1 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PENGEMBANGAN TERNAK DAN PAKAN LOKAL KELOMPOK TANI TERNAK SAPI POTONG SAWIT NYAMBUNG Kelompok 05 Anggi Nur Fitriani D0A013007 Indra Ari Sugiyarto D0A013013 Adhitya Bayu Novriansyah D0A013020 Arif Kristianto D0A013026 Windu Sasisana D0A013033 Luthfi Atur Rosidin D0A013041 Saiful Huzda D0A013047 Ratih Churatul Mala D0A013053 Ilyas Muzakki D0A013062 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PETERNAKAN PURWOKERTO
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUMPENGEMBANGAN TERNAK DAN PAKAN LOKAL
KELOMPOK TANI TERNAK SAPI POTONGSAWIT NYAMBUNG
Kelompok 05
Anggi Nur Fitriani D0A013007
Indra Ari Sugiyarto D0A013013
Adhitya Bayu Novriansyah D0A013020
Arif Kristianto D0A013026
Windu Sasisana D0A013033
Luthfi Atur Rosidin D0A013041
Saiful Huzda D0A013047
Ratih Churatul Mala D0A013053
Ilyas Muzakki D0A013062
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2015
ii
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUMPENGEMBANGAN TERNAK DAN PAKAN LOKAL
KELOMPOK TANI TERNAK SAPI POTONGSAWIT NYAMBUNG
Oleh
Kelompok 05
Anggi Nur Fitriani D0A013007
Indra Ari Sugiyarto D0A013013
Adhitya Bayu Novriansyah D0A013020
Arif Kristianto D0A013026
Windu Sasisana D0A013033
Luthfi Atur Rosidin D0A013041
Saiful Huzda D0A013047
Ratih Churatul Mala D0A013053
Ilyas Muzakki D0A013062
Koordinator Asisten Asisten
Bustomy Fajar Mulyawan Siti Atika Nur FajariniD1E012253 D1E012263
ii
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya makalah ini dapat terselesaikan. Penyusun
mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pengembangan
Ternak Dan Pakan Lokal dan juga asisten yang telah memberikan bimbingan dan
pengajaran. Serta kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini.
Makalah tersebut disusun agar pembaca dapat mengetahui dan memahami
tentang potensi ternak kambing kejobong yang ada di Kabupaten Purbalingga.
Semoga dengan makalah yang berjudul “Pengembangan Ternak Dan Pakan Lokal
(KTT) Kelompok Tani Ternak Sawit Nyambung” menjadi acuan dan perhatian
para pembaca. Kemampuan maksimal dan usaha yang keras telah dicurahkan
dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga usaha yang telah dilakukan tidak sia-
sia dan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Penyusunan makalah ini, masih terdapat kekurangan dan kekeliruan.
Berdasarkan hal tersebut, selaku penyusun, meminta maaf serta senantiasa
terbuka menerima kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah di kesempatan
berikutnya. Semoga bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa dan membangun
masyarakat Indonesia yang ke arah perbaikan dan kemajuan di masa mendatang.
Purwokerto, 12 Desember 2015
Penyusun
iii
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii
1. Bangsa Ternak Potong Yang DipeliharaTable 2 Bangsa Ternak Potong Yang Dipelihara
a. Macam bangsa ternak
potong yang dipelihara PO (peranakan ongole), simental, PFH
b. Jumlah ternak Impor : 75 ekor
Lokal : 15 ekor
c. Rataan bobot badan awal Impor : 250 kg/ekor
Lokal : 200 kg/ekor
d. Asal usul ternak Impor : ajibarang, sokaraja (pasar
hewan)
Lokal : sekitar Banyumas
e. Harga beli ternak Impor : Rp 40.000,-
Lokal : Rp 45.000,-
f. Harga jual ternak Impor : Rp 55.000,-
Lokal : Rp 50.000,-
g. Proses pengadaan ternak Impor : Membeli ke pasar dan daerah
sekitar, serta BBPTU
Lokal : Ajibarang, Sokaraja, sekitar
Purwokerto
6
2. Manajemen Pemeliharaan
a. Cara menimbang ternak Menggunakan penaksiran bobot badan
secara kasat mata dan pengukuran PB,
LD, dan TB
b. Kapan dilakukan
penimbangan badan
Pada saat diperlukan terutama sebelum
dijual
c. Recording meliputi Kelahiran, waktu beli, umur, jumlah
d. Kode penomoran ternak Tidak ada
e. Pengelompokan ternak Pemisahan antar jantan dan betina
f. Vaksinasi 6 bulan sekali (culling)
g. Sistem pemeliharaan Semi intensif
h. Lama pemeliharaan 12 bulan
i. Target PBBH Tidak ada
3. Manajemen Perkandangan
a. Jumlah kandang 4 unit (3 utara dan 1 selatan
b. Ukuran kandang 27 x 5,7 x 2,7
c. Luas kandang 153,9
d. Model atap kandang Gable
e. Tipe kandang Tunggal (tanpa sekat)
f. Bahan bangunan kandang Asbes, semen, dan kayu
7
g. Kemiringan lantai kandang 16,5
h. Kepadatan kandang 1 ekor/ 100 m2
i. Biaya pembuatan kandang Rp 250.000.000,-
j. Posisi tempat pakan/ minum Tidak ada sekat
k. Ukuran tempat pakan 3,4 meter
l. Ukuran tempat minum 10 kg/ 10 liter
m. Sistem drainase kandang Selokan
n. Frekuensi pembersihan
kandang 2 kali sehari (pagi dan sore)
o. Tempatpenampungan limbah Tersedia
p. Tempatpenanganan limbah Tersedia namun jarang dikelola
q. Proses penanganan llimbahfeses/urin dan air bekas pencucian
ternak di alirkan menuju ketempat
penampungan yang kemudian
digaringkan dengan di tutup
menggunakan terpal, untuk membuat
kompos di butuhkan limbah feses,
sedang limbah cair di alirkan ke lahan
pertanian.
r. Kapan dilakukan rehabilitasiTidak ada
4. Cara Pemberian Pakan
a. Macam pakan yang diberikan Hijauan rumput, jerami dan dedak
8
b. Bahan penyusun konsentrat Dedak, garam,molases
c. Campuran konsentrat Tidak ada
d. Porsi pemberian pakan Hijauan : 2,5 kg/ekor
Konsentrat : 5 kg/ekor
e. Cara pemberian pakan 2 kali sehari
f. Asal- usul bahan pakan Membeli kepoltrisop dan sekitar
Banyumas
g. Feed suplemen Tidak ada
h. Harga pakan -
i. Frekuensi pemberian pakan 2 kali/hari
j. Target produksi anak -
k. Target PBBH -
l. Evaluasi kecukupan pakan -
5. Manajemen kesehatan
a. Cara pencegahan penyakit Pemberian obat diare dan cacing
b. Cara vaksinasi Mengundang mantri hewan
c. Kapan dilakukan vaksinasi 3 bulan sekali
d. Jenis vaksin Cacing
e. Frekuensi vaksinasi 1 kali selama 3 bulan
f. Penyakit yang sering Cacing dan diare
9
dijumpai
g. Cara pengobatan penyakit Cacing (obat cacing),diare (minyak
urut,obat tradisional)
h. Siapa yang melakukan
vaksinasi Mantri hewan
i. Tindakan sanitasi yang
dilakukan
Pembersihan kandang dan memandikan
ternak
j. Frekuensi sanitasi kandang 2 kali sehari
k. Sanitasi lingkungan 1 minggu sekali
6. Manajemen pemasaran ternak
a. Bobot jual ternak 400 kg
b. Umur jual ternak 2 tahun
c. Harga per kg BB Rp 50.000,-
d. Kapan ternak dijual Saat idul adha atau saat butuh uanng
e. Dasar penentuan harga jual Mentri perdagangan
f. Cara penjualan ternak Pembeli datang ke tempat
g. Kesulitan pemasaran Pemasaran kompos
h. Siapa konsumenya RPH, dan orang yang ingin berqurban
i. Produk yang dijual Kompos ternak dan anakan
j. Biaya transportasi Ditanggung bersama
10
III.2. Pembahasan
III.2.1. Pemilihan Bibit
Pemilihan sapi sebagai calon bibit pengganti ataupun calon penggemukan
sering dirasa sulit. Sebab, pada saat peternak itu melakukan pemilihan diperlukan
pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup, serta kriteria dasar. Kriteria
dasar tersebut meliputi bangsa dan sifat genetis, bentuk luar serta kesehatan.
Setiap bangsa sapi memiliki sifat genetis yang berbeda satu dengan yang lain, baik
mengenai daging ataupun kemampuan dalam beradaptasi terhadap lingkungan.
Secara teoritis peternak sapi potong pasti memilih bangsa sapi tipe potong jenis
unggul yang sudah populer seperti hereford, aberdeen angus, beef master,
charolais dan sebagainya karena persentase hasil karkas sapi-sapi tersebut lebih
dari 60%, sedangkan jenis lokal kurang dari 60%. Namun, pada kelompok KKT
“Sawit Nyambung” masih menernakan sapi-sapi potong jenis lokal sapi peranakan
ongole sapi local memiliki daya adaptasinya terhadap iklim dan pakan yang
sederhana cukup bagus. (Daridjah, 1996).
III.2.2. Perkandangan
Berdasarkan hasil kunjungan model yang digunakan adalah head to head.
Apabila Kontruksi kandang harus kuat mudah dibersihkan, bersirkulasi udara
baik. Selain itu ternak terlindung dari pengaruh lingkungan yang merugikan. Oleh
karena itu, sehubungan dengan kontrukssi ini yang perlu mendapat perhatian
terutama mengenai arah kandang, ventilasi, atap dinding dan lantai. Sedapat
mungkin bangunan kandang tunggal dibangung menghadap ke timur dan kandang
ganda membujur ke arah utara selatan. Sehingga hal ini memungkinkan sinar pagi
bisa masuk ke dalam ruangan atau lantai kandang secara leluasa.(Setyaningrum,
2003) jumlah sapi yang akan dipelihara mencapai 10 ekor maka akan lebih baik
apabila menggunakan model kandang tunggal. Tipe atap adalah Goble roof KTT
“SAWIT NYAMBUNG” menggunakan jenis atap Gable roof sebeb sesuai dengan
model kandang yang digunakan,
11
Bangunan kandang yang baik adalah kandang yang terletak disuatu daerah
atau tempat yang dekat dengan sumber air. Sebab usaha peternakan Letak
kandang terpisah dari rumah dan jaraknya cukup jauh Lantai dari semen/tanah
yang dipadatkan, dan harus dibuat lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Drainase di
dalam dan luar kandang harus baik.. Ukuran kandang Sapi betina dewasa 1,5 X 2
m/ekor, Sapi jantan dewasa 1,8 X 2 m/ekor, Anak sapi 1,5 X 2 m/ekor.
III.2.3. Pakan
Pakan merupakan salah satu unsur penting yang menunjang kesehatan,
pertumbuhan dan reproduksi ternak. Tujuan utama pemberian pakan adalah
menjamin pertambahan bobot badan selama pertumbuhan serta menjamin
produksi yang paling ekonomis.(Parakassi,1998)
Hijauan, termasuk rumput mengambil peranan penting sebagai pakan
ternak ruminansia, namun hal itu lebih menunjang apabila hijauan tersebut
bermutu baik. Rumput mengandung zat gizi yang diperlukan bagi ternak seperti
air, protein, lemak, serat kasar, mineral dan vitamin. Semuanya dapat diberikan
dalam dua macam bentuk, yakni hijauan segar dan kering. Bahan pakan berupa
rumput bisa dibedakan atas rumput lapangan (liar) dan rumput pertanian. Rumput
pertanian sengaja diusahakan dan dikembangkan untuk persediaan pakan ternak.
Sehingga rumput ini disebut rumput jenis unggul. Pakan tambahan bagi ternak
sapi biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea atau UMB. Pakan tambahan ini
dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif, yang hidupnya berada
dikandang secara terus-menerus. Banyaknya air yang diperlukan oleh ternak sapi
sebagai air minum dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain adalah umur ternak
dan cara pemeliharaan.
III.2.4. Pengendalian Penyakit
III.2.5. Tindak pencegahan yang dilakukan di KTT Sawit Nyambung:
a. Hindari kontak dengan ternak sakit
b. Kandang selalu bersih
12
c. Isolasi sapi yang di duga kena penyakit agar tidak menular ke sapi yang lain
d. Mengadakan tes kesehatan, khususnya penyakit Brucellosis dan Tuberculosis.
e.Desinfektan kandang dan peralatan
f. Vaksinasi teratur
Berdasarkan hasil kunjungan kelompok peternak KTT Sawit Nyambung
sangat peka terhadap infeksi penyakit, terutama terhadap penyakit scours,
pneumonia, dan infeksi tali pusar. Scours (diare) diakibatkan oleh pemberian
pakan yang tidak benar dan perawatan yang jelek. Tindakan pencegahan dengan
cara sebagai berikut: semua peralatan kandang, tempat makan, dan alat minum
harus bersih. Air minum dalam keadaan bersih. Kandang dalam keadaan bersih
dan terang, peredaran udara besar cukup lancar, ruangan dalam keadaan segar dan
tidak terlalu panas, tetapi hangat. Lantai kandang pedet dijaga sellu bersih, diberi
jerami kering sebagai tilam yang setiap saat bisa dibersihkan secara rutin.
Pada peternakan KTT SAWIT NYAMBUNG tindakan pencegahan terhadap
penyakit yang dilakukan dengan melakukan sanitasi yang dilakukan seminggu
sekali dan pengobatan cacing.
III.2.6. Kendala Dan Solusi dI peternakan KTT Sawit Nyambung
Kendala-kendala yang ada di KTT Sawit Nyambung
a. Sulitnya memperoleh bakalan sapi
Sulitnya mendpatkan bakalan, hal ini tentu sangat terkait dengan bisnis
pembibitan sapi. Banyak peternak yang enggan terjun kebisnis pembibitan
(menghasilkan bakalan), karena siklus usaha menghasilkan bakalan terbilang
cukup lama.
Solusi :
Umumnya,kesulitan mendapatkan bakalan terjadi sekitar lima bulan
menjelang hari raya qurban karena banyak peternak yang sama – sama mencari
sapi potong untuk digemukkan. Hal ini dapat diatasi jika kita sudah memiliki
jaringan dan langganan sendiri.(Daridjah,2002)
b. Masuknya sapi impor
13
Masuknya daging impor dengan harga yang lebih murah dari pada harga
daging sapi lokal telah banyak peternak lokal yang beralih keprofesi lain.
Penyebabnya, sapi lokal sulit bersaing dipasaran, karena selisih harga keduanya
bisa mencapai sekitar Rp 30.000/kg .
Solusi :
Pemerintah telah membuat peraturan untuk memperketat impor sapi hidup
atau bakalan. Pengimpor sapi harus menggemukkan sapi 3 – 4 bulan, sehingga
masa itu memberikan nilai tambah sapi di dalam negeri.
c. Kenaikan bobot sapi masih belum optimal
Pbbh sapi impor dapat mencapai 1,5-1,8 kg/ekor/hari.. Belum optimalnya
kenaikan bobot badan sapi impor disebabkan sistem pemeliharaan yang belum
intensif, jumlah pemberian pakan yang kurang dan tidak berkualitas, serta daya
adaptasi sapi impor terhadap iklim panas masih rendah.
Solusi :
III.3. Sistem Perkawinan
Sistem perkawinan yang digunakan di KTT SAWIT NYAMBUNG adalah
menggunakan Hand Mating atau Kawin alam yang teratur dimana sapi betina
birahi dibawa ke tempat pejantan untuk dikawinkan atau di IB. Mengetahui Tanda
Birahi Tanda-tanda birahi yaitu ; selalu gelisah, mencoba menaiki sapi lain, vulva
membesar dan kemerahan serta keluar cairan lendir, nafsu makan menurun.
III.4. Analisa usaha
Biaya tetap
Menurut Fadillah (2007) Aspek analisis keuangan meliputi komponen-
komponen sebagai berikut:
a. Kebutuhan dana, yaitu kebutuhan dana untuk operasional perusahaan,
b. Sumber dana. Ada beberapa sumber dana yang layak digali, yaitu sumber dana
internal (misalnya modal disetor dan laba ditahan) dan modal eksternal (misalnya
penerbitan obligasi dan pinjaman).
14
c. Proyeksi neraca. Sanat penting untuk mengetahui kekayaan perusahaan serta
kondisi keuangannya, misalnya saldo lancer, aktiva tetap, kewajiban jangka
pendek, kewajiban jangka panjang dan kekayaan bersih.
d. Proyeksi laba rugi. Proyeksi laba atau rugi di masa yang akan datang.
Biaya tetap adalah biaya yang timbul akibat penggunaan sumber daya tetap
dalam proses produksi. Sifat utama biaya tetap adalah jumlahnya tidak berubah
walaupun jumlah produksi mengalami perubahan (naik atau turun). Menurut
Zulkifli (2003)
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya sampai tingkat kegiatan tertentu
relatif tetap dan tidak terpengaruh oleh perubahan volume kegiatan. Keseluruhan
biaya tetap disebut biaya total (total fixed cost, TFC). Contoh biaya tetap yaitu
penyusutan atau sewa gedung/pabrik, gaji direksi dan biaya pelatihan karyawan
(Manullang, 2011).
Biaya variable atau sering disebut biaya variable total (total variable cost,
TVC) adalah jumlah biaya produksi yang berubah menurut tinggi rendahnya
jumlah output yang akan dihasilkan. Menurut Zulkifli (2003) biaya variabel
adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume
kegiatan, namun biaya per unitnya tetap. Artinya, jika volume kegiatan diperbesar
2 (dua) kali lipat,maka total biaya juga menjadi 2 (dua) kali lipat dari jumlah
semula. Semakin besar output atau barang yang akan dihasilkan, maka akan
semakin besar pula biaya variable yang akan dikeluarkan.
BEP adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antar biaya
tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Menurut Hanafi (2012)
Analisis BEP digunakan untuk mengetahui berapa minimal perusahaan harus
menghasilkan dan menjual produk agar tidak menderita kerugian atau titik impas
yaitu untuk mengetahui keadaan suatu perusahaan tidak memperoleh laba dan
juga tidak memperoleh kerugian.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka KTT SAWIT
NYAMBUNG perlu menghasilkan lebih dari nilai BEP yaitu sebesar Rp. 232,9
15
/hari agar tidak menderita kerugian. KTT SAWIT NYAMBUNG telah mampu
menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 17,4/hari pada periode-periode sebelumnya.
Hal tersebut berarti KTT SAWIT NYAMBUNG berhasil memperoleh keuntungan
karena pendapatannya di atas nilai BEP.
16
BAB IV. PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
1. Peternakan KTT SAWIT NYAMBUNG merupakan peternakan sapi potong dengan jumlah ternak 75 ekor.
2. Pemilihan sapi sebagai calon bibit pengganti ataupun calon penggemukan sering dirasa sulit. Sebab, pada saat peternak itu melakukan pemilihan diperlukan pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup, serta kriteria dasar.
3. Perkandangn di KTT SAWIT NYAMBUG menggunakan model hed to head dengan tipe atap Gable roof.
4. Pakan yang diberikan yaitu berupa jerami padi, kosentrat, rumput gajah, dan hijauan.
5. Pengendalian penyakit yang dilakukan yaitu vaksinasi teratur , kandang selalu bersih , isolasi ternak yang terkena penyakit
6. Sistem perkawinan yang digunakan di KTT SAWIT NYAMBUNG adalah menggunakan Hand Mating atau Kawin alam yang teratur .
7. Kendala yang dihadapi seperti sulit memeperoleh bakalan sapi, masuknya sapi import, kenaikan bobot badan sapi yang belum optimal.
IV.2. Saran
Peternakan di KTT SAWIT NYANBUNG dalam manajemen pemeliharaan sudah bagus akan tetapi ada tetapi harus perlu diperhatikaan dalam penentuan lokasi kandang karena sangat mempengaruhi produksi ternak, serta biosecurity dan sanitasi kandang yang harus lebih diperhatikan untuk penanganan limbah seharusnya ditangani secara baik agar tidak menimbulkan hal-hal negatif.
17
DAFTAR PUSTAKA
Djarijah, A. 1996. Usaha Ternak Sapi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Djarijah, A. S. 2002. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Kanisius.
Yogyakarta.
Fadillah. R, 2007. Sukses Berternak Ayam Broiler. PT.Agromedia
Pustaka:. Ciganjur.
Hanafi, Riezwan. 2012. Ruang Lingkup dan Sistem Agribisnis. Penebar
Swadaya. Jakarta
Haritadi, Sutardi dan Murdjiati Gardjito. 1989. Pembuatan Makanan
Kecil Dari Tepung Sagu dan Waluh. PAU Pangan Gizi.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Manullang. 2011. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Liberty. Yogyakarta.
Parakassi. 1984. Komposisi karkas domba lokal Priangan berdasarkan jenis kelamin dan pengelompokan berat potong. Proceedings Pertemuan Ilmiah Penelitian Ruminansia Kecil. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.
Sihombing. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha
Peternakan.Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian,
Institut Pertanian Bogor, Bogor
Zulkifli, Makeham. 2003. Pengelolaan Usaha Tani. LP3ES. Jakarta.
18
LAMPIRAN
ANALISA USAHA KTT SAWIT NYAMBUNG
Tabel 3 Analisis Masalah
a. No.
Strenght (S)/ Kekuatan Weakness (W)/Kelemahan
1. Potensi dalam pakan hijauan Belum adanya pengolahan limbah2. Solidaritas kelompok Administrasi keuangan belum ada3. Adanya pasar yang jelas Kurangnya pengetahuan beternak4. Tenaga kerja gratis5. Luas lahan mendukung
Opportunity (O)/Peluang Threat (T)/Ancaman1. Dukungan dari anggota Penyakit ternak2. Permintaan saat idul adha Fluktuasi harga3. Menciptakan lapangan kerja Permintaan meningkat namun
persediaan kurang4. Pemasukan tambahan
Tabel 4 Rumusan Strategi
Strenght (S) Weakness (W)Opportunities Dukungan dari anggota dalam
pemeliharaan, pemasaran dan penanganan
Menciptaka lapagan kerja bagi para ahli ekonomi untuk mengetahui laya tidaknya
Tenaga kerja berpengetahuan dalam pengolahan limbah
Limbah yang belum diolah tidak dapat menjadi keuntungan dan timbul penyakit
19
LAMPIRAN
Gambar 1 Jenis sapi yang dipelihara Gambar 2 Central Alley Kandang
Gambar 3 Tempat pakan Gambar 4 Sekat antara kandang
Gambar 5 Jenis Sapi yang dipeliharaGambar 6 Tempat penyimpanan pakan