuhkan, yaitu:
a. Struktur organisasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemenan, yaitu:
1) Kepala Pusat setingkat Eselon 2.
2) Kepala Bidang setingkat Eselon 3.
3) Jabatan fungsional peneliti. Jabatan fungsional yang akan
dibentuk adalah pejabat yang akan melaksanakan kegiatan
penilaian, pengembangan atau penelitian, dan pemberian
pendidikan dan pelatihan,
4) Staf pendukung yaitu staf administrasi dan teknis.
b. Jabatan Kepala Pusat, Kepala Bagian dan fungsional berasal dari
PNS.
c. Berdasarkan hasil analisis jabatan, evaluasi jabatan dan standarisasi
jabatan maka untuk jabatan fungsional yang akan digunakan pada
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemanan adalah
Peneliti, Asesor dan Widyaiswara. Alasan pemilihan ini adalah sesuai
dengan siklus pengembangan SDM.
32
4. Pengorganisasian dan Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemenan dilakukan sebagai berikut:
a. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan sesuai
dengan hirarki organisasi maka bertanggungjawab kepada Deputi
Administrasi.
b. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan bertugas
melaksanakan semua kebijakan Sekretariat Jenderal DPR RI sesuai
dengan lingkup tugas dan fungsinya.
c. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan dibantu
oleh seorang sekretaris dan beberapa staf sesuai dengan beban
kerjanya.
d. Kepala Bidang bertanggungjawab kepada Kepala Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan.
e. Kepala Bidang dibantu oleh beberapa staf administrasi dan teknis
sesuai dengan beban kerjanya.
f. Pejabat fungsional bertanggungjawab kepada Kepala Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan.
g. Pejabat fungsional dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior
yang ditunjuk oleh Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Manajemen Keparlemenan.
h. Jumlah pejabat fungsional ditentukan berdasarkan volume dan beban
kerja.
i. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
j. Pembinaan jabatan fungsional untuk pelaksanaan tugas dan
fungsionalnya dilakukan secara internal dan pembinaan yang terkait
dengan karir dilakukan oleh instansi pembina pusat.
5. Mekanisme Kerja
a. Mekanisme kerja internal Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemenan didasari dengan prinsip yang dijelaskan sebelumnya,
yaitu spesialisasi dan koordinasi. Dalam hal ini bagaimana
mengelompokkan tanggungjawab pelayanan ke dalam unit-unit dan
33
hubungan-hubungannya. Suatu kegiatan pelayanan tertentu dilakukan
oleh bagian masing-masing sesuai dengan tugasnya. Tetapi untuk
kegiatan yang bersifat lintas bidang dilakukan secara bersama-sama
atau bersifat koordinatif.
b. Pendekatan pelayanan bersifat aktif dan pasif. Pasif yaitu pelayanan
yang diberikan didasarkan atas permintaan, dan aktif pelayanan
diberikan atas inisiatif Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemenan.
c. Pengelolaan SDM PNS menjadi bagian dari Manajemen SDM
Aparatur dan Manajemen Kepegawaian2 yang akan ditetapkan sesuai
dengan ketentuan pasal 394 ayat 2 UU Nomor 27 Tahun 2009
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Meskipun administrasi
kepegawaian kewenangannya berada pada Biro Kepegawaian tetapi
pengelolaan yang terkait dengan perencanaan dan pengembangan
kualitas mempertimbangkan masukan dari Kepala Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan.
d. Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi,
kebutuhan sumber daya pendukung dilakukan oleh unit organisasi
yang bersangkutan, tetapi dibawah koordinasi Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Manajemen Keparlemanan, seperti penempatan
pustakawan dan pranata komputer.
e. Mekanisme kerja Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemenan diatur dalam Pedoman Kerja.
D. Sumber Daya Manusia
Sesuai dengan konsepsi dasar yang digunakan dalam mendesain unit
organisasi yang akan menyelenggarakan tugas dan fungsi penilaian,
pengembangan atau penelitian, dan pemberian pendidikan dan pelatihan.
Maka jenis SDM yang dibutuhkan terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu SDM
manajerial, SDM fungsional yang akan melaksanakan kegiatan penilaian,
2 Sesuai dengan amanat Pasal 394 ayat 2 bahwa” Ketentuan mengenai manajemen kepegawaian MPR,
DPR, dan DPD diatur dengan peraturan lembaga masing-masing yang dibahas bersama dengan Pemerintah untuk ditetapkan dalam peraturan pemerintah”. Penjelasannya yaitu ”manajemen kepegawaian adalah keseluruhan upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi, dan kewajiban pegawai, yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi, pengajian, kesejahteraan, dan pemberhentian”.
34
pengembangan atau penelitian, dan pemberian pendidikan dan pelatihan,
serta SDM pendukung yang bersifat administrasi dan teknis. Selanjutnya SDM
pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan yang
dibutuhkan adalah:
1. Pegawai Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan
terdiri dari pegawai tetap (PNS) dan pegawai tidak tetap (Non PNS).
2. Pegawai tetap adalah PNS (Struktural, fungsional dan Fungsional Umum).
3. Pegawai tidak tetap adalah pegawai diadakan secara kontrak sesuai
dengan kebutuhan penyelenggaraan tugas dan fungsi yang belum atau
tidak dapat dilakukan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemenan 3. Dalam pengunaan pegawai tidak tetap dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Pegawai tidak tetap diprioritaskan untuk psikolog dan pengaturannya
disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang terkait.
E. Anggaran
Bagian Anggaran Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemenan bagian dari Satuan Kerja (satker) Sekretariat Jenderal DPR RI.
Berkaitan dengan penganggaran Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemenan dalam hal pembiayaan dapat menggunakan Standar Biaya
Umum (SBU) dan/atau Standar Biaya Khusus (SBK).
Adapun nomenklatur penganggaran yang digunakan dibedakan antara
masa awal pembentukkan dan pengembangan. Pada masa awal
pembentukkan nomenklatur penganggaran akan menggunakan nomenklatur
Program Dukungan Manajemen Pelaksanaan Tugas dan Teknis Lainnya
Sekretariat Jenderal DPR RI dengan nomenklatur kegiatannya adalah
manajemen sumber daya manusia. Sedangkan sub kegiatannya adalah
Pembinaan Administrasi Kepegawaian dan Pendidikan dan Pelatihan.
Sedangkan pada tahap pengembangan nomenklatur penganggaran akan
menggunakan nomenklatur Program Dukungan Manajemen Pelaksanaan
3 Sebagai contoh dalam melakukan asesmen akan diterapkan pendekatan posisi jabatan, pangkat dan golongan antara penilai dengan yang dinilai. Jika penilai yang dimiliki P2SM tertinggi adalah Pembina Tingkat 1/IVb, maka dia hanya dapat melakukan penilaian terhadap mereka yang pangkat dan golongannya sama atau lebih rendah. Kemudian jika yang akan dinilai adalah mereka yang di atas penilai P2SM tertinggi maka akan dilakukan oleh pihak ketiga.
35
Tugas dan Teknis Lainnya Sekretariat Jenderal DPR RI dengan nomenklatur
kegiatannya adalah pengembangan SDM dan manajemen keparlemenan.
F. Sarana dan Prasarana
Beberapa hal yang terkait dengan sarana dan prasarana adalah:
1. Untuk menunjang kerja Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemenan dilengkapi dengan sarana dan prasarana.
2. Terkait dengan lokasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemenan, khususnya untuk kelas pendidikan dan pelatihan
ditempatkan jauh4 dari Gedung Sekretariat Jenderal DPR RI. Hal ini
penting karena penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang
diselenggarakan di Gedung Sekretariat Jenderal DPR RI tidak efektif
karena tingkat kehadiran peserta relatif rendah.
3. Pembentukkan kelas pendidikan dan pelatihan harus didesain dengan
pendekatan yang terintegrasi, yaitu kelas pendidikan dan pelatihan yang
terpusat dengan dilengkapi asrama dan fasilitas pendukung lainnya.
4. Perlunya dibarengi dengan pengembangan kepustakaan. Keberadaan
perpustakaan ini akan ditempatkan pada lokasi kelas pendidikan dan
pelatihan.
5. Peningkatan sistem IT yang terintegrasi ke dalam e-par yang ditujukan
untuk:
a. Mendukung pengelolaan administrasi.
b. Mendukung penyebaran dan sosialisasi produk (terbuka) dari Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan.
c. Mendukung pengembangan data base yang terintegrasi antara unit-
unit kerja dan bersifat dinamis yang dibutuhkan untuk mendukung
tugas-tugas DPR dan suporting system.
d. Data base juga dibutuhkan sebagai bagian dari penerapan
manajemen pengetahuan yang akan diselenggarakan oleh Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemenan.
4 Sebagai alternatif dapat ditempatkan di Griya Sabha di Kopo. Lokasi ini cocok untuk menjadi lokasi pendidikan dan pelatihan mengingat jaraknya yang jauh dari Gedung Sekretariat Jenderal DPR RI serta sudah dilengkapi dengan wisma penginapan yang untuk sementara dapat digunakan sebagai pemondokan bagi peserta pendidikan dan pelatihan.
36
6. Kebutuhan sarana dan prasarana ditentukan dengan tugas dan fungsi,
beban dan volume pekerjaan serta karakteristik jabatan yang ada. Terkait
dengan kebutuhan sarana dan prasarana fisik adalah:
a. Terdapat ruang-ruang asesmen yang representatif yang didesain
khusus untuk melakukan asesmen yang ditunjang dengan fasilitas
pendukungnya.
b. Terdapat ruang-ruang kelas yang representatif yang didesain khusus
untuk pendidikan dan pelatihan yang menimbulkan suasana tenang
sekaligus tidak memunculkan kejemuan.
c. Terdapat laboratorium pengembangan. Keberadaan laboratorium
menjadi penting karena Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemenan memiliki tugas dan fungsi untuk melakukan
pengembangan terhadap SDM dan manajemen keparlemenan.
d. Terdapat ruang penunjang seperti auditorium, asrama, sarana
prasarana pendukung lainnya yang terkait dengan metode pelatihan
di alam terbuka (outbound activity) yang bermanfaat dalam
meningkatkan kebersamaan dan kekompakan tim (team building)
seperti camping ground, fasilitas low impact activity ataupun high
ropes activity.
37
BAB LIMA
TAHAPAN IMPLEMENTASI
A. Penyusunan Road Map
Pembentukkan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemenan perlu disusun dalam suatu road map yang merupakan rencana
dan tahapan kegiatan yang akan dituangkan dalam suatu dokumen
perencanaan Sekretariat Jenderal. Adapun tahapannya dibagi dalam dua
tahapan, yaitu tahapan pembentukan dan tahapan pengembangan. Kedua
tahap tersebut dibagi dalam tiga fase, yaitu Fase konstruksi kurun 2013-2014,
Pada fase pengembangan kurun 2015-2019, dan Fase menjaga high
performance kurun 2020-2024. Selanjutnya pokok-pokok kegiatan dalam road
map adalah:
1. Penetapan Rencana Kerja Pembentukkan Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Manajemen Keparlemenan.
2. Persiapan Operasionalisasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemenan.
3. Operasionalisasi Pembentukkan Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Manajemen Keparlemenan.
4. Konsolidasi, yaitu Penyusunan Renstra 5 tahun pertama dan 5 tahun
kedua.
5. Penyusunan Berbagai Pedoman Kerja dan SOP untuk mendukung
pelaksanaan tugas dan fungsi Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Manajemen Keparlemenan.
6. Penyelenggaraan tugas dan fungsi Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Manajemen Keparlemenan pada tahap awal.
7. Penyusunan modul-modul penyelenggaraan Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Manajemen Keparlemenan.
8. Pembangunan Gedung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemenan.
9. Efektivitas penyelenggaraan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemanan sesuai dengan rencana strategis 5 tahun pertama.
38
10. Proses penyempurnaan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemanan agar dapat menjaga kinerja tinggi sesuai dengan rencana
strategis 5 tahun kedua.
Selanjutnya road map dikonsolidasikan dalam rencana strategis
(Renstra). Sebagai suatu organisasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Manajemen Keparlemanan harus menyusun Rencana Strategis
Pengembangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemanan.
Hal ini menjadi penting agar unit organisasi dapat memiliki sasaran yang
terukur dan memiliki tahapan yang jelas dalam pencapaian visi dan misi
organisasi. Terkait dengan renstra ini beberapa hal penting adalah:
1. Renstra disusun untuk periode 2 tahun5, 5 tahun periode pertama dan 5
tahun periode kedua.
2. Renstra disusun sesuai dengan proses pengembangan Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Manajemen Keparlemanan sehingga dibagi dalam tiga
fase, yaitu fase konstruksi kurun 2013-2014, fase pengembangan kurun
2015-2019 dan fase menjaga high performance kurun 2020-2024.
Masing-masing fase memiliki keterkaitan dan merupakan suatu proses
kesinambungan.
Target keorganisasian yang ingin dicapai pada setiap fase
pengembangan adalah:
1. Fase konstruksi kurun 2013-2014 memiliki target utama terbentuknya
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemanan secara fisik
dan tingkat keorganisasian.
2. Pada fase pengembangan kurun 2015-2019 target keorganisasian adalah
mencapai ISO pada tahun 2019.
3. Fase menjaga high performance kurun 2020-2024 adalah menjaga kinerja
yang tinggi dan menjadi Indonesian’s class center of assessment and
development.
4. Selanjutnya alur proses pengembangan tersebut dijelaskan dalam
gambar.8.
5 Renstra pertama hanya 2 tahun karena menyesuaikan dengan kondisi perencanaan lima tahun yang berjalan (Periode Perencanaan saat ini 2010-2014).
39
2013-2014
Gambar.8. Alur Pengembangan
1. Rekrutmen da n
peng emba ngankompetensi pegawai.
2. Pembe ntukk anberbagai Pe doma ndan SOP.
3. Analisi s kebut uha nanggaran.
4. Pembangunan fisik
2015-2019 2020-2024
FASE KONSTRUKSI FASE PENGEMBANGANFASE MENJAGA HIGH
PERFORMANCE
1. Pengem ba ngan
organisasi.2. Pemuta hiran
pelayanan.3. Pengem ba ngan
budaya organisasi
4. Tahun 2019 merai hISO
1. Memelih ara kinerjayang tinggi.
2. Menjad iIndonesian’s classcenter of
assessment anddevelopment.Evaluasi Evaluasi
Untuk periode perencanaan 12 tahun (Renstra 2013-2014, 2015-2019
dan 2020-2024) ditetapkan visi sebagai berikut:
Menjadikan Sumber Daya Manusia Pendukung Parlemen sebagai pilar
penting dalam memperkuat sistem checks and balances antara DPR RI
dengan Pemerintah”. Untuk mencapai visi tersebut Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Manajemen Keparlemanan memiliki misi, yaitu:
1. Menciptakan profesionalitas SDM unsur penunjang DPR RI berbasis
kompetensi.
2. Menciptakan kepemimpinan masa depan yang mengikuti perkembangan
lingkungan strategis.
3. Membangun sistem peningkatan kualitas SDM unsur penunjang DPR
yang berbasis kompetensi.
4. Menghasilkan kekayaan intelektual serta pemanfaatannya bagi penguatan
kelembagaan DPR RI.
B. Tahap Pertama 2013-2014
Implementasi tahap 2013-2014 dituangkan dalam perencanaan yang
terdokumentasikan dalam renstra 2013-2014 yang disusun sebagai
construction strategy dan strategi pelayanan.
1. Untuk melaksanakan construction strategy, akan dilakukan beberapa
kebijakan yaitu:
40
a. Penataan SDM dengan tujuan membangun competency-based HR
management. Kegiatan ini dibutuhkan karena Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Manajemen Keparlemanan merupakan organisasi yang
baru dibentuk. Penataan SDM ini terkait dengan konsolidasi SDM
yang ada di Sekretariat Jenderal DPR RI yang akan tergabung
sebagai satu kesatuan dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Manajemen Keparlemanan.
b. Penentuan standarisasi kompetensi jabatan. Pengembangan pribadi
yang bermutu unggul secara sistematis merupakan salah satu
strategi yang harus dilakukan ketika Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Manajemen Keparlemanan ingin menjadi yang terbaik. Secara
general, kompetensi sendiri disusun sebagai sebuah kombinasi antara
ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan (knowledge)
yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat
diamati, diukur dan dievaluasi. Kompetensi dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
1) Soft competency atau jenis kompetensi yang berkaitan erat
dengan kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan,
hubungan antar manusia serta membangun interaksi dengan
orang lain. Soft competency juga disebut sebagai core
competency. Jenis kompetensi ini sifatnya umum dan harus
dimiliki oleh pegawai, misalnya penampilan secara umum,
perilaku (attitude), kemampuan berbahasa (lokal dan inggris),
kemampuan menyimak (listening skills), langkah-langkah
penyelesaian masalah (problem solving), leadership,
communication, interpersonal relation, dll.
2) Tipe kompetensi yang kedua sering disebut hard competency
atau jenis kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan
fungsional atau teknis suatu pekerjaan. Dengan kata lain,
kompetensi ini berkaitan dengan seluk beluk teknis yang berkaitan
dengan pekerjaan yang ditekuni dan merupakan jenis kompetensi
yang sesuai dengan karakteristik atau kualifikasi organisasi.
Kompetensi juga disebut functional competency, misalnya
kemampuan dan wawasan untuk mengerjakan pada bidang yang
41
ingin dipilih Contohnya hard competency adalah financial analysis,
manpower planning, dan sebagainya.
c. Melakukan asesmen. Untuk itu dalam kegiatan ini harus dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Melakukan asesmen dalam rangka rekrutmen internal atau
pencarian kandidat-kandidat untuk ditempatkan di Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemanan. Dalam
pembentukkan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemanan dibutuhkan assesmen individu berdasarkan
kompetensi. Selama ini hasil asesmen masih melihat pada aspek
umum, hanya baru beberapa asesmen yang khusus. Kegiatan
asesmen masih bersifat pemetaan sehingga belum sepenuhnya
digunakan untuk aspek pengelolaan SDM.
2) Rekrutmen internal didasarkan pada hasil asesmen dan
standarisasi kompetensi jabatan.
3) Untuk jabatan struktural dan fungsional bersifat open carrier
internal dan kemungkinan eksternal.
4) Untuk jabatan struktural dapat berasal dari pejabat struktural atau
fungsional.
5) Untuk jabatan fungsional dapat berasal dari pejabat struktural
atau jabatan fungsional umum.
6) Open carrier eksternal diperlukan jika untuk posisi jabatan
struktural yang dibutuhkan tidak ada SDM di lingkungan internal
yang memenuhi standar kompetensi jabatan.
7) Untuk peneliti, asesor dapat direkrut dari Peneliti pada Bidang
Pengkajian dan Analisis P3DI, yang berlatarbelakang pendidikan
psikologi, ekonomi dan hukum. Untuk widyaiswara dapat direkrut
dari peneliti atau pejabat struktural.
d. Rekrutmen SDM dari eksternal. Rekrutmen ini dilakukan untuk
melengkapi rekrutmen internal. Dalam proses rekrutmen eksternal
dilakukan dua kegiatan, yaitu rekrutmen dari instansi lain dan
rekrutmen CPNS. Untuk rekrutmen CPNS dilakukan dengan
pendekatan Zero Tolerant to KKN seperti yang dilaksanakan pada
rekrutmen tahun 2009.
42
Untuk kegiatan ini direncanakan direkrut sebanyak 15 orang
dengan latarbelakang pendidikan psikologi 7 orang dan sisanya
berlatarbelakang manajemen, hukum dan administrasi negara.
Tabel.3. Rencana Rekrutmen Pegawai Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemanan
Posisi Latarbelakang Pendidikan
Proses rekrutmen
2013 2014
Kepala Pusat S3 Manajemen Internal/eksternal 1
Bidang P SDM S2 Psikologi Internal/eksternal 1
Bidang Kepemimpinan S2 Manajemen Internal/eksternal 1
Bidang Diklat S2 Manajemen Internal/eksternal 1
Manajemen Keparlemenan
S2 Manajemen/ Hukum/Administrasi Negara
Internal 1
Fungsional 3 peneliti S2 Psikologi
2 peneliti S2 Manajemen
1 peneliti S2 Hukum
4 orang calon Widyiswara S1/S2 Manajemen
Internal 10
7 CPNS S2 Psikologi
4 CPNS S2 Manajemen
3 CPNS S2 Hukum
2 CPNS S2 Administrasi
Eksternal 15
Sekretaris S1 Manajemen Internal 1
Pengadministrasi Umum
SMA Internal 8
Pengumpul dan Pengolah Data
S1 Berbagai Jurusan Internal 4
Tenaga Teknis SMA Internal 4
Total 32 15
e. Setelah proses rekrutmen dilaksanakan kemudian dilanjutkan dengan
proses pemberian pendidikan dan pelatihan. Agar berjalan lebih
optimal maka diawali dengan analisa kebutuhan pendidikan dan
pelatihan yang tepat. Dalam hal ini terdapat tiga jenis analisa
kebutuhan pendidikan dan pelatihan atau training need analysis yang
akan dilakukan, yaitu:
1) Task-based analysis. Analis yang berfokus pada kebutuhan tugas
yang dibebankan pada satu posisi tertentu. Jadi dalam analisa ini,
yang menjadi fokus adalah tugas posisi, bukan orang yang
memegang posisi tersebut. Melalui metode task analysis ini,
kemudian disusun kurikulum pendidikan dan pelatihan yang
bersifat standar dan terpadu. Artinya, melalui analisa tugas dan
Pedoman Pengelolaan Pendidikan dan Pelatihan. SOP tentang Pemberian Tugas Belajar. SOP tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan. Rencana Pendidikan dan Pelatihan. Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan Administrasi Umum. Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan Teknis. Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan Hubungan
Interpersonal. Kurikulum Manajemen Keparlemenan 1, 2, dan 3.
Bidang Pengembangan Manajemen Keparlemenan
Pedoman Pengelolaan Pengembangan Manajemen Keparlemanan.
Pedoman tentang Penelitian Keparlemenan. SOP tentang Penelitian.
Kelompok Fungsional
Pedoman Pembinaan Karir. Rencana Pembinaan Karir.
45
2) Pembangunan Gedung Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Manajemen Keparlemanan yang memuat:
a) Ruang asesmen, yang mencakup ruang orientasi, ruang
individual, ruang diskusi dan ruang presentasi.
b) Kelas Pendidikan dan Pelatihan.
c) Laboratorium Pengembangan kompetensi.
d) Laboratorium Pengembangan Kepemimpinan.
e) Laboratorium Pengembangan kurikulum.
f) Laboratorium Manajemen Keparlemenan.
g) Laboratorium Bahasa.
h) Asrama.
i) Sarana pendukung lainnya.
2. Untuk pelayanan maka strategi pelayanan masih menitikberatkan pada
cara sebelum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemanan
terbentuk dengan berbagai penyempurnaan awal. Kebijakan yang akan
dilaksanakan adalah:
a. Pelaksanaan asesmen pegawai yang selama ini dilaksanakan oleh
Bagian Kepegawaian untuk PNS dan Bagian Tata Usaha Tenaga Ahli
dan Sekretaris Pribadi untuk asesmen Tenaga Ahli dan Sekretaris
Pribadi.
b. Penyusunan kurikulum awal kepemimpinan kesekretariatan
keparlemenan I, II, III dan IV.
c. Penyusunan kurikulum awal manajemen keparlemenan I, II, dan III.
d. Pelaksanakan tugas dan fungsi pendidikan dan pelatihan yang
selama ini dilaksanakan oleh Bagian Pendidikan dan Pelatihan.
e. Pengkajian mendalam/detil terhadap area perubahan yang terkait
dengan reformasi birokrasi yang sudah ditetapkan dalam Agenda
Reformasi Birokrasi Sekretariat Jenderal DPR RI.
3. Indikator Keberhasilan
Sasaran yang ingin dicapai dalam dua tahun tahun renstra 2013-
2014 adalah:
a. Sasaran dari output pelayanan adalah terselenggaranya
pengembangan kompetensi, pendidikan dan pelatihan kepemimpinan,
46
pendidikan dan pelatihan non kepemimpinan dan pengkajian
manajemen keparlemenan.
b. Sasaran output pengembangan adalah semua kegiatan
pembentukkan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen
Keparlemanan terselenggara sesuai dengan perencanaan dengan
output utamanya adalah terbentuknya Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Manajemen Keparlemanan dan tersusunnya berbagai
instrumen tingkat keorganisasian sesuai dengan perencanaan renstra
2013-2014.
c. Dampak dari keluaran (outcome) adalah terbangunnya landasan yang
kuat bagi penguatan kelembagaan dan ketatalaksanaan DPR RI dan
organisasi unsur penunjang DPR RI, efisiensi anggaran dan
peningkatan kualitas SDM supporting system.
C. Tahap Kedua 2015-2019
Implementasi tahap kedua 2015-2019 dituangkan dalam perencanaan
yang terdokumentasikan dalam renstra 2015-2019.
1. Strategi Pelayanan
Strategi pokoknya adalah:
a. Penerapan manajemen mutu layanan. Manajemen mutu layanan
diperlukan agar ada jaminan bahwa produk pelayanan yang diberikan
oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keparlemanan
benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan dan mencapai standar
yang sudah ditetapkan. Untuk melaksanakan strategi tersebut,
berbagai kebijakan yang akan dilaksanakan adalah:
1) Kebijakan Pengembangan Kompetensi yang ditujukan pada:
a) Penyelenggaraan penilaian kompetensi.
(1) Asesmen reguler SDM Sekretriat.
(2) Asesmen untuk promosi dan mutasi.
(3) Asesmen reguler dan non-reguler untuk Tenaga Ahli dan
Asisten Anggota.
b) Penyelenggaraan pengembangan kompetensi.
(1) Pembentukkan dan pengelolaan talent pool.
47
(2) Perancangan metode asesmen untuk suatu jabatan
tertentu dan menggunakan berbagai simulasi yang
mencerminkan perilaku yang dipersyaratkan dalam
jabatan tertentu.
c) Pengembangan kompetensi manajemen keparlemenan.
Kompetensi manajemen keparlemenan dibagi dalam tiga
dimensi utama yaitu kompetensi pengetahuan, atribut
personal dan keterampilan. Kemudian untuk siapa kompetensi
tersebut dibutuhkan. Kinerja yang buruk mungkin merupakan
hasil dari kepemimpinan, manajemen dan sistem yang sering
tidak baik. Kesemua ini menyebabkan kegagalan dalam
pencapaian kinerja tinggi yang diharapkan. Karena itu bagi
SDM manajerial maka ketiga kompetensi tersebut diarahkan
pada penguasaan fungsi manajemen berbasis karakteristik
parlemen. Karena itu kompetensi kepemimpinan yang dapat
dikembangkan pada kepemimpinan berbasis manajemen
keparlemenan adalah:
(1) Memiliki atribut teknis dan manajerial seperti pemahaman
prosedur, sistem, proses dan praktek, keahlian numerik,
verbal, penalaran, dan interpersonal, serta mempunyai
kompetensi motivasi pencapaian, kekuatan analisis,