Top Banner

of 57

Ptk Kelas 5 Semester II Tp. 2014-2015

Mar 10, 2016

Download

Documents

Omay Widyana

Penelitian Tindakan Kelas Kelas 5 SD
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA KONSEP PECAHAN MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL)PADA SISWA KELAS 5 DI SD NEGERI PENGADILAN 2

Oleh :

ADE FARIDAH, S. PdNIP. 196503111987032005Guru SD Negeri Pengadilan 2

PEMERINTAH KOTA BOGORDINAS PENDIDIKANSD NEGERI PENGADILAN 2Alamat : Jl. Pengadilan No. 217 Bogor Tengah 16122

2015

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahSekolah menjadi tempat yang sangat penting dalam menjalankan proses pendidikan. Kemampuan seseorang dalam membaca dan berhitung banyak didapat pada saat mereka berada di sekolah dasar. Oleh karena itu kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi seorang anak usia sekolah dasar perlu ditingkatkan. Karena pada tingkat sekolah dasar seseorang mulai menerima berbagai pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Adapun bentuk dari pelaksanaan pendidikan disekolah salah satunya adalah proses pembelajaran yang dilakukan didalam kelas. Karena pada dasarnya pembelajaran merupakan aktivitas paling utama dalam proses pendidikan di sekolah.

1Proses pembelajaran ialah proses individu mengubah prilaku dalam upaya memenuhi tujuan dan kebutuhan hidupnya. Hal ini berarti bahwa seseorang memerlukan kegiatan belajar untuk bisa menghadapi segala permasalahan yang akan dihadapi pada saat hendak mencapai tujuan untuk pemenuhan kebutuhan dirinya. Guru menjadi salah satu bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut. Guru yang profesional sudah tentu akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas bagi peserta didiknya. Selain dari pada itu pembelajaranpun akan didesain sedemikian rupa agar menjadi pembelajaran yang bermakna. Suatu proses pembelajaran akan berlangsung dengan efektif apabila informasi yang dipelajari dapat diingat dengan baik dan siswa terhindar dari lupa. Hal ini dapat dicapai oleh seorang guru dengan penggunaan berbagai macam strategi, metode, media pendukung, alat peraga, reward, dan yel-yel, serta mengkaitkan pelajaran dengan aktifitas sehari-hari yang dilakukan oleh siswa. Dengan demikian akan tercipta proses pembelajaran yang bermakna dan berkualitas bagi seorang siswa.Namun pada kenyataannya tidak sedikit guru di sekolah dasar dalam pengajarannya masih menggunakan strategi yang hanya itu-itu saja. Penguasaan kelas yang masih didominasi oleh guru membuat ruang gerak siswa menjadi sempit. Tentu hal tersebut akan membentuk siswa menjadi terbiasa untuk tidak aktif ketika proses pembelajaran berlangsung. Seharusnya sebagai seorang guru sudah selayaknya menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat memfasilitasi dan menghantarkan anak didiknya untuk mencapai tujuan. Dalam pelaksanaannya guru harus bisa mengatasi segala permasalahan yang menghambat siswanya dalam belajar. Dengan menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan tentu akan membalik keadaan yang ada saat ini. Proses pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa, kemudian suasana kelas menjadi harmonis dan tentu akan mempermudah dan meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa.Mata pelajaran matematika menjadi salah satu pelajaran yang kebanyakan siswa masih menganggap sulit. Padahal seperti yang kita ketahui pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran penting yang ada di sekolah baik itu SD, SMP maupun SMA. Hal ini dapat diartikan bahwa pelajaran matematika di sekolah dasar merupakan bekal bagi seorang siswa untuk dijadikan modal dalam mengikuti pelajaran matematika dijenjang pendidikan berikutnya. Rutinitas yang siswa lakukan setiap haripun selalu berkaitan dengan matematika mulai dari pengurangan, penjumlahan, perkalian sampai pembagian. Matematika menjadi penting untuk bisa dikuasai bagi seorang siswa sekolah dasar. Dengan siswa menguasai matematika akan mempermudah siswa untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari, seperti membeli makanan ringan, menghitung jumlah uang yang ditabung, mengatur jadwal belajar dan bermain, serta masih banyak lagi aktivitas yang berkaitan dengan matematika. Tentu jika dalam melakukan aktivitas seorang siswa tidak bisa menguasai dan menerapkan konsep yang ada pada matematika, hal tersebut akan menjadi hambatan bagi siswa untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari. Berdasarkan pengamatan peneliti yang dilakukan di kelas V SDN Pengadilan 2 Bogor saat ini kondisi belajar yang ditunjukkan ketika belajar matematika dapat dikatakan masih belum sebanding dengan manfaat yang didapat dari belajar matematika. Di sekolah masih ditemukan kendala-kendala dalam proses pembelajaran matematika. Hal tersebut dibuktikan dari adanya beberapa hambatan yang dialami siswa ketika belajar matematika seperti, siswa merasa malas mempelajari matematika, matematika dianggap sebagai pelajaran yang membosankan, matematika terlalu sulit untuk dipahami, dan kebanyakan siswa masih bingung menerapkan konsep yang ada dalam kehidupannya sehari-hari. Beberapa permasalahan ini pun berdampak pada hasil belajar matematika siswa yang tidak memenuhi standar. Terlihat dari hasil tes tertulis diperoleh nilai tertinggi adalah 83, nilai terendahnya adalah 50, sedangkan rata-ratanya adalah 66,34. Hasil ini menunjukkan kategori yang dapat dikatakan masih jauh untuk memenuhi standar keberhasilan yang ditetapkan yaitu 70.Melihat permasalahan tersebut tentunya dalam melaksanakan proses belajar mengajar perlu dilakukan langkah-langkah yang sistematis, salah satunya guru dapat memilih dan menyajikan strategi serta pendekatan belajar yang efektif. Salah satunya dengan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Dalam metode ini terdapat tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya. Salah satunya adalah diskusi kelompok dimana siswa harus beraktivitas di dalam kelompok tersebut seperti mengeluarkan pendapat, memecahkan soal dan menjadi tutor sebaya. Model pembelajaran PBL secara efektif akan membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyusun Penelitian dengan Judul Upaya meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika konsep pecahan melalui metode Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas V di SD Negeri Pengadilan 2 Bogor.

B. Identifikasi masalahBerdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka peneliti mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya masalah rendahnya hasil belajar matematika kelas V SDN Pengadilan 2 Bogor tahun pelajaran 2014 2015, antara lain :a. Pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga proses belajar mengajar tidak efektif.b. Teknik penyampain materi membosankan sehingga kurang menarik siswa untuk belajar.c. Interaksi pembelajaran yang terjadi hanya satu arah karena guru yang dominan aktif sementara siswanya pasifd. Guru belum sepenuhnya menerapkan model-model pembelajaran yang kontektual dalam proses pembelajaran, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan kurang menarik, berlangsung monoton dan membosankan.e. Hasil belajar nilai matematika di bawah KKM ( 70) yang ditetapkan belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. f. Siswa kurang mampu membuat dan menyelesaikan model matematika dari suatu soal cerita, g. Siswa kurang trampil menyelesaikan soal cerita khususnya pada konsep pecahan hal ini ditunjukkan dengan nilai pencapaian yang rendah.h. Siswa kurang trampil berkomunikasi menyampaikan pemikirannya yang ditunjukkan dengan penyelesaian soal cerita yang tidak runtut, dan kurang trampil bekerja sama dalam kelompok, khususnya kelompok besar padahal kondisi kemampuan siswa di kelas cukup heterogen.

C. Analisis MasalahAnalisis yang peneliti dapat paparkan adalah masih rendahnya aktivitas belajar siswa dan hasil belajarnyakhususnya pada konsep pecahan. Hal ini didapat dari data-data yang peneliti peroleh melalui hasil test tertulis perserta didik, diperoleh rata-rata pencapaian hasil belajar sebesar 66,34. Adapun siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 14 siswa atau 40 %, sedangan siswa yang belum memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 16 siswa atau 60 %.Dari hasil diskusi dengan supervisor dan teman sejawat bahwa analisis masalah pembelajaran disebabkan oleh:a. Siswa kurang terbiasa mengidentifikasi informasi yang termuat dalam soal cerita konsep pecahan.b. Siswa kurang memahami kata-kata kunci yang termuat dalam soal cerita konsep pecahan.c. Siswa kurang terbiasa menghubungkan antara informasi yang termuat dalam soal cerita dengan tuntutan penyelesaian soal atau pertanyaan pada soal.d. Siswa kurang terbiasa mengembangkan penalaran atau proses berpikir dalam menyelesaikan soal, baik soal berbentuk bukan cerita maupun soal cerita.e. Siswa kurang mendapat kesempatan cukup dalam latihan mengungkapkan jalan/ proses pikirannya.f. Guru kurangbervariasi memilih metode atau strategi dalam membelajarkan pembuatan model matematika dan penyelesaian soal.

Berdasarkan pengalaman peneliti, penyampaian materi dapat menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memungkinkan siswa terbiasa menyelesaikan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.

D. Alternatif dan Prioritas Pemecahan MasalahBerdasarkan analisis masalah di atas, langkah selanjutnya peneliti merencanakan alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki proses pembelajaran maka peneliti mengambil beberapa alternatif pemecahan masalah diantaranya :a. Penerapan metode Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa.b. Membiasakan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahapan-tahapan metode ilmiah.c. Menerapkan strategi dalam membelajarkan pembuatan model matematika dan penyelesaian soal cerita.E. Rumusan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah di atas diketahui bahwa masalah yang muncul pada saat peneliti melakukan awal pembelajaran cukup banyak dan luas. Agar peneliti lebih fokus, maka masalah yang diteliti dibatasi hanya meneliti :a) Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa tentang konsep pecahan ?b) Apakah metode Problem Based Learning (PBL) efektif digunakan untuk menerapkan konsep pecahan ?c) Apakah metode Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

F. Tujuan Penelitian Perbaikan PembelajaranTujuan penelitian perbaikan pembelajaran yang peneliti lakukan adalah : a) Meningkatnya pemahaman siswa terhadap konsep pecahan.b) Mengetahui tingkat efektifitas metode Problem Based Learning (PBL) dalam menerapkan konsep pecahan.c) Meningkatnya hasil belajar siswa tentang konsep pecahan melalui metode Problem Based Learning (PBL) di kelas V SD Negeri Pengadilan 2 Bogor.

G. Manfaat Penelitian Perbaikan PembelajaranHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis. a. Bagi siswa1) Meningkatkan hasil pembelajaran matematika terutama untuk siswa kelas V Sekolah Dasar2) Meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa3) Agar siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru secara cepat, tepat dan benar.4) Agar siswa dapat memanfaatkan waktu dengan benar dalam pembelajaran Matematika.5) Agar siswa dapat belajar lebih menyenangkan sehingga lebih bermaknab. Bagi guru1) Sebagai masukan dalam mengembangkan kinerjanya yang kurang maksimal dalam pembelajaran matematika.2) Guru lebih kreatif dalam menciptakan proses belajar mengajar yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa.3) Guru dapat menemukan kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam proses pembelajaran.c. Bagi sekolah1) Sebagai salah satu masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.2) Sebagai salah satu masukan atau input dalam mengembangkan metode pembelajaran yang tepat untuk menentukan keberhasilan pembelajaran di sekolah.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori1. Hasil Belajara. Pengertian BelajarKata belajar bukan lagi menjadi sebuah istilah yang asing pada saat ini. Sudah banyak masyarakat yang bisa berpendapat jika ditanya apa itu arti belajar. Namun tidak jarang dari jawaban yang diutarakan bukanlah merupakan jawaban yang tepat. Belajar dapat diartikan sebagai proses di mana seseorang mengalami perubahan dari yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Kemudian dengan belajar seseorang juga akan mengalami perubahan perilaku serta sikap pada dirinya. R. Gagne seperti yang dikutip oleh Ahmad Susanto (2013: 1) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Pengalaman yang dimaksud dapat kita pahami sebagai kejadian yang pernah dialami oleh seseorang yang kemudian dari kejadian tersebut diperoleh pengetahuan sehingga dari pengetahuan yang telah didapat tersebut seseorang akan mengalami proses perubahan pada dirinya.

10Kemudian Kimble dan Garmezi seperti yang dikutip oleh Nana Sudjana (1989: 5) mengartikan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Perubahan yang dihasilkan dari akibat adanya proses belajar yang dialami oleh seseorang tidak selalu berlangsung lama. Seiring dengan berjalannya waktu segala aktivitas yang telah dialami akan menjadikan pengalaman yang dimilikinya semakin bertambah. Dengan bertambahnya pengalaman pada diri seseorang akan menjadikan dia memiliki kemampuan yang lebih dari sebelumnya. Sehingga dengan kemampuan tersebut akan mendorong seseorang tersebut untuk terus memperbaiki segala hal yang ada pada dirinya.Selanjutnya belajar menurut W. H Burton seperti yang dikutip oleh Eveline dan Hartini (2010: 4) bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini jelas berarti bahwa perubahan yang dialami oleh seseorang terjadi karena akibat adanya sebuah pengalaman. Dapat terlihat pada kata interaksi bermaksud dan mengandung arti dari pengalaman itu sendiri. Seperti yang kita ketahui bersama, semakin banyaknya interaksi yang dilakukan oleh seseorang, maka akan banyak juga pengalaman yang didapat dari adanya interaksi tersebut. Dengan belajar akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang kemudian tercermin dari tingkah laku yang ditunjukkan oleh seseorang tersebut. Hintzman seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah (1995: 90) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Dari pengertian tersebut dapat kita lihat betapa besarnya andil dari pengalaman dalam mempengaruhi tingkah laku seseorang. Sehingga dapat kita katakan dengan semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh seseorang maka akan semakin banyak pula ia belajar, dan akan semakin terpengaruhi juga tingkah laku yang ditunjukkan oleh seseorang tersebut.Dari beberapa penjelasan tentang belajar dapat diartikan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku yang dihasilkan karena adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang tidak hanya pada perubahan sikap saja. Witherington seperti yang dikutip oleh Nana Sudjana (1989: 6) bahwa tingkah laku meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Dari teori tersebut jelas mengartikan bahwa yang dimaksud tingkah laku tidak hanya sikap saja tetapi juga ada beberapa hal lainnya. Tentu bagi seorang guru harus bisa memahami arti tigkah laku ini secara keseluruhan sehingga dengan demikian guru bisa membimbingan siswanya ke arah perubahan tingkah laku secara keseluruhan juga. Berdasarkan beberapa definisi belajar di atas, secara umum dapat kita pahami bahwa belajar merupakan sebuah tahapan perubahan perilaku yang dialami pada diri seseorang yang terbentuk dari adanya pengalaman ataupun hasil dari latihan.

b. Hasil BelajarHasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang dialami oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Adapun Menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009: 6) menjelaskan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berangkat dari teori tersebut dapat kita pahami bahwa bentuk dari hasil belajar tidak selalu berupa perubahan pada kemampuan kognitif atau pengetahuan saja, tetapi juga perubahan dapat terjadi pada kemampuan afektif dan psikomotorik yang terdapat pada diri setiap orang. Seperti yang kita ketahui bersama masyarakat yang ada di sekeliling kita memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya berbagai macam pekerjaan yang ada. Mulai dari pekerjaan yang menuntut kepada pengetahuan, pekerjaan yang menuntut kepada sikap jujur dan pekerja keras, sampai dengan pekerjaan yang selalu melibatkan gerakan serta tenaga yang ada pada diri seseorang. Dari beberapa contoh tersebut merupakan bukti bahwa hasil belajar tidak hanya menghasilkan perubahan pada kemampuan kognitif saja, tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik.Di sekolah dasar sendiri salah satu bentuk dari hasil belajar biasanya ditunjukkan dengan perolehan nilai yang didapat siswa ketika telah menyelesaikan sebuah tugas dari gurunya. Hal tersebut selaras dengan apa yang dikatakan oleh Nawawi dalam K. Brahim seperti yang dikutip oleh Ahmad Susanto (2013:5) bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Perolehan nilai yang didapat oleh setiap siswa tentu akan mengalami perbedaan. Hal tersebut didasari karena kemampuan dari setiap siswa pastilah berbeda, ada yang dapat secara utuh menerima informasi dari guru dan ada pula yang memang mengalami kesulitan saat menerima informasi dari guru. Maka dari itu kepekaan guru terhadap kemampuan dari masing-masing siswa menjadi sangat penting. Guru harus bisa memastikan bahwa siswa yang diajarkan mendapatkan informasi dengan baik. Dengan demikian diharapkan pencapaian perolehan hasil belajar yang didapat siswa pun akan baik pula.Selain perolehan nilai hasil belajar yang diperoleh siswa di sekolah, hasil belajar juga bisa ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku, sikap dan pengetahuan pada diri siswa. Dari yang sebelumnya tidak berani maju ke depan kelas untuk menjawab pertanyaan, setelah belajar menjadi berani melakukannya. Kemudian yang sebelumnya tidak bisa membaca dan menulis setelah belajar menjadi bisa melakukan keduanya, dan tentunya masih banyak lagi contoh bentuk kegiatan dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal tersebut selaras seperti yang dikatakan Sudjana dalam Mawarni (2006:181) bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang dengan ditandai adanya suatu perubahan, perubahan yang dimaksud adalah perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dari ketiga macam hasil belajar ini sudah sepatutnya seorang siswa bisa menguasai dan mendapatkannya. Peran dari seorang guru menjadi sangat penting dalam upaya membimbing dan memfasilitasi siswanya untuk bisa mencapai itu semua. Sehingga dengan demikian siswa tidak hanya mendapatkan nilai berupa angka tetapi juga mengalami perubahan sikap dan prilaku kearah yang lebih baik. Kemudian Djamarah dan Zain dalam Ahmad Susanto (2013:3) menetapkan bahwa hasil belajar telah tercapai apabila terpenuhi dua indikator berikut, yaitu : 1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok; 2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/ instruksional khusus telah dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok. Pada pelaksanaannya di sekolah hal ini bisa kita lihat dari perolehan nilai yang dicapai oleh siswa. Jika nilai yang diperoleh belum mencapai standar nilai yang sudah ditetapkan maka siswa tersebut dapat dikatakan belum mencapai hasil belajar yang baik. Begitupula sama halnya dengan perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh siswa. Sebagai contoh, jika pada saat belajar guru telah mengajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya dan kemudian siswa tidak melaksanakannya dengan tidak membuang sampah pada tepatnya dapat dikatakan siswa tersebut juga belum mencapai hasil belajar yang baik.Untuk mengetahui perolehan hasil belajar siswa, seorang guru perlu melakukan evaluasi. Dengan adanya evaluasi akan membantu guru untuk melihat apakah siswanya telah mencapai tujuan pembelajaran atau belum. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sunal dalam Ahmad Susanto (2013:5) bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Pencapaian hasil belajar di sekolah dasar sendiri tidak hanya sebatas ilmu pengetahuan, melainkan juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa penilaian hasil belajar siswa menyangkut segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu berupa ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimuat pada mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa.

c. Pengertian MatematikaMatematika merupakan salah satu bidang studi yang ada disetiap jenjang pendidikan. Mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, bahkan di taman kanak-kanak sekalipun sudah diajarkan pelajaran matematika. Selain dari pada itu dalam kehidupan sehari-hari segala aktivitas yang kita lakukan juga sangat erat dengan hal yang berhubungan dengan matematika. Hal ini didasari karena matematika sendiri diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berpikir yang sangat dibutuhkan orang dalam menyelesaikan berbagai masalah. Seperti halnya ketika seseorang melakukan jual-beli barang, jika tidak memiliki ilmu matematika tentu proses jual-beli tersebut tidak akan terjadi. Maka dari itu matematika menjadi penting untuk dipelajari oleh setiap orang agar pada saat menjalankan aktivitasnya tidak mengalami kesulitan.Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Ahmad Susanto. 2013: 185). Seperti yang kita ketahui saat ini hampir semua bentuk peralatan pendukung kegiatan yang digunakan oleh setiap orang, didalamnya tertanam hal yang berkaitan dengan matematika. Mulai dari jam yang memuat angka-angka sampai peralatan yang lebih canggih sekalipun tidak bisa terlepas dari matematika. Hal ini berarti pengaruh matematika dalam berkembangan ilmu pengetahuan sangat berperan sekali dalam kehidupan. Kemudian Schoenfeld dalam Hamzah (2007: 130) mendefinisikan bahwa belajar matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah. Mempelajari matematika akan sangat berpengaruh sekali dalam membentuk kualitas diri dari seseorang. Karena dengan mempelajari matematika akan membuat seseorang terbiasa untuk bernalar secara kritis. Tentu dengan terbiasanya seseorang belajar secara kritis akan berdampak pula pada kehidupannya sehari-hari. Ketika mendapatkan sebuah persoalan yang berkenaan dengan kehidupannya seseorang tersebut akan mudah sekali menyelesaikan dan melewatinya. Hal ini didasari karena pada saat mempelajari matematika dia sudah terbiasanya untuk membuat sebuah solusi dalam mememecahkan dan menyelesaikan sebuah masalah. Bruner seperti yang dikutip Heruman (2007: 4) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. Dalam hal ini guru menjadi bagian penting untuk bisa mendisain bentuk pembelajaran yang dapat memfasilitasi setiap siswa agar bisa menemukan berbagai pengetahuan yang akan diperlukan serta dapat mengetahui bagaimana mengaplikasikan pengetahuan yang sedang dipelajari. Sehingga dengan demikian siswa menjadi tahu untuk apa dan bagaimana bentuk penerapan ilmu yang telah mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari.Mempelajari matematika harus selalu dikaitkan dengan kehidupan nyata. Karena dengan demikian akan lebih memudahkan seorang siswa untuk memahami berbagai konsep yang ada pada matematika. Seperti yang diutarakan oleh Hans Freudental yang dikutip Ahmad Susanto (2013 : 189) matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Maka dari itu dalam melakukan pengajaran matematika seorang guru harus bisa mengkaitkan konsep yang sedang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari siswa. Sehingga dalam mempelajari matematika siswa secara utuh mendapatkan konsep untuk diterapkannya di kehidupan sehari-hari dan pada pelaksanaannya siswa tidak lagi bertanya untuk apa mereka mempelajari matematika.

2. Problem Based Learning (PBL)a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model yang dapat memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk terlibat, saling berinteraksi, dan bersosialisasi antara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru. Problem Based Learning adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri (Eggen & Kauchak, 2012:307).Pandangan tentang Problem Based Learning juga dikemukakan oleh Soucisse dkk (dalam baden dkk, 2004:28) mengatakan bahwa Problem Based Learningadalah sebuah cara untuk membuat siswa mengambil alih tanggung jawab dalam pembelajaran mereka sendiri, sehingga keuntungan yang mereka dapat lebih luas cakupannya dan mereka bisa menyalurkan serta menambah kemampuannya seperti kemampuan berkomunikasi,kerja tim sertamemecahkan masalah. Supinah (2010:17) mengemukakan bahwa Problem Based Learningsebagai pendekatan pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada siswa dimana masalah tersebut diawali dengan pemberian masalah kepada siswa dimana masalah tersebut dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari siswa. Selanjutnya siswa menyelesaikan masalah tersebut untuk menemukan pengetahuan baru.Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat didefinisikan bahwa Problem Based Learning adalah seperangkat model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menggunakan masalah sehari-hari di sekitar siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan memecahkan masalah, menganalisis materi dan kemampuan berkomunikasi. Secara garis besar PBL terdiri dari kegiatan menyajikan suatu situasi masalah yang nyata dan bermakna kepada siswa serta memfasilitasi mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.Problem Based Learning mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai berikut:1) Pelajaran berfokus pada pemecahan masalah2) Kracjik & Blumenfeld (dalam Eggen dkk, 2012:307) mengatakan bahwa kegiatan Problem Based Learningbermula dari satu masalah dan memecahkannya adalah fokus pembelajarannya. Langkah awal dari pembelajaranberdasar masalah adalah mengajukanmasalah, selanjutnya berdasarkan masalah ditemukan konsep, prinsip serta aturan-aturan.Masalah yang diajukan secara autentik ditujukan dengan memacu padakehidupan riil.3) Tanggung jawab untuk memecahkan masalah bertumpu pada siswa4) Menurut Eggen dkk (2012:307) Problem Based Learningdilaksanakan dalam kelompok yang cukup kecil, sehingga semua siswa terlibat dalam proses itu. Dengan membuat siswa terlibat dalam proses dan tanggung jawab dalam pembelajaran mereka sendiri, keuntungan yang mereka dapat lebih luas cakupannya dan mereka bisa menyalurkan serta menambah kemampuannya seperti kemampuan berkomunikasi, kerja tim sertamemecahkan masalah.5) Guru mendukung proses saat siswa mengerjakan masalah.6) Eggen dkk (2012:307) mengemukakan bahwa peran guru dalam menuntun siswa sangat penting. Hal ini bisa dilakukan dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan dukungan pengajaran lain saat siswa berusaha memecahkan masalah. Jika guru tidak memberikan cukup bimbingan dan dukungan, siswa akan gagal, membuang waktu dan mungkin memunculkan pemikiran yang salah. Tetapi jika berlebihan siswa tidak akan mendapat banyak pengalaman dalam pemecahan masalah.

b. Ciri-ciri Pembelajaran Problem Based Learning(PBL)Nurhayati mengemukakan pelaksanaan model pembelajaran PBL memiliki ciri-ciri sebagai berikut :1) Mengajukan pertanyaan atau masalah2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin3) Penyelidikan auntentik4) Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya5) Kerja sama.

Selain itu menurut I wayan Dasna dan Sutrisno, Problem Based learning (PBL) memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:1) Belajar dimulai dengan suatu masalah2) Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa. 3) Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah,4) Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pembelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri5) Menggunakan Kelompok kecil.6) Menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu kinerja.9

Berdasarkan uraian tersebut terdapat tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya untuk memecahkan masalah tersebut sehingga siswa terdorong berperan aktif dalam belajar.

Menurut Nurhayati, pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah meliputi lima tahapan, yaitu:1) Orientasi siswa terhadap masalah auntentik. Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.2) Mengorganisasikan peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta didik ke dalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.3) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai.5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.10

Menurut Iwayan Sadia, langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam merancang program pembelajaran PBL sehingga proses pembelajaran benarbenar menjadi berpusat pada siswa (student center) adalah sebagai berikut :1) Fokuskan permasalahan, sekitar pembelajaran konsep-konsep sains yang esensial dan strategis. 2) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi gagasanny melalui eksperimen atau studi lapangan. Siswa akan menggali datadata yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. 3) Berikan kesempatan siswa untuk mengelola data yang mereka miliki yang merupakan proses latihan metakognisi. 4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan solusisolusi yang mereka kemukaan. Penyajiannya dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau publikasi atau dalam bentuk penyajian poster.11

c. Tahapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)Menurut Nurhayati pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah meliputi lima tahapan, yaitu:1) Orientasi siswa terhadap masalah auntentik. Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.2) Mengorganisasikan peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta didik ke dalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.3) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai.5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

Menurut Iwayan Sadia, langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam merancang program pembelajaran PBL sehingga proses pembelajaran benarbenar menjadi berpusat pada siswa (student center) adalah sebagai berikut :1) Fokuskan permasalahan, sekitar pembelajaran konsep-konsep sains yang esensial dan strategis. 2) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi gagasanny melalui eksperimen atau studi lapangan. Siswa akan menggali datadata yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. 3) Berikan kesempatan siswa untuk mengelola data yang mereka miliki yang merupakan proses latihan metakognisi. 4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan solusisolusi yang mereka kemukaan. Penyajiannya dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau publikasi atau dalam bentuk penyajian poster.d. Keunggulan, Manfaat, dan Hasil Problem Based LearningProblem Based Learningdalam pembelajaran memiliki banyak keunggulan, diantaranya seperti yang dijelaskan oleh Halonen (dalam Murti,2010:4) PBL memberikan aneka keuntungan sebagai berikut:1) Kemampuan untuk mengingat siswa lebih besar.2) Mengembangkan keterampilan interdisipliner, mengakses dan menggunakan informasi,memadukan pengetahuan dengan lebih baik, memadukan belajar di kelas dan lapangan.3) Mengembangkan keterampilan belajar seumur hidup dengan cara meneliti dan cara mengatasi masalah serta cara berkomunikasi dalam kelompok4) Menciptakan lingkungan belajar yang aktif, kooperatif, menggunakan penilaian diri dan kelompok, berpusat pada siswa, mempunyai efektivitas tinggi.5) Menciptakan lingkungan belajar yang memberikan umpan balik segera, memberikan kesempatan untuk mempelajari aneka sasaran belajar yang disukai siswa, menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam memecahkan masalah.6) Meningkatkaan motivasi dan kepuasan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan interaksi siswa dengan guru.

Menurut Smith dalam (Amir, 2010:27) manfaat Problem Based Learning bagi siswa yaitu: meningkatkan kecakapan dalam pemecahan masalah, membuat siswa menjadi lebih mudah mengingat, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan, mendorong siswa untuk berpikir secara penuh, membangun kemampuan kemimpinan dan kerjasama, kecakapan belajar, dan memotivasi siswa untuk belajar.Hasil Problem Based Learning menurut Arends (2008:43) terutama membantu siswa untuk:1) Meningkatkan keterampilan anak untuk belajar secara mandiri2) Meningkatkan keterampilan berpikir, terutama dalam penyelidikan dan keterampilan mengatasi masalah.3) Memperbaiki perilaku dan meningkatkan keterampilan sosial sesuai peran orang dewasa.

3. Penelitian Tindakan KelasPenelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan lainnya.Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.Dalam konteks pekerjaan guru maka penelitian tindakan yang dilakukannya disebut Penelitian Tindakan Kelas, dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh siswa. (Suharsimi: 2006).

BAB IIIPELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, serta Pihak yang Membantu1. Subjek PenelitianSubjek yang berpartisipasi dalam proses Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran adalah siswa kelas V C SDN Pengadilan 2 Bogor, yang terdiri dari 35 Siswa dengan rincian 15 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki pada mata pelajaran matematika konsep pecahan.2. Tempat PenelitianPelaksanaan Penelitan dilakukan di kelas V C SDN Pengadilan 2 yang beralamat di Jl. Pengadilan No. 12 Kel. Pabaton, Kec. Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat

3. Waktu PenelitianPelaksanaan Penelitian dilakukan pada semester 2 Tahun Pelajaran 2014-2015 dengan jadwal berikut :Tabel 3.1.Jadwal PenelitianNoHari/TanggalWaktuKegiatan

1Selasa, 10 Maret 201507.30-09.30 wibPelaksanaan Pembelajaran

2Selasa, 17 Maret 201507.30-09.30 wibPelaksanaan Perbaikan Pembelajaran ( Siklus 1)

3Selasa, 24 Maret 201507.30-09.30 wibPelaksanaan Perbaikan Pembelajaran ( Siklus 2)

29

4. Pihak yang MembantuPelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran dibantu oleh Kepala Sekolah selaku supervisor 1 dan salah satu guru sebagai rekan sejawat sebagai supervisor 2, yang selalu sedia membatu kesulitan-kesulitan yang ditemui oleh peneliti dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika tentang konsep bilangan pecahan.

B. Desain Prosedur Perbaikan PembelajaranPelaksanaan PTK ( Penelitian Tindakan Kelas ) untuk perbaikan pembelajaran pada pembelajaran Matematika tentang konsep pecahan kelas V Sekolah Dasar Negeri Pengadilan 2 Bogor dengan jumlah siswa sebanyak 35 siswa.

PerencanaanRefleksiPelaksanaan TindakanSiklus IPengamatan ObservasiPerencanaanRefleksiSiklus IIPelaksanaan TindakanPengamatan ObservasiGambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Perbaikan PKPAdapun Prosedur perbaikan pembelajaran sebagai berikut :

Selanjutnya dalam perencanaan kegiatan yang dilakukan dalam memecahkan permasalahan yang ditemui selama mengadakan proses pembelajaran, kemudian dengan perencaan tersebut akan dipergunakan untuk mengadakan pelaksanaan serta pengamatan kegiatan perbaikan dan refleksi, kemudian dirancang dengan desai prosedur perbaikan sebagai berikut :1. Mengamati fakta/data pembelajaran Matematika di kelas V SDN Pengadilan 2.2. Mengidentifikasi masalah yang terjadi di kelas, yaitu :a. Pendahuluan (5 menit)1) Membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa bersama dipimpin oleh seorang peserta didik dengan penuh khidmat;2) Memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.3) Mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran 4) Menghubungkan materi pelajaran lalu dengan pelajaran sekarang5) Menyampaikan kompetensi dasar, indikator dan tujuan yang akan dicapai.6) Guru memberikan pertanyaan pembuka yang berhubungan dengan perubahan linkungan disekitar tempat tinggal siswa

b. Kegiatan Inti ( 60 menit )1) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai konsep pecahan 2) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.3) Siswa mengerjakan latihan tentang konsep merubah bentuk pecahan (pecahan biasa, campuran, persen dan decimal)4) Guru mengkonfirmasi jawaban siswac. Penutup (5 menit)1) Guru menutup pembelajaran dengan mengulas kembali materi yang telah dipelajari.2) Guru dapat menanyakan apakah siswa sudah memahami materi tersebut.3) Guru memberikan pertanyaan secara lisan secara acak kepada siswa untuk mendapatkan umpan balik atas pembelajaran ini.4) Guru dan siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari5) Guru memberikan PR kepada siswa

Berdasarkan hasil test tertulis pada Pra Siklus didapatkan hasil yang kurang memuaskan, dimana masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM yang ditentukan, antara lain hanya 12 siswa (34,3 %) yang mendapatkan nilai mencapai KKM dan 23 siswa (65,7 %) nilainya masih di bawah KKM.3. Melakukan analisis masalah yang terjadi di kelas V C SDN Pengadilan 2 pada pelajaran Matematika yaitu :a. Guru kurang memotivasi siswa sebelum melakukan proses pembelajaran.b. Penjelasan guru kurang menarik minat siswa untuk memperhatikan materi yang diajarkanc. Guru tidak menggunakan alat peraga dalam proses pembelajarand. Guru tidak menggunakan metode yang tepat dalam proses pembelajarane. Siswa tidak fokus dalam proses pembelajaranf. Siswa tidak dilibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.g. Kurangnya bimbingan secara individu dalam proses mengerjakan tes kepada siswa yang lambat dalam menyerap materi pelajaran.4. Melakukan alternatif dan prioritas pemecahan masalah, yaitu dengan cara melakukan 2 siklus perbaikan pembelajaran Matematika kelas V Sekolah Dasar Negeri Pengadilan 2 Bogor5. Menentukan Metode Perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL)6. Merumuskan masalah, yaitu meningkatakan hasil belajar siswa pada konsep pecahan melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di kelas V SD Negeri Pengadilan 2 Bogor .7. Melakukan tindakanTindakan perbaikan dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :a. Siklus 11) Perencanaana) Menetapkan waktu pelaksanaan yaitu tanggal 10 Maret 2015.b) Menetapkan materi pelajaran yaitu materi tentang pecahan.c) Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajarand) Mempersiapkan perangkat pembelajarane) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa ( LKS )f) Mempersiapkan lembar observasi yang digunakan observer.2) PelaksanaanPada tahap ini adalah tahap pelaksanaan tindakan untuk perbaikan pembelajaran yang dilakukan meliputi :a) Pendahuluan (10 Menit)(1) Membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa bersama dipimpin oleh seorang siswa dengan penuh khidmat;(2) Memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.(3) Mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran (membagi kelompok)(4) Menghubungkan materi pelajaran lalu dengan pelajaran sekarang(5) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.(6) Untuk pertanyaan materi pecahan guru meminta siswa menyebutkan jumlah bekal roti dan jeruk yang sebelumnya guru sudah menugasi untuk mereka membawanyab) Kegiatan Inti (70 Menit)1) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai konsep pecahan dengan bekal jeruk dan roti yang di bawa siswa.2) Berapa banyak bagian roti dan jeruk yang di bawa masing-masing teman kelompoknya?3) Siswa mengerjakan latihan tentang konsep merubah bentuk pecahan (pecahan biasa, campuran, persen dan desimal).4) Berbagi roti dan jeruk dengan teman lain (kelompok)5) Siswa menceritakan mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas (perwakilan kelompok)6) Guru mengkonfirmasi jawaban siswa.7) Guru memberikan reward kepada siswa

c) Penutup (10 Menit)1) Guru menutup pembelajaran dengan mengulas kembali materi yang telah dipelajari.2) Guru menanyakan apakah siswa sudah memahami materi tersebut.3) Guru memberikan pertanyaan secara lisan secara acak kepada siswa untuk mendapatkan umpan balik atas pembelajaran ini.4) Guru dan siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari5) Guru memberikan tugas terstruktur dan tidak terstruktur kepada siswa

PengamatanPengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan yang dilakukan oleh observer yaitu teman sejawat di sekolah. RefleksiData-data yang diperoleh dari hasil kegiatan pembelajaran dan hasil pengamatan kemudian dianalisis, sehingga hasil analisis yang didapat dijadikan pedoman dalam melakukan tindakan perbaikan pembelajaran untuk siklus berikutnya.

b. Siklus 2Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dan sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran terhadap hasil nilai siswa yang diperoleh menunjukkan hasil yang memuasakan dimana terdapat 20 siswa yang mendapat nilai mencapai KKM yang ditentukan, maka diadakan perbaikan siklus 2 dengan langkah-langkah sebagai berikut :1) Perencanaana) Menetapkan waktu pelaksanaan yaitu tanggal 17 Maret 2015b) Melanjutkan materi pelajaran yaitu konsep pecahanc) Mempelajari materi perbaikan yang akan diberikan kepada siswad) Mempersiapkan media yang akan digunakan dalam proses pembelajarane) Mempersiapkan perangkat pembelajaranf) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswag) Mempersiapkan lembar observasi yang akan digunakan observer2) PelaksanaanTahap berikut ini merupakan pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan meliputi :a) Pendahuluan (10 Menit)(1) Membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa bersama dipimpin oleh seorang siswa dengan penuh khidmat;(2) Memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.(3) Mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran(4) Menghubungkan materi pelajaran lalu dengan pelajaran sekarang(5) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.(6) Guru memberikan pertanyaan pembuka yang berhubungan dengan materi pecahan, guru meminta siswa menyebutkan kegiatan sehari-hari yang menggunakan konsep pecahanb) Kegiatan Inti (40 Menit)(1) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai konsep pecahan dengan bekal jeruk dan roti yang di bawa siswaBerapa banyak bagian roti dan jeruk yang di bawa masing-masing siswa ?(2) Siswa saling berbagi pengalaman tentang penggunaan pecahan dalam kehidupan sehari-hari.(3) Siswa mendiskusikan soal cerita tentang konsep pecahan yang diberikan guru dengan cara masing-masing anggota diberi kesempatan untuk mengluarkan pendapat dan solusi dalam diskusi kelompok.(4) Siswa mengerjakan latihan tentang konsep merubah bentuk pecahan (pecahan biasa, campuran, persen dan decimal)(5) Berbagi roti dan jeruk dengan teman lain (6) Siswa menceritakan mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas (a) Guru mengkonfirmasi jawaban siswa.(b) Guru memberikan reward kepada siswac) Penutup (10 Menit)1) Guru menutup pembelajaran dengan mengulas kembali materi yang telah dipelajari.2) Guru dapat menanyakan apakah siswa sudah memahami materi tersebut.3) Guru memberikan pertanyaan secara lisan secara acak kepada siswa untuk mendapatkan umpan balik atas pembelajaran ini.4) Guru dan siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari5) Guru memberikan tugas terstruktur dan tidak terstruktur kepada

PengamatanPelaksanaan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat selaku observer. Setelah melakukan pengamatan terlihat adanya perubahan kearah yang lebih positif. Siswa sudah memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti materi pelajaran yaitu dengan ikut aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. RefleksiSetelah data-data diperoleh dan dianalisis dapat ditemukan hasil tes siswa kelas VC SDN Pengadilan 2 Bogor pada mata pelajaran matematika tentang konsep pecahan di siklus 2 dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada proses pembelajaran dapat memberikan pengaruh positif terhadap daya serap siswa dengan hasil belajar yang meningkat.

C. Teknis Analisis DataPada setiap kegiatan dilakukan observasi menggunakan instrumen observasi untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa. Dalam mengumpulkan data dan mendapatkan data, maka peneliti menggunakan tehnik-tehnik sebagai berikut :1. Tehnik observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian siswa kelas V C untuk mencatat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran data tersebut menggunakan tehnik kualitatif2. Tehnik test yaitu evaluasi untuk mendapatkan skor hasil belajar siswa pada setiap siklus dengan menggunakan tehnik kuantitatif.3. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatfif berbentuk angka-angka yang didapat dari hasil test siswadari setiap siklus dijabarkan dalam bentuk tabel persiklus dan dalam bentuk garik, sedangkan data kualitatif berbentuk kata-kata atau kalimat.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran1. Pra Siklusa. PerencanaanPeneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut :1) Menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi Dasar.2) Menentukan indikator pembelajaran3) Mempersiapkan langkah-langkah perbaikan pembelajaran4) Mempersiapkan materi pelajaran5) Mempersiapkan alat dan media pembelajaran6) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa b. Tindakan1) Guru memulai pembelajaran dengan memotivasi siwa secara keseluruhan guna meningkatkan motivasi belajar terhadap materi yang akan diajarkan.2) Guru menjelaskan materi pecahan 3) Siswa secara berkelompok mengerjakan LK Kelompok4) Siswa secara individu mengerjakan LKS.c. Pengamatan1) 42Teman sejawat / observer mengamati proses pembelajaran penjumlahan pecahan2) Teman sejawat/observer mencatat temua-temuan pada proses pembelajaran berlangsung3) Berdasarkan pengamatan observer terhadap proses pembelajaran ditemukan beberapa hal, antara lain :a) Penguasaan kelas masih belum maksimal, masih ada beberapa siswa yang mengobrol ketika guru menerangkan materi pelajaran.b) Beberapa siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajaranc) Proses pembelajaran didominasi oleh siswa yang pandai saja.d. RefleksiPada proses pembelajaran Prasiklus diperoleh data nilai siswa sebagai berikut : 23 siswa dari 35 siswa ( 65.72 % ) memperoleh nilai di bawah KKM, sedangkan 12 siswa dari 35 siswa ( 34.28 % ) memperoleh nilai mencapai KKM yang ditentukan yaitu 70 dengan perolehan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 68,17, pada Prasiklus ini siswa masih banyak yang mendapat nilai di bawah KKM.

Tabel 4.1. Hasil Belajar Berdasarkan Pencapaian Target KKMPRA SIKLUS

Berdasarkan data-data nilai dan pengamatan di atas peneliti perlu melakukan beberapa perbaikan pembelajaran pada siklus 1, terutama dalam hal pemanfaatan media pembelajaran secara real, metode pembelajaran harus menarik minat siswa, serta pemanfaatan waktu agar lebih optimal.

Gambar 4.1. Grafik Rekapitulasi Pencapaian Target KKM

2. Siklus 1a. PerencanaanPeneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut :1) Menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi Dasar.2) Menentukan indikator pembelajaran3) Mempersiapkan langkah-langkah perbaikan pembelajaran4) Mempersiapkan materi pelajaran5) Mempersiapkan alat dan media pembelajaran6) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa

b. Tindakan1) Guru memulai pembelajaran dengan memotivasi siwa secara keseluruhan guna meningkatkan motivasi belajar terhadap materi yang akan diajarkan.2) Guru mendemonstrasikan materi pecahan dengan tekhnik menggunakan roti dan jeruk3) Siswa mendemonstrasikan penjumlahan dengan tehnik membagi menggunakan jeruk dan roti4) Siswa secara berkelompok mengerjakan LK Kelompok5) Siswa secara individu mengerjakan LKS.c. Pengamatan1) Teman sejawat / observer mengamati proses pembelajaran penjumlahan dengan tehnik menggunakan roti dan jeruk2) Teman sejawat/observer mencatat temua-temuan pada proses pembelajaran berlangsung3) Berdasarkan pengamatan observer terhadap proses pembelajaran ditemukan beberapa hal, antara lain :d) Penguasaan kelas masih belum maksimal, masih ada beberapa siswa yang mengobrol ketika guru menerangkan materi pelajaran.e) Penggunaan media pembelajaran hanya berupa roti dan jerukf) Beberapa siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajarang) Proses pembelajaran didominasi oleh siswa yang pandai saja.d. RefleksiPada proses pembelajaran siklus 1 diperoleh data nilai siswa sebagai berikut : 15 siswa dari 35 siswa ( 42,85 % ) memperoleh nilai di bawah KKM, sedangkan 20 siswa dari 35 siswa ( 57,15 % ) memperoleh nilai mencapai KKM yang ditentukan yaitu 70 dengan perolehan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 70,91, pada siklus 1 ini siswa belum tuntas secara keseluruhan.Berdasarkan data-data nilai dan pengamatan di atas peneliti perlu melakukan beberapa perbaikan pembelajaran pada siklus 2, terutama dalam hal pemanfaatan media pembelajaran secara real, metode pembelajaran harus menarik minat siswa, serta pemanfaatan waktu agar lebih optimal.

Tabel 4.2. Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Pencapaian Target KKM Siklus 1

Gambar 4.2. Grafik Rekapitulasi Pencapaian Target KKM

3. Siklus 2a. PerencanaanPeneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut :1) Menenyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran2) Menentukan indikator pembelajaran3) Mempersiapkan materi pembelajaran4) Mempersiapkan media pembelajaran5) Mempersiapkan instrumen penilaianb. Tindakan1) Guru memberikan motivasi 2) Guru memperlihatkan media pembelajaran yang akan digunakan3) Guru mendemonstrasikan cara menghitung pecahan dengan tehnik membagi menggunakan media real ( roti, jeruk )4) Siswa secara bergantian menyebutkan bagian roti dan jeruk yang mereka bawa5) Siswa secara berkelompok mengerjakan LK6) Siswa secara individu mengerjakan LKS menggunakan media real.c. PengamatanPada kegiatan pembelajaran siklus 2 teman sejawat/observer mencatat semua temuan pada proses pembelajaran berlangsung, temuan tersebut antara lain :1) Guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran.2) Model Pembelajaran sudah sangat menarik minat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran3) Penggunaan media real pada proses pembelajaran sudah optimal hal ini dapat terlihat ketika siswa mengerjakan LKS menggunakan media real.4) Hasil akhir yang diperoleh sudah baik dan berhasil mencapai nilai KKM yang ditentukan.d. RefleksiPada proses pembelajaran siklus 2 diperoleh data-data nilai sebagai berikut : 4 siswa dari 35 siswa ( 11,42 % ) memperoleh nilai di bawah KKM, sedangkan 31 siswa dari 35 siswa ( 88,58 % ) memperoleh nilai mencapai KKM yang ditentukan yaitu 70 dengan nilai rata-rata kelas 74,60. Rata-rata kelas pada siklus 2 ini mencapai 74,60. sehingga pada siklus 2 ini nilai siswa yang diperoleh semakin meningkat. Sehingga target pencapaian nilai KKM yang ditentukan dianggap berhasil.Berikut ini data-data hasil perolehan nilai siswa dari mulai Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 peneliti tampilkan dalam bentuk tabel dan grafik, sehingga dapat dilihat perbandingan dari data-data yang didapat pada tiap-tiap siklus.

Tabel 4.3. Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Pencapaian Target KKM Siklus IINONAMA SISWANILAIKETERANGAN

1BUNGA MAHARANI ZARISTA70Tuntas

2RISMA MARSHANDA KURNIA73Tuntas

3MUHAMAD ARIF VIRDAUS70Tuntas

4ANGEL SEIBA SIRAIT80Tuntas

5ANDRE SAPUTRA SIRAIT76Tuntas

6FRUMENTIUS BERLINDO LAGA BAHY73Tuntas

7RACHEL EDWARD PANJAITAN83Tuntas

8STEVANUS ADINDA YOGA66Belum Tuntas

9TIMOTHY JOY FRANCOIS 73Tuntas

10YOHANES BALZARYRAJA DAENG 73Tuntas

11YOHANES PUTRA UTAMA80Tuntas

12YOHANES YUGO UTOMO80Tuntas

13ADELIA AZZAHRA73Tuntas

14ANDRIAN70Tuntas

15BUTSAMAH TAQQIAH66Belum Tuntas

16MARSYANDA ALIFA SHAQINA66Belum Tuntas

17MUHAMMAD FARREL KARTADIYASA86Tuntas

18PANJI YUSUF ERLANGGA83Tuntas

19WINA AULIA ERLIANA73Tuntas

20YUBECSI70Tuntas

21ZAHRA SHAFIRA86Tuntas

22OLIVIA PRAMAISHEILLA PUTRI80Tuntas

23PUTRI ANJANI70Tuntas

24AYU KETUT NOVIARINI73Tuntas

25FATHMA TAJ AULIA JANUAR70Tuntas

26RAKHA FIRZATULLAH HERMAWAN80Tuntas

27MUHAMMAD AGIES SYURYA73Tuntas

28SANDRA M. K73Tuntas

29M. NUR RAFI EKKITRA70Tuntas

30EDASKA SULTAN FALAH70Tuntas

31RENATA ALIFYA66Belum Tuntas

32MUHAMAD NABIL OKTAVIAN 86Tuntas

33DAFLIN ARDANIYO80Tuntas

34GHINAA NAFIISAH MAHIRAAH THAIB70Tuntas

35AGNES NOVANDA SIDABUTAR80Tuntas

Rata-rata74.60

Pencapaian KKM88.58%

Gambar 4.3. Grafik Rekapitulasi Pencapaian Target KKM

Berdasarkan data-data yang diperoleh peneliti mulai dari pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 dapat dilihat bahwa pada pembelajaran matematika konsep bilangan pecahan dengan menggunakan media real dan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V/C SDN Pengadilan 2 Bogor.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran1. Pra SiklusPada kegiatan pembelajaran pra siklus diperoleh data-data nilai siswa sebagai berikut : dari 35 siswa hanya 12 siswa (34,28 % ), yang mencapai nilai KKM yaitu 70, sedangkan 23 Siswa ( 65.72 % ) masih belum mencapai nilai KKM dengan nilai rata-rata 68.17.Pada pra siklus ini belum menunjukan bahwa siswa dapat memahami dan mengerjakan soal pecahan dengan benar, dikarenakan pemahaman konsep terhadap materi yang diajarkan belum maksimal siswa menyerapnya.Hal ini disebabkan dalam pembelajaran pra siklus semua masih terpusat pada guru, serta tidak menggunakan media pembelajaran. Proses pembelajaran hanya diisi dengan ceramah, diselingi tanya jawab yang singkat, kemudian mengerjakan tugas, serta aktivitas siswa terhadap pembelajaran masih rendah.

2. Siklus 1Pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus 2 diperoleh data-data nilai sebagai berikut : dari 35 siswa hanya 20 siswa (57,15 % ) yang memperoleh nilai mencapai KKM, sedangkan 15 siswa ( 42,85 % ) masih belum mencapai nilai KKM, dengan nilai rata-rata 70.91.Pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus 1 masih ada beberapa siswa yang belum memahami materi yang diajarkan, sehingga beberapa siswa tersebut belum mampu mengerjakan LKS secara mandiri, pemahaman konsep tentang menghitung dan merubah pecahan ke bentuk persen masih belum dipahami secara jelas.Hal ini disebabkan dalam pembelajaran siklus 1 guru belum menggunakan media real ( nyata ) dalam penanaman konsep terhadap konsep merubah .pecahan menjadi persen.3. Siklus 2Pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus 2 diperloeh data-data nilai sebagai berikut : dari 35 siswa 31 siswa ( 88,58 % ) sudah mencapai nilai KKM yang ditentukan akan tetapi masih ada 4 siswa ( 11,42% ) yang belum mencapai nilai KKM dengan nilai rata-rata 74,60.

Tabel 4.4. Daftar Nilai SiswaNONAMA SISWANILAIKET

Pra SiklusSiklus ISiklus II

1BUNGA MAHARANI ZARISTA636670

2RISMA MARSHANDA KURNIA666673

3MUHAMAD ARIF VIRDAUS636670

4ANGEL SEIBA SIRAIT767680

5ANDRE SAPUTRA SIRAIT667376

6FRUMENTIUS BERLINDO LAGA BAHY667073

7RACHEL EDWARD PANJAITAN808383

8STEVANUS ADINDA YOGA606366

9TIMOTHY JOY FRANCOIS 667073

10YOHANES BALZARYRAJA DAENG 707073

11YOHANES PUTRA UTAMA767680

12YOHANES YUGO UTOMO767680

13ADELIA AZZAHRA667073

14ANDRIAN666670

15BUTSAMAH TAQQIAH566366

16MARSYANDA ALIFA SHAQINA536366

17MUHAMMAD FARREL KARTADIYASA838386

18PANJI YUSUF ERLANGGA768083

19WINA AULIA ERLIANA667073

20YUBECSI666670

21ZAHRA SHAFIRA808386

22OLIVIA PRAMAISHEILLA PUTRI737680

23PUTRI ANJANI666670

24AYU KETUT NOVIARINI667073

25FATHMA TAJ AULIA JANUAR636670

26RAKHA FIRZATULLAH HERMAWAN768080

27MUHAMMAD AGIES SYURYA636673

28SANDRA M. K667073

29M. NUR RAFI EKKITRA636670

30EDASKA SULTAN FALAH606670

31RENATA ALIFYA535666

32MUHAMAD NABIL OKTAVIAN 828386

33DAFLIN ARDANIYO757680

34GHINAA NAFIISAH MAHIRAAH THAIB656670

35AGNES NOVANDA SIDABUTAR757680

Nilai Rata-rata68.1770.9174.60

Tabel 4.5. Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Pencapaian Target KKMNoSiklusJumlah Pencapaian Target Siswa yang memperoleh nilai 70 ( % )

1Pra Siklus34.28 %

2Siklus 157.15 %

3Siklus 288.58 %

Gambar 4.4. Grafik Rekapitulasi Pencapaian Target KKM

Tabel 4.6. Rekapitulasi Rata-Rata Hasil Belajar MatematikaNoSiklusRata-Rata Hasil Belajar Seluruhnya

1Pra Siklus68.17

2Siklus 170.91

3Siklus 274.60

Gambar 4.5. Grafik Rata-Rata Hasil Belajar Seluruhnya

Hasil belajar pada perbaikan pembelajaran siklus 2 ini mengenai materi pecahan dengan tehnik menggunakan media roti dan jeruk serta model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) kenaikan yang cukup baik dikarenakan :a. Guru dalam menyampaikan materi menarik minat dan perhatian siswab. Guru menggunakan media real dalam proses pembelajaranSeperti yang diutarakan oleh Sudjana ( 2010:1 ) Media merupakan suatu alat bantu mengajar yang digunakan guru dalam melakukan interaksinya dengan siswa sehingga siswa mengetahui tujuan pengajaran. Pada tahapan anak usia sekolah dasar media yang digunakan dalam proses pembelajaran haruslah real/nyata karena menurut Piaget yang dikutip oleh Darmodjo ( 1993:19 ) tahap anak usia 07 11 tahun adalah tahapan operasional kongkret dimana anak berfikir atas dasar pengalaman kongkret/nyatac. Guru menggunakan model pembelajaran Problem Based Lelarning (PBL) dan diskusi terhadap proses pembelajaran

Berdasarkan hasil kegiatan perbaikan pembelajaran siklus 2 diperloeh data-data nilai sebagai berikut : dari 35 siswa 31 siswa (88,58% ) sudah mencapai nilai KKM dengan nilai rata-rata 74,60, maka peneliti menyelesaikan penelitian ini sampai di siklus 2 karena nilai sebagian besar siswa sudah mencapai nilai di atas KKM.

BAB VSIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUTA. SimpulanBerdasarkan penelitian yang peneliti telah lakukan, maka peneliti memberikan kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memberikan dampak positif dalam meningkatkan perolehan hasil belajar matematika siswa pada konsep pecahan. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan perolehan hasil belajar yang ditunjukkan pada setiap siklusnya. Adapun perolehan hasil belajar pada pra siklus hanya ada 12 siswa dari 35 siswa atau hanya 34,28 % yang memperoleh nilai di atas KKM. Setelah dilakukannya penerapan model pembelajaran di siklus pertama nilai perolehan cukup meningkat menjadi 20 siswa dari 35 siswa atau 57,15 % yang memperoleh nilai di atas KKM. Kemudian perolehan hasil belajar pada siklus kedua mengalami peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan kenaikannya, yang awalnya pada pra siklus hanya 12 siswa yang bisa mencapai KKM, pada siklus kedua ini setelah dilakukan evaluasi dari siklus pertama dan diterapkannya model pembelajaran Problem Based Learnng (PBL) siswa yang dapat mencapai KKM menjadi 31 siswa dari 35 siswa kelas V/C atau 88,58 %. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika konsep pecahan di kelas V/C SDN Pengadilan 2 Bogor.

59+B. Saran dan Tindak LanjutBerdasarkan dari kesimpulan di atas sebagai tidak lanjut dari perbaikan pembelajaran dapat disampaikan saran dan tindak lanjut sebagai berikut :1. Karena siswa menganggap pelajaran matematika pelajaran yang sulit diharapkan agar guru dapat menciptakan susana yang kondusif melalui penerapan metode yang bervariasi serta menggunakan media pembelajaran yang cocok serta alat peraga yang membuat siswa senang denga pelajaran matematika.2. Guru dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa harus memberikan kesempatan kepada seluruh siswa tidak hanya kepada siswa yang pintar saja.3. Upaya meningkatkan hasil belajar siswa perlu ditindak lanjuti pada berbagai materi dan mata pelajaran lain dengan lebih meningkatkan penerapan berbagai model pembelajaran yang efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.

Amir, M.Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta. Kencana

Arends, L. Richard. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Badden, Maggi Savin, dan Wilkie, Kay. 2004. Chalengging Research in Problem Based Learning. London: Open University Press

Eggen, Paul dan Kauchak, Don. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks

Eveline Siregar & Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Heruman. 2007. Metode Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Murti, Bhisma. Problem Based Learning. Universitas Sebelas Maret.Tidak Diterbitkan

Nana Sudjana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: sinar Baru Algensindo.

R Santosa Murwani,dkk. 2006. Evaluasi Pendidikan Konsep dan Aplikasi. Jakarta: UHAMKA PRESS.

Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

61Supinah, dan Sutanti, Titik. 2010. Pembelajaran Matematika di SD. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.