Top Banner

of 104

PTK Sma Agama Islam

Mar 10, 2016

Download

Documents

Fajar Shadiqin

PTK
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

    PADA PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PAI DI

    SMA NEGERI 28 JAKARTA

    SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

    (S.Pd.I)

    OLEH:

    IDA FARIDA106011000103

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1432 H/2011 M

  • LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

    PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA

    PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PAI DI SMA NEGERI

    28 JAKARTA

    SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

    (S.Pd.I)

    Oleh :

    Ida FaridaNIM: 106011000103

    Di Bawah Bimbingan :

    Siti Khadijah, M. ANIP: 19660703 199403 1 004

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2011 M/1432 H

  • Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

    N a m a : Ida farida

    Tempat/Tgl.Lahir : Majalengka, 27 Mei 1988

    NIM : 106011000103

    Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam

    Judul Skripsi : Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada

    Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di

    SMA Negeri 28 Jakarta.

    Dosen Pembimbing : Siti Khadijah, M.A

    dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya

    sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

    Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

    Jakarta, 21 Mei 2011Mahasiswa Ybs.

    Materai 6000

    Ida FaridaNIM. 106011000103

  • NIP. 19571005 198703 1 003

    LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi Ida Farida (106011000103) \DQJ EHUMXGXO PHODNVDQDDQ PHQHOLWLDQTindakan Kelas pada Pembelajaran Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28JDNDUWD diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah padatanggal 20 Juni 2011 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu penulis berhakmemperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.

    Jakarta, 20 Juni 2011

    Panitia Ujian Munaqasah

    Tanggal Tanda Tangan

    Ketua Jurusan PAIBahrissalim, M.Ag .................. ......................NIP. 19680307 199803 1 002

    Sekretaris Jurusan PAIDrs. Sapiudin Sidiq, MA .................. ......................NIP. 19670328 200003 1 001

    Penguji IDra. Hj. Elo al-Bugis, M.A. .................. ......................NIP. 19560119 199403 2 001

    Penguji IIDrs. E. Kusnadi .................. ......................NIP. 19460201 196510 1 001

    Mengetahui:Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

    Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

    i

    ABSTRAK

    Nama: Ida Farida, NIM: 106011000103, Implementasi PenelitianTindakan Kelas (PTK) Pada Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta,Skripsi Program Strata I Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta 2011. Sebagai tenaga profesional, para guru dituntutuntuk melaksanakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran di kelasdisamping tugas pokoknya yaitu mengajar dan membimbing siswa untuk dapatmengembangkan dirinya. Guru tidak lagi cukup hanya sebagai penerimapembaharuan yang telah tuntas dikembangkan, tetapi diharapkan guru dapat aktifberperan serta dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dialami di kelasmelalui kegiatan penelitian. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu solusiuntuk permasalahan pembelajaran di kelas, namun belum banyak guru PAI yangmelakukan PTK sebagai salah satu solusi pemecahan masalah pembelajaran danuntuk meningkatkan efektivitas belajar. Penerapan PTK akan berhasil danberjalan dengan baik bila didorong oleh keinginan guru untuk melakukanperbaikan pembelajaran dan komitmen yang kuat dari guru yang bersangkutan,bukan karena keinginan untuk mendapat imbalan finansial semata. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam diSMA Negeri 28 Jakarta, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaanpembelajarannya, dan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penelitiantindakan kelas pada mata pelajaran PAI di SMAN 28 Jakarta. Adapun metodeyang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metodeini penulis dukung dengan teknik-teknik pengumpulan data yang meliputiobservasi, dokumentasi dan wawancara. Dari pengumpulan data yang dilakukan,dan membandingkan antara satu metode dengan metode yang lainnya, makapenulis menemukan bahwa implementasi penelitian tindakan kelas pada matapelajaran PAI yang dilaksanakan di SMAN 28 Jakarta meliputi 8 langkah. Yaitu:1) ide awal, 2) prasurvey, 3) diagnosis, 4) perencanaan, 5) implementasi tindakan,6) observasi, 7) refleksi, dan 8) penyusunan laporan. Berdasarkan pembandinganpraktek yang dilakukan dengan teori yang didapat dari berbagai literatur, makapenelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMA Negeri 28 Jakarta termasukpenelitian yang berhasil.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas

    rahmat, karunia, dan hidayah yang diberikan kepada penulis sehingga penulis

    PDPSX PHQ\HOHVDLNDQSHQXOLVDQ VNULSVLLQLGHQJDQ MXGXO: Implementasi

    Penelitian Tindakan Kelas pada Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta.

    Shalawat serta salam penulis haturkan pula kepada Nabi Besar Muhammad SAW,

    keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang setia hingga akhir masa.

    Karya tulis yang sederhana ini, merupakan skripsi yang diajukan kepada

    Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta sebagai tugas akhir perkuliahan guna mencapai sarjana strata

    I (S.Pd.I).

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari

    kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan; walaupun waktu, tenaga, dan

    pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis

    miliki demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya

    dan pembaca pada umumnya.

    Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu

    Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis banyak

    mendapat bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

    penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga

    kepada:

    1. Prof. DR. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta

    2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Ibu Siti Khadijah, MA., Dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing

    dan mengarahkan selama berlangsungnya penulisan skripsi ini, juga

    memberikan ruang kebebasan kepada penulis untuk menentukan berbagai

    proporsi, kategori dan interpretasi pada skripsi ini.

  • iii

    4. Bapak Dr. Akhmad Sodiq, M. Ag., Dosen pembimbing akademik yang telah

    membimbing dan mengarahkan penulis selama belajar di Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Sembah patuh ananda kepada kedua orang tua tercinta yaitu: ayahanda (Epen

    Afandi), ibunda (Uju Jubaidah) yang dengan penuh ketulusan dan keikhlasan

    dalam mePEHULNDQ GRD, EDQWXDQ PRULO PDXSXQ PDWHULO, VHUWD PRWLYDVL

    terbesar kepada penulis. Dan adikku tersayang AKPDG SDLG FDQGL \DQJ VHODOX

    PHQGRDNDQ GDQ memberikan motivasi untuk penulis.

    6. Para dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah

    memberikan motivasi dan pelayanan serta bimbingan dalam mengembangkan

    pemikiran dan intelektualitas selama belajar di bangku perkuliahan.

    7. Bapak Drs. H. Edi Sumarto, selaku kepala sekolah SMAN 28 Jakarta dan para

    guru serta staff SMAN 28 Jakarta.

    8. Bapak Drs. Dwi Arsono, M.Si, selaku WAKASEK bidang humas yang telah

    memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan

    telah meluangkan waktunya.

    9. IEX DUD. SLWL MDVDPDK dan bapak SuhartoyoI BA.I selaku guru PAI di SMAN

    28 Jakarta yang telah meluangkan waktunya kepada penulis guna memberikan

    informasi yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

    10. A Asep yang selalu meluangkan waktu untuk membantu dan memberi

    semangat pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk sahabat-

    sahabat dan saudara penulis (Mamay, Uni Vera, Lili, Ikenk, Dhaso, Teh Izma,

    NeLbeI GoniI ebihF yang senasib sepenanggunganI berbagi suka dan duka.

    Yang selalu membantu dan memberikan motivasi.

    11. Teman-teman PAI angkatan 2006 khususnya PAI C angkatan 2006 yang

    senasib dan seperjuangan, penulis senang berteman dengan teman-teman.

    12. Kepala sekolah dan rekan guru TK IT QOF Bambu Apus yang telah

    memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan

    semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.

  • iv

    Kepada semuanya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga,

    semoga Allah SWT membalas kebaikan yang kalian berikan dan apabila penulis

    ada kesalahan, kekurangan dan kekhilafan mohon dimaafkan.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna

    baik dari sistematika, bahasa maupun materi. Atas dasar ini, komentar, saran dan

    kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini, dapat membuka

    cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat untuk

    kita semua amin.

    Jakarta, 21 Mei 2011

    Penulis

    Ida Farida

  • vDAFTAR ISI

    ABSTRAK ................................................................................................ i

    KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

    DAFTAR ISI ................................................................................................ v

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

    B. Identifikasi Masalah .................................................................... 7

    C. Pembatasan Masalah ................................................................... 7

    D. Perumusan Masalah .................................................................... 7

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 8

    BAB II KAJIAN TEORI

    A. Penelitian tindakan kelas ............................................................. 9

    1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ................................... 9

    2. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas ............................ 12

    3. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ........................ 14

    4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ....................................... 17

    5. Keunggulan Penelitian Tindakan Kelas ................................ 22

    B. Pendidikan Agama Islam ............................................................ 23

    1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ..................................... 23

    2. Tujuan Pendidikan Agama Islam .......................................... 27

    3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ............................. 29

    4. Faktor-faktor Penghambat dan Penunjang Pelaksanaan PAI 31

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 35

    B. Metode Penelitian ....................................................................... 35

    C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 36

    D. Analisis Data ............................................................................... 39

  • vi

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian

    1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 28 Jakarta................ 40

    2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 28 Jakarta ....................... 41

    3. Keadaan Guru dan Karyawan .................................................. 43

    4. Keadaan Siswa ......................................................................... 44

    5. Keadaan Sarana dan Prasarana................................................. 45

    B. Hasil Penelitian............................................................................. 46

    1. Pelaksanaan PAI di SMA Negeri 28 Jakarta ........................... 46

    2. Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran PAI....................... 47

    3. Implementasi PTK pada Mata Pelajaran PAI .......................... 48

    a. Ide Awal yang Ditemukan................................................... 49

    b. Prasurvey ............................................................................ 49

    c. Diagnosis ............................................................................ 50

    d. Perencanaan ........................................................................ 50

    e. Implementasi Tindakan ...................................................... 54

    f. Observasi ............................................................................ 59

    g. Refleksi .............................................................................. 60

    h. Penyusunan Laporan .......................................................... 62

    C. Analisis Data Hasil Temuan ........................................................ 63

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................................... 66

    B. Saran .......................................................................................... 67

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 68

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Kisi-kisi wawancara..................................................................... 37

    Tabel 2 Keadaan guru dan karyawan SMAN 28 Jakarta .......................... 43

    Tabel 3 Keadaan siswa SMA Negeri 28 Jakarta....................................... 44

    Tabel 4 Keadaan sarana dan prasarana SMAN 28 Jakarta........................ 45

    Tabel 5 Rencana pelaksanaan penelitian tindakan kelas........................... 51

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan adalah salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa depan suatu

    bangsa bisa dilihat melalui sejauhmana komitmen masyarakat dalam suatu

    bangsa menjalankan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan adalah untuk

    bertaqwa serta beriman kepada Allah. Tujuan pendidikan ini sejalan dengan

    tujuan penciptaan manusia, pengabdian kepada Allah. Yang ditegaskan dalam

    $O 4XUDQ GDODP VXUDW $G] ']DUL\DW D\DW

    W%XT

    0

    \\

    CI

    `

    5_XT

    Y

    DT

    i

    Xk

    DDQ DNX WLGDN PHQFLSWDNDQ MLQ GDQ PDQXVLD PHODLQNDQ VXSD\D PHUHND PHQJDEGL kepada-KX. (QS. Adz Dzariyaat:56).

    Tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang

    Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan nasional bertujuan untuk

    berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

    bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

    cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

    bertanggung jawab.1

    1Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik, 2009),Cet. II, h. 7.

  • 2Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, sejak

    adanya manusia di muka bumi ini dengan peradabannya maka sejak itu pula

    pada hakikatnya telah ada kegiatan pendidikan dan pengajaran. Berbeda

    dengan masa sekarang, dimana pendidikan dan pengajaran itu diselenggarakan

    di sekolah maka pada masa lampau kegiatan dilaksanakan di dalam kelompok-

    kelompok masyarakat, yang dewasa disebut dengan istilah pendidikan

    informal.2

    Dari tonggak-tonggak sejarah dapat dilihat bagaimana persoalan-persoalan

    yang timbul mereka pecahkan. Pada zaman dahulu dalam kehidupan sehari-

    hari, para orang tua mengajar anaknya bagaimana cara menanam dan

    memelihara padi, bagaimana cara melakukan pekerjaaan nelayan, bagaimana

    cara berdagang, bagaimana cara bertukang membuat rumah, menjahit pakaian,

    dan sebagainya.3

    Dari lukisan singkat di atas kiranya dapat diperoleh gambaran, bahwa sejak

    masa lampau kegiatan proses pendidikan dan pembelajaran itu telah banyak

    dilakukan. Dan semakin dekat dengan masa kini semakin berkembang pula

    cara dan teknik yang digunakan oleh manusia untuk mendidik dan mengajar

    anak-anaknya. Begitu pula di sekolah, seiring perkembangan zaman maka

    berkembang pula cara dan teknik yang digunakan guru dalam proses

    pembelajaran guna mendidik dan mengajar siswanya.

    Dalam proses pembelajaran guru merupakan orang yang memiliki peranan

    penting. Karena guru merupakan orang yang paling sering berhubungan

    langsung dengan siswa. Ini menunjukkan bahwa suksesnya sebuah proses

    kegiatan pembelajaran itu sangat bergantung kepada guru. Oleh karena itu,

    guru dituntut memiliki kompetensi dalam mengajar. Tetapi guru bukanlah satu-

    satunya faktor yang berperan dalam proses pembelajaran melainkan ada faktor-

    faktor lain yang tidak kalah pentingnya dengan guru yaitu siswa, metode,

    media, lingkungan dan sebagainya.4

    2Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: BumiAksara, 2009), Cet. IX, h. 3.3Oemar Hamalik, Proses Belajar..., h. 3.4 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. I, h. 8.

  • 3Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu fokus di

    dalam pembangunan pendidikan Indonesia dewasa ini. Peningkatan kualitas

    pendidikan tersebut dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain melalui

    peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan, pelatihan dan

    pendidikan, serta memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk

    menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran secara professional melalui

    kegiatan penelitian secara terkendali.5

    Sebagai tenaga profesional, para guru di samping melaksanakan tugas

    pokoknya, yaitu mendidik dan membimbing siswa, mereka juga dituntut agar

    dapat mengadakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran melalui

    penelitian. Dengan demikian, guru tidak lagi cukup hanya sebagai penerima

    pembaharuan pembelajaran yang sudah tuntas dikembangkan, melainkan ikut

    bertanggung jawab, berperan serta aktif dalam mengembangkan pengetahuan

    dan keterampilannya sendiri melalui penelitian yang dilakukan dalam proses

    pembelajaran yang dikelolanya.

    Penelitian yang dimaksud adalah PTK atau penelitian tindakan kelas. PTK

    adalah salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah

    pembelajaran di kelas. Ditinjau dari kemanfaatan yang diperoleh dari hasil

    PTK, salah satu di antaranya adalah berupa perbaikan praktis, yang meliputi

    penanggulangan berbagai permasalahan belajar yang dialami siswa. Misalnya,

    kesalahan-kesalahan konsep dalam memahami materi pembelajaran,

    penggunaan desain dan strategi pembelajaran di kelas, penggunaan alat bantu,

    media, dan sumber belajar, serta permasalahan dalam penggunaan sistem

    evaluasi pembelajaran. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama dalam bukunya6

    0HQJHQDO 3HQHOLWLDQ 7LQGDNDQ .HODV PHQJDWDNDQ penelitian tindakan kelas

    (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan

    cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan

    5Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teoridan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 2.

    6Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ABK diSekolah, http://file.upi.edu/Direktor i Diakses pada hari Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.

  • 4secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya

    sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.7

    Tujuan utama bagi PTK adalah self-improvement melalui self-evaluation

    dan self-reflection, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu

    proses dan hasil belajar siswa. Namun pada kenyataannya penulis menemukan8

    beberapa tujuan pelaksanaan PTK yang menyimpang dari tujuan PTK ini.

    Seperti perbincangan penulis dengan seorang kepala sekolah dari SDN

    Lebakwangi II Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka yang

    menyebutkan bahwa tujuan dari PTK yang guru lakukan hanyalah sebagai

    suatu syarat untuk mendapatkan sertifikasi yang akan memberikan kenaikan

    gaji. Jadi tujuan guru melakukan PTK ini bukan untuk meningkatkan kualitas9

    pembelajaran dan mutu hasil pembelajaran yang telah diikuti siswa dalam

    jangka waktu yang telah ditentukan. Tujuan yang mulanya ingin meningkatkan

    kinerja guru itu sendiri menjadi menyimpang dan tidak sampai pada tujuan

    awal dilakukannya PTK, Karena memang guru tidak mengetahui tujuan

    penerapan PTK tersebut.

    PTK di dunia PAI masih jarang dilakukan, belum banyak guru PAI yang

    menggunakan PTK sebagai salah satu solusi pemecahan masalah untuk

    meningkatkan efektivitas belajar. Sehingga banyak guru PAI yang masih

    mengandalkan metode konvensional dalam mengajarkan materi agama

    sehingga terkesan monoton dan membosankan, padahal keadaan siswa dari

    tahun ke tahun berubah. Tingkat kecerdasan dan kritisnya semakin bertambah.

    Maka dengan metode belajar yang biasa seperti yang para guru pelajari di

    bangku kuliah beberapa puluh tahun yang lalu sudah tidak tepat lagi bila

    diterapkan sekarang.

    Seyogyanya guru menyadari bahwa keadaan, pengetahuan, dan kemampuan

    siswa semakin berubah dibandingkan keadaan masa lalu saat mereka

    7Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PTIndeks, 2009), h. 9.

    8Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h. 41.9Wawancara Pribadi dengan Mulyadi adalah sebagai KEPSEK di SDN Lebakwangi II, tgl.

    28 Januari 2010 di Ruang Guru.

  • 5mempelajari metode untuk mengajar. Cara yang dipakai untuk mengajarkan

    pada para siswa dengan latar belakang yang berbeda tentu saja tidak bisa

    disamakan terus menerus. Karena sudah barang tentu tidak tepat lagi.

    Dalam pelaksanaannya PTK mesti dilakukan oleh guru kelas itu sendiri.

    Karena hanya guru dari kelas itulah yang mengenal dengan baik para siswanya,

    keadaan kelasnya, dan dialah yang bertanggung jawab terhadap kelas tersebut.

    Apabila guru menerapkan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka akan terjadi

    suatu perbaikan, baik dalam metode mengajar yang digunakan guru,

    ketertarikan siswa terhadap apa yang disampaikan oleh guru yang pada

    akhirnya akan membuat suatu kemajuan terhadap prestasi seorang siswa dalam

    hal menangkap apa yang diajarkan guru di kelas.

    Melalui penelitian tindakan kelas masalah-masalah pendidikan dan

    pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses

    pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik,

    dapat diwujudkan secara sistematis. 10 Seperti yang telah penulis paparkan

    sebelumnya bahwa selain tugas guru sebagai pendidik ia juga dituntut untuk

    mengadakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran di kelas, begitu pula

    dengan guru PAI. Sehingga ia dapat berperan serta aktif dalam

    mengembangkan keterampilannya dan menyelesaikan masalah pembelajaran

    secara profesional.

    Di sekolah-sekolah umum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

    mendapat alokasi waktu belajar lebih sedikit dibanding dengan pelajaran-

    pelajaran yang lain, padahal materi agama mencakup banyak aspek, yang

    meliputi fiqh, akidah, akhlak dan sejarah. Praktek ibadah, membutuhkan waktu

    yang lebih banyak dalam pemahamannya, karena sesuai dengan tujuan

    pendidikan agama itu sendiri yaitu membentuk manusia yang beriman dan

    bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, praktek ibadah ini tidak hanya

    sebagai syarat untuk mendapatkan nilai dalam pelajaran agama tetapi juga

    untuk diterapkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai syarat

    10Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)..., h.4.

  • 6seorang manusia yang beriman dan bertakwa, yaitu beribadah dengan sungguh-

    sungguh kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka dengan waktu belajar yang

    minim tersebut tujuan pembelajaran PAI itu sulit tercapai.

    Dengan dilakukannya PTK maka akan diketahui mana metode yang paling

    tepat diterapkan guru untuk para siswanya, sehingga siswa akan menjadi

    tertarik dan memahami apa yang guru sampaikan. Pelaksanaan PTK akan

    berhasil, hanya apabila didukung oleh kemampuan dan komitmen guru yang

    merupakan aktornya. Selanjutnya, selain persyaratan kemampuan, keberhasilan

    pelaksanaan PTK juga ditentukan oleh adanya komitmen guru yang merasa

    tergugah untuk melakukan tindakan perbaikan. Dengan kata lain, PTK

    dilakukan bukan karena ditugaskan oleh atasan atau di dorong oleh keinginan

    untuk memperoleh imbalan finansial.11

    SMA Negeri 28 Jakarta merupakan salah satu sekolah yang menerapkan

    program ISO yang merupakan standar kualitas yang diakui internasional. Visi

    dari sekolah ini adalah menguasai IPTEK berdasarkan IMTAQ dan mampu

    bersaing secara global. Jika dilihat dari visi sekolah dan standar internasional

    yang disandang oleh sekolah ini maka guru-gurunya dituntut untuk

    mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Upaya yang dilakukan

    sekolah untuk mewujudkan hal ini adalah dengan mengirim guru-gurunya pada

    kegiatan-kegiatan pelatihan atau mengadakan pelatihan yang dapat menambah

    wawasan guru di sekolah tersebut, contohnya pelatihan PTK, pelatihan ICT

    (membuat bahan ajar dengan menggunakan komputer) dan lain sebagainya.

    Guru PAI di sekolah ini sudah menerapkan PTK dalam menyelesaikan masalah

    pembelajaran yang beliau hadapi. Oleh karena itu penulis memilih tempat ini

    sebagai tempat penelitian,

    Berdasarkan fenomena tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian

    dengan judul Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Mata

    Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta.

    11Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ABK diSekolah, http://f i le.upi.edu/Direktor i Diakses pada hari Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.

  • 7B. Identifikasi Masalah

    Dari latar belakang pemikiran di atas, maka permasalahan yang dapat

    diidentifikasi adalah sebagai berikut:

    1. Kurang variatifnya metode pembelajaran yang diterapkan guru

    2. Banyak guru yang belum menerapkan PTK dalam meningkatkan kualitas

    pembelajaran

    3. PTK belum menjadi solusi bagi pemecahan masalah pembelajaran

    4. Belum adanya kesadaran guru untuk melakukan PTK atas kemauannya

    sendiri

    5. PTK yang dilakukan sebagian guru hanya sebagai formalitas bukan

    bagaimana kualitas pembelajaran dapat meningkat

    6. Kurang efektifnya pelaksanaan PTK pada mata pelajaran PAI

    7. Minimnya alokasi waktu dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam di

    sekolah-sekolah umum.

    C. Pembatasan Masalah

    Pada penelitian ini penulis akan membatasi masalah yang hendak dibahas.

    Penelitian ini akan dibatasi pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada

    pembelajaran mata pelajaran PAI yang mencakup pelaksanaan PAI di SMAN

    28 Jakarta, pelaksanaan PAI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    kurikulum yang diterapkan dalam pembelajaran PAI, dan pelaksanaan

    penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru PAI di SMAN 28 Jakarta.

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalahnya

    adalah:

    1. Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28

    Jakarta?

    2. Apa saja kendala pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28

    Jakarta?

    3. Bagaimana pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata pelajaran PAI di

    SMA Negeri 28 Jakarta?

  • 8E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMAN 28

    Jakarta.

    2. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam pembelajaran Pendidikan Agama

    Islam di SMA Negeri 28 Jakarta.

    3. Untuk mengetahui pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata pelajaran PAI

    di SMA Negeri 28 Jakarta.

    Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah:

    1. Secara akademik, penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai

    pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran mata pelajaran

    PAI. Selain itu, penelitian ini sebagai persyaratan dalam menyelesaikan

    proses perkuliahan strata 1 (S1).

    2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan

    kepustakaan bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mengenai

    pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran mata pelajaran

    PAI.

    3. Secara pragmatis, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi para

    mahasiswa, khususnya mahasiswa PAI dan mahasiswa pada umumnya yang

    ingin mengadakan penelitian mengenai pelaksanaan penelitian tindakan

    kelas pada pembelajaran mata pelajaran PAI.

  • 9BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

    1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

    Pandangan para ahli tentang penelitian tindakan (Action Research)

    berbeda-beda, walaupun secara paradigmatik memiliki kesamaan. Ide

    tentang penelitian tindakan dikembangkan oleh Kurt Lewin setelah perang

    dunia kedua, sebagai suatu cara penanganan masalah sosial. Kurt Lewin

    mengemukakan adanya empat frase dalam melaksanakan penelitian

    tindakan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.1

    Dalam literature berbahasa Inggris, PTK disebut dengan classroom

    action research, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia penelitian

    adalah pemeriksaan yang teliti, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis,

    dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif untuk

    memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk

    mengembangkan prinsip-prinsip umum.2

    1M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN-Malang Press, 2008),Cet. I, h. 6.

    2Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. ke-1.Jakarta: Balai Pustaka.1988) h. 920.

  • 10

    Penelitian tindakan kelas, terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami

    pengertiannya sebagai berikut:3

    a. Penelitian, kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan

    metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang

    bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan

    penting bagi peneliti.

    b. Tindakan, sesuatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan dengan

    tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus

    kegiatan.

    c. Kelas, sekelompok siswa yang dalam kurun yang sama menerima

    pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk

    pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk

    melumpuhkan pengertian yang salah dan difahami secara luas oleh

    XPXP GHQJDQ UXDQJDQ WHPSDW JXUX PHQJDMDU .HODV EXNDQ ZXMXd

    ruangan tetapi sekelompok siswa yang sedang belajar.

    Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut dapat

    disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan

    terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah

    kelas.

    0HQXUXW6XSDUGLGDODPEXNXQ\D3HQHOLWLDQ7LQGDNDQ.H ODV

    mengatakan penelitian tindakan sebagai suatu bentuk investigasi yang

    bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan

    untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi

    dan situasi.4

    WLMD\D .XVXPDK GDQ 'HGL 'ZLWDJDPD GDODP EXNXQ\D 0HQJHQDO

    3HQHOLWLDQ 7LQGDNDQ .HODV PHQJDWDNDQ 3HQHOLWLDQ 7LQGDNDQ .HODV 37.

    adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara

    (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara

    3Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI,(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 91.

    4Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: BumiAksara, 2007), Cet ke-4, h. 104.

  • 11

    kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai

    guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.5

    Menurut McNiff yang dikutip oleh Mulyasa mengemukakan bahwa

    action research adalah: ... a form of self-reflective inquiry undertaken by

    participants (teacher, students or principals, for example) in social

    (including educational) situations in order to improve the rationality and

    justice of (a) their own social or educational practices, (b) their

    understanding of these practices, and (c) the situations (and institutions) in

    which these practices are carried out.6

    Sedangkan menurut Ghony penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan

    suatu proses dimana guru dan siswa menginginkan terjadinya perbaikan,

    peningkatan, dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan

    pembelajaran di kelas dapat tercapai secara optimal. Di samping itu,

    penelitian tindakan kelas adalah salah satu stategi pemecahan masalah yang

    memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam

    mendeteksi dan memecahkan masalah.7

    Berangkat dari pengertian para ahli tentang PTK di atas maka dapatlah

    diambil beberapa poin kesimpulan tentang PTK. Bahwa penelitian tindakan

    kelas (PTK) adalah:

    a. PTK merupakan salah satu strategi pemecahan masalah di kelas,

    b. Penelitian yang dilakukan oleh guru,

    c. Dilakukan di kelasnya sendiri,

    d. Adanya perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi tindakannya,

    e. Tujuannnya memperbaiki kinerja guru itu sendiri, dan

    f. Hasilnya yang diharapkan adalah peningkatan hasil belajar siswa kelas

    tersebut.

    5Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:PT Indeks, 2009), h. 9.

    6Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif danMenyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 151-152.

    7 M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 8.

  • 12

    2. Prinsip-prinsip PTK

    PTK memiliki beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di

    sekolah. Prinsip tersebut diantaranya:8

    a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar

    b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan

    sehingga mengganggu proses pembelajaran.

    c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel sehingga hipotesis yang

    dirumuskan cukup meyakinkan.

    d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup

    merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya.

    e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan

    tatakrama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh

    pimpinan sekolah dan guru sejawat sehinggga hasilnya cepat

    tersosialisasi.

    f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam

    perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerjasama antara guru

    dan dosen).

    Menurut Suharsimi Arikunto GDODP EXNXQ\D 3HQHOLWLDQ 7LQGDNDQ

    .H ODV GHQJDn memahami prinsip-prinsip dan mampu menerapkannya,

    kiranya apa yang dilakukan dapat berhasil dengan baik. Adapun prinsip-

    prinsip dimaksud adalah:9

    a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin

    Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi

    rutin. Menagapa? Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya

    tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau dengan

    kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu,

    penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak

    mengubah jadwal yang sudah ada.

    8Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, MHQJHQaO PHQHOLWLaQ TLQGaNaQ KHOaV, h. 17.9Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas K

  • 13

    b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja

    Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap

    manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, peningkatan diri untuk hal

    yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi

    sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan

    untuk lebih baik yang datang susul menyusul.

    c. SWOT sebagai dasar berpijak

    Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT,

    terdiri atas unsur-unsur S-Strength (kekuatan), W-Weaknesses

    (kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman). Empat

    hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa

    yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal tersebut, penelitian

    tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara

    kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa.10

    d. Upaya empiris dan sistemik

    Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan

    telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan

    penelitian tindakan, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait

    dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait

    dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang

    digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya

    didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait. Jika guru mengupayakan

    cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung

    yang berbeda dan lain sebagainya.

    e. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan

    SMART adalah kata bahasa Inggris yang artinya cerdas. Akan tetapi,

    dalam proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf

    bermakna. Adapun makna dari masing-masing huruf adalah sebagai

    berikut.

    10Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas K 7.

  • 14

    S = Specific, khusus, tidak terlalu umum;

    M = Managable, dapat dikelola, dilaksanakan;

    A = Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau

    Achievable, dapat dicapai, dijangkau;

    R = Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan; dan

    T = Time-bound, diikat oleh waktu, terencana.11

    Setelah penulis memaparkan prinsip-prinsip dari PTK, maka dapat

    diambil kesimpulan bahwa pelaku PTK harus memperhatikan prinsip-

    prinsip dari PTK. Dengan memahami prinsip-prinsip tersebut maka

    diharapkan pelaksanaan PTK akan berjalan dengan baik dan tujuan yang

    diharapkanpun dapat tercapai. Prinsip tersebut yaitu tidak mengganggu

    aktivitas utama guru yaitu mengajar, adanya kesadaran untuk memperbaiki

    kinerja, dan sebagainya.

    3. Langkah-langkah PTK

    Dalam melaksanakan PTK ada beberapa langkah-langkah terperinci yang

    seharusnya diikuti oleh peneliti/guru, yaitu: 1) adanya ide awal, 2)

    prasurvey/temuan awal, 3) diagnosis, 4) perencanaan, 5) implementasi

    tindakan, 6) observasi, 7) refleksi, 8) membuat laporan.12

    a. Adanya ide awal

    Pada umumnya ide awal yang menggayut di PTK ialah terdapatnya

    permasalahan yang berlangsung di dalam suatu kelas. Ide awal tersebut

    diantaranya berupa upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi

    permasalahan. Dalam penerapan PTK itu, dapat diketahui hal-hal yang

    perlu dilakukan peneliti demi perubahan dan perbaikan dalam kelas yang

    sedang diajarnya. Misalnya: guru menemukan cara mengenalkan angka

    NHSDGD DQDN GLGLNQ\D GHQJDQ PHPEXDW NDUWX PDLQDQ Number.

    11Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas K -8.12Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h.

    38.

  • 15

    b. Prasurvey

    Prasurvey dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang

    terdapat di kelas yang akan diteliti. Biasanya PTK ini dilakukan oleh

    guru dan dosen. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan penelitian di

    kelas yang menjadi tanggung jawabnya, tidak perlu melakukan prasurvey

    karena berdasarkan pengalamannya selama dia di depan kelas sudah

    secara cermat dan pasti mengetahui berbagai permasalahan yang

    dihadapinya, baik yang berkaitan dengan kemajuan siswa, sarana

    pengajaran maupun sikap siswanya.

    c. Diagnosis

    Peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah perlu melakukan diagnosis

    atau dugaan-dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan

    yang muncul di dalam satu kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis,

    peneliti PTK akan dapat menemukan berbagai hal, misalnya strategi

    pengajaran, media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat dalam

    kaitannya dengan implementasi PTK.13

    d. Perencanaan

    Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu

    perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum

    dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan

    aspek yang terkait PTK. Sementara itu, perencanaan khusus

    dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh

    karenanya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat perencanaan

    ulang (replanning). Hal-hal yang direncanakan diantaranya terkait

    dengan pendekatan pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan

    sebagainya.

    e. Implementasi Tindakan

    Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu

    tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang

    digunakan, materi apa yang diajarkan atau dibahas dan sebagainya.

    13 M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 70.

  • 16

    Dalam pelaksanaan PTK ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:

    1) PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru

    dan siswa dalam berbagai tindakan.

    2) Kegiatan refleksi (renungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan

    berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang

    mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya

    memecahkan masalah yang terjadi.

    3) Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran

    dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat

    dilakukan dalam praktik pembelajaran).14

    f. Pengamatan

    Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh

    peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada

    saat memonitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal

    yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya, mengenai kinerja guru, situasi

    kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi,

    penyerapan siswa terhadap meteri yang diajarkan, dan sebagainya.15

    g. Refleksi

    Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah perbuatan

    merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan

    oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu PTK yang

    dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya

    diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian.

    Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning)

    selanjutnya ditentukan.

    h. Penyusunan laporan PTK

    Laporan hasil PTK seperti halnya jenis penelitian yang lain, yaitu

    disusun sesudah kerja penelitian di lapangan berakhir. Sebenarnya, PTK

    yang dilakukan guru lebih bersifat individual. Artinya bahwa tujuan

    14Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 73.

    15M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 71.

  • 17

    utama bagi PTK adalah self-improvement melalui self-evaluation dan

    self-reflection, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu

    proses dan hasil belajar siswa.16

    Dalam menerapkan PTK terdapat 8 langkah yang seharusnya diikuti

    oleh guru/peneliti. Langkah-langkah tersebut yaitu adanya ide awal,

    prasurvey/temuan awal, diagnosis, perencanaan, implementasi tindakan,

    observasi, refleksi dan menyusun laporan.

    4. Manfaat PTK

    Dengan tumbuhnya budaya meneliti pada guru dari pelaksanaan

    penelitian tindakan kelas (PTK) yang berkesinambungan, berarti kalangan

    guru semakin diberdayakan mengambil prakarsa profesional yang semakin

    mandiri, percaya diri, dan makin berani mengambil resiko dalam

    mencobakan hal-hal yang baru (inovasi) yang patut diduga akan

    memberikan perbaikan serta peningkatan pengetahuan yang dibangun dari

    pengalaman semakin banyak dan menjadi suatu teori tentang praktik yang

    erat keterkaitannya dengan perbaikan realitas sosial pembelajaran dan

    manfaat sebagai berikut:17

    a. Pengalaman dalam penelitian tindakan kelas (PTK) akan menjadikan

    guru berani menyusun sendiri kurikulum dari bawah, dan menjadikan

    guru bersifat lebih mandiri.

    b. Di samping itu, diharapkan dapat menumbuhkembangkan sikap inovatif

    dan budaya meneliti para guru, khususnya dalam mencari solusi terhadap

    permasalahan pembelajaran di dalam kelas.

    c. Meningkatkan kerja sama antar guru, antar guru dengan siswa dalam

    memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.

    d. Sebagai suatu program perbaikan pendidikan dalam pembelajaran

    sekaligus merupakan program berdasar penelitian yang dilakukan terus

    menerus (on going process).

    16Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h.38-41.

    17M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 29-30.

  • 18

    e. Merupakan kegiatan pengumpulan informasi tentang sistem perilaku,

    atau komponen kegiatan yang lengkap, terinci, bermanfaat dalam

    perbaikan kegiatan pembelajaran.

    f. Merupakan kegiatan pengumpulan informasi selama waktu penelitian

    berlangsung, yang memiliki manfaat dalam penyusunan tipe-model

    pembelajaran dalam upaya perbaikan penyempurnaan pembelajaran

    dalam mencapai tujuan secara optimal.

    g. Dengan penelitian tindakan kelas ini diharapkan lembaga yang diteliti

    dapat tumbuh menjadi lembaga yang dinamis, peneliti dapat memperoleh

    pengertian mendalam tentang realitas pembelajaran, sehingga temuan

    penelitian dapat dibuat laporan tertulis untuk keperluan praktis yang terus

    diuji lebih lanjut.18

    Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, manfaat PTK dapat

    dilihat dari manfaatnya secara umum dan khusus.

    a. Manfaat Umum

    Manfaat PTK bagi guru banyak sekali, diantaranya yaitu:

    1) Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran,

    2) Meningkatkan profesionalitas guru,

    3) Meningkatkan rasa percaya diri guru,

    4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan

    dan keterampilannya.19

    5) Inovasi pembelajaran

    6) Pengembangan kurikulum di tingkat regional atau nasional.20

    b. Manfaat Khusus PTK

    1) Menumbuhkan Kebiasaan Menulis

    Dengan melakukan PTK, guru menjadi terbiasa menulis, dan

    sangat baik dampaknya terutama bila guru sekolah negeri atau PNS

    akan naik pangkat, khususnya dari gol. IVA ke IVB, karena guru

    diharuskan menulis karya tulis. Begitupun bagi guru sekolah swasta,

    18M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 30-31.19Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14.20Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian tindakan Kelas..., h. 108.

  • 19

    PTK sangat penting untuk meningkatkan apresiasi, dan

    profesionalisme guru dalam mengajar. Apalagi dengan adanya

    program sertifikasi guru dari pemerintah.

    2) Menumbuhkan Budaya Meneliti

    Selain itu, PTK akan menumbuhkan budaya meneliti di kalangan

    guru yang merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan secara

    berkesinambungan, maka manfaat yang dapat diperoleh secara

    keseluruhan yaitu label inovasi pendidikan karena para guru semakin

    diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara

    lebih mandiri. SikaS PDQGLUL DNDQ PHPLFX ODKLUQ\D SHUFD\D GLUL

    untuk mencoba hal-hal baru yang diduga dapat menuju perbaikan

    sistem pembelajaran. Sikap ingin selalu mencoba akan memicu

    peningkatan kinerja dan profesionalisme seorang guru secara

    berkesinambungan. Sehingga proses belajar sepanjang hayat terus

    terjadi pada dirinya.21

    3) Menggali Ide Baru

    Melakukan PTK berarti kita juga dipaksa untuk berfikir masalah

    apa saja yang terjadi dalam kelas dan menjadi bahan untuk melakukan

    PTK. Oleh sebab itu maka PTK juga memupuk seorang guru untuk

    menggali ide-ide baru yang segar.

    4) Melatih Pemikiran Ilmiah

    Adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru dalam

    pembelajaran di kelasnya merupakan awal dimulainya PTK. Masalah

    tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan proses dan

    hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru atau hal-hal

    lain yang berkaitan dengan perilaku mengajar guru dan perilaku

    belajar siswa. Guru diarahkan untuk berfikir ilmiah, melalui masalah

    yang mereka temukan.22

    21 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h.14.

    22Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14-15.

  • 20

    5) Mengembangkan Keterampilan

    Tujuan utama PTK adalah mengubah perilaku pengajaran guru,

    perilaku siswa di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik

    pembelajaran, dan atau mengubah kerangka kerja pelaksanaan

    pembelajaran kelas yang diajar oleh guru tersebut sehingga terjadi

    peningkatan layanan professional guru dalam menangani proses

    pembelajaran. Jadi, PTK lazimnya dimaksudkan untuk

    mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran

    dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang

    kelas.

    6) Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kelas

    PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas

    pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, menurut Cohen &

    Manion (1980: 211) PTK berfungsi sebagai:

    a) Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam

    situasi pembelajaran di kelas;

    b) Alat pelatihan jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan

    metode baru serta mendorong timbulnya kesadaran diri, khususnya

    melalui pengajaran sejawat;

    c) Alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovasi (secara

    alami) ke dalam sistem yang ada;

    d) Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara

    guru dan peneliti;

    e) Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif,

    impresionistic terhadap pemecahan masalah kelas;

    f) Alat untuk mengembangkan keterampilan guru yang bertolak dari

    kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan

    pembelajaran aktual yang dihadapi di kelasnya.23

    23Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 15-16.

  • 21

    Menurut Kunandar dalam bukunya Langkah Mudah Penelitian Tindakan

    Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, manfaat PTK dapat dilihat dari

    dua aspek, yakni aspek akademis dan aspek praktis.24

    a. Manfaat aspek akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan

    pengetahuan yang sahih dan relevan bagi kelas mereka untuk

    memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek.

    b. Manfaat praktis dari pelaksanaan PTK antara lain: (1) merupakan

    pelaksanaan inovasi dari bawah. Peningkatan mutu dan perbaikan proses

    pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin merupakan wahana

    pelaksanaan inovasi pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu selalu

    mencoba untuk mengubah, mengembangkan dan meningkatkan

    pendekatan, metode, maupun gaya pembelajaran sehingga dapat

    melahirkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan

    karakteristik kelas; (2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah,

    artinya dengan guru melakukan PTK, maka guru telah melakukan

    implementasi kurikulum dalam tataran praktis, yakni bagaimana

    kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi,

    sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses

    pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 25

    Akhirnya, LQRYDVL SHPEHODMDUDQ \DQJ WXPEXK GDUL EDZDK LWX GHQJDQ

    sendirinya akan jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan yang dilakukan

    melalui penataran-penataran untuk tujuan serupa. Karena penataran tidak

    jarang berangkat dari teori yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan guru

    secara individual bagi pemecahan persoalan pembelajaran khususnya dan

    implementasi program sekolah umumnya yang tengah dihadapinya, baik

    kurikuler maupun ekstra kurikuler.26

    24Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai PengembanganProfesi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 68.

    25Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai PengembanganProfesi Guru.., h. 68.

    26Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research),(Jakarta: Depdikbud, 1999), h. 18.

  • 22

    Upaya meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya

    untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan

    tugasnya akan memberi dampak positif ganda. Pertama, peningkatan

    kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran

    yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil

    belajar. Ketiga, peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga

    kependidikan lainnya. Keempat, penerapan prinsip pembelajaran berbasis

    penelitian.27

    5. Keunggulan PTK

    Ada beberapa keunggulan dari PTK dibandingkan dengan penelitian

    yang lain. Keunggulan-keunggulan itu antara lain adalah:

    a. Praktis dan langsung relevan untuk situasi yang aktual.

    b. Kerangka kerjanya yang teratur

    c. Berdasarkan pada observasi nyata dan objektif

    d. Fleksibel dan adaptif.

    e. Dapat digunakan untuk inovasi pembelajaran.

    f. Dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum tingkat kelas.

    g. Dapat digunakaan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme

    guru.28

    Keunggulan penelitian tindakan kelas (PTK) ini ketika guru melakukan

    kegiatan penelitian adalah:

    a. Para guru tidak harus meninggalkan tempat kerjanya

    b. Para guru dapat merasakan hasil dari tindakan yang telah direncanakan

    c. Perlakuan (treatment) dilakukan pada siswa sehingga mereka dapat

    merasakan hasil perlakuan (treatment) tersebut dalam kegiatan

    pembelajaran mereka.29

    27Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 3.

    28 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h.17.

    29M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 2.

  • 23

    Namun demikian, PTK sebagai salah satu metode penelitian memiliki

    beberapa keterbatasan, yang diantaranya: validitasnya masih sering

    disangsikan, tidak dimungkinkan melakukan generalisasi karena sampel

    VDQJDW WHUEDWDV SHUDQ JXUX \DQJ one man show EHUWLQGDN VHbagai pengajar

    dan sekaligus peneliti sering membuat dirinya menjadi sangat repot.30

    B. Pendidikan Agama Islam

    1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

    Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang pengertian

    Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan arti

    pendidikan itu sendiri agar pembahasan mengenai arti Pendidikan Agama

    Islam bisa lebih terarah.

    Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan

    DGDODK SURVHV SHQJXEDKDQ VLNDS GDQ WDWD ODNX VHVHRUDQJ DWDX NHORPSRN

    orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

    ODWLKDQ SURVHV SHUEXDWDQ FDUD PHQGLGLN31 Kedewasaan yang dimaksud

    adalah ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab

    sendiri.32

    Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

    EDE , 3DVDO D\DW PHQ\DWDNDQ EDKZD SHQGLGLNDQ DGDODK XVDKD VDGDU GDQ

    terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

    peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

    kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

    akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

    bangsa dan negara.33

    Dalam arti luas makna pendidikan adalah suatu usaha yang sadar yang

    teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi

    30 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h.14.

    31Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: BalaiPustaka, 2002), cet. Ke-2, h. 263.

    32Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2000), cet. Ke-13, h. 19.

    33Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik,2009), Cet. Ke-2, h. 3.

  • 24

    tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat

    sesuai dengan cita-cita pendidikan. Sedangkan definisi yang kiranya lebih

    tegas yaitu pendidikan merupakan bantuan yang diberikan dengan sengaja

    kepada siswa dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk

    mencapai tingkat dewasa.34

    Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami

    perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh beda. Berikut ini

    dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli,

    menurut Langeveld, yang dikutif oleh Hasbullah pendidikan adalah setiap

    usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak

    tertuju kepada pendewasaan anak itu. Pengaruh datangnya dari orang

    dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, yang ditujukan

    kepada orang yang belum dewasa.35

    Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan merupakan bimbingan

    secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani

    siswa menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Ada beberapa unsur

    yang terdapat dalam pendidikan antara lain yaitu, usaha yang dilakukan

    secara sadar, ada pendidik, ada yang dididik, mempunyai dasar dan tujuan,

    dan ada alat-alat yang dipergunakan.36

    Dari beberapa pengertian pendidikan yang diberikan para ahli tersebut,

    meskipun berbeda secara redaksional, namun secara esensial terdapat

    kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di dalamnya, yaitu

    bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan suatu proses

    bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-

    unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya.

    Penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang

    dilakukan manusia untuk membantu perkembangan jasmani dan rohani

    34Amir Daien Indrakusuma, Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h. 27.35Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),

    Edisi Revisi, h. 2.36Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-0DDULI

    1989), cet. Ke-VIII, h. 19.

  • 25

    siswa dalam rangka membentuk kepribadian yang berkualitas menuju arah

    pendewasaan.

    Setelah penulis uraikan pengertian tentang pendidikan secara umum,

    penulis akan menguraikan pengertian Pendidikan Agama Islam menurut

    para ahli. Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu

    usaha untuk membina dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat memahami

    ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada

    akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan

    hidup.37

    Nur Uhbiyati menjelaskan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan

    yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa

    pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim. 38 Menurut Marimba

    kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama

    Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam,

    dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.39

    Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar

    generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan

    keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa

    kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A. Tafsir Pendidikan Agama Islam

    adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia

    berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.40

    Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

    menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani,

    bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber

    37Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 130.

    38 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), cet. II, h.11.

    39Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam..., h. 9.40Abdul majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h.

    130.

  • 26

    utamanya kitab suci Al-TXUDQ GDQ $O-hadits melalui kegiatan bimbingan,

    pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.41

    Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk

    menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan

    mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan

    atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain

    dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk

    mewujudkan persatuan nasional.42

    Dari sekian banyak pengertian Pendidikan Agama Islam di atas pada

    dasarnya saling melengkapi dan memiliki tujuan yang tidak berbeda, yakni

    agar siswa dalam aktivitas kehidupannya tidak lepas dari pengamalan

    agama, berakhlak mulia dan berkepribadian sesuai dengan ajaran agama

    Islam. Dengan demikian bahwa Pendidikan Agama Islam yang

    diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan

    menekankan bukan hanya pada pengetahuan tentang Islam, tetapi juga

    terutama pada pelaksanaan dan pengamalan agama siswa dalam seluruh

    kehidupannya.

    Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa Pendidikan Agama

    Islam merupakan bimbingan terhadap siswa agar berkembang fitrah

    keberagamaannya melalui pengajaran agama Islam sehingga siswa dapat

    memahami, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari

    dan ajaran agama tersebut dijadikannya sebagai pedoman hidupnya atau

    pandangan hidupnya.

    Mengingat betapa pentingnya pendidikan agama Islam dalam

    mewujudkan harapan setiap orang tua, masyarakat, dan membantu

    terwujudnya tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan agama Islam

    harus diberikan dan dilaksanakan di sekolah dengan sebaik-baiknya.43

    41Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h.21.

    42Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi,(Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000), cet. Ke-I, h. 31.

    43Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h.140.

  • 27

    2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

    Sebelum lebih jauh menjelaskan tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu

    dijelaskan apa sebenarnya makna dari tujuan tersebut. Secara etimologi,

    WXMXDQ DGDODK DUDK PDNVXG DWDX KDOXDQ 'DODP EDKDVD DUDE WXMXDQ

    GLDUWLNDQ GHQJDQ NDWD DKGDI VHPHQWDUD GDODP EDKDsa Inggris diistilahkan

    GHQJDQ NDWD purpose 6HFDUD WHUPLQRORJL WXMXDQ EHUDUWL VHVXDWX \DQJ

    diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.44

    Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang diajarkan di

    sekolah umum adalah segala upaya penyampaian ilmu pengetahuan agama

    Islam tidak hanya untuk difahami dan dihayati, tetapi juga diamalkan dalam

    kehidupan sehari-hari, misalnya kemampuan siswa dalam melaksanakan

    wudhu, shalat, puasa, dan ibadah-ibadah lain yang sifatnya hubungan

    dengan Allah dan juga kemampuan siswa dalam beribadah yang sifatnya

    hubungan antara sesama manusia, misalnya zakat, shadaqah, dan lain-lain

    termasuk ibadah dalam arti luas.45

    Tujuan pendidikan di Indonesia di dalam Undang-undang Sistem

    Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, yaitu: 3HQGLGLNDQ QDVLRQDO

    bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang

    beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

    berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

    serta bertanggungjawab.46

    Tujuan pendidikan berfungsi memberikan arah terhadap pelaksanaan

    pendidikan, sehingga diharapkan terhindar dari segala bentuk

    penyimpangan, dan tindakan yang kurang efektif dalam pelaksanaan

    pendidikan. Tujuan pendidikan juga merupakan faktor yang sangat penting,

    karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu. Demikian

    44Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,2002), Cet. Ke-1 h. 15.

    45Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama & Perkembangan Watak bangsa,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 38.

    46Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003)..., h. 7.

  • 28

    pula halnya dalam pendidikan agama, maka tujuan pendidikan agama itulah

    yang hendak dicapai dalam kegiatan atau pelaksanaan pendidikan agama.

    Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk

    menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

    pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman siswa

    tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus

    berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara

    serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.47

    Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak

    ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran PAI, yaitu (1) dimensi

    keimanan siswa terhadap ajaran agama Islam; (2) dimensi pemahaman atau

    penalaran (intelektual) serta keilmuan siswa terhadap ajaran agama Islam;

    (3) dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan siswa dalam

    menjalankan ajaran Islam; dan (4) dimensi pengamalannya dalam arti

    bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, difahami, dan dihayati atau

    diinternalisasi oleh siswa mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya

    untuk menggerakkan, mengamalkan, dan mentaati ajaran agama dan nilai-

    nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan

    bertakwa pada Allah SWT dan merealisasikannya dalam kehidupan

    bermasyarakat, bernegara.48

    Ahmad Tafsir menyatakan bahwa, tujuan Pendidikan Agama Islam itu

    harus meliputi tiga kawasan (daerah binaan, domain), yaitu kognitif, afektif

    dan psikomotor.49 Untuk kawasan kognitif, tujuannya adalah

    mengembangkan atau membina pemahaman agama Islam, selain itu

    kemampuan baca tulis huruf Alquran dan Tarikh Islam agar siswa faham

    akan ajaran Islam. Pembinaan afektif bertujuan agar siswa menerima ajaran

    47Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h.135.

    48Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. III, h. 78.

    49Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2007), Cet. IX, h. 86.

  • 29

    Islam. Pembinaan psikomotor bertujuan agar siswa terampil melakukan

    ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari.50

    Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan

    keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama

    Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa

    kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

    bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk melanjutkan pendidikan

    pada jenjang yang lebih tinggi.51

    Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan

    Agama Islam adalah peningkatan keimanan, pemahaman, pengetahuan,

    pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang

    beriman dan bertakwa kepada Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan

    pribadi, bermasyarakat dan bernegara. Dengan kata lain dapat dikatakan

    juga bahwa tujuan akhir dari Pendidikan Agama Islam adalah membentuk

    manusia muslim yang bertakwa kepada Allah yang selalu mengerjakan

    perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.

    Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun

    tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak

    dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-

    nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia

    bagi siswa yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di

    akhirat kelak.52

    3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

    Ruang lingkup pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi lima unsur

    pokok, yaitu: Al-TXUDQ keimanan, akhlak, Fiqh dan bimbingan ibadah,

    serta tarikh/sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran

    agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.53

    50Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam..., h. 86.51Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., h. 22.52Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h.

    136.53Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah..., h.

    79.

  • 30

    Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) penekanan diberikan kepada empat

    unsur pokok, yaitu: keimanan, ibadah, Al-TXUDQ 6HGDQJNDQ SDGD 6HNRODK

    Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di

    samping ke empat unsur pokok di atas maka unsur pokok syariah semakin

    dikembangkan. Unsur pokok tarikh diberikan secara seimbang pada setiap

    satuan pendidikan.54

    Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam secara garis besar, mewujudkan

    keserasian, keselarasan dan keseimbangan, antara:

    a. Hubungan manusia dengan Allah SWT

    b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

    c. Hubungan manusia dengan sesama manusia

    d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.55

    Di dalam KTSP ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yaitu kelompok

    mata pelajaran agama dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi

    manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

    berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral

    sebagai perwujudan dari pendidikan agama.56

    Standar kompetensi kelompok mata pelajaran agama bertujuan

    membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

    Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Tujuan tersebut dicapai

    melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian,

    ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan

    kesehatan.57

    Adapun standar kompetensi kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama

    Islam untuk tingkat SMA adalah:

    a. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan

    perkembangan remaja.

    54Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam...., h. 22.55Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema

    Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet. II, h. 53.56Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis, (Bandung:

    Remaja Rosdakarya, 2007), h. 47.57Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..., h. 97.

  • 31

    b. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial

    ekonomi, dan budaya dalam tatanan global.

    c. Berpartisipasi dalam penegakkan aturan-aturan sosial

    d. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di

    masyarakat

    e. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang

    lain

    f. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui

    berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang

    mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan

    g. Menjaga kebersihan, kesehatan, ketahanan dan kebugaran jasmani dalam

    kehidupan sesuai dengan tuntunan agama

    h. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara

    bertanggung jawab.58

    4. Faktor-Faktor Penghambat dan Penunjang Pelaksanaan Pendidikan

    Agama Islam

    Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang berlangsung di sekolah

    masih mengalami banyak kelemahan. Mengutip dari Maftuh Basyuni bahwa

    Pendidikan Agama Islam yang berlangsung saat ini cenderung lebih

    mengedepankan aspek kognisi (pemikiran) dari pada afeksi (rasa) dan

    psikomotorik (tingkah laku).

    Menurut Towaf yang dikutif oleh Muhaimin bahwa adanya faktor

    penghambat dalam Pendidikan Agama Islam di sekolah, antara lain: (1)

    pendekatan masih cenderung normative, dalam arti pendidikan agama

    menyajikan norma-norma yang sering kali tanpa ilustrasi konteks sosial

    budaya, sehingga siswa kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai

    yang hidup dalam keseharian; (2) kurikulum Pendidikan Agama Islam

    dirancang di sekolah sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi

    atau minimum informasi, tetapi pihak guru PAI sering kali terpaku padanya,

    sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman

    58Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..., h. 94-95.

  • 32

    belajar yang bervariasi kurang tumbuh; (3) sebagai dampak yang menyertai

    situasi tersebut di atas, maka guru PAI kurang berupaya menggali berbagai

    metode yang mungkin bisa dipakai untuk pembelajaran agama, sehingga

    pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton; (4) keterbatasan

    sarana/prasarana, sehingga pengelolaan cenderung seadanya. Pembelajaran

    agama yang diklaim sebagai aspek yang penting sering kali kurang diberi

    prioritas dalam urusan fasilitas.59

    Mengutip dari Abuddin Nata bahwa salah satu masalah yang sering

    dikemukakan para pengamat pendidikan Islam adalah adanya kekurangan

    jam pelajaran untuk pengajaran agama Islam yang disediakan di sekolah-

    sekolah umum seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Umum dan

    seterusnya.60

    Mengingat pendidikan agama yang diberikan sekolah hanya dua jam

    pelajaran dalam satu minggu, yang sesungguhnya merupakan hambatan,

    tetapi ini dapat diatasi oleh semua penanggung jawab pendidikan, antara

    lain melalui keluasan, kedalaman atau penambahan jumlah jam pelajaran

    oleh sekolah atau juga dengan dasar integrasi tanggung jawab pendidikan

    agama, yaitu bukan hanya oleh guru agama, tetapi juga oleh kepala sekolah

    dan semua guru di sekolah yang bersangkutan. Demikian pula perlunya

    kerja sama antara keluarga, sekolah dan masyarakat dalam rangka

    melaksanakan prinsip keterpaduan.61

    Telah dipaparkan beberapa faktor pelemah atau penghambat dalam

    pelajaran PAI di sekolah, selain faktor penghambat terdapat pula faktor

    penunjang. Artinya bahwa hal-hal yang berhubungan dengan unsur-unsur

    yang dapat mempengaruhi pelaksanaan keberhasilan Pendidikan Agama

    Islam.62

    59Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah Madrasah dan PerguruanTinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 23.

    60Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam diIndonesia, (Bogor: Kencana, 2003), h. 22.

    61Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa...., h. 41.62Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h.

    25.

  • 33

    Faktor-faktor penunjang itu diantaranya adalah:

    a. Hasil yang diharapkan

    Rumusan tujuan pendidikan agama adalah sebagai hasil yang diharapkan.

    Tujuan tersebut eksplisit terdapat dalam rumusan-rumusan tujuan

    pendidikan yang secara hirarkis tercantum dalam kurikulum

    persekolahan yaitu tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler

    dan tujuan instruksional.

    b. Materi dan alokasi waktu

    Materi dan alokasi waktu yang disediakan untuk mencapai tujuan

    diperlukan materi. Makin jelas tujuan pendidikan agama itu makin jelas

    pula materi yang diperlukan.

    c. Metode

    Terumuskannya tujuan pendidikan agama secara jelas dan ditetapkannya

    materi yang jelas lagi terarah untuk mencapai tujuan itu, belumlah

    merupakan jaminan keberhasilan pendidikan agama. Salah satu faktor

    lain yang langsung berkaitan dengan materi adalah metode dan teknik

    pengajaran yang dipilih secara tepat dan strategis.

    d. Siswa sebagai peserta didik

    Pengalaman empirik menunjukkan bahwa kondisi awal siswa dalam

    proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah sangat

    beragam, terutama di tingkat sekolah lanjutan. Keragaman siswa tersebut

    dilatarbelakangi oleh asal sekolah dan pendidikan orang tua di

    lingkungan keluarga, serta dari pengalaman keagamaan yang dijalaninya.

    e. Orang tua siswa

    Orang tua atau orang dewasa lainnya merupakan pendidik di dalam

    keluarga. Tidak semua masalah-masalah pendidikan di sekolah dapat

    diselesaikan sendiri oleh sekolah. Ia memerlukan bantuan keluarga siswa,

    apalagi pendidikan agama.

    f. Lingkungan pendidikan

    Pendidikan agama secara langsung menyentuh esensi yang sangat

    mendasar pada diri anak, terutama dari segi nilai, sikap, dan atau

  • 34

    pengalaman agamanya. Dapat dipastikan sekolah akan memberikan nilai,

    sikap, dan tuntutan perilaku serta contoh keagamaan yang positif.

    Demikian keberhasilan pendidikan agama atau juga bahkan sebaliknya,

    kegagalannya akan dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungannya,

    antara lain kontribusi dari teman sejawat, keluarga, media massa dan

    lain-lain. Namun sekarang bagaimana menciptakan agar lingkungan

    dapat diwujudkan sebagai lingkungan yang menunjang secara positif

    bagi pendidikan agama.

    g. Guru agama

    Keberhasilan atau kegagalan pendidikan agama sering dialamatkan

    kepada guru agama sebagai sumber utama. Seorang guru agama harus

    dapat menjalankan tugasnya secara professional dan menjadi panutan

    bagi siswanya.63

    Jadi dapat disimpulkan bahwa kelemahan dari pelaksanaan Pendidikan

    Agama Islam lebih banyak bermuara pada aspek metodologi pembelajaran

    PAI dan orientasinya yang lebih bersifat normatif, teoritis, dan kognitif.

    Aspek lainnya yang banyak disoroti adalah menyangkut aspek muatan

    kurikulum atau materi pendidikan agama, sarana pendidikan agama,

    termasuk di dalamnya buku-buku dan bahan ajar pendidikan agama.

    Adapun faktor penunjang Pendidikan Agama Islam diantanya: hasil yang

    diharapkan, materi dan alokasi waktu, metode, siswa sebagai peserta didik,

    orang tua siswa, lingkungan pendidikan, dan guru agama. Keberhasilan

    Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah lebih banyak ditentukan oleh

    kemampuan dan keterampilan guru agama dalam mengelola dan

    melaksanakan proses pembelajaran.

    63Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h.25-28.

  • 35

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIANA. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 28 Jakarta yang terletak di Jalan

    Raya Ragunan Jati Padang Pasar Minggu. Adapun waktu penelitian

    dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai dengan selesai, dengan

    tahapan sebagai berikut melihat keadaan sekolah, membuat proposal penelitian,

    studi pustaka, penyusunan instrument, dan mengadakan penelitian.

    B. Metode Penelitian

    Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh

    kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.1

    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

    deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi

    dari fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan dan mengklasifikasikan

    fakta atau karakteristik fenomena tersebut secara faktual dan cermat, kemudian

    menuangkannya dalam bentuk kesimpulan. Untuk memperoleh data yang

    objektif, maka digunakan dua bentuk penelitian, yaitu:

    1. Library Research ( Metode Penelitian Kepustakaan)

    Penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan

    dengan mengumpulkan, membaca, dan menganalisa buku yang ada

    relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam skripsi, dengan tujuan

    1P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,2004), h. 2.

  • 36

    untuk memudahkan dalam membuat konsep-konsep dan teori yang

    berkaitan dengan bahasan dalam skripsi ini, serta beberapa pendapat sendiri

    hasil dari menyimpulkan pendapat para pakar pendidikan.

    2. Field Research (Metode Penelitian Lapangan)

    Yaitu penelitian untuk memperoleh data-data lapangan langsung dengan

    cara mendatangi sekolah yang akan diteliti. Adapun tujuannya adalah untuk

    mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang ada dalam perumusan masalah.

    Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 28 Jakarta.

    C. Teknik Pengumpulan Data

    Adapun dalam proses pengumpulan data penulis melakukan beberapa

    langkah yaitu:

    1. Observasi

    Observasi, adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

    mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. 2

    Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang gambaran umum

    SMA Negeri 28 Jakarta, dengan berbagai informasi lainnya sebagai

    pelengkap penelitian. Dalam hal ini penulis mendatangi SMA Negeri 28

    Jakarta tersebut guna memperoleh data yang konkrit tentang hal-hal yang

    menjadi subjek penelitian. Selain melihat dan mengamati langsung dari

    dekat seluruh kegiatan sekolah.

    2. Wawancara

    Wawancara yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

    memperoleh informasi dari terwawancara (interviwee).3 Dalam penelitian

    ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan orang yang paling

    mengetahui objek yang akan diteliti untuk memperoleh data dan informasi

    yang tepat.

    Berkaitan dengan penelitian ini penulis mengadakan wawancara

    langsung dengan guru Pendidikan Agama Islam yang bernama ibu Siti

    MDVDPDK, NDUHQD EDUX EHOLDXODK \DQJ WHODK PHQHUDSNDQ PTK GLDQWDUD WLJD

    2Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI,(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 155.

    3Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik..., h. 155.

  • 37

    guru PAI di SMAN 28 Jakarta, untuk memperoleh informasi bagaimana

    pelaksanaan PTK pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN

    28 Jakarta, untuk mendukung data penulis juga mengadakan wawancara

    dengan kepala sekolah, serta pihak-pihak yang bersangkutan dengan

    penulisan.

    Adapun jenis interview yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

    bentuk semi structured, yaitu mula-mula interviwer menanyakan serentetan

    pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam

    mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang

    diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap

    dan mendalam.4 Dengan kata lain, ketika wawancara berlangsung penulis

    tidak sepenuhnya terkait kepada pedoman wawancara (interview guide)

    yang telah penulis susun sebelumnya.

    Tabel 1

    Kisi-kisi Wawancara

    Satuan Analisis Aspek Indikator No Item

    Penelitian

    Tindakan Kelas

    1. Menemukan

    ide awal

    a. Terdapat kendala saat

    proses pembelajaran

    b. Menemukan solusi

    terhadap masalah

    pembelajaran

    5, 6

    2. Prasurvey Mengamati kelas yang

    akan dijadikan sasaran

    7

    3. Diagnosis Dugaan sementara tentang

    permasalahan yang timbul

    7

    4. Perencanaan a. Menentukan langkah yang

    akan diambil

    b. Menyusun perencanaan

    8, 9

    4Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 227.

  • 38

    umum dan khusus

    5. Implementasi

    tindakan

    a. Tindakannya