.Pulpotomi Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian diikuti oleh penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan atau memumifikasikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi6. Pulpotomi disebut juga pengangkatan sebagian jaringan pulpa. Biasanya jaringan pulpa di bagian korona yang cedera atau mengalami infeksi dibuang untuk mempertahankan vitalitas jaringan pulpa dalam saluran akar 1,3. Pulpotomi dapat dipilih sebagai perawatan pada kasus yang melibatkan kerusakan pulpa yang cukup serius namun belum saatnya gigi tersebut untuk dicabut, pulpotomi juga berguna untuk mempertahankan gigi tanpa menimbulkan simtomsimtom khususnya pada anak-anak14. Indikasi pulpotomi adalah anak yang kooperatif, anak dengan pengalaman buruk pada pencabutan, untuk merawat pulpa gigi sulung yang terbuka, merawat gigi yang apeks akar belum terbentuk sempurna, untuk gigi yang dapat direstorasi 1,4. Kontraindikasi pulpotomi adalah pasien yang tidak kooperatif, pasien dengan penyakit jantung kongenital atau riwayat demam rematik, pasien dengan kesehatan umum yang buruk, gigi dengan abses akut, resorpsi akar internal dan eksternal yang patologis, kehilangan tulang pada apeks dan atau di daerah furkasi 4,5. Saat ini para dokter gigi banyak menggunakan formokresol untuk perawatan pulpotomi. Formokresol merupakan salah satu obat pilihan dalam perawatan pulpa gigi sulung dengan karies atau trauma. Obat ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1905 dan sejak saat itu telah digunakan sebagai obat untuk perawatan pulpa dengan tingkat keberhasilan yang tinggi 3,7. Beberapa tahun ini penggunaan formokresol sebagai pengganti kalsium hidroksida untuk perawatan pulpotomi pada gigi sulung semakin meningkat. Bahan aktif dari formokresol yaitu 19% formaldehid, 35% trikresol ditambah 15% gliserin dan air. Trikresol merupakan bahan aktif yang kuat dengan waktu kerja pendek dan sebagai bahan antiseptic untuk membunuh mikroorganisme pada pulpa gigi yang mengalami infeksi atau inflamasi sedangkan formaldehid berpotensi untuk memfiksasi jaringan 3,5,7. Sweet mempelopori penggunaan formokresol untuk perawatan pulpotomi. Awalnya perawatan pulpotomi dengan formokresol ini dilakukan sebanyak empat kali kunjungan namun saat ini perawatan pulpotomi dengan formokresol dapat dilakukan untuk satu kali
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
.PulpotomiPulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian diikuti oleh penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan atau memumifikasikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi6. Pulpotomi disebut juga pengangkatan sebagian jaringan pulpa. Biasanya jaringan pulpa di bagian korona yang cedera atau mengalami infeksi dibuang untuk mempertahankan vitalitas jaringan pulpa dalam saluran akar 1,3. Pulpotomi dapat dipilih sebagai perawatan pada kasus yang melibatkan kerusakan pulpa yang cukup serius namun belum saatnya gigi tersebut untuk dicabut, pulpotomi juga berguna untuk mempertahankan gigi tanpa menimbulkan simtomsimtom khususnya pada anak-anak14. Indikasi pulpotomi adalah anak yang kooperatif, anak dengan pengalaman buruk pada pencabutan, untuk merawat pulpa gigi sulung yang terbuka, merawat gigi yang apeks akar belum terbentuk sempurna, untuk gigi yang dapat direstorasi 1,4. Kontraindikasi pulpotomi adalah pasien yang tidak kooperatif, pasien denganpenyakit jantung kongenital atau riwayat demam rematik, pasien dengan kesehatan umum yang buruk, gigi dengan abses akut, resorpsi akar internal dan eksternal yang patologis, kehilangan tulang pada apeks dan atau di daerah furkasi 4,5. Saat ini para dokter gigi banyak menggunakan formokresol untuk perawatan pulpotomi. Formokresol merupakan salah satu obat pilihan dalam perawatan pulpa gigi sulung dengan karies atau trauma. Obat ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1905 dan sejak saat itu telah digunakan sebagai obat untuk perawatan pulpa dengan tingkat keberhasilan yang tinggi 3,7. Beberapa tahun ini penggunaan formokresol sebagai pengganti kalsium hidroksida untuk perawatan pulpotomi pada gigi sulung semakin meningkat. Bahan aktif dari formokresol yaitu 19% formaldehid, 35% trikresol ditambah 15% gliserin dan air. Trikresol merupakan bahan aktif yang kuat dengan waktu kerja pendek dan sebagai bahan antiseptic untuk membunuh mikroorganisme pada pulpa gigi yang mengalami infeksi atau inflamasi sedangkan formaldehid berpotensi untuk memfiksasi jaringan 3,5,7.Sweet mempelopori penggunaan formokresol untuk perawatan pulpotomi. Awalnya perawatan pulpotomi dengan formokresol ini dilakukan sebanyak empat kali kunjungan namun saat ini perawatan pulpotomi dengan formokresol dapat dilakukan untuk satu kali kunjungan7.Beberapa studi telah dilakukan untuk membandingkan formokresol dengan kalsium hidroksida dan hasilnya memperlihatkan bahwa perawatan pulpotomi dengan formokresol pada gigi sulung menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih baik daripada penggunaan kalsium hidroksida. Formokresol tidak membentuk jembatan dentin tetapi akan membentuk suatu zona fiksasi dengan kedalaman yang bervariasi yang berkontak dengan jaringan vital. Zona ini bebas dari bakteri dan dapat berfungsi sebagai pencegah terhadap infiltrasi mikroba7. Keuntungan formokresol pada perawatan pulpa gigi sulung yang terkena karies yaitu formokresol akan merembes melalui pulpa dan bergabung dengan protein seluler untuk menguatkan jaringan. Penelitian-penelitian secara histologis dan histokimia menunjukkan bahwa pulpa yang terdekat dengan kamar pulpa menjadi terfiksasi lebih ke arah apikal sehingga jaringan yang lebih apikal dapat tetap vital. Jaringan pulpa yang terfiksasi kemudian dapat diganti oleh jaringan granulasi vital 4,8.Perawatan pulpotomi formokresol hanya dianjurkan untuk gigi sulung saja, diindikasikan untuk gigi sulung yang pulpanya masih vital, gigi sulung yang pulpanya terbuka karena karies atau trauma pada waktu prosedur perawatan7.
1.1 Pulpotomi VitalLangkah-langkah perawatan pulpotomi vital formokresol satu kali kunjungan untuk gigi sulung 4,5 :
1. Siapkan instrumen dan bahan. Pemberian anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit saat perawatan
2. Isolasi gigi.Pasang rubber dam, jika rubber dam tidak bisa digunakan isolasi dengan kapas dan saliva ejector dan jaga keberadaannya selama perawatan.
3. Preparasi kavitas.Perluas bagian oklusal dari kavitas sepanjang seluruh permukaan oklusal untuk memberikan jalan masuk yang mudah ke kamar pulpa.
4. Ekskavasi karies yang dalam.5. Buang atap pulpa.
Dengan menggunakan bor fisur steril dengan handpiece berkecepatan rendah. Masukkan ke dalam bagian yang terbuka dan gerakan ke mesial dan distal seperlunya untuk membuang atap kamar pulpa.
6. Buang pulpa bagian korona.Hilangkan pulpa bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar kecepatan rendah.
7. Cuci dan keringkan kamar pulpa.Semprot kamar pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan jarum steril. Penyemprotan akan mencuci debris dan sisa-sisa pulpa dari kamar pulpa. Keringkan dan kontrol perdarahan dengan kapas steril.
8. Aplikasikan formokresol.Celupkan kapas kecil dalam larutan formokresol, buang kelebihannya dengan menyerapkan pada kapas dan tempatkan dalam kamar pulpa, menutupi pulpa bagian akar selama 4 sampai dengan 5 menit.
9. Berikan bahan antiseptik.Siapkan pasta antiseptik dengan mencampur eugenol dan formokresol dalam bagian yang sama dengan zinc oxide. Keluarkan kapas yang mengandung formokresol dan berikan pasta secukupnya untuk menutupi pulpa di bagian akar. Serap pasta dengan kapas basah secara perlahan dalam tempatnya. Dressing antiseptik digunakan bila ada sisa-sisa infeksi.
10. Restorasi gigi.Tempatkan semen dasar yang cepat mengeras sebelum menambal dengan amalgam atau penuhi dengan semen sebelum preparasi gigi untuk mahkota stainless steel.
Gambar B. Langkah-langkah Perawatan Pulpotomi Vital Formokresol Satu Kali Kunjungan.1. Ekskavasi karies, 2. Buang atap kamar pulpa, 3. Buang pulpa di kamar pulpa dengan ekskavator, 4. Pemotongan pulpa di orifis dengan bor bundar kecepatan rendah, 5. Pemberian formokresol selama 5 menit, 6. Pengisian kamar pulpa dengan campuran zinc oxide dengan formokresol daneugenol, 7. Gigi yang telah di restorasi6.
1.2 Pulpotomi Non VitalPrinsip dasar perawatan endodontik gigi sulung dengan pulpa non vital adalah untuk mencegah sepsis dengan cara membuang jaringan pulpa non vital, menghilangkan proses infeksi dari pulpa dan jaringan periapikal, memfiksasi bakteri yang tersisa di saluran akar8. Perawatan endodontik untuk gigi sulung dengan pulpa non vital yaitu perawatan pulpotomi mortal (pulpotomi devital)4.Pulpotomi mortal adalah teknik perawatan endodontik dengan cara mengamputasi pulpa nekrotik di kamar pulpa kemudian dilakukan sterilisasi dan penutupan saluran akar4.Langkah-langkah perawatan pulpotomi devital4 :Kunjungan pertama:
1. Siapkan instrumen dan bahan.2. Isolasi gigi dengan rubber dam.3. Preparasi kavitas.4. Ekskavasi karies yang dalam.5. Buang atap kamar pulpa dengan bor fisur steril dengan handpiece kecepatan rendah.6. Buang pulpa di bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar.7. Cuci dan keringkan pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan jarum
steril.8. Letakkan arsen atau euparal pada bagian terdalam dari kavitas.
9. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.10. Bila memakai arsen instruksikan pasien untuk kembali 1 sampai dengan 3 hari,
sedangkan jika memakai euparal instruksikan pasien untuk kembali setelah 1 minggu
Kunjungan kedua :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.2. Buang tambalan sementara.
Lihat apakah pulpa masih vital atau sudah non vital. Bila masih vital lakukan lagi perawatan seperti pada kunjungan pertama, bila pulpa sudah non vital lakukan perawatan selanjutnya.
3. Berikan bahan antiseptik.Tekan pasta antiseptik dengan kuat ke dalam saluran akar dengan cotton pellet.
DAFTAR PUSTAKA1. Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik. Diterjemahkan dari Handbook of Clinical Endodontics oleh E. H. Sundoro. Jakarta : Penerbit UI.2. Harty, F. J. 1993. Endodonti Klinis. Edisi Ketiga. Diterjemahkan dari Endodontics in Clinical Practice oleh L. Yuwono. Jakarta : Hipokrates.3. Welbury, R. R. 2001. Paediatric Dentistry. 2nd edition. New York : Oxford UniversityPress.4. Andlaw, R. J., dan W. P. Rock. 1993. A Manual of Paedodontics. 3rd edition. New York : Churchill Livingstone.5. Kennedy, D. B. 1992. Konservasi Gigi Anak. Diterjemahkan dari Paediatric Operative Dentistry oleh N. Sumawinata dan S. H. Sumartono. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.6. Curzon, M. E. J., J. F. Roberts., dan D. B. Kennedy. 1996. Kennedy’s Paediatric Operative Dentistry. 4th edition. London : Wright.7. Finn, S. B. 2003. Clinical Pedodontics. 4th edition. Philadelphia : W. B. Saunders.8. Mathewson, R. J., dan R. E. Primosch. 1995. Fundamentals of Pediatric Dentistry;. 3rd edition. Chicago : Quintessence Publishing.
I. RUMUSAN MASALAH
Dalam scenario, permasalahan utama yang akan dilakukan pembahasan adalah :
1. Sakit gigi pada rahang bawah kanan
2. Gigi 85 karies profunda perforasi dengan pemeriksaan rontgen akar sudah 2/3 teresorbsi
3. Gigi 46 karies profunda dengan perforasi seujung jarum, gigi masih vital dan pemeriksaan
rontgen akar masih terbuka lebar
4. Gigi 84 karies profunda perforasi disertai gingival abses dengan pemeriksaan rontgen akar gigi
masih utuh
5. Perawatan untuk gigi 85, 46, dan 84
Permasalahan utama tersebut akan dibahas menjadi beberapa pertanyaan, antara lain :
1. Macam penyakit pulpa pada gigi anak
2. Tujuan dilakukan saluran perawatan akar
3. Jenis-jenis perawatan pulpa pada gigi anak
4. Pulpotomi
a. Pengertian
b. Indikasi
c. Kontraindikasi
d. Bahan pengisi yang digunakan
e. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnose pulpotomi
5. Apeksogenesis
a. Pengertian
b. Indikasi
c. Kontraindikasi
6. Penyebab akar resorbsi
7. Mengapa gigi 85 akar gigi sudah teresorbsi 2/3 akar?
8. Perbedaan perawatan pada gigi decidui dan gigi permanen muda
9. Perbedaan gigi vital dan non vital
10. Factor yang menyebabkan terjadinya perforasi pulpa
11. Mengapa gigi 46 masih vital dengan keadaan karies profunda dengan perforasi seujung jarum
12. Mengapa gigi 46 akar masih terbuka lebar
13. Mengapa gigi 84 akar masih utuh dan terdapat gingival abses
14. Macam-macam perawatan pada scenario
III. PEMBAHASAN
1. Penyakit pulpa pada gigi anak
a. Resorbsi akar patologik
1) Resorbsi interna
Resorbsi akar patologik interna merupakan indikasi adanya peradangan pada pulpa vital yang
disebabkan oleh pulpitis kronis. Resorbsi ini terjadi di dalam saluran akar dan dapat terjadi
akibat adanya trauma, karies, atau prosedur iatrogenik seperti preparasi yang salah.
2) Resorbsi eksterna
Resorbsi akar patologik eksterna terjadi di sekitar apeks gigi dan merupakan indikasi pulpa non
vital dengan peradangan yang meluas berlanjut resorbsi tulang di sekitarnya.
3) Resorbsi permukaan
Resorbsi yang terjadi secara patologis pada permukaan akar karena aktivitas osteoklas terhadap
respon dari injuri ligamen periodontal atau sementum.
4) Resorbsi akibat inflamasi
Karena infeksi jaringan pulpa yang akan merangsang aktivitas osteoklas.
5) Resorbsi akibat tekanan
Resorbsi ini terjadi misalnya pada perawatan orthodonti. Rangsangan terhadap aktivitas
osteoklas akibat tekanan yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya resorbsi, tekanan
tersebut membangkitkan pelepasan sel-sel monosit dan pembentukan osteoklas dan terbentuklah
resorbsi.
6) Resorbsi sistemik
Resorbsi akibat gangguan sistemik seperti gangguan endokrin.
7) Resorbsi idiopatik
Resorbsi ini terjadi pada satu gigi atau beberapa gigi dan resorbsinya lambat, biasanya bertahun-
tahun, dan bisa terjadi cepat dan agresif melibatkan jaringan dengan jumlah besar.
b. Pulpitis
1) Pulpitis reversible
Rasa sakit yang dirasakan bila ada suatu rangsangan, dan rasa sakit itu akan hilang bila
rangsangan dihilangkan. Kondisi inflamasi pulpa dari ringan sampai sedang yang disebabkan
oleh rangsangan tetapi pulpa mampu kembali setelah rangsangan hilang.
2) Pulpitis irreversible
Nyeri spontan yang dirasakan tanpa adanya suatu rangsangan .Kondisi peradangan pulpa yang
persisten sehingga pulpa tidak bisa kembali normal. Pulpitis irreversible dibagi menjadi 3 yaitu :
Akut
Kronis
Eksaserbasi akut
2. Perawatan saluran akar pada pulpa gigi anak
a. Pulpotomi
Pulpotomi merupakan pengambilan pulpa yang telah mengalami infeksi di kamar pulpa dan
bagian corona meninggalkan jaringan pulpa di bagian radikuler dengan cara bedah, biasanya
diikuti dengan obat-obatan pada orifis vital. Pulpotomi dilakukan untuk menghilangkan semua
jaringan pulpa yang terinfeksi. Ada 3 macam pulpotomi, yaitu :
1) Pulpotomi vital
Pengambilan jaringan pulpa bagian koronal yang mengalami infeksi namun tetap meninggalkan
jaringan pulpa pada saluran akar yang sehat dan vital dengan melakukan anastesi kemudian
memberikan medikamen diatas pulpa yang diamputasi agar pulpa bagian radikuler tetap vital.
Indikasi dilakukannya pulpotomi vital adalah :
a) Gigi masih didukung 2/3 akar
b) Terbukanya pulpa karena factor mekanis selama preparasi
c) Pulpa masih vital dan bebas dari supurasi atau tanda-tanda lain dari nekrosis
d) Pulpa terbuka oleh faktor mekanis atau trauma preparasi selama preparasi kavitas yang kurang
hati-hati
e) Tidak ada inflamasi pada kamar pulpa
f) Tidak ada fistula
g) Tidak ada kalsifikasi pulpa
Sedangkan untuk kontraindikasi pulpotomi vital adalah :
a) Gigi yang non vital
b) Terdapat resorbsi interna dan eksterna (apabila ada kehilangan tulang pada apeks dan
intraradikuler)
c) Dijumpai rasa sakit yang spontan atau terus menerus
d) Adanya supurasi atau tanda-tanda lain dari nekrosis
e) Sakit bila di perkusi atau dipalpasi
f) Adanya radiolusen pada daerah periapikal
g) Perdarahan yg berlebihan setelah amputasi pulpa
h) Adanya pembengkakan
Cara melakukan pulpotomi vital :
Melakukan anastesi
Jar pulpa dalam ruang pulpa diambil
Luka pulpa ditekan menggunakan kapas larutan formokresol krg lebih 3-5 menit
Diberikan pasta formokresol
Diberikan basis
Restorasi tetap menggunakan SSC
Dalam melakukan pulpotomi vital digunakan bahan-bahan seperti berikut :
Decidui digunakan formokresol untuk mendisinfeksi dan mengfiksasi jaringan pulpa. Reaksi
formokresol terhadap jaringan pulpa akan membentuk area yang terfiksasi dan pulpa dibawahnya
pulpotomi dengan bahan Ca(OH)2 masih dapat dipertahankan dengan syarat pasien rajin
melakukan kontrol secara berkala setiap 3 atau 6 bulan sekali. Kedua, jika setelah perawatan dan
akar telah tertutup sempurna, maka pulpotomi dengan bahan Ca(OH)2 dapat dibongkar dan
digantikan dengan teknik pulpektomi dengan bahan gutta perca.2,3
PEMBAHASAN
Perawatan apeksogenesis termasuk dalam salah satu teknik perawatan pada gigi
permanen muda yang bertujuan untuk mempertahankan vitalitas pulpa gigi dengan keadaan akar
yang belum tertutup sempurna. Teknik perawatan apeksogenesis sama dengan perawatan
pulpotomi vital pada gigi sulung, tetapi pada apeksogenesis disamping mempertahankan keadaan
pulpa gigi yang vital, perawatan juga diharapkan dapat merangsang penutupan ujung foramen
apical gigi.
Diperlukan kerjasama antara dokter gigi dan orang tua selama perawatan untuk mencapai
hasil perawatan yang baik. Karena evaluasi dari hasil perawatan yang baik itu tergantung pada
kooperatif pasien dalam melakukan control berkala. Perawatan apeksogenesis dapat dikatakan
berhasil jika infeksi bakteri tidak berlanjut pada saluran akar gigi, tidak adanya rasa sakit pada
gigi yang dirawat dan akar dapat tertutup sempurna selama perawatan.
Pemilihan kalsium hidroksida sebagai salah satu bahan dalam apeksogenesis karena
adanya kemampuan bahan ini dalam membentuk jembatan dentin jika berkontak dengan pulpa,
kemampuannya dalam jaringan keras gigi melalui proses mineralisasi, dan efek antimikrobanya
yang dapat mencegah masuknya bakteri dalam rongga mulut ke pulpa sehingga keadaan vital
pada pulpa selama perawatan dapat dicapai.
DAFTAR PUSTAKA 1. Hargreaves MK, eds. Pathway of The Pulp. Missouri: Mosby Elseviers, 2002: 864- 866. 2. Walton RE. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Alih bahasa. Sumawinata N. Jakarta: EGC, 1998: 495-498.
3. Budiyanti A. Perawatan Endodontik pada Anak. Jakarta: EGC, 2006: 50-55.4. Grossman LI. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Alih bahasa. Abyono R. Jakarta: EGC,
1995: 250-251.5. Barrington C. Apexogenesis in an Incompletely Developed Permanent Tooth with
Pulpal Exposure. http://www.endoexperience.com. 10 Oktober 2012.6. Mohammadi Z, Dummer. Properties and applications of Calcium Hydroxide in
Endodontics and Dental Traumatology. 11 Oktober 2012.